• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Minyak Atsiri pada Kultur Jaringan Nilam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sintesis Minyak Atsiri pada Kultur Jaringan Nilam"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4, No. 2

Sintesis Minyak Atsiri pada Kultur Jaringan Nilam

(Synthesh of Volatile Oils in Tissue Cultures of

Pogostemon cablin Benth)

PUSPA DEW1 TJONDRONEGORO'~,

M A

MARISKA SUDARMA2, DAN ZAMIRAWATI'

' J ~ Y Y S ~ J I Biobgi FMIPA IPB, J a b Rqpcr Pqiqiaran, Bogor 16144 'Ba&bio Tanan8an Pangan, Jahn Tad- Pelqjar, Bugor 26121

Diterima 6 November 19%/Disetujui 26 Mei 1997

Pegmcm~n c.blYl, is a volatile dl plant. Tissue cultures of I? eabtin leaves were studied on volatile oil synthesis media with different plant growth regulators. Cultures on media with picloram or 2,4 dkblorophenoxy acid (6.1-1.0 mgll) did not show differentiated callus. However, it did show callus differentiation as well u adventitious shoot generation on the culture media supplemented with naphthalene acetic acid or indole butyrlc add (0.1-1.0 m%l). The major component of volatile oils in I? c&h is patchouly 8lcohoL Thin layer chmmaroQIphy and gas chromatography were employed to analyre the quality and quantity of patchoaly alcohol hrrm shoot and callur cultures. The results showed that the content of patchouly alcohol was very low and only detectable In differentiated callus cultures.

PENDAHULUAN

Kultur Kahr Kalus diinisiasi dari daun muda dan

Nilam

(Pogostemon cablin Benth) adalah tanaman

pn@Wl

mi*

8tsiri yang mempwryai nilai ekspcn cu-

kup

tbaltgl,

setiap

tahun

Indonesia mengekspor 500-800

tun

m@& nilam dengan nilai US $ 9-14 juts. Minyak

nilam banyak

digunakan

dalam industri kosmetik @arAun)

d a n m a h .

Nilam adalah tanaman perdu

yang

sukar berbunga, pabanyalrannya

hanya

dilakukan dmgan

stek.

Tanaman

ini

banyak

ditanam di damah Aceh

clan Sumatra

Utara

PoJchouIt aUtoh6l adahh

kompmen

ntame mi&

nilam

(ada sekitar -) yang

digudan

standax itmb

minyatc nilam.

Kampancn penting

lainnya

dalam

mi-

nyalr nilam ialah a, j3 dan y patchoulen dan a

-

buinesene

(Hcndemm

et al. 1970)

Proctuksi minyak nilam melalui

kultur

jaringan seba- @ti pilihan lain

cara

ptoduksi menarik untuk dipelajati. Bcbempa laporan menyatakan bahwa

kultur

seykalus ti-

dalr

mempd&i minyak atsiri, kalaupun ada biasanya ti-

dak sama

de~@~

komjmnen-komponen minyak atsiri dari

tanaman

utuh (Staba 1980, Lappin et al. 1987, Kennedy et al. 1993).

Akan

tetapi,

Corduan

& Reinhard (1972) me-

laporkan tentang kemmpuan

kultur

kalus Ruta graveolens

yang

mensintesis minyak atsiri seperti pada akar tanaman. Percobaan bcrikut ini dilakukan untuk rnengetahui

kemampuan Mtur jaringan nilam dalam menimbun mi- nyak atsiri.

BAHAN DAN METODE

Bahur

Tanaman. Sumber eksplan berupa daundaun

nmda

tanaman nilam berasal dari Laboratorium Biotek- nologi, Balai Penelitian Tanaman Industri.

ditanam dalam media Mwashige & Skoog (1962) dengan penambahan delapan gram agar-agar dan zat pengatur

tumbuh auksin dan sitokinin. Ada empat macam auksin

yang dip- yaitu pikloram, 2,4-dichlorophenoxy acetic acid (2,4-D), naphthalene acetic acid (NAA), dan

indole butyric acid (IBA). Masing-masing auksin yang dicoba terdiri atas empat macam konsentxasi yaitu 0.1,0.4, 0.7, dan 0.1 mg/l. Pada setiap media diiambahkan sit*

kinin benzyle amino purine (BAP)

sebanyak

0. lmg/l

.

Kul-

tur diinkubari

dalam

ruang

dengm suhuk

28OC

dan

Q

i

penylnaran lampu nwfi sctata 2000

lux

selama 16

jamlhari.

Andisis Minyak Atsiri. Mirry;ik atsiri diperoleh de-

ngan cara

ekstraksi.

Satu gram bahan kering (kultur k a l d

pucuk) diekstraksi dalam 10 ml larutan diklorometana se-

lama 15 menit, kemudian ekstrak disaring. Filtratnya di- uapkan sampai kering dalam penangas air, selanjutnya di- larutkan dalam satu mililiter toluen (Stahl 1985).

Untuk mexgidentifikasikan kualitas minyak atsiri di- gmakan kromatografi lapis tipis dengan ketebalan adsor- ben gel silika 0.30

mm

dan lamutan pengembang cam-

puran toluen: etil asetat (6:4). Untuk identifhsi kuan- titatifnya dipergunakan kromatografi gas dengan kolom

Carbowax 20 dan nitrogen sebagai gas pembawanya de-

ngan k q t a n alir 30 Mmenit. Karena kesulitan men- dapatkan standar patchouli alkohol yang metupakan kom- ponen utarna minyak nilam maka sebagai pembanding di-

krgunakan

kad&

patchouli alkohol

&lam

minyak atsiri

yang diperoleh dari dam nilam utuh dari lapangan.

(2)

36 TJONDRONEGORO ET AL.

minggu, mpons perhunbuhan berupa

kalus

sudah

tampak

dan beberapa langsung berdifemsiasi membentuk tunas adventif.

Pada media yang ditambahi NAA dan IBA,

kalus

yang tmbentuk berwarna kehijauan dengan shuktur yang kompak dan berdiferensiasi membentuk tunas-tunas ad-

ventif, sedangkan pada media yang ditambahi pikloram dan 2,4-D

kalus

berwarna kecoklatan, bemuktm terpi- sahkan, dan tidak berdiferensbsi.

Kalus

pada media yang dhnbahi pikloram dan media dengan 2,4-D cepat men-

jadi coklat dan mudah terkontaminasi. Pada media yang

dhnbahi 2,4-D

kalus

hanya tumbuh pada konsemtrasi 0.1 n@. Pada Tabel 1 disajikan pertumbuhan bobot kalus dari senma plakuan sclama masa inkubasi enam minggu.

Minyak Nilam. Hasil analisis knltur kalus dengan kromatogd

lapis

tipis r~emperlihatkan bahwa ekstrak ka-

l u s y a n g ~ ( m a s s a k a l u s d a n t u n a s - t u n a s p u -

cuk)

dari media dengan penambahan NAA dan BAP me-

munculkan empat noda berwama (merah-ungu) yang masing-masing Rf-nya sama dengan noda-noda yang di-

nmndkm

oleh

ekstrak

daun nilam

utuh,

yaitu: noda biru

muda

(Rf 0.26), ungu muda (Rf 0.36), merah muda (Rf

0.52), dan ungu (Rf 0.84). Komponen apa yang mewakili

noda-noda tersebut tidak diketahui karena tidak

tersedia

larutan stmbmya. Menurut Hernani & Tangedjaya (1988)

patchouli alkohol tergolong senyawa seskuiterpena yang

membarlltan

noda berwarna ungu.

Ekstrak dari media yang ditambahi IBA dan BAP

hanya memberikan noda ungu saja sesuai dengan noda

ungu (Rf 0.84) dari ekstrak &un nilam. Sedangkan ekstrak

kalus yang

berasal dari media dengan Pikloram dan 2.4-D tidak menampakkan noda-nada berwarna, artinya tidak

ada kompcmen-kornponen minyak atsiri.

Analisis selanjutnya ekstrak kultur dari media deng-

an

NAA dan

kultur

dari media dengan IBA hanya memun-

Tabel I . Pcrtutnbuhan kalw pada pelbagai p e r l a zat pe- ngatur tumbuh pada media Murashige dan Skoog sclarna masa inkubasi 6 minggu.

IBA: 0.1 0.013 0.14 0.175 bdiCatmiasi

0.4 0.027 0.1 14 0.273 badifsrc~iasi

0.7 0.037 0.153 0.184 bedifmmiasi

1 .O 0.023 0.046 0.143 bedf-iasi

PIC: 0.1 0.01 0.053 0.078 tidak bc$dif.bmaiasi

0.4 0.01 1 0.043 0.058 tidak berdi#dlgiasi

0.7 0.006 0.027 0.045 tidak badifhmiasi

1 .O 0.008 0.018 0.037 tidak W a a m i a s i

culkan satu puncak pada waktu retensi 27 menit. Puncak ini diduga patchouli alkohol seperti pada puncak dari eks-

trak

dam nilam utuh. Hernani & Tangendjaya (1988) yang menggunakan kolom sama mendapatkan puncak patchou- li alkohol pada waktu retensi 25 menit. Perbedaan ini ke- mungkinan karena perbedaan dalam tekanan gas.

Kandungan patchouli alkohol dalam minyak nilam hasil

ekstrak

kultur

kalus

(gram bobot kering) berkisar antara 0.043-0.43 1%. Nilai ini sangat rendah bila diban- dingkan dengan yang diperoleh dari ekstrak daun utuh,

yaitu 36.28% (Tabel 2). Komponen-komponen lain yang tidak muncul dalam analisis kromatogrriti gas diduga ka-

rena konsentrasinya sangat kecil sehingga tidak terdeteksi.

PEMBAHASAN

Perlakuan berbagai macam auksin terhadap kultur dam nilam menghasilkan dua tipe

kalus: kalus

yang ber- difercnsiasi dan yang tidak berdiferensiasi. Hasil analisis seam kualitatif dengan kromatografi lapis tipis pada eks-

trak kalus

yang tidak berdiferensiasi, komponen-komponen minyak atsiri tidak ditemukan. Sedangkan pada

kalus

yang berdiferensiasi membentuk tunas-tunas adventif memun- culkan noda-noda berwarna yang sama dengan noda-noda yang dihasilkan oleh ekstrak daun utuh (sebagai pemban- ding).

Absemya minyak atsiri dalam kultur

kalus

yang tidak berdiferensiasi menurut Lappin et al. (1987) kemunghnan karena terjadinya katabolisme segera setelah proses pem- bentukannya. Pada kultur akar Artemisia absenthiurn ting- kat kedewasaan sistem akar menentukan sintesis minyak atsiri.

Perbedaan

umur dan tingkat kedewasaan fisiologi akar memperlihatkan perbedaan profil minyak atsiri (Kennedy et al. 1993).

Tampaktrya kedewasaan jaringan menentukan sintesis minyak atsiri karena pada jaringan yang telah dewasa Me- rensiasi --stmkhw yang khusus (kelenjar-kelenjar minyak) sudah terbentuk lebih sempurna. Menurut Croteau (1 977) pada tanaman yang mengandung banyak monoter- pena dan sesquiterpena biasanya dalam jaringan daunnya memiliki stmkhw khusus yang disebut kelenjar minyak.

Dalam struktur khusus ini diduga berlangsung sintesis

Tabel 2. Persentase pathcouli alkohol dalarn kultur jaringan nilam pada bexbagai media kultur dan jaringan dam utuh bexdasarkan analisis kromatografi gas.

u m s ( d ) Patchouli alkohol

dalam media kultur (96 ekstrsk kulturlg bobot kaing) 0.1 NAA+O.l BAP

0.4 NAA + 0.1 BAP 0.7 NAA + 0.1 BAP 1.0NAA+0.1 BAP 0.4 IBA + 0.1 BAP 0.7 IBA + 0.1 BAP I.OIBA+ 0.1 BAP

Jarinfmndaunutuh

0.431 0.043 0.134 0.137

tidak terbaca

(3)

minyak atsiri. Dengan menggunakan sukrosa yang me-

nl4andung

.karbon berlabel ("C) sehgai prekursar mono-

terpena, Croteau (1977)

membuktkm

bahwa tempat uta-

ma

biosinbesis monoterpena

pada

tanaman

Majorana hor- tensis ialah pada sel-sel epidermis

dan

kemungkinan da-

lam kelenjat-kelenjar rninyak

epidemm

daun

pada

daun-

daun

muda yaag lcecil memiliki efisiensi biosintesis

yang

paling

tinggi. Pada

kultur

kalus nilam yang berdifemuiasi,

massa

daun pada

tunas-tunas

advenRifbanyak

sekali. Hasil

pemerhan anatomi

terhadap sediaan irisan

d a m

tam-

man dalam

Mtur

menmjukkan

di

antara sel-sel epidermis terdapat kelenjar-kehjar minyak. Pada

permukaan

atas

jaringan

epidermis

dam

banyak

terdapat

stnrktut trikoma

dengan

M

Ithms,

tetdiri

dtaa sel @@ai

yang

bulat

dan

el-sel

fnpala yang

mm@ng,

tlletsoqjol

ke

atas

menyerulrrai

but1Ma

epihmis

dam

Stntktur trikoma yang mmpakan modifikasi sel-sel

epidermis id di-

mt@di

tempat akumu&si

rmtlyak

at-

siri.

lvfenurut

Henderson

et al. (1970)

banyaknya

kelenjar trikdma

berkorelasi

positif dengan

konsentmi

total

senya-

w a - m w a sedtuitexpenoid.

Meskipun

demikian senyawa

tenebut tidak

dijumpai

dalam

M

t

u

r

kalus yang tidak ber-

difetensiasi.

Massa kalus hanya merupakan kumpulan wl-sel yang menyempai sel-sel parenkima dan tidak meng- akmbhhn senyawa-senyawa minyak nilam.

Hasil

peaslitian ini menmjukkan bahwa produksi mhyak

nilam

datam

kultur

kalus memerlukan

tahapan

d i f m d d

lcbih

larrjut. Oleh karena itu perlu dibuat suatu s i s t e m a t a u k o n d i s i M t u r y a n g l e b i h ~ p e m -

bentuttaa

selsel epidermis atau keleqjar-kelenjax

mi+.

Untuk itu

diperlukan

penelitian ltqjutm

lllltuk mencari

kemuq&inan

mengembangh suatu sistem (kultur) yang dapat mengendalikan

ekspresi genetika

pembentukan snatu

organ

atau struktur kelenjar

yang

menimbun

mi&

ni-

lam.

Salah satu caranya ialah

dengan rekayasa

genetika.

Pendekatan

tersebut sudah

banyak

dilakukan

dalam

upaya

mempduksi metabolit

sekmder

in vitro (Bolton et al.

1986, Hamill et al. 1986, dan Hoekstra 1993).

DAFTAR PUSTAKA

Bolton G.W., E.W. Nester & M.P. Gordon. 1986. Plant phenolic compounds induce eq&on of the

Agrobacterium tumefaciens loci needed for virulance.

Science 232:983-985.

Corduan, G. & E. Reinhard. 1972.

Synthesis

of volatile oils cultures of Ruta graveolens. Phytochemistry

11:917-922.

Croteau,

R

1977. Site of monoterpene biosynthesis in

Majorana hortensis leaves. Plant Physiol. 59: 19-520.

Hamill, J.D., A.J. Robin & M.J.C.

Rhoda

1986.

Secondary

product formation by cultufes

of

Beta vulgaris and Nicotiana rusNca tfm&nnBd

with

Agrobacterium rhizogenes. Plmt Cell Rap. 5: 1

1

1-1

14.

Headem, W.J.,

J.W.

Hart,

P.

Hew

&

J.

M g e .

1970. chemical

and

morphological studies

on sites

of

~~

ammulation

in

Pogostemon cabfin

(patchonli). Phytochemistry 9: 12 19-1228

tftrnani

&

IISadi

Tudgmdjaja.

1988.

Analit&

mutu

minyak nilam

dan

muryalt cengkeh

secara

-to-

grafi.

Media Penelitian S u h a n d i 6:57-65.

Hoekstra, S.S. 1993. Accumulation of Indole Alkaloide in Plant

Organ Culture.

Succcptiiility of Chinchona ledgeriana to infection with Agrobacterium rhizo- genes. Disertasi. Leiden: R i m r s i t e i t .

Kennedy, k t , S.G. Deans,

E P .

Svaboda,

A.L

Gray &

P.G. Waterman. 1993. Volatile oil from normal and tran&ormed root of Artemisia absinthium. Phyto- chemistry 32: 1449-145 1.

tappin, G.J., J.D. Stride &

J.

Tampson,

1987. Biotransformation of monoterpenoids by suspension

cultures

of Lavandula angustilfolia. Phytochennistry

26:995-997.

Murashige, T & F. Skoog. 1962. A revised medium for rapid growth and bioassays with tobacco

tissue

cultures. Physiol. Plant 15:473-496.

Staba,

E.J.

1980. Plant Tissue Cultures as a Source of Biochemicals.

Boa

Raton: CRC

Press

Inc.

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh pemberian makanan selingan terhadap peningkatan kapasitas kerja. tenaga kerja di PT Canggih Lestari Plastika dan sekaligus

Namun dengan Indeks Ekspektasi Kepercayaan Konsumen Indonesia yang masih dapat tumbuh 2,3% y - y pada Januari 2019, kami melihat sektor konsumer menjadi pilihan.. menjadi

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis SEM digunakan bukan untuk menghasilkan suatu model maupun kausalitas, tetapi untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam

126 tanggal 27 Juni 2003 Notaris Fathiah Helmi, SH, Notaris di Jakarta, telah diputuskan dan disetujui untuk melakukan pembagian dividen final dari laba tahun 2002 sebesar Rp 18

Menu tersebut akanmasuk ke tampilan yang berisi daftar lapangan futsal yang dapat dipilih oleh user.Jika user telah memilih lapangan futsal yang diinginkan maka akan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: Analisis biaya diferensial, khususnya pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus, menunjukkan bahwa biaya

Kekuatan eluen diukur dari kemampuannya untuk melepaskan molekul yang teradsorp sehingga kompleks [Fe(1,10-fenantrolin)] 2+ yang diekstraksi dapat diperoleh

Foto copy sertifikat / Ijazah komputer bagi pelamar S.1, D.III dan SLTA (calon Penyiap Barang Bukti dan Caraka), Sertifikat Bela Diri / Pelatihan Satuan Pengamanan atau