i
PENGARUH PERAN ORANG TUA
TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF SISWA KELAS XI
DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG
SKRIPSI
Disajikan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Sosiologi Dan Antropologi
Oleh:
Tri Setiyani Rahayu 3401409022
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke
Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 13 Juni 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Elly Kismini, M.Si Hartati Sulistyo Rini, S.Sos, M.A
NIP. 19620306 1986012 00 1 NIP. 19820919 2005012 00 1
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Senin
Tanggal : 13 Juli 2013
Penguji Utama
Drs. Adang Syamsudin S, M.Si NIP. 19531013 1984031 00 1
Penguji I Penguji II
Dra. Elly Kismini, M.Si Hartati Sulistyo Rini, S.Sos, M.A
NIP. 19620306 1986012 00 1 NIP. 19820919 2005012 00 1
Mengetahui: Dekan,
Dr. Subagyo, M.Pd
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juni 2013
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya (QS. Al Baqoroh 286).
Untuk mencapai yang tinggi kita harus merendahkan diri dahulu.
Anda bukanlah habis ketika Anda kalah, tetapi Anda habis ketika menyerah.
Mereka yang gagal tumbuh adalah mereka yang lari dari tantangan
perubahan.
Anda tidak pernah diberikan sebuah impian tanpa dibekali dengan
kuasa untuk mewujudkannya.
PERSEMBAHAN
Ayah dan Ibu tercinta dan kakak-kakak
tersayang terima kasih atas kasih sayang yang
telah diberikan.
Mas oky yang selalu memberikan dukungannya.
Eli, Nisa, Anis, Indah, Tika, Lia, Sari, serta
teman-teman Sos-Ant angkatan 2009.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
PERAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF SISWA
KELAS XI DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG” yang disusun untuk
melengkapi syarat-syarat penyelesaian studi strata 1 pada Pendidikan Sosiologi
dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan penelitian maupun penulisan
skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum selaku Rektor Universitas Negeri Semarang
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi strata
satu di Universitas Negeri Semarang.
2) Dr. Subagyo, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan
ijin mengadakan penelitian untuk menyusun skripsi ini.
3) Drs. M. S. Mustofa, MA selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi yang
telah memberikan ijin observasi dan penelitian.
4) Dra. Elly Kismini, M.Si dosen pembimbing I dan dosen wali yang telah
memberikan bimbingan dan arahan.
5) Hartati Sulistyo Rini, S.Sos, M.A, dosen pembimbing II yang telah memberikan
vii
6) SMA Kesatrian 1 Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian.
7) Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna dan
masih banyak kelemahan. Walaupun demikian besar harapan penulis semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Juni 2013
viii
SARI
Rahayu, Tri Setiyani. 2013. Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Perilaku
Konsumtif Siswa Kelas XI di SMA Kesatrian 1 Semarang. Skripsi. Jurusan
Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Elly Kismini, M.Si, pembimbing II Hartati Sulistyo Rini, S.Sos, M.A.
Kata kunci : Pengaruh, Peran Orang Tua, Perilaku Konsumtif Siswa,
Fungsionalisme Struktural
Dewasa ini masyarakat Indonesia sedang mengalami masa transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern. Perubahan ini telah mempengaruhi kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal konsumsi suatu barang atau jasa. Konsumsi ini juga dilakukan oleh anak usia sekolah. Pada situasi sekarang ini, siswa dapat dengan mudah memperoleh fasilitas yang diinginkannya dari orang tua mereka. Dalam hal ini peran orang tua menjadi sangat penting bagi siswa tersebut. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) adakah pengaruh antara peran orang tua dengan perilaku konsumtif siswa, (2) berapa besar pengaruh antara peran orang tua dengan perilaku konsumtif siswa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh antara peran orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa dan untuk mengetahui berapa besar pengaruh peran orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa.
Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural dari Tallcot Parson dengan metode pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian berada di SMA Kesatrian 1 Semarang. Objek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI di SMA
Kesatrian 1 Semarang dan menggunakan teknik sampel acak (random sampling)
dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden. Pengumpulan data memakai
observasi dan kuesioner atau angket. Validitas data menggunakan rumus product
moment dari Pearson dan reliabilitas data menggunakan rumus alpha. Analisis
data menggunakan metode analisis deskriptif persentase dan analisis regresi sederhana. Pengujian hipotesis menggunakan uji anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa kelas XI di SMA Kesatrian 1 Semarang. Hasil uji hipotesis yang dilakukan menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa angka rxy= 0, 141 menunjukkan bahwa pengaruh antara
peran orang tua dengan perilaku konsumtif siswa adalah positif.angka R square
atau koefisien determinasi adalah 0,020. Hal ini berarti 2,0% variasi dari perilaku konsumtif bisa dijelaskan oleh variasi peran orang tua, sedangkan sisanya 98% dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Dari perhitungan yang telah dilakukan didapat persamaan regresi: perilaku konsumtif siswa = 44,028 + 0,208 (peran orang tua).
ix
orang tua yang terdiri dari indikator: keadaan sosial ekonomi orang tua siswa, pemenuhan kebutuhan siswa, sosialisasi orang tua tentang konsumsi siswa, kontrol orang tua terhadap uang saku siswa, serta intensitas pertemuan orang tua dengan siswa, dan variabel perilaku konsumtif siswa yaitu penampilan, penggunaan uang saku, teknologi canggih yang dimiliki, tempat tongkrongan, makanan dan minuman, tempat rekreasi, serta teman dan lingkungan sekitar. (2) Pengaruh peran orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa kelas XI di SMA Kesatrian 1 Semarang bersifat linier, dimana apabila X (peran orang tua) mengalami kenaikan maka Y (perilaku konsumtif juga akan mengalami kenaikan. Saran yang dapat penulis rekomendasikan dalam penelitian ini adalah Perlu adanya penelitian lanjutan untuk melihat variabel – variabel lain yang tidak tampak atau tidak dapat dijelaskan pada penelitian ini.
x
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37
xi
B. Pembahasan ... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Simpulan ... 77
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Populasi penelitian ... 21
Tabel 3.2. Teknik pengambilan sampel ... 23
Tabel 3.3. Kisi-kisi instrumen ... 29
Tabel 4.1. Validitas instrumen peran orang tua ... 44
Tabel 4.2. Validitas instrumen perilaku konsumtif ... 46
Tabel 4.3. Indikator kedaan sosial ekonomi orang tua... 48
Tabel 4.4 Rata-rata indikator keadaan sosial ekonomi orang tua ... 49
Tabel 4.5 Indikator pemenuhan kebutuhan siswa ... 50
Tabel 4.6 Rata-rata indikator pemenuhan kebutuhan siswa... 51
Tabel 4.7 Indikator sosialisasi orang tua tentang konsumsi siswa ... 52
Tabel 4.8 Rata-rata indikator sosialisasi oramg tua tentang konsumsi ... 52
Tabel 4.9 Indikator kontrol orang tua terhadap uang saku siswa ... 53
Tabel 4.10 Rata-rata indikator kontrol orang tua terhadap uang saku ... 54
Tabel 4.11 Indikator intensitas pertemuan orang tua dengan siswa... 55
Tabel 4.12 Rata-rata indikator intensitas pertemuan orang tua... 56
Tabel 4.13 Indikator penampilan ... 57
Tabel 4.14 Rata-rata indikator penampilan ... 58
Tabel 4.15 Indikator penggunaan uang saku ... 59
Tabel 4.6 Rata-rata indikator penggunaan uang saku ... 60
Tabel 4.17 Indikator penggunaan teknologi... 60
Tabel 4.18 Rata-rata indikator penggunaan teknologi ... 61
Tabel 4.19 Indikator tempat tongkrongan ... 62
Tabel 4.20 Rata-rata indikator tempat tongkrongan ... 63
Tabel 4.21 Indikator makanan dan minuman ... 63
Tabel 4.22 Rata-rata indikator makanan dan minuman ... 64
Tabel 4.23 Indikator tempat rekreasi ... 65
Tabel 4.24 Rata-rata indikator tempat rekreasi ... 65
Tabel 4.25 Indikator teman dan lingkungan sekitar ... 66
Tabel 4.26 Rata-rata indikator teman dan lingkungan sekitar ... 67
Tabel 4.27 Regresi ... 68
Tabel 4.28 Koefisien regresi ... 68
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 :
Pedoman pengumpulan data penelitian ... 82
Lampiran 2 :
Instrumen Penelitian.. ...83
Lampiran 3 :
Daftar Validitas dan reliabilitas data peran orang tua ... 90
Lampiran 4 :
Daftar perhitungan validitas butir 1 ... 91
Lampiran 5 :
Daftar perhitungan reliabilitas peran orang tua ... 93
Lampiran 6 :
Daftar Validitas dan reliabilitas data perilaku konsumtif ... 94
Lampiran 7 :
Daftar perhitungan validitas butir 24 ... 95
Lampiran 8 :
Daftar perhitungan reliabilitas perilaku konsumtif ... 97
Lampiran 9 :
Analisis deskriptif persentase peran orang tua ... 98
Lampiran 10 :
Analisis deskriptif persentase perilaku konsumtif siswa ... 99
Lampiran 11 :
Tabel r Product Moment ... 100
Lampiran 12 :
Surat Permohonan Ijin Penelitian... 101
Lampiran 13 :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini masyarakat Indonesia sedang mengalami masa transisi
dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern yang bersifat
industri. Ikatan keluarga dalam masyarakat tradisional adalah atas dasar
faktor kasih sayang dan faktor ekonomis, yang berarti bahwa keluarga
merupakan unit yang memproduksi sendiri kebutuhan primernya. Dengan
dimulainya industrialisasi pada masyarakat tersebut maka peranan keluarga
dalam masyarakat pun akan mengalami perubahan, termasuk pola
pendidikan anak.
Keluarga adalah agen sosialisasi yang pertama dalam proses
pembentukan kepribadian seseorang (Gerungan, 1988: 180). Hal ini
mengingat bahwa, sejak individu dilahirkan untuk pertama kalinya yang
dikenal adalah keluarga. Keluarga merupakan salah satu agen sosialisasi
terkecil di masyarakat. Selain proses sosialisasi, didalam keluarga juga
berlangsung suatu proses pembentukan kepribadian dan proses
pengasuhan. Latar belakang pada keluarga itu sendiri akan mempengaruhi
proses yang terjadi di dalamnya, misalnya: pendidikan orang tua dan
tingkat ekonomi yang akan mempengaruhi pemahaman orang tua akan
pentingnya pendidikan bagi anaknya sehingga mereka akan memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Orang tua yang sadar dengan
agar memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang baik dan benar di
masyarakat kelak melalui penanaman disiplin, kebebasan dan penyerasian
terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Keluarga memiliki peranan penting dalam hal pendidikan bagi anak
yang akan menjadi pedoman di setiap proses belajarnya.Dalam keluarga
tersebut terjadi proses sosialisasi yang akan menjadi pedoman bagi anak
untuk dapat bermasyarakat dengan baik. Apabila proses sosialisasi itu
berlangsung dengan baik, maka seorang anak akan tumbuh dengan perilaku
yang baik pula di masyarakat, sedangkan sebaliknya maka tidak jarang
anak akan berperilaku buruk.
Peran komunikasi dalam keluarga sangatlah penting sebagai
wahana untuk mentransfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi
kebudayaan. Komunikasi tersebut dapat terjadi secara vertikal dan
horizontal. Kedua model interaksi ini berjalan secara bergantian, bissa dari
orang tua ke anak atau anak ke orang tua, dari anak ke anak serta interaksi
dengan lingkungan yang lebih luas. Komunikasi menyebabkan berbagai
konsekuensi hubungan sosial masyarakat yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang saling berhubungan, sehingga terjadi interaksi di masyarakat.
Orang tua mengemban tugas dan tanggung jawab dalam proses
pembentukan kepribadian anak. Proses pembentukan kepribadian anak
dapat terjadi dengan menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan
kesempatan untuk bersikap komunikatif yang baik, kurangnya komunikasi,
menganggu dalam proses pembentukan perilaku anak, terutama setelah
anak mencapai usia remaja. Hadirnya orang tua akan tetap dirasakan utuh
oleh anak sehingga memungkinkan adanya kebersamaan serta dapat
membantu membentuk kepribadian anak terutama membentuk sifat dan
sikap yang baik dalam diri anak.
Setiap individu akan selalu mencari figur yang dapat dijadikan
teladan atau idola bagi mereka. Begitu pula bagi anak-anak, orang tua yaitu
ayah dan ibu merupakan teladan bagi anak mereka yang sejenis, serta idola
bagi anak mereka yang berlainan jenis. Ketika perhatian orang tua dan pola
komunikasi terhadap anak kurang baik, orang tua sibuk dengan pekerjaan,
jarang bercengkerama dengan anak-anak di rumah tentu bagi anak akan
merasa kesepian, menjadi pendiam, bingung, cemas, gelisah dan sulit
dalam proses pembentukan perilaku anak. Dalam hal ini anak hanya
diberikan sarana uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya,
sehingga orang tua pun cenderung tidak memperdulikan penggunaan uang
tersebut oleh anak-anak mereka, yang mereka ketahui adalah mereka telah
mencukupi kebutuhan anak-anak tersebut. Melihat kondisi tersebut apabila
didukung oleh lingkungan keluarga yang kurang kondusif dan sikap
komunikatif yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya perilaku
konsumtif pada anak.
Pada zaman emansipasi perempuan seperti sekarang ini, banyak
perempuan yang bekerja di luar rumah. Hal ini menyebabkan terjadinya
luar rumah, terkadang mereka sering kali lupa pada kewajiban mereka
untuk memberikan perhatian kepada anak- anak mereka.
Perilaku konsumtif adalah keinginan untuk mengkonsumsi barang
yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan hanya untuk
mencapai kepuasan optimal. Perilaku konsumtif terjadi karena banyaknya
tempat hiburan, mall dan tempat perbelanjaan, café, dan lain-lain sehingga
pola konsumsi telah bergeser yang semula hanya untuk memenuhi
kebutuhan pokok menjadi sebuah sarana pembentukan identitas.
Pada situasi seperti sekarang ini anak dapat dengan mudah
memperoleh fasilitas-fasilitas yang dapat dikategorikan mewah dalam
kehidupannya, misalnya: pakaian-pakaian dan produk branded, teknologi
HP yang canggih (smart phone), laptop, Ipad, gadget, motor bahkan mobil
pada usia yang tergolong masih sangat dini untuk memperoleh fasilitas
tersebut.
Penelitian Ratner dan Kahn (2002) menunjukkan bahwa
kadang-kadang konsumen remaja membeli sesuatu bukan karena kebutuhan tapi
karena pendapat orang lain sangat penting bagi dirinya dan ia ingin tampil
menarik seperti teman-temannya. Keinginan untuk diterima oleh suatu
kelompok telah mengubah kenyataan, nilai dan pilihan remaja, hal ini
sangat merusak dilihat dari sudut pandang finansial dan berdampak pada
pengalaman finansial di masa dewasa.
Berdasarkan beberapa fakta di atas maka ditemukan bahwa salah
berfungsinya peran orang tua sebagai figur tauladan serta tidak
berfungsinya komunikasi dalam keluarga.
Dari latar belakang yang telah disebutkan diatas membuat peneliti
tertarik untuk mengkaji, mengupas dan mengetahui lebih jauh tentang
peran orang tua terhadap pembentukan perilaku anak sehingga peneliti
menyusun penelitian yang berjudul “PENGARUH PERAN ORANG
TUA TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF SISWA KELAS XI DI
SMA KESATRIAN 1 SEMARANG”.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan
permasalahan yng dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah peran orang tua berpengaruh terhadap perilaku konsumtif siswa kelas XI
di SMA Kesatrian 1 Semarang?
2. Seberapa besar pengaruh dari peran orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa
kelas XI di SMA Kesatrian 1 Semarang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang adanya pengaruh antara peran orang tua terhadap
perilaku konsumtif siswa kelas XI di SMA Kesatrian 1 Semarang.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh dari peran orang tua terhadap perilaku
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dilakukan sebagai bahan studi bagi pembaca dan
dapat memberikan sumbangan yang memperkaya kajian teori dan khazanah
keilmuan sosiologi dan antropologi, khususnya fenomena sosiologis yang
berkaitan dengan gaya hidup konsumtif pada masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dilakukan untuk mengetahui tentang latar
belakang sosial ekonomi orang tua siswa kelas XI dan adanya pengaruh
antara peran orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa kelas XI di SMA
Kesatrian 1 Semarang serta mengetahui seberapa besar pengaruh dari peran
orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa kelas XI di SMA Ksatrian 1
Semarang.
E. BATASAN ISTILAH
1) Orang Tua
Menurut Djamarah (2004: 2-3), orang tua adalah komponen
keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, yang secara sadar mendidik
anak-anaknya untuk mencapai kedewasaan.
Istilah orang tua yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah komponen keluarga yang berperan penting dalam mendidik anak
kepribadian dalam diri anak tersebut. Peran tersebut dapat terlihat dari
intensitas pertemuan, perhatian, pemenuhan kebutuhan anak, pengawasan
dan lain sebagainya.
2) Gaya Hidup Konsumtif
Menurut Chaney (1996: 50) gaya hidup merupakan setiap cara
kehidupan yang khas yang dijalankan bersama oleh sekelompok orang
tertentu dalam masyarakat sehingga menjadi ciri khas dari kelompok
tersebut dan oleh karena itu dapat dikenali.
Konsumsi menurut Baudrillard (2004) bukan hanya sekedar nafsu
untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu
fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan atau
konsumsi objek,tetapi konsumsi berada dalam satu tatanan pemaknaan
pada suatu objek, satu sistem, atau kode/tanda. Penggunaan sistem melalui
konsumsi adalah satu cara penting yang digunakan orang dalam
berkomunikasi satu sama lain. Ideologi tersebut mengarahkan orang untuk
percaya dengan segala kepalsuan menurut pandangannya, bahwa mereka
kaya, puas, bahagia, dan terbebaskan.
Istilah konsumtif yang dimaksud oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah perilaku konsumsi yang berlebihan di masyarakat yang pada
dasarnya hanya digunakan sebagai tanda untuk memperoleh status sosial
serta untuk menunjukkan eksistensi diri di mata masyarakat yang ada di
sekitarnya. Perilaku tersebut kemudian berubah menjadi gaya hidup yang
kepemilikan teknologi modern, tempat tongkrongan favorit, makanan dan
minuman,uang saku dan masih banyak lagi.
3) Siswa
Dalam Kamus Ilmiah Populer, siswa adalah kata lain dari murid
atau pelajar yang masih duduk di bangku sekolah baik SD hingga SLTA.
Istilah siswa yang dimaksud peneliti disini adalah murid yang duduk di
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai perilaku konsumtif sebelumnya telah
dilakukan oleh peneliti lain yaitu diantaranya penelitian yang dilakukan
oleh Mantri (2007) dengan judul “Perbedaan Gaya Hidup Konsumtif
Mahasiswa UNNES dan UNIKA Semarang dalam Kehidupan Kampus”
yang dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa perilaku konsumtif
mahasiswa adalah perilaku mengkonsumsi barang yang kurang diperlukan
dan bertujuan memenuhi kepentingan gaya hidup semata. Tingkat kegiatan
konsumtif mahasiswa UNIKA lebih tinggi dibanding mahasiswa UNNES
karena lebih banyak uang yang dimiliki mahasiswa UNIKA sebagai sarana
dalam melakukan kegiatan konsumtif.
Sedangkan penelitian Parma (2007) yang berjudul “Hubungan
Antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif Remaja Putri dalam
Pembelian Kosmetik Melalui Katalog di SMA Negeri 1 Semarang”
menyebutkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara konsep diri
dengan perilaku konsumtif remaja putri dalam pembelian kosmetik melalui
katalog di SMA Negeri 1 Semarang. Hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan analisis regresi sederhana menunjukkan hasil rxy = -0,350, F
=20,078 dengan p = 0,000 (p < 0,005). Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku konsumtif.
remaja putri dalam pembelian kosmetik melalui katalog di SMA Negeri 1
Semarang Efektifitas regresi dalam penelitian ini adalah sebesar 0,122,
artinya konsep diri mempengaruhi sebesar 12,2% terhadap perilaku
konsumtif remaja putri dalam pembelian kosmetik melalui katalog,
sedangkan 87,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam
penelitian ini.
Selain penelitian tersebut juga terdapat penelitian yang dilakukan
oleh Purnomo (2010) dengan judul “Perubahan Perilaku Konsumtif
Masyarakat Sekitar Pasar Swalayan“ dan hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa terjadi perubahan perilaku konsumtif masyarakat
setelah berdirinya pasar swalayan dalam pemenuhan kebutuhan pokok
masyarakat. Perubahan perilaku konsumtif umumnya terjadi pada kalangan
anak muda. Perubahan perilaku tersebut diakui oleh beberapa masyarakat
sekitar pasar swalayan dengan indikator jumlah uang belanja bulanan suatu
keluarga yang meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diatas karena pada penelitian
ini, peneliti lebih menekankan pada bagaimana peran dari orang tua dalam
pembentukan perilaku konsumtif pada anak, khususnya pada siswa kelas
XI SMA Kesatrian 1 Semarang. Sedangkan persamaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menyoroti tentang perilaku
B. LANDASAN TEORI
1. Teori Fungsionalisme Struktural
Teori merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu
penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
fungsionalisme struktural. Teori fungsionalisme struktural menganggap
bahwa masyarakat merupakan sebuah kesatuan sosial yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling menyatu untuk mencapai
sebuah keseimbangan. Teori ini melihat sumbangan satu sistem atau
peristiwa terhadap sistem lain.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori fungsionalisme
struktural yang dikemukakan oleh Talcott Parson. Teori fungsionalisme
struktural yang dijelaskan oleh Parson tersebut digunakan untuk menjawab
dan mendeskripsikan tentang masalah pengaruh peran orang tua terhadap
perilaku konsumtif siswa kelas XI di SMA Kesatrian 1 Semarang.
Talcott Parson menyatakan bahwa fungsionalisme struktural
sebagai suatu sistem sosial dari tindakan dimana hal tersebut mempunyai
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan itu. Pengaruh peran orang tua terhadap perilaku
konsumtif siswa kelas XI di SMA Kesatrian Semarang juga merupakan
sebuah sistem yang mempunyai bagian-bagian yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan tiap bagian-bagian tersebut untuk mendapatkan suatu
Bahasan fungsionalisme Parson ini dimulai dari empat fungsi
penting untuk semua sistem tindakan yang dikenal dengan skema AGIL.
Parson yakin bahwa empat fungsi ini diperlukan semua sistem agar tetap
bertahan. Fungsi tersebut adalah:
1. Adaptation (Adaptasi), sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang
gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan
lingkungan itu dengan kebutuhannya. Belakangan ini masyarakat di Indonesia
khususnya pada kehidupan suatu keluarga sedang menghadapi situasi yang
gawat akibat dari globalisasi dan modernisasi yang ada. Sistem yang ada pada
keluarga tersebut harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
dan mensosialisasikan gaya hidup dan pola konsumsi yang baik kepada
anggota keluarga mereka termasuk anak-anak mereka untuk mencegah pola
konsumsi yang berlebihan.
2. Goal attainment (Pencapaian tujuan), sebuah sistem harus mendefinisikan dan
mencapai tujuan utamanya, dalam penelitian ini orang tua harus mampu
mencapai tujuan utamanya yaitu mensosialisasikan pola konsumsi yang baik
kepada anak-anak mereka sehingga menjadi konsumen yang bertanggung
jawab terhadap apa yang mereka konsumsi kelak.
3. Integration (Integrasi), suatu sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian
yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola hubungan dengan
fungsi lainnya. Dalam penelitian ini setiap komponen orang tua harus mampu
seperti peran orang tua harus bekerja sama dengan anak mereka agar proses
sosialisasi dapat tercapai dengan baik.
4. Latency (Latensi atau pemeliharaan pola), sebuah sistem harus saling
melengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun
pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi tersebut. Fungsi
latensi dalam penelitian ini adalah orang tua harus selalu melakukan perannya
dalam sosialisasi, kontrol, serta pemenuhan kebutuhan bagi anak-anak mereka
khususnya pada siswa kelas XI SMA Kesatrian Semarang agar menjadi
konsumen yang bertanggung jawab dan terhindar dari perilaku konsumtif pada
era globalisasi dan modernisasi ini (Ritzer dan Goodman, 2004:121).
Selain itu, perilaku konsumtif pada siswa kelas XI di SMA
Ksatrian 1 Semarang tidak terlepas dari peranan orang tua dalam
pembentukan kepribadian pada siswa itu sendiri.
Secara rinci beberapa fungsi dari orang tua adalah:
a. Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan
Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai
pertumbuhan anak hingga terbentuk kepribadiannya. Melalui orang tua
anak-anak mendapatkan segi utama dari kepribadiannya, tingkah lakunya,
budi pekertinya, sikapnya, dan reaksi emosionalnya. Jadi dengan kata lain,
anak-anak harus belajar norma mengenai apa yang bersifat baik baginya
b. Fungsi Ekonomi atau Unit Produksi
Fungsi ini menjelaskan bahwa orang tua merupakan suatu sarana
yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan anggota di dalamnya, dimana
ada salah satu orang atau lebih yang menjalankan pekerjaan demi
mendapatkan imbalan berupa uang. Di sini yang dimaksud adalah seorang
ayah atau bapak yang mempunyai tugas untuk memberi nafkah kepada istri
dan anak-anak mereka. Di samping itu orang tua merupakan tempat
seorang anak untuk bisa memenuhi kebutuhannya dan meminta sesuatu
yang ia inginkan untuk dipenuhi oleh sang orang tua. Sesuatu di sini tidak
hanya berupa barang tapi dapat juga berupa pendidikan, les privat, asah
keterampilan dan lain-lain.
c. Fungsi Pelindung
Fungsi ini adalah bahwa orang tua berfungsi untuk melindungi
anak-anaknya dari berbagai bahaya yang dapat mengancam kelangsungan
hidup dan keberadaannya. Hendaknya, orang tua dan anggota keluarga
bekerjasama untuk saling melindungi satu sama lain yang pada akhirnya
dapat menimbulkan rasa nyaman dan tentram di dalam diri masing-masing
anggota keluarga tersebut.
d. Fungsi Penentuan Status
Fungsi ini adalah bahwa orang tua akan mewariskan statusnya pada
tiap-tiap anggota atau individu sehingga tiap anggota keluarga tersebut
dapat mempunyai hak istimewa dan khusus hanya mereka yang memiliki.
yang dimaksud adalah misalnya seorang anak yang mendapat gelar
kebangsawanan karena merupakan keturunan atau anak dari orang tua yang
mempunyai status bangsawan pula.
e. Fungsi Afeksi
Fungsi ini adalah bahwa orang tua berkewajiban untuk memberikan
rasa kasih sayang kepada tiap-tiap anggota keluarga yang ada di dalamnya
agar mereka dapat merasakan hidup sebagai mana mestinya. Kebutuhan
dasar seorang manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang atau rasa untuk
dicintai. Apabila sampai hal ini tidak dipenuhi maka dapat dipastikan
bahwa seorang manusia tersebut akan mersa hidup sendiri dan tentunya
tidak akan kuat untuk menjalani kehidupan ini. Bahkan, dengan ketiadaan
suatu rasa kasih sayang atau afeksi akan menggerogoti kemampuan seorang
bayi untuk dapat bertahan hidup di dunia.
Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan, apabila
individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
di dalam masyarakat. Individu tersebut telah menjalankan suatu peranan.
Peranan ditentukan oleh norma dalam masyarakat maksudnya individu
diwajibkan untuk melakukan hal yang diharapkan masyarakat dalam segala
kegiatan masyarakat baik di dalam pekerjaan,keluarga, dan dalam peranan
lain.
Menurut Berry (2003 : 105-107), peran sebagai perangkat harapan
yang dikarenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial. Berry
masyarakat sebagai pemegang peran atau kewajiban dari pemegang peran
serta harapan yang dimiliki si pemegang peran terhadap masyarakat atau
individu yang berhubungan dengannya dan menjalankan peran atau
kewajibannya.
Peran dimaknai sebagai sebuah perangkat tingkah laku yang
diharapkan dan dipantaskan oleh individu selaku aktor atau lembaga yang
berkedudukan di dalam masyarakat. Dahrendorf dalam Poloma
menegaskan bahwa peranan merupakan konsep kunci dalam memahami
manusia secara sosiologis karena setiap manusia menduduki sekian posisi
sosial dan posisi tersebut harus diperankannya (Dahrendorf dalam
Poloma,1994 : 140).
C. KERANGKA BERFIKIR
Anak adalah anggota penting dalam sebuah keluarga. Di dalam
sebuah keluarga tersebut orang tua mempunyai peran yang sangat penting
bagi pembentukan kepribadian pada anak. Pembentukan kepribadian anak
merupakan salah satu tanggung jawab orang tua, sehingga orang tua berhak
untuk membentuk kepribadiannya. Setiap individu akan selalu mencari
figur yang dapat dijadikan teladan atau idola bagi mereka. Orang tua yaitu
ayah dan ibu merupakan teladan bagi anak mereka yang sejenis, serta idola
bagi anak mereka yang berlainan jenis. Peran orang tua menjadi sangat
penting dalam memberikan sosialisasi kepada anak-anaknya, terlebih
benar-benar memberikan sosialisasi ekstra bagi anak-anak mereka di era
globalisasi dan modernisasi ini. Hal tersebut dikarenakan oleh besarnya
pengaruh yang ditimbulkan dari globalisasi dan modernisasi itu sendiri.
Dampak yang dapat terjadi salah satunya adalah pola konsumsi yang
berlebihan, sehingga para orang tua harus bisa mengantisipasi hal itu agar
tidak terjadi pada anak-anak mereka dan membentuk suatu pola perilaku
yang akan mendarah daging pada diri anak. Selain itu gaya hidup orang tua
akan mempengaruhi perilaku hidup anak di dalam sebuah keluarga, oleh
sebab itu orang tua harus mengajarkan anak mereka untuk menjadi
konsumen yang bertanggung jawab atas apa yang mereka konsumsi. Dari
kerangka pemikiran tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir
d. Kontrol orang tua terhadap uang
D. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penenlitan, di mana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam bentuk
sementara (Sugiyono, 2010:96). Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah
dipaparkan di atas maka hipotesis penelitian sebagai berikut:
H0 : tidak ada pengaruh antara peran orang tua dengan perilaku konsumtif
siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.
H1 : ada pengaruh antara peran orang tua dengan perilaku konsumtif siswa
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dimana pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2008:8). Penelitian ini termasuk dalam penelitian
korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada
tidaknya pengaruh antara dua variabel. Dalam hal ini menggambarkan
pengaruh antara peran orang tua dengan perilaku konsumtif pada siswa
kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka desain dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
X= peran orang tua sebagai variabel bebas
Y= perilaku konsumtif siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang sebagai
variabel terikat
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode survei yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun, 1989:3).
yang diolah dengan metode statistik setelah diperoleh hasilnya kemudian
dideskripsikan dengan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah
dengan metode statistik tersebut. Analisis data yang bersifat statistik ini
bertujuan untuk menguji suatu hipotesis yang telah ditetapkan pada bagian
ini aka dikemukakan dengan beberapa unsur dengan metode penelitian
kuantitatif.
B. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah SMA
Kesatrian 1 Semarang. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan lokasi
ini merupakan sebuah sekolah yang menjadi sekolah swasta favorit di
wilayah Semarang. Di lokasi tersebut dikenal sebagai salah satu tempat
belajar bagi siswa yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas
sehingga siswa-siswa di sana terkenal dengan kepandaian serta gaya hidup
yang konsumtif. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh data yang
homogen sesuai dengan apa yang dibutuhkan peneliti dari lokasi tersebut.
C. SUMBER DATA
a. Populasi
Jumlah siswa yang ada di SMA Kesatrian 1 Semarang ada 934
siswa antara lain kelas X sebanyak 311 siswa, kelas XI sebanyak 209 siswa
dan kelas XII sebanyak 414 siswa. Dalam penelitian ini yang dipilih
menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMA Kesatrian 1
karena pada masa-masa itulah siswa dirasa sudah cukup mapan dalam
beradaptasi dengan teman ataupun lingkungan sekitarnya.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Penelitian ini tidak menggunakan seluruh populasi dari penelitian, tetapi
menggunakan sampel dengan petimbangan sebagai berikut:
a) Penelitian sampel akan lebih efisien dalam hal biaya, waktu, dan tenaga.
b) Ada kalanya penelitian populasi bersifat destruktif/merusak karena jumlah
data yang terlalu banyak sehingga sulit untuk dianalisis.
c) Penggunaan sampel ini menunjukkan perwakilan populasi karena data
dianggap sudah homogen sehingga peneliti dapat menggeneralisasikan hasil
penelitian dengan mudah
Berdasarkan keuntungan-keuntungan tersebut diatas mendorong peneliti
untuk menggunakan teknik sampling dalam penelitian ini. Metode pengambilan
sampel dengan cara mengambil objek secara acak/random. Teknik pengambilan
sampel ini bertujuan agar seluruh populasi dapat terwakili secara merata. Peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel ini karena objek penelitian sudah
homogen sehingga dianggap sudah memenuhi kriteria yang penelitih butuhkan.
Sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebanyak 25% dari
populasi yaitu sebanyak 52 siswa kelas XI di SMA Kesatrian 1 Semarang.
Penentuan besarnya sampel ini berdasarkan Arikunto (2006: 134) yang
menyebutkan apabila subjek penelitiannya besar, maka jumlah sampel yang dapat
diambil antara 10%- 15% atau 20%-25% atau lebih. Peneliti menggunakan
sampel sebesar 25% agar dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi dan
berharap semakin banyak sampel yang digunakan maka akan semakin tinggi pula
tingkat validitas yang diperoleh dari data. Sampel yang digunakan peneliti
ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Teknik Pengambilan Sampel
D. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga nantinya dapat
diperoleh informasi tentang hal tersebut, hingga nantinya ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2008:38).
Variabel penelitian sendiri dalam penelitian kuantitatif dibedakan menjadi
dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2008),
penjelasan dari variabel tersebut adalah :
1) Variabel Bebas atau Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu peran orang tua (variabel X) dengan
indikator penelitian sebagai berikut:
a. Keadaan sosial ekonomi orang tua
b. Pemenuhan kebutuhan anak
c. Sosialisasi orang tua tentang konsumsi anak
d. Kontrol orang tua terhadap uang saku anak
e. Intensitas pertemuan orang tua dengan anak
2) Variabel terikat atau Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian
ini adalah perilaku konsumtif pada siswa kelas XI (variabel Y) dengan
a. Jenis kelamin
b. Penampilan
c. Penggunaan uang saku
d. Teknologi canggih yang dimiliki
e. Tempat tongkrongan
f. Tempat rekreasi
g. Teman dan lingkungan sekitar
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam sebuah penelitian tentunya diperlukan adanya sebuah teknik
pengumpulan data. Hal ini agar nantinya agar dapat diperoleh data sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Selain itu hal ini juga diperlukan agar nantinya
mempermudah peneliti memperoleh data dan juga terutama agar data yang
diperoleh bersifat ilmiah. Berdasarkan hal tersebut, maka teknik pengumpulan
dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomena tersebut. Metode pengumpulan data berupa observasi adalah
teknik pengumpulan data yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
pelbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 2008:145). Teknik
pengumpulan data observasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu yang pertama
menggunakan instrument penelitian. Dan yang kedua adalah observasi sistematis
yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument
pengamatan (Arikunto 2006:157).
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapat data tentang
suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau
pembukuan terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dalam
penelitian ini metode observasi dilakukan oleh peneliti sebagai pengamatan awal
tentang keadaan yang ada pada siswa kelas XI di SMA Kesatrian 1 Semarang,
sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah awal yang harus peneliti
tempuh sebelum melakukan penelitian ini. Kegiatan observasi tersebut dilakukan
dengan pengamatan terhadap penampilan siswa, apa yang dikonsumsi siswa saat,
kendaraan siswa yang digunakan siswa ke sekolah, dan lain sebagainya. Pada
tahap observasi ini peneliti juga mengumpulkan data tentang profil sekolah yang
dibutuhkan. Data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan hanya
digunakan sebagai pelengkap data saja.
b. Kuesioner
Kuosioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan terbuka atau tertutup kepada responden untuk
dijawabnya. Teknik ini cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2008:142). Sedangkan pendapat lain
mengatakan bahwa kuosioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
Teknik ini dipilih peneliti agar didapat data valid mengenai pengaruh
peran orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa SMA Kesatrian 1 Semarang
dari pertanyaan yang dijawab oleh responden. Kuesioner dalam penelitian ini
dibagikan kepada 52 responden dalam hal ini adalah siswa kelas XI SMA
Kesatrian 1 Semarang yang terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 26 siswa
perempuan. Kuesioner ini diberikan kepada responden dengan cara penulis
mendatangi SMA Kesatrian 1 Semarang. Jenis kuesioner sebagai instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner berbentuk angket pilihan
ganda yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab dalam hal ini
telah disediakan alternatif jawabannya, sehingga responden hanya tinggal
memberi tanda silang (X). Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
peran orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa kelas XI di SMA Kesatrian 1
Semarang. Data yang diperoleh peneliti merupakan data ordinal. Data ini berasal
dari hasil observasi atau angket dari suatu variabel. Data ini juga berasal dari
konversi data kualitatif, dimana bilangan konservasinya menunjukkan urutan
menurut tingkatan dari jawaban yang telah disusun oleh peneliti.
Setelah kuesioner dijawab oleh responden, kemudian peneliti
membuat penskoran terhadap jawaban yang telah dipilih oleh
responden dengan rincian sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban a diberikan nilai 1
b. Alternatif jawaban b diberikan nilai 2
d. Alternatif jawaban d diberikan nilai 4
Untuk menyusun dan mengembangkan instrumen maka
peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen yang memuat
tentang indikator dari masing-masing variabel penelitian yang dapat
memberikan gambaran mengenai isi dari kuesioner yang akan
dijadikan sebagai acuan dalam penulisan item. Kisi-kisi instrumen
tersebut terdiri dari variabel X yaitu peran orang tua dan variabel Y
yaitu perilaku konsumtif siswa.
Kisi-kisi instrumen dengan empat macam alternatif jawaban
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen
Variabel X Indikator Butir Soal
Peran Orang Tua a) Keadaan sosial ekonomi orang tua
b) Pemenuhan kebutuhan siswa
c) Sosialisasi orang tua tentang
konsumsi siswa
d) Kontrol orang tua terhadap uang saku siswa
e) Intensitas pertemuan orang tua dengan siswa
Variabel Y Indikator Butir Soal
F. Metode analisis data
a) Validitas instrumen
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kuesioner atau angket
sebagai instrumen penelitian, angket tersebut dibagikan kepada seluruh responden
yaitu siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang. Angket tersebut kemudian
dianalisis dan diuji validitasnya untuk mengetahui ketepatan data. Perhitungan
validitas dilakukan pada setiap butir pertanyaan, hal itu dilakukan untuk
mengetahui apakah pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan untuk
pengambilan data penelitian. Validitas instrumen akan dicapai jika data yang
dihasilkan dari instrumen sesuai dengan data atau informasi lain yang didapat
mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Teknik uji validitas yang digunakan
dengan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
rxy : indeks korelasi product moment
N : jumlah responden
X : skor item angket
Y : skor total angket
Langkah- langkah uji validitas adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing butir soal untuk masing-masing responden diberi nilai skor.
2. Menjumlahkan nilai tiap-tiap soal untuk masing-masing responden
3. Mencari validitas dengan cara memasukkan hasil tes ke dalam rumus product
moment dari Pearson.
4. Menginterprestasikan dengan tabel r product moment pada halaman 100, taraf
signifikan 5% pada n = 52, apabila r hitung > r tabel, maka item pertanyaan
tersebut valid
5. Item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
pertanyaan baik pertanyaan valid maupun yang tidak valid.
Hasil uji validitas
Berdasarkan hasil uji validitas pada variabel peran orang tua
(X) dari 22 butir soal yang tidak valid sebanyak 8 butir soal yaitu pada
butir soal no. 2, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 19, item yang tidak valid
menunjukkan r hitung terendah yaitu 0, 040 dan tertinggi yaitu 0, 228
ini menunjukkan r hitung lebih kecil dari r tabel (0,279). Dengan
demikian jumlah item yang valid ada 14 butir soal pada nomor 1, 3, 4,
9, 10, 13, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23 pada item valid menunjukkan r
hitung terendah yaitu 0, 28 dan tertinggi 0,543 ini berarti r hitung lebih
besar dari r tabel (0,279).
Berdasarkan hasil uji validitas pada variabel perilaku
konsumtif siswa (Y) dari 23 butir soal yang tidak valid sebanyak 6
butir soal yaitu pada butir soal no. 14, 27, 28, 32, 38, 44 item yang
tidak valid menunjukkan r hitung terendah yaitu -0, 240 dan tertinggi
Dengan demikian jumlah item yang valid ada 17 butir soal pada nomor
24, 25, 26, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 45. Pada item
valid menunjukkan r hitung terendah yaitu 0, 299 dan tertinggi 0,667
ini berarti r hitung lebih besar dari r tabel (0,279).
c. Reliabilitas instrumen
Instrumen yang dapat dipercaya yang reliabel akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya. Untuk mencari reliabilitas instrument digunakan rumus
alpha:
Rumus:
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
K : banyaknya butir soal
∑σb2
: jumlah varians butir
σt2 : varians total
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Mencari varians tiap butir dengan rumus :
2. Mencari varians total dengan rumus:
3. Mencari reliabilitas instrumen dengan alpha. Selanjutnya hasil yang diperoleh
dari r hitung akan dikonsultasikan ke r product moment dengan taraf
kepercayaan 95% dengan n =52 apabila r hitung > r tabel berarti angket
tersebut reliabel, dan apabila r hitung < r tabel maka angket tersebut tidak
reliabel.
Hasil uji reliabilitas data
Berdasarkan pengujian reliabilitas pada instrumen dalam penelitian ini
yang diberikan kepada 52 responden. Berdasarkan perhitungan reliabilitas
instrumen untuk variabel X (peran orang tua) dengan 22 butir pertanyaan
diperoleh r hitung sebesar 0,464, sedangkan untuk variabel Y (perilaku konsumtif
siswa) dengan 23 butir pertanyaan diperoleh r hitung sebesar 0,717 dan r tabel
halaman 100 sebesar 0,279. Karena r hitung > r tabel berarti pertanyaan dalam
angket yang digunakan peneliti adalah reliabel. Kegiatan ini dilakukan pada
tanggal 8 maret 2013.
G. ANALISIS DATA
a. Analisis deskriptif persentase
Untuk menjawab pertanyaan peneliti yang pertama. Peneliti
menggunakan teknik analisis deskriptif persentase. Teknik analisis
deskriptif persentase bertujuan untuk mengetahui persentase variable
independen dalam penelitian ini yaitu peran orang tua dan variable
dependen yaitu perilaku konsumtif siswa kelas XI. Teknik analisis
butir pertanyaan kemudian menghitung besarnya persentase tiap
indicator dan terakhir menghitung besarnya persentase tiap variabel.
Teknik ini digunakan untuk mengetahui besarnya persentase
variable X dan Y dan kemudian digunakan untuk mendeskripsikan
pengaruh peran orang tua terhadap perilaku konsumtif siswa kelas XI
yang disajikan melalui persentase. Rumus yang digunakan adalah:
% =
× 100Keterangan:
n: skor yang diperoleh
N: jumlah seluruh skor
Langkah-langkah analisis deskriptif:
1. Memeriksa angket dan kelengkapannya.
2. Mengubah skor kualitatif pada jawaban angket menjadi skor kuantitatif, yaitu
sebagai berikut:
a. Jawaban A diberi skor 1
b. Jawaban B diberi skor 2
c. Jawaban C diberi skor 3
d. Jawaban D diberi skor 4
3. Memasukkan skor tersebut ke dalam rumus deskriptif persentase.
4. Menentukan rujukan persentase dengan:
a. Menetapkan persentase tertinggi = (4x4) x 100% = 100%
b. Menetapkan persentase terendah = (1x4) x 100% = 25%
d. Menentukan kelas interval persentase = 75% : 4 =18,75 %
Data penelitian yang diperoleh setelah uji hitung validitas dan reliabilitas data
kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Analisis
ini bertujuan untuk mengetahui persentase variabel independen dalam penelitian
ini peran orang tua dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku
konsumtif siswa Dari 52 responden. Teknik deskriptif ini dilakukan dengan
menghitung besarnya persentase tiap butir pertanyaan kemudian menghitung
persentase tiap indikator dan terakhir menghitung persentase tiap variabel.
b. Regresi linier sederhana
Dalam menganalisis data pada pertanyaan peneliti yang kedua ini dilakukan
dengan menggunakan Regresi linier sederhana, karena dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui tingkat kelinieran data penelitian dan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Peneliti memilih analisis regresi sederhana ini sebab hanya ada satu
variabel bebas yang digunakan untuk meramalkan atau memprediksi variabel
terikat dari penelitian ini. Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran
orang tua sedangkan variabel dependennya adalah perilaku konsumtif siswa
regresi linier sederhana dapat dilakukan dengan rumus :
Y= a+ bX
Keterangan:
Y : variabel kriterium
a : bilangan konstanta
X : variabel predictor
c. Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis nol (H0) diterima
atau ditolak. Suatu hipotesis nol diterima apabila probabilitas >0,05 dan hipotesis
akan ditolak jika probabilitasnya <0,05. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
SPSS dengan melihat hasil perhitungan uji anova. Uji anova merupakan metode
untuk menguji hubungan antara suatu variabel independen dengan variabel
dependen. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah peran orang tua
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1) GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
SMA Kesatrian 1 Semarang terletak di jalan Pamularsih no.116 Semarang,
pada mulanya merupakan sekolah milik asing (Cina) yang disebut dengan sekolah
“INHWA”. Pasca tragedi G30 S/PKI pemerintah mengambil kebijakan untuk
mengambil alih penguasaan terhadap semua sekolah milik Cina tersebut, yang
kemudian menjadi sekolah “Semarang” dibawah naungan yayasan sekolah
Semarang.
Untuk tingkat Kota Semarang kebijakan tersebut didasarkan atas Surat Keputusan
Pembantu Pelaksana Kuasa Perang (PEPEKUPER) Kotamadya Semarang nomor:
Kep.PPKP/002/3/1966 tanggal 21 Maret 1966. Namun, setahun kemudian tepat
pada tangal 30 April 1967 Yayasan Sekolah Semarang membubarkan diri melalui
surat yang dikirimkan KODIM 0733 Kotamadya Semarang selaku Pembantu
Pelaksana Kuasa Perang Kotamadya Semarang.
Sehari setelah Yayasan Sekolah Semarang membubarkan diri, para Kepala
Sekolah ”Semarang” masing-masing Soesman (TK/SD), Suharja Sukisno, BA
(SMP) dan Oetojo, B.Sc. (SMA) menetapkan perubahan nama sekolah
”Semarang” menjadi sekolah ”Kesatrian”, dengan harapan sekolah ini dapat
melahirkan para satria harapan bangsa, tepatnya pada tanggal 2 Mei 1967.
Lalu pada tanggal 11 Mei 1967 Komandan KODIM 0733 Semarang
selaku Pembantu Pelaksana Kuasa Peang memerintahkan Pimpinan Sekolah
Kesatrian untuk segera membentuk Yayasan Pendidikan Sekolah Kesatrian
Semarang lengkap dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
a. Keadaan Fisik dan Fasilitas Sekolah
SMA Kesatrian 1 Semarang berdiri di atas lahan seluas 3.434 m2 Semarang, dengan status hak milik yang dipegang oleh Yayasan Kesatrian. Lama
berlakunya adalah selama digunakan untuk proses belajar mengajar. SMA
Kesatrian 1 Semarang memiliki berbagai fasilitas yang mendukung pembelajaran
dan kelancaran akademis. Secara umum fasilitas yang ada di SMA Kesatrian 1
Semarang diantaranya :
1. Ruang Kepala Sekolah
Ruang kepala sekolah dilengkapi dengan ruangan ber-AC di mana juga
tersedia meja pertemuan, ruang tamu, komputer dan akses internet,
simbol-simbol kenegaraan, alat komunikasi
2. Ruang Wakil Kepala Sekolah
Luas ruang dan fasilitas di ruang wakil sekolah hampir sama dengan ruang
kepala sekolah di mana sudah dilengkapi dengan ruangan ber-AC di mana
juga tersedia meja pertemuan, ruang tamu, komputer dan akses internet,
lambang kenegaraan, alat komunikasi, serta lemari dokumen dan sentral
3. Perpustakaan
Ruangan ber-AC ini dilengkapi dengan komputer online yang terkoneksi
dengan Sistem Informasi Perpustakaan. Selain itu fasilitas yang ada di
perpustakaan berupa meja dan kursi, speaker, loker, rak, dan televisi
berwarna. Perpustakaan tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas “hotspot”
dan ruang tamu.
4. Ruang kelas
SMA Kesatrian 1 Semarang mempunyai 41 kelas. Setiap ruang kelas sudah
dilengkapi satu set komputer dengan koneksi internet, LCD projector, AC,
serta meja dan kursi guru.
5. Laboratorium
Laboratorium sekolah Laboratorium IPA (Laboratorium Kimia, Biologi, dan
Fisika). Laboratorium IPA sudah dilengkapi dengan fasilitas AC, seperangkat
komputer dan LCD proyektor serta alat-alat laboratorium yang memadai.
Selain itu, terdapat pula ruang multimedia dan laboratorium bahasa.
6. Ruang layanan BK
Ruang dilengkapi dengan meja pertemuan ruang tamu, ruang bimbingan
pribadi, ruang bimbingan kelompok, lemari dokumen, simbol-simbol
kenegaraan, komputer dan akses internet, instrument konseling, buku
sumber, media pengambangan kepribadian, papan statistik, kotak saran atau
7. Ruang TU
Pelayanan yang dilakukan untuk siswa-siswi di SMA ini dibedakan menurut
tingkatan kelasnya. Di ruang TU ini dilengkapi dengan AC, dan terdapat
meja, papan tulis, kursi, simbol kenegaraan, komputer, lemari, maupun
struktur organisasinya.
8. Ruang Komputer
Terdapat 2 ruang komputer, ruang pertama berada di lantai 1 dan ruang yang
kedua di lantai 2. Setiap ruangan terdiri dari 40 komputer, meja guru, papan
tulis, kursi, serta dilengkapi AC.
9. Kantin
SMA Kesatrian 1 Semarang memiliki 8 kantin. Kantin tersebut menggunakan
konsep kantin kejujuran yang sesuai dengan visi dan misi sekolah.
10. Koperasi
Koperasi di SMA Kesatrian 1 Semarang memiliki 2 penjaga yang melayani
siswa-siswi. Luas koperasi di sekolah ini tidak terlalu luas, akan tetapi telah
dilengkapi dengan mesin fotocopy dan alat tulis yang cukup lengkap, seperti:
buku tulis, bolpoin, buku gambar, maupun perlengkapan lainnya.
11. UKS
Fasilitas yang terdapat dalam UKS berupa tempat tidur pasien, lemari obat,
alat ukur tinggi dan berat badan, wastafel, lemari dokumen, obat-obatan,
tabung oksigen, termometer, tensimeter, tandu, kursi roda, serta papan statistik
12. Mushola
SMA Kesatrian 1 Semarang sudah dilengkapi mushola yang luas dan
fungsional. Terdapat sajadah dan perlengkapan sholat lainnya. Tempat wudhu
bagi perempuan dan laki-laki dipisahkan, untuk perempuan di sebelah kiri dan
laki-laki di sebelah kanan.
13. Aula sekolah.
Aula di SMA Kesatrian 1 Semarang digunakan untuk ruang pertemuan
organisasi ektra maupun intra sekolah. Ruang aula ini tidak begitu besar.
Ruang aula dilengkapi dengan kursi, meja, papan tulis, symbol kenegaraan,
maupun AC.
Selain fasilitas di atas SMA Kesatrian 1 Semarang juga dilengkapi pula
dengan fasilitias berupa, Pos Keamanan, Gudang, Lapangan upacara, meeting
room, kamar mandi, taman, tempat parkir, ruang guru, maupun lapangan
olahraga.
b. Keadaan Lingkungan Sekolah
Secara umum lingkungan SMA Kesatrian 1 Semarang cukup kondusif
dalam mendukung proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati adalah sebagai
berikut.
1. Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah
Sebelah barat : Pemukiman penduduk dan Museum
Ronggowarsito
Sebelah Utara : Jalan Raya Pamularsih
Sebelah Selatan : Makam
2. Kondisi Lingkungan Sekolah
a. Kebersihan
SMA Kesatrian 1 Semarang memiliki lingkungan terjaga kebersihannya.
Kebersihan ruang kelas merupakan tanggungjawab warga kelas tersebut
sedangkan kebersihan luar kelas dan ruangan-ruangan lainnya merupakan
tanggungjawab bersama seluruh warga sekolah dengan bantuan petugas
kebersihan.
b. Kebisingan
SMA Kesatrian 1 Semarang terletak di tepi Jl. Pamularsih yang sangat padat
dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Namun, dalam pembelajaran, siswa
tidak merasa terganggu dengan kebisingan di luar sekolah karena tiap ruang
kelas di desain sedemikian rupa sehingga suara guru.
c. Jalan Penghubung dengan Sekolah
SMA Kesatrian 1 Semarang terletak di sisi jalan utama yang padat yaitu Jl.
Pamularsih. Letak yang langsung berhubungan dengan jalan utama
menyebabkan SMA Kesatrian 1 Semarang mudah dijangkau oleh siswa dan
pihak yang berkepentingan dengan sekolah.
d. Kenyamanan dan Keamanan
Suasana di SMA Kesatrian 1 Semarang nyaman untuk pembelajaran. Ruang
polusi dan sedikitnya pohon di perkotaan. Keamanan di SMA Kesatrian 1
Semarang sangat ketat. Pintu gerbang yang selalu ditutup ketika jam pelajaran
berlangsung. Ketika sore menjelang, pintu gerbang menuju ke area utama
sekolah dan lantai 2 di kunci untuk mengamankan peralatan-peralatan
penunjang pembelajaran.
c. Keadaan Guru dan Siswa
1. Jumlah guru dan sebarannya menurut mata pelajaran.
Berdasarkan data per Juli 2012 SMA Kesatrian 1 Semarang
mempunyai 99 guru mata pelajaran baik yang sudah berstatus guru
tetap (GT) dan guru tidak tetap (GTT). 79 orang guru berstatus guru
tetap (GT) dan 20 orang guru berstatus sebagai guru tidak tetap (GTT).
Guru tersebut terbagi dalam 21 mata pelajaran.
2. Jumlah siswa
Berdasarkan data per Juli 2012 jumlah siswa pada SMA Kesatrian 1
Semarang yaitu 934 siswa, terdiri dari kelas X berjumlah 311 siswa, kelas XI
sebanyak 209 siswa. Kelas XII berjumlah 414 siswa.
d. Keadaan Sosial Ekonomi Orang Tua
Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang merupakan salah satu SMA swasta yang
tergolong favorit di Semarang. Siswa yang ada di sana sebagian besar berasal dari
golongan menengah ke atas dan berprestasi. Orang tua siswa di SMA Kesatrian 1
Semarang sebagian besar bermatapencaharian sebagai wiraswasta yang
Sedangkan tingkat pendidikan terakhir orang tua dari siswa sendiri sebagian besar
telah lulus SMA/sederajat.
2) HASIL PENELITIAN
a. Validitas Pengujian Instrumen
1. Validitas variabel peran orang tua
Data angket penelitian yang dibagikan kepada 52 responden di SMA
Kesatrian 1 Semarang, penulis mendapatkan data sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Validitas instrumen peran orang tua
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2013
Instrumen penelitian dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar
dari pada r tabel. R tabel dilihat berdasarkan tabel dengan taraf
kepercayaan 95% dan taraf signifikansi 5%. Artinya, data ini patut
dipercaya paing tidak 95% kebenarannya, jika ada kekeliruan paling
banyak 5%. Dari tabel 4.1 menyatakan bahwa butir soal yang ada dalam
angket yang menjelaskan tentang indikator peran orang tua terdapat 13
butir soal yang valid dari 22 butir soal atau sekitar 59% dari keseluruhan
butir soal. Hal tersebut menunjukkan bahwa angket yang telah dibuat
merupakan alat yang layak digunakan dalam mengukur peran orang tua.
2. Validitas variabel perilaku konsumtif siswa
Data angket penelitian yang dibagikan kepada 52
responden di SMA Kesatrian 1 Semarang , penulis mendapatkan
Tabel 4. 2 Validitas instrumen perilaku konsumtif
siswa
S
Sumber: Data yang diolah,2013
Instrumen penelitian dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar
dari pada r tabel. R tabel dilihat berdasarkan tabel dengan taraf
kepercayaan 95% dan taraf signifikansi 5%. Dari tabel di atas menyatakan
bahwa butir soal yang ada dalam angket yang menjelaskan tentang
indikator peran orang tua terdapat 17 butir soal yang valid dari 23 butir soal
e. Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah
didapat dalam penilitian ini merupakan data yang reliabel atau dapat
dipercaya. Dari hasil data yang diolah, reliabilitas untuk variabel X (peran
orang tua) diperoleh hasil 0, 464 . Untuk variabel Y (perilaku konsumtif
siswa) diperoleh hasil 0,717.
f. Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil penelitian, selanjutnya data dianalisis untuk
mengetahui skor jawaban responden yang akan dideskripsikan untuk
mengetahui persepsi responden mengenai variabel penelitian melalui
indikator tiap variabel. Dalam hal ini analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis data tanpa bermaksud mengambil kesimpulan yang berlaku
umum/generalisasi. Hasil analisis deskriptif persentase skor responden
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel peran orang tua
Variabel peran orang tua ini dapat diketahui dari sub variabel
yang diturunkan menjadi indikator yang terdiri atas: keadaan sosial
ekonomi orang tua, pemenuhan kebutuhan anak, sosialisasi orang tua
tentang konsumsi anak, kontrol orang tua terhadap uang saku anak,
intensitas pertemuan orang tua dengan anak. Dalam penelitian ini terdapat
empat pilihan jawaban responden terhadap indikator-indikator tersebut,