• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi penyediaan pakan di kawasan bomberay provinsi papua barat menggunakan peta arahan penggunaan lahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Simulasi penyediaan pakan di kawasan bomberay provinsi papua barat menggunakan peta arahan penggunaan lahan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY

PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA

ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN

SKRIPSI

RIZKY UTAMI DEWI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

RIZKY UTAMI DEWI. D24080358. 2013. SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K. S., M. Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Suryahadi, DEA

Citra landsat merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh yang memberikan informasi mengenai tutupan lahan dan memberikan kemudahan dalam melakukan analisis perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Konsep agropolitan pertanian terpadu pada Kawasan Bomberay memanfaatkan program ini untuk mengetahui gambaran potensi yang ada pada kawasan ini sehingga memudahkan untuk mengetahui komoditi-komoditi apa yang terdapat di setiap daerah tersebut yang dapat dioptimalkan penggunaannya untuk dijadikan bahan baku pakan, yang akan meningkatkan populasi ternak pada kawasan tersebut.

Hasil peta arahan Bomberay menjadikan wilayah ini terbagi menjadi lima Klaster yang dibagi berdasarkan top soil sebagai bahan acuan arahan pengembangannya. Perencanaan ini mengoptimalkan penggunaan komoditi-komoditi yang terdapat di kawasan Bomberay seperti jagung, limbah jagung, silase jagung, padi, dedak padi, limbah padi, singkong, limbah singkong, onggok, umbi jalar, limbah umbi jalar, bungkil inti sawit, lumpur sawit, serat sawit, kawasan konservasi dan tanaman tahunan serta padang penggembalaan.

Berdasarkan pemanfaatan komoditi yang terdapat pada setiap wilayah Klaster, pada Klaster 1 dapat menghasilkan cow calf operation (CCO) sebanyak 66.871,029 satuan ternak (ST), village breeding center (VBC) sebanyak 402,321 ST dan village farming center (VFC) sebanyak 938,748 ST. Klaster 2 dapat menghasilkan CCO sebanyak 32.278,03 ST, VBC sebanyak 557,745 ST dan VFC sebanyak 1.301,405 ST. Klaster 3 dapat menghasilkan CCO sebanyak 17.844,896 ST, VBC sebanyak 246,726 ST dan VFC sebanyak 575,694 ST.

Klaster 4 dapat menghasilkan CCO sebanyak 50.830,94 ST, VBC sebanyak 1.685,041 ST dan VFC sebanyak 3.931,763 ST. Klaster 5 dapat menghasilkan CCO sebanyak 8.615,923 ST, VBC sebanyak 1.986,038 ST dan VFC sebanyak 4.634,089 ST. Total CCO yang dihasilkan pada kawasan Bomberay berjumlah 176.440,819 ST, VBC sebanyak 4.877,871 ST dan VFC sebanyak 11.381,7 ST. Klaster 1 merupakan kawasan yang paling bagus untuk menghasilkan CCO, sedangkan klaster 5 merupakan kawasan yang paling bagus untuk menghasilkan VBC dan VFC.

(3)

ABSTRACT

SIMULATION OF PROVIDING FORAGE IN BOMBERAY PROVINCE OF WEST PAPUA USING LAND COVER MAP

R. U. Dewi, P. D. Manu Hara Karti, Suryahadi

Citra Landsat is one of the remote sensing technology that provides information on land cover and provide convenience in analyzing the planning and development of a region. The concept of integrated farming agropolitan Bomberay Region utilize this program to describe the potential that exists in this area and making it easier to know what commodities are in any area that can be optimized for use used as raw material feed, which will increase the population of livestock in the region.

The results of landing map Bomberay making the region is divided into five clusters that are shared by top soil as reference direction of development.This planning optimizes the use of commodities that contained in the Bomberay such as corn, waste corn, silage corn, rice, rice bran, rice waste, cassava, cassava waste, cassava, potato tubers, potato tuber waste, palm kernel cake, palm oil sludge, palm fiber, conservation areas, perennial crops and pastures.

Based on the use of commodity contained in each region cluster, in Cluster 1 can be generated cow calf operation (CCO) 66.871,029 as livestock unit/animal unit (a.u), village breeding center (VBC) 402,321 as livestock unit/animal unit (a.u) and village farming center (VFC) as 938,748 units of livestock (a.u). Cluster 2 can be generated CCO 32.278,03 as a.u, VBC 557,745 as a.u, VFC 1.301,405 as a.u. In Cluster 3 can be generated CCO 17.844,896 as a.u, VBC 246,726 as a.u and VFC 575,694 as a.u. Cluster 4 produces CCO 50.830,94 as a.u, VBC 1.685,041 as a.u and VFC 3.931,763 as a.u. In Cluster 5 produced 8.615,923 CCO as a.u, VBC 1.986,038 as a.u and VFC 4.634,089 as a.u. Total CCO generated in the Bomberay region amounted to 176.440,819 a.u, VBC 4.877,871 a.u and VFC as much as 11.381,7 a.u.

(4)

SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY

PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA

ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN

RIZKY UTAMI DEWI D24080358

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 4 September 1990 di Jakarta.

Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Sudirno dan Almh. Ibu Partini.

Pendidikan formal penulis dimulai sejak Taman

Kanak-Kanak (TK), diselesaikan di TK Nurul Huda pada tahun 1996,

dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN Cipinang

Melayu 05 Pagi yang diselesaikan pada tahun 2002, setelah lulus

penulis melanjutkan ke SMPN 109 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Penulis

kemudian melanjukan ke SMAN 71 Jakarta yang diselesaikan pada tahun 2008.

Penulis diterima di IPB pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah melewati Tingkat Persiapan

Berasama selama satu tahun, Penulis masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan

Teknologi Pakan Fakultas Peternakan pada tahun 2009 sebagai angkatan 45. Selama

menjalankan studinya di IPB, Penulis mengikuti aktif dalam keanggotaan Badan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) divisi Infokom pada tahun

2010-2011. Penulis juga mengikuti ekstrakurikuler Teater Kandang, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif menulis proposal dalam

kompetisi PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diselenggarakan oleh DIKTI

setiap tahunnya. PKM Penelitian yang berjudul “Pemberian Ransum Berkadar

Energi Tinggi pada Program “Flushing” untuk Meningkatkan Jumlah Kelahiran pada Domba Lokal” dan “Efektivitas Penggunaan Limbah Kulit

Buah Naga (Hylocereus Undatus) dalam Ransum Sebagai Alternatif Suplemen Alami untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Komersil” telah berhasil

diterima dan didanai oleh DIKTI pada tahun 2010 dan 2011. Penulis juga sering

mengikuti acara-acara yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim.

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang

memberikan rahmat serta karunia-Nya hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul “Simulasi Penyediaan Pakan di Kawasan Bomberay Provinsi

Papua Barat menggunakan Peta Arahan Penggunaan Lahan” dibawah bimbingan Dr.

Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M. S., dan Dr. Ir. Suryahadi, DEA. Skripsi ini

merupakan penelitian lanjut dari penelitian langsung yang dilaksanakan oleh tim

peneliti di Kawasan Bomberay, Papua Barat. Data-data pendukung didapatkan

melalui studi pustaka dari berbagai sumber.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

namun Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta untuk

kemajuan pembangunan peternakan di Kawasan Bomberay, Papua Barat dan

terutama untuk kemajuan pembangunan peternakan di Indonesia.

Bogor, 2013

(8)

DAFTAR ISI

Kapasitas Ransum berdasarkan Produksi Ransum ... 20

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak ... 4

2. Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak ... 5

3. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda ... 7

4. Komposisi Kimia Jerami, Dedak,Katul dan Sekam dalam Persen

(Berdasarkan as fed) ... 7

5. Komposisi Kimia dari Beberapa Jenis Hasil Samping Industri

Kelapa Sawit (Persen Bahan Kering) ... 8

9. Luas Kawasan Bomberay berdasarkan Klaster ... 21

10.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 1 ... 22

11.Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Pada Klaster 1 ... 23

12.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 1 ... 24

13.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi

Ransum pada Klaster 1 ... 25

14.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 1 ... 25

15.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 2 ... 26

16.Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada Klaster 2 ... 27

17.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 2 ... 28

18.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi

Ransum pada Klaster 2 ... 29

19.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 2 ... 30

20.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 3 ... 30

21.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 3 ... 31

(11)

23.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi

Ransum pada Klaster 3 ... 33

24.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 3 ... 34

25.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 4 ... 34

26.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 4 ... 35

27.Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada Klaster 4 ... 36

28.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi

Ransum pada Klaster 4 ... 37

29.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 4 ... 37

30.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 5 ... 38

31.Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada Klaster 5 ... 39

32.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 5 ... 40

33.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi

Ransum pada Klaster 5 ... 41

34.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 5 ... 42

35.Total Potensi Produksi Kawasan Bomberay ... 43

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Wilayah Kabupaten Bomberay ... 3

2. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit ... 9

3. Peta Arahan Kawasan Bomberay ... 15

4. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 1 ... 16

5. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 2 ... 16

6. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 3 ... 17

7. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

Klaster 4 ... 17

8. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kecenderungan

terjadinya peningkatan impor daging dan sapi bakalan yang disebabkan oleh

peningkatan permintaan di dalam negeri. Hal yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan populasi dan produksi daging adalah dengan usaha cow calf operation

(CCO) atau sering disebut dengan usaha pembibitan atau perkembangbiakan sapi

potong. Adapun usaha CCO biasanya ditunjukkan untuk menghasilkan sapi bakalan

atau sekedar untuk menambah populasi.

Kabupaten Fakfak memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha

ternak sapi karena didukung oleh sumber daya alam (lahan dan pakan), sumber daya

manusia serta peluang pasar yang memadai. Ternak sapi mempunyai potensi pasar

yang cerah, selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani dan peternak, usaha

ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan amtar

provinsi dan antar pulau. Populasi ternak sapi pada akhir tahun 2010 yaitu sebanyak

1.483 ekor dengan produksi daging 32.640 kg (Fakfak dalam Angka, 2011), namun

dalam pengembangan, peternakan rakyat tersebut tidak berjalan dengan mulus

karena terdapat permasalahan pada ketersediaan sumberdaya pakan seperti

ketersediaan rumput dan hijauan pakan ternak yang sangat fluktuatif di sepanjang

tahun. Rumput dan hijauan pakan sangat melimpah pada musim penghujan,

sedangkan dimusim kemarau akan kekurangan rumput dan hijauan pakan, selain itu

belum dimanfaatkannya jerami pertanian dan jerami perkebunan secara optimal

sebagai bahan pakan, padahal potensi jerami pertanian dan jerami perkebunan sangat

besar. Suatu strategi perencanaan dalam penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya

pakan berdasarkan potensi yang ada di daerah tersebut perlu dibuat untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

Wilayah Bomberay merupakan salah satu distrik yang berada di Kabupaten

Fakfak, Papua Barat. Wilayah ini merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan

sebagai Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu, sehingga sudah memiliki peta

arahan penggunaan lahan menggunakan pencitraan digital (citra landsat) yang

didapat dari Badan Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Peta

(14)

penyediaan hijauan pakan untuk pengembangan peternakan sapi potong di daerah

Bomberay itu sendiri. Arahan pengembangan komoditas yang direkomendasikan atas

kesesuaian lahan meliputi tanaman perkebunan, tanaman tahunan, lahan konservasi,

padang penggembalaan serta tanaman pangan dan holtikultura.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penyediaan hijauan pakan

dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan sebagai acuan untuk memenuhi

kebutuhan pakan pembibitan dan penggemukan sapi di Kawasan Agropolitan

Wilayah Bomberay, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat berdasarkan citra

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Daerah

Kabupaten Fakfak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat,

Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di kota Fakfak. Secara astronomi,

Kabupaten Fakfak terletak pada 131°30’-138°40’ BT dan 2°25’-4°LS. Wilayah

Kabupaten Fakfak sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Teluk

Bintuni, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura dan Kabupaten Kaimana,

sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram dan Teluk Berau, sedangkan sebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Kaimana.

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Bomberay

Sumber: Fakfak dalam Angka (2011)

Kabupaten Fakfak berada pada wilayah kepala burung bagian bawah dan

memiliki luas sebesar 14.320 km2. Fakfak dibagi menjadi sembilan distrik yaitu

Bomberay, Fakfak Barat, Fakfak Timur, Fakfak, Kokas, Karas, Fakfak Tengah,

Kramongmongga dan Teluk Patipi. Distrik Karas merupakan wilayah paling luas

yaitu sebesar 2.491 km2, sedangkan wilayah Distrik Fakfak Tengah merupakan

wilayah paling kecil yaitu sebesar 705 km2.

Keadaan Geografis Kabupaten Fakfak

Wilayah Kabupaten Fakfak berada pada ketinggian lebih atau sama dengan

(16)

sebagian besar wilayah di Kabupaten Fakfak memiliki tingkat kemiringan lebih besar

dari 40° yaitu sebesar 2,30 juta ha atau sebesar 60,63%. Data statistik mengenai

geografi dan iklim wilayah Kabupaten Fakfak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak

Uraian Satuan Tahun 2010

Luas Km2 14,32

Suhu Minimum °C 22,40-24,10

Suhu Maksimum °C 29,00-31,60

Kecepatan Angin Mls 9,00-25,00

Kelembaban % 80,50-88,50

Hari Hujan Hari 227,00

Curah Hujan Mm 3.530,30

Tekanan Udara Mbs 990,00-994,40

Penyinaran Matahari % 99,00-193,20

Kampung di Pesisir Kampung 67,00

Kampung Bukan Pesisir Kampung 58,00

Kampung di Lembah DAS Kampung 5,00

Kampung di Lereng Kampung 33,00

Kampung di Dataran Kampung 20,00

Sumber: Fakfak dalam Angka (2011)

Masalah kesulitan dan kurang efektifnya pendistribusian hasil produksi juga

menjadi alasan produksi tanaman pangan kurang melimpah disamping kondisi alam

yang kurang mendukung. Tanaman pangan yang diproduksi di Kabupaten Fakfak

antara lain padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah dan kacang kedelai. Data

produktivitas tanaman pangan pada wilayah Kabupaten Fakfak dapat dilihat pada

(17)

Tabel 2. Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak

Uraian 2008 2009 2010

Produksi ubi kayu (ton) 1486,00 45,00 1756,00

Produksi ubi jalar (ton) 1362,00 303,00 969,00

Produksi padi (ton) 324,00 227,00 631,00

Produksi kedelai (ton) 2,00 7,00 118,00

Produksi kacang tanah (ton) 35,00 21,00 60,00

Produksi jagung (ton) 7,00 39,00 152,00

Pembangunan sub sektor peternakan bertujuan untuk menyediakan pangan

hewani seperti daging, susu dan telur yang bernilai gizi tinggi. Kebijaksanaan

pemerintah di sub sektor peternakan diarahkan untuk membangun dan membina

usaha peternakan agar mampu meningkatkan produksi dengan mutu yang baik dan

harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat memperbaiki

kesejahteraan peternak, menambah devisa dan memperluas kesempatan kerja.

Adapun ternak yang dibudidayakan di kabupaten Fakfak antara lain sapi, kuda,

kambing dan babi. Produksi daging sapi pada tahun 2010 ialah sebanyak 32.640 kg

(18)

Citra Landsat

Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan data-data

penunjang antara lain peta tutupan lahan. Peta tutupan lahan adalah peta yang

memberikan informasi mengenai objek-objek yang tampak dipermukaan bumi.

Ketepatan informasi tutupan lahan akan memberikan kemudahan dalam melakukan

analisa perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Membuat peta tutupan lahan

dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, yaitu ilmu seni untuk memperoleh

informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang

diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau

fenomena yang dikaji (Lillesar dan Ralph, 1990).

Salah satu teknologi penginderaan jauh ialah dengan analisis Citra Landsat

yang merupakan citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi. Thematik

Mapper (TM) adalah suatu sensor optik penyiaman yang beroperasi pada cahaya

tampak dan inframerah bahkan spectral (Lo, 1995). Thematik Mapper dipasang pada

Landsat dengan tujuan untuk perbaikan resolusi spasial, pemisahan spectral,

kecermatan data radiometrik dan ketelitian geometrik.

Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi

Sistem pemeliharaan ternak sapi secara umum dikategorikan menjadi dua,

yaitu pola breeding (pembibitan) dan pola penggemukan. Usaha CCO sering disebut

sebagai usaha pembibitan atau perkembangbiakan sapi potong. Kurang lebih

sebanyak 99% usaha ini dilakukan oleh peternak kecil dengan skala kepemilikan

kurang dari dua ekor/peternak. Usaha ini mampu meningkatkan harga sapi betina

lokal sehingga para jagal sulit bersaing dan tidak akan memotong sapi betina

produktif (SBP). Adapun usaha CCO biasanya ditunjukan untuk menghasilkan sapi

bakalan atau sekedar untuk menambah populasi (Fagi et al., 2009).

Usaha CCO membutuhkan SBP dalam jumlah banyak, apabila ditargetkan

untuk mencapai swasembada daging sapi. Kebutuhan bibit untuk suatu wilayah harus

ditetapkan berdasarkan daya dukung wilayah atau carrying capacity, bukan

berdasarkan jumlah peternak atau ketersediaan anggaran dalam proyek. Pola

pemeliharaan untuk tujuan penggemukan sistem pemeliharaannya umumnya

dilakukan secara intensif. VBC dan VFC merupakan contoh usaha penggemukan

(19)

Kebutuhan nutrisi ternak sapi berbeda sesuai dengan tujuan pemeliharaannya.

Berikut disajikan kebutuhan nutrisi ternak sapi untuk periode pembibitan dan

penggemukan, yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda

Uraian Bahan Periode

andalan hijauan rumput yang berasal dari lahan subur semakin terbatas sehingga

sumber pakan berkualitas juga semakin sulit diperoleh. Hal tersebut memerlukan

upaya untuk meningkatkan kualitas jerami padi sebagai sumber pakan sapi yang

(20)

Dedak padi diperoleh saat penggilingan gabah menjadi beras dengan proporsi

sekitar 10-15% dari bobot gabah. Dedak padi yang termasuk dalam kelas bermutu

baik mempunyai kandungan protein minimal 12% dengan kandungan lemak

maksimal 15%. (Fagi et al., 2009). Menurut data dari Departemen Pertanian (2012),

produksi padi di Indonesia saat ini ialah 15,4 ton/ha, dengan produksi bahan kering

2,5 ton/ha/tahun (Murni et al.¸2008). Asumsi produksi padi yang akan digunakan

untuk menghitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 3,5 ton/ha/tahun, jerami

padi sebesar 6,25 ton/ha/tahun, sedangkan dedak padi sebesar 0,525 ton/ha/tahun.

Tanaman padi menghasilkan padi sebagai produk utama, selain itu juga dihasilkan

limbah tanaman dalam bentuk jerami padi dan juga limbah pengolahan gabah, yaitu

dedak, katul, dan sekam padi. Jerami dan hasil ikutan tanaman padi ini dapat

dimanfaatkan antara lain untuk bahan pakan ternak atau sebagai bahan sumber energi

alternatif (Fagi et al., 2009).

Kelapa Sawit

Luas areal kelapa sawit pada tahun 2010 yaitu 5,1 ribu hektar yang

menghasilkan minyak sawit sebanyak 14,3 juta ton dan biji sawit sebanyak 3,2 juta

ton (Departemen Pertanian, 2010). Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur

3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Hasil

pengolahan tandan buah sawit (TBS), ternyata bukan hanya hasil olahan utamanya

yang berupa minyak sawit dan minyak inti sawit saja yang digunakan, beberapa hasil

ikutan dan jeraminya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, pupuk

sampai digunakan sebagai bahan bakar. Beberapa hasil ikutan yang dapat digunakan

sebagai bahan makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit,

serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit.

Tabel 5. Komposisi Kimia dari Beberapa Jenis Hasil Samping Industri Kelapa Sawit (Persen Bahan Kering)

Bahan Bahan Kering Protein Kasar Serat Kasar

%

Pelepah sawit 86,2 5,8 48,6

Lumpur sawit 91,1 11,1 17,0

Bungkil inti sawit 91,8 15,3 15,0

(21)

Asumsi produksi bungkil kelapa sawit yang akan digunakan untuk

mengjhitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 0,248 ton/ha/tahun, serat sawit

sebesar 3,016 ton/ha/tahun, sedangkan lumpur sawit sebesar 3,124 ton/ha/tahun.

Hasil pemberian bungkil inti sawit pada ternak terlihat pada peningkatan kandungan

lemak susu, kekentalan keju dan mutu daging pada ternak sapi perah dan kerbau

dengan dicampur makanan lain yang disukai ternak. Skema penggunaan hasil

pengolahan tandan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit

Sumber: Tim penulis PS (1999)

Pohon Kelapa Sawit

Tandan

Kosong Pulp kertas, particle board, pupuk, kompos,

energi

Bahan konstruksi, pulp, particle board, bahan

(22)

Bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan pada proses ekstrasi inti sawit. Zat

makanan yang terkandung di dalamnya cukup bervariasi, tetapi kandungan yang

tertinggi adalah protein (18-19%). Bungkil ini kurang disukai ternak karena

kandungan serat kasarnya cukup tinggi maka kurang cocok diberikan untuk ternak

monogastrik.

Serat perasan buah sawit merupakan jerami yang diperoleh dari buah dalam

proses pemerasan. Sebagai bahan campuran pakan ternak, jerami ini cenderung

cocok untuk diberikan pada ternak ruminansia karena kandungan serat kasarnya,

terutama lignin, tinggi. pada ternak ruminansia, bahan ini dapat diberikan 25-30%

dari seluruh pakan yang diberikan setiap hari. (Tim penulis PS, 1999).

Singkong

Ubi kayu atau singkong termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi

Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, famili

Euphorbiaceae, genus Manihot, spesies Esculanta crantz dengan berbagai varietas.

Umbi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai

tempat cadangan makanan (Westby, 2002).

Tanaman singkong mulai menghasilkan umbi pada umur 6 bulan

(Prihatman, 2000). Menurut Noordia (2005), ubi kayu memproduksi glukosida

sianogenik (linamarin), yang secara enzimatis dirusak selama perusakan sel

menghasilkan sianida. Terdapat beberapa metode-metode yang dapat digunakan

untuk mengurangi jumlah glukosiada sianogenik tersebut adalah dengan cara

penyucian, perendaman, pemasakan, dan pengeringan.

Tabel 6. Kandungan Unsur-Unsur Nutrien pada Singkong (dalam as fed)

(23)

Onggok merupakan salah satu jerami padat dari hasil industri pengolahan

singkong menjadi tapioka. Onggok merupakan sumber energi dengan kandungan

karbohidrat sebanyak 97,29% (Halid, 1991). Onggok mengandung air cukup tinggi

dan dapat menjadi sumber pencemaran atau polusi udara atau lingkungan, terutama

di wilayah produksi apabila tidak ditangani dengan baik

(Balai Penelitian Ternak, 2002).

Produksi daun singkong juga cukup besar yaitu 0,92 ton/ha/tahun bahan

kering, dan terdapat lebih dari 1,2 juta ton jerami dari tanaman singkong yang belum

dimanfaatkan secara optimal per tahunnya. Asumsi produksi singkong yang akan

digunakan untuk mengjhitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 6,559

ton/ha/tahun, jerami singkong sebesar 1 ton/ha/tahun, sedangkan onggok sebesar

2,702 ton/ha/tahun.

Ubi Jalar

Ubi jalar termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermathophyta,

sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, famili Convolvulaceae, genus Ipomea,

spesies Ipomea batatas L. sin. batatas edulis Choisy. Tanaman ubi jalar termasuk

tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh terdiri dari batang, ubi,

daun, bunga, buah dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu,

berbuku-buku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Warna batang

biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Rukmana, 1997).

Tanaman ubi jalar yang sudah berumur kurang lebih 3 minggu setelah tanam

biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan

permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal ialah lonjong agak panjang.

Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan. Asumsi

produksi ubi jalar yang akan digunakan untuk menghitung komoditi pada wilayah

Bomberay ialah 4,32 ton/ha/tahun dan jerami umbi jalar sebesar 0,48 ton/ha/tahun.

Padang Penggembalaan

Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaan hijauan yang lebih

ekonomis dan murah. Padang penggembalaan merupakan tanaman hijauan yang

secara langsung bisa dimakan oleh hewan. Padang penggembalaan tersebut bisa

terdiri dari rumput seluruhnya atau leguminosa saja atau campuran keduanya agar

(24)

Sapi-sapi dara atau dewasa yang digemukkan ataupun sapi-sapi perah

biasanya merumput di padang penggembalaan selama musim penghujan, pada saat

tanaman tumbuh baik. Hanya kualitas pangan yang baiklah yang mampu

memperbaiki produk serta mutu terhadap sapi potong ataupun sapi perah dan

pekerja, sehingga sapi-sapi tersebut akan menghasilkan daging dan susu yang tinggi

serta tenaga kerja yang tangguh (Aak, 1983).

Tanaman Tahunan

Nyatoh merupakan tumbuhan asli yang tumbuh tersebar di seluruh Indonesia.

Jenis ini tumbuh pada tanah berawa dan sebagian pada tanah kering, dengan jenis

tanah liat atau tanah pasir, di daerah banyak hujan pada ketinggian 20-500 mdpl

(Martawijaya et al., 1981). Nyatoh (Palaquium sp.) termasuk ke dalam famili

Sapotacea. Pohon nyatoh berbuah setiap tahun pada bulan Desember sampai dengan

Maret.

Matoa (Pometia pinnata Forst.) merupakan salah satu tumbuhan tingkat

tinggi yang tumbuh endemic, terutama di daerah Papua (Indonesia) dan Negara

Papua New Guinea (PNG). Tanaman ini dapat tumbuh mencapai ketinggian sekitar

50 meter dengan diameter 2 meter. Tanaman matoa cukup mendominasi di kawasan

hutan Entrop, yang termasuk kawasan penyangga cagar alam pegunungan Cycloops,

Jayapura. Tanaman ini banyak diburu oleh masyarakat karena mempunyai banyak

fungsi. Selain kayunya yang berpotensi untuk bahan bangunan, daun dan buahnya

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Walau tidak mempunyai persyaratan khusus dalam pertumbuhannya,

tanaman matoa akan terhambat pertumbuhannya jika ditanam pada tanah-tanah

marginal padahal tanaman ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman reboisasi

lahan marginal yang produktif, sehingga perlu dicari teknologi alternatif yang mudah

untuk dilakukan, relatif murah dan tidak mencemari ingkungan sebagai upaya untuk

meningkatkan produksi dalam sistem pertanian, perkebunan dan kehutanan pada

lahan-lahan marginal (Suharno dan Supeni, 2008).

Acacia villosa termasuk dalam famili Leguminose dengan subfamili

Mimosidae. Genus Acacia villosa memiliki banyak jenis, diantaranya A. villosa dan

A. angussitima. Sinonim dari Acacia villosa adalah Mimosa glauca, Acacia glauca,

(25)

hutan gundul serta dijadikan tanaman hias dan pupuk hijau, selain itu dapat juga

digunakan sebagai kayu bakar dan bahan dasar pembuat peralatan rumah tangga.

Acacia villosa mengandung protein yang tinggi yaitu 22-28%, sehingga sangat

potensial sebagai sumber protein ternak. Pemberian A. villosa dalam jumlah besar

terkendala karena mengandung senyawa asam amino nonprotein (AANP) dan tanin

yang bersifat toksik dan anti nutrisi (Wina dan Tangendjaja, 2000). A. villosa

memiliki kandungan senyawa antinutrisi yang meliputi senyawa fenol 6,6%, tannin

3,71%, saponin 0,52% dan asam amino non-protein (AANP) 2,88%

(Jukema dan Danimihardja, 1997).

Jagung

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua setelah

padi; yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena hampir

keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Jumlah kebutuhan jagung di

Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam jumlah yang cukup tinggi karena

adanya permintaan dari industri pakan ternak (Departemen Pertanian, 2007). Jagung

merupakan sumber energi dan penyusun utama dalam campuran pakan untuk ayam

pedaging (50% dalam ransum), juga digunakan sebagai sumber energi dalam pakan

konsentrat untuk ternak non ruminansia lainnya seperti babi dan di negara Amerika

sebagai bahan pakan ruminansia (Cooke et al., 2008).

Ada beberapa macam jerami tanaman jagung dan produk samping industri

berbasis jagung. Menurut Tangendjaja dan Elizabeth (2007), di Indonesia dikenal

istilah lokal untuk beberapa limbah tanaman dan industri jagung, yaitu:

Tebon jagung, yaitu seluruh tanaman termasuk batang, daun, dan buah jagung muda yang dicacah dan diberikan langsung kepada ternak. Cacahan jagung

juga dibuat silase.

Jerami jagung (brangkasan), yaitu bagian batang dan daun jagung yang dibiarkan kering di ladang dan dipanen pada saat tongkol dipetik.

Kulit buah jagung, biasanya dibuang. Kulit jagung manis potensial untuk

dijadikan silase karena kadar gulanya cukup tinggi.

Tongkol jagung (janggel), yaitu bagian dari buah jagung setelah biji dipipil. Penggunaan jerami tanaman jagung sebagai pakan dalam bentuk segar adalah

(26)

cukup melimpah maka sebaiknya disimpan untuk stok pakan pada saat musim

kemarau panjang atau saat kekurangan pakan hijauan. Sebagian jerami jagung

diproses atau disimpan dengan cara dibuat hay (menjadi jerami jagung kering) atau

diawetkan dalam bentuk silase sebagai pakan cadangan (Mccutcheon dan Samples,

2002). Asumsi produksi jagung yang akan digunakan untuk menghitung komoditi

pada wilayah Bomberay ialah 3,42 ton/ha/tahun, jerami jagung sebesar 7

ton/ha/tahun, sedangkan silase jagung sebesar 10 ton/ha/tahun.

Tabel 7. Proporsi Jerami Tanaman Jagung, Kadar Protein Kasar dan Nilai

Sumber: Mccutcheon dan Samples (2002); Wilson et al. (2004)

Jerami perkebunan jagung mengandung kadar protein dan karotenoid yang

rendah dan kadar serat yang tinggi. Bila jerami perkebunan ini diberikan kepada

ternak tanpa disuplementasi atau diberi perlakuan sebelumnya maka nutrisi jerami ini

tidak akan cukup untuk mempertahankan kondisi ternak. Hal tersebut dapat diatasi

dengan cara mencampurkan jerami jagung dengan leguminosa sebagai sumber

protein ketika akan diberikan ke ternak atau bila hendak dibuat silase

(27)

MATERI DAN METODE

Materi

Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peta arahan penggunaan

lahan kawasan agropolitan pertanian terpadu daerah Bomberay. Peta ini didapat dari

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Cimanggu. Kawasan

Bomberay dibagi menjadi 5 klaster berdasarkan top soil. Peta yang dipakai dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 (peta arahan Kawasan Bomberay secara

keseluruhan), Gambar 4 (peta arahan Kawasan Bomberay klaster 1), Gambar 5 (peta

arahan Kawasan Bomberay klaster 2), Gambar 6 (peta arahan Kawasan Bomberay

klaster 3), Gambar 7 (peta arahan Kawasan Bomberay klaster 4) dan Gambar 8 (peta

arahan Kawasan Bomberay klaster 5).

Gambar 3. Peta Arahan Kawasan Bomberay secara Keseluruhan

(28)

Gambar 4. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 1

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Gambar 5. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 2

(29)

Gambar 6. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 3

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Gambar 7. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 4

(30)

Gambar 8. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 5

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Alat

Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dan aplikasi microsoft

excel serta microsoft word.

Prosedur

Peta arahan penggunaan lahan dijadikan acuan untuk membuat suatu

perencanaan penyediaan hijauan pakan ternak. Perencanaan penyediaan hijauan

pakan dibuat berdasarkan tanaman apa saja yang akan ditanam di daerah tersebut.

Bahan baku pakan yang dipakai dalam perencanaan penyediaan hijauan pakan ini

bisa berasal dari produk utama tanaman ataupun jerami tanaman pertanian. Asumsi

produksi dan limbah tanaman didapat dengan cara studi literatur. Pengerjaan

perencanaan dilakukan menggunakan microsoft excel. Perhitungan dilakukan dengan

metode Nell and Rollinson sebagai berikut:

Potensi produksi tanaman

Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi

tanaman yang akan ditanam dan dikembangkan di Kawasan Bomberay. Perhitungan

(31)

Potensi produksi tanaman = asumsi produksi

hektar x luas lahan tanam

Potensi produksi limbah tanaman

Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi

limbah tanaman yang akan dihasilkan di Kawasan Bomberay. Perhitungan potensi

produksi limbah tanaman dilakukan menggunakan rumus:

Potensi jerami tanaman = asumsi produksi jerami

hektar x luas lahan tanam Kapasitas tampung (KT)

Setelah mendapatkan hasil perhitungan potensi produksi, dilakukan

penghitungan kapasitas tampung ternak CCO berdasarkan potensi produksi limbah

tanaman yang telah dihitung sebelumnya. Pakan yang digunakan dalam pembibitan

(CCO) berupa rumput di padang penggembalaan dan limbah tanaman jagung,

kedelai, padi sawah dan silvopastra. Penghitungan kapasitas tampung ternak CCO ini

dihitung untuk mengetahui jumlah ternak yang dapat ditampung di Kawasan

Bomberay dengan rumus:

 Kapasitas Tampung (KT) = potensi produksi limbah x 1000

6,29 x 365

 KT untuk tanaman tahunan = 0,02 x luas hutan x 15 ton BK/ha/thn

 KT untuk lahan konservasi = 0,02 x luas hutan x 15 ton BK/ha/thn

Kapasitas produksi ransum

Penyusunan ransum untuk pakan ternak penggemukan (VBC dan VFC)

menggunakan pakan complete feed yang disusun dari jagung, silase jagung, dedak

halus, serat sawit, lumpur sawit dan bungkil inti sawit. Susunan ransum yang

digunakan dapata dilihat pada Tabel 8. Ransum disusun menggunakan metode trial

and error. Ransum yang disusun mengandung Protein Kasar 11,45% dan Total

Digestable Nutrien 64,22%, kemudian jumlah ransum yang dibuat disesuaikan

jumlahnya dengan jumlah bahan pakan yang tersedia. Kapasitas produksi ransum

dapat dihitung dengan rumus:

(32)

Table 8. Susunan Ransum Pakan Sapi (%)

Kapasitas tampung (KT) berdasarkan produksi ransum

Jumlah ransum yang dibuat disesuaikan jumlahnya dengan jumlah bahan

pakan yang tersedia. Hal ini dilakukan dengan melihat bahan baku tersedia yang

paling sedikit sebagai patokan dalam pembuatan ransum dan dilakukan penghitungan

kapasitas tampung dengan rumus:

Kapasitas tampung = jumlah kapasitas produksi ransum

kebutuhan pakan harian x 365

Jumlah ternak VBC dan VFC

Hasil dari kapasitas tamping berdasarkan produksi ransum dapat dilakukan

penghitungan untuk mengetahui jumlah VBC dan VFC dengan rumus:

Jumlah ternak VBC = Totak kapasitas tampung berdasarkan ransum x 0,03

(33)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Citra digital (image atau scene) merupakan representasi dua dimensi dari

suatu objek di dunia nyata. Khusus pada bidang remote sensing (dan pengolahan

citra dijital), citra merupakan gambaran sebagian permukaan bumi sebagaimana

terlihat dari ruang angkasa (satelit) atau dari udara (pesawat terbang).

Hasil citra satelit yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanah dan Agroklimat di Cimanggu mengelompokkan wilayah Bomberay menjadi

lima klaster yang dibagi berdasarkan top soil sebagai bahan acuan arahan

pengembangannya. Kawasan Bomberay ini mempunyai luas sebesar 193.992 ha dan

akan dijadikan sebagai kawasan agropolitan pertanian terpadu.

Secara garis besar, kawasan Bomberay ini akan ditanami beberapa tanaman

arahan untuk pengembangan komoditas pertanian. Sebagian besar kawasan ini cocok

untuk ditanami tanaman utama pala dengan tanaman alternatif kelapa sawit yang luas

keseluruhannya mencapai 57.433 ha.

Tabel 9. Luas Kawasan Bomberay berdasarkan Klaster

Bagian Luas Kawasan (ha)

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Selain tanaman perkebunan tersebut, kawasan ini memilik padang rumput

yang cukup luas yaitu sebesar 46.217 ha. Tanaman pangan seperti padi sawah dan

jagung pun cocok untuk ditanami di kawasan ini dengan luas 32.973 ha. Sebanyak

25.134 ha dapat ditanami tanaman acasia, benuang, nyatoh dan matoa. Singkong, ubi

jalar dan pakan ternak pun mempunyai cukup ruang penanaman seluas 17.278 ha.

(34)

Klaster 1

Gambaran umum daerah

Klaster 1 mempunyai luas keseluruhan sebesar 45.355 ha. Sebagian besar

kawasan ini merupakan lahan yang baik digunakan sebagai padang rumput, yaitu

seluas 18.767 ha.

Tabel 10. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 1

Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas

ha %

TP Padi sawah/Jagung 13.217 29,14

TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan Ternak/Sawit 2.853 6,29

PR Padang Rumput 18.767 41,38

PL Pala/Sawit 4.737 10,44

KK Kawasan Konservasi 5.781 12,75

J u m l a h 45.355 100,00

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan

tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung yang dapat ditanam pada lahan seluas

13.217 ha. Daerah tepi Klaster 1 ini sebaiknya digunakan sebagai kawasan

konservasi yang memiliki luas sebesar 5.781 ha. Sebesar 4.737 ha dapat ditanami

tanaman perkebunan seperti pala dan kelapa sawit. Singkong, ubi jalar dan pakan

ternak pun mempunyai cukup ruang penanaman, yaitu seluas 2.853 ha.

Potensi produksi lahan

Lahan pada klaster ini digunakan untuk menanam padi sawah, jagung,

singkong, umbi jalar dan kelapa sawit, kemudian terdapat lahan yang merupakan

kawasan konservasi dan padang rumput. Penghitungan potensi produksi dan

kapasitas tampung pada klaster 1 dapat dilihat pada Tabel 11.

Padang rumput, yang ditandai dengan tanda PR, merupakan lahan terluas

pada klaster ini, yaitu seluas 18.767 ha. Padang rumput memiliki kapasitas tampung

ternak sebanyak 0,35 ST/ha, sehingga total kapasitas tampung ternak pada padang

(35)

Tabel 10. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 1

Simbol Komoditi Luas Produksi

(ton/ha) Total (ton/tahun)

Produksi jerami (ton/ha)

Produksi jerami total (ton BK/tahun)

KT/ha(ST) Total KT(ST)

TP Padi 5.286,8 3,500 37.007,600 6,25 66.085,000 - 28.784,546

Dedak padi - 0,525 5.551,140 - - - -

Jagung 7.930,2 3,420 27.121,284 7,00 55.511,400 24.179,019

Silase jagung - 10,000 79.302,000 - - - -

TJ Jagung 2.055,9 3,420 7.031,178 7,00 14.391,300 - 6.268,397

Silase jagung - 10,000 20.559,000 - - - -

Singkong 655,9 6,559 4.302,048 1,00 655,900 285,689

Onggok - 2,702 1.772,242 - - - -

Umbi jalar 141,2 4,320 609,984 0,48 67,776 - 29,521

PR Penggembalaan 18.767,0 - - - - 0,35 6.568,450

PL Bungkil inti sawit 4.737,0 0,248 587,388 - - - -

Lumpur sawit - 3,124 7.399,194 - - - -

Serat sawit - 3,016 7.143,396 - - - -

KK Konservasi 5.781,0 - - - 1.734,300 - 755,406

(36)

Lahan dengan tanda TP dengan total luas lahan 13.217 ha akan ditanami padi

dan jagung. Penanaman padi dilakukan dua kali dalam setahun pada lahan seluas

5.286,8 ha. Setiap tahun lahan ini dapat memproduksi padi sebanyak 37.007,6

ton/tahun, jerami padi sebanyak 66.085 ton/tahun serta dedak padi sebanyak

5.551,14 ton/tahun. Berdasarkan hasil tersebut, lahan ini diasumsikan dapat

menampung ternak sebanyak 28.784,546 ST.

Penanaman jagung dilakukan dua kali setiap tahunnya pada lahan seluas

7.930,2 ha, masing-masing untuk produksi jagung pipil dilakukan satu kali

penanaman setiap tahun dan untuk produksi silase jagung satu kali penanaman setiap

tahun. Setiap tahun lahan ini bisa memproduksi jagung sebanyak 27.121,284

ton/tahun dan menghasilkan jerami sebanyak 55.511,4 ton/tahun, sedangkan

produksi tanaman jagung khusus untuk dijadikan silase jagung sebanyak 79.302

ton/tahun. Berdasarkan hasil tersebut, lahan ini diasumsikan dapat menampung

ternak sebanyak 24.179,019 ST.

Tabel 12. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 1

Potensi Produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 34.152,462 9.986,1

Silase jagung 99.861,000 9.986,1

Padang rumput 15.080,176 18.767,0

Jerami jagung 69.902,700 9.986,1

Bungkil inti sawit 587,388 4.737,0

Singkong 4.302,048 655,9

Onggok 1.772,242 655,9

Jerami singkong 655,900 655,9

Umbi jalar 609,984 141,2

Jerami umbi jalar 67,776 141,2

Padi 37.007,600 5.286,8

Dedak padi 5.551,140 5.286,8

Jerami padi 66.085 5.286,8

Lumpur sawit 7.399,194 4.737,0

(37)

Kapasitas tampung lahan

Ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang terdapat pada Klaster 1 ini,

maka didapatkan kapasitas tampung sebanyak 1.341,07 ST.

Tabel 13. Jumlah kapasitas tampung berdasarkan kapasitas produksi ransum pada klaster 1

rumput, jerami jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami

padi dan jerami umbi jalar sebagai bahan pakan seperti ditunjukkan pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah kapasitas tampung CCO pada klaster 1

CCO KT

Klaster 1 dapat menghasilkan CCO sebanyak 66.871,029 ST, VBC sebanyak

(38)

Klaster 2

Gambaran umum daerah

Klaster 2 mempunyai luas keseluruhan sebesar 22.784 ha. Sebagian besar

kawasan ini merupakan lahan yang baik digunakan untuk ditanami tanaman

perkebunan seperti pala dan kelapa sawit, yaitu sebesar 6.567 ha, dan baik untuk

ditanami tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung, yaitu sebesar 6.409 ha.

Tabel 15. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 2

Simbol Arahan Pengembangan Luas

Lahan ha %

TP Padi Sawah/Jagung 6.409 28,13

TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan ternak/Sawit 5.323 23,36

PL Pala/Sawit 6.567 28,82

TK Acasia/Benuang/Nyatoh/Matoa 832 3,65

KK Kawasan Konservasi 3.653 16,03

J u m l a h 22.784 100,00

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Selain itu kawasan ini juga merupakan kawasan yang sangat potensial untuk

dikembangkan tanaman singkong, ubi jalar dan pakan ternak yang dapat ditanam

pada lahan seluas 5.323 ha. Pada daerah tepi Klaster 2 ini sebaiknya digunakan

sebagai kawasan konservasi yang memiliki luas sebesar 3.653 ha. Sebanyak 832 ha

dapat ditanami tanaman acasia, benuang, nyatoh dan matoa.

Potensi produksi lahan

Lahan pada klaster ini digunakan untuk menanam padi sawah, jagung,

singkong, umbi jalar dan kelapa sawit, kemudian terdapat lahan yang merupakan

tanaman tahunan dan kawasan konservasi. Penghitungan potensi produksi dan

(39)

Tabel 16. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 2

Simbol Komoditi Luas Produksi

(ton/ha) Total (ton/tahun)

Produksi jerami (ton/ha)

Produksi jerami total (ton BK/tahun)

KT/ha(ST) Total KT(ST)

TP Padi 2.563,6 3,500 17.945,200 6,25 32.045,000 - 13.957,793

Dedak padi - 0,525 2.691,780 - - - -

Jagung 3.845,4 3,420 13.151,268 7,00 26.917,800 - 11.724,546

Silase jagung - 10,000 38.454,000 - - - -

TJ Jagung 1.596,9 3,420 5.461,398 7,00 11.178,300 - 4.868,916

Silase jagung - 10,000 15.969,000 - - - -

Singkong 1.596,9 6,559 10.474,067 1,00 1.596,900 - 695,559

Onggok - 2,702 4.314,824 - - - -

Umbi jalar 2.129,2 4,320 9.198,144 0,48 1.022,016 - 445,158

PL Bungkil Inti sawit 6.567,0 0,248 814,308 - - - -

Lumpur sawit - 3,124 10.553,169 - - - -

Serat sawit - 3,016 9.903,036 - - - -

TK Tanaman tahunan 832,0 - - - 249,600 - 108,718

KK Konservasi 3.653,0 - - - 1.095,900 - 477,340

(40)

Lahan dengan tanda PL seluas 6.567 ha, yang merupakan lahan terluas pada

klaster ini, akan ditanami tanaman kelapa sawit yang dapat berproduksi hingga 50%.

Tanaman ini diasumsikan dapat menghasilkan bungkil inti sawit sebanyak 0,248

ton/ha, lumpur sawit sebanyak 3,124 ton/ha dan serat sawit sebanyak 3,016 ton/ha.

Setiap tahun lahan ini dapat memproduksi bungkil inti sawit sebanyak 814,308

ton/tahun, lumpur sawit sebanyak 10.553,169 ton/tahun dan serat sawit sebanyak

9.903,036 ton/tahun.

Lahan dengan tanda TP dengan total luas lahan 6.409 ha merupakan lahan

kedua terluas pada klaster ini. Lahan ini akan ditanamai padi dan jagung. Penanaman

padi dilakukan dua kali dalam setahun pada lahan seluas 2.563,6 ha. Setiap tahun

lahan ini dapat memproduksi padi sebanyak 17.945,2 ton/tahun, jerami padi

sebanyak 32.045 ton/tahun serta dedak padi sebanyak 2.691,78 ton/tahun.

Berdasarkan hasil tersebut, lahan ini diasumsikan dapat menampung ternak sebanyak

13.957,793 ST.

Tabel 17. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 2

Total Potensi Produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 18.612,666 5.442,3

Silase jagung 54.423,000 5.442,3

Dedak halus 2.691,780 2.563,6

Padi 17.945,200 2.563,6

Bungkil inti sawit 814,308 6.567,0

Jerami jagung 38.096,100 5.442,3

Jerami padi 32.045,000 2.563,6

Singkong 10.474,067 1.596,9

Onggok 4.314,824 1.596,9

Umbi jalar 9.198,144 2.129,2

Jerami umbi jalar 1.022,016 2.129,2

Jerami singkong 1.596,900 1.596,9

Lumpur sawit 10.553,169 6.567,0

Serat sawit 9.903,036 6.567,0

Penanaman jagung dilakukan dua kali setiap tahunnya, masing-masing untuk

(41)

silase jagung satu kali penanaman setiap tahun. Luas lahan untuk penanaman ini

ialah 3.845,4 hektar. Setiap tahun lahan ini bisa memproduksi jagung sebanyak

13.151,268 ton/tahun dan menghasilkan jerami sebanyak 26.917,8 ton/tahun,

sedangkan produksi tanaman jagung khusus untuk dijadikan silase jagung sebanyak

38.454 ton/tahun. Hasil yang didapat tersebut dapat diasumsikan bahwa lahan ini

dapat menampung ternak sebanyak 11.724,546 ST.

Kapasitas tampung lahan

Komoditi-komoditi yang terdapat pada Klaster 2 dapat dibuat ransum untuk

penggemukan sapi. Berdasarkan ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang

terdapat pada Klaster 2 ini, maka kapasitas tampung yang didapat ialah sebanyak

1.859,15 ST.

Tabel 18. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi Ransum pada Klaster 2

Formulasi Penggunaan Produksi (ton)

Kapasitas produksi

ransum (kg) KT

Lumpur sawit 10 10.553,169 814,31

Bungkil inti sawit 10 814,308 814,31

Silase jagung 45 54.423,000 3.664,40

Serat sawit 5 9.903,036 407,15

Dedak padi 20 2.691,780 1.628,62

Jagung 10 18.612,666 814,31

8.143,08 1.859,15

CCO atau pembibitan dan pembesaran sapi potong secara ekstensif yang

dihasilkan pada Klaster 2 berjumlah 32.278,03 ST dengan menggunakan jerami

jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami padi dan jerami

(42)

Tabel 19. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 2

557,745 ST dan VFC sebanyak 1.301,405 ST.

Klaster 3

Gambaran umum daerah

Klaster 3 mempunyai luas keseluruhan sebesar 26.851 ha yang sebagian besar

kawasan ini merupakan padang rumput seluas 16.363 ha.

Tabel 20. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 3

Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas

ha %

TP Padi sawah/Jagung 2.749 10,24

TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan ternak/Sawit 470 1,75

PL Pala/Sawit 2.905 10,82

TK Acasia/Benuang/Nyatoh/Matoa 3.124 11,63

KK Kawasan konservasi 1.235 4,60

PR Padang rumput 16.368 61,00

Jumlah 26.851 100,00

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Sebesar 3.124 ha dapat ditumbuhi tanaman acasia, banuang, nyatoh dan

matoa. Selain itu kawasan ini juga merupakan kawasan yang sangat potensial untuk

dikembangkan tanaman perkebunan seperti pala dan kelapa sawit, yaitu sebesar

2.905 ha, serta tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung, yaitu sebesar 2.749

(43)

memiliki luas sebesar 1.235 ha. Sebanyak 470 ha dapat ditanami tanaman singkong,

ubi jalar dan pakan ternak.

Potensi produksi lahan

Lahan pada Klaster ini digunakan untuk menanam padi sawah, jagung,

singkong, umbi jalar dan kelapa sawit, kemudian terdapat lahan yang merupakan

tanaman tahunan, kawasan konservasi dan padang rumput. Penghitungan potensi

produksi dan kapasitas tampung pada Klaster 3 dapat dilihat pada Tabel 22.

Lahan dengan tanda PR seluas 16.368 ha merupakan padang rumput. Padang

rumput memiliki kapasitas tampung ternak sebanyak 0,35 ST/ha. Lahan ini

merupakan lahan terluas pada klaster ini sehingga total kapasitas tampung ternak

sebanyak 5.728,8 ST. Potensi produksi lahan pada Klaster 3 dapat dilihat pada

Tabel 21.

Tabel 21. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 3

Potensi produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 6.123,168 1.790,4

Silase jagung 17.904,000 1.790,4

Dedak halus 1.154,580 1.099,6

Padi 7.697,200 1.099,6

Padang rumput 2.495,285 16.368,0

Jerami jagung 12.532,800 1.790,4

Jerami padi 13.745,000 1.099,6

Bungkil inti swit 360,220 2.905,0

Lumpur sawit 4.668,335 2.905,0

Serat sawit 4.381,321 2.905,0

Singkong 924,819 141,0

Jerami singkong 141,000 141,0

Onggok 380,982 141,0

Umbi jalar 812,160 188,0

(44)

Tabel 22. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 3

Simbol Komoditi Luas Produksi

(45)

Tanda TK dan TT merupakan tanda untuk tanaman tahunan dan kawasan

konservasi. Dua persen hasil dari tanaman tahunan dan kawasan konservasi

diasumsikan setara dengan 15 ton BK dikalikan dengan luas lahan yang ditanami

tanaman tahunan atau kawasan konservasi. Tanaman tahunan menghasilkan limbah

sebanyak sebanyak 937,2 ton/tahun pada lahan seluas 3.124 hektar, sedangkan untuk

lahan yang merupakan kawasan konservasi dapat menghasilkan limbah sebanyak

370,5 ton/tahun pada lahan seluas 1.235 hektar. Kapasitas tampung dari lahan yang

ditanami tanaman tahunan sebanyak 408,215 ST dan dari lahan yang merupakan

kawasan konservasi sebanyak 161,378 ST.

Kapasitas tampung lahan

Berdasarkan ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang terdapat pada

klaster 3 ini, maka kapasitas tampung yang didapat ialah sebanyak 822,42 ST.

Tabel 23. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi Ransum pada Klaster 3

Silase jagung 45 17.904,000 1.620,99

Serat sawit 5 4.381,321 180,11

Dedak padi 20 1.154,580 720,44

Jagung 10 6.123,168 360,22

3.602,20 822,420

CCO atau pembibitan dan pembesaran sapi potong secara ekstensif yang

dihasilkan pada Klaster 3 berjumlah 27.982,841 ST dengan menggunakan padang

rumput, jerami jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami

(46)

Tabel 24. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 3

Klaster 3 dapat menghasilkan CCO sebanyak 17.844,896 ST, VBC sebanyak

246,726 ST dan VFC sebanyak 575,694 ST.

Klaster 4

Gambaran umum daerah

Klaster 4 merupakan kawasan yang paling luas pada kawasan Bomberay ini,

yaitu sebesar 52.665 ha. Sebesar 19.840 ha dapat ditumbuhi tanaman perkebunan

seperti pala dan kelapa sawit. Kawasan ini pun mempunyai lahan yang bisa

digunakan sebagai padang rumput, yaitu sekitar 11.071 ha.

Tabel 25. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 4

Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas

ha %

TP Padi sawah/Jagung 9.836 18,68

TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan ternak/Sawit 5.995 11,39

PL Pala/Sawit 19.840 37,68

TK Acasia/Benuang/Nyatoh/Matoa 4.872 9,25

KK Kawasan konservasi 1.041 1,98

PR Padang rumput 11.071 21,03

Jumlah 52.655 100,00

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung dapat ditumbuhi di kawasan

ini dengan luas 9.836 ha. Selain itu kawasan ini juga merupakan kawasan yang

sangat potensial untuk dikembangkan tanaman singkong, ubi jalar dan pakan ternak,

(47)

sebesar 4.872 ha. Daerah tepi Klaster 4 ini sebaiknya digunakan sebagai kawasan

konservasi yang memiliki luas sebesar 1.041 ha.

Potensi produksi lahan

Klaster 4 merupakan kawasan yang paling luas pada kawasan Bomberay ini,

yaitu sebesar 52.665 ha. Penghitungan potensi produksi dan kapasitas tampung pada

klaster 4 dapat dilihat pada Tabel 27.

Lahan dengan tanda PL akan ditanami tanaman kelapa sawit. Penanaman

kelapa sawit dilakukan pada lahan seluas 19.840 ha dengan asumsi dapat

memproduksi hingga 50%. Tanaman ini diasumsikan dapat menghasilkan bungkil

inti sawit sebanyak 0,248 ton/ha, lumpur sawit sebanyak 3,124 ton/ha dan serat sawit

sebanyak 3,016 ton/ha. Setiap tahun lahan ini dapat memproduksi bungkil inti sawit

sebanyak 2.460,16 ton/tahun, lumpur sawit sebanyak 31.882,88 ton/tahun dan serat

sawit sebanyak 29.918,72 ton/tahun. Potensi produksi lahan pada Klaster 4 dapat

dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 4

Potensi produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 26.334,342 7.700,1

Silase jagung 77.001,000 7.700,1

Dedak halus 4.131,120 3.934,4

Padi 27.540,800 3.934,4

Padang rumput 1.687,763 11.071,0

Jerami jagung 53.900,700 7.700,1

Bungkil inti sawit 2.460,160 19.840,0

Jerami padi 49.180,000 3.934,4

Singkong 11.796,362 1.798,5

Onggok 4.859,547 1.798,5

Umbi jalar 10.359,360 2.398,0

Jerami umbi jalar 1.151,040 2.398,0

Jerami singkong 1.798,500 1.798,5

Lumpur sawit 31.882,880 19.840,0

(48)

Tabel 27. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 4

Simbol Komoditi Luas Produksi

(ton/ha) Total (ton/tahun)

Produksi jerami (ton/ha)

Produksi jerami total (ton BK/tahun)

KT/ha(ST) Total KT(ST)

TP Padi 3.934,4 3,500 27.540,800 6,25 49.180,00 - 21.421,260

Dedak padi - 0,525 4.131,120 - - - -

Jagung 5.901,6 3,420 20.183,472 7,00 41.311,20 - 17.993,858

Silase jagung - 10,000 59.016,000 - - - -

TJ Jagung 1.798,5 3,420 6.150,870 7,00 12.589,50 - 5.483,590

Silase jagung - 10,000 17.985,000 - - - -

Singkong 1.798,5 6,559 11.796,362 1,00 1.798,50 - 783,370

Onggok - 2,702 4.859,547 - - - -

Umbi jalar 2.398,0 4,320 10.359,360 0,48 1.151,04 - 501,357

PL Bungkil inti sawit 19.840,0 0,248 2.460,160 - - - -

Lumpur sawit - 3,124 31.882,880 - - - -

Serat sawit - 3,016 29.918,720 - - - -

TK Tanaman Tahunan 4.872,0 - - - 1.461,60 - 636,627

KK Konservasi 1.041,0 - - - 312,30 - 136,028

PR Padang rumput 11.071,0 - - - - 0,350 3.874,850

(49)

Lahan dengan tanda PR seluas 11.071 ha merupakan padang rumput. Padang

rumput memiliki kapasitas tampung ternak sebanyak 0,35 ST/ha, sehingga total

kapasitas tampung ternak pada padang rumput sebanyak 3.874,85 ST.

Kapasitas tampung lahan

Kapasitas tampung yang didapat ialah sebanyak 5.616,8 ST berdasarkan

ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang terdapat pada Klaster ini.

Tabel 28. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi Ransum pada Klaster 4

Formulasi Penggunaan Produksi

(ton)

Kapasitas produksi

ransum (kg) KT

Lumpur sawit 10 31.882,880 2.460,16

Bungkil inti sawit 10 2.460,160 2.460,16

Silase jagung 45 77.001,000 11.070,72

Serat sawit 5 29.918,720 1.230,08

Dedak padi 20 4.131,120 4.920,32

Jagung 10 26.334,342 2.460,16

24.601,60 5.616,8

CCO atau pembibitan dan pembesaran sapi potong secara ekstensif yang

dihasilkan pada Klaster 4 berjumlah 50.830,94 ST dengan menggunakan padang

rumput, jerami jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami

padi dan jerami umbi jalar sebagai bahan pakan.

Tabel 29. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 4

(50)

Klaster 4 dapat menghasilkan CCO sebanyak 50.830,94 ST, VBC sebanyak

1.685,041 ST dan VFC sebanyak 3.931,763 ST.

Klaster 5

Gambaran umum daerah

Klaster 5 pada kawasan Bomberay dapat dilihat pada Tabel 30. Klaster 5

mempunyai luas kawasan sebesar 46.347 ha. Sebagian besar kawasan ini merupakan

lahan yang bisa ditanami tanaman perkebunan seperti pala dan kelapa sawit, yaitu

seluas 23.384 ha.

Tabel 30. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 5

Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas

ha %

TP Padi sawah/Jagung 0,761 1,64

TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan ternak/Sawit 2,636 5,69

PL Pala/Sawit 23,384 50,45

TK Acasia/Benuang/Nyatoh/Matoa 16,307 35,18

KK Kawasan konservasi 3,249 7,01

PR Padang rumput 0,100 0,01

Jumlah 46,437 100,00

Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)

Kawasan ini pun mempunyai lahan yang bisa ditanami tanaman acasia,

benuang, nyatoh dan matoa, yaitu seluas 16.307 ha. Kawasan konservasi memiliki

luas sebesar 3.249 ha yang letaknya menyebar di tepi dan di tengah kawasan.

Tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung dapat ditumbuhi di kawasan ini

dengan luas 761 ha. Padang rumput pada kawasan ini hanya mempunyai luas sebesar

10 ha.

Potensi produksi lahan

Lahan pada Klaster ini digunakan untuk menanam padi sawah, jagung,

singkong, umbi jalar, dan kelapa sawit, kemudian terdapat lahan yang merupakan

tanaman tahunan, kawasan konservasi dan padang rumput. Penghitungan potensi

(51)

Tabel 31. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 5

Simbol Komoditi Luas Produksi

(ton/ha) Total (ton/tahun)

Produksi jerami (ton/ha)

Produksi jerami total (ton BK/tahun)

KT/ha(ST) Total KT(ST)

TP Padi 304,4 3,500 2.130,800 6,25 3.805,000 - 1.657,338

Dedak padi - 0,525 319,620 - - - -

Jagung 456,6 3,420 1.561,572 7,00 3.196,200 - 1.392,164

Silase jagung - 10,000 4.566,000 - - - -

TJ Jagung 790,8 3,420 2.704,536 7,00 5.535,600 - 2.411,133

Silase jagung - 10,000 7.908,000 - - - -

Singkong 790,8 6,559 5.186,857 1,00 790,800 - 344,448

Onggok - 2,702 2.136,742 - - - -

Umbi jalar 1.054,4 4,320 4.555,008 0,48 506,112 - 220,446

PL Bungkil inti sawit 23.384,0 0,248 2.899,616 - - - -

Lumpur sawit - 3,124 37.578,090 - - - -

Serat sawit - 3,016 35.267,750 - - - -

TK Tanaman Tahunan 16.307,0 - - - 4.892,100 - 2.130,845

KK Konservasi 3.249,0 - - - 974,700 - 424,549

PR Padang rumput 100,0 - - - - 0,350 35,000

(52)

Lahan dengan tanda PL akan ditanami tanaman kelapa sawit. Penanaman kelapa

sawit dilakukan pada lahan seluas 23.384 ha dengan asumsi dapat memproduksi hingga

50%. Tanaman ini diasumsikan dapat menghasilkan bungkil inti sawit sebanyak 0,248

ton/ha, lumpur sawit sebanyak 3,124 ton/ha dan serat sawit sebanyak 3,016 ton/ha.

Setiap tahun lahan ini dapat memproduksi bungkil inti sawit sebanyak 2.899,616

ton/tahun, lumpur sawit sebanyak 37.578,09 ton/tahun dan serat sawit sebanyak

35.267,75 ton/tahun.

Tanda TK dan TT merupakan tanda untuk tanaman tahunan dan kawasan

konservasi. Dua persen hasil dari tanaman tahunan dan kawasan konservasi diasumsikan

setara dengan 15 ton BK dikalikan dengan luas lahan yang ditanami tanaman tahunan

atau kawasan konservasi.

Tabel 32. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 5

Potensi produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)

Jagung pipil 4.266,108 1.247,0

Silase jagung 12.474,000 1.247,0

Dedak padi 319,620 304,0

Padi 2.130,800 304,0

Padang rumput 15,245 100,0

Jerami jagung 5.535,600 791,0

Bungkil inti sawit 2.899,616 23.384,0

Jerami padi 3.805,000 304,0

Singkong 5.186,857 791,0

Onggok 2.136,742 791,0

Jerami singkong 790,800 791,0

Lumpur sawit 37.578,088 23.384,0

Serat sawit 35.267,749 23.384,0

Umbi jalar 4.555,008 1.054,4

(53)

Tanaman tahunan menghasilkan jerami sebanyak 4.892,1 ton/tahun pada lahan

seluas 16.307 ha, sedangkan untuk kawasan konservasi dapat menghasilkan jerami

sebanyak 974,7 ton/tahun pada lahan seluas 3.249 ha. Kapasitas tampung dari lahan

yang ditanami tanaman tahunan sebanyak 2.130,845 ST dan dari kawasan konservasi

sebanyak 424,549 ST.

Kapasitas tampung lahan

Komoditi-komoditi yang terdapat pada Klaster 5 dapat dibuat ransum untuk

pembibitan dan penggemukan sapi sehingga dihasilkan kapasitas tampung sebesar .

Berdasarkan ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang terdapat pada Klaster 5

ini, maka kapasitas tampung yang didapat ialah sebanyak 6.620,128 ST.

Tabel 33. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi Ransum Pada Klaster 5

Formulasi Penggunaan Produksi (ton) Kapasitas produksi

ransum (kg) KT

Lumpur sawit 10 37.578,088 2.899,62

Bungkil inti sawit 10 2.899,616 2.899,62

Silase jagung 45 12.474,000 13.048,27

Serat sawit 5 35.267,749 1.449,81

Dedak padi 20 319,620 5.799,23

Jagung 10 4.266,108 2.899,62

28.996,20 6.620,128

CCO atau pembibitan dan pembesaran sapi potong secara ekstensif yang

dihasilkan pada Klaster 5 berjumlah 14.684,786 ST dengan menggunakan padang

rumput, jerami jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami padi

Gambar

Gambar 1.  Peta Wilayah Kabupaten Bomberay
Tabel 1.  Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak
Tabel 2.  Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak
Tabel 4.  Komposisi Kimia Jerami, Dedak, Katul dan Sekam dalam Persen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat acara tersebut, Peserta harus hadir dengan membawa seluruh dokumen asli perusahaan sesuai isi pada form isian elektronik data kualifikasi yang saudara isi

Pada hari ini Jumat Tanggal Lima Bulan April Tahun Dua Ribu Tiga Belas (05-04-2013), berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor 24/PBJ-PDD/2013 Tanggal 5

Hasil yang tertera pada Tabel 1 juga mengindikasikan bahwa sikap belajar siswa dilihat dari indikator amatan afektif menunjukkan kategori baik.. Pada indikator amatan ini, siswa

utama dari oeganisasi sosial, seperti kepercayaan ( trust ) , norma-norma (norms) dan jaringan (Network) yang dapat meningkatkan efesiensi dalam suatu masyarakat.. Lebih lanjut

Bela Negara adalah suatu tekad, sikap dan tindakan warga Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut dengan dilandasi kecintaan pada tanah air Indonesia.

Seperti jumlah armada pengangkutan sampah yang masih kurang seimbang dengan volume sampah yang dihasilkan, cuaca yang seringkali tidak mendukung sehingga

Powered by

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah agar pelaksanaan evaluasi dapat berjalan efektif dan efisien dipandang perlu membentuk Tim Evaluasi