• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konversi Lahan Komoditi Karet Menjadi Komoditi Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Konversi Lahan Komoditi Karet Menjadi Komoditi Kelapa Sawit"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Konversi Lahan Komoditi Karet Menjadi Komoditi Kelapa Sawit

(Studi Kasus di Desa Batu Tunggal Kecamatan Na.IX-X

Kabupaten Labuhan Batu

Paruhuman Daulay

Program Pasca Sarjana

Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Kesuksesan pembangunan pertanian ditentukan oleh keberhasilan perilaku petani dalam mengelola, merencanakan, melaksanakan usahatani yang ditekuninya. Harapan yang tertumpu pada sub sektor pertanian diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi petani, peningkatan pendapatan petani sekaligus peningkatan devisa negara. Export komoditi subsektor perkebunan menyumbang 85% total export komoditi pertanian, dimana export dari sub sektor perkebunan didominasi oleh komoditi karet dan kelapa sawit. Budidaya tanaman karet yang secara turun temurun telah ditekuni masyarakat tani, belakangan ini kurang diminati petani dan ada indikasi terjadi alih fungsi lahan (konversi) komoditi karet menjadi komoditi kelapa sawit. Data statistik menunjukkan bahwa luas lahan karet rakyat di Kabupaten Labuhan Batu semakin berkurang dengan rata-rata laju pertumbuhan - 1,33, sedangkan luas lahan tanaman kelapa sawit rakyat terus bertambah dengan laju pertumbuhan 2,19 per tahun selama kurun waktu lima tahun terakhir.

Bertitik tolak dari kasus konversi lahan komoditi karet menjadi komoditi kelapa sawit, penulis mengadakan penelitian ilmiah dengan studi kasus di Desa Batu Tunggal Kecamatan Na. IX-X Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara dengan tujuan untuk:

1. Mengetahui pekembangan konversi lahan komoditi karet menjadi komoditi kelapa sawit di Desa Batu Tunggal.

2. Membandingkan mana yang lebih menguntungkan antara usahatani karet dengan usahatani kelapa sawit dengan menganalisis ekonomi data skunder dari usahatani komoditi karet dan kelapa sawit.

3. Mengetahui faktor-faktor motivasi yang menyebabkan petani mengkonversi. 4. Melihat tingkat hubungan antara karakteristik petani dengan luas lahan dikonversi.

Adapun cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian disesuaikan dengan langkah-langkah metode ilmiah, termasuk didalamnya penantuan populasi dan sampel, mengumpul data primer yang berhubungan dengan karakteristik petani seperti umur petani, pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan dalam keluarga serta luas lahan yang dikonversi, faktor-faktor konversi seperti panen perdana kelapa sawit lebih awal, hari panen tidak rutin, coba-coba mengikuti orang lain, panen tidak tergantung cuaca, status sosial petani kelapa sawit lebih tinggi dan lebih tahan terhadap harus penyakit. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara dengan menggunakan panduan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data yang diperoleh diproses dan diolah serta dianalisis dengan cara deskriptif atau dengan analisis korelasi multipel partial dan simultan sesuai dengan jenis datanya. Untuk mempermudah pengolahan data digunakan komputer dengan software Statistical Package for Social Sciences (SPSS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

(2)

1. Perkembangan konversi dari lahan karet menjadi kelapa sawit di Desa Batu Tunggal diketahui yaitu sebesar 66 % dari luas lahan karet dikonversi menjadi lahan kelapa sawit.

2. Analisis usahatani yang bersumber dari data skunder/penelitian menunjukkan bahwa usahatani kelapa sawit lebih menguntungkan dibandingkan usahatani karet, dimana total penerimaan kelapa sawit selama 20 tahun masa tanam adalah sebesar Rp 197.761.000 (seratus sembilan puluh tujuh juta tujuh ratus enam puluh satu ribu rupiah) dengan total biaya Rp 67.626.000 (enam puluh tujuh juta enam ratus dua puluh enam ribu rupiah). Dan diperoleh keuntungan sebesar Rp 130.135.000 (seratus tiga puluh juta seratus tiga puluh lima ribu rupiah) selama 20 tahun masa tanam atau Rp 6.506.750 (enam juta lima ratus enam ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) per ha per tahun. Sedangkan total penerimaan karet selama 20 tahun masa tanam adalah sebesar Rp 110.308.000 (seratus sepuluh juta tiga ratus delapan ribu rupiah) dengan total biaya Rp. 66.096.000 (enam puluh enam juta sembilan puluh enam ribu rupiah). Dan diperoleh keuntungan sebesar Rp 44.212.000 (empat puluh empat juta dua ratus dua belas ribu rupiah) selama 20 tahun masa tanam atau Rp 2.210.000 (dua juta dua ratus sepuluh ribu rupiah) per ha per tahun.

3. Faktor-faktor yang motivasi petani mengkonversi lahan karet ke kelapa sawit adalah 70 % didominasi oleh faktor coba-coba mengikuti orang lain, selebihnya disebabkan faktor lain.

4. Luas lahan awal dan tenaga kerja tersedia dalam keluarga apabila dikorelasikan secara partial mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan luas lahan yang dikonversi, dimana luas lahan memiliki koefisien korelasi r = 0,616** dan tenaga kerja tersedia dalam keluarga mempunyai koefisien korelasi r = 0,555**. Dan apabila dikorelasikan secara bersama-sama (simultan), maka diperoleh koefisien korelasi R = 0,73 artinya terdapat hubungan yang kuat antara variabel bebas karakteristik petani secara bersama-sama dengan variabel terikat luas lahan yang dikonversi. Dan setelah dilakukan uji statistik atas keberartian R, diperoleh nilai F-hitung sebesar 4,54 > nilai F-tabel 2,53 atau nilai Sig 0,004a < ∝ 0,05, maka H1 diterima atau terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan luas lahan dikonversi.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil metode backward, diperoleh hasil penelitian yaitu: biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit secara simultan dan parsial berpengaruh nyata

Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan tebu menjadi lahan kelapa sawit di daerah penelitian adalah tingkat pendapatan usahatani tebu dan tingkat pendapatan

mempengaruhi alih fungsi lahan persawahan menjadi perkebunan kelapa sawit. rakyat menunjukkan bahwa faktor pengeluaran keluarga petani,

Dari 7 kasus terdapat perbedaan hasil antara sistem dan pakar dimana sistem menentukan tingkat kesesuaian tanaman karet dan kelapa sawit sedangkan pakar menentukan

Hasil wawancara dengan petani di desa ini, disimpulkan bahwa: persepsi keuntungan usahatani kelapa sawit rakyat adalah lebih tinggi daripada usahatani karet

Dari hasil metode backward, diperoleh hasil penelitian yaitu: biaya tenaga kerja karet dan biaya tenaga kerja kelapa sawit secara simultan dan parsial berpengaruh nyata

PERFORMA TANAMAN KARET DI LAHAN GAMBUT KONVERSI DARI TANAMAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR, RIAU The Performance of Rubber Tree in Converted Oil Palm Peatland in Kampar Region,

Hasil penelitian ini dalam alih komoditi tanam dari karet ke sawit adalah 1 Alih komoditi terjadi karena perkebunan karet yang sudah mulai tua serta hasil dari karet sudah mulai