PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN LINEAR ALKYLBENZENE SULFONATE (LAS)
DARI LINEAR ALKYLBENZENE (LAB) DENGAN PROSES
SULFONASI KAPASITAS 85.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh :
070425004
AHMAD KADIRUN
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
LEMBAR PENGESAHAN
PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN LINEAR ALKYLBENZENE
SULFONATE (LAS) DARI LINEAR ALKYLBENZENE (LAB) DENGAN
PROSES SULFONASI KAPASITAS 85.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Oleh :
NIM 070425004 AHMAD KADIRUN
Telah Diperiksa/Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Dr.Eng Irvan, MSi)
NIP.19680820199501 1 001 NIP. 196812141999792 2 002
(Ir. Renita Manurung, MT)
Mengetahui
Koordinator Tugas Akhir
NIP.19680820199501 1 001 (Dr.Eng. Irvan, Msi)
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena atas
kehendak dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
yang berjudul “Pra-Rancangan Pabrik Pembuatan Linier Alkyl Benzen
Sulfonat (LAS) dari Linier Alkylbenzen (LAB) Dengan Proses Sulfonasi
Kapasitas 85.000 Ton/Tahun”. Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi salah
satu syarat mengikuti ujian sarjana pada Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu
ayahanda dan ibunda, serta keluarga tercinta yang merupakan bagian hidup
penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir
hingga sekarang.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak menerima bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Eng. Irvan, Msi sebagai dosen pembimbing I yang telah
membimbing dan memberi masukan selama menyelesaikan tugas akhir
2. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai dosen pembimbing II yang telah
membimbing dan memberi masukan selama menyelesaikan tugas akhir
3. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, MT sebagai koordinator tugas akhir Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik USU.
4. Ibu Ir. Renita Manurung, MT sebagai ketua Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik USU.
5. Ibu Ir. Renita Manurung, MT, Ibu Dr. Ir. Iriany, Msi dan Bapak Ir. Indra
Surya, MSc sebagai Dosen Penguji
6.
Seluruh Staff pengajar dan pegawai pada Departemen Teknik
7. Rekan satu tim penulis, Alamsyah Sipahutar dan Abang Marwan Asnawi.
Rekan-rekan stambuk 2007, 2008, 2009 Teknik Kimia Ekstension.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca yang konstruktif demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini.
Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2009 Penulis
INTISARI
Linier Alkilbenzen Sulfonat (LAS) diperoleh melalui reaksi
sulfonasi antara Alkilbenzen sulfonat dengan Oleum pada suhu 46
oC
dan tekanan 1 atm dan dinetralisasi dengan larutan NaOH dalam
reaktor mixed flow. Pabrik LAS ini direncanakan akan berproduksi
dengan kapasitas 85.000 ton/tahun atau setara dengan 10.732,3275
kg/jam produk LAS dan direncanakan beroperasi selama 330 hari
dalam setahun. Pabrik ini diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan Indonesia terhadap produk impor.
Lokasi pabrik direncanakan di daerah Asahan, Provinsi
Sumatera Utara dengan luas areal 11.560 m
2, tenaga kerja yang
dibutuhkan berjumlah 206 orang dengan bentuk badan usaha
Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang Direktur utama
dengan struktur organisasi sistem garis dan staf.
Hasil analisa ekonomi Pabrik LAS adalah :
- Total Modal Investasi : Rp 1.804.711.828.878,83,-
- Total Biaya Produksi : Rp 3.135.838.935.519,14,-
- Hasil Penjualan : Rp. 3.759.958.630.806.-
- Laba Bersih : Rp 436.901.286.700,-
- Profit Margin (PM) : 16,60 %
- Break Even Point (BEP) : 46,18 %
- Return on Investment (ROI) : 24,21 %
- Pay Out Time (POT) : 4,13 tahun
- Internal Rate of Return (IRR) : 35,68 %
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ...i
INTISARI ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-2 1.3 Tujuan Rancangan ... I-3 1.4 Manfaat Perancangan ... I-3 BAB II TINJUAN PUSTAKA ... II-1 2.1 Surfaktan ... II-1 2.2 Konsumsi Surfaktan Dunia ... II-2 2.3 Surfaktan Anionik ... II-3 2.3.1 Linier Alkil Benzen Sulfonat ... II-3 2.3.2 Oleum ... II-4 2.3.3 Asam Sulfat... II-5 2.4 Sifat- sifat Bahan Baku ... II-5 2.4.1 Sifat-Sifat Alkil Benzen ... II-5 2.4.2 Sifat-Sifat Oleum 20% ... II-6 2.4.3 Sifat-Sifat Natrium Hidsoksida ... II-6 2.4.4 Sifat-Sifat Air... II-7 2.4.5 Sifat-Sifat Linier Alkilbenzen Sulfonat... II-8 2.5 Dasar – dasar Pemilihan Proses ... II.8 2.6 Deskripsi Proses... II.9 2.6.1 Proses Sulfonasi ... II.9 2.6.2 Proses Pemisahan ... II.9 2.6.3 Proses Netralisasi ... II-10 2.6.4 Proses Pengeringan ... II-10
BAB III NERACA MASSA...III-1 BAB IV NERACA PANAS ... IV-1 BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ... V-1 BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1 6.1 Instrumentasi ... VI-1 6.2 Keselamatan Kerja ... VI-10 6.2.1 Keselamatan Kerja pada Pabrik Pembuatan LAS ... VI-11 6.2.2 Pencegahan Dan Penaggulangan Bahaya Kebakaran
9.1.3 Bentuk Organisasi Garis dan Staf ... IX-3 9.1.4 Bentuk Organisasi Fungsionil dan Staf ... IX-3 9.2 Manajemen Perusahaan... IX-3 9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha ... IX-4 9.4 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... IX-6 9.4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)... IX-6 9.4.2 Dewan Komisaris ... IX-6 9.4.3 Direktur ... IX-6 9.4.4 Staf Ahli ... IX-7 9.4.5 Sekretaris ... IX-7 9.4.6 Manajer Pemasaran ... IX-7 9.4.7 Manajer Keuangan ... IX-7 9.4.8 Manajer Umun dan Personalia ... IX-7 9.4.9 Manajer Teknik ... IX-7 9.4.10 Manajer Produksi ... IX-8 9.4.11 Kepala Bagian Pemasaran ... IX-8 9.4.12 Kepala Bagian Keuangan ... IX-8 9.4.13 Kepala Bagian Personalia ... IX-8 9.4.14 Kepala Bagian Umum ... IX-8 9.4.15 Kepala Bagian Mesin ... IX-8 9.4.16 Kepala Bagian Listrik ... IX-9 9.4.17 Kepala Bagian Proses ... IX-9 9.4.18 Kepala Bagian Utilitas ... IX-9 9.4.19 Kepala Bagian Administrasi ... IX-9 9.5 Sistem Kerja ... IX-9 9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-12 9.7 Sistem Penggajian ... IX-13 9.8 Fasilitas Tenaga Kerja ... IX-14 BAB X ANALISA EKONOMI ... X-1 10.1 Modal Investasi... X-1 10.1.1 Modal Investasi Tetap / Fixed Capital Investment (FCI) ... X-1 10.1.2 Modal Kerja / Working Capital (WC)...X-3 10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/Total Cost (TC) ... X-3
10.2.1 Biaya Tetap/ Fixed Cost (FC) ... X-4 10.2.2 Biaya Variabel(BV)/ Variable Cost (VC) ... X-4 10.3 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5 10.4 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5 10.5 Analisa Aspek Ekonomi... X-5 10.5.1 Profit Margin (PM) ... X-5 10.5.2 Break Even Point (BEP) ... X-5 10.5.3 Return of Investment (ROI) ... X-6 10.5.4 Pay Out Time (POT) ... X-6 10.5.5 Unternal Rate of Return (IRR) ... X-7 BAB XI KESIMPULAN ... XI-1 DAFTAR PUSTAKA
INTISARI
Linier Alkilbenzen Sulfonat (LAS) diperoleh melalui reaksi
sulfonasi antara Alkilbenzen sulfonat dengan Oleum pada suhu 46
oC
dan tekanan 1 atm dan dinetralisasi dengan larutan NaOH dalam
reaktor mixed flow. Pabrik LAS ini direncanakan akan berproduksi
dengan kapasitas 85.000 ton/tahun atau setara dengan 10.732,3275
kg/jam produk LAS dan direncanakan beroperasi selama 330 hari
dalam setahun. Pabrik ini diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan Indonesia terhadap produk impor.
Lokasi pabrik direncanakan di daerah Asahan, Provinsi
Sumatera Utara dengan luas areal 11.560 m
2, tenaga kerja yang
dibutuhkan berjumlah 206 orang dengan bentuk badan usaha
Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang Direktur utama
dengan struktur organisasi sistem garis dan staf.
Hasil analisa ekonomi Pabrik LAS adalah :
- Total Modal Investasi : Rp 1.804.711.828.878,83,-
- Total Biaya Produksi : Rp 3.135.838.935.519,14,-
- Hasil Penjualan : Rp. 3.759.958.630.806.-
- Laba Bersih : Rp 436.901.286.700,-
- Profit Margin (PM) : 16,60 %
- Break Even Point (BEP) : 46,18 %
- Return on Investment (ROI) : 24,21 %
- Pay Out Time (POT) : 4,13 tahun
- Internal Rate of Return (IRR) : 35,68 %
Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perkembangan industri kimia diharapkan dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi dan industri. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri, dan juga untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
Indonesia sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pembangunan
industri juga ditujukan untuk memperkokoh struktur ekonomi nasional dengan
keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar sektor, meningkatkan daya
tahan perekonomian nasional, dan mendorong berkembangnya kegiatan berbagai
sektor pembangunan lainnya.
Dalam pembangunan sektor industri makin berperan sangat strategis
karena merupakan motor penggerak pembangunan. Sektor ini diharapkan
disamping sebagai penyerap tenaga kerja terbesar, penghasil devisa, juga sebagai
pemacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam upaya mencapai tinggal landas.
Hal ini akan dapat dicapai jika kita menyadari adanya peluang dan tantangan
dalam liberalisasi perdagangan dunia dan kemampuan kita untuk mengatasi
hambatan dalam pembangunan sektor industri. Untuk mencapai tujuan tersebut di
atas dapat dilakukan dengan mengurangi impor bahan-bahan kimia dan memacu
peningkatan pemanfaatan bahan industri dalam negeri (Anonim1. 2008.
Detergen merupakan surfaktan yang sangat luas penggunaannya baik
untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Akhir-akhir ini produksi detergen
meningkat menjadi sekitar 7 juta ton per tahun. Jenis surfaktan yang paling
banyak digunakan dalam detergen adalah tipe anionik dalam bentuk Sulfonate
(SO3-). Menurut Grayson, berdasarkan rumus struktur kimianya, detergen golongan Sulfonate dibedakan menjadi dua jenis yaitu jenis rantai bercabang
sebagai contoh Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), dan jenis rantai lurus Linear
Alkylbenzene Sulfonate (LAS). (Lynn,2005)
Dalam kondisi resesi ekonomi seperti sekarang ini, industri deterjen
dibutuhkan oleh masyarakat banyak. Keadaan ini tentunya juga berdampak positif
terhadap industri bahan bakunya, termasuk yang cukup penting sebagai bahan
aktif adalah Linear Alkylbenzene Sulfonate.
Linear Alkylbenzene Sulfonate dengan rumus C12H25C6H4-SO3Na suatu
senyawa yang dihasilkan dengan mereaksikan antara Linear Alkylbenzene
(C12H25C6H5) dan oleum (H2SO4.SO3) di dalam reaktor. Linear Alkylbenzene
Sulfonate dalam bidang industri banyak digunakan sebagai bahan aktif pembuatan
deterjen sintetis, selain itu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pembuat
bahan pembersih seperti pembersih lantai, peralatan rumah tangga yang memakai
bahan kimia ini.
Besarnya kapasitas produksi pembuatan Linear Alkylbenzene Sulfonate ini
ditentukan berdasarkan kebutuhan dalam negeri. Berdasarkan data dari badan
pusat statistik (BPS), kebutuhan impor Linear Alkylbenzene Sulfonate di
Indonesia semakin meningkat tahun 1999-2006 yang dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Data Impor Sodium Alkylbenzene Sulfonate di Indonesia
No. Tahun Kebutuhan (ton/Tahun) 1 1999 141.325
2. 2000 146.155 3. 2001 154.030 4. 2002 164.642 5. 2003 174.356 6. 2004 180.737 7. 2005 181.152 8. 2006 185.142
( Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, 2008)
1.2 Rumusan Masalah
Kebutuhan bahan surfaktan seperti Linear alkylbenzene Sulfonate (LAS)
mengalami peningkatan setiap tahun. Melihat hal ini, Indonesia memiliki peluang
untuk memproduksi surfaktan tersebut baik untuk kebutuhan ekspor maupun
kebutuhan dalam negeri. Untuk tujuan tersebut maka pra rancangan pabrik
1.3 Tujuan Pra Rancangan Pabrik
Tujuan pra rancangan pabrik pembuatan Linear alklylbenzene Sulfonate
(LAS) dengan proses sulfonasi adalah untuk menerapkan disiplin ilmu teknik
kimia yang meliputi neraca massa, neraca energi, spesifikasi peralatan, operasi
teknik kimia, utilitas dan bagian ilmu teknik kimia lainnya, juga untuk memenuhi
aspek ekonomi dalam pembiayaan pabrik sehingga memberikan gambaran
kelayakan pra rancangan pabrik pembuatan Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS).
Tujuan lain yang ingin dicapai adalah terbukanya lapangan kerja dan
memacu rakyat untuk meningkatkan produksi dalam negeri yang pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.4 Manfaat Perancangan
Manfaat atau kontribusi yang diberikan oleh pabrik pembuatan Linear
alklyl benzene Sulfonate (LAS) dari Linear alkylbenzene (LAB) adalah seperti
berikut ini.
1. Manfaat bagi perguruan tinggi.
a. Sebagai sumber informasi untuk penelitian-penelitian dan perancangan
selanjutnya tentang proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate
(LAS).
b. Sebagai bahan aplikasi bagi mahasiswa dari teori-teori yang di dapat
dalam perkuliahan.
2. Manfaat bagi pemerintah.
a. Untuk memenuhi kebutuhan Linear alkylbenzene Sulfonate (LAS) di
Indonesia.
b. Menambah pendapatan bagi daerah/Negara, misalnya dari pajak, ekspor,
bea cukai, dan lain sebagainya.
3. Manfaat bagi masyarakat.
a. Meningkatkan kesempatan kerja, yang berarti menurunkan jumlah
pengangguran di Indonesia.
b. Membuka pemikiran masyarakat terhadap perkembangan sains dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Surfaktan
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat
menaik dan menurunkan tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada
permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang
diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya
atau kadang antara padat dan zat lainnya (namun hal ini belum diteliti) (anonim
2.http://smk3ae.wordpress.com,2009).
Surfaktan atau surface active agent merupakan suatu molekul amphipatic
atau amphiphilic yang mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dalam satu
molekul yang sama. Secara umum kegunaan surfaktan adalah untuk menurunkan
tegangan permukaan, tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang
terdispersi dan mengontrol jenis formasi emulsi, yaitu misalnya oil in water
(O/W) atau water in oil (W/O).
Sifat-sifat surfaktan adalah mampu menurunkan tegangan permukaan,
tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan
mengontrol jenis formasi emulsi (misalnya oil in water (O/W) atau water in oil
(W/O)). Disamping itu, surfaktan akan terserap ke dalam permukaan partikel
minyak atau air sebagai penghalang yang akan mengurangi atau menghambat
penggabungan (coalescence) dari partikel yang terdispersi. Surfaktan dibagi
menjadi empat bagian penting dan digunakan secara meluas pada hampir semua
sektor industri modern. Jenis-jenis surfaktan tersebut adalah surfaktan anionik,
surfaktan kationik, surfaktan nonionik dan surfaktan amfoterik. Surfaktan anionik
adalah senyawa yang bermuatan negatif dalam bagian aktif permukaan
(surface-active) atau pusat hidrofobiknya (misalnya RCOO-Na, R adalah fatty
bagian aktif permukaan (surface-active) atau gugus antar muka hidrofobiknya
(hydrofobic surface-active). Surfaktan nonionik adalah surfaktan yang tidak
bermuatan atau tidak terjadi ionisasi molekul. Surfaktan amfoterik adalah
surfaktan yang mengandung gugus anionik dan kationik, dimana muatannya
bergantung kepada pH, pada pH tinggi dapat menunjukkan sifat anionik dan pada
pH rendah dapat menunjukkan sifat kationik (Kent, 2007).
2.2 Konsumsi Surfaktan dunia
Konsumsi surfaktan diseluruh dunia pada tahun 2003 ditunjukkan pada
tabel 1 Sebagian besar di dunia, sabun masih merupakan surfaktan yang utama
yang dimanfaatkan untuk mencuci tekstil dan digunakan juga sebagai pelindung.
Detergen sintetik pada dasarnya digunakan pada daerah-daerah seperti Amerika
Utara, Eropa Barat dan jepang. Surfaktan anionik mendominasi pasar surfaktan
dunia. Pada umumnya yang termasuk surfaktan anionik adalah LAS, AS, dan
AES. Kelas yang terbesar kedua adalah surfaktan non anionik misal APE dan AE.
Tabel 2.1 Konsumsi Surfaktan Dunia tahun 2003
Surfaktan Miliar lbs
Sabun 19,8
LAS 6,4
BAB 0,4
AES 1,8
AS 1,3
APE 1,3
Quats 1,1
Lainnyaa 5,3
Amphoterics 0,2
Total 37,6
a
2.3 Surfaktan Anionik
2.3.1 Linear Alkyl Benzene Sulfonate
Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkylbenzene
sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid slurry.
Acid slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen
sintetik dan deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat,
oleum atau SO3(g). Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses
yang berbeda pada bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas.
Bahan baku utama untuk membuat acid slurry adalah dodecyl benzene, linear
alkyl benzene.
Nama Kimia Acid Slurry
a. D.D.B.S.-Dodecyl Benzene Sulphonate
b. L.A.B.S-Linear Alkyl Benzene Sulphonate
(NIIR Board, 2004)
Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci pada industri
deterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen volum total
surfaktan anionik sintetik. Linear alkylbenzene Sulfonates (LAS) digunakan
secara luas menggantikan Branch alkylbenzene sulfonates (BAB) dalam jumlah
besar yang ada didunia karena LAS merupakan bahan deterjen yang lebih
biodegradabilitas dibandingkan BAB. Produk umumnya dipasarkan berupa asam
bebas (free acid) atau yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium
hidroksida yang ditambahkan kedalam slurry, yang umumnya dalam bentuk
pasta. Sebagian besar pasta di produksi pada sprayed-dried menghasilkan serbuk
deterjen. Pasta bisa juga di proses dengan drum-dried menjadi serbuk atau flake
atau spray dried menjadi butir-butir halus yang memiliki densitas rendah. Bentuk
kering LAS digunakan terutama pada industri dan produk kebersihan.
Agar berguna sebagai surfaktan, pertama Alkylbenzene harus disulfonasi.
Untuk proses sulfonasi biasanya digunakan Oleum dan SO3 . Sulfonasi dengan
oleum memerlukan biaya peralatan yang relatif tidak mahal dan bisa dijalankan
dengan proses batch atau continuous. Bagaimanapun ia juaga memiliki kerugian
dalam terminologi dibandingkan harga SO3, sulfonasi dengan oleum memerlukan
yang disebabkan oleh asam sulfat Proses oleum biasanya menghasilkan 90 %
ABS, 6 sampai 10 % asam sulfat, dan 0,5 hingga 1 % minyak yang tidak
mengalami proses sulfonasi. (Kent and Riegels, 2007)
Proses sulfonasi dengan tipe batch memiliki empat unit proses dasar
untuk netralisasi antara lain yaitu sulfonation, digestion, dilution, dan phase
separation.Pada tahap sulfonasi, alkylbenzene dan oleum dicampur pada tekanan
1 atm inert. Reaksi sulfonasi berlangsung dengan eksotermik tinggi. Dan
perpindahan panas tercapai dengan menggunakan reaktor jacket dan atau adanya
resirkulasi pemakaian ulang penukar panas. Variabel kunci dalam mengontrol
luas reaksi dan warna produk adalah temperatur, keluaran asam, waktu reaksi dan
perbandingan oleum dengan alkylate. Kemudian produk meninggalkan zona
sulfonasi yang kemudian dilanjutkan proses digested 15 sampai 30 menit agar
reaksi berlangsung secara sempurna. Setelah proses digested, kemudian campuran
dilarutkan (diluted) dengan air untuk menyempurnakan raksi. Produk kemudian
diumpankan ke dalam tangki separator yang berdasarkan pada gravitasi pada
lapisan asam sulfat yang keluar dari asam sulfonate ringan. Waktu separasi
bergantung pada konfigurasi tangki separator, viskositas asam sulfat, temperatur
dan tingkat aerasi dalam aliran umpan. (Bassam, 2005)
2.3.2 Oleum
Sulphur trioksida (SO3) hampir tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah
larut dalam asam sulfat pekat (H2SO4) (konsentrasi > 98%). Hasil dari campuran
ini adalah dinamakan oleum. Oleum tergantung pada persentase dari sulfur
trioksida di dalam larutan. Penggunaan yang paling umum untuk oleum adalah
sintesa organik. Oleum diproduksi secara industri dengan proses kontak, dimana
sulfur trioksida mengandung gas yang melalui sebuah tower oleum. Tower yang
mengandung gas mengalami resirkulasi oleum dan asam sulfat yang mana
membasahi sulphur trioksida. 30-60% sulphur trioksida berada dalam bentuk gas
yang diabsorbsi karena pembatasan tekanan uap oleum. Karena absorbsi tdak
lengkap, gas yang meninggalkan tower absorbsi oleum harus diproses didalam
Tergantung pada konsentrasi produk yang diinginkan, Tower dibasahi
dengan 22% atau 35% oleum pada temperatur 40-50OC (104-122OF). Dengan penambahan konsentrasi asam sulfat dari absorber untuk memperoleh konsentrasi
oleum yang diinginkan. Oleum akhir didinginkan pada sebuah alat penukar panas.
(Anonim 3, www. K-PATENTS.COM,2008).
2.3.3 Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat adalah suatu padatan, cairan yang tidak berwarna pada
temperatur kamar. Asam sulfat merupakan senyawa kimia yang sangat aktif dan
secara luas yang digunakan dalam jumlah yang besar. Asam anorganik yang kuat
ini juga tidak mahal untuk diproduksi.
Konsentrasi ekonomi larutan asam sulfat (H2SO4) kira-kira 93%-berat
H2SO4. Asam kuat boleh dibuat dengan melarutkan SO3 98-99% dengan asam.
(Anonim 3, www.K-PATENTS.COM,2008).
2.4 Sifat-sifat Bahan Baku dan Produk
Sifat fisika bahan baku, bahan penunjang, dan produk dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
2.4.1 Sifat – sifat Alkyl Benzene
Sifat Fisik Alkyl Benzene
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Leleh
Densitas
Wujud
Energi Panas Pembentukan
Kapasitas Panas
Viskositas
: C12H25C6H5
: 246,435 Kg/kmol
: 327,61 OC : 2,78 OC : 855,065 Kg/m3 : Cair
: 1787,0 KJ/mol
: 750,6 Kkal/kmol OC : 12 Cp
Sifat Kimia Alkyl Benzene :
• Tidak larut dalam air (20OC)
Mengalami reaksi sulfonasi dengan penambahan Oleum menjadi linear
Alkylbenzene sulfonate (Sumber : Kirk & Othmer, 1981)
2.4.2 Sifat – sifat Oleum 20%
Sifat Fisik Oleum sebagai berikut :
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Leleh
Densitas
Wujud
Warna
Viskositas
: H2SO4.SO3
: 178,14 Gr/mol
: 138 OC : 21 OC : 1930 Kg/m3 : Cair
: Tidak berwarna
: 8,7 Cp
Sifat kimia Oleum 20% :
• Oleum bersifat menarik air dan mudah larut dalam air
• Oleum sangat korosif dan mudah meledak
• Bahan pengoksidasi yang sangat kuat
Sumber : kirk & othmer, 1981
2.4.3 Sifat – sifat Natrium Hidroksida (NaOH)
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Leleh
Temperatur Kritis
Tekanan Kritis
Kapasitas Panas
Densitas
Panas Pembentukan
Wujud
Warna
: NaOH
: 40 gr/mol
: 1390 OC : 323 OC : 2546,85 OC : 249,998 atm
: -36,56 Kkal/kg.OC : 1090,41 kg/m3 : -47,234 Kkal/kmol
: Padat, Kristal higroskopis
Sifat Kimia Natrium Hidroksida :
NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat mengabsorbsi
uap air dan CO2 dari udara, kristal NaOH berserat membentuk anyaman.
• NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan udara akan mencair dan jika dibakar akan meleleh.
Sumber : Perry, 1984: Kirk & Othmer, 1981
2.4.4 Sifat – sifat Air
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Beku
Densitas
Wujud
Viscositas
Panas Ionisasi
Panas Diffusi
Konstanta Dielektrik
Panas Spesifik
Konstanta disosiasi
Tegangan Permukaan
: H2O
: 18 gr/mol
: 100 OC : 0 OC
: 0,998 kg/m3 : Cair
: 23,87 Cp
: 55,71 kJ/mol
: 6,00 kJ/mol
: 77,94
: 4,179 J/gOC : 10-4
: 71,79 Dyne/cm
Sifat Kimia Air :
• Bersifat polar dan merupakan elektrolit lemah
• Pelarut yang baik bagi senyawa organik
• Merupakan senyawa polar karena memiliki pasangan elektron polar
2.4.5. Sifat – sifat Linear Alkylbenzene Sulfonate
Rumus Molekul
Berat Molekul
Titik Didih
Titik Leleh
Densitas
Wujud
Kapasitas Panas
Warna
Viskositas
: C12H25C6H4SO3Na
: 348 gr/mol
: 637 OC : 277 OC : 1198,4 kg/m3 : Cair
: 0,6 Kcal/kg.K
: Bening
: 23,87 Cp
Sifat Kimia Linear AlkylBenzene Sulfonate • Sangat larut dalam air
• Bersifat sebagai surfaktan, berbusa
Sumber: http//:
2.5. Dasar - dasar pemilihan proses
Proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate dapat dilakukan melalui
proses sulfonasi, yaitu dengan cara mereaksikan alkylbenzene dengan oleum atau
H2SO4. Proses sulfonasi dengan menggunakan oleum dan H2SO4 memiliki
beberapa perbedaan dan persamaan, antara lain :
Tabel 2.2 Perbedaan Oleum dengan Asam Sulfat
Oleum 20% H2SO4
1. Jika oleum digunakan 1 bagian
dalam reaksi
2. Laju reaksi dengan oleum lebih
cepat daripada menggunakan
Asam sulfat
3. Dalam reaksi alkylbenzene dapat
terkonversi hingga 98%
Asam sulfat yang digunakan 1.5 lebih
banyak dari oleum
Laju reaksi dengan asam sulfat lebih
lambat daripada oleum
Dalam reaksi alkylbenzene dapat
terkonversi hingga 90%
4. Produk samping yang dihasilkan
lebih sedikit
5. Peralatan yang digunakan untuk
kedua proses sama
banyak
Peralatan yang digunakan untuk kedua
proses sama
Sumber: NIIR BOARD,2004
Berdasarkan pertimbangan kondisi operasi diatas, maka proses sulfonasi
dengan menggunakan oleum memiliki lebih banyak keuntungan daripada
menggunakan Asam sulfat sebagai bahan baku proses. Jadi bahan baku yang
digunakan dalam proses sulfonasi ini adalah oleum 20%.
2.6 Deskripsi Proses
Proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate terdiri dari beberapa
tahap yaitu:
2.6.1 Proses sulfonasi
Alkylbenzene pada Tangki (F-113) dan oleum pada Tangki (F-114)
dipompakan ke Tangki Sulfonator (R-110) yang sebelumnya dipanaskan dalam
Heater 1 (E-111) dan Heater 2 (E-116) hingga mencapai suhu 46 oC,selanjutnya Alkylbenzene dan oleum yang berada di dalam Tangki Sulfonator (R-110)
dicampur secara perlahan-lahan. Sulfonator beroperasi pada suhu 46OC dan tekanan 1 atm (14,7 psia), waktu tinggal dalam sulfonateor 4 jam dengan konversi
98%. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis.
C12H25C6H5 + SO3 + H2SO4→ C12H25C6H4SO3H + H2SO4
Alkylbenzene Oleum 20% Alkylbenzene Sulfonate
2.6.2 Proses Pemisahan
Campuran dari sulfonateor dicampur dengan air di dalam mixer (M-118)
untuk mencegah reaksi samping dan membantu memisahkan antara campuran
asam sulfonate dengan asam sulfat dalam Dekanter I (H-120) dan Dekanter II
(H-123)
Campuran larutan Alkylbenzene Sulfonate, H2SO4, Alkylbenzene yang
tidak bereaksi dan benzene dipisahkan dalam dekanter berdasarkan berat jenis
asam sulfat akan terpisah sebagai lapisan atas dan asam sulfonate sebagai lapisan
bawah. Selain berdasarkan perbedaan densitas pemisahan asam sulfat dan
alkylkbenzene Sulfonate pada dekanter karena kedua larutan ini tidak saling larut.
Asam sulfat sebagai lapisan bawah kemudian dipompa ke tangki penyimpan
(F-124) sedangkan asam sulfonate dipompa ke Heat Exchanger (E-211) untuk
dipanaskan.
2.6.3 Proses Netralisasi
Alkylbenzene Sulfonate dinetralisasi menggunakan larutan NaOH 20 % di
dalam Netralizer (R-210). Netralizer beroperasi pada temperatur 55 0C dan tekanan 1 atm dengan konversi 99 %. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis
sehingga diperlukan jaket pendingin, dimana reaksinya sebagai berikut :
C12H25C6H4SO3H + NaOH → C12H25C6H4SO3Na + H2O
Alkylbenzene Sulfonate Sodium Alkylbenzene sulfonate
Hasil yang keluar dari netralizer berupa Sodium Alkylbenzene sulfonate dan
Natrium sulfonate berbentuk slurry.
2.6.4 Proses Pengeringan
Pada proses pengeringan, Slurry yang berasal dari tangki netralizer dipompakan
kedalam spray dryer (D-310). Kemudian Slurry di kontakkan dengan udara panas
yang berasal dari furnace pada temperatur 300 oC, dimana pengeringan berlangsung cepat menghasilkan produk berbentuk powder. Powder dari Spray
Dryer (D-310) terdiri dari 96 % bahan aktif surfaktan (Sodium Alkylbenzene
BAB III
NERACA MASSA
Kapasitas Produksi : 85.000 ton/tahun
Waktu Operasi : 330 hari/tahun
Basis Perhitungan : 1 jam operasi
Satuan Operasi : kg/jam
3.1 Reaktor Sulfonator (R-110)
Tabel 3.1 Neraca Massa Total Pada Reaktor
Komponen Masuk (Kg/jam) Keluar (Kg/Jam)
Alur 2 Alur 4 Alur 5
C12H25C6H5 8.316,887 166,338
C12H24 41,793 41,793
H2SO4 10.683,481 10.683,481
SO3 2.704,679 54,094
H2O 135,234 135,234
C12H25C6H4SO3H 10.801,135
Sub Total 8.358,681 13.523,394 21.882,075
Total 21.882,075 21.882,075
3.2 Mixing Tank (M-118)
Tabel 3.2 Neraca Massa pada Mixing Tank
Komposisi Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 5 Alur 6 Alur 7
C12H25C6H5 166,338 166,338
C12H24 41,793 41,793
H2SO4 10.683,481 10.749,746
SO3 54,094
C12H25C6H4SO3H 10.801,135 1.0801,135
Sub Total 21.882,075 3.160,802 25.042,877
Total 2.5042,877 2.5042,877
3.3 DEKANTER I (H-120)
Tabel 3.3 Neraca Massa pada Dekanter I
Komposisi Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 7 Alur 8 Alur 9
C12H25C6H5 166,338 8,317 158,021
C12H24 41,793 2,090 39,704
H2SO4 10.749,746 10.212,259 537,487
H2O 3.283,865 3.119,672 164,193
C12H25C6H4SO3H 10.801,135 540,057 10.261,078
Sub Total 25.042,877 13.882,394 11.160,483
Total 25.042,877 25.042,877
3.4 DEKANTER II (H-123)
Tabel 3.4 Neraca Massa pada Dekanter II
Komposisi Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 9 Alur 10 Alur 12
C12H25C6H5 158,021 7,901 150,120
C12H24 39,704 1,985 37,719
H2SO4 537,487 510,613 26,874
H2O 164,193 155,984 8,210
C12H25C6H4SO3H 10.261,078 513,054 9.748,024
Sub Total 11.160,483 1.189,537 9.970,947
3.5 TANGKI PELARUTAN (M-214)
Tabel 3.5 Neraca Massa pada Tangki Pelarutan
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 14 Alur 15 Alur 16
NaOH 1.206,054 1.206,054
H2O 24,613 4.799,603 4.824,216
Sub Total 1.230,667 4.799,603 6.030,270
Total 6.030,270 6.030,270
3.6 TANGKI NETRALIZER (R-210)
Tabel 3.6 Neraca Massa pada Netralizer
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 13 Alur 17 Alur 18
C12H25C6H5 150,120 150,120
C12H24 37,719 37,719
H2SO4 26,874
H2O 8,210 4.824,216 5.375,150
NaOH 1.206,054
C12H25C6H4SO3H 9.748,024 97,480
Na2SO4 38,940
C12H25C6H4SO3Na 10.301,808
Sub Total 9.970,947 6.030,270 16.001,217
3.7 SPRAY DRYER (D-310)
Tabel 3.7 Neraca Massa pada Spray Dryer
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 18 Alur 19 Alur 20
C12H25C6H5 150,120 150,120
C12H24 37,719 37,719
H2O 5.375,150 5.375,150
C12H25C6H4SO3H 97,480 97,480
Na2SO4 38,940 38,940
C12H25C6H4SO3Na 10.301,808 10.301,808
Udara panas 91.817,594 91.817,594
Sub total 16.001,217 91.817,594 107.818,812
Total 107.818,812 107.818,812
3.8 Cyclone (H-311)
Tabel LA.8 Neraca Massa pada Cyclone
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 20 Alur 21 Alur 22
C12H25C6H5 150,120 150,120
C12H24 37,719 37,719
H2O 5.375,150 5.268,890 106,261
C12H25C6H4SO3H 97,480 97,480
Na2SO4 38,940 38,940
C12H25C6H4SO3Na 10.301,808 10.301,808
Udara Panas 91.817,594 91.817,594
Sub Total 107.818,812 97.086,484 10.732,327
BAB IV NERACA PANAS
Pra rancangan pabrik pembuatan Sodium Alkylbenzen sulfonat
direncanakan beroperasi paa basis perhitungan 1 jam operasi dengan Satuan
operasi dalam kJ/jam dan temperatur referensi 25oC .
Tabel 4.1 sampai dengan 4.8 di bawah ini menunjukkan hasil perhitungan
neraca panas untuk setiap unit
4.1 Heater I (E-111)
Tabel 4.1 Perhitungan Neraca Panas pada heater I (E-111)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 1 Alur 2
C12H25C6H5(l) 89.972,0896 380.606,5249
C12H24(l) 452,1446 1.931,1252
Q 292.113,4160
Total 382.537,6501 382.537,6501
4.2 Heater II (E-116)
Tabel 4.2 Perhitungan Neraca Panas pada heater II (E-116)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 3 Alur 4
H2SO4(l) 78.156,8858 331.114,1568
SO3(l) 25.132,3464 106.367,1479
H2O(l) 2.815,1623 11.851,2361
Q 343.228,1463
4.3 Reaktor Sulfonator (R-110)
Tabel 4.3 Neraca Panas Reaktor Sulfonator (R-110)
Komponen Alur masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)
Alur 2 Alur 4 Alur 5
C12H25C6H5(l) 380.606,5249 7,612,1424
C12H24(l) 1.931,1252 1.931,1252
H2SO4(l) 331.114,1568 331.114,1568
SO3(l) 106.367,1479 2.127,3595
H2O(l) 11.851,2361 11.851,2361
C12H25C6H4SO3H(l) 596.282,2902
Del Hr -145.215.682,9562
Q -145.096.634,8370
Sub Total -144.714.097,1869 449.332,5408 -144.264.764,6461
Total -144.264.764,6461 -144.264.764,6461
4.4 Mixer (M-118)
Tabel 4.4 Neraca Panas pada Mixer (M-118)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Alur 5 Alur 6 Alur 7
C12H25C6H5(l) 7.612,1424 6.520,3561
C12H24(l) 1.931,1252 1.651,2157
H2SO4(l) 331.114,1568 283.541,2144
SO3 2.127,3595
H2O(l) 11.851,2361 39.466,6428 246.729,9317
C12H25C6H4SO3H(l) 596.282,2902 511.434,8696
del Hr -59.492,6525
Sub Total 950.918,3102 39.466,6428 990.384,9350
Total 990.384,9350 990.384,9350
4.5 Heater III (E-211)
Tabel 4.5 Perhitungan Neraca Panas pada heater III (E-211)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 12 Alur 13
C12H25C6H5(l) 58.84,6196 9.852,8913
C12H24(l) 1.490,2545 2.512,9275
H2SO4(l) 713,2401 1.195,6407
H2O(l) 616,,8502 1.029,0671
C12H25C6H4SO3H(l) 461.569,9538 768.778,2118
Steam 313.093,8202
Total 783.368,384 783.368,7384
4.6 Heater IV (E-212)
Tabel 4.6 Perhitungan Neraca Panas pada heater IV (E-212)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 16 Alur 17
NaOH(l) 10.402,2158 62.413,2945
H2O(l) 100.425,5658 604.682,3223
Steam 556.267,8352
4.7 Reaktor Netralizer (R-210)
Tabel 4.7 Perhitungan Neraca Panas pada Reaktor Netralizer (R-210)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Alur 13 Alur 17 Alur 18
C12H25C6H5(l) 9852,8913 9.852,8913
C12H24(l) 2512,9275 2.512,9275
H2SO4(l) 1195,6407
H2O(l) 1029,0671 604682,3223 673.738,1130
Na2SO4(l) 1.054,6707
C12H25C6H4SO3H(l) 768778,2118 7.687,7632
C12H25C6H4SO3Na(l) 768.195,1655
NaOH 62413,2945
del Hr -23.138.894,8987
Q 23126317,7227 9.852,8913
Sub total 22.342.948,9843 667.095,6168 -21.675.853,3675
4.8 Spray Dryer (D-310)
Tabel 4.8 Perhitungan Neraca panas Spray Dryer (D-310)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Alur 18 Alur 19 Alur 21 Alur 22
C12H25C6H5 9852,8913 25101,1125
C12H24 2512,9275 6567,1792
H2O 673738,1130 33483,2422
Na2SO4(l) 1054,6707 2636,6768
C12H25C6H4SO3H 7687,7632 19219,4080
C12H25C6H4SO3Na 768195,1655 1920487,913
H2O (gas) 4941797,6441
Udara panas 25428411,744 19911235,449
del HVL 30924,6481
Sub Total 1463041,531 25428411,744 24883957,741 2007495,532
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
1. Tangki Penyimpanan (F-113)
Fungsi : Menyimpan Alkil benzene untuk kebutuhan 30 hari
Jenis : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 10 unit
Kondisi : Suhu = 30 oC Tekanan = 1 atm
Dimensi Tangki
- Silinder : Tinggi = 11,91 m
Diameter = 8,9325 m
Tebal = 1 1/3 in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 2,2331 m
Tebal = 1 1/3 in
Bahan : Low alloy steel, SA-353
2. Tangki Penyimpanan Oleum (F-114)
Fungsi : Menyimpan Oleum untuk kebutuhan 30 hari
Jenis : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 10 Unit
Kondisi : Suhu = 30 oC Tekanan = 1 atm
Dimensi Tangki
-Silinder : Tinggi = 10,87078 m
Diameter = 8,15308 m
Tebal = 2 in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 2,03827 m
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
3. Tangki Penyimpanan H2SO4 (F-124)
Fungsi : Menampung H2SO4 untuk selama 30 hari
Jenis : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 10 unit
Kondisi : Suhu = 30 oC Tekanan = 1 atm
Dimensi Tangki
- Silinder : Tinggi = 11,641054 m
Diameter = 8,730787 m
Tebal = 2 in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 2,182696 m
Tebal = 2 in
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
4. Gudang Penyimpanan (F-314)
Fungsi : Menampung Produk Linier Alkilbenzen Sulfonat selama
10 hari
Tipe : Bangunan Beratap
Jumlah : 1 unit
Kondisi : Suhu = 30 oC Tekanan = 1 atm
Dimensi Bangunan
- Panjang = 56,25 m
- Lebar = 23 m
- Tinggi = 6 m
5. Pompa 1 (L-112)
Fungsi : Mengalirkan Alkilbenzen ke Reaktor Sulfonasi (R-110)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,0027015 m3/s Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
6. Pompa 2 (L-115)
Fungsi : Mengalirkan oleum ke Reaktor sulfonasi (R-110)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,001986 m3/s Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
7. Pompa 3 (L-117)
Fungsi : Mengalirkan Larutan alkilbenzen sulfonat ke mixing tank
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,004182 m3/s Daya Motor : 1 hp
Bahan : Commercial steel
8. Pompa 4 (L-119)
Fungsi : Mengalirkan Larutan alkilbenzen sulfonat ke decanter I
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,0049805 m3/s Daya Motor : 0,5 hp
9. Pompa 5 (L-121)
Fungsi : Mengalirkan Larutan alkilbenzen sulfonat ke decanter II
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,0029808 m3/s Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
10.Pompa 6 (L-122)
Fungsi : Mengalirkan Larutan asam sulfat ke tangki H2SO4
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,0025208 m3/s Daya Motor : 2 hp
Bahan : Commercial steel
11.Pompa 7 (L-125)
Fungsi : Mengalirkan Larutan alkilbenzen sulfonat ke reaktor
sulfonasi (R-210)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,0027767 m3/s Daya Motor : 0,5 hp
Bahan : Commercial steel
12.Pompa 8 (L-213)
Fungsi : Mengalirkan Larutan NaOH ke reaktor sulfonasi (R-210)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,00137576 m3/s Daya Motor : 0,5 hp
13.Pompa 9 (L-218)
Fungsi : Mengalirkan Larutan LAS ke menuju Drier (D-310)
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 0,0021308 m3/s Daya Motor : 2 hp
Bahan : Commercial steel
14.Reaktor Sulfonisasi (R-110)
Fungsi : Tempat terjadi reaksi antara alkilbenzen dengan oleum yang
menghasilkan Alkilbenzen sulfonat
Tipe : Mixed flow reactor
Bentuk : Silinder vertical dengan alas dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi : Suhu = 46 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Reaktor
- Silinder : Tinggi = 5,47995 m
Diameter = 3,653301 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 0,22833 m
Tebal = ¼ in
- Pengaduk : Jenis = Turbin impeller daun enam
Jumlah Buffle = 4 buah
Diameter Impeller = 1,22 m
Daya Motor = 17 hp
- Jaket Pendingin : Diameter = 3,91531 m
15.Reaktor Netralisasi (R-210)
Fungsi : Tempat terjadi reaksi antara Alkilbenzen sulfonat dengan
NaOH
Tipe : Mixed flow reactor
Bentuk Silinder vertical dengan alas dan tutup ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi : Suhu = 55 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Reaktor
- Silinder : Tinggi = 5,50375 m
Diameter = 3,66916 m
Tebal = 3/16 in
- Tutup : Jenis = ellipsoidal
Tinggi = 0,22932 m
Tebal = 3/16 in
- Pengaduk : Jenis = Turbin impeller daun enam
Jumlah Buffle = 4 buah
Diameter Impeller = 1,22 m
Daya Motor = 12,5 hp
- Jaket Pendingin : Diameter = 3,93029 m
Tebal Jaket = 1/3 in
16.Mixer (M-118)
Fungsi : Tempat pencampuran hasil reaksi sulfonasi dengan air
Jenis : Tangki berpengaduk dengan tutup dan alas ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 17,9396 m3
Kondisi Operasi : Suhu = 43,0754 o C Tekanan = 1 atm
Dimensi Mixer
- Silinder : Tinggi = 6,5859 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Jenis = Ellipsoidal
Tinggi = 0,3293 m
Tebal = ¼ in
- Pengaduk : Jenis = Duoble helical ribbon impeller
Baffle = 4 buah
Diameter = 0,65859 m
Kecepatan Putaran = 1 putaran/s
Daya Motor = 30 hp
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
17.Mixer (M-214)
Fungsi : Tempat melarutkan NaOH dengan air
Jenis : Tangki berpengaduk dengan tutup dan alas ellipsoidal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 4,95275 m3
Kondisi Operasi : Suhu = 30 o C
Tekanan = 1 atm
Dimensi Mixer
- Silinder : Tinggi = 4,2884 m
Diameter = 1,2865 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Jenis = Ellipsoidal
Tinggi = 0,21442 m
Tebal = ¼ in
- Pengaduk : Jenis = Duoble helical ribbon
impeller
Baffle = 4 buah
Diameter = 0,42884 m
Kecepatan Putaran = 1 putaran/s
Daya Motor = 2 hp
18.Hopper (F-217)
Fungsi : Menyimpan NaOH untuk kebutuhan 10 hari
Jenis : Silinder vertical dengan alas conical dan tutup datar
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 170,90592 m3
Kondisi : Suhu = 30 oC
Tekanan = 1 atm
Dimensi Hopper
- Silinder : Tinggi = 9,071244 m
Diameter = 4,5356 m
Tebal = 1/3 in
- Kerucut : Tinggi = 4,4446 m
Sudut kemiringan = 30 o Diameter = 4,4446 m
Bahan : Carbon steel SA-113, Grade B
19.Dekanter I (H-120)
Fungsi : Memisahkan Alkilbenzen sulfonat sebagai produk ringan
dari Asam sulfat sebagai produk berat
Jenis : continuous gravity decanter
Bentuk : Silinder Horizontal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 25,3253 m3
Kondisi : Suhu = 43,0754 o C
Tekanan = 1 atm
Dimensi Decanter
- Silinder : Diameter = 2,29565 m
Panjang = 6,88694 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Diameter = 2,29565 m
Tinggi = 0,57391 m
Tebal = ¼ in
Zat cair ringan = 1,5442 m
Zat Cair berat = 1,018065 m
Waktu Pisah : 1,5 jam
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
20.Dekanter II (H-123)
Fungsi : Memisahkan Alkilbenzen sulfonat sebagai produk ringan
dari Asam sulfat sebagai produk berat
Jenis : continuous gravity decanter
Bentuk : Silinder Horizontal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 3,5123 m3
Kondisi : Suhu = 43,0754 o C
Tekanan = 1 atm
Dimensi Decanter
- Silinder : Diameter = 1,1883 m
Panjang = 3,5648 m
Tebal = ¼ in
- Tutup : Diameter = 1,1883 m
Tinggi = 0,29707 m
Tebal = ¼ in
- Lubang Keluaran Zat Cair
Zat cair ringan = 0,845107 m
Zat Cair berat = 0,9493021 m
Waktu Pisah : ½ jam
Bahan : Stainless steel, SA-240, Grade A
21.Belt Conveyor (J-216)
Fungsi : Mengangkut NaOH menuju bucket elevator
Jenis : Through Belt on Continious Plate
Jumlah : 1 unit
Dimensi Alat :
- Jarak Angkut = 20 ft
- Lebar = 14 in
- Kecepatan = 100 ft/min
- Daya = 2 hp
Bahan Konstruksi = Carbon steel
22.Bucket Elevator (J-215)
Fungsi : Mengangkut NaOH menuju tangki pencampur (M-214)
Jenis : Spaced Bucket Centrifugal Discharge Elevator
Bahan Konstruksi : Carbon steel SA-283,Grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 7,384 ton/jam
Dimensi Bucket Elevator
- Ukuran = 6 x 4 x 4 ¼ in
- Kecepatan = 68,6 m/min
- Lebar = 7 in
- Jarak antar Bucket = 12 in
Daya : 2 hp
23.Siklon (H-331)
Fungsi : Untuk memisahkan produk Linier alkil benzene sulfonat
dari udara panas
Jenis : High efficiency cylone
Bahan Konstruksi : Carbon steel SA-283,Grade C
Jumlah : 1 unit
Dimensi Siklon
- Diameter, Dc = 0,154958 m
- Tinggi, H = 0,9135 m
- Diameter bukaan kerucut, B = 0,07661 m
24.Screw Conveyor (J-313)
Fungsi : Mengangkut produk LAS ke Gudang penyimpanan
Jenis : Horizontal Screw Conveyor
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 12,87879 ton/jam
Dimensi Alat :
- Panjang = 60 ft
- Lebar = 2 ½ in
- Kecepatan = 80 rpm
- Daya = 4 hp
Bahan Konstruksi = Carbon steel SA-283,Grade C
25.Spray Drier (D-310)
Fungsi : Untuk menguapkan air yang terdapat dalam LAS sehingga
terbentuk butiran padatan
Jenis : Spray dryer with spray wheel
Jumlah : 3 unit
Dimensi Alat :
- Diameter = 6,55933 m
- Panjang = 26,23732 m
- Kecepatan putaran Nozzle = 3600 rpm
- Daya = 5 hp
Bahan Konstruksi = Carbon steel SA-283,Grade C
26.Heater I (E-111)
Fungsi : Memanaskan Larutan alkilbenzen sulfonat untuk
diumpankan kedalam reactor sulfonasi
Jenis : 2-4 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Media pemanas : Steam
Fluida panas :
Laju alir fluida masuk ,W : 143,1351 kg/jam = 315,5606 lbm/jam
Temperatur masuk (T1) : 100 0C = 212 0F
Temperatur keluar (T2) : 100 0C = 212 0F
Fluida dingin
Laju alir fluida masuk (w) : 8.358,68 kg/jam = 18.427,7150 lbm/jam
Temperatur masuk (t1) : 30 0C = 86 0F
Temperatur keluar (t2) : 46 0C = 114,8 0F
Tube
Jumlah tube : 16 buah
Jumlah pass : 4
OD : 1 in
Panjang : 12 ft
BWG : 18
Pitch : 1 ¼ in, triangular
∆Pf : 7,2721 psi
Shell :
ID : 8 in
∆Ps : 0,0514 psi
Jumlah pass : 2
Bahan Konstruksi : Stainless steel, SA-240, Grade A
27.Heater II (E-116)
Fungsi : Memanaskan larutan Oleum untuk diumpankan kedalam
reaktor sulfonasi
Jenis : 2-4 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Media pemanas : Steam
Beban panas : 325.535,4218 Btu/jam
Fluida panas :
Laju alir fluida masuk ,W : 143,1351 kg/jam = 315,5606 lbm/jam
Temperatur keluar (T2) : 100 0C = 212 0F
Fluida dingin
Laju alir fluida masuk (w) : 12.728,04 kg/jam = 28.060,6605 lbm/jam
Temperatur masuk (t1) : 30 0C = 86 0F
Temperatur keluar (t2) : 46 0C = 114,8 0F
Tube
Jumlah tube : 16 buah
Jumlah pass : 4
OD : 1 in
Panjang : 12 ft
BWG : 18
Pitch : 1 ¼ in, triangular
∆Pf : 5,4479 psi
Shell :
ID : 8 in
∆Ps : 0,0568 psi
Jumlah pass : 2
Bahan Konstruksi : Stainless steel, SA-240, Grade A
28.Heater III (E-211)
Fungsi : Memanaskan larutan Alkilbenzen sulfonat untuk
diumpankan kedalam reaktor Netralisasi
Jenis : 2-4 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Media pemanas : Steam
Beban panas : 296.954,46 Btu/jam
Fluida panas :
Laju alir fluida masuk ,W : 129,8761 kg/jam = 286,3292 lbm/jam
Temperatur masuk (T1) : 100 0C = 212 0F
Temperatur keluar (T2) : 100 0C = 212 0F
Laju alir fluida masuk (w) : 9.384,52 kg/jam = 20.689,4354 lbm/jam
Temperatur masuk (t1) : 43,0753 0C = 109,5357 0F
Temperatur keluar (t2) : 55 0C = 114,8 0F
Tube
Jumlah tube : 26 buah
Jumlah pass : 4
OD : 1 in
Panjang : 12 ft
BWG : 18
Pitch : 1 ¼ in, triangular
∆Pf : 3,6851 psi
Shell :
ID : 8 in
∆Ps : 0,0467 psi
Jumlah pass : 2
Bahan Konstruksi : Stainless steel, SA-240, Grade A
29.Heater IV (E-212)
Fungsi : Memanaskan larutan NaOH untuk diumpankan kedalam
reaktor Netralisasi
Jenis : 1-2 shell and tube exchanger
Jumlah : 1 unit
Media pemanas : Steam
Beban panas : 496.229,4001 Btu/jam
Fluida panas :
Laju alir fluida masuk ,W : 231,9783 kg/jam = 511,4273 lbm/jam
Temperatur masuk (T1) : 100 0C = 212 0F
Temperatur keluar (T2) : 100 0C = 212 0F
Fluida dingin
Laju alir fluida masuk (w) : 280,63 kg/jam = 618,6806 lbm/jam
Temperatur keluar (t2) : 55 0C = 131 0F
Tube
Jumlah tube : 52 buah
Jumlah pass : 2
OD : 1 in
Panjang : 12 ft
BWG : 14
Pitch : ¾ in, triangular
∆Pf : 0,4261 psi
Shell :
ID : 12 in
∆Ps : 0,0199 psi
Jumlah pass : 1
Bahan Konstruksi : Carbon steel SA-283,Grade C
30. Blower (G-312)
Fungsi : Membuang Uap air dari Siklon ke Udara bebas
Jenis : Blower sentrifugal
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 558,7504 m3/jam Daya Motor : 2,0 hp
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Pengoperasian suatu pabrik kimia harus memenuhi beberapa persyaratan
yang ditetapkan dalam perancangannya. Persyaratan tersebut meliputi
keselamatan, spesifikasi produk, peraturan mengenai lingkungan hidup, kendala
operasional, dan faktor ekonomi. Pemenuhan persyaratan tersebut berhadapan
dengan keadaan lingkungan yang berubah-ubah, yang dapat mempengaruhi
jalannya proses atau yang disebut disturbance (gangguan) (Stephanopoulus,
1984). Adanya gangguan tersebut menuntut penting dilakukannya pemantauan
secara terus-menerus maupun pengendalian terhadap jalannya operasi suatu
pabrik kimia untuk menjamin tercapainya tujuan operasional pabrik. Pengendalian
atau pemantauan tersebut dilaksanakan melalui penggunaan peralatan dan
engineer (sebagai operator terhadap peralatan tersebut) sehingga kedua unsur ini
membentuk satu sistem kendali terhadap pabrik.
Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol
untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat,
dan pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan
tenaga mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara
manual atau otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses
tergantung pada pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada
pemakaian alat-alat instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut
dipasang diatas papan instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau
disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan
(kontrol otomatis) (Timmerhaus, 2004).
Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol/diukur oleh instrumen
adalah(Stephanopoulus, 1984):
2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas,
pH, humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan
variabel lainnya.
Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari :
1. Elemen Perasa / sensing (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel
yang diukur.
2. Elemen pengukur (measuring element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya
perubahan temperatur, tekanan, laju aliran, maupun tinggi fluida. Perubahan ini
merupakan sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke
elemen pengontrol.
3. Elemen pengontrol (controlling element)
Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur
perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point (nilai yang
diinginkan). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil ataupun
meniadakan penyimpangan yang terjadi.
4. Elemen pengontrol akhir (final control element)
Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari
elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada
dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.
Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan
semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan
dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan
variabel yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk
mengembalikan variabel pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai
controller. Pengendalian secara semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat
perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel yang dikontrol. Untuk mengubah
variabel-variabel ke nilai yang diinginkan dilakukan usaha secara manual,
instrumen ini bekerja sebagai pencatat (recorder).
1. Range yang diperlukan untuk pengukuran
2. Level instrumentasi
3. Ketelitian yang dibutuhkan
4. Bahan konstruksinya
5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses
Alat-alat kontrol yang biasa dipakai pada peralatan proses antara lain :
1. Temperature Controller (TC)
Temperature Controller (TC) Adalah alat/instrumen yang digunakan sebagai
alat pengatur suhu atau pengukur sinyal mekanis atau listrik. Pengaturan
temperatur dilakukan dengan mengatur jumlah material proses yang harus
ditambahkan/dikeluarkan dari dalam suatu proses yang sedang bekerja.
Prinsip kerja:
Rate fluida masuk atau keluar alat dikontrol oleh diafragma valve. Rate fluida
ini memberikan sinyal kepada TC untuk mendeteksi dan mengukur suhu
sistem pada set point.
2. Pressure Controller (PC)
Adalah alat/instrumen yang dapat digunakan sebagai alat pengatur tekanan
atau pengukur tekanan atau pengubah sinyal dalam bentuk gas menjadi sinyal
mekanis. Pengatur tekanan dapat dilakukan dengan mengatur jumlah uap/gas
yang keluar dari suatu alat dimana tekanannya ingin dideteksi.
Prinsip kerja:
Pressure control (PC) akibat tekanan uap keluar akan membuka/menutup
diafragma valve. Kemudian valve memberikan sinyal kepada PC untuk
mengukur dan mendeteksi tekanan pada set point.
3. Flow Controller (FC)
Adalah alat/instrumen yang bisa digunakan untuk mengatur kecepatan aliran
fluida dalam pipa line atau unit proses lainnya. Pengukuran kecepatan aliran
fluida dalam pipa biasanya diatur dengan mengatur output dari alat, yang
mengakibatkan fluida mengalir dalam pipa line.
Kecepatan aliran diatur oleh regulating valve dengan mengubah tekanan
discharge dari pompa. Tekanan discharge pompa melakukan bukaan/tutupan
valve dan FC menerima sinyal untuk mendeteksi dan mengukur kecepatan
aliran pada set point.
4. Level Controller (LC)
Adalah alat/instrumen yang dipakai untuk mengatur ketinggian (level) cairan
dalam suatu alat dimana cairan tersebut bekerja. Pengukuran tinggi permukaan
cairan dilakukan dengan operasi dari sebuah control valve, yaitu dengan
mengatur rate cairan masuk atau keluar proses.
Prinsip kerja :
Jumlah aliran fluida diatur oleh control valve. Kemudian rate fluida melalui
valve ini akan memberikan sinyal kepada LC untuk mendeteksi tinggi
permukaan pada set point.
Hal-hal yang diharapkan dari pemakaian alat-alat instrumentasi adalah:
a. Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan
b. Pengoperasian sistem peralatan lebih mudah
c. Sistem kerja lebih efisien
d. Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui dengan cepat
e. Beberapa syarat penting yang harus diperhatikan dalam perancangan
pabrik antara lain :
1. Tidak boleh terjadi konflik antar unit, di mana terdapat dua pengendali pada
satu aliran.
2. Penggunaan supervisory computer control untuk mengkoordinasikan tiap unit
pengendali.
3. Control valve yang digunakan sebagai elemen pengendali akhir memiliki
opening position 70 %.
4. Dilakukan pemasangan check valve pada pompa dengan tujuan untuk
menghindari fluida kembali ke aliran sebelumnya. Check valve yang
dipasangkan pada pipa tidak boleh lebih dari satu dalam one dependent line.
Pemasangan check valve diletakkan setelah pompa.
5. Seluruh pompa yang digunakan dalam proses diletakkan di permukaan tanah
6. Pada perpipaan yang dekat dengan alat utama dipasang flange dengan tujuan
untuk mempermudah pada saat maintenance.
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Linier
Alkyl benzene Sulfonat (LAS)
No Nama alat Jenis
instrumen Kegunaan
1 Pompa FC Mengontrol laju alir cairan dalam pipa PI Menunjukkan tekanan dalam pipa
2 Tangki cairan LI Menunjukkan tinggi cairan dalam tangki
3 Heater TC Mengontrol suhu dalam kondensor
4 Reaktor
TC Mengontrol temperatur dalam reaktor
PI Menunjukkan tekanan dalam reaktor
LC Mengontrol tinggi cairan dalam reaktor
5 Blower FC Mengontrol laju alir gas dalam pipa
6 Furnace TC Mengontrol suhu dalam furnace
PC Mengontrol tekanan dalam furnace
7 Spray dryer
TC Mengontrol temperatur dalam spray dryer
PI Menunjukkan tekanan dalam spray dryer
FC Mengontrol laju alir cairan dalam spray dryer
8 Dekanter LIC Mengamati/mengontrol tinggi cairan
9 Mixer FC Mengontrol laju alir cairan dalam Mixer
11 Bucket elevator FC Mengontrol laju alir bahan pada bucket
elevator
1. Pompa
FC
Variabel yang dikontrol pada pompa adalah laju aliran (flow rate). Untuk
mengetahui laju aliran pada pompa dipasang flow control (FC). Jika laju aliran
pompa lebih besar dari yang diinginkan maka secara otomatis katup pengendali
(control valve) akan menutup atau memperkecil pembukaan katup.
2. Tangki cairan
LI
Gambar 6.2 Instrumentasi Tangki Cairan
Instrumentasi pada tangki cairan mencakup level indicator (LI) yang
berfungsi untuk menunjukkan tinggi cairan didalam tangki.
3. Heater
TC
Gambar 6.4 Instrumentasi Cooler dan Condenser
Instrumentasi pada heater, kondenser, reboiler, dan cooler mencakup
temperature controller (TC) yang berfungsi untuk mengatur temperatur bahan
keluaran heater, kondenser, reboiler, dan cooler dengan mengatur bukaan katup
4. Reaktor
LC PI TC
Air Pendingin
[image:54.595.198.364.110.239.2]Air Pendingin bekas
Gambar 6.3 Instrumentasi Reaktor
Reaktor sebagai alat tempat berlangsungnya reaksi antara bahan-bahan
yang digunakan. Dalam pabrik ini, reaktor sebagai tempat terjadinya reaksi antara
alkylbenzen dengan oleum 20%. Instrumentasi pada reaktor mencakup Pressure
Controller (PC) yang berfungsi untuk mengontrol tekanan dalam reaktor dan
Temperature Indicator (TI) untuk menunjukkan temperatur dalam reaktor.
5. Blower
FC
Instrumentasi pada blower mencakup Flow Controller (FC) yang
berfungsi untuk mengatur laju alir bahan dalam pipa dengan mengatur bukaan
katup aliran bahan.
6. Furnace
TI
PC
[image:55.595.242.369.105.244.2]Furnace
Gambar 6.8 Instrumentasi pada Furnace
Instrumentasi pada furnace mencakup Pressure Controller (PC) yang
berfungsi untuk mengontrol tekanan dalam furnace dan Temperature Controller
(TC) yang berfungsi untuk mengatur temperatur furnace.
7. Spray Dryer
TC FC Udara panas
Bahan keluar Bahan masuk
Gambar 6.10 Spray Dryer beserta instrumennya
Instrumen yang digunakan pada spray dryer adalah Temperature Controller (TC)
yang berfungsi untuk mengamati dan mengontrol temperature gas di dalamnya.
Apabila gas yang masuk berada di bawah temperature yang diinginkan, maka
Temperature Controller (TC) akan menggerakkan Flow Controller (FC) untuk
[image:55.595.235.389.382.526.2]8. Dekanter
LIC
Gambar 6.6 Instrumentasi Dekanter
Instrumentasi yang dipakai pada separator adalah level indicator controller
(LIC) yang berfungsi untuk menunjukkan/mengukur dan mengatur ketinggian
(level) cairan dalam dekanter dimana cairan tersebut bekerja pada saat tertentu.
9. Mixing Tank
FC
Bahan Masuk
Bahan Keluar
Gambar 6.9 Tangki berpengaduk beserta instrumennya
Instrumen yang digunakan pada tangki berpengaduk adalah kaca intip. Dengan
memasang kaca pada dinding bejana (berdasarkan alas an keselamatan kaca
dibuat ganda), tinggi permukaan dapat dilihat langsung secara visual.
11. Instrumentasi bucket elevator
[image:56.595.245.418.102.199.2]FC
Instrumentasi pada bucket elevator mencakup flow controller (FC) yang
berfungsi untuk mengatur laju bahan pada bucket elevator dengan mengatur
laju elevator.
6.2 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik,
oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk
maksud tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan
keamanan pabrik pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi.
Statistik menunjukkan bahwa angka kecelakan rata-rata dalam pabrik
kimia relatif tidak begitu tinggi. Tetapi situasi beresiko memiliki bentuk khusus,
misalnya reaksi kimia yang berlangsung tanpa terlihat dan hanya dapat diamati
dan dikendalikan berdasarkan akibat yang akan ditimbulkannya.
Kesalahan-kesalahan dalam hal ini dapat mengakibatkan kejadian yang fatal.
Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja,
Pemerintah Republik Indonesia telah me