• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Sapi Peranakan Simmental Dengan Pemberian Pakan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang Disuplementasi Dengan Hidrolisat Bulu Ayam Dan Mineral Esensial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usaha Sapi Peranakan Simmental Dengan Pemberian Pakan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang Disuplementasi Dengan Hidrolisat Bulu Ayam Dan Mineral Esensial"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Harga bahan pakan

Uraian Harga/Kg Pelepah daun kelapa sawit Rp.270,74,-

Serat perasan Rp.272,56,-

- Harga mesin Rp.7.000.000,- dengan lama pemakaian 7 tahun (Rp.2740-/hari) - Kapasitas mesin 250 Kg/Jam, dengan standar operasi 4 jam/hari

- Pemakaian bahan bakar (solar) 1 ltr (Rp.4.000,-) untuk 2 jam operasi - Produksi harian 250 Kg x 4 jam = 1.000 Kg/hari

- Biaya mesin (Rp.2740,-/hari)/(1000 Kg/hari) = Rp.2,74,-/Kg

- Biaya bahan bakar 4 jam = 2 ltr x Rp.4.000,- = Rp.8.000,- /1.000 Kg (Rp.8,-/Kg)

- Upah Rp.15.000,-/500 Kg/orang (dibutuhkan 2 orang ) = Rp.60,-/Kg - Total biaya Rp.70,74,-/Kg

Transportasi

- Kapasitas truck 500Kg/trip

- Sewa truck Rp.100.000,-/2 trip, biaya Rp.100.000,-/1000 Kg = Rp.100,-/Kg - Upah pengumpul pelepah Rp.20.000,-/1000Kg/orang (dibutuhkan 2 orang)

= Rp.40,-/Kg

- Total biaya Rp.100,- + Rp.40,- = Rp.140,-/Kg Pengeringan

- Kapasitas pengeringan 500 Kg/hari

- Upah Rp.15.000,-/hari (dibutuhkan 2 hari dalam pengeringan) = Rp.30.000,- - Total biaya Rp.60,-/Kg

Harga bahan jadi Rp.270,74,-/Kg Serat perasan

Grinder

- Harga mesin Rp.7.000.000,- dengan lama pemakaian 7 tahun (Rp.2740-/hari) - Kapasitas mesin 150 Kg/Jam, dengan standar operasi 4 jam/hari

- Pemakaian bahan bakar (solar) 1 ltr (Rp.4.000,-) untuk 2 jam operasi - Produksi harian 150 Kg x 4 jam = 600 Kg/hari

(2)

- Biaya bahan bakar 4 jam = 2 ltr x Rp.4.000,- = Rp.8.000,- /1.000 Kg (Rp.8,-/Kg)

- Upah Rp.15.000,-/500 Kg/orang (dibutuhkan 2 orang ) = Rp.60,-/Kg - Total biaya Rp.72,56,-/Kg

Transportasi

- Kapasitas truck 500Kg/trip

- Sewa truck Rp.100.000,-/trip, biaya Rp.100.000,-/500 Kg = Rp.200,-/Kg - Upah memuat Rp.30.000,-/500Kg/orang (dibutuhkan 2 orang)

= Rp.60,-/Kg

- Total biaya Rp.200,- + Rp.60,- = Rp.140,-/Kg Pengeringan

- Kapasitas pengeringan 500 Kg/hari

- Upah Rp.15.000,-/hari (dibutuhkan 2 hari dalam pengeringan) = Rp.30.000,- - Total biaya Rp.60,-/Kg

Harga bahan jadi Rp.272,56,-/Kg

Bungkil kelapa sawit Transportasi

- Sewa truck Rp.300.000,- = Rp.75,-/Kg

- Harga bungkil Rp.250,-/Kg (pemesanan 4 ton = Rp.1.000.000,-) - Total biaya Rp.325,-/Kg

Packing

- karung 57 buah @ Rp.2000,- = Rp.114.000,- (Rp.28,5,-/Kg) - Upah Rp.20.000,-/4 ton (dibutuhkan 2 orang) = Rp.10,-/Kg - Total biaya Rp.38,5,-/Kg

Grinder

- Harga mesin Rp.7.000.000,- dengan lama pemakaian 7 tahun (Rp.2740-/hari) - Kapasitas mesin 250 Kg/Jam, dengan standar operasi 4 jam/hari

- Pemakaian bahan bakar (solar) 1 ltr (Rp.4.000,-) untuk 2 jam operasi - Produksi harian 250 Kg x 4 jam = 1000 Kg/hari

- Biaya mesin (Rp.2740,-/hari) = Rp.2,74,-/Kg (1000 Kg/hari)

- Biaya bahan bakar 4 jam = 2 ltr x Rp.4.000,- = Rp.8.000,- /1.000 Kg (Rp.8,-/Kg)

- Upah Rp.30.000,-/1000 Kg/orang (dibutuhkan 2 orang ) = Rp.60,-/Kg - Total biaya Rp.70,74,-/Kg

Harga bahan jadi Rp.434,24,-/Kg Solid decanter

Transportasi

- Sewa pick-up Rp.250.000,-/3 trip (kapasitas truck 1 ton/trip) = Rp.83,34,-/Kg - Harga Solid decanter Rp.150.000,-/3 trip (3 ton) = Rp.50,-/Kg

- Upah Rp.20.000,-/3 trip (dibutuhkan 2 orang) = Rp.13,34,-/Kg - Total biaya Rp.146,68,-/Kg

Pengeringan

(3)

- Upah Rp.15.000,-/hari (dibutuhkan 7 hari dalam pengeringan) = Rp.105.000,- - Total biaya Rp.35,-/Kg

Grinder

- Harga mesin Rp.7.000.000,- dengan lama pemakaian 7 tahun (Rp.2740-/hari) - Kapasitas mesin 250 Kg/Jam, dengan standar operasi 4 jam/hari

- Pemakaian bahan bakar (solar) 1 ltr (Rp.4.000,-) untuk 2 jam operasi - Produksi harian 250 Kg x 4 jam = 1000 Kg/hari

- Biaya mesin (Rp.2740,-/hari)/(1000 Kg/hari) = Rp.2,74,-/Kg

- Biaya bahan bakar 4 jam = 2 ltr x Rp.4.000,- = Rp.8.000,- /1.000 Kg (Rp.8,-/Kg)

- Upah Rp.30.000,-/1000 Kg/orang (dibutuhkan 2 orang ) = Rp.60,-/Kg - Total biaya Rp.70,74,-/Kg

Harga bahan jadi Rp.252,42,-/Kg Bulu Ayam

Transportasi

- Sewa becak Rp.5000,-/200 Kg = Rp.25,-/Kg Pengeringan

- Upah Rp.15.000,-/hari/200 Kg (dibutuhkan 3 hari) = Rp.225,-/Kg - Terpal 10 m/200 Kg Rp.30.000,- = Rp.30,-/Kg

- Total biaya Rp.255,-/Kg

- HCl 37% yang dipakai untuk 80 Kg Bulu = 3243,24 ml Rp.162.162,- = Rp.2.027,-/Kg

- Aquadest yang dipakai untk 80 Kg bulu = 6.757 ml Rp.3.378,5,- = Rp.42,43,-/Kg

Harga bahan jadi Rp.2.069,43,-/Kg

Penggunaan : 1 % dalam pakan (10 gr x Rp.2,06 = Rp.20,69/kg pakan) Mineral Co (BM = 58,93)

(4)

= 32,55 mg/Kg BK

Pakan mengandung 72,75% BK, maka setiap 1 Kg pakan ditambahkan 23,68 mg

= Rp.201,28-/Kg Mineral Zn (BM = 65,37)

- Harga Zn = Rp.500.000,-/Kg = Rp.0,5,-/mg - Penambahan Zn sebesar 356 ppm (mg)/Kg BK - Kebutuhan Zn/Kg BK = 1573,19 mg

Pakan mengandung 72,75% BK, maka setiap 1 Kg pakan ditambahkan 1144,49 mg = Rp.572,25-/Kg

Mineral Cl (BM = 35,45)

- Harga NaCl = Rp.1.000,-/Kg = Rp.1,-/g - Penambahan Cl sebesar 0,16%/Kg BK - Kebutuhan Cl/Kg BK = 2,79g

Pakan mengandung 72,75% BK, maka setiap 1 Kg pakan ditambahkan 2,03 g = Rp.2,03-/Kg

Mineral Se

- Harga K2SO4 = Rp.500.000,-/Kg = Rp.0,5,-/mg - Penambahan Se sebesar 0,1%/Kg BK

- Kebutuhan Se/Kg BK = 1998 mg = Rp.999,-/Kg BK

Pakan mengandung 72,75% BK, maka setiap 1 Kg pakan ditambahkan 1453,54 mg = Rp.726,77-/Kg

Pakan mengandung 72,75% BK, maka setiap 1 Kg pakan ditambahkan 47,81 mg = Rp.23,91-/Kg

Molases

(5)

Lampiran 2. Harga pakan (hitungan dalam 100 Kg)

Perlakuan Uraian % % x harga bahan Total

P0 Pelepah kelapa sawit 48 % 48 x Rp.270,74,- Rp.12.995,52,-

Bungkil inti sawit 41 % 41 x Rp.434,24,- Rp.17.803,84,- Solid decanter 4 % 4 x Rp.252,42,- Rp.1009,68,- Serat perasan 2 % 2 x Rp.272,56,- Rp.545,12,- Garam 1 % 1 x Rp.1000,- Rp.1.000,- Molases 3 % 3 x Rp.1.500,- Rp.4.500,- Urea 1 % 1 x Rp.1.600,- Rp.1.600,-

Total Rp.39.454,16,-

Harga pakan P0 = Rp.394,54,-/Kg

P1 = P0 + Hidrolisat bulu ayam

Harga pakan = Rp.394,54,- + Rp.20,69,- = Rp.415,23,-/Kg P2 = P1 + Zn + Cl

Harga pakan = Rp.415,23,- + Rp.572,25,- + Rp.2,03,- = Rp.989,51,-/Kg P3 = P2 + Co + Se + I

(6)

Lampiran 3. Data konsumsi selama penelitian (kg)

30 5,298 4,671 4,271 6,981 Total 181.26 153.81 168.48 215.28

Des 16 4,748 4,022 4,171 5,525

30 6,353 4,948 5,825 7,708 Total 207.36 179.01 173.46 238.68

31 6,753 5,048 5,975 7,608 15 5,325 4,421 4,698 5,875

Jan 16 5,725 4,471 4,798 6,025

1 6,853 5,148 6,153 7,658 17 6,025 4,571 4,998 6,353

(7)

Tgl KONSUMSI (kg) Tgl KONSUMSI (kg)

3 7,958 6,453 7,508 9,563 Total 227.85 181.56 204.96 277.23

Lampiran 4. Data penimbangan bobot badan (kg/ekor/bulan)

Tanggal P0 P1 P2 P3

Lampiran 5. Data pertambahan bobot badan/perlakuan/bulan (kg)

Bulan P0 P1 P2 P3

Lampiran 6. Konversi pakan berdasarkan pemberian pakan (kg) dengan PBB (kg)

Bulan P0 P1 P2 P3

1 6,92(S2) 6,71(S3) 6,34(S4) 6,01(S1) 2 7,17(S4) 6,78(S1) 6,47(S2) 5,87(S3) 3 7,21(S3) 6,89(S4) 6,36(S1) 5,92(S2) 4 7,26(S1) 6,69(S2) 6,37(S3) 6,31(S4)

Rataan 7,14 6,76 6,38 6,02

Lampiran 7. Income Over Feed Cost (%)

Bulan P0 P1 P2 P3

1 0,118(S2) 0,121(S3) 0,273(S4) 0,511(S1)

2 0,123(S4) 0,121(S1) 0,278(S2) 0,490(S3)

(8)

Lampiran 8. Konsumsi pakan (Kg/Bulan)

Bulan P0 P1 P2 P3

1 159,27(S2) 140,40(S3) 196,98(S4) 145,29(S1)

2 215,28(S4) 153,81(S1) 181,26(S2) 168,48(S3)

3 173,46(S3) 238,68(S4) 179,01(S1) 207,36(S2)

4 181,56(S1) 227,85(S2) 204,96(S3) 277,23(S4)

Rataan 182,39 190,18 190,55 199,59

Lampiran 9. Konsumsi bahan kering (BK) berdasarkan bobot badan awal (%).

Bulan P0 P1 P2 P3

1 2,59(S2) 2,40(S3) 2,68 (S4) 2,59S1)

2 2,60(S4) 2,43(S1) 2,65(S2) 2,60(S3)

3 2,36(S3) 2,60(S4) 2,55(S1) 2,70(S2)

4 2,31(S1) 2,61(S2) 2,54(S3) 2,71(S4)

Rataan 2,46% 2,51% 2,60% 2,65%

Lampiran 10. Biaya pakan (Rp/ekor/bulan)

Bulan P0 P1 P2 P3

(9)

ANALISIS USAHA SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DENGAN PEMBERIAN PAKAN HASIL SAMPING KELAPA SAWIT YANG

DISUPLEMENTASI DENGAN HIDROLISAT BULU AYAM DAN MINERAL ESENSIAL

O L E H

M. RISWAN RIZAL 050306030 PETERNAKAN

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(10)

ANALISIS USAHA SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DENGAN PEMBERIAN PAKAN HASIL SAMPING KELAPA SAWIT YANG

DISUPLEMENTASI DENGAN HIDROLISAT BULU AYAM DAN MINERAL ESENSIAL

O L E H

M. RISWAN RIZAL 050306030 PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(11)

Judul Proposal : Analisis Usaha Sapi Peranakan Simmental dengan Pemberian Pakan Hasil Samping Kelapa Sawit yang Disuplementasi Dengan Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial

Nama : M. Riswan Rizal NIM : 050306030 Departemen : Peternakan

Program Studi : Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Eniza Saleh, MS Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP Ketua Anggota

Mengetahui :

Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP Ketua Departemen

(12)

ABSTRAK

M. RISWAN RIZAL, 2010. ”Analisis Usaha Sapi Peranakan Simmental Dengan Pemberian Pakan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang Disuplementasi Dengan Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial”. Dibawah bimbingan ibu Ir. Eniza Saleh, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar,MP sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujung Rambung Dusun VI Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Maret 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai usaha dari penggunaan hasil samping kelapa sawit dengan suplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial terhadap sapi peranakan Simmental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin dengan 4 perlakuan. Perlakuannya adalah P0 = basal. P1 = P0 + 1%hidrolisat bulu ayam. P2 = P1

+ 0,4 % S + 0,16 % Cl. P3 = P2 + 10 ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan laba/rugi terbesar adalah pada P1

sebesar Rp.447.779,- dan terkecil pada P3 sebesar Rp.248.502,-. Rataan benefit cost ratio (B/C) terbesar adalah pada P1 sebesar 1,073 dan terkecil pada P3 sebesar 1,038.

Rataan Break even point (BEP) yang terdiri dari BEP harga produksi terbesar pada P3

sebesar Rp.22.191,- dan terkecil pada P1 sebesar Rp.21.479,-. Rataan BEP volume

produksi terbesar pada P3 sebesar 272,8 kg dan terkecil pada P0 sebesar 256 kg.

Rataan IOFC terbesar adalah pada P1 sebesar Rp.570.779,- dan terkecil adalah pada

P3 sebesar Rp.371.502,-. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan

(13)

ABSTRACT

M. Riswan Rizal, 2010.”Financial Analysis of Simmental Crossbreed by Utilizing Palm Plantation By-Product which supplemented with Hidrolyzed Poultry Feather and Zn , Cl, as The Essential Macro Mineral and I, Co, as Essential Rare Mineral”. Under advised by Ir. Eniza Saleh MS as a supervisor and Prof. DR. Ir. Zulfikar Siregar MP as co supervisor.

This research was conducted in Desa Ujung Rambung dusun VI kecamatan Pantai Cermin of kabupaten Serdang Bedagai beginning from November 2009 to March 2010. The objective of this research was to observe financial value of utilizing palm plantation By-product which supplemented with hidrolyzed poultry feather and Zn , Cl, as the essential macro mineral and I, Co, as essential rare mineral of Simmental Crossbreed. This research was conducted by using latin squre design (LSD) with four treatments. The treatment were P0 = basal ratio (control), P1 = P0 +

1 % hydrolyzed poultry feather, P2 = P1 + 0,16 % Cl + 356 ppm Zn, P3 = P2 + 10

ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se.

The result of this research indicated that the highest average profit intake was found in treatment P1 (Rp.447.779,-) and the lowest in treatment P3 (Rp.248.502,-).

The highest average benefit cost ratio intake was found in treatment P1 (1,073) and

the lowest average in treatment P3 (1,038). The higest average break even point of

production price intake was found in treatment P3 (Rp.22.191,-) and lowest in

treatment P1 (Rp.21.479,-). The higest average break even point of production volume

intake was found in treatment P3 (272,8 kg) and lowest in treatment P0 (255,9 kg).The

higest average income over feed cost intake was found in treatment P1 (Rp.570.779,-)

and lowest in treatment P3 (Rp.371.502,-). The conclusion indicate that utilization of

Palm Plantation By-Product of supplementation Hidrolyzed Poultry Feather and Zn , Cl, as The Essential Macro Mineral and I, Co, as Essential Rare Mineral was valuable to be a business.

(14)

RIWAYAT HIDUP

M. Riswan Rizal dilahirkan di Aek Pamingke, kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara pada tanggal 30 Desember 1987 anak dari bapak Asrul Haidir.D, S.Pd dan Ibu Nureha Tanjung sebagai anak pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SDN No.115485 Aek Korsik lulus tahun 1999, MTsS LKMD Aek Korsik lulus tahun 2002, dan MAN Rantau Prapat lulus tahun 2005. Tahun 2005 diterima sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian pada Departemen Peternakan.

(15)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Usaha Sapi Peranakan Simmental Dengan Pemberian Pakan Hasil Samping Kelapa Sawit yang Disuplementasi dengan Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Depatemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ir. Eniza Saleh, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skipsi ini. Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga saya yang telah mendukung sepenuhnya, Bapak Pandji Dinata, teman-teman stambuk 2005, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan berbesar hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelaku usaha bidang peternakan.wassalam

Medan, Juni 2010

(16)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN Arti penting Tenak Bagi Kehidupan... 3

Prospek bisnis sapi potong... 4

Pakan... 5

Limbah perkebunan kelapa sawit sebagai pakan ternak... 6

Analisis Usaha ... 7

Biaya Produksi ... 8

Penerimaan dan Pendapatan... 9

Analisis Laba Rugi... 9

1.Total Biaya Produksi... 13

2.Total Hasil Produksi... 13

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN... 16

KESIMPULAN DAN SARAN... 25

Kesimpulan ... 25

Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(18)

DAFTAR TABEL

1. Populasi ternak sapi potong ... 5

2. Harga bibit per perlakuan... 16

3. Biaya pakan selama penelitian... 16

4. Upah tenaga kerja per bulan ... 17

5. Biaya sewa kandang dan peralatan ... 17

6. Biaya obat-obatan selama penelitian ... 18

7. Harga jual sapi per perlakuan ... 18

8. Harga penjualan kotoran ... 19

9. Analisis usaha P0 (pakan basal)... 19

10. Analisis usaha P1 ... 20

11. Analisis usaha P2 ... 21

12. Analisis usaha P3 ... 22

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran harga bahan pakan (Rp)... 28

2. Lampiran harga pakan (Rp) ... 32

3. Lampiran data konsumsi selama penelitian (kg) ... 33

4. Lampiran data penimbangan bobot badan (kg/ekor/bulan) ... 34

5. Lampiran data pertambahan bobot badan/perlakuan/bulan (kg) ... 34

6. Lampiran konversi pakan (kg) ... 34

7. Lampiran Income Over Feed Cost (%) ... 34

8. Lampiran konsumsi pakan (kg/bulan) ... 35

9. Lampiran konsumsi bahan kering (kg) ... 35

(20)

ABSTRAK

M. RISWAN RIZAL, 2010. ”Analisis Usaha Sapi Peranakan Simmental Dengan Pemberian Pakan Hasil Samping Kelapa Sawit Yang Disuplementasi Dengan Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Esensial”. Dibawah bimbingan ibu Ir. Eniza Saleh, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar,MP sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujung Rambung Dusun VI Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Maret 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai usaha dari penggunaan hasil samping kelapa sawit dengan suplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial terhadap sapi peranakan Simmental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin dengan 4 perlakuan. Perlakuannya adalah P0 = basal. P1 = P0 + 1%hidrolisat bulu ayam. P2 = P1

+ 0,4 % S + 0,16 % Cl. P3 = P2 + 10 ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan laba/rugi terbesar adalah pada P1

sebesar Rp.447.779,- dan terkecil pada P3 sebesar Rp.248.502,-. Rataan benefit cost ratio (B/C) terbesar adalah pada P1 sebesar 1,073 dan terkecil pada P3 sebesar 1,038.

Rataan Break even point (BEP) yang terdiri dari BEP harga produksi terbesar pada P3

sebesar Rp.22.191,- dan terkecil pada P1 sebesar Rp.21.479,-. Rataan BEP volume

produksi terbesar pada P3 sebesar 272,8 kg dan terkecil pada P0 sebesar 256 kg.

Rataan IOFC terbesar adalah pada P1 sebesar Rp.570.779,- dan terkecil adalah pada

P3 sebesar Rp.371.502,-. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan

(21)

ABSTRACT

M. Riswan Rizal, 2010.”Financial Analysis of Simmental Crossbreed by Utilizing Palm Plantation By-Product which supplemented with Hidrolyzed Poultry Feather and Zn , Cl, as The Essential Macro Mineral and I, Co, as Essential Rare Mineral”. Under advised by Ir. Eniza Saleh MS as a supervisor and Prof. DR. Ir. Zulfikar Siregar MP as co supervisor.

This research was conducted in Desa Ujung Rambung dusun VI kecamatan Pantai Cermin of kabupaten Serdang Bedagai beginning from November 2009 to March 2010. The objective of this research was to observe financial value of utilizing palm plantation By-product which supplemented with hidrolyzed poultry feather and Zn , Cl, as the essential macro mineral and I, Co, as essential rare mineral of Simmental Crossbreed. This research was conducted by using latin squre design (LSD) with four treatments. The treatment were P0 = basal ratio (control), P1 = P0 +

1 % hydrolyzed poultry feather, P2 = P1 + 0,16 % Cl + 356 ppm Zn, P3 = P2 + 10

ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se.

The result of this research indicated that the highest average profit intake was found in treatment P1 (Rp.447.779,-) and the lowest in treatment P3 (Rp.248.502,-).

The highest average benefit cost ratio intake was found in treatment P1 (1,073) and

the lowest average in treatment P3 (1,038). The higest average break even point of

production price intake was found in treatment P3 (Rp.22.191,-) and lowest in

treatment P1 (Rp.21.479,-). The higest average break even point of production volume

intake was found in treatment P3 (272,8 kg) and lowest in treatment P0 (255,9 kg).The

higest average income over feed cost intake was found in treatment P1 (Rp.570.779,-)

and lowest in treatment P3 (Rp.371.502,-). The conclusion indicate that utilization of

Palm Plantation By-Product of supplementation Hidrolyzed Poultry Feather and Zn , Cl, as The Essential Macro Mineral and I, Co, as Essential Rare Mineral was valuable to be a business.

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha dan pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang cerah dan mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian. Selain itu seiring meningkatnya populasi penduduk dan juga meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi menyebabkan permintaan akan kebutuhan protein hewani meningkat. Pada umumya wilayah Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan usaha sapi potong. Upaya pengembangan ini perlu didukung berbagai faktor penunjang, terutama bakalan, pakan yang cukup, lingkungan iklim sosial dan peluang pasar (Ahmadi, 2003).

Sistem pemeliharaan ternak sapi di Indonesia pada umumnya adalah tradisional dengan pemberian pakan tergantung pada hijauan tanaman pakan ternak yang ada di alam dan tidak memberikan pakan tambahan. Hal ini akan menyebabkan produksi sapi rendah. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memperbaiki kualitas pakan, namun pakan komersil yang berkualitas harganya relatif mahal, disamping itu penggunaan pakan komersil tidak selalu menjamin penambahan pendapatan dari usaha penggemukan tersebut. Oleh karena itu perlu dicari bahan pakan yang relatif murah dan mengandung nilai nutrisi yang baik serta mudah diperoleh (Ahmadi dan Simanjuntak, 2003).

(23)

Sumatera Utara mempunyai areal perkebunan kelapa sawit yang luas baik berstatus BUMN maupun milik swasta. Perkebunan kelapa sawit memiliki hasil samping industri pengolahan kelapa sawit antara lain solid dekanter, bungkil inti sawit. Selain itu juga perkebunan kelapa sawit menghasilkan limbah berupa pelepah daun kelapa sawit. Hasil samping kelapa sawit ini sangat melimpah dan belum atau masih sedikit digunakan sehingga hasil samping ini dapat dijadikan sebagai pakan alternatif bagi ternak.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui nilai usaha dari penggunaan hasil samping kelapa sawit dengan suplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial terhadap sapi peranakan Simmental.

Hipotesis Penelitian

Hasil samping kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial dapat meningkatkan keuntungan.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi peternak sapi dalam upaya pengembangan usaha sapi.

(24)

TINJAUAN LITERATUR

Arti Penting Ternak Sapi Bagi Kehidupan

Sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat. Sapi dapat menghasilkan berbagai macam kebutuhan manusia, terutama bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang (Wahyono dan Hardianto, 2004)

Daging sangat besar manfaaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Protein hewani sangat menunjang kecerdasan, disamping diperlukan untuk daya tahan tubuh. Sehubungan dengan kebutuhan protein ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merekomendasikan bahwa masyarakat Indonesia rata-rata memerlukan 50 g protein, 20 % diantaranya berasal dari ternak dan ikan, yakni protein dari ternak 4 g/hari dan ikan 6 g/hari. Sedangkan 80 % atau 40 g lainnya berupa protein nabati. Namun, perlu diketahui bahwa konsumsi protein dari hewani masih menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dibawah rata-rata rekomendasi berkisar antara 5-6 g/hari. Jadi untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dari daging ini, kita khususnya peternak perlu meningkatkan produksi daging (Santosa,1997).

Rendahnya populasi sapi merupakan salah satu faktor penyebab volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di negara kita sebagian besar sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).

(25)

tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitas yang tinggi seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik dalam pengadaan pakan, bibit, transportasi, pemeliharaan, dan lain sebagainya akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar (Tafal, 1981).

Prospek Bisnis Sapi Potong

Peternak sapi potong di Indonesia sangat prospek. Hal ini disebabkan permintaan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan taraf ekonomi dan kesadaran akan kebutuhan gizi masyarakat. Selain itu, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk berarti semakin bertambah pula jumlah daging sapi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika arus permintaan daging sapi dari waktu ke waktu, bahkan hingga saat ini semakin meningkat (Sugeng, 2000).

Sebaliknya dari pihak produsen atau peternak semakin kewalahan dalam mensuplai untuk memenuhi permintaan daging sapi di pasaran. Arus permintaan daging sapi ini sebenarnya sudah cukup lama dihadapi para peternak. Oleh karena peternak sendiri mengalami banyak kendala sehingga mereka belum mampu mengembangkan dan meningkatkan populasi ternak sapi potong untuk mengimbangi permintaan pasar (Suharno dan nazaruddin, 1994).

Berbagai kendala yang dihadapi peternak antara lain umumnya mereka kesulitan untuk mendapatkan areal untuk penyediaan hijauan pakan ternak. Disamping itu tidak sedikit lokasi peternakan yang letaknya dekat pemukiman padat penduduk, sehingga pada saat muncul rencana pengembangan, peternak sulit melaksanakan perluasan areal peternakan mereka (Cyrilla dan Ismail, 1988).

(26)

dipotong di tahun 2007 selisihnya sangat rendah. Hal ini berarti bahwa jumlah perkembangan produk sapi potong sejak tahun delapan puluhan hingga saat ini tahun 2007 yang sudah berjalan selama 20 tahun ini masih belum mampu menyediakan konsumsi daging di pasaran, sebagai mana yang diharapkan para konsumen yang melaju lebih cepat, yang terjadi justru penurunan persediaan konsumsi daging, berhubung dengan semakin bertambahnya penduduk berarti bertambah pula konsumsi daging (Sembel, 1999). Berikut populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2002-2007 tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi sapi potong di Indonesia (000 ekor) tahun 2002 – 2007

Tahun Populasi (000 ekor) Peningkatan (%)

Keberhasilan usaha sapi, baik sapi potong atau kerja hanya mungkin tercapai apabila faktor –faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utama ialah pakan, disamping faktor genetik dan manajemen. Oleh karena itu, bibit sapi yang baik dari jenis unggul hasil seleksi harus diimbangi dengan pemberian pakan yang baik (Murti, 2002).

(27)

sawit, solid dekanter, serat perasan buah, dan lain-lain.

Sistem pencernaan dari berbagai jenis ternak mencerminkan macam bahan pakan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia/pemamahbiak mempunyai alat pencernaan yang berbeda dari non ruminansia. Ruminansia menggunakan hijauan sebagai bahan pakan utama sebaliknya ternak non ruminansia menggunakan konsentrat sebagai bahan ransum pokok (Ahmadi, 2003).

Sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang terbagi atas empat bagian, yakni rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Dengan alat ini sapi mampu menampung jumlah pakan yang lebih besar dan mampu mencerna pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah 10% dari berat badan dan pakan penguat cukup 1% dari berat badan (Aritonang, 1993).

Di negara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan. Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan kepada ternaknya. Pada umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat pemeliharaan rumput unggul secara khusus untuk makanan ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1997).

Limbah Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak

(28)

(prabowo et al., 1994). Untuk mengatasi permasalahn ini perlu dicari sumber pakan baru yang punya potensi sebagai pakan sapi. Hasil samping perkebunan dan pabriknya dapat dijadikan sebagai pakan alternatif dan sampai sekarang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Bahan pakan yang berasal dari hasil samping perkebunan dan pabriknya mempunyai kandungan protein, kecernaan, dan palatabilitas rendah serta kandungan serat kasar tinggi. Meskipun limbah ini memiliki kualitas rendah, tidak berarti produksi sapi yang tinggi tidak dapat dihasilkan sepanjang sentuhan teknologi untuk mengoreksi nutrisi yang tidak seimbang dilakukan. Sentuhan teknologi tersebut dapat berupa penambahan hidrolisat bulu ayam sebagai sumber asam amino rantai cabang yang berperan sebagai prekusor asam lemak rantai cabang serta penambahan langsung mineral defisien ke dalam pakan.

Analisis Usaha

Analisis usaha ternak merupakan pendekatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik temu untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996) menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh.

(29)

yang perlu diperhitungkan diantaranya yakni biaya produksi, penerimaan dan pendapatan.

Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Daniel, 2002).

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas–aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost).

a. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu seperti depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal termasuk kedalam biaya tetap (Widjaja, 1999).

b. Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah–ubah bergantung kepada perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999). Pakan, pupuk, bibit, obat– obatan, bahan bakar, dan kesehatan ternak termasuk kedalam biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994).

(30)

Penerimaan dan Pendapatan

Murtidjo (1993) menyatakan bahwa, penerimaan merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa, penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dengan biaya produksi (Tohir, 1991).

Menurut Gunawan (1993) menyebutkan bahwa, dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Analisis Laba-Rugi

Profit atau keuntungan adalah tujuan semua usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah penerimaan lebih besar dari jumlah pengeluaran. Jika keuntungan meningkat, menunjukkan indikasi usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Untuk mendapatkan angka yang pasti harus didukung dengan pencatatan yang akurat.

Laba secara matematis dapat dituliskan : P = TR – TC dengan rincian :

P = Profit (keuntungan)

(31)

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit cost ratio (B/C Ratio) adalah untuk menentukan sejauh mana efisiensi suatu usaha itu dijalankan yang diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi. Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efsiensi suatu usaha dapat digunakan parameter tingkat keuntungan dan kerugian suatu usaha yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran. Secara matematis dituliskan :

B/C = Total hasil produksi Total biaya produksi dimana bila :

B/C Ratio > 1 : efisien B/C Ratio = 1 : impas B/C Ratio < 1 : tidak efisien Analisis Break Even Point (BEP)

Menurut Ibrahim (2003), Break Even Point adalah titik pulang pokok, dimana

total revenue = total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya BEP tergantung pada lamanya arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Ada dua jenis Break Even Point (BEP), BEP Harga produksi yang diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan bobot badan setelah pemeliharaan. Kemudian BEP Volume produksi diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan harga jual per kilogramnya.

Income Over Feed Cost (IOFC)

(32)
(33)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ujung Rambung Dusun VI Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang berlangsung pada bulan November 2009 hingga April 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan antara lain : 4 ekor sapi jantan peranakan Simmental,

dengan rataan bobot badan awal 208 + 2 SD, bahan pakan yang terdiri dari : pelepah daun kelapa sawit, bungkil inti sawit, serat perasan buah kelapa sawit, solid, molasses,

hidrolisat bulu ayam, mineral, garam dan urea, Obat-obatan seperti obat cacing, desinfektan, Air Minum, Sumber mineral : Zn ZnSO4.7H2O, Co

(CH3COO)CO.4H2O, I  K I (Kalium Iodida), Se  H2SO4 yang mengandung 0,1 %

Se, Cl  NaCl.

Alat yang digunakan antara lain : kandang individual 4 unit beserta perlengkapannya, chooper untuk mencincang pelepah daun kelapa sawit, grinder untuk menghaluskan bahan pakan yang bentuk fisiknya kasar, timbangan untuk menimbang berat badan sapi selama penelitian, timbangan dengan kapasitas 10 kg untuk menimbang bahan pakan dengan kepekaan 10 g, karung sebagai tempat bahan pakan, dan perlengkapan lainnya.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL). Perlakuan yang diteliti adalah : P0 = basal (pelepah kelapa sawit (48 %),

(34)

Cl. P3 = P2 + 10 ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se. S1 = Sapi Pertama, S2 = Sapi

Kedua, S3 = Sapi Ketiga, S4 = Sapi Keempat.

Denah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : S2P0 S1P3 S3P1 S4P2

S2P2 S1P1 S3P3 S4P0

S2P3 S1P2 S3P0 S4P1

S2P1 S1P0 S3P2 S4P3

Parameter Penelitian Analisis Usaha

1.Total biaya produksi

Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara menghitung: biaya bibit, sewa kandang dan peralatan, biaya kandang, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja.

2.Total hasil produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi diperoleh dari penjualan sapid an penjualan kotoran ternak.

Analisis Laba/Rugi

Analisis dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara total hasil produksi dengan total biaya produksi.

1.Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

(35)

2. Break Even Point (BEP)

Break Even Point yaitu kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi atau ini disebut impas. Break Even Point dibagi dalam 2 bagian :

a. Break Even Point harga produksi, diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan bobot badan setelah pemeliharaan.

b. Break Even Point volume produksi, diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan harga jual/kg nya.

3. Income over feed cost (IOFC)

Income Over Feed Cost adalah selisih total pendapatan penjualan pertambahan bobot badan sapi selama penelitian dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha penggemukan ternak.

IOFC = (PBB x Rp.23.000) – (Jumlah konsumsi x Harga pakan)

Pelaksanaan Penelitian

 Persiapan Kandang

Kandang dan semua peralatan kandang yang digunakan seperti tempat pakan dan minum dibersihkan dan didesinfektan.

 Pemberian Pakan dan Air Minum

(36)

 Pemberian Obat-Obatan

Ternak sapi pertama masuk kandang diberikan obat cacing dan vitamin B-kompleks sebanyak 5 – 10 ml/ekor selama masa adaptasi, sedangkan obat lain diberikan sesuai kondisi ternak.

 Pengambilan Data

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis usaha

Total biaya produksi

Total biaya produksi adalah jumlah dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu, sehingga diperoleh biaya produksi yang dikeluarkan selama penelitian ini sebagai berikut :

a. Biaya Bibit

Biaya bibit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit sapi sebanyak 4 ekor, harga diperoleh dari hasil perkalian antara bobot badan awal dengan harga bobot hidup perkilogramnya. Harga bobot hidup perkilogram yang digunakan Rp.23.000,- sehingga diperoleh biaya bibit seperti tertera pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Harga bibit sapi/perlakuan (Rp).

Bulan P0 P1 P2 P3

1 4.715.000(S2) 4.485.000(S3) 5.635.000(S4) 4.301.000(S1)

2 6.348.000(S4) 4.853.000(S1) 5.244.000(S2) 4.968.000(S3)

3 5.635.000(S3) 7.038.000(S4) 5.382.000(S1) 5.888.000(S2)

4 6.026.000(S1) 6.693.000(S2) 6.187.000(S3) 7.843.000(S4)

Sumber : Hasil perhitungan peneliti

b. Biaya Pakan

Biaya pakan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan selama penelitian yang diperoleh dari perkalian antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan per kilogramnya sehingga diperoleh biaya pakan selama penelitian seperti tertera pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Biaya pakan selama penelitian/perlakuan (Rp).

Bulan P0 P1 P2 P3

1 62.838(S2) 58.298(S3) 194.913(S4) 282.076(S1)

2 84.936(S4) 63.866(S1) 179.358(S2) 327.098(S3) 3 68.436(S3) 99.107(S4) 177.132(S1) 402.583(S2) 4 71.632(S1) 94.610(S2) 202.809(S3) 538.233(S4)

(38)

c. Upah Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai upah dalam memelihara sapi selama penelitian. Dalam penelitian ini sistem pengupahan yang digunakan adalah asumsi pengupahan di lapangan yaitu sebesar Rp.740.000/bulan dengan jumlah ternak 10 ekor. Pada penelitian ini dipelihara hanya 4 ekor sapi dengan masa pemeliharaan selama 120 hari (16 minggu) sehingga upah yang dikeluarkan untuk pemeliharaan tertera pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Upah tenaga kerja perbulan/perlakuan (Rp).

Bulan P0 P1 P2 P3

1 74.000,- 74.000,- 74.000,- 74.000,-

2 74.000,- 74.000,- 74.000,- 74.000,-

3 74.000,- 74.000,- 74.000,- 74.000,-

4 74.000,- 74.000,- 74.000,- 74.000,-

Sumber : Hasil perhitungan peneliti

d. Sewa Kandang dan Peralatan

Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pengadaaan kandang dan peralatan yang diperhitungkan berdasarkan nilai dari sewa kandang dan peralatan sehingga diperoleh sewa kandang dan peralatan tertera pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Biaya sewa kandang dan peralatan selama penelitian/perlakuan (Rp).

Bulan P0 P1 P2 P3

1 50.000,- 50.000, 50.000, 50.000,

2 50.000, 50.000, 50.000, 50.000,

3 50.000, 50.000, 50.000, 50.000,

4 50.000, 50.000, 50.000, 50.000,

Sumber : Hasil perhitungan peneliti

e. Biaya Obat-Obatan

(39)

Tabel 6. Biaya obat-obatan selama penelitian/perlakuan (Rp).

Bulan P0 P1 P2 P3

1 14.000, 14.000, 14.000, 14.000,

2 14.000, 14.000, 14.000, 14.000,

3 14.000, 14.000, 14.000, 14.000,

4 14.000, 14.000, 14.000, 14.000,

*obat-obatan meliputi obat cacing, obat kulit, dan antibiotik

Total Hasil Produksi

Total hasil produksi adalah penjumlahan dari penerimaan (input) yang diperoleh dari suatu produk tertentu, dimana penerimaan yang diperoleh dari :

a. Penjualan Sapi

Penjualan sapi yaitu hasil perkalian antara berat badan akhir sapi dengan harga bobot hidup sapi per kilogramnya. Harga bobot hidup perkilogram yang digunakan sebesar Rp.23.000,- sehingga diperoleh hasil penjualan sapi selama penelitian tertera pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Harga jual sapi/perlakuan (Rp).

Bulan P0 P1 P2 P3

1 5.244.000(S2) 4.968.000(S3) 6.348.000(S4) 4.853.000(S1) 2 7.038.000(S4) 5.382.000(S1) 5.888.000(S2) 5.635.000(S3)

3 6.187.000(S3) 7.843.000(S4) 6.026.000(S1) 6.693.000(S2)

4 6.601.000(S1) 7.475.000(S2) 6.923.000(S3) 8.855.000(S4)

Sumber : Hasil perhitungan peneliti

b. Penjualan Kotoran Ternak

(40)

Tabel 8. Harga penjualan kotoran/perlakuan (Rp).

Sumber : Hasil perhitungan peneliti

Dari hasil perhitungan diatas, selama penelitian sapi peranakan simmental diperoleh data analisis usaha yang dapat dilihat pada tabel 9,10,11,12 dan 13 berikut : Tabel .9 Analisis usaha P0 (pakan basal)

P0 No Uraian

S1 S2 S3 S4

1 Biaya Produksi (Rp/ekor)

Bibit 6.026.000 4.715.000 5.635.000 6.348.000

Pakan 71.632 62.838 68.436 84.936

Obat-obatan 14.000 14.000 14.000 14.000

Kandang dan Peralatan 50.000 50.000 50.000 50.000

Tenaga kerja 74.000 74.000 74.000 74.000

Total 6.235.632 4.915.838 5.841.436 6.570.936 2 Hasil Produksi (Rp/ekor)

Penjualan sapi 6.601.000 5.244.000 6.187.000 7.038.000

Penjualan kotoran sapi 15.000 15.000 15.000 15.000

Total 6.616.000 5.259.000 6.202.000 7.053.000 3 Laba/Rugi (Rp) 380.368 343.162 360.564 482.064 4 B/C Ratio 1,061 1,069 1,061 1,073 5 Break Event Point (BEP)

Harga Produksi (Rp) 21.726 21.560 21.715 21.473 Volume Produksi (Kg) 271 230 254 285,6 6 IOFC 503.368 626.914 483.564 605.064

Pada Tabel 9 diketahui bahwa keuntungan tertinggi terdapat pada S4 sebesar

Rp.482.064,- dan yang terendah pada S2 sebesar Rp.343.162,-. B/C Ratio terbesar

adalah pada S4 sebesar 1,073 dan yang terkecil adalah pada S1 dan S3 masing-masing

sebesar 1,061, BEP harga produksi terbesar pada S1 sebesar Rp.21.726,- dan yang

terendah pada S4 sebesar Rp.21.473,-. BEP volume produksi terbesar pada S4 sebesar

285,6 kg dan terendah pada S2 sebesar 213 kg, dan IOFC terbesar pada S4 sebesar

(41)

Tabel.10. Analisis usaha P1 (P0 + 1% hidrolisat bulu ayam)

P1 No Uraian

S1 S2 S3 S4

1 Biaya Produksi (Rp/ekor)

Bibit 4.853.000 6.693.000 4.485.000 7.038.000

Pakan 63.866 94.610 58.298 99.107

Obat-obatan 14.000 14.000 14.000 14.000

Kandang dan Peralatan 50.000 50.000 50.000 50.000

Tenaga kerja 74.000 74.000 74.000 74.000

Total 5.054.866 6.925.610 4.681.298 7.275.107 2 Hasil Produksi (Rp/ekor)

Penjualan sapi 5.382.000 7.475.000 4.968.000 7.843.000

Penjualan kotoran sapi 15.000 15.000 15.000 15.000

Total 5.397.000 7.490.000 4.983.000 7.669.000 3 Laba/Rugi (Rp) 342.134 564.390 301.702 582.893 4 B/C Ratio 1,067 1,081 1,064 1,081 5 Break Event Point (BEP)

Harga Produksi (Rp) 21.601 21.309 21.672 21.334 Volume Produksi (Kg) 219,7 301 203,5 316,3 6 IOFC 465.134 687.390 424.702 705.893

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa keuntungan tertinggi terdapat pada S4

sebesar Rp.582.893,- dan yang terendah pada P3 sebesar Rp.301.702,-. B/C Ratio

terbesar adalah pada S4 sebesar 1,081 dan yang terkecil adalah pada S3 sebesar 1,064.

BEP harga produksi terbesar pada S3 sebesar Rp.21.672,- dan yang terendah pada S2

sebesar Rp.21.309,-. BEP volume produksi terbesar pada S4 sebesar 316 kg dan

terendah pada S3 sebesar 203,5 kg, dan IOFC terbesar pada S4 sebesar Rp.705.893,-

(42)

Tabel 11. Analisis usaha P2 (P1 + 356 ppm Zn + 0,16% Cl)

P2 No Uraian

S1 S2 S3 S4

1 Biaya Produksi (Rp/ekor)

Bibit 5.382.000 5.244.000 6.187.000 5.635.000

Pakan 177.132 179.358 202.809 194.913

Obat-obatan 14.000 14.000 14.000 14.000

Kandang dan Peralatan 50.000 50.000 50.000 50.000

Tenaga kerja 74.000 74.000 74.000 74.000

Total 5.697.132 5.561.358 6.527.809 5.967.913 2 Hasil Produksi (Rp/ekor)

Penjualan sapi 6.026.000 5.888.000 6.923.000 6.348.000

Penjualan kotoran sapi 15.000 15.000 15.000 15.000

Total 6.041.000 5.903.000 6.938.000 6.363.000 3 Laba/Rugi (Rp) 343.868 341.642 410.191 395.087 4 B/C Ratio 1,061 1,061 1,062 1,066 5 Break Event Point (BEP)

Harga Produksi (Rp) 21.744 21.724 21.687 21.622 Volume Produksi (Kg) 247,7 241,7 283,8 259,4 6 IOFC 466.868 464.642 533.191 518.087

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa keuntungan tertinggi terdapat pada S3

sebesar Rp.410.191,- dan yang terendah pada S2 sebesar Rp.341.642,-. B/C Ratio

terbesar adalah pada S4 sebesar 1,066 dan yang terkecil adalah pada S1 dan S2

masing-masing sebesar 1,061. BEP harga produksi terbesar pada S1 sebesar Rp.21.744,- dan

yang terendah pada S4 sebesar Rp.21.622,-. BEP volume produksi terbesar pada S3

sebesar 283,8 kg dan terendah pada S2 sebesar 241,7 kg, dan IOFC terbesar pada S3

sebesar Rp.533.191,- dan yang terendah pada S2 sebesar Rp.464.642,-.

(43)

Tabel.12 Analisis usaha P3 (P2 + 10 ppm Co + 50 ppm I + 2 ppm Se)

P3 No Uraian

S1 S2 S3 S4

1 Biaya Produksi (Rp/ekor)

Bibit 4.301.000 5.888.000 4.968.000 7.843.000

Pakan 282.076 402.583 327.098 538.233

Obat-obatan 14.000 14.000 14.000 14.000

Kandang dan Peralatan 50.000 50.000 50.000 50.000

Tenaga kerja 74.000 74.000 74.000 74.000

Total 4.721.076 6.428.583 5.433.098 8.519.233 2 Hasil Produksi (Rp/ekor)

Penjualan sapi 4.853.000 6.693.000 5.635.000 8.855.000

Penjualan kotoran sapi 15.000 15.000 15.000 15.000

Total 4.868.000 6.708.000 5.650.000 8.870.000 3 Laba/Rugi (Rp) 146.924 279.417 216.902 350.767 4 B/C Ratio 1,031 1,043 1,039 1,041 5 Break Event Point (BEP)

Harga Produksi (Rp) 22.374 22.091 22.175 22.127 Volume Produksi (Kg) 205,2 279,5 236,2 370,4 6 IOFC 269.924 402.417 339.902 473.767

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa keuntungan tertinggi terdapat pada S4

sebesar Rp.350.767,- dan yang terendah pada S1 sebesar Rp.146.924,-. B/C Ratio

terbesar adalah pada S2 sebesar 1,043 dan yang terkecil adalah pada S1 sebesar 1,031.

BEP harga produksi terbesar pada S1 sebesar Rp.22.374,- dan yang terendah pada S2

sebesar Rp.22.091,-. BEP volume produksi terbesar pada S4 sebesar 370,2 kg dan

terendah pada S1 sebesar 205,2 kg, dan IOFC terbesar pada S4 sebesar Rp.473.767,-

(44)

Tabel 13. Rekapitulasi rataan hasil penelitian

Dari Tabel.13 dapat dilihat bahwa rataan laba terbesar adalah pada P1 sebesar

Rp.447.779,- dan terkecil pada P3 sebesar Rp.248.502,-. Secara ekonomi hal ini

dipengaruhi oleh harga pakan dimana harga pakan P1 sebesar Rp.415,23/kg

sedangkan pada P3 sebesar Rp.1.941,47/kg walaupun sebenarnya konversi pakan P3

lebih baik dari P1 dimana pada P3 memiliki konversi pakan sebesar 6,02 (artinya,

dengan 199,6 kg/bulan pakan menghasilkan pertambahan bobot badan 33 kg/bulan) sedangkan pada P1 sebesar 6,76 (artinya, dengan 190,3 kg/bulan pakan menghasilkan

pertambahan bobot badan 28,25 kg/bulan). Pane dan Ismed (1986) mengatakan bahwa pakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan selain memiliki kandungan nutrisi yang cukup juga harus ekonomis.

Dari Tabel 13 juga diketahui bahwa benefit cost ratio (B/C) terbesar adalah pada P1 sebesar 1,073 merupakan perlakuan paling layak dari 4 perlakuan yang diuji,

dan terkecil pada P3 sebesar 1,038. Dari hasil penelitian terlihat bahwa seluruh

perlakuan memiliki nilai B/C > 1 yang artinya adalah efisien (layak) dijadikan sebagai suatu usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efsiensi suatu usaha dapat digunakan parameter tingkat keuntungan dan kerugian suatu usaha yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran.

Secara matematis dituliskan :

(45)

dimana bila :

B/C Ratio > 1 : efisien B/C Ratio = 1 : impas B/C Ratio < 1 : tidak efisien

Dari Tabel.13 juga diperoleh hasil rataan Break even point (BEP) yang terdiri dari BEP harga produksi terbesar pada P3 sebesar Rp.22.191,- dan terkecil pada P1

sebesar Rp.21.479,- dimana pada BEP harga produksi pada semua perlakuan masih dalam level aman di bawah harga pasar sebesar Rp.23.000,-. Hal ini perlu diketahui untuk melihat batasan-batasan produksi minimal agar tidak mengalami kerugian sebagaimana menurut Ibrahim (2003), Break Even Point adalah titik pulang pokok, dimana total revenue = total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya BEP tergantung pada lamanya arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Selanjutnya BEP volume produksi terbesar pada P3 sebesar 272,8 kg dan terkecil pada

P0 sebesar 256 kg. Dari rataan BEP volume produksi masing-masing menunjukkan

bahwa masih berada dibawah rataan bobot hidup sapi yang diperoleh pada P3 sebesar

283 kg pada P0 sebesar 272 kg.

Dari Tabel 13 juga diperoleh hasil rataan IOFC terbesar adalah pada P1

sebesar Rp.570.779,- dan terkecil adalah pada P3 sebesar Rp.371.502,-. Secara

ekonomi sangat berhubungan erat dengan harga pakan masing-masing perlakuan dimana pada pakan P0 dengan P3 memiliki selisih harga sangat berbeda antara

Rp.394,54,-/kg dengan Rp.1.941,47,-/kg. Prawirokusumo (1990) menyatakan bahwa

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan hasil samping perkebunan kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial seperti pada penelitian memberikan keuntungan. Oleh karena itu usaha peternakan dengan hasil samping perkebunan kelapa sawit yang disuplementasi hidrolisat bulu ayam dan mineral esensial layak dijadikan suatu usaha.

Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Simanjuntak, D., 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta.

Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta. Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No: 1.

BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta.

Cyrilla, L., dan Ismail. A., 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Daniel, Moehar., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Gunawan, Pamungkas, D., Affandhy. L. S., 1993. Sapi Bali Potensi. Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kadariah., 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kay, R. D. dan Edward, W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc. Graw-Hill. Inc, Singapore

Murti, T.W., 2002. Ilmu Ternak Sapi. Kanisius. Yogyakarta.

McDowell LR., 1992. Minerals In Animal and Human Nutrition. Academic Press, London.

Pane dan Ismed., 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Penerbit Gramedia, Jakarta. Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI – Press, Jakarta. Prawirokusumo, Y. B., 1991. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta.

Santosa, U., 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya , Jakarta.

Sembel, R., 1999. Berpikir Ekonomis Di Masa Kritis. Penerbit Gramedia, Jakarta. Soeharjo dan Patong., 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu

Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.. Sugeng, Y. B., 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

(48)

Sudarmono, A.S dan Sugeng, Y.B., 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. Tafal, Z. B., 1981. Ranci Sapi. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Tohir, K. A., 1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. Widjaja, K., 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan.

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wahyono. D.E. dan R. Hardianto , 2004. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal

Untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Jurnal Lokakarya Sapi Potong . Grati. Pasuruan.

Gambar

Tabel 1. Populasi sapi potong di Indonesia (000 ekor) tahun 2002 – 2007
Tabel 2. Harga bibit sapi/perlakuan (Rp).
Tabel 4. Upah tenaga kerja perbulan/perlakuan (Rp).
Tabel 6. Biaya obat-obatan selama penelitian/perlakuan (Rp).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah Aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis) berbasis Mobile web yang dapat menampilkan rute pengaksesan

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil validasi produk pengembangan oleh tiga orang dosen ahli pembelajaran fisika. Data tersebut dikumpulkan

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa, tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar BNP otot jantung kelompok latihan fisik aerobik 1 hari (sesaat) dan anaerobik 1

Jurnal atau yang lebih sering dikenal jurnal umum adalah catatan akuntansi yang pertama kali dibuat yang gunanya untuk melakukan pencatatan seluruh

It is argued that Indonesia needs to improve the role of National Innovation System in order to gain more from the implementation China and ASEAN free trade area. Keywords:

Badawi yang telah mendiskusikan masalah ini mengambil kesimpulan sama, yaitu (1) poros pusat dari setiap sistem pendidikan adalah guru (2) guru bukan hanya sebagai manusia

Prevalensi stres kerja tinggi pada operator mesin jahit adalah sebesar 25,4%, prevalensi dismenorea pada operator mesin jahit sebesar 37%, stresor kerja yang dominan

Kombinasi HPMC K4M – amilum kulit pisang agung dan konsentrasi natrium bikarbonat maupun interaksinya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekerasan, floating