• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Distribusi dan Penetapan Harga Kayu Bulat Jati di Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Distribusi dan Penetapan Harga Kayu Bulat Jati di Jawa"

Copied!
301
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

7

SISTEM DISTRIBUSI DAN PENETAPAN HARGA

KAYU BULAT JATI

DI JAWA

OLEH

WAHYU ANDAYANI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SISTEM DIlTRIBUSI DAN PENETAPAN HARGA

KAYU BULAT JATI

DI JAWA

OLEH

WAHYU ANDAYANI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITWT PERTANIAN BOGOR

(13)

Kupcrscmbahkan untuk :

(14)

**

SIAPAPUN YANG BERHEMI BELAJAR AKAN MENJADI TUA,

ENTAH 1A MASH 20 TAHUN ATAU SUDAH 80 TAHUN.

SIAPAPUN YANG TERUS BELAJAR AKAN TETAP MUDA

KARENA HAL YANG PALING BESAR Dl DUNlA IN1

ADALAH BAGAIMANA MEMPERTAHANKAN

PlKlRAN AGAR TETAP MUDA

(15)

DISTRIBUTION SYSTEM

AND

PRICE DETERMINATION OF TEAK LOGS IN JAVA

ABSTRACT

It is estimated that the intervention of P e m Perhutani in the sales of teak logs through non-auction system is quite significant. The intervention is in the distribution and price determination of teak logs. The impact of the intervention conducted by Perurn Perhutani has brought about two main problems, nameiy: (1) inefficiency of the distribution system, and (2) the price determination of teak lo@ is not r a t i d The objectives of this research are, therefore, as follows: (1) to discover the optimal distribution system, so that &om the hdmgs can be discovered the efficiency value by employing the criteria of distribution cmt eficiency, and (2) to obtain more rational price level of teak logs by due observance of the economic cycle to h d out the revenues of Perum Perhutani.

For this research the linier program analysis model is employed with specific issue of transportation to discover the optimal distniution system of teak logs, and the financial analysis with investment approach during the e c o n o ~ c cycle is employed to discover the rational price level of teak logs. The two problems stated above are interrelated; therefore the research should be conducted simultaneously.

The collection of research data is conducted at 42 KPHs-producers of teak logs managed by Perum Perhutani. The KPHs-producers consist of Unit I (Central Java), Unit I1 (East Java), and Unit ID (West Java). Other secondary data are obtained

from

the statistics of Penun Perhuiani &om year 1989 to year 1995/1996.
(16)

totaling (1) 35.3% to 39.21% (scenario I), (2) 59.52% to 70.32% (scenario 2), (3) 30.46% to 5 1 . m (scenario 3), and (4) 57.80% (scenario 4). The supply of teak logs at each KPH-producer is absorbed by the market evenly; therefore, the forart security and natwal feso- conservation can be guaranteed. a

The current price determination of teak logs by P e m Perhutani is only

proper when applied for the 40-year economic cycle, when employing the real

intereat rate of 9% per m u m . Consequently, the price determination of teak logs by Penrm Pdutani for the economic cycle of more than 40 years (namely 50 years, 60 years, 70 years, and 80 years) turns out to be below the production cost, and therefore, it is not rational. It is said that it is not rational because the pice

dekmined by P e m Perhuh is actually still being subsidized by the natural

fesources. The impact is that the m u e of P- Perhutani actually can be increased by 260% to 298% (inmaskg 2.6 to 3 times as much)

eom

the current revenues. Therefore, the Government as the owner of the forest natural reso-
(17)

WAHYU ANDAYANI. Sistern Distribusi clan Penetapan Harga Kayu Bulat Jati di

Jawa. @i bawah bimbingan Rudy C . Tammkgkeng, sebagai i e t q Dudung

Damsman, Achmad Sumitro, dan Bonar M. Sinaga sebagai anggota).

Larangan ekspor kayu bulat dan penerapan pajak yang tinggi bagi eksportir bahan baku, memaba pengelola hutan produksi nxa@Wan pcnjuah prduknya di pasa~ &lam ncgeri. Shtegi penjualan hasil hutan termasuk kayu bulat jati

clitalcsanakan

melalui sistem lelang dan sistem non lelang. Sistem non lelang terdiri dari penjualan dengan pexjanjian dan penjualan langsung. Peranan penjuatan kayu bulat jati melalui sistem non lelang dinilai penfing, karena volume penjualan dan pendapatan memberikan pangsa yang binggi terhadap total -&patan Pennu Perhutani. Oleh sebab itu campur tHlgan Direksi Perum Perhutmi temadap sistem

penjualan non lelang cukup besar terutama yang menyangkut masalah distribusi clan penetapan harga jual. Masalah yang muncul sebagai akibat campur tangan adalah :

( 1 ) i n e @ k ~ q pada sistem dishrib* dan (2) h&nd (tidak wajar) pada

penetapan harga jual kayu bulat jati. Kedua masalah tersebut saling terkait sehingga scbaiknya diteliti secara simultan dm merupakan f o b pembahm utama dahn penelitian ini

Tujuan pcnelitian adalah untuk: (1) menemukan sistem diseibusi kayu bulat jati optimal dari KPH produsen ke konsumen, (2) mengctahui baramya nilai efisiensi biaya dishibusi kayu bulst jati pada kesdasn optimal, (3) menemukan

(18)

mengetahui pendapatan Perum Perhutani dari hasil penjualan kayu bulat jati pa&

th&t harga menurut daur ekonomi. Metoda yang d@makan adalah: (1) program

linier dengan masalah khurms transportasi untuk menemukan pola distribusi optimal, dan (2) analisig f i n a n d dengan pendekatan investasi selama daur ekmomi untuk menemukan tingkat harga kayu bulat jati yang rasionaL

Penelitian

dilaksanakan

di 42 KPH produsen kayu bulat jati yang dikelola Pcnrm PerhWani meliputi : Unit I (Jawa Tengah) ditetapkan sebanyak 13 KPH produsen, (2) Unit

II

(Jawa Timur) ditetapkan sebanyak 19 KPH produsen, dan (3) Unit

III

(Jawa Barat) -kan sebanyak 10 KPH produsen kayu bdat jati. Data b e ddari statist& Pcrum Perhutani di tingkat KPH dan Unit dari tahun 1989

dd tahun 1995/1996.

Analisis efisiensi dan aoalisis r a s i d a s i penetapan harga jual kayu bulat jati rnenggunakan 4 skenaxio yang mempakan analisis altematif yang dibandingkan dengan kondisi rcalisasi di lapang. Keempat skenario tersebut adalah: (1) skeniuio 1 permintMn kayu bulat jati di &lam negeri

tahun

1989 dd tahun 1995 dan peawaran pada

tahun

yang sama 8tsuai dengan r e h i , ( 2 ) skenatio 2 pennintaan sesuai dcngan pcnnintaan pada skcnario 1 dan pcnawaran scsuai ctat, (3) s k d o 3 pcrmintaan di dalam ncgeri sesuai dengan reatisasi tahun 1995119% dan pcnawaran di Unit I dan Unit

II

sesuai demgan ctat, dan (4) skensrio 4 pennintaan sesuai dengan realieasi pemintaan di Unit

III

dan penawaran di Unit

III

sesuai denga etat.

(19)

35.38% dd 39.21% dari total biaya dishibusi yang seharusnya dibayar konsumen. Pada keadaan optimal tersebut pendapatan Penan Perhutani (Unit I, II dan El) temyata dapat dihgkatkan s e k 297.52Oh (2) pada & d o 2, efisiensi biaya d i s t r i i yang dinikmati konsumen adalah sebesar 59.52OA dd 778.32%. Pada

kondisi tersebut pendapatan produsen (Umt I,

II

dan

III)

menhgkat sebesar

298.80%, (3) pada skenario 3, eGensi biaya disbniusi yang dinikmati konsumen

adalah s e h 30.46% dd 51.90%. Dan' keadaan tersebut pendapatan Unit I dan Unit iI &pat ditingkatkan sebesar 262.14Oh dan (4) pada skenario 4, kmumen di

Jawa Barat memperoleh efisiemi biaya distribusi sebesar 57.8096. Pada kondisi tersebut, pendapatan Unit

III

lebih rendah sebesar 8.7% dibandingkan dengan pendapatan-ula

Disisi lain ditemukan bahwa penetapan harga kayu bulat jati oleh Perum Perhutani hanya muai untuk diterapkan pada daur ekonomi 40 tahun apabila analisis finansial mcnggunakan tingkat bunga d 9 % per tahun. Oleh sebab itu, penetapan harga kayu bulat jati oleh Perum Perhutani untuk daur di atas 40 tahun

temyata masih bcrada di bawah biaya produksinya, sehin@ga dhnggap tidak rasional

karcna

harga tersebut sebenarnya masih disubsidi sumbcrdaya dam. H a d penclibn jugs mencmukan bahwa penetapan yang sama untuk m u a lokasi produsen tanpa mcmpntimbangkan daur ekonomi adalah tidak tepat, h aunsur w a h temyata berperan daiam analism pem* harga ekonomi. Samu penelitinn adalrh: (1) penjualan non lelang diuhmakan untuk lmmuwn

&tri

dam (2) penetapan harga jual sebaiknya m e a n g k a n daur ekonomi dan

(20)

SISTEM DISTRIBUSI DAN

PENETAPAN

HARGA

KAYU

BULAT JATI

DI JAWA

OLEH

WAHYU ANDAYANI

93540/IPK

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Pascasajana

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(21)

Judul Disertasi : SISTEM DISTRIBUSI DAN PENETAPAN HARGA

KAYU BULAT JATI DI JAWA

Nama Mahasiswa : WAHYU ANDAYANI Nornor Pokok : 93540mK

(Prof. Dr. Rudy C. Tanmingkeng) Keiua

L.

-

w

(Prof.Dr.Dudung Darusmaq MA) pr0f.Dr.H Achmad Sumitm)

(22)

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 1 Januari 1952 di Yogyakarta. Ke dua orang

tua penulis adalah Mujiati dm Moch. Sugeng. Tahun 1970, penulis menyelesaikan

Sekolah Menengah Atas di

SMAN

III Yogyalcarta

Penulis memperoleh gelar Sajana Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi dari

Universitas Gadjah Mada pada tahun 1978. Pada tahun 1987, penulis memperoleh

gelar Sarjana Utama (Magister Sains) dalam bidang Manajemen Hutan dari

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Sejak tahun 1979 sampai dengan saat ini, penulis bekeja sebagai staf pengajar

(23)

UCAPAN TEZUMA KASM

Dcngan mengucapkan puji syukur kcpada Allah YME atas sclcsainya

penulisan

distrtasi

ini, penulis menyampailcan pcnghargaan yang tulus kepada mmka yang sccara hngsung maupun tidak hugsung membantu pcnulis selama belajar pada program Doktor di Institut Pcrtarrian Bogor, k h u s q a dalam proses penyelcsaian karya

tulis

discrtagi hi. Kepada mcrcka tmcbut, bcrikut ini pcnulia menyampaikan penghargaan dan ucapan tcrima kasih yang tak tcrhingga :

Rektor, D i r e b Ropm Pascesajana, dan Ketua Program Studi Ilmu

Pcngetahuan Kehutanan Institut Pertanian Bogor, yang telah membai kesempatan - kepada penulis untuk diterha secara resmi mmjadi mahasiswa peserta program doktor sampai sclesai.

Prof.Dr.Rudy

C.Tarumhgkcng,

yang tclah berscdia mcqiadi ketua kontki

pcmbimbing. Disela-scla waldu beliau yang padat acara itu beliau sclalu

kepada pcnuli3.

Prof.Dr.Dudung Danurm~, MA, Pr0f.Dr.H Achmad S d t r o , dan Dr.Bonar M. Sinaga MA yang kcscmuanya adslah anggota k 4pcmbirnbing. Mcrcka ini

adalah juga milik banyak orang yang sclalu mcmbutuhkan wakh, luangnya, namun juga masih berscdia dengan =bar sclalu mcmbcrikan kcscmpatan kcpada pcnulis

(24)

Kcpada Dircktur

Ti

Pcngclola Program Doktor (TMPD) Departemen Pendidikan

dan Kcbudayaan RI pen& rncn&iuhn

tcrhnakasih,

karma atas pcrkenannya

pcnulis diberi kcsanpatan uniuk m ~ l c h bcasiswa selama pen- mcnempuh programDohini

Prof.Dr.Sadan Widarmana almarhum, yaag scbchun akhk hayatnya adalah ketua

komisi

pcmbimbjng pcnuhb. Pcnulir mcnundukkan kcpala mohon

kcpada

A U a h Y M E a c m o g a a r w a h ~ m d a p a t d i ~ d i s i s i A I l a h d a n m n n b c r i k a n

pabala

tlesuai

atau leb& daxi nilai amal ibadah yang tehh

&

i

kcpada-Nya Bcliau tclah banyak membcrikan bimbingan kepada pcnulis sejak awal kehhkaxmya sebagai kctua Lomipi sampai dcngan akhir hayatnya

Dircktur Utama

Pawn

Ptrhutani

bescrta

stahya, terutama: Ir.Pudjo Rahardjo MSc, Ir.Murhh@& Ir.Dodit Artanto, MM, Ir.Hcrnowo Sasongko,

Ir.Kumiawan P.Sanjaya,

Lukman

Hakim, Ir.RM Sardjono, Siswoyo

dan

Tri

Yuwono,

MSc.,MU, yang tclah baayak mcmbcrikan bantuan tautama bwupa ,

fasiltaa

yang

dipcrtukan

p c n e selama me- pcnclith

untuk

discrtasi

ini.

Rcktor dan Dekan

Fakultaa

Kchutanan, Unbaitas Gadjah Mada yang tclah

m a n b e d m kcwmpataa pcnulis untuk mcncmpuh program D o h .

Sclunrh rckan dan gum pcnulis, staf penga&

Fakultaa

Pcrtanian dan Fakultas Kchutanan UGM tenrtama kcpada: Prof.Dr.Sri Widodo M.Sc, Dr-Setyono Sastmmmrb, Dr.Agus Sctyarso, DrDofLan P.Warsit0, Ir.Siantoyo MS,

Ir.Djoko Supriadi, W~jmarko yang tekh mcrnberiknn motivasi, dorongan dan

(25)

Rekan-rekan di Bogor, khususnya Ir.Gunawan MS, Ir.Hariadi

MS,

Ir.Dodi

Supliadi, Dr.Made Benyamin dan semua sahabat yang menempati asrama Cereme Ujung 60 Bogor, yang telah ikut menciptakan kgkugan dan suasana kondusif

untuk

belajar.

Kedua orang tua penulis tcruiama i h d a Ny.Mudm (ah), dan ncnek pcnulis tercinta Xy.Siswowardoyo (alm.) yang sebehrm akhir hayatnya selalu mcmbni motivasi, mangat clan domngan selama penutis mencmpuh program Doktor di Bogor. Kepada kedua merhn bapalc Sueb

(h)

dan ibu Siti Aminah

Adik-adik dan kepcmakan pcnulis khususnya kcpa&: adinda Mdyo Santoso dengan

kehaw, Mulyo Suseno, penulip sangat Mutang budi atas perfiarian khusus yang

Tcrakhir adalah kepada suami penulis tercinta Ir.Kusnarijanto, scrta kedua

anak tcrsayang: KKusvirgantari dan Mima Waayanti, yang telah dnlgan sabar , mcmbcrikan inspire dorongan, pengorbanan dan pematian bagi pcnulis selama

(26)

...

DAFTAR GAMBAR " x

DAFTAR LAMPIRAN

...

xi

...

1.1 Latar Belakang 1

1.2 P e n r m ~ ~ a n Masalah

...

4 1.3 Tujuan dan Kegunaan Pentlitian

...

7 1.4

Ruang

W u p Penelitian

...

8 1

.

5 orgarrisasi Penelitian

...

10

I1 TINJAUAN PUSTAKA

...

12 2.1 Sistem Distribusi Dalarn Tataniaga Hasil Hutan

...

13

2.1.1 Studi b u s di berbagai negara

...

13 2.1.2 Studi distniusihasilhutandilndonesia

...

16 2.2 Studi Penetapan Kayu Bulat

...

18

3.1 Slruktur Pasar Komoditae

...

21 3.2 Optimalisasi Disbi'busi Komoditas

...

26 3.3 Pembmhhn Harp Kayu Bulat

...

33

3.4 Daur Ekonomi Tegakan Hutan

...

42

...

3.5 Biaya Tegakan 46

IV MODEL DAN KERANGKA ANALISIS

...

55 4.1 Pembcnlukan Model Analisis Distn'busi

...

55

4.1.1 Identifikasi dan peqpkuran variabel

analisis di~tribibuai kayu bulat jati optimal

...

5 5

...

(27)

4.2 Analish Finansial Pembentukan Tegakan

...

4.2.1 I d e d f h s i dan pengdmm wuiabel analisis

...

4.2.2 Kcrangkaanalisisfmansial

...

2

....

V DESKRIPS1 KEADAAN HUTAN PRODUKSI JATI

...

5.1 Pcngclolaan Hutan Jati di Jawa

...

5.2 Pot- Hutan Jati di Jawa

...

5.3 Sistem Disbibusi Kayu Bulat Jati di Jawa

...

5.4 Penetapan Harga Kayu Bulat Jati

...

VI

DISTRIBUSI KAYU BULAT JATI OPTIMAL

...

6.1 Pola Oplimal Distnbusi Kayu Bulat Jati Unit I,

n,

III (Sktnario 1)

...

6.1.1 Pola distriiusi optimal jika jumlah penawaran dan

pcnnintaan muai dcngan r d k a i

...

6.1.2 Alokasi penjualan kayu bulat jati Penw Perhutani

...

sistcm lelang dan non lelang

6.1.3 Efisiensi biaya d k t n i kayu bulat jati non

lelang

...

6.2 Dampak Perubaban Produksi Kayu Bulat Jati Unit I,

I& XU

Terhadap Pola Dishibuai Optimal Pada

Skcnario 2

...

6.3 Dampak Perubahan Penawaran dan Pemintaan Kayu

...

Bulat Jati Tcmadap Pola D i s t n i Optimal

6.3.1 Dampak perubahan penawm dan

pennintaan kayu bulat jati Unit I dan I1 tcrhndap pola distribusi optimal pada skenario 3

...

6.3.2 Dampak @ahan penawarm dan
(28)

W

PEMBENTUKAN HARGA KAYU B U T JATI

PADA BERBAGAI DAUR EKONOMI

...

125

...

7.1 Pexkembangan Harga Kayu Bulat Jati 125

7.2

Analisis

Fi~nsialP- Tegahn Jati

...

129

...

..

7.3 Analisis Pendapatan Pada Pola Distriiusi Optimal

.!

134

...

WI

KESIMPULAN DAN SARAN 149

DAFTAR PUSTAKA

...

156

...

(29)

Nomor

-

Tela Haiaman

I. Luas

areal

huian jati di Jawa

...

... ...

...

...

...

2 2. Alokasi dishibusi penjdan kap bulat jati

(Unit I, I1 dan IU P e m Perrfiutan)

...

5

4. Rekapitulasi tebangan A, B-D dan

E

Unit

1

1 '

dan Ill

Perum Perhutani

....

.. ... ...

...

... ....

58

5. Biaya distniusi kayu bulat jati dari KPH

produsen ke lokasi konsumen

...

59

6. Realisasi pen* kayu bulat jati non lelang

per tahm Unit II dan KlI P e m Peri~utani

... ...

60 7. Realisasi produksi per tahun kayu bulat jati

menurut sorthen a d tebangan A

(Unit I, II

dan

Ill)

... ...

... ...

...

.

62

8. Rekapitulasi pennhtaan kayu bulat melalui

distribusi penjualan

non

lelang

... ...

..

63

9. Matrik input-output dishibusi kayu bulat jati

...

66 10. P o d hutan jati di Jawa

...

77 11. Penawaran dan permintaan kayu bulat jati

rata-rah per tahun

...

78

12. Realisasi alokasi produksi

kayu bukt

jati

...

79

14. Rekapitutasi distribusi optimal

dan

n d a a 6 kayu buIat jati pada kondisi pcnawarm dan
(30)

Nomor

-

Teks 1 5. Ekses penawaran dan permintaan kayu

bulat jati

...

16. Penjualan kayu bulat jati sistem lelang dan non

lelang pada kondisi optimal

...

17. Penjualan ksyu bulat jati &tern lelang dan non

lelang menurut 10% konsumen.

...

18. Rekapitulasi biaya distniusi kayu bulat jati

...

ke koasumen Jawa Barat.

19. Rekaphki biaya M u s i kayu bulat jati

...

kc konsumen Jawa Ten&.

20. Rekapitulasi biaya disbiiuai kayu bulat jati

...

ke konsumen Jawa T i

21. F&iensi biaya

dism'busi

kayu bulat jati

...

s k e n ~ o 1

...

22

.

Distribusi optimal lcayu bulat jati skenaxio 2 23. Rekapduhi biaya M b u s i optimal kayu

bulat jati skmario 2

...

24. M b u s i optimal kayu butat jati & d o 3

...

25. Rckapitulasi biaya disbiiusi optimal kayu

...

bulat jati s k d o 3

26. Rekapitulasi biaya dishribusi optimal kayu

bubt jati skcnario 4

...

27.

R

e

-

distribupi lrayLl bulat jati optimal
(31)

Nomor

-

Teks

28. RekapituIasi biaya distribusi kayu bulat jati optimal skenario 1, 2, 3 dan 4 ...

29. Perkembangan harga kayu bulat jati di

Unit I, U dan 111 ...

30. Realisasi penghasilan Pemm Perhutani dari

...

penjualan kayu bulat jati

3 1 . Rekapitulasi biaya pembentukan tegakan jati

...

menurut dimensi daw

32. Realisasi harga jual kayu bulat jati menurut sortunen ... 33. Rekapitulasi pendapatan Perum Perhutani

dari penjualan kayu bulat jati non lelang skenario 1 ...

34. Rekapitulasi pendapatan Penm Perhutani dari penjualan kayu bulat jati non lelang skenario 2 ...

35. Rekapitulasi pendapatan Perum Perhutani dari penjualan kayu bulat jati non lelang skenario 3 ...

36. Rekapitulasi pendapatan Perum Perhutani dari penjualan kayu bulat jati non lelang

...

skenario 4 ...

....

37. Rekapitulasi pendapatan Perum Perhutani dari penjualan kayu bulat jati non lelang

(32)

1. Alur tataniaga kayu bulat jati

...

' 24 2. Keuntungan maksiium pemegang hak monopoli

pada tin* harga tertentu

...

39 3. Tabap produksi di sektor kehutanan

...

54 4. Prosentase h'busi penjualan kayu bulat jati

...

56 5. Perkembangan harga kayu bulat jati

tahun 1989 sampai dcngan tahun 1995

...

127 6. Realisasi harga kayu bulat jati

tahun 199511996

...

138 7. Harga kayu bulat jati berdasarkan
(33)

1. Realisasi produksi kayu bulat jati per tahun Unit I (Jawa Tengah) asal tebangan A, B-D, E

... ...

2. Realisasi produks'~ kayu bulat jati per tahun Unit I1

(Jawa T i ) asal tebangan A, B-D, E

...

3. Realisasi produksi kayu bulat jati per tahun Unit

JII

(Jawa Barat) asal tebangan

&

B-D,

E

...

4. Realisasi distribusi kayu bulat jati non lelang

per tahun Unit I, 11 dan Unit

III

... ... ...

...

...

5. Produksi kayu bulat jati menurut etat

...

6. Permintaan dan penawaran kayu bulat jati

skenario 1

...

7 . Fungsi tujuan distribusi kayu bulat jati

...

8. Distribusi optimal kayu bulat jati .. ..

skenario 1

...

9. Biya distribusi minimum konsumen

Jawa Barat skenario 1

...

10. Biaya distribusi minimum konsumen

Jawa Tengah skenario 1

..

.. ... ...

... ...

...

...

..

...

1 1. Biaya distribusi minimum konsumen

Jawa T i u r skenario 1 .

.

....

...

... ... ... ..

... ..

...

12. Pennintaan dan penawaran kayu bulat jati

skenario 2

...

(34)

Nomor Halaman

14. Permintaan dm penawaran kayu bulat jati

skenario 3

...

247

15. Distribusi optimal kayu bulat jati pada

skenario 3

...

248

16. Biaya distribusi minimum kayu bulat jati

skenario 3

...

256 17. Permintaan dan penawaran kayu bulat jati

skenario 4

...

263

18. Distribusi optimal kayu bulat jati pada

skenario 4

...

264
(35)

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar B e l h g

Indonesia merupaba satu dari liga mgara peaghasil kayu jati terbcsar di dunia. Ke dua negara produsen kayu jati Iainnya, ad& Thailand dan Myanmar. P~eranan hutan jati dabm pcrekonomiau nasional pada u m q dan khususnya bagi Perum Pahutaui

hingga saat

ini

dinG masih cukup pcnting. Kccuali scbagai salah satu ecktor pemghad

aaisa

non migas bagi produsen Or;lkni P m Pcrhutani), komoditas jati masih

mcrupakan andalan pcrolehan pendapatan tea-@@ d i i d i n g hasil hutan non jati lainnya,

yang juga rnmpakan komoditas yang dikelola Badan Usaha Mil& Ncgara (BUMN) tmcbut. Olch scbab idq sudah eclayaknya intensitas pcngclolaan hutan jati hanu lcbih ditingkatkan schingga mampu mcmbtrikaa peranan mahimum bagi pcmbangunan n a s i d Namun dalam pelakranaanrrya

,

pcngclola ha^^ tctap mtmpcrhatikan aspck

kelcstmian s u n k daya a h tersebut.

Menurut dokumcn Pennn Pcrhd (1995), luas areal hutan jati

di

Jawa adalah, 1,066,532.00 hektar yang tersebar di propiasi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

. .

Secara ad- kchutanan,

anal

hutan yang dikelola Pcrhutani di Jawa, dibagi mcnjadi tiga unit ~ I o I a a n , yakm'

Unit

I (Jawa

TmgA),

Unit

II

(Jawa T h w )

dan

Unit III (Jawa Barat). Luas hutan jati di masing-masing Uuit a b u t disajikan dalam Tabel 1.
(36)

Tabel 1. Luas Areal Hutan Jati di Jawa

Hutanproduksi P m t a s e

Lokasi llm.

[image:36.534.46.477.28.693.2]

Jati+non jati Jati

...

(ha)

...

(%)

Jawa Tengah (Unit I) 603,737.20 312,132.13 51.70 Jawa

T i

(Unit IL) 840,984.94 569,683.20 67.74 Jawa Barat (Unit

IIl)

511,578.26 184,716.74 36.11 Sumber : Statistik Perum Perhutani Jakarta, 1995

Nilai kayu bulat jati yang thrggi tcrscbut mendorong pengclola untuk lcbih meningkatkan produktivitasnya, seiring dengan tuntutan

Pcrmintaan

pasat

Y a w

aemakh kompetitif.

Di

ski lain, era globalisasi per- bebas yang akan diterapkan pa&

tahun 2003, kelak akan mcrupakan fakbc yang harus dipertimbangkan secara khusus bagi

strategi cfisiensi di semua aspek manajemen pengelolaan hutan produlcsinya.

Sejak diterapkannya larangan ekspor kayu bulat tahun 1985, semua kayu bulat jati yang dihasilk;tn P m Pcrhutani diper- di dalam negeri Pcmasaran

di

dalam

negcri hingga saat ini d h b d a n mclalui cara lclang dan

non

Iclang. Penjclasan secara rinci mcngcnai stategi pcnjualan tersebut, diuraikan pada Bab lam naskah ini.
(37)

hak monopolinya tersebut nampa4 bahwa &lam hal penjualan kayu bulat jati meskipun penetapan harganya ditentukan Pennn Perhutani, namun diduga harganya masih belum menmmhkan Ililai sumber daya alam y a y sesmgghya

Walaupun di sisi

Iain,

scbenarnya Dircksi Perum Perhutani juga memiliki kewenangan

dalarn ha1 mtnctapkan stratcgi penjualan

secara

be& pcbagai pcmegang

hak

monopoli.

Stratcgi yang hingga saat ini masih ditmpkan dahm pcrdagaqpn basil hutan adalah, sistcm lclang dan sistem non Ielang. Kcwamgan Dircksi yang cultup besar tcrsebut sering mcnimbdkan dampak tcrhadap dua masalah, yaitu : (a) masalah cjEdarai dan, @) masalah radon&& Kcdua masatah dimalwud mcrupakan f o b utama yang akan & i dalam penclitian ini

Masalah

efisicnri dalarn pcnelitian ini

digunakan

pcbagai indikatm untuk

mengctahui sejauh mana sistcm pcrdagangan kayu bulat jati y w g ditcrapkan hingga saat

ini &pat membcrilran tingkat kcpuasan pada semua pclaku ckonomi yang tcrlibai.

M a s a l a h r a k d k i , s t u d i i n i m ~ ~ y a d e n g P n f a l d o r ~ j u a l D i ~ ~ j u a l

kayu bulat jati yang diatapkan sekarang mash kumg mempcdulikan &ur ekonomi Dcngan d e d c h , studi ixti ditujukan unhlk mcngctahui tentang scjauh mana penerapan

(tnplunm*9i) sistcm dimaksud dan darnpaknya tcrhadap pclaku ekonomi yaitu

pr- kmumen dan pcmhtah.

Pc*

dikcmukakan dalam shrdi ini, bahwa pcmbcntukan kayu bulat jati ihr

mcmcrtukan jangka waldu panjang. Karena itu, nilai produknya

sccara

hansial harus

dapat mcnccnninkdn biaya pcmbcntukamya tmcbut Parnasalahan

itu

rncnunjukkan
(38)

dib- untuk mem# suatu barang. Hingga saat ini kayu bulat jati dinyatakan

masih memiliki niIai ekonomi terdbnggi b p i n g kayu-kayu lain yang

dihasilkan

sektor

kehutman. Kecuali itu, peranamrya bagi Perum Perhutani tenrt;rma sumbangamrya daIam rne@ad.kan pcndapatan tidak dapat diabaikan. Ber- uraian di atas, maka

adanya suatu penelitian yang membahas tentang permasalahan yang berkaitan dengan

pcrsoalan kayu bulat jati, tautama yang menyangkut ketedabn antara pembcntukan

clan distribusi baraag dalam tata niaga masih layak untuk

clilakukan.

1.2 Perurnusan h h d a h

Hingga saat

hi,

pcnjualan kayu bulat jati di &lam ncgexi maaih dilaksanakan mclalui

&em lelang dan non Iclang. Tennasuk sistem non lelang adalah, pcnjualan melalui sistem pcjanjian, dan pcnjualan cara langsung. Untuk mcmperoleh bahan balm merzllui sistem

non lelaag, konsumm diwajibkan mengajukan permohonan sccara

tcl.hrlis

kepada Dircksi

P~nrmPehb&KepalaUnitatau AdministraturdiwilayahlrejaPmmrPerhtxtaui

..

Sebagai tindak lanjutnya, pcngelola menerbitkan surat W t a h pen* yang clbmkan surat perhtsh alokasi pcqiualan (SPAP, SPP dan

SIP-KPH).

Sccars rind pcnjelasan

masing-- surat dimaksud disajikan

ddam

Bab lain

naskah

ird. Untuk mengetah1

alokasi pcnjualan kayu bulat jati menurut sistem pcmasaramya yaitu sistem lelang dan

(39)

Tsbel2. Alokasi Pcnjualan Kayu Bulat Jati di Unit LII dan

LU

No. Tahun Rcalisasi Sistem penjualatt,

p t n j d

Lelang Non lelang

1. 1980 485,024.00 Pm Pm

2. 1981 517,947.00 Pm Pm

3. 1982 557,917.00 Pm Pm

4. 1983 590,264.00 Pm Pm

5. 1984 626,989.00 FQ" Pm

6. 1985 649,149.00 Pm Pm

7. I986 626,918.00 Pm Pm

8. 1987 613,818.00 Pm Pm

9. 1988 642,738.00 Pm

Pm

10. 1989 687,568.00 62.50 37.50

11. 1990 620,029.00 61.38 38.62

12. 1991 553,995.00 65.02 34.98

13. 1992 681,847.00 31.98 68.04

14. 1993 724,977.00 46.70 53.30

15. 1994 730,959.00 37.57 62.43

16. 1995 644,908.00 39.32 60.68

17. 1996 723,770.00 27.57 72.43

Sumber : Statistik

P

m

P~~ Tahun 1980 dd 19%

Tabcl 2 mcnunjukkan belum adanya pola yang tmtrulmu dalarn menata manajcmcn pcnjualan Dismpins masalah distrrbusi,

aisi

lain yakni kcputusan tentang
(40)

Pcranan dinksi tersebut dalam &em penjualan non lelang adalah, mulai dari mencntukan produsen, mengatur volume penjualan, menetapkan harga, dan memiLih

konsumen. Kenyataan tersebut di duga akan menimbdm kcndala pemqmm antara lain berupa panjangnya rantai birohasi untuk mendapatkan bahan baku bagi konmmen

industri. Masalah itu akan memicu munculnya kondisi in-c#sicmi pa& pengelolaan

hutan jati di J a m Oleh scbab itu fcnomena di atas, menarik bagi pcneliti untuk

.

.

mcngaaaltslsnya sccara lcbih rinci. Karcna ilu, analisis tcntang pola dktribusi kayu bulat jati non lelang dan ketcrkaitannrya dengan tingkat racion&aPi harga jual merupakan fokus utama yang akan diiahas

daam

&lam Bnrdi ini Sepcrti hahya distxibusi, harga jualjuga ditctapkan w x a scpihak oleh produrm dan bukan atas dasar rnekankmc pasar. Dampak stratcgi pcnjualan scperti dikemukakan di atas tersebut diduga akan mcnimbuhnkan dua masalah yakni : (1) masalah eJ%iasi clan, (2) masalah r a d o d a s i . Kcwenangan unit pengelolaan di dacrah, stperti KPH ( K ~ t u a n Pcmangkuan Hutan ) pro$usm adalah sangat tcrbatas, dan hanya berperan sebagai pelaksana yang hams mchksamkm inetrul;pi dari dircksi Oleh scbab itu yang

benangkutan tidak d i i kcwenangan &lam mcnenlukan kebijakman Dampak yang

dithnbutkan scbagai akibat ditcrapkannya manajemen pengelolaan di atas adalah : 1. Dismiusi non Mang yang ditctaplran sxirig tidak

m c m d

ko~~sumen.

ski lain kelihatan masih nampak adanya pcrbcdaan kinaja antara KPH- pfodum dilingkunganpcmutani.

(41)

dir-

3. Munculnya eksa maupun hwpenawaran dan atau permkhan kay-u yang dipasarkan, sering bersifat semu ma,keadaan tersebut bukan kamm

kcnyataan akan tctapi lebih discbabkan karena infbrmasi ya& diterima pelaku ekonomi tersebut mcmang kurang lengkap.

Olch scbab itu, mclalui pcnclitian ini diharapkan Pexum Pcrhutani mcmpcrolch masukan, tmUama dalam rangka mcncmukan pola pa@olaan sistcm distribusi pcnjualan kayu bulat jati, khususnya yang dmi melalui cara non lclang schiqga mcnjadi

lcbih cfidur Di sisi lain, hasil pcnclitian ini dhuapkan dapat d i p q u h m menjadi bahan acuan konaumcn, tcrutama dalam ha1 m d KcMtuan Pcman&m ~ u t & WH) produscn scbagai pcnycdia bahan baku menurut pedmbangan ekmomi

1.3 Tqjuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dmgan latar belakang masalah yang telah diuraikan di muka, penelitian ini batujuan uniuk :

1. Mcnemukan pola distribusi kayu bulat jati optimal dari produsen ke k a w m m melalui sistern pcnjualan ntm leIang.

2. Mcngctahui baamya lingkat efisicrrd biaya dishnbusi pa& pola dishibusi optima. 3. Mengctahui distribusi pmjualan kayu bulat jati Pexum Pcrhutani antam sistcm non

lclang pada kondisi optimal dan sistcm lclang.

4. Mcncmukan tingkat harga pasar

kayu

bulat jati yang l e b i raaiond menurut dim&
(42)

5. Mengctahui tingkat penghasilan P e m Perhutani pada pola distribusi optimal dengan tingkat harga yang lebih rdonal, sesuai dengan biaya pembmtulmnya.

Apabila penelith iui dapat mencapai hasit sesuai dengan tujuan peaelitian, diharapkan kcgunaamrya dapat clirasacan pihak-pihak yang berktpentjngan, yakni :

1.

Perum

Perhutani, h a d penelitian

iui

diharapkan &pat meNpakan saran terutama tcntang impiWapi kcbijaksaman pmasann kayu bulat jati di dalam ncgcri

2. Konsumcn, hasil pcnelitian ini -kan &pat bcrpcr;m sebagai bahan pathbangan dalarn rangka mcnentukan aitemalif yang terbaik, trmtama tentang pemilihan KPH produsen. Dampak po&hya adal;lh, konsumcn akau mcncrima biaya

distribusi

yang

kbih murah (Iebih efkim).

3. Pcmcrintah, scbagai pcmilik sumbcr dapat mcmpemlch nilai (rat&) ckonomi yang

wajar.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Sitem distribusi non lclang

dan

Ielang dalam memasarlran kayu bulat jati di &lam

ncgcri, hingga saat ini masih ditcrapkan Pmrm Perhutani Kc dua sistcm tencbut sudah ditmpkan sejak tahun 1963 sampai stkarang.

Oleh karena &&memi dircksi PcnunPcrhutani dalam penjualan non lelang meliputi

sisi

pcnawaran dan pcrmintaan, maka penclitian

ini

d i t u j b mtuk mcmbahas tcntang

rnalbis

optimalisssi distribusi terhadap kc dua pelaku e k d tcnebut. Untuk ilu,

aistcm

(43)

P& dijelaskan &lam Sub Bab ini, bahwa sistem pemasaran prduk kayu bulat jati diatur bQdasarkan Surat Kcputusan

DirekPi

Perhutani, SK.N0.305/KPTSlDir/l990 yang diperbatui dengm

SK

No.29%2KFTS/Dir/1994 Tentang Pedoman Pcnjualan Dalam

Negcri Dalam Surat Kquhwan tcrsebut ditetapkan bahwa, sejak ditaapkan larangm ekspor kayu bulat (tahun 1985), dktriiusi kayu bulat jati dalam ncgeri ditctapkan me@

cmpat (4) stratcgi pcnjuslan yakai : (1) Pcn@ahn dcngan Man* (2) p e n . .

lanesung, (3) pen* klang dan, (4) pen- hin-l-

D

h

pcnclitian hi, pcnjualan dcngan pjanjian dan pcn@ahn hugsung discbut dcngan pcnjualan (distribusi) non khng Distniusi optimal yang dianali$s &lam

pcnelitian ini adalah

dishibusi

pcnjualan kayu bulat jati mclalui stratcgi non lelang.

Disampins masalah dhi'busi sebagaimana dijelaskan di muka, faktor harga jual kayu bukt jati yang

dipasarkan

juga merupalran aspek yang akan dikaji datam penelitian

hi. Tbgkat harga yaog

ctacrima

produscn pada dimcnsi daur yang gama akan ch'bandingkandcngantingkat~menurut hasilanalisis6nansialbcrdaJarkaakonsep

lnilai stkarang ( Present Value). Peneh~~uran tentang tingkat harga yang ditedm produsen mtnarik untuk diteliti, kamm dircksi masih mencrapkan kebijakan "one price policy" d q w mcngabaikan maralah daur (mtasi).

Dari uraian

di

ataa menimbulkan kaan, scolah-olah harga ti& ditcntukan

okh

samMya daur. Di siri lain, asptk distniusi yang ditcfdpkan promUtn dianggap tidak mcmbawa bqrpak pen- t d d a p pckku ckonomi Ke dua masalah id, mcrupakan inti

(44)

1.5 Organisasi Penelitian

Pa& Bab I, dijelaskan mengenai latar be- penelitian ini d h k s m k q tujuan

yang akan dicapai permasalahan yang harus dinnnuskan untuk membatasi lingkup

penelitian supaya Iebih terarah W g g a tidak meluas kepermasalahan yang tidak terkait

denga aspek penelitian Bab

JI

memberikan infontmi tentang penelitian yang pentah

dilakukan di negara lain maupun

di

Indonesia mengcnai dishiusi h a d hutan, sehingga ditemukan kondki yang lebih &en dalam aspek pengelolaan. Aspek dirnaksud

mtara lain adalah, p a l a n biaya pro&ksi minimum, biaya dishiiusi yang murah dan, indikator e k o n d lainnya Disamping itu, pa& bab yang bcrsrmgkutan juga dikcmukakan

pcranan harga tcmadap pcmbcntukan pendapatan Perhutani Bab Ill pcneEtian ini mengwahn tentang landasan te& yang gayut dengan analisis disrribusi optimal dan

analisis

fkmial prmbcnhhn harga prod&. Untuk membahasnya di* nilai vatiabel tenrkur

(dcrcnntrisrr). Oleh sebab

itu pada Bab

IV

dijelaskan pengukwan clan

identifihi tcrhadap semua variabel yang di analisiq

aPumsi

yang model u m q dan kerangka operaaid yang kehk d b a h i s dengan memanfiattan data lapangan yang

sahih (sudah teruji validfamya). Disamping itu, pa& Bab yang sama juga dhrahn

j-=a sampai dengan

d

khusus yang

digunakan

untuk kepcntingan a d h i s
(45)

Berdasarkan infinma& yang dikcmukakan pada Bab I dd Bab

V

tersebut, maka Bab VI naskah ini mcnyajikan hasil anakhya. Pa& Bab VI -but disaJhn had analisis her- sk&o yang diajukan &lam kerangka

analiris

disbibusi opthnal yakni

,

keputusan distriiusi yang disien. Di sisi lain, distriiusi optimal yang dibahas di Bab

tcrdah& manbcrikan dampak berupa rasionalkmi nilai produk yang kelak akan

mcngimbas tcrutama pada pcoghasilw pcnuahaaa Unhlk mcngctahui h a d a d i d s di atas, Bab W -a sesuai dengan & d o yang diajukan. Pembahasan yang

di kaji adalah ten- a&nya ketdaikm ant- sisiem distdbusi dan barga yang tcrbcniuk di pasar dalam ncgcri, khususnya untuk kayu bulat jati

Berdasarkan had analisis di Bab M dan Bab W &pat di ambil kcsknPula& s q m t i diwaikan dalam Bab Vm. Di Bab yang sama (yakni Bab Vm) tersebut, sckatigus diajukan saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitan dan saran untuk penelitian

(46)

I1 TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu -tan kchutanan adalah memprodulrsi kayu. Dalam mcmproduksi

kayy =lain rncmdukan waktu yang relatip panjang. kcgiatan produhi kayu ini

memil& c5, bahwa antara kapital clan riap tidak dapat dipisahkan. Perpyataan di atas merupakan

ciri

pcngusahaan hutan, yang berbeda dengan unit usaha lain di luar sektor

kchutanan 1-( 947; Davis, 1987).

Kayu mcrupakan salah satu komoditas yang mcmpmyd pcmhtaan tidak langJlmg ( W e d rlunrurd), yang mcmiliki lcrcng ncgatip. Ciri ncgatip tcrscbut, bukan karena berlakunya hukum pert;mrbahan kepuasan yang makin behxang (me

h w o f &hhhing

e),

akan tctapi discbabkan oleh hukum peiiambahan hasil yang makin bcrkuang @cm,l%O).

D b

uraian tcrdahulu dikcmukakan, bahwa tujuan pcrusahaan mengelola hutan produksi yang mcnjadi koaaesi Pcnrm Pcrhutani adalah untuk mempaolch kcuntunpn f i n d . Oleh scbab ity scbagai produsem

Pemn Ptrhutani

harur

dapat mcngahu kombinasi faktor-fi&or produksi cltcara

optimal untuk &pat mmcapai tujuan tersebut Di antara faktor produl;ai dimaksud '

adalah, masalah panidhatan bahan baku bagi industri yang bagi produsen tabit dcngan bagaimana straw pemasarannya serta bcrapa &@cat harga output tersebut kclak akan ditctapkan. Sclama ini sistcm pcnjualan kayu bulat jati maupun sistcm

pcnefuan harga y m g ditcntukan oleh Pentm Perbutam' scbagai promUen ~UQZ@, mcmiliki ciri tcrtenhr.

Di

mana chi tcncbut tidak dijumpai pada komotitas lain (yang dimakaud adalah jcnis komoditas di luar scktor kchutanan). Dalam tinjauan pustaka hi,

akan

diunikan

bcbcrapa studi yang mcmbahas tcntang

rupek

distribusi ppcnjualan kayu bulat dan tingkat harga yang digunakan baik di Indonesia maupun

M

yang smu
(47)

kayu bulat dan tingkat h g a yang digunakan baik di Indonesia maupun ha1 yang sama

yang pemah dilakukan di luar Indonesia.

2.1 Sistem Distribusi Dalam Tatanlaga Hasil Hutan 2.1.1 Studi Kasus di Berbagai Negara

Untuk sampai kc kofwmcn, suatu barang yang diproduksi &pat

didism'busikan

mclalui dua cara yaitu : (1)

cara

lartgsung dan, (2)

cara

tidak langsung (Kottler, 1986). Alur komoditas dari produsen sampai ke konsumm terscbut

di

atas, dinamakan

dcngan dman tataniaga atau mtai pemasaran.

Kcputusan produm tentang pcmilihan tcrhadap aalah satu sistcm distribusi

yang kclak akan ditcrapkan dalam rangka memasarkan suatu produk rnempakm

kebijaksanaan yang paling kaku Kebijaksaman distribusi dianggap kaku,

karcna

dcngan mengubah sistcm yang sudah

dipilih

tersebut, dam* perubahamya akan

melibatkan banyak pihak. Oleh karma itu keputusan distribusi seperti dikcmukakan di ' atas sering dhmakan sebagai suatu kcputusan yang disebut dengan "One T i

Sbrdrgic Decision" (Bressler, 1970; Kottler, 1986). Manajer setalu a h memilih

sistem distribusi yang mampu memberihn kepuasan maksimum terhadap m u a pclaku ekonomi yang talibat dalam sistem perdagangan suatu produk, sehingga ketika itu tingkat

e/isiura'

usaha

dinyatakan

akan

&pat diraih (Koopmam, 1949).

Menurut Dykstra (1984) dan Taha (1993), masalah distribusi komoditas dari

produstnkck~~uxncndakmtataniaga~~bcnamyamcrupakanproblcn~rransportaSi

yaitu suatu masalah k h w programasi garis @rogrum Itricr). Distriiusi barang

(48)

setimbang, sementara pads kondisi dimaksud biaya distribusi yang kelak timbul scbagai konsekwmsi dari adanya transportasi barang @rorhtct) adalah minimum

(Dantzig, 1951; Markland dan Sweigart, 1987).

Sudah banyak penelitian di bidang kehutanan yang mcnggunakan program linicr sebagai alat

analisis.

Hal terscbut dikemukakan oleh Martin dan Smdak (1973) dalam

pcmyataan Dykstra (1984) yang mengatakan bahwa, &lam 416 p u b W tentang aspek hutan dan kehutanan, hampir 49 persen diantaranya mcnggunakdn program linier scbagai alat .a- Boungiomo dan Gilless (1987) adalah dua dari banyak pakar kehutanan yang sering mcnggunakan program r k t opcrasi -but untuk

adisis dismbusi hasil hutan baik secara domatik maupun antarncgara. Penerapan model MOSKAYUINDO mcrupakan satu bukti implcmentasi arus distri'busi h a d hutan yang pemah diterapkan untuk b u s distniusi hasil hutan di Indonesia. Studi

tentang pcnyusunan model percncanaaa perlcayuan yang mengatur arus kayu dari hutan ke pusat-pusat pelabubaa maupun ke sentra-sentra industri pengolahan tenicbut juga dilakukan para ahli lain, seperti Koopmans (1949), Dorfinan (1958),

Bare

(1978) .

dan Nasmdi (1982).

Menurut Hollcy (IWl), Wagner (1975) dan Loomba (1976), uji optimalisasi

yang tcpat untuk mcnyclcsaikan masalah distribusi dan alokasi produk adalah dcngan

mcnggunakan model h.ansportasi yakni satu masalah khww program linicr. Adler

(1971) dan Dacllenbach (1978) mengatakan bahwa masalah tmqmbwi dapat

(49)

Sistem distribusi optiaal pa& persoalan perdagangm produk kehutanan dan

jasa (asaignmurtproblun) juga pemah pemahliti oleh Holland & Judge (1963), Pears & SydneyslniUl(1966), Honey (l971), dan Segemrom (1978). Hasil penqlitim tersebut menyatakan bahwa suatu &em di mana harp sama dengan biaya aajinal

mempakan syarat yang perlu (necastq c o n a n ) untuk &pat mencapai alokasi s u m k daya yang optimal. Pada kondisi tersebut hasil an& tmcbut

akan

&pat

mcncmukan tingkat e@bsi biaya dhibud dari beberapa aitcmatif yang

dha-

Bcbcrapa had pcnelitian tentang masalah dishiiusi yang dianalisis dcngan

mcnggunakan program iinicr (& )- yang sudah diteliti bcbcrapa ahti

s c p d dikemukakan di atas mcnggambarkan bahwa, pcrmasalahan a m pcmindahan pddc dari produstn kc konsumcn bukan mcrupakan hal yang sedcrhana, namun m e m m pcngkajian khusus untuk &pat mememukan solusi optimal yang mampu m k e p mmaksimum bagi pclaku eLonomi yang tcrlibat. Oleh scbab ily ,

rmtuk &pat model dhnaksud &iutuhl;an beberapa tahap identitilcasi

yahi, identimcapi : miabel kcputusan, kocfisien fimgsi tujuaa, biaya dishiiusi, limgsi

biaya minim- ketcrscdiaan sumbcr, pcrmintsan-pmawaran dan iddSkasi kcndala (Markland & Swcigarr, 1987 ; Taha, 1993 dan Dykstra, 1984). Pcrhr dikcmukakan

(50)

2.1.2 Studi Distribusi Hasil Hutan di Indonesia

Seperti dikemukakan dalam uraian terdahulu, studi tentang arus distribusi h a d hutan temyata telah banyak

dilakukan.

Disbiiusi produk dan jasa yang diteliti temebut

meliputi hasil hutan kayu dan non kayu. Studi tentang distribusi dimaksud juga sudah

scring dikbkan di Indonesia.

Studi yang mengJqji tentang pola suplai

kayu

dari hutan ke pelabuhan dan sctcmmya didistri'bt~&%~ ke industri pengolahan untuk mcmenuhi permintaan

bcrbagai segmcn pasar stcaa regional pernah dilakukan oleh Nasendi (1982). Iiasii pcnclitian tnstbut mcnggambarkan bcbcrapa altcrnatif yang dapat membantu pcnentu kebijaksanaan dalam mcncrapkan stratcgi pembarrgunan wlnor kchutanan nasionat Di aniaranya adalah, hasil studi mampu menyusun strategi optimal sistem distribusi kayu

antar pulau, rnengident5kasi 10% hutan berdimensi waktu yang dapat ditebang dengan memperhatikan aspek kelestaxiannya, menetapkan industri pengolahan hasil hutan yang stratcgis sesuai dengan ketcrsediaan bahan baku dan mengidentiiiki

suplai bahan baku di masing-masing hutan pnxhbi &lam jangka waktu tertentu.

Sakunto (1982), dan Limba (1988) juga melakukan studi yang sama yakni

mcngkaji suplai kayu di *ah pcmbanguan utama

B

(WPU-B) dan wilayah pcmbangunan utama

D

(WPU-D) untuk didisbibusikan ke Jawa sebagai lokasi

permintaan bagi mdushi

hasil

hutan. Dari h a d Malisis &pat dikcmukakan bahwa,

tcmyata ada ekses pennintaan sehingga kapasitas tcrpasang aebagian bcsar mdustri

yang a& tidak dapat dipenuhi Dengan demikian apabila kondki tersebut tidak dianti+si, rmkP dampaknya akan dapat mcngimbas pa& kebcradaan industxi itu

(51)

melaksanakan studi tentang aspck perdagaqpn kayu bulat untuk tujuan ckspor ketika belum diterapkan larangan ekspor kayu bulat.

Sehubungan dcngan besamya potensi hasil hutan yang dimiliki Indonesia, temyata menarik perhatian Buongiomo (1980) untuk menyusun mod4 perencanaan sektor pcrkayuan yang mmghji arus kayu dari hutan (yaitu tcnnasuk KF'H-produsen

dan atau HPH di luar Jawa) ke sentra-sentra indusiri pengolahan Manfaat model tersebut antara lain adalah, bahwa ternyata dari hasil optimalb4 solusinya dinyatakan &pat mengantiaipasi knusakan hutan apabila, pcmilik hak konsesi (yakni : HPH), pemnintah dan scmua pclaku ekonomi yang terkait dengan pcrmasalahan h a d hutan bersediw untuk mcmatuhi scmua rambu-rambu yang sudah disepakati.

Bcrdasarkan hasil studi di atas &pat dinyatakan bahwa persoalan distniusi produk merupakan problema tersendiri yang perlu dimmati untuk mengantisipasi

kemmkan hutan produksi. Diantara studi yang pemah dilakukan, ternyata pcrsoalan optimalisasi distribusi kayu bulat jati belum banyak diteliti olch masyarakat kehutanan baik di Indonesia mauplm oleh masyarakat kehutanan lain di luar Indonesia. Hal tersebut antara lain

dikarcnakan sistem

pcrdagangm kayu bulai jati khususnya,

mcmiliki sistcm pcmasaran yang spcsimc. Olch karma itu, pmelitian ini mcncoba untuk mcngkaji sjauh mana tingkat c f i s i d sistcm distribusi kayu bulat jati yang saat ini diterapkan di Indonesia.

Sistcm dism'busi kayu bulat jati yang ditctapkan P e m Perhutani scbagai salah satu Badan Usaha Mil& Ncgara @IJMN) binaan Dcparicmm Kchutanan RI tmcbut

mnrarik untuk ditcliti, menghrgat I t e m yang diterapkan tersebut sudah bdmfpung

(52)

pcrtanyaan, apa keuntungannya bagi Penun Perhutani (khususnya) dari penerapan

&tan distriiusi kayu bulat jati yang masih berjaIan hingga saat ini tersebut.

2.2 Studi Penetapan Haqa Kayu Bulat

Analisis penetapan harga kayu bulat merupakan salah satu i m p W t w n sebagai dasar analisk permintam dan pcmbentukan harga hasil hutan pa& umunmya (Ducrr, l%o, Gregory, 1974). Kayu bulat b d dari nilai tcgakan (s&nrpage) di

hutan, yaw proses pem-a mwpakan proses prods (Grcsory, 1974;

K

l

-

,

1996). -, produksi tersebut mmdliki spe&kasi sebagai btrikut :

1. Pabrik sckaligus merydan produknya, schingga lokasi proctukrinya bcrsifat permanen, arlinya tidak dapat dipindahkan,

2 jangka waktu pembcntukan nilai tcgakan memerlukan waktu relatip panjang,

riap mcnpkan pcdoman untuk menaksir produkPi

Dalam kaifannya deagw proses pembmtuican tegakan, masalah penetapan daur mmjadi pentin& karcna darinya dapat ditaksir nilai ekonorni tepkamya

(Opcnshaw,1980). Olch karcna penetapan harga kayu bulat bcrasal dari nihi tegakan (ifwpge), maka pcnentuan &ur ckonomi mcrupakan faktor penting yang hanu

mcmpdmbangkan bcrbagai aspck an- lain, aspck ckonomi yang mcrupakan ciri pcngusahaan hutan yaitu : AAC dan arpck non ckonomi antara lain adalah kelcstarian. Daur, menurut Davis (1958) dalam The American Society Foreatm

(53)

Dalam situasi ekonomi yaog s e m h komplelcs, penentuan daur ekonomi

diamhkan agar lebih dinamis dengan mempertimbangJan berbagai aspek, baik aspek ekonomi maupun aspek t e e (Sumitro, 1992). Seperli d i k e dalam uraian terdahulu bahwa hasil hutan sebagian betar pada umumnya memiliki permintaan tidak

hgsung (daived dimand), schingga perminiaannya biasanya adalah,

Alasan seperti dikemukakan terscbut itu, sebenamya yang merupakan kcndala bagi

produsen untuk menganhipasi perubahan permintaan melalui kebijaksylaan hrgx

Oleh kare~ny4 penetapan

harga

tcnnasuk

penetapan kayu bulat

cmdenmg ditujukan untuk membanfu prcxluscn dalam rangka mengkaji tingkat rasiionalisasi harga, ditiajau dari aspck kclestarisn pcngeldaan tuhadap nilai sumba daya hutan. B e r e fakta di atas, untuk &pat mcnctapkan harga kayu bulat (log) disarankan, hendaknya pengalola selalu berpedoman dari nilai tegakannya (Duerr, 1974; H a m 1977 dan

m&,

1980).

Dapat dikemdakan dalam uraian ini bahwa j m e b yang m-ji secara , eksplisit tentang penetapan harga kayu bulat

behnn

banyak

dilakukan,

karena

merupakm ha1 yang masih

banr

Triguno (1984) mengemukakan, bahwa untuk dapat

mcnemukan nilai kayu bulat, scbaiknya dimulai dasi analisis perinintam bcrsama

(joint dunand) ataJ scmua faktor produksi untuk memprodukji produk yang

bcrs;mgkutan

(54)

pemb- dan penetapan rente ekonomi (tennasuk adalah : fee, pajak, dan iuran

h a d hutan) baru &pat ditaksir nilai kayu bulatnya (Gregory, 1974; Klempereq 1981). Studi yang membahas kekrkaitan antam niZai tegakan dan pasar kayu bulat

dalam ran& mcnjelaskan adanya pennintaan yang beantai (yang dimaksud adalah :

permintaan tidak langsuns) bagi sebagian h a d hutan, pemah

dilakukan

oleh Haynes (1977).

Bcrkcnaan dcngan ulasan di atas, dapat dikemubkan bahwa sebcnamya yang

aimaksud

dcngan harga dasar suatu kom& had hutan ad& rtilai tegakan. Mcnund

Davis

(1954), nhi tcgakan dimaksud pcmbenbkannya dipengar& olch

faktor-f- eepnti : (1) biaya produksi, (2) tingkat bunga m a (3) keadaan

(55)

111 KERANGKA LANDASAN TEORI

Analisis tentang pmmusan masalah yang dihadapi Pcnrm Perhutani mengcnai penmamu kayu bulat jali, khususnya yang menyaugkut poIa dkhibusi dan strategi penentuw harga komoditi seperti dikemukakan dahm tujuan peneHfian di muka, memedukan landasan ttori Landasan t& yang akan

dipergunakan

sebagai kerangka

analisis

adakh, teori-ttmi ckonomi yang gayut dengan problcma penelitian. Landasan teori yang gayut

bcnama

dengan infonnasi data lapangan yang sahih mctupakan s i n e yang diharapkan &pat menunjang validasi hasil analisis yang kclak akan ditcmukan dahm studi

ini

Sccara rind landasan t e d yang gayut dengan pnmasalahan tentang pemasaran kayu bulat jati di wilayah Pcrum Perhutani dijelaskan scbagai becikut :

3.1 Strukur Pasar Komoditas

Mcnurut Rich (1970) dan Hayxs (1977) yang dimaksud dengan seuktur pasar '

adalah, sifat-dat pasar yang berpcranan terhadap pembcntukan harga komoditas, sehhgga mcngimbas pada sifat pcrsaingan I n f d tcntang struktur

pasar menrpakan m a d m pen@ dalarn rangka meramallcan posisi perminlaan pa& tinglcat harga tcrtcntu.

Bebcrapa unsur utama yang tcrdapat dalam struktur pasar adalah, konscntrasi pcnjualan dan pcmbeiian, tataniaga, difercmiasi produk, tingkat pettumbuhan

pambtaan, elastisitas barga, ratio biaya Mlisbel tcmadap biaya tetap, disparitas barga

(56)

mempcngaruhi kinerja industri yang menyaap produk yang dipasarkan tmebut. SIruktur kayu b a t jati memiliki s p e d i h i yang berbeda dengan komoditas lain,

karcna

sifat pedntaannya tidak hgmng ( W e d clanand), dan pasamya monopolisl2it. SSeubungan dengan chinya tersebut, &lam kerangka

hti

hanya aspek tatan@ saja yang akan dikcmukakan.

Saluran tataniaga

Untuk sampai kc konsumen, suatu barang dapat d i p a s d m secara langsung dan tak langsung. Sccara hgmg, jika barang yang dipasarkan tembut proses pmawmnya tidak mclalui

aha

tataniajp Tidak a& lcmbaga lain yang tcrlibat kc& produsen awd dan konmncn akhir (end user).

Cam tak wung,jika diantara prod- dan konsumcn terscbut ada rantai pcmasaran yang dinamakan saluran tataniaga (Bressler, 1970; Kotler, 1986). Menurut

B d e r (1970), kchadiran pedagang perantara sering dipcrlukan, karena selain

membantu m e n y e d e b d m pclaksanaan fbgsi pemasaran yang seharusnya

&bebadcan kcpa& produscn juga akan mempcrlancar anrp komoditas. Narnun sering tqiadi, justru kchadiran pedagang pcrantara mrmpakan kendala bagi lancarnya arus barang. Hal tcntbut dapat tcjadi jika saluran tataniaga sudah scdcmikian panjang, sehingga mengakibatkan tidak cfisien dan tidak adil &lam ha1 pembagian k c u n w p r o j S I margin (Hayncs, 1977). Kasus yang tcrjadi pa& pcmasaran kayu bulat jati yang a& di dalam ncgeri adalah, sistem distriiusi komoditdsnya ditcntukan

(57)

W t a s sistem tersebut memiliki saluran tataniaga yang relatip pendek. Oleh karena

sifat barang yang dipasarkan tersebut mmpakan produk perantara ( ~ m c ~ goo&), maka persoalannya menjadi tidak sederhana. Untuk &pat melihat gambaran

yang lebih jelas tentang a m ta- kayu bulat jati di dalam negeri, Gambar : 1

bcrikut menyajikan dalarn bentuk

flow

saluran tataniaga kayu bulat.

Tataniaga kayu bulat jati dari KPH produsen di wilayah administrasi kchutanan yaitu Unit I, I1 dan III scbagian bcsar discrap oleh konsumen swasta (tmliri

dari

konsumen indud maupun pedagang individu) dan hanya sebagian kecil saja (yaitu antara 8% d d 12 Yo) yang masuk kc industri milik Pcrum Perhutani sendiri Namun dalam tataniaga ini String aha ta- kayu bulat tersebut mcnjadi aangat panjang karena ulah

pcdagang.

Kcadaan tersebut akan kelihatan nyata pa& sistnn penjualan lelang. Sedang pa& pcnjualan non lelang alur tataniaga produk dimaksud akan lebih pendek karma konsumennya sckaligus pemilik industrinya. Dalam Gambar 5 &pat

diketahui secara jelas tentaag ahw -.a Pedu dijekskan

dalam

studi ini ,

bahwa adanya perbedaan h t u k dalam gambar alw tataniaga bukan berarti a&

(58)

I

Perum Perhutani

(59)

Dari Gambar 1 di muka dapat dinyatakan bahwa sebagai produsen lunggal,

pasar kayu bulat jati di dalam negeri ( d o h ) yang dikelola Penan Perhutani merupakan pasar yang spesifik. SpesiGk karena sebenarnya yang tejadi adalah, bahwa

masalah distribusi produk dari produsen ke konsumen tertentu dan bukan pemasam produk yang brrsaing (compcMve). Oleh sebab itu, studi ini akan meIakukan pcngkajian tersebut terhadap masalah dktn'businya dan bukan tcrhadap masalah

pcmasaran prod& yang sebenamya, yakni yang sesuai menurut hukum pemwaran

dan permintaan sebagaimana lazitnnya Hal tersebut antara )sin disebabkan karma S a t pembentukan produlmya yang memiliki suplai ham pi^ tctap yakui, scsuai dcogan etatnya

.

Di sisi lain pa& scbagian besar hasil hutan tcrmasuk kayu bulat jati mcmiliki pennintaan khusus, serta tidak dapiip (hakds) pmduhya.

Kalau studi pemasaran komoditas pada umumnya diarahkan untuk mencapai pembagian keuntungan yang adil antara pelaku ekonomi yang terlibat dengan m e n g g u n b tolok ulolr sepcrti,

ma&^

keuntwgan (pro@ nrmgb) dan keuntungan , prmasaran (mmkdtag -&I) sehingga mengarah kepa& sejauh mana tingkat efisiensi pasar akan dicapai, maka yang tetjadi pa& I r o m m hasii hutan kondisinya berbeda. Karena sifamya yang in-&& terseb* diduga merupakan kendala bagi produsen untuk &pat ~ c w a mudah mcngantkipi perubahan pemhtaaa Dcngan
(60)

pcmbentukanuya memerlukan jangka waktu lama dan memiliki nilai p r d e yang tinsgi

Menurut shtdi yang dilakukan Buongiomo (1980) &lam "Forcsiry Sector lhmitzg

for

Indbncria", dikemukakan bahwa kelanwan &'busi barang ditentukan olch kondki struktur pasar. Panjangnya rantai pasar pa& akhimya akan menentukan tingginya harga produk in, sendm yang setenwya akan berakibat pada terjadinya tidak cfisien (i-elisi~i) di sektor pcmasaran suab komoditas.

Olch sebab itu, penelitian ini fokusnya adalah untuk menemukan pols distniusi optimal penjualan kayu bulat jati

dari

pp& kc konsumen m e W sistem non lelang. Landasan tcori anatisir optimabsi yang kelak akan dipcrgunakan dalam pcnclitian ini secara rinci diuraikan &lam sub Bab berhi.

Keputusan produsen temadap pemilihan suatu sistem disbibusi koxnoditas yang

akan d$asa&q adalah merupakan kebijaksaman yang paling kaku. Kebijaksanaan

tersebut dhggapt kaku, karena dampak perubahannya akan mehitkan banyak pi& Olch scbab ity j&an a& sistem distribusi yang sudah ditctapkan dan &tern tersebut

Gambar

Tabel 1. Luas Areal Hutan Jati di Jawa
Gambar 2 : Keuntungan maksimum pcmcgang hak monopoli pada tingkat haqp tmmtu
Gambar 3. Tahap Produksi di sektor kehutanan
Tabel 4. Rekapitulasi Tebangan 4 B-D
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari grafik dapat dilihat bahwa mekanik pagi 1 memiliki jam kerja lebih banyak karena untuk meminimalkan jumlah pekerja disini memanfaatkan pekerja yang masuk dengan

Sensor TCS 3200 bekerja dengan cara membaca nilai intensitas cahaya yang dipancarkan oleh led super bright terhadap obyek, pembacaan nilai intensitas cahaya

K/AG/2003, tanggal 26 Pebruari 2004 yang maksudnya, bahwa tuntutan nafkah anak pada masa yang lampau tidak dapat dituntut, karena nafkah anak ini bukan littamlik untuk

Maksud dari kualitas pengajaran disini ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran (Sudjana, 2008: 40).

AFTA yang dimulai pada tahun 2015 akan semakin mempermudah akses bagi para investor asing untuk melakukan investasi di negara-negara ASEAN, tidak terkecuali Timor

Differensiasi adalah terkait dengan cara membangun strategi pemasaran di berbagai aspek dalam perusahaan.. dilakukan untuk membedakan strategi pemasaran perusahaan

matematika menggunakan model DL diperoleh rerata siswa berada pada tingkat kecemasan belajar tergolong rendah dengan nilai rerata 3,20 (kriteria kecemasan rendah,

Pelaksanaan kegiatan di SMP Negeri 12 Magelang yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta, Magelang ini telah terkoordinir dengan baik antara mahasiswa, guru, sekolah