• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan konsep diri siswa dengan prestasi belajar PAI di SMP Islam Parung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan konsep diri siswa dengan prestasi belajar PAI di SMP Islam Parung"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN PRESTASI

BELAJAR PAI DI SMP ISLAM PARUNG

Oleh : Widya Rafika 1110011000028

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Widya Rafika, 2014. “Hubungan Konsep Diri Siswa dengan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Begeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri siswa dan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam. . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dilaksanakan di SMP Islam Parung dengan melibatkan 60 siswa kelas VII,VIII dan IX. Data konsep diri siswa ini dikumpulkan dengan angket (kuesioner), sedangkan data prestasi belajar diambil dari nilai raport semester ganjil . Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konstribusi kecenderungan konsep diri siswa dengan prestasi belajar PAI ditunjukan oleh hasil koofisien korelasi sebesar 0,6094, atau konsep diri meberikan konstribusi sebesar 37,14% terhadap prestasi belajar PAI siswa dan 62,85% ditentukan oleh faktor lain.

(6)

ii

of Islamic Education". Skripsi Department of Islamic Education, Faculty of Science and Teaching, Syarif Hidayatullah state Islamic university Jakarta. This study aims to determine the relationship between self-concept and achievement of students studying Islamic Education. , The method used in this research is method survey conducted in SMP Islam Parung involving 60 students of class VII, VIII and IX. The students' self-concept data collected by questionnaire (questionnaire), while the data is taken from the value of learning achievement semester report cards. These results indicate that the contribution of the tendency of self-concept of students with learning achievement PAI shown by the results of the correlation coefficient of 0.6094, or self-concept gave the contribution of 37.14% to the learning achievement of students and 62.85% PAI is determined by other factors.

(7)

iii

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Konsep Diri Siswa Dengan Prestasi Belajar Pendidkan Agama Islam”. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

keluarganya, sahabat-sahabtanya, serta para pengikutnya yang mengikuti dan

mengamalkan akan sunah-sunahnya.

Penulis menyadari, skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

menanamkan jasa dan kebaikan budi kepada penulis, diantaranya:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D , Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr.H.Abdul Majid Khon, M.Ag, Kepala Jurusan Pendidikan Agama

Islam

3. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Noor,MA, dosen pembimbing yang

bersedia meluangkan waktu dan senantiasa memberikan petunjuk, arahan,

bimbingan serta koreksi dengan penuh kesabaran sehingga mencapai hasil

yang maksimal.

4. Bapak Yayan Herdiyana Yazid ,S.Pd, kepala sekolah SMP Islam Parung,

Bapak Rahmat Mustofa, S.Ag , koordinator bidang kurikulum , guru-guru dan

staf sekolah serta siswa/i yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

5. Teristimewa kedua orang tuaku tersayang , Bapak Raida, SKM dan Mama

Siti Zulikah, pengorbanan dan untaian doa-doa yang tiada hentinya setiap

waktu. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga Allah

(8)

iv

7. Sahabat terbaik dan seperjuanganku, Maesaroh, Ismayanti, Renni Anggraeni,

Eva Fauziyah, Nur Fauziyah, Fitri Handayani, Khozinatun Masfufah, Fauzia

Hayatun Nufus dan Debby Utami Rizky terimakasih atas dukungan dan

tempat berbagi bertukar informasi selama proses penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman PAI-A . terimakasih atas kebersamaan dan keceriannya yang

selalu memberikan inspirasi dan semangad setiap hari selama perkuliahan.

Sampai jumpa dengan kesuksesan.

Demikianlah penulis ucapkan terimakasih kepada semuanya, semoga Allah

membalas semua kebaikan dan jasa-jasa yang telah diberikan pada penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah-lah penulis menggantungkan harapan memperoleh

(9)

v

ABSTRAK……….………...…..…..….i

KATA PENGANTAR………..……….…………...…...iii DAFTAR ISI………..………..…………..…..….v

DAFTAR TABEL………...………..……..vii

DAFTAR DIAGRAM………...…...……..viii

DAFTAR LAMPIRAN……….……...…....ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah……….………..…...…1

B. Identifikasi Masalah……….…………...5

C. Pembatasan Masalah………....……….….….…5

D. Perumusan Masalah……….….…..6

E. Tujuan Penelitian………...……..6

F. Manfaat Penelitian……….…….…6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Konsep Diri Siswa..………..….…………....….8

1. Pengertian Konsep Diri……….…..…....8

2. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif…………....……...…8

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri……..….…...10

4. Dimensi Konsep Diri………….………...……….……...11

B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ..…….………...…...13

1. Pengertian Prestasi Belajar……….….…………....…..…13

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar……….…...15

(10)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian………..………...….…...22

B. Tempat dan Waktu Penelitian……...………..………..……...…...…...23

C. Variabel Penelitian………...…………...…...23

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel………....…24

E. Teknik Pengumpulan Data……….……..….…..…...25

F. Uji Coba Instrumen………..………...……....……...29

G. Teknik Analisi Data…………..………..……….… …...31

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum objek penelitian………..…..36

B. Deskripsi data……….………...43

C. Pengujian persyaratan analisis………...48

D. Analisis data………..………….……..48

E. Pengujian hipotesis………..……….49

F. Pembahasan penelitian………...…….50

G. Keterbatasan studi………..………..…………54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………..……….55

B. Saran………...………..56

DAFTAR PUSTAKA……….………….…………..…...57

(11)

vii

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrument konsep diri……….…26

Tabel 3.2 Nilai Raport Ujian Tengah Semester SMP Islam Parun…...….27

Tabel 3.3 Interprestasi product moment……….…..…….33

Tabel 4.1 Data Kepala Sekolah SMP Islam Parung……….….36

Tabel 4.2 Keadaan Guru SMP Islam Parung 2013/2014…………...…...38

Tabel 4.3 Gambaran pendidikan Guru SMP Islam Parung..……….38

Tabel 4.4 Keadaan Siswa Tahun pelajaran 2013/2014…………..…...…39

Tabel 4.5 Prestasi Siswa Berdasarkan Nilai Ujian Nasional Masuk ……39

Tabel 4.6 Prestasi Siswa Berdasarkan Nilai Ujian Nasional Keluar…..…40

Tabel 4.7 Angka Mengulang Siswa ……….……40

Tabel 4.8 Keadaan Bangunan………...…..…...43

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Siswa………..……..44

Tabel 4.10 Interprestasi Konsep Diri Siswa………45

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar PAI………,.46

Tabel 4.12 Interprestasi Prestasi Belajar PAI Siswa……….…...47

Tabel 4.13 Hasil Uji Realibitas Konsep Diri Siswa…………..…………...48

Tabel 4.14 Hasil uji normalitas konsep diri siswa………….…….…...…..49

(12)

viii

Diagram I Diagram frekuensi konsep diri……….…45

(13)

ix

Lampiran 1 Kisi-kisi instrument konsep diri siswa...………….…….….…59

Lampiran 2 Kuesioner konsep diri siswa………...………..60

Lampiran 3 Nilai Raport………..63

Lampiran 4 Perhitungan Validitas konsep diri siswa………..65

Lampiran 5 Perhitungan realibitas instrument konsep diri siswa…………69

Lampiran 6 Perhitungan distribus frekuensii konsep diri siswa……….….71

Lampiran 7 Perhitungan distribusi frekuensi prestasi belajar PAI………..73

Lampiran 8 Uji normalitas konsep diri siswa.……….75

Lampiran 9 Perhitungan uji normalitas konsep diri siswa….………….….76

Lampiran 10 Uji normalitas prestasi belajar PAI……….……….77

Lampiran 11 Perhitungan uji normalitas prestasi belajar PAI.………….….78

Lampiran 12 Korelasi konsep diri dengan prestasi belajar PAI…….….…...79

Lampiran 13 Perhitunga korelasi konsep diri dengan prestasi belajar PA…81

Lampiran 14 Uji Signifikasi………..……….82

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kehidupan ini untuk

menentukan arah laju perjalanan suatu bangsa, generasi saat ini dan generasi yang

akan datang.

Oleh karena itu, kemajuan masyarakat modern dewasa ini, tidak mungkin

dapat dicapai tanpa kehadiran institusi pendidikan sebagai organisasi yang

menyelenggarakan pendidikan secara formal. Kegiatan pendidikan yang

berlangsung menempatkan institusi ini sebagai salah satu institusi sosial yang

tetap eksis sampai sekarang.

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang mempunyai

tujuan sebagaimana dijelaskan pula dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003,

Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 tentang dasar, fungsi dan tujuan

pendidikan yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradabab bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab1.

Proses pendidikan yang berlangsung, mempunyai ukuran standarisasi dalam

menilai sejauh mana pengetahuan dan keterampilan siswa tercapai. Secara umum

perwujudannya berupa nilai-nilai yang diperoleh siswa melalui proses belajar

mengajar.

1

(15)

“Pada umumumnya, sistem nilai yang ditekankan dalam dunia pendidikan adalah pencapaian prestasi belajar. Prestasi belajar ini selanjutnya yang akan dijadikan patokan perilaku yang harus dicapai siswa”2

.

Oleh karena itu dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal

yang sangat penting dan menjadi salah satu ukur keberhasilan pembelajaran.

Karena baik buruknya mutu pendidikan sering pula dikaitkan dengan tinggi

rendah prestasi belajar.

Prestasi belajar pada hakekatnya merupakan cermin dari usaha

belajar.Prestasi belajar ini merupakan hasil yang telah dicapai setelah siswa

mendapat pengajaran dalam waktu tertentu.Semakin baik usaha belajar semakin

baik pula prestasi yang dicapai. Dengan kata lain, prestasi siswa merupakan

cerminan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.

Namun pada kenyataannya tidak semua siswa berhasil mencapai prestasi

belajar yang telah ditetatapkan.Siswa yang berhasil mencapai prestasi belajar yang

telah ditetapkan akan dipandang sebagai siswa yang mempunyai kemampuan dan

usaha yang tinggi oleh guru dan siswa-siswa lain. Sebalikknya, siswa yang tidak

berhasil mecapai prestasi belajar telah ditetapkan akan dipandang sebagai siswa

yang yang tidak mempunyai kemampuan dan usaha.

Pandangan yang diberikan oleh guru maupun siswa lain merupakan

tanggapan yang sangat mempengaruhi pembentukan konsep diri siswa. Jika

Tanggapan yang diberikan adalah tanggapan yang positif, yaitu dengan

memandang siswa sebagai siswa yang mempunyai kemampuan dan usaha tinggi.

Hal itu akan membantu siswa untuk bersikap positif terhadap dirinya

sendiri.Sikap ini akan mempengaruhi pendekatan siswa dalam menghadapi

tugas-tugas di sekolah dan lebih jauh lagi akan mempengaruhi prestasi belajar

khususnya pada pelajaran PAI yang akan diteliti.

Hasil belajar yang baik berupa prestasi yang merupakan harapan bagi

siswa, orang tua dan juga guru. .Begitu juga dengan prestasi belajar agama di

SMP Islam Parung yang memiliki harapan agar siswa memiliki hasil yang baik ,

2

Clara R.Pudjigogyanti, “Konsep Diri Dalam Pendidikan”, (Jakarta: Arcan, 1988), Cet.1,

(16)

namun memperoleh prestasi belajar yang baik tidaklah mudah karena banyak

faktor yang berpengaruh didalamnya.

“Konsep diri (self-concept) merupakan salah satu dari beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar”3.Konsep diri yang

dimaksud adalah cara siswa memandang dirinya serta kemampuan yang

dimilikinya.

“Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan Psikososial peserta didik yang penting dipahami oleh seorang guru” 4

. Hal ini karena konsep

diri merupakan salah satu variable yang menentukan dalam proses pendidikan.

Banyak bukti yang menguatkan bahwa rendahnya prestasi dan motivasi belajar

siswa serta terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku siswa di kelas

banyak disebabkan oleh presepsi dan sikap negatif siswa terhadap diri

sendiri.Demikian juga siswa yang mengalami kesulitan belajar, banyak siswa

yang sudah berfikir bahwa mereka tidak bisa atau tidak mampu sebelum

mengerjakan dan memulai tugas-tugas sekolah tersebut.

Nina Mutmainah dalam bukunya psikologi komunikasi mengatakan “Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, faktor yang terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain”5.

Sebagaimana yang dikatakan Pudjijogyanti yaitu “masa remaja sebagai masa yang potensial untuk mengembangkan konsep diri, sebab masa remaja

merupakan masa yang penuh dengan tekanan yang memungkinkan individu menemukan identitas dirinya”6

.Dalam pencarian identitas diri diharapkan remaja

dapat membentuk konsep positif karena akan berpengaruh terhadap

pemikirannya, perilakunya, serta pendidikan, juga bagaimana pencapaian hasil

belajarnya berpengaruh terhadap pendidikan yang dilakukan remaja.

Konsep diri yang ada pada remaja akan mengalami perubahan,

menentukan perilaku yang akan dilakukan, mempengaruhi kegiatan pembelajaran

3

Kusno Effendi, “Hubungan antara konsep diri dan kemampuan verbal dengan prestasi belajar”, Indonesian Psychologycal Journal Vol.1, 2004, h. 26.

4

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, ( Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 3, h. 163

5

Nina Mutmainah, Psikologi Komunikasi, ( Jakarta : Universitas Terbuka,1999), h.34 . 6

(17)

di sekolah dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan belajar siswa.

hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat

psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat

menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Siswa Menengah Pertama SMP/MTs merupakan masa remaja yang perlu

mendapat penanganan yang serius sebagai generasi penerus bangsa. sebab konsep

diri sedang berkembang dan merupakan dasar bagi perkembangan fase dewasa.

Agar konsep diri positif individu perlu bimbingan dari berbagai pihak

seperti guru, orang tua, teman serta masyarakat. Konsep diri positif dan hasil

belajar lebih tinggi yang diperoleh siswa karena ia menerima apapun tentang

dirinya baik kelebihan, kekurangan atau baik positif maupun negatif tentang

dirinya.

Konsep diri seseorang diyakini dapat mempengaruhi prestasi belajar.

Nylor mmengemukakan :

Banyak penelitian yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara

konsep diri dengan prestasi belajar disekolah .Siswa yang memiliki konsep

diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik disekolah , atau siswa yang

berprestasi tinggi disekolah memiliki penilaian diri yang tinggi , serta

menunjukan hubungan antar pribadi yang positif pula.Mereka menentukan

target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan kecemasan

akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas aktivitas mereka

selalu diarahkan kepada kegiatan akademis. Sebaliknya siswa yang konsep

diri rendah akan memandang diri mereka sebagai orang yang tidak

mempunyai kemampuan dan menganggap keberhasilan yang dicapai

bukan karena kemampuan yang dimilikinya, melainkan hanya faktor

kebetulan saja7.

Konsep diri dikalangan remaja itu adalah penting, sebagaimana yang dikatakan winarno surakhmad yaitu “bagaimana pandangan mereka terhadap diri sendiri dan apakah cita-cita hidup mereka. Dengan ini dapat dilihat apakah

7

(18)

konsep diri sejalan dengan harapan agar mereka berkembang menjadi manusia

dewasa, calon warga Negara yang dapat diharapkan menjadi unsur penting di dalam pembangunan”.8

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk

melihat hubungan konsep diri siswa dengan prestasi belajar siswa SMP Islam

Parung

B. Identifikasi Masalah

1. Mengapa siswa belum bisa mengembangkan konsep dirinya secara positif?

2. Apakah seseorang yang mempunyai konsep diri yang tinggi dapat

mencapai prestasi belajar yang tinggi?

3. Apakah seseorang yang mempunyai konsep diri yang rendah sekalipun

dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi?

4. Apakah ada hubungan antara konsep diri dan prestasi belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebutpenulis membatasi ruang lingkup

permasalahan yang akan dibahas agar menjadi jelas dan tidak menyimpang.

Pembatasan masalahnya adalah:

a. Konsep diri yang dimaksud adalah penilaian menyeluruh tentang diri

sendiri dilihat dari pandangan dan sikap individu siswa terhadap

keseluruhan keadaan dirinya yang mencangkup keadaan

psikis,sosial,keluarga dan akademik.

b. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan

oleh siswa sebagai hasil belajarnya baik berupa angka atau huruf serta

tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing

anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar disini yaitu prestasi belajar

PAI.

8

(19)

D. Perumusan masalah

Dari pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara konsep diri siswa dengan prestasi belajar PAI di SMP Islam Parung”?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan dan agar penelitian

menjadi lebih terarah dan lebih jelas, maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk

mengetahui hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar siswa di SMP Islam Parung”.

F. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan konstribusi terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan konsep diri, dan prestasi belajar dan dapat menambah khasanah serta menjadi literatur tambahan dalam

ilmu psikologi pendidikan, dan perkembangan.

2. Manfaat praktis

Diharapkan dapat mengetahui dan memperhatikan hal-hal yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar yaitu konsep diri sehingga peserta didik

dapat mencapai prestasi belajar yang telah ditentukan atau bisa

mendapatkan prestasi sebaik mungkin dengan memiliki konsep diri yang

positif. Selain itu, dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan,

menambah pengalaman, dan memperluas pengetahuan dalam melakukan

kegiatan pendidikan, bagi orangtua dapat dijadikan sebagai informasi awal

dalam membimbing putra-putrinya sebagai kerjasama antara orangtua dan

sekolah, bagi guru kelas dapat dimanfaatkan dalam mendukung proses

pembelajaran di kelas, dan bagi kepala sekolah dapat digunakan untuk

(20)

7 A. Deskripsi Teoritis

1. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri

Menurut Agoes Dariyo, “Konsep diri adalah gambaran diri sendiri yang bersifat menyeluruh terhadap keberadaan diri seseorang:1.

Sedangkan konsep diri menurut Atwater yang dikutip Desmita “konsep

diri adalah keseluruhan gambaran diri, yaitu meliputi presepsi seseorang tentang

diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya”2.

Konsep diri merupakan bagian penting dalam perkembangan kepribadian.

Menurut Rogers yang dikutip oleh Syamsul Bachri Thalib “koonsep kepribadian

yang paling utama adalah diri.Diri berisi ide-ide, persepsi-persepsi dan nilai-nilai

yang mencangkup kesadaran tentang diri sendiri”.3

Sedangkan pengertian konsep diri menurut Hendriati Agustiani “Konsep

diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk

melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan”4

.

“Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi.Dasar dari konsep diri

individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari”5

.

1

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Refika Adiyama, 2007), Cet. 1,h.202.

2

Ibid.

3

Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,

(Jakarta : Prenada Media Group,2010), cet.1., h.121. 4

Hendriati Agustiani, op. cit., h.138.

5

(21)

Winarno Surakhmad dalam bukunya yang berjudul psikologi pemuda menjelaskan “Konsep diri juga dapat diartikan sebagai gambaran mental yang dimiliki oleh sesorang mengenai pribadi dirinya”.6

Menurut Mohamad Surya dalam bukunya psikologi guru, memberi pengertian “konsep diri merupakan gambaran pandangan mengenai diri sendiri yang bersumber dari satu perangkat keyakinan dan sikap terhadap dirinya sendiri”.7

Bagaimanapun konsep itu merupakan aspek kepribadian yang penting

artinya karena tingkah laku seseorang banyak dipengaruhi oleh konsep dirinya.

Sebaliknya pembentukan konsep diri tersebut dipengaruhi oleh peristiwa belajar

dan pengalaman, terutama yang berhubungan erat dengan dirinya seperti harga

diri, kegagalan atau sukses yang dicapai.

Berdasarkan pada beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa konsep

diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencangkup keyakinan, pandangan

dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri dari atas

bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagimana kita merasa

tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi

manusia sebagaimana yang kita harapkan.

b. Konsep diri positif dan konsep diri negatif

a) Konsep diri negatif

Karakteristik mengenai konsep diri yang negatif yang dikemukakan oleh Inge Hutagalung secara umum tercemin dari keadaan diri sebagai berikut :

1. Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik orang lain.

2. Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan dirinya sendiri.

3. Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks penyiksaan dimana kegagalan ditempatkan pada rencana tersembunyi dari orang lain daripada kekuranga dirinya sendiri.

4. Individu yang kurang mampu mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar. Sering terdapat respons yang berlebihan terhadap sanjungan .setiap

6

Winarno Surakhmad,Psikologi Pemuda, (Bandung:Jemmars, 1997) , h. 40. 7

(22)

pujian adalah lebih bak daripada tidak ada sama sekali, dan untuk meningkatkan rasa aman maka individu akan berupaya keras untuk mendapatkan pujian tersebut.

5. Individu dengan konsep diri negative berkecenderungan untuk menunjukan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat dalam persaingan. Sikap menarik diri dan meolak untuk berpartisipasi ini merupakan suatu upaya untuk mencegah inferioritas terpublikasikan secara terbuka sehingga mengkonfirmasikan apa yang diyakini oleh orang lain mengenai dirinya8.

Dengan kata lain ekspresi sikap-sikap negatif terhadap orang lain

sebagaimana terurai sebelumnya merupakan gambaran dari individu yang

memiliki konsep diri yang negatif.

Konsep diri negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri,

takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang baru dan menantang,

merasa diri bodoh, rendah diri, merasa tidak berguna, pesimis, serta berbagai

perasaan dan perilaku inferior lainnya.

b) Konsep diri positif

Menurut Inge Hutagalung konsep diri positif tercermin pada” (1)Orang

yang terbuka,(2) orang yang tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan

orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing sekalipun, (3) orang yang cepat

tanggap terhadap situasi sekelilingnya”.9

Sedangkan Desmita mengatakan karakteristik orang yang memiliki konsep

diri positif diantaranya :

1. Seseorang akan bersikap optimis 2. Berani mencoba hal-hal yang baru 3. Berani sukses dan berani pula gagal 4. Penuh percaya diri

5. Antusias

6. Merasa diri berharga 7. Berani menetapkan tujuan

8. Bersikap dan berfikir secara positif10.

Berdasarkan penjelasan diatas individu dengan konsep diri positif,

cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri, sebagaimana sikap

mereka terhadap orang lain. Penerimaan diri sebagai seseorang yang sama

8

Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian ( Jakarta: PT Indeks 2007) , h. 24. 9

Ibid., h.24 10

(23)

berharganya dengan orang lain meskipun terdapat perbedaan - perbedaan dalam

bakat dan sifat yang spesifik.

Ajaran Islam mengajarkan seorang muslim harus mempunyai keyakinan

bahwa manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi (berpandangan positif

terhadap diri kita sendiri). Untuk itulah seorang muslim tidak boleh bersikap

lemah, yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 139, sebagaimana

firman Allah :





Artinya :

janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (Q.S Ali-Imran :139)11

Ayat ini mengisyaratkan manusia adalah makhluk yang tinggi derajatnya

serta menempuh kemajuan dalam hidupnya dari zaman ke zaman. Karena itu

orang-orang islam tidak perlu memandang dirinya rendah atau negatif. Sebab

pada dasarnya manusia diberi kelebihan daripada makhluk-makhluk lain dengan

kelebihan yang sempurna.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yang dikemukakakn oleh

Inge Hutagalung antara lain adalah :

a. Orang lain

Seseorang mengenal tentang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri seseorang individu terbentuk dari bagaimanakan penilaian orang lain mengenai dirinya.. Yang paling berpengaruh adalah orang-orang yang disebut significant others, yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang. Ketika kecil, Significant others adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah seseorang perlahan-lahan membentuk konsep dirinya. Dalam perkembangannya significant others adalah meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku,pikiran dan perasaan seseorang. Jika individu telah dewasa, maka yang bersangkutan akan mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengannya. Konsep ini disebut generalizes others, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya.

(24)

b. Kelompok acuan (reference group)

Setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut ada yang disebut kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut oleh kelompok tertentu12.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut

William H. Fitts yang dikutip Hendriati Agustiani, yaitu :

a) Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan

perasaan positif dan perasaan berharga.

b) Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.

c) Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dan potensi pribadi

yang sebenarnya.13

Gabriel Marcel, seperti yang dikutip oleh Pudjijogyanti juga mengemukakan peranan orang lain dalam memahami didri kita sendiri, “ the fact is that we can understand ourselves by starting from the other, or from others, and

only by starting from them”.14

Jadi konsep diri bukan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk

dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Ketika individu

berintraksi, individu akan mendapat tanggapan. Tanggapan yang diberikan dari

orang lain tersebut yang akan dijadikan cerminan invidu dalam menilai dan

memandang dirinya. dan orang yang paling mempengaruhi konsep diri individu

adalah dari significant other.karena orang yang pertama dikenal pertama adalah orang tua dan keluarga. Dan kita akan mendapat tanggapan pertama dari

lingkungan keluarga ini.

d. Dimensi Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari beberapa bagian. Berikut ini adalah dimensi konsep

diri yang dikemukakan oleh Desmita;

a. Pengetahuan

Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan mengenai dari “siapa saya” yang akan

12

Clara R.Pudjigogyanti, op, cit., h. 27. 13

Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung:PT Refika Aditama, 2006),h. 139

14

(25)

member gambaran tentang diri saya. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk citra diri.Dimensi pengetahuan(kognitif) dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti “saya pintar”,”saya cantik”, “saya baik”, dan seterusnya.

b. Harapan

harapan atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri.Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self ideal) atau diri yang dicita-citakan.

c. Penilaian

Penilaian diri sendiri merupakan pandangan tentang kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi15.

Berdasrkan penjelasan diatas ketiga dimensi konsep diri sebagaimana yang

diuraikan diatas bukanlah suatu yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan

yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain.

Sedangkan dimensi konsep diri menurut Fits yang dikutip oleh Hendriati

yaitu:

a. Dimensi internal

a) Diri Identitas (identity self) yaitu bagian dari diri ini merupakanaspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan “siapa saya”.

b) Diri perilaku (behavioral self) merupakan presepsi individu tentang tingkah lakunya yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”.

c) Diri Penerimaan/penilai(Judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat,penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara antara diri identitas dan diri pelaku.

b. Dimensi Eksternal

a) Diri Fisik (Physical self) yaitu menyangkut presepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik.

b) Diri etik moral (moral-ethical self) merupakan presepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standfar pertimbangan nilai moral etika.

c) Diri pribadi (personal self) merupakan perasaan atau presepsi seseorang tentang keadaan pribadinya.

d) Diri Keluarga (family self) menunjukan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai amggota kelurga.

15

(26)

e) Diri Sosial (Social self) merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya16.

Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam

dimensi eksternal ini dapat dipenharuhi oleh penilaian dan interkasinya dengan

orang lain. Sebagai contoh seseorang tidak dapat begitu saja menilai dirinya

sebagi pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain

disekitarnya yang menunjukan bahwa ia memang memiliki pribadi yang baik.

Dari penjelasan diatas dapat ditrik kesimpulan bahwa seluruh bagian diri

ini baik internal maupun eksternal saling berinteraksi dan membentuk suatu

kesatuan yang utuh .

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Secara etimologi, “prestasi berarti; pencapaian, penampilan, dan kemampuan”17.Dalam kamus besar bahasa Indonesia prestasi adalah “hasil yang

dicapai (dari yang telah dilakukan,dikerjakan dan sebagainya) dan prestasi belajar

adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru”18

.

Menurut Zainal Arifin “prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar.Kata prestasi berasal dari bahasa belanda

yaitu dari kata prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha”19

.

“Prestasi adalah hasil dari kemampuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap seseorang dalam mengerjakan suatu hal”20

.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari kemampuan,

keterampilan dan sikap seseorang setelah melakukan kegiatan-kegiatan belajar

16

Hendriati Agustiani,loc.cit.

17

Muhammas Ngafenan, Kamus Rtimologi Bahasa Indonesia(Semarang:Dahara Prize, 1986), h.143.

18

Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka,2007), ed-III, cet-IV,h.895. 19

Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), cet. Ke-1, h.12.

20

(27)

berupa pengetahuan, sikap dan keterampiln yang ditunjukan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh orang yang berhak dan memiliki kompetensi

penilaian.

Sedangkan pengertian belajar menurut Winkel adalah “aktifitas mental atau

psikis yang berlangsung interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap”.21

Sedangkan menurut S. Nasution belajar adalah “ penambahan pengetahuan, dimana guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid untuk mengumpulkannya”.22

Slameto menjelaskan, “Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan perubahan

kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar”23

.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas bahwa belajar merupakan kegiatan

yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami

perubahan secara individu baik penegtahuan,keterampilan, sikap, dan tingkah laku

yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

Adapun pengertian prestasi belajar menurut Nana Sudjana, dalam bukunya

yang berjudul Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, memberi pengertian tentang “prestasi belajar sebagai kemampuan yang dimiliki sisiwa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”24

.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar.

21

Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), h.53 22

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Cet. Ke I, h.34

23

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:Rineka Cipta,1995), ed.Revisi, cet-V, h. 120.

24

(28)

Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa prestasi belajar

merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak

dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.

Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari

materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang

studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri

(faktor internal) maupun dari luar diri ( faktor eksternal) individu. Faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka

membantu murid dalam mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya.

Menurur Abu Ahmadi dan Widodo dalam bukunya psikologi belajar

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal

(1) Faktor jasmaniah(fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

(2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas:

a. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.

b. Faktor non intelektif, yaitu unsure-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap,kebiasaan,minat,kebutuhan,motivasi,emosi,penyesuaian diri.

(3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 2. Faktor eksternal

(1) Faktor sosial yang terdiri atas: a. Lingkungan keluarga; b. Lingkungan sekolah; c. Lingkungan masyarakat; d. Lingkungan kelompok.

(2) Faktor budaya seperti adat istiadat,ilmu

pengetahuan,teknologi,kesenian.

(29)

(4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan25.

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar yaitu :

1. Faktor dari luar (1) Lingkungan (2) Instrumental :

a. Kurikulum atau bahan pelajaran b. Guru atau pengajar

c. Sarana dan fasilitas

d. Administrasi atau manajemen 2. Faktor dari dalam

(1) Fisiologi a. Kondisi fisik

b. Kondisi panca indera (2) Psikologi

a. Bakat b. Minat c. Kecerasan d. Motivasi

e. Kemampuan kognitif26.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam bukunya Djaali adalah sebagai berikut :

(1) Motivasi (2) Sikap (3) Minat

(4) Kebiasaan belajar (5) Konsep diri27

Muhibbin Syah mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1. Faktor internal siswa : (1) Aspek fisiologis (2) Aspek Psikologis

a. Inteligensi siswa b. Sikap siswa c. Minat siswa d. Bakat siswa e. Motivasi siswa 2. Faktor eksternal siswa :

(1) Lingkungan sosial a. Keluarga

25

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta:Rineka Cipta,1990), h. 130.

26

Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan( Bandung: Remadja Karya,1985)h.107. 27

(30)

b. Guru c. Masyarakat d. Teman

(2) Lingkungan nonsosial a. Rumah

b. Sekolah c. Peralatan d. Alam28.

Faktor faktor diatas secara langsung ataupun tidak langsung saling

berinteraksi dalam mencapai prestasi belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor

diatas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan berprestasi rendah . dalam

hal ini seorang guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu

mengantisipasi kemungkinan munculnya siswa yang menujukan geejala

kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang yang

menghambat proses belajar siswa.

3. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Basyiruddin Usman “Pendidikan agama diartikan sebagai suatu

kegiatan yang bertujuan untuk membentukmanusia agamis dengan menanamkan

akidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah SWT”29

.

Sedangkan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen

Agama Republik Indonesia yang dikutip Alisuf Sabri merumuskan pengertian pendidikan agama islam yaitu “usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui

kegiatan bimbingan , pengajaran dan /atau latihan dengan memperhatikan tuntutan

untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”30

.

Sedangkan Zakiyah Darajat menjelaskan pendidikan agama islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar

28

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001), cet-VI,h.132.

29

Basyiruddin Usman,Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta:Ciputat Pers,2002),h.4.

30

(31)

nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam islam secara keseluruhan, menghayati makna dan serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak31.

Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Agama Islam adalah usaha bimbingan yang dilakukan secara sadar untuk

mengarahkan anak didik mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani

sesuaai dengan ajaran agama islam dan pada akhirnya dapat menjadikan agama

islam sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

MenuruM.Arifin dalam bukunya Ilmu pendidikan islam mengemukakan “bahwa tujuan pendidikan agama islam adalah terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya dalam masyarakat”32

.

Sedangkan Zakiyah Darajat menjelaskan “tujuan pendidikan agama islam untuk membina manusia menjadi hamba Allah yang shaleh dengan seluruh aspek

kehidupannya, perbuatan,pikiran dan perasaan33”.

Alisuf Sabri dalam bukunya pengantar ilmu pendikan menjelasan “pendidikan agama islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama islam sehingga

menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,masyarakat, berbangsa dan bernegara”34

.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama

islam adalah merealisasikan manusia muslimyang beriman dan bertakwa serta

berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan diri kepada Allah dan selalu

mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

31

Zakiyah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam.(Jakarta:Bumi Aksara,2000), cetke- 4,h.38. 32

M.Arifin,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta :Bumi Aksara,1996)Cet.ke- 4, h.15 33

Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan SEkolah, (Jakarta: CV, Ruhama,1995) cet ke- 2, h.35.

34

(32)

B. Hasil Penelitian Relavan

Beberapa studi telah dilakukan untuk meneliti hubungan konsep diri siswa

dengan prestasi belajar siswa diantaranya :

1. Skripsi Rizal Effendi “Studi korelasi antara konsep diri dengan hasil

belajar Pendidikan Agama Islam kelas VIII SMP Islam Al-Kautsar Bandar Lampung” menunjukan terdapat hubungan positif yang signifikan dan koofisien korelasi sebesar 0,518 dan koofisien

determinasi sebesar 0,268 bahwa dapat dikatakan sekitar bahwa 26,8%

varians skor hasil belajar PAI ditentukan oleh konsep diri siswa

2. Hubungan konsep diri dengan hasil belajar matematika kelas X SMK

Muhammadiyah Parung dengan hasil hasil pengujian hipotesis

sehubungan dengan regresi linear sederhana dengan koofisien arah

regresi b sebesar 0,401 dan diperoleh harga sebesar 8,635 dan

sebesar 1,684 yang berarti hipotesis nol harus ditolak dan dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara positif antara

konsep diri dengan hasil belajar matematika.

3. Skripsi Maryati, Universitas Azzahra “Studi korelasi hubungan konsep

diri dengan prestasi belajar SMUN 100 Jakarta Timur”. Yang diambil

kelas IX sebanyak 160 siswa yang diambil secara random dengan

undian sebanyak 80 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan skala

konsep diri dan nilai raport siswa. Hasil penelitian anailis item

terhadap skala konsep diri dengan 60 item terdapat 49 item yang valid.

Dan perhitungan realibitas sebesar 0,6671, yang menunjukan skala

konsep diri memiliki keajengan yang baik sebagai alat ukur penelitian.

Data penelitian yang dihitung terdapat koofisien korelasi sebesar 0,

518 yang dikonsultasikan pada table product moment berada pada

0,40-0,70. Demikian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif

antara konsep diri dan prestasi belajar di SMUN 100 Jakarta Timur.

Dari beberapa penelitian diatas diperlukan suatu penelitian lanjutan untuk

(33)

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan deskriptif teori diketahui bahwa pada dasarnya agar manusia

dapat beraktifitas dan berperilaku dengan baik dibutuhkan modal awal yaitu

bagaimana ia memandang dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya,

sehingga akan timbul konsep diri sesuai dengan cara pandang dirinya tersebut.

Siswa Sekolah Menengah Pertama sebagai remaja yang memiliki konsep

diri, dimana konsep dirinya masih bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya

karena pada masa ini adalah masa pencarian identitas atau masa pencarian jati

diri. Akibatnya konsep diri ini akan mempengaruhi bagaimana siswa menilai

dirinya, baik fisik,psikologis, maupun sosial. Dan juga termasuk menilai

kemampuan dirinya dalam belajar.

Berkenaan dengan itu diharapkan siswa memiliki konsep diri yang tinggi

sehingga akan selalu bersemangat dalam belajar dan akan menampilkan perilaku

yang positif dalam bersikap serta tidak mudah putus asa. Sebaliknya, siswa yang

mempunyai konsep diri yang rendah akan selalu mengangap dirinya tidak mudah

dalam belajar. Apabila ditambah dari penalaian dari gurunya yang menyatakan

bahwa dirinya tidak mampu atu bodoh. Namun siswa yang mempunyai konsep

diri rendah tersebut dapat meningkatkan kemampuannya jika lingkungan sekitar

berusaha membantu dirinya memperbaiki keadaan tersebut, misalnya dengan cara

selalu memotivasi dan memberi semangat serta meyakinkan siswa tersebut bahwa

dirinya mampu melaksanakan tugas-tugas sekolah dan mengahadapi berbagai

persoalannya dalam belajar.

D. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir diatas, penulis akan mengajukan hipotesis

yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut :

Ha : Terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara konsep diri

siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam,

Hi: Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsep diri

siswa dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

(34)

product moment. Jika sama dengan atau lebih besar dari maka hipotesis

alternative (Ha) disetujui atau diterima, sebaliknya jika lebih kecil dari

(35)

22

Dalam bab ini berisi tentang pendekatan dan metode penelitian, definisi

konseptual dan definisi operasional, variabel penelitian, subjek penelitian

yangterdiri dari populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data yang terdiri dari metode dan instrument penelitian, teknik

analisa.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik korelasioanal. Menurut Nurul Zuriah “Metode survei merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket dan interview

agar nantinya menggambarkan sebagai aspek dari populasi”1.

Sedangkan menurut Anas Sudjiono korelasional dalam statistik diberi

pengertian” hubungan antar dua variabel atau lebih”2.

Sebagaimana yang dikatakan Mohamad Ali “Penelitian ini menggunakan studi korelasi (correlation study) karena dimaksudkan untuk menjawab hubungan antara dua variabel atau lebih dalam situasi nyata yang sedang dihadapi”3.

Hubungan antar variabel tersebut diukur secara statistik dengan menghitung

koofisien korelasi.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan cara

sebagai berikut :

1. Kepustakaan (Library Search) yaitu dimaksudkan untuk mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan judul diatas dalam rangka

penyusunan landasan teori penelitian yang dilakukan.

2. Penelitian lapangan (Field research ) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke objek penelitian dalam rangka mencari kebenaran dari

1

Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta:PT Bumi Aksara,2006), h. 47

2

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.179

3

(36)

teori yang ada. Yaitu mengambil data dengan menggunakan angket

tentang konsep diri denagan prestasi belajar PAI SMP Islam Parung.

Berdasarkan permasalahan, maka penelitian ini termasuk penelitian

korelasional yang bersifat deskriptif, karena tujuan utama dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan prestasi belajar siswa

SMP Islam Parung.

Sebagaimana menurut Trianto “tujuan dari penelitian korelasional adalah untuk menyatakan besar kecilnya hubungan dua variabel atau lebih”4.

“Adapun variabel penelitian ini adalah variabel bebas berupa konsep diri, dan variabel terikat berupa prestasi belajar siswa”.5

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Parung yang berlokasi di Jalan

Parung No.648 Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.Waktu

pelaksanaan penelitian ini pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015 bulan

September sampai Oktober 2014.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono “ variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang. Obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemuadian ditarik kesimpulannya”6

.Variabel dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu variabel terikat

dan variabel bebas. Variabel Independen adalah konsep diri siswa yang

disimbolkan dengan (X) dan. Variabel Dependen adalah prestasi belajar siswa

yang disimbolkan dengan (Y).

Adapun Definisi Operasional penelitian ini adalah :

1. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain. Konsep diri diperoleh siswa melalui

4

Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan ( Jakarta :Prenada Media, 2010) hal 201

5

Ibid.

6

(37)

pengalamannya serta orang-orang disekitarnya meliputi keluarga,sekolah

maupun masyarakat.

2. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dari yang telah

dilakukan,dikerjakan dan sebagainya) dan prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan guru

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi penelitian

Menurut Nurul Zuriah, “Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”7

.

Sedangkan menurut Sukardi “Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian kita dalam suatu lingkup dan waktu yang kita tentukan”8.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan objek yang dijadikan

sumber penelitian, mempunyai karakteristik tertentu sebagai objek atau sasaran

penelitian. Populasi disini adalah seluruh siswa SMP Islam Parung yang

berjumlah 600 siswa.

2. Sampel

Menurut sugiyono, “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut”9.

Sedangkan menurut Sukardi, “Sampel merupakan sebagian dari jumlah

populasi yang dipilih untuk sumber data”10.

Menurut Arikunto “ jika jumlah populasi kurang dari 100 maka digunakan seluruhnya,sehingga menjadi penelitian populasi. Sebaliknya jika jumlah populasi

lebih dari 100 maka boleh mengambil 5%-10% dan 10% -25% dari jumlah

7

Zuriah,op.,cit.,h. 116 8

Sukardi,Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet-7, h.53

9

Sugiyono, op, cit., h.118 10

(38)

populasi” 11

. Oleh karena itu diambil sampel 10% dari jumlah populasi 600, maka

dapat hasilnya yaitu 60 siswa.

3. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini, teknik yang akan digunakan dalam menetukan

sampel ialah dengan teknik stratified random sampling, adapun alasan memilih sampel secara stratified random sampling karena yang menjadi populasi penelitiandi SMP Islam Parung ini digolongkan berdasarkan strata atau kelas yang

menggunakan tingkatan. Sehingga peneliti menggunakan sampel berdasarkan

tingkatan kelas yang dianggap dapat mempresentasikan populasi.

Menurut Zuriah “stratified random sampling yaitu apabila populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis”12.

E. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh teknik pengumpulan data

yang digunakan, karena data yang dierlukan untuk menjawab masalah penelitian

diperoleh melalui teknik pengumpulan data tersebut.

Dalam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

maka penulis menggunakan beberapa instrument penelitian. Instrumen penelitian

digunakan untuk memperoleh data penelitian, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Angket

Menurut Nana Syaodih “Angket adalah salah satu instrument pengumpul data yang disampaikan kepada responden atau subjek penelitian melalui

sebuah pertanyaan atau pernyataan”13.

Pengumpulan data dilakukan dengan seperangkat angket dalam bentuk

skala Likert dan kemudian diberikan kepada responden yang secara langsung

mengisinya.

11

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta :Rineka Cipta ,2002),edisi V, h.112.

12

Zuriah,op., cit., h. 123. 13

(39)

Responden memilih kategori jawaban sangat setuju (SS), setuju (S),tidak

tentu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dengan

memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang dirasa cocok. Untuk menskor

skala kategori Likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai

kuantitatif 5, 4, 3, 2, 1, untuk pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk

pernyataan yang bersifat negatif.

Penyusunan instrumen yang berbentuk angket dilakukan melalui beberapa

tahap yaitu: (a) Menentukan indikator variabel dan (b) Membuat butir-butir

pertanyaan. Butir-butir angket disusun berdasarkan kisi-kisi yang dilihat dari

rumusan masalah.Adapun angket yang digunakan sebagai instrumen

[image:39.595.112.529.242.751.2]

dikembangkan berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut :

Tabel 3.1

KiSI-KISI INSTRUMEN KONSEP DIRI

Variabel Aspek Indikator Positif Negat

if Jumlah Item Konsep Diri Psikis

1. Perasaan tentang keberadaan dirinya 2. Sikapnya terhadap

apa yang ada pada dirinya

3. Kemauan yang sering muncul dari dalam dirinya 4. Fikiran tentang

dirinya sendiri. 29,40 22,20,23 28,36 1,2 10,33 24,26 34,47 5,7 4 5 4 4 Sosial 1. Hubungannya dengan teman-temannya, 2. Tanggapan orang

lain terhadap dirinya,

3. Kerjasama dengan orang lain 18 15 12 19 16,32 - 2 3 1

(40)

2. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan bagian yang mendukung dalam proses

mengungkapkan dan mendeskripsikan hasil penelitian. Dalam dokumentasi ini

peneliti mengumpulkan data-data mengenai prestasi belajar PAI siswa serta

[image:40.595.112.531.108.618.2]

data-data mengenai profil SMP Islam Parung.

Tabel 3.2

Nilai Raport Ujian Tengah Semester SMP Islam Parung

dalam keluarga, hubungan dengan dan dalam

keluarga,

Akademik

1. Sikap terhadap

materi dan

pelajaran agama islam,

2. Kesadaran untuk belajar agama 3. Perhatian terhadap

tugas dan buku-buku agama.

4. Nilai yang

dicapai dalam mata pelajaran agama 3,27,25 31 4,35 21,39 9,6,17 ,8 11 38 30 7 2 3 3

Jumlah 21 19 40

No Nama Responden Nilai

1 Danuhia Fakhrozi 78

2 Yuda Abdi 65

3 Rika Selvia 69

4 Setia 80

5 Arizky M 79

6 Yamalia 80

(41)

8 Elji Indriyani 73

9 Resa Setia permata Sari 78

10 Ridho Pangabdi 80

11 Dzulkarnaen Zanky 83

12 Alya Maharani 77

13 Nurmala 78

14 Chintia Kusuma Ningrum 65

15 Indra Manto 78

16 Dimas Aribi Dermawan 80

17 Fahda Sabrina 73

18 M. Andri Surya Bagaskara 81

19 Muhammad Ferdi Syah 70

20 Fadhil Wana Arta 82

21 Iklany Dina I 85

22 Azvar Arsyla 80

23 Anita Puji Rahayu 80

24 Rivaldo Saputra 81

25 Dea Ananda Rahma Wati 78

26 Dafani Syahramdani 80

27 Fikri Sulaeman 71

28 Risma Amanda 72

29 Deliana Azahra 85

30 Firzi Yawan 83

31 M. Iqbal Ramadhan 88

32 Oky Ichsan Fadilah 78

33 Aden Saputra 77

34 Lutfi Fathul Mubarok 90

35 Umi Nur Azizah 80

36 Putri Fahma 78

37 Zahrani Putri R 83

38 Maysaroh 84

39 Sihva Azzahra 83

40 Husniyyah 80

41 Dimas Sugeng Hariyanto 80

42 Jihan Naura H 78

43 Betrika Diah Uti 83

44 Ayu Rosmaida 79

45 Meiliana Septia S 80

46 Uray haekal Ramadhan 68

47 Fitri Dwi Pangestu 77

48 Muhammad Rafli 77

49 Elsa Mailina 77

50 Ratika Mitha Y 90

(42)

F. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan, diuji coba terlebih dahulu. Uji coba

dilakukan untuk memeriksa kesahihan (validitas) serta kehandalan (reliabilitas),

sehingga angket tersebut memenuhi syarat untuk digunakan. Pengujian ini

dilakukan pada sampel siswa SMP Islam Parung sebanyak 60 orang. Setelah

melakukan uji coba, selanjutnya dilakukan analisis item untuk memeriksa

validitas dan reliabilitas dari masing-masing item.

1. Validitas Instrumen

Suatu instrumen penelitian dikatakan baik apabila memenuhi syarat valid

dan reliabel. Oleh karena itu sebelum instrumen digunakan, perlu dilakukan

validasi instrumen agar instrumen yang digunakan valid atau tepat mengukur

apa yang harus diukur. “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument”14.

Untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya

dilakukan analisis dengan rumus korelasi product moment angka kasar sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

r hitung : koefesien korelasi satu item dengan item total

ΣX : jumlah skor setiap item

14

Ibid, hal 269

52 Sahrina 78

53 Vania Maharani 80

54 Aldin Noprijal 65

55 Indah Palupi 83

56 Dedy Ardiansyah Ramadhan 88

57 Irma Anggea 82

58 Gita Savitri Dina 78

59 Tri Cahyo Setiadi 75

(43)

ΣY : jumlah skor seluruh item ΣXY : jumlah hasil kali skor X dan Y

N : jumlah responden

Dimana, jika r hitung > r table maka instrument dinyatakan valid namun jika r hitung < r tabel maka instrument dinyatakan tidak valid.

2. Reliabilitas Instrumen

Arikunto menjelaskan “Realibitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat suatu

pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik”15.Untuk menguji

realibitas instrument agar dapat dipercaya maka digunakan rumus alpha yaitu :

Keterangan :

: Reliabilitas

k : Banyaknya butir pertanyaan ∑ : Jumlah varians skor tiap-tiap item

: Jumlah varians total

Langkah-langkah perhitungan realibitas adalah sebagai berikut :

1. Membuat lembar kerja berdasarkan skor butir yang diperoleh.

2. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus :

∑ ∑

N

3. Menghitung varians total dengan rumus

∑ ∑

N

4. Menghitung realibitas

15

(44)

Uji realibitas ini menggunakan statistic Alpha Cronchbach

Data di katakan reliabel apabila harga r hitung lebih besar dari harga r tabel

secara teoritis atau bisa ditulis ( > ) pada taraf signifikansi 0,05.

Jika > berarti Reliabel

Jika > berarti Tidak Reliabel

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas yang digunakan adalah

uji Chi Kuadrat dengan rumus :

Kriteria pengujian nilai chi kuadrat adalah sebagai berikut :

a) Jika lebih kecil dari atau sama dengan , maka data

berdistribusi normal

b) Jika lebih besar dari , maka data berdistribusi normal

2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis, maka dilanjutkan dengan uji

hipotesis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara sikap konsep diri

dengan prestasi belajar siswa signifikan. Teknik pengujian hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi uji korelasi, uji signifikasi dan koofisien

determinasi.

a. Uji Korelasi

Untuk menganalisis hubungan antara variable konsep diri dan prestasi

belajar maka yang dipergunakan dalam menganalisa hubungan kedua variable

(45)

√ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ { ∑ ∑ }

Keterangan:

r hitung : koefesien korelasi satu item dengan item total

ΣX : jumlah skor setiap item ΣY : jumlah skor seluruh item ΣXY : jumlah hasil kali skor X dan Y

N : jumlah responden

b. Uji Signifikasi

Uji signifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara variabel

konsep diri dan prestasi belajar benar-benar signifikan. Cara yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus “t” atau yang dikenal dengan uji t, yaitu :

Setelah didapatkan nilai melalui rumus diatas, maka untuk

menginterprestasikan hasilnya berlaku ketentuan sebagai berikut :

1. Jika maka ditolak ( ada hubungan yang signifikan)

2. Jika maka diterima (tidak ada hubungan yang signifikan)

Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada level of

significance (a) sebesar 5% (tingkat kesalahan 5% atau 0.05) atau taraf

keyakinan 95% atau 0,95. Jadi apabila tingkat kesalahan suatu variabel lebih

dari 5 % berarti variabel tersebut signifikan.

c. Koofisien Determinasi

Koofisien determinasi digunakan untuk menyatakan besar kecilnya

sumbangan atau konstribusi variabel X terhadap variabel Y. koofisien

determinasi dapat dinyatakan dengan rumus :

( )2 x 100%

Keterangan :

(46)

: Koofesien korelasi antara variabel X dan variabel Y

kemudian dicari taraf signifikasi korelasi 0.05%

Jika maka tolak berarti korelasi signifikan.

3. Interpretasi Data

Cara lain yang juga digunakan untuk bisa mengetahui hubungan antar dua

variabel dalam memberikan interprestasi secara sederhana terhadap angka indeks

[image:46.595.110.519.245.747.2]

korelasi “r” product moment (rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut :

Tabel 3.2

Interpretasi Product Moment

Besarnya “r” product moment ( ) Interpretasi

0,000-0,20

Antara variabel X dan variabel Y

memang terdapat korelasi, akan tetapi

korelasi itu sangat lemah atau sangat

rendah sehingga korelasi itu diabaikan

sehingga dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y

0,20-0,40

Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40-0,70

Antar variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70-0,90 Antara variabel X dan variabel Y

terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90-1,00

Antara variabel X dan varia

Gambar

Tabel 3.1 KiSI-KISI INSTRUMEN KONSEP DIRI
Tabel 3.2 Nilai Raport Ujian Tengah Semester SMP Islam Parung
Tabel 3.2 Interpretasi Product Moment
Tabel 4.1 Data Kepala Sekolah SMP Islam Parung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Individu yang menjadi korban bullying biasanya mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, menarik diri dari lingkungan, tidak dapat mengekspresikan

Dalam Lidenfield (1997;7) dengan berpikir positif maka individu akan : tumbuh dengan harapan bahwa hidup itu pada umumnya menyenangkan, memandang orang lain dari sisi

Empati yaitu kemampuan untuk memahami perasaan, keinginan dan kesulitan orang lain dengan menempatkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan mampu menerima sudut pandang orang

11 Saya minder ketika orang lain tahu kelemahan saya 12 Saya jarang menemui kesulitan setiap melakukan kegiatan 13 Saya menerima kelemahan dan kelebihan saya apa adanya 14

Konsep diri positif adalah seseorang yang menilai dirinya atau mengenal dirinya ke hal-hal positif dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang dirinya dari orang

Remaja yang memiliki konsep diri yang negatif akan menjadi sulit untuk menerima diri dengan apa adanya, tidak yakin terhadap dirinya sendiri, dan menyangka orang

Tingkat kesulitan suatu jenis matematika disebabkan oleh sulit dan kompleksnya gejala yang penyelesaiannya diusahakan dicari atau didekati oleh perumusan (model

Konsep diri adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, mampu bersikap terbuka, tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain,