• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GENETIKA KUANTITATIF UNTUK SIFAT VEGETATIF DAN GENERATIF PADA TIGA KULTIVAR JAGUNG MANIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS GENETIKA KUANTITATIF UNTUK SIFAT VEGETATIF DAN GENERATIF PADA TIGA KULTIVAR JAGUNG MANIS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

QUANTITATIVE GENETIC ANALYSIS FOR VEGETATIVE AND GENERATIVE TRAITS ON THREE

CULTIVARS OF SWEET CORN

By

YORRENSA ULAN SARI

Sweet corn is one of the horticulture commodities of high economic value.

Markets require a great volume of the sweet corn. Plant breeders conduct

selection on the sweet corn plants to improve their vegetative and generative

traits. The selection in a breeding program results in a better qualitative and

quantitative properties. Analysis of variance (anova) determines the genetic

variances inherited from the parents. The amount of genetic variance of a trait in

a population affects the magnitude of heritability in the environment where it

grows. The greater the value of heritability, the greater the probability of the

progenies to inherit these properties, and the smaller the effects of the

environment to hamper the inheritance.

The study aimed to determine: (1) the vegetative and generative traits in three

sweet corn cultivars and to compare the traits with the commercial standard; (2)

(2)

Yorrensa Ulan Sari

diallel-epistatic segregation of the seeds following 9 Round: 7 wrinkle and 12

Round: 4 wrinkle.

The study employed a non-factorial randomized complete-block design with three

replications. The progeny lines of LASS Round-Yellow, LASS wrinkle-Yellow,

and LAW Round-white cultivars were evaluated. The anova determined

differences among traits and the Tukey’s HSD 5 % was used to rank the lines.

Furthermore the mean squares of the anova calculated for their expected values.

The expected values calculated for genetic variance (σ2

g), broad-sense heritability

(h2BS), and genetic coefficient of variability (CVg) values. A test of goodness of

fit χ2

established the segregation of seed shape and color.

The results showed that there were no differences among the LASS

Round-Yellow, LASS wrinkle-Round-Yellow, and LAW Round-white cultivars for the

vegetative and generative traits. Therefore the three cultivars were at the same

rank. The values of the genetic variance (σ2g) and the broad-sense heritability

(h2BS) were not existing, or were not different from zero. The LASS

Round-yellow cultivar fitted a Mendelian segregation ratio of the seeds of 12 Round: 4

wrinkle. The LASS wrinkle-Yellow cultivar did not segregate either for the seed

shape or seed color. This cultivar was homozygous for the seed shape and color,

and produced wrinkle seeds true type for a sweet corn.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS GENETIKA KUANTITATIF UNTUK

SIFAT VEGETATIF DAN GENERATIF PADA

TIGA KULTIVAR JAGUNG MANIS

Oleh

YORRENSA ULAN SARI

Jagung manis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi

tinggi karena banyak disukai oleh masyarakat. Pemuliaan dilakukan pada

tanaman jagung manis untuk memperbaiki sifat-sifat kualitatif maupun kuantitatif

dan salah satu program pemuliaan yang dilakukan adalah seleksi. Analisis ragam

genetik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat yang diwariskan dari tetua yang

berada di ekosistem tempat ia tumbuh. Besarnya keragaman genetik suatu sifat

dalam populasi akan mempengaruhi besarnya heritabilitas. Semakin besar nilai

heritabilitas, semakin besar pula peluang sifat tersebut dapat diwariskan kepada

zuriat turunannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan sifat vegetatif dan

(4)

Yorrensa Ulan Sari

komersial; (2) ragam genetik dan heritabilitas broad-sense ketiga kultivar jagung

manis; dan (3) segregasi epistatik dialel 9 bulat: 7 kisut dan 12 bulat: 4 kisut.

Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak nonfaktorial

dengan tiga ulangan. Lini zuriat yang digunakan adalah LASS Kuning Bulat

(KuBu), LASS Kuning kisut (Kuki), dan LAW putih Bulat (puBu). Data diambil

dari variabel vegetatif dan generatif dan dilakukan analisis ragam. Pemeringkatan

ketiga kultivar jagung manis dilakukan berdasarkan Beda Nyata Jujur (BNJ) 5 %.

Berdasarkan kuadrat nilai tengah harapan yang diperoleh dari analisis ragam,

maka dihitung ragam genetik (σ2g), heritabilitas broad-sense (h2BS), dan koefisien

keragaman genetik (KKg). Segregasi warna dan bentuk biji diuji dengan uji

Goodness of Fit Chi-Squared (χ2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultivar LASS KuBu, LASS Kuki, dan

LAW puBu tidak berbeda untuk variabel vegetatif dan generatif. Ketiga kultivar

yang diuji memiliki peringkat yang sama. Nilai ragam genetik dan heritabilitas

tidak terbukti (= 0). Kultivar LASS KuBu bersegregasi sesuai nisbah Mendel 12

bulat: 4 kisut. Kultivar LASS Kuki tidak bersegregasi untuk bentuk biji karena

(5)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

Tabel 4 menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk tinggi

tanaman, tinggi tongkol relatif, dan jumlah daun tidak berbeda. Tabel 5

menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk jumlah malai, jumlah

tongkol, jumlah bunga betina, diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris biji,

dan kadar sukrosa tidak berbeda.

Tabel 4. Analisis kuadrat nilai tengah untuk variabel vegetatif.

Sumber Keragaman DK Tinggi tanaman Tinggi tongkol

relatif Jumlah daun

Kelompok 2 151,33 19,82 2,48

Kultivar 2 67,46 1,81 1,63

Galat 4 195,27 26,52 1,68

Total 8

KK (%) 11,01 12,37 9,21

(6)

23 Tabel 5. Analisis kuadrat nilai tengah untuk variabel generatif.

Sumber

DK Jumlah malai Jumlah Jumlah Bunga

Keragaman Tongkol Betina Keragaman Tongkol Tongkol Baris Biji Sukrosa

Kelompok 2 0,02 5,07 1,35 1,91

Tabel 6 menunjukkan pemeringkatan kultivar LASS KuBu, LASS Kuki, dan

LAW puBu yang diuji menggunakan BNJ 5 %. Hasil pemeringkatan tersebut

dievaluasi berdasarkan jumlah huruf ”a” yang diakumulasi. Dari tabel 6 ketiga kultivar memiliki jumlah ”a” yang sama dan ketiganya berada pada tingkat satu.

Dengan demikian, evaluasi kultivar terbaik dilakukan dengan membandingkan

rerata variabel vegetatif dan generatif ketiga kultivar terhadap standar komersial.

Perbandingan rerata variabel dengan standar komersial dilakukan dengan

(7)

24 Tabel 6. Peringkat kultivar untuk variabel vegetatif dan generatif berdasarkan

BNJ0,05.

Keterangan: Nilai variabel dalam satu baris yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda pada BNJ0,05

4.2 Analisis Boxplot untuk Sifat Interes pada Tiga Kultivar Jagung Manis

Gambar 1 memperlihatkan analisis boxplot pada tiga kultivar jagung manis

berdasarkan standar komersial. Pada tinggi tanaman, tinggi tongkol relatif,

jumlah daun, diameter tongkol, dan jumlah baris biji masih di bawah standar

komersial. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, sebaiknya lini zuriat jagung

manis disilangkan dengan populasi lain yang tidak berhubungan atau dengan

jagung nirmanis.

Jumlah malai yang terbentuk melebihi standar komersial. Akan tetapi, karakter

yang diinginkan oleh pemulia adalah jumlah malai yang sedikit. Bila jumlah

(8)

25 ditranslokasi ke tongkol. Dalam hal ini, kultivar yang memiliki jumlah malai

yang banyak sebaiknya dikurangi dan dapat disilangkan dengan populasi komersil.

Jumlah tongkol dan jumlah bunga betina tidak berbeda pada ketiga kultivar. Dari

hasil yang didapat, jumlah tongkol dan jumlah bunga betina sudah memenuhi

standar komersial. Hal ini baik, tetapi pertumbuhan bunga betina dan tongkol

yang dihasilkan tidak maksimum. Fotosintat terbagi pada beberapa tongkol.

Akibatnya tongkol yang dihasilkan memiliki ukuran yang pendek, diameter yang

kecil, dan jumlah baris biji yang sedikit atau tongkol tidak terbentuk.

Panjang tongkol tidak berbeda pada tiga kultivar jagung manis. Dari hasil yang

diperoleh, panjang tongkol sudah melebihi standar komersial 16 cm. Ketiga

kultivar memiliki tongkol yang panjang sehingga diharapkan jumlah biji yang

didapat juga semakin banyak. Dengan demikian akan meningkatkan produksi biji

pada jagung manis yang merupakan sifat kuantitatif. kadar sukrosa tidak

menunjukkan perbedaan pada ketiga kultivar. Dari hasil yang telah diperoleh,

(9)

26

(10)

27

Gambar 1. Analisis boxplot untuk sifat interes pada tiga kultivar jagung manis. Garis horizontal menunjukkan standar komersial (lanjutan).

4.3 Ragam Genetik (σ2g), Heritabilitas Broad-sense (h2BS), dan Koefisien Keragaman Genetik (KKg) untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

Tabel 7 menunjukkan nilai σ2g, h2BS, dan KKg untuk variabel vegetatif dan

generatif. Menurut Sujiprihati et al. (2005), nilai σ2g sangat mempengaruhi

keberhasilan suatu seleksi dalam pemuliaan tanaman. Semakin besar nilai σ2g

(11)

28 fenotipenya dan semakin mudah bagi pemulia untuk memilih genotipe terbaik

yang diinginkannya (Hikam, 2010).

Angka negatif pada σ2g didapatkan dari rumus matematika, yaitu σ2

g= KNTkultivar – KNTgalat

Ulangan

Nilai σ2g yang negatif menyebabkan nilai heritabilitas juga negatif karena

h2BS = σ2g

KNTkultivar

Nilai KKg menjadi nol karena KKg =

g

2 

Pada σ2g negatif, tampilan fenotipe seragam dan sulit menentukan genotipe yang

terbaik. Jika KNTgalat > KNTkultivar, maka nilai negatif dan tanpa bintang

karena nilai σ2gdan h2BStidak ada yang ≥ GB dan disimpulkan bahwa σ2gdan

h2BS tidak terbukti ada (= 0).

Tabel 7. Ragam genetik (σ2g), heritabilitas broad-sense (h2BS) dan koefisien keragaman genetik (KKg) untuk variabel vegetatif dan generatif.

(12)

29 Nilai h2BS yang besar menunjukkan variabel tetua tersebut lebih mudah

diwariskan kepada keturunannya. Perbaikan sifat genetik pada kultivar tersebut

melalui program seleksi lebih mudah dilakukan. Nilai duga heritabilitas suatu

karakter perlu diketahui untuk menduga kemajuan dari suatu seleksi, apakah

karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan

(Sujiprihati et al., 2005).

Koefisien Keragaman genetik (KKg) mengukur besarnya perbedaan genetik pada

populasi yang diuji. Makin besar KKg, makin besar perbedaan genetik

antaraindividu di dalam populasi itu. Nilai KKg yang besar didapat dari nilai

ragam genetik yang besar. Pada KKg < 5 % menyatakan bahwa pengaruh genetik

lebih besar daripada pengaruh lingkungan dan seluruh tampilan fenotipe

merupakan hasil kerja genetik dan pengaruh lingkungan dapat diabaikan.

Sebaliknya pada KKg > 10 % dikatakan bahwa lingkungan berpengaruh terhadap

kinerja genetik sehingga tidak dapat diabaikan (Hikam, 2010). Nilai KKg yang

kecil berdampak menghilangkan perbedaan karena tanaman menjadi semakin

seragam.

4.4 Segregasi Biji Jagung Manis pada Tiga Kultivar Jagung Manis

Tabel 8 memperlihatkan hasil segregasi biji kultivar LASS KuBu ulangan 1, 2,

dan 3 dengan kesesuaian hukum Mendel nisbah harapan 12 bulat:4 kisut. Hasil

segregasi terlihat sangat beragam pada setiap kultivar. Tongkol KuBu pada

ulangan 1 memenuhi nisbah harapan Mendel 12:4. Tongkol KuBu pada ulangan

(13)

30 daripada biji kisut. Tongkol KuBu pada ulangan 3 dengan sampel 1, 4, dan 5

merupakan KuBu tidak bersegregasi sedangkan tongkol no 2 dan 3 bersegregasi

sesuai harapan 12:4. Tabel 9 menunjukkan hasil segregasi biji untuk kultivar

LASS KuBu ulangan 1, 2, dan 3 dengan nisbah harapan Mendel 9 bulat:7 kisut.

Dari data tersebut terlihat bahwa tidak ada yang memenuhi nisbah harapan 9:7.

Dengan demikian, tongkol KuBu merupakan tongkol dengan penyebaran epistasis

12:4 atau tongkol dengan penyebaran dominan 3:1. Tabel 10 menunjukkan hasil

segregasi biji untuk kultivar LASS Kuki untuk ulangan 1, 2, dan 3 dengan nisbah

harapan 12 bulat: 4 kisut. Hasil segregasi menunjukkan bahwa kultivar LASS

Kuki tidak ada yang memenuhi nisbah harapan 12 bulat: 4 kisut. Kultivar LASS

Kuki resesif homozigot untuk sifat biji kisut sehingga tidak menyebabkan

segregasi.

Tabel 8. Uji Goodness of fit chi-squared kultivar LASS KuBu dengan nisbah harapan 12 bulat:4 kisut.

U Nisbah pengamatan Nisbah harapan 12:4

KuBu Kuki Total KuBu (12) Kuki (4) P

(14)

31 Tabel 9. Uji Goodness of fit chi-squared kultivar LASS KuBu dengan nisbah

harapan 9 bulat:7 kisut.

U Nisbah pengamatan Nisbah harapan 9:7

KuBu Kuki Total KuBu (9) Kuki (7) P

Keterangan: * = P terlalu kecil untuk memenuhi segregasi 9:7 U = Ulangan

Tabel 10. Uji Goodness of fit chi-squared kultivar LASS Kuki dengan nisbah harapan 12 bulat:4 kisut.

U Nisbah pengamatan Nisbah harapan 12:4

KuBu Kuki Total KuBu (12) Kuki (4) P

(15)

32 Tabel 11 menunjukkan data hasil segregasi untuk Kultivar puBu dengan nisbah

harapan 9 Kuning Bulat:3 Kuning kisut:3 putih Bulat:1 putih kisut. Sebenarnya,

kultivar LAW puBu akan mengalami segregasi putih Bulat dan putih kisut, tetapi

pada tabel tersebut terjadi sebaran biji Kuning Bulat (KuBu) dan Kuning kisut

(Kuki). Hal ini berarti kultivar LAW puBu sebenarnya adalah dwiwarna yang

memiliki biji kuning muda sekali yang sulit dibedakan dengan warna putih

sehingga dapat terekspresikan menjadi 9:3:3:1 putih kisut. Peluang segregasi

yang didapatkan adalah 0,227.

Tabel 11. Uji Goodness of fit chi-squared kultivar LAW puBu dengan nisbah harapan 9:3:3:1.

U

Nisbah pengamatan Nisbah harapan 9:3:3:1 KuBu Kuki puBu puki Total KuBu

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi karena banyak disukai oleh

masyarakat. Biji jagung manis menyerupai kaca dan mempunyai zat gula. Pada

biji yang masih muda terlihat jernih dan bercahaya, namun biji akan keriput pada

waktu masak (Nurhayati, 2002). Sifat manis pada jagung manis disebabkan oleh

adanya gen su-1 (sugary), bt-2 (brittle) ataupun sh-2 (shrunken). Gen ini dapat

mencegah pengubahan gula menjadi zat pati pada endosperm sehingga jumlah

gula yang ada kira-kira dua kali lebih banyak dibandingkan jagung biasa. Kadar

gula pada endosperm jagung manis sebesar 5 – 6 % dan kadar pati 10 – 11 %

sedangkan pada jagung biasa kadar gulanya hanya 2 – 3 % atau setengah dari

kadar gula jagung manis. Gula yang tersimpan dalam biji jagung manis adalah

dalam bentuk sukrosa yang jumlahnya dapat mencapai 11 %. Jagung manis

memiliki sifat-sifat vegetatif dan generatif yang beragam secara kualitatif dan

kuantitatif. Sifat-sifat vegetatif dan generatif tersebut secara genetik perlu

(17)

2 Pemuliaan tanaman diartikan sebagai suatu metode yang secara sistematik merakit

keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Secara umum, tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk memperbaiki

sifat-sifat tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Jumin, 2008).

Ragam genetik suatu populasi sangat penting dalam program pemuliaan. Oleh

karena itu, pendugaan besarannya perlu dilakukan. Ragam genetik adalah ragam

yang ditimbulkan oleh perbedaan genetik di antara individu. Ragam yang diukur

dari suatu populasi untuk karakter tertentu merupakan ragam fenotipe. Ragam

fenotipe sebenarnya terdiri atas ragam genetik, ragam lingkungan, serta interaksi

antara ragam genetik dan lingkungan. Dalam menilai keragaman genetik dalam

spesies kita hadapkan pada pertentangan bentuk dari suatu sifat tanaman, seperti:

tinggi tanaman, umur tanaman, hasil, dan sebagainya. Sifat tersebut ditentukan

oleh gen-gen tertentu yang terdapat pada kromosom, interaksi gen-gen atau gen

dengan lingkungan. Keragaman genetiklah yang menjadi perhatian utama bagi

pemulia tanaman. Menurut Bahar dan Zein (1993 dalam Sudarmadji et al., 2007),

ragam genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi. Ragam

genetik yang besar dalam suatu populasi menunjukkan bahwa individu dalam

populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotipe yang diharapkan

akan besar.

Menurut Syukur (2005), heritabilitas adalah hubungan antara ragam genotipe

dengan ragam fenotipenya. Hubungan ini menggambarkan seberapa jauh fenotipe

yang tampak merupakan refleksi dari genotipe. Pada dasarnya seleksi terhadap

(18)

3 Heritabilitas broad-sense di analisis untuk menghitung peluang sifat genetik, baik

untuk peubah vegetatif dan peubah generatif yang dapat diwariskan kepada

generasi berikutnya. Heritabilitas yang besar ditentukan oleh besarnya ragam

genetik. Semakin besar nilai heritabilitas, semakin besar pula peluang sifat

tersebut dapat diwariskan kepada zuriat turunannya. Nilai heritabilitas yang tinggi

menunjukkan bahwa faktor genetik lebih besar terhadap penampilan fenotipe bila

dibandingkan dengan lingkungan (Sudarmadji et al., 2007).

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut

(1) Apakah terdapat perbedaan sifat vegetatif dan generatif ketiga kultivar

jagung manis dan jika dibandingkan dengan standar komersial?

(2) Apakah nilai ragam genetik dan heritabilitas broad-sense ketiga kultivar

jagung manis besar?

(3) Apakah terjadi segregasi epistatik dialel biji 9 bulat:7 kisut dan 12 bulat:4

kisut?

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan

sebagai berikut

(1) Mengetahui perbedaan sifat vegetatif dan generatif pada tiga kultivar jagung

(19)

4 (2) Menentukan nilai ragam genetik dan heritabilitas broad-sense ketiga kultivar

jagung manis.

(3) Mengetahui segregasi epistatik dialel biji 9 bulat:7 kisut dan 12 bulat:4 kisut.

1.3Kerangka Pemikiran

Jagung manis merupakan komoditas pertanian yang banyak disukai masyarakat.

Dengan pemuliaan tanaman diharapkan bahwa sifat-sifat vegetatif dan generatif

jagung manis dapat meningkat secara genetik. Salah satu program pemuliaan

yang dilakukan adalah seleksi.

Tanaman jagung manis merupakan tanaman kros, tetapi pada penelitian ini

seluruh tanaman jagung di self. Tanaman jagung manis yang di self akan

mengalami segregasi dan menyebabkan depresi inbriding. Depresi inbriding

adalah suatu keadaan dimana pengukuran fenotipe menurun karena meningkatnya

homozigositas pada spesies tanaman kros alami. Depresi inbriding dapat

membuat tanaman menjadi mandul dan biji tidak bisa berkecambah sempurna dan

membuat frekuensi dan kehomozigotan gen resesif meningkat sehingga tanaman

kehilangan vigor. Fenotipe tanaman yang menurun dapat dilihat karena dalam

satu populasi tanaman jagung manis terdapat banyak keragaman genetik dari

berbagai individu yang berbeda satu sama lain. Keragaman varietas pada

lingkungan yang sama sangat memacu timbulnya keragaman genetik. Keragaman

genetik dalam spesies dapat dilihat dari bentuk suatu karakter tanaman, seperti

tinggi tanaman, umur tanaman, hasil, dan sebagainya. Pemuliaan tanaman

(20)

5 lingkungan dan menghasilkan fenotipe yang baik pula. Keragaman genetik sangat

mempengaruhi keberhasilan suatu proses seleksi dalam program pemuliaan

tanaman. Analisis ragam genetik diperlukan untuk mengetahui sifat-sifat yang

diwariskan dari induk kepada anak. Nilai ragam genetik menentukan nilai

heritabilitas. Heritabilitas merupakan warisan, artinya jika tetua memiliki sifat

genetik yang bagus maka anaknya juga akan memiliki sifat genetik yang bagus.

Heritabilitas merupakan parameter penting dalam pemuliaan tanaman. Semakin

tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi

peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi.

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis

sebagai berikut

(1) Terdapat perbedaan sifat vegetatif dan generatif pada ketiga kultivar jagung

manis dan jika dibandingkan dengan standar komersial.

(2) Terdapat nilai ragam genetik dan heritabilitas broad-sense ketiga kultivar

jagung manis.

Gambar

Tabel 4.  Analisis kuadrat nilai tengah untuk variabel vegetatif.
Tabel 5.  Analisis kuadrat nilai tengah untuk variabel generatif.
Tabel 6.  Peringkat kultivar untuk variabel vegetatif dan generatif berdasarkan BNJ0,05
Gambar 1.  Analisis boxplot untuk sifat interes pada tiga kultivar jagung manis.   Garis horizontal menunjukkan standar komersial
+6

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ciri khusus kemunculan pesut ( Orcaella brevirostris ) meliputi warna, bentuk paruh serta tingkah laku individu maupun kelompok yang teramati, menunjukkan bahwa perairan

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan cabinet dryer dengan suhu 45 o C berpengaruh mempertahankan kadar kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan

dilakukan dengan mengukur intensitas warna dari sampel darah yang telah

Fenol total dan flavonoid total merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai aktivitas sebagai penangkal radikal bebas. Dari hasil penelitian aktivitas antioksidan dan

KESIMPULAN Hasil persilangan antara induk betina kerapu macan dan jantan kerapu batik menghasilkan ikan kerapu hibrida cantik yang mempunyai pertumbuhan larva dan benih, serta

Berdasarkan penelitian yang dilakukanoleh Wang (2002) yang menyatakan bahwa Perceived Ease of Use berpengaruh signifikan terhadap Behavioral Intention to Use yang merupakan

Pada transisi belum ditetapkannya Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 yang menjadi pedoman penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (4) dalam Undang-Undang

Gambar 13 diatas merupakan tampilan data transaksi masuk yang hanya dapat diakses oleh pegawai pencuci, pada halaman ini pegawai pencuci akan melakukan konfirmasi. selesai