BALITA USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SITU GINTUNG CIPUTAT TAHUN 2013
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
YANTI MULYANTI
109104000031
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERT{TIBUNGAN I}ENGAN
KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA USTA 1-5 TAHUN
I}I
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SITU GINTUNG CIPUTAT TAHUN2013
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedolcteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Ne.qeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
YANTI MUI,YANTI
Nnvr I \ lLYI . t tnotnil Lltf, IUtUUUUG!Innnn?t
Darnhirnhinrt TT l vllrvllll(r1116 rr
Jamaludin. S.Kp.. M.Kep
NIP. 19680522200801 1007
PROGRAM STUDI IMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAhI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NrP. 19790520200901 i01
Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERIITJBUNGAN DENGAN
KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BALITA USIA 1-5 TAHUN DI
WILAYAH KERJA PUSKASMAS SITU GINTUNG CIPUTAT TAHUN 20i3
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh :
YANTI MULYANTI
NIM: 109104000031
Pembimbing II
w-Jamaludin. S.KD.. M.Kep NIP. 19680522200801 100?Penguji
I
M;
Puspita Palupi. S.kep.. M.Kep.. Ns.SD.KeD.Mat
NIP. 19801 r 192S1 10l20t)6
Jamaludin. S.Kp..M.KeD
NIP. 19680522200901 1S07
ilr
Warfs Budi Ut
NIP. 19790520200901 101
Penguji
II
PROGRAM STTIDI ILMU KEPERAWATAII
FAKULTAS KEDOKTERAII DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ciputat, Januari 2014
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keprawatan
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr (hc).
L
dr. M. K. Tadiudin. Sp. AndHidayatullah Jakarta
Waras Budi U
NIP. 1979A520 200901
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1.
Skripsi ini merupakan hasil karyaasli saya yangdiajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2.
Semua sumber yang sayacantumkan dengan ketentuan
Ilmu Kesehatan Universitas
Jakarta.
gunakan dalam penulisan
ini
telah sayayang berlaku
di Fakultas Kedokteran
danIslam Negeri
(UIN)
Syarif Hidayatullah3.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yangberlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Oktober 2013v
Nama : Yanti Mulyanti
Tempat, Tanggal Lahir : Cipanas, 27 Juli 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Kp. Gajrug RT 003 RW 001
Kel. Bintangresmi, Kec. Cipanas Banten
Telepon/Hp : 087774560298
Email : yantilaquisha@gmail.com
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Bintangresmi II (1997-2003) 2. MTS Tremas (2003-2006)
3. SMAT Daarussa’adah (2006-2009)
vi Skripsi, Oktober 2013
Yanti Mulyanti, NIM: 109104000031
Faktor-Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung Ciputat tahun 2013
xix + 99 halaman + 14 tabel + 2 bagan + 5 lampiran
ABSTRAK
Imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Hepatitis B, Polio, dan Campak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun sebanyak 100 orang dan data yang diperoleh menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil analisis univariat menunjukkan dari 100 responden terdapat 14 (14%) responden tidak memberikan imunisasi dasar lengkap, 26% responden memiliki pengetahuan kurang baik, 23% memiliki tingkat pendidikan rendah, 15% responden bekerja, 17% memiliki penghasilan kurang dari UMR, 25% memiliki jarah jauh, dan 52% memiliki sikap negatif terhadap pemberian imunisasi. Hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, jarak, dan sikap (P value=0.000, 0.000, 0.000, 0.037, 0.000, 0.003) dengan imunisasi dasar lengkap. Diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan penyuluhan dengan cara yang lebih efektif dan mengevaluasi efektifitas kinerja setiap kader posyandu.
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH OF JAKARTA
Undergraduated thesis, October 2013
Yanti Mulyanti, NIM: 109104000031
Internal Factors Associated With Primary Immunization Completeness in 1-5 Years Children in Puskesmas Situ Gintung Cipuatat in 2013
xix + 99 pages + 14 tables + 2 schemes + 5 attachments
ABSTRACT
Immunization is disease prevention efforts to reduce morbidity, disability, and death from diseases that can be prevented by immunization, ie Tuberculosis, Diphtheria, Pertussis, Hepatitis B, Polio, and Measles. This study aims to determine the factors related to the completeness of the basic immunization of children aged 1-5 years in the Puskesmas Situ Gintung.
This research is quantitative cross-sectional design. The sample was mothers who have children aged 1-5 years as many as 100 people, and the data were obtained using a questionnaire. Analysis of the data used were univariate and bivariate.
Univariate analysis showed results of 100 respondents there were 17 (14%) of respondents are not fully immunized, 26% of respondents had poor knowledge, 23% had a low educational level, 15% of respondents work, 17% have an income of less than the minimum wage, 25% have long distance, and 52% have a negative attitude towards immunization. Results of the bivariate analysis statistical test Chi-Square, showing that there is a significant relationship between knowledge, education level, employment status, family income, distance, and attitudes (P value = 0.000, 0.000, 0.000, 0.037, 0.000, 0.003) with complete basis immunization. Health workers are expected to do counseling with a more effective way to evaluate the effectiveness and performance of each posyandu.
viii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung Tahun 2013” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana keperawatan.
Selama proses pendidikan dan penyusunan proposal skripsi ini, penulis
banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen pembimbing 1 yang telah membimbing dan banyak memberi banyak saran demi terselesaikannya penulisan penelitian ini.
3. Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep, MSc Selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix mahasiswa.
6. Seluruh staf bidang akademik FKIK dan PSIK yang telah membantu kelancaran hal-hal administratif.
7. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan beserta seluruh stafnya kerana
telah membantu dalam perizinan penelitian.
8. Kepala Puskesmas Situ Gintung Hj. Sri Naikowi Ningsih, S.ST yang telah
memberikan izin kepada kepada peneliti untuk melakukan penelitian di tempatnya.
9. Kepala Puskesmas Ciputat Timur yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk uji validitas.
10. Bidan Elvira dan Bidan Devi selaku pembimbing lapangan yang telah membantu
dalam pemberian data, memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran.
11. Kader-kader Posyandu yang telah membantu dalam perizinan dan pengambilan data penelitian.
12. Kedua Orang Tua saya, ayahanda tercinta Almarhum H. Marjuk yang telah tenang berada di tempat peristirahatan terakhir semoga amal ibadahnya di terima
di sisi Mu Ya Rabb dan mendapatkan tempat yang nyaman yakni syurga Mu Ya
Rabb, Amiin Ya Rabbal’alamiin. Kemudian Ibu Hj. Erum tercinta yang selalu
memberikan kasih sayang, dukungan, do’a, pengorbanan baik moril maupun
x semangatnya.
14. Sahabat-sahabatku (She2, Inggar, Anggi, Ling2, Winda, Sumi) dan teman-teman satu pembimbing (Eva dan Arum), dan seluruh angkatan 2009 yang telah berjuang bersama dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu
Keperawatan.
Demikian penyusunan skripsi ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan. Oleh sebab itu kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Terimakasih untuk semua
bimbingan, arahan, kritikn dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak. Semoga Allah melimpahkan rahmat, kemudahan kepada kita semua.
Jakarta, Oktober 2013
xi
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Pertanyaan Penelitian ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 12
xii
1. Definisi Imunisasi ... 14
2. Manfaat Imunisasi ... 15
3. Macam-macam Imunisasi ... 16
4. Imunisasi Dasar Pada Bayi ... 18
5. Pengembangan Program Imunisasi Di Indonesia ... 23
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi ... 24
1. Pengetahuan ... 25
2. Tingkat Pendidikan ... 30
3. Status Pekerjaan ... 33
4. Pendapatan Keluarga ... 34
5. Jarak Dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan ... 35
6. Sikap ... 36
C. Penelitian Terkait ... 42
D. Kerangka Teori ... 46
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 47
B. Hipotesis Penelitian ... 48
xiii
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 53
C. Populasi dan Sampel ... 53
1. Populasi Penelitian ... 53
2. Sampel Penelitian ... 53
D. Teknik Pengambilan Sampling ... 56
E. Alat Pengumpul Data dan Prosedur Penelitian ... 56
1. Jenis Data ... 56
2. Instrumen Penelitian ... 56
3. Uji Validitas dan Reabilitas ... 59
4. Metode Pengumpulan Data ... 61
F. Pengolahan Data ... 62
G. Teknik Analisa Data ... 64
H. Etika Penelitian ... 65
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Puskesmas Situ Gintung ... 67
B. Analisa Univariat ... 68
1. Gambaran Kelengkapan Imunisasi ... 69
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu ... 69
3. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu ... 70
4. Gambaran Status Pekerjaan Ibu ... 70
xiv
C. Analisa Bivariat ... 73
1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 73
2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 74
3. Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 75
4. Hubungan Antara Pendapatan Keluarga Yang Memiliki Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 76
5. Hubungan Antara Jarak Rumah Yang Memiliki Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi... 77
6. Hubungan Antara Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi... 78
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ... 80
1. Gambaran Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ... 80
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu ... 82
3. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu ... 83
4. Gambaran Status Pekerjaan Ibu ... 83
5. Gambaran Pendapatan Keluarga ... 84
xv
1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki
Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 88 2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Yang Memiliki Balita
Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 90
3. Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Yang Memiliki Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 91
4. Hubungan Antara Pendapatan keluarga Yang Memiliki Balita Usia 1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 93
5. Hubungan Antara Jarak Rumah Yang Memiliki Balita Usia
1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 94 6. Hubungan Antara Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Usia
1-5 Tahun Dengan Kelengkapan Imunisasi ... 95 C. Keterbatasan Penelitian ... 97
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA
xvi
No. Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 50
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kelengkapan Imunisasi... 69
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu ... 69
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu ... 70
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu ... 70
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pendapatan keluarga ... 71
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jarak ... 72
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu ... 72
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ... 73
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ... 74
Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Status Pekerjaan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ... 75
xvii
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita ... 77
Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Sikap Ibu Dengan
[image:18.595.118.536.70.487.2]xviii
No. Bagan Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 46
xix Lampiran 1 Lembar Informed Concent
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Output Uji Validitas, Analisis Univariat dan Bivariat Lampiran 4 Surat Izin Uji Validitas dan Reabilitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis, dan polio
merupakan penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas pada anak, sehingga sangat penting untuk menggunakan cara preventif yang tersedia seperti
imunisasi. Semua tenaga kesehatan yang menangani seorang anak harus menekankan perlunya imunisasi pada orang tua dan menjalankan kebijakan ini. Karena anak memiliki hak untuk terlindung dari penyakit infeksi.
Imunisasi pada masyarakat meningkatkan imunitas kelompok, yang menurunkan kemungkinan transmisi infeksi diantara anak-anak serta
memungkinkan terjadinya eradikasi penyakit. Hampir 2 juta anak meninggal tiap tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dan lebih dari 90.000 anak menjadi korban polio paralitik (Meadow & Simon, 2005).
Salah satu upaya pencegahan penyakit adalah dengan dilakukannya imunisasi. Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh
seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga kelak jika terpapar penyakit tidak akan menderita penyakit tersebut. Imunisasi merupakan program upaya pencegahan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Hepatitis B,
mencapai Millenium Development Goals (MDGs), khususnya untuk
menurunkan angka kematian anak. Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan pencapain Universal Child Immunization (UCI) yaitu minimal 80% bayi di desa atau kelurahan telah mendapatkan imunisasi
lengkap, yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan Campak. Kementerian Kesehatan memiliki target bahwa pada tahun 2014, UCI
mencapai 100% (Depkes, 2010).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2008). Sesuai dengan program organisasi dunia World Health Organization (WHO), pemerintah
mewajibkan imunisasi yang termasuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Imunisasi tersebut adalah BCG, DPT-HB, Polio, Campak, dan Hepatitis. Kelima imunisasi tersebut dikenal dengan Lima Imunisasi dasar
Lengkap (LIL) yang merupakan imunisasi wajib bagi anak di bawah 1 tahun. Jumlah dan interval pemberian setiap imunisasi berbeda-beda, diantaranya
satu kali imunisasi BCG diberikan ketika bayi berumur kurang dari 3 bulan, imunisasi DPT-HB diberikan ketika bayi berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal 4 minggu, imunisasi polio diberikan pada bayi baru lahir dan tiga
Upaya imunisasi di Indonesia mulai diselenggarakan pada tahun 1956,
ini merupakan upaya kesehatan yang paling cost effective, karena dengan imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Pada tahun 1977
upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) yaitu : tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus, dan hepatitis B (Depkes, 2006). Menurut Depkes (2008) kurang dari separuh (46%) anak usia satu tahun mendapat imunisasi dasar lengkap, (45%)
mendapat imunisasi dasar tidak lengkap, dan (9%) sama sekali tidak mendapat imunisasi dasar.
Menurut data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (2010), didapatkan hasil dengan persentase imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah adalah untuk BCG (77,9%), campak (74,4%), polio4
(66,7%), dan terendah DPT-HB3 (61,9%). Bila dilihat masing-masing imunisasi menurut provinsi, Banten menempati urutan ke 15 dengan hasil
BCG (76,3 %), Polio (64,5 %), DPT-HB ( 57,7 %), Campak ( 69,3%). Adapun cakupan imunisasi dasar lengkap yang sudah di dapatkan anak umur 12-23 bulan sebesar 53,8 %, yang tidak lengkap sebesar 33,5 % dan yang
tidak imunisasi sebesar 12,7 %. Sedangkan jika dilihat dari segi pendidikan orang tua tamat SD (48,8%), tamat SMP (57,0 %), SMA (61,1%), Perguruan
(57,7%), pegawai (67,7%), wiraswasta (57,4%), petani/ nelayan/ buruh
(47,2%). Ini menunjukkan adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi maka semakin tinggi pula status imunisasi dasar balita.
Menurut Yendra (2009), anak usia satu tahun yang tidak mendapat imunisasi dasar paling banyak di Jawa Barat (41,2 ribu anak), diikuti dengan
Sumatera Utara (40,8 ribu anak), Jawa Timur (36,9ribu anak), Banten (26,0 ribu anak) dan Sulawesi Selatan (20,1 ribu anak).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang (2008), terdapat 57.733 bayi di Kabupaten Tangerang yang menjadi sasaran imunisasi. Sebanyak itu, baru 43,1 % (24.860) saja yang telah
mendapatkan vaksin BCG. Masih 56,9% lagi bayi yang belum mendapatkan vaksin yang berfungsi mencegah penyakit TBC tersebut .
Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan, 54 kelurahan dengan
jumlah penduduk 1.365.385 jiwa dan 149.614 jiwa balita yang masih memiliki masalah kesehatan, salah satunya adalah angka kematian bayi
(AKB) sebanyak 47 jiwa dan angka kematian balita (AKBal) sebanyak 20 jiwa. Dari kasus tersebut penyebabnya karena kelainan kongenital 15, asfiksia 13, BBLR 8, ikterus 1 ( Dinkes Tangerang Selatan, 2011 ).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ladifre (2006) Dari 234 responden ibu yang mempunyai anak berumur 12-59 bulan diperoleh hasil
dari segi jarak ke pelayanan kesehatan, dari 64 ibu dengan jarak terdekat > 2,5
km diperoleh 15 (23,4%) menunjukkan status imunisasi dasar anaknya lengkap, dan 51 (30,0%) dari 170 dengan jarak ≤ 2,5 km menunjukkan status imunisasi dasar anaknya lengkap. Dan menunjukkan masih cukup rendahnya
balita yang melakukan imunisasi dasar lengkap di kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil penelitian Jannah (2009) di Puskesmas Padarincang
Kabupaten Pandeglang, di dapatkan hasil bahwa dari 282 ibu yang memiliki balita usia 12-23 diperoleh hasil 28 (9,9 %) yang status imunisasi dasarnya lengkap. Sedangkan dilihat dari segi analisis data, terdapat hubungan antara
pengetahuan ibu, pendidikan ibu, sikap ibu, dan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar lengkap.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena pada umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak diberikan pada orang tua khususnya ibu. Oleh karena itu, pendidikan seorang ibu sangatlah penting
dalam mendidik seorang anak. Karena tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemudahan dalam menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi
tingkat pendiidkan ibu, maka akan semakin cepat tanggap dengan perubahan kondisi lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan selanjutnya akan mengikuti perubahan itu (Notoatmodjo, 2003).
Status pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan dalam mengimunisasai anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja akan mempunyai
bekerja. Pada ibu-ibu yang bekerja diluar rumah sering kali tidak mempunyai
kesempatan untuk datang ke pelayanan imunisasi karena mungkin saat dilakukan pelayanan imunisasi ibu masih bekerja ditempat kerjanya. Sering juga ibu yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya lupa akan jadwal
imunisasi anaknya (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (2011), bahwa
dari 25 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang Selatan, cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung tergolong rendah karena presentase cakupan imunisasinya adalah BCG (84%), Polio (78,16%),
DPT+HB 1 (78,2%), DPT+HB3 (74,7%), Campak (71,9%). Dengan hasil seperti itu, menunjukkan bahwa status imunisasi dasar lengkapnya belum
mencapai standar Universal Child Immunization (UCI), padahal standar UCI sebesar 80%. Sedangkan data yang diperoleh dari Puskesmas Situ Gintung (2013), dari 643 bayi hanya 629 bayi yang sudah mendapatkan imunisasi
lengkap. Adapun cakupan imunisasi yang diperoleh sampai dengan bulan februari 2013 adalah BCG (17,3%), Polio (17,0%), DPT+HB 1 (17,0%),
DPT+HB 2 (16,6%), DPT+HB 3 (16,6%), Campak (16,5%).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Situ Gintung pada hari kamis, 21 Maret 2013 dari 10 ibu yang memiliki balita
usia 1-5 tahun, dengan 9 ibu berpendidikan menengah dan 1 berpendidikan tinggi. Serta 5 ibu pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, 4 ibu pekerjaannya
tempat imunisasinya 6 ibu dengan jarak rumah dekat <500 meter dan 4 ibu
dengan jarak rumah ≥ 500 meter diperoleh hasil bahwa 3 balita yang tidak
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan 7 lainnya mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Adapun alasan dari 3 balita yang tidak mendapatkan imunisasi
dasar lengkap itu karena jarak rumah ke pelayanan kesehatannya jauh (> 500 meter) dan anak sering sakit-sakitan sehingga malas untuk dilakukan
imunisasi karena sudah melewati jadwal imunisasi.
Berdasarkan latar belakang di atas Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Situ Gintung Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Cakupan imunisasi di Puskesmas Situ Gintung masih rendah karena
belum mencapai target UCI, dengan presentase sebagai berikut BCG (84%), Polio (78,16%), DPT+HB 1 (78,2%), DPT+HB3 (74,7%), Campak (71,9%).
Begitu pula dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Situ Gintung masih terdapat balita yang tidak mendapatkan imunisai dasar lengkap karena masih ada yang beranggapan bahwa bayi yang diberi imunisasi DPT akan demam
Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun Di Wilayah
Kerja Puskesmas Situ Gintung Ciputat Tahun 2013.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran status imunisasi dasar lengkap balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap pada ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
3. Bagaimana gambaran pendidikan tentang imunisasi dasar lengkap pada ibu yang memilki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ
Gintung?
4. Bagaimana gambaran status pekerjaan pada ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
5. Bagaimana gambaran pendapatan keluarga yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
6. Bagaimana gambaran jarak rumah ke tempat imunisasi yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
7. Bagaimana gambaran sikap tentang imunisasi dasar lengkap pada ibu
8. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan pada ibu yang memiliki
balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
9. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan pada ibu yang memiliki
balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
10.Bagaimana hubungan antara status pekerjaan pada ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung?
11.Bagaimana hubungan antara pendapatan keluarga yang memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja
Puskesmas Situ Gintung?
12.Bagaimana hubungan antara jarak rumah ke tempat imunisasi yang memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di
wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya gambaran status imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ
Gintung.
b. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap
pada ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
c. Diketahuinya gambaran pendidikan tentang imunisasi dasar lengkap
pada ibu yang memilki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung
d. Diketahuinya gambaran status pekerjaan pada ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
e. Diketahuinya gambaran pendapatan keluarga yang memiliki balita usia
1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
f. Diketahuinya gambaran jarak rumah ke tempat imunisasi yang
memiliki balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
g. Diketahuinya gambaran sikap tentang imunisasi dasar lengkap pada
h. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan pada ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
i. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan pada ibu yang
memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
j. Diketahuinya hubungan antara status pekerjaan pada ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
k. Diketahuinya hubungan antara pendapatan keluarga yang memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap di
wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
l. Diketahuinya hubungan antara jarak rumah ke tempat imunisasi yang memiliki balita usia 1-5 tahun terhadap status imunisasi dasar lengkap
di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung.
m. Diketahuinya hubungan antara sikap pada ibu yang memiliki balita
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi bagi peserta didik dan referensi untuk acuan dalam penelitian selanjutnya di
masa yang akan datang mengenai status imunisasi dasar lengkap serta faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi
dasar balita usia 1-5 tahun. 2. Bagi Puskesmas Situ Gintung
Diharapkan penelitian ini dijadikan masukan bagi Puskesmas Situ Gintung
dalam membuat kebijakan selanjutnya untuk meningkatkan persentase kelengkapan imunisasi dasar dengan mengetahui faktor-faktor internal
yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita usia 1-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Situ Gintung. Sehingga bisa menjadi acuan buat Puskesmas melalui intervensi lebih lanjut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan serta dapat
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Situ Gintung, dengan judul penelitian
mengenai “Faktor-Faktor Internal Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Balita Usia 1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Situ
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Definisi imunisasi
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody, yang dalam
bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke dalam
tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun kuman yang disebut dengan antibodi (Riyadi & Sukarmin,
2009).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2009). Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi (Williams, 2003).
Vaksin adalah suatu bahan yang berasal dari kuman atau virus yang menjadi penyebab penyakit yang bersangkutan, yang telah di lemahkan
atau dimatikan, atau diambil sebagian, atau mungkin tiruan dari kuman
penyebab penyakit, yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang atau kelompok orang, yang bertujuan merangsang timbulnya zat anti penyakit tertentu pada orang-orang tersebut. Sebagai akibatnya, maka
orang yang diberi vaksin akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan. (Achmadi, 2006)
Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin
BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat,2008).
2. Manfaat imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi terhadap
penyakit-penyakit menular, yang bahkan bisa membahayakan jiwa (Williams, 2003). Imunisasi juga merupakan upaya untuk pemusanahan penyakit
secara sistematis (Achmadi dkk, 2006). Sedangkan menurut Yusrianto (2010), imunisasi bertujuan agar zat kekebalan tubuh balita terbentuk sehingga resiko untuk mengalami penyakit yang bersangkutan lebih kecil.
mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu
(Hidayat, 2008).
3. Macam-macam imunisasi
Macam – macam imunisasi itu ada dua macam, diantanya adalah : a. Imunusisasi aktif :
Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara menyuntikan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat zat antibodi yang akan bertahan bertahun-tahun
lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Menurut Yusrianto (2010), imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk meragsang tubuh memproduksi antiibodi sendiri.
Contohnya adalah imunisasi polio atau campak.
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang
diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon (Hidayat, 2008). Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat
atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
3. Preservative, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunisasi antigen.
b. Imunisasi pasif :
Pada imunisasi pasif tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan
tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut
mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Sedangkan menurut Yusrianto (2010), imunisasi pasif adalah
penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kehamilan, misalnya antibodi terhadap campak.
Menurut Hidayat (2008), imunisasi pasif merupakan
pemberian zat (imunoglobin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau
binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
4. Imunisasi dasar pada bayi
Imunisasi adalah sarana untuk mencegah penyakit berbahaya, yang
dapat menimbulkan kematian pada bayi. Imunisasi bisa melindungi anak-anak dari penyakit melalui vaksinasi yang bisa berupa suntikan atu melalui mulut. Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi
oleh beberapa faktor, aiantaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara
pemberian imunisasi, dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena protein diperlukan untuk menyintesis antibodi (Hidayat, 2009). Berikut beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah :
a. Imunisasi BCG
Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) dapat diberikan
tubuh terhadap tuberculosis (TBC). Apabila BCG akan diberikan di
atas usia 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. BCG diberikan apabila hasil uji tuberculin negatif (Williams, 2003).
Menurut Hidayat (2008), imunisasi BCG merupakan imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier (pada seluruh lapang paru) atau TBC tulang.
Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas (Hidayat,
2009). Efek samping lainnya adalah setelah 3-6 minggu akan terdapat eritema, indurasi, dan kadang ulserasi. Kelenjar getah bening aksilaris mungkin membesar dan terasa nyeri. Tanda-tanda lokal menghilang
dalam 2-6 bulan (Meadow & Siwon, 2005).
b. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin hepatitis B diberikan untuk melindungi bayi dengan memberi kekebalan terhadap penyakit hepatitis B. yaitu penyakit infesi lever yang dapat menyebabkan sirosis hati, kanker, dan
kematian (Suririnah, 2009).
Sedangkan Hidayat (2008), imunisasi hepatitis B merupakan
hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.
Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun.
c. Imunisasi polio
Imunisasi polio diberikan untuk mencegah penyakit poliomyelitis. Polio adalah penyakit yang dapat menyebabkan
kelumpuhan. Vaksin polio tidak menimbulkan efek samping (Williams, 2003).
Sedangkan menurut Hidayat (2008), imunisasi polio
merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak.
Hipersensitivitas berat terhadap antibiotika merupakan kontraindikasi terhadap polio berupa penisilin, streptomisin, neomisin,
atau polimiksin (Meadow & Simon, 2005).
d. Imunisasi DPT ( difteri, pertusis, tetanus)
Difteri adalah penyakit infeksi tenggorokan berat yang dapat menyebar ke jantung dan system syaraf sehingga menimbulkan kematian. Pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari ) adalah penyakit
saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis yang menyebabkan batuk berat dan lama, dengan komplikasi yang
penyakit bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan kejang otot dan
sakit yang luar biasa (Williams, 2003).
Pemberian imunisasi DPT untuk melindungi tubuh terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus yang berakibat fatal pada bayi
dan anak. Adapun efek samping vaksin DPT ini adalah demam tubuh dalam 24-48 jam setelah vaksinasi, yang biasanya dapat diatasi dengan
obat penurun panas. Bila setelah imunisasi DPT terjadi demam 40°C, demam lebih dari tiga hari, atau reaksi kejang, segera beritahukan dokter anda (Williams, 2003).
Menurut Hidayat (2009), imunisasi DPT merupakan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertussis, dan tetanus.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek samping berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok. Upaya pencegahan
penyakit difteri, pertussis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan balita.
beberapa jam setelah penyuntikan dengan lokasi penyuntikan terasa
sakit (Meadow & Simon, 2005).
e. Imunisasi campak
Imunisasi campak diberikan agar dapat melindungi anak
terhadap penyakit campak secara efektif. Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus campak, yang dapat menyebabkan
komplikasi yang berbahaya seperti infeksi paru, kejang, dan kerusakan otak. Ulangan imunisasi campak saat ini otomatis dilakukan saat imunisasi MMR (measles= campak, mumps = gondongan, rubella =
campak jerman) (Williams (2003).
Dan menurut Hidayat (2008), imunisasi campak merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek
samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Hipersensitivitas berat terhadap antibiotika merupakan
Berikut tabel dosis dan cara pemberian imunisasi
Vaksin Dosis Cara pemberian
BCG 0,05 cc Intra cutan di daerah
muskulusdeltoideus
DPT 0,5 cc Intra muscular
Hepatitis B 0,5 cc Intra muscular
Polio 2 tetes Mulut
Campak 0,5 cc Subkutan daerah lengan kiri atas (Sumber :Depkes 2000 dalam Hidayat 2008)
Berikut tabel jumlah, interval waktu pemberian imunisasi
Vaksin Jumlah
pemberian
Interval Waktu
pemberian
BCG 1 kali 0-11 bulan
DPT 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
Campak 1 kali 9-11 bulan
(Sumber :Depkes 2000 dalam Hidayat 2008)
5. Pengembangan program imunisasi di Indonesia
Di Indonesia terdapat program imunisasi yang disusun oleh
pemerintah melalui Departemen Kesehatan Program Pengembangan Imunisai (PPI-Depkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang
menyusun satgas Imunisasi PP IDAI. Adapun Kelompok vaksin yang diwajibkan ini disubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, baik dari segi
harga maupun ketersediaanya, vaksin-vaksin tersebut mudah dijangkau oleh masyarakat luas melalui puskesmas dan posyandu. Sedangkan, kelompok yang kedua adalah vaksin-vaksin yang dianjurkan oleh Ikatan
meskipun penting, belum diwajibkan karena biayanya masih cukup mahal
(Suririnah, 2009).
Jadwal imunisasi departemen kesehatan (PPI-DEPKES)
Jenis imunisasi Jumlah pemberian Usia pemberian Interval pemberian Imunisasi ulangan
BCG 1x 0-11 bulan - -
DPT 3x 2-11 bulan Min. 4
minggu
18 bln, 5 thn, 12 thn
Polio 4x 0-11 bulan Min. 4
minggu
18 bln, 5 thn
Campak 1x 9-11 bulan - 5-6 thn
Hepatitis B 3x 1-11 bulan Min. 4
minggu
-
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi
Seorang bayi dikatakan telah memperoleh imunisasi lengkap apabila
sebelum berumur 1 tahun bayi sudah mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap seperti satu kali imunisasi BCG diberikan ketika bayi berumur kurang
dari 3 bulan, imunisasi DPT-HB diberikan ketika bayi berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal 4 minggu, imunisasi polio diberikan pada bayi baru lahir dan tiga kali berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat 4 minggu.
Dan untuk imunisasi campak diberikan pada bayi berumur 9 bulan. Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai umurnya sehingga
kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat optimal (Depkes 2010).
Faktor penentu yang mempengaruhi pemberian imunisasi pada
perilaku hanyalah sebagian dari masalah yang harus di upayakan untuk
menjadi individu dan masyarakat menjadi sehat. Faktor yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, keterjangkauan jarak pelayanan, kedisiplinan petugas kesehatan,
motivasi petugas, serta kelengkapan alat dan kecukupan vaksin (mahfoedz, 2006). Akan tetapi, dalam penelitian ini yang akan di ambil hanya faktor
internalnya saja, yaitu tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, keterjangkauan jarak pelayanan, dan sikap ibu.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan seseorang adalah bagian dari perilaku seseorang, awal dari seseorang melakukan suatu tindakan biasanya disebabkan karena pengetahuan seseorang tentang yang akan dilakukan
tersebut. Semakin luas pengetahuan seseorang semakin mudah orang melakukan perubahan dalam tindakannya (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Rogers dalam Notoatmojo (2003), perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak di dasarkan pengetahuan, dan urutan proses dalam diri seseorang sebelum mengadopsi
perilaku baru adalah sebagai berikut:
a) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti
seseorang yang tadinya tidak mengetahui pentingnya imunisasi dasar
balita, menjadi tahu pentingnya imunisasi setelah di beritahu oleh orang lain.
b) Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus. Contohnya setelah
orang itu tahu akan pentingnya imunisasi dasar balita, orang tersebut mulai tertarik dan ingin memberikan imunisasi kepada anaknya.
c) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Contohnya setelah orang itu tertarik dan ingin memberikan imunisasi kepada anaknya, orang tersebut menimbang
keuntungan dan kerugian jika anaknya tidak di beri imunisasi.
d) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku tersebut. Contohnya setelah
orang itu menimbang dari keuntungan dan kerugian tidak memberikan imunisasi, orang tersebut mulai memberikan imunisasi dasar kepada anaknya.
e) Adoption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Contohnya dari seseorang
itu mulai mengetahui tentang imunisasi dasar balita hingga dia benar-benar menerapkan cara pemberian imunisasi kepada anaknya hingga lengkap usia 9 bulan.
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam
a) Tahu
Diartikan sebagai mengingat suatu sebelumnya (recall/mengingat kembali), sesuatu yang spesifik materi yang telah dipelajari dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.
Contohnya seseorang yang tahu berapa lama imunisasi dasar lengkap itu diberikan.
b) Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrerprestasikan materi
tersebut secara benar. Contohnya setelah orang itu tahu berapa lama pemberian imunisasi dasar lengkap, orang tersebut menyimpulkan dan
memikirkan dampak selanjutnya jika tidak di berikan imunisasi dasar. c) Aplikasi (aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Contohnya setelah orang itu mengetahui, dan memikirkan ke dalam jangka
panjang, orang tersebut mulai melakukan untuk pemberian imunisasi dasar dengan menggunakan buku-buku panduan atau materi mengenai imunisasi dasar lengkap.
d) Analis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contohnya
setelah orang tersebut melakukan aplikasi dari apa yang dia ketahui, dia bisa mengelompokkan manfaat-manfaat yang bisa di peroleh oleh bayi, dan dirinya sendiri.
e) Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Contohnya apabila seseorang yang sudah mengetahui manfaat dari imunisasi dasar yang di peroleh bayinya, dia akan mulai
merencakanan untuk pemberian imunisasi hingga 9 bulan sesuai dengan teori dan pengetahuan yang dia dapat.
f) Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Contohnya jika
seseorang sudah bisa menerapkan pemberian imunisasi dasar berdasarkan materi yang dia pelajari, dia akan bisa membedakan antara pertumbuhan bayi yang di beri imunisasi dasar lengkap dan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas.
Berdasarkan penelitian Mursyida (2013) dari 53 responden
pengetahuan ibu baik yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 84,38% dan pengetahuan ibu kurang dengan status imunisasi lengkap sebanyak 47,62%. Sedangkan menurut penelitian Wati (2013)
dari 28 responden yang berpengetahuan baik semuanya memberikan imunisasi dasar lengkap (100%) dan dari 17 responden yang
berpengetahuan cukup ternyata sebagian besar memilki imunisasi lengkap yaitu sebanyak 10 responden (58,8%) dan dari 5 responden yang berpengetahuan kurang sebagian besar ibu tidak memberikan
imunisasi dasar lengkap yaitu sebanyak 3 orang (60%).
Berdasarkan penelitian Asep (2009) menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar (85,7%) status imunisasinya lengkap, responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan status imunisasinya lengkap sebesar (60,9%), dan
responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan status imunisasinya tidak lengkap sebesar (61,5%). Sedangkan berdasarkan
pengetahuan kurang yang memberikan imunisasi dasar lengkap
sebanyak 3 responden (7,0%), dan ibu yang memiliki pengetahuan cukup yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 17 responden (39,5%), sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan baik
yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 23 responden (53,5%).
2. Tingkat Pendidikan
Menurut Langevelt dalam Maulana (2007), pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang dilakukan pada anak
untuk menjadi dewasa. Ciri orang dewasa ditunjukkan oleh kemampuan secara fisik, mental, sosial, dan emosional. Sementara menurut
Notoatmodjo (2003) dalam Maulana (2007), pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Pengertian tersebut mengandung tiga unsur pendidikan yang meliputi
Input (sasaran dan pelaku pendidikan), Proses (upaya yang direncanakan),
dan Output ( perilaku yang diharapakan).
Menurut Undang-undang RI No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Mahfoedz, 2006).
Tingkat pendidikan ibu sangat menentukan kemudahan dalam menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi tingkat pendiidkan ibu, maka
akan semakin cepat tanggap dengan perubahan kondisi lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan selanjutnya akan
mengikuti perubahan itu (Notoatmodjo, 2003).
Disamping itu, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin luas pengetahuan sehingga akan semakin termotivasi menerima perubahan
baru. Adanya perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan ini menyebabkan perbedaan dalam tanggapan terhadap suatu masalah.
Selain itu akan berbeda pula tingkat pemahaman terhadap penerimaan pesan yang disampaikan dalam hal imunisasi. Demikian pula halnya makin tinggi tingkat pendidikan ibu maka akan semakin mudah pula
menerima inovasi-inovasi baru yang dihadapannya termasuk imunisasi (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan terjadi melalui kegiatan atau proses belajar yang dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri : belajar adalah kegiatan yang menghasilkan
perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa
untuk waktu yang relatif lama. Ciri yang ketiga adalah bahwa perubahan
itu terjadi karena usaha, dan didasari bukan karena kebetulan (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat (Notoatmojo, 2003).
Pendidikan merupakan pengalaman seseorang mengikuti pendidikan formal yang dinilai berdasarkan ijazah tertinggi yang dimiliki, sehingga pendidikan terbagi menjadi dua yaitu pendidikan rendah (tingkat SD dan
SLTP) dan pendidikan tinggi (tingkat SMU keatas). Pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan
oleh pendidik kepada sasaran pendidik (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terutama dalam memotivasi sikap untuk berperan serta dalam
pembangunan kesehatan.
Berdasarkan penelitian Wati (2013) diperoleh hasil dari 6 responden
yang memiliki pendidikan tinggi semuanya memberikan imunisasi dasar lengkap (100%), dari 30 responden yang berpendidikan menengah sebagian besar atau 24 responden (80%) memberikan imunisasi lengkap
dan dari 4 responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar itu tidak ada yang memberikan imunisasi dasar lengkap. Sedangkan menurut penelitian
rendah yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 11 responden
(25,6%), ibu yang memiliki tingkat pendidikan menengah yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 24 responden (55,8%), dan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yang memberikan imunisasi
dasar lengkap sebanyak 8 responden (18,6%). 3. Status Pekerjaan
Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan) (Depdikbud, 2006). Ibu yang bekerja mempunyai waktu luang yang sedikit bila dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja sehingga pada ibu
yang bekerja biasanya pemberian imunisasi dasar lengkap akan lebih sedikit didapat daripada ibu yang tidak bekerja kecuali jika mempunyai
pembantu yang dapat membawa anaknya ke tempat pelayanan imunisasi. Status pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan dalam mengimunisasai anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja akan
mempunyai kesempatan untuk mengimunisasikan anaknya dibanding dengan ibu yang bekerja. Pada ibu-ibu yang bekerja diluar rumah sering
kali tidak mempunyai kesempatan untuk datang ke pelayanan imunisasi karena mungkin saat dilakukan pelayanan imunisasi ibu masih bekerja ditempat kerjanya. Sering juga ibu yang terlalu sibuk dengan urusan
pekerjaannya lupa akan jadwal imunisasi anaknya (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian Mursyida (2013) dari 53 responden diperoleh
81,08% dan ibu tidak bekerja yang memberikan imunisasi dasar lengkap
sebanyak 43,75%. Sedangkan berdasarkan penelitian Prayoga (2009) dari 87 responden diperoleh bahwa ibu bekerja yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 8 responden (18,6%), dan ibu tidak bekerja yang
memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 35 responden (81,4%). 4. Pendapatan Keluarga
Status ekonomi seseorang akan mempengaruhi kemampuan seseorang membiayai pelayanan kesehatan. Sering kali terjadi seseorang semestinya tahu masalah kesehatan ketika ia ataupun keluarganya sakit tidak dibawa
ke pelayanan kesehatan karena tidak mampu membiayai. Begitu pula dengan masalah imunisasi, bisa jadi seorang ibu ingin sekali
mengimunisasikan anak-anaknya akan tetapi tidak jadi karena tidak punya biaya (Mahfoedz, 2006).
Pada sebagian ibu, bekerja di luar rumah dilakukkan karena tekanan
ekonomi dimana penghasilan suami belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Dampaknya ibu tidak dapat berhubungan penuh dengan bayinya,
hal ini mengakibatkan ibu cenderung tidak membawa anaknya untuk imunisasi karena ibu lebih memilih bekerja.
Berdasarkan penelitian Prayoga (2009) keluarga yang memiliki
penghasilan rendah yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 36 responden (83,7%), keluarga yang memiliki penghasilan menengah
lengkap, sedangkan untuk keluarga yang memiliki penghasilan menengah
tinggi dan penghasilan tinggi tidak ada yang memberikan imunisasi dasar lengkap.
5. Jarak dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan
Tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang akan enggan untuk mendatanginya. Jauhnya tempat pelayanan bisa
menyebabkan membengkaknya akomodasi pelayanan, karena selain biaya pelayanan kesehatan ada biaya tambahan yaitu biaya transportasi. Bagi orang-orang yang akan berfikir sederhana mungkin akan memutuskan
untuk tidak datang ke sarana pelayanan kesehatan. Hal ini mungkin terjadi adalah ketidakterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat
(Mahfoedz, 2006).
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2013), jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat. Jarak dekat adalah
ruang sela yang pendek antara dua benda atau tempat. Sedangkan jarak jauh adalah ruang sela yang panjang antara dua tempat dsb.
Berdasarkan penelitian Prayoga (2009) dari 87 responden, ibu yang memiliki jarak rumah dekat terhadap pelayanan imunisasi sebanyak 37 responden (86,0%) memberikan imunisasi dasar lengkap, dan ibu yang
memiliki jarak rumah jauh yang memberikan imunisasi dasar lengkap sebanyak 6 orang (14,0%)
6. Sikap ibu
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Menurut Berkowitz (1972) dalam Azwar (2005), setiap orang yang
mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan mempunyai sikap favorable terhadap objek itu, sedangkan individu yang
mempunyai perasaan negatif terhadap suatu objek psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavorable terhadap objek sikap tersebut. Jadi, sikap ibu yang membawa anaknya untuk melakukan imunisasi merupakan
respon positif ibu terhadap imunisasi untuk menjadikan ananknya yang sehat dan terhindar dari penyakit.
1) Sikap
a) Pengertian sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak
setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Menurut Campbell dalam Notoatmodjo (2003), sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek,
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. b) Struktur sikap
Menurut Allport dalam Notoatmojo (2003), sikap terdiri dari 3
komponen yaitu:
1) Komponen kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep
terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang mengenai objek. Contoh, seseorang mempunyai kepercayaan untuk tidak
memberikan imunisasi kepada anaknya
2) Setelah di imunisasi anaknya demam dan rewel
3) Komponen kehidupan emosional atau evaluasi seseorang terhadap objek. Artinya bagaimana penilaian (terkandung didalam faktor emosi) emosi orang tersebut terhadap objek.
Contohnya, seseorang mempunyai sikap negatif terhadap pemberian imunisasi, ia tidak memberikan imunisasi
kepada bayinya karena menganggap bahwa imunisasi tidak akan menjamin terhadap tumbuh kembang anak secara optimal.
4) Komponen kecenderungan untuk bertindak (tend to
behave). Artinya sikap merupakan komponen yang
sikap seorang yang selalu mengupayaka pemberian
imunisasi terhadap anaknya. c) Tingkatan sikap
Tingkatan sikap menurut intensitasnya adalah sebagai berikut:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek) misalnya sikap seseorang terhadap imunisasi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap informasi mengenai
imunisasi.
2) Menanggapi (responding)
Memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Contohnya bila seorang ibu setelah mengikuti penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi, di
tanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian dia menjawab dan menanggapi.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
imunisasi lengkap adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut
telah memiliki sikap positif terhadap imunisasi. 4) Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu terhadap apa yang
telah diyakininya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling baik. Misalnya seorang ibu mau memberikan
imunisasi meskipun mendapat tantangan dari orang tuanya sendiri.
d) Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian
kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkapkan. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal positif, atau mendukung obyek sikap,
pernyataan ini disebut dengan pernyataan favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisikan hal-hal
negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan ini yang tidak
favourable.
Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdri atas pernyataan favourable dan tidak favorable dalam
disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif terhadap
objek sikap (azwar, 2008). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu
obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan
pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmojo, 2003). Berdasarkan penelitian Asep (2009) menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap positif sebagian besar
(84,8%) status imunisasinya lengkap dan responden yang memiliki sikap negatif sebagian besar (77,8%) status
imunisasinya tidak lengkap.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) ada tiga
faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu :
1. Predisposing Factor (faktor pemudah/predisposisi)
Faktor penyebab seseorang yang mau mengimunisasikan anaknya, karena dipengaruhi oleh :
a. Pengetahuan ibu
b. Tingkat pendidikan c. Tingkat sosial ekonomi
e. Nilai
2. Enambling Factor (faktor pemungkin)
Faktor yang menyebabkan seseorang selalu ikut program imunisasi anaknya dipengaruhi oleh :
a. Status pekerjaan b. Pendapatan Keluarga
c. Jarak dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan d. Ketersediaan Waktu
3. Reinforcing Factor (Faktor penguat)
Faktor yang menyebabkan masyarakat memperhatika kesehatannya dipengaruhi oleh :
a. Motivasi Petugas b. Kedisiplinan Petugas
c. Orang tua
Adapun teori Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu :
1. Faktor lingkungan a. Pendidikan b. Pekerjaan
c. Sosial Budaya d. Fisik
2. Faktor Perilaku
3. Faktor Pelayanan kesehatan a. Pengobatan
b. Rehabilitasi
c. Pencegahan
4. Faktor Keturunan (Hereditas)
a. Jumlah b. Distribusi c. Pertumbuhan
d. Faktor genetic
C. Penelitian terkait
a. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Jannah Tahun 2009 dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Dasar Pada
Balita Usia 12-23 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Padarincang Kabupaten Serang Tahun 2009. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel
pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita usia 12-23 bulan sebanyak 282 orang dengan menggunakan tehnik cluster sampling. Untuk
square, dan correlation regresi logistic. Dari hasil uji statistik didapatkan
nilai (p value= 0.004, 0.001, 0.038, 0.039) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan ibu, pendidikan ibu, sikap ibu dan dukungan keluarga dengan status imunisasi dasar. Sedangkan tidak
terdapat hubungan antara pekerjaan ibu, jarak ke pelayanan imunisasi, sikap kader posyandu dan sikap petugas kesehatan (p value=0.0778,
0.705, 1, 0.645) dengan status imunisasi dasar.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Huda tahun 2009 dengan judul Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Tentang Imunisasi Dasar lengkap
Di Puskesmas Ciputat Tahun 2009. Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah 108 ibu pengunjung puskesmas ciputat dengan cara
consecutive sampling. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan yang buruk