TUGAS AKHIR
STUDI PEMASANGAN TAPPING PADA TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI TIGA PHASA
(Aplikasi pada PT. MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik
Elektro
Oleh
NIM: 030402081 JUNI H. SITORUS
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
STUDI PEMASANGAN TAPPING PADA TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI TIGA PHASA
(Aplikasi pada PT. MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)
Oleh:
NIM: 030402081 JUNI H. SITORUS
Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro
disetujui oleh: dosen Pembimbing,
NIP: 130365321
Ir. SUMANTRI ZULKARNAEN
Diketahui oleh:
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
NIP: 131459555 Ir. NASRUL ABDI, MT
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
i ABSTRAK
Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini
mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.
Kerugian tersebut disebabkan oleh saluran yang cukup panjang. Sehingga dalam
penyaluran daya listrik melalui transmisi maupun distribusi akan mengalami
tegangan jatuh (drop Voltage) sepanjang saluran yang dilalui. Ada beberapa cara
yang dilakukan untuk memperbaiki jatuh tegangan, salah satunya dengan
pemasangan tapping pada transformator distribusi.
Tapping transformator dibuat pada sisi tegangan tinggi dan dibagi dalam
lima bagian. Mengubah posisi tapping sama dengan mengubah jumlah belitan
primer dan dikendalikan oleh tap changer. Perubahan nilai N1(jumlah belitan
primer) akan mempengaruhi rasio perbandingan belitan transformator. Perubahan
rasio perbandingan belitan ini menyebabkan perubahan tegangan pada sisi
tegangan tinggi sementara tegangan rendahnya konstan. Setelah tapping selesai
dibuat, dilakukan pengujian untuk mengetahui rugi-rugi transformator. Dari hasil
pengujian diperoleh bahwa rugi-rugi transformator pada setiap variasi tapping
masih pada batas yang ditentukan.
ii
KATA PENGANTAR
Segala pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan atas segala kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Studi
Pemasangan Tapping Pada Transformator Distribusi Tiga Phasa”.
Penulisan Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus
diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata
Satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis
banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan
setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnaen, sebagai dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas
segala bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
2. Bapak Ir. Arman Sani, MT, selaku dosen wali yang membantu dan
memberikan motivasi selama mengikuti perkuliahan di USU.
3. Bapak Ir, Nasrul Abdi, MT selaku Ketua Departemen Teknik Elektro
FT-USU dan Bapak Rahmat Fauzi, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik
Elektro FT- USU.
4. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro FT-USU yang telah
mendidik penulis menuju jenjang sarjana.
iii 5. Seluruh Staf Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU yang telah
membantu penulis dalam urusan adaministrasi.
6. Bapak Ir. Herbeth L. Tobing, selaku Pimpinan PT. Morawa Electric
Transbuana.
7. Bapak Ir. Francis S. Rajagukguk, selaku pembimbing di lapangan yang
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
melakukan penelitian di PT Morawa Elektrik Transbuana.
8. Keluargaku yang kukasihi: ayah, ibu, adikku: Jonson Sitorus dan abangku:
Desson Sitorus atas doa dan kasih sayangnya.
9. Teman-teman mahasiswa angkatan ’03 Teknik Elektro USU: L’Buhari,
L’Juanda, L’Ardi, L’Hotdes, L’Jamil, Pra’Eno, Pra’Roni, Pra’Horas dan
teman-teman yang lain.
10.Abang-abang senior dan adik-adik junior yang telah mau berbagi ilmu dan
pengalaman kepada penulis.
11.Sahabatku Vivi, yang banyak memberikan wejangan dan motivasi kepada
penulis.
12.Teman-teman kost ’97: Pra’Oon, Rendi, Ganda, Dalil, L’Rinto, Alen, Manik
dan teman-teman yang lainnya.
13.Appra terbaik: Pra’Thamrin yang banyak memberikan motivasi dan lawakan
kepada penulis.
14.Teman-teman Jl. Pembangunan USU: B’Icung dewa mabuk, B’Mahamad
patner catur, Pal’Very sang pemimpi dan teman-teman yang lainnya.
iv Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih lauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Desember 2008
Juni H. Sitorus
v
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... v
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Tujuan Penulisan ... 2
I.3 Batasan Masalah ... 2
I.4 Manfaat Penulisan ... 3
I.5 Metode Penulisan ... 3
I.6 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TRANSFOMATOR II.1 Umum ... 5
II.2 Konstruksi Transformator ... 6
II.3 Prinsip Kerja ... 8
II.2 Keadaan Transformator Tanpa Beban ... 9
II.3 Keadaan Transformator Berbeban ... 12
II.4 Rangkaian Ekivalen Transformator ... 13
II.4.1 Pengukuran Beban Nol ... 15
II.4.2 Pengukuran Hubung Singkat ... 17
II.5 Diagram Vektor Beban Pada Transformator ... 18
II.5.1 Hubungan Tanpa Beban ... 18
II.5.2 Transformator Berbeban ... 20
vi
II.5.2.1 Beban Tahanan Murni ... 20
II.5.2.2 Beban indukt if ... 21
II.5.2.3 Beban Kapasitif ... 22
II.6 Rugi-rugi dan Efisiensi ... 23
II.6.1 Rugi Tembaga (Pcu) ... 24
II.6.2 Rugi Besi (Pi) ... 24
II.6.3 Efisiensi ... 25
II.7. Transformator Tiga Phasa ... 25
II.7.1 Umum ... 25
II.7.2 Konstruksi Transformator Tiga Phasa ... 26
II.7.3 Hubungan Tiga Phasa Dalam Transformator ... 27
II.7.4 Jenis-Jenis Hubungan Belitan Transformator Tiga Phasa ... 29
II.7.5 Vektor Group ... 34
BAB III TAPPING III.1 Umum ... 36
III.2 Prinsip Kerja Tapping ... 37
III.3 Tap Changer Tanpa Beban ... 39
III.4 Tap Changer Berbeban ... 41
III.4.1Variasi Tegangan Selama Perubahan Tapping ... 45
BAB IV PEMASANGAN TAPPING PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA PHASA IV.1 Umum ... 47
IV.2 Penggulungan Kumparan (Coil Winding) ... 48
IV.2.1 Belitan pada Sisi Sekunder ... 48
IV.2.2 Belitan Pada Sisi Primer ... 50
vii
IV.3 Penyambungan Hubungan Antar Kumparan (Coil Assembly) ... 52
IV.4 Pengujian Transformator ... 54
IV.4.1. Pengujian Beban Nol ... 54
IV.4.1. Pengujian Hubung Singkat... 56
IV.5 Peralatan Pengujian ... 57
IV.6 Rangkaian Pengujian Beban Nol ... 57
IV.7 Prosedur Pengujian Beban Nol... 57
IV.8 Data Hasil Pengujian Beban Nol ... 58
IV.9 Rangkaian Pengujian Hubung Singkat ... 60
IV.10 Prosedur Pengujian Hubung Singkat ... 60
IV.11 Data Hasil Pengujian Hubung Singkat ... 61
IV.12 Pemanfaatan Tapping Pada Jaringan Distribusi ... 69
BAB V KESIMPULAN ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
i
ABSTRAK
Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini
mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik.
Kerugian tersebut disebabkan oleh saluran yang cukup panjang. Sehingga dalam
penyaluran daya listrik melalui transmisi maupun distribusi akan mengalami
tegangan jatuh (drop Voltage) sepanjang saluran yang dilalui. Ada beberapa cara
yang dilakukan untuk memperbaiki jatuh tegangan, salah satunya dengan
pemasangan tapping pada transformator distribusi.
Tapping transformator dibuat pada sisi tegangan tinggi dan dibagi dalam
lima bagian. Mengubah posisi tapping sama dengan mengubah jumlah belitan
primer dan dikendalikan oleh tap changer. Perubahan nilai N1(jumlah belitan
primer) akan mempengaruhi rasio perbandingan belitan transformator. Perubahan
rasio perbandingan belitan ini menyebabkan perubahan tegangan pada sisi
tegangan tinggi sementara tegangan rendahnya konstan. Setelah tapping selesai
dibuat, dilakukan pengujian untuk mengetahui rugi-rugi transformator. Dari hasil
pengujian diperoleh bahwa rugi-rugi transformator pada setiap variasi tapping
masih pada batas yang ditentukan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Sistem tipikal tenaga listrik memiliki empat unsur utama yaitu: pembangkit
tenaga listrik, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban atau pengguna tenaga
listrrik. Perkembangan sistem kelistrikan saat ini telah mengarah pada peningkatan
efisiensi dan mutu tegangan dalam penyaluran energi listrik. Peningkatan efisiensi
dan mutu tersebut dapat dimulai dari pembangkitan, transmisi dan distribusi. Pada
sisi distribusi, peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan cara mengurangi
terjadinya jatuh tegangan pada saluran dengan memberikan tingkat tegangan yang
aman bagi peralatan pelanggan.
Besarnya tegangan yang diterima oleh konsumen listrik tidaklah sama, hal ini
terjadi karena adanya impedansi dari jaringan. Oleh karena itu, jatuh tegangan selalu
ada pada setiap bagian dari sistem tenaga, mulai dari sumber sampai ke pelanggan.
Jatuh tegangan berbanding lurus dengan besarnya arus dan sudut phasanya. Dengan
pemasangan tapping pada transforrmator distribusi maka tegangan primer dapat
dinaikkan maupun diturunkan sehingga tegangan sekunder tetap konstan. Oleh
karena itu, tegangan yang sampai pada pelanggan dapat dikendalikan.
Adapun tujuan pengendalian tegangan sistem dengan menggunakan tap
changer adalah agar penggunaan daya dan tegangan menjadi lebih ekonomis yang
maksudnya tegangan yang digunakan sesuai dengan tegangan yang di desain dari
peralatan yang dipakai, sampai pada suatu batas tertentu.
2 Tulisan ini menganalisa pemasangan tapping dan rugi-rugi transformator
distribusi karena pemasangan alat tersebut. Sehingga tegangan keluaran dari
transformator distribusi tiga phasa dapat dikendalikan.
I.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Mengetahui cara pemasangan tapping pada sisi tegangan tinggi
transformator distribusi tiga phasa.
2. Mengetahui rugi - rugi transformator distribusi tiga phasa dengan variasi
tapping.
I.3. Batasan Masalah
Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan tujuan penulisan serta
terfokus pada judul dan bidang yang telah disebutkan diatas, maka penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu :
1. Transformator yang dipergunakan adalah transformator distribusi tiga
phasa buatan PT. MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA dengan rating
sebagai berikut:
• Transformator tiga phasa : 160 KVA ; 50 Hz
Hubungan : Y-Zn5
Primer : 20 KV
Sekunder : 400 V
2. Data - data yang diperlukan diambil melalui penelitian di PT. MORAWA
ELEKTRIK TRANSBUANA.
3 3. Tidak membahas hal-hal yang menyebabkan perubahan tegangan pada
jaringan.
I.4. Manfaat Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Memperdalam pengetahuan tentang Transformator.
2. Memberikan pemahaman tentang pemasangan tapping pada transformator
distribusi tiga phasa.
3. Mengetahui rugi-rugi transformator distribusi tiga phasa dengan variasi
tapping.
I.5. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Studi literatur
Penulis melakukan penulisan berdasarkan studi kepustakaan dan
kajian dari teks pendukung yang dapat menunjang penulisan tugas akhir ini.
2. Studi bimbingan
Penulis melakukan diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing
dan staf pengajar pada Departemen Teknik Elektro FT-USU lainnya
mengenai masalah yang timbul selama penulisan tugas akhir ini
berlangsung.
3. Studi lapangan
Melakukan pengamatan dan percobaan di PT. MORAWA
ELEKTRIK TRANSBUANA untuk mendapatkan data- data yang dibutuhkan
selama penulisan tugas akhir ini.
4
I.6 Sistematika Penulisan
Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:
ABSTRAK
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, manfaat penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II. TRANSFORMATOR
Bab ini menjelaskan tentang transformator secara umum, konstruksi,
prinsip kerja, rangkaian ekivalen, diagram vektor transformator, rugi-rugi dan
efisiensi, transformator tiga phasa.
BAB III. TAPPING
Bab ini menjelaskan tentang tapping secara umum, tapping tanpa
beban dan tapping berbeban.
BAB IV. STUDI PEMASANGAN TAPPING PADA TRNSFORMTOR
DISTRIBUSI TIGA PHASA
Bab ini menjelaskan umum, spesifikasi peralatan, pemasangan
tapping tanpa beban, percobaan-percobaan, pengukuran dan analisa data.
BAB V. KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh penulis dari hasil
pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB II
TRANSFORMATOR
II.1. Umum
Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan
dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain dengan nilai yang sama maupun berbeda besarnya pada
frekuensi yang sama, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi elektromagnetik. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang
terbuat dari besi berlapis, dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan
kumparan sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari rasio jumlah
lilitan pada kedua kumparan itu. Biasanya kumparan terbuat dari kawat tembaga
yang dililitkan pada kaki inti transformator.
Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya,
kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak jauh. Penggunaan
transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan salah satu alasan penting
dalam pemakaiannya pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik, karena arus
bolak–balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan penyaluran tenaga
listrik. Pada penyaluran tenaga listrik arus bolak-balik terjadi kerugian energi sebesar
watt. Kerugian ini akan banyak berkurang apabila tegangan dinaikkan setinggi
6 mempergunakan tegangan yang tinggi. Hal ini dilakukan terutama untuk mengurangi
kerugian energi yang terjadi, dengan cara mempergunakan transformator untuk
menaikkan tegangan listrik di pusat listrik dari tegangan generator yang biasanya
berkisar antara 6 kV sampai 20 kV pada awal transmisi ke tegangan saluran transmisi
antara 100 kV sampai 1000 kV, kemudian menurunkannya lagi pada ujung akhir
saluran ke tegangan yang lebih rendah.
Transformator yang dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan
transformator tenaga. Disamping itu ada jenis–jenis transformator lain yang banyak
dipergunakan dan pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil.
Misalnya transformator yang dipakai di rumah tangga untuk menyesuaikan tegangan
dari lemari es dengan tegangan yang berasal dari jaringan listrik umum,
transformator yang dipakai pada lampu TL dan transformator–transformator “mini”
yang dipergunakan pada berbagai alat elektronik, seperti pesawat penerima radio,
televisi, dan sebagainya.
II.2. Konstruksi Transformator
Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang
dibelitkan pada inti ferromagnetik. Transformator yang menjadi fokus bahasan disini
adalah transformator daya.
Konstruksi transformator daya ada dua tipe yaitu tipe inti (core type) dan tipe
cangkang (shell type). Kedua tipe ini menggunakan inti berlaminasi yang terisolasi
7
Tipe inti (Core form)
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan
kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe
inti, kumparan mengelilingi inti besi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1
Inti
Kumparan
Gambar 2.1 Konstruksi transformator tipe inti (core form)
Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf U atau huruf
L, dapat kita lihat pada gambar 2.2
Gambar. 2.2 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk U dan L
Tipe cangkang (Shell form)
Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk
dari lapisan inti berisolasi dan kumparan dibelitkan di pusat inti, dapat dilihat pada
8 Gambar 2.3 Transformator tipe cangkang (shell form)
Pada transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh
inti. Sedangkan konstruksi intinya pada umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau
huruf F seperti terlihat pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F
II.3. Prinsip Kerja Transformator
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks
9 membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan
terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan
primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan
timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika
rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan
(secara magnetisasi).
dt d N
e=− φ Volt ... (2.1 )
Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]
N = jumlah lilitan
dt dφ
= perubahan fluks magnet
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi
reluktansi ( tahanan magnetis ) dari rangkaian magnetis ( common magnetic circuit )
II.3.1. Keadaan transformator tanpa beban
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
10 dengan menganggap belitan N1 reaktif murni, I0 akan tertinggal 900 dari V1. Arus
primer I0menimbulkan fluks (Ф) yang sephasa dan juga berbentuk sinusoid.
φ
V1
I1
N1 E
1 E2 N2 V2
Gambar 2.5 Transformator dalam keadaan tanpa beban
t
ω
sin
max
Φ =
Φ Wb ... (2.2)
Fluks yang sinusoidal ini akan menghasilkan tegangan induksi е1 (Hukum
Faraday).
dt d N e1 =− 1. Φ
dt t d
N
e1 1 maxsinω Φ
− =
t N
e1 =− 1ω Φmaxcosω (tertinggal 900dari Ф) ... (2.3)
) 90 sin(
max 1
1 =N Φ wt−
e ω
Dimana : e1 = Gaya gerak listrik induksi
N1 = Jumlah belitan di sisi primer
ω = Kecepatan sudut putar
11 Harga efektif: 2 max 1 1 Φ = Nω
E 2 2 max 1 1 Φ
= N f
E π 2 14 , 3 2 max 1 1 Φ
= N x f
E 2 28 , 6 max 1 1 Φ
= N f
E
max 1 1 =4,44N fΦ
E (volt) ... (2.4)
Dimana : E1 = Gaya geraqk listrik induksi (efektif)
f = Frekuensi
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan akan terdapat hubungan:
a N N V V E E = = = 2 1 2 1 2
1 ... .(2.5)
Dimana : E1 = GGL induksi di sisi primer (volt)
E2 = GGL induksi di sisi sekunder (volt)
V1 = Tegangan terminal di sisi primer (volt)
V2 = Tegangan terminal di sisi sekunder (volt)
N1 = Jumlah belitan di sisi primer
N2 = Jumlah belitan di sisi sekun
12
II.3.2. Keadaan transformator berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, akan mengalir
arus I2 pada kumparan sekunder, dimana
L
Z V
I 2
2 = .
φ1
φ2
V1
I1
N1 E1 E2
N2
I2
V2 ZL
φ , 2
Gambar 2.6 Transformator dalam keadaan berbeban
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir
arus I2’, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga
keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:
'
2 0
1 I I
I = + (ampere) ... (2.6)
Bila komponen arus rugi tembaga (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga:
'
2
1 I I
I = m+ (ampere) ... (2.7)
Dimana: I1 = arus pada sisi primer
I0 = arus penguat
Im = arus pemagnetan
13
II.4. Rangkaian Ekivalen Transformator
Fluks yang dihasilkan oleh arus pemagnetan Im tidak seluruhnya merupakan
Fluks Bersama (ФM), sebagian darinya hanya mencakup kumparan pimer (Ф1) atau
mencakup kumparan sekunder (Ф2) saja dalam model rangkaian ekivalen yang
dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor Ф1 dengan
mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi X1 dan fluks
bocor Ф2 dengan mengalami proses transformasi dapat ditunjukan sebagai reaktansi
X2 sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2, dengan demikian model
rangkaian dapat dituliskan seperti gambar 2.7
AC
I
1 R1 X1I
2'
I0
Im
I
cN1 N2
I
2 R2 X2Z
LXm Rc
Gambar 2.7 Rangkaian ekivalen sebuah transformator
V1= I1R1+I1X1+E1
E1= aE2
E2= I2R2+I2X2+V2
I2= aI’2
V1= I1R1+I1X1+a(I2R2+I2X2+V2)
V1= I1R1+I1X1+aI2R2+aI2X2+aV2
V1= I1R1+I1X1+a(aI’2R2)+a(aI’2X2)+aV2
14 V1= I1R1+I1X1+I’2(a2R2+a2X2)+aV2 ... (2.8)
Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer,
harganya perlu dikalikan dengan faktor a2, dimana a = E1/E2. Sekarang model
rangkaian menjadi sebagai terlihat pada gambar berikut.
AC
I
1 R1 X1I
2'
I0
Im
I
cXm Rc
a2R2 a 2
X2
a2Z aV2
Gambar 2.8 Penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
Untuk memudahkan perhitungan, model rangkaian tersebut dapat diubah
menjadi seperti gambar dibawah ini.
AC
I1 I’2 R1 X1 a 2R
2 a
2 X 2
a2Z
2 aV2 Im
Rc Ic Xm
Gambar 2.9 Parameter sekunder pada rangkaian primer
Maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut :
Rek = R1 + a2R2 (ohm)...(2.9)
15 Sehingga rangkaian di atas dapat diubah seperti gambar di bawah ini :
AC
I1 I’2 Rek Xek
a2Z
2 aV2
Im
Rc Ic
Xm
Gambar 2.10 Hasil akhir penyederhanaan rangkaian ekivalen transformator
Parameter transformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian
ekivalen) Rc, Xm, Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan dua macam
pengukuran yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.
II.4.1. Pengukuran beban nol
Rangkaian pengukuran beban nol atau tanpa beban dari suatu transformator
dapat ditunjukkan pada gambar 2.11. Umumnya untuk pengukuran beban nol semua
instrumen ukur diletakkan di sisi tegangan rendah (walaupun instrumen ukur
terkadang diletakkan di sisi tegangan tinggi), dengan maksud agar besaran yang
diukur cukup besar untuk dibaca dengan mudah.
AC V
A W
N1 N 2
16 Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer di hubungkan dengan
sumber tegangan V1, maka akan mengalir arus penguat I0. Dengan pengukuran daya
yang masuk (P0), arus penguat I0 dan tegangan V1 maka akan diperoleh harga:
0 2 1
P V
Rc = ... (2.11)
m c
c m
jX R
R jX I
V Z
+ = =
0 1
0 ... (2.12)
Dimana : Z0 = impedansi beban nol
Rc = tahanan beban nol
Xm = reaktansi beban nol
Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui harga Rc dan
Xm. Rangkaian ekivalen dari pengukuran beban nol dapat dilihat pada gambar 2.12.
di bawah ini. Dari gambar rangkaian ekivalen tersebut dapat kita lihat bahwa:
I 0 Rek Xek
I ek
Ic I m
Rc X m
V1
17
II.4.2. Pengukuran hubung singkat
Hubungan singkat berarti impedansi beban ZL diperkecil menjadi nol,
sehingga hanya impedansi Zek = Rek + j Xek yang membatasi arus.
Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil maka harus dijaga agar tegangan
masuk (Vsc) cukup kecil, sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus nominal.
Harga Iek akan relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan arus nominal, sehingga
pada pengukuran ini dapat diabaikan.
AC V
A W
N1 N 2 A
Gambar 2.13 Pengukuran hubung singkat
Dengan mengukur tegangan Vsc, arus Isc dan daya Psc, akan dapat dihitung
parameter:
I sc R ek X ek
V sc
Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen pengukuran hubung singkat
2
) ( sc
sc ek
I P
R = (ohm) ... (2.13)
ek ek
sc sc
ek R jX
I V
18 (ohm) ... (2.15)
II.5. Diagram Vektor Transformator
Diagram vektor adalah penggambaran hubungan antara fluks magnet,
tegangan dan arus yang mengalir dalam bentuk vektor. Hubungan yang terdapat di
antara harga-harga tersebut akan tergantung pada sifat beban, impedansi lilitan
primer dan sekunder serta rugi-rugi transformator.
II.5.1 Hubungan Tanpa Beban
Apabila transformator tidak dibebani, arus yang mengalir dalam
transformator hanyalah arus pemagnetan ( Io ) saja.
Dalam hal ini :
1. Fluks magnet ( Φo ) sephasa dengan arus primer tanpa beban ( Io ) dan
ketinggalan 90o terhadap tegangan sumber ( V1 ).
2. Gaya gerak listrik induksi pada primer ( E1 ) besarnya sama, tetapi berbeda
phasa 180o terhadap tegangan sumber ( V1 ).
3. Gaya gerak listrik induksi pada sekunder ( E2 ) = a E1 , ketinggalan 90o
terhadap fluks magnet (Φo ).
Dalam penggambaran, V1 = - E1, dengan menganggap :
1. Rugi - rugi karena arus pusar dan rugi – rugi hysterisis di dalam inti besi
tidak ada.
2. Rugi – rugi tahanan pada kawat tembaga tidak ada.
19 Karena transformator tidaklah mungkin ideal, maka rugi – rugi yang ada
harus diperhitungkan yaitu :
1. Arus primer tanpa beban ( Io ) sephasa dengan fluks magnet (Φo ),
sebenarnya mendahului sebesar φe sehingga arus primer tanpa beban dapat
diuraikan atas dua komponen, yaitu :
Io = Im + Ih + e ………( 2.16 )
0
E E
E1 0 2
90 90
1 V1 =
-I 0
Φ
Gambar 2.15 Diagram vektor transformator ideal tanpa beban
2. Besarnya ggl induksi E1 tidak lagi sama dengan V1, tetapi harus
diperhitungkan terhadap penurunan tegangan karena adanya impedansi
kumparan primer Z1 , sehingga diperoleh hubungan :
V1 = ( -E1 ) + Io ( R1 + jX1 ) ... (2.17 )
Dimana : R1 : tahanan kumparan primer
20
E E
E
2
1 0 1
V1
-I 0 I M
I h+e R1
I 0 X1
I 0
Φ
Gambar 2.16 Diagram vektor transformator tak ideal tanpa beban
II.5.2 Transformator Berbeban
II.5.2.1. Beban Tahanan Murni
Pada kumparan sekunder transformator terdapat R2 dan X2. Bila kumparan
sekunder dihubungkan dengan tahanan murni R, maka dalam kumparan sekunder
mengalir arus sebesar I2. Arus ini akan berbeda phasa sebesar φ2 terhadap E2 akibat
adanya reaktansi kumparan sekunder ( X2 ).
V
1E
1E
2V
2I
1I
2R
2X
2R
LGambar 2.17 Transformator berbeban tahanan murni
21
(
)
(
)
[
2 2]
2 2 2 2 2 2 2 2 jX R R I E V R jX R I E V L L + + − = + + −
= ... ( 2.18 )
L R R X tg + = 2 2 2
θ ... ( 2.19)
Untuk melukiskan diagram vektornya, maka diambil E2 sebagai dasarnya.
E E E 2 1 0 1 V1
-I 0 I M
I h+e R1
I 1
X1 I 1
- I 2 I 1 I 2 V 2 X 2 I 2 R 2
I 2 ( + )R L
ϕ
Φ
θ
12
θ
1ϕ
2 = 0Gambar 2.18 Vektor diagram Transformator berbeban tahanan murni
II.5.2.2. Beban Induktif
Apabila transformator berbeban induktif, berarti pada sekunder transformator
terdapat R2 + jX2 dan RL + jXL. Dengan adanya harga-harga tersebut akan
menyebabkan pergeseran phasa antara I2 dan Essebesar θ2. Dimana:
L L R R X X tg + + = 2 2 2
θ ... ( 2.20)
Dan dengan adanya harga-harga tersebut diatas juga menyebabkan
pergeseran phasa antara I2 dan V2sebesar φ2, dimana:
L L
R X
22 Oleh karena beban induktif, maka I2 ketinggalan terhadap E2. Dengan
mengambil E2 sebagai dasar melukiskan diagram vektor dan harga E1 = a E2 , maka
diagram vektor dapat dilukiskan sebagai berikut :
Φo
Im
E1 E2
I2X2 φ2
I2
Ih + e
Io
-I2
I1
φ1
-E1
I1R1
I1X1
V1
θ2
V2 I
2R2
I2XL
[image:32.595.145.530.208.369.2]I2RL
Gambar 2.19 Vektor diagram Transformator berbeban induktif
II.5.2.3. Beban Kapasitif
Dengan adanya beban kapasitif pada transformator menyebabkan pergeseran
phasa antara I2 dan E2 sebesar θ2.
L L R R X X tg + − = 2 2 2
θ ... ( 2.22 )
Dan juga menyebabkan pergeseran phasa antara I2 dan V2sebesar φ2.
L L
R X
23
Φo
Im
E1
E2
I2X2
φ2
I2
Ih + e
Io
-I2
I1
φ1
-E1
I1R1
I1X1
V1
θ2
V2
I2R2
I2XL
I2RL
φo
Gambar 2.20 Vektor diagram Transformator berbeban kapasitif
II.6. Rugi – Rugi dan Efisiensi
Kumparan sekunder Kumparan
primer
Fluks
bersama Pout
Rugi tembaga Rugi tembaga
Rugi besi: rugi histeresis dan
[image:33.595.133.525.128.333.2]rugi arus eddy P in
24
II.6.1. Rugi Tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sebagai
berikut :
Pcu = I2 R (watt)………..(2.24)
Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban berubah–
ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban.
II.6.2. Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri atas :
• Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada inti besi
yang dinyatakan sebagai :
Ph = kh f Bmaks1.6 ( watt ) ...(2.25)
Kh = konstanta
Bmaks = Fluks maksimum ( weber )
• Rugi arus eddy , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Pe = ke f2 Bmaks2 ...(2.26)
Ke = Konstanta
Bmaks = Fluks maksimum (weber)
Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :
25
II.6.3. Efisiensi
Efisiensi dinyatakan sebagai :
...(2.28)
Pin = Daya input transformator
Pout = Daya output transformator
∑ rugi-rugi = Pcu + Pi
II.7. Transformator Tiga Phasa
II.7.1. Umum
Pada prinsipnya transformator tiga phasa sama dengan transformator satu
phasa, perbedaannya adalah seperti perbedaan sistem listrik satu phasa dengan listrik
tiga phasa, yaitu mengenal sistem bintang ( Y ) dan segitiga ( ), serta sistem
zig-zag ( Z ), dan juga sistem bilangan jam yang sangat menentukan untuk kerja paralel
transformator tiga phasa. Untuk menganalisa transformator daya tiga phasa
dilakukan dengan memandang atau menganggap transformator tiga phasa sebagai
transformator satu phasa, teknik perhitungannya pun sama, hanya untuk nilai akhir
biasanya parameter tertentu ( arus, tegangan dan daya ) transformator tiga phasa
dikaitkan dengan nilai .
Transformator tiga phasa ini dikembangkan dengan alasan ekonomis, biaya
lebih murah karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan tiga buah
26 transformator daya tiga phasa, lebih ringan dan lebih kecil sehingga mempermudah
pengangkutan ( menekan biaya pengiriman ), pengerjaannya lebih cepat, serta untuk
menangani operasinya hanya satu buah transformator yang perlu mendapat perhatian
(meringankan pekerjaan perawatan).
II.7.2. Konstruksi Transformator Tiga Phasa
Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti,
rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Dua jenis
konstruksi yang biasa dipergunakan diperlihatkan pada gambar 2.22 dan 2.23 berikut
ini.
N p 1
N s1
N p 2
N s2
N p 3
N s3
[image:36.595.175.470.384.613.2]
27
N p1 N p2 N p3
N s1 N s2 N s3
Gambar 2.23 Transformator 3 Phasa Tipe Cangkang
Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan pada setiap kaki
transformator. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki
tengah dari inti. Kebanyakan fluks terkurung dalam inti dan karena itu dirangkum
oleh kedua kumparan. Meskipun fluks bocor yang dirangkum salah satu kumparan
tanpa dirangkum yang lain merupakan bagian kecil dari fluks total, ia mempunyai
pengaruh penting pada perilaku transformator. Kebocoran dapat dikurangi dengan
membagi-bagi kumparan dalam bagian-bagian yang diletakkan sedekat mungkin satu
sama lainnya.
II.7.3. Hubungan Tiga Phasa Dalam Transformator
Secara umum hubungan belitan tiga phasa terbagi atas dua jenis, yaitu
hubungan wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini
memiliki karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda. Baik sisi primer
maupun sekunder masing-masing dapat dihubungkan wye ataupun delta. Kedua
hubungan ini dapat dijelaskan secara terpisah, yaitu :
28 Hubungan ini dapat dilakukan dengan menggabungkan ketiga belitan
transformator yang memiliki rating yang sama.
Z A
Z B Z C
In
A
B
C N Ia
Ib
Ic
Gambar 2.24 Hubungan Wye
Dari gambar diatas dapat diketahui sebagai berikut,
Ia = Ib = Ic = IL (ampere)…….………( 2.29 )
IL = Iph (ampere)..………..………...( 2.30 )
Dimana : IL = Arus line
Iph = Arus phasa
Dan,
VAB = VBC = VCA = VL-L (volt)
VL-L = √3 Vph (volt)...……….………...(2.31)
Dimana : VL-L = Tegangan line to line
Vph = Tegangan line to netral
2. Hubungan delta (Δ)
Hubungan delta ini juga mempunyai tiga buah belitan dan masing-masing
29
A
B
C
I
aI
bI
cZ
AZ
BZ
CGambar 2.25 Hubungan Delta
Dari gambar diatas dapat kita ketahui sebagai berikut,
Ia = Ib = Ic = IL (ampere)…….……….….…...( 2.32 )
IL = √3 Iph (ampere)...……….…...( 2.33 )
Dimana : IL = Arus line
Iph = Arus phasa
Dan,
VAB = VBC = VCA = VL-L (volt)………...….( 2.34 )
VL-L = Vph (volt)……....………..…….( 2.35 )
Dimana : VL-L = Tegangan line to line
Vph = Tegangan phasa
II.7.4. Jenis-Jenis Hubungan Belitan Transformator Tiga Phasa
Pada transformator tiga phasa terdapat dua hubungan belitan utama yaitu
hubungan delta dan hubungan bintang dengan kombinasi Y - Y, Y - Δ, Δ - Y, Δ - Δ,
30 (zig-zag), sehingga diperoleh kombinasi Δ - Z dan Y – Z. Hubungan zig-zag ( Z )
merupakan sambungan bintang “istimewa”, hubungan ini dibuat dengan
menambahkan kumparan yang dihubungkan secara segitiga pada kumparan sekunder
yang dihubungkan secara bintang. Berikut ini pembahasan hubungan transformator
tiga phasa secara umum:
1. Hubungan Wye-Wye ( Y-Y )
Hubunangan ini ekonomis digunakan untuk melayani beban yang kecil
dengan tengangan transformasi yang tinggi. Hubungan Y-Y pada transformator tiga
phasa dapat dilihat pada Gambar 2.26 berikut ini.
. .
. .
. .
a a'
b b'
c c'
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3
VLP V
LS
VΦp VΦs
Gambar 2.26 Transformator Hubungan Y-Y
Pada hubungan Y-Y , tegangan primer pada masing-masing phasa adalah
3 / V =
VφP LP ………....( 2.36)
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan
perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada
31 a
= V 3
V 3 = V V
S φ
P φ
LS LP
……….…...( 2.37 )
2. Hubungan Wye-Delta ( Y-Δ )
Digunakan sebagai penaik tegangan untuk sistem tegangan tinggi.
Hubungan Y-Δ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 2.27
berikut ini.
. .
. .
. .
a a'
b b'
c c'
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3
VLP VLS
VΦp
[image:41.595.213.421.309.546.2]VΦs
Gambar 2.27 Transformator Hubungan Y- Δ
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan
phasa primer VLP = 3VφP dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan
tegangan phasa VLS = VφS. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada
32 a V V V V S P LS LP 3 3 = = φ φ
………( 2.38 )
3. Hubungan Delta – Wye (Δ – Y )
Umumnya digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan transmisi ke
[image:42.595.192.447.278.504.2]tegangan rendah. Hubungan Δ – Y pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada
Gambar 2.27 dibawah ini.
VLS . . . . . . a a' b b' c c'
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3
VLP VΦp VΦs
Gambar 2.28 Transformator hubungan Δ – Y
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa
primer VLP = VΦP dan tegangan sisi sekunder VLS = 3VφS. Maka perbandingan
tegangan pada hubungan ini adalah :
3 3 a V V V V S P LS
LP = =
φ
φ ………..…...( 2.39 )
33
Hubungan Δ–Δ ini pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar
2.28 berikut :
VLS
. .
. .
. .
a a'
b b'
c c'
Np1 N
s1
Ns2
Ns3 Np2
Np3
[image:43.595.206.435.171.382.2]VLP VΦp VΦs
Gambar 2.29 Transformator hubungan Δ – Δ
Pada hubungan ini, tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk
primer dan sekunder transformator VAB = VBC = VAC = VLN. Maka hubungan
tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :
VL-L = VL-N (volt) ...( 2.40 )
VAB = VBC = VAC (volt) ...( 2.41 )
Dimana : VL-L = Tegangan line to line
VL-N = Tegangan line to netral
Sedangkan arus pada transformator tiga phasa hubungan delta dapat
dituliskan sebagai berikut :
IL = 3 Ip (ampere)...( 2.42 )
Dimana : IL = Arus line
34
II.7.5. Vektor Group
Selain dibagi atas berbagai hubungan diatas, hubungan tersebut masih dibagi
lagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan besarnya pergeseran phasa, yang dikenal
sebagai bilangan jam. Adapun pembagian grup/kelompoknya adalah berdasarkan
penunjukan jarum jam dari vektornya, contoh pegelompokannya dapat dilihat pada
gambar berikut:
12 1
2 11
10
9 3
6 7
8
5 4 150
Dy5
Yd5
Yz5 Kelompok jam 5 ( 150 )
Beda sudut fasa = 5 x 30 = 150
Gambar 2.30 Bilangan jam
Ketentuan-ketentuan dalam penetuan angka jam vektor grup transformator antara
lain:
1. ... Ketiga phasa
tegangan dianggap berselisih 120 o.
2. ... Setiap belitan
pada kaki transformator yang sama dianggap mempunyai arah belitan yang
35 3. ... Tegangan
belitan tegangan tinggi vektornya dianggap merupakan jarum panjang dan
tegangan rendah merupakan jarum pendek dari sebuah jam.
4. ... Pembacaan
angka jam harus dari penamaan serupa.
Bilamana kita meninjau hubungan belitan transformator tiga phasa maka akan
dapat digambarkan diagram vektornya seperti gambar 2.30 dan gambar 2.31 berikut
ini.
t s
r
T S
R R
S T
r
s t
R
S s
r
36
t s
r
T S R
R
S T
r1
s2
s1 t1
t2
r2
t
s
r R
[image:46.595.149.485.115.318.2]S T
37
BAB III
TAPPING
3.1. Umum
Peralatan modern yang menggunakan energi listrik didisain untuk beroperasi
dengan memuaskan pada level tegangan tertentu. Oleh karena itu, yang terpenting
menjaga tegangan terminal konsumen sampai pada batas yang ditentukan. Tegangan
keluaran atau tegangan terminal konsumen dapat dikendalikan dengan pemasangan
tapping pada sisi primer atau pada sisi sekunder. Perubahan posisi tapping
dikendalikan oleh tap changer. Tap changer atau pengubah tapping adalah suatu alat
pengubah tegangan dengan mengubah rasio perbandingan belitan transformator
untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder akibat adanya perubahan tegangan
pada sisi primer.
3.2 Prinsip Kerja Tapping
Prinsip pengaturan tegangan sekunder berdasarkan perubahan jumlah belitan
pirmer atau sekunder. V1,N1 dan V2,N2 adalah parameter primer dan sekunder.
... (3.1)
Dimana: V1 = Tegangan Primer
N1= Belitan primer
38 Jika N1 berkurang, tegangan per belitan (V1/N1) bertambah, sehingga tegangan
sekunder 2
1 1 N
N V
× bertambah. Di sisi lain, jika N2 bertambah sementara N1 tetap,
tegangan sekunder 2
1 1 N
N V
× juga bertambah. Dengan kata lain, pengurangan belitan
primer N1 mempunyai pengaruh yang sama dengan penambahan belitan N2.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan sisi transformator
mana yang akan dibuat tappingnya:
1. Transformator dengan rasio belitan yang besar, disadap pada sisi tegangan
tinggi, karena pengendalian tegangan keluaran lebih halus.
2. Perubahan tapping pada sisi tegangan tinggi menangani arus yang kecil,
walaupun isolasi diperlukan lebih banyak.
3. Pada umumnya belitan tegangan rendah dililit setelah inti, dan belitan
tegangan tinggi dililit setelah belitan tegangan rendah. Oleh karena itu
membuat tapping pada belitan tegangan tinggi lebih mudah.
Tapping dapat dibuat di awal, di akhir dan di tengah belitan transformator,
39
Gaya radial Resultan gaya
Gaya aksial
Gaya radial Resultan gaya
Gaya aksial
[image:49.595.119.519.111.311.2](b) Tap tengah (a) Tap akhir
Gambar 3.1 Tapping akhir dan tapping tengah
Ketika arus pada belitan primer dan sekunder mengalir dengan arah yang
berlawanan. Arus-arus ini berinteraksi dengan fluks bocor diantara kedua belitan dan
menghasilkan gaya radial yang saling tolak-menolak. Gaya radial ini menekan
belitan dalam ke inti dan mendorong belitan luar menjauhi inti. Gaya yang
berlawanan ini akan menimbulkan gaya aksial jika tapping dibuat pada belitan
transformator. Pada gambar diatas, belitan dengan tapping akhir menimbulkan gaya
aksial yang lebih besar dengan belitan dengan tapping tengah. Pada keadaan hubung
singkat, gaya aksial yang timbul akan sangat besar. Sehingga posisi tapping yang
sering dipakai adalah tapping tengah.
Tapping transformator distribusi adalah dari tegangan
nominalnya. Jadi tegangan pada sisi primer transformator distribusi mempunyai 5
tapping yaitu:
Tapping 1 = VN + (0,1 x VN )
40 Tapping 3 = VN
Tapping 4 = VN - (0,05 x VN)
Tapping 5 = VN - (0,1 x VN)
Jumlah belitan transformator distribusi tiga phasa:
• Belitan primer dihubungkan Y
T V V N
3
1 = ... (3.2)
Dimana : V/T = Tegangan per lilitan
• Belitan primer terhubung Δ
T V
V
N1 = ... (3.3)
• Jumlah belitan sekunder per kaki, jika belitan terhubung Z
T V V N
3
2 = ... (3.4)
Jika tap changer didisain beroperasi, ketika transformator di luar rangkaian
disebut tap changer tanpa beban. Tap changer yang didisain beroperasi ketika
transformator dalam rangkaian disebut tap changer berbeban.
3.2.1 Tap Changer Tanpa Beban
Tap changer ini biasanya digunakan pada transformator distribusi, dimana
tegangannya lebih stabil. Sehingga pengaturan tappingnya, dilakukan pada saat
pemasangan transformator ke dalam sistem tenaga listrik dan dalam jangka waktu
41 Terdapat enam stut dari 1-6, belitan disadap dalam enam titik, sama dengan jumlah
stut. Tap changer dihubungkan ke enam titik sadapan melalui stut yang berbentuk
lingkaran. Tap changer transformator dapat ditempatkan dimana saja, bisa di bagian
atas tangki atau tempat yang memungkinkan lainnya. Jarum penunjuk R dapat
diputar melalui pemutar yang ada di luar tangki.
Jika belitan disadap pada interval 2,5%, maka dengan pemutaran jarum
penunjuk R menyebabkan:
1. Pada stut 1, 2 ; belitan penuh dalam rangkaian
2. Pada stut 2, 3 ; 97,5% belitan dalam rangkaian
3. Pada stut 3, 4 ; 95% belitan dalam rangkaian
4. Pada stut 4,5 ; 92,5% belitan dalam rangkaian
5. Pada stut 5,6 ; 90% belitan dalam rangkaian
S
1 2
3 4 5
1 2
3 4 5
1 2
3 4 5
R R R
S
S S
42
1 2
3 4 5
1 2
3 4 5
1 2
3 4 5
R R R
S S
[image:52.595.160.477.109.325.2]S
Gambar 3.3 Penyusunan posisi tap changer tanpa beban yang terhubung
Stut S merupakan posisi akhir dan menjaga jarum penunjuk tidak berputar
penuh. Jika stut S tidak ada, jarum penunjuk R dapat tidak menghubungkan belitan.
Mengubah tapping hanya bisa dilakukan, ketika transformator tidak terhubung
dengan sumber. Seandainya jarum penunjuk R berada pada stut 1 dan 2. Untuk
memindahkannya ke stut 2 dan 3, pertama transformator dilepas dari rangkaian dan
kemudian jarum penunjuk R diputar ke posisi stut 2 dan 3. Setelah itu, transformator
dihubungkan dengan sumber dan sekarang 97,5% saja belitan pada rangkaian.
3.2.2 Tap Changer Berbeban
Pengubah tapping ini biasanya digunakan untuk perubahan tegangan dalam
periode waktu yang singkat. Tegangan keluaran dapat diatur dengan tap changer,
tanpa menyebabkan gangguan terhadap sistem.
Selama operasi tap changer berbeban:
43 2. Tidak ada bagian dari sadapan belitan yang akan terhubung singkat.
Salah satu bentuk tap changer berbeban diilustrasikan pada gambar 3.4 (a).
Dilengkapi dengan reaktor untuk menjaga sadapan belitan dari hubung singkat.
Tapping transformator dihubungkan ke segmen 1 sampai 5 secara terpisah. Dua stut
A dan B, terhubung dengan reaktor sadapan tengah C melalui saklar x dan y,
sehingga membuat hubungan dengan setiap segmen dalam operasi normal.
Gambar 3.4 (a), kedua stut terhubung dengan segmen 1 dan seluruh belitan
dalam rangkaian. Saklar x, y ditutup. Setengah total arus mengalir melalui x menuju
setengah reaktor pada bagian bawah kemudian ke rangkaian luar. Setengah total arus
yang lain mengalir melalui y menuju setengah reaktor pada bagian atas kemudian
menuju rangkaian luar. Arus yang mengalir pada bagian atas dan bagian bawah
reaktor mengalir dalam arah yang berlawanan. Reaktor dililit dengan dengan arah
yang sama, sehingga ggm yang dihasilkan setengah belitan berlawanan dengan ggm
yang dihasilkan setengah belitan yang lainnya. Gaya-gaya ini sama besarnya dan
penjumlahannya nol. Reaktor hampir tidak induktif dan impedansinya sangat kecil.
44 1 A B x y 2 3 4 5 1 A B x y 2 1 A B x y 2 1 A B x y 2 1 A B x y 2 1 A B x y 2 ( I )
( II )
( III )
( IV )
( V ) 1 2 3 4 5 Sumber
[image:54.595.134.506.116.454.2]( a) ( b)
Gambar 3.4 ( a ) Tap changer berbeban ( b ) Operasi dari segmen 1 ke segmen 2
Ketika perubahan tegangan dibutuhkan, stut A dan B dipindahkan ke segmen
2 dengan urutan operasi sebagai berikut:
I.Buka saklar y, gambar ( b.I ). Arus masuk melalui reaktor pada bagian
bawah. Reaktor menjadi sangat induktif dan tegangan jatuhnya besar.
Oleh karena itu, reaktor harus didisain menahan arus beban penuh sesaat.
II.Stut B tidak dialiri arus, sehingga bisa dipindahkan ke segmen 2 tanpa
percikan api.
III.Tutup saklar y, gambar ( b.III ). Belitan transformator antara sadapan 1 dan 2
terhubung melalui reaktor. Impedansi reaktor besar, pada saat arus
45 dan sadapan belitan sangat kecil. Pada keadaan ini, reaktor melindungi
sadapan belitan dari hubung singkat.
IV.Buka saklar x. Arus masuk mengalir hanya melalui reaktor pada bagian atas,
menyebabkan tegangan jatuh yang besar.
V.Pindahkan stut A dari segmen 1 ke segmen 2 dan tutup saklar x. pada saat ini
perpindahan sadapan 1 ke 2 telah selesai.
Untuk transformator yang besar, saklar x dan y dapat dibuat dari circuit breaker.
Jenis tap changer berbeban yang lain, juga dilengkapi dengan reaktor sadapan
tengah, diilustrasikan pada gambar 3.5. Fungsi reaktor adalah melindungi sadapan
belitan dari hubung singkat. Saklar 1, 2, 3, 4 dan 5 dihubungkan dengan sadapan
belitan.
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Sumber
[image:55.595.159.458.416.657.2]Reaktor sadapan tengah S
Gambar 3.5 Tapping berbeban
Saklar S pada gambar 3.5 diatas ditutup selama operasi normal, dengan saklar
46 bagian atas dan reaktor bagian bawah dengan arah yang berlawanan. Perubahan
sadapan 1 ke sadapan 2, dilakukan dengan urutan operasi sebagai berikut.
i. Buka saklar S. Sekarang arus total mengalir melalui reaktor pada bagian atas
dan tegangan jatuhnya besar.
ii. Tutup saklar 2. Belitan antara sadapan 1 dan sadapan 2 terhubung melalui
reaktor.
iii. Buka saklar 1. Sehingga arus mengalir melalui reaktor pada bagian bawah
dan tegangan jatuhnya besar.
iv. Tutup saklar S. Arus mengalir melalui kedua bagian reaktor .
Untuk perubahan sadapan 2 ke sadapan 3, urutan operasi diatas diulangi.
3.3.1. Variasi tegangan selama perubahan tapping
Asumsikan tapping dibuat pada sisi primer. Dimana:
N1 = jumlah belitan antara tegangan terminal dengan sadapan 1.
N2= jumlah belitan antara tegangan terminal dengan sadapan 2.
Ns= jumlah belitan sekunder, diasumsikan lebih kecil dari N1 dan N2.
V1 = tegangan primer
I = arus primer
Xr= tahan reaktor ketika arus mengalir pada setengah bagian reaktor.
Pada gambar 3.4 (a). Ketika semua belitan primer dalam rangkaian, tegangan
sekunder Vs1 adalah:
... (3.5)
47 ... (3.6)
Untuk gambar 3.4 (b-III), tegangan sekundernya:
... (3.7)
Untuk gambar 3.4 (b-IV), tegangan sekundernya:
... (3.8)
Untuk gambar 3.4 (b-V), tegangan sekundernya:
... (3.9)
o
I V s1
-X r
V s2 V s3
V s4 V s5
V1
V1 -X r
a b c
[image:57.595.137.465.167.621.2]d e
Gambar 3.6 Variasi tegangan selama perubahan tapping
Perubahan tegangan sekunder Vs1 ke Vs2 yang ditunjukkan pada gambar 3.6,
menjelaskan tegangan sekundernya, pertama- tama berkurang dari oa ke ob sampai
akhirnya bertambah ke oe. Tegangan berubah dari ab, bc, cd, ke de. de dalam
[image:57.595.244.393.354.613.2]48
BAB IV
PEMASANGAN TAPPING PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA PHASA
IV.1. Umum
Pemasangan tapping pada transformator distribusi tiga phasa bertujuan untuk
menjaga tegangan pada sisi tegangan sekunder selalu konstan, meskipun terjadi
perubahan tegangan pada sisi tegangan tinggi dengan menggunakan tap changer.
Jenis tap changer yang digunakan adalah tap changer tanpa beban.
Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui cara pemasangan tap changer tanpa
beban dan mengetahui rugi- rugi transformator distribusi tiga phasa pada setiap
variasi tapping. Hal yang perlu diperhatikan adalah penggulungan kumparan,
penentuan jumlah belitan pada setiap variasi tapping, penyambungan hubungan antar
kumparan, pemasangan tap changer tanpa beban dan pengujian rugi-rugi pada setiap
variasi tapping.
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian dan mengambil
data pada PT MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA. Penelitian ini memberikan
hasil mengenai langkah-langkah pemasangan tapping dan rugi-rugi transformator
distribusi tiga phasa dalam bentuk grafik. Dari masing-masing grafik yang diperoleh,
dapat diketahui pengaruh perubahan jumlah belitan pada setiap variasi tapping
terhadap rugi- rugi hubung singkat atau rugi-rugi tembaga. Sehingga dapat diperoleh
kesimpulan bahwa jumlah belitan sangat mempengaruhi rugi-rugi hubung singkat
49
IV.2. Penggulungan Kumparan (Coil Winding)
IV.2.1 Belitan Pada Sisi Sekunder
Transformator distribusi tiga phasa, 160 KVA, hubungan Y-Zn5, 20 KV/400
volt, Volt/Turn = 7,02. Untuk menentukan jumlah belitan, dapat kita hitung sebagai
berikut:
• Hubungan belitan zig-zag pada sisi sekunder. Dari data diatas telah dihitung
tegangan per satuan belitan V/T = 7,02.
• Tegangan nominal line to line sisi sekunder = 400 volt. • Tegangan nominal line to netral sisi sekunder = 400/√3 volt.
• Tegangan nominal per kaki sisi sekunder 3 400
= Volt.
Untuk lebih jelasnya, dapat kita perhatikan gambar berikut ini:
A B C
1 1 1
a b c n
2 2 2
3 3 3
4 4
4
1 2
1 1
[image:59.595.157.480.482.696.2]2 2
50
A
B C
c
b n
a
Hubungan Y Hubungan Zn5
Gambar 4.2 Vektor Group Y-Zn5
Terminal-terminal A, B, C, adalah pada sisi primer dan a, b, c, n pada sisi
sekunder dengan n (titik netral) ditarik keluar.
T V
3 Vn
N2 = ... (4.1)
19 02 , 7
3 400
N2 = = belitan tiap kaki
Dimana: N = Jumlah belitan tiap kaki
Jadi belitan per phasa sisi sekunder terbagi menjadi 2 bagian pada setiap kaki,
dengan belitan tiap bagian adalah 19 lilitan. Penampang kawat yang dipergunakan
untuk sisi sekunder sebanyak 2 batang, sehingga besarnya penampang kawat total
adalah 2 x (3,7 x 11) mm². Kawat-kawat ini berbentuk empat persegi yang dibungkus
dengan kertas isolasi setebal 4 x 0,05 mm = 0,2 mm.
51 • Kumparan sekunder digulung pada sebelah dalam, dan tebalnya kertas isolasi
antara kawat sekunder dan inti adalah 4 x 0,5 mm = 2 mm jenis PB.
• Kumparan sekunder dengan sekunder memiliki isolasi kertas 0,5 mm jenis
PB. Setelah belitan selesai diberi kertas OD (Oil Duct). Kertas ini berguna
untuk mengalirkan minyak dari trafo, sehingga panas yang timbul pada kawat
sebagai akibat adanya rugi-rugi tembaga (Cu) dapat diatasi, dimana kenaikan
suhu tembaga tidak boleh melewati standard yaitu 65 º C.
• Isolasi sekunder dengan primer adalah kertas PB dengan ketebalan 5 mm.
IV.2.2. Belitan Pada Sisi Primer
Tegangan pada sisi primer mempunyai 5 tapping yaitu:
Tapping 1 = 20 + (0,1 x 20 KV) = 22 KV
Tapping 2 = 20 + (0,05 x 20 KV) = 21 KV
Tapping 3 = Nominal = 20 KV
Tapping 4 = 20 - (0,05 x 20 KV) = 19 KV
Tapping 5 = 20 - (0,1 x 20 KV) = 18 KV
Kumparan primer dihubungkan Y, tegangan per satuan belitan = 7,02
sehingga belitan pada masing-masing tapping adalah:
T V V
N1 = 3 ... (4.2)
Tapping 1 = 02 , 7
3 / 22
52 Tapping 2 =
02 , 7 3 / 21
.103 = 1727,17 ≈ 1727 belitan
Tapping 3 = 02 , 7 3 / 20
.103 = 1644,92 ≈ 1645 belitan
Tapping 4 =
02 , 7 3 / 19
.103 = 1562,67 ≈ 1563 belitan
Tapping 5 =
02 , 7 3 / 18
.103 = 1480,42 ≈ 1480 belitan
Belitan per phasa pada kumparan primer dibagi menjadi 2 bagian yang
dihubungkan seri dengan tiap-tiap bagian adalah 1809/2 = 905 belitan. Tiap-tiap
bagian kumparan primer ini digulung dengan tapping-tapping yang ditarik keluar
untuk dihubungkan ke tap changer seperti gambar berikut:
2 4 6 740 T 823 T 905 T 1 3 5 905 T 823 T 740 T 2 4 6 740 T 823 T 905 T 1 3 5 905 T 823 T 740 T 2 4 6 740 T 823 T 905 T 1 3 5 905 T 823 T 740 T
Gambar 4.3 Kumparan Primer yang Terbagi 2 dan Dihubungkan Seri
Jadi jelas dengan mengatur tap changer, maka tegangan pada sisi primer
dapat diatur. Kawat yang digunakan berbentuk lingkaran dengan diameter 1,6 mm.
Kertas isolasi yang dipergunakan adalah:
53 kertas PI 0,13 mm x 3 lapis = 0,39 mm
Tebal keseluruhan = 0,64 mm
• Kertas PB 0,5 mm x 3 lapis pada permukaan terakhir kumparan primer.
Fungsi untuk mencegah terjadinya break down antar kumparan primer.
• Kertas PB 0,8 mm dan 1,6 mm setebal 15 mm sebagai spacer antar dua
bagian kumparan tiap kaki.
• Kertas jenis PB 1,6 mm sebanyak 3 lapis = 4,8 mm sebagai Oil Duct.
Masalah yang harus diperhatikan pada penggulungan kumparan adalah
Tensile Strength jangan terlalu besar sehingga mengakibatkan permukaan
luar kawat (enamel) retak ataupun rusak.
IV.3. Penyambungan Hubungan Antar Kumparan (Coil Assembly)
Kumparan yang telah selesai digulung, kemudian disambungkan antara
kumparan yang satu dengan yang lain ,seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.
II I I
II I
II
A B C
n a b c
1 2 3 4
I II I II
I II
I II I
II
54 Gambar 4.4 Penyambungan Hubungan Antar Kumparan
Dimana:
I : Awal kumparan
II : Akhir kumparan
Untuk membandingkannya dengan kumparan yang telah siap dikerjakan dapat dilihat
pada gambar yang di bawah ini:
HV HV HV
HV HV HV
LH
LH LH LH
LH LH
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
a b c n
Gambar 4.5 Kumparan yang telah selesai dihubungkan
Sedangkan untuk tapping ditunjukkan pada gambar berikut:
1 2
3 4 5
1 2
3 4 5
1 2
3 4 5
[image:64.595.167.474.507.752.2]55 Gambar 4.6 Tapping Sisi Primer
Setelah transformator selesai dan dimasukkan ke dalam tangki, dilakukan
pengujian beban nol dan pengujian hubung singkat untuk menentukan rugi-rugi
transformator pada setiap variasi tapping.
IV.4. Pengujian Transformator
Persamaan yang digunakan dalam menganalisa karakteristik transformator
tiga fasa adalah sama dengan analisa karakteristik pada transformator satu fasa,
hanya saja besarannya diganti dengan besaran tiga fasa.
IV.4.1. Pengujian Beban Nol
Persamaan yang digunakan dalam menganalisa karakteristik beban nol
transformator tiga fasa, terutama adalah rugi-rugi inti transformator tiga fasa tesebut.
Sehingga didapat karkteristik rugi-rugi beban nol terhadap kenaikan tegangan.
Sedangkan arus beban nol yang mengalir ada dua komponen, yaitu :
1. Arus rugi-rugi inti atau arus penguat yaitu arus yang aktif yang dapat
menimbulkan rugi-rugi inti ( Ic = IoCos Φ ).
2. Arus yang timbul karena adanya fluks yang menimbulkan arus eddy dan arus
hysteresis yang dikenal dengan arus magnetisasi. ( Im = IoSin Φ ).
Pada keadaan beban nol, Io sangat kecil maka rugi-rugi tembaga pada sisi
56 Daya beban nol dapat dihitung dengan persamaan:
Po = 3 VL IoCos Φ...( 4.3 )
Dimana, Po = Daya pada beban nol ( rugi-rugi inti ) (watt)
V1 = Tegangan saluran pada sisi primer (volt)
Io = Arus beban nol (ampere)
Untuk menghitung faktor daya beban nol pada transformator tiga fasa dapat dihitung
sebagai berikut :
0 1 0 o 3 Cos I V P =
φ ...( 4.4 )
Untuk mencari besar tahanan pada inti besi adalah :
o o
1
c 1
c I Cosφ
V = I V =
R ...( 4.5 )
Untuk mencari reaktansi magnetisasi adalah :
0 0 1 m 1 m φ Sin I V = I V =
X ...( 4.6 )
Pada keadaan tanpa beban Po = Physteresis + Peddy current
Dimana Physteresis =
f V =
57
IV.4.2. Pengujian Hubung Singkat
Dalam percobaan ini terminal sekunder transformator dihubung singkat.
Tujuannya agar didapat karakteristik daya hubung singkat yang merupakan rugi-rugi
tembaga kumparan belitan transformator. Dan juga karakteristik tegangan jatuh yang
terjadi akibat adanya arus hubung singkat.
Perhitungan yang digunakan untuk mencari karakteristik hubung singkat
tersebut adalah sebagai berikut :
Untuk mencari impedansi hubung singkat:
Dimana R01 = R1 + R2’ dan X01 = X1 + X2’
Sehingga
1 sc 2 01 2 01 01
I V = X + R =
Z ...( 4.7 )
Untuk mencari rugi-rugi daya pada kumparan:
P = I12 R01...( 4.8 )
Sedangkan tegangan jatuh dalam belitan primer dan sekunder:
58
IV.5. Peralatan Pengujian
Pengujian ini menggunakan beberapa peralatan, yaitu :
1. Transformator 3θ, 160 KVA, 20KV/400 V, hubungan Y-Zn5
2. Voltage Regulator 500 V
Maxwell Electric Taiwan
3. Wattmeter 3θ
4. Ammeter (YEW skala 2 – 10 A)
5. Voltmeter (YEW skala 300 – 750 volt)
IV.6. Rangkaian Pengujian Beban Nol
P
T
A
C V
R
S
T R
S
T
W A 1
1
[image:68.595.122.522.439.617.2]1
Gambar 4.7 Rangkaian Pengujian Beban Nol
IV.7. Prosedur Pengujian Beban Nol
1. Letakkan trafo pada tempat yang cukup aman.
59 3. Hidupkan Power Supply.
4. Naikkan tegangan V1 secara bertahap dengan mengatur tegangan
keluaran dari Power Supply.
5. Untuk setiap kenaikan tegangan V1 catat pembacaan alat ukur A1, A2,
A3 dan W1.
6. Turunkan kembali tegangan V1 dan matikan kembali Power Supply.
7. Percobaan selesai.
IV.8. Data Hasil Pengujian Beban Nol
Data yang diperoleh dari pengujian beban nol:
No