PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN LINEAR ALKYLBENZENE SULFONATE (LAS)
DARI LINEAR ALKYLBENZENE (LAB) DENGAN PROSES
SULFONASI KAPASITAS 90.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
070425003
ALAMSYAH SIPAHUTAR
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN LINEAR ALKYLBENZENE
SULFONATE (LAS) DARI LINEAR ALKYLBENZENE (LAB) DENGAN
PROSES SULFONASI KAPASITAS 90.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Oleh :
NIM 070425003 ALAMSYAH SIPAHUTAR
Telah Diperiksa/Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Eng Irvan, MSi
NIP. 19680820199501 1 001 NIP. 1968112141999792 2 002
Ir. Renita Manurung, MT
Dosen Penguji I Dosen Penguji II Dosen Penguji III
Ir. Renita Manurung, MT Dr. Ir. Iriany, Msi
NIP. 1968112141999792 2 002 NIP. 19640613199003 1 001 NIP. 19630609198903 1 004 Ir. Indra surya, MSc
Mengetahui
Koordinator Tugas Akhir
NIP.19680820199501 1 001 (Dr.Eng. Irvan, Msi)
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
2010
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena atas
kehendak dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Linier Alkyl Benzen Sulfonat
(LAS) dari Linier Alkylbenzen (LAB) Dengan Proses Sulfonasi Kapasitas 90.000 Ton/Tahun”. Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mengikuti ujian sarjana pada Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu
ayahanda dan ibunda, serta keluarga tercinta yang merupakan bagian hidup penulis
yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir hingga sekarang.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Eng. Irvan, Msi sebagai dosen pembimbing I yang telah
membimbing dan memberi masukan selama menyelesaikan tugas akhir
2. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memberi masukan selama menyelesaikan tugas akhir
3. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, MT sebagai koordinator tugas akhir Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik USU.
4. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai ketua Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik USU.
5. Ibu Ir. Renita Manurung, MT, Ibu Dr. Ir. Iriany, Msi dan Bapak Ir. Indra
Surya, MSc sebagai Dosen Penguji
6. Seluruh Staff pengajar dan pegawai pada Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik USU
7. Rekan satu tim penulis, Ahmad kadirun dan Marwan Asnawi. Rekan-rekan
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca yang konstruktif demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini. Akhir
kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2009
Penulis
INTISARI
Linier Alkilbenzen Sulfonat (LAS) diperoleh melalui reaksi sulfonasi antara
Alkilbenzen sulfonat dengan Oleum pada suhu 46 oC dan tekanan 1 atm dan
dinetralisasi dengan larutan NaOH dalam reaktor mixed flow. Pabrik LAS ini
direncanakan akan berproduksi dengan kapasitas 90.000 ton/tahun atau setara dengan
11.363,644 kg/jam produk LAS dan direncanakan beroperasi selama 330 hari dalam
setahun. Pabrik ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap
produk impor.
Lokasi pabrik direncanakan di daerah Asahan, Provinsi Sumatera Utara
dengan luas areal 11.560 m2, tenaga kerja yang dibutuhkan berjumlah 206 orang
dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang
Direktur utama dengan struktur organisasi sistem garis dan staf.
Hasil analisa ekonomi Pabrik LAS adalah :
Total Modal Investasi : Rp. 2.168.831.883.443,63 Total Biaya Produksi : Rp. 3.119.461.374.676,95 Hasil Penjualan : Rp. 3.781.959.469.200,00 Laba Bersih : Rp 463.766.166.166,14
Profit Margin (PM) : 17,52 %
Break Even Point (BEP) : 50,23 %
Return on Investment (ROI) : 21,38 %
Pay Out Time (POT) : 4,68 tahun
Internal Rate of Return (IRR) : 32,14 %
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa pabrik pembuatan
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ...i
INTISARI ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang... I-1
1.2 Perumusan Masalah ... I-2
1.3 Tujuan Rancangan ... I-3
1.4 Manfaat Perancangan ... I-3
BAB II TINJUAN PUSTAKA ... II-1
2.1 Surfaktan ... II-1
2.2 Konsumsi Surfaktan Dunia ... II-2
2.3 Surfaktan Anionik ... II-3
2.3.1 Linier Alkil Benzen Sulfonat ... II-3
2.3.2 Oleum ... II-4
2.3.3 Asam Sulfat... II-5
2.4 Sifat- sifat Bahan Baku ... II-5
2.4.1 Sifat-Sifat Alkil Benzen ... II-5
2.4.2 Sifat-Sifat Oleum 20% ... II-6
2.4.3 Sifat-Sifat Natrium Hidsoksida ... II-6
2.4.4 Sifat-Sifat Air... II-7
2.4.5 Sifat-Sifat Linier Alkilbenzen Sulfonat... II-8
2.5 Dasar – dasar Pemilihan Proses ... II.8
2.6 Deskripsi Proses... II.9
2.6.1 Proses Sulfonasi ... II.9
2.6.2 Proses Pemisahan ... II.9
2.6.3 Proses Netralisasi ... II-10
2.6.4 Proses Pengeringan ... II-10
BAB IV NERACA PANAS ... IV-1
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ... V-1
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1
6.1 Instrumentasi ... VI-1
6.2 Keselamatan Kerja ... VI-10
6.2.1 Keselamatan Kerja pada Pabrik Pembuatan LAS ... VI-11
6.2.2 Pencegahan Dan Penaggulangan Bahaya Kebakaran
dan Ledakan... VI-14
BAB VII UTILITAS ... VII-1
7.1 Kebutuhan Uap (Steam) ... VII-1
7.2 Kebutuhan Air ... VII-2
7.2.1 Screening ... VII-5
7.2.2 Klarifikasi ... VII-5
7.2.3 Filtrasi... VII-6
7.2.4 Demineralisai ... VII-6
7.2.5 Dearator ... VII-9
7.3 Kebutuhan Bahan Kimia ... VII-9
7.4 Kebutuhan Listrik ... VII-10
7.5 Keperluan Bahan Bakar ... VII-10
7.6 Unit Pengolahan Limbah ... VII-11
7.7 Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-15
7.7.1 Screening ... VII-16
7.7.2 Bak Sedimentasi ... VII-17
7.7.3 Clarifier ...VII-17
7.7.4 Tangki Filtrasi ... VII-18
7.7.5 Tangki Utilitas TU-01 ... VII-18
7.7.6 Penukar Kation ... VII-18
7.7.7 Penukar Anion ... VII-19
7.7.8 Tangki Pelarutan Alum ... VII-19
7.7.9 Tangki Pelarutan Soda Abu ... VII-20
7.7.10 Tangki Pelarutan NaCl ... VII-20
7.7.11 Tangki Pelarutan NaOH ... VII-20
7.7.12 Tangki Pelarutan Kaporit ... VII-21
7.7.14 Dearator ... VII-22
7.7.15 Ketel Uap ... VII-22
7.7.16 Pompa Screening ... VII-22
7.7.17 Pompa Sedimentasi ... VII-23
7.7.18 Pompa Clarifier ... VII-23
7.7.19 Pompa Filtrasi ... VII-23
7.7.20 Pompa Utilitas TU-01 ... VII-23
7.7.21 Pompa NaCl ... VII-24
7.7.22 Pompa Kation ... VII-24
7.7.23 Pompa Anion ... VII-24
7.7.24 Pompa Utilitas (PU-10) ... VII-24
7.7.25 Pompa Utilitas (PU-11) ... VII-25
7.7.26 Pompa Utilitas (PU-12) ... VII-25
7.7.27 Pompa Refrigator ... VII-25
7.7.28 Pompa Dearator ... VII-25
7.7.29 Pompa Kaporit ... VII-26
7.7.30 Pompa Alum ... VII-26
7.7.31 Pompa Soda Abu ... VII-26
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1
8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1
8.1.1 Faktor Utama ... VIII-1
8.1.2 Faktor Khusus ... VIII-2
8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-6
8.3 Perincian Luas Tanah ... VIII-8
BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1
9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1
9.1.1 Bentuk Organisasi Garis ... IX-1
9.1.2 Bentuk Organisasi Fungsionil ... IX-2
9.1.3 Bentuk Organisasi Garis dan Staf ... IX-3
9.1.4 Bentuk Organisasi Fungsionil dan Staf ... IX-3
9.2 Manajemen Perusahaan... IX-3
9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha ... IX-4
9.4 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... IX-6
9.4.2 Dewan Komisaris ... IX-6
9.4.3 Direktur ... IX-6
9.4.4 Staf Ahli ... IX-7
9.4.5 Sekretaris ... IX-7
9.4.6 Manajer Pemasaran ... IX-7
9.4.7 Manajer Keuangan ... IX-7
9.4.8 Manajer Umun dan Personalia ... IX-7
9.4.9 Manajer Teknik ... IX-7
9.4.10 Manajer Produksi ... IX-8
9.4.11 Kepala Bagian Pemasaran ... IX-8
9.4.12 Kepala Bagian Keuangan ... IX-8
9.4.13 Kepala Bagian Personalia ... IX-8
9.4.14 Kepala Bagian Umum ... IX-8
9.4.15 Kepala Bagian Mesin ... IX-8
9.4.16 Kepala Bagian Listrik ... IX-9
9.4.17 Kepala Bagian Proses ... IX-9
9.4.18 Kepala Bagian Utilitas ... IX-9
9.4.19 Kepala Bagian Administrasi ... IX-9
9.5 Sistem Kerja ... IX-9
9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-12
9.7 Sistem Penggajian ... IX-13
9.8 Fasilitas Tenaga Kerja ... IX-14
BAB X ANALISA EKONOMI ... X-1
10.1 Modal Investasi... X-1
10.1.1 Modal Investasi Tetap / Fixed Capital Investment (FCI) ... X-1
10.1.2 Modal Kerja / Working Capital (WC)...X-3
10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/Total Cost (TC) ... X-3
10.2.1 Biaya Tetap/ Fixed Cost (FC) ... X-4
10.2.2 Biaya Variabel(BV)/ Variable Cost (VC) ... X-4
10.3 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5
10.4 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5
10.5 Analisa Aspek Ekonomi... X-5
10.5.1 Profit Margin (PM) ... X-5
10.5.3 Return of Investment (ROI) ... X-6
10.5.4 Pay Out Time (POT) ... X-6
10.5.5 Unternal Rate of Return (IRR) ... X-7
BAB XI KESIMPULAN ... XI-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA ... LA-1
LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS ... LB-1
LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI ALAT ... LC-1
LAMPIRAN D PERHITUNGAN PERALATAN UTILITAS ... LD-1
INTISARI
Linier Alkilbenzen Sulfonat (LAS) diperoleh melalui reaksi sulfonasi antara
Alkilbenzen sulfonat dengan Oleum pada suhu 46 oC dan tekanan 1 atm dan
dinetralisasi dengan larutan NaOH dalam reaktor mixed flow. Pabrik LAS ini
direncanakan akan berproduksi dengan kapasitas 90.000 ton/tahun atau setara dengan
11.363,644 kg/jam produk LAS dan direncanakan beroperasi selama 330 hari dalam
setahun. Pabrik ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap
produk impor.
Lokasi pabrik direncanakan di daerah Asahan, Provinsi Sumatera Utara
dengan luas areal 11.560 m2, tenaga kerja yang dibutuhkan berjumlah 206 orang
dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang
Direktur utama dengan struktur organisasi sistem garis dan staf.
Hasil analisa ekonomi Pabrik LAS adalah :
Total Modal Investasi : Rp. 2.168.831.883.443,63 Total Biaya Produksi : Rp. 3.119.461.374.676,95 Hasil Penjualan : Rp. 3.781.959.469.200,00 Laba Bersih : Rp 463.766.166.166,14
Profit Margin (PM) : 17,52 %
Break Even Point (BEP) : 50,23 %
Return on Investment (ROI) : 21,38 %
Pay Out Time (POT) : 4,68 tahun
Internal Rate of Return (IRR) : 32,14 %
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa pabrik pembuatan
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perkembangan industri kimia diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi
dan industri. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan juga
untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pembangunan industri juga ditujukan untuk
memperkokoh struktur ekonomi nasional dengan keterkaitan yang kuat dan saling
mendukung antar sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional, dan
mendorong berkembangnya kegiatan berbagai sektor pembangunan lainnya.
Dalam pembangunan sektor industri makin berperan sangat strategis karena
merupakan motor penggerak pembangunan. Sektor ini diharapkan disamping sebagai
penyerap tenaga kerja terbesar, penghasil devisa, juga sebagai pemacu pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dalam upaya mencapai tinggal landas. Hal ini akan dapat
dicapai jika kita menyadari adanya peluang dan tantangan dalam liberalisasi
perdagangan dunia dan kemampuan kita untuk mengatasi hambatan dalam
pembangunan sektor industri. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas dapat
dilakukan dengan mengurangi impor bahan-bahan kimia dan memacu peningkatan
pemanfaatan bahan industri dalam negeri (Anonim1. 2008
Detergen merupakan surfaktan yang sangat luas penggunaannya baik untuk
keperluan rumah tangga maupun industri. Akhir-akhir ini produksi detergen
meningkat menjadi sekitar 7 juta ton per tahun. Jenis surfaktan yang paling banyak
digunakan dalam detergen adalah tipe anionik dalam bentuk Sulfonate (SO3-).
Menurut Grayson, berdasarkan rumus struktur kimianya, detergen golongan
Sulfonate dibedakan menjadi dua jenis yaitu jenis rantai bercabang sebagai contoh
Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), dan jenis rantai lurus Linear Alkylbenzene Sulfonate
(LAS). (Lynn,2005)
Dalam kondisi resesi ekonomi seperti sekarang ini, industri deterjen termasuk
yang tidak banyak terpengaruh. Industri ini tetap menunjukkan perkembangan yang
baik, karena deterjen termasuk produk yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat
bakunya, termasuk yang cukup penting sebagai bahan aktif adalah Linear
Alkylbenzene Sulfonate.
Linear Alkylbenzene Sulfonate dengan rumus C12H25C6H4-SO3Na suatu
senyawa yang dihasilkan dengan mereaksikan antara Linear Alkylbenzene
(C12H25C6H5) dan oleum (H2SO4.SO3) di dalam reaktor. Linear Alkylbenzene
Sulfonate dalam bidang industri banyak digunakan sebagai bahan aktif pembuatan
deterjen sintetis, selain itu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pembuat
bahan pembersih seperti pembersih lantai, peralatan rumah tangga yang memakai
bahan kimia ini.
Besarnya kapasitas produksi pembuatan Linear Alkylbenzene Sulfonate ini
ditentukan berdasarkan kebutuhan dalam negeri. Berdasarkan data dari badan pusat
statistik (BPS), kebutuhan impor Linear Alkylbenzene Sulfonate di Indonesia
semakin meningkat tahun 1999-2006 yang dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Data Impor Sodium Alkylbenzene Sulfonate di Indonesia
No. Tahun Kebutuhan (ton/Tahun)
1 1999 141.325
2. 2000 146.155
3. 2001 154.030
4. 2002 164.642
5. 2003 174.356
6. 2004 180.737
7. 2005 181.152
8. 2006 185.142
( Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, 2008)
1.2 Rumusan Masalah
Kebutuhan bahan surfaktan seperti Linear alkylbenzene Sulfonate (LAS)
mengalami peningkatan setiap tahun. Melihat hal ini, Indonesia memiliki peluang
untuk memproduksi surfaktan tersebut baik untuk kebutuhan ekspor maupun
kebutuhan dalam negeri. Untuk tujuan tersebut maka pra rancangan pabrik
1.3 Tujuan Pra Rancangan Pabrik
Tujuan pra rancangan pabrik pembuatan Linear alklylbenzene Sulfonate
(LAS) dengan proses sulfonasi adalah untuk menerapkan disiplin ilmu teknik kimia
yang meliputi neraca massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, operasi teknik
kimia, utilitas dan bagian ilmu teknik kimia lainnya, juga untuk memenuhi aspek
ekonomi dalam pembiayaan pabrik sehingga memberikan gambaran kelayakan pra
rancangan pabrik pembuatan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS).
Tujuan lain yang ingin dicapai adalah terbukanya lapangan kerja dan memacu
rakyat untuk meningkatkan produksi dalam negeri yang pada akhirnya akan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.4 Manfaat Perancangan
Manfaat atau kontribusi yang diberikan oleh pabrik pembuatan Linear alklyl
benzene Sulfonate (LAS) dari Linear alkylbenzene (LAB) adalah seperti berikut ini.
1. Manfaat bagi perguruan tinggi.
a. Sebagai sumber informasi untuk penelitian-penelitian dan perancangan
selanjutnya tentang proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate (LAS).
b. Sebagai bahan aplikasi bagi mahasiswa dari teori-teori yang di dapat dalam
perkuliahan.
2. Manfaat bagi pemerintah.
a. Untuk memenuhi kebutuhan Linear alkylbenzene Sulfonate (LAS) di
Indonesia.
b. Menambah pendapatan bagi daerah/Negara, misalnya dari pajak, ekspor, bea
cukai, dan lain sebagainya.
3. Manfaat bagi masyarakat.
a. Meningkatkan kesempatan kerja, yang berarti menurunkan jumlah
pengangguran di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Surfaktan
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung
untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan
menurunkan tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan
sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk
memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam
erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface
tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat
dan zat lainnya (namun hal ini belum diteliti) (anonim
2.http://smk3ae.wordpress.com,2009).
Surfaktan atau surface active agent merupakan suatu molekul amphipatic
atau amphiphilic yang mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dalam satu molekul
yang sama. Secara umum kegunaan surfaktan adalah untuk menurunkan tegangan
permukaan, tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi
dan mengontrol jenis formasi emulsi, yaitu misalnya oil in water (O/W) atau water in
oil (W/O).
Sifat-sifat surfaktan adalah mampu menurunkan tegangan permukaan,
tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan
mengontrol jenis formasi emulsi (misalnya oil in water (O/W) atau water in oil
(W/O)). Disamping itu, surfaktan akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak
atau air sebagai penghalang yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan
(coalescence) dari partikel yang terdispersi. Surfaktan dibagi menjadi empat bagian
penting dan digunakan secara meluas pada hampir semua sektor industri modern.
Jenis-jenis surfaktan tersebut adalah surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan
nonionik dan surfaktan amfoterik. Surfaktan anionik adalah senyawa yang bermuatan
negatif dalam bagian aktif permukaan (surface-active) atau pusat hidrofobiknya
(misalnya RCOO-Na, R adalah fatty hydrophobe). Surfaktan kationik adalah
senyawa yang bermuatan positif pada bagian aktif permukaan (surface-active) atau
gugus antar muka hidrofobiknya (hydrofobic surface-active). Surfaktan nonionik
amfoterik adalah surfaktan yang mengandung gugus anionik dan kationik, dimana
muatannya bergantung kepada pH, pada pH tinggi dapat menunjukkan sifat anionik
dan pada pH rendah dapat menunjukkan sifat kationik (Kent, 2007).
2.2 Konsumsi Surfaktan dunia
Konsumsi surfaktan diseluruh dunia pada tahun 2003 ditunjukkan pada tabel
1 Sebagian besar di dunia, sabun masih merupakan surfaktan yang utama yang
dimanfaatkan untuk mencuci tekstil dan digunakan juga sebagai pelindung. Detergen
sintetik pada dasarnya digunakan pada daerah-daerah seperti Amerika Utara, Eropa
Barat dan jepang. Surfaktan anionik mendominasi pasar surfaktan dunia. Pada
umumnya yang termasuk surfaktan anionik adalah LAS, AS, dan AES. Kelas yang
terbesar kedua adalah surfaktan non anionik misal APE dan AE.
Tabel 2.1 Konsumsi Surfaktan Dunia tahun 2003
Surfaktan Miliar lbs
Sabun 19,8
LAS 6,4
BAB 0,4
AES 1,8
AS 1,3
APE 1,3
Quats 1,1
Lainnyaa 5,3
Amphoterics 0,2
Total 37,6
a
2.3 Surfaktan Anionik
2.3.1 Linear Alkyl Benzene Sulfonate
Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkylbenzene
sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid slurry. Acid
slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik dan
deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat, oleum atau SO3(g).
Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang berbeda pada
bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas. Bahan baku utama untuk
membuat acid slurry adalah dodecyl benzene, linear alkyl benzene.
Nama Kimia Acid Slurry
a. D.D.B.S.-Dodecyl Benzene Sulphonate
b. L.A.B.S-Linear Alkyl Benzene Sulphonate
(NIIR Board, 2004)
Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci pada industri
deterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen volum total
surfaktan anionik sintetik. Linear alkylbenzene Sulfonates (LAS) digunakan secara
luas menggantikan Branch alkylbenzene sulfonates (BAB) dalam jumlah besar yang
ada didunia karena LAS merupakan bahan deterjen yang lebih biodegradabilitas
dibandingkan BAB. Produk umumnya dipasarkan berupa asam bebas (free acid) atau
yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida yang ditambahkan
kedalam slurry, yang umumnya dalam bentuk pasta. Sebagian besar pasta di
produksi pada sprayed-dried menghasilkan serbuk deterjen. Pasta bisa juga di proses
dengan drum-dried menjadi serbuk atau flake atau spray dried menjadi butir-butir
halus yang memiliki densitas rendah. Bentuk kering LAS digunakan terutama pada
industri dan produk kebersihan.
Agar berguna sebagai surfaktan, pertama Alkylbenzene harus disulfonasi.
Untuk proses sulfonasi biasanya digunakan Oleum dan SO3 . Sulfonasi dengan
oleum memerlukan biaya peralatan yang relatif tidak mahal dan bisa dijalankan
dengan proses batch atau continuous. Bagaimanapun ia juaga memiliki kerugian
dalam terminologi dibandingkan harga SO3, sulfonasi dengan oleum memerlukan
aliran pembuangan sisa asam dan ia juga memberikan masalah corossi potensial yang
disebabkan oleh asam sulfat Proses oleum biasanya menghasilkan 90 % ABS, 6
sampai 10 % asam sulfat, dan 0,5 hingga 1 % minyak yang tidak mengalami proses
Proses sulfonasi dengan tipe batch memiliki empat unit proses dasar untuk
netralisasi antara lain yaitu sulfonation, digestion, dilution, dan phase
separation.Pada tahap sulfonasi, alkylbenzene dan oleum dicampur pada tekanan 1
atm inert. Reaksi sulfonasi berlangsung dengan eksotermik tinggi. Dan perpindahan
panas tercapai dengan menggunakan reaktor jacket dan atau adanya resirkulasi
pemakaian ulang penukar panas. Variabel kunci dalam mengontrol luas reaksi dan
warna produk adalah temperatur, keluaran asam, waktu reaksi dan perbandingan
oleum dengan alkylate. Kemudian produk meninggalkan zona sulfonasi yang
kemudian dilanjutkan proses digested 15 sampai 30 menit agar reaksi berlangsung
secara sempurna. Setelah proses digested, kemudian campuran dilarutkan (diluted)
dengan air untuk menyempurnakan raksi. Produk kemudian diumpankan ke dalam
tangki separator yang berdasarkan pada gravitasi pada lapisan asam sulfat yang
keluar dari asam sulfonate ringan. Waktu separasi bergantung pada konfigurasi
tangki separator, viskositas asam sulfat, temperatur dan tingkat aerasi dalam aliran
umpan. (Bassam, 2005)
2.3.2 Oleum
Sulphur trioksida (SO3) hampir tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam asam sulfat pekat (H2SO4) (konsentrasi > 98%). Hasil dari campuran ini
adalah dinamakan oleum. Oleum tergantung pada persentase dari sulfur trioksida di
dalam larutan. Penggunaan yang paling umum untuk oleum adalah sintesa organik.
Oleum diproduksi secara industri dengan proses kontak, dimana sulfur trioksida
mengandung gas yang melalui sebuah tower oleum. Tower yang mengandung gas
mengalami resirkulasi oleum dan asam sulfat yang mana membasahi sulphur
trioksida. 30-60% sulphur trioksida berada dalam bentuk gas yang diabsorbsi karena
pembatasan tekanan uap oleum. Karena absorbsi tdak lengkap, gas yang
meninggalkan tower absorbsi oleum harus diproses didalam sebuah tower asam
sulfat tersebut.
Tergantung pada konsentrasi produk yang diinginkan, Tower dibasahi dengan
22% atau 35% oleum pada temperatur 40-50OC (104-122OF). Dengan penambahan
konsentrasi asam sulfat dari absorber untuk memperoleh konsentrasi oleum yang
diinginkan. Oleum akhir didinginkan pada sebuah alat penukar panas. (Anonim 3,
2.3.3 Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat adalah suatu padatan, cairan yang tidak berwarna pada
temperatur kamar. Asam sulfat merupakan senyawa kimia yang sangat aktif dan
secara luas yang digunakan dalam jumlah yang besar. Asam anorganik yang kuat ini
juga tidak mahal untuk diproduksi.
Konsentrasi ekonomi larutan asam sulfat (H2SO4) kira-kira 93%-berat H2SO4.
Asam kuat boleh dibuat dengan melarutkan SO3 98-99% dengan asam. (Anonim 3,
www.K-PATENTS.COM,2008).
2.4 Sifat-sifat Bahan Baku dan Produk
Sifat fisika bahan baku, bahan penunjang, dan produk dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
2.4.1 Sifat – sifat Alkyl Benzene
Sifat Fisik Alkyl Benzene
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Leleh
Densitas
Wujud
Energi Panas Pembentukan
Kapasitas Panas
Viskositas
: C12H25C6H5
: 246,435 Kg/kmol
: 327,61 OC
: 2,78 OC
: 855,065 Kg/m3
: Cair
: 1787,0 KJ/mol
: 750,6 Kkal/kmol OC
: 12 Cp
Sifat Kimia Alkyl Benzene :
• Tidak larut dalam air (20OC) • Mudah terbakar dan beracun
Mengalami reaksi sulfonasi dengan penambahan Oleum menjadi linear
Alkylbenzene sulfonate (Sumber : Kirk & Othmer, 1981)
2.4.2 Sifat – sifat Oleum 20%
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Leleh
Densitas
Wujud
Warna
Viskositas
: H2SO4.SO3
: 178,14 Gr/mol
: 138 OC
: 21 OC
: 1930 Kg/m3
: Cair
: Tidak berwarna
: 8,7 Cp
Sifat kimia Oleum 20% :
• Oleum bersifat menarik air dan mudah larut dalam air
• Oleum sangat korosif dan mudah meledak
• Bahan pengoksidasi yang sangat kuat Sumber : kirk & othmer, 1981
2.4.3 Sifat – sifat Natrium Hidroksida (NaOH)
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Leleh
Temperatur Kritis
Tekanan Kritis
Kapasitas Panas
Densitas
Panas Pembentukan
Wujud
Warna
: NaOH
: 40 gr/mol
: 1390 OC
: 323 OC
: 2546,85 OC
: 249,998 atm
: -36,56 Kkal/kg.OC
: 1090,41 kg/m3
: -47,234 Kkal/kmol
: Padat, Kristal higroskopis
: Putih
Sifat Kimia Natrium Hidroksida :
NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat mengabsorbsi
uap air dan CO2 dari udara, kristal NaOH berserat membentuk anyaman.
Sumber : Perry, 1984: Kirk & Othmer, 1981
2.4.4 Sifat – sifat Air
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Beku
Densitas
Wujud
Viscositas
Panas Ionisasi
Panas Diffusi
Konstanta Dielektrik
Panas Spesifik
Konstanta disosiasi
Tegangan Permukaan
: H2O
: 18 gr/mol
: 100 OC
: 0 OC
: 0,998 kg/m3
: Cair
: 23,87 Cp
: 55,71 kJ/mol
: 6,00 kJ/mol
: 77,94
: 4,179 J/gOC
: 10-4
: 71,79 Dyne/cm
Sifat Kimia Air :
• Bersifat polar dan merupakan elektrolit lemah • Pelarut yang baik bagi senyawa organik
• Merupakan senyawa polar karena memiliki pasangan elektron polar
Sumber : Perry, 1984
2.4.5. Sifat – sifat Linear Alkylbenzene Sulfonate
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Leleh
Densitas
Wujud
Kapasitas Panas
Warna
Viskositas
: C12H25C6H4SO3Na
: 348 gr/mol
: 637 OC
: 277 OC
: 1198,4 kg/m3
: Cair
: 0,6 Kcal/kg.K
: Bening
: 23,87 Cp
Sifat Kimia Linear AlkylBenzene Sulfonate
• Sangat larut dalam air
• Bersifat sebagai surfaktan, berbusa
Sumber: http//:
2.5. Dasar - dasar pemilihan proses
Proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate dapat dilakukan melalui
proses sulfonasi, yaitu dengan cara mereaksikan alkylbenzene dengan oleum atau
H2SO4. Proses sulfonasi dengan menggunakan oleum dan H2SO4 memiliki beberapa
perbedaan dan persamaan, antara lain :
Tabel 2.2 Perbedaan Oleum dengan Asam Sulfat
Oleum 20% H2SO4
1. Jika oleum digunakan 1 bagian
dalam reaksi
2. Laju reaksi dengan oleum lebih
cepat daripada menggunakan Asam
sulfat
3. Dalam reaksi alkylbenzene dapat
terkonversi hingga 98%
4. Produk samping yang dihasilkan
lebih sedikit
5. Peralatan yang digunakan untuk
kedua proses sama
Asam sulfat yang digunakan 1.5 lebih
banyak dari oleum
Laju reaksi dengan asam sulfat lebih
lambat daripada oleum
Dalam reaksi alkylbenzene dapat
terkonversi hingga 90%
Produk samping yang dihasilkan lebih
banyak
Peralatan yang digunakan untuk kedua
proses sama
Sumber: NIIR BOARD,2004
Berdasarkan pertimbangan kondisi operasi diatas, maka proses sulfonasi
dengan menggunakan oleum memiliki lebih banyak keuntungan daripada
menggunakan Asam sulfat sebagai bahan baku proses. Jadi bahan baku yang
digunakan dalam proses sulfonasi ini adalah oleum 20%.
2.6Deskripsi Proses
Proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate terdiri dari beberapa tahap
2.6.1 Proses sulfonasi
Alkylbenzene pada Tangki (F-113) dan oleum pada Tangki (F-114)
dipompakan ke Tangki Sulfonator (R-110) yang sebelumnya dipanaskan dalam
Heater 1 (E-111) dan Heater 2 (E-116) hingga mencapai suhu 46 oC,selanjutnya
Alkylbenzene dan oleum yang berada di dalam Tangki Sulfonator (R-110) dicampur
secara perlahan-lahan. Sulfonator beroperasi pada suhu 46OC dan tekanan 1 atm
(14,7 psia), waktu tinggal dalam sulfonateor 4 jam dengan konversi 98%. Reaksi
yang terjadi adalah reaksi eksotermis.
C12H25C6H5 + SO3 + H2SO4→ C12H25C6H4SO3H + H2SO4
Alkylbenzene Oleum 20% Alkylbenzene Sulfonate
2.6.2 Proses Pemisahan
Campuran dari sulfonateor dicampur dengan air di dalam mixer (M-118)
untuk mencegah reaksi samping dan membantu memisahkan antara campuran asam
sulfonate dengan asam sulfat dalam Dekanter I (H-120) dan Dekanter II (H-123)
Campuran larutan Alkylbenzene Sulfonate, H2SO4, Alkylbenzene yang tidak
bereaksi dan benzene dipisahkan dalam dekanter berdasarkan berat jenis (densitas).
Alkylbenzene sulfonate yang memiliki densitas lebih kecil dari pada asam sulfat
akan terpisah sebagai lapisan atas dan asam sulfonate sebagai lapisan bawah. Selain
berdasarkan perbedaan densitas pemisahan asam sulfat dan alkylkbenzene Sulfonate
pada dekanter karena kedua larutan ini tidak saling larut. Asam sulfat sebagai
lapisan bawah kemudian dipompa ke tangki penyimpan (F-124) sedangkan asam
sulfonate dipompa ke Heat Exchanger (E-211) untuk dipanaskan.
2.6.3 Proses Netralisasi
Alkylbenzene Sulfonate dinetralisasi menggunakan larutan NaOH 20 % di
dalam Netralizer (R-210). Netralizer beroperasi pada temperatur 55 0C dan tekanan 1
atm dengan konversi 99 %. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis sehingga
diperlukan jaket pendingin, dimana reaksinya sebagai berikut :
C12H25C6H4SO3H + NaOH → C12H25C6H4SO3Na + H2O
Hasil yang keluar dari netralizer berupa Sodium Alkylbenzene sulfonate dan Natrium
sulfonate berbentuk slurry.
2.6.4 Proses Pengeringan
Pada proses pengeringan, Slurry yang berasal dari tangki netralizer dipompakan
kedalam spray dryer (D-310). Kemudian Slurry di kontakkan dengan udara panas
yang berasal dari furnace pada temperatur 300 oC, dimana pengeringan berlangsung
cepat menghasilkan produk berbentuk powder. Powder dari Spray Dryer (D-310)
terdiri dari 96 % bahan aktif surfaktan (Sodium Alkylbenzene sulfonate), Natrium
BAB III
NERACA MASSA
Kapasitas Produksi : 90.000 ton/tahun
Waktu Operasi : 330 hari/tahun
Basis Perhitungan : 1 jam operasi
Satuan Operasi : kg/jam
3.1 Reaktor Sulfonator (R-110)
Tabel 3.1 Neraca Massa Total Pada Reactor
Komponen Masuk (Kg/jam) Keluar (Kg/Jam)
Alur 2 Alur 4 Alur 5
C12H25C6H5
8.806,119 176,122
C12H24
44,252 44,252
H2SO4
11.311,925 11.311,925 SO3
2.863,778 57,276
H2O
143,189 143,189
C12H25C6H4SO3H 11.436,499
Sub Total
8.850,370 14318.892 23.169,262
Total
23.169,262 23.169,262
3.2 Mixing Tank (M-116)
Tabel 3.2 Neraca Massa pada Mixing Tank
Komposisi Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 5 Alur 6 Alur 7
C12H25C6H5 176,122 176,122
C12H24 44,252 44,252
H2SO4 11.311,925 11.382,087
SO3 57,276
H2O 143,189 3.346,733 3.477,034
C12H25C6H4SO3H 11.436,499 11.436,499
Sub Total 23.169,262 3.346,733 26.515,995
3.3 DEKANTER 01 (H-118)
Tabel 3.3 Neraca Massa pada Dekanter 01
Komposisi Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 7 Alur 8 Alur 9
C12H25C6H5 176,122 8,806 167,316
C12H24 44,252 2,213 42,039
H2SO4 11.382,087 10.812,983 569,104
H2O 3477,034 3.303,183 173,852
C12H25C6H4SO3H 11.436,499 571,825 10.864,674
Sub Total 26.515,995 14.699,009 11.816,986
Total 26.515,995 26.515,995
3.4 DEKANTER 02 (H-120)
Tabel 3.4 Neraca Massa pada Dekanter II
Komposisi Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 9 Alur 10 Alur 12
C12H25C6H5 167,316 8,366 158,950
C12H24 42,039 2,102 39,937
H2SO4 569,104 540,649 28,455
H2O 173,852 165,159 8,693
C12H25C6H4SO3H 10.864,674 543,234 10.321,440
Sub Total 11.816,986 1.259,510 10.557,476
Total 11.816,986 11.816,986
3.5 TANGKI PELARUTAN (M-214)
Tabel 3.5 Neraca Massa pada Tangki Pelarutan
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 14 Alur 15 Alur 16
NaOH 1.276,999 1.276,999
H2O 26,061 5.081,934 5.107,995
Sub Total 1.303,060 5.081,934 6.384,994
3.6 TANGKI NETRALIZER (R-210)
Tabel 3.6 Neraca Massa pada Netralizer
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 13 Alur 17 Alur 18
C12H25C6H5 158,950 158,950
C12H24 39,937 39,937
H2SO4 28,455
H2O 8,693 5.107,995 5.691,337
NaOH 1.276,999
C12H25C6H4SO3H 10.321,440 103,214
Na2SO4 41,231
C12H25C6H4SO3Na 10.907,799
Sub Total 10.557,476 6.384,994 16.942,470
Total 16.942,470
3.7 SPRAY DRYER (D-310)
Tabel 3.7 Neraca Massa pada Spray Dryer
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 18 Alur 19 Alur 20
C12H25C6H5 158,950 158,950
C12H24 39,937 39,937
H2O 5.691,337 5.691,337
C12H25C6H4SO3H 103,214 103,214
Na2SO4 41,231 41,231
C12H25C6H4SO3Na 10.907,799 10.907,799
Udara panas 97.218,656 97.218,656
Sub total 16.942,470 76.681,818 93.624,288
3.8 Cyclone (H-311)
Tabel LA.8 Neraca Massa pada Cyclone
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 20 Alur 21 Alur 22
C12H25C6H5 158,950 158,950
C12H24 39,937 39,937
H2O 5.691,337 5.578,826 112,511
C12H25C6H4SO3H 103,214 103,214
Na2SO4 41,231 41,231
C12H25C6H4SO3Na 10.907,799 10.907,799
Udara Panas 97.218,656 97.218,656
Sub Total 114.161,126 102.797,482 11.363,644
BAB IV NERACA PANAS
Pra rancangan pabrik pembuatan Sodium Alkylbenzen sulfonat direncanakan
beroperasi paa basis perhitungan 1 jam operasi dengan Satuan operasi dalam kJ/jam
dan temperatur referensi 25oC .
Tabel 4.1 sampai dengan 4.8 di bawah ini menunjukkan hasil perhitungan
neraca panas untuk setiap unit
4.1 Heater I (E-111)
Tabel 4.1 Perhitungan Neraca Panas pada heater I (E-111)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 1 Alur 2
C12H25C6H5(l) 95.264,6017 402.995,2975
C12H24(l) 478,7477 2.044,7480
Q 309.296,6961
Total 405.040,0455 405.040,0455
4.2 Heater II (E-114)
Tabel 4.2 Perhitungan Neraca Panas pada heater II (E-114)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 3 Alur 4
H2SO4(l) 82.754,3785 350.591,5823
SO3(l) 26.610,7220 112.624,0482
H2O(l) 2.980,7613 12.548,3728
Q 363.418,1416
4.3 Reaktor Sulfonator (R-110)
Tabel 4.3 Neraca Panas Reaktor Sulfonator (R-110)
Komponen Alur masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)
Alur 2 Alur 4 Alur 5
C12H25C6H5(l) 402.995,2975 8.059,8886
C12H24(l) 2.044,7480 2.044,7480
H2SO4(l) 350.591,5823 350.591,5823
SO3(l) 112.624,0482 2.252,4983
H2O(l) 12.548,3728 12.548,3728
C12H25C6H4SO3H(l) 631.357,8911
Del Hr -153.757.840,4971
Q -153.631.789,5649
Sub Total -153.226.749,5194 475.764,0033 -152.750.985,5161
Total -152.750.985,5161 -152.750.985,5161
4.4 Mixer (M-118)
Tabel 4.4 Neraca Panas pada Mixer (M-118)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Alur 5 Alur 6 Alur 7
C12H25C6H5(l) 8.059,8886 6.882,0480
C12H24(l) 2.044,7480 1.742,7810
H2SO4(l) 350.591,5823 299.269,0608
SO3 2.252,4983
H2O(l) 12.548,3728 260.421,7108
C12H25C6H4SO3H(l) 631.357,8911 41.788,2284 539.820,2568
del Hr -59.492,6525
Sub Total 1.006.854,9810 41.788,2284 1.048.643,2049
Total 1.048.643,2094 1.048.643,2049
Tabel 4.5 Perhitungan Neraca Panas pada heater III (E-211)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 12 Alur 13
C12H25C6H5(l) 6.211,0442 10.432,4346
C12H24(l) 1.572,8429 2.660,6958
H2SO4(l) 752,8074 1.265,9804
H2O(l) 651,0854 1.089,6078
C12H25C6H4SO3H(l) 487.187,7654 814.000,6822
Steam 333.073,8555
Total 829.449,4008 829.449,4008
[image:31.595.164.475.78.334.2]4.6 Heater IV (E-212)
Tabel 4.6 Perhitungan Neraca Panas pada heater IV (E-212)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 16 Alur 17
NaOH(l) 11.014,1164 66.084,6983
H2O(l) 106.332,9851 640.252,0697
Steam 588.989,6665
4.7 Reaktor Netralizer (R-210)
Tabel 4.7 Perhitungan Neraca Panas pada Reaktor Netralizer (R-210)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Alur 13 Alur 17 Alur 18
C12H25C6H5(l) 10.432,4346 10.432,4346
C12H24(l) 2.660,6958 2.660,6958
H2SO4(l) 1.265,9804
H2O(l) 1.089,6078 640.252,0697 713.369,9805
Na2SO4(l) 1.116,7213
C12H25C6H4SO3H(l) 814.000,6822 8.139,9753
C12H25C6H4SO3Na(l) 813.383,2875
NaOH 66.084,6983
del Hr -24.500.013,4212
Q -24.486.696,4949
Sub total -23.657.247,0942 706.336,7679 -22.950.910,3262
Total -22.950.910,3262 -22.950.910,3262
4.8 Spray Dryer (D-310)
Tabel 4.8 Perhitungan Neraca panas Spray Dryer (D-310)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
C12H25C6H5 10.432,4346 26.577,5502
C12H24 2.660,6958 6.953,3507
H2O 713.369,9805 35.452,6408
Na2SO4(l) 1.116,7213 2.791,8033
C12H25C6H4SO3H 8.139,9753 20.349,9382
C12H25C6H4SO3Na 813.383,2875 2.033.458,2188
H2O (gas) 5.232.879,8999
Udara panas 26.924.208,1641 21.083.924,4928
del HVL 30.923,3650
[image:32.595.165.473.467.698.2]4.9 Furnace
Tabel LB. 32 Neraca panas Furnace
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Alur 1 Alur 2
Udara 484.395,3059
Udara Panas 26.924.247,5049
Q 26.439.852,1990
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
1. Tangki Penyimpanan (F-113)
Fungsi : Menyimpan Alkil benzene untuk kebutuhan 30 hari
Jenis : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 10 unit
Kondisi : Suhu = 30 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Tangki
- Silinder : Tinggi = 12,13914 m
Diameter = 9,1043 m
Tebal = 1 1/3 in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 2,276 m
Tebal = 1 1/3 in
Bahan : Low alloy steel, SA-353
2. Tangki Penyimpanan Oleum (F-116)
Fungsi : Menyimpan Oleum untuk kebutuhan 30 hari
Jenis : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 10 Unit
Kondisi : Suhu = 30 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Tangki
-Silinder : Tinggi = 11,07988 m
Diameter = 8,3099 m
Tebal = 2 in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 2,07747 m
Tebal = 2 in
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
Fungsi : Menampung H2SO4 untuk selama 30 hari
Jenis : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 10 unit
Kondisi : Suhu = 30 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Tangki
- Silinder : Tinggi = 11,86497 m
Diameter = 8,8987 m
Tebal = 2 in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 2,224682 m
Tebal = 2 in
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
4. Gudang Penyimpanan (F-314)
Fungsi : Menampung Produk Linier Alkilbenzen Sulfonat selama
10 hari
Tipe : Bangunan Beratap
Jumlah : 1 unit
Kondisi : Suhu = 30 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Bangunan
- Panjang = 56,25 m
- Lebar = 25 m
- Tinggi = 6 m
Bahan : Bangunan beton dengan lantai beton
5. Pompa 1 (L-112)
Fungsi : Mengalirkan Alkilbenzen ke Reaktor Sulfonasi (R-110)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,0028605 m3/s
Daya Motor : 0,5 hp
6. Pompa 2 (L-115)
Fungsi : Mengalirkan oleum ke Reaktor sulfonasi (R-110)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,002103 m3/s
Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
7. Pompa 3 (L-117)
Fungsi : Mengalirkan Larutan alkilbenzen sulfonat ke mixing tank
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,004482 m3/s
Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
8. Pompa 4 (L-119)
Fungsi : Mengalirkan Larutan alkilbenzen sulfonat ke decanter I
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,005273 m3/s
Daya Motor : 1 hp
Bahan : Commercial steel
9. Pompa 5 (L-121)
Fungsi : Mengalirkan Larutan alkilbenzen sulfonat ke decanter II
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,003156 m3/s
Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
Fungsi : Mengalirkan Larutan asam sulfat ke tangki H2SO4
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,002298 m3/s
Daya Motor : 1,5 hp
Bahan : Commercial steel
11.Pompa 7 (L-125)
Fungsi : Mengalirkan Larutan alkilbenzen sulfonat ke reaktor
sulfonasi (R-210)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,00294 m3/s
Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
12.Pompa 8 (L-213)
Fungsi : Mengalirkan Larutan NaOH ke reaktor sulfonasi (R-210)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,001456 m3/s
Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
13.Pompa 9 (L-218)
Fungsi : Mengalirkan Larutan LAS ke menuju Drier (D-310)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,002256 m3/s
Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
14.Reaktor Sulfonisasi (R-110)
menghasilkan Alkilbenzen sulfonat
Tipe : Mixed flow reactor
Bentuk : Silinder vertical dengan alas dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi : Suhu = 46 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Reaktor
- Silinder : Tinggi = 5,5853 m
Diameter = 3,7235 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 0,2327 m
Tebal = ¼ in
- Pengaduk : Jenis = Turbin impeller daun enam
Jumlah Buffle = 4 buah
Diameter Impeller = 1,24 m
Daya Motor = 18,5 hp
- Jaket Pendingin : Diameter = 3,9858 m
Tebal Jaket = ¼ in
15.Reaktor Netralisasi (R-210)
Fungsi : Tempat terjadi reaksi antara Alkilbenzen sulfonat dengan
NaOH
Tipe : Mixed flow reactor
Bentuk Silinder vertical dengan alas dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi : Suhu = 55 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Reaktor
- Silinder : Tinggi = 5,60951 m
Diameter = 3,739676 m
Tebal = 3/16 in
Tinggi = 0,2337 m
Tebal = 3/16 in
- Pengaduk : Jenis = Turbin impeller daun enam
Jumlah Buffle = 4 buah
Diameter Impeller = 1,25 m
Daya Motor = 12,5 hp
- Jaket Pendingin : Diameter = 4 m
Tebal Jaket = 1/3 in
16.Mixer I (M-118)
Fungsi : Tempat pencampuran hasil reaksi sulfonasi dengan air
Jenis : Tangki berpengaduk dengan tutup dan alas ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 22,79387 m3
Kondisi Operasi : Suhu = 43,0754 o C
Tekanan = 1 atm
Dimensi Mixer
- Silinder : Tinggi = 6,7126 m
Diameter = 2,01378 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Jenis = Ellipsoidal
Tinggi = 0,33563 m
Tebal = ¼ in
- Pengaduk : Jenis = Turbin impeller daun enam
Baffle = 4 buah
Diameter = 0,6712 m
Kecepatan Putaran = 1 putaran/s
Daya Motor = 31 hp
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
17.Mixer II (M-214)
Fungsi : Tempat melarutkan NaOH dengan air
Jenis : Tangki berpengaduk dengan tutup dan alas ellipsoidal
Kapasitas : 5,24408 m3
Kondisi Operasi : Suhu = 30 o C
Tekanan = 1 atm
Dimensi Mixer
- Silinder : Tinggi = 4,37089 m
Diameter = 1,31126m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Jenis = Ellipsoidal
Tinggi = 0,21854 m
Tebal = ¼ in
- Pengaduk : Jenis = Turbin impeller daun enam
Baffle = 4 buah
Diameter = 0,443708 m
Kecepatan Putaran = 1 putaran/s
Daya Motor = 2 hp
Bahan : Carbon steel,SA 113,Grade C
18.Hopper (F-217)
Fungsi : Menyimpan NaOH untuk kebutuhan 10 hari
Jenis : Silinder vertical dengan alas conical dan tutup datar
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 180,9592 m3
Kondisi : Suhu = 30 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Hopper
- Silinder : Tinggi = 9,2457 m
Diameter = 4,6228 m
Tebal = 1/3 in
- Kerucut : Tinggi = 4,4446 m
Sudut kemiringan = 30 o
Diameter = 4,4446 m
19.Dekanter I (H-120)
Fungsi : Memisahkan Alkilbenzen sulfonat sebagai produk ringan
dari Asam sulfat sebagai produk berat
Jenis : continuous gravity decanter
Bentuk : Silinder Horizontal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 26,81503 m3
Kondisi : Suhu = 43,0754 o C
Tekanan = 1 atm
Dimensi Decanter
- Silinder : Diameter = 2,3398 m
Panjang = 7,01942 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Diameter = 2,3398 m
Tinggi = 0,589516 m
Tebal = ¼ in
- Lubang Keluaran Zat Cair
Zat cair ringan = 1,596544 m
Zat Cair berat = 1,0376 m
Waktu Pisah : 1,5 jam
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
20.Dekanter II (H-123)
Fungsi : Memisahkan Alkilbenzen sulfonat sebagai produk ringan
dari Asam sulfat sebagai produk berat
Jenis : continuous gravity decanter
Bentuk : Silinder Horizontal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 3,7189 m3
Kondisi : Suhu = 43,0754 o C
Tekanan = 1 atm
Dimensi Decanter
Panjang = 3,63341 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Diameter = 1,21113 m
Tinggi = 0,30278 m
Tebal = ¼ in
- Lubang Keluaran Zat Cair
Zat cair ringan = 0,076358 m
Zat Cair berat = 0,1032709 m
Waktu Pisah : ½ jam
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
21.Belt Conveyor (J-216)
Fungsi : Mengangkut NaOH menuju bucket elevator
Jenis : Through Belt on Continious Plate
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 7,818 ton/jam
Dimensi Alat :
- Jarak Angkut = 20 ft
- Lebar = 14 in
- Kecepatan = 100 ft/min
- Daya = 2 hp
Bahan Konstruksi = Carbon steel
22.Bucket Elevator (J-215)
Fungsi : Mengangkut NaOH menuju tangki pencampur (M-214)
Jenis : Spaced Bucket Centrifugal Discharge Elevator
Bahan Konstruksi : Carbon steel SA-283,Grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 6,9484 ton/jam
Dimensi Bucket Elevator
- Ukuran = 6 x 4 x 4 ¼ in
- Kecepatan = 68,6 m/min
- Jarak antar Bucket = 12 in
Daya : 2 hp
23.Siklon (H-331)
Fungsi : Untuk memisahkan produk Linier alkil benzene sulfonat
dari udara panas
Jenis : High efficiency cylone
Bahan Konstruksi : Carbon steel SA-283,Grade C
Jumlah : 1 unit
Dimensi Siklon
- Diameter, Dc = 0,203 m
- Tinggi, H = 0,9135 m
- Diameter bukaan kerucut, B = 0,07661 m
- Diameter keluaran atas,Do = 0,1015 m
24.Screw Conveyor (J-313)
Fungsi : Mengangkut produk LAS ke Gudang penyimpanan
Jenis : Horizontal Screw Conveyor
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 12,1212 ton/jam
Dimensi Alat :
- Panjang = 60 ft
- Lebar = 2 ½ in
- Kecepatan = 80 rpm
- Daya = 4 hp
Bahan Konstruksi = Carbon steel SA-283,Grade C
25.Spray Drier (D-310)
Fungsi : Untuk menguapkan air yang terdapat dalam LAS sehingga
terbentuk butiran padatan
Jenis : Spray dryer with spray wheel
Jumlah : 3 unit
- Diameter = 6,1709 m
- Panjang = 24,6839 m
- Kecepatan putaran Nozzle = 3600 rpm
- Daya = 5 hp
Bahan Konstruksi = Carbon steel SA-283,Grade C
26.Heater I (E-111)
Fungsi Memanaskan Larutan alkilbenzen sulfonat untuk
diumpankan kedalam reactor sulfonasi
Jenis 2-4 shell and tube exchanger
Jumlah 1 unit
Media
pemanas
Steam
Beban
panas
293.155,5514 Btu/jam
Fluida
panas
Laju alir fluida masuk ,W : 137,0449 kg/jam = 302,1339 lbm/jam
Temperatur masuk (T1) : 100 0C = 212 0F
Temperatur keluar (T2) : 100 0C = 212 0F
Fluida dingin
Laju alir fluida masuk (w) : 8.850,37 kg/jam = 19.511,8287 lbm/jam
Temperatur masuk (t1) : 30 0C = 86 0F
Temperatur keluar (t2) : 46 0C = 114,8 0F
Tube
Jumlah tube : 26 buah
Jumlah pass : 4
OD : 1 in
Panjang : 12 ft
BWG : 18
∆Pf : 2,58527 psi
Shell :
ID : 10 in
∆Ps : 0,0302 psi
Jumlah pass : 2
Bahan Konstruksi : Stainless steel, SA-240, Grade A
27.Heater II (E-114)
Fungsi Memanaskan Larutan Oleum untuk diumpankan kedalam
reactor sulfonasi
Jenis 2-4 shell and tube exchanger
Jumlah 1 unit
Media
pemanas
Steam
Beban
panas
344.452,5824 Btu/jam
Fluida
panas
Laju alir fluida masuk ,W : 161.0254 kg/jam = 355.0021 lbm/jam
Temperatur masuk (T1) : 100 0C = 212 0F
Temperatur keluar (T2) : 100 0C = 212 0F
Fluida dingin
Laju alir fluida masuk (w) : 14.318,89 kg/jam = 31.567,9181 lbm/jam
Temperatur masuk (t1) : 30 0C = 86 0F
Temperatur keluar (t2) : 46 0C = 114,8 0F
Tube
Jumlah tube : 26 buah
Jumlah pass : 4
OD : 1 in
BWG : 18
Pitch : 1 ¼ in, triangular
∆Pf : 6,86462 psi
Shell :
ID : 10 in
∆Ps : 0,0718 psi
Jumlah pass : 2
Bahan Konstruksi : Stainless steel, SA-240, Grade A
28.Heater III (E-211)
Fungsi Memanaskan Larutan alkilbenzen sulfonat dari Decanter
untuk diumpankan kedalam reactor Netralisasi
Jenis 2-4 shell and tube exchanger
Jumlah 1 unit
Media
pemanas
Steam
Beban
panas
315.691,8616 Btu/jam
Fluida
panas
Laju alir fluida masuk ,W : 147,5803 kg/jam = 325,3606 lbm/jam
Temperatur masuk (T1) : 100 0C = 212 0F
Temperatur keluar (T2) : 100 0C = 212 0F
Fluida dingin
Laju alir fluida masuk (w) : 10.557,48 kg/jam = 23.275,3718 lbm/jam
Temperatur masuk (t1) : 30 0C = 86 0F
Temperatur keluar (t2) : 46 0C = 114,8 0F
Tube
Jumlah tube : 26 buah
OD : 1 in
Panjang : 12 ft
BWG : 18
Pitch : 1 ¼ in, triangular
∆Pf : 7,81083 psi
Shell :
ID : 10 in
∆Ps : 0,0603 psi
Jumlah pass : 2
Bahan Konstruksi : Stainless steel, SA-240, Grade A
29.Heater IV (E-212)
Fungsi Memanaskan Larutan NaOH dariMixing Tank untuk
diumpankan kedalam reactor Netralisasi
Jenis 1-2 shell and tube exchanger
Jumlah 1 unit
Media
pemanas
Steam
Beban
panas
588.989,67 Btu/jam
Fluida
panas
Laju alir fluida masuk ,W : 260,9729 kg/jam = 575,3498 lbm/jam
Temperatur masuk (T1) : 100 0C = 212 0F
Temperatur keluar (T2) : 100 0C = 212 0F
Fluida dingin
Laju alir fluida masuk (w) : 6.384,99 kg/jam = 14.076,5758 lbm/jam
Temperatur masuk (t1) : 30 0C = 86 0F
Temperatur keluar (t2) : 55 0C = 131 0F
Jumlah tube : 26 buah
Jumlah pass : 4
OD : 3/4 in
Panjang : 12 ft
BWG : 14
Pitch : 1 in, triangular
∆Pf : 0,64583 psi
Shell :
ID : 10 in
∆Ps : 0,0302 psi
Jumlah pass : 2
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Pengoperasian suatu pabrik kimia harus memenuhi beberapa persyaratan
yang ditetapkan dalam perancangannya. Persyaratan tersebut meliputi keselamatan,
spesifikasi produk, peraturan mengenai lingkungan hidup, kendala operasional, dan
faktor ekonomi. Pemenuhan persyaratan tersebut berhadapan dengan keadaan
lingkungan yang berubah-ubah, yang dapat mempengaruhi jalannya proses atau yang
disebut disturbance (gangguan) (Stephanopoulus, 1984). Adanya gangguan tersebut
menuntut penting dilakukannya pemantauan secara terus-menerus maupun
pengendalian terhadap jalannya operasi suatu pabrik kimia untuk menjamin
tercapainya tujuan operasional pabrik. Pengendalian atau pemantauan tersebut
dilaksanakan melalui penggunaan peralatan dan engineer (sebagai operator terhadap
peralatan tersebut) sehingga kedua unsur ini membentuk satu sistem kendali terhadap
pabrik.
Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol
untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat, dan
pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga
mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau
otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada
pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat
instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang diatas papan
instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan dalam suatu ruang
kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan (kontrol otomatis)
(Timmerhaus, 2004).
Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol/diukur oleh instrumen
adalah(Stephanopoulus, 1984):
1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan.
2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas, pH,
humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan variabel
Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari :
1. Elemen Perasa / sensing (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel
yang diukur.
2. Elemen pengukur (measuring element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya perubahan
temperatur, tekanan, laju aliran, maupun tinggi fluida. Perubahan ini merupakan
sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen pengontrol.
3. Elemen pengontrol (controlling element)
Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur
perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point (nilai yang
diinginkan). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil ataupun
meniadakan penyimpangan yang terjadi.
4. Elemen pengontrol akhir (final control element)
Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari
elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada
dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.
Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan
semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan
dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan variabel
yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk mengembalikan variabel
pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai controller. Pengendalian secara
semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat perubahan-perubahan yang terjadi
pada variabel yang dikontrol. Untuk mengubah variabel-variabel ke nilai yang
diinginkan dilakukan usaha secara manual, instrumen ini bekerja sebagai pencatat
(recorder).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen-instrumen adalah:
1. Range yang diperlukan untuk pengukuran
2. Level instrumentasi
3. Ketelitian yang dibutuhkan
4. Bahan konstruksinya
Alat-alat kontrol yang biasa dipakai pada peralatan proses antara lain :
1. Temperature Controller (TC)
Temperature Controller (TC) Adalah alat/instrumen yang digunakan sebagai alat
pengatur suhu atau pengukur sinyal mekanis atau listrik. Pengaturan temperatur
dilakukan dengan mengatur jumlah material proses yang harus
ditambahkan/dikeluarkan dari dalam suatu proses yang sedang bekerja.
Prinsip kerja:
Rate fluida masuk atau keluar alat dikontrol oleh diafragma valve. Rate fluida ini
memberikan sinyal kepada TC untuk mendeteksi dan mengukur suhu sistem pada
set point.
2. Pressure Controller (PC)
Adalah alat/instrumen yang dapat digunakan sebagai alat pengatur tekanan atau
pengukur tekanan atau pengubah sinyal dalam bentuk gas menjadi sinyal
mekanis. Pengatur tekanan dapat dilakukan dengan mengatur jumlah uap/gas
yang keluar dari suatu alat dimana tekanannya ingin dideteksi.
Prinsip kerja:
Pressure control (PC) akibat tekanan uap keluar akan membuka/menutup
diafragma valve. Kemudian valve memberikan sinyal kepada PC untuk mengukur
dan mendeteksi tekanan pada set point.
3. Flow Controller (FC)
Adalah alat/instrumen yang bisa digunakan untuk mengatur kecepatan aliran
fluida dalam pipa line atau unit proses lainnya. Pengukuran kecepatan aliran
fluida dalam pipa biasanya diatur dengan mengatur output dari alat, yang
mengakibatkan fluida mengalir dalam pipa line.
Prinsip kerja:
Kecepatan aliran diatur oleh regulating valve dengan mengubah tekanan
discharge dari pompa. Tekanan discharge pompa melakukan bukaan/tutupan
valve dan FC menerima sinyal untuk mendeteksi dan mengukur kecepatan aliran
pada set point.
4. Level Controller (LC)
Adalah alat/instrumen yang dipakai untuk mengatur ketinggian (level) cairan
cairan dilakukan dengan operasi dari sebuah control valve, yaitu dengan
mengatur rate cairan masuk atau keluar proses.
Prinsip kerja :
Jumlah aliran fluida diatur oleh control valve. Kemudian rate fluida melalui
valve ini akan memberikan sinyal kepada LC untuk mendeteksi tinggi permukaan
pada set point.
Hal-hal yang diharapkan dari pemakaian alat-alat instrumentasi adalah:
a. Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan
b. Pengoperasian sistem peralatan lebih mudah
c. Sistem kerja lebih efisien
d. Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui dengan cepat
e. Beberapa syarat penting yang harus diperhatikan dalam perancangan pabrik
antara lain :
1. Tidak boleh terjadi konflik antar unit, di mana terdapat dua pengendali pada satu
aliran.
2. Penggunaan supervisory computer control untuk mengkoordinasikan tiap unit
pengendali.
3. Control valve yang digunakan sebagai elemen pengendali akhir memiliki opening
position 70 %.
4. Dilakukan pemasangan check valve pada pompa dengan tujuan untuk
menghindari fluida kembali ke aliran sebelumnya. Check valve yang dipasangkan
pada pipa tidak boleh lebih dari satu dalam one dependent line. Pemasangan
check valve diletakkan setelah pompa.
5. Seluruh pompa yang digunakan dalam proses diletakkan di permukaan tanah
dengan pertimbangan syarat safety dari kebocoran.
6. Pada perpipaan yang dekat dengan alat utama dipasang flange dengan tujuan
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Linier Alkyl benzene Sulfonat (LAS)
No Nama alat Jenis
instrumen Kegunaan
1 Pompa FC Mengontrol laju alir cairan dalam pipa PI Menunjukkan tekanan dalam pipa
2 Tangki cairan LI Menunjukkan tinggi cairan dalam tangki
3 Heater TC Mengontrol suhu dalam kondensor
4 Reaktor
TC Mengontrol temperatur dalam reaktor
PI Menunjukkan tekanan dalam reaktor
LC Mengontrol tinggi cairan dalam reaktor
5 Blower FC Mengontrol laju alir gas dalam pipa
6 Furnace TC Mengontrol suhu dalam furnace
PC Mengontrol tekanan dalam furnace
7 Spray dryer
TC Mengontrol temperatur dalam spray dryer
PI Menunjukkan tekanan dalam spray dryer
FC Mengontrol laju alir cairan dalam spray dryer
8 Dekanter LIC Mengamati/mengontrol tinggi cairan
9 Mixer FC Mengontrol laju alir cairan dalam Mixer
10 Bucket elevator FC Mengontrol laju alir bahan pada bucket
elevator
1. Pompa
FC
Variabel yang dikontrol pada pompa adalah laju aliran (flow rate). Untuk
mengetahui laju aliran pada pompa dipasang flow control (FC). Jika laju aliran
pompa lebih besar dari yang diinginkan maka secara otomatis katup pengendali
2. Tangki cairan
LI
Gambar 6.2 Instrumentasi Tangki Cairan
Instrumentasi pada tangki cairan mencakup level indicator (LI) yang
berfungsi untuk menunjukkan tinggi cairan didalam tangki.
3. Heater
TC
Gambar 6.4 Instrumentasi Cooler dan Condenser
Instrumentasi pada heater, kondenser, reboiler, dan cooler mencakup
temperature controller (TC) yang berfungsi untuk mengatur temperatur bahan
keluaran heater, kondenser, reboiler, dan cooler dengan mengatur bukaan katup
steam atau air pendingin masuk.
4. Reaktor
LC PI TC
Air Pendingin
[image:54.595.113.279.568.725.2]Air Pendingin bekas
Reaktor sebagai alat tempat berlangsungnya reaksi antara bahan-bahan yang
digunakan. Dalam pabrik ini, reaktor sebagai tempat terjadinya reaksi antara
alkylbenzen dengan oleum 20%. Instrumentasi pada reaktor mencakup Pressure
Controller (PC) yang berfungsi untuk mengontrol tekanan dalam reaktor dan
Temperature Indicator (TI) untuk menunjukkan temperatur dalam reaktor.
5. Blower
FC
Instrumentasi pada blower mencakup Flow Controller (FC) yang berfungsi
untuk mengatur laju alir bahan dalam pipa dengan mengatur bukaan katup aliran
bahan.
6. Furnace
TI
[image:55.595.113.241.410.566.2]PC Furnace
Gambar 6.8 Instrumentasi pada Furnace
Instrument