• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia Ke Amerika Serikat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia Ke Amerika Serikat"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA KE

AMERIKA SERIKAT

TESIS

Oleh

THORNY SAMANHUDI

077018047/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA KE

AMERIKA SERIKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

THORNY SAMANHUDI

077018047/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGA- RUHI EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

Nama Mahasiswa : Thorny Samanhudi Nomor Pokok : 077018047

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, MA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Dr. Murni Daulay, SE.,M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

(4)

Telah diuji pada Tanggal : 16 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA 2. Dr. Jonni Manurung, MS 3. Drs. Rujiman, MA

(5)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pertanian Indonesia ke Amerika Serikat dengan mengunakan data panel untuk komoditas karet, coklat dan cpo dalam kurun waktu triwulanan selama 9 tahun (1999-2007)

Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Genaralized Least Square (GLS) dengan Model Effek Tetap (MET) setelah terlebih dahulu melakukan Uji Chow.

Hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99,9% yang berarti variabel bebas seperti harga,kurs,GDP Amerika Serikat,dan penduduk

Amerika Serikat dapat menjelaskan volume ekspor pertanian sebesar 99,9% dan sisanya sebesar 0.1% dijelaskan oleh veriabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.

(6)

ABSTRACT

The aim of this reserch is to analiyze the factors influence on

agricultures’export of Indonesia to United States by using panel data during

quarterly 9 years (1999-2007). There are many factors as variables which influence Indonesia agriculture export such as exchange rates, Price and United States’s Gross Domistic Product and popolation.

The method is Generalized Least Square (GLS) with Fixed Effects Model by Chow Test.

The result shows that the coeffient of determination (R2) of export function is 99% wihich means that the entire independent variables can explain Indonesia agriculture export. Prices and exchange rates variables have negatively influence and significant to exsport of Indonesia to United States,but United States’s gross domistic product has positively influence and significan to export. United States’s population variable has positively influence and not significant.to explain Indonesia agriculture export.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan ALLAH SWT, yang telah melimpahkan karunia-Nya dan memberikan kekuatan serta segala kemudahan dalam menghadapi setiap masalah hidup, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia ke Amerika Serikat” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini penulis selesaikan dengan usaha, bantuan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K)., Rektor Universitas Sumatera Utara (USU)

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU)

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si., Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai ketua pembimbing yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat dibimbingnya dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Drs. Iskandar Syarief, M.A., sebagai anggota pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran dan arahannnya kepada penulis.

5. Bapak Dr. Jonni Manurung, M.S, Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si. dan Drs. Rujiman, M.A. sebagai pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.

(8)

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIII dan sebelumnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah mendorong dan memberikan bantuan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

9. Bapak Kepala Kantor dan rekan-rekan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia yang memberikan dukungan moril kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Ibunda yang sangat saya sayangi dan hormati yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moril serta doa kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

11. Istriku tercinta, Afriani Rahayu serta kedua putriku yang cantik dan shalehah, Salwa Salsabilla dan Putri Miftahul Wulandari serta putraku Sulthon Abdillah, yang terus memberikan doa serta dorongan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Semoga ALLAH SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas seluruh kebaikan yang diberikannya kepada penulis.

Aamiin Yaa Rabbal’Alamiin.

Medan, Juni 2009

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : THORNY SAMANHUDI

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 26 Mei 1968 Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl.Setia Gg.Bilal Muliorejo Sunggal Deli Serdang Nama Istri : Afriani Rahayu

Nama Orang Tua Laki-laki : Parno Sutarto Wigyohartono Nama Orang Tua Perempuan : Maryati

Riwayat Pendidikan Formal

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Teori Perdagangan Luar Negeri ... 8

2.2 Teori Penawaran dan Permintaanan Ekspor ... 10

2.3 Faktor Harga ... 11

2.4 Gross Domestic Product (GDP) ... 12

2.5 Nilai Tukar Mata Uang (kurs) ... 14

2.6 Penelitian Terdahulu ... 16

2.7 Hipotesis Penelitian ... 24

2.8 Kerangka Pikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 26

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 26

(11)

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.5 Batasan Operasional... 28

3.6 Metode Analisis Data Panel ... 28

3.7 Uji Chow (Chow Test) ... 32

3.8 Uji Kesesuaian (Test of Coodness of Fit) ... 34

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Analisis Kinerja Ekspor Perkebunan ... 35

4.2 Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat ... 40

4.3 Perkembangan Ekspor Perkebunan ... 42

4.3.1 Ekspor Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) ... 43

4.3.2 Ekspor Karet Alam ... 47

4.3.3 Ekspor Coklat ... 51

4.4 Analisa Hasil Persamaan Volume Ekspor Produk Pertanian Indonesia ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Perkembangan Ekspor Komoditi Pertanian Indonesia Tahun

2002-2006... 1

1.2 Data Ekspor dan Impor Komoditas Perkebunan Indonesia 1995-2004... 3

4.1 Neraca Ekspor – Impor Produk Pertanian Tahun 1995 – 2005 (Juta Ton dan Juta US$)... 37

4.2 Neraca Nilai Perdagangan Beberapa Komoditi Utama Perkebunan Tahun 1995 – 2005 (juta US$)... 39

4.3 Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Ekspor Pertanian Tahun 2002-2004... 41

4.4 Eksportir CPO Dunia Tahun 2003-2004... 44

4.5 Ekspor CPO ke Amerika Serikat Tahun 1999-2007 ... 46

4.6 Perkembangan Ekspor Karet Indonesia Tahun 1995-2005... 49

4.7 Ekspor Karet Indonesia ke Amerika Tahun 1999-2007... 50

4.8 Eskpor Coklat Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1999-2007... 52

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor

Produk Pertanian Indonesia ... 25

4.1 Tujuan Ekspor Produk Pertanian Indonesia Tahun 2004... 41

4.2 Eksportir CPO Dunia Tahun 2004 ... 45

4.3 Ekspor CPO Tahun 1999-2007 ... 47

4.4 Ekspor Karet Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1999-2007 ... 51

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis global pada pertengahan 2008 telah membuat kontraksi dalam perekonomian Indonesia. Salah satu dampak krisis yang paling besar adalah pada permintaan ekspor komoditas Indonesia. Ekspor Indonesia mengalami kontraksi yang luar biasa, terutama ekspor komoditas pertanian. Turunnya permintaan ekspor ini menyebabkan efek ikutan (contigous effect) yang terus bergulir. Turunnya permintaan ekspor pertanian menyebabkan melimpahnya komoditas pertanian yang menyebabkan harga komoditas tersebut anjlok. Tercatat dua komoditas yang mengalami penurunan harga yang sangat tajam yaitu kelapa sawit dan karet. Harga kelapa sawit yang sebelumnya mencapai kisaran harga Rp.1800 –Rp. 2000 / kg, turun mencapai level terendah Rp.350,00 /kg. Tentu saja hal ini berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. Berikut disajikan data perkembangan ekspor produk pertanian Indonesia.

Tabel 1.1. Perkembangan Ekspor komoditi pertanian Indonesia Tahun 2002-2006

Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Tahun

(16)

Khusus untuk subsektor perkebunan yang menjadi unggulan untuk ekspor Indonesia dan juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, kontrakasi dalam jumlah besar permintaan produk pertanian terutama subsektor perkebunan akan memberikan dampak yang sangat besar bagi perkonomian nasional. Selain turunnya pendapatan dari ekspor, kelebihan produksi nasional akan produksi subsektor pertanian menimbulakn masalah yang sama beratnya. Kelebihan produksi ini yang tidak dapat diserap pasar ekspor juga tidak dapat diserap pasar domestik. Hal ini disebabkan kapasitas perkonomian nasional belum cukup menyerap sebahagian besar produksi nasional dari subsektor pertanian ini. Tentu saja hal ini diakibatkan oleh lemahnya atau masih kecilnya investasi yang terjadi untuk pengolahan produk-produk primer hasil dari subsektor perkebunan, padahal permintaan terhadap produk turunan subsektor pertanian untuk konsumsi domestik sangat lah besar.

(17)

Tabel 1.2. Data Ekspor dan Impor Komoditas Perkebunan Indonesia 1995-2004

PRODUK TAHUN

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Ekspor 1,22 1,43 1,4 1,64 1,49 1,38 1,45 1,5 1,66 2

Sumber : Dirjen Pengolahan& Pemasaran Hasil PertanianDeptan,2006

(18)

pengangguran di Indonesia. Bertambahnya jumlah pengangguran di Indonesia menyebabkan bertambahnya angka kemiskinan di Indonesia. Bertambahnya angka kemiskinan ini menyebabkan berkurangnya permintaan efektif secara agregat yang tentu saja juga akan berdamapak pada penurunan pendapatan nasional Indonesia.

Penurunan permintaan ekspor produk pertanian Indonesia terjadi karena negara – negara tujuan ekspor terhadap komoditas pertanian Indonesia mengalami kontraksi dalam perekonomiannya. Penurunan dalam perekonomian ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor terhadap produk ekspor Indonesia. Sebagian besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah Amerika dan negara-negara eropa, sehingga menjadi konsekuensi logis bila terjadi guncangan pada perekonomian negara tujuan ekspor maka akan berdampak pada permintaan ekspor komoditas pertanian yang berasal dari Indonesia.

(19)

Mengharapkan perekonomian global untuk menjadi lebih baik adalah hal yang wajar namun tentu saja pembenahan faktor internal dapat terus dilakukan terhadap upaya peningkatan ekspor produk Indonesia. Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa ekspor dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional (eksport lead growth). Maka upaya mempertahankan dan meningkatkan kapasitas perekonomian nasional dengan cara menekankan pada aspek peningkatan ekspor komoditas pertanian yang tinggi menjadi penting untuk diperhatikan.

Melihat efek yang dapat ditimbulkan oleh krisis ekonomi terhadap perekonomian nasional, terutama permintaan ekspor Indonesia dan khususnya komoditas subsektor perkebunan, maka kebijakan dan penanganan yang tepat serta kemampuan dalam memprediksi perekonomian nasional khususnya dan perekonomian global secara umum menjadi mutlak untuk diperhatikan dengan serius. Atas dasar pemikiran diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor luar negeri dalam hal ini pendapatan riil Amerika Serikat, nilai kurs, dan harga komoditas pertanian yang berpengaruh terhadap permintaan dan perkembangan ekspor produk pertanian dalam hal ini Crude Palm Oil (CPO), Karet dan Kakao.

1.2 Rumusan Masalah

(20)

1. Bagaimana pengaruh nilai tukar dollar Amerika dan rupiah terhadap volume permintaan ekspor komoditi Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh GDP riil Amerika Serikat terhadap volume permintaan ekspor komoditi Indonesia ?

3. Bagaimana pengaruh harga terhadap volume permintaan ekspor komoditi Indonesia ?

4. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk Amerika terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar dollar Amerika dan rupiah terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia;

2. Untuk menganalisis pengaruh GDP riil Amerika terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia;

3. Untuk menganalisis pengaruh harga terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia;

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya sebagai pengambil keputusan untuk dapat membuat kebijakan yang tepat dalam perekonomian

2. Sebagai bahan referensi bagi pihak pihak lain yang berniat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ekspor komoditi pertanian Indonesia secara lebih luas dan mendalam.

(22)

BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perdagangan Luar Negeri

Dalam perkembangan ekonomi dunia yang makin menglobal, konsekuensi terbesar berupa peningkatan arus perdagangan barang maupun jasa antar negara. Masing-masing negara akan berupaya untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari perkembangan tersebut. Bagi pembuat kebijakan, suatu evaluasi kembali terhadap kebijakan perdagangan dan devisa. Negara yang tidak mampu untuk memanfaatkan perkembangan tersebut akan tergeser dari kelompok negara yang tergolong berhasil dalam pertumbuhan ekonominya.

Teori perdagangan internasional dimulai dari teori merkantilisme yang menganggap pertumbuhan ekonomi suatu negara tumbuh sebagai akibat adanya pengeluaran dari negara lain. Menurut merkantileime sistem ekonomi terdiri dari 3 komponen yaitu : sektor manufaktur, sektor rural dan sektor foreign colonies. Merkantilisme menekankan untuk menjaga akses ekspor yang lebih tinggi dari impor yaitu positive trade balance (Tambunan, 2000).

(23)

banyak logam mulia yang dimiliki suatu negara semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.

Teori keunggulan mutlak dikemukakan oleh Adam Smith (1776) dalam bukunya The Absolute of Nation. Adam Smith menganjurkan perdagangan bebas sebagai kebijakan yang mampu mendorong kemakmuran suatu negara. Dalam perdagangan bebas, setiap negara dapat menspesialisasikan diri dalam produksi komoditas yang memiliki keunggulan mutlak/absolut dan mengimpor komoditi yang memperoleh kerugian mutlak. Dengan spesialisasi, masing-masing negara dapat meningkatkan pertambahan produksi dunia yang dapat dimanfaatkan secara bersama-sama melalui perdagangan internasional. Jadi melalui perdagangan internasional yang berdasarkan keunggulan mutlak, masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan akan memperoleh keuntungan yang serentak melalui spesialisasi, bukan dari pengorbanan negara lain (Waluyo Harry,1995).

Dalam sistem perekonomian yang terbuka, perdagangan internasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia secara keseluruhan. Perkembangan ekonomi dunia sangat penting untuk dipertimbangkan terutama dampaknya terhadap sisi permintaan, terutama permintaan terhadap komoditas ekspor. Sehingga bagi Indonesia dengan ekonominya yang berifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk menigkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan.

(24)

nasional. Sebagai konsekuensinya perekonomian nasional akan menjadi peka terdadap perkembangan yang terjadi pada perekonomian dunia, terutama terhadap gejolak yang ditimbulkan oleh perekonomian negara mitra dagang Indonesia dan yang berpengaruh terhadap hubungan ekonomi, perdagangan dan moneter antar negara.

2.2 Teori Penawaran dan Permintaan Ekspor

Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran (Krugman dan Obstfeld, 2000; Salvatore, 1996). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri. Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong (1996), diterjemahkan oleh Sindoro (1997).

(25)

setiap orang juga akan berubah, namun peningkatan tersebut tergantung dari jenis barangnya, apabila barang dimaksud adalah barang normal maka peningkatannya akan cenderung lambat.

Produk-produk yang betul-betul kompetitif, penawaran dan permintaan domestik akan tergantung pada harga barang, sedangkan permintaan dan penawaran asing (ekspor) akan bergantung pada harga dalam mata uang asing (Krugman dan Obstfeld (2000) yang diterjemahkan oleh Basri (2004), dijelaskan pula bahwa perdagangan akan terjadi di suatu pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan, jika kedua negara menghasilkan produk yang sama. Selain berbagai faktor tersebut diatas, hubungan perdagangan antar negara yang mempengaruhi aktivitas ekspor impor adalah nilai tukar mata uang masing-masing negara.

2.3 Faktor Harga

Apabila suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain (ekspor dan impor) maka ada bebarapa faktor yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya adalah harga dari barang yang akan diperdagangkan karena harga akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga barang yang merupakan suatu hipotesa yang menerangkan :

(26)

permintaan terhadap barang tersebut (cateris parisbus)” (Sadono Sukirno, 2003:76)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan yaitu : 1. Harga barang itu sendiri.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut. 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata – rata masyarakat 4. Corak distribusi dalam pendapatan masyarakat.

5. Cita rasa masyarakat. 6. Jumlah penduduk.

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yg akan datang.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diketahui bahwa permintaan atas barang-barang komoditas ekspor perkebunan Indonesia bersifat inelastis.

2.4 Gross Domestic Product (GDP)

(27)

Nicholson (1998) menyatakan ketika pendapatan total seseorang meningkat, dengan asumsi harga-harga tidak berubah (ceteris parisbus), kita mungkin mengharapkan kuantitas yang dibeli untuk setiap barang juga akan meningkat. Barang barang yang mengikuti kecenderungan demikian disebut barang-barang normal (normal good). Sebagian besar barang merupakan barang normal, jika pendapatan meningkat, dalam prakteknya orang cenderung untuk membeli lebih banyak barang. Permintaan barang-barang mewah (luxury) akan meningkat lebih cepat jika pendapatan naik, tetapi permintaan barang untuk keperluan sehari-hari (necessity) akan meningkat lebih lambat. Selain itu Nicholson (1998) juga menyebutkan barang-barang inferior, yang sifatnya apabila pendapatan seseorang meningkat maka individu akan mengurangi konsumsinya. Jadi apabila seseorang pendapatan meningkat maka akan mengalihkan konsumsi barang yang lebih mahal, contohnya barang ini adalah gaplek, ketika pendapatan suatu keluarga meningkat maka keluarga dimaksud akan mengkonsumsi nasi.

Demikian pula permintaan ekspor komoditas pertanian juga akan dipengaruhi oleh GDP riil dari negara tujuan ekspor (dalam hal ini Indonesia mengekspor ke Amerika Serikat), maka terdapat korelasi positif antara PDB Amerika Serikat dengan permintaan produk impornya, demikian sebaliknya. Peningkatan impor sebagai akibat meningkatnya PDB negara importir dapat terlihat dari dua mekanisme sebagai berikut :

(28)

impor antara lain barang-barang modal dan bahan baku sebagai imput dalam proses produksi yang ditawarkan (supply) oleh negara lain.

2. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya kebutuhan produk final (final product) karena tidak semua dipenuhi oleh produksi dalam negeri.

2.5 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)

Kurs merupakan perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain.Perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang dilakukan dalam satu negara, karena mesti memakai dua mata uang yang berbeda misalnya antara negara Indonesia dan Amerika Serikat, Pengimpor Amerika harus membeli rupiah untuk membeli barang-barang dari Indonesia. Sebaliknya Pengimpor Indonesia harus membeli dollar Amerika untuk menyelesaikan pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika. Besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing.

(29)

domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestik terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspornya bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah.

Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain.

Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal (Mankiw, 2003)

(30)

exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2003). Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :

Q = S.P/P* --- (2.1)

dimana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Muslim (2007), tentang implementasi algoritma cluster fuzzy dan neuro fuzzy studi kasus ekspor indonesia ke jepang, salah satu kesimpulan dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa secara keseluruhan peningkatan pendapatan Jepang dan nilai tukar riil Jepang-Indonesia (peningkatan harga kompetitif Indonesia) akan berdampak positif terhadap ekspor indonesia ke Jepang.

(31)

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable GDP riil berpengaruh secara positif terhadap permintaan ekspor, harga sepatu kulit berpengaruh secara negatif terhadap permintaan ekspor, nilai tukar riil berpengaruh secara positif terhadap permintaan ekspor dan voladitas nilai tukar tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor sepatu kulit.

Munadi (2007) meneliti tentang permintaan ekspor minyak kelapa sawit indonesia ke India dengan menggunakan model ECM dimana variable bebasnya terdiri dari harga CPO dunia, harga minyak kedelai dan nilai tukar (Rp/US).Hasil analisis regresi terhadap persamaan permintaan ekspor dengan menggunakan pendekatan ECM mengindikasikan permintaan ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia ke India tidak terdapat hubungan dalam jangka panjang yang diindikasikan dengan pengaruh yang tidak nyata dari Faktor error correction model (ECM). Dalam jangka pendek permintaan ekspor kelapa sawit oleh India sangat dipengaruhi oleh rasio antara harga minyak kedelai dan harga minyak kelapa sawit dunia dengan elastis sebesar 2,74, Indeks produksi dengan elastisitas sebesar 2,69 dan koefisien penyesuaian yang direfleksikan dengan permintaan ekspor ke India tahun lalu sebesar 0,89. Penurunan pajak ekspor akan diikuti oleh meningkatnya jumlah minyak sawit yang diekspor. Penurunan pajak ekspor sebesar 10% akan meningkatkan harga minyak sawit dalam negeri sebesar 14.83 persen.

(32)

ekspor lidah buaya sebelumnya pada bulan ke t-1.Pengujian koefisien regresi secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (independent variable) terhadap variabel tidak bebas (dependent variable). Berdasarkan pengujian tersebut diketahui bahwa variabel harga luar negeri (Hf) berpengaruh positif (+) dan signifikan terhadap kuantitas ekspor. Harga luar negeri sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kuantitas ekspor lidah buaya, Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap kuantitas ekspor lidah buaya.

Aji (2006) dalam “Analisis Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat Tahun 1984-2003” menganalisis kinerja ekspor serta faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor perkanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat dengan analisis constant Market Share dan adaptasi model Calna-Falcetti. Dengan membagi dua data time series 10 tahunan ekspor perikanan, memperlihatkan bahwa ekspor ke Jepang (1984-1993) mengalami kenaikkan sedangkan (1994-2003) mengalami penurunan kedua periode ekspor ini didorong oleh efek pertumbuhan pasar Jepang. Ekspor ke Jepang signifikan dipengaruhi oleh pendapatan Jepang. Harga ekspor relative berhubungan negative sedangkan pendapatan mitra dagang berhubungan positif dengan permintaan ekspor.

(33)

untuk melihat efek dinamik dan kecepatan penyesuaian dalam jangka pendek. Variabel terikat yang digunakan adalah kuantitas ekspor minyak sawit, karet alam dan kakao. Sementara variabel-variabel penjelasnya adalah produksi, harga relatif yang merupakan rasio harga internasional dengan indeks harga pedagang besar, nilai tukar, dan produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia, serta dummy kebijakan pemerintah untuk ekspor minyak sawit.

Produksi diharapkan memiliki efek positif karena semakin tinggi produksi akan menghasilkan peningkatan ekspor. Harga relatif diharapkan memiliki efek positif pada kuantitas ekspor dan dimaksudkan untuk menangkap profitabilitas ekspor. Nilai tukar diharapkan memiliki efek positif terhadap ekspor. Hubungan positif diharapkan antara kuantitas ekspor dan PDB yang merupakan refleksi dari kekuatan ekonomi. Sedangkan, dummy kebijakan yang mengontrol ekspor minyak sawit diharapkan memiliki efek negatif.

(34)

pengaruh yang positif dan nyata untuk karet alam dan kakao, namun tidak memberi pengaruh nyata untuk minyak sawit. Sedangkan PDB nasional memberi pengaruh yang positif dan nyata dalam jangka panjang kakao, namun tidak memberi pengaruh nyata untuk untuk minyak sawit dan karet alam.

Kusumadewi (2005) melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor tekstil dan produk tekstil di Indonesia periode tahun 2000-2005. Dalam penelitian Kusumadewi, estimasi yang dipakai menggunakan model penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang permintaan ekspor di Pakistan oleh Khumar dan Dhawan (1991). Penelitian dengan menggunakan data panel, dengan data triwulanan dari tahun 2000-2005 pernegara mitra dagang untuk mengetahi permintaan ekspor komoditi TPT, final good dan intermediate good. Didalam estimasi, uji signifikasi yang dilakukan adalah random effect yang merupakan bagian dari analisis data panel. Dengan sebelumnya melakukan uji spesifikasi F-test dan Hausman-test.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh secara positif terhadap permintaan ekspor TPT, variabel harga relatif berpengaruh secara negatif terhadap permintaan ekspor TPT. Analisa juga dilakukan untuk mengetahui jenis komoditi yang dapat ditingkatkan produksinya untuk dapat menjadi unggulan serta negara mitra dagang mana saja (menggunakan fixed effect model) yang memiliki potensi eskpor bagi Indonesia.

(35)

ekspor dipengaruhi oleh harga textil ekspor, harga domestik tektil ekspor, nominal exchange rate, dan trend waktu.

Dari hasil regresi yang dilakukan oleh Afia Malik terhadap permintaan dan pernawaran ekspor TPT di Pakistan disimpulkan bahwa :

1. Permintaan ekspor TPT Pakistan dipengaruhi oleh pendapatan dunia yang bertanda posisif pada tingkat kepercayaan 95 %, sedangkan variabel harga ekspor dan riil effektif nilai tukar bertanda negatif tetapi tidak signifikan. 2. Penawaran ekspor TPT Pakistan harga domestik bertanda negatif sedangkan

variabel yang lain bertanda positif, dan pada tingkat kepercayaan 90 % variabel nominal nilai tukar berpengaruh signifikan sedangkan variabel lainnya tidak signifikan.

3. Hasil dari regresi tersebut sama seperti yang dilakukan oleh Reidel (1988) yang melakukan penelitian terhadap penawaran dan permintaan ekspor manufaktur Hongkong, dimana variabel harga dan pendapatan tidak signifikan sedangkan permintaan ekspor dipengaruhi oleh harga. Sebagai negara negara kecil dalam perdagangan pendapatan dunia tidak mempunyai pengaruh terhadap ekspor. Tetapi ada perbedaan antara Hongkong dan Pakistan dalam menghadapi hambatan non tarif dan daya saing produknya. Dan ternyata faktor mutu produk berpengaruh terhadap ekspor di negara-negara berkembang.

(36)

regresi ECM menunjukkan bahwa harga ekspor pakaian jadi signifikan pada α=10

persen dan mempunyai hubungan yang negatif baik untuk variabel jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti harga ekspor pakaian jadi berpengaruh

terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia pada α =10 persen dan sesuai dengan

hipotesis. PDB negara pengimpor (AS) signifikan pada taraf signifikansi 10 persen untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti variabel PDB AS berpengaruh terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang pada taraf signifikansi 10 persen dan sesuai dengan hipotesis. Variabel jumlah penduduk negara pengimpor (AS) signifikan pada taraf signifikansi 10 persen untuk jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang tidak signifikan pada taraf signifikansi 10 persen. Hal ini berarti variabel jumlah penduduk AS berpengaruh terhadap volume ekspor pakaian jadi dalam jangka pendek sedangkan dalam jangka panjang tidak berpengaruh terhadap ekspor pakaian jadi Indonesia. Variabel kurs rupiah terhadap dolar signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan taraf signifikansi 10 persen, tetapi memiliki hubungan yang negatif yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis. Hal ini berarti variabel kurs berpengaruh terhadap volume ekspor pakaian jadi Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

(37)

riil mempunyai dampak negatif terhadap ekspor non migas riil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Penelitian runtun waktu, yaitu untuk periode tahun 1970-1996 dilakukan oleh G. Adirinekso (2000), dampak ekspor sektor migas dan nonmigas terhadap produk nasional bruto dan komponennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ekspor migas selama periode penelitian memberikan pengaruh yang cukup besar bagi produk nasional bruto dibandingkan dengan ekspor nonmigas.

Sharma (2000) dengan menggunakan data dari tahun 1970 -1998, dengan mengguakan persamaan model simultan, hasil dari penelitian ini menyarankan bahwa permintaan terhadap ekspor India meningkat ketika harga produk ekspor turun dibandingkan dengan harga produk dunia. Dari penelitian juga terlihat bahwa apresiasi terhadap nilai mata uang India telah mempunyai pengaruh yang berkebalikan dengan permintaan ekspor produk India. Karenanya inflasi harus dapat dikendalikan pada tingkat yang lebih rendah daripada Negara mitra dagang dan penggunaan nilai tukar yang mengambang harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa peningkatan mata uang dapat dikendalikan.

(38)

FDI tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja ekspor India walaupun koefisien FDI memiliki tanda yang positif. Dan hal ini dapat disimpulkan bahwa level dari infrastruktur tidak memilki pengaruh terhadap penawaran ekspor.

Jung dan Marshall (1983) dalam Exports, Growth and Causality in Developing Countries menggunakan Granger causality untuk mendukung hipotesis export promotion efektif untuk strategi pembangunan. Hasil time series dari 37 negara menunjukkan hanya 4 negara yang tepat menggunakan strategi ini yaitu Indonesia, Mesir, Costa Rica dan Equador. Hal ini memperlihatkan studi mengenai ekspor Indonesia bermanfaat karena ekspor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekonomi Indonesia.

2.7 Hipotesis Penelitian

Dari uraian teori dan penelitian terdahulu yang dijelskan dalam bab II maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

1. Kurs berpengaruh negatif terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia (ceteris paribus)

2. Pendapatan Riil Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia (ceteris paribus)

3. Harga komoditi berpengaruh negatif terhadap volume permintaan ekspor komoditi pertanian Indonesia (ceteris paribus)

(39)

2.8 Kerangka Pikir

Sehubungan dengan pemikiran ini, penulis membuat kerangka pemikiran yang dapat mengambarkan ruang lingkup penelitian ini sebagaimana tergambar pada gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Produk Pertanian Indonesia

Kurs (Rp/US$)

Volume Permintaan Ekspor

(Kg)

Harga Komoditi (US$) GDP Riil Amerika

Serikat (US$)

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Indonesia dimulai Desember 2008 dengan ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pada perkembangan ekspor produk pertanian Indonesia seperti Produk domistik bruto Amerika Serikat,harga komoditas produk pertanian Indonesia,nilai kurs,jumlah penduduk Amerika Serikat.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Adapun data yang diambil dari penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi-publikasi resmi, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank, Departemen Pertanian dan sumber-sumber lain yang dipublikasikan, serta penelitian sebelumnya.Tahun data adalah data tahun 1999 sampai dengan 2007.

3.3 Model Analisis

(41)

Fungsi yang digunakan dalam persamaan ini yaitu :

X Ind = f( ER,GDP,Pc,Qus,)………..(3.1) Model diatas kemudian dispesifikasikan dalam bentuk model sebagai berikut : X Indit = b0 + b1 ER1it+ b2 GDP2it + b3 Pc3it + b4 Qus4it + µit

Dimana i = 1,2,3 dan t = 1,2,...36

X Ind = Volume Ekspor Indonesia (Kg)

ERR = Kurs mata uang Indonesia terhadap dollar (Rp/US$) GDP = GDP riil Amerika (Miliar US$)

Pc = Harga Komoditi (US$)

Qus = Jumlah pendududk Amerika (juta jiwa) b0 = Intercept

b1 b2 b3 b4 =Koefisien regresi

µ =Variabel penganggu (error term)

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, dengan analisis data sekunder dari publikasi resmi instutusi yang berhubungan dengan peelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini dalam benuk data Runtut waktu (Time series) yaitu menggunakan data historis tahun-tahun sebelumnya. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(42)

3. GDP riil Amerika Serikat

4. Harga tiga komoditas pertanian (cpo,karet dan kakao) 5. Jumlah penduduk Amerika Serikat

3.5 Batasan Operasional

Untuk meragamkan persepsi dalam penulisan ini, maka disajikan beberapa defenisi orperasional yang diuraikan sebagai berikut :

1. Ekspor adalah kuantitas ekspor tiga komoditas pertanian yaitu, CPO, karet dan kakao dalam satuan kilogram.

2. Nilai tukar adalah nilai tukar mata uang indonesia dibandingkan dengan mata uang Amerika (Rp/US$).

3. Pendapatan Nasional Amerika adalah GDP riil dalam satuan US$. 4. Harga adalah nilai komoditas yang diekspor dalam satuan US$. 5. Jumlah penduduk Amerika adalah total penduduk dalam juta jiwa.

3.6 Metode Analisis Data Panel

(43)

berupa urutan numerik dimana interval antar observasi atas sejumlah variabel bersifat konstan dan tetap. Sedangkan data silang tempat adalah suatu unit analisis pada suatu titik waktu tertentu dengan observasi atas sejumlah variabel.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data panel yaitu dengan menggunakan data antar waktu dan data antar komoditas yang disebut data panel. Menggunakan data panel memiliki beberapa keuntungan. Menurut Baltagi (2001) keuntungan menggunakan data panel adalah :

a. Bila data panel berhubungan dengan individu,perusahaan,negara,daerah dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen. Tehnik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan;

b. Memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, derajad kebebasan yang lebih efisien, serta menghindarkan kolinieritas antar variabel;

c. Data panel lebih baik dalam hal untuk studi mengenai dynamics of adjustment, yang memungkinkan estimasi masing-masing karakteristik individu maupun karakteristik antar waktu secara terpisah;

d. Mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur pengaruh yang biasa tidak dapat dideteksi oleh data cross section ataupun time series saja.

(44)

f. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross-section

Untuk itu dengan menggunaan data panel pada penelitian ini, diharapkan dapat menggambarkan ekspor pertanian Indonesia ke Amerika Serikat pada periode waktu tertentu serta masing-masing komoditas yaitu karet, coklat dan cpo Penggunaan data runtut waktu (time-series) dan silang tempat (cross section) secara terpisah tidak akan mampu menangkap seluruh informasi yang diperlukan. Data runtut waktu yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mulai tahun 1999 triwulan 1 sampai dengan tahun 2007 triwulan 4 dalam triwulanan. Sedangkan data silang tempat yang dipergunakan adalah karet, coklat dan cpo ke Amerika Serikat (USA).

Dengan data panel, jumlah pengamatan menjadi banyak. Dalam penelitian ini jumlah observasi sebanyak 108 data yaitu jumlah triwulan dikalikan dengan jumlah komoditas. Dengan analisis data regresi panel, dapat menangkap dinamika yang lebih baik dari hubungan antara volume ekspor dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(45)

Dengan demikian adanya gangguan asumsi klasik dalam model ini telah terdistribusi secara normal, sehingga tidak diperlukan lagi treatment terhadap model bagi pelanggaran asumsi klasik, yaitu asumsi adanya autokorelasi, multikolinearitas dan heterokedastik. Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah dengan program Eviews 3. Untuk mengestimasi model dengan data panel, terdapat beberapa tehnik yang ditawarkan, yaitu :

1. Ordinary Least Square

Tehnik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data cross section atau time series. Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus mengabungkan data cross section dengan data time series. Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS.

2. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

(46)

waktu juga memiliki kelebihan seperti tidak mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi dengan veriabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi.

3. Model Efek Random (Random Efect Model)

Apabila pada model efek tetap, perbedaan individu dan atau antar waktu dicerminkan melalui intercept, maka pada model efek random,perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Tehnik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan cross section.

Menurut Judge untuk mengetahui metode apa yang lebih cocok antara Medel Efek Tetap (MET) dan Model Efek Random (MER) terdapat pertimbangan yang telah dibuktikan secara matematis, dimana disebutkan bahwa :

a. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah time series (T) lebih besar dibanding jumlah cross section (N) maka nilai taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada kemudahan perhitungan, disarankan untuk menggunakan MET.

b. Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih kecil dibanding jumlah individu (N) maka disarankan untuk menggunakan MER.

3.7 Uji Chow (Chow Test)

(47)

setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk itu dipergunakan Chow Test. Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut :

CHOW = ( RSSS-URSS ) / ( N-1) ……….. ( 3.2 ) URSS / ( NT – N –K )

Dimana :

RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode pooled least square/common intercept)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode fixed effect)

N = Jumlah data cross section T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1, NT-N-K

(48)

3.8 Uji Kesesuaian ( Test of Goodness of Fit )

Uji kesesuaian ( Test of Goodness of Fit ) dilakukan berdasarkan perhitungan nilai koefisien Determinan (R2) yang kemudian dilanjutkan dengan uji F (F-test) dan uji t (t-test)

1. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk melihat kekuatan variable bebas (independent variable) dan mempengaruhi variable terkait (dependent variable).

2. Uji-F (all over test) dimaksudkan untuk mengetahui siqnifikasi statistic koefisien regresi secara bersama-sama atau serentak

(49)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kinerja Ekspor Perkebunan

Tidak terbantahkan sumbangan sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi nasional masih cukup signifikan. Sumbangan sektor pertanian di antaranya melalui penyerapan tenaga kerja, sumbangan terhadap devisa dan PDB, penyedia kebutuhan pokok dan sebagai jalur utama perekonomian pedesaan.

Karena itu, hal yang penting adalah bagaimana memotret kinerja pembangunan pertanian ini bukan saja dilihat dari seberapa besar peningkatan produksinya, namun jauh dari itu yang lebih penting adalah seberapa besar kinerja pemasaran hasil pertanian khususnya kinerja ekspor impor yang telah memberikan nilai tambah dan devisa bagi negara.

(50)

Analisis Kinerja Ekspor Perkebunan dilakukan sebagai upaya dalam mengevaluasi kinerja dan capaian pembangunan sektor perkebunan secara kuantitatif dalam meningkatkan kontribusinya terhadap penerimaan negara serta dipergunakan dalam melakukan perencanaan ke depan. Trend ekspor dan neraca perdagangan merupakan alat bantu untuk memberikan gambaran arah capaian, di mana penurunan maupun peningkatan nilai sangat menentukan arah trend.

Selama ini ekspor hasil pertanian sebagian besar merupakan ekspor hasil perkebunan primer. Dalam jangka panjang, pengembangan ekspor sector pertanian difokuskan kepada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah lebih besar bagi perekonomian nasional. Sejalan dengan rencana tersebut, maka pengembangan agroindustri mutlak diperlukan yang pada gilirannya akan mendukung upaya pengembangan ekspor sektor pertanian. Trend volume ekspor komoditas perkebunan dari tahun 1995 hingga 2005 cenderung meningkat. Sedangkan dari sisi impor, volume impor jauh lebih sedikit dan cenderung stagnan.

Trend ekspor perkebunan yang terus meningkat ini, memberikan gambaran bahwa produk perkebunan kita telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan. Subsektor inilah dari sektor pertanian yang mampu memberikan surplus perdagangan yang sangat tinggi.

(51)

masa sebelum krisis (1995-1997) volume ekspor rata-rata sebesar 7,0 juta ton/tahun, dan masa krisis (1998-1999) sebesar 7,8 juta ton/tahun seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Neraca Ekspor – Impor Produk Pertanian Tahun 1995 -2005 ( Juta Ton dan Juta US$ )

Volume Ekspor (Juta Ton) Volume (Juta US$) Tahun

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca 1995 5.7 11.1 (5.4) 4,607.5 4,623.6 (16.1) 1996 7.5 11.9 (4.4) 5,194.3 5,579.6 (385.3) 1997 7.9 9.9 (2.0) 5,549.9 4,413.3 1,136.6 1998 6.8 10.2 (3.4) 4,468.4 3,756.2 712.2 1999 8.8 14.7 (5.9) 4,696.6 4,474.2 222.4 2000 9.5 13.5 (4.0) 4,500.3 4,034.2 466.1 2001 9.6 11.6 (2.0) 3,696.6 3,972.2 (275.6) 2002 11.6 13.6 (2.0) 5,518.3 4,007.2 1,511.1 2003 11.6 13.5 (1.9) 6,417.7 4,269.9 2,147.8 2004 15.1 13.0 2.1 8,544.0 4,885.5 3,658.5 2005 18.1 13.2 4.9 10,564.0 5,229.6 5,334.4 Rata-rata

1995-1997 7.0 11.0 (4.0) 5,117.2 4,872.0 245.2 Rata-rata

1998-1999 7.8 12.5 (4.7) 4,582.5 4,115.2 467.3 Rata-rata

2000-2005 18.1 13.2 4.9 6,540.2 4,399.8 2,140.4 Sumber : Data BPS tahun 2007

(52)

Sedangkan jika dilihat dari sisi penerimaan devisa, maka penerimaan devisa dari ekspor produk pertanian yang sempat turun di masa krisis, mengalami masa pemulihan di tahun 2000-2005. pada masa sebelum krisis (1995-1997) nilai ekspor sebesar US$ 5.117,2 juta/tahun. Sedangkan di masa krisis mengalami penurunan menjadi US$ 4.582,5 juta/tahun. Namun setelah masa krisis nilai ekspor kembali meningkat menjadi US$ 6.540,1 juta/tahun.

Selama ini ekspor hasil pertanian sebagian besar merupakan ekspor hasil perkebunan primer. Dalam jangka panjang, pengembangan ekspor sektor pertanian difokuskan kepada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah lebih besar bagi perekonomian nasional. Sejalan dengan rencana tersebut, maka pengembangan agroindustri mutlak diperlukan yang pada gilirannya akan mendukung upaya pengembangan ekspor sektor pertanian.

Nilai ekspor komoditas perkebunan yang selalu jauh lebih tinggi dari nilai impor merupakan andalan sektor pertanian untuk menutupi devisa yang dikeluarkan untuk menutupi kekurangan biaya impor komoditas pertanian lainnya (baik tanaman pangan, hortikultura, maupun peternakan). Devisa dari ekspor komoditas perkebunan bahkan masih mampu memberikan nilai neraca perdagangan seluruh sektor pertanian yang positif.

(53)

Subsektor inilah dari sektor pertanian yang mampu memberikan surplus perdagangan yang sangat tinggi.

Tabel 4.2. Necara Nilai Perdagangan Bebarapa Komodi Utama Perkebunan Tahun 1995 – 2005 (juta US$ )

Sumber : Data Dinas Perkebunan Tahun 2007

Pada Tabel 4.2 ditunjukkan neraca perdagangan beberapa komoditas perkebunan. Minyak kelapa sawit merupakan komoditi andalan utama ekspor perkebunan yang kemudian disusul oleh karet, kakao, kopi, kelapa dan teh. Komoditi yang ekspornya terus menunjukkan peningkatan (khususnya pada tahun 2002–2005) dan nilainya cukup tinggi adalah minyak kelapa sawit, karet, kakao dan kopi.

TAHUN Prod Kinerja

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

(54)

Trend ekspor perkebunan yang terus meningkat ini, memberikan gambaran bahwa produk perkebunan kita telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan. Subsektor inilah dari sektor pertanian yang mampu memberikan surplus perdagangan yang sangat tinggi

4.2 Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat

(55)

Gambar 4.1. Tujuan Ekspor Produk Pertanian Indonesia Tahun 2004

Tabel 4.3. Nilai Ekspor Menurut Negara Tujuan Ekspor Pertanian Tahun 2002-2004

Nilai (US$)

2002 2003 2004

N0. Negara Tujuan

(56)

4.3 Perkembangan Ekspor Perkebunan

Hingga saat ini, keunggulan sub sektor perkebunan dalam sektor pertanian tidak hanya sebagai kontributor utama dalam PDB namun lebih penting lagi yaitu sebagai penyumbang devisa terbesar diantara sub sektor pertanian lainnya.Pada tahun 2005, tercatat surplus neraca perdagangan sektor pertanian (yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan,hortikultura, perkebunan dan peternakan) adalah sebesar US $ 9.140,7 juta. Besarnya surplus neraca perdagangan sektor pertanian pada tahun 2005 tersebut berasal dari besarnya surplus neraca perdagangan sub sektor perkebunan yang mencapai angka sebesar US $ 6.447,5 juta.

Menurut Rencana Strategik Ditjen Perkebunan tahun 2005-2009, peranan pembangunan sektor perkebunan dalam pembangunan nasional masih harus terus ditingkatkan, tidak hanya sebagai penyedia devisa negara namun juga sebagai penyedia lapangan kerja, pendorong pengembangan industri hilir perkebunan di dalam negeri, pendukung pengembangan wilayah serta mendukung pengembangan wilayah dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

(57)

4.3.1 Ekspor Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil )

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat (petani kalapa sawitdapat memiliki pendapatan sekitar Rp. 2juta – Rp. 6 juta per tahun). Selain itu tanaman kelapa sawit juga menjadi sumber pangan dan gizi utama dalam menu penduduk negeri, sehingga kelangkaannya di pasar domestik berpengaruh sangat nyata dalam perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Badan Litbang Deptan, 2005).

Sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 2005 baik luas areal maupun produksi kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan masingmasing sebesar 12,64 persen dan 11,97 persen per tahun. Berdasarkan data rata-rata produksi Crude Palm Oil ( CPO ) tahun 2000-2005, Indonesia merupakan negaraprodusen kedua terbesar di dunia setelah Malaysia. Indonesia memberikan kontribusi produksi sebesar 35,42 persen terhadap total produksi cpo sedangkan Malaysia sebesar 44,36 persen. Dalam perdagangan internasional, Indonesia juga merupakan eksportir kelapa sawit kedua terbesar di dunia setelah Malaysia.

(58)

sebesar US$ 4.335.573 ribu yang terdiri dari surplus neraca perdagangan minyak kelapa sawit sebesar US $ 3.750.983 ribu dan minyak inti sawit sebesar US $ 584.754 ribu.

Berdasarkan hasil proyeksi penawaran kelapa sawit Indonesia, diperkirakan produksi kelapa sawit nasional akan tumbuh sebesar 2,40 persen per tahun.Dengan demikian pada tahun 2008 diperkirakan produksi kelapa sawit Indonesia akan mencapai angka sebesar 12.734.034 ton. Melalui berbagai kebijakan Pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk program pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit, maka diharapkan produksi kelapa sawit nasional akan terus meningkat dan cita-cita Indonesia menjadi “a country leader” produksi kelapa sawit di dunia akan tercapai.

Tabel 4.4. Ekportir CPO Dunia Tahun 2003 - 2004

Tahun Tahun

No. Ekspor CPO ( MT )

2003 % 2004 %

(59)

Eksportir CPO Dunia Tahun 2004

36%

27% 2%

1% 1% 1% 1% 1% 0% 0% 30%

Malaysia Indonesia Belanda Papua New Guinea Singapura Colombia German Costarica Thailand Honduras Lainnya

Berdasarkan data rata-rata produksi 2 tahun terakhir (2003-2004), terdapat 10 negara eksportir kelapa sawit terbesar dunia. Ke empat negara tersebut adalah Malaysia dengan kontribusi sebesar 58,1 persen dari total ekspor dunia untuk tahun 2003 dan sebesar 36,7.persen untuk tahun 2004. Sedangkan Indonesia menempati peringkat kedua setelah Malaysia yaitu dengan kontribusi sebesar 30,7 persen dari total ekspor dunia untuk tahun 2003 dan sebesar 26,9 persen pada tahun 2004 Pada urutan ketiga adalah Belanda dengan kontribusi sebesar 2,57 persen dari total ekspor dunia untuk tahun 2003 dan sebesar 1,94 persen pada tahun 2004,sedangkan negara lainnya mengalami peningkatan dari 3,1 persen pada tahun 2003 dan meningkat menjadi 30,3 persen. Hal ini dikarenakan negara –negara yang semula tidak tertarik pada bidang industri dan ekspor cpo ikut serta pada industri ini dikarenakan industri ini menjadi sangat penting artinya terutama sebagai bahan bakar penganti minyak bumi yaitu biodesel.

(60)

Amerika Serikat (AS) merupakan negara tujuan utama ekspor perkebunan Indonesia. Salah satunya yaitu komoditas minyak kelapa sawit (cpo), Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat secara umum terus mengalami peningkatan baik dari segi volume maupun nilai ekspor.

Tabel 4.5. Ekspor CPO ke Amerika Serikat Tahun 1999 - 2007

Tahun

Volume (Ton)

%

Nilai (Ribu US$)

%

1999 2,433,560 - 828,488

-2000 2,292,360 94 568,505 69

2001 3,054,076 133 614,307 108

2002 3,528,916 116 1,067,706 174

2003 3,494,279 99 1,256,599 118

2004 4,841,720 129 1,814,812 144

2005 5,810,565 120 1,991,143 110

2006 6,901,634 119 2,538,297 127

2007 6,174,132 89 3,691,529 145

Sumber data : BPS diolah

(61)

Ekspor CPO Tahun 1999-2007

-1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Volume (Ton) Nilai (Ribu US$)

Gambar 4.3. Ekspor CPO tahun 1999-2007

4.3.2 Ekspor Karet Alam

Karet adalah salah satu komoditi ekspor Indonesia yang cukup besar peranannya sebagai penyumbang devisa nonmigas. Lebih dari 80 persen produksi karet alam Indonesia di ekspor ke manca negara dan sebagian kecil yang dikonsumsi di dalam negeri. Disamping perannya sebagai penyumbang devisa nonmigas, karet juga telah menghidupi jutaan rakyat yang bekerja di sektor ini karena sebagian besar perkebunan karet Indonesia diusahakan oleh rakyat.

(62)

mempengaruhi harga. Namun demikian keunggulan karet alam masih belum bisa ditandingi oleh karet sintetis, terutama daya elastisitas dan plastisitasnya yang lebih bagus. Hal ini bisa dilihat dalam pembuatan ban radial meskipun bahan bakunya karet sintetis, tetap saja harus dicampur dengan karet alam. Kebutuhan dunia terhadap karet terus meningkat dari tahun ke tahun seiring berkembangnya industri yang menggunakan bahan baku karet di negar-negara maju. Pada tahun 2002 kebutuhan karet dunia mencapai 27,7 juta ton, jauh di atas estimasi 18,5 juta ton pada tahun sebelumnya (Setiawan D.H dan Andoko A, 2005). Kenaikan kebutuhan tersebut dipicu oleh kemajuan industri kendaraan bermotor di China yang salah satu komponennya adalah ban berbahan karet.

IRSG atau Internasional Rubber Study Group (dalam Kompas, Oktober 2006) memperkirakan kebutuhan karet alam dunia akan mencapai 10,9 juta ton pada tahun 2010 dengan asumsi laju pertumbuhan sebesar 4,7 persen per tahun. Pertumbuhan yang besar ini belum dapat dipenuhi oleh negara produsen karet alam karena negara produsen baru mampu menghasilkan karet alam sebanyak 10,6 juta ton pada tahun 2010. Hal ini menyebabkan defisit pasokan karet alam dunia sekaligus merupakan peluang Indonesia untuk mengisinya.

(63)

tingkat konsumsi sebesar 0,77 juta ton dan berkontribusi sebesar 9,97 persen terhadap total konsumsi karet alam dunia. China menyerap karet alam terbesar dunia seiring dengan berkembangnya industri kendaraan bermotor di negara tersebut dimana karet alam merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan ban.

Indonesia merupakan negara eksportir karet terbesar kedua setelah Thailand memiliki peluang yang masih cukup besar untuk dapat dikembangkan secara lebih luas pada semua subsistem dari hulu hingga hilir.Besarnya potensi sumber daya yang dimiliki Indonesia seperti lahan, iklim, tenaga, plasma nutfah yang memadai akan meningkatkan peluang tersebut. Potensi pengembangan karet diarahkan berdasarkan produk yang dihasilkan maupun inovasi tehnologi.Dengan demikian ekspor karet Indonesia setiap tahun akan terus mengalami peningkatan yang cukup mengembirakan baik dari segi volume maupun nilai ekspor.

Tabel 4.6. Perkembangan Ekspor Karet Indonesia Tahun 1995-2005

Tahun Volume % Nilai %

1995 1,324,295 - 1,963,636

-1996 1,434,285 108.31 1,917,902 97.67

1997 1,404,010 97.89 1,493,416 77.87

1998 1,461,106 104.07 1,101,453 73.75

1999 1,494,543 102.29 849,200 77.10

2000 1,379,642 92.31 888,623 104.64

2001 1,453,382 105.34 786,197 88.47

2002 1,495,987 102.93 1,037,562 131.97

2003 1,660,919 111.02 1,493,466 143.94

2004 1,662,210 100.08 1,494,811 100.09

2005 1,874,261 112.76 2,180,029 145.84

(64)

Secara umum perkembangan volume ekspor karet Indonesia keseluruh negara importir pada periode tahun 1995-2000 menunjukkan kecenderungan berfluktuasi. Namun pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2001-2005 menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat.

Pada tahu 2003 produk karet merupakan ekspor utama Indonesia ke Amerika Serikat dimana 60 persen lebih dari total ekspor produk pertanian adalah berasal dari karet.

Tabel 4.7. Ekspor Karet Indonesia ke Amerika Tahun 1999-2007

(65)

Ekspor Kare t

-500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000 5,000,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Volume (Ton) Nilai (Ribu US$)

Gambar 4.4. Ekspor Karet Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1999-2007 Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahu bahwa volume ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mengalami penurunan pada tahun 2000 sebesar 16,16% tetapi nilainya mengalami peningkatan sebesar 7,61% dan sebaliknya pada tahun 2001 volume ekspornya mengalami peningkatan sebesar 11,26% tetapi nilai ekspornya mengalami penurunan sebesar 20,56%.

4.3.3 Ekspor Coklat

(66)

ketiga oleh Ghana karena mengganasnya serangan hama Penggeerek Buah Kakao (PBK) (Badan Litbang Pertanian, 2005).

Pada tahun 200 Kakao merupakan pangsa 15 persen dari total ekspor Indonesia ke AS, turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 24 persen. Secara absolut nilai ekspor kakao ke AS pada tahun 2003 sebesar US$ 137 juta, menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar US$ 203 juta

Tabel 4.8. Ekspor Coklat Indonesia ke Amerika Serikat tahun 1999-2007

Tahun Volume (Ton) Nilai (Ribu US$)

1999 333,695 307,627

2000 333,619 235,238

2001 302,670 268,538

2002 365,667 523,836

2003 265,838 423,238

2004 275,485 372,853

2005 367,426 474,895

2006 490,778 615,645

2007 379,729 615,362

Sumber : BPS Diolah

(67)

Ekspor Kakao ke AS

-100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Volume (Ton) Nilai (Ribu US$)

pada tahun tersebut. Pada tahun 2007, realisasi ekspor total kakao Indonesia adalah sebesar 379.729 ton atau setara dengan US$ 615.362 ribu.

Negara-negara produsen kakao terbesar di dunia pada umumnya bukanlah negara konsumen kakao. Hal ini menunjukkan bahwa produksi mereka tidaklah dikonsumsi di dalam negeri, namun untuk kepentingan ekspor. Negara konsumen kakao terbesar di dunia adalah Amerika Serikat, dengan rata-rata konsumsi biji kakao selama periode tahun 2000 - 2004 adalah sebesar 663,33 ribu ton.

(68)

4.4 Analisa Hasil Persamaan Volume Ekspor Produk Pertanian Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya faktor yang mempengaruhi variabel – variabel yang mempengaruhi ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika serikat. Produk pertanian yang di teliti dalam penelitian ini adalah Crude Palm Oil (CPO), Karet, dan Coklat. Analisis data yang digunakan dengan menggabungkan data yang bersifat time series dan data silang tempat (cross section data). Gabungan kedua jenis data ini menjadi Pooling data.

Penulis mengguji data penelitian dengan tiga jenis metode estimasi, yaitu pooled least square dengan common intercept, pooled least Square dengan Fixed Effect Methode, dan Fixed Effect Methode dengan Weighted least square. Hasil terbaik dengan beberapa pengujian yang akan digunakan oleh penulis dalam mengambil hasil untuk kesimpulan dalam penelitian ini.

Dari hasil perhitungan dengan mengggunakan metode estimasi pooled least square dengan common intercept, dengan menggunakan software eviews versi 3.0, didapat hasil persamaan untuk volume ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebagai berikut :

(69)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -142.5171 284.0801 -0.501679 0.6170

LHARGA ? -1.395385 0.098834 -14.11842 0.0000 LKURS -1.766200 0.808539 -2.184433 0.0312 LGDPUS 11.06284 6.818535 1.622466 0.1078 LPOP 3.860025 17.86355 0.216084 0.8293 R-squared 0.570329 Mean dependent var 19.55285 Adjusted R-squared 0.553643 S.D. dependent var 1.072336 S.E. of regression 0.716427 Sum squared resid 52.86656 Log likelihood -26.54348 F-statistic 34.17963 Durbin-Watson stat 0.281573 Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan hasil estimasi dengan pooled least square dengan common intercept, memberikan hasil terdapat dua variabel yang signifikan pada 5%, yaitu variabel harga produk-produk pertanian dan kurs mata uang Indonesia terhadap Amerika serikat. Sementara dua variabel lain tidak signifikan yaitu Gross Domestict Product Amerika Serikat dan jumlah penduduk Amerika Serikat pada 5% . Dari hasil estimasi, R2 yang dihasilkan dari estimasi persamaan dalam penelitian ini relatif kecil yakni hanya sebesar 57% selama masa periode pengamatan. Hal ini dapat berarti bahwa dengan metode analisis pooled least square dengan common intercept, variasi variabel independent dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan sebesar 57% variasi variabel dependent yaitu Volume Ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat, sementara sisanya sebesar 43% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian.

(70)

dengan menggunakan software eviews versi 3.0. Dari hasil estimasi didapat hasil persamaan untuk ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebagai berikut :

LEKSPOR_COKLAT = -10.31149637 - 0.4220490288*LHARGA_COKLAT - 0.4709208384*LKURS + 6.76095717*LGDPUS - 1.526137115*LPOP LEKSPOR_CPO = -8.296339797 - 0.4220490288*LHARGA_CPO - 0.4709208384*LKURS + 6.76095717*LGDPUS - 1.526137115*LPOP LEKSPOR_KARET = 8.809968928 0.4220490288*LHARGA_KARET -0.4709208384*LKURS + 6.76095717*LGDPUS - 1.526137115*LPOP

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LHARGA? -0.422049 0.077398 -5.452990 0.0000

LKURS -0.470921 0.306151 -1.538196 0.1270 LGDPUS 6.760957 2.491506 2.713603 0.0078 LPOP -1.526137 6.624934 -0.230363 0.8182 Fixed Effects

_COKLAT--C -10.31150 _KARET--C -8.809969 _CPO--C -8.296340

R-squared 0.956062 Mean dependent var 19.55285 Adjusted R-squared 0.953451 S.D. dependent var 1.072336 S.E. of regression 0.231358 Sum squared resid 5.406164 Log likelihood 78.69618 F-statistic 732.5583 Durbin-Watson stat 1.588097 Prob(F-statistic) 0.000000

(71)

Serikat. Sedangkan dua variabel lain adalah Populasi Amerika Serikat dan Kurs tidak berpengaruh signifikan pada 5% selama masa periode pengamatan.

Hasil dengan menggunakan Fixed Effect Methode memberikan gambaran hasil yang lebih baik secara statistik dibandingkan dengan menggunakan Pooled least square dengan common intercept. Namun untuk menentukan pilihan estimasi yang digunakan, penulis melakukan uji Chow. Dari uji ini diharapkan dapat diketahui pilihan yang lebih tepat antara Pooled Least square dengan Common Intercept atau pooled Least square dengan Fixed Effect Methode.

Dari hasil uji Chow yang dilakukan dengan formulasi sebagai berikut : Tabel 4.9. Hasil Uji Chow

Model R2(PLS) R2(FEM) F-test

Ftab ( =0.01)

Hipotesis

Ho = PLS Kesimpulan

Ekspor 52,889 5,4 N=3 T= 36 k=4 F stat 443,29

Finv ( ,N-1,NT-N-k) Ftab=4,8167

Ho ditolak Efek Individu

Hasil pengujian untuk ekspor komoditi karet,coklat,dan cpo memberikan hasil F hitung 443,29 > F-tabel (4,8167) atau Ho ditolak,sehingga hasil tersebut tidak dapat menggunakan pooled least square karena pada model tersebut terdapat effek individu yang artinya masing-masing individu (coklat,karet,cpo) mempunyai intercep sendiri.

(72)

estimasi dengan menggunakan Random effect Methode karena jumlah times series dalam penelitian ini lebih besar dari Jumlah variabel Cross section.

Dalam penelitian dengan menggunakan cross section data, memungkinkan kecendrungan terdapatnya heteroskedastisitas dalam data penelitian (data tidak homoskedastisitas) maka penulis melakukan tehnik estimasi dengan menggunkan Fixed Effect methode dengan Weighted least square atau sering disebut dengan General least square (GLS). Dari Tehnik estimasi ini diharapkan kejadian heteroskedastisitas terhadap data penelitian dapat di perbaiki atau dihilangkan.

Adapun hasil dari estimasi dengan menggunakan Fixed Effect methode dengan Weighted least square dengan menggunakan software eviews 3.0 untuk data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar

Tabel 1.1.  Perkembangan Ekspor komoditi pertanian Indonesia Tahun 2002-2006
Tabel 1.2. Data Ekspor dan Impor Komoditas Perkebunan Indonesia 1995-2004
gambar 2.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1. Neraca Ekspor – Impor Produk Pertanian Tahun 1995 -2005 ( Juta Ton dan Juta US$ )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang tertera pada tabel 4.14, bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap tingkat

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pakan suplemen baik PS1 maupun PS2 yang mengandung daun

Dalam diploma yang dikeluarkan oleh pemerintah Prancis untuk menilai kemampuan bahasa Prancis seseorang yaitu DELF (Diplôme d’Etude de Langue Française) dan DALF

Kesesuaian Nama Mata Uji dan Program Studi yang tertera pada kanan atas  Naskah Soal dengan Lembar Jawaban “Bocoran” Ujian Nasional (LJBUN)c. LJBUN yang masih menyatu

114 CIBITUNG SINDANGKERTA 03 AHMAD SAEPUDIN L KP.TAMANSARI.. 115 CIBITUNG SINDANGKERTA 03 OPIK

Dengan ridlo Allah SWT pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Ditinjau Dari Kontrol.. Diri Dan Kontrol

tetap). Namun saat ini IMF menambahkannya menjadi delapan, yaitu pengaturan pertukaran tanpa kehadiran mata uang resmi seperti yang terjadi antara Negara Elsavador

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dalam karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul