Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Winda Amaliyana
NIM 809011000156
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
berjudul “Hubungan Kemampuan Mengajar Guru PAI dengan Prestasi
Belajar PAI Siswa di SMP Islam Miftahul Huda Cipayung Megamendung
Bogor”, Penulisan karya ilmiah ini ini digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) program studi Dual Mode System.
Dan diharapkan penulis penulisan ini dapat menjadi acuan bagi semua pihak
untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan agar lebih
berkualitas.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah membimbing penulis
dalam penulisan serta penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Nurlena Rifai, MA. Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim,MA dan Bapak Drs. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag. Selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas membimbing
dan mendidik penulis. Mudah-mudahan Allah selalu melindungi dalam setiap
langkah serta memberikan keberkahan dalam kehidupannya.
3. Bapak Drs. Masan, AF, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah sabar
membimbing, memberikan saran, arahan, motivasi, dan telah meluangkan
waktu, tenaga dan pemikiran di sela-sela kesibukannya dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Didin Jalaludin, S.Ag selaku Kepala SMP Islam Miftahul Huda Serta seluruh
dewan guru dan staf yang telah berpartisipasi dalam memperoleh data-data
dan yang telah meluangkan waktunya kepada penulis sehingga
6. Suamiku tercinta Ayah Doni Mahathir Anshori, SE dan jagoan kecilku Delfian Shiddiq Mahathir atas semua do’a, cinta, pengorbanan, motivasi dan dukungan kasih sayang hingga terselesainya skripsi ini. Ananda mungkin
tidak bisa membalas semuanya itu, ananda hanya bisa mengucapkan syukron
kastiron jazakumullah ahsana jaza. Amin\
7. Papa Amri Yakub, Mama Eli, Tetehku (Lia & Indri), Adiku (Isti & Vilma),
keponakan yang lucu-lucu dan hebat (Teteh Dada, Kaka Biya, Dede Evan, Dede Husna & Dede Algan) You Are The Best Family. I Love You So…
8. Bunda, Wa Papi, Wa Amey plus Aandanya, Tete dan Om Tete serta seluruh
saudara - saudaraku yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Jazakumullah
khairon kastiron.
9. Sahabat-sahabatku (Gajog) dan teman-temanku seperjuangan Dual Mode
System yang telah memberikan dorongan, perhatian, kasih sayang, motivasi
dan semangatyang tak henti-hentinyauntuk penulis, terimakasih untuk
kebersamaannya.
10. Trio Ambisi Plus (Afit, Asep, Dede Plus Ridwan) yang selalu membantu atas
segala sesuatu dan memberikan hiburan gratisnya, cireng, bala-bala dll.
Semoga kalian sukses. Amin
11. Dijow Cafetaria selaku sponsor seumur hidup. Moga sukses.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi penulis
khususnya dan bagi bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, Agustus 2013
Penulis
Winda Ameliyana
vii
PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI………... Iii
ABSTRAK……… Iv
KATA PENGANTAR………. V
DAFTAR ISI... Vii
DAFTAR TABEL ………... Ix
DAFTAR GAMBAR…..………. X
DAFTAR LAMPIRAN... Xi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang……….. 1
B. Identifikasi Masalah……….. 8
C. Pembatasan Masalah………. 8
D. Perumusan Masalah………... 9
E. Tujuan Penelitian………... 9
F. Kegunaan Penelitian……….. 9
BAB II KAJIAN TEORITIS……….. 10
A. Deskripsi Teoritik……….. 10
1. Tenaga Pendidik……….. 11
2. Prestasi Belajar……… 16
a. Pengertian……….. 16
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi………. 17
3. Pendidikan Agama Islam sebagai bidang study di tingkat SMP……. 30
B. Hasil Penelitian yang relevan………. 33
C. Kerangka Berpikir……….. 36
viii
2. Waktu Penelitian……….. 38
B. Metode Penelitian……….. 39
C. Populasi dan sampel……….. 40
D. Teknik pengumpulan data……….. 41
E. Teknik analisis data……… 43
F. Hipotesis Statistik……….. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 47
A. Kondisi Sekolah………. 47
1. Deskripsi tempat penelitian……….. 47
2. Sejarah tingkat sekolah……… 51
3. Sarana dan prasarana……… 52
4. Struktur organisasi………... 53
5. Aktivitas SMP Islam Miftahul Huda………... 55
B. Deskripsi data………. 57
1. Kemampuan mengajar guru PAI……… 57
2. Prestasi belajar PAI siswa SMP Islam Miftahul Huda………….. 59
3. Hubungan kemampuan mengajar guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa………... 63
1. Analisis interpretasi data……….. 65
BAB V PENUTUP……… 68
A. Kesimpulan……… 68
B. Implikasi ……… 69
C. Saran……….. 70
DAFTAR PUSTAKA………..
ix
Tabel 1 :Kondisi keadaan siswa kelas VIII (Delapan) SMP Islam MH……….. 41
Tabel 2 : Kisi-kisi angket kemampuan guru dalam mengajar……….. 42
Tabel 3 : Pilihan Jawaban……….. 44
Tabel 4 : Klasifikasi skor angket kemampuan guru dalam mengajar……… 45
Tabel 5 : Kondisi keadaan siswa SMP Islam MH tiga tahun terakhir………….. 50
Tabel 6 : Data pendidik dan kependidikan SMP Islam Miftahul Huda………… 51
Tabel 7: Keadaan tenaga pendidik dan kependidikan SMP Islam MH tahun
pelajaran 2012/2013……….. 57
Tabel 8 : Analisis item skor untuk kemampuan mengajar guru PAI……… 57
Tabel 9:Klasifikasi jumlah skor jawaban siswa dari angket kemampuan
mengajar guru PAI……… 59
Tabel 10: Daftar nilai siswa dalam mata pelajaran PAI semester 1………. 60
Tabel 11: Klasifikasi nilai siswa dalam mata pelajaran PAI……… 61
Tabel 12: Analisis korelasional Variabel X (Kemampuan mengajar guru PAI)
x
xi
Lampiran 1 : Angket Hubungan kemampuan mengajar guru PAI dengan
Prestasi belajar PAI siswa………..
Lampiran 2 : Surat permohonan izin penelitian…….………...
Lampiran 3 : Surat Keterangan telah melakukan penelitian..………...
Lampiran 4: Copy daftar nilai siswa kelas VII (Delapan) SMP Islam
MH.….………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sudah menjadi suatu kebutuhan pokok setiap manusia di era dewasa ini untuk
memperoleh pendidikan baik secara formal ataupun informal. Pendidikan
merupakan suatu rangkaian aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan berbagai cara atau metode seperti; Observasi, pelacakan,
penelitian atau penggalian secara intensif dan berkesinambungan terhadap
potensi-potensi diri dan pembawaannya, dengan kata lain proses tersebut dapat
dikatakan sebagai proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa
menjadi bisa. Proses tersebut dapat berupa jasmani (panca indera serta
keterampilan-keterampilannya) maupun rohani (pikir, cipta, karsa, rasa dan
nurani) sesuai realitas dan nilai-nilai absah yang ada dalam masyarakat.
Pendidikan adalah : “Serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan antara manusia dewasa dan peserta didik secara tatap muka atau dengan menggunakan
semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa Potensi disini ialah potensi
fisik, emosi, sosial, sikap moral, pengetahuan dan keterampilan” 1 ..
Merujuk pada pengertian di atas, pendidikan merupakan proses budaya
untuk menigkatkan harkat dan martabat manusia. Dilihat dari keberlangsungan
dari proses pendidikan yang dapat berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di
dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari ketiga lingkungan
pendidikan tersebut, sekolah merupakan pendidikan formal. Pendidikan formal
adalah “pendidikan yang dilaksanakan secara teratur, sistematis, berjenjang dan dibagi dalam waktu waktu tertentu yang berlangsung dari mulai taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi” 2 .
Lodge sebagaimana dikutif. Ahmad Tafsir menyatakan bahwa
“pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Orang tua mendidik anaknya,
Guru Mendidik muridnya, bahkan Induk binatangpun mendidik anaknya” 3 .
Semua yang kita sebut atau yang kita lakukan dapat disebut mendidik kita
begitu juga yang disebut dan dilakukan orang lain terhadap kita, dapat disebut
mendidik kita. Dalam pengertian luas ini kehidupan adalah pendidikan, dan
pendidikan adalah kehidupan. Sedangkan dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa ;
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara4.
Dalam pelaksanaannya aktivitas pendidikan tersbut harus dapat memuat
faktor-faktor pendidikan agar pendidikan senantiasa dapat terlaksana dengan baik,
lancar, efektif serta intensif. Hal tersebut disebabkan oleh karena faktor
1
Idris & Jamal, Pengantar Pendidikan, Jakarta. Grasindo 1995 h 4
2
Idris & Jamal, Pengantar Pendidikan. Jakarta. Grasindo 1995 h 90
3
Ahmad Tafsir, Kependidikan dalam Persfektif Islam . 1991 h 24
4
pendidikan memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan
mendidik, berkaitan dengan hal tersebut, Bernadib menegaskan bahwa
faktor-faktor pendidikan terdiri dari lima hal yakni :
1. Faktor anak didik, yaitu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan utama dalam menunjang keberlangsungan pendidikan dan keberadaaannya tidak dapat digantikan faktor lain.
2. Faktor pendidik, yaitu salah satu faktor yang sangat penting, karena pendidik itulah yang akan bertanggung jawab terhadap pendidikan.
3. Faktor tujuan pendidikan, yaitu faktor yang sangat penting, karena tujuan merupakan arah yang hendak dituju dalam pendidikan tersebut.
4. Faktor alat pendidik, yaitu segala sesuatu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
5. Faktor alam sekitar (lingkungan), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan5.
Kelima faktor tersebut di atas dalam sebuah sistem pendidikan merupakan
unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lain, tiap-tiap faktor dalam sebuah
sistem pendidikan berinteraksi secara fungsional untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dalam pendidikan tersebut. Dalam sebuah sistem pendidikan ada suatu
kelemahan terhadap salah satu unsur dalam sistem pendidikan, faktor pendidik
merupakan salah satu faktor tumpuan utama dalam keberhasilan pendidikan,
karena dengan tenaga pendidik yang berkualitas akan menghasilkan hasil yang
berkualitas pula. Peran guru (pendidik) sangat penting dalam mengajar dan
mendidik siswa, serta dalam memajukan dunia pendidikan. Tercapainya tujuan
pendidikan dan hasil prestasi belajar siswa dan pendidikan bergantung pada
kualitas guru. Karena itu guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan
standar nasional pendidikan seperti latar pendidikan yang sesuai, kemampuan
mendidik yang mumpuni, menguasai teknik dan alat pembelajaran dan lain
sebagainya agar ia dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik dan
berhasil.
Menurut UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai dan mengevaluasi
5
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah” 6
. Pengertian tersebut diatas dalam
pelaksannaanya dilapangan agar lebih tertib serta dapat menjunjung
profesionalisme dan peraturan serta standar yang telah ditetapkan, diperkuat
kembali oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kompetensi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa :
”Kualifikasi guru akademik guru SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA minimum
Diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1).” (BSNP,2007c: 6). Dalam PMPN ini
juga disebutkan bahwa : “Guru harus menguasai empat kompetensi utama, yaitu
pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Keemat kompetensi ini terintegrasi
dalam kinerja guru.” (BSNP, 2007c :8) 7
Rendahnya kualifikasi pendidikan guru tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama rendahnya kesejahteraan guru. Gaji guru hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga tidak ada alokasi dana untuk
melanjutkan pendidikan. Kedua rendahnya kualitas, kualifikasi dan
kompetensi guru. Kompetensi guru yang rendah sering menjadi kendala bagi
guru untuk memperoleh beasiswa (yang jumlahnya terbatas). Ketiga
Rendahnya komitmen guru untuk meraih pendidikan lebih tinggi. 8
Guru dapat melanjutkan sekolah dan/atau menyelesaikan pendidikannya
manakala dalam dirinya ada komitmen yang tinggi dan pemikirannya jauh
kedepan. Keempat Rendahnya motivasi guru untuk meraih pendidikan lebih
tinggi. Motivasi yang tinggi dapat mengalahkan segala kendala yang melekat pada
guru. Keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan dari berbagai faktor, salah
satunya ditentukan dari faktor Pendidik atau Guru. Dalam proses belajar
mengajar seorang pendidik harus bisa memberikan ilmu pendidikan yang telah
dimiliki dengan cara menarik agar siswa tertarik dan mudah memahami dalam
mengikuti pelajaran dan siswa menguasai materi yang disampaikan oleh Gurunya.
Apalagi yang dididik disini adalah murid-murid SMP yang masih senang bermain
dan kurang konsentrasi dalam memperhatikan Gurunya yang sedang mengajar.
6
UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru & Dosen, Dr Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta. Kencana Prenada Media Group. 2011 h 3
7
Ibid h 4
8
Pasti dibutuhkan seorang Guru yang profesional dan memiliki pengalaman yang
bagus sehingga dapat merancang proses-proses pembelajaran yang bisa membuat
siswa tertarik dan nyaman dalam mengikuti pelajaran yang diberikan. Dengan
Guru yang profesional dan pengalaman, maka akan tercapai hasil belajar yang
dapat diukur dengan perolehan prestasi belajar siswa yang maksimal dan sesuai
dengan harapan.
Keberhasilan pendidikan di sekolah yang utama ditentukan oleh
keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara
kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki
dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan
yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar
mengajar. Saat ini salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita adalah dengan pemberlakuan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tiap sekolah-sekolah.
Namun, hal yang paling penting dalam hal inipun adalah faktor guru, sebab
secanggih apaun kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan tanpa kualitas
dan kemampuan guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil
yang maksimal. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki kompetensi, latar
pendidikan yang sesuai dan kemampuan yang mumpuni dengan apa yang telah
diamanatkan oleh undang-undang agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
secara efektif dan efisien.
Rendahnya kualifikasi akademik dan kompetensi guru masih terjadi
diberbagai belahan wilayah Indonesia, terlebih lagi berkaitan dengan pelajaran
agama yang notabennya adalah bertujuan mendidik siswa agar memiliki sikap
yang berakhlakul karimah, begitu juga di SMP Islam Miftahul Huda Cipayung
Megamendung Bogor masih terdapat Guru dengan kualifikasi yang masih
dibawah standard nasional pendidikan yang ditunjukan dengan masih terdapatnya
guru yang berijazah SMA (latar pendidikan yang berbeda) dan dari segi
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang kurang maksimal
dibandingkan dengan Guru yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan standar
pendidikan nasional dan latar belakang pendidikan yang sesuai, akan lebih
mampu dan berpengalaman dalam pengajaran. Dari perbedaan kualifikasi yang
dimiliki Guru tersebut menjadi suatu masalah yang menarik untuk diteliti apakah
memang benar perbedaan kualifikasi dan kemampuan mengajar Guru memiliki
hubungan terhadap prestasi belajar dan Kemampuan siswa yang diajarnya. Jika
kemampuan dan kualitas guru (guru agama) rendah dengan segala aspeknya
tersebut diatas, maka layak diajukan pertanyaan tentang hubungan kemampuan
mengajar guru dengan prestasi belajar siswa, akhlak siswa serta pencapaian siswa,
sebab bisa jadi, kecerdasan intelektual, kehidupan keluarga, kelas sosial, kawan
bermain siswalah yang lebih erat hubungannya yang merupakan faktor penting
bagi pencapaian siswa, jika guru tidak dapat membuat perubahan pada akhlak dan
prestasi siwa.
Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan profesi, artinya pekerjaan yang
menuntut keahlian khusus. Untuk memperoleh keahlian khusus dituntut pula
pendidikan yang khusus. Pemerintah telah mencanangkan standar nasional
pendidikan (SNP), salah satunya adalah stnadar tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan. Standar kualifikasi pendidik (guru) pada setiap jenjang pendidikan
di sekolah atau madrasah adalah Sarjana Strata satu (S1). Seorang guru yang
professional harus memiliki ijazah S1 sesuai dengan bidang yang dianjurkannya.
Kondisi kualifikasi guru yang ada di SMP Islam Miftahul Huda khususnya
bidang study Pendidikan Agama Islam (PAI) pada saat ini kirang sesuai dengan
standar nasional pendidikan dan standar tenaga pendidik atau guru. Kualifikasi
akademik dan Kompetensi guru masih cukup jauh dari standar nasional
pendidikan seperti masih adanya guru PAI yang memiliki latar pendidikan yang
tidak sesuai yakni masih adanya guru yang berijazah SMA, berijazah SMA tetapi
memiliki profesi sebagai Ustadz (guru ngaji) dan ada guru yang memiliki ijazah
S1 tetapi dengan jurusan lain ditambah lagi dengan kurangnya kemampuan dan
yang negative terhadap hasil belajar atau prestasi belajar siswa khususnya pada
bidang study PAI. Kondisi prestasi belajar siswa pada bidang study PAI di SMP
Islam Miftahul Huda dapat dikatakan tidak dapat mencapai hasil yang maksimal /
tidak dapat memperoleh nilai yang maksimal atau nilai yang tinggi dan hal ini
dapat dibuktikan dari nilai yang ada pada buku raport, dimana nilai untuk bidang
study PAI rata-rata hanya dapat mencapai nilai ketuntasan minimum saja bahkan
masih cukup banyak yang berada dibawah standar ketuntasan minimum.
Rendahnya nilai yang dicapai oleh siswa tadi tiada lain adalah sebuah
implikasi negative dari tidak sesuainya standar kualifikasi tenaga pendidik dan
kualifikasi akademik serta monotonnya metode pembelajaran yang diterapkan
oleh guru yang bersangkutan atau tidak variatif dalam mengajar, mungkin hal
tersebut terjadi karena terbatasnya pengetahuan guru mengenai system serta
metode pembelajaran yang baik. Dari masalah diatas ternyata dapat dilihat
beberapa bukti nyata antara lain : Rendahnya nilai prestasi belajar siswa,
Perolehan nilai maksimal hanya dapat mencapai nilai ketuntasan minimum atau
sesuai dengan KKM, masih terdapatnya nilai prestasi belajar siswa dibawah nilai
ketuntasan minimum, penerapan hasil belajar yang tidak terwujud, pemahaman
pendidikan keagamaan yang sempit, system pembelajaran yang monoton (hanya
mengandalkan metode ceramah), pengajaran tidak sesuai dengan silabus serta
tidak adanya rencana pembelajaran
Fenomena tersebut diatas menunjukan adanya kesenjangan yang
memerlukan penyelesaian dan pemecahan. Dengan membatasi pada SMP Islam
Miftahul Huda Cipayung Megamendung Bogor, penulis merasa tergugah untuk
mencoba mengungkap tabir dan melakukan penelitian mengenai permasalahan
tersebut dengan judul :
‘Hubungan Kemampuan Mengajar Guru PAI dengan Prestasi Belajar PAI
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagai mana yang telah
dipaparkan diatas, maka dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Latar belakang pendidikan guru agama tidak sesuai dengan bidangnya.
2. Kurangnya kemampuan mengajar serta minimnya pengalaman yang
dimiliki guru bersangkutan.
3. Masih adanya sebagian guru yang memiliki ijazah S1 tetapi tidak sesuai
dengan bidang study yang diampu olehnya
4. System pengajaran monoton atau tidak menggunakan metode bervariasi.
5. Rendahnya pencapaian hasil belajar atau nilai prestasi belajar siswa
6. Masih terdapatnya nilai prestasi belajar siswa dibawah nilai ketuntasan
minimum.
7. Pemahaman pendidikan keagamaan yang sempit serta penerapan hasil
belajar yang tidak terwujud,
8. Penerapan hasil belajar yang tidak tercapai
9. Pengajaran tidak sesuai dengan syllabus dan rencana pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, untuk lebih memfokuskan
pembahasan, maka dibatasi masalah pada hal-hal sebagai berikut :
1. Masalah kemampuan dan kualifikasi guru yang tidak sesuai dengan
bidangnya
2. Masalah prestasi belajar siswa pada mata pelajarn PAI yang masih
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas maka dirumuskan masalah
tersebut sebagai berikut :
Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Kemampuan mengajar
guru Agama dengan prestasi belajar PAI siswa pada kelas VIII (delapan) di
SMP Islam Miftahul Huda ?
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
Hubungan antara kemampuan mengajar guru dengan prestasi belajar PAI siswa
pada kelas VIII (delapan) di SMP Islam Miftahul Huda.
E. Kegunaan Penelitian
1. Membuktikan kebenaran teori bahwa Hubungan kemampuan mengajar
guru agama dengan prestasi belajar siswa serta pengaruhnya terhadap
sikap dan penerapannya.
2. Menambah wawasan penulis tentang teori hubungan kemampuan
mengajar guru dengan prestasi belajar PAI pada khususnya dan bagi para
yang membaca pada umumnya.
3. Menginformasikan kepada pihak sekolah tentang pentingnya kesesuaian
tenaga pendidik yang sesuai dengan standar kompetensi dan kualifikasi
akademik dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar
4. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
5. Meningkatkan motivasi guru untuk dapat meraih pendidikan yang lebih
tinggi serta pengalaman dan kemampuan mengajar yang sesuai dengan
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. DESKRIPSI TEORITIK
Tanaga pendidik memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Sehubungan dengan hal itu, sangat na’if jika kegiatan belajar
mengajar menapikan serta kurang memperhatikan kualitas guru yang sesuai
dengan kualifikasi standar akademik dan kompetensi guru. Terlebih lagi guru
agama karena hal tersebut tidak hanya berhubungan dengan masalah kualitas
pendidikan tetapi juga akan memberikan pengaruh yang langsung terhadap sikap
dan perilaku siswa dalam menjalankan kehidupan dilingkungan sekolah ataupun
dilingkungan masyarakat terutama akan langsung berimplikasi terhadap prestasi
belajar siswa. Tidak sesuainya latar pendidikan guru agama akan berimplikasi
pada kualitas pendidikan serta sikap dan perilaku siswa. Terlepas apakah itu
berupa hasil prestasi belajar ataupun sikap dan perilaku siswa tadi, yang jelas akan
dapat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan dan hasil prestasi yang diraih oleh
siswa. Dalam hal ini perlu sekiranya kita lihat dan kaji lebih dalam apakah
kemampuan mengajar guru PAI tersebut memiliki hubungan yang positif atau
negatif. Apabila terdapat hubungan yang sangat kuat atau signifikan dan positif
antara kemampuan mengajar guru agama dengan prestasi belajar, maka hal
tersebut akan diikuti oleh meningkatnya pula prestasi belajar, tetapi sebaliknya
jika kemampuan mengajar guru agama ini memiliki hubungan yang negatif
Maka setidaknya harus menjadi suatu kewajiban bagi setiap guru agama agar
dapat menyesuaikan kemampuan dan pendidikannya sesuai dengan standar yang
telah diamanatkan undang-undang demi tercapainya tujuan dan hasil pendidikan
yang berkualitas.
Dari uraian diatas, jelas kemampuan mengajar guru memiliki hubungan
serta pengaruh terhadap prestasi belajar dan tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar. kemampuan mengajar guru dapat menghidupkan kembali
apa yang telah diamati dimasa lampau terhadap suatu objek dan dapat diantispasi
kedalam ruang dan waktu. Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum
merupakan figur atau tokoh utama di sekolah yang diberi tugas, tanggung jawab
dan wewenang secara penuh untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam
bidang pendidikan agama islam1. Hadirja paraba menyatakan terdapat tujuh unsur pokok seorang guru dalam meningkatkan kualitas peserta didik, yaitu : Keimanan,
Ibadah, Al-Qur’an, Akhlak, Syariah, Muamalah dan Tarikh, sehingga mereka
(Peserta didik) meyakini memahami dan mengamalkan ajaran islam dalam
kehidupa sehari-hari baik sebagai pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara2.
Keberhasilan guru pendidikan agama dalam menanamkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mengembangkan akhlak mulia
(Akhlakul karimah) kepada peserta didik melalui pengelolaan dan pengembangan
proses belajar mengajar di sekolah, merupakan cermin keberhasilan pendidikan
agama islam khususnya dan pendidikan nasional pada umumnya.
1. Tenaga Pendidik (Guru)
Seperti telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa Pekerjaan guru adalah
pekerjaan profesi sebagai tenaga pendidik yang memiliki peranan sangat penting
dalam tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar, karena peranannya yang
1
Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Friska Agung Insani 1999 h
2
sangat penting tersebut maka setiap guru harus didukung oleh kemampuan yang
mumpuni, pendidikan yang sesuai serta pengalaman yang cukup agar dapat
menjalankan fungsinya dengan profesional.
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
perundang-undangan, Peraturan pemerintah mengenai Standar Nasional
Pendidikan nomor 19 tahun 2005 (PP RI NO.19 Tahun 2005) pada bagian kesatu
pasal 28 menyatakan :
Pasal 28
1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan / atau sertfikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi :
a. Kompetensi pedagigik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi Profesional d. Kompetensi Sosial
4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau serifikat keahlian sebagai mana maksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan dan diperlikan dapat diangakat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
5. Kualifikasi akademi dan kompetensi sebagai agen pelbagai pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampi dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan menteri.3
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tantang Standar Nasional
Pendidikan pasal 28 yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasionel Pendidikan
(BSNP). Kompetensi yang dimaksudkan disini adalah meliputi :
3
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagodik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki seorang guru. Dalam 4Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 dinyatakan bahwa kompetensi profesional adalah
“Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.
Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa setiap tenaga pendidik atau guru harus
mampu menjalankan tugasnya secara profesional dengan segala bentuk
ketentuan yang diamanatkan oleh undang-undang. Terdapat tiga tingkatan
kualifikasi profesional guru sebagai tenaga kependidikan:
Tingkatan Capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif.
Guru sebagai Inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif.
Guru sebagai visioner, selain menghayati kualifikasi yang tadi, guru juga harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. 5
4
Fachrudin & Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011 h 34
5
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi social adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyaakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, peserta didik dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan hal tersebut diatas hendaknya setiap guru harus mampu
melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh
sektor pendidikan, atau dengan kata lain bahwa setiap tenaga pendidik atau guru
harus dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Menurut surya dalam
Fachrudin S dan Ali Idrus mengungkapkan bahwa guru yang profesional akan
tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan
keahlian baik materil maupun metode6. Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru untuk
merencanakan program pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar,
melakukan evaluasi hasil belajar, memenuhi standar kompetensi serta dapat
melakukan proses belajar mengajar secara aktif dan efektif.
Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta
memiliki pengalaman dibidangnya, seorang guru profesional dituntut dengan
sejumlah persyaratan minimal antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi
yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidangnya,
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa yang
kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap
profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus melalui
organisasi profesi, pendidikan, pelatihan, buku, seminar dan semacamnya.
Fachrudin S dan Ali Idrus mengemukakan delapan ciri guru yang profesional,
antara lain:
a. Lebih mementingkan pelayanan yang ideal dibandingkan dengan
kepentingan pribadi.
6
b. Sebagai seorang pekerja profesional secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep seperti rinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggitaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
e. Membutuhkan kegiatan intelektual yang tinggi
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan , dipilin diri dalam profesi dan kesejahtaraan anggotanya.
g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan
kemandirian
h. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadikan diri sebagai profesional yang permanen7.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita pahami bahwa pada dasarnya guru
adalah ujung tombak dari pendidikan dimana guru harus dapat menjalankan
perannya secara profesional dalam melaksanakan fungsi dan tugas keguruannya
dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan agar dapat tercapainya tujuan pendidikan yang maksimal
dan prestasi belajar siswa yang tinggi. Kualifikasi akademik dan kompetensi guru
sebagai agen pembelajaran berdasarkan Undang-undang yang dikembangkan oleh
BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.23 Dalam PERMENDIKNAS RI
No. 16 Tahun. 2007 (Pasal 1 dan 2) mengenai Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru dijelaskan pula bahwa:
Pasal 1
a. Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang
berlaku secara nasional.
b. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
7
Pasal 2
Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma (D-IV) atau Sarjana (S1) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.24 8
Uraian di atas jelas mengungkapkan seitap tenaga pendidik harus dapat
menjalankan fungsinya secara profesional. Profesionalisme guru kiranya
merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran
disekolah. Karena hanya guru yang profesional yang dapat menciptakan situasi
aktif serta diyakini mampu mengantarkan siswa dalam pembelajaran untuk
menemukan, mengeloa dan memadukan perolehannya dan memecahkan
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan nilai maupun
keterampilan hidupnya9. Guru profesional diyakini mampu memungkinkan siswa berpikir, bersikap dan bertindak kreatif. Dengan kata lain bahwa setiap guru
hendaknya memiliki kualifikasi yang mumpuni agar dapat tercapainya mutu
pendidikan yang berkualitas.
2. Prestasi Belajar
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar akan sangat erat kaitannya dengan
kualitas yang berarti akan berimplikasi terhadap hasil yang diukur oleh perolehan
prestasi belajar. Berarti dalam pendidikan hasil yang dimaksud disini adalah
lulusan yang berkualitas dan berprestasi tinggi. Lulusan yang berkualitas dapat
dihasilkan jika didukung oleh berbagai aspek pendidikan yang berkualitas pula
yang diciptakan atau didukung oleh tenaga pendidik yang profesional sesuai
dengan latar belakang dan keahliannya.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan
baik secara individu maupun secara kelompok 10 dalam keterangan lainnya disampaikan bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil
pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan
8
http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005_STANDAR_NAS_PENDDKN.P DF/2008/01/09/
9
Fachrudin & Ali Idrus Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta, Gaung Persada 2011
10
kerja11. Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu
hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara
individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slameto bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya12.
Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan
oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari
aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu.
Sedangkan menurut Nurkencana mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah
hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran13. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi
belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan
tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan
dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Terdapat dua faktor utama yang dapat mempengaruhi Prestasi belajar
siswa antara lain :
1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)
2. Faktor dari luar (faktor ekstern) 14
11Mas’ud dalam Djamarah, Prestasi Belajar & Kompetensi Guru.
Surabaya, Usaha Nasional 1994 h 21
12
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Rieneka Cipta 2003 h 2
13
Nurkencana, Evaluasi hasil belajar mengajar, Surabaya, Usaha Nasional 2005 h 62
14
1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas yaitu
faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor
kesehatan dan faktor cacat tubuh.
1. Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa,
jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah
dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
2. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa
buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan
lain-lain.
b. Faktor psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan,
kesiapan.
1. Intelegensi
Intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan
cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2. Perhatian
perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan
semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek.
Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,
sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik,
usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.
3. Bakat
Bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi
pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang15.
4. Minat
Minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas
oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar
siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai
pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan
bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau
pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena
siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan
mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.
5. Motivasi
Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai
dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan
yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai
daya penggerak atau pendorongnya.
15
6. Kematangan
Kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan
seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan
kecakapan baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ
atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri
makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya
masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan
sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu
sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
7. Kesiapan
Preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan
respon atau reaksi16.
Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa
dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar
siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif
bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima
suatu mata pelajaran dengan baik.
c. Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan
jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah
lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh.
Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam
tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan
kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang
16
berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai
dengan minat dan perhatian”.
Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat
mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya
seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang
bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa
istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat
dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian
prestasi belajar siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak
terjadi kelelahan fisik dan psikis.
2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat.
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat
mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi
antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan
ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
1. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi
belajar anak, hal ini dikarenakan keluarga adalah lembaga
pendidikan yang pertama dan utama17. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat
17
menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan
bangsa dan negara.
Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan
keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik
anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
2. Relasi antar anggota keluarga
yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya.
Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga
yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah
apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau
sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
3. Keadaan keluarga
keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat
menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan
orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap
keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa
mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang
memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan
prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar
yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang
tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.
4. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah.
pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi
kesulitan yang dialaminya.
5. Keadaan ekonomi keluarga
keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya,
misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain,
juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi,
penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
6. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi
sikap anak dalam belajar Oleh karena itu perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya
hasil belajar yang optimal.
7. Suasana rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, bahwa
suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di
dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar18. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan
ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.
Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak
penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,
pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan
anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya
belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
18
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran,
kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah,
dan media pendidikan, yaitu :
1. Guru dan cara mengajar
faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting,
bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu
mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut
menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Mengajar
pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga
dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses
belajar.
Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam
perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan
dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang
kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan
dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model,
tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan
kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan
disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan
siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Model pembelajaran
Model atau metode pembelajaran sangat penting dan berpengaruh
sekali terhadap prestasi belajar siswa,. Dalam hal ini model atau
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku
pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang
kebutuhan siswa,. Dimana guru harus bisa menilih dan menentukan
metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam
pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya :
model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, problem
solving dan lain sebagainya, dimana model atau metode ini
berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa
3. Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar
adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan
sebagaianya. sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan
perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara
mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam
menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat
belajar anak.
4. Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa,
kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
Kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap
proses belajar maupun prestasi belajar siswa.
5. Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam
6. Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,
menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Oleh karena
itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi secara
aktif di dalam belajar.
7. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah ini
misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan
pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam
pekerjaan administrasi dan keberhasilan atau keteraturan kelas,
gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.
8. Media pendidikan
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk
sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya
belaajr anak dalam jumlah yang besar pula. Media pendidikan ini
misalnya seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau
media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar
dengan baik.
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain
teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan
keluarganya.
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam
kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu,
lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2. Teman Bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan
sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan
teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah
berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa
mereka bergaul.
Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh
baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang
jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka
perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik
dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua
dan pendidik harus bijaksana.
3. Cara Hidup Lingkungan
Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar
pengaruh terhadap pertumbuhan anak. Hal ini misalnya anak tinggal
di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan
berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.
Faktor eksternal ini dapat menimbulkan pengaruh positif antara lain dilihat dari :
1. Ekonomi keluarga,
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya
makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain. Juga membutuhkan
menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika
keluarga mempunyai cukup uang.
2. Guru dan cara mengajar
Guru dan cara mengajar merupakan faktor yang penting bagaimana sikap dan
kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan
bagaimana cara guru itu menyampaikan pengatahuan itu kepada anak-anak
didiknya. Ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena guru
yang berpengetahuan tinggi dan cara mengajar yang bagus akan
memperlancar proses belajar mengajar sehingga siswa dengan mudah
menerima pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya.
3. Interaksi guru dan murid
Interaksi guru dan murid dapat mempengaruhi juga dengan prestasi belajar,
karena interaksi yang lancar akan membuat siswa itu tidak merasa segan
berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar mengajar.
4. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegaiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial,
kegiatan keagamaan, dan lain-lain.
5. Teman bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisainya
karena siswa dapat belajar dengan baik apabila teman bergaulnya baik tetapi
perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk
perangainya.
6. Cara hidup lingkungan
Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada pertumbuhan
rajin belajar otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin belajar tanpa
disuruh.
Faktor eksternal yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi prestasi
anak adalah:
a. Cara mendidik
Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah anaknya sekolah akan
menjadi anak yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi
tantangan atau kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras
maka anak tersebut manjadi penakut dan tidak percaya diri.
b. Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intern menyebabkan
proses balajar mengajar menjadi kurang lancar juga anak merasa jauh dari
guru maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajarnya. Guru yang
mengajar bukan pada keahliannya, serta sekolah yang memiliki fasilitas dan
sarana yang kurang memadai maka bisa menyebabkan prestasi belajarnya
rendah.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa mutu pendidikan
yang berkualitas dan prestasi belajar siswa dapat tercipta dari proses kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh sistem, organisasi serta tenaga yang
profesional. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor serta
pengaruhnya, baik internal (siswa) ataupun eksternal termasuk disitu adalah guru
sebagai tenaga pendidik yang dapat mempengaruhi segala ketercapaian siswa
dalam memperoleh prestasi belajar yang maksimal.
Pendidikan dianggap suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk
peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa.
Sering kali kebesaran suatu bangsa diukur dari sejauh mana masyarakatnya
masyarakatnya, maka semakin majulah bangsa tersebut. Kualitas pendidikan
tidak saja dilihat dari kemegahan fasilitas pendidikan yang dimiliki, tetapi sejauh
mana output (lulusan) suatu pendidikan dapat membangun sebagai manusia yang
sempurna sebagaimana tahapan pendidikan.
Pada hakikatnya pendidikan yang menyumbang terhadap pembangunan
bangsa adalah pendidikan yang dilakukan secara terstruktur (dalam arti memiliki
kurikulum dan pengelolaan yang sistematis). Sumbangan pendidikan terhadap
pembangunan bangsa tentu bukan hanya sekedar penyelenggaraan pendidikan,
tetapi pendidikan yang berkualitas yang dapat menghasilkan lulusan yang
beprestasi, baik dari sisi input, proses, output, maupun outcome. 19Input pendidikan yang bermutu adalah guru-guru yang bermutu (profesional), peserta
didik yang bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang bermutu dan berbagai
aspek penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang
bermutu adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output pendidikan yang
bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi yang disyaratkan, dan outcome
pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang berprestasi tinggi yang mampu
melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi atau terserap pada dunia usaha
atau dunia industri.
3. Pendidikan Agama Islam sebagai Bidang Study di Tingkat SMP
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
pendidik dalam rangka menanamkan dan mempersiapkan anak didik dalam
meyakini, menghayati dan mengamalkan agama islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan pelatihan. Dalam pendidikan yang lebih dipentingkan
adalah pembentukan pribadi anak. Disamping itu Zuhairini memberikan “batasan
pendidikan agama islam sebagai suatu usaha, sistematis da pragmatis dalam
membantu anak didik supaya mereka dapat hidup dengan ajaran islam”20.
Selanjutnya Zakiyah Darajat mengartikan pendidikan agama islam sebagai
berikut :
19 Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, 2002 20
a. Pendidikan agama islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama isalam serta menjadikannnya sebagai pandangan hidupnya.
b. Pendidikan agama islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran islam.
c. Pendidikan agama islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai pendidikannya ia dapat memahami,
Menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang telah diyakininya itu debagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.21
Pengertian tersebut merupakan penjabaran dari pengertian
pendidikan agama islam yang terdapat dalam undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang sisitem pendidikan Nasioanal, pada pasal 30 ayat 2
yang dalam penjelasannya dikatkan:
“pedidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan niali-nilai
ajaran agamanya dan/atau menjadi ilmu ahli agama”22 .
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama
islam adalah pendidikan yang amenyeluruh yakni menyangkut pendidikan
materi dan immateri serta menyangkut kehidupan dunia dan akherat. Di
samping itu pendidikan agama islam merupakan suatu mata pelajaran
dilaksanakan pada suatu lembaga pendidika tertantu dengan harapan
setelah selesai pendidikan agam islam dapat dijadikannya sebagai
pedoman dan penghayatan selama hidupnya sehingga dapat menuju kearah
yang diridoi oleh Allah SWT. Sekalipun dalam rumusannya pendidikan
agama islam sabai mata pelajaran tetapi dalam pelaksanaannya tidak
menyangkut pemberian ilmu pengetahuan semata, melainkan yang lebih
utama adalah pembantukan, bembinaan dan pengembangan pribadi
musllim yang taat kepada Allah SWT serta dapat mengamalkan seluruh
ajaran agama islam.
21
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam,1999 hal 86
22
2. Dasar pendidikan agama islam
Pada dasarnya pendidikan pelaksanaan agama islam mempunyai
dasar-dasar yang kuat, dalam hal ini bahwa dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari tiga
aspek, yuridis/hukum, religius dan social psikilogi. Untuk lebih jelasnya
akan dikemukakan dasar-dasar tersebut, yaitu :
a. Segi yuridis atau hukum yaitu dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah atau lembaga pendidikan formal di Indonesia. Dasar dari segi yuridis formal sebagai pada tiga bagia, yaitu :
1. Dasar ideal, yaitu dasar dari falsafah Negara pancasila di mana sila
yang pertama adalah “ketuhanan yang maha esa”.
2. Dasar struktur atau konstitusoanal, yaitu dasar dari UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut :
b. Negara berdasarkan atas ketuhana Yang Maha Esa
c. Negara menjamin tiap-tiap kemerdakaan penduduk untuk
memeluk agama dan memeluk dan kepercayaan itu.
3. Dasar operasional, yaitu dasar secara langsung mengatur
pelaksanaan pendidikan sakolah-sekolah di Indonesia, hal tersebut terdapat dalam ketetapan MPR No.IV tahun 1978 yang kemudian dikokohkan kembali pada tap. MPR No.IV/MPR/19718 ketetapan MPR No. II/MPR/1983.
b. Dasar raligius adalah dasar-dasar yang bersumber daru agama islam yang tertera dalam al-Quran dan al-Hadits.
c. Dasar sosial psikologis yaitu semua manuasi dalam hidupnya
membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama, demikian juga orang-orang muslim memerlukan pendidikan islam agar dapat mengarahkan fitrah mereka kea rah yang benar.23
3. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan umum, yaitu bimbingan anak
didik agar mereka menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan
berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara. Tujuan
Pendidikan Agama tersebut adalah “merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh
setiap orang yang melaksanakan pendidikan agama. Karena dengan menanamkan
23
keimanan beragama dalam diri seseorang akan menambah ketaatan dalam
menjalankan kewajiban agama”24.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan aspek ketaqwaan kepada Allah SWT
yang merupakan tujuan umum pendidikan agama islam dalam bidang study
pendidikan agama islam ditempuh dengan cara :
a. Membina manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran dengan baik, sempurna, sehingga mencerminkan sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya.
b. Mendorong manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c. Mendidik ahli-ahli agama yang cukup terampil dibidangnya.
Adapun tujuan khusus Pendidikan Agama Islam untuk SMP menurut Zulhairinni adalah :
a. Memberikan Ilmu Pengetahuan Agama Islam
b. Memberikan pengertian agama islam yang sesuai dengan tingkat
kecerdasannya.
c. Memupuk jiwa agama anak.
d. Membimbing anak didik agar mereka mampu beramal shaleh dan berakhlak
mulia25.
JENIS KARANGAN ILMIAH : SKRIPSI
TEMPAT PENELITIAN : MTS AL-JAMII.AH TEGALLEGA
CIDOLOG SUKABUMI