• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh

Khozinatun Masfufah

NIM: 1110011000003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Kecerdasan Emosional dan Akhlak Siswa SMP Negeri 3 Tangerang

Selatan.

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Masih banyak pendidik yang belum memberikan keteladanan dalam usaha pemebentukan kepribadian anak., (2) Paradigma pendidikan yang mengedepankan IQ sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran, (3) Banyak masalah yang muncul dari faktor internal (kepribadian), dari permasalahn ini penulis ingin melihat hubungannya dengan kecerdasan emosional. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat meningkatkan kecerdasan emosional guna meningkatkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari, (2) Untuk mengetahui bagaimana akhlak yang dimiliki oleh siswa, (3) Membuktikan adanya hubungan antara keceerdasan emosional dan akhlak siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Dalam pelaksanaan penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi korelasiPearson Product Moment. Metode ini dipilih berdasarkan variabel yang diteliti, masalah yang dirumuskan dan hipotesis yang diajukan. Adapun penelitian yang dilakukan adalah penelitian mennggunakan angket atau kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data dalampenelitian ini adalah : (1) editing yaitu meneliti semua angket atau kuesioner satu persatu tentang kelengkapan pengisian dan kejelasannya, (2) Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil di kumpulkan kedalam tabel yang telah di sediakan, (3) Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket. Untuk analisis data menggunakan analisa statistik dengan rumusPearson Product Moment.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai signifikan korelasi = 0,004. Karena sig. < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan dengan akhlak dan memiliki hubungan yang positif dan sedang dengan nilai sebesar 0,419.

(7)
(8)

iii Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in dan

tabi’atnya semoga kita tetap konsisten berada dalam sunnahnya.

Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai usaha untuk aplikasi hasil belajar. Walaupun penyusunan skripsi ini dilakukan maksimal, namun penulis menyadari keterbatasan penulis sebagai manusiayang tak luput dari ketidak sempurnaan. Kajian lebih lanjut dan kontribusi pemikiran-pemikiran dari pihak-pihak yang lebih kompeten senantiasa penulis dengan tangan terbuka menerima segala saran maupun mauskan yang bersifat membangun, demi lebih matangnya daya analisa dan pengetahuan penulis kemasa depan. Semoga tulisan ini memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan pemikiran tentang pendidikan, terutama Pendidikan Agama Islam.

Dengan kerendahan hati, izinkanlah penulis menyampaikan untaian kata terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan

dukungan dalam mengerjakan skripsi ini baik dalam bentuk materi, spirit, do’a

maupun yang lainnya, yaitu kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Hj. Nurlena Rifa’i. MA. Ph.D

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Abd Majid Khon, M.Ag

(9)

iv

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah swt.

6. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dan seluruh jajaran dewan guru, yang telah membantu dalam memberikan data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, seluruh sivitas akademik SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

7. Ayahanda Abdurrohman dan Ibunda Wasliyah tercinta, yang kasih sayang dan pengorbanannya kepada penulis tak terbatas, semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi penulis. Kedua adikku Umi Zakiah dan Ahmad Syibawaih yang terus mendo’akan dan memotivasi ketika ku mulai malas. Kalian adalah motivator terhebatku! 8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Agama Islam Kelas A angkatan 2010

yang telah bersama-sama berjuang demi meraih cita-cita yang kita banggakan, kalian adalah keluarga kedua bagi penulis yang senantiasa mendukung dan memotivasi penulisan skripsi hingga selesai.

9. Sugawan-sugawati Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) JABODETABEK, baik alumni, pengurus maupun anggota yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuan, do’a dan dukungannya.

10. Indrawan-indrawati Persatuan Mahasiswa Indramayu (PERMAI-AYU) DKI JAKARTA, baik alumni, pengurus maupun anggota yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, atas segala bantuan, do’a dan dukungannya.

(10)

v

(11)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II - KAJIAN TEORI A. Kecerdasan Emosional ... 7

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 7

2. Aspek Dasar Kecerdasan Emosional ... 9

a. Mengenali Emosi Diri ... 9

b.

Mengelola Emosi ... 10

c.

Memotivasi Diri Sendiri ... 10

d.

Mengenali Emosi Orang Lain ... 10

e.

Membina Hubungan Sosial (Social Skill) .. 10

3. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional 11 4. Kecerdasan Emosional Kaitannya dalam Islam .... 12

5. Pengukuran Kecerdasan Emosional ... 14

6. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu ... 16

B. Akhlak ... 16

1. Pengertian Akhlak ... 17

(12)

vii

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 24

D. Kerangka Berpikir ... 26

E. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III - METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 28

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

C. Metode Penelitian ... 28

D. Populasi dan Sampel ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

a. Observasi ... 29

b. Angket ... 29

c. Studi Dokumentasi ... 31

F. Teknik Pengolahan Data ... 31

BAB IV - HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Tangsel ... 35

1. Sejarah singkat SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ... 35

2. Visi dan Misi ... 36

3. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan ... 38

4. Keadaan siswa ... 38

5. Sarana dan Prasarana ... 38

B. Deskripsi Data ... 39

C. Uji Hipotesis Penelitian ... 70

(13)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pola pembangunan sumber daya manusia di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ1 (kecerdasan intelektual) dan materialisme tetapi mengabaikan EQ2 (kecerdasan emosi) terlebih SQ3 (Kecerdasan spiritual). Pada umunya masyarakat Indonesia memang memandang IQ paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar dalam pola asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan juga sekolah-sekolah negeri atau swasta pada umumnya. Maka tidak heran kalau banyak remaja siswa Menengah ke atas berprestasi tapi tidak sedikit kemudian mereka yang berprestasi juga menjadi siswa yang urakan dan mengabaikan tanggung jawabnya dalam menjalani proses pendidikan di sekolah, terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba dan atau budaya tawuran sering dilakukan. Pengaruh obat-obatan terlarang, budaya kritis yang cenderung negatif karena mengurangi kesopanan pada guru dan orang tua, selama ini menjadi ciri adanya perubahan budaya pada remaja siswa di Indonesia.

Akhlak merupakan salah satu terpenting bagian terpenting bagi kehidupan, karena dengan akhlak maka akan dapat dibedakan anatara manusia dengan makhluk Allah yang lain, manusia bisa dikatakan baik dan buruk karena memiliki akhlak. Pembinaan akhlak dalam ajaran agama Islam adalah bagian integral dari skeseluruhan ajaran agama Islam yang harus dibuktikan dengan amal perbuatan.

1

Untuk penggunaaan kalimat kecerdasan intelektual, pada lembar-lembar berikutnya penulis menggunakan singkatan IQ

2

Untuk penggunaaan kalimat kecerdasan emosional, pada lembar-lembar berikutnya penulis menggunakan singkatan EQ

3

(15)

Sebagai manusia yang beragama, sudah barang tentu akhlakul karimah sangat diperlukan untuk bergaul dengan baik. Baik dalam kehidupan keluarga, sekolah maupun kehidupan ditengah-tengah masyarakat, sehingga dengan demikian akhlak tersebut harus dibina, serta dipelihara supaya tidak hilang dari diri manusia.

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilandasi dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab dalam rangka membina dan membentuk suatu kepribadian, kecerdasan dan keterampilan peserta didik, baik bersifat jasmani maupun rohani. Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru mendefiniskan, “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh-kembangkan potensi sumber daya manusia melalui pengajaran”4

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan, berdirilah lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal. Adapun yang formal seperti SD, SMP SMA sedangkan yang non-formal seperti kursus-kursus, private dan sebagainya. Dan di dalam lembaga formal tersebut terdapat Pendidikan Agama Islam. Secara formal dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi disebutkan bahwa :

“Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam melalui sumber utamanya: kitab suci Al-Qur’an dan Hadis melalui keinginan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama dalam masyarakat hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.”5

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan mulia di dunia ini, karena sempurna itulah manusia dikaruniai berbagai potensi yang sangat luar biasa diantaranya adalah potensi kecerdasan (IQ:

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja rosdakarya, 1993) cet ke-1, h.1

5

(16)

Intelligence Quotion). IQ merupakan potensi dasar manusia dan merupakan faktor genetik. Dengan IQ ini para ahli psikologi memilah-milah manusia ke dalam berbagai tinggatakatn IQ. Dan mereka berkeyakinan bahwa semakin tinggi IQ seseorang semakin tinggi pula orang itu menunjukkan kemampuannya.6

Menurut penelitian Daniel Golmen seorang psikolog dari Harvard telah menunjukkan bahwa manusia memilki suatu jenis potensi dasar yang lain, yaitu Kecerdasan Emosional (EQ: Emotional Quotien), menurut pendapatnya bahwa IQ akan dapat bekerja secara efektif apabila seseorang mampu memfungsikan EQ-nya. IQ hanyalah merupakan satu unsur pendukung keberhasilan seseorang, keberhasilan itu akan tercapai tergantung kepada kemampuan seseorang itu menggabungkan anatara IQ dan EQ.

Pada tahun 2003 keluarlah Undang-Undang SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan awal reformasi pendidikan yang mencoba menyeimbangkan pola pembangunan SDM dengan mengedepankan SQ (Kecerdasan spiritual), EQ (kecerdasan emosi) dan tidak mengabaikan IQ (kecerdasan intelektual. Oleh karena itu, kecerdasan emosional harus slalu diasah. Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa keterampilan EQ yang sama untuk membuat siswa yang bersemangat tinggi dalam belajar, atau untuk disukai oleh teman-temannya di arena bermain, juga akan membantunya dua puluh tahun kemudian ketika sudah masuk kedunia kerja atau ketika sudah berkeluarga.

Sekolah merupakan tempat anak belajar berinteraksi dengan orang lain. Sekolah harus membangun budaya yang mengutamakan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, nilai demokratis, menghargai perbedaan, berlapang dada menerima kenyataan, dan menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Sekolah harus meningkatkan kecerdasan emosional (psikologis) yang berpengaruh terhadap faktor Akhlak (tingkah laku) siswa agar dapat mencapai tingkat mutu pendidikan

6

(17)

Permasalahan yang banyak terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tangerang Sealatan adalah permasalahan yang berhubungan dengan setting/beground keluarga siswa, yang sangat mempengaruhi tingkah laku atau akhlak mereka di sekolah. Anak-anak yang memiliki permasalahan keluarga (broken home) sering mengalami stress yang berlebihan sehingga akan membuat mereka tidak besemangat dalam mengikuti pelajaran, dan berlaku acuh-tak acuh terhadap semua orang. Kecerdasan para siswa dalam mengelola emosi, khususnya mengelola setiap permasalahan yang mereka hadapi tentu mempengaruhi tingkah laku atau akhlaknya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti: ”Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Akhlak Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan”

B. Identifikasi masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka yang dapat di identifikasi masalah-masalah yang akan muncul adalah sebagai berikut :

1. Masih banyak pendidik yang belum memberikan keteladanan dalam usaha pembentukan kepribadian anak.

2. Paradigma pendidikan yang mengutamakan IQ sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, maka agar penelitian ini tidak terlalu meluas, maka masalah yang ada dibatasi pada:

1. Akhlak yang dimaksud dalam penulisan ini dibatasi pada akhlak kepada Allah, akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak terhadap lingkungan siswa

(18)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu Bagaimana hubungan Kecerdasan Emosional terhadap akhlak siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tangerang Selatan?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat meningkatkan kecerdasan emosional guna meningkatkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Untuk mengetahui bagaimana akhlak yang dimiliki oleh siswa

3. Membuktikan adanya hubungan antara keceerdasan emosional dan akhlak siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya: 1. Bagi individu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya.

2. Bagi lembaga

(19)

3. Bagi ilmu pengetahuan

(20)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Dalam memahami kecerdasan emosional, penting untuk mengetahui terlebih dahulu apa itu kecerdasan dan apa itu emosional. Dengan mengetahui hal tersebut maka akan memudahkan untuk memperoleh gambaran dan memahami hakikat keceerdasan emosinal. Oleh sebab itu sebelum membahas pengertian kecerdasan emosional terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian kecerdasan dan pengertian emosional.

Istilah kecerdasan emosi baru dikenal secara luas pertengahan 90-an dengan diterbitkannya buku Daniel Goleman (Emotional Intelligence).7 Goleman menjelaskan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang orang lain.

Kecerdasan emosi adalah bentuk kecerdasan yang berkaitan dengan sisi kehidupan emosi, seperti kemampuan untuk menghargai dan mengelola emosi diri dan orang lain, untuk memotivasi diri seseorang dan untuk mengatasi hubungan interpersonal secara efektif. Kecerdasan emosional menurut Ary Ginanjar Agustian adalah seseorang yang memiliki ketangungguhan, inisiatif, optomisme, dan kemampuan beradaptasi.8

Istilah kecerdasan emosi pertama kali berasal dari konsep kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Thordike pada tahun 1920

7

Agus Nggermanto. Quantum Quotient / Kecerdasan Quantum (Cara Praktis Melejitkan IQ,EQ,dan SQ yang Harmonis) (Bandung: Nuansa, 2002), cet-4, h. 98

8

(21)

dengan membagi 3 bidang kecerdasan yaitu kecerdasan abstrak (seperti kemampuan memahami dan memanipulasi simbol verbal dan matematika), kecerdasan konkrit seperti kemampuan memahami dan memanipulasi objek, dan kecerdasan sosial seperti kemampuan berhubungan dengan orang lain.9

Orang yang cerdas secara emosional adalah orang yang memahami kondisi dirinya, memahami perasaan yang terjadi pada dirinya dan bisa mengambil tindakan yang positif sebagai respon dari munculnya perasaan itu. Orang tersebut juga mampu merasakan perasaan orang lain dan bisa menanggapinya secara proporsional. Pusat EQ adalah di belahan otak kanan. Stimulasi yang ditujukan kepada bagian otak kanan terbukti bisa meningkatkan kecerdasan emosional seseorang.

David Coleman memberikan penjelasan melalui ciri-ciri orang yang memilikin kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

a. Memiliki pengaruh: melakukan taktik persuasi secara efektif.

b. Mampu berkomuniasi: mengirimkan pesan secara jelas dan meyakinkan.

c. Manajemen konflik: merundingkan dan menyelesaikan pendapat. d. Kepemimpinan: menjadi pemandu dan member ilham.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Orang yang cerdas secara emosi tidak memakai prinsip “harus memiliki segalanya saat itu juga”. Mengendalikan dorongan hati merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa yang akan datang. Kecerdasan emosi penuh dengan perhitungan. Orang yang cerdas secara emosi tidak berada dibawah kekuasaan emosi. Mereka akan cepat

9

(22)

kembali bersemangat apapun situasi yang menghadang dan tahu cara menenangkan diri. Mengelola suasana hati bukan berarti menekan perasaan. Salah satu ekspresi emosi yang bisa timbul bagi setiap orang adalah marah. Menurut Aristoteles, Marah itu mudah. Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat, waktu, tujuan dan dengan cara yang tepat, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang cerdas secara emosi. Ketiga hal tersebut diatas, merupakan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi-emosi diri sendiri yang harus dimiliki oleh orang-orang yang dikatakan cerdas secara emosi.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Menurut penelitian Daniel Goleman ahli psikologi membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalaian diri, dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi social (empati dan keterampilan social). Lima komponen kecerdasan emosinal tersebut adalah sebagai berikut :10

a. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai kepekaan, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

10

(23)

b. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melampiaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusias, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

e. Membina Hubungan Sosial (Social Skill)

(24)

cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Orang-orang senang berada disekitar mereka dan merasa bahwa hubungan ini berharga dan menyenangkan. Ini berarti kedua belah pihak dapat menjadi diri mereka sendiri. Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang lain merasa tentram dan nyaman berada didekatnya. Mereka menebar kehangatan dan keterbukaan atau transparansi dengan cara yang tepat.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Walgito sebagaimana yang dikutip oleh Zainun Mu’tadin membagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional menjadi dua, yaitu:

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu. Apabila fisik dan kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya. Segi psikologis di dalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal berupa stimulus dari lingkungan dimana kecerdasan emosionalnya berlangsung. Faktor eksternal meliputi: a) Stimulus itu sendiri, stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosionalnya tanpa distorasi, dan b) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosional.11

Maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang ada dalam diri (faktor

11

(25)

internal) dan faktor yang datang dari luar diri berupa stimulus dan situasi khusus yang melatarbelakangi kecerdasan emosi.

4. Kecerdasan Emosional dan Kaitannya dalam Islam

Menurut Daniel Goleman, “untuk menentukan sukses dalam kehidupan ini bukan kecerdasan intelektual tapi kecerdasan emosional”. Kecerdasan emosioanl diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri. Dalam islam, kemampuan mengendalikan emosi disebut sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi dalam kecerdasan emosionalnya, seperti sabar dalam menghadapi kesulitan, sabar ketika belajar dan orang tersebut tekun, berhasil mengatasi berbagai gangguan dan tidak menuruti emosionalnya dan dapat mengendalikan emosionalnya. Ini selaras dengan Firman Allah dalam QS. Ali-Imran [2] ayat 134 berikut:



















“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Teori Daniel Goleman mengenai kecerdasan emosional ini dapat disimpulkan dalam peribahasa Arab sebagai

َرِفَظ َرَبَص ْنَم

, artinya barang

siap ayang bersabar ia akan sukses.12 Hal ini bisa dikaitkan bahwa orang yang sukses dalam hidupnya adalah orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi atau orang-orang yang sabar. Kecerdasan emosional bisa dibentuk dengan melatih kesabaran dan tekun dalam menempuh perjalanan. Seperti itulah seorang sufi yang menempuh perjalanan menuju Allah. Hal inilah cara mengembangkan keceerdasan emosional.

12

(26)

Orang-orang yang cerdas secara emosional adalah orang yang sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai cobaan, sabar dan tabah dalam mengejar tujuannya. Orang-orang yang bersabar menurut al-Qur’an akan diberi pahala belipat ganda di dunia dan akhirat. Pahal yang akan diperoleh bagi orang yang bersabar yaitu shalawat (kebeerkatan yang sempurna, rahmat, dan hidayat.

Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 157:13









“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah; 157).

“Konsep kecerdasan emosional terkait dengan sikap-sikap terpuji dari kalbu dan akal yakni sikap bersahabat, kasih sayang, empati, takut berbuat salah, keimanan, dorongan moral, bekerja sama, beradaptasi, berkomunikasi dan penuh perhatian serta kepedulian terhadap sesame

makhluk ciptaan Tuhan.”14

Dapat disimpulkan bahwa keceerdasan emosional dilihat dalam perspektif Islam mempunyai makna yang beragam. Tetapi kesemuanya itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan umat manusia terkait dengan hubungan antara manusia dengan sesama makhluk ciptaan Allah atau manusia yang berperan sebagai makhluk sosial.

Terkait dengan Pendidikan Agama Islam dimana ciri yang menandai keceerdaan emosinal dalam pendidikan Islam terdapat pada pendidikan akhlak. Dengan demikina terdapat keserasian antara ciri yang menandai keceerdasan emosional dengan salah satu tujuan pendidikan agama islam yaitu membina pribadi muslim yang berakhlak mulia.

Akhlak mulia atau al-akhlakul al-karimah dalam Islam adalah hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual seperti

13

Departemen Agama RI, “al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya”, h. 24

14

(27)

konsistensi (istiqamah), rendah hati (tawadhu’), usaha keras (ikhtiar), pasrah (tawakkal), ketulusan (ikhlas), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ihsan).15

Diharapkan dengan memiliki kecakapan emosional dan mempunyai nilai spiritual yang tinggi, manusia bisa memiliki akhlak yang mulia dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

“Kecerdasan emosional juga bisa diartikan sebagai kognitif

qalbiyah karena hati merupakan cerminan dari pendidikan akhlak.”16

Dengan demikian hati harus dididik, diperbaiki, diluruskan, diberi perhitungan dan diberi teguran. Pendidikan dan pelurusan hati bertujuan memunculkan kecerdasan yang dimilikinya atau untuk mengobati penyakit-penyakit psikis yang diderita. Dengan dididik dan diluruskan , hati akan dapat menggapai kondisi-kondisi rohani positif dan sifat-sifatkesempurnaan.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam perspektif Islam kecerdasan emosional itu bisa diartikan sebagai kemampuan mengendalikan dan menahan diri atau sering disebut dengan sabar. Kecerdasan emosional juga bisa diartikan sebagai kognitif qalbiyah yang tercermin dalam pendidikan akhlak.

5. Pengukuran Kecerdasan Emosional

Thomas Stanley (dalam Meldasari Sadi) menyatakan bahwa pengukuran kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan metode personality assessement. Ada beberpa metode personality assessement yang dianggap valid dan banyak digunkan dalam mengukur kecerdasan

15

Ari Ginanjar Agustin, ESQ The ESQ Way 165, (Jakarta: Arga, 2005), Cet. xx, h.280

16

(28)

emosional seseorang karena aplikasinya yang mudah dan tidak memakan waktu lama. Metode yang digunakan yaitu:17

1) Alam Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), yaitu: metode berupa pertanyaan tentang perasaan atau tindakan yang biasa dilakukan seseorang dalam situasi tertentu, berdasarkan jawaban individuakan diklasifikasikan ekstrovet atau introvert, sensing atau intuit if, thinking, atau feeling perceiving atau judging, klasifikasi tersebut berupa tipe kepribadian. Dari perpaduan sifat-sifat di atas akan menghadirkan tipologi kepribadian seseoang, apakah ia visioner, kritis, skeptic, logis, dan analitis.

2) Dominan-Influence-Steadines-Conscientiousness(DISC),pengukuran yang dikembangkan pertama klai oleh Walter Clarke pada tahun 50an, dan sampai sekarang tingkat akurasinya anatar 83%-95%. DISC sekarang cukup populer di Indonesia. Seseorang diminta untuk memilih satu pernyataan yang paling mencerminkan dirinya dan satu pernyataan yang paling tidak mencerminkan dirinya. Biasanya tes ini dikerjakan hanya hanya dalam waktu 10 menit, sudah akan dapat diketahui tipe kepribadian seseorang, potensi kekuatan dan kelemahan seseorang, serta hal-hal yang dapat memotivasi orang lain.

3) Competence Based Interview (CBI), adalah metode interview berstruktur, sedikit berbeda dengan interview biasa. Metode ini dapat mengungkapkan pengetahuan dan keterampilan seseorang, persepsi dan perilsku sosialnya, karakteristik pribadi, dan motivasinya.

Dalam penelitian ini untuk mengukur kecerdasan emosional siswa menggunkana skala keceerdasan emosioanl yang dikembangkan dari teori kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Daniel Goleman, yang meliputi: mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.

17

(29)

6. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu

Emosi merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna afektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya: bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang) dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu18

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai.

b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbul rasa putus asa (frustasi).

c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila sedamg mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.

d. Terganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

B. Akhlak

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab, jatuh bangunnya suatu masyarakat tergsntung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah lahir dan batinnya. Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu membuat seseorang menjadi aman, tenang dan tidak adanya perbuatan yang tercela. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan akhlak penulis akan menguraikannya didalam skripsi ini.

18

(30)

1. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak dari segi bahasa menurut Jamil Shaliba sebagaiman yang dikutip oleh Abuddin Nata, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tabi’at, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.19

Definisi akhlak dilihat dari segi terminologi di kemukakan oleh para ahli. Diantaranya sebuah definisi dari Ibnu Maskawaih menyatakan, bahwa yang disebut “akhlaq” adalah:

َ ح

َ لا

ََ ل

َ ل

َ ف

َ س

ََ د

َ عا

َ يَ ةَ

َ ل

َ اَا

َ ل

َ اََ ف

َ ع

َ لَا

َ مَا

َ نَ

َ غ

َر يَ

َ ف

َ ك

َررَ

َ و

َ َ

َ رَ وَ ي

َرة

Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)”.20

Dengan kalimat yang berbeda, Iman Al-Ghazali mengemukakan definisi “akhlaq” sebagai berikut:

َ اَ

لَ ل

َ قَ

َ عَ ب

َ راَ ة

ََ ع

َ نَ

َ هَ يَ ئ

َرةَ

َ ف

َ لاَ

َ ف

َ س

ََ ر

َ سا

َ خَ ة

ََ ع

َ َ ه

َ تَا

َ ص

َ دَ ر

َ

َ َا

َ فَ ع

َ لا

ََ ب

َ سَ ه

َ وَ لَرة

ََ وَ ي

َ سَرر

ََ م

َ نَ

َ غ

َ يَ

َ ح

َ جا

َرةََ

اَ ل

َ فَ

َ ك

َررَ

َ وَ رَ ؤ

َ يَرة

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu)”.

Dari pengertian tersebuat dapat dipahami bahwa akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka tindakan spontan itu disebut akhlak yang baik (akhlakul karimah). Sebaliknya apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang buruk, maka tindakan spontan itu disebut akhlak tercela (akhlakul mazmumah).

19

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.1

20

(31)

Akhlak yang dimaksud di sini adalah akhlak menurut ajaran-ajaran Islam. Karena dasar ajaran Islam adalah al-Qur’an dan al-Hadits, maka dasar akhlak juga adalah al-Qur’an dan al-Hadits atau Sunnah Rasul. Sebagaimana dalam Q.S. al-Fath [48] ayat 29 berikut:







































“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang-orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan sopan tanpa dibuat-buat tanpa memerlukan pikiran. Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut ditentukan dalam

(32)

2. Ruang Lingkup Akhlak Islami

M. Solihin dan M. Rosyid Anwar membagi ruang lingkup akhlak Islami menjadi tiga bagian yaitu:21

a) Akhlak kepada Allah, diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai akhlaki. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah antara lain: a) karena Allah-lah yang teAllah-lah menciptakan manusia. Dengan demikian sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakan. b) karena Allah-lah yang telah memberi perlengkapan pancaindra, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hatisanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. c) karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan sebagainya. d) karena Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Contohnya seperti ibadah yang terdapat dalam QS. Al-Fatihah berikut:





“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.”

b) Akhlak terhadap sesama manusia, seperti yang dikemukakan dalam al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia, bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti, badan dan mengambil harta tanpa alas an yang benar, melainkan juga sampai menyakiti hati dengan

21

(33)

jalan menceritakn aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah. Setiap orang hendaknya didudukan secara wajar, yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan, dapat mengendalikan hawa nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri. Contohnya seperti bersikap ramah kepada tetangga yang terdapat dalam Q.S. Al-Nisa [4] ayat 36 berikut:





















“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”

c) Akhlak terhadap lingkungan yaitu segala sesuatu yang disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt, dan menjadi milik-Nya serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-milik-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang Muslim untuk menyadari

bahwa semuanya adalah “umat Tuhan” yang harus diperlukan

(34)

َ إَ ت

َ ق

َ لاَاو

َ

َ ف

َ هَ

َ ذَ

ََ لا

َ بَ ه

َ ئا

َ مَ

َ لاَ م

َ عَ ج

َ مَ ة

ََ فَ

راَ ك

َ بَ وَ ه

َ صَا

َ لا

َ ةََ و

َ كَ ل

َ وَ ه

َ صَا

َ لا

َ ةَ

“Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarai dan beri makanlah ia (binatang) dengan baik.”

َ

Maka dapat disimpulkan bahwa akhlak Islami itu berbicara tentang cara berhubungan dengan Allah, cara berhubungan dengan sesama manusia, cara berhubungan dengan lingkungan, seperti: binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk akan merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.

3. Pembentukan Akhlak

Menurut Muhammad Athiyah, “Pendidikan budi pekerti dan akhlak

adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam”.22

Sementara Ahmad D. Marimba mengatakan bahw “tujuan utama pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan hidup setiap Muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama Islam.23 Jadi, pembentukan akhlak sama dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu untuk menjadi hamba Allah, hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk agama Islam.

Sedangkan menurut Imam al-Ghazali menyatakan bahwa

pembentukan akhlak adalah “hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan,

dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh”.24

Pada intinya pembentukan akhlak memang perlu dibina supaya terbentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan. Keadaan pembinaan ini terasa diperlukan terutama pada

22

M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok pendidikan Islam, (Jakarta: BUlan Bintang, 1974), Cet. 11, h. 15.

23

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), Cet.4, h. 48

24

(35)

saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan di bidang iptek. Peristiwa yang baik dan yang buruk dengan mudah dilihat melalui televisi, radio, internet, faximili dan sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa pembentukan akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia untuk menjadi hamba Allah.

4. Metode Pembinaan Akhlak

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Dari sini lalu muncul pribadi-pribadi Muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Allah, dan seterusnya. Di sisi lain, anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan, dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela, dan sebagainya.25

Ada beberapa cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak antara lain:26

a) Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, murah hati, dan murah tangan.

b) Cara paksaan. Seseorang yang ingin menulis mengatakan kata-kata yang bagus misalnya, pada mulanya ia harus memaksakan tangan

25

M. Solihin, dan M Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup, (Bandung: Nuansa, 2005), cet-1, h .99

26

(36)

dan mulutnya menulis atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus.

c) Secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan yang akan dibina. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat disajikan dalam bentuk peermainan.

d) Cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya.

e) Melalui keteladanan. Menanamkan keteladanan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang baik. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemebrian contoh teladan yang baik dan nyata.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembinaan akhlak dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam, dengan cara pembiasaan yang kontinyu, cara paksaan, cara memperhatikan faktor kejiwaan menurut perbedaan tingkat usianya, cara menganggap diri sebagai yang banyak kekurangannya, dan dengan cara memberikan keteladanan.

5. Manfaat Akhlak Yang Mulia

Terdapat suatu pendapat yang menyatakan: ”Orang yang baik akhlaknya, biasanya banyak memiliki teman sejawat dan sedikit musuhnya, hatinya tenang, riang, dan senang, hidupnya bahagia dan

membahagiakan”.27

Menurut Abuddin Nata ada empat manfaat memiliki akhlak yang mulia yaitu:28

1) Memperkuat dan menyempurnakan Agama, akhlak yang baik akan menimbulkan kawan yang banyak dan disukai orang, sehingga segala kesulitan dapat dipecahkan dan peluang untuk mendapatkan rezeki

27

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 5

28

(37)

dan keberuntungan akan terbuka, mengingat rezeki itu akan datang melalui interaksi yang baik dengan orang lain.

2) Mempermudah perhitungan amal di akhirat, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim menyebutkan bahwa ada tiga perkara yang yang membawa kemudahan hisab (perhitungan amal di akhirat) dan akan dimasukkan ke surga, yaitu memberi sesuatu kepada orang yang tak pernah memberi apapun kepadamu (kikir), memaafkan orang yang pernah menganiayamu, dan menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang tak pernah kenal kepadamu.

3) Menghilangkan kesulitan, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan bahwa barang siapa yang melepaskan kesulitan orang mu’min dari kehidupannya di dunia ini, maka Allah akan melepaskan kesulitan orang tersebut pada hari kiamat.

4) Selamat hidup di dunia dan akhirat, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Syaikh menyebutkan bahwa ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia, yaitu takut kepada kepada Allah di tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang yang terang, berlaku adil pada waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu miskin, maupun waktu kaya.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang yang berakhlak mulia itu semakin beruntung, orang yang berakhlak baik akan pasti disukai masyarakatnya, kesulitan dan penderitaannya akan dibantu akan dipecahkan walaupun ia tidak mengharapkannya, banyak bersedekah tidak akan menjadi miskin dan sengsara, tetapi malah berlimpah ruah hartanya.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Secara umum, penelitian tentang Kecerdasan Emosional telah mulai dilakukan para peneliti diberbagai tempat. Adapun diantaranya adalah:

(38)

Jakarta : Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.29

Kesamaan penulisan skripsi di atas dengan yang akan penulis paparkan adalah sama-sama membahas kecerdasan emosional. Dan perbedaan dari skripsi diatas dengan penulis adalah perbedaan pada ruang lingkup dan jenis penelitiannya. Skripsi diatas ruang lingkupnya di batasi pada lingkungan keluarga sedangkan penulis ruang lingkupnya pada akhlak. dari jenis penelitiannya skripsi di atas menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.

2. Amalia Savitri Wahyuningtias. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Persada Indonesia Y.A.I, 2004.30

Kesamaan penulisan skripsi di atas dengan yang akan penulis paparkan adalah sama-sama membahas kecerdasan emosional dan jenis penelitiannya sama-sama pendekatan kuantitatif. Dan perbedaan dari skripsi diatas dengan penulis adalah perbedaan pada ruang. Skripsi di atas ruang lingkupnya di batasi pada prestasi belajar sedangkan penulis ruang lingkupnya pada akhlak.

3. Siti Humaeroh. “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam pada Siswa SMP Muhammadiyah 17 Ciputat”. Jakarta : Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.31

29

Gatot Nurluqman”Urgensi Kecerdasan Emosional Sebagai Paradigma Baru

Pendidikan Anak Di Lingkungan Keluarga.” Jakarta : Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2010

30

Amalia Savitri Wahyuningtias.” Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Jakarta: Universitas Persada Indonesia Y.A.I, 2004

31

Siti Humaeroh. “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi

(39)

Kesamaan penulis pada skripsi di atas dengan yang akan penulis paparkan adalah sama-sama membahas kecerdasan emosional. Dan jenis penelitiannya sama-sama penedekatan kuantitatif. Dan perbedaan dari skripsi di atas dengan dengan penulis adalah perbedaan pada ruang. Skripsi diatas ruang lingkupnya di batasi pada prestasi belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam sedangkan penulis ruang lingkupnya pada akhlak.

D. Kerangka Berfikir

Hubungan antara kecerdasan emosional (variabel x) dengan akhlak siswa (variabel y) dapat di gambarkan sebagai berikut :

Diagram kerangka berfikir hubungna kecerdasan emosional dengan akhlak siswa

Tidak dapat dipungkiri bahwa kecerdasan emosional besar perannya dalam menentukan berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam hal pendidikan dan begitu pula akan betapa pentingnya kecerdasan emosional yang perlu dikembangkan pada diri siswa. Karena betapa banyak kita jumpai siswa, di mana mereka begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya. Namun bila tidak dapat mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa, atau angkuh atau sombong, maka prestasi tersebut tidak akan banyak bermanfaat untuk dirinya. Ternyata kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada siswa sedini mungkin. Karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat

Kecerdasan

(40)

kelak, sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal.

Idealnya, kunci di dalam memperoleh keberhasilan adalah antara IQ dan EQ haruslah seimbang. Pengembangan emosi yang dilakukan guru disekolah merupakan sumbangsih besar bagi peningkatan akhlak siswa agar menjadi siswa yang memiliki akhlakul karimah. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya di miliki oleh siswa agar memiliki akhlak yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian diduga ada terdapat hubungan positif yang disignifikan antara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa.

E.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. HO : terdapat hubungan yang signifikan anatara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa

(41)

28

A. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan metode apa yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun dalam metodologi ini penulis memaparkan diantaranya: tempat dan waktu penelitian, metode dan desain penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 1 Ciputat Tangerang Selatan. Adapun waktu yang dibutuhkan selama melakukan penelitian adalah dari bulan April hingga Juni 2014.

C. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada kesempatan ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, pada dasarnya menguji teori atau konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dalam bentuk hipotesis penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi korelasi “Pearson Product Momen” metode ini dipilih berdasarkan variabel yang diteliti, masalah yang dirumuskan dan hipotesis yang diajukan.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.32 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama tahun

32

(42)

pelajaran 2013/2014 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tangerang Selatan Kelas VIII sebanyak 460 siswa.

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.33 Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.9 SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian, dibutuhkan data untuk mendukung dan menjawab masalah yang ada. Adapun teknik pengumpulan data skripsi ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian Pustaka, yaitu menelaah buku-buku yang relevan dengan pembahasan untuk memeperoleh informasi.

2. Penelitian Lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan secara langsung dengan teknik sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti dengan menggunakan seluruh alat indera34.

Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap subyek penelitian yakni seluruh siswa/I SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Teknik ini merupakan langkah awal bagi penulis untuk melakukan penelitian.

b. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket

33

Sugiyono. Metode Penelitian Kependidikan (Jakarta: PT Ciputat Press,2006), h. 68

34

(43)

(Questionnaire) yang berbentuk skala Likert. Angket ini disebarkan kepada siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tangerang Selatan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Metode ini merupakan metode utama yang digunakan untuk memperoleh data variabel keceerdasan emosional dan akhlak siswa.

[image:43.595.105.525.161.593.2]

Butir-butir pertanyaan dalam angket disusun dibawah ini berdasarkan indikator dari variabel kecerdasan emosional menurut Daniel Goleman. Indikator kecerdasan emosional yaitu:

Tabel 3.1

Kisi- Kisi Kecerdasan Emosional

Variabel Indikator Item + Item - Jumlah

Kecerdasan

Emosional

a. Kenali emosi diri b. Mengelola emosi c. Memotivasi diri

sendiri

d. Mengenali emosi orang lain

e. Membina hubungan

1, 2, 5 6, 9 11, 12, 14, 15 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25

3,4 7, 8, 10 13 5 5 5 5 5

Jumlah 20 6 25

Butir-butir pertanyaan dalam angket disusun dibawah ini berdasarkan indikator dari variabel akhlak siswa mengacu pada pendapat M. Solihin dan M. Rosyidi Anwar dalam bukunya Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna Hidup .

(44)

Tabel 3.2

Kisi- Kisi Akhlak Siswa

Variabel Indikator Item + Item

-

Jumlah

Akhlak

Siswa

a. Akhlak kepada Allah Swt

b. Akhlak terhadap sesama manusia

c. Akhlak terhadap lingkungan

1, 2, 3, 4, 5 6,7,8,9, 10, 11, 12, 13,

14, 16 17,19, 20, 21, 22, 23, 24, 25

15

18

5

11

9

Jumlah 23 2 25

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk menguatkan dan menambah referensi penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari data yang dimiliki pihak Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tangerang Selatan maupun keluarga

F. Teknik Pengolahan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuesioner yang berhasil di kumpulkan

[image:44.595.104.525.131.560.2]
(45)

berdasarkan jawaban yang di pilih dan jenis-jenis pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan positif skor yang bergerak dari jawaban skornya 4,3,2,1. untuk pertanyaan negatif pensekoran bergerak sebaliknya (1,2,3,4,).

3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil di kumpulkan kedalam tabel yang telah di sediakan.

4. Uji Validitas

Setelah data kuantitatif diperoleh dengan alat pengumpulan data diatas, maka selanjutnya diadakan pengolahan dan analisis data, sehingga data-data yang telah ada dapat dipahami kemudian diuraikan dan diinterpretasikan melalui analisis data.

Uji validitas untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen yang diperoleh dari angket (kuesioner) untuk mendapatkan data tentang variabel peranan guru dan kenakalan siswa. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan metode Korelasi Product Moment dari Pearson, dengan melihat angka koefisien korelasi (r) yang menyatakan hubungan antara skor per item dengan skor total. Dengan rumus sebagai berikut:

= �∑ − ∑ . ∑

√{�∑ ²− ∑ ²|�∑ ²− ∑ ²}

Keterangan:

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” product Moment N : Number of Cases

∑XY : Jumlah hasil perkalian skor X dan Y ∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

(46)

dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach’s Alpha dan corrected item total correlation dengan rumusnya yaitu:

� = [ � − 1 ] [1 − � ∑�� 2 ��²

Dimana, rumus Varians:

�2 = ∑�2 − ∑� 2 � �

r =Realibilitas instrumen/koefisien alfa k = Banyaknya butir soal

∑��2 = Jumlah varians butir

��² = Total varians N = Jumlah responden

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel, yaitu keceerdasan emosional dan akhlak siswa. Kecerdasan emosional disebut variabel terikat (selanjutnya dilambangkan dengan X) dan akhlak siswa disebut variabel bebas (selanjutnya dilambangkan dengan Y). Variabel X dan variabel Y ini akan digunakan memperoleh koefisien hubungan antara keceerdasan emosional dan akhlak siswa dengan menggunakan program komputer SPSS.

Setelah dilakukan analisis data, maka hasilnya diinterpretasikan dan disimpulkan.Adapun pedoman yang umum digunakan dalam memberikan interpretsi secara sederhana terhadap angka hasil koefisien korelasi product moment. adalah sebagai berikut.35 :

35

(47)
[image:47.595.104.523.120.584.2]

Tabel 3.3

Besarnya

“r” Product

Moment (rxy)

Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat kolerasi, akan tetapi kolerasi itu sangat lemah ata

Gambar

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Kecerdasan Emosional
Tabel 3.2                     Kisi- Kisi Akhlak Siswa
Tabel 3.3 Besarnya
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan, pada regresi Weibull faktor yang berpengaruh signifikan terhadap laju kesembuhan pasien adalah faktor usia, jenis kelamin, nyeri dada, dan

Hasil penelitian ini juga mencerminkan bahwa rata-rata komite audit adalah 3,02 atau dapat dikatakan ukuran komite audit masih rendah, sehingga belum mampu untuk

Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.  fungsi mineral yaitu

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan sedang dan negatif antara derajat aktivitas fisik yang rendah pada laki-laki dengan kejadian stroke iskemik akut di RSUD Dr

Nurmi (1989b dalam Joireman &amp; Starthman, 2004) mengemukakan bahwa individu akan mencapai tujuan untuk menikah pada usia 26 tahun, dengan begitu pada usia 26 tahun

Cara menentukan nilai suku banyak

Ing masyarakat Jawa khususe tlatah Madiun, Banyu Tuk Pitu digunakake kanggo salah sawijining piranti sajrone tradhisi-tradhisi kang nggunakake piranti banyu,

Arabi, Ibnu. Hakikat Lafadz Allah , terj. Hasan Abrori, Pustaka Progresif Surabaya --- 1988. The Alchemy of Happiness , terj. Haidar Bagir, Mizan, Bandung Hoesen, Oemar Amin,