• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP DISIPLIN SISWA KELAS XI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP DISIPLIN SISWA KELAS XI SMA AL ISLAM KRIAN SIDOARJO."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP SIKAP

DISIPLIN SISWA KELAS XI SMA AL ISLAM KRIAN

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

Anik Juliati D01212003

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Anik Juliati D01212003: Pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa di SMA Al Islam Krian Sidoarjo. Pola asuh adalah merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai pewujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. Orang tua bertugas mengajarkan soal hidup dan niai-nilai kehidupan, sementara di sekolah para guru bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan.

Namun perbedaan pola asuh tersebut hanya merupakan salah satu faktor yang membentuk kepribadian meraka. Dengan demikian, ada beberapa faktor yang lebih penting yang perlu diperhatikan yaitu perhatian, kedisiplinan, termasuk kewibaaan yang dimunculkan oleh orang tua.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh orang tua siswa, untuk mengetahui sikap disiplin siswa, untuk mengetahui adakah pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa SMA Al Islam Krian Sidoarjo.

Penelitian yang dilakukan ini tergolong pada penelitian kuantitatif. Adapun hipotesis yang digunakan oleh penulis adalah Ha dan Ho. Untuk memperoleh keterangan data yang dibutuhkan penulis menggunakan metode angket, observasi, interview, dan dokumentasi. Namun yang lebih dominan menggunakan metode pemberian angket sebagai metode pokok.

Data yang di peroleh dari data angket kemudian di analisis dengan menggunakan teknik analisis data rumus prosentase dan korelasi product moment yang disimpul kan sebagai berikut:

1. Teknik analisis Prosentase diperoleh hasil 40,65%, yang menunjukkan bahwa

pola asuh orang tua tergolong kurang baik, karena berada di antara 40% sampai dengan 56%.

2. Teknik analisis Prosentase diperoleh hasil 63,87% yang menunjukkan bahwa

sikap disiplin siswa tergolong cukup baik, karena berada di antara 56% sampai dengan 75%.

3. Nilai = 0,071 dengan df = 60 pada taraf signifikan 5% adalah 0,254 dan pada

taraf signifikan 1% adalah 0,330. Dari hasil konsultasi tersebut dapat diketahui

bahwasannya lebih kecil dari pada nilai tabel baik pada taraf signifikan 5%

maupun 1%. Sehingga dapat disimpulkan tidak adanya korelasi positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan sikap disiplin siswa di SMA Al Islam Krian Sidoarjo.

(6)

i

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN... v

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Devinisi Operasional ... 9

F. Sistematika Pembahasan ... 10

(7)

ii

2. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua ... 16

3. Ciri-ciri Pola Asuh Orang Tua ... 19

B. Tinjauan Tentang Sikap Disiplin Siswa ... 29

1. Pengertian Sikap Disiplin Siswa ... 29

2. Tujuan Sikap Disiplin Siswa ... 31

3. Macam-macam Sikap Disiplin Siswa ... 33

4. Cara Melaksanakan dan Menanamkan Sikap Disiplin Siswa 35 C. Tinjauan Tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Disiplin Siswa ... 40

BAB III : METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian... 45

1. Jenis Penelitian... 45

2. Variabel Penelitian... 46

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling... 47

4. Jenis dan Sumber Data... 50

5. Metode atau Instrument pengumpulan data... 52

6. Analisis Data... 54

7. Hipotesis... 58

(8)

iii

2. Letak Geografis SMA Al Islam Krian Sidoarjo ... 61

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 61

4. Sarana dan Prasarana ... 63

5. Keadaan Pendidik ... 64

6. Keadaan Siswa... 68

7. Struktur Organisasi Pengurus SMA Al Islam Krian Sidoarjo... 69

B.Penyajian Data ... 69

1. Data Hasil Dokumentasi ... 70

2. Data Hasil Observasi ... 70

3. Data Hasil Interview ... 71

4. Data Hasil Angket ... 72

C.Analisa Data ... 82

1. Analisis Data tentang Pola Asuh Orang Tua ... 83

2. Analisis Data tentang Sikap Disiplin Siswa ... 85

3. Analisis Data tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Sikap Disiplin Siswa ... 87

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 96

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pola asuh adalah merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua

dalam mendidik anak-anaknya sebagai pewujudan dari rasa tanggung jawab

kepada anak-anaknya. Anak pada dasarnya merupakan amanat yang harus

dipelihara dan keberadaan anak itu merupakan hasil dari buah kasih sayang

antara ibu dan bapak yang diikat oleh tali perkawinan dalam rumah tangga yang

sakinah sejalan dengan harapan Islam. Mansur menyimpulkan bahwa pola asuh

yang dilakukan orang tua sama dengan bagaimana seorang yang memimpin suatu

individu maupun kelompok, karena pada dasarnya orang tua juga bisa disebut

sebagai pemimpin sebagaimana definisi kepemimpinan.1

Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus

makannya, pakaiannya dan kebersihannya dalam periode pertama sampai

dewasa. Keluarga merupakan “jaringan sosial” yang terpenting bagi anak pada

masa-masa awal kehidupan. Sehingga hubungan dengan keluarga merupakan

landasan sikap terhadap oang, benda dan kehidupan secara umum.2 Kingsley

Price dalam bukunya Mansur mengungkapkan: Sebagai orang tua dalam

1

Mansur, “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.350-351

2

(10)

2

membimbing anak-anaknya harus menggunakan seni dalam mengorganisasikan

pola asuh dan dalam memotivasi anak-anaknya dalam keluarga untuk mencapai

tujuan akhir sesuai dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri yakni

mencapaimanusia insan kamil.

Beberapa pola keluarga tentunya juga sangat besar pengaruhnya terhadap

arah perkembangan anak, seperti keluarga inti, keluarga kecil ( dengan tiga

anak), keluarga dengan orang tua yang muda, keluarga dengan ibu yang bekerja,

keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga dengan orang tua asuh, keluarga

angkat, keluarga antar ras dan keluarga abtar agama.

Orang tua adalah orang terdekat dan merupakan pendidik pertama dan

utama bagi seorang anak. Karena sebelum memasuki usia prasekolah dan usia

sekolah, seorang anak sudah menerima pendidikan soal nilai-nilai hidup dari

orang tua. Adapun guru disekolah, guru les, ataupun guru-guru ditempat lain

hanyalah guru pendamping.3

Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar

pendidikan, sikap, keterampilan dasar, seperti pendidikan agama, budi pekerti,

sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aan, dasar-dasar untuk mematuhi

peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Selain itu peranan keluarga

3

(11)

3

yaitu mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diajarkan

disekolah.4 Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.

َلاق

َ

َل ْ سر

َ

َل

َ

ى ص

َ

ل

َ

هي ع

َ

س

َ

َ:

ام

َ

َْنم

َ

َ د ْ ل ْ م

َ

َالإ

َ

َدل ْ ي

َ

ى ع

َ

َةرْطفْلا

َ.

ها بأف

َ

َهناد ِ ي

َ

َهنارِصني

َ

َسِجمي

َهنا

“Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah

yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang

Majusi”.(HR. Al Baihaqi).5

Selain itu para orang tua dapat mempengaruhi kepribadian anak-anaknya

secara signifikan melalui berbagai macam hal yang mereka lakukan dan yang

tidak mereka lakukan dan yang tidak boleh mereka lakukan. Beberapa hal dari

orang tua yang dapat berpengaruh yaitu salah satunya adalah pola asuh orang tua.

Pola asuh yang berbeda-beda berkaitan erat dengan sifat kepribadian yang

berbeda-beda pada anak. Dalam hal ini para ahli membaginya kedalam empat

bagian yaitu otoritatif, otoritarian, permisif dan acuh tak acuh.

Dari keempat jenis pola asuh diatas, menurut beberapa penelitian yang

ideal bagi sebagian besar anak adalah pola asuh otoritatif. Orang tuadengan pola

asuh otoritatif menghadirkan lingkungan rumah yang penuh kasih dan dukungan,

memberikan harapan dan standar tigggi terhadap prestasi, memberikan

4Naimuna Hasan, “Pendidikan Anak Usia Dini”, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h. 19

5

(12)

4

penjelasan mengapa suatu perilaku dapat diterima atau tidak diterima,

menegakkan aturan-aturan keluarga secara konsisten, melibatkan anak dalam

pengambilan keputusan dan menyediakan kesempatan bagi anak untuk

menikmati kebebasanberperilaku seperti usianya6

Demikianlah peran keluarga menjadi penting untuk mendidik

anak-anaknya baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial kemasyarakatan

maupun tinjauan individu.

Disiplin dipahami sebagai perilaku dan tata tetib yang sesuai dengan

peraturan dan ketetapan atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan.7 Disiplin itu

suatu kata yang pasti terucap ketika terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap

suatu kebijaksanaan yang telah digariskan. Pelanggaran terhadap apa saja bisa

terjadi dimana-mana. Demikian pula yang melakukan bisa siapa saja. Entah dia

itu anak kecil atau dewasa, orang besar atau orang kecil, orang baik atau orang

urakan.

Tujuan dari disiplin adalah untuk membina anak agar belajar menguasai

dirinya yang kemudian penguasaan diri itu dapat bermanfaat baginya. Sikap

disiplin dapat bermanfaat kepada anak ketika diterapkan secara benar. Tujuan

terpenting dalam mengasuh anak bukan hanya ketaatan dari anak, melainkan

mendidik anak menjadi lebih dewasa, independen, dan bertanggung jawab.

6

Eva Lupita, “Pengantar Psikologi Pendidikan”, (Yogyakarta: PT Puastaka Insan Madani, 2012), h, 239

7

(13)

5

Tujuan orang tua mendidik anak agar bisa hidup secara efektif ketika

bermasyarakat. Tentunya kedisiplinan itu diarahkan sebagaimana membangun

perilaku positif pada anak.

Disiplin perlu ditegakkan, dengan catatan, tujuan utama penegakan disiplin

adalah untuk mengubah perilaku negaatif, bukan untuk membuktikan siapa yang

benar atau salah. Selebihnya, orang tua perlu menggunakan pendekatan agar

mendorong perubahan perilaku, meminimalkan konflik dan membuat anak

mampu memetik sebuah pelajaran berharga tentang hidup.

Kebutuhan akan disiplin sebenarnya ditimbulkan dari rasa takut diri

sendiri, karena sadar bahwa diri sendiri memiliki banyak keterbatasan dan naluri

negative. Tanpa disiplin bias dibayangkan apa yang terjadi dengan naluri negatif

itu. Disiplin diperlukan supaya orang dapat survive dalam kehidupan atau

bertahan lama dan berhasil dalam kehidupan.

Tujuan utama orang tua mendisiplinkan anaknya adalah agar si anak tidak

sampai celaka selain itu disiplin dapat menekan naluri negatif misalnya serakah.

Orang tua sebagai pembina tidak boleh lupa untuk membina diri sendiri.

Berdisiplin itu berlaku sepanjang usia bukan hanya teruntuk anak-anak saja.

Dalam banyak hal, orang tualah yang harus lebih berdisplin daripada anak,

karena memberi contoh dengan perbuatan sendiri merupakan salah satu cara

pendisiplinan yang efektif.8

8V. Lestari, “Membina Disiplin Anak”,

(14)

6

Baik buruknya disiplin tergantung pada pelaksanaannya, dan

persesuaiannya dengan situasi dan kondisi. Tentu saja aturan dan tata tertib sepeti

teori-teori yang tertera diatas kertas kelihatan sempurna dan ideal, tapi untuk

pelaksanaannya masih membutuhkan penyesuaian. Dengan penyesuaian itu

orang tua jadinya harus bersikap fleksibel. Sikap fleksibel penting bagi orang tua

untuk meletakan dasar-dasar bagi disiplin diri yang sehat. Bila disiplin itu

terlampau keras, ketat dan tanpa memandang faktor-faktor, maka kegunaannya

bukan saja ditemukan tapi juga bisa berakibat buruk.9

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, sekolah SMA Al Islam

Krian memiliki peraturan atau tata tertib disiplin yang baik. Namun masih saja

ditemukan siswa yang datang terlambat, tidak memakai atribut yang sesuai

misalnya (warna sepatu tidak hitam polos), kaos kaki tidak berwarna putih,

seragam yang ketat untuk putri, bajunya tidak dimasukkan, berbicara saat jam

pelajaran, main games dan handphone saat pelajaran berlangsung, mengerjakan

pekerjaan rumah disekolah dan lain-lain

Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya disiplin siswa dalam aktivitas

belajarnya. Karena itu juga mempengaruhi pada tingkat kedisiplinan siswa.

Kewajiban siswa sebagai warga sekolah yaitu disiplin dan mematuhi tata tertib

sekolah. Sekolah mengajarkan kepada siswa untuk belajar menghormati dan

menaati peraturan sekolah misalnya datang ke sekolah tepat waktu, mengerjakan

pekerjaan rumah dan lain-lain. Kedisiplinan siswa disekolah bukan hanya untuk

9

(15)

7

mematuhi peraturan yang ada disekolah saja melainkan juga disiplin dalam

aktifitas belajar.

Banyak faktor yang mempengaruhi disiplin dalam aktifitas belajar siswa,

seperti pendidik atau guru, perhatian dari orang tua, situasi lingkungan belajar.

Anak akan mengenal disiplin manakala orang disekitarnya juga melakukan

disiplin, maka dengan sendirinya anak akan terbiasa melakukan kedisiplinan

dalam setiap aktifitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa peran siswa sangat

penting dalam mencapai disiplin dalam aktifitas belajar. Untuk mengoptimalkan

aktifitas belajar yang lebih baik. Serta dapat menanamkan sikap disiplin pada

siswa baik dari pola asuh orang tua maupun guru.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa.

B. RUMUSAN MASALAH

Bedasarkan daari uraian Latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola asuh oranag tua di sekolah SMA AL ISLAM KRIAN?

2. Bagaimana Sikap disiplin siswa kelas XI di sekolah SMA AL ISLAM

KRIAN?

3. apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadap sikap disiplin siswa kelas

(16)

8

C. TUJUAN PENELITIAN

Setiap aktifitas yang dilakukan manusia baik secara individu maupun

kolektif, tentu akan memiliki tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua di sekolah SMA AL

ISLAM Krian

2. Untuk mengetahui bagaimana Sikap disiplin siswa kelas XI di sekolah SMA

AL ISLAM Krian

3. Untuk mengetahui apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadap sikap

disiplin siswa kelas XI di sekolah SMA AL ISLAM Krian

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang akan didapat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisis

permasalahan di bidang pendidikan dan memperluas pengetahuan peneliti

mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini selain sebagai penyelesaian tugas akhir S1, manfaat yang

didapat peneliti yaitu menambah pengetahuan dalam bidang psikologi

(17)

9

dan memperluas pengetahuan peneliti mengenai pengaruh pola asuh

orang tua terhadap sikap disiplin siswa.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada bapak ibi

guru sekolah mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap

displin siswa. Kemudian diharapkan dengan adanya penelitian ini,

informasi yang diperoleh dapat digunakan oleh bapak ibu guru disekolah

sebagai bahan dalam membentuk sikap disiplin siswa sehingga dapat

mengembangkan rasa tanggung jawab siswa dan menumbuhkan moralitas

yang lebih baik di masa depan siswa.

c. Bagi Orang Tua

Bagi orang tua dapat memberikan wawasan tentang kedisiplinan anak

dengan menanamkan sikap disiplin anak menggunakan pola asuh yang

sesuai dengan kondisi anak, sehingga anak dapat menunjukkan

kepribadian yang baik, sikap bertanggung jawab, taat terhadap tata tertib

dan peraturan yang ada dilingkungan sekitar baik di rumah, masyarakat

maupun disekolah

E. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran tentang makna istilah yang digunakan

dalam judul skripsi ini, maka perlu dijelaskan sebagai berikut :

(18)

10

Pola asuh adalah merupakan cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua

dalam mendidik anak-anaknya sebagai pewujudan dari rasa tanggung jawab

kepada anak-anaknya.10

2. Sikap Disiplin

Disiplin dipahami sebagai perilaku dan tata tetib yang sesuai dengan

peraturan dan ketetapan atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan.11

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari empat

pembahasan, sebagai berikut:

Bab pertama adalah Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

hipotesis penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua menjelaskan kajian teori yang berisi tentang pengertian pola asuh orang tua yang terdiri dari pengertian pola asuh orang tua, macam-macam

pola asuh orang tua, faktor-faktor pendorong orang tua terhadap pendidikan,

sedangkan pengertian tentang sikap disiplin terdiri dari pengertian disiplin, cara

menanamkan sikap disiplin dan manfaat dari sikap disiplin.

10

Mansur, “Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.350

11

(19)

11

Bab ketiga menguraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi:, jenis dan sumber data, Indentifikasi variabel, populasi dan sampel, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab keempat adalah laporan hasil penelitian yang meliputi: gambaran umum obyek penelitian, penyajian data dan analisis data.

Bab kelima yakni Penutup, dalam bab ini terdiri atas kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

Setelah pembahasan dari kelima bab tersebut maka pada bagian akhir dari

penelitian ini disertakan beberapa lampiran yang dianggap perlu. Hal ini

dimaksudkan untuk memperjelas dan menjadi rujukan dari inti pembahasan

(20)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Secara etimologi, pengasuhan berasal dari kata “asuh” yang artinya

pemimpin, pengelola, pembimbing, sehingga “pengasuh” adalah orang

yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin atau mengelola.

Pengasuhan yang dimaksud disini adalah mengasuh anak. Mengasuh anak

adalah mendidik dan memelihara anak, seperti mengurus makannya,

minumnya, pakaiannya dan kebersihannya dalam periode pertama sampai

dewasa.1 Dalam kamus bahasa Indonesia dibukunya Lestari, pengasuhan

berarti hal (cara, perbuatan) mengasuh. Didalam mengasuh terkandung

makna menjaga/ merawat/ membimbing/membantu/ melatih, memimpin/

mengepalai/ menyelenggarakan. Istilah asuh dirangkaikan dengan asah

dan asih menjadih asah-asih-asuh. Mengasah yang berarti melatih agar

memiliki kemampuan. Mengasihi berarti mencintai dan menyayangi.

Maka pengasuhan anak bertujuan untuk meningkatkan atau

mengembangkankemampuan anak dengan dilandasi rasa kasih sayang

tanpa pamrih yang murni merupakan tanggung jawab orang tua.

(21)

13

Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak, seperti

mengurus makannya, pakaiannya dan kebersihannya dalam periode

pertama sampai dewasa. Keluarga merupakan “jaringan sosial” yang

terpenting bagi anak pada masa-masa awal kehidupan. Sehingga hubungan

dengan keluarga merupakan landasan sikap terhadap oang, benda dan

kehidupan secara umum.2

Pola asuh orang tua adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat

ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan

dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya. 3

Dari makna diatas dapat diketahui bahwa pola asuh mencakup

pengertian yang luas, mulai dari mengasuh anak sejak balita, hingga

memilihkan sekolah dan pendidikan yang tinggi untuk anak. Sebagaimana

hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dia berkata, bahwa

Rasulullah SAW bersabda :

َلاق

َ

َل ْ سر

َ

َل

َ

ى ص

َ

ل

َ

هي ع

َ

س

َ

َ:

ام

َ

َْنم

َ

َ د ْ ل ْ م

َ

َالإ

َ

َدل ْ ي

َ

ى ع

َ

َةرْطفْلا

َ.

َها بأف

َ

َهناد ِ ي

َ

َهنارِصني

َ

َهناسِجمي

2

Arini Hidayat,“Televiia dan Perkembangan Sosial Anak”, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1998), h. 41.

3Mansur, “

(22)

14

“Semua anak-anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua

orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani dan Majusi.”

(HR. Al Baihaqi)

Dalam pandangan para ulama‟, hadist tersebut menunjukkan betapa

besarnya tanggung jawab keluarga terutama orang tua terhadap pendidikan,

kesucian, dan fitrah anak-anaknya , sehingga mereka terpelihara dari

perbutan dan perilaku yang tidak baik.

Orang tua adalah orang terdekat dan merupakan pendidikan pertama

dan utama bagi seorang anak.4

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.At Tahrim ayat 6 yang

berbunyi :

َ



َ

َ

َ

َ



َ



َ

َ





َ



َ

َ

َ

َ



َ

َ



َ

َ

َ

َ



َ

َ



َ



َََ َ 4
(23)

15

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap

apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan” (QS.At Tahrim: 6)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan,” Bahwa diperintahkan

kepada kepala keluarga ntuk menyuruh keluarganya yang terdiri dari istri,

anak-anak, saudara kerabat, budak, dan para pelayan untuk taat kepada

Allah, meghindari segala bentuk kemaksiatan kepada Allah SWT,

mengajarkan keluarga dan mendidik mereka, dan menyeru mereka ke

jalan Allah.5

pola asuh yang dilakukan orang tua sama dengan bagaimana seorang

yang memimpin suatu individu maupun kelompok, karena pada dasarnya

orang tua juga bisa disebut sebagai pemimpin sebagaimana definisi

kepemimpinan. Rasulullaah SAW Bersabda, “ Setiap dari kalian adalah

pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia bertanggung

5

Abdullah Muhammad Ash- Shubbi, “Seni Mendidik dan Mengatasi Masalah Prilaku Anak

(24)

16

jawab atas kepemimpinannya. Dan orang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dan, wanita adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan ditanya, dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dan, seorang pelayan adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu” (Muttafaq „Alaih)6 Anak pada dasarnya merupakan amanat yang harus dipelihara, dirawat dan

keberadaan anak itu merupakan hasil dari buah kasih sayang antara ibu

dan bapak yang diikat oleh tali perkawinan dalam rumah tangga yang

sakinah sejalan dengan harapan Islam. Untuk itu perlu adanya pola asuh

yang tepat agar anak terarah dan menjadi anak yang didamba setiap orang

tua jika pola asuh yang diterapkan sesuai.

2. Macam-macam pola asuh orang Tua

Pengasuhan memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan

mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat sedikit

pendidikan formal mengenai tugas ini. Kebanyakan orang tua mempelajari

praktik pengasuhan dari orang tua mereka sendiri. Peran orang tua

direncanakan dan di koordininasikan dengan baik dan peran lainnya dalam

kehidupan. Orang tua ingin anaknya tumbuh menjadi individu yang

dewasa secara sosial, namun mereka mungkin merasa frustasi dalam

(25)

17

berusaha menemukan cara terbaik untuk hal itu. Pola asuh yang

berbeda-beda berkaitan erat dengan sufat kepribadian yang berberbeda-beda-berbeda-beda pada

anak. Beberapa peneliti telah mengkaji beragam jenis pola asuh yang

digunakan para orang tua dalm mengasuh anak-anaknya. Dalam hal ini

para ahli membagi pola asuh kedalam empat bagian yaitu ototitatif,

otoritarian, permisif dan acuh tak acuh.7

a. Pola asuh otoritatif

Pengasuhan otoritatif mendorong anak untuk mandiri namun

masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Tindakan

verbal memberi dan menerima sesuatu yang dimungkinkan serta

bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Orang tua seperti ini

menginginkan agar anaknya mengetahui betapa superiror orang

tuanya.

b. Pola asuh otoritarian

Pengasuhan otoritarian atau otoriter adalah gaya yang membatasi

dan menghukum dimana oarng tua mendesak anak untuk mengikuti

arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang

tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak

dan meminimalisir perdebatan verbal.

c. Pola asuh permissif

(26)

18

Pola asuh permissif adalah gaya pengasuhan dimana orang tua

sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau

mengontrol mereka. Orang tua macam ini membiarkan anak

melakukan apa yang ia inginkan. Para orang tua sengaja membesarkan

anak mereka dengan cara ini karena mereka percaya bahwa kombinasi

antara keterlibatan yang hangat dan sedikit batasan akan menghasilkan

anak yang kreatif dan percaya diri.

d. Pola asuh acuh tak acuh

Pola asuh acuh tak acuh / mengabaikan adalah gaya dimana orang tua

sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.8 Tipe orang tua seperti ini

seakan-akan menghibur dengan cara cepat untuk menyelesaikan

persoalan. Anak dengan orangtua seperti ini akan merasa bahwa orang

tuanya tidak benar-benar mendengaarkan perasaan mereka. Dengan

kata lain orang tua mereka tidak peduli/ atau tidak mengerti betapa

serius masalah yang sedang mereka hadapi.

Keempat klasifikasi pengasuhan tersebut diatas melibatkan

kombinasi antara penerimaan dan sikap responsif disuatu sisi serta

tuntutan dan kendali disisi lain. Bagaiman dimensi-dimensi ini berpadu

dan menghasilkan keempat pengasuhan tersebut (otoritatif, otoritarian,

permissif dan acuh tak acuh)

8

(27)

19

3. Ciri-ciri pola asuh orang Tua

Gaya Baumrind penelitian Diana Baumrind (1971) sangat

berpengaruh. Ia percaya bahwa orang tua tidak boeh menghukum atau

menjauh. Alih-alih mereka harus menetapkan aturan bagi anak dan

menyayangi mereka. Dia telah menjelaska empat jenis gaya pengasuhan.9

Berikut ciri-ciri aneka ragam pola asuh secara umum:10

Tabel 2.1 Ciri-Ciri Pola Asuh

Pola Asuh Karakteristik Orang Tua

Kecendrungan

Perilaku Anak

Otoritatif  Menyediakan

lingkungan rumah yang

penuh kasih dan

suportif

 Menerapkan ekspektasi

(harapan) dan standar

yang tinggi dalam

berperilaku

 Menjelaskan mengapa

 Gembira

 Percaya diri

 Memiliki rasa ingin

tahu yang sehat

 Tidak manja dan

mandiri

 Memiliki kontrol diri

yang baik

 Memiliki

9

Ibid,,.h. 168

10

(28)

20

beberapa perilaku dapat

diterima dan sebagian

lainnya tidak

 Menegakkan

peraturan-peraturan secara

konsisten

 Melibatkan anak dalam

proses pengambilan

keputusan dalam

keluarga

 Secara bertahap

melonggarkan

batasan-batasan saat anak

semakin bertanggung

jawab dan mandiri

ketrampilan sosial

yang efektif

 Termotivasi dan

berprestasi di sekolah

Otoritarian  Jarang menampilkan

kehangatan emosional

 Menerapkan harapan

dan standar yang tinggi

dalam berperilaku

 Menegakkan

aturan- Tidak bahagia

 Cemas

 Percaya diri rendah

 Kurang inisiatif

 Bergantung pada

(29)

21

aturan tanpa melihat

kebutuhan anak

 Mengharapkan anak

mematuhi aturan tanpa

tanya

 Sedikit ruang untuk

berdialog antara orang

tua dan anak

 Keterampilan sosial

dan prososial rendah

 Gaya bkomunikasi

koertif

 Pembangkang

Permissif  Menyediakan

lingkungan rumah yang

penuh kasih dan

suportif

 Menerapkan sedikit

harapan atau standar

berprilaku

 Jarang memberi

hukuman pada perilaku

yang tidak tepat

 Membiarkan anak

mengambil keputusan

secara mandiri

 Egois

 Tidak termotivasi

 Bergantung pada

orang lain

 Menuntut perhatian

orang lain

 Tidak patuh

(30)

22

Acuh

tak acuh

 Hanya menyediakan

sedikit dukungan

emosional

 Menerapkan sedikit

harapan dan standar

berperilaku

 Menunjukkan sedikit

minat

 Orang tua tampak lebih

sibuk mengurus

masalahnya sendiri

 Tidak patuh

 Banyak menuntut

 Kontrol diri rendah

 Kesulitan mengelola

frustasi

 Kurang memiliki

sasaran-sasaran

jangka panjang

Moh Padil dan Triyo Supriyanto (2010) dalam bukunya “sosiologi

pendidikan” menyebutkan beberapa ciri-ciri dari pola asuh keluarga.

Antara lain:11

a. Keluarga otoriter : orang tua yang menentukan perkembangan anak.

Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya suka menyendiri, mengalami

kemunduran kematangan, ragu-ragu dalam semua tindakan, serta

lambat berinisiatif.

11Moh. Padil DKK, “Sosiologi Pendidikan”, (Malang: UIN

(31)

23

b. Keluaga demokrasi : biasanya sikap anak lebih bisa menyesuaikan

diri, fleksibel, dapat menguasai diri, menghargai pekerjaan orang lain,

menerima kritik dengan terbuka, emosi lebih stabil serta mempunyai

rasa tanggung jawab.

c. Keluarga liberal : sifat keluarga liberal adalah agresif, tidak dapat

bekerja sama dengan orang lain, anak-anak lebih bebas bertindak dan

berbuat, sulit menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai

sifat selalu curiga.

4. Faktor pendorong orang tua dalam pendidikan

Dalam pendidikan keluarga harus diperhatikan dalam memberikan

kasih sayang, jangan berlebihan dan jangan pula kurang. Pendidikan

keluarga yang baik adalah yang mau memberikan dorongan kuat kepada

anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Pendidikan dalam

kelauarga mempunyai pengaruh yang penting untuk mendidik anak. Hal

tersebut dapat berpengaruh positif dimana lingkungan keluarga

memberikan dorongan atau menerima, memahami, meyakini serta

mengamalkanajaran islam.12

Anak-anak tinggal dibawah pengasuhan orang tua hanya sekedar

menanti masa besarnya. Karena itu, ayah dan ibu sebagai orang tua perlu

12

(32)

24

memberi bekal dan perhatian yang sempurna kepada anaknya sejak dalam

kandungan hingga dapat dilepaskan mandiri ke masyarakat. Orang tua

berkewajiban mempersiapkan tubuh, jiwa, dan akhlak anak-anaknya untuk

menghadapi pergaulan masyarakat yang ingar-bingar. Memberikan

pendidikan yang sempurna kepada anak adalah tugas yang besar bagi

orang tua dan merupakan kewajiban yang ditekankan agama dan hukum

masyarakat. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak

dipandang sebagai orang tua yang tidak bertanggung jawab terhadap

amanah Allah dan undang-undang pergaulan. Rasulullaah SAW bersabda:

seorang ayah tiada memberi kepada anaknya, sesuatu pemberian yang lebih utama dari budi pekerti dan pendidikan yang baik.” (HR. Tirmidzi) ,

Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah dengan budi pekerti yang baik.”(HR. Ibnu Majah).13

Adapun faktor pendorong / pendukung orang tua dalam pendidikan

antara lain: 14

a. Doa

Doa merupakan tuntunan agama. Al Qur‟an secara tegas

menyatakan , “Katakanlah (wahai Muhammad), Tuhanmu tidak

mengindahkanmu, seandainya kamu tidak berdoa(beribadah), dan karena kamu mendustakan-Nya, maka pastilah kelak (siksa Kami)

13

M. Fauzi Rachman, “Islamic Parenting”, (Jakarta: Erlangga, 2011), h.9 14

(33)

25

akan menimpamu.” (QS Al-Furqan (25): 77) dan dalam (QS Al-

Mu‟min (40) : 60) yang artinya “dan Tuhanmu berfirman,

„Berdoalah kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan bagimu.

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam kadaan hina dina”.

Orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak yang

sholih yaitu yang berakhlakul karimah, hendaknya mereka

memperbanyak do‟a. Rasulullah SAW Bersabda:”janganlah kamu

berdo‟a buruk atas dirimu, janganlah kamu berdo‟a buruk atas

anak-anakmu, janganlah kamu berdo‟a buruk atas pelayanmu, dan

janganlah kamu berdo‟a buruk atas harta-hartam!jangan sampai

kamu(berdo‟a) begitubertepatan dengan waktu (dimana) Allah(akan

mengabulkan do‟a), lalu turun didalamnya pemberian pemberian

(yang kamu minta) sehingga do‟amu itu benar-benar terkabul.” (HR.

Abu Dawud).

b. Contoh teladan dari orang tua

Keteladanan yang baik merupakan suatu keharusan dalam

pendidikan. Bagaimana mungkin seorang anak akan terbiasa dengan

akhlak dan adab islami sehari-hari sedangkan ia melihat kedua orang

tuanya adalah orang yang tidak memerhatikan akhlak dan adab islami

(34)

26

Seorang penyair berkata: “Apabila para ibu berada dalam

keburukan budi pekerti, maka pastikanlah atas diri generasi ini bahwa

aib menanti”.15

Hal tersebut karena keteladanan mutlak diperlukan

dalam mendidik anak . anak akan senantiasa mencontoh kedua orang

tuanya. Allah juga mengecam dalam Al Qur‟an sikap orag yang

hanya sekedar memerintah namun tidak mengerjakannya, “Hai

orang-orang yang eriman, mengapa kalian mengucapkan apa-apa yang tidak kalian lakukan? Sungguh besar kebencian disisi Allah, jika kalian mengucapkan apa-apa yang tidak kalian lakukan.” (QS

Ash-Shaff (61): 2-3)

Maka menjadi tauladan yang baik bagi anak adalah salah satu

usaha yang bernilai ibadah dan mendapat pahala serta menjadikan

anak menjadi berakhlakul karimah.

c. Rezeki yang Halal

Rezeki yang diberikan kepada keluarga hendaknya rezeki yang

halal. Orang tua harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang halal dan

meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang haram demi mendapatkan

rezeki yang halal. Karena setiap jasmani yang tumbuh dari yang

kotor, maka api neraka lebih pantas baginya.16

15

Ibid.., h. 118 16

(35)

27

Dalam hadits riwayat disebutkan “ Mencari rezeki yang halal

itu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR. Thabrani dan „Anas). Ali

Al-Khawash menyatakan, beribadah dengan modal makanan haram

adalah seperti merpati yang mengerami telur busuk. Berarti

menyusahkan diri sendiri dengan diam lama di tempat itu, padahal

tidak akan ada satu telur pun yang menetas/ sebaliknya, yang keluar

justru barang busuk. Selain itu, makanan yang haram akan berubah

menjadi api yang membakar ketajaman berpikir, menghilangkan

kenikmatan zikir, membakar kesucian niat. Membutakan mata hati,

merapuhkan, menghalangi datangnya makrifat dan hikmah, dan

lain-lain.

Sedangkan dengan makanan yang halal,Ali Al-Khawas

menyatakan, seseorang yang makan makanan halal, hatinya menjadi

lembut, tipis dan bersinar. Sedikit tidurnya dan tidak terhalang

hatinya untuk masuk dalam hadirat Ilahi.17

Dengan memberikan rezeki yang halal pada anak, insyaAllah

akan berdampak pada sikap dan perilaku anak, anak lebih condong

kepada akhlak yang mahmudah.

d. Sikap adil terhadap anak

Adil dan persamaan antara anak-anak adalah hal yang yang

sangat dihargai dan ditekankan oleh Islam. Hal ini dapat mencegah

17

(36)

28

bibit permusuhan dan kebencian merasuk kedalam hati

saudara-saudara kandung yang membuat mereka saling memutus

silaturrahim.

Rasulullah SAW bersabda, “ Bantulah anak-anak kalian untuk

berlaku biir (berbakti) dengan berbuat baik padamereka, tidak

menyempitkan gerak mereka, dan menyamakan mereka dalam

pemberian. Barang siapa mau melakukannya, maka ia bisa

menghilangkan kedurhakaan anaknya.” (HR. Tirmidzi dan Abu

Hurairah).

“Adillah terhadap anak-anak kalian dalam pemberian

sebagaimana kalian ingin mereka adil kepada kalian dalam

berbakti.”(HR Thabrani). Pada peristiwa yang terjadi dalam keluarga

Nabi Yusuf AS, itu merupakan penderitaan dan kesedihan karena

terpisahnya anggota keluarga. Tragedi itu dipicu oleh perasaan

anak-anak ya‟kub bahwa ayah mereka mengutamakan Yusuf dan

Benyamin dalam kedekatan, cinta dan pemberian. Ini terlukis dam

Firman Allah QS Yusuf(12): 7-9)

Tugas kedua orang tua adalah membangun kedekatan dan

menumbuhkan kecintaan antara anak yang satu dengan yang lain,

(37)

29

dan tolong menolong diantara mereka sehingga rasa cinta, persatuan,

dan persaudaraan akan tumbuh subur.18

e. Kesabaran dalam mendidik

Bersabar merupakan salah satu faktor penting yang

mendukung keberhasilan dalam mendidik. Bersabar ketika anak

sakit, bersabar dalam membimbing dan mendidiknya dan hindari

besikap bosan dalam mendidik anak.

Orang tua diperintahkan untuk mendidik, dan hanya Allahlah

yang mampu memberikannya petunjuk yang menyebabkan anak mau

melaksanakan kebaikan. Orang tua akan merasakan kebaikan yang

menyebabkan mereka berbahagia atas tidak bosannya dalam

mendidik anak. Dan selain bersabar orang tua hendaknya berlaku

lemah lembut terhadap keluarganya dan meluangkan waktu untuk

keluarga dan anak-anak.

B. Tinjauan tentang Sikap dsiplin Siswa

1. Pengertian disiplin

Kata Disiplin mempunyai arti tata tertib (di sekolah, di kantor, dsb).

Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau

peraturan.19

18

Ibid.., h125-126

19

(38)

30

Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam kamus Bahasa Indonesia

mengartikan disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud

supaya segala perhatiannya selalu mentaati tata tertib disekolah atau

militer atau dalam suatu kepartaian. Maksudnya yaitu bahwa disiplin

adalah tata tertib atau peraturan yang harus dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari untuk melatih dan watak anggota yang ada dalam lembaga

pendidikan, sekolah militer atau organisasi-organisasi kemasyarakatan.

Disiplin yang dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan anak

atau siswa menjadikan disiplin sebagai kebiasaan yang dapat diteladan.

Menurut Charles Schaefer (1994) dalam bukunya Cara Efektif

Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, arti disiplin yaitu yang mencakup

pengajaran, bimbingan atau dorongan yang dilakukan oleh orang dewasa.

Tujuannya menolong anak belajar untuk hidup sebagai makhluk sosial dan

untuk mencapai pertumbuhan serta perkembangan mereka yang optimal.

Yang disampaikan Charles jelas bahwa disiplin itu tidak hanya dilakukan

disekolah, militer atau organisasi kemasyarakatan yang lain, tetapi disiplin

merupakan pengajaran, bimbingan dan dorongan yang dilakukan oleh

orang dewasa untuk anak atau orang yang lebih muda. Melalui bimbingan,

anak diajarkan serta diberi dorongan yang positif agar perkembangan dan

pertumbuhan anak menjadi lebih optimal, baik dalm segi psikis maupun

(39)

31

Menurut Hurlock (1978) dalam bukunya Perkembangan Anak

membahas dan mengartikan disiplin lebih spesifik dan melihat adanya

kesadaran yang tinggi dalam seseorang melakukan disiplin, tanpa adanya

paksaan dari manapun. Ia mengartikan disiplin adalah perilaku seorang

yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.

Orang tua dan guru merupakan pemimpin, sedangkan anak merupakan

murid yang belajar dari orang dewasa tentang hidup yang menuju ke arah

kehidupan yang berguna dan bahagia dimasa datang. Jadi disiplin

merupakan cara masyarakat mengajar anak untuk berperilaku moral yang

disetujui kelompok.20

Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

disiplin adalah suatu perilaku atau sikap yang dilakukan secara sukarela

atau melalui dorongan dan bimbingan mengikuti tata tertib yang telah

ditetapkan oleh orang dewasa atau pemimpin untuk kehidupan yang lebih

baik dimasa datang.

2. Tujuan Sikap Disiplin Siswa

Perlunya akan disiplin ditimbulkan dari rasa takut dari diri sendiri,

karena sadar memiliki banyak keterbatasan dan naluri negatif. Disiplin

sangat diperlukan karena memiliki beberapa tujuan antara lain:

20Bambang Sujiona. DKK, “

(40)

32

a. Disiplin bukan untuk mengekang kebebasan melainkan memberi

kebebasan dalam lingkup yang aman. Contoh: menyuruh anak

bermain dihalaman dan melarang keluar pagar, karena dikhawatirkan

jika keluar pagar akan terjadi kecelakaan karena diluar pagar jalan

raya ramai kendaraan.

b. Dengan mendisiplinkan anak dapat melindungi anak dari celaka.

Contoh: melarang anak bermain api, memanjat pohon yang tinggi dan

bermain dijalan raya.

c. Dengan disiplin juga dapat menekan naluri negatif. Contoh dalam hal

keserakahan. Anak cenderung serakah , egois dan selalu berpikir

dirinya sendiri, tak seharusnya dibiarkan, maka harus perlu diajar oleh

orang tua atau guru.21

Orang tua atau guru sebagai pemimpin dikeluarga atau sekolah dalam

menerapkan disiplin tentu ada maksud dan tujuan yang sangat diperlukan

dalam disiplin, adapun tujuan menurut Elizabeth B. Hurlock (1998)

menyebutkan “ tujuan disiplin adalam membentuk perilaku sedemikian

hingga akan seseuai dengan peran-peran yang diterapkan kelompok

budaya atau tempat individu itu diidentifikasi” melalui pendisiplinan

tanpa paksaan atau dengan kesadaran akan kegunaan dan manfaat disiplin

untuk hidup yang lebih baik.

21

(41)

33

Menurut schaefer (1994) membagi tujuan disiplin menjadi dua yaitu

“ tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

disiplin ialah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan

mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak

pantas atau yang masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka

panjang daari disiplin ialah perkembangan pengendalian diri sendiri yaitu

dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh

dan pengendalian dari luar.”22

3. Macam-Macam Sikap Disiplin Siswa

Macam-macam didiplin dapat dibeadakan menjadi dua yaitu:

1. Disiplin dengan paksaan (disiplin otoriter) yaitu pendisiplinan yang

dilakukan secara paksa, anak harus mengikuti aturang yang telah

ditentukan. Apabila anak tidak melakukan perintah ia akan di hukum

dengan cara hukuman fisik, mengurangi pemberian materi, membatasi

pemberian penghargaan atau berupa ancaman langsung maupun tidak

langsung.

2. Disiplin tanpa paksaan ( disiplin permisif) yaitu disiplin ini lebih

bervariasi, membiarkan anak mencari sendiri batasan.23

DR. Benyamin Spock (1994) dalam bukunya “Menghadapi Anak

Disaat Sulit” membagi dsiplin menjadi dua macam yaitu:

22Bambang Sujiona. DKK, “

Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini”, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), h.31-32

23

(42)

34

1. Disiplin otoriter (eksternal, biasanya berupa kesewenang-wenangan).

Dalam disiplin otoriterpemimpin selalu bekerja kesana-kemari

memberitahu pada anak-anak apa yang harus dilakukan atau

dikerjakan. Jadi pemimpin (orang tua atau guru) selalu memantau

kerja anak atau siswa.

2. Disiplin Demokratis (internal, biasanya berupa pertanggungjawaban.

Penerapan disiplin demokratis jauh berbeda dengan disiplin otoriter

yaitu pemimpin menerangkan bahwa ini adalah kelas mereka sendiri

dan mereka dapat memilih serta bertanya dalam menentukan kegiatan

dan pemimpin akan mengarahkan serta memberi petunjuk sampai

anak tahu sendiri cara mengerjakan pekerjaannya sendiri.

Menurut Becker dalam Ahwadi (2004) yang menulis buku Psikologi

Perkembangan Anak, melakukan kategori terhadap disiplin yang

ditanamkan orang tua dalam tiga macama yaitu: “Dimensi pertama adalah

orang tua yang membatasi anak dengan orang tua yang membolehkan.

Dimensi kedua, orang tua yang hangat dan orang tua yang tidak hangat.

Dimensi ketiga, orang tua yang tenang dan orang tua yang cemas.”

Beberapa macam disiplin diatas apabila diterapkan pada anak atau

siswa akan menghasilkan sifat dan tingkah laku anak yang berbeda.

(43)

35

pemimpin, anak kurang kreatif, perhatian kurang bila tidak ada

pemimpin. Sebaliknya dengan disiplin demokratis atau tanpa paksaan,

akan menjadikan anak patuh walaupun tidak ada pemimpin, anak yang

kreatif karena berani bertanya, mempunyai tanggung jawab walaupun

tidak ada pemimpin.

4. Cara Melaksanakan dan Menanamkan Sikap Disiplin Siswa

Orang tua dapat mendisiplinkan anak melalui penarikan kasih

sayang, penegasan kekuasaan atau induksi:24

1) Penarikan kasih sayang adalah teknik disiplin dimana orang tua

menahan atensi atau kasih sayang terhadap anak, seperti ketika orang

tua menolak untuk berbicara pada anak atau menyatakan tidak suka

terhadap anak. Contoh “ ibu tidak suka kamu begitu!”

2) Penegasan kekuasaan adalah teknik disiplin dimana orang tua

mencoba untuk mengambil alih kontrol si anak atau mengambil alih

sumber daya yang dimiliki anak. Contoh: memukul pantat,mengancam

aau mencabut hak istimewah anak.

3) Induksi adalah teknik dimana orang tua menggunakan penalaran dan

penjelasan tentang konsekuensi perilaku anak terhadap orang lain.

Contoh “kenapa kamu memukulnya? Dia kan tidak sengaja melakukan

itu?”

24John W. Santrock, “Perkembangan Anak jilid 2”,

(44)

36

Martin Hoffman (1970) menyimpulkan bahwa ketiga teknik

tersebut diatas membangkitkan Arousal (penimbulan) pada anak, tetapi

dengan tingkat yang berbeda. Penarikan kasih sayang dan penegasan

kekuasaan akan sangat mungkin memunculkan arousal dengan level yang

tinggi, dimana penarikan kasih sayang akan menghasilkan kecemasan

yang cukup tinggi sedangkan penegasan kekuasaan menghasilkan rasa

permusuhan yang tinggi. Penegasan kekuasaan menjadikan orang tua

sebagai model yang buruk tentang pengendalian diri, sebagai individu

yang tidak dapat mengontrol perasaan anak dan anak akan meniru model

yang buruk tersebutketika mereka menghadapi situasi yang menyebabkan

stres.

Berlawanan dengan penarikan kasih sayang dan penegasan

kekuasaan, induksi akan lebih mungkin menghasilkan arousal yang

sedang pada anak, tingkat dimana memungkinkan anak menerima alasan

kognitif yang diberikan orang tua untuk tindakan kedisiplinan yang

mereka lakukan. Induksi memfokuskan atensi anak kepada konsekuensi

dari perilaku terhadap orang lain, bukan kepada kejelekan atau kelemahan

anak. Hoffman(1988) percaya bahwa orang tua harus menggunakan

induksi untuk mendorong perkembangan moral anak.25

Ada banyak cara melaksanakan disiplin, tetapi masih banyak

cara-cara penerapannya kurang benar dan kurang konsisten agar disiplin dapat

25

(45)

37

diterapkan dengan baik dan benar. Cara menerapkan disiplin antara lain

sebagai berikut:

1) Teknik cinta menolak artinya orang tua secara langsung

memperhatikan kemarahan atau ketidaksenangan terhadap perilaku

yang kurang baik atau tidak dapat diterima oleh orang lain. Caranya

yaitu dengan mengabaikan atau membelakangi anak, pura-pura tidak

melihat. Menolak untuk berbicara dengan anak, menolak untuk

mendengar atau tidak memenuhi keinginan anak saat itu.

2) Teknik perbawa yaitu orang tua memberi penjelasan atau alasan

mengapa harus mengubah tingkah laku mereka. Caranya yaitu dengan:

memberi contoh dengsn bentuk cerita(fiktif atau real), ; menjelaskan

konsekuensi dari perbuatan salah bagi anak maupun orang lain

mrnggunakan hukuman dan penghargaan.26

Menurut John Pearce (1995) dalam buku mengatasi Perilaku Buruk

dan Menanamkan Disiplin Pada Anak, menyatakan beberapa metode

disiplin yang diterapkan pada anak seperti:

1) Ganjaran dan Pujian

26Bambang Sujiona. DKK, “

(46)

38

a. Perhatian dapat diberikan dengan berbagai cara seperti senyuman,

belaian dengan kata-kata yang lembut. Perhatian tidak harus

diberikan untuk jangka lama beberapa menit sudah cukup.

b. Pujian dilakukan untuk membantu anak lebih percaya diri, pujian

harus lebih banyak daripada kritikan bila tidak anak akan

membangun citra diri yang buruk.

c. Perlakuan dan hak istimewa sebaiknya diberikan sebagai

pendukung dan menguatkan pujian.

2) Hukuman

Hukuman diberikan kepada seseorang karena adanya suatu

kesalahan, perlawanan atau pelanggaran. Hukuman ini dilakukan

apabila anak melakukan perilaku buruk atau tidak sesuai dengan

norma.

Dalam menerapkan disiplin orang tua atau guru hendaknya

menggunakan metode atau cara yang dapat menambah motivasi anak

untuk berperilaku baik. Ganjaran, hadiah, pujian dan hukuman harus

diberikan secara seimbang, konsisten serta dilakukan seacra

(47)

39

Durkheim (1990) dalam bukunya Pendidikan Moral Suatu Aplikasi

Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, mengungkapkan bahwa cara

melaksanakan disiplin yaitu:

1) Melalui komunikasi (verbal) yaitu memberi pesan yang jelas pada

anak, sehingga tahu bahwa apa yang orang dewasa / guru /orang tua

katakan sungguh-sungguh dan serius.

2) Melalui pemberian kasih sayang dan pemberian perhatian

3) Adanya konsistensi dalam berbuat dan bertindak.

4) Adanya contoh teladan dari orang tua.

Selain dengan ganjaran, hukuman, teknik cinta menolak, dalam

menerapkan disiplin diperlukan suatu komunikasi, sebelum disiplin

diterapkan kepada anak atau siswa ddengan komunikasi atau penjelasan

maka anak akan mengetahui akibat dari melanggar tata tertib. Wyckoff

dan Unell ( 1996) menjabarkan dasar-dasar disiplin secara lebih spesifik

atau lebih mendalami ke anak yang melakukan disiplin. Dasar-dasar

disiplin yaitu antara lain:

1) Menentukan perilaku spesifik yang ingin diubah.

2) Mengatakan dengan tepat kepada anak apa yang diinginkan untuk

dilakukannya dan menunjukkan cara melakukannya.

(48)

40

4) Tetap memuji selama perilaku baru itu masih memerlukan dukungan.

5) Berusaha menghindari adu kekuatan dengan anak-anak.

6) Mengawasi anak selama melakukan kegiatan

7) Jangan mengingatkan anak pada perbuatan buruknya dahulu dengan

menunjukkan perilaku buruknya terlebih dahulu.27

Dalam menerapkan sikap disiplin ini yang paling utama adalah tidak

adanya sikap permusuhan, yang ada hanyalah keinginan untuk

membentuk menjadi anak yang berguna dan baik. Kalau sikap

permusuhan yang timbul maka perlawanan dan kekerasan (hukuman

fisik/memukul) akan terjadi. Akibatnya adalah sikap marah, benci dan

ingin membalas, bukannya sikap yang berguna dan baik. Untuk itu butuh

konsisten dan tauladan dari orang tua atau guru dalam memberikan

penanaman sikap disiplin pada anak.

C. Tinjauan tentang Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Sikap

Disiplin Siswa

Keluarga merupakan “jaringan sosial” yang terpenting bagi anak pada

masa-masa awal kehidupan. Sehingga hubungan dengan keluarga merupakan

landasan sikap terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Dalam hal

27

(49)

41

ini, keluarga juga meletakkan landasan bagi mereka sebagaimana dilakukan

keluarga terhadap mereka.28

Pengasuhan secara langsung dipengaruhi oleh kepribadian orang tua,

karakteristik anak dan konteks sosial yang melingkupi hubungan orang

tua-anak. model tersebut mengasumsi bahwa riwayat perkembangan orang tua,

relasi pasangan, jaringan sosial dan pekerjaan memengaruhi kepribadian

individu dan kondisi psikologis secara umum, yang pada gilirannya

memengaruhi proses pengasuhan dan akibatan-akibatann pada anak.29

Peran keluarga menjadi sangat penting. Ketika dihubungkan dengan

kenyataan bahwa keluarga tidak hanya mempengaruhi pengalaman social

awal, tetapi juga meninggalkan bekas pada sikap sosial dan pola prilaku.

Dengan kata lain perilaku dan sikap anak mencerminkan perlakuan yang

diterimanya di rumah.

Banyak para orang tua yang mungkin melindungi anaknya secara

berlebihan ,baik dalam pengasuhan maupun pengendalian. Hal itu

dikarenakan ia hanya memilik anak tunggal atau orang tua dibayang-bayangi

oleh sikap yang pernah didapat dari orang tuanya dulu. Ini bisa menyebabkan

ketergantungan yang berlebihan, kurangnya rasa percaya diri serta mudah

frustasi pada anak/ ada juga orang tua yang selalu menuruti kemauan anak,

28Arini hidayat, “Televisi dan Perkmbangan Sosial Anak”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998), h. 41

29Sri Lestari, “

(50)

42

dan membiarkan anak mendominasi dalam rumah. Ini bisa mengakibatkan

anak akan sering menentang kepada siapa saja dan sikap ini biasanyaakan

dibawa keluar. Ada juga orang tua yang menerapkan dominasi pada anak

tertentu, biasanya anak akan menjadi bersifat jujur, malu, sopan, cenderung

berhati-hati, mudah mengalah dan sangat sensitif. Atau ada yang

mengembangkan sikap favoritisme, mencintai semua dengan sama rasa, sama

rata. Sikap yang lain yaitu permisif, dimana orang tua membiarkan anak

berbuat apa saja sesuai yang anak kehendaki. Dan masih banyak sikap yang

bisa ditemui dalam model pendidikan anak dan keluarga. Semuanya itu sangat

berpengaruh dengan sikap disiplin pada anak, baik metode otoriter, permisif

ataupun demokratis, semuanya membawa pada konsekuensi tertentu pada

anak.30

Penerapan disiplin bagi anak yang konsisten akan mendatangkan

manfaat bagi orang tua karena dengan displin anak dapat mengontrol segala

tingkah laku dan perbuatannya. Melalui pendisiplinan tanpa paksaan atau

dengan kesadaran akan kegunaan dan manfaat disiplin untuk hidup yang lebih

baik.

Penanaman disiplin yang telah dilakukan sejak dini akan lebih

memudahkan orang tua ketika anak-anak melakukan penyimpangan kelak

dikemudian hari. Apabila sejak masa kanak-kanak kedisiplinan sudah menjadi

kebutuhan, maka dapat diramalkan pada masa dewasa mereka akan selalu

30

(51)

43

berdisiplin. Kebiasaan berdisiplin akan membuat anak merasa mudah diterima

dimasyarakat yang akan membuat mereka bahagia.31

Pembinaan disiplin dalam keluarga perlu untuk semua tingkat usia

pada jenjang pendidikan. Pendidikan juga menggunakan metode-metode

disiplin agar anak dapat mentaati dan mematuhi tuntunan pendidikan. Dasar

dari pembentukan disiplin nasional adalah disiplin yang dibina keluarga,

pertama anak mengenal arti menerima dan memberi, menghargai kepentingan

orang lain, meletakkan kepentingan didalam kepentingan keluarganya dan

menimbulkan rasa keterlibatan dan komitmen diriserta rasa tanggung jawab.32

Dalam hubungan orang tua dan anak sebaiknya lebih terlihat adanya

kehangatan. Tapi disamping kehangatan dan sikap memberi kesempatan

berkembang., perlu juga adanya sikap membatasi perilaku anak yang tidak

sesuai dengan pola tingkah laku yang diinginkan masyarakat

umum/lingkungan sekitar misalnya sekolah. Untuk pembatasan perilaku, anak

perlu teknik disiplin yang dilaksanakan secara konsisten.

Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga.

Peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak

31Bambang Sujiona. DKK, “

Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini”, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), h.32-37

32

(52)

44

langsung. Orang tua merupakan pihak yang berkewajiban (utama) untuk

menanamkan iman.33

Dari sini bisa diambil kesimpulan, bahwa peranan keluarga, terlebih

orang tua dan termasuk model pendidikan serta sikap yang diterapkan, sangat

besar pengaruhnya dalam proses perkembangan anak. Jika sikap orang tua

positif, tidak akan ada masalah. Tetapi bila sikap oranga tua merugikan, anak

akan cenderung bertahan, mungkin dalam bentuk terselubung dan

mempengaruhi hubungan orang tua-anak sampai pada dewasa nanti.

Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa dipahami bahwa terdapat

pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa. Untuk itu,

dipahami bahwa pola asuh orang tua dan sikap disiplin siswa saling

berpengaruh dan berkorelasi. Dengan demikian, pola asuh orang tua

diperkirakan berpengaruh positif dengan sikap disiplin siswa. Artinya gaya /

model pola asuh orang tua mana yang akan lebih cenderung mempengaruhi

pada sikap disiplin siswa.

33

(53)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metode penelitian berasal dari kata "metode" yang artinya Cara yang tepat

untuk melakukan sesuatu, dan "penelitian" adalah suatu kegiatan untuk mencari,

mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.1

Jadi metode penelitian ini adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang

dilakukan secara berencana dan sistematis guna mendapatkan suatu pemecahan

terhadap masalah yang diajukan, sedangkan metodologi penelitian adalah

prosedur atau cara yang digunakan dalam suatu penelitian.

Berkaitan dengan metode penelitian disini penulis akan memaparkan hal

sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti ini adalah penelitian

kuantitatif, Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data

berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang

ingin diketahui.2 Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang

memerlukan analisa statistik (data berupa angka) untuk kebenaran mengenai

apa yang ingin diketahui.

1

Cholid Narbuko, Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1997) h.1 2

(54)

46

Selain itu penelitian yang dilaksanakan peneliti juga merupakan

penelitian yang sifatnya deskriptif korelasional, karena penelitian ini

menggambarkan pengaruh atau sebab akibat dari variabel bebas kepada

variabel terikat.

2. Variabel Penelitian

Sutrisno hadi dalam mendefinisikan variabel sebagai gejala yang

bervarian.Variabel adalah “Segala sesuatu yang menjadi objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.3

Ada dua variabel yang diamati dalam suatu penelitian, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat.

1) Variabel bebas (independent variabel) (X) adalah variabel sebab atau

variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini, variabel bebas yang

digunakan adalah “Pola Asuh Orang Tua” dengan indikator yang dibagi

menjadi tiga : Pola Asuh Permissif : Memberikan kebebasan tanpa ada

batasan dan aturan dari orang tua, anak tidak mendapatkan hukuman

meskipun anak melanggar aturan, Pola Asuh Otoriter : Orang tua

menerapkan aturan yang keras, tidak adanya kesempatan untuk

mengemukakan pendapat, Pola Asuh Demokratis : Hukuman diberikan

akibat prilaku salah, orang tua membimbing, mengarahkan tanpa

memaksakan kehendak.

3

(55)

47

2) Variabel terikat (dependent variabel) (Y) adalah variabel yang diduga

merupakan akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat

yang digunakan adalah “sikap disiplin” dengan indikator : Tepat waktu,

patuh pada peraturan, melaksanakan tata tertib dengan baik, disiplin

terhadap tugas-tugas disekolah.

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Dalam metodologi penelitian, pupulasi penelitian merupakan

keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa apapun

sehingga ojek-objek tersebut dapat menjadi sumber data penelitian.4 Dalam

hal ini populasi yang akan peneliti gunakan adalah Siswa di SMA Al Islam

[image:55.612.124.524.231.650.2]

Krian kelas XI.

TABEL 3.1

POPULASI SMA AL ISLAM KRIAN

NO KELAS ROMBE L

JURUSAN

JENIS KELAMIN

JUMLAH L P

1 X 2 IBB 14 39 53

5 MIA 72 125 197

9 IIS 140 233 373

2 XI 1 IBB 0 41 41

(56)

48

5 MIA 39 147 186

9 IIS 178 206 384

3 XII 2 BHS 3 60 63

4 IPA 45 114 159

9 IPS 165 228 393

Jumlah 46 656 1193 1849

Karena keterbatasan peneliti untuk menjangkau semua populasi

Gambar

Tabel 2.1 Ciri-Ciri Pola Asuh
 TABEL 3.1
 TABEL 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penderajatan utk NSCLC ditentukan menurut International Staging System For Lung Cancer berdasarkan sistem TNM. Pengertian T tumor yg dikatagorikan atas

activity of ceria-promoted Ni catalyst supported on powder alumina (96%) was quite close to the equilibrium CO conversion (99.6%) at the same temperature (250 ° C) and CO/S molar

Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai koefisien

c) Direktur selain berperan sebagai koordinator, juga berperan sebagai negosiator bayangan, yang mernbantu melakukan penawaran kepada pelanggan. Selain itu menjadi

Sehingga dengan terbentuknya OJK maka lembaga tersebut dapat diberi kewenangan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap bank karena lembaga tersebut

[r]

Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, pemberian tugas individu akan memberikan pengaruh baik pada performance tugasnya maupun didalam hasil belajar, yang perlu diperhatikan

Sampai tahun 2013, jumlah tenaga kependidikan untuk menunjang kegiatan administrasi akademik, administrasi keuangan dan kepegawaian serta administrasi umum pada