• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Pai Dengan Prestasi Belajar Pai Siswa Di Smp Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor “

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“Hubungan Kemampuan Mengajar Guru Pai Dengan Prestasi Belajar Pai Siswa Di Smp Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor “"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

Winda Amaliyana

NIM 809011000156

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

berjudul “Hubungan Kemampuan Mengajar Guru PAI dengan Prestasi

Belajar PAI Siswa di SMP Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung

Bogor”, Penulisan karya ilmiah ini ini digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) program studi Dual Mode System.

Dan diharapkan penulis penulisan ini dapat menjadi acuan bagi semua pihak

untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan agar lebih

berkualitas.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah membimbing penulis

dalam penulisan serta penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifai, MA. Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim,MA dan Bapak Drs. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. Selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas membimbing

dan mendidik penulis. Mudah-mudahan Allah selalu melindungi dalam setiap

langkah serta memberikan keberkahan dalam kehidupannya.

3. Bapak Drs. Masan, AF, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah sabar

membimbing, memberikan saran, arahan, motivasi, dan telah meluangkan

waktu, tenaga dan pemikiran di sela-sela kesibukannya dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Didin Jalaludin, S.Ag selaku Kepala SMP Islam Miftahul Huda Serta seluruh

dewan guru dan staf yang telah berpartisipasi dalam memperoleh data-data

dan yang telah meluangkan waktunya kepada penulis sehingga

(6)

6. Suamiku tercinta Ayah Doni Mahathir Anshori, SE dan jagoan kecilku Delfian Shiddiq Mahathir atas semua do’a, cinta, pengorbanan, motivasi dan dukungan kasih sayang hingga terselesainya skripsi ini. Ananda mungkin

tidak bisa membalas semuanya itu, ananda hanya bisa mengucapkan syukron

kastiron jazakumullah ahsana jaza. Amin\

7. Papa Amri Yakub, Mama Eli, Tetehku (Lia & Indri), Adiku (Isti & Vilma),

keponakan yang lucu-lucu dan hebat (Teteh Dada, Kaka Biya, Dede Evan, Dede Husna & Dede Algan) You Are The Best Family. I Love You So…

8. Bunda, Wa Papi, Wa Amey plus Aandanya, Tete dan Om Tete serta seluruh

saudara - saudaraku yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Jazakumullah

khairon kastiron.

9. Sahabat-sahabatku (Gajog) dan teman-temanku seperjuangan Dual Mode

System yang telah memberikan dorongan, perhatian, kasih sayang, motivasi

dan semangatyang tak henti-hentinyauntuk penulis, terimakasih untuk

kebersamaannya.

10. Trio Ambisi Plus (Afit, Asep, Dede Plus Ridwan) yang selalu membantu atas

segala sesuatu dan memberikan hiburan gratisnya, cireng, bala-bala dll.

Semoga kalian sukses. Amin

11. Dijow Cafetaria selaku sponsor seumur hidup. Moga sukses.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi penulis

khususnya dan bagi bagi pembaca pada umumnya.

Jakarta, Agustus 2013

Penulis

Winda Ameliyana

(7)

vii

PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI………... Iii

ABSTRAK……… Iv

KATA PENGANTAR………. V

DAFTAR ISI... Vii

DAFTAR TABEL ………... Ix

DAFTAR GAMBAR…..………. X

DAFTAR LAMPIRAN... Xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Identifikasi Masalah……….. 8

C. Pembatasan Masalah………. 8

D. Perumusan Masalah………... 9

E. Tujuan Penelitian………... 9

F. Kegunaan Penelitian……….. 9

BAB II KAJIAN TEORITIS……….. 10

A. Deskripsi Teoritik……….. 10

1. Tenaga Pendidik……….. 11

2. Prestasi Belajar……… 16

a. Pengertian……….. 16

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi………. 17

3. Pendidikan Agama Islam sebagai bidang study di tingkat SMP……. 30

B. Hasil Penelitian yang relevan………. 33

C. Kerangka Berpikir……….. 36

(8)

viii

2. Waktu Penelitian……….. 38

B. Metode Penelitian……….. 39

C. Populasi dan sampel……….. 40

D. Teknik pengumpulan data……….. 41

E. Teknik analisis data……… 43

F. Hipotesis Statistik……….. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 47

A. Kondisi Sekolah………. 47

1. Deskripsi tempat penelitian……….. 47

2. Sejarah tingkat sekolah……… 51

3. Sarana dan prasarana……… 52

4. Struktur organisasi………... 53

5. Aktivitas SMP Islam Miftahul Huda………... 55

B. Deskripsi data………. 57

1. Kemampuan mengajar guru PAI……… 57

2. Prestasi belajar PAI siswa SMP Islam Miftahul Huda………….. 59

3. Hubungan kemampuan mengajar guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa………... 63

1. Analisis interpretasi data……….. 65

BAB V PENUTUP……… 68

A. Kesimpulan……… 68

B. Implikasi ……… 69

C. Saran……….. 70

DAFTAR PUSTAKA………..

(9)

ix

Tabel 1 :Kondisi keadaan siswa kelas VIII (Delapan) SMP Islam MH……….. 41

Tabel 2 : Kisi-kisi angket kemampuan guru dalam mengajar……….. 42

Tabel 3 : Pilihan Jawaban……….. 44

Tabel 4 : Klasifikasi skor angket kemampuan guru dalam mengajar……… 45

Tabel 5 : Kondisi keadaan siswa SMP Islam MH tiga tahun terakhir………….. 50

Tabel 6 : Data pendidik dan kependidikan SMP Islam Miftahul Huda………… 51

Tabel 7: Keadaan tenaga pendidik dan kependidikan SMP Islam MH tahun

pelajaran 2012/2013……….. 57

Tabel 8 : Analisis item skor untuk kemampuan mengajar guru PAI……… 57

Tabel 9:Klasifikasi jumlah skor jawaban siswa dari angket kemampuan

mengajar guru PAI……… 59

Tabel 10: Daftar nilai siswa dalam mata pelajaran PAI semester 1………. 60

Tabel 11: Klasifikasi nilai siswa dalam mata pelajaran PAI……… 61

Tabel 12: Analisis korelasional Variabel X (Kemampuan mengajar guru PAI)

(10)

x

(11)

xi

Lampiran 1 : Angket Hubungan kemampuan mengajar guru PAI dengan

Prestasi belajar PAI siswa………..

Lampiran 2 : Surat permohonan izin penelitian…….………...

Lampiran 3 : Surat Keterangan telah melakukan penelitian..………...

Lampiran 4: Copy daftar nilai siswa kelas VII (Delapan) SMP Islam

MH.….………...

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sudah menjadi suatu kebutuhan pokok setiap manusia di era dewasa ini untuk

memperoleh pendidikan baik secara formal ataupun informal. Pendidikan

merupakan suatu rangkaian aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

kepribadiannya dengan berbagai cara atau metode seperti; Observasi, pelacakan,

penelitian atau penggalian secara intensif dan berkesinambungan terhadap

potensi-potensi diri dan pembawaannya, dengan kata lain proses tersebut dapat

dikatakan sebagai proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa

menjadi bisa. Proses tersebut dapat berupa jasmani (panca indera serta

keterampilan-keterampilannya) maupun rohani (pikir, cipta, karsa, rasa dan

nurani) sesuai realitas dan nilai-nilai absah yang ada dalam masyarakat.

Pendidikan adalah : “Serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dan peserta didik secara tatap muka atau dengan menggunakan

(13)

semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa Potensi disini ialah potensi

fisik, emosi, sosial, sikap moral, pengetahuan dan keterampilan” 1 ..

Merujuk pada pengertian di atas, pendidikan merupakan proses budaya

untuk menigkatkan harkat dan martabat manusia. Dilihat dari keberlangsungan

dari proses pendidikan yang dapat berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di

dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari ketiga lingkungan

pendidikan tersebut, sekolah merupakan pendidikan formal. Pendidikan formal

adalah “pendidikan yang dilaksanakan secara teratur, sistematis, berjenjang dan dibagi dalam waktu waktu tertentu yang berlangsung dari mulai taman

kanak-kanak hingga perguruan tinggi” 2 .

Lodge sebagaimana dikutif. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa

“pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Orang tua mendidik anaknya,

Guru Mendidik muridnya, bahkan Induk binatangpun mendidik anaknya” 3 .

Semua yang kita sebut atau yang kita lakukan dapat disebut mendidik kita

begitu juga yang disebut dan dilakukan orang lain terhadap kita, dapat disebut

mendidik kita. Dalam pengertian luas ini kehidupan adalah pendidikan, dan

pendidikan adalah kehidupan. Sedangkan dalam Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa ;

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara4.

Dalam pelaksanaannya aktivitas pendidikan tersbut harus dapat memuat

faktor-faktor pendidikan agar pendidikan senantiasa dapat terlaksana dengan baik,

lancar, efektif serta intensif. Hal tersebut disebabkan oleh karena faktor

1

Idris & Jamal, Pengantar Pendidikan, Jakarta. Grasindo 1995 h 4

2

Idris & Jamal, Pengantar Pendidikan. Jakarta. Grasindo 1995 h 90

3

Ahmad Tafsir, Kependidikan dalam Persfektif Islam . 1991 h 24

4

(14)

pendidikan memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan

mendidik, berkaitan dengan hal tersebut, Bernadib menegaskan bahwa

faktor-faktor pendidikan terdiri dari lima hal yakni :

1. Faktor anak didik, yaitu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan utama dalam menunjang keberlangsungan pendidikan dan keberadaaannya tidak dapat digantikan faktor lain.

2. Faktor pendidik, yaitu salah satu faktor yang sangat penting, karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab terhadap pendidikan.

3. Faktor tujuan pendidikan, yaitu faktor yang sangat penting, karena tujuan merupakan arah yang hendak dituju dalam pendidikan tersebut.

4. Faktor alat pendidik, yaitu segala sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

5. Faktor alam sekitar (lingkungan), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan5.

Kelima faktor tersebut di atas dalam sebuah sistem pendidikan merupakan

unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lain, tiap-tiap faktor dalam sebuah

sistem pendidikan berinteraksi secara fungsional untuk mencapai tujuan yang

diharapkan dalam pendidikan tersebut. Dalam sebuah sistem pendidikan ada suatu

kelemahan terhadap salah satu unsur dalam sistem pendidikan, faktor pendidik

merupakan salah satu faktor tumpuan utama dalam keberhasilan pendidikan,

karena dengan tenaga pendidik yang berkualitas akan menghasilkan hasil yang

berkualitas pula. Peran guru (pendidik) sangat penting dalam mengajar dan

mendidik siswa, serta dalam memajukan dunia pendidikan. Tercapainya tujuan

pendidikan dan hasil prestasi belajar siswa dan pendidikan bergantung pada

kualitas guru. Karena itu guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan

standar nasional pendidikan seperti latar pendidikan yang sesuai, kemampuan

mendidik yang mumpuni, menguasai teknik dan alat pembelajaran dan lain

sebagainya agar ia dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik dan

berhasil.

Menurut UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan

bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai dan mengevaluasi

5

(15)

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah” 6

. Pengertian tersebut diatas dalam

pelaksannaanya dilapangan agar lebih tertib serta dapat menjunjung

profesionalisme dan peraturan serta standar yang telah ditetapkan, diperkuat

kembali oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007

tentang Standar Kompetensi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa :

”Kualifikasi guru akademik guru SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA minimum

Diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1).” (BSNP,2007c: 6). Dalam PMPN ini

juga disebutkan bahwa : “Guru harus menguasai empat kompetensi utama, yaitu

pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Keemat kompetensi ini terintegrasi

dalam kinerja guru.” (BSNP, 2007c :8) 7

Rendahnya kualifikasi pendidikan guru tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama rendahnya kesejahteraan guru. Gaji guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak ada alokasi dana untuk

melanjutkan pendidikan. Kedua rendahnya kualitas, kualifikasi dan

kompetensi guru. Kompetensi guru yang rendah sering menjadi kendala bagi

guru untuk memperoleh beasiswa (yang jumlahnya terbatas). Ketiga

Rendahnya komitmen guru untuk meraih pendidikan lebih tinggi. 8

Guru dapat melanjutkan sekolah dan/atau menyelesaikan pendidikannya

manakala dalam dirinya ada komitmen yang tinggi dan pemikirannya jauh

kedepan. Keempat Rendahnya motivasi guru untuk meraih pendidikan lebih

tinggi. Motivasi yang tinggi dapat mengalahkan segala kendala yang melekat pada

guru. Keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan dari berbagai faktor, salah

satunya ditentukan dari faktor Pendidik atau Guru. Dalam proses belajar

mengajar seorang pendidik harus bisa memberikan ilmu pendidikan yang telah

dimiliki dengan cara menarik agar siswa tertarik dan mudah memahami dalam

mengikuti pelajaran dan siswa menguasai materi yang disampaikan oleh Gurunya.

Apalagi yang dididik disini adalah murid-murid SMP yang masih senang bermain

dan kurang konsentrasi dalam memperhatikan Gurunya yang sedang mengajar.

6

UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru & Dosen, Dr Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2011 h 3

7

Ibid h 4

8

(16)

Pasti dibutuhkan seorang Guru yang profesional dan memiliki pengalaman yang

bagus sehingga dapat merancang proses-proses pembelajaran yang bisa membuat

siswa tertarik dan nyaman dalam mengikuti pelajaran yang diberikan. Dengan

Guru yang profesional dan pengalaman, maka akan tercapai hasil belajar yang

dapat diukur dengan perolehan prestasi belajar siswa yang maksimal dan sesuai

dengan harapan.

Keberhasilan pendidikan di sekolah yang utama ditentukan oleh

keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara

kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki

dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan

yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar

mengajar. Saat ini salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk

meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita adalah dengan pemberlakuan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tiap sekolah-sekolah.

Namun, hal yang paling penting dalam hal inipun adalah faktor guru, sebab

secanggih apaun kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan tanpa kualitas

dan kemampuan guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil

yang maksimal. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki kompetensi, latar

pendidikan yang sesuai dan kemampuan yang mumpuni dengan apa yang telah

diamanatkan oleh undang-undang agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya

secara efektif dan efisien.

Rendahnya kualifikasi akademik dan kompetensi guru masih terjadi

diberbagai belahan wilayah Indonesia, terlebih lagi berkaitan dengan pelajaran

agama yang notabennya adalah bertujuan mendidik siswa agar memiliki sikap

yang berakhlakul karimah, begitu juga di SMP Islam Miftahul Huda Cipayung

Megamendung Bogor masih terdapat Guru dengan kualifikasi yang masih

dibawah standard nasional pendidikan yang ditunjukan dengan masih terdapatnya

guru yang berijazah SMA (latar pendidikan yang berbeda) dan dari segi

(17)

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang kurang maksimal

dibandingkan dengan Guru yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan standar

pendidikan nasional dan latar belakang pendidikan yang sesuai, akan lebih

mampu dan berpengalaman dalam pengajaran. Dari perbedaan kualifikasi yang

dimiliki Guru tersebut menjadi suatu masalah yang menarik untuk diteliti apakah

memang benar perbedaan kualifikasi dan kemampuan mengajar Guru memiliki

hubungan terhadap prestasi belajar dan Kemampuan siswa yang diajarnya. Jika

kemampuan dan kualitas guru (guru agama) rendah dengan segala aspeknya

tersebut diatas, maka layak diajukan pertanyaan tentang hubungan kemampuan

mengajar guru dengan prestasi belajar siswa, akhlak siswa serta pencapaian siswa,

sebab bisa jadi, kecerdasan intelektual, kehidupan keluarga, kelas sosial, kawan

bermain siswalah yang lebih erat hubungannya yang merupakan faktor penting

bagi pencapaian siswa, jika guru tidak dapat membuat perubahan pada akhlak dan

prestasi siwa.

Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan profesi, artinya pekerjaan yang

menuntut keahlian khusus. Untuk memperoleh keahlian khusus dituntut pula

pendidikan yang khusus. Pemerintah telah mencanangkan standar nasional

pendidikan (SNP), salah satunya adalah stnadar tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan. Standar kualifikasi pendidik (guru) pada setiap jenjang pendidikan

di sekolah atau madrasah adalah Sarjana Strata satu (S1). Seorang guru yang

professional harus memiliki ijazah S1 sesuai dengan bidang yang dianjurkannya.

Kondisi kualifikasi guru yang ada di SMP Islam Miftahul Huda khususnya

bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) pada saat ini kirang sesuai dengan

standar nasional pendidikan dan standar tenaga pendidik atau guru. Kualifikasi

akademik dan Kompetensi guru masih cukup jauh dari standar nasional

pendidikan seperti masih adanya guru PAI yang memiliki latar pendidikan yang

tidak sesuai yakni masih adanya guru yang berijazah SMA, berijazah SMA tetapi

memiliki profesi sebagai Ustadz (guru ngaji) dan ada guru yang memiliki ijazah

S1 tetapi dengan jurusan lain ditambah lagi dengan kurangnya kemampuan dan

(18)

yang negative terhadap hasil belajar atau prestasi belajar siswa khususnya pada

bidang study PAI. Kondisi prestasi belajar siswa pada bidang study PAI di SMP

Islam Miftahul Huda dapat dikatakan tidak dapat mencapai hasil yang maksimal /

tidak dapat memperoleh nilai yang maksimal atau nilai yang tinggi dan hal ini

dapat dibuktikan dari nilai yang ada pada buku raport, dimana nilai untuk bidang

study PAI rata-rata hanya dapat mencapai nilai ketuntasan minimum saja bahkan

masih cukup banyak yang berada dibawah standar ketuntasan minimum.

Rendahnya nilai yang dicapai oleh siswa tadi tiada lain adalah sebuah

implikasi negative dari tidak sesuainya standar kualifikasi tenaga pendidik dan

kualifikasi akademik serta monotonnya metode pembelajaran yang diterapkan

oleh guru yang bersangkutan atau tidak variatif dalam mengajar, mungkin hal

tersebut terjadi karena terbatasnya pengetahuan guru mengenai system serta

metode pembelajaran yang baik. Dari masalah diatas ternyata dapat dilihat

beberapa bukti nyata antara lain : Rendahnya nilai prestasi belajar siswa,

Perolehan nilai maksimal hanya dapat mencapai nilai ketuntasan minimum atau

sesuai dengan KKM, masih terdapatnya nilai prestasi belajar siswa dibawah nilai

ketuntasan minimum, penerapan hasil belajar yang tidak terwujud, pemahaman

pendidikan keagamaan yang sempit, system pembelajaran yang monoton (hanya

mengandalkan metode ceramah), pengajaran tidak sesuai dengan silabus serta

tidak adanya rencana pembelajaran

Fenomena tersebut diatas menunjukan adanya kesenjangan yang

memerlukan penyelesaian dan pemecahan. Dengan membatasi pada SMP Islam

Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor, penulis merasa tergugah untuk

mencoba mengungkap tabir dan melakukan penelitian mengenai permasalahan

tersebut dengan judul :

‘Hubungan Kemampuan Mengajar Guru PAI dengan Prestasi Belajar PAI

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagai mana yang telah

dipaparkan diatas, maka dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Latar belakang pendidikan guru agama tidak sesuai dengan bidangnya.

2. Kurangnya kemampuan mengajar serta minimnya pengalaman yang

dimiliki guru bersangkutan.

3. Masih adanya sebagian guru yang memiliki ijazah S1 tetapi tidak sesuai

dengan bidang study yang diampu olehnya

4. System pengajaran monoton atau tidak menggunakan metode bervariasi.

5. Rendahnya pencapaian hasil belajar atau nilai prestasi belajar siswa

6. Masih terdapatnya nilai prestasi belajar siswa dibawah nilai ketuntasan

minimum.

7. Pemahaman pendidikan keagamaan yang sempit serta penerapan hasil

belajar yang tidak terwujud,

8. Penerapan hasil belajar yang tidak tercapai

9. Pengajaran tidak sesuai dengan syllabus dan rencana pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, untuk lebih memfokuskan

pembahasan, maka dibatasi masalah pada hal-hal sebagai berikut :

1. Masalah kemampuan dan kualifikasi guru yang tidak sesuai dengan

bidangnya

2. Masalah prestasi belajar siswa pada mata pelajarn PAI yang masih

(20)

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas maka dirumuskan masalah

tersebut sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan mengajar

guru Agama dengan prestasi belajar PAI siswa pada kelas VIII (delapan) di

SMP Islam Miftahul Huda ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang

Hubungan antara kemampuan mengajar guru dengan prestasi belajar PAI siswa

pada kelas VIII (delapan) di SMP Islam Miftahul Huda.

E. Kegunaan Penelitian

1. Membuktikan kebenaran teori bahwa Hubungan kemampuan mengajar

guru agama dengan prestasi belajar siswa serta pengaruhnya terhadap

sikap dan penerapannya.

2. Menambah wawasan penulis tentang teori hubungan kemampuan

mengajar guru dengan prestasi belajar PAI pada khususnya dan bagi para

yang membaca pada umumnya.

3. Menginformasikan kepada pihak sekolah tentang pentingnya kesesuaian

tenaga pendidik yang sesuai dengan standar kompetensi dan kualifikasi

akademik dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar

4. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar.

5. Meningkatkan motivasi guru untuk dapat meraih pendidikan yang lebih

tinggi serta pengalaman dan kemampuan mengajar yang sesuai dengan

(21)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. DESKRIPSI TEORITIK

Tanaga pendidik memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan

belajar mengajar. Sehubungan dengan hal itu, sangat na’if jika kegiatan belajar

mengajar menapikan serta kurang memperhatikan kualitas guru yang sesuai

dengan kualifikasi standar akademik dan kompetensi guru. Terlebih lagi guru

agama karena hal tersebut tidak hanya berhubungan dengan masalah kualitas

pendidikan tetapi juga akan memberikan pengaruh yang langsung terhadap sikap

dan perilaku siswa dalam menjalankan kehidupan dilingkungan sekolah ataupun

dilingkungan masyarakat terutama akan langsung berimplikasi terhadap prestasi

belajar siswa. Tidak sesuainya latar pendidikan guru agama akan berimplikasi

pada kualitas pendidikan serta sikap dan perilaku siswa. Terlepas apakah itu

berupa hasil prestasi belajar ataupun sikap dan perilaku siswa tadi, yang jelas akan

dapat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan dan hasil prestasi yang diraih oleh

siswa. Dalam hal ini perlu sekiranya kita lihat dan kaji lebih dalam apakah

kemampuan mengajar guru PAI tersebut memiliki hubungan yang positif atau

negatif. Apabila terdapat hubungan yang sangat kuat atau signifikan dan positif

antara kemampuan mengajar guru agama dengan prestasi belajar, maka hal

tersebut akan diikuti oleh meningkatnya pula prestasi belajar, tetapi sebaliknya

jika kemampuan mengajar guru agama ini memiliki hubungan yang negatif

(22)

Maka setidaknya harus menjadi suatu kewajiban bagi setiap guru agama agar

dapat menyesuaikan kemampuan dan pendidikannya sesuai dengan standar yang

telah diamanatkan undang-undang demi tercapainya tujuan dan hasil pendidikan

yang berkualitas.

Dari uraian diatas, jelas kemampuan mengajar guru memiliki hubungan

serta pengaruh terhadap prestasi belajar dan tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar. kemampuan mengajar guru dapat menghidupkan kembali

apa yang telah diamati dimasa lampau terhadap suatu objek dan dapat diantispasi

kedalam ruang dan waktu. Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum

merupakan figur atau tokoh utama di sekolah yang diberi tugas, tanggung jawab

dan wewenang secara penuh untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam

bidang pendidikan agama islam1. Hadirja paraba menyatakan terdapat tujuh unsur pokok seorang guru dalam meningkatkan kualitas peserta didik, yaitu : Keimanan,

Ibadah, Al-Qur’an, Akhlak, Syariah, Muamalah dan Tarikh, sehingga mereka

(Peserta didik) meyakini memahami dan mengamalkan ajaran islam dalam

kehidupa sehari-hari baik sebagai pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara2.

Keberhasilan guru pendidikan agama dalam menanamkan keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mengembangkan akhlak mulia

(Akhlakul karimah) kepada peserta didik melalui pengelolaan dan pengembangan

proses belajar mengajar di sekolah, merupakan cermin keberhasilan pendidikan

agama islam khususnya dan pendidikan nasional pada umumnya.

1. Tenaga Pendidik (Guru)

Seperti telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa Pekerjaan guru adalah

pekerjaan profesi sebagai tenaga pendidik yang memiliki peranan sangat penting

dalam tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar, karena peranannya yang

1

Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Friska Agung Insani 1999 h

2

(23)

sangat penting tersebut maka setiap guru harus didukung oleh kemampuan yang

mumpuni, pendidikan yang sesuai serta pengalaman yang cukup agar dapat

menjalankan fungsinya dengan profesional.

Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan

perundang-undangan, Peraturan pemerintah mengenai Standar Nasional

Pendidikan nomor 19 tahun 2005 (PP RI NO.19 Tahun 2005) pada bagian kesatu

pasal 28 menyatakan :

Pasal 28

1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan / atau sertfikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :

a. Kompetensi pedagigik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi Profesional d. Kompetensi Sosial

4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau serifikat keahlian sebagai mana maksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan dan diperlikan dapat diangakat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

5. Kualifikasi akademi dan kompetensi sebagai agen pelbagai pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampi dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri.3

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tantang Standar Nasional

Pendidikan pasal 28 yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasionel Pendidikan

(BSNP). Kompetensi yang dimaksudkan disini adalah meliputi :

3

(24)

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagodik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki seorang guru. Dalam 4Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 dinyatakan bahwa kompetensi profesional adalah

“Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam

yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.

Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa setiap tenaga pendidik atau guru harus

mampu menjalankan tugasnya secara profesional dengan segala bentuk

ketentuan yang diamanatkan oleh undang-undang. Terdapat tiga tingkatan

kualifikasi profesional guru sebagai tenaga kependidikan:

 Tingkatan Capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif.

 Guru sebagai Inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif.

 Guru sebagai visioner, selain menghayati kualifikasi yang tadi, guru juga harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. 5

4

Fachrudin & Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011 h 34

5

(25)

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi social adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyaakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, peserta didik dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan hal tersebut diatas hendaknya setiap guru harus mampu

melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh

sektor pendidikan, atau dengan kata lain bahwa setiap tenaga pendidik atau guru

harus dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Menurut surya dalam

Fachrudin S dan Ali Idrus mengungkapkan bahwa guru yang profesional akan

tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan

keahlian baik materil maupun metode6. Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan

sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru untuk

merencanakan program pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar,

melakukan evaluasi hasil belajar, memenuhi standar kompetensi serta dapat

melakukan proses belajar mengajar secara aktif dan efektif.

Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta

memiliki pengalaman dibidangnya, seorang guru profesional dituntut dengan

sejumlah persyaratan minimal antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi

yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidangnya,

memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa yang

kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap

profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui

organisasi profesi, pendidikan, pelatihan, buku, seminar dan semacamnya.

Fachrudin S dan Ali Idrus mengemukakan delapan ciri guru yang profesional,

antara lain:

a. Lebih mementingkan pelayanan yang ideal dibandingkan dengan

kepentingan pribadi.

6

(26)

b. Sebagai seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep seperti rinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.

c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggitaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.

e. Membutuhkan kegiatan intelektual yang tinggi

f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan , dipilin diri dalam profesi dan kesejahtaraan anggotanya.

g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan

kemandirian

h. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadikan diri sebagai profesional yang permanen7.

Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa pada dasarnya guru

adalah ujung tombak dari pendidikan dimana guru harus dapat menjalankan

perannya secara profesional dalam melaksanakan fungsi dan tugas keguruannya

dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui

pendidikan dan latihan agar dapat tercapainya tujuan pendidikan yang maksimal

dan prestasi belajar siswa yang tinggi. Kualifikasi akademik dan kompetensi guru

sebagai agen pembelajaran berdasarkan Undang-undang yang dikembangkan oleh

BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.23 Dalam PERMENDIKNAS RI

No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2) mengenai Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru dijelaskan pula bahwa:

Pasal 1

a. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang

berlaku secara nasional.

b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

7

(27)

Pasal 2

Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.24 8

Uraian di atas jelas mengungkapkan seitap tenaga pendidik harus dapat

menjalankan fungsinya secara profesional. Profesionalisme guru kiranya

merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran

disekolah. Karena hanya guru yang profesional yang dapat menciptakan situasi

aktif serta diyakini mampu mengantarkan siswa dalam pembelajaran untuk

menemukan, mengeloa dan memadukan perolehannya dan memecahkan

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan nilai maupun

keterampilan hidupnya9. Guru profesional diyakini mampu memungkinkan siswa berpikir, bersikap dan bertindak kreatif. Dengan kata lain bahwa setiap guru

hendaknya memiliki kualifikasi yang mumpuni agar dapat tercapainya mutu

pendidikan yang berkualitas.

2. Prestasi Belajar

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar akan sangat erat kaitannya dengan

kualitas yang berarti akan berimplikasi terhadap hasil yang diukur oleh perolehan

prestasi belajar. Berarti dalam pendidikan hasil yang dimaksud disini adalah

lulusan yang berkualitas dan berprestasi tinggi. Lulusan yang berkualitas dapat

dihasilkan jika didukung oleh berbagai aspek pendidikan yang berkualitas pula

yang diciptakan atau didukung oleh tenaga pendidik yang profesional sesuai

dengan latar belakang dan keahliannya.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan

baik secara individu maupun secara kelompok 10 dalam keterangan lainnya disampaikan bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil

pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan

8

http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS_PENDDKN.P DF/2008/01/09/

9

Fachrudin & Ali Idrus Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011

10

(28)

kerja11. Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu

hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi

adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang

menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara

individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Menurut Slameto bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya12.

Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan

oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari

aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu.

Sedangkan menurut Nurkencana mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah

hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran13. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi

belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah

mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan

tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan

dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Terdapat dua faktor utama yang dapat mempengaruhi Prestasi belajar

siswa antara lain :

1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)

2. Faktor dari luar (faktor ekstern) 14

11Mas’ud dalam Djamarah, Prestasi Belajar & Kompetensi Guru.

Surabaya, Usaha Nasional 1994 h 21

12

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Rieneka Cipta 2003 h 2

13

Nurkencana, Evaluasi hasil belajar mengajar, Surabaya, Usaha Nasional 2005 h 62

14

(29)

1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)

Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas yaitu

faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.

a. Faktor Jasmani

Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor

kesehatan dan faktor cacat tubuh.

1. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa,

jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah

dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.

2. Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa

buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan

lain-lain.

b. Faktor psikologis

Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan,

kesiapan.

1. Intelegensi

Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan

cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

2. Perhatian

perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan

semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek.

Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus

(30)

pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,

sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik,

usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.

3. Bakat

Bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi

pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. bakat

adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang15.

4. Minat

Minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas

oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar

siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai

pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan

bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau

pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena

siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan

mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.

5. Motivasi

Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai

dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau

tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan

yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai

daya penggerak atau pendorongnya.

15

(31)

6. Kematangan

Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan

seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan

kecakapan baru.

Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ

atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri

makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya

masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan

sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu

sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.

7. Kesiapan

Preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan

respon atau reaksi16.

Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa

dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar

siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif

bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima

suatu mata pelajaran dengan baik.

c. Faktor kelelahan

Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh.

Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam

tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan

kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang

16

(32)

berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai

dengan minat dan perhatian”.

Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat

mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik

haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya

seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang

bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa

istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat

dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian

prestasi belajar siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak

terjadi kelelahan fisik dan psikis.

2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah

dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan

faktor masyarakat.

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat

mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi

antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan

ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.

1. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi

belajar anak, hal ini dikarenakan keluarga adalah lembaga

pendidikan yang pertama dan utama17. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat

17

(33)

menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan

bangsa dan negara.

Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan

keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik

anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

2. Relasi antar anggota keluarga

yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya.

Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga

yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah

apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau

sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.

3. Keadaan keluarga

keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat

menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan

orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap

keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa

mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang

memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan

prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar

yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang

tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.

4. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah.

(34)

pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi

kesulitan yang dialaminya.

5. Keadaan ekonomi keluarga

keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya,

misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain,

juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,

penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.

6. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi

sikap anak dalam belajar Oleh karena itu perlu kepada anak

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya

hasil belajar yang optimal.

7. Suasana rumah

Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, bahwa

suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di

dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar18. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan

ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.

Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak

penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,

pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan

anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya

belajarnya kacau serta prestasinya rendah.

18

(35)

b. Faktor sekolah

Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran,

kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah,

dan media pendidikan, yaitu :

1. Guru dan cara mengajar

faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting,

bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya

pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu

mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut

menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Mengajar

pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga

dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses

belajar.

Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam

perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan

dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang

kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan

dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model,

tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan

kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan

disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan

siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Model pembelajaran

Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh

sekali terhadap prestasi belajar siswa,. Dalam hal ini model atau

metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku

pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang

(36)

kebutuhan siswa,. Dimana guru harus bisa menilih dan menentukan

metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam

pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya :

model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, problem

solving dan lain sebagainya, dimana model atau metode ini

berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa

3. Alat-alat pelajaran

Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar

adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan

sebagaianya. sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan

perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara

mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam

menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat

belajar anak.

4. Kurikulum

Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa,

kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa

menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap

proses belajar maupun prestasi belajar siswa.

5. Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam

(37)

6. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,

menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena

itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi secara

aktif di dalam belajar.

7. Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah ini

misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan

pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam

pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan kelas,

gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.

8. Media pendidikan

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk

sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya

belaajr anak dalam jumlah yang besar pula. Media pendidikan ini

misalnya seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau

media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar

dengan baik.

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain

teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan

keluarganya.

1. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam

(38)

kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu,

lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

2. Teman Bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan

sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan

teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah

berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa

mereka bergaul.

Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh

baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang

jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka

perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik

dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua

dan pendidik harus bijaksana.

3. Cara Hidup Lingkungan

Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar

pengaruh terhadap pertumbuhan anak. Hal ini misalnya anak tinggal

di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan

berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.

Faktor eksternal ini dapat menimbulkan pengaruh positif antara lain dilihat dari :

1. Ekonomi keluarga,

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak

yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya

makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain. Juga membutuhkan

(39)

menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika

keluarga mempunyai cukup uang.

2. Guru dan cara mengajar

Guru dan cara mengajar merupakan faktor yang penting bagaimana sikap dan

kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan

bagaimana cara guru itu menyampaikan pengatahuan itu kepada anak-anak

didiknya. Ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena guru

yang berpengetahuan tinggi dan cara mengajar yang bagus akan

memperlancar proses belajar mengajar sehingga siswa dengan mudah

menerima pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya.

3. Interaksi guru dan murid

Interaksi guru dan murid dapat mempengaruhi juga dengan prestasi belajar,

karena interaksi yang lancar akan membuat siswa itu tidak merasa segan

berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar mengajar.

4. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegaiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial,

kegiatan keagamaan, dan lain-lain.

5. Teman bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisainya

karena siswa dapat belajar dengan baik apabila teman bergaulnya baik tetapi

perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk

perangainya.

6. Cara hidup lingkungan

Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada pertumbuhan

(40)

rajin belajar otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin belajar tanpa

disuruh.

Faktor eksternal yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi prestasi

anak adalah:

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah anaknya sekolah akan

menjadi anak yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi

tantangan atau kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras

maka anak tersebut manjadi penakut dan tidak percaya diri.

b. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intern menyebabkan

proses balajar mengajar menjadi kurang lancar juga anak merasa jauh dari

guru maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajarnya. Guru yang

mengajar bukan pada keahliannya, serta sekolah yang memiliki fasilitas dan

sarana yang kurang memadai maka bisa menyebabkan prestasi belajarnya

rendah.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa mutu pendidikan

yang berkualitas dan prestasi belajar siswa dapat tercipta dari proses kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan oleh sistem, organisasi serta tenaga yang

profesional. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor serta

pengaruhnya, baik internal (siswa) ataupun eksternal termasuk disitu adalah guru

sebagai tenaga pendidik yang dapat mempengaruhi segala ketercapaian siswa

dalam memperoleh prestasi belajar yang maksimal.

Pendidikan dianggap suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk

peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa.

Sering kali kebesaran suatu bangsa diukur dari sejauh mana masyarakatnya

(41)

masyarakatnya, maka semakin majulah bangsa tersebut. Kualitas pendidikan

tidak saja dilihat dari kemegahan fasilitas pendidikan yang dimiliki, tetapi sejauh

mana output (lulusan) suatu pendidikan dapat membangun sebagai manusia yang

sempurna sebagaimana tahapan pendidikan.

Pada hakikatnya pendidikan yang menyumbang terhadap pembangunan

bangsa adalah pendidikan yang dilakukan secara terstruktur (dalam arti memiliki

kurikulum dan pengelolaan yang sistematis). Sumbangan pendidikan terhadap

pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan,

tetapi pendidikan yang berkualitas yang dapat menghasilkan lulusan yang

beprestasi, baik dari sisi input, proses, output, maupun outcome. 19Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu (profesional), peserta

didik yang bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang bermutu dan berbagai

aspek penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang

bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang

bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang disyaratkan, dan outcome

pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang berprestasi tinggi yang mampu

melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha

atau dunia industri.

3. Pendidikan Agama Islam sebagai Bidang Study di Tingkat SMP

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

pendidik dalam rangka menanamkan dan mempersiapkan anak didik dalam

meyakini, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Dalam pendidikan yang lebih dipentingkan

adalah pembentukan pribadi anak. Disamping itu Zuhairini memberikan “batasan

pendidikan agama islam sebagai suatu usaha, sistematis da pragmatis dalam

membantu anak didik supaya mereka dapat hidup dengan ajaran islam”20.

Selanjutnya Zakiyah Darajat mengartikan pendidikan agama islam sebagai

berikut :

19 Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, 2002 20

(42)

a. Pendidikan agama islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama isalam serta menjadikannnya sebagai pandangan hidupnya.

b. Pendidikan agama islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran islam.

c. Pendidikan agama islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai pendidikannya ia dapat memahami,

Menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya itu debagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.21

Pengertian tersebut merupakan penjabaran dari pengertian

pendidikan agama islam yang terdapat dalam undang-undang nomor 20

tahun 2003 tentang sisitem pendidikan Nasioanal, pada pasal 30 ayat 2

yang dalam penjelasannya dikatkan:

“pedidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan niali-nilai

ajaran agamanya dan/atau menjadi ilmu ahli agama”22 .

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama

islam adalah pendidikan yang amenyeluruh yakni menyangkut pendidikan

materi dan immateri serta menyangkut kehidupan dunia dan akherat. Di

samping itu pendidikan agama islam merupakan suatu mata pelajaran

dilaksanakan pada suatu lembaga pendidika tertantu dengan harapan

setelah selesai pendidikan agam islam dapat dijadikannya sebagai

pedoman dan penghayatan selama hidupnya sehingga dapat menuju kearah

yang diridoi oleh Allah SWT. Sekalipun dalam rumusannya pendidikan

agama islam sabai mata pelajaran tetapi dalam pelaksanaannya tidak

menyangkut pemberian ilmu pengetahuan semata, melainkan yang lebih

utama adalah pembantukan, bembinaan dan pengembangan pribadi

musllim yang taat kepada Allah SWT serta dapat mengamalkan seluruh

ajaran agama islam.

21

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam,1999 hal 86

22

(43)

2. Dasar pendidikan agama islam

Pada dasarnya pendidikan pelaksanaan agama islam mempunyai

dasar-dasar yang kuat, dalam hal ini bahwa dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari tiga

aspek, yuridis/hukum, religius dan social psikilogi. Untuk lebih jelasnya

akan dikemukakan dasar-dasar tersebut, yaitu :

a. Segi yuridis atau hukum yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah atau lembaga pendidikan formal di Indonesia. Dasar dari segi yuridis formal sebagai pada tiga bagia, yaitu :

1. Dasar ideal, yaitu dasar dari falsafah Negara pancasila di mana sila

yang pertama adalah “ketuhanan yang maha esa”.

2. Dasar struktur atau konstitusoanal, yaitu dasar dari UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut :

b. Negara berdasarkan atas ketuhana Yang Maha Esa

c. Negara menjamin tiap-tiap kemerdakaan penduduk untuk

memeluk agama dan memeluk dan kepercayaan itu.

3. Dasar operasional, yaitu dasar secara langsung mengatur

pelaksanaan pendidikan sakolah-sekolah di Indonesia, hal tersebut terdapat dalam ketetapan MPR No.IV tahun 1978 yang kemudian dikokohkan kembali pada tap. MPR No.IV/MPR/19718 ketetapan MPR No. II/MPR/1983.

b. Dasar raligius adalah dasar-dasar yang bersumber daru agama islam yang tertera dalam al-Quran dan al-Hadits.

c. Dasar sosial psikologis yaitu semua manuasi dalam hidupnya

membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama, demikian juga orang-orang muslim memerlukan pendidikan islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka kea rah yang benar.23

3. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan umum, yaitu bimbingan anak

didik agar mereka menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan

berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara. Tujuan

Pendidikan Agama tersebut adalah “merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh

setiap orang yang melaksanakan pendidikan agama. Karena dengan menanamkan

23

(44)

keimanan beragama dalam diri seseorang akan menambah ketaatan dalam

menjalankan kewajiban agama”24.

Selanjutnya untuk mencapai tujuan aspek ketaqwaan kepada Allah SWT

yang merupakan tujuan umum pendidikan agama islam dalam bidang study

pendidikan agama islam ditempuh dengan cara :

a. Membina manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran dengan baik, sempurna, sehingga mencerminkan sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya.

b. Mendorong manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Mendidik ahli-ahli agama yang cukup terampil dibidangnya.

Adapun tujuan khusus Pendidikan Agama Islam untuk SMP menurut Zulhairinni adalah :

a. Memberikan Ilmu Pengetahuan Agama Islam

b. Memberikan pengertian agama islam yang sesuai dengan tingkat

kecerdasannya.

c. Memupuk jiwa agama anak.

d. Membimbing anak didik agar mereka mampu beramal shaleh dan berakhlak

mulia25.

JENIS KARANGAN ILMIAH : SKRIPSI

TEMPAT PENELITIAN : MTS AL-JAMII.AH TEGALLEGA

CIDOLOG SUKABUMI

Gambar

GAMBAR 1 : Struktur Organisasi SMP Islam Miftahul Huda…………………      54
Tabel 1 : Kondisi Keadaan Siswa Kelas VIII (Delapan) SMP Islam
Tabel 2 : Kisi-kisi angket Kemampuan Guru dalam Mengajar
Tabel 3 : Pilihan Jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

cenderung mudah dalam meniru gaya hidup para pemain sinetron yang diadaptasi dari. budaya kolonial agar tetap eksis dan disukai oleh masyarakat di

Mahasiswa dapat menjelaskan 3 kemampuan yang diharapkan dihasilkan dari lulusan pendidikan tinggi.. Mahasiswa dapat menjelaskan latar belakang diberikannya ISD

Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar khususnya untuk pengelolaan persampahan ditangani oleh Bidang Persampahan dan Limbah B3

Dalam hal seperti itu, seorang pengajar tari bisa mengetahui cara mengatasi hal tersebut dengan sangat baik dan kakak sangat mengenal diri kakak dan anak didik kakak, masa

Pengaruh Perilaku Pemakaian Masker, Kadar Debu Lingkungan, Kebiasaan Merokok Terhadap Kapasitas Vital Paru (KVP) Pekerja Bagian Produksi PT Japfa Comfeed Indonesia (JCI) Sragen,

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) pelaksanaan penilaian autentik di SMK Negeri 1 Surakarta dilakukan melalui tiga tahap yaitu (a) persiapan yang dilakukan guru di SMK Negeri

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikatotor kompetensi dalam suatu

Penerapan sistem Good corporate governance dalam perbankan syariah diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)