• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Penyuluh Terhadap Keberhasilan Promosi Kesehatan Pada Pasien Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rsup H.Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Keterampilan Penyuluh Terhadap Keberhasilan Promosi Kesehatan Pada Pasien Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rsup H.Adam Malik Medan"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN PADA PASIEN DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

NORMA KARO-KARO 127032129/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF OFFICERS’ KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND SKILL TOWARDS SUCCESS HEALTH PROMOTION IN PATIENTS

INSTALLATION IN REHABILITATION MEDICAL AT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

THESIS

Oleh

NORMA KARO-KARO 127032129/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

(3)

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PENYULUH TERHADAP KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN PADA PASIEN DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NORMA KARO-KARO 127032129/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PENYULUH TERHADAP KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN PADA PASIEN DI INSTALASI

REHABILITASI MEDIK RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

Nama Mahasiswa : Norma Karo-Karo Nomor Induk Mahasiswa : 127032129

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D) (Dra. Syarifah, M.S Ketua Anggota

)

Dekan

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 26 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Drs. Tukiman, M.K.M

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETERAMPILAN PENYULUH TERHADAP KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN PADA PASIEN DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

(7)

ABSTRAK

Instalasi Rehabilitasi Medik sebagai unit pelayanan di RSUP H.Adam Malik melaksanakan promosi kesehatan dengan memberikan edukasi bagi pasien yang membutuhkan pelayanan rehabilitasi medik. Keberhasilan promosi kesehatan belum berhasil secara optimal yang diduga terkait dengan faktor pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh terhadap keberhasilan promosi kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik dilakukan terhadap 32 orang penyuluh di Instalasi Rehabilitasi Medik sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik mengunakan uji regresi logistic ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan (p=0,032), sikap (p=0,027) dan keterampilan penyuluh (p=0,020) berpengaruh terhadap keberhasilan promosi kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik. Variabel keterampilan merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan promosi kesehatan (OR = 33,456).

Disarankan kepada Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik perlu melakukan pembenahan serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Penyuluh di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik perlu mengembangkan keterampilan dalam penggunaan peralatan yang digunakan dalam pelayanan rehabilitasi medik. RSUP H. Adam Malik perlu meningkatkan dan menyesuaikan peralatan sesuai dengan kebutuhan pasien serta perkembangan teknologi di bidang rehabilitasi medik.

(8)

ABSTRACT

Medical Rehabilitation installation as service unit at RSUP. H. Adam Malik implement health promotion by providing education for patients who require medical rehabilitation services. The success of health promotion has not managed optimally factors suspected to be associated with knowledge, attitudes and skills of extenstion.

This study aims to analyze the effect of knowledge, attitudes and skills to the success of health promotion officer in the Installation Medical Rehabilitation RSUP. H. Adam Malik made against 32 extenstion in Rehabilitation Medicine as a sample installation. Data is collected using questionnaires and statistically analyzed using multiple logistic regression at α = 5%.

The results showed the knowledge (p=0,032), attitudes (p=0,027) and skills of extenstion (p=0,020) affect the success of health promotion in the Installation Medical Rehabilitation RSUP. H. Adam Malik. Skill variables are variables that most influence the implementation of health promotion (OR = 33.456).

Installation of Rehabilitation Medicine is suggested to Adam Malik Hospital need to reform and improving the quality of human resources. Installation Officer at Medical Rehabilitation RSUP. H. Adam Malik need to develop skills in the use of equipment used in medical rehabilitation services. H. Adam Malik Hospital needs to improve and adjust the equipment according to the needs of patients as well as technological developments in the field of medical rehabilitation.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas atas bimbingan dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof Dr. dr Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K), Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

4. Dra. Nurmaini, M.K.M, Ph.D Ketua Komisi Pembimbing dan Dra. Syarifah, M.S Anggota Komisi Pembimbing.

(10)

6. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. dr. Lukmanul Hakim Sp.KK, Direktur RSUP H. Adam Malik.

8. Rita Kartika, SKM, M.Kes. Kepala Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUP H. Adam Malik

9. Seluruh pegawai di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

(11)

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, September 2014 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Norma Karo-Karo lahir di Tigalingga tanggal 16 Mei 1968 dari pasangan bapak (alm) Batang Karo-Karo dan ibu (almh) Radu br Ginting. Penulis anak ketiga (3) dari delapan (8) orang bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 033917 Tigalingga selesai tahun 1981, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Tigalingga selesai tahun 1984, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Negeri Sidikalang selesai tahun 1987, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 1992, pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Hipotesis ... 12

1.5. Manfaat Penelitian ... 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pelayanan Rehabilitasi Medik Rumah Sakit ... 13

2.1.1. Pengertian dan Tujuan Pelayanan Rehabilitasi Medik .... 13

2.1.2. Ketenagaan Pelayanan Rehabilitasi Medik ... 14

2.2. Pengetahuan ... 15

2.3. Sikap ... 18

2.4. Keterampilan ... 21

2.5. Promosi Kesehatan ... 23

2.5.1. Pemberdayaan dalam Promosi Kesehatan ... 24

2.5.2. Promosi Kesehatan Rumah Sakit ... 26

2.5.3. Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit ... 30

2.5.4. Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit ... 32

2.6. Landasan Teori ... 34

2.7. Kerangka Konsep ... 35

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2. Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 36

(14)

3.4.1. Data Primer ... 37

3.4.2. Data Sekunder ... 37

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

3.5.1. Definisi Operasional Variabel Independen ... 38

3.5.2. Definisi Operasional Variabel Dependen... 39

3.6. Metode Pengukuran ... 39

3.7. Teknik Analisis Data ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 42

4.1. Deskripsi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik . 42 4.2. Analisis Univariat ... 45

4.2.1. Karakteristik Responden ... 45

4.2.2. Pengetahuan Penyuluh Promosi Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik ... 47

4.2.3. Sikap Promosi Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik ... 49

4.2.4. Keterampilan tentang Promosi Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik ... 52

4.2.5. Keberhasilan Promosi Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik ... 54

4.3. Analisis Bivariat ... 55

4.4. Analisis Multivariat ... 57

BAB 5. PEMBAHASAN ... 59

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Keberhasilan Promosi Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik ... 59

5.2. Pengaruh Sikap terhadap Keberhasilan Promosi Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik ... 63

5.3. Pengaruh Keterampilan terhadap Keberhasilan Promosi Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik ... 66

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

6.1. Kesimpulan ... 80

6.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen ... 40 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen ... 40 4.1. Distribusi Reponden Menurut Umur di Instalasi Rehabilitasi Medik

RSUP H. Adam Malik ... 46 4.2. Distribusi Reponden Menurut Tingkat Pendidikan di Instalasi

Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik ... 46 4.3. Distribusi Reponden Menurut Pelatihan di Instalasi Rehabilitasi Medik

RSUP H. Adam Malik ... 46 4.4. Distribusi Reponden Menurut Lama Kerja di Instalasi Rehabilitasi

Medik RSUP H. Adam Malik ... 47 4.5. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Promosi Kesehatan

di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik ... 47 4.6. Distribusi Responden Menurut Kategori Pengetahuan tentang Promosi

Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik ... 49 4.7. Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Promosi Kesehatan di

Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik ... 49 4.8. Distribusi Responden Menurut Kategori Sikap terhadap Promosi

Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik ... 52 4.9. Distribusi Responden Menurut Keterampilan tentang Promosi Kesehatan

di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik ... 53 4.10. Distribusi Responden Menurut Kategori Keterampilan dalam Promosi

Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik ... 53

4.11. Distribusi Responden Menurut Keberhasilan Promosi Kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik ... 54

(16)

4.13. Hubungan Pengetahuan dengan Keberhsilan Promosi kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik ... 56 4.14. Hubungan Sikap dengan Keberhasilan Promosi Kesehatan di Instalasi

Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik ... 56 4.15. Hubungan Keterampilan dengan Keberhasilan Promosi Kesehatan di

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 86

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 91

3. Hasil Uji Univariat ... 93

4. Hasil Uji Bivariat ... 101

5. Hasil Uji Multivariat ... 104

6. Master Data Penelitian ... 105

7. Surat Izin Penelitian ... 106

(19)

ABSTRAK

Instalasi Rehabilitasi Medik sebagai unit pelayanan di RSUP H.Adam Malik melaksanakan promosi kesehatan dengan memberikan edukasi bagi pasien yang membutuhkan pelayanan rehabilitasi medik. Keberhasilan promosi kesehatan belum berhasil secara optimal yang diduga terkait dengan faktor pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh terhadap keberhasilan promosi kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik dilakukan terhadap 32 orang penyuluh di Instalasi Rehabilitasi Medik sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik mengunakan uji regresi logistic ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan (p=0,032), sikap (p=0,027) dan keterampilan penyuluh (p=0,020) berpengaruh terhadap keberhasilan promosi kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik. Variabel keterampilan merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan promosi kesehatan (OR = 33,456).

Disarankan kepada Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik perlu melakukan pembenahan serta peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Penyuluh di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik perlu mengembangkan keterampilan dalam penggunaan peralatan yang digunakan dalam pelayanan rehabilitasi medik. RSUP H. Adam Malik perlu meningkatkan dan menyesuaikan peralatan sesuai dengan kebutuhan pasien serta perkembangan teknologi di bidang rehabilitasi medik.

(20)

ABSTRACT

Medical Rehabilitation installation as service unit at RSUP. H. Adam Malik implement health promotion by providing education for patients who require medical rehabilitation services. The success of health promotion has not managed optimally factors suspected to be associated with knowledge, attitudes and skills of extenstion.

This study aims to analyze the effect of knowledge, attitudes and skills to the success of health promotion officer in the Installation Medical Rehabilitation RSUP. H. Adam Malik made against 32 extenstion in Rehabilitation Medicine as a sample installation. Data is collected using questionnaires and statistically analyzed using multiple logistic regression at α = 5%.

The results showed the knowledge (p=0,032), attitudes (p=0,027) and skills of extenstion (p=0,020) affect the success of health promotion in the Installation Medical Rehabilitation RSUP. H. Adam Malik. Skill variables are variables that most influence the implementation of health promotion (OR = 33.456).

Installation of Rehabilitation Medicine is suggested to Adam Malik Hospital need to reform and improving the quality of human resources. Installation Officer at Medical Rehabilitation RSUP. H. Adam Malik need to develop skills in the use of equipment used in medical rehabilitation services. H. Adam Malik Hospital needs to improve and adjust the equipment according to the needs of patients as well as technological developments in the field of medical rehabilitation.

(21)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan status kesehatan mereka (health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health). Untuk mencapai status kesehatan paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Karena itu, promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab sektor kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial.

Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations telah menetapkan standar pendidikan kesehatan pada pasien. Hal ini penting karena mengingat tidak selamanya pasien dirawat di rumah sakit sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan, pasien dan keluarga dapat melakukan perawatan dirumah. Menurut hasil penelitian Health Service Medikal Corporation

(22)

kesehatan dapat diatasi di rumah, maka kebutuhan untuk mendidik masyarakat mengenai cara merawat diri mereka sendiri. Selain itu, dari berbagai studi mencatat fakta bahwa pasien yang dibekali informasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mematuhi rencana pengobatan medis dan mendapatkan cara inovatif untuk mengatasi penyakit, menjadi lebih mampu mengatasi gejala penyakit, kemungkinannya mengalami komplikasi lebih kecil. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk membantu meningkatkan derajad kesehatan yang optimal (Bestable, 2002).

Penelitian internasional yang terkait dengan pelaksanaan promosi kesehatan rumah sakit bagi pasien rawat jalan dilakukan oleh Health Service Medical Corporation (2009), yang menyatakan bahwa hanya seperlima dari petugas kesehatan yang melakukan persiapan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan dengan hasil yang cukup memuaskan dan secara keseluruhan hasilnya tidak memuaskan.

(23)

Penelitian Kripalani et al (2007) menyimpulkan bahwa pendekatan untuk mempromosikan pelayanan rumah sakit yang lebih efektif adalah melalui perawatan, termasuk perbaikan dalam komunikasi antara perawat di unit rawat inap dan rawat jalan. Demikian juga penelitian Oandasen et al (2006) menyimpulkan bahwa kerjasama tim kerja dan kolaborasi dalam perawatan kesehatan adalah masalah dalam peningkatan strategi pembaharuan kesehatan. Pengambil kebijakan harus bekerja sama untuk bergerak maju pada proses perubahan yang diperlukan untuk mendukung kerja sama tim yang efektif dalam perawatan kesehatan.

Penelitian Handiyani et al (2013) menyimpulkan bahwa sosialisasi gerakan keselamatan pasien di rumah sakit maupun pusat kesehatan masyarakat merupakan kegiatan untuk mencapai kesepakatan mengenai rencana aksi untuk melanjutkan gerakan keselamatan pasien yang telah ditetapkan di lembaga-lembaga tersebut. Kegiatan ini bisa menjadi model bagi rumah sakit dan pusat-pusat perawatan kesehatan masyarakat, yang belum diimplementasikan program keselamatan pasien.

Promosi kesehatan di Indonesia dikembangkan dengan adanya Deklarasi Jakarta yang merupakan hasil dari konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta bulan juli 1997. Dengan komitmen yang tinggi Indonesia ikut berperan dalam melakukan kegiatan tersebut terutama melalui program perilaku hidup bersih yang dilakukan di beberapa tatanan diantaranya adalah tatanan tempat kerja (Pusat Promosi Kesehatan, 2012).

(24)

menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2012).

Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit telah diatur dalam Permenkes No 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Dalam Permenkes tersebut diuraikan secara jelas tentang pentingnya pelaksanaan pronmosi kesehatan pada seluruh unit pelayanan rumah sakit serta petugas kesehatan berperan sebagai penyuluh atau pemberi edukasi.

Perkembangan promosi kesehatan pada rumah sakit dimulai tahun 1984 di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Pada awalnya promosi kesehatan dikenal dengan istilah Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Pengembangan pendekatan rumah sakit proaktif dimana salah satu esensinya adalah rumah sakit harus dapat berfungsi sebagai rumah sakit promotor kesehatan (health promoting hospital) yang juga melaksanakan kegiatan promotif maupun preventif bagi kesehatan pasien, staf rumah sakit dan masyarakat di wilayah cakupannya serta pengembangan organisasi rumah sakit menjadi organisasi yang sehat. Gerakan menjadi rumah sakit promotor kesehatan akan menghasilkan reorientasi pelayanan rumah sakit dimana klien rumah sakit adalah pasien dan orang sehat (Depkes RI, 2012).

(25)

tentang berbagai cara pemberdayaan yang efektif seperti konseling, perawatan psikologis (biblioterapi), dan lain-lain, berbagai cara bina suasana yang efektif melalui pendekatan individu, kelompok, dan massal, serta siapa yang harus diadvokasi dan bagaimana melaksanakannya (Depkes RI, 2012).

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang diselenggarakan rumah sakit. Oleh karena itu beberapa peluang sebagai lokasi pelaksanaan PKRS dalam gedung dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-poliklinik seperti' poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik bedah, poliklinik penyakit dalam, poliklinik THT, dan lain-lain (Depkes RI, 2012).

(26)

dicoba rangsang dengan “hadiah” (reward) atau harus “dipaksa” menggunakan peraturan dan sanksi (punishment) (Depkes RI, 2012).

Salah satu komponen didalam pelayanan kesehatan dasar yaitu dengan penyuluhan kesehatan untuk mewujudkan upaya perubahan perilaku serta lingkungan kesehatan yang lebih baik (Depkes RI, 2005). Program penyuluhan ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

Pasien rawat jalan, lingkungan yang berpengaruh adalah keluarga atau orang yang mengantarkannya ke rumah sakit, sedangkan bagi klien rawat jalan (orang yang sehat), lingkungan yang berpengaruh terutama adalah para petugas rumah sakit yang melayaninya. Mereka ini diharapkan untuk membantu memberikan penyuluhan kepada pasien dan juga menjadi teladan dalam sikap dan tingkah laku. Misalnya teladan tidak merokok, tidak meludah atau membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya (Depkes RI, 2012).

Kegiatan dan target yang akan dilaksanakan pada instalasi atau unit di rumah sakit. Kegiatan PKRS disusun dalam rangka pencapaian indikator PHBS di rumah sakit untuk pasien rawat jalan, kegiatan tersebut adalah : 1) persentase penyuluhan penyuluhan perorangan terhadap pasien rawat jalan, 2) persentase konseling pasien rawat jalan, 3) persentase penyuluhan perorangan keluarga atau pengantar pasien

(27)

kelompok bagi keluarga/pengantar adalah upaya penyuluhan yang dilakukan secara berkelompok (8-10 orang) dengan tujuan pemecahan masalah dalam upaya-upaya phbs di rumah sakit dan rumah tangga), 6) persentase pesan media terhadap 10 kasus penyakit tertinggi di rawat jalan (pesan media mencakup informasi tenang upaya-upaya PHBS dalam pencegahan dan penularan penyakit, dalam satu tahun), pesan media dapat disampaikan melalui: media elektronik; tv spot, iklan layanan. media cetak; poster, xbaner, leaflet, spanduk, dan lain-lain.

Penelitian Lasmito dan Rachma (2010) di RS Tugurejo Semarang menyimpulkan bahwa pemahaman petugas kesehatan terhadap pendidikan kesehatan pada pasien di rumah sakit yaitu ilmu pengetahuan yang harus diberikan pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan atau keadaan pasien. Pemahaman petugas rumah sakit terhadap manfaat pendidikan kesehatan bagi pasien di rumah sakit antara lain: meningkatkan pengetahuan pasien tentang sakitnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kenyamanan serta kesembuhan pasien. Pemahaman petugas terhadap manfaat pemberian pendidikan kesehatan pada pasien di rumah sakit bagi petugas antara lain: kepuasan, lingkungan kerja jadi nyaman, beban kerja berkurang, ilmu terpakai dan nilai moral. Pemahaman petugas tentang perannya dalam pemberian pendidikan kesehatan pada pasien di rumah sakit bahwa peugas sangat berperan dalam pemberian pendidikan kesehatan sebagai edukator.

(28)

dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat yang semakin tinggi kepada pelayanan rumah sakit. Meningkatnya jumlah kunjungan adalah barometer bahwa pelayanan RSUP H.Adam Malik semakin baik, karena jika pelayanan tidak baik mana mungkin pasien datang berobat kembali

Instalasi Rehabilitasi Medik merupakan salah satu unit pelayanan di RSUP H.Adam Malik yang menerima kunjungan pasien rawat jalan paling tinggi dibandingkan instalasi pelayanan rawat jalan lainnya yaitu rata-rata 80 pasien setiap hari. Jenis penyakit pasien yang memanfaatkan pelayanan Instalasi Rehabilitasi medik juga beragam, karena dalam SK Menkes No 378/Menkes/SK/IV/2008 disebutkan bahwa pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit bersifat komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Bentuk pelayanan promotif dan preventif yang dimaksud dilakukan melalui edukasi melalui penyuluhan dan penyampaian informasi tentang pola hidup sehat dan aktifitas yang tepat untuk mencegah kondisi sakit, serta edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit untuk mencegah atau meminimalkan gangguan fungsi atau risiko kecacatan (Depkes RI, 2008).

(29)

tingkat pemahaman pasien. Hal ini sesuai dengan hak yang semestinya diterima oleh pasien yaitu menerima informasi berkaitan dengan kesakitannya, mulai dari pemahaman tentang penyakit, prosedur tindakan yang akan dilakukan sampai pada persiapan pulang pasien (Depkes RI, 2008).

Pemenuhan kebutuhan informasi pasien dalam hal ini pendidikan kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit. Semakin tinggi tingkat keberhasilan pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan atau semakin tinggi tingkat kepuasan pasien terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas, maka semakin tinggi kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit tersebut (Persi, 2008).

Pelaksanaan promosi kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik belum berjalan dengan baik dan hasilnya tidak memuaskan. Survei pendahuluan pada petugas di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUP H. Adam Malik Medan pada Januari 2014 mengenai persepsi mereka terhadap sejauh mana tanggung jawab petugas pada pendidikan kesehatan dan pencapaiannya didapatkan bahwa mereka sangat yakin bahwa pendidikan pasien pada dasarnya merupakan tanggung jawab petugas, namun peneliti menemukan bahwa aktivitas promosi kesehatan yang dilakukan petugas secara keseluruhan hasilnya belum memuaskan, hal ini dilihat dari indikator jumlah persentase jumlah pasien yang diberikan edukasi yang belum mencapai seluruh pasien (100%).

(30)

bahwa tidak seluruhnya pasien yang berkunjung ke Instalasi Rehabilitasi Medik mendapatkan edukasi sebagai implementasi promosi kesehatan rumah sakit oleh petugas. Materi edukasi untuk pasien Instalasi Rehabilitasi Medik telah ditetapkan oleh Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik sebagai pedoman bagi setiap petugas dalam memberikan edukasi kepada pasien.

Edukasi kesehatan yang selama ini dilakukan belum sepenuhnya mengacu kepada materi edukasi yang telah ditetapkan dalam pedoman, karena biasanya dilakukan secara spontan dan hasilnya kurang memuaskan, karena prosesnya dilakukan tanpa persiapan serta materi yang diberikan hanya sebatas prosedur penggunaan peralatan dan fasilitas yang ada di Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan. Selain itu, pengawas dalam hal ini kepala ruang dan ketua tim jarang sekali melakukan pengawasan ataupun evaluasi terhadap pelaksanaan promosi kesehatan baik secara langsung ataupun tidak langsung.

(31)

Jumlah pasien rata-rata setiap hari sebanyak 80 orang merupakan pasien yang dikirim dari unit rawat jalan maupun rawat inap. Petugas yang bertugas di Instalasi Rehabilitasi Medik sebanyak 32 orang, sehingga jumlah petugas petugas masih proporsional dengan jumlah pasien, karena rasio antara petugas dengan pasien adalah 1 : 5 artinya 1 orang petugas menangani 5 orang pasien.

Melihat hasil survei pendahuluan dan observasi diatas, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah belum terlaksananaya promosi kesehatan melalui edukasi pasien. Sebagai faktor penyebab terjadinya permasalahan tersebut terkait dengan aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan petugas sebagai tenaga penyuluh dalam memberikan promosi kesehatan bagi pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh terhadap keberhasilan promosi kesehatan pada pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H.Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

(32)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh terhadap keberhasilan promosi kesehatan pada pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H.Adam Malik Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi RSUP H.Adam Malik Medan khususnya bagian promosi kesehatan sebagai masukan dalam rangka peningkatan program promosi kesehatan rumah sakit khususnya bagi pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik.

(33)

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelayanan Rehabilitasi Medik Rumah Sakit

2.1.1. Pengertian dan Tujuan Pelayanan Rehabilitasi Medik

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 378/Menkes/SK/IV/2008 tentang Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit disebutkan bahwa pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik atau rehabilitasi untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.

Falsafah pelayanan rehabilitasi medik adalah pelayanan holistik untuk mengembalikan kemampuan fungsi yang optimal atau kemandirian mencapai kualitas hidup yang optimal (Depkes RI, 2008). Pelayanan rehabilitasi medik di rumah sakit bertujuan :

a. Mengatasi keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait. b. Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan penyakitnya yang mungkin

membawa dampak pada kecacatan.

(34)

2.1.2. Ketenagaan Pelayanan Rehabilitasi Medik

Pelayanan Rehabilitasi Medik yang dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik sebagai sarana memberikan pelayanan dari berbagai disiplin ilmu yang terkait : Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik atau Dokter Umum Terlatih Rehabilitasi Medik, Psikolog, Fisioterapis, Okupasi Terapis, Terapis Wicara, Ortotis-Protetis, Pekerja Sosial Medik dan Perawat Rehabilitasi Medik yang masing-masing dipimpin oleh seorang koordinator sesuai dengan profesinya serta bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit (Depkes RI, 2008).

Klasifikasi pelayanan rehabilitasi medik pada rumah sakit kelas A seperti RSUP H. Adam Malik Medan meliputi : layanan rehabilitasi medik spesialistik dan subspesialistik (musculoskeletal, neuromuskuler, pediatric, kardiorespirasi dan geriatric), layanan asuhan keperawatan rehabilitasi medik, layanan fisoterapi, layanan okupasi terapi, layanan terapi wicara, layanan ortotik-prostetik, layanan psikologi dan layanan sosial medik.

Standar kompetensi petugas rehabilitasi medik adalah : Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik sebagai Kepala Instalasi (apabila belum ada Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik dapat digantikan oleh Dokter Umum terlatih Rehabilitasi Medik), tenaga fungsional meliputi :

(35)

b. Perawat rehabilitasi medik yaitu lulusan DIII Keperawatan dengan pelatihan khusus asuhan rehabilitasi medik, Tenaga keterapian fisik lulusan DIII Fisioterapi, DIII Okupasi Terapi dan DIII Terapi Wicara

c. Tenaga Keteknisian Medis adalah STM atau SMA dengan pelatihan khusus Ortotis Prostetis.

d. Tenaga lain yang terkait adalah : Psikologis klinis, S.1 Pekerja Sosial dan S.1 Pendidik Luar Biasa)

e. Penanggungjawab Administrasi dan Keuangan adalah lulusan DIII Perumahsakitan

2.2. Pengetahuan

Menurut Rogers (1974) pengetahuan adalah hasil ‘’tahu’’ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1) Awareness (kesadaran), terhadap stimulus. dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi objek.

(36)

4) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

5) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

Untuk menjelaskan arti pengetahuan, Bakhtiar (2009) menunjukkan perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan yang terklasifikasi, sistematis, dan terukur serta telah dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sebaliknya, pengetahuan adalah keseluruhan informasi yang belum tersusun secara sistematis atau dapat dikatakan sebagai informasi yang berupa common sense.

(37)

Davenport dan Prusak dalam Munir (2008) menyebutkan beberapa komponen kunci dari pengetahuan yaitu : (1) Experience, pengalaman merujuk pada apa yang pernah dilakukan dan dialami di masa lalu, (2) Ground Truth, merujuk pada pengetahuan mengenai apa yang terjadi dan apa yang tidak terjadi, (3) Judgement,

kemampuan untuk menalar suatu situasi dan informasi sehingga membentuk pengetahuan baru, (4) Rule of thumb and intuition, dan (5) Values and beliefs.

Dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, maka pengertian pengetahuan adalah segala sesuatu yang berbentuk informasi yang tersimpan dalam ingatan pikiran atau otak seseorang, dan memungkinkan dapat mengeluarkan infomasi itu serta dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah atau memberi jawaban atas pertanyaan yang muncul dalam kehidupan manusia.

(38)

pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru atau dengan kata lain merupakan suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada, dan (6) Evaluasi, adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3. Sikap

Istilah sikap (attitude) pertama kali diungkapkan oleh Herbert Spencer pada tahun 1862 yang diartikan sebagai status mental seseorang (Azwar, 2003). Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari untuk berperilaku dengan cara yang terus menerus menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu (Schiffman, 2007).

(39)

mengenal masalah dan tahapan mencari informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. Respon afektif berkaitan tahap pencarian alternatif-alternatif terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Respon perilaku berkaitan dengan tahap pelaksanaan tindakan sesuai dengan alternatif yang telah dipilih dan tahap menggunakan alternatif lain untuk bertindak jika alternatif sebelumnya dianggap kurang tepat (Umar, 2008)

Azwar (2003) membedakan struktur sikap dalam tiga komponen yang saling menunjang yaitu :

a. Komponen kognitif yang berisi tentang apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap (kepercayaan). Sekali kepercayaan itu terbentuk, maka ia menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. Dengan demikian, interaksi kita dengan pengalaman di masa datang serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut akan mempunyai arti dan keteraturan. Pengalaman yang digenaralisasikan lalu membentuk stereotip sehingga orang kemudian akan mempunyai sikap yang lebih didasrkan pada predikat yang dilekatkan oleh pola stereotipnya dan bukan didasarkan pada obyek sikap tertentu. Sikap yang didasari pola stereotip biasanya sangat sulit untuk menerima perubahan. Tentu saja sikap yang didasari stereotip tidak selalu akurat;

(40)

komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi obyek tertentu;

c. Komponen konatif adalah struktur sikap yang menunjukkan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan membentuk sikap individual. Konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dan tendensi perilaku sebagai komponen konatif yang menjadi landasan dalam usaha menyimpulkan sikap yang dicerminkan daalam skala sikap.

Terdapat lima ciri khas kecenderungan tingkah laku seseorang yang dapat dijadikan indikator sikap kerja, yaitu : (1) hasrat ingin tahu terhadap apa saja yang ada disekitarnya, (2) respek kepada fakta dimana pekerja selalu merasa tidak puas dengan penjelasan tanpa fakta yang mendukung, (3) fleksibel dalam berpikir dan bertindak adalah sifat yang tidak kaku, moderat, kompromis, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, (4) berpikir kritis, tidak mau mengikuti sesuatu tanpa pemikiran rasional dan kritis, (5) peka terhadap kehidupan/lingkungan yang berarti seorang pekerja sensitif terhadap apa saja yang terjadi disekitarnya (Djaali, 2008).

(41)

meraka. Penelitian organizational behavior fokus pada tiga sikap: (1) kepuasan kerja yang merujuk pada sikap umum individu terhadap pekerjaanya. (2) keterlibatan kerja, tingkat dimana seseorang mengaitkan dirinya ke pekerjaannya, secara aktif berpartisipasi di dalamnya, dan menganggap kinerjanya penting bagi nilai dirinya. (3) komitmen keorganisasian, keadaan dimana karyawan mengakitkan dirinya ke organisasi tertentu dan sasaraan-sasarannya, serta berharap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi itu.

2.4. Keterampilan

Griffin dan Ebert (2006) mendefinisikan keterampilan sebagai kemampuan kerja pegawai untuk melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya teknis. Keterampilan sebagai kemampuan dalam melaksanakan tugas khusus. Ada lima kelompok keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang karyawan, yaitu :

a. Keterampilan teknis (technical skills), merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan spesifik, teknik-teknik, dan sumber daya dalam melaksanakan pekerjaan;

b. Keterampilan analisis (analytical skills), merupakan kemampuan untuk menggunakan metode ilmiah atau teknik-teknik tertentu untuk memecahkan masalah organisasi;

(42)

d. Keterampilan komputer (computer skills), merupakan kemampuan menggunakan teknologi komputer dan software pendukung pelaksanaan pekerjaan;

e. Keterampilan membina hubungan (human relation skills), merupakan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan pekerjaan bersama.

f. Keterampilan teknis, berhubungan dengan penggunaan sarana-sarana kerja yang berbasis teknologi yang kian berkembang;

g. Keterampilan hubungan pribadi, keterampilan ini mencakup kemampuan menjadi pendengar yang baik, mengkomunikasikan gagasan dengan lebih jelas, dan menjadi anggota tim yang efektif;

h. Keterampilan pemecahan masalah. Keterampilan ini berhubungan dengan kemampuan logis, penalaran, pendefinisian masalah, sebab-akibat, penyusunan alternatif, analisa alternatif, dan pemecahan masalah.

Robbins (2000) menyatakan bahwa ketrampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu:

a. Basic Literacy Skill, yaitu keterampilan dasar seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar.

b. Technical Skill, yaitu keterampilan teknik seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer.

(43)

d. Problem Solving, yaitu keterampilan menyelesaikan masalahsebagai proses aktivitas menajamkan logika, beragumentasi dan menyelesaikan masalah.

Keterampilan atau kemampuan dan penguasaan teknik operasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Keterampilan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknik, seperti keterampilan mengoperasikan perahu karet, keterampilan mengoperasikan rumah sakit lapangan, dan lain-lain. Dengan keterampilan yang dimiliki seorang sumber daya manusia diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif. (Yuniarsih, 2008).

Keterampilan sangat besar perannya dalam meningkatkan produktivitas, oleh sebab itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk memantapkan sikap mental serta meningkatkan keterampilan sumber daya manusia, guna mewujudkan produktivitas kerja (Sedarmayanti, 2009). Pada aspek tertentu apabila sumber daya manusia semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Sumber daya manusia tersebut akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan yang cukup

2.5. Promosi Kesehatan

(44)

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah: (1) Pemberdayaan, (2) Bina Suasana, (3) Advokasi dan (4) Kemitraan (Depkes RI, 2012).

Sesuai dengan WHO yang memberikan definisi promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan individu masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan determinan kesehatan mereka. Depkes RI juga merumuskan definisi promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijiakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2005).

Definisi yang dirumuskan Departemen Kesehatan, lebih menggambarkan bawah promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontrol determinan-determinan kesehatan.

2.5.1. Pemberdayaan dalam Promosi Kesehatan

(45)

adalah proses pemberian informasi secara bertahap untuk mengawal proses perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau dan dari mau menjadi mampu mempraktekkan perilaku hidup sehat. Setiap fase perubahan memerlukan informasi yang berbeda. Tetapi yang paling menentukan adalah fase pertama, dimana kita harus dapat menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah kesehatan adalah masalah bagi yang bersangkutan. Sebelum hal ini berhasil dilakukan, maka informasi selanjutnya yang diberikan tidak akan ada artinya.

Dalam pelaksanaannya, upaya pemberdayaan bagi pasien rawat jalan ini umumnya berbentuk pelayanan konseling baik untuk mereka yang menderita suatu penyakit (misalnya konseling penyakit dalam) maupun untuk mereka yang sehat (misalnya konseling gizi, konseling KB). Dengan pemberdayaan diharapkan pasien berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu untuk melaksanakan perilaku-perilaku yang dikehendaki guna mengatasi masalah kesehatannya (Depkes RI, 2012).

(46)

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatakan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2005).

Promosi kesehatan adalah memperbaiki kesehatan atau mendorong untuk menempatkan kesehatan sebagai kebutuhan yang lebih tinggi pada agenda individu ataupun dalam masyarakat.Aspek promosi kesehatan yang mendasar bertujuan untuk melakukan pemberdayaan sehingga orang memiliki keinginan lebih besar terhadap aspek kehidupan yang memengaruhi kesehatan. Dengan peningkatan pengetahuan maka informasi masalah kesehatan akan membantu individu maupun masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan cepat bertindak untuk mencari tahu ke tempat pelayanan kesehatan atau untuk mendapatkan pengobatan (Hartono, 2010). 2.5.2. Promosi Kesehatan Rumah Sakit

Revitalisasi promosi kesehatan di rumah sakit Indonesia dengan mendorong setiap rumah sakit untuk kembali menghidupkan upaya promosi kesehatan tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif dalam rangka percepatan pencapaian MDGs dan Indonesia Sehat 2025 (Konas PKRS, 2012).

(47)

International Network of Health Promoting Hospital (IHPH) merupakan jejaring promosi kesehatan rumah sakit di Indonesia dalam rangka membangun paradigma baru perumahsakitan di Indonesia dengan mendorong peningkatan kontribusi rumah sakit dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui promosi kesehatan (Konas PKRS, 2012).

Promosi kesehatan yang merupakan suatu strategi kearah rumah sakit lebih baik dari segi penataan struktur, proses dan output yang berdampak pada peningkatan kontribusi rumah sakit terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Perkembangan promosi kesehatan rumah sakit di Indonesia saat ini masih jauh dari harapan, hal tersebut terbukti dari kurang dari 20 % rumah sakit memiliki wadah yang menjadi penanggungjawab kegiatan promosi kesehatan dan masih menganggap bahwa kegiatan promosi kesehatan hanya bagian kecil dan tidak berdampak pada kualitas pelayanan, oleh karena itu dibutuhkan revitalisasi dengan penguatan konsep dan strategi yang salah satu solusinya adalah percepatan implementasi promosi kesehatan di rumah sakit.

Promosi kesehatan di rumah sakit dapat menjadi solusi dalam pelayanan perumah sakitan di era dunia yang sedang berubah melalui kegiatan perubahan perilaku yang cost effective dan cost benefit. Dalam Konferensi Nasional Promosi

Kesehatan Rumah Sakit tahun 2012 diharapkan mampu menghasilkan : (1) persamaan persepsi bahwa promosi kesehatan di rumah sakit merupakan bagian

(48)

kegiatan tertentu saja tetapi melingkupi seluruh bagian rumah sakit baik meliputi unsur input, proses dan output. (3) Terbentuknya konsep dan strategi promosi kesehatan berkualitas di rumah sakit yang dapat di implementasikan di seluruh rumah sakit di Indonesia, dan (4) Terafiliasinya seluruh rumah sakit di Indonesia dengan wadah penguatan strategi dan konsep promosi kesehatan yang terus ter update secara berkesinambungansesuai dengan kondisi dan tantangan rumah sakit di dunia.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) merupakan bagian dari pendidikan kesehatan dengan memberi informasi tentang kesehatan kepada pasien, keluarga pasien juga petugas yang bekerja di rumah sakit. PKRS adalah upaya memperdayakan individu, kelompok dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan, serta mengembangkan iklim yang mendukung, yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan sosial budaya dan kondisi setempat

(49)

Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu-individu yang sedang memerlukan pengobatan atau perawatan di rumah sakit. Di samping itu, promosi kesehatan di rumah sakit juga ditujukan kepada pengunjung rumah sakit, baik pasien rawat jalan, maupun keluarga pasien yang mengantar atau menemani pasien di rumah sakit (Kemenkes RI, 2012). Keluarga pasien juga perlu diperhatikan dalam promosi kesehatan di rumah sakit, karena keluarga pasien diharapkan dapat membantu atau menunjang proses penyembuhan dan pemulihan keluarganya yang sakit.

b. Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan pengertian atau pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan atau penyakit yang dideritanya (Kemenkes RI, 2012). Pasien dan keluarganya harus mengetahui hal-hal yang terkait dengan penyakit yang dideritanya seperti: penyebab penyakit tersebut, cara penularan penyakit (bila penyakit menular), cara pencegahannya, proses pengobatan yang tepat dan sebagainya. Apabila pasien atau keluarga pasien memahami penyakit yang dideritanya, diharapkan akan membantu mempercepat proses penyembuhan, dan tidak akan terserang oleh penyakit yang sama.

(50)

melakukan upaya-upaya preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) kesehatannya, utamanya terkait dengan penyakit yang telah dialami.

d. Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan “proses belajar” kesehatan di rumah sakit (Kemenkes RI, 2012). Artinya semua pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasien memperoleh pengalaman atau “pembelajaran” dari rumah sakit, bukan saja melalui informasi atau nasihat-nasihat dari para petugas rumah sakit, tetapi juga dari apa yang dialami, didengar, dan dilihat di rumah sakit. Penampilan rumah sakit yang bersih, nyaman, aman, dan teduh, serta penampilan para petugas rumah sakit, terutama dokter dan perawat, yang bersih dan rapi, ramah, murah senyum, dan sebagainya, rumah sakit yang membelajarkan pasien atau keluarga pasien tentang kesehatan. 2.5.3. Sasaran Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

Menurut Kemenkes RI (2012) sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit, yang dikelompokkan menjadi kelompok orang sakit (pasien), kelompok orang yang sehat (keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit), dan petugas rumah sakit. Secara rinci sasaran promosi kesehatan di rumah sakit ini diuraikan sebagai berikut:

a. Penderita (Pasien) pada Berbagai Tingkatan Penyakit

(51)

penyakit kronis. Dari jenis pelayanan yang diperlukan, dibedakan dengan adanya pasien rawat jalan yang tidak memerlukan rawat inap, dan pasien rawat inap dengan indikasi memerlukan perawatan inap. Promosi kesehatan dengan berbagai jenis sasaran pasien ini dengan sendirinya dijadikan dasar untuk menentukan motode dan strategi promosi dan penyuluhannya.

b. Kelompok atau Individu yang Sehat

Pengunjung rumah sakit yang sehat antara lain keluarga pasien yang mengantarkan atau menemani pasien, baik pasien rawat jalan maupun rawat inap (Kemenkes RI, 2012). Di samping itu, para tamu rumah sakit lain yang tidak ada kaitannya langsung dengan pasien juga merupakan kelompok sasaran yang sehat bagi promosi kesehatan di rumah sakit. Teknik dan metode promosi kesehatan untuk kelompok sasaran ini tentu berbeda dengan promosi kesehatan bagi orang sakit atau pasien. Kelompok sasaran orang sehat di rumah sakit ini penting untuk dijadikan sasaran promosi kesehatan, karena mereka ini akan dapat menunjang proses penyembuhan pasien baik pada waktu masih dalam perawatan di rumah sakit, maupun bila sudah pulang ke rumah.

c. Petugas Rumah Sakit

(52)

baik pasien maupun keluarganya, di samping tugas pokok mereka.Oleh sebab itu, sebelum mereka melakukan promosi dan penyuluhan kepada pasien dan keluarga pasien, mereka harus dibekali kemampuan promosi dan penyuluhan kesehatan.Agar mereka mempunyai kemampuan tersebut, maka harus diberikan pelatihan tentang promosi dan pendidikan kesehatan.

2.5.4. Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit

Indikator keberhasilan dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan evaluasi PKRS (Kemenkes RI, 2012). Indikator keberhasilan mencakup indikator masukan

(input), indikator proses, indikator (output), dan indikator dampak. a. Indikator Masukan

Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan, dan dana. Menurut Kemenkes RI (2012) indikator masukan ini dapat mencakup ada atau tidak ada :

a. Komitmen direksi yang tercermin dalam rencana umum PKRS.

b. Komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana operasional PKRS

c. Unit dan petugas rumah sakit yang ditunjuk sebagai koordinator PKRS dan mengacu kepada standar

(53)

b. Indikator Proses

Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS untuk pasien (rawat inap, rawat jalan, pelayanan penunjang), PKRS untuk pasien sehat dan PKRS diluar gedung rumah sakit. Menurut Kemenkes RI (2012) Indikator yang digunakan meliputi :

a. Kegiatan (pemasangan poster, konseling dan lainlain) dan atau frekuensinya. b. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, giant banner, spanduk,

neon box, dan lain-lain) yaitu masih bagus atau sudah rusak. c. Indikator Keluaran

Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan baik secara umum maupun secara khusus. Menurut Kemenkes RI (2012) indikator yang digunakan disini adalah berupa cakupan kegiatan, yaitu:

a. Apakah semua bagian rumah sakit sudah tercakup PKRS

b. Jumlah pasien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan PKRS (konseling, biblioterapi, senam, dan lain-lain)

d. Indikator Dampak

(54)

diketahui dengan menilai diri pasien tersebut. Data untuk indikator ini biasanya didapat melalui survey. Survei pasien yang berada di rumah sakit maupun mereka yang tidak berada di rumah sakit pernah menggunakan rumah sakit (Kemenkes RI, 2012).

2.6. Landasan Teori

Teori yang menjadi dasar atau landasan dalam penelitian adalah teori pengetahuan (Rogers, 1974), sikap (Azwar, 2003) serta keterampilan (Griffin dan Ebert, 2006) yang menjadi aspek yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan promosi kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik Medan.

[image:54.612.112.530.485.652.2]

Keberhasilan promosi kesehatan merupakan salah satu bentuk kinerja dalam suatu program kesehatan, sehingga landasan teori yang relevan dalam penelitian ini adalah teori pembentuk kinerja menurut Gibson et al (2008) adalah faktor individu, faktor, faktor psikologis dan faktor organisasi, seperti pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor Individu

- Kemampuan/ Pengetahuan - Keterampilan - Latar belakang - Demografi

Faktor Psikologis - Persepsi

- Sikap - Kepribadian - Belajar - Motivasi

Faktor Organisasi - Sumber daya - Kepemimpinan - Imbalan

- Struktur organisasi - Desain pekerjaan

(55)
[image:55.612.122.528.135.315.2]

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan Kerangka Konsep :

a. Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui (tahu atau tidak tahu) petugas Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien.

b. Sikap adalah bagaimana respons (sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju) petugas Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien.

c. Keterampilan adalah kemampuan (terampil atau tidak terampil) petugas Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik dalam mengoperasikan setiap jenis alat yang ada.

Pengetahuan Promosi Kesehatan Jenis Pelayanan Rehabilitasi Medik

Keberhasilan Promosi Kesehatan pada Pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik

RSUP Adam Malik Sikap Promosi Kesehatan

Jenis Pelayanan Rehabilitasi Medik

Keterampilan Promosi Kesehatan Metode dan Cara penggunaan Alat

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan secara bersamaan untuk melihat faktor penyebab (variabel independen) maupun faktor akibat (variabel dependen). Pendekatan penelitian secara kuantitatif, melalui analisia statistik untuk membuktikan pengaruh pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh terhadap keberhasilan promosi kesehatan pada pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sampai bulan Juli 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

(57)

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terdapat di kuesioner secara lisan pada responden. Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, sikap, keterampilan dan keberhasilan promosi kesehatan dengan menggunakan jenis pertanyaan tertutup.

3.4.2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder berupa data umum tentang RSUP H. Adam Malik Medan, data tentang petugas kesehatan, program Instalasi Rehabilitasi Medik serta Instalasi PKMRS sebagai unit kerja pelaksana program promosi kesehatan di rumah sakit serta data lainnya yang berguna untuk mendukung pembahasan data primer.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba pada 30 orang penyuluh di ruang rawat jalan pada RSUP H. Adam Malik.

(58)

correlation). Item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid apabila nilai corrected item total > nilai r tabel (0,361).

Uji reliabilitas terhadap kuesioner dilakukan untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang, Analisa menggunakan formula cronbach alpha. Item pertanyaan dalam kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai cronbachalpha > 0,6 (Arikunto, 2006).

Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh item pertanyaan atau pernyataan untuk variabel : pengetahuan dan sikap diperoleh nilai corrected item total > 0,361 yaitu 0,405 – 0,914 dan nilai cronbachalpha > 0,6

yaitu 0,803 – 0,978 sehingga dapat disimpulkan bahwa valid dan reliabel (Lampiran-2).

3.5. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah : variabel independen (pengetahuan, sikap dan keterampilan) serta variabel terikat adalah keberhasilan promosi kesehatan pada pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik, dengan definisi sebagai berikut:

3.5.1. Definisi Operasional Variabel Independen

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui penyuluh promosi kesehatan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik tentang jenis pelayanan bagi pasien yang perlu diedukasikan.

(59)

c. Keterampilan adalah kemampuan kerja penyuluh kesehatan pada di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik dalam melakukan promosi kesehatan tentang penggunaan alat di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik. 3.5.2. Definisi Operasional Variabel Dependen

Keberhasilan promosi kesehatan kepada pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik yang dilihat frekuensi kunjungan serta keteraturan kunjungan pasien ke Instalasi Rehabilitasi Medik:

a. Berhasil jika pasien berkunjung secara teratur sesuai jadwal yang ditetapkan petugas Instalasi Rehabilitasi Medik, yaitu sebanyak 8 kali kunjungan.

b. Tidak berhasil jika pasien kunjungan pasien tidak teratur atau tidak sesuai sesuai

jadwal yang ditetapkan petugas Instalasi Rehabilitasi Medik, yaitu kurang dari 8 kali kunjungan.

3.6. Metode Pengukuran

(60)
[image:60.612.110.531.140.314.2]

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen Variabel Pertanyaa

n

Skor Pilihan

Jawaban Kategori

Skala Ukur Pengetahuan 10 Ya = 1

Tidak = 0

Baik (6-10)

Tidak baik (0-5) Ordinal Sikap 20 Sangat Setuju = 3

Setuju = 2 Tidak setuju = 1 Sangat Tidak Setuju =0

Terampil = 1 Tidak terampil= 0

Baik (31-60) Tidak Baik (0-30)

Baik (1) Tidak Baik (0)

Ordinal Ordinal Keterampilan 1

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen Variabel Pertanyaan Skor Pilihan

Jawaban Kategori

Skala Ukur Keberhasilan

Promosi Kesehatan

1 Ya = 1 Tidak = 0

Berhasil (1)

Tidak berhasil (0) Ordinal

3.7. Teknik Analisis Data

a. Analisis data yang akan digunakan meliputi tahapan analisis univariat yaitu analisis untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing masing variabel, dimana hasil penelitian dilakukan interpretasi data dari item pertanyaan dengan cara menghitung jawaban menggunakan komputer. Setiap item yang dijawab diberi nilai sesuai dengan kategori yang telah ditentukan

[image:60.612.108.530.354.438.2]
(61)

c. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression test) karena variabel terikat yaitu pelaksanaan promosi kesehatan rumah sakit dikategorikan dalam 2 kelompok (berhasil dan tidak berhasil), dengan persamaan sebagai berikut :

Logit P (Y) = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ Dimana

P (Y) = Keberhasilan Promosi Kesehatan pada pasien di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H.Adam Malik

b0 = Konstanta

b1 – b3 = Koefisien Regresi X1 = Pengetahuan X2 = Sikap

(62)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat, mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

Visi pelayanan RSUP. H. Adam Malik adalah : menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015. Untuk mencapai visi tersebut diupayakan melalui misi :

a. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan yang Paripurna, Bermutu dan Terjangkau b. Melaksanakan Pendidikan, Pelatihan serta Penelitian Kesehatan yang Profesional c. Melaksanakan Kegiatan Pelayanan dengan Prinsip Efektif, Efisien, Akuntabel dan

Mandiri

Motto RSUP. H. Adam Malik adalah mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan PATEN :

P : Pelayanan cepat A : Akurat

(63)

Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik Medan merupakan salah satu unit penunjang pelayanan kesehatan bagi pasien dengan fungsi sebagai pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Jenis pelayanan yang dilakukan pada Instalasi Rehabilitasi Medik meliputi : a. Fisioterapi

Bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi.

b. Terapi Wicara

Bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis dan mekanis).

c. Terapi Okupasi

(64)

d. Ortotis-Prostetis

Bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan menyesuaikan alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.

e. Psikologis

Pelayanan psikologis adalah pelayanan untuk membantu pasien dalam mengatasi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan masalah psikologis yang sering timbul akibat penyakit yang diderita. Selain itu juga untuk mengurangi depresi, membantu mendorong pasien mengembalikan rasa percaya diri dengan memberikan psikoterapi. Fungsi dari psikologi itu sendiri adalah untuk menangani permasalahan psikis penderita atau pasien.

f. Sosial Medik

Pelayanan sosial medis adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien untuk membantu menyelesaikan masalah sosial, ekonomi maupun emosional yang dihadapi oleh pasien akibat dari suatu penyakit atau kecacatan yang diderita, agar pasien dapat berfungsi sosial kembali di dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.

(65)

Dalam melaksanakan tugasnya kepala Instalasi Rehabilitasi Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Wakil Direktur Penunjang Medis dan Pendidikan dan Latihan, dengan koordinasi bidang Penunjang Medis. Para pegawai berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik, serta membantu tugas manajerial dan tugas teknis Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik dalam ruang lingkup koordinasi masing-masing.

Pelayanan rehabilitasi medik melibatkan beberapa tenaga kesehatan dan tenaga lain terkait baik dilaksanakan oleh tenaga medis, paramedis, terapis. Tenaga kesehatan professional yang berpengalaman di bidangnya senantiasa siap memberikan pelayanan rehabilitasi medik. Tenaga tersebut antara lain adalah : Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (dokter SpRM), fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, ortotis-prostetis, penyuluh Instalasi Rehabilitasi Medik rehabilitasi medik, petugas sosial medik, psikolog. Selain itu terdapat juga pelayanan komplementer yang mendukung pelayanan rehabilitasi medik dan dilaksanakan oleh tenaga ahli antara lain: akupunktur, tenaga refleksi, dan instruktur senam aerobic dan fitness.

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Karakteristik Responden

(66)
[image:66.612.112.527.155.271.2]

Tabel 4.1. Distribusi Reponden Menurut Umur di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik

No Umur Jumlah (Orang) %

1 25 - 30 tahun 16 50,0

2 31 - 35 tahun 4 12,5

3 36 - 40 tahun 6 18,7

4 41 - 45 tahun 4 12,5

5 46 - 50 tahun 2 6,3

Jumlah 32 100,0

[image:66.612.109.528.406.504.2]

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa penyuluh di Instalasi Rehabilitasi Medik dengan umur terendah adalah 26 tahun sedangkan umur tertinggi adalah 48 tahun.

Tabel 4.2. Distribusi Reponden Menurut Tingkat Pendidikan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik

No Pendidikan Jumlah (Orang) %

1 S.2 1 3,1

2 S.1 25 78,1

3 D.III 5 15,6

4 SLTA 1 3,1

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden paling rendah banyak adalah SLTA sebanyak 1 orang (3,1%), sedangkan pendidikan tertinggi adalah S.2 yaitu sebanyak 1 orang (3,1%).

Tabel 4.3 Distribusi Reponden Menurut Pelatihan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik

No Pelatihan Jumlah (Orang) %

1 Belum pernah 14 43,8

(67)

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa responden yang pernah mengikuti pelatihan di bidang rehabilitasi medik sebanyak 18 orang (56,2%) sedangkan responden yang belum pernah mengikuti pelatihan di bidang rehabilitasi medik sebanyak 14 orang (43,8%).

Tabel 4.4 Distribusi Reponden Menurut Lama Kerja di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik

No Lama Kerja Jumlah (Orang) %

1 1 - 10 tahun 25 78,1

2 11 - 20 tahun 5 15,6

3 21 – 30 tahun 2 6,3

Jumlah 32 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa penyuluh di Instalasi Rehabilitasi Medik dengan lama kerja terendah adalah 2 tahun sedan

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Dependen
Tabel 4.1. Distribusi Reponden Menurut Umur di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP H. Adam Malik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini kami beritahukan bahwa Panitia Pengadaan Barang / Jasa Kegiatan Fasilitasi Pengembangan Pelabuhan di Jawa Tengah, akan melaksanakan pelelangan untuk

Kedua Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di

Kedua Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di

Kedua Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di

Peserta Pengadaan berkewajiban untuk menyerahkan Surat Jaminan Pelaksanaan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah SPPB diterbitkan dengan nilai nominal tidak kurang

Abstrak: Perpaduan antara knowledge yang dimiliki, kapabilitas dan resources yang ada, digabungkan dengan strategi bisnis yang dimiliki telah menghasilkan competitive advantage

StudiTeknikInformatikaFakultasTeknologi InformasiUniversitas Kristen SatyaWacana. 2) Menerapkanteori yang sudahdiperolehselama di bangkukuliahkedalambentukperancangan receiver

Salah satu parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan seseorang dalam belajar matematika adalah dari prestasi yang diperolehnya. Prestasi belajar matematika siswa, baik