• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN HARJOSARI I KECAMATAN

MEDAN AMPLAS TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 051000016 MENASARI SIREGAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN HARJOSARI I

KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 051000016 MENASARI SIREGAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN HARJOSARI I

KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 051000016 MENASARI SIREGAR

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Juni 2010

dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Prof. dr. Nerseri Barus, MPH)

NIP : 194508171973022001 NIP : 196501121994022001 (drh. Hiswani, M.Kes)

Penguji II Penguji III

(drh. Rasmaliah, M.Kes)

NIP : 195908181985032002 NIP : 1964041992031005 (Drs. Jemadi, M.Kes)

Medan, Juni 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 mencapai 222,2 juta jiwa, sehingga menjadi masalah bagi Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu usaha upaya menurunkan jumlah kelahiran dengan program keluarga berencana, diantaranya dengan menggunakan alat kontrasepsi suntik. Pada tahun 2007 akseptor KB di Indonesia 31,6%. Berdasarkan rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat kelurahan Harjosari I aseptor KB 3.436 orang. Jumlah akseptor KB suntik 1.354 orang dengan proporsi 39,40% merupakan urutan pertama dari akseptor KB di Kelurahan Harjosari I.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang bertempat tinggal di kelurahan Harjosari I, sampel semua akseptor KB yang berdomisili dilingkungan 12 yang berjumlah 130 akseptor KB.Lingkungan terpilih ditentukan secara purposive. Analisis statistik dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.

Dari hasil penelitian prevalens rate yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 49,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna antara umur (p=0,027), pengetahuan (p=0,000) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik dan tidak ada hubungan asosiasi yang bermakna antara pendidikan (p=0,390), pendidikan (p=0,306), umur menikah (p=0,290), paritas (p=0,288) dan dukungan keluarga (p=0,549) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik. Hasil analisis multivariat di peroleh faktor dominan yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi suntik di kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas adalah pengetahuan.

Tingginya prevalensi penggunaan alat kontrasepsi suntik maka perlu diupayakan supaya

Beruah ke yang lebih efektif seperti alat kontrasepsi IUD, Implan dan tubektomi karena efek alat kontrasepsi suntik yang dapat menyebabkan gangguan haid serta menambah berat badan akseptor. Penggunaan alat kontrasepsi suntik oleh akseptor KB dengan paritas ≥ 2 orang sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif yaitu IUD, Implan, tubektomi karena jumlah anak ≥ 2 orang suda h jumlah anak ideal yang merupakan tujuan program KB.

(5)

ABSTRACT

Amount residents of Indonesia at 2006 to attarned 222,2 million life, to became a problem for Indonesia the fast grouth from the residents complicated effort to raise people prosperity of Indonesia. One of the effort to go down amount birth with a planned family program, such as with use inject contraception. At 2007 amount family program asesor 31,6%. From the basic of yield data collection, dictrict of Harjosari Village I, planned family programs asesor 3.436 peopole. Amount planed family programs inject asesor1.354 people with proporsi 39,40% to constitute the first order from planned family programs asesor in Harjosari Village I.

This research purvosedto analisis some of factor that related with the use of inject contraception from planne family programs asesor in Harjosari Village I Subdistrict of Medan Amplas in 2010. This research character was analytic with cross sectional design. Population in this lived in Harjosari Village I. Sampel all the planned family programs asesor that lived in area 12 that amount 130. Planned family programs asesor. The choice area deserted as purposive. Statistic analice doing with univariat, bivariat analyce and multivariate analyce.

From amount prevalens rate research that used inject contraception 49,2%. Amount bivariat analyce indicate there two variable that had associate relation that sicnificant between age (P=0,027), knowledge (P=0,000) with inject contraception using and there wasn’t associaterelation that significant between education (P=0,390), occupation (P=0,306), age marriage (P=0,290), varity (P=0,288), and family support (P=0,549) with inject contraception using. Amount of multivariate analyce found dominant factor that influence inject contraception using in Harjosari I Village Subdistric Medan Amplas was knowledge.

The high prevalency from inject contraception using, then need to resources in order that change to more effective example inject contraception IUD, Implan, tubektomi because inject contraception can cause disruption of menstruation and advance body weight. The inject contraception using ≥ 2 people preferable use more effective contraception IUD, implant, tubektomi because parity ≥ 2 people ideal parity the goal of the program.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Menasari Siregar

Tempat/Tanggal lahir : Sibuhuan, 3 Juli 1986

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum Kawin

Jumlah anggota keluarga : 3 (tiga) orang bersaudara

Alamat rumah : Lingkungan II Sibuhuan Kec.Barumun Kab.Padang Lawas

Riwayat Pendidikan

Tahun 1993-1999 : SD Negeri 2 Barumun Tahun 1999-2002 : MTs Negeri Barumun Tahun 2002-2005 : SMU Negeri 1 Barumun

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah atas berkat dan karnuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Penggunaan

Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, H.Ridwan Siregar dan Hj Latifah Hanum Hsb yang telah setia membesarkan penulis dengan penuh

kasih; membimbing, berkorban materi maupun moril dan selalu memberi dorongan bagi penulis umtuk menyelesaikan pendidikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH, Ibu drh. Hiswani, M.kes selaku dosen pembimbing serta kepada Ibu drh. Rasmaliah, M.kes dan Bapak Drs. Jemadi,

M.kes selaku dosen pembanding yang telah membimbing dan memberi banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Rojab selaku Kepala Lurah Kelurahan Harosari I yang telah memberi

(8)

4. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah membantu penulis

dalam penyelesaian pendidikan dan skripsi.

5. Adek-adekku Misran Martua Siregar, Enni Asmelia Siregar serta keluarga

besar yang telah banyak membantu dan mendukung dalam doa.

6. Terima kasih kepada Ihwan yang memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

7. Sahabat penulis: Nduma, Desi, Hesty, Asni, Novel, Cristin, Melvida, Ester, erikson, Sandro, Desnal, Hendra, Doni, dan teman-teman epidemiologi

lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

8. Kepada Yeni, Yuni ,Deri, Desi, Desi, Cory, Dodi terima kasih atas dukungan

dan bantuannya.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah

memberikan bantuan dan dorongan semangat.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

untuk kesempurnaannya dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

Penulis

(Menasari Siregar)

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi ... 9

2.2. Prinsip Kerja Kontrasepsi ... 9

2.3. Tujuan Program KB ... 10

2.4. Pengertian Alat Kontrasepsi Suntik ... 10

2.5. Sejarah Alat Kontrasepsi Suntik ... 11

2.6. Jenis-Jenis KB Suntik ... 12

2.7. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik ... 13

2.8. Keuntungan Kontrasepsi Suntik ... 14

2.9. Efek Samping Kontrasepsi Suntik ... 15

2.10. Efektifitas Kontrasepsi Suntik ... 16

2.11. Penggunaan Kontrasepsi Suntik ... 16

2.11.1. Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan ... Progestin ... 16

2.11.2.Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan ... Progestin ... 17

2.11.3. Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi ... 17

2.11.4. Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi ... 18

2.12. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik ... 18

2.12.1. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan ... Progestin ... 18

2.12.2. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi ... 19

(10)

2.14. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat

Kontrasepsi Suntik ... 21

2.14.1. Pengetahuan... 21

2.14.2. Umur ... 23

2.14.3. Pendidikan ... 23

2.14.4. Paritas ... 24

2.14.5. Dukungan Keluarga ... 25

2.14.6. Pekerjaan ... 25

BAB 3. KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 27

3.2. Defenisi Operasional... 28

3.3. Aspek Pengukuran Ratio Prevalence ... 30

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 31

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 31

4.2.2. Waktu Penelitian ... 31

4.3. Populasi Dan Sampel ... 32

4.3.1. Populasi ... 32

4.3.2. Sampel... 32

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 33

4.5.1. Data Primer ... 33

4.5.2. Data Sekunder ... 33

4.6. Tehnik Analisa Data ... 34

4.6.1. Analisis Univariat ... 34

4.6.2. Analisis Bivariat ... 34

4.6.3. Analisis Multivariat ... 34

BAB 5. HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

5.1.1. Geografis ... 36

5.1.2. Demografi ... 36

5.1.3. Sarana dan Prasarana ... 38

5.2. Analisis Univariat ... 40

5.2.1. Karakteristik Responden ... 41

5.2.2. Pengguna Alat Kontrasepsi Suntik ... 46

5.3. Analisis Bivariat ... 47

5.3.1. Hubungan Umur Akseptor KB Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 47

(11)

5.3.3. Hubungan Pekerjaan Dengan Penggunaan Alat

Kontrasepsi Suntik ... 49

5.3.4. Hubungan Umur Menikah Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 50

5.3.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 51

5.3.6. Hubungan Paritas Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 52

5.3.7. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 53

5.4. Analisis Multivariat ... 54

BAB 6. PEMBAHASAN 6.1. Analisis Univariat ... 56

6.1.1. Proporsi Pengguna Alat Kontrasepsi Suntik ... 56

6.1.2. Proporsi Umur Akseptor KB ... 58

6.1.3. Proporsi Pendidikan Akseptor KB ... 59

6.1.4. Proporsi Pekerjan Aksepto KB ... 60

6.1.5. Proporsi Umur Menikah Akseptor KB ... 62

6.1.6. Proporsi Pengetahuan Akseptor KB ... 64

6.1.7. Proporsi Paritas Akseptor KB ... 65

6.1.8. Proporsi Dukungan Keluarga Akseptor KB ... 66

6.2. Analisis Bivariat ... 67

6.2.1. Hubungan Umur Akseptor KB Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 67

6.2.2. Hubungan Pendidikan Akseptor KB Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 69

6.2.3. Hubungan Pekerjaan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 71

6.2.4. Hubungan Umur Menikah Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 73

6.2.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 76

6.2.6. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 77

6.2.7. Hubungan Paritas Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik ... 78

6.3. Analisis Multivariat ... 80

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 81

7.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

1. Kuesioner 2. Master Data

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan Hajosari I Tahun 2010 ... 37

Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Harjosari Thun 2010 ... 37

Tabel 5.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Harjosari I Tahun 2010... 38 Tabel 5.4. Distribusi Sarana Pendidikan di Kelurahan Harjosari I Tahun 2010 ... 38

Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. ... 40

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Pengetahuan Akseptor KB Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Anplas Tahun 2010 ... 43

Tabel 5.7. Distribusi Prevalensi Pengguna Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 46

Tabel 5.8. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Akseptor KB Berdasarkan Umur, Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai. χ2 dan p di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 47

Tabel 5.9. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada PUS Yang Memiliki Balita Berdasarkan Pendidikan, Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai. χ2 dan p di Kelurahan Harjosari Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010... 48 Tabel 5.10. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB

Berdasarkan Pekerjaan, Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai. χ2 dan p di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. ... 49 Tabel 5.11. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB

Berdasarkan Umur Menikah, Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai. χ2 dan p di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. ... 50

(13)

Tabel 5.13. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Berdasarkan Pengetahuan, Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai. χ2 dan p di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Amplas Tahun 2010. ... 52 Tabel 5.14. Prevalens Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB

Berdasarkan Dukungan Keluarga, Ratio Prevalens, 95% CI, Nilai. χ2 dan p di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. ... 53 Tabel 5.15. Identifikasi Variabel Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor

KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 54 Tabel 5.16. Variabel Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 27 Gambar 6.1. Diagram Pie Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik

Pada Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 56

Gambar 6.2. Diagram Bar Proporsi Umur Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 58 Gambar 6.3. Diagram Bar Proporsi Pendidikan Akseptor KB di Kelurahan

Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 59 Gambar 6.4. Diagram Pie Proporsi Pekerjaan Akseptor KB di Kelurahan Harjosari

I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 60 Gambar 6.5. Diagram Bar Proporsi Umur Menikah Akseptor KB di Kelurahan

Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 62

Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Pengetahuan Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 64

Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Berdasarkan Paritas Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 65

Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Berdasarkan Dukungan Keluarga Akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 66

Gambar 6.9. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Berdasarkan Umur di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 67

Gambar 6.10. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 69 Gambar 6.11. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik

(15)

Gambar 6.12. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Pada Akseptor KB Berdasarkan Umur Menikah di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 73 Gambar 6.13. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik

Pada Akseptor KB Berdasarkan Pengetahuan di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 75 Gambar 6.14. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik

Pada Akseptor KB Berdasarkan Dukungan Keluarga di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010 ... 77 Gambar 6.15. Diagram Bar Prevalensi Rate Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik

(16)

ABSTRAK

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 mencapai 222,2 juta jiwa, sehingga menjadi masalah bagi Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu usaha upaya menurunkan jumlah kelahiran dengan program keluarga berencana, diantaranya dengan menggunakan alat kontrasepsi suntik. Pada tahun 2007 akseptor KB di Indonesia 31,6%. Berdasarkan rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat kelurahan Harjosari I aseptor KB 3.436 orang. Jumlah akseptor KB suntik 1.354 orang dengan proporsi 39,40% merupakan urutan pertama dari akseptor KB di Kelurahan Harjosari I.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB yang bertempat tinggal di kelurahan Harjosari I, sampel semua akseptor KB yang berdomisili dilingkungan 12 yang berjumlah 130 akseptor KB.Lingkungan terpilih ditentukan secara purposive. Analisis statistik dilakukan dengan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.

Dari hasil penelitian prevalens rate yang menggunakan alat kontrasepsi suntik 49,2%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat dua variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna antara umur (p=0,027), pengetahuan (p=0,000) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik dan tidak ada hubungan asosiasi yang bermakna antara pendidikan (p=0,390), pendidikan (p=0,306), umur menikah (p=0,290), paritas (p=0,288) dan dukungan keluarga (p=0,549) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik. Hasil analisis multivariat di peroleh faktor dominan yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi suntik di kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas adalah pengetahuan.

Tingginya prevalensi penggunaan alat kontrasepsi suntik maka perlu diupayakan supaya

Beruah ke yang lebih efektif seperti alat kontrasepsi IUD, Implan dan tubektomi karena efek alat kontrasepsi suntik yang dapat menyebabkan gangguan haid serta menambah berat badan akseptor. Penggunaan alat kontrasepsi suntik oleh akseptor KB dengan paritas ≥ 2 orang sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif yaitu IUD, Implan, tubektomi karena jumlah anak ≥ 2 orang suda h jumlah anak ideal yang merupakan tujuan program KB.

(17)

ABSTRACT

Amount residents of Indonesia at 2006 to attarned 222,2 million life, to became a problem for Indonesia the fast grouth from the residents complicated effort to raise people prosperity of Indonesia. One of the effort to go down amount birth with a planned family program, such as with use inject contraception. At 2007 amount family program asesor 31,6%. From the basic of yield data collection, dictrict of Harjosari Village I, planned family programs asesor 3.436 peopole. Amount planed family programs inject asesor1.354 people with proporsi 39,40% to constitute the first order from planned family programs asesor in Harjosari Village I.

This research purvosedto analisis some of factor that related with the use of inject contraception from planne family programs asesor in Harjosari Village I Subdistrict of Medan Amplas in 2010. This research character was analytic with cross sectional design. Population in this lived in Harjosari Village I. Sampel all the planned family programs asesor that lived in area 12 that amount 130. Planned family programs asesor. The choice area deserted as purposive. Statistic analice doing with univariat, bivariat analyce and multivariate analyce.

From amount prevalens rate research that used inject contraception 49,2%. Amount bivariat analyce indicate there two variable that had associate relation that sicnificant between age (P=0,027), knowledge (P=0,000) with inject contraception using and there wasn’t associaterelation that significant between education (P=0,390), occupation (P=0,306), age marriage (P=0,290), varity (P=0,288), and family support (P=0,549) with inject contraception using. Amount of multivariate analyce found dominant factor that influence inject contraception using in Harjosari I Village Subdistric Medan Amplas was knowledge.

The high prevalency from inject contraception using, then need to resources in order that change to more effective example inject contraception IUD, Implan, tubektomi because inject contraception can cause disruption of menstruation and advance body weight. The inject contraception using ≥ 2 people preferable use more effective contraception IUD, implant, tubektomi because parity ≥ 2 people ideal parity the goal of the program.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jumlah penduduk terbesar di dunia adalah negara Republik Rakyat Cina, India, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia.1

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, menghadapi masalah yang dewasa ini merupakan masalah dunia, yaitu masalah peledakan penduduk yang

disebut juga dengan istilah Baby boom.2

Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, struktur umur yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

dalam bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha peningkatan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan,

kesehatan, perumahan dan lain-lain.3

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) TAP MPR No. 4 tahun 1978 dikemukakan bahwa kebijaksaan kependudukan perlu dirumuskan secara

nasional dan menyeluruh serta dituangkan dalam program-program kependudukan yang terpadu. Kebijaksaan kependudukan yang perlu ditangani antara lain, meliputi

bidang-bidang pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian, penyebaran penduduk seimbang dan merata, serta perkembangan dan penyebaran angkatan kerja.4

Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung

(19)

kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2. 5 Penyebaran penduduk sampai tahun 2005

tidak merata baik antar pulau maupun antar propinsi, dan data menunjukkan 58,7% penduduk berada di Pulau Jawa,6 padahal luas Pulau Jawa hanya 132.187 km persegi

dan luas daratan indonesia adalah 1.919.430 km persegi atau 6,9% dari luas daratan Indonesia.7

Pada periode tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk adalah 1,97%,

tahun 1990-2000 turun menjadi 1,45% dan tahun 2000-2006 turun lagi menjadi 1,34%. 8 Total Fertility Rate (TFR) tahun 1971 adalah 5,6 per wanita pasangan usia

subur (PUS), tahun 1980-1990 turun menjadi 2,34 dan pada tahun 2000-2005 turun lagi menjadi 2,28.9 Angka ini menunjukkan penurunan TFR dari waktu ke waktu tetapi belum mencapai target nasional yaitu 2,1.10

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan peningkatan Contraseptive Prevalence Rate (CPR) dari 54,7% (tahun 1994) menjadi

57,4% (tahun 1997) dan 60,3% (tahun 2002-2003).11 Pada tahun 2007 yang menggunakan alat kontrasepsi 61,4%. Sebanyak 31,6% menggunakan suntik, pil 13,2 %, IUD 4,8%, Implant 2,8%, kondom 1,3%, Vasektomi dan Tubektomi 7,7 %.12

Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program

(20)

Pengertian Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya melalui pendewasaan usia Perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 13

Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya, sosial ekonomi,

pengetahun, pendidikan, dan jumlah anak yang di inginkan. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam

menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu alat kontrasepsi.5

Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang lestari.

Berhasil tidaknya pelaksanaan pogram keluarga berencana akan menentukan pula berhasil tidaknya usaha mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia. 4

Adapun strategi dalam pelayanan kontrasepsi yang dikembangkan selama ini adalah mengarah kepada pemakaian Metode Kontrasepsi yang Efektif Terpilih atau disebut juga MKET yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), Suntik, Susuk dan

Kontrasepsi Mantap (Kontap).14

Pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah PUS 1.003 orang datang

ke pelayanan kesehatan yang menggunakan KB suntik 782 akseptor dengan proporsi 77,9%. Pada tahun 1969 kontrasepsi suntik sudah digunakan oleh hampir 9 juta wanita di lebih dari 90 negara, termasuk Inggris Raya, Perancis, Jerman, Swedia,

(21)

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. PUS

yang menggunakan metode kontrasepsi terus meningkat mencapai 61,4%. Pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik 31,6%, Pil 13,2%, IUD 4,8%, implant

2,8%, kondom 1,3%, kontap 3,1%, dan kontap pria 0,2 % dan metode lainnya 0,4% 16 Sebagai gambaran metode kontrasepsi suntik pada tahun 1991 hanya 11,7%, 1994 menjadi 15,2%, 1997 menjadi 21,1%, 2003 menjadi 27,8% dan 2007 mencapai

31,6%.17

Berdasarkan hasil survei BKKBN kabupaten Lampung Timur tahun 2006.

Jumlah PUS 184.379 orang, akseptor KB suntik 41.538 orang dengan proporsi 22,52%. Sedangkan untuk Kecamatan Sekampung jumlah PUS 11.783 orang, akseptor KB suntik 1.890 dengan proporsi 16,04%.12

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2007, jumlah penduduk Sumatera Utara terdiri dari 12.911.511 jiwa. Jumlah PUS terdiri dari

1.863.147 jiwa. Dari seluruh akseptor KB aktif 1.107.634 orang dengan proporsi 59,45%, yang menggunakan suntik 399.256 orang dengan proporsi 36,04%, Sedangkan akseptor KB baru terdiri dari 220.892 orang dengan proporsi 11,86%,

yang menggunakan suntik 82.068 orang dengan proporsi 37,15% yang tidak menggunakan KB suntik 138.824 dengan proporsi 62.85%. 18

Pada tahun 2008 PUS Sumatera Utara 2.046.122 orang, Dari seluruh akseptor KB aktif terdiri dari 1.350.724 orang dengan proporsi 66,01%, penggunaan KB suntik 448.783 orang dengan proporsi 33,96%. Sedangkan akseptor KB baru

(22)

dengan proporsi 42,32%. Dari tahun 2007 sampai 2008 terjadi peningkatan

penggunan alat kontrasepsi suntik di Sumatera Utara.19

Pada tahun 2007 jumlah penduduk kota Medan terdiri dari 2.083.156 jiwa.

Jumlah PUS 305.821 orang. Dari seluruh aksepror KB aktif 195.241 orang dengan proporsi 63,84%, yang menggunakan KB suntik 74.864 orang dengan proporsi 38,34 %, yang tidak menggunakan KB suntik 120.377 orang dengan proporsi 61,66%

Sedangkan akseptor KB baru 33.290 orang dengan proporsi 10,89%, pengguna KB suntik 14.613 orang dengan proporsi 43,90%, yang tidak menggunakan KB

suntik18.677 orang dengan proporsi 56,10%.20

Pada tahun 2008 PUS di Kota Medan 314.366 orang, Dari seluruh akseptor KB aktif 199.860 orang dengan proporsi 63,58%. Sedangkan akseptor KB baru

34.402 orang dengan proporsi 10,94%. Pada akseptor KB aktif yang menggunakan suntik sebanyak 74.146 orang dengan proporsi 23,36%. Sedangkan pada akseptor

baru yang menggunakan suntik 15.650 orang dengan proporsi 42,28 %.20

Berdasarkan data dari profil Kecamatan Medan Amplas pada tahun 2009 Kecamatan Medan Amplas mempuyai jumlah PUS 20.384 orang. Dari seluruh

akseptor KB 13.654 orang dengan proporsi 66,98% yang menggunakan suntik 4.830 orang dengan proporsi 35,37%, pil 5.029 dengan proporsi 36,83%, implan 794 orang

(23)

Berdasarkan rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat kelurahan Harjosari

I pada tahun 2009 di peroleh jumlah PUS 5.608 orang yang aktif sebagai akseptor KB 3.436 orang. Jumlah akseptor KB suntik 1.354 orang dengan proporsi 39,40%,

pil 1.291 orang dengan proporsi 37,57%, implant 240 orang dengan proporsi 6,98%, IUD 293 orang dengan proporsi 8,52%, kondom 204 orang dengan proporsi 5,93%, MOW 53 orang dengan proporsi 1,54 %, MOP 1 orang dengan proporsi 0,01 %. 21

Kontrasepsi suntik memiliki keistimewaan sehingga ibu-ibu banyak menggunakannya antara lain aman, sederhana, efektif, dapat dipakai pasca

persalinan.22

Dari data yang tercatat diatas diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi setiap tahun terus meningkat, tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi suntik. Di

Indonesia penggunaan terbanyak alat kontrasepsi suntik. Sedangkan di kelurahan Harjosari I penggunaan alat kontrasepsi suntik pada urutan pertama.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

(24)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di

Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalens rate penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

b. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Host (umur, Pendidikan, Pekerjaan,, Umur menikah, pengetahuan dan Paritas) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas

Tahun 2010.

c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Environment (Dukungan keluarga)

dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

d. Untuk mengetahui faktor yang dominan dari variabel Host dan Environment

(25)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai Bahan masukan bagi kantor Kecamatan Amplas dan kantor Kelurahan Harjosari I khususnya yang menangani program KB.

1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian selanjutanya

1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma

yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel

telur yang matang dengan sel sperma. 22

2.2. Prinsip Kerja Kontrasepsi 22, 23

Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan sel telur dan sel sperma. Ada tiga cara untuk mencapai tujuan ini, baik yang bekerja sendiri maupun

(27)

Cara/metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi 13

a. Metode Sederhana

a.1. Tanpa alat/obat, antara lain senggama terputus, pantang berkala.

b.2. Dengan alat/obat, antara lain kondom. Diafragma, kream, jelli, cairan busa, tablet berbusa (vaginal tablet), tissu KB

b. Metode Modern

Kontrasepsi hormonal, antara lain pil, suntik, implan, AKDR, metode mantap yaitu sterilisasi antara lain vasektomi dan tubektomi.

2.3. Tujuan Program KB

Tujuan program keluarga berencana adalah untuk meningkatkan kesehatan

reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu dan bayi, mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera yang merupakan sumber daya

manusia dengan mengendalikan kelahiran dalam rangka menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk Indonesia. 13

2.4. Pengertian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi yang diberikan kepada wanita yang mendapat suntikan periodik

(28)

2.5. Sejarah Alat Kontrasepi Suntik

Keluarga berencana bukanlah hal baru, karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan dari Yunani Kuno, Tiongkok Kuno dan India, hal ini telah mulai

dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu.Tetapi pada waktu itu cara-cara yang dipakai masih kuno dan primitif.13

Pada zaman Yunani Kuno, Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan

ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan semen (air mani) dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak setelah

melakukan hubungan seksual. Adapula yang memakai alat-alat yang dapat menghalangi masuknya sperma kedalam rahim umpamanya dengan memasukkan rumput, daun-daunan ataupun sepotong kain perca kedalam vagina sebelum

melakukan hubungan seksual. Pada zaman Tiongkok Kuno telah ada obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan.13

Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia keluarga berencana modren mulai dikenal pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan tokoh

masyarakat telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah pertumbuhan penduduk.13

Secara ringkas, inovasi teknologi kontrasepsi dimulai dengan cara sederhana seperti kondom, pil KB, suntik, susuk dan akhirnya cara yang sangat mantap yaitu kontrasepsi pembedahan seperti tubektomi dan vasektomi. 23

(29)

(carcinoma endometrii). Baru pada awal tahun 1960, uji klinis penggunaan suntikan

progestin untuk keperluan kontrasepsi dilakukan.Terdapat dua jenis suntikan progestin yang dipakai, yakni depo medroksiprogesteron asetat dan depo noretisteron

enantat. Sedangkan untuk suntikan depo estrogen-progesteron (Cyclofem) ditemukan pada tahun 1960 an. Penambahan estrogen pada obat kontrasepsi progesteron ternyata dapat memperbaiki siklus haid. 23

2.6. Jenis-Jenis KB Suntik 13

Adapun jenis-jenis KB suntik yang hanya mengandung progestin yaitu: 2.6.1.Kontrasepsi Progestin

a. Depo medroksiprogesteron asetat

Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah mencapai puncak

setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan. b. Depo noretisteron enantat

Mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara

disuntik intramuskular.

2.6.2. Kontrasepsi Kombinasi

a. Depo estrogen-progesteron

(30)

2.7. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik

Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan pada suntukan progestin dan suntikan kombinasi sama saja yaitu :

2.7.1. Mencegah ovulasi

Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi.24 Kadar

follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan

mencegah ovulasi. Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH) .25

2.7.2. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus

serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada lendir serviks.Secret dari serviks tetap dalam keadaan di

bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa.23 2.7.3. Membuat endometrium menjadi kurang layak/baik untuk implantasi dari

ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan

menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di

buahi.23

2.7.4. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur)

(31)

2.8. Keuntungan Kontrasepsi Suntik

Adapun keuntungan dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik sebagai berikut :

2.8.1. Sangat efektif , karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak di pengaruhi kelalaian atau faktor lupa dan sangat praktis.23

2.8.2. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui, Hormon progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu sehingga

kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui.

Konsentrasi hormon di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di temukan adanya efek hormon pada pertumbuhan serta perkembangan

bayi.

2.8.3. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius

terhadap kesehatan.

2.8.4. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri 2.8.5. Penggunaan jangka panjang

Sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan tetapi masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi.

(32)

2.9. Efek samping Kontrasepsi Suntik 26, 27

Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling menggangu. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore, perdarahan bercak,

perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah tetapi

sebenarnya efek ini memberikan keuntungan yakni mengurangi terjadinya anemia. Tidak mnjadi masalah karena darah tidak akan menggumpal didalam rahim.Amenore

disebabkan perubahan hormon didalam tubuh dan kejadian amenore biasa pada peserta kontrasepsi suntikan. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium.28

Berat badan yang bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.

Pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hipotesa para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada

biasanya.

Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit kepala, panas dingin,

pegal-pegal, nyeri perut dan lain-lain.

Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus,

(33)

melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat

suntikan). Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun penggunaan dapat menurunkan kepadatan tulang, menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan

libido.

2.10. Efektivitas Kontrasepsi Suntik 26,29

Pada suntikan kombinasi efektifitasnya 1 - 4 kehamilan per 1000 perempuan sebelum tahun pertama penggunaan, sedangkan suntikan progestin 3 kehamilan per

1000 perempuan per tahun asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kegagalan yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan untuk datang pada jadwal suntikan yang telah di tentukan atau

teknik penyuntikan yang salah. Injeksinya harus benar-benar intragluteal.

2.11. Penggunaan Kontrasepsi Suntik 13, 29

2.11.1. Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a. Usia reproduksi

b. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi c. Menyusui

d. Setelah melahirkan dan tidak mnyusui. e. Setelah abortus atau keguguran

f. Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

(34)

h. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan

darah atau anemia.

i. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

2.11.2. Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a. Hamil atau dicurigai hamil

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara e. Diabetes melitus disertai komplikasi.

2.11.3. Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Usia reproduksi.

b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak. c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi. d. Menyusui diatas 6 minggu pascapersalinan dan tidak menyusui.

e. Anemia. f. Haid teratur.

(35)

2.11.4. Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Hamil atau diduga hamil.

b. Menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan.

c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. d. Penyakit hati akut (virus hepatitis).

e. Usia > 35 tahun

f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (180/110 mmHg)

g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain i. Keganasan pada payudara

2.12. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik 13, 29

2.12.1. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

Adapun waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin adalah sebagai berikut:

a. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.

b. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan

saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

c. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti

(36)

pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya datang.

d. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya.

e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang

akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

2.12.2.Waktu Mulai Menggunakam Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.

b. Bila suntikan pertama diberikan setelah haid ke 7 siklus haid, tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode

kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari

c. Bila Ibu tersebut pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil

(37)

e. Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyususi, jangan diberi suntikan

kombinasi.

f. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam

waktu 7 hari

g. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi

hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya datang.

h. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi

suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya.

2.13. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di berikan

terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu.22

(38)

7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di

berikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak hamil.29

2.14. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik 2.14.1 Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana

memperoleh pelayanan KB.30

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi

dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu.31 a. Tahu (know)

(39)

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahuinya tersebut. c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan tertulis

(40)

Penelitian Hutauruk menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan

penggunaan alat kontrasepsi, yaitu dengan pengetahuan baik 456,8 kali menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berpengetahuan buruk.32

2.14.2. Umur

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga

periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data

epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang

sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut. 29

2.14.3. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang

berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula

halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. 31

Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap

(41)

keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan

kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah

anak. 31

Penelitian Hutauruk (2006) menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Wanita usia subur yang berpendidikan tinggi 2,5 kali

menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan berpendidikan rendah.32

2.14.4. Paritas

Menurut Mantra (2006) kemungkinan seorang ibu untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang ibu mungkin

menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang ibu melahirkan anak, maka

akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.33

Penelitian Mutiara (1998) dengan menggunakan desain cross sectional menunjukkan bahwa kemungkinan ibu dengan paritas ≥ 2 orang menggunakan

(42)

2.14.5. Dukungan Keluarga

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Sarwono (2007) ikatan suami isteri yang kuat sangat

membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan

tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami,

sedangkan isteri hanya bersifat memberikan sumbang saran.35

Hartanto (2004) mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami

istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya

pemakaian.36

2.14.6. Pekerjaan

Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan status ekonomi atas terdapat perilaku

fertilitas yang mendorong terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga

(43)
(44)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Dari teori dan beberapa penelitian terdahulu di susun kerangka teori yang merupakan alur pikir peneliti, faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan

Alat Kontrasepsi suntik seperti terlihat di bawah ini :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

FAKTOR HOST:

a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Umur menikah e. Pengetahuan f. Paritas

FAKTOR ENVIRONMENT:

a. Dukungan Keluarga

(45)

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Pengguna kontrasepsi suntik adalah akseptor KB yang berdomisili di kelurahan

Harjosari I Kecamatan Medan Amplas tahun 2010.

3.2.2. Pengetahuan adalah pemahaman akseptor KB tentang alat kontrasepsi suntik 1. Baik

2. Kurang

Untuk mengukur pengetahuan akseptor KB maka skala pengukuran digunakan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 6 yang akan di jawab responden dengan memberikan skor jawaban sebagai berikut :

1. Tahu diberi skor 1 2. Tidak tahu skor 0

Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 6 dan terendah 0. Berdasarkan skoring maka pengetahuan istri dibedakan atas :

1. Baik, jika akseptor KB mendapatkan nilai > 3 2. Kurang, jika akseptor KB mendapatkan nilai ≤ 3

3.2.3. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai akseptor KB berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. Tamat SD/sederajat

3. Tamat SMP/sederajat 4. Tamat SLTA/sederajat 5. Tamar diploma

(46)

Tingkat pendidikan di ukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas : 1. Pendidikan tinggi, jika pendidikan akseptor KB tamat SLTA/sederajat,

tamat diploma, dan tamat sarjana.

2. Pendidikan rendah, jika pendidikan akseptor KB tidak sekolah/tidak tamat SD,tamat SD/sederajat, tamat SMP.

3.2.4. Pekerjaan adalah aktivitas /kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh

akseptor KB pada saat dilakukan survei, yang di kelompokkan atas: 1. PNS/TNI

2. Pegawai swasta/karyawan/buruh 3. Wiraswasta

4. Ibu rumah tangga

Pekerjaan merupakan kegiatan sehari-hari akseptor KB yang di ukur

berdasarkan skala ordinal yang dibedakan atas :

1. Bekerja : PNS/TNI, Pegawai swasta, Wiraswasta. 2. Tidak bekerja : Ibu rumah tangga

3.2.5. Umur adalah usia dalam tahun. Untuk uji staistik umur akseptor KB di ukur

dengan menggunakan skala ordinal di bedakan atas : 1. Risiko rendah, jika umur akseptor KB 20-35 tahun. 2. Risiko tinggi, jika umur akseptor KB <20 dan >35 tahun.

3.2.6 Umur Menikah adalah usia akseptor KB pertama kali menikah dalam

(47)

1. Risiko rendah, jika umur menikah akseptor KB 20-35 tahun

2. Risiko tinggi, jika umur menikah aksepto KB< 20 dan > 35 tahun 3.2.7. Paritas adalah jumlah anak akseptor KB ketika menggunakan alat

kontrasepsi. Untuk uji statistik dikategorikan menjadi: 1. < 2 orang

2. ≥ 2 orang

3.2.8. Dukungan keluarga adalah siapa yang mendukung akseptor KB dalam

menggunakan alat kontrasepsi yaitu : 1. Suami

2. Mertua 3. Orang tua 4. Tidak ada

Untuk uji statistik dikategorikan menjadi: 1. Ada dukungan

2. Tidak ada dukungan

3.3. Aspek Pengukuran Ratio Prevalens

Pengukuran Ratio Prevalens dilakukan dengan menggunakan rumus :

RP = A/(A+B) : C/(C+D) Keterangan :

A/(A+B) = proporsi ( prevalens ) subyek yang mempunyai faktor risiko yang menggunakan alat kontrasepsi suntik

(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini Survei analitik menggunakan desain cross sectional.

Desain Penelitian ini digunakan untuk dapat mengansalisis penggunaan alat kontrasepsi Suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan

Amplas Tahun 2010.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan

Amplas Tahun 2010. Dengan pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian di Kelurahan Harjosari I dengan topik yang sama.

4.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2009 sampai

(49)

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi adalah semua akseptor KB yang berdomisili di Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

4.3.2. Sampel

a.Besar Sampel 39

Untuk menentukan besar sampel minimal dihitung dengan menggunakan

rumus:

n = d2

Z21-α/2 p.q

Keterangan :

P = Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependent pada populasi

q = 1-p

Z1-α/2 = Statistik Z (misalnya Z= 1,96 untuk α=0,05) d = presisi atau absolut yang diinginkan.

Maka besar sampel minimal adalah :

n =

0,092 (1,96)2x 0,4 x 0,6

= 114+10%

n = 126

(50)

b. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Yaitu berdasarkan

pertimbangan peneliti. Karena keterbatasan waktu dan dana maka peneliti memilih lingkungan 12 dengan pertimbangan puskesmas ada di lingkungan 12 sehingga lebih mudah untuk mendapat pelayanan kesehatan, maupun dalam penggunaan alat

kontrasepsi. Memenuhi besar sampel minimal yang di butuhkan, penduduknya mempunyai karakteristik yang sama dengan penduduk di lingkungan lainnya dari segi

pekerjaan, tingkat pendidikan. Dalam hal ini semua lingkungan dianggap mempunyai risiko dalam penggunaan alat kontrasepsi.

Menurut rekapitulasi hasil pendataan tingkat kelurahan Harjosari I jumlah seluruh

akseptor KB di lingkungan 12 adalah 130 akseptor, maka seluruh akseptor KB diambil menjadi sampel.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan akseptor KB dengan menggunakan kuesioner tertutup.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor Kecamatan Medan Amplas dan kantor Kelurahan Harjosari I diperoleh data penggunaan kontrasepsi suntik serta data

(51)

4.5. Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul di olah secara manual dan dilanjutkan dengan bantuan computer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution),

melalui tahapan editing, coding, entry data dan cleaning. Jenis analisis yang dilakukan adalah:

4.5.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi atau

besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

4.5.2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dihitung ratio prevalens dan diuji kemaknaannya dengan

menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

4.5.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang mempunyai kemaknaan statistik secara bersama-sama,

dilakukan melalui analisis regresi logistik berganda (Multiple Logistic Regression) untuk mencari faktor resiko paling dominan pada beberapa variabel yang dilakukan secara bersama-sama terhadap penggunaan alat kontrasepsi suntik. Tahapan analisis

(52)

i. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam

model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap berpengaruh terhadap penggunaan alat kontrasepsi suntik adalah variabel yang mempunyai nilai

p<0,25.

ii. Penentuan faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik, variabel yang akan dimasukkan, variabel yang mempunyai

nilai p<0,05.

iii. Analisis regresi logistik berganda dilakukan dengan memasukkan secara

serentak variabel independen menurut kriteria kemaknaan statistik tertentu (p < 0,25). Variabel independen tersebut akan dikeluarkan kembali secara bertahap (Backward Selection) sampai tidak ada lagi variabel independen

yang mempunyai nilai p > 0,05.

(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 40 5.1.1 Geografis

Kelurahan Harjosari terletak di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

dengan luas wilayah 415 ha/m2 dan memiliki 14 lingkungan. Batas-batas wilayah Kelurahan Terjun adalah :

- Sebelah utara berbatasan kelurahan Sitirejo II dan III Kecamatan Medan Kota .

- Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Sisingamangaraja kelurahan

Harjosari II.

- Sebelah barat berbatasan dengan Sei Percut Kecamatan Medan Denai.

- Sebelah timur berbatasan dengan jalan Sisingamangaraja kelurahan Harjosari II/kelurahan Suka jadi.

5.1.2. Demografi

Jumlah penduduk di Kelurahan Harjosari 37.208 jiwa yang terdiri dari

(54)
[image:54.612.112.527.126.257.2]

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan Harjosari I Tahun 2010

No Golongan umur (tahun)

Total

f %

1 0 - 5 6,11

2 6 - 12 3 13 - 17

4 18 - 25 14,93

5 26 -55 16.855 45,29

6 >55 18,49

Total 37.208 100,00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi jumlah penduduk di Kelurahan Terjun berdasarkan kelompok umur yang terbanyak adalah pada kelompok

umur 26 – 55 tahun yaitu sebesar 45,29 % sedangkan yang terendah adalah pada kelompok umur 0-5 tahun yaitu sebesar 6,11%.

Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Harjosari I Tahun 2010

Dari tabel diatas dapa dilihat bahwa distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak jenis kelamin laki-laki dengan proporsi 50,68 %.

No Jenis Kelamin Total

f %

1 18.860 50,68

2 Perempuan 18.384 49,32

[image:54.612.112.532.446.554.2]
(55)

5.1.3. Sarana dan Prasarana 5.1.3.1. Sarana Kesehatan

Kelurahan Terjun memiliki beberapa sarana kesehatan. Jumlah sarana

kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3. Distribusi Sarana Kesehatan di Kelurahan Harjosari I Tahun 2010

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 RSU Swasta 0

2 Balai Pengobatan 0

3 Puskesmas 1

4 Pustu 1

5 Poliklinik 7

6 Posyandu 65

Jumlah 23

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang paling

banyak adalah posyandu 65 unit, poliklinik 7 unit, puskesmas 1 unit, pustu 1 unit serta tidak terdapat RSU swasta dan balai pengobatan.

5.1.3.2. Sarana Pendidikan

[image:55.612.114.532.221.341.2]

Kelurahan Harjosari I memiliki beberapa sarana pendidikan. Jumlah sarana pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4. Distribusi Sarana Pendidikan di Kelurahan Harjosari I Tahun 2010

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 Taman Kanak-kanak 2

2 Sekolah Dasar (SD) Negeri 4

3 Sesolah Dasar (SD) Swasta 2

4 SLTP Negeri 0

5 SLTP Swasta 2

6 SLTA Negeri 0

7 SLTA Swasta 2

8 Tsanawiyah 1

(56)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tersedia sarana pendidikan

(57)

5.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

proporsi dari variabel-variabel independen yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut:

5.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan, umur menikah, pengetahuan, paritas dan dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

Karakteristik Akseptor KB f %

Umur (tahun) :

19 - 22 23 - 26 27 - 30 31 - 34 35 - 38 39 - 41 43 - 46

5 21 23 33 22 20 6 3,8 16,2 17,7 25,4 16,9 15,4 4,6

Total 130 100,0

Pendidikan :

Tidak sekolah/tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat diploma Tamat sarjana 3 16 31 66 9 5 2,3 12,3 23,8 50,8 6,9 3,8

[image:57.612.116.527.424.701.2]
(58)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa akseptor KB terbanyak pada kelompok umur 31-34 tahun 25,4%, diikuti kelompok umur 27-30 yaitu 17,7%, kelompok umur 23-26 tahun yaitu 16,2%, kelompok umur 39-42 tahun yaitu 15,4%,

kelompok umur 43-46 tahun yaitu 4,6% dan kelompok umur 19-22 tahun yaitu 3,8%.

Pekerjaan:

PNS/TNI

Pegawai swasta/karyawan/buruh Wiraswasta

Ibu rumah tangga

3 4 33 99 2,3 3,1 25,4 69,2

Total 130 100,0

Umur Menikah (tahun):

15-17 18-20 21-23 24-26 27-29 30-32 10 38 44 29 8 1 7,7 29,2 33,8 22,3 6,2 0,8

Total 130 100,0

Pengetahuan: Baik Kurang 85 45 65,4 34,6

Total 130 100,0

Paritas: 1 orang 2 orang 3 orang 4 orang 5 orang 6 orang 41 50 20 13 5 1 31,5 38,5 15,4 10,0 3,8 0,8

Total 130 100,0

Dukungan Keluarga: Suami Mertua Orang tua Tidak ada 112 2 0 16 86,2 1,5 0,0 12,3

(59)

Pekerjaan akseptor KB terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu

sebesar 69,2% diikuti dengan kategori pekerjaan wiraswasta yaitu 25,4%, kategori pekerjaan sebagai pegawai swasta/karyawan/buruh yaitu sebesar 3,1%, dan bekerja

sebagai PNS/TNI sebesar 2,3%.

Pendidikan terakhir akseptor KB terbanyak adalah tamatan SLTA/sederajat yaitu 50,8%, diikuti tamatan SLTP/sederajat yaitu 23,8%, tamatan SD/sederajat yaitu

12,3%, tamatan diploma yaitu 6,9%, tamatan sarjana 3,8% dan tidak tamat SD/tidak sekolah 2,3%.

Umur menikah akseptor KB terbanyak adalah umur 21-23 tahun yaitu 33,8%, diikuti dengan kelompok umur 18-20 tahun yaitu 29,2%, kelompok umur 24-26 tahun yaitu 22,3%, kelompok umur 15-17 tahun yaitu 7,7%, kelompok umur 27-29 tahun

yaitu 6,2%, kelompok umur 30-32 tahun 1 orang yaitu 0,8 %.

Akseptor KB dengan pengetahuan baik 65,4% sedangkan akseptor KB

pengetahuan kurang 34,4%.

Akseptor KB terbanyak mempunyai anak 2 yaitu 38,5%, selanjutnya pada jumlah anak 1 orang yaitu 31,5%, dengan jumlah anak 3 orang yaitu 15,4%, jumlah

anak 4 orang yaitu 10,0%, jumlah anak 5 orang yaitu 3,8% dan yang terkecil dengan jumlah anak 6 orang yaitu 0,8%.

(60)
[image:60.612.105.539.80.707.2]

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Pengetahuan Akseptor KB Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi suntik?

f %

Suntikan Hormonal mencegah kehamilan: Tahu Tidak tahu 21 109 ,2 83,8

Total 130 100,0

Mencegah masuknya sel sperma kedalam rahim: Tahu Tidak tahu 20 110 15,4 84,6

Total 130 100,0

Mencegah terjadinya kehamilan:

Tahu Tidak tahu 90 40 69,2 30,8

Total 130 100,0

2. Apa jenis-jenis alat kontrasepsi suntik? f %

Penyuntikan 1 bulan sekali: Tahu Tidak tahu 82 48 63,1 36,9

Total 130 100,0

Penyuntikan 2 bulan sekali: Tahu Tidak tahu 6 124 4,6 95,4

Total 130 100,0

Penyuntikan 3 bulan sekali: Tahu Tidak tahu 77 53 59,2 40,8

Total 130 10,0

3. Menurut anda kapan akseptor KB suntik datang untuk kunjungan ulang penyuntikan

f %

Datang tepat waktu saat jadwal ulangan penyuntikan: Tahu Tidak tahu 82 48 63,1 36,9

Total 130 100,0

Datang lebih awal sebelum jadwal ulangan penyuntikan: Tahu Tidak tahu 1 129 0,8 99,0

Total 130 100

Datang sebelum jadwal penyuntikan ulangan: Tahu Tidak tahu 3 127 2,3 97,7

(61)

4. Menurut anda apakah keuntungan menggunakan alat kontrasepsi suntik?

f %

Kesuburan dapat kembali: Tahu Tidak tahu 11 119 8,5 91,5

Total 130 100,0

Sangat efektif: Tahu Tidak t

Gambar

Tabel 5.1.  Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan Harjosari I Tahun 2010
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Pengetahuan Akseptor KB Di Kelurahan  Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.. Teknik

Seperti yang telah tersebut dari permasalahan di atas, Pelabuhan di kota singkawang mengalami permasalahan berupa sudah tidak layaknya bangunan-bangunan pelabuhan yang

Berdasarka Tabel 6, dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Kabupaten Tulang Bawang sudah cukup baik terlihat dari tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang untuk

dan kegiatan ekonomi masyarakat transmigran, analisis potensi ekonomi sumberdaya alam lokal, analisis potensi ekonomi sumberdaya manusia lokal, analisiskondisi

support orang tua yang banyak terjadi kepada para remaja, maka tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui adakah hubungan antara Parental autonomy support atau

Hasil pengamatan tentang durasi makan untuk setiap jenis pakan alami di PKG diketahui bahwa secara umum durasi makan setiap jenis pakan di hutan sekunder relatif

Dengan mesyuarat agung luar biasa Sona yang akan datang tidak lama lagi, pemegang saham perlu mengambil kira sama ada pengambilalihan pada harga diskaun 50% daripada

Berdasarkan lokasi tempat tinggal, responden di kota dan di luar kota dalam menilai sembilan atribut pelayanan memiliki tingkat kepuasan yang sama, yaitu antara puas dan cukup