• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Tugas Terhadap Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Tugas Terhadap Siswa"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah Export date: Sat Sep 2 21:03:37 2017 / +0000 GMT

Pemberian Tugas Terhadap Siswa

LINK DOWNLOAD [30.61 KB] Pemberian Tugas

Roestiyah, (2001: 132) mengemukakan tentang pemberian tugas sebagai berikut:

?Bahwa kegiatan interaksi belajar mengajar harus selalu ditingkatkan, dalam usaha meningkatkan mutu, guru perlu memberikan tugas-tugas. Penyelesaian tugas ini tidak terkait dengan tepat, bisa di kelas, bisa di laboratorium, bisa juga di perpustakaan ataupun di rumah. Tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu, atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau dicari uraiannya pada buku pelajaran.?

Tugas dalam artian assesment atau recitation dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh peserta didik, yang diberikan oleh pengajarnya untuk mencapai tujuan pengajaran. Hasil tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada pengajar, penyelesaian tugas ini tidak terikat dengan tempat, bisa di kelas, di perpustakaan ataupun di rumah.

Sedangkan menurut Djamarah dan Zain, (2002: 96) memberikan pendapat tentang metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan didalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah atau dimana saja asalkan tugas itu dapat dikerjakan.

Begitu juga Sudjana, (1989: 81) mengemukakan bahwa tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, disekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ibrahim, (1996: 48) bahwa pemberian tugas tidak hanya berlangsung didalam kelas atau di sekolah, tetapi juga dapat di luar sekolah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas adalah memberikan penugasan kepada pelajar yang harus dipertanggungjawabkan untuk memperdalam bahan pelajaran dan dapat mengembangkan bahan yang telah dipelajari untuk

mencapai tujuan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.

Meskipun metode pemberian tugas memiliki kebaikan-kebaikan tersebut. Metode ini juga memiliki kelemahan. Diantaranya adalah (1) seringkali siswa melakukan penipuan dimana dia hanya meniru atau menyalin tanpa mengalami peristiwa belajar, (2) ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan, (3) apabila tugas terlalu sering diberikan atau tugas-tugas itu sukar dilaksanakan oleh siswa, ketenangan mental mereka dapat terpengaruhi, dan (4) sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Surakhmad, 1995: 105)

Menyadari akan kelemahan-kelemahan tersebut, maka secepatnya digunakan cara-cara yang dapat mengawasi proses penyelesaian tugas oleh siswa. Dengan demikian akan benar-benar terjadi proses belajar didalam diri siswa, dalam menggunakan metode pemberian tugas adalah dengan meminta mereka mengerjakan di kelas dengan pengawasan.

Menurut Shipley, (1964: 88-89) terdapat 6 (enam) karakteristik tugas yang baik. Enam karakteristik tugas yang baik tersebut adalah: (1) tugas harus memiliki tujuan yang jelas, (2) tugas harus diikuti penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan, bagaimana

melakukan, kapan dilakukan dan mengapa dilakukan, (3) tugas harus cukup spesifik agar memungkinkan untuk diukur hasilnya bila telah diselesaikan, (4) tugas sebaiknya agak besar atau menyeluruh dari pada tugas yang terpisah-pisah tak berkaitan, (5) tugas diberikan secara proporsional dari hari-hari sekolah, dan (6) diberikan tugas-tugas khusus bagi mereka yang dikecualikan.

Pemberian tugas individu

Tugas perseorangan merupakan tugas yang harus dikerjakan sendiri-sendiri oleh setiap siswa. Dalam batas-batas tertentu tugas perorangan dapat dikenali kemiripannya dengan belajar individu. Sekurang-kurangnya belajar individu memiliki kemiripan dengan tugas perorangan dalam hal irama mengerjakan atau melakukan belajarnya. Dengan tugas perorangan, seorang siswa dapat mengatur cepat lambatnya dalam belajar. Belajar individual menurut Sudjarwo, (1989: 147) adalah belajar yang berpusat pada siswa

(student-centered approach) sehingga dituntut peran siswa secara utuh mandiri agar prestasi belajarnya tinggi.

Pemberian tugas perorangan (termasuk pekerjaan rumah) sebagai belajar sendiri akan efektif bila bahan dapat dipelajari sendiri oleh siswa, pemberian tugas bisa juga sebagai latihan. Murid melatih diri memecahkan masalahnya, contohnya matematika metode yang bisa digunakan guru adalah pemberian tugas.

Pemberian tugas dapat diamati sebagai bentuk penilaian (formatif) hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Suryabrata, (1987: 317-318) bahwa terdapat banyak cara penilaian ada yang dengan jalan testing, ada yang dengan jalan melakukan sesuatu tugas tertentu dan lain-lain.

Sebagai penilaian pemberian tugas memiliki dasar-dasar deduktif. Ditinjau dari segi peserta didik, pengetahuan akan

(2)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah Export date: Sat Sep 2 21:03:37 2017 / +0000 GMT

kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada umumnya berpengaruh baik terhadap pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Artinya pengetahuan tersebut menyebabkan prestasi-prestasi selanjutnya lebih baik.

Mursel, (1946: 267 - 269) melaporkan percobaannya tentang pengaruh pengetahuan akan kemajuan yang dicapai dalam belajar dan bekerja terhadap peningkatan prestasi selanjutnya. Temuannya menunjukkan adanya pengaruh positif bagi para siswa yang selalu mengetahui akan apa yang telah dicapainya.

Pengetahuan akan kemajuan yang dicapai, akan lebih dirasakan apabila tugas tersebut diselesaikan secara sendiri dan bukan kelompok. Sebab, apabila kemajuan tersebut bukan merupakan hasil kerja individual, maka si individu tidak dapat meng'klaim' bahwa itu merupakan hasil untuk kemajuannya sendiri.

Berdasarkan beberapa pemikiran di atas, pemberian tugas individu akan memberikan pengaruh baik pada performance tugasnya maupun didalam hasil belajar, yang perlu diperhatikan dalam pemberian tugas individual ini adalah seorang guru hendaknya merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti sehingga mudah dipahami siswa, sehingga siswa melakukan dengan tanggung jawab. Begitu juga tugas yang diberikan cukup jelas sehingga siswa tidak bertanya-tanya lagi apa yang harus dikerjakan. Setelah siswa memahami tujuan dari makna tugas, maka mereka melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan yang digariskan oleh guru. Dalam proses ini guru perlu mengontrol, pelaksanaan tugas itu dikerjakan dengan baik, apakah dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, maka perlu diawasi dan diteliti. Siswa yang telah melaksanakan/mempelajari tugas, maka membuat laporan yang telah disesuaikan dengan tujuan dan dievaluasi agar dapat mengetahui gambaran yang obyektif mengenai usaha siswa dalam melaksanakan tugas. Evaluasi ini penting karena dapat menimbulkan semangat kerja yang lebih baik dan meningkatkan hasrat belajar.

Pemberian tugas kelompok

Robert L. Cilstrap dan William R. Martin dalam Roestiyah, (2001: 15) memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang aktif dari beberapa individu tersebut.

Menurut Sudjana, (1984: 9) kegiatan kelompok berbeda dengan kegiatan klasikal dimana kelas dipandang sebagai satu kelompok, maka kegiatan kelompok kelas dibagi menjadi beberapa kelompok siswa. Setiap kelompok melakukan kegiatan belajar

masing-masing, dengan tugas-tugas dan pengarahan dari guru. Kegiatan kelompok lebih aktif sifatnya daripada kegiatan klasikal. Hal ini disebabkan kapasitas murid dalam kelompok kecil mendapat kesempatan. Kegiatan kelompok lebih mudah dikontrol oleh guru. Setiap kelompok akan tumbuh minat dan motivasi serta persaingan yang sehat, kegiatan kelompok tepat digunakan bila bermaksud untuk memecahkan masalah.

Zajono, (1985: 269) mengemukakan bahwa secara sederhana, bekerja dengan orang lain sangat memberikan suatu ?energizing effectt? terhadap individu, yang menyebabkan mereka bekerja dengan intensitas yang lebih besar. Lebih-lebih kepada orang lain tersebut bersifat menilai. Tugas-tugas kelompok dikelas merupakan contoh yang baik untuk hal ini. Kebanyakan siswa lebih giat dalam belajar untuk ujiannya daripada mengerjakan tugas kelompok. Bila nilai ujiannya kurang, maka individu tahu bahwa mereka mendapatkan nilai yang rendah. Lebih-lebih dia tahu mengenai persiapannya sendiri. Dilain pihak, bila beberapa siswa bekerja secara rajin untuk tugas kelompok, maka tidak selalu yang lain mengikuti. Sulit sekali untuk menekan anggota kelompok lain untuk bekerja lebih berat/keras. Akibatnya, ada suatu peluang yang baik bahwa beberapa siswa dapat menerima nilai yang rendah daripada usaha individual sebenarnya yang dilakukan. Siswa giat menyiapkan tujuannya karena ada kejelasan bahwa mereka akan diganjar menurut usaha individual mereka sendiri.

Kerja kelompok menuntut waktu tersendiri untuk melakukan koordinasi. Hal demikian tidak ditemukan pada tugas perseorangan yang secara efisien bisa memanfaatkan waktunya. Terkecuali apabila tugas yang dihadapi dapat dibagi-bagi untuk dikerjakan masing-masing individu, yang untuk selanjutnya dipersatukan. Apabila sifat tugas dapat dibagi-bagi, maka tugas kelompok akan lebih efisien waktunya untuk menyelesaikan.

Kelebihan dalam belajar dengan tugas kelompok menurut Sudjarwo, (2001: 159) adalah membina kerjasama, sangat cocok belajar dengan kognitif aspek tinggi, meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan kooperatif, meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang dapat mengembangkan aspek efektif. Sedangkan kelemahannya adalah sulit dalam mengatur organisasinya, banyak timbul masalah karena setiap para anggotanya dalam proses belajar tersendat-sendat dan tidak efisien dalam penggunaan waktu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan tugas kelompok dapat dijelaskan bahwa: (1) motivasi dalam tugas kelompok akan teratur, karena tidak terdapat hubungan yang jelas antara performance dengan hadiah, (2) waktu penyelesaian tugas kelompok tidak efisien, (3) tidak terdapat tanggung jawab yang jelas dari anggota kelompok atas hasil kerjanya. Membuat tugas bukan merupakan jaminan bahwa tugas itu diselesaikan secara kelompok melainkan oleh individu-individu saja.

Referensi

Dokumen terkait

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI TEKNIK MOZAIK (Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung. Tahun

Sedangkan pemberian pupuk kalium tidak memberikan pengaruh nyata pada seluruh parameter.Tanaman tomat dengan perlakuan varietas karina memiliki tinggi tanaman dan

Gelar yang saya dapatkan adalah hasil dari usaha saya sendiri, keberuntungan mempunyai sedikit atau tidak ada hubungannnya dengan gelar tersebut.. Kadang-kadang saya merasa

•Stem Stem--and and--Leaf Leaf Display Display • •Crosstabulation Crosstabulation (Contingency (Contingency Table) Table) • •Dot Plot Dot Plot • •Histogram Histogram •

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Pejabat Pengadaan, menurut ketentuan yang berlaku maka, dengan ini kami diberitahukan Penyedia Jasa yaitu

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Siswa Kelas V SD S Bandung

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VIS UAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA SD KELAS I.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Masyarakat Madura dikenal dengan masyarakat yang memiliki kebiasaan menjodohkan anak di usia dini, bahkan ada juga yang usia balita atau bayi masih dalam kandungan sudah