• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan (Dengan Waktu Kerja Lebih Dari 8 Jam Sehari) Di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan (Dengan Waktu Kerja Lebih Dari 8 Jam Sehari) Di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEKERJA PENGEMASAN IKAN (DENGAN WAKTU KERJA LEBIH DARI 8 JAM SEHARI) DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

BUDI ASWIN NIM. 061000011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEKERJA PENGEMASAN IKAN (DENGAN WAKTU KERJA LEBIH DARI 8 JAM SEHARI) DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000011 BUDI ASWIN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEKERJA PENGEMASAN IKAN (DENGAN WAKTU KERJA LEBIH DARI 8 JAM SEHARI) DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh NIM. 061000011

BUDI ASWIN

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 03 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

NIP 19571117 198702 1 002

(dr. Muhammad Makmur Sinaga, MS)

NIP 19650615 199601 2 001 (dr. Halinda Sari Lubis, MKKK)

Penguji II

NIP 19590813 199103 2 001 (Ir. Kalsum, M.Kes)

Penguji III

NIP 19791107 200501 2 003 (Eka Lestari Mahyuni, SKM. M.Kes)

Medan, Juni 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kepada pekerja pengemasan ikan terhadap gangguan kesehatan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara tahun 2009.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pekerja pengemasan ikan dari 5 lokasi/tempat pengemasan ikan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram sebanyak 41 orang. Sampel yang diambil adalah total populasi.

Hasil penelitian yang diperoleh pada pekerja pengemasan ikan terhadap gangguan kesehatan adalah sakit pada pinggang sebanyak 35 orang (85.4%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 31 orang (75.6%), jari tangan mengkerut sebanyak 32 orang (78.1%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 36 orang (87.8%).

Disarankan kepada pekerja pengemasan ikan sebaiknya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan kedap air contohnya yang terbuat dari karet saat melakukan proses kerja pengemasan ikan untuk mengurangi dan menghindari kontak langsung dengan air dan es, pada tahap kerja pembersihan dan pemilahan ikan sebaiknya menggunakan meja kerja yang mempunyai lubang-lubang kecil agar air dapat langsung mengalir kebawah sehingga mengurangi kontak dengan pekerja dan pada tahap pengemasan ikan sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dengan menggunakan kursi yang ukurannya disesuaikan dengan tinggi peti tempat pengemasan ikan untuk menghindari posisi kerja membungkuk, pekerja sebaiknya bekerja dengan baik dan lebih hati-hati serta menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kepada para pemborong ikan yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram sebaiknya lebih memperhatikan dan memberikan upaya perlindungan kepada pekerja pengemasan ikan.

(5)

ABSTRACT

Has been researched to the worker of packaging fish to the problem of health in Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara at 2009.

This Researching type has the character of descriptively. Population of this researching is all of the worker of packaging fish from 5 location/place of packaging fish which is in Kecamatan Tanjung Tiram counted 41 of people. Sampel that is taken is total of population.

Result of obtained researching at worker of packaging fish to the problem of health is pain at waist counted 35 of people ( 85.4%), bloated hand and also interspersed with to feel an itch counted 31 of people ( 75.6%), hand finger dwindle counted 32 of people (78.1%), and pain because hand injure counted 36 of people ( 87.8%).

Suggested to the worker of packaging fish better is using gauntlet of waterproof materials of moment rubber process of packaging fish to dicrease and avoid direct contact with ice and water, at phase work sweeping and dissociation of fish better is using workbench having punctures water earn direct emit a stream of downwards so to dicrease contact with the worker and at phase packaging of fish better be on sit position by using chair which is the size measured for adapting is high case of place of packaging fish to avoid hunchbacked position, worker better is working with carefully and discipline and also use the personal protective equipment (PPE) to avoid the happening of accident, to developer of fish exist in Kecamatan Tanjung Tiram had better give more attention and giving protection effort to the worker of packaging fish.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : BUDI ASWIN

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Tiram/ 25 Desember 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Anak ke : 4 dari 6 Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jln. Merdeka No. 19 Tanjung Tiram Batu Bara

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 010162 Tanjung Tiram 2. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 1 Talawi

3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 1 Talawi

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gangguan Kesehatan pada Pekerja Pengemasan Ikan (Dengan Waktu Kerja Lebih Dari 8 Jam Sehari) di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penulisan ini, saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai manusia yang tidak luput dari segala kekurangan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya teristimewa untuk orang tua tercinta, Papanda (Sanusi) dan Ibunda (Rusnun) yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, dan senantiasa mendo’akan penulis selama ini serta buat saudaraku tersayang, Ayong, Anga, Alang, Dedi dan Adan yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis.

(8)

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Dosen Penasehat Akademik.

4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen penguji II dan Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku dosen penguji III yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Seluruh dosen dan staf FKM USU khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah banyak memberikan masukan dan membantu penulis selama proses pengerjaan skripsi.

6. Bapak Drs. Abdul Rahman Hadi selaku Camat dari Kecamatan Tanjung Tiram beserta staff. Bapak Asri, Eka, Iwan, Ramli dan H. Fauzi selaku pemilik tempat pengemasan ikan.

7. Seluruh keluarga tersayang yang telah memberikan dukungan kepada penulis, Ucu, Pak Adeng, Pak Amat, Pak Ambi, Wak Yong, Ute dan Udo Latif dan seluruh sanak keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Buat keluarga besar Wak Ani dan Pak Yakub yang telah banyak membantu penulis.

(9)

10. Teman-teman di FKM, khususnya Departemen K3 (Minda, Artiti, Momo, Bang Agus, Anggi, Yeni, Darli, Lia, Pendi, Kak Tigan, Bernido) dan teman-teman PBL (Ade, Anta, Lidya, Pujita dan Sari) serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberi bantuan dan semangat kepada penulis.

11. Teman-teman di PHBI FKM USU dan KAMMI USU yang telah banyak memberikan penulis pengalaman dan pelajaran yang tidak ternilai harganya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

(10)

DAFTAR ISI

2.2.1. Peraturan dan Perundangan Waktu (Jam) Kerja ... 14

2.3. Lingkungan Kerja ... 15

2.4.2. Sistem Pengawetan/Pengolahan Ikan... 23

2.5. Kerangka Konsep... 27

(11)

3.3.1. Populasi... 28

4.3. Karakteristik Pekerja Pengemasan Ikan ... 32

4.3.1. Distribusi Berdasarkan Umur ... 32

4.3.2. Distribusi Berdasarkan Status Perkawinan ... 33

4.3.3. Distribusi Berdasarkan Masa Kerja ... 34

4.4. Gangguan Kesehatan ... 34

4.4.1. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Umur ... 35

4.4.2. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Status Perkawinan... 37

4.4.3. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Masa Kerja ... 38

BAB V PEMBAHASAN ... 40

5.1. Gangguan Kesehatan ... 40

5.1.1. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Umur ... 41

5.1.2. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Status Perkawinan ... 42

5.1.3. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Masa Kerja ... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Out Put Penelitian Lampiran 3. Foto Tempat Penelitian

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Status

Perkawinan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Masa Kerja di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Gangguan Kesehatan yang Dialami oleh Pekerja Pengemasan Ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Umur di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Status Perkawinan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

(13)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kepada pekerja pengemasan ikan terhadap gangguan kesehatan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara tahun 2009.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pekerja pengemasan ikan dari 5 lokasi/tempat pengemasan ikan yang terdapat di Kecamatan Tanjung Tiram sebanyak 41 orang. Sampel yang diambil adalah total populasi.

Hasil penelitian yang diperoleh pada pekerja pengemasan ikan terhadap gangguan kesehatan adalah sakit pada pinggang sebanyak 35 orang (85.4%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 31 orang (75.6%), jari tangan mengkerut sebanyak 32 orang (78.1%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 36 orang (87.8%).

Disarankan kepada pekerja pengemasan ikan sebaiknya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan kedap air contohnya yang terbuat dari karet saat melakukan proses kerja pengemasan ikan untuk mengurangi dan menghindari kontak langsung dengan air dan es, pada tahap kerja pembersihan dan pemilahan ikan sebaiknya menggunakan meja kerja yang mempunyai lubang-lubang kecil agar air dapat langsung mengalir kebawah sehingga mengurangi kontak dengan pekerja dan pada tahap pengemasan ikan sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dengan menggunakan kursi yang ukurannya disesuaikan dengan tinggi peti tempat pengemasan ikan untuk menghindari posisi kerja membungkuk, pekerja sebaiknya bekerja dengan baik dan lebih hati-hati serta menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kepada para pemborong ikan yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram sebaiknya lebih memperhatikan dan memberikan upaya perlindungan kepada pekerja pengemasan ikan.

(14)

ABSTRACT

Has been researched to the worker of packaging fish to the problem of health in Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara at 2009.

This Researching type has the character of descriptively. Population of this researching is all of the worker of packaging fish from 5 location/place of packaging fish which is in Kecamatan Tanjung Tiram counted 41 of people. Sampel that is taken is total of population.

Result of obtained researching at worker of packaging fish to the problem of health is pain at waist counted 35 of people ( 85.4%), bloated hand and also interspersed with to feel an itch counted 31 of people ( 75.6%), hand finger dwindle counted 32 of people (78.1%), and pain because hand injure counted 36 of people ( 87.8%).

Suggested to the worker of packaging fish better is using gauntlet of waterproof materials of moment rubber process of packaging fish to dicrease and avoid direct contact with ice and water, at phase work sweeping and dissociation of fish better is using workbench having punctures water earn direct emit a stream of downwards so to dicrease contact with the worker and at phase packaging of fish better be on sit position by using chair which is the size measured for adapting is high case of place of packaging fish to avoid hunchbacked position, worker better is working with carefully and discipline and also use the personal protective equipment (PPE) to avoid the happening of accident, to developer of fish exist in Kecamatan Tanjung Tiram had better give more attention and giving protection effort to the worker of packaging fish.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebagian besar negara Indonesia adalah laut. Berbagai ukuran geostatistik memang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, luas wilayah lautnya mencapai 5,8 juta km² dan garis pantainya 81.000 km. Dimasa mendatang ada kecendrungan bahwa era kelautan akan timbul kembali. Sebagai negara maritim, Indonesia kaya akan sumber daya lautnya seperti perikanan (Zainul Basri, 2007).

Potensi yang besar dalam perhubungan laut berkaitan dengan industri maritimnya. Eksploitasi minyak dan gas bumi lepas pantai yang besar merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri bangunan lepas pantai. Demikian juga dengan besarnya produk perikanan, merupakan potensi yang besar untuk pengembangan industri pengolahan produk perikanan. Sektor kelautan merupakan sektor yang mengelola dan mengembangkan sumber daya kelautan dan kegiatan penunjangnya secara berkelanjutan (Budiharsono, 2005).

(16)

Kecamatan Tanjung Tiram yang merupakan bagian wilayah administratif Kabupaten Batu Bara, terletak di Pantai Timur Provinsi Sumatera Utara. Tanjung Tiram berada di daerah pinggiran pantai. Karena daerahnya terletak dipinggiran pantai, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dari hasil laut atau nelayan. Hal ini menyebabkan banyak berkembang pekerja sektor informal di daerah kecamatan Tanjung Tiram.

Sektor informal adalah sektor kerja yang belum terorganisir dengan baik, sehingga segala peraturan dan perundangan ketenaga kerjaan belum dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu kecelakaan dan keselamatan kerja belum dapat dipantau pada sektor ini. Pada sektor informal tidak menggunakan pola kegiatan yang diatur oleh sistem-sistem manajemen profesional, baik dalam arti jam kerja, permodalan, maupun penerimaannya. Umumnya mempekerjakan tenaga dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama (Depkes RI, 1994).

Timbulnya sektor informal adalah akibat dari meningkatnya angkatan kerja disatu pihak, dan menyempitnya lapangan kerja dipihak yang lain. Hal ini berarti bahwa lapangan kerja yang tersedia tidak cukup menampung angkatan kerja yang ada. Akibatnya golongan masyarakat ini secara naluri mencoba usaha kecil-kecilan sesuai dengan kebiasaan mereka, guna memperoleh nafkah bagi dirinya sendiri atau bagi keluarganya (Yustika, 2000).

(17)

ditumbuhkembangkan. Struktur relasi buruh-majikan informal yang diwarnai oleh perjanjian lisan, kualitas sumber daya yang rendah, telah memunculkan karakter sektor ekonomi informal yang tidak menguntungkan bagi perlindungan sosial-ekonomi buruhnya. Hal tersebut dapat diukur dari pertukaran sumber daya antar buruh dan majikan melalui besarnya pengupahan, jam kerja, kondisi kesehatan kerja, dan penyediaan jaminan sosial (Safaria dkk, 2003).

Pemberian waktu istirahat dapat meningkatkan produktivitas. Ini berarti pengurangan kelelahan bagi para pekerja. Waktu istirahat merupakan hal yang mutlak yang perlu diberikan pada para pekerja, agar dapat mempertahankan kemampuan atau kapasitas kerja. Pada sektor informal, para pekerja memiliki atau menerima beban kerja yang dapat digambarkan seperti : terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja sektor informal bekerja lebih dari 7 jam/hari. Jika kurang dari 7 jam sehari, dan atau kurang dari 7 hari seminggu, umumnya para pekerja sektor informal memiliki pekerjaan tambahan atau sampingan (Depkes RI, 1994).

Akibat beban kerja yang terlalu berat ataupun kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (misalnya dingin, lembab, bising dan lain-lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja (Depkes RI, 1994).

(18)

pada pemborong yang akan dikirim ke kota. Para pemborong ini juga mempekerjakan pekerja yang akan memilah hasil laut yang telah dibeli dari nelayan. Setelah dipilah, dilakukan proses pengemasan hasil laut (ikan,udang atau cumi) sebelum dilakukan proses pengiriman. Proses kerja dari pengemasan ini dimulai dari pemisahan ikan kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah itu, dilakukan proses penimbangan ikan dan dikelompokkan berdasarkan beratnya masing-masing. Kemudian ikan dimasukkan kedalam peti yang sudah dilapisi oleh bungkusan plastik yang berisi bongkahan-bongkahan es yang sudah dihaluskan dengan mesin penggilingan es. Setiap lapisan ikan harus diberi bongkahan es agar ikan tetap segar dan selanjutnya ikan siap dipasarkan.

(19)

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan, di kecamatan Tanjung Tiram terdapat 5 (lima) lokasi/tempat pengemasan ikan. Masing-masing tempat memiliki jumlah pekerja yang berbeda-beda berdasarkan besarnya modal yang dimiliki oleh pemborong. Lokasi/tempat pengemasan I memiliki 7 orang pekerja, lokasi II memiliki 8 orang pekerja, lokasi III memiliki 8 orang pekerja, lokasi IV memiliki 6 pekerja dan lokasi V memiliki 12 pekerja. Jadi jumlah pekerja pengemasan ikan yang terdapat di kecamatan Tanjung Tiram berjumlah 41 orang. Lokasi/tempat pengemasan ikan di kecamatan Tanjung Tiram ini memiliki lemari untuk penyimpanan es, perlengkapan untuk es seperti gergaji, pisau dan alat penggerek es serta mesin penggiling es, tetapi tidak semua tempat pengemasan ikan memiliki mesin penggilingan es. Dari 5 (lima) tempat/lokasi pengemasan ikan, terdapat 3 (tiga) tempat/lokasi pengemasan ikan yang memiliki mesin penggilingan es. Hal ini menyebabkan lingkungan kerja pengemasan ikan menjadi bising yang merupakan beban tambahan akibat lingkungan kerja.

Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan (Dengan Waktu Kerja Lebih Dari 8 Jam Sehari) Di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009”.

1.2. Perumusan Masalah

(20)

“Belum diketahuinya gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan (dengan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari) di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan (dengan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari) di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan berdasarkan umur.

2. Untuk mengetahui gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan berdasarkan status perkawinan.

3. Untuk mengetahui gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan berdasarkan masa kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi para pemborong ikan untuk melakukan suatu tindakan pencegahan pemaparan terhadap lingkungan kerja dengan waktu kerja > 8 jam sehari.

(21)

3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan 3 (tiga) komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tertentu akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal (Suma’mur, 1996).

2.1.1. Kapasitas Kerja

Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam suatu medan kerja tertentu. Kapasitas kerja seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik dan psikis yang baik diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan bagaimana mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung kepada keterampilan, keserasian, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran-ukuran tubuh (Depkes RI, 1994).

(23)

memiliki cukup motivasi dan dedikasi. Suatu contoh sederhana tentang kurangnya beban kerja bagi seorang ahli adalah seorang montir mobil yang dengan mudah membuka ban kenderaan bermotor.

Kesegaran jasmani dan rohani adalah penunjang penting produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran tersebut dimulai sejak memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja, bahkan sampai setelah berhenti bekerja. Kesegaran jasmani dan rohani tidak saja pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga gambaran keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan yang dimilikinya. Seorang pejabat tinggi yang menempati kedudukannya oleh karena dorongan relasi atau politik dan bukan atas kemampuannya akan tidak produktif (Suma’mur, 1996).

2.1.2. Beban Kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental atau sosial. Seorang pekerja berat, seperti pekerja-pekerja bongkar dan muat di pelabuhan, memikul lebih banyak beban fisik dari pada beban mental atau sosial. Sebaliknya seorang pengusaha, mungkin tanggung jawabnya merupakan beban mental yang relatif jauh lebih besar. Adapun petugas sosial, mereka lebih menghadapi beban-beban sosial (Suma’mur, 1996).

(24)

persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu berat tertentu (Depkes RI, 1994).

Ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Atau pemilihan tenaga kerja tersehat untuk pekerjaan yang tersehat pula. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan pengalaman, keterampilan, motivasi dan lain-lain. Dalam usaha menetukan beban kerja maksimal, beban fisik lebih mudah dirumuskan yaitu 50 kg sebagai beban kerja tertinggi yang diperkenankan berdasarkan rekomendasi ILO.

Jumlah denyutan jantung merupakan petunjuk besar-kecilnya beban kerja. Pada pekerjaan sangat ringan denyut jantung adalah kurang dari 75, pekerjaan ringan diantara 75-100, agak berat 100-125, berat 125-150, sangat berat 150-175 dan luar biasa berat lebih dari 175/menit. Beban kerja ini menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja sesuai dengan kapasitas kerjanya. Makin besar beban, makin pendek waktu seseorang dapat bekerja tanpa kelelahan atau gangguan (Suma’mur, 1996). 2.1.3. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja

(25)

2.1.4. Fisiologi (Faal) Kerja

Ilmu tentang faal yang dikhususkan untuk manusia yang bekerja disebut ilmu faal kerja. Secara faal, bekerja adalah hasil kerja-sama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa, dan lain-lain), otak dan susunan syaraf-syaraf di pusat dan di perifer serta otot-ototnya. Selanjutnya, untuk pertukaran zat yang diperlukan dan yang harus dibuang masih diperlukan peredaran darah ke dan dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru, hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan. Mula-mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot, dan alat-alat lain berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang sedang menjalani latihan. Lambat laun gerakan menjadi suatu refleks, sehingga bekerja menjadi automatis. Semakin cepat sifat refleks dan automatis tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja, semakin tinggi pulalah keterampilan seseorang (Suma’mur, 1996).

(26)

dari suatu otot, sekalipun bersifat dinamik, selalu diikuti dengan kelelahan, yang perlu istirahat untuk pemulihan. Atas dasar kenyataan itu, waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam laktat, Co2, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan dari padanya, bertambah panjangnya waktu laten kontraksi dan waktu melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor).

Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-ukuran tubuh, ukuran ini menetukan pula kemampuan fisik tenaga kerja. Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran demikian untuk hasil kerja sebesar-besarnya. Maka berkembanglah ilmu yang disebut antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh baik dalam keadaan statis ataupun dinamis.

Yang sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran :

1. Berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depa dan panjang lengan.

2. Duduk : tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, tinggi lutut, jarak lekuk-lutut garis punggung, jarak lekuk-lutut telapak kaki.

(27)

peralatan didalam tubuh, faktor waktu dan lingkungan juga berpengaruh kepada faal/fisiologi kerja (Suma’mur, 1996).

2.2. Waktu (Jam) kerja

Yang dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat. Waktu istirahat merupakan hal yang mutlak yang perlu diberikan pada para pekerja, agar dapat mempertahankan kemampuan atau kapasitas kerja, dalam melakukan pekerjaan fisik maupun mental. Dianjurkan bahwa jam istirahat 20-39% dari jumlah jam kerja atau paling sedikitnya adalah 15% dari jumlah jam kerja per minggu (Depkes RI, 1994).

Waktu kerja bagi seseorang menentukan effisiensi dan produktivitasnya. Segi-segi terpenting bagi persoalan waktu kerja meliputi :

1. Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik. 2. Hubungan diantara waktu bekerja dan istirahat.

3. Waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang (pagi, siang, sore) dan malam.

(28)

berat, produktivitas mulai menurun setelah 4 jam bekerja. Maka, istirahat setengah jam setelah 4 jam kerja terus-menerus sangat penting artinya (Suma’mur, 1996). 2.2.1 Peraturan dan Perundangan Waktu (Jam) Kerja

Undang-undang No.12/1948 pasal 10 mengatakan bahwa buruh :

1. Tidak boleh menjalankan pekerjaan lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu. Apabila pekerjaan itu dijalankan pada malam hari atau berbahaya bagi kesehatan atau keselamatan buruh, maka waktu kerja tidak boleh lebih dari 6 jam sehari dan 35 jam seminggu (Prinst, 1994).

2. Setelah buruh menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus-menerus harus diadakan waktu istirahat sekurang-kurangnya setengah jam lamanya.

3. Tiap minggu harus diadakan sekurang-kurangnya satu hari istirahat (Effendi, 1984)

Buruh tidak boleh menjalankan pekerjaan pada hari raya yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah, kecuali jika pekerjaan itu menurut sifatnya harus dijalankan terus pada hari raya. Keputusan Presiden Nomor 251 Tahun 1967 juncto Keputusan Presiden Nomor 148 Tahun 1968 juncto Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1983, yang menentukan hari libur resmi sebagai berikut :

1. Tahun Baru 1 Januari

2. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 3. Mi’raj Nabi Muhamad SAW

4. Idul Fitri (selama 2 hari) 5. Idul Adha

(29)

7. Maulid Nabi Muhammad SAW 8. Wafat Isa Al Masih

9. Kenaikan Isa Al Masih 10.Natal

11.Hari Raya Nyepi

12.Hari Waisak (Budiono, 1995) 2.3. Lingkungan Kerja

Penyakit akibat dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Juga masih terdapat pendapat yang kurang tepat bahwa dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat situasi terkendali. Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini belum dapat memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut masih membiarkan lingkungan kerja yang tidak sehat tetap tidak berubah, dengan demikian potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah. Hanya dengan diagnosis dari lingkungan kerja, yang dalam hal ini disetarakan berturut-turut dengan pengenalan, evaluasi dan pengendalian efektif dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada dapat membuat lingkungan kerja yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat (Depkes RI, 1994).

2.3.1. Pengenalan Lingkungan Kerja

(30)

dilakukan dalam upaya program kesehatan kerja. Salah satu bahaya dan resiko tersebut dapat dengan mudah dikenal seperti masalah kebisingan. Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan baik dan tepat, sebelum dilakukan survey pendahuluan perlu didapatkan segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang digunakan, bahan baku dan bahan tambahan lainnya yang digunakan, hasil akhir, hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan adalah efek-efek kesehatan dari semua bahaya-bahaya dilingkungan kerja termasuk jumlah pekerja yang potensial terpapar sehingga langkah yang akan ditempuh, evaluasi serta pengendaliannya dapat dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan yang ada (Depkes RI, 1994).

2.3.2. Evaluasi Lingkungan Kerja

Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, menetapkan karakteristik-karakteristiknya serta memberikan gambaran cakupan besar dan luasnya masalah. Tingkat pemaparan dari zat/bahan yang berbahaya dari lingkungan kerja yanag terkenali selama survey pendahuluan harus ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hanya setelah didapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari pemaparan, untuk kemudian dibandingkan dengan standar kesehatan kerja yang berlaku, mana penilaian dari bahaya-bahaya/resiko yang sebenarnya terdapat dilingkungan kerja telah tercapai (Depkes RI, 1994).

2.3.3. Pengendalian Lingkungan Kerja

(31)

Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi, hal ini hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan dikalangan para pekerja (Depkes RI, 1994).

Interaksi antara manusia pekerja dan lingkungan kerjanya tersebut diatas dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Diagram 2.1. Interaksi manusia pekerja dengan lingkungan (tidak ada tindakan koreksi terhadap lingkungan kerja yang berbahaya)

Sumber : Depkes RI, 1994 LingkunganKerja

(tidak sehat)

Penyakit Akibat Kerja

Diagnosis

Pengobatan dan Penyembuhan

(32)

Diagram 2.2. Interaksi manusia pekerja dengan lingkungan (terdapat tindakan koreksi terhadap lingkungan kerja yang berbahaya)

Sumber : Depkes RI, 1994

Faktor lingkungan kerja meliputi faktor kimia, faktor fisika, faktor biologi, faktor ergonomi dan faktor psikologi.

1. Faktor kimia

Faktor kimia dapat disebabkan karena bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha.

2. Faktor fisika

Sebagai contoh adalah kebisingan.

(33)

tidur dan gangguan perilaku. Kebisingan bagi manusia akan menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi, hilangnya pendengaran sementara atau menetap sehingga resiko mendapatkan kecelakaan kerja meningkat (Suma’mur, 1996).

3. Faktor biologi

Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur dan mikroorganisme lain yang dibutuhkan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi dan proses penyimpanan hasil produksi.

4. Faktor ergonomi

Tempat kerja yang kurang ergonomis, tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi manusia.

5. Faktor psikososial

Beban kerja yang berat, jam kerja yang melebihi ambang batas, monotoni pekerjaan, dan lain-lain (RS, Persahabatan, 2002).

2.4. Gangguan Kesehatan

(34)

Perilaku dan sikap para pekerja yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan juga dapat mempengaruhi status kesehatan pekerja yang bersangkutan. Beberapa contoh perilaku dan sikap tersebut adalah :

1. Merokok, terlebih lagi bekerja sambil merokok 2. Pola makan yang tidak teratur dan seimbang

3. Ceroboh dan tidak mematuhi aturan kerja yang berlaku, misalnya menolak anjuran penggunaan alat pelindungan diri, bercanda dengan teman kerja pada saat bekerja.

4. Menggunakan obat-obat terlarang atau minum-minuman keras.

Untuk itu didalam ilmu kesehatan kerja, dikenal suatu pendekatan perlindungan dengan penetapan Nilai Ambang Batas (NAB).

2.4.1. Gangguan Kesehatan Akibat Kerja atau Penyakit Akibat Kerja

Penyakit golongan ini terjadi akibat pengaruh lingkungan pekerjaan, baik ditempat kerja maupun hasil sisa buangan industri yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya, misalnya lingkungan panas, debu, kebisingan, dan lain-lain. Pengaruh lingkungan kerja ini tidak hanya dapat diderita oleh pekerja, tapi dapat pula menimpa keluarga pekerja tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, karena berada di kawasan perusahaan atau terkontaminasi dengan racun/zat kimia yang tidak sengaja terbawa pulang oleh pekerja tersebut (Depkes RI, 1994).

Ada dua elemen pokok dalam mengidentifikasi gangguan kesehatan akibat kerja atau penyakit akibat kerja:

(35)

2. Adanya fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi daripada masyarakat umum (RS, Persahabatan, 2002).

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat pekerja bukan hanya dipengaruhi oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja, tetapi juga faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor-faktor lainnya (Depkes RI, 1992), seperti pada diagram berikut ini :

Diagram 2.3. Status kesehatan masyarakat pekerja serta faktor yang mempengaaruhinya

Sumber : Depkes RI, 1992 Lingkungan

Individu Lingkungan Kerja

Pelayanan Kesehatan Kerja Faktor

Genetik

Status Kesehatan Masyarakat Pekerja

(36)

2.5. Sektor Informal

Sektor informal adalah ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri :

1. Tidak menggunakan pola kegiatan yang diatur oleh sistem-sistem manajemen profesional, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun penerimaannya. Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan yang tetapkan oleh Pemerintah.

2. Modal, peraturan dan perlengkapan maupun omsetnya biasanya kecil. 3. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

4. Tidak selalu menggunakan keahlian dan keterampilan formal sehingga secara luwes dapat menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan.

5. Umumnya tiap-tiap satuan mempekerjakan tenaga dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama.

6. Tidak menggunakan sistem manajemen sumber daya waktu, sumber daya manusia, permodalan, secara modern dan informal (Yustika, 2000).

2.5.1. Sektor kelautan dan perikanan

(37)

lautan dan selama ini telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional (M. Arif, 2005).

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam bidang penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa dan penyediaan lapangan kerja. Sektor perikanan selama ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal jika sektor perikanan dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan petani ikan (Mulyadi S, 2005).

2.5.2. Sistem Pengawetan/Pengolahan Ikan

Ikan adalah satu di antara bahan makanan protein yang paling mudah mengalami pembusukan (perishable). Oleh karena itu, sangat diperlukan tindakan yang tepat dan cermat di dalam pencegahan pembusukan tersebut, mulai dari saat penangkapan sampai tiba di tangan konsumen. Tindakan yang dimaksud adalah berupa pengawetan dan pengolahan seperti pengasinan, pengeringan, perebusan, pembekuan, dan pengasapan (Mulyadi S, 2005).

1. Pengasingan dan Pengeringan

(38)

tersebut dimasukkan ke dalam tong yang dapat berisikan ± 500 kg ikan yang terlebih dahulu diisi dengan air yang bercampur garam sebanyak 150 kg/tong. Sesudah tong diisi penuh dengan ikan, lalu ditutup dengan goni dan dikimpit dengan batu bata. Setelah 24 jam dibiarkan demikian, ikan-ikan dibongkar untuk dijemur di atas sebuah pelataran/bilah (bambu yang dijalin-jalin dijadikan tikar) di atas patok-patok yang diatur dengan tinggi 0,7 meter di atas tanah.

Di atas bilah inilah ikan-ikan dituangkan dan diserakkan setelah hari panas, ikan-ikan dibalik setiap 1 jam. Lama penjemuran tergantung kepada banyaknya garam atau perbandingannya dengan ikan. Perbandingan garam dengan ikan adalah sebagai berikut :

1 : 5 lamanya dijemur ± 18 jam (± 2 hari) 1 : 4 lamanya dijemur ± 12 jam (± 1,5 hari) 1 : 3 lamanya dijemur ± 10 jam (± 1 hari)

Sementara itu, jika tanpa garam, lama pengeringan 24-30 jam (± 3 hari). Setelah ikan-ikan kering, dimasukkan pada keranjang yang pengisiannya dipres sampai padat. Isi keranjang ada yang berisi 60 kg dan 100 kg ikan asin kering. Kemudian ikan siap untuk dikirim ke grosir (Mulyadi S, 2005).

2. Pengasinan dan Perebusan

(39)

sesudah itu keranjang berisi ikan itu diangkat dan ditiriskan airnya. Kemudian keranjang ini ditutup dan diikat baik-baik, kemudian siap untuk dikirim ke grosir-grosir dan tempat penjualan ikan (Mulyadi S, 2005).

3. Pengasinan, Perebusan, dan Pengeringan

Salah satu cara pengolahan ikan teri ialah dengan cara pengasinan, perebusan, dan pengeringan/penjemuran. Hal ini dilakukan karena lebih menguntungkan dibandingkan dengan penjualan basah. Umumnya, pengusaha perebusan teri ini mengolah ikan-ikan yang dibeli langsung dari nelayan bagan di stasiun bagan atau diantar sendiri oleh nelayan ke tempat pengolahan jika hasil tangkapan banyak (M. Arif, 2005).

(40)

4. Pendinginan dengan Es Biasa (Pendinginan Fisis)

Pengawetan ikan dengan es (dalam bentuk bongkah-bongkah hancuran es) disebut dengan pendinginan fisis, memegang peranan yang penting di dalam pengadaan ikan segar terhadap konsumen. Karena ikan segar ini disukai segala lapisan masyarakat/konsumen, pedagang ikan dan pengusaha-pengusaha ikan selalu berusaha untuk menjual ikannya ke pasaran dalam bentuk ikan segar, terkecuali untuk ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan yang biasa di es adalah ikan-ikan kelas Ι dan Π, yaitu bawal, tenggiri, kakap segala jenis, bandeng, belanak, udang, udang putih,

gerapuh, selayang, selar segala jenis, sekapas, salam, cincamin, mayung, puput, dan ikan buih. Pengesan ikan dengan es biasa (pendinginan fisis) adalah cara pengawetan ikan segar yang umum dilakukan oleh nelayan-nelayan sebelum/sesudah ikan didaratkan oleh pengumpul dan pengecer ikan basah.

(41)

ikan-ikan basah dan pengecer-pengecer ini, ikan-ikan tersebut dimasukkan ke dalam peti/tong kayu yang telah dilapisi terlebih dahulu dngan hancuran es setebal ±7 cm, lalu dimasukkan ikan-ikan, diselingi dengan lapisan es. Di atas sekali dari lapisan-lapisan ini dilapisi lagi dengan es. Dengan demikian, pengumpul ikan-ikan basah dapat menjualnya ke luar daerah atau ke pusat-pusat konsumen (Mulyadi S, 2005). 2.6. Kerangka Konsep

- Umur

- Status perkawinan - Masa kerja

Gangguan kesehatan Karakteristik pekerja

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif untuk menggambarkan gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan (dengan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari) di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan November 2009 – Februari 2010. 3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Yang dimaksud dengan populasi/objek dari penelitian ini adalah semua pekerja diseluruh tempat/lokasi pengemasan ikan yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara yang berjumlah 5 tempat pengemasan dengan jumlah total pekerja sebanyak 41 pekerja.

3.3.2. Sampel

(43)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui :

1. Wawancara : Diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada para pekerja pengemasan ikan untuk mengetahui gangguan kesehatan pada pekerja tersebut. Kuesioner diberikan pada saat istirahat makan siang dan diambil kembali pada saat yang sama yaitu saat istirahat makan siang tersebut.

2. Observasi : Mengamati tahapan-tahapan dalam satu kali proses kerja pengemasan ikan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kecamatan Tanjung Tiram setempat untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian yang berada di wilayah Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

3.5. Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka definisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :

1. Umur adalah lamanya responden hidup (dalam satuan tahun) mulai sejak lahir sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian berlangsung.

2. Status perkawinan merupakan keadaan responden pada saat penelitian berlangsung yang dinyatakan dengan menikah atau belum menikah.

(44)

4. Gangguan kesehatan adalah suatu keluhan kesehatan yang timbul akibat pengaruh pekerjaan yang dirasakan oleh pekerja pengemasan ikan saat dan setelah selesai bekerja.

3.6. Analisa Data

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Tempat Pengemasan Ikan

Daerah penelitian adalah Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Kecamatan Tanjung Tiram adalah daerah pinggiran pantai yang memiliki luas wilayah 173,79 km². Sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian dari hasil laut, sehingga memungkinkan untuk berkembangnya usaha sektor informal di Kecamatan Tanjung Tiram. Di Kecamatan tanjung Tiram memiliki 5 tempat/lokasi pengemasan ikan yang masing-masing tempat/lokasi pengemasan ikan mempunyai jumlah pekerja yang berbeda-beda. Tempat/lokasi pengemasan I memiliki 7 orang pekerja, tempat pengemasan II memiliki 8 orang pekerja, tempat pengemasan III memiliki 8 orang pekerja, tempat pengemasan IV memiliki 6 pekerja dan tempat pengemasan V memiliki 12 pekerja. Jadi jumlah pekerja pengemasan ikan yang terdapat di kecamatan Tanjung Tiram berjumlah 41 orang.

Tempat pengemasan ikan sebagian besar merupakan suatu bangunan yang berbentuk persegi yang berukuran 7x4 meter, tidak memiliki ventilasi, memiliki pintu depan dan pintu belakang yang langsung berbatasan dengan sungai. Dari pintu belakang inilah hasil melaut nelayan masuk ke tempat pengemasan ikan.

4.2. Proses Kerja

Proses kerja dari pengemasan ikan ini memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:

(46)

3. Penimbangan 4. Pengemasan 1. Pembersihan

Pada tahap ini, setelah ikan dibeli dari nelayan, kemudian ikan diletakkan diatas meja dan dibersihkan dengan menggunakan air. Proses kerja pembersihan ini menghabiskan waktu ± 20 menit dalam satu kali proses pengemasan ikan.

2. Pemilahan

Pada tahap ini, setelah ikan selesai dibersihkan, ikan kemudian dipilah sesuai dengan jenis dan besarnya masing-masing dan diletakkan didalam keranjang. Proses kerja pemilahan ikan ini menghabiskan waktu ± 60 menit dalam satu kali proses pengemasan ikan.

3. Penimbangan

Pada tahap ini, setelah ikan selesai dibersihkan dan dipilah sesuai dengan jenis dan besarnya masing-masing dan diletakkan didalam keranjang, ikan kemudian ditimbangan dengan menggunakan timbangan. Proses kerja penimbangan ikan ini menghabiskan waktu ± 30 menit dalam satu kali proses pengemasan ikan.

4. Pengemasan

(47)

luar negeri. Proses kerja pengemasan ikan ini menghabiskan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan proses kerja pembersihan, pemilahan dan penimbangan ikan. Proses kerja pengemasan ikan ini menghabiskan waktu ± 1-2 jam tergantung pada keahlian dan keterampilan serta jumlah pekerja yang mengemas ikan tersebut. Untuk satu peti ikan yang sudah selesai dikemas oleh pekerja biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang pekerja pengemasan ikan. Satu kali proses pengemasan ikan tersebut dilihat dari selesainya satu peti ikan yang sudah dikemas oleh pekerja pengemasan ikan. Dalam satu hari dapat mencapai 3-4 kali proses pengemasan ikan tergantung banyaknya ikan yang masuk ke tempat pengemasan ikan.

4.3. Karakteristik Pekerja Pengemasan Ikan 4.3.1. Distribusi Berdasarkan Umur

Keadaan umur pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)

1 ≤28 16 39

2 >28 25 61

Jumlah 41 100

Pembagian kelompok umur didasarkan atas nilai median umur responden yaitu 28 tahun. Untuk mencegah timbulnya frekuensi nol pada kelompok tertentu yang menyebabkan ketidakseimbangan proporsi umur.

(48)

4.3.2. Distribusi Berdasarkan Status Perkawinan

Keadaan status perkawinan pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Status Perkawinan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

No Status Perkawinan Jumlah (Orang) Persen (%)

1 Kawin 30 73.2

2 Belum Kawin 11 26.8

Jumlah 41 100

Berdasarkan tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar berada pada status kawin yaitu sebanyak 30 orang (73.2%).

4.3.3. Distribusi Berdasarkan Masa Kerja

Keadaan masa kerja pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini: Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Masa

Kerja di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

No Masa Kerja (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)

1 ≤5 31 75.6

2 >5 10 24.4

Jumlah 41 100

(49)

Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar berada pada masa kerja ≤5 tahun yaitu sebanyak 31 orang (75.6%).

4.4. Gangguan Kesehatan

Untuk mengetahui gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan digunakan kuesioner yang ditanyakan saat istirahat makan siang. Hasil dari kuesioner gangguan kesehatan yang telah diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Gangguan Kesehatan yang Dialami oleh Pekerja Pengemasan Ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

No Jenis Keluhan

8 Sakit dan tangan membengkak serta diselingi dengan rasa gatal

31 75.6 10 24.4 41 100

(50)

sebanyak 31 orang (75.6%), jari tangan mengkerut sebanyak 32 orang (78.1%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 36 orang (87.8%).

4.4.1. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Umur

Keadaan gangguan kesehatan berdasarkan umur pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.5. dibawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Umur di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

No Jenis Keluhan Umur ≤28 Tahun Umur >28 Tahun

8 Sakit dan tangan membengkak serta diselingi dengan rasa gatal

13 40.6 3 9.4 18 36 7 14

(51)

(46.9%). Sedangkan pada kelompok umur >28 tahun yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 22 orang (44%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 18 orang (36%), jari tangan mengkerut sebanyak 18 orang (36%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 21 orang (42%).

4.4.2. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Status Perkawinan

Keadaan gangguan kesehatan berdasarkan status perkawinan pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.6. dibawah ini:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Status Perkawinan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

No Jenis Keluhan Kawin Belum Kawin

8 Sakit dan tangan membengkak serta diselingi dengan rasa gatal

23 38.3 7 11.7 8 36.4 3 13.6

(52)

gatal sebanyak 23 orang (38.3%), jari tangan mengkerut sebanyak 23 orang (38.3%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 25 orang (41.7%). Sedangkan pada status belum kawin yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 9 orang (40.9%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 8 orang (36.4%), jari tangan mengkerut sebanyak 9 orang (40.9%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 11 orang (50%).

4.4.3. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Masa Kerja

Keadaan gangguan kesehatan berdasarkan masa kerja pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini:

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Masa Kerja di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009

No Jenis Keluhan ≤5 Tahun >5 Tahun

8 Sakit dan tangan membengkak serta diselingi dengan rasa gatal

(53)
(54)

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gangguan Kesehatan

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

Pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 35 orang (85.4%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 31 orang (75.6%), jari tangan mengkerut sebanyak 32 orang (78.1%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 36 orang (87.8%).

Keluhan kesehatan sakit pada pinggang terjadi karena sikap kerja pada proses kerja pembersihan, pemilahan, penimbangan dan pengemasan ikan dilakukan dengan cara berdiri dan membungkuk. Berdassarkan pengamatan pada pekerja pengemasan ikan, terdapat sikap kerja yang kurang ergonomis pada tahap-tahap dalam proses kerja dan dilakukan dalam waktu yang cukup lama yaitu 3-4 jam, karena proses kerja dalam satu kali pengemasan ikan mencapai 3-4 jam.

Menurut Suma’mur (1996), pekerjaan sejauh mungkin dilakukan sambil duduk, keuntungan bekerja sambil duduk adalah (1) kurangnya kelelahan pada kaki, (2) terhindarnya sikap kerja yang kurang alamiah, (3) berkurangnya pemakaian energi, dan (4) kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

(55)

melakukan proses kerja pengemasan ikan. Hanya sebagian pekerja yang memakai sarung tangan saat bekerja, akan tetapi sarung tangan yang digunakan pekerja terbuat dari bahan yang dapat ditembus oleh air atau tidak kesap air, sehingga resiko pekerja untuk mengalami gangguan kesehatan ini menjadi lebih besar karena proses kerja pengemasan ikan mencapai waktu ± 3-4 jam dalam satu kali proses pengemasan ikan.

Begitu juga dengan jari tangan mengkerut terjadi disebabkan oleh pekerja kontak langsung dengan ikan, air dan es dan bekerja tanpa menggunakan sarung tangan yang terbuat dari bahan yang kedap air sebagai contoh yang terbuat dari bahan karet saat melakukan proses kerja pengemasan ikan karena dalam satu kali proses kerja pengemasan ikan mencapai waktu ± 3-4 jam.

Menurut Suma’mur (1996), alat-alat pelindung diri menurut keperluannya untuk faktor bahaya basah dan air, bagian tubuh yang perlu dilindungi yaitu tangan, lengan dan jari adalah dengan menggunakan sarung tangan plastik/karet dan karet berlengan panjang.

Keluhan kesehatan sakit karena tangan terluka terjadi disebabkan oleh kurangnya pengalaman dan bekerja kurang hati-hati yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang didapat pekerja selama bekerja seperti tertusuk duri ikan dan terluka akibat pemotongan es yang kurang hati-hati dengan menggunakan pisau dan gergaji es. Menurut Suma’mur (1987), kecelakaan kerja trejadi 85% disebabkan oleh faktor manusia (human eror).

(56)

yaitu tangan, lengan dan jari adalah dengan menggunakan sarung tangan kulit, dilapisi logam dan berlengan panjang.

5.1.1. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Umur

Berdasarkan umur dapat diketahui bahwa pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan adalah keluhan sakit pada pinggang, sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal, jari tangan mengkerut dan sakit karena tangan terluka.

Pada kelompok umur ≤28 tahun dari 16 orang pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 13 orang (40.6%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 13 orang (40.6%), jari tangan mengkerut sebanyak 14 orang (43.8%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 15 orang (46.9%). Hal ini terjadi karena faktor kurangnya pengalaman, mengejar target dan kurang hati-hati dalam bekerja.

(57)

Menurut Suma’mur (1996), posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.

Keluhan sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal, jari tangan mengkerut dan sakit karena tangan terluka lebih besar persentasenya pada pekerja pengemasan ikan dengan kelompok umur ≤28 tahun. Hal ini disebabkan oleh kurang pengalaman dalam bekerja dan kurang hati-hati dalam bekerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.

5.1.2. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Status Perkawinan

Berdasarkan status perkawinan dapat diketahui bahwa pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan dari 30 orang pekerja pengemasan ikan pada status kawin yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 26 orang (43.3%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 23 orang 38.3(%), jari tangan mengkerut sebanyak 23 orang (38.3%) dan sakit karena tangan terluka sebanyak 25 orang (41.7%).

(58)

sebagian besar pekerja pengemasan ikan pada status belum kawin berada pada kelompok umur ≤28 tahun.

Dari perbedaan persentase ternyata keluhan kesehatan sakit pada pinggang dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal lebih besar pada pekerja status kawin, sedangkan jari tangan mengkerut dan sakit karena tangan terluka lebih besar pada pekerja dengan status belum kawin karena sebagian besar pekerjanya berada pada kelompok umur ≤28 tahun yang bekerja tanpa menggunakan sarung tangan, bekerja kurang hati-hati dan kurangnya pengalaman dalam bekerja.

5.1.3. Gangguan Kesehatan Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan masa kerja dapat diketahui bahwa pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan dengan masa kerja ≤5 tahun dari 31 orang pekerja pengemasan ikan yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 25 orang (40.3%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 22 orang (35.5%), jari tangan mengkerut sebanyak 24 orang (38.7%) dan sakit karena tangan terluka sebanyak 28 orang (45.2%).

Pada masa kerja >5 tahun dari 10 orang pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan yaitu keluhan sakit pada lengan kiri sebanyak 5 orang (25%), sakit pada lengan kanan sebanyak 5 orang (25%), sakit pada pinggang sebanyak 10 orang (50%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 9 orang (45%), jari tangan mengkerut sebanyak 8 orang (40%) dan sakit karena tangan terluka sebanyak 8 orang (40%).

(59)
(60)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Gangguan kesehatan pada pekerja pengemasan ikan adalah keluhan sakit pada pinggang sebanyak 35 orang (85.4%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 31 orang (75.6%), jari tangan mengkerut sebanyak 32 orang (78.1%) dan sakit karena tangan terluka sebanyak 36 orang (87.8%).

2. Berdasarkan umur, pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan pada kelompok umur ≤28 tahun yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 13 orang (40.6%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 13 orang (40.6%), jari tangan mengkerut sebanyak 14 orang (43.8%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 15 orang (46.9%). Sedangkan pada kelompok umur >28 tahun yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 22 orang (44%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 18 orang (36%), jari tangan mengkerut sebanyak 18 orang (36%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 21 orang (42%).

(61)

denga rasa gatal sebanyak 23 orang (38.3%), jari tangan mengkerut sebanyak 23 orang (38.3%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 25 orang (41.7%). Sedangkan pada status belum kawin yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 9 orang (40.9%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 8 orang (36.4%), jari tangan mengkerut sebanyak 9 orang (40.9%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 11 orang (50%).

4. Berdasarkan masa kerja dapat diketahui bahwa pekerja pengemasan ikan yang mengalami gangguan kesehatan untuk masa kerja ≤5 tahun yaitu keluhan sakit pada pinggang sebanyak 25 orang (40.3%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 22 orang (35.5%), jari tangan mengkerut sebanyak 24 orang (38.7%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 28 orang (45.2%). Sedangkan untuk masa kerja >5 tahun yaitu keluhan sakit pada lengan kiri sebanyak 5 orang (25%), sakit pada lengan kanan sebanyak 5 orang (25%), sakit pada pinggang sebanyak 10 orang (50%), sakit dan tangan membengkak serta diselingi denga rasa gatal sebanyak 9 orang (45%), jari tangan mengkerut sebanyak 8 orang (40%), dan sakit karena tangan terluka sebanyak 8 orang (40%).

6.2. Saran

(62)

2. Pada tahap kerja pembersihan dan pemilahan ikan sebaiknya menggunakan meja kerja yang mempunyai lubang-lubang kecil agar air dapat langsung mengalir kebawah sehingga mengurangi kontak dengan pekerja dan pada tahap pengemasan ikan sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dengan menggunakan kursi yang ukurannya disesuaikan dengan tinggi peti tempat pengemasan ikan untuk menghindari posisi kerja membungkuk.

3. Pekerja sebaiknya bekerja dengan baik dan lebih hati-hati serta menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2003. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arif Nasution, M, dkk, 2005. Isu-Isu Kelautan. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Budiharsono, S, 2005. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Penerbit PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1992. Upaya Kesehatan Kerja Bagi Pengrajin dan Nelayan. Penerbit Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

..., 1994. Upaya Kesehatan Kerja Bagi Petani dan Nelayan. Penerbit Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

..., 1994. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Penerbit Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Effendi, S, 1984. Hukum Perburuhan di Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Erani Yustika, A, 2000. Industrialisasi Pinggiran. Penerbit Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Friday Safaria, A, dkk, 2003. Hubungan Perburuhan di Sektor Informal. Penerbit Yayasan AKATIGA, Bandung.

Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Prinst, D, 1994. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

RS, Persahabatan, 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Rachmad Budiono, A, 1995. Hukum Perburuhan di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Santoso, G, 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.

(64)

Suma’mur, P.K, 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Penerbit Gunung Agung, Jakarta.

Suma’mur, P.K, 1987. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. Penerbit PT Gunung Agung, Jakarta.

(65)

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEKERJA PENGEMASAN IKAN (DENGAN WAKTU KERJA LEBIH DARI 8 JAM SEHARI) DI KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

TAHUN 2009

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan bapak/saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada.

2. Isilah titik-titik yang tersedia dan berikanlah tanda silang pada jawaban yang paling sesuai menurut perasaan anda.

3. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

A. Karakteristik Responden

1. Nama : ……….

2. Umur : …….tahun

3. Status perkawinan : * Kawin/ Belum Kawin 4. Masa kerja : …….tahun

(66)

7 Sakit pada pinggang

8 Sakit dan tangan membengkak serta

diselingi dengan rasa gatal

9 Jari tangan mengkerut

10 Sakit pada lutut kiri

11 Sakit pada lutut kanan

12 Sakit pada tungkai kaki kiri 13 Sakit pada tungkai kaki kanan 14 Sakit karena tangan terluka

(67)
(68)
(69)

Sakit di Punggung

Sakit dan Tangan Membengkak serta diselingi dengan Rasa Gatal

(70)

Sakit pada Lutut Kiri

Sakit pada Tungkai Kaki Kiri

6 14.6 14.6 14.6

Sakit pada Tungkai Kaki Kanan

(71)

Lampiran 3

Proses kerja pengemasan ikan 1. Pembersihan

(72)
(73)
(74)
(75)

Gambar

Tabel 4.1.  Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009
Tabel 4.2.  Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Status Perkawinan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara
Tabel 4.4.  Distribusi Frekuensi Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Gangguan Kesehatan yang Dialami oleh Pekerja Pengemasan Ikan di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009
Tabel 4.5.  Distribusi Frekuensi Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan Berdasarkan Umur di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2009
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kegiatan Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) ini ditutup pukul 11.00 WIB secara elektronik sesuai dengan jadwal yang tertera pada portal LPSE BKKBN dengan jumlah pertanyaan

Penelitian yang dilakukan ialah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan produk berupa media pembelajaran berbasis

menggunakan pendekatan kualitatif, yang dilakukan terhadap variabel mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan dengan variabel yang lain. Peneliti tidak memberikan

12 Maya Siskawati dan Pargito, Pengembangan Media Pembelajaran Monopoli untuk Meningkatkan Minat Belajar Geografi Siswa, Jurnal Studi Sosial , Vol. 13 Sri Suciati,

Ukuran tempurung biji buah kelapa sawit yang telah menjadi limbah yang dihasilkan dari pengolahan unit ripple mill tentunya akan menyulitkan untuk pembuatan

[r]

Tuliskan komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang diyakini akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.. Teknik penulisan dapat menggunakan uraian