SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY
PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
SKRIPSI
RIZKY UTAMI DEWI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
RIZKY UTAMI DEWI. D24080358. 2013. SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K. S., M. Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Suryahadi, DEA
Citra landsat merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh yang memberikan informasi mengenai tutupan lahan dan memberikan kemudahan dalam melakukan analisis perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Konsep agropolitan pertanian terpadu pada Kawasan Bomberay memanfaatkan program ini untuk mengetahui gambaran potensi yang ada pada kawasan ini sehingga memudahkan untuk mengetahui komoditi-komoditi apa yang terdapat di setiap daerah tersebut yang dapat dioptimalkan penggunaannya untuk dijadikan bahan baku pakan, yang akan meningkatkan populasi ternak pada kawasan tersebut.
Hasil peta arahan Bomberay menjadikan wilayah ini terbagi menjadi lima Klaster yang dibagi berdasarkan top soil sebagai bahan acuan arahan pengembangannya. Perencanaan ini mengoptimalkan penggunaan komoditi-komoditi yang terdapat di kawasan Bomberay seperti jagung, limbah jagung, silase jagung, padi, dedak padi, limbah padi, singkong, limbah singkong, onggok, umbi jalar, limbah umbi jalar, bungkil inti sawit, lumpur sawit, serat sawit, kawasan konservasi dan tanaman tahunan serta padang penggembalaan.
Berdasarkan pemanfaatan komoditi yang terdapat pada setiap wilayah Klaster, pada Klaster 1 dapat menghasilkan cow calf operation (CCO) sebanyak 66.871,029 satuan ternak (ST), village breeding center (VBC) sebanyak 402,321 ST dan village farming center (VFC) sebanyak 938,748 ST. Klaster 2 dapat menghasilkan CCO sebanyak 32.278,03 ST, VBC sebanyak 557,745 ST dan VFC sebanyak 1.301,405 ST. Klaster 3 dapat menghasilkan CCO sebanyak 17.844,896 ST, VBC sebanyak 246,726 ST dan VFC sebanyak 575,694 ST.
Klaster 4 dapat menghasilkan CCO sebanyak 50.830,94 ST, VBC sebanyak 1.685,041 ST dan VFC sebanyak 3.931,763 ST. Klaster 5 dapat menghasilkan CCO sebanyak 8.615,923 ST, VBC sebanyak 1.986,038 ST dan VFC sebanyak 4.634,089 ST. Total CCO yang dihasilkan pada kawasan Bomberay berjumlah 176.440,819 ST, VBC sebanyak 4.877,871 ST dan VFC sebanyak 11.381,7 ST. Klaster 1 merupakan kawasan yang paling bagus untuk menghasilkan CCO, sedangkan klaster 5 merupakan kawasan yang paling bagus untuk menghasilkan VBC dan VFC.
ABSTRACT
SIMULATION OF PROVIDING FORAGE IN BOMBERAY PROVINCE OF WEST PAPUA USING LAND COVER MAP
R. U. Dewi, P. D. Manu Hara Karti, Suryahadi
Citra Landsat is one of the remote sensing technology that provides information on land cover and provide convenience in analyzing the planning and development of a region. The concept of integrated farming agropolitan Bomberay Region utilize this program to describe the potential that exists in this area and making it easier to know what commodities are in any area that can be optimized for use used as raw material feed, which will increase the population of livestock in the region.
The results of landing map Bomberay making the region is divided into five clusters that are shared by top soil as reference direction of development.This planning optimizes the use of commodities that contained in the Bomberay such as corn, waste corn, silage corn, rice, rice bran, rice waste, cassava, cassava waste, cassava, potato tubers, potato tuber waste, palm kernel cake, palm oil sludge, palm fiber, conservation areas, perennial crops and pastures.
Based on the use of commodity contained in each region cluster, in Cluster 1 can be generated cow calf operation (CCO) 66.871,029 as livestock unit/animal unit (a.u), village breeding center (VBC) 402,321 as livestock unit/animal unit (a.u) and village farming center (VFC) as 938,748 units of livestock (a.u). Cluster 2 can be generated CCO 32.278,03 as a.u, VBC 557,745 as a.u, VFC 1.301,405 as a.u. In Cluster 3 can be generated CCO 17.844,896 as a.u, VBC 246,726 as a.u and VFC 575,694 as a.u. Cluster 4 produces CCO 50.830,94 as a.u, VBC 1.685,041 as a.u and VFC 3.931,763 as a.u. In Cluster 5 produced 8.615,923 CCO as a.u, VBC 1.986,038 as a.u and VFC 4.634,089 as a.u. Total CCO generated in the Bomberay region amounted to 176.440,819 a.u, VBC 4.877,871 a.u and VFC as much as 11.381,7 a.u.
SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY
PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
RIZKY UTAMI DEWI D24080358
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 4 September 1990 di Jakarta.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Sudirno dan Almh. Ibu Partini.
Pendidikan formal penulis dimulai sejak Taman
Kanak-Kanak (TK), diselesaikan di TK Nurul Huda pada tahun 1996,
dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN Cipinang
Melayu 05 Pagi yang diselesaikan pada tahun 2002, setelah lulus
penulis melanjutkan ke SMPN 109 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Penulis
kemudian melanjukan ke SMAN 71 Jakarta yang diselesaikan pada tahun 2008.
Penulis diterima di IPB pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah melewati Tingkat Persiapan
Berasama selama satu tahun, Penulis masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan pada tahun 2009 sebagai angkatan 45. Selama
menjalankan studinya di IPB, Penulis mengikuti aktif dalam keanggotaan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) divisi Infokom pada tahun
2010-2011. Penulis juga mengikuti ekstrakurikuler Teater Kandang, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif menulis proposal dalam
kompetisi PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diselenggarakan oleh DIKTI
setiap tahunnya. PKM Penelitian yang berjudul “Pemberian Ransum Berkadar
Energi Tinggi pada Program “Flushing” untuk Meningkatkan Jumlah Kelahiran pada Domba Lokal” dan “Efektivitas Penggunaan Limbah Kulit
Buah Naga (Hylocereus Undatus) dalam Ransum Sebagai Alternatif Suplemen Alami untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Komersil” telah berhasil
diterima dan didanai oleh DIKTI pada tahun 2010 dan 2011. Penulis juga sering
mengikuti acara-acara yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim.
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang
memberikan rahmat serta karunia-Nya hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul “Simulasi Penyediaan Pakan di Kawasan Bomberay Provinsi
Papua Barat menggunakan Peta Arahan Penggunaan Lahan” dibawah bimbingan Dr.
Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M. S., dan Dr. Ir. Suryahadi, DEA. Skripsi ini
merupakan penelitian lanjut dari penelitian langsung yang dilaksanakan oleh tim
peneliti di Kawasan Bomberay, Papua Barat. Data-data pendukung didapatkan
melalui studi pustaka dari berbagai sumber.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
namun Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta untuk
kemajuan pembangunan peternakan di Kawasan Bomberay, Papua Barat dan
terutama untuk kemajuan pembangunan peternakan di Indonesia.
Bogor, 2013
DAFTAR ISI
Kapasitas Ransum berdasarkan Produksi Ransum ... 20
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak ... 4
2. Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak ... 5
3. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda ... 7
4. Komposisi Kimia Jerami, Dedak,Katul dan Sekam dalam Persen
(Berdasarkan as fed) ... 7
5. Komposisi Kimia dari Beberapa Jenis Hasil Samping Industri
Kelapa Sawit (Persen Bahan Kering) ... 8
9. Luas Kawasan Bomberay berdasarkan Klaster ... 21
10.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 1 ... 22
11.Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Pada Klaster 1 ... 23
12.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 1 ... 24
13.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 1 ... 25
14.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 1 ... 25
15.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 2 ... 26
16.Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada Klaster 2 ... 27
17.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 2 ... 28
18.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 2 ... 29
19.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 2 ... 30
20.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 3 ... 30
21.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 3 ... 31
23.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 3 ... 33
24.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 3 ... 34
25.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 4 ... 34
26.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 4 ... 35
27.Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada Klaster 4 ... 36
28.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 4 ... 37
29.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 4 ... 37
30.Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 5 ... 38
31.Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada Klaster 5 ... 39
32.Potensi Produksi Lahan pada Klaster 5 ... 40
33.Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 5 ... 41
34.Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 5 ... 42
35.Total Potensi Produksi Kawasan Bomberay ... 43
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Peta Wilayah Kabupaten Bomberay ... 3
2. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit ... 9
3. Peta Arahan Kawasan Bomberay ... 15
4. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 1 ... 16
5. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 2 ... 16
6. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 3 ... 17
7. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 4 ... 17
8. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kecenderungan
terjadinya peningkatan impor daging dan sapi bakalan yang disebabkan oleh
peningkatan permintaan di dalam negeri. Hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan populasi dan produksi daging adalah dengan usaha cow calf operation
(CCO) atau sering disebut dengan usaha pembibitan atau perkembangbiakan sapi
potong. Adapun usaha CCO biasanya ditunjukkan untuk menghasilkan sapi bakalan
atau sekedar untuk menambah populasi.
Kabupaten Fakfak memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha
ternak sapi karena didukung oleh sumber daya alam (lahan dan pakan), sumber daya
manusia serta peluang pasar yang memadai. Ternak sapi mempunyai potensi pasar
yang cerah, selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani dan peternak, usaha
ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan amtar
provinsi dan antar pulau. Populasi ternak sapi pada akhir tahun 2010 yaitu sebanyak
1.483 ekor dengan produksi daging 32.640 kg (Fakfak dalam Angka, 2011), namun
dalam pengembangan, peternakan rakyat tersebut tidak berjalan dengan mulus
karena terdapat permasalahan pada ketersediaan sumberdaya pakan seperti
ketersediaan rumput dan hijauan pakan ternak yang sangat fluktuatif di sepanjang
tahun. Rumput dan hijauan pakan sangat melimpah pada musim penghujan,
sedangkan dimusim kemarau akan kekurangan rumput dan hijauan pakan, selain itu
belum dimanfaatkannya jerami pertanian dan jerami perkebunan secara optimal
sebagai bahan pakan, padahal potensi jerami pertanian dan jerami perkebunan sangat
besar. Suatu strategi perencanaan dalam penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya
pakan berdasarkan potensi yang ada di daerah tersebut perlu dibuat untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Wilayah Bomberay merupakan salah satu distrik yang berada di Kabupaten
Fakfak, Papua Barat. Wilayah ini merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan
sebagai Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu, sehingga sudah memiliki peta
arahan penggunaan lahan menggunakan pencitraan digital (citra landsat) yang
didapat dari Badan Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Peta
penyediaan hijauan pakan untuk pengembangan peternakan sapi potong di daerah
Bomberay itu sendiri. Arahan pengembangan komoditas yang direkomendasikan atas
kesesuaian lahan meliputi tanaman perkebunan, tanaman tahunan, lahan konservasi,
padang penggembalaan serta tanaman pangan dan holtikultura.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penyediaan hijauan pakan
dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan sebagai acuan untuk memenuhi
kebutuhan pakan pembibitan dan penggemukan sapi di Kawasan Agropolitan
Wilayah Bomberay, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat berdasarkan citra
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Daerah
Kabupaten Fakfak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat,
Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di kota Fakfak. Secara astronomi,
Kabupaten Fakfak terletak pada 131°30’-138°40’ BT dan 2°25’-4°LS. Wilayah
Kabupaten Fakfak sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Teluk
Bintuni, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura dan Kabupaten Kaimana,
sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram dan Teluk Berau, sedangkan sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Kaimana.
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Bomberay
Sumber: Fakfak dalam Angka (2011)
Kabupaten Fakfak berada pada wilayah kepala burung bagian bawah dan
memiliki luas sebesar 14.320 km2. Fakfak dibagi menjadi sembilan distrik yaitu
Bomberay, Fakfak Barat, Fakfak Timur, Fakfak, Kokas, Karas, Fakfak Tengah,
Kramongmongga dan Teluk Patipi. Distrik Karas merupakan wilayah paling luas
yaitu sebesar 2.491 km2, sedangkan wilayah Distrik Fakfak Tengah merupakan
wilayah paling kecil yaitu sebesar 705 km2.
Keadaan Geografis Kabupaten Fakfak
Wilayah Kabupaten Fakfak berada pada ketinggian lebih atau sama dengan
sebagian besar wilayah di Kabupaten Fakfak memiliki tingkat kemiringan lebih besar
dari 40° yaitu sebesar 2,30 juta ha atau sebesar 60,63%. Data statistik mengenai
geografi dan iklim wilayah Kabupaten Fakfak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak
Uraian Satuan Tahun 2010
Luas Km2 14,32
Suhu Minimum °C 22,40-24,10
Suhu Maksimum °C 29,00-31,60
Kecepatan Angin Mls 9,00-25,00
Kelembaban % 80,50-88,50
Hari Hujan Hari 227,00
Curah Hujan Mm 3.530,30
Tekanan Udara Mbs 990,00-994,40
Penyinaran Matahari % 99,00-193,20
Kampung di Pesisir Kampung 67,00
Kampung Bukan Pesisir Kampung 58,00
Kampung di Lembah DAS Kampung 5,00
Kampung di Lereng Kampung 33,00
Kampung di Dataran Kampung 20,00
Sumber: Fakfak dalam Angka (2011)
Masalah kesulitan dan kurang efektifnya pendistribusian hasil produksi juga
menjadi alasan produksi tanaman pangan kurang melimpah disamping kondisi alam
yang kurang mendukung. Tanaman pangan yang diproduksi di Kabupaten Fakfak
antara lain padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah dan kacang kedelai. Data
produktivitas tanaman pangan pada wilayah Kabupaten Fakfak dapat dilihat pada
Tabel 2. Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak
Uraian 2008 2009 2010
Produksi ubi kayu (ton) 1486,00 45,00 1756,00
Produksi ubi jalar (ton) 1362,00 303,00 969,00
Produksi padi (ton) 324,00 227,00 631,00
Produksi kedelai (ton) 2,00 7,00 118,00
Produksi kacang tanah (ton) 35,00 21,00 60,00
Produksi jagung (ton) 7,00 39,00 152,00
Pembangunan sub sektor peternakan bertujuan untuk menyediakan pangan
hewani seperti daging, susu dan telur yang bernilai gizi tinggi. Kebijaksanaan
pemerintah di sub sektor peternakan diarahkan untuk membangun dan membina
usaha peternakan agar mampu meningkatkan produksi dengan mutu yang baik dan
harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat memperbaiki
kesejahteraan peternak, menambah devisa dan memperluas kesempatan kerja.
Adapun ternak yang dibudidayakan di kabupaten Fakfak antara lain sapi, kuda,
kambing dan babi. Produksi daging sapi pada tahun 2010 ialah sebanyak 32.640 kg
Citra Landsat
Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan data-data
penunjang antara lain peta tutupan lahan. Peta tutupan lahan adalah peta yang
memberikan informasi mengenai objek-objek yang tampak dipermukaan bumi.
Ketepatan informasi tutupan lahan akan memberikan kemudahan dalam melakukan
analisa perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Membuat peta tutupan lahan
dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, yaitu ilmu seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau
fenomena yang dikaji (Lillesar dan Ralph, 1990).
Salah satu teknologi penginderaan jauh ialah dengan analisis Citra Landsat
yang merupakan citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi. Thematik
Mapper (TM) adalah suatu sensor optik penyiaman yang beroperasi pada cahaya
tampak dan inframerah bahkan spectral (Lo, 1995). Thematik Mapper dipasang pada
Landsat dengan tujuan untuk perbaikan resolusi spasial, pemisahan spectral,
kecermatan data radiometrik dan ketelitian geometrik.
Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi
Sistem pemeliharaan ternak sapi secara umum dikategorikan menjadi dua,
yaitu pola breeding (pembibitan) dan pola penggemukan. Usaha CCO sering disebut
sebagai usaha pembibitan atau perkembangbiakan sapi potong. Kurang lebih
sebanyak 99% usaha ini dilakukan oleh peternak kecil dengan skala kepemilikan
kurang dari dua ekor/peternak. Usaha ini mampu meningkatkan harga sapi betina
lokal sehingga para jagal sulit bersaing dan tidak akan memotong sapi betina
produktif (SBP). Adapun usaha CCO biasanya ditunjukan untuk menghasilkan sapi
bakalan atau sekedar untuk menambah populasi (Fagi et al., 2009).
Usaha CCO membutuhkan SBP dalam jumlah banyak, apabila ditargetkan
untuk mencapai swasembada daging sapi. Kebutuhan bibit untuk suatu wilayah harus
ditetapkan berdasarkan daya dukung wilayah atau carrying capacity, bukan
berdasarkan jumlah peternak atau ketersediaan anggaran dalam proyek. Pola
pemeliharaan untuk tujuan penggemukan sistem pemeliharaannya umumnya
dilakukan secara intensif. VBC dan VFC merupakan contoh usaha penggemukan
Kebutuhan nutrisi ternak sapi berbeda sesuai dengan tujuan pemeliharaannya.
Berikut disajikan kebutuhan nutrisi ternak sapi untuk periode pembibitan dan
penggemukan, yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda
Uraian Bahan Periode
andalan hijauan rumput yang berasal dari lahan subur semakin terbatas sehingga
sumber pakan berkualitas juga semakin sulit diperoleh. Hal tersebut memerlukan
upaya untuk meningkatkan kualitas jerami padi sebagai sumber pakan sapi yang
Dedak padi diperoleh saat penggilingan gabah menjadi beras dengan proporsi
sekitar 10-15% dari bobot gabah. Dedak padi yang termasuk dalam kelas bermutu
baik mempunyai kandungan protein minimal 12% dengan kandungan lemak
maksimal 15%. (Fagi et al., 2009). Menurut data dari Departemen Pertanian (2012),
produksi padi di Indonesia saat ini ialah 15,4 ton/ha, dengan produksi bahan kering
2,5 ton/ha/tahun (Murni et al.¸2008). Asumsi produksi padi yang akan digunakan
untuk menghitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 3,5 ton/ha/tahun, jerami
padi sebesar 6,25 ton/ha/tahun, sedangkan dedak padi sebesar 0,525 ton/ha/tahun.
Tanaman padi menghasilkan padi sebagai produk utama, selain itu juga dihasilkan
limbah tanaman dalam bentuk jerami padi dan juga limbah pengolahan gabah, yaitu
dedak, katul, dan sekam padi. Jerami dan hasil ikutan tanaman padi ini dapat
dimanfaatkan antara lain untuk bahan pakan ternak atau sebagai bahan sumber energi
alternatif (Fagi et al., 2009).
Kelapa Sawit
Luas areal kelapa sawit pada tahun 2010 yaitu 5,1 ribu hektar yang
menghasilkan minyak sawit sebanyak 14,3 juta ton dan biji sawit sebanyak 3,2 juta
ton (Departemen Pertanian, 2010). Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur
3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Hasil
pengolahan tandan buah sawit (TBS), ternyata bukan hanya hasil olahan utamanya
yang berupa minyak sawit dan minyak inti sawit saja yang digunakan, beberapa hasil
ikutan dan jeraminya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, pupuk
sampai digunakan sebagai bahan bakar. Beberapa hasil ikutan yang dapat digunakan
sebagai bahan makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit,
serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit.
Tabel 5. Komposisi Kimia dari Beberapa Jenis Hasil Samping Industri Kelapa Sawit (Persen Bahan Kering)
Bahan Bahan Kering Protein Kasar Serat Kasar
%
Pelepah sawit 86,2 5,8 48,6
Lumpur sawit 91,1 11,1 17,0
Bungkil inti sawit 91,8 15,3 15,0
Asumsi produksi bungkil kelapa sawit yang akan digunakan untuk
mengjhitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 0,248 ton/ha/tahun, serat sawit
sebesar 3,016 ton/ha/tahun, sedangkan lumpur sawit sebesar 3,124 ton/ha/tahun.
Hasil pemberian bungkil inti sawit pada ternak terlihat pada peningkatan kandungan
lemak susu, kekentalan keju dan mutu daging pada ternak sapi perah dan kerbau
dengan dicampur makanan lain yang disukai ternak. Skema penggunaan hasil
pengolahan tandan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit
Sumber: Tim penulis PS (1999)
Pohon Kelapa Sawit
Tandan
Kosong Pulp kertas, particle board, pupuk, kompos,
energi
Bahan konstruksi, pulp, particle board, bahan
Bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan pada proses ekstrasi inti sawit. Zat
makanan yang terkandung di dalamnya cukup bervariasi, tetapi kandungan yang
tertinggi adalah protein (18-19%). Bungkil ini kurang disukai ternak karena
kandungan serat kasarnya cukup tinggi maka kurang cocok diberikan untuk ternak
monogastrik.
Serat perasan buah sawit merupakan jerami yang diperoleh dari buah dalam
proses pemerasan. Sebagai bahan campuran pakan ternak, jerami ini cenderung
cocok untuk diberikan pada ternak ruminansia karena kandungan serat kasarnya,
terutama lignin, tinggi. pada ternak ruminansia, bahan ini dapat diberikan 25-30%
dari seluruh pakan yang diberikan setiap hari. (Tim penulis PS, 1999).
Singkong
Ubi kayu atau singkong termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi
Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, famili
Euphorbiaceae, genus Manihot, spesies Esculanta crantz dengan berbagai varietas.
Umbi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai
tempat cadangan makanan (Westby, 2002).
Tanaman singkong mulai menghasilkan umbi pada umur 6 bulan
(Prihatman, 2000). Menurut Noordia (2005), ubi kayu memproduksi glukosida
sianogenik (linamarin), yang secara enzimatis dirusak selama perusakan sel
menghasilkan sianida. Terdapat beberapa metode-metode yang dapat digunakan
untuk mengurangi jumlah glukosiada sianogenik tersebut adalah dengan cara
penyucian, perendaman, pemasakan, dan pengeringan.
Tabel 6. Kandungan Unsur-Unsur Nutrien pada Singkong (dalam as fed)
Onggok merupakan salah satu jerami padat dari hasil industri pengolahan
singkong menjadi tapioka. Onggok merupakan sumber energi dengan kandungan
karbohidrat sebanyak 97,29% (Halid, 1991). Onggok mengandung air cukup tinggi
dan dapat menjadi sumber pencemaran atau polusi udara atau lingkungan, terutama
di wilayah produksi apabila tidak ditangani dengan baik
(Balai Penelitian Ternak, 2002).
Produksi daun singkong juga cukup besar yaitu 0,92 ton/ha/tahun bahan
kering, dan terdapat lebih dari 1,2 juta ton jerami dari tanaman singkong yang belum
dimanfaatkan secara optimal per tahunnya. Asumsi produksi singkong yang akan
digunakan untuk mengjhitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 6,559
ton/ha/tahun, jerami singkong sebesar 1 ton/ha/tahun, sedangkan onggok sebesar
2,702 ton/ha/tahun.
Ubi Jalar
Ubi jalar termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermathophyta,
sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, famili Convolvulaceae, genus Ipomea,
spesies Ipomea batatas L. sin. batatas edulis Choisy. Tanaman ubi jalar termasuk
tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh terdiri dari batang, ubi,
daun, bunga, buah dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu,
berbuku-buku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Warna batang
biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Rukmana, 1997).
Tanaman ubi jalar yang sudah berumur kurang lebih 3 minggu setelah tanam
biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan
permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal ialah lonjong agak panjang.
Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan. Asumsi
produksi ubi jalar yang akan digunakan untuk menghitung komoditi pada wilayah
Bomberay ialah 4,32 ton/ha/tahun dan jerami umbi jalar sebesar 0,48 ton/ha/tahun.
Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaan hijauan yang lebih
ekonomis dan murah. Padang penggembalaan merupakan tanaman hijauan yang
secara langsung bisa dimakan oleh hewan. Padang penggembalaan tersebut bisa
terdiri dari rumput seluruhnya atau leguminosa saja atau campuran keduanya agar
Sapi-sapi dara atau dewasa yang digemukkan ataupun sapi-sapi perah
biasanya merumput di padang penggembalaan selama musim penghujan, pada saat
tanaman tumbuh baik. Hanya kualitas pangan yang baiklah yang mampu
memperbaiki produk serta mutu terhadap sapi potong ataupun sapi perah dan
pekerja, sehingga sapi-sapi tersebut akan menghasilkan daging dan susu yang tinggi
serta tenaga kerja yang tangguh (Aak, 1983).
Tanaman Tahunan
Nyatoh merupakan tumbuhan asli yang tumbuh tersebar di seluruh Indonesia.
Jenis ini tumbuh pada tanah berawa dan sebagian pada tanah kering, dengan jenis
tanah liat atau tanah pasir, di daerah banyak hujan pada ketinggian 20-500 mdpl
(Martawijaya et al., 1981). Nyatoh (Palaquium sp.) termasuk ke dalam famili
Sapotacea. Pohon nyatoh berbuah setiap tahun pada bulan Desember sampai dengan
Maret.
Matoa (Pometia pinnata Forst.) merupakan salah satu tumbuhan tingkat
tinggi yang tumbuh endemic, terutama di daerah Papua (Indonesia) dan Negara
Papua New Guinea (PNG). Tanaman ini dapat tumbuh mencapai ketinggian sekitar
50 meter dengan diameter 2 meter. Tanaman matoa cukup mendominasi di kawasan
hutan Entrop, yang termasuk kawasan penyangga cagar alam pegunungan Cycloops,
Jayapura. Tanaman ini banyak diburu oleh masyarakat karena mempunyai banyak
fungsi. Selain kayunya yang berpotensi untuk bahan bangunan, daun dan buahnya
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Walau tidak mempunyai persyaratan khusus dalam pertumbuhannya,
tanaman matoa akan terhambat pertumbuhannya jika ditanam pada tanah-tanah
marginal padahal tanaman ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman reboisasi
lahan marginal yang produktif, sehingga perlu dicari teknologi alternatif yang mudah
untuk dilakukan, relatif murah dan tidak mencemari ingkungan sebagai upaya untuk
meningkatkan produksi dalam sistem pertanian, perkebunan dan kehutanan pada
lahan-lahan marginal (Suharno dan Supeni, 2008).
Acacia villosa termasuk dalam famili Leguminose dengan subfamili
Mimosidae. Genus Acacia villosa memiliki banyak jenis, diantaranya A. villosa dan
A. angussitima. Sinonim dari Acacia villosa adalah Mimosa glauca, Acacia glauca,
hutan gundul serta dijadikan tanaman hias dan pupuk hijau, selain itu dapat juga
digunakan sebagai kayu bakar dan bahan dasar pembuat peralatan rumah tangga.
Acacia villosa mengandung protein yang tinggi yaitu 22-28%, sehingga sangat
potensial sebagai sumber protein ternak. Pemberian A. villosa dalam jumlah besar
terkendala karena mengandung senyawa asam amino nonprotein (AANP) dan tanin
yang bersifat toksik dan anti nutrisi (Wina dan Tangendjaja, 2000). A. villosa
memiliki kandungan senyawa antinutrisi yang meliputi senyawa fenol 6,6%, tannin
3,71%, saponin 0,52% dan asam amino non-protein (AANP) 2,88%
(Jukema dan Danimihardja, 1997).
Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua setelah
padi; yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena hampir
keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Jumlah kebutuhan jagung di
Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam jumlah yang cukup tinggi karena
adanya permintaan dari industri pakan ternak (Departemen Pertanian, 2007). Jagung
merupakan sumber energi dan penyusun utama dalam campuran pakan untuk ayam
pedaging (50% dalam ransum), juga digunakan sebagai sumber energi dalam pakan
konsentrat untuk ternak non ruminansia lainnya seperti babi dan di negara Amerika
sebagai bahan pakan ruminansia (Cooke et al., 2008).
Ada beberapa macam jerami tanaman jagung dan produk samping industri
berbasis jagung. Menurut Tangendjaja dan Elizabeth (2007), di Indonesia dikenal
istilah lokal untuk beberapa limbah tanaman dan industri jagung, yaitu:
Tebon jagung, yaitu seluruh tanaman termasuk batang, daun, dan buah jagung muda yang dicacah dan diberikan langsung kepada ternak. Cacahan jagung
juga dibuat silase.
Jerami jagung (brangkasan), yaitu bagian batang dan daun jagung yang dibiarkan kering di ladang dan dipanen pada saat tongkol dipetik.
Kulit buah jagung, biasanya dibuang. Kulit jagung manis potensial untuk
dijadikan silase karena kadar gulanya cukup tinggi.
Tongkol jagung (janggel), yaitu bagian dari buah jagung setelah biji dipipil. Penggunaan jerami tanaman jagung sebagai pakan dalam bentuk segar adalah
cukup melimpah maka sebaiknya disimpan untuk stok pakan pada saat musim
kemarau panjang atau saat kekurangan pakan hijauan. Sebagian jerami jagung
diproses atau disimpan dengan cara dibuat hay (menjadi jerami jagung kering) atau
diawetkan dalam bentuk silase sebagai pakan cadangan (Mccutcheon dan Samples,
2002). Asumsi produksi jagung yang akan digunakan untuk menghitung komoditi
pada wilayah Bomberay ialah 3,42 ton/ha/tahun, jerami jagung sebesar 7
ton/ha/tahun, sedangkan silase jagung sebesar 10 ton/ha/tahun.
Tabel 7. Proporsi Jerami Tanaman Jagung, Kadar Protein Kasar dan Nilai
Sumber: Mccutcheon dan Samples (2002); Wilson et al. (2004)
Jerami perkebunan jagung mengandung kadar protein dan karotenoid yang
rendah dan kadar serat yang tinggi. Bila jerami perkebunan ini diberikan kepada
ternak tanpa disuplementasi atau diberi perlakuan sebelumnya maka nutrisi jerami ini
tidak akan cukup untuk mempertahankan kondisi ternak. Hal tersebut dapat diatasi
dengan cara mencampurkan jerami jagung dengan leguminosa sebagai sumber
protein ketika akan diberikan ke ternak atau bila hendak dibuat silase
MATERI DAN METODE
Materi
Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peta arahan penggunaan
lahan kawasan agropolitan pertanian terpadu daerah Bomberay. Peta ini didapat dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Cimanggu. Kawasan
Bomberay dibagi menjadi 5 klaster berdasarkan top soil. Peta yang dipakai dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 (peta arahan Kawasan Bomberay secara
keseluruhan), Gambar 4 (peta arahan Kawasan Bomberay klaster 1), Gambar 5 (peta
arahan Kawasan Bomberay klaster 2), Gambar 6 (peta arahan Kawasan Bomberay
klaster 3), Gambar 7 (peta arahan Kawasan Bomberay klaster 4) dan Gambar 8 (peta
arahan Kawasan Bomberay klaster 5).
Gambar 3. Peta Arahan Kawasan Bomberay secara Keseluruhan
Gambar 4. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 1
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 5. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 2
Gambar 6. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 3
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 7. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 4
Gambar 8. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 5
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Alat
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dan aplikasi microsoft
excel serta microsoft word.
Prosedur
Peta arahan penggunaan lahan dijadikan acuan untuk membuat suatu
perencanaan penyediaan hijauan pakan ternak. Perencanaan penyediaan hijauan
pakan dibuat berdasarkan tanaman apa saja yang akan ditanam di daerah tersebut.
Bahan baku pakan yang dipakai dalam perencanaan penyediaan hijauan pakan ini
bisa berasal dari produk utama tanaman ataupun jerami tanaman pertanian. Asumsi
produksi dan limbah tanaman didapat dengan cara studi literatur. Pengerjaan
perencanaan dilakukan menggunakan microsoft excel. Perhitungan dilakukan dengan
metode Nell and Rollinson sebagai berikut:
Potensi produksi tanaman
Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi
tanaman yang akan ditanam dan dikembangkan di Kawasan Bomberay. Perhitungan
Potensi produksi tanaman = asumsi produksi
hektar x luas lahan tanam
Potensi produksi limbah tanaman
Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi
limbah tanaman yang akan dihasilkan di Kawasan Bomberay. Perhitungan potensi
produksi limbah tanaman dilakukan menggunakan rumus:
Potensi jerami tanaman = asumsi produksi jerami
hektar x luas lahan tanam Kapasitas tampung (KT)
Setelah mendapatkan hasil perhitungan potensi produksi, dilakukan
penghitungan kapasitas tampung ternak CCO berdasarkan potensi produksi limbah
tanaman yang telah dihitung sebelumnya. Pakan yang digunakan dalam pembibitan
(CCO) berupa rumput di padang penggembalaan dan limbah tanaman jagung,
kedelai, padi sawah dan silvopastra. Penghitungan kapasitas tampung ternak CCO ini
dihitung untuk mengetahui jumlah ternak yang dapat ditampung di Kawasan
Bomberay dengan rumus:
Kapasitas Tampung (KT) = potensi produksi limbah x 1000
6,29 x 365
KT untuk tanaman tahunan = 0,02 x luas hutan x 15 ton BK/ha/thn
KT untuk lahan konservasi = 0,02 x luas hutan x 15 ton BK/ha/thn
Kapasitas produksi ransum
Penyusunan ransum untuk pakan ternak penggemukan (VBC dan VFC)
menggunakan pakan complete feed yang disusun dari jagung, silase jagung, dedak
halus, serat sawit, lumpur sawit dan bungkil inti sawit. Susunan ransum yang
digunakan dapata dilihat pada Tabel 8. Ransum disusun menggunakan metode trial
and error. Ransum yang disusun mengandung Protein Kasar 11,45% dan Total
Digestable Nutrien 64,22%, kemudian jumlah ransum yang dibuat disesuaikan
jumlahnya dengan jumlah bahan pakan yang tersedia. Kapasitas produksi ransum
dapat dihitung dengan rumus:
Table 8. Susunan Ransum Pakan Sapi (%)
Kapasitas tampung (KT) berdasarkan produksi ransum
Jumlah ransum yang dibuat disesuaikan jumlahnya dengan jumlah bahan
pakan yang tersedia. Hal ini dilakukan dengan melihat bahan baku tersedia yang
paling sedikit sebagai patokan dalam pembuatan ransum dan dilakukan penghitungan
kapasitas tampung dengan rumus:
Kapasitas tampung = jumlah kapasitas produksi ransum
kebutuhan pakan harian x 365
Jumlah ternak VBC dan VFC
Hasil dari kapasitas tamping berdasarkan produksi ransum dapat dilakukan
penghitungan untuk mengetahui jumlah VBC dan VFC dengan rumus:
Jumlah ternak VBC = Totak kapasitas tampung berdasarkan ransum x 0,03
HASIL DAN PEMBAHASAN
Citra digital (image atau scene) merupakan representasi dua dimensi dari
suatu objek di dunia nyata. Khusus pada bidang remote sensing (dan pengolahan
citra dijital), citra merupakan gambaran sebagian permukaan bumi sebagaimana
terlihat dari ruang angkasa (satelit) atau dari udara (pesawat terbang).
Hasil citra satelit yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat di Cimanggu mengelompokkan wilayah Bomberay menjadi
lima klaster yang dibagi berdasarkan top soil sebagai bahan acuan arahan
pengembangannya. Kawasan Bomberay ini mempunyai luas sebesar 193.992 ha dan
akan dijadikan sebagai kawasan agropolitan pertanian terpadu.
Secara garis besar, kawasan Bomberay ini akan ditanami beberapa tanaman
arahan untuk pengembangan komoditas pertanian. Sebagian besar kawasan ini cocok
untuk ditanami tanaman utama pala dengan tanaman alternatif kelapa sawit yang luas
keseluruhannya mencapai 57.433 ha.
Tabel 9. Luas Kawasan Bomberay berdasarkan Klaster
Bagian Luas Kawasan (ha)
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Selain tanaman perkebunan tersebut, kawasan ini memilik padang rumput
yang cukup luas yaitu sebesar 46.217 ha. Tanaman pangan seperti padi sawah dan
jagung pun cocok untuk ditanami di kawasan ini dengan luas 32.973 ha. Sebanyak
25.134 ha dapat ditanami tanaman acasia, benuang, nyatoh dan matoa. Singkong, ubi
jalar dan pakan ternak pun mempunyai cukup ruang penanaman seluas 17.278 ha.
Klaster 1
Gambaran umum daerah
Klaster 1 mempunyai luas keseluruhan sebesar 45.355 ha. Sebagian besar
kawasan ini merupakan lahan yang baik digunakan sebagai padang rumput, yaitu
seluas 18.767 ha.
Tabel 10. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 1
Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas
ha %
TP Padi sawah/Jagung 13.217 29,14
TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan Ternak/Sawit 2.853 6,29
PR Padang Rumput 18.767 41,38
PL Pala/Sawit 4.737 10,44
KK Kawasan Konservasi 5.781 12,75
J u m l a h 45.355 100,00
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Kawasan ini merupakan kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan
tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung yang dapat ditanam pada lahan seluas
13.217 ha. Daerah tepi Klaster 1 ini sebaiknya digunakan sebagai kawasan
konservasi yang memiliki luas sebesar 5.781 ha. Sebesar 4.737 ha dapat ditanami
tanaman perkebunan seperti pala dan kelapa sawit. Singkong, ubi jalar dan pakan
ternak pun mempunyai cukup ruang penanaman, yaitu seluas 2.853 ha.
Potensi produksi lahan
Lahan pada klaster ini digunakan untuk menanam padi sawah, jagung,
singkong, umbi jalar dan kelapa sawit, kemudian terdapat lahan yang merupakan
kawasan konservasi dan padang rumput. Penghitungan potensi produksi dan
kapasitas tampung pada klaster 1 dapat dilihat pada Tabel 11.
Padang rumput, yang ditandai dengan tanda PR, merupakan lahan terluas
pada klaster ini, yaitu seluas 18.767 ha. Padang rumput memiliki kapasitas tampung
ternak sebanyak 0,35 ST/ha, sehingga total kapasitas tampung ternak pada padang
Tabel 10. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 1
Simbol Komoditi Luas Produksi
(ton/ha) Total (ton/tahun)
Produksi jerami (ton/ha)
Produksi jerami total (ton BK/tahun)
KT/ha(ST) Total KT(ST)
TP Padi 5.286,8 3,500 37.007,600 6,25 66.085,000 - 28.784,546
Dedak padi - 0,525 5.551,140 - - - -
Jagung 7.930,2 3,420 27.121,284 7,00 55.511,400 24.179,019
Silase jagung - 10,000 79.302,000 - - - -
TJ Jagung 2.055,9 3,420 7.031,178 7,00 14.391,300 - 6.268,397
Silase jagung - 10,000 20.559,000 - - - -
Singkong 655,9 6,559 4.302,048 1,00 655,900 285,689
Onggok - 2,702 1.772,242 - - - -
Umbi jalar 141,2 4,320 609,984 0,48 67,776 - 29,521
PR Penggembalaan 18.767,0 - - - - 0,35 6.568,450
PL Bungkil inti sawit 4.737,0 0,248 587,388 - - - -
Lumpur sawit - 3,124 7.399,194 - - - -
Serat sawit - 3,016 7.143,396 - - - -
KK Konservasi 5.781,0 - - - 1.734,300 - 755,406
Lahan dengan tanda TP dengan total luas lahan 13.217 ha akan ditanami padi
dan jagung. Penanaman padi dilakukan dua kali dalam setahun pada lahan seluas
5.286,8 ha. Setiap tahun lahan ini dapat memproduksi padi sebanyak 37.007,6
ton/tahun, jerami padi sebanyak 66.085 ton/tahun serta dedak padi sebanyak
5.551,14 ton/tahun. Berdasarkan hasil tersebut, lahan ini diasumsikan dapat
menampung ternak sebanyak 28.784,546 ST.
Penanaman jagung dilakukan dua kali setiap tahunnya pada lahan seluas
7.930,2 ha, masing-masing untuk produksi jagung pipil dilakukan satu kali
penanaman setiap tahun dan untuk produksi silase jagung satu kali penanaman setiap
tahun. Setiap tahun lahan ini bisa memproduksi jagung sebanyak 27.121,284
ton/tahun dan menghasilkan jerami sebanyak 55.511,4 ton/tahun, sedangkan
produksi tanaman jagung khusus untuk dijadikan silase jagung sebanyak 79.302
ton/tahun. Berdasarkan hasil tersebut, lahan ini diasumsikan dapat menampung
ternak sebanyak 24.179,019 ST.
Tabel 12. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 1
Potensi Produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)
Jagung pipil 34.152,462 9.986,1
Silase jagung 99.861,000 9.986,1
Padang rumput 15.080,176 18.767,0
Jerami jagung 69.902,700 9.986,1
Bungkil inti sawit 587,388 4.737,0
Singkong 4.302,048 655,9
Onggok 1.772,242 655,9
Jerami singkong 655,900 655,9
Umbi jalar 609,984 141,2
Jerami umbi jalar 67,776 141,2
Padi 37.007,600 5.286,8
Dedak padi 5.551,140 5.286,8
Jerami padi 66.085 5.286,8
Lumpur sawit 7.399,194 4.737,0
Kapasitas tampung lahan
Ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang terdapat pada Klaster 1 ini,
maka didapatkan kapasitas tampung sebanyak 1.341,07 ST.
Tabel 13. Jumlah kapasitas tampung berdasarkan kapasitas produksi ransum pada klaster 1
rumput, jerami jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami
padi dan jerami umbi jalar sebagai bahan pakan seperti ditunjukkan pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah kapasitas tampung CCO pada klaster 1
CCO KT
Klaster 1 dapat menghasilkan CCO sebanyak 66.871,029 ST, VBC sebanyak
Klaster 2
Gambaran umum daerah
Klaster 2 mempunyai luas keseluruhan sebesar 22.784 ha. Sebagian besar
kawasan ini merupakan lahan yang baik digunakan untuk ditanami tanaman
perkebunan seperti pala dan kelapa sawit, yaitu sebesar 6.567 ha, dan baik untuk
ditanami tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung, yaitu sebesar 6.409 ha.
Tabel 15. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 2
Simbol Arahan Pengembangan Luas
Lahan ha %
TP Padi Sawah/Jagung 6.409 28,13
TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan ternak/Sawit 5.323 23,36
PL Pala/Sawit 6.567 28,82
TK Acasia/Benuang/Nyatoh/Matoa 832 3,65
KK Kawasan Konservasi 3.653 16,03
J u m l a h 22.784 100,00
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Selain itu kawasan ini juga merupakan kawasan yang sangat potensial untuk
dikembangkan tanaman singkong, ubi jalar dan pakan ternak yang dapat ditanam
pada lahan seluas 5.323 ha. Pada daerah tepi Klaster 2 ini sebaiknya digunakan
sebagai kawasan konservasi yang memiliki luas sebesar 3.653 ha. Sebanyak 832 ha
dapat ditanami tanaman acasia, benuang, nyatoh dan matoa.
Potensi produksi lahan
Lahan pada klaster ini digunakan untuk menanam padi sawah, jagung,
singkong, umbi jalar dan kelapa sawit, kemudian terdapat lahan yang merupakan
tanaman tahunan dan kawasan konservasi. Penghitungan potensi produksi dan
Tabel 16. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 2
Simbol Komoditi Luas Produksi
(ton/ha) Total (ton/tahun)
Produksi jerami (ton/ha)
Produksi jerami total (ton BK/tahun)
KT/ha(ST) Total KT(ST)
TP Padi 2.563,6 3,500 17.945,200 6,25 32.045,000 - 13.957,793
Dedak padi - 0,525 2.691,780 - - - -
Jagung 3.845,4 3,420 13.151,268 7,00 26.917,800 - 11.724,546
Silase jagung - 10,000 38.454,000 - - - -
TJ Jagung 1.596,9 3,420 5.461,398 7,00 11.178,300 - 4.868,916
Silase jagung - 10,000 15.969,000 - - - -
Singkong 1.596,9 6,559 10.474,067 1,00 1.596,900 - 695,559
Onggok - 2,702 4.314,824 - - - -
Umbi jalar 2.129,2 4,320 9.198,144 0,48 1.022,016 - 445,158
PL Bungkil Inti sawit 6.567,0 0,248 814,308 - - - -
Lumpur sawit - 3,124 10.553,169 - - - -
Serat sawit - 3,016 9.903,036 - - - -
TK Tanaman tahunan 832,0 - - - 249,600 - 108,718
KK Konservasi 3.653,0 - - - 1.095,900 - 477,340
Lahan dengan tanda PL seluas 6.567 ha, yang merupakan lahan terluas pada
klaster ini, akan ditanami tanaman kelapa sawit yang dapat berproduksi hingga 50%.
Tanaman ini diasumsikan dapat menghasilkan bungkil inti sawit sebanyak 0,248
ton/ha, lumpur sawit sebanyak 3,124 ton/ha dan serat sawit sebanyak 3,016 ton/ha.
Setiap tahun lahan ini dapat memproduksi bungkil inti sawit sebanyak 814,308
ton/tahun, lumpur sawit sebanyak 10.553,169 ton/tahun dan serat sawit sebanyak
9.903,036 ton/tahun.
Lahan dengan tanda TP dengan total luas lahan 6.409 ha merupakan lahan
kedua terluas pada klaster ini. Lahan ini akan ditanamai padi dan jagung. Penanaman
padi dilakukan dua kali dalam setahun pada lahan seluas 2.563,6 ha. Setiap tahun
lahan ini dapat memproduksi padi sebanyak 17.945,2 ton/tahun, jerami padi
sebanyak 32.045 ton/tahun serta dedak padi sebanyak 2.691,78 ton/tahun.
Berdasarkan hasil tersebut, lahan ini diasumsikan dapat menampung ternak sebanyak
13.957,793 ST.
Tabel 17. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 2
Total Potensi Produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)
Jagung pipil 18.612,666 5.442,3
Silase jagung 54.423,000 5.442,3
Dedak halus 2.691,780 2.563,6
Padi 17.945,200 2.563,6
Bungkil inti sawit 814,308 6.567,0
Jerami jagung 38.096,100 5.442,3
Jerami padi 32.045,000 2.563,6
Singkong 10.474,067 1.596,9
Onggok 4.314,824 1.596,9
Umbi jalar 9.198,144 2.129,2
Jerami umbi jalar 1.022,016 2.129,2
Jerami singkong 1.596,900 1.596,9
Lumpur sawit 10.553,169 6.567,0
Serat sawit 9.903,036 6.567,0
Penanaman jagung dilakukan dua kali setiap tahunnya, masing-masing untuk
silase jagung satu kali penanaman setiap tahun. Luas lahan untuk penanaman ini
ialah 3.845,4 hektar. Setiap tahun lahan ini bisa memproduksi jagung sebanyak
13.151,268 ton/tahun dan menghasilkan jerami sebanyak 26.917,8 ton/tahun,
sedangkan produksi tanaman jagung khusus untuk dijadikan silase jagung sebanyak
38.454 ton/tahun. Hasil yang didapat tersebut dapat diasumsikan bahwa lahan ini
dapat menampung ternak sebanyak 11.724,546 ST.
Kapasitas tampung lahan
Komoditi-komoditi yang terdapat pada Klaster 2 dapat dibuat ransum untuk
penggemukan sapi. Berdasarkan ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang
terdapat pada Klaster 2 ini, maka kapasitas tampung yang didapat ialah sebanyak
1.859,15 ST.
Tabel 18. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi Ransum pada Klaster 2
Formulasi Penggunaan Produksi (ton)
Kapasitas produksi
ransum (kg) KT
Lumpur sawit 10 10.553,169 814,31
Bungkil inti sawit 10 814,308 814,31
Silase jagung 45 54.423,000 3.664,40
Serat sawit 5 9.903,036 407,15
Dedak padi 20 2.691,780 1.628,62
Jagung 10 18.612,666 814,31
8.143,08 1.859,15
CCO atau pembibitan dan pembesaran sapi potong secara ekstensif yang
dihasilkan pada Klaster 2 berjumlah 32.278,03 ST dengan menggunakan jerami
jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami padi dan jerami
Tabel 19. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 2
557,745 ST dan VFC sebanyak 1.301,405 ST.
Klaster 3
Gambaran umum daerah
Klaster 3 mempunyai luas keseluruhan sebesar 26.851 ha yang sebagian besar
kawasan ini merupakan padang rumput seluas 16.363 ha.
Tabel 20. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 3
Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas
ha %
TP Padi sawah/Jagung 2.749 10,24
TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan ternak/Sawit 470 1,75
PL Pala/Sawit 2.905 10,82
TK Acasia/Benuang/Nyatoh/Matoa 3.124 11,63
KK Kawasan konservasi 1.235 4,60
PR Padang rumput 16.368 61,00
Jumlah 26.851 100,00
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Sebesar 3.124 ha dapat ditumbuhi tanaman acasia, banuang, nyatoh dan
matoa. Selain itu kawasan ini juga merupakan kawasan yang sangat potensial untuk
dikembangkan tanaman perkebunan seperti pala dan kelapa sawit, yaitu sebesar
2.905 ha, serta tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung, yaitu sebesar 2.749
memiliki luas sebesar 1.235 ha. Sebanyak 470 ha dapat ditanami tanaman singkong,
ubi jalar dan pakan ternak.
Potensi produksi lahan
Lahan pada Klaster ini digunakan untuk menanam padi sawah, jagung,
singkong, umbi jalar dan kelapa sawit, kemudian terdapat lahan yang merupakan
tanaman tahunan, kawasan konservasi dan padang rumput. Penghitungan potensi
produksi dan kapasitas tampung pada Klaster 3 dapat dilihat pada Tabel 22.
Lahan dengan tanda PR seluas 16.368 ha merupakan padang rumput. Padang
rumput memiliki kapasitas tampung ternak sebanyak 0,35 ST/ha. Lahan ini
merupakan lahan terluas pada klaster ini sehingga total kapasitas tampung ternak
sebanyak 5.728,8 ST. Potensi produksi lahan pada Klaster 3 dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 21. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 3
Potensi produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)
Jagung pipil 6.123,168 1.790,4
Silase jagung 17.904,000 1.790,4
Dedak halus 1.154,580 1.099,6
Padi 7.697,200 1.099,6
Padang rumput 2.495,285 16.368,0
Jerami jagung 12.532,800 1.790,4
Jerami padi 13.745,000 1.099,6
Bungkil inti swit 360,220 2.905,0
Lumpur sawit 4.668,335 2.905,0
Serat sawit 4.381,321 2.905,0
Singkong 924,819 141,0
Jerami singkong 141,000 141,0
Onggok 380,982 141,0
Umbi jalar 812,160 188,0
Tabel 22. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 3
Simbol Komoditi Luas Produksi
Tanda TK dan TT merupakan tanda untuk tanaman tahunan dan kawasan
konservasi. Dua persen hasil dari tanaman tahunan dan kawasan konservasi
diasumsikan setara dengan 15 ton BK dikalikan dengan luas lahan yang ditanami
tanaman tahunan atau kawasan konservasi. Tanaman tahunan menghasilkan limbah
sebanyak sebanyak 937,2 ton/tahun pada lahan seluas 3.124 hektar, sedangkan untuk
lahan yang merupakan kawasan konservasi dapat menghasilkan limbah sebanyak
370,5 ton/tahun pada lahan seluas 1.235 hektar. Kapasitas tampung dari lahan yang
ditanami tanaman tahunan sebanyak 408,215 ST dan dari lahan yang merupakan
kawasan konservasi sebanyak 161,378 ST.
Kapasitas tampung lahan
Berdasarkan ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang terdapat pada
klaster 3 ini, maka kapasitas tampung yang didapat ialah sebanyak 822,42 ST.
Tabel 23. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi Ransum pada Klaster 3
Silase jagung 45 17.904,000 1.620,99
Serat sawit 5 4.381,321 180,11
Dedak padi 20 1.154,580 720,44
Jagung 10 6.123,168 360,22
3.602,20 822,420
CCO atau pembibitan dan pembesaran sapi potong secara ekstensif yang
dihasilkan pada Klaster 3 berjumlah 27.982,841 ST dengan menggunakan padang
rumput, jerami jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami
Tabel 24. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 3
Klaster 3 dapat menghasilkan CCO sebanyak 17.844,896 ST, VBC sebanyak
246,726 ST dan VFC sebanyak 575,694 ST.
Klaster 4
Gambaran umum daerah
Klaster 4 merupakan kawasan yang paling luas pada kawasan Bomberay ini,
yaitu sebesar 52.665 ha. Sebesar 19.840 ha dapat ditumbuhi tanaman perkebunan
seperti pala dan kelapa sawit. Kawasan ini pun mempunyai lahan yang bisa
digunakan sebagai padang rumput, yaitu sekitar 11.071 ha.
Tabel 25. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 4
Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas
ha %
TP Padi sawah/Jagung 9.836 18,68
TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan ternak/Sawit 5.995 11,39
PL Pala/Sawit 19.840 37,68
TK Acasia/Benuang/Nyatoh/Matoa 4.872 9,25
KK Kawasan konservasi 1.041 1,98
PR Padang rumput 11.071 21,03
Jumlah 52.655 100,00
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung dapat ditumbuhi di kawasan
ini dengan luas 9.836 ha. Selain itu kawasan ini juga merupakan kawasan yang
sangat potensial untuk dikembangkan tanaman singkong, ubi jalar dan pakan ternak,
sebesar 4.872 ha. Daerah tepi Klaster 4 ini sebaiknya digunakan sebagai kawasan
konservasi yang memiliki luas sebesar 1.041 ha.
Potensi produksi lahan
Klaster 4 merupakan kawasan yang paling luas pada kawasan Bomberay ini,
yaitu sebesar 52.665 ha. Penghitungan potensi produksi dan kapasitas tampung pada
klaster 4 dapat dilihat pada Tabel 27.
Lahan dengan tanda PL akan ditanami tanaman kelapa sawit. Penanaman
kelapa sawit dilakukan pada lahan seluas 19.840 ha dengan asumsi dapat
memproduksi hingga 50%. Tanaman ini diasumsikan dapat menghasilkan bungkil
inti sawit sebanyak 0,248 ton/ha, lumpur sawit sebanyak 3,124 ton/ha dan serat sawit
sebanyak 3,016 ton/ha. Setiap tahun lahan ini dapat memproduksi bungkil inti sawit
sebanyak 2.460,16 ton/tahun, lumpur sawit sebanyak 31.882,88 ton/tahun dan serat
sawit sebanyak 29.918,72 ton/tahun. Potensi produksi lahan pada Klaster 4 dapat
dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 4
Potensi produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)
Jagung pipil 26.334,342 7.700,1
Silase jagung 77.001,000 7.700,1
Dedak halus 4.131,120 3.934,4
Padi 27.540,800 3.934,4
Padang rumput 1.687,763 11.071,0
Jerami jagung 53.900,700 7.700,1
Bungkil inti sawit 2.460,160 19.840,0
Jerami padi 49.180,000 3.934,4
Singkong 11.796,362 1.798,5
Onggok 4.859,547 1.798,5
Umbi jalar 10.359,360 2.398,0
Jerami umbi jalar 1.151,040 2.398,0
Jerami singkong 1.798,500 1.798,5
Lumpur sawit 31.882,880 19.840,0
Tabel 27. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 4
Simbol Komoditi Luas Produksi
(ton/ha) Total (ton/tahun)
Produksi jerami (ton/ha)
Produksi jerami total (ton BK/tahun)
KT/ha(ST) Total KT(ST)
TP Padi 3.934,4 3,500 27.540,800 6,25 49.180,00 - 21.421,260
Dedak padi - 0,525 4.131,120 - - - -
Jagung 5.901,6 3,420 20.183,472 7,00 41.311,20 - 17.993,858
Silase jagung - 10,000 59.016,000 - - - -
TJ Jagung 1.798,5 3,420 6.150,870 7,00 12.589,50 - 5.483,590
Silase jagung - 10,000 17.985,000 - - - -
Singkong 1.798,5 6,559 11.796,362 1,00 1.798,50 - 783,370
Onggok - 2,702 4.859,547 - - - -
Umbi jalar 2.398,0 4,320 10.359,360 0,48 1.151,04 - 501,357
PL Bungkil inti sawit 19.840,0 0,248 2.460,160 - - - -
Lumpur sawit - 3,124 31.882,880 - - - -
Serat sawit - 3,016 29.918,720 - - - -
TK Tanaman Tahunan 4.872,0 - - - 1.461,60 - 636,627
KK Konservasi 1.041,0 - - - 312,30 - 136,028
PR Padang rumput 11.071,0 - - - - 0,350 3.874,850
Lahan dengan tanda PR seluas 11.071 ha merupakan padang rumput. Padang
rumput memiliki kapasitas tampung ternak sebanyak 0,35 ST/ha, sehingga total
kapasitas tampung ternak pada padang rumput sebanyak 3.874,85 ST.
Kapasitas tampung lahan
Kapasitas tampung yang didapat ialah sebanyak 5.616,8 ST berdasarkan
ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang terdapat pada Klaster ini.
Tabel 28. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi Ransum pada Klaster 4
Formulasi Penggunaan Produksi
(ton)
Kapasitas produksi
ransum (kg) KT
Lumpur sawit 10 31.882,880 2.460,16
Bungkil inti sawit 10 2.460,160 2.460,16
Silase jagung 45 77.001,000 11.070,72
Serat sawit 5 29.918,720 1.230,08
Dedak padi 20 4.131,120 4.920,32
Jagung 10 26.334,342 2.460,16
24.601,60 5.616,8
CCO atau pembibitan dan pembesaran sapi potong secara ekstensif yang
dihasilkan pada Klaster 4 berjumlah 50.830,94 ST dengan menggunakan padang
rumput, jerami jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami
padi dan jerami umbi jalar sebagai bahan pakan.
Tabel 29. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 4
Klaster 4 dapat menghasilkan CCO sebanyak 50.830,94 ST, VBC sebanyak
1.685,041 ST dan VFC sebanyak 3.931,763 ST.
Klaster 5
Gambaran umum daerah
Klaster 5 pada kawasan Bomberay dapat dilihat pada Tabel 30. Klaster 5
mempunyai luas kawasan sebesar 46.347 ha. Sebagian besar kawasan ini merupakan
lahan yang bisa ditanami tanaman perkebunan seperti pala dan kelapa sawit, yaitu
seluas 23.384 ha.
Tabel 30. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay Klaster 5
Simbol Arahan Pengembangan Lahan Luas
ha %
TP Padi sawah/Jagung 0,761 1,64
TJ Jagung/Singkong/Umbi jalar/Pala/Pakan ternak/Sawit 2,636 5,69
PL Pala/Sawit 23,384 50,45
TK Acasia/Benuang/Nyatoh/Matoa 16,307 35,18
KK Kawasan konservasi 3,249 7,01
PR Padang rumput 0,100 0,01
Jumlah 46,437 100,00
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Kawasan ini pun mempunyai lahan yang bisa ditanami tanaman acasia,
benuang, nyatoh dan matoa, yaitu seluas 16.307 ha. Kawasan konservasi memiliki
luas sebesar 3.249 ha yang letaknya menyebar di tepi dan di tengah kawasan.
Tanaman pangan seperti padi sawah dan jagung dapat ditumbuhi di kawasan ini
dengan luas 761 ha. Padang rumput pada kawasan ini hanya mempunyai luas sebesar
10 ha.
Potensi produksi lahan
Lahan pada Klaster ini digunakan untuk menanam padi sawah, jagung,
singkong, umbi jalar, dan kelapa sawit, kemudian terdapat lahan yang merupakan
tanaman tahunan, kawasan konservasi dan padang rumput. Penghitungan potensi
Tabel 31. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung pada Klaster 5
Simbol Komoditi Luas Produksi
(ton/ha) Total (ton/tahun)
Produksi jerami (ton/ha)
Produksi jerami total (ton BK/tahun)
KT/ha(ST) Total KT(ST)
TP Padi 304,4 3,500 2.130,800 6,25 3.805,000 - 1.657,338
Dedak padi - 0,525 319,620 - - - -
Jagung 456,6 3,420 1.561,572 7,00 3.196,200 - 1.392,164
Silase jagung - 10,000 4.566,000 - - - -
TJ Jagung 790,8 3,420 2.704,536 7,00 5.535,600 - 2.411,133
Silase jagung - 10,000 7.908,000 - - - -
Singkong 790,8 6,559 5.186,857 1,00 790,800 - 344,448
Onggok - 2,702 2.136,742 - - - -
Umbi jalar 1.054,4 4,320 4.555,008 0,48 506,112 - 220,446
PL Bungkil inti sawit 23.384,0 0,248 2.899,616 - - - -
Lumpur sawit - 3,124 37.578,090 - - - -
Serat sawit - 3,016 35.267,750 - - - -
TK Tanaman Tahunan 16.307,0 - - - 4.892,100 - 2.130,845
KK Konservasi 3.249,0 - - - 974,700 - 424,549
PR Padang rumput 100,0 - - - - 0,350 35,000
Lahan dengan tanda PL akan ditanami tanaman kelapa sawit. Penanaman kelapa
sawit dilakukan pada lahan seluas 23.384 ha dengan asumsi dapat memproduksi hingga
50%. Tanaman ini diasumsikan dapat menghasilkan bungkil inti sawit sebanyak 0,248
ton/ha, lumpur sawit sebanyak 3,124 ton/ha dan serat sawit sebanyak 3,016 ton/ha.
Setiap tahun lahan ini dapat memproduksi bungkil inti sawit sebanyak 2.899,616
ton/tahun, lumpur sawit sebanyak 37.578,09 ton/tahun dan serat sawit sebanyak
35.267,75 ton/tahun.
Tanda TK dan TT merupakan tanda untuk tanaman tahunan dan kawasan
konservasi. Dua persen hasil dari tanaman tahunan dan kawasan konservasi diasumsikan
setara dengan 15 ton BK dikalikan dengan luas lahan yang ditanami tanaman tahunan
atau kawasan konservasi.
Tabel 32. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 5
Potensi produksi Produksi (ton/tahun) Luas (ha)
Jagung pipil 4.266,108 1.247,0
Silase jagung 12.474,000 1.247,0
Dedak padi 319,620 304,0
Padi 2.130,800 304,0
Padang rumput 15,245 100,0
Jerami jagung 5.535,600 791,0
Bungkil inti sawit 2.899,616 23.384,0
Jerami padi 3.805,000 304,0
Singkong 5.186,857 791,0
Onggok 2.136,742 791,0
Jerami singkong 790,800 791,0
Lumpur sawit 37.578,088 23.384,0
Serat sawit 35.267,749 23.384,0
Umbi jalar 4.555,008 1.054,4
Tanaman tahunan menghasilkan jerami sebanyak 4.892,1 ton/tahun pada lahan
seluas 16.307 ha, sedangkan untuk kawasan konservasi dapat menghasilkan jerami
sebanyak 974,7 ton/tahun pada lahan seluas 3.249 ha. Kapasitas tampung dari lahan
yang ditanami tanaman tahunan sebanyak 2.130,845 ST dan dari kawasan konservasi
sebanyak 424,549 ST.
Kapasitas tampung lahan
Komoditi-komoditi yang terdapat pada Klaster 5 dapat dibuat ransum untuk
pembibitan dan penggemukan sapi sehingga dihasilkan kapasitas tampung sebesar .
Berdasarkan ransum yang dibuat sesuai dengan komoditi yang terdapat pada Klaster 5
ini, maka kapasitas tampung yang didapat ialah sebanyak 6.620,128 ST.
Tabel 33. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi Ransum Pada Klaster 5
Formulasi Penggunaan Produksi (ton) Kapasitas produksi
ransum (kg) KT
Lumpur sawit 10 37.578,088 2.899,62
Bungkil inti sawit 10 2.899,616 2.899,62
Silase jagung 45 12.474,000 13.048,27
Serat sawit 5 35.267,749 1.449,81
Dedak padi 20 319,620 5.799,23
Jagung 10 4.266,108 2.899,62
28.996,20 6.620,128
CCO atau pembibitan dan pembesaran sapi potong secara ekstensif yang
dihasilkan pada Klaster 5 berjumlah 14.684,786 ST dengan menggunakan padang
rumput, jerami jagung, jerami singkong, silvipastora (kawasan konservasi), jerami padi