• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas pendidikan agama Islam di SMP fatahillah Grogol jakarta barat dalam meningkatkan didiplin beribadah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas pendidikan agama Islam di SMP fatahillah Grogol jakarta barat dalam meningkatkan didiplin beribadah"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMP FATAHILLAH GROGOL JAKARTA BARAT

DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH

(Studi Kasus di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Moehammad Arief Wicaksono NIM. 106011000115

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA

NIP. 19580918 198701 2 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ABSTRAK Moehammad Arief Wicaksono

106011000115

Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah.

Skripsi ini merupakan studi kasus di SMP Fatahillah Grogol Jakarta-Barat. Penulisan ini diangkat karena masih banyak peserta didik yang kurang memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima waktu secara tertib dan benar, kurangnya kesadaran peserta didik dalam memahami dan disiplin melaksanakan ibadah shalat lima waktu yang merupakan kewajiban agama yang tidak boleh ditinggalkan.

Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kedisiplinan peserta didik dalam beribadah khususnya shalat lima waktu dan mengetahui efektifitas Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut dalam meningkatkan disiplin ibadah peserta didik.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat berlangsung efektif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator di bawah:

1. Guru memberikan pemahaman tentang kewajiban, tata cara dan pelaksanaan pelaksanaan ibadah shalat kepada peserta didik dengan strategi, metode serta pendekatan yang tepat.

2. Guru menyelenggarakan praktek, pemantauan dan pengontrolan ibadah shalat peserta didik, baik di sekolah mau pun di rumah.

3. Guru menyelenggarakan kegiatan penanaman kedisiplinan kepada peserta didik terutama pada aspek ibadah khususnya ibadah shalat.

4. Peserta didik melaksanakan ibadah shalat dengan disiplin dan tertib. 5. Peserta didik merasa takut bahkan rugi bila tidak melakukan ibadah shalat

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobil’alamiin. Segala Puji hanya milik Allah dan atas

limpahan Rahmat dan Karunia serta Hidayah Allah swt, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ”Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP

Fatahillah Grogol Jakarta Barat Dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah”,

disusun sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I).

Selama dalam penyusunan, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan

serta bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Dan juga tak sedikit

hambatan yang penulis hadapi saat menyelesaikan skripsi ini. Karena bantuan dari

orang-orang terdekatlah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, khususnya

penulis megucapkan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

banyak memberi masukan untuk penulis. Kepada Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA. penulis mengucapkan rasa syukur dan rasa terima kasih yang mendalam atas semua bimbingan dan arahannya.

Selanjutnya tak lupa, penulis haturkan syukur Alhamdulillah dan terima

kasih yang mendalam kepada semua pihak, karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kepada Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(4)

3. Kepada segenap dosen pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah memberikan kuliah dan membekali penulis dengan pengetahuan

yang bermanfaat.

4. Kepada Bapak Yudi Munadi M.Ag, Bapak Bahrissalim M.Ag dan Bapak

Abdul Haris M.Ag yang selalu memberi doa dan support kepada penulis agar

selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada Bapak Faza, staff Jurusan Pendidikan Agama Islam yang selalu

membantu penulis dalam memberikan seluruh data nilai akademik penulis

sehingga penulis melengkapi seluruh persyaratan mengikuti sidang skripsi.

6. Kepada seluruh pegawai dan staff perpustakaan tarbiyah dan perpustakaan

utama, yang telah memfasilitasi penulis terutama dalam peminjaman buku

sehingga mempermudah penulis dalam penyelesaian skripsi.

7. Kepada segenap keluarga-Ku ibu, ayah, Ahmad prio Budiyono, Nur, paman,

mbak wong, mbak ammah, teh bunga, Arief bukan siapa-siapa tanpa ikatan

tali silaturrahmi dari keluarga, semangat, motivasi, dan keharmonisan dalam

keluarga adalah sebuah modal besar untuk Arief menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih-Ku ucapkan untuk semua, semoga karya ini dapat bermanfaat.

8. Kepada seluruh sahabat-sahabat kelas C jurusan PAI angkatan 2006, terutama

saudari Lesti from Ciamis, Habibi from Tanjung Priok, Jojo, Jihad from

Cengkareng, Fazrin Usman From Medan, Ina from Medan, Ali Abar From

(5)

Duo Ida from Jakarta dan Majalengka, Toto from Pemalang PAI kelas E dan

sahabat-sahabat lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

9. Kepada sahabat-sahabat alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Yang

selalu memberikan dukungan moral dan motivasi kepada penulis.

10.Kepada rekan-rekan guru Embun Pagi Islamic School yang selalu mendoakan

penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan setimpal oleh Allah

Swt. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan nama dan gelar. Semoga

dapat bermanfaat, khususnya bagi civitas akademis dunia pendidikan dan

umumnya bagi masyarakat yang cinta akan ilmu. Amin.

(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang RI no.23 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 3 bab II tentang fungsi Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Pendidikan Agama Islam merupakan satu diantara sarana

pembudayaan (enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu sarana,

pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada

titik optimal kemampuan untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan

kebahagiaan hidup di akhirat.2 Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT salah satu tujuannya untuk memperbaiki keadaan umat dengan ajaran agama

1

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2007, h. 8

2

(7)

Islam. Rasulullah SAW sebagai pelaksana pendidikan Islam secara umum

menuntun umat dari kegelapan menuju jalan yang terang.

Pendidikan Agama Islam berfungsi mengarahkan perkembangan hidup

manusia, maka dari itu dalam hal ini dibutuhkan kegiatan yang nyata seperti

efektifitas Pendidikan Agama Islam itu sendiri pada aspek ibadah. Efektifitas

berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif

apabila usaha itu telah mencapai tujuannya.3 Dengan kata lain terjadinya efek

atau akibat yang dikehendaki.

Ibadah merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dalam

Pendidikan Agama Islam. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah adalah ketaatan

dan ketundukan yang sempurna dengan rasa cinta kepada yang disembah

untuk mencapai keridaan-Nya dan mengharap imbalan pahala di akhirat kelak.

Lebih lanjut Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ibadah mencakup semua

aktivitas yang dilakukan manusia yang disenangi Allah dan meridhoinya, baik

berupa perkataan atau perbuatan yang lahir maupun yang batin.4

Shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan

Tuhannya. Mendirikan shalat berarti mencerminkan keimanan sebagai tanda

syiar agama dan sebagai tanda syukur kepada Allah. Meninggalkan shalat

berarti memutuskan tali penghubung dengan Allah, berakibat tertutupnya

rahmat dari-Nya, terhentinya pengaliran nikmat-nikmat-Nya, terhentinys

uluran kebaikan-Nya dan berarti juga mengingkari fadhol ( keutamaan) dan

kebesaran Allah.5

Kewajiban shalat termasuk ke dalam salah satu rukun Islam,

diwajibkan ketika Rasulullah SAW mi’raj. Tetapi kewajiban shalat yang

merupakan rukun Islam ini sering diabaikan dan dianggap tidak penting, hal

3

Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve). Jilid 2, h.883

4

Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2003). h. 145

5

(8)

ini dapat dilihat dengan masih banyaknya manusia yang tidak mengerjakan

shalat.

Di sekolah banyak para siswa yang kurang sadar akan kewajiban

melaksanakan shalat serta banyak pula yang sudah sadar namun kurang

disiplin dalam melaksanakan shalat. Seperti pengalaman yang didapat oleh

peneliti sewaktu menjalani Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT),

peneliti mendapatkan banyak siswa yang belum disiplin dalam pelaksanaan

sholat baik dalam tata cara pelaksanaannya maupun waktu pelaksanaannya.

Guru yang merupakan pembimbing mereka di sekolah pun sering kali tidak

didengar nasehatnya agar mereka tidak meninggalkan shalat. Hal itu

menunjukkan seakan-akan mereka tidak takut dengan keberadaan Allah SWT

yang selalu megawasi makhluknya di muka bumi ini.

Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya melaksanakan

ibadah terutama shalat wajib lima waktu, maka penulis tertarik untuk

menela’ah mengenai “EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMP FATAHILLAH GROGOL JAKARTA BARAT DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH, studi kasus di SMP FATAHILAH Grogol, Jakarta-Barat.” Dengan adanya disiplin beribadah siswa diharapkan dapat meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT

dengan melaksanakan shalat lima waktu secara rutin.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Siswa kurang memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima

waktu secara tertib dan benar.

2. Kurangnya kesadaran siswa dalam memahami ibadah shalat lima waktu

yang merupakan kewajiban agama yang tidak boleh ditinggalkan.

3. Siswa kurang berdisiplin dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu

(9)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah hanya pada :

1. Efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam terhadap disiplin pengamalan

ibadah shalat. Disiplin ini meliputi :

- Disiplin mendirikan shalat lima waktu setiap hari.

- Disiplin melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu.

- Disiplin dalam tata cara pelaksanaan shalat yang baik dan benar.

2. Pendidikan Agama Islam untuk SMP yang dibatasi pada aspek fiqh

ibadah yaitu shalat lima waktu, yang dibahas meliputi :

- Pengertian, hukum, kedudukan dan hikmah pelaksanaan shalat lima

waktu.

- Hukum meninggalkan shalat lima waktu dan sebab-sebab

meninggalkannya.

- Syarat, rukun dan sunnah dalam shalat.

- Tata cara pelaksanaan shalat.

- Khusyu’ dalam shalat.

3. Pembinaan disiplin ibadah siswa yang meliputi :

- Upaya guru dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat siswa.

- Sikap guru dalam meningkatkan ibadah siswa.

- Upaya sekolah dalam meningkatkan ibadah siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

“Bagaimana Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah

Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin siswa-siswinya dalam

(10)

Berikut ini dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian yang

berkaitan dengan perumusan masalah:

1. Bagaimana penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP

Fatahillah Grogol Jakarta Barat?

2. Bagaimana pembinaan disiplin siswa di SMP Fatahillah Grogol Jakarta

Barat dalam aspek ibadah shalat, khususnya shalat lima waktu?

3. Bagaimana tingkat efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP

Fatahillah Grogol Jakarta Barat?

E. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran penulis bagaimana

meningkatkan disiplin beribadah.

2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.

3. Bagi Guru sebagai bahan bacaan untuk mendidik siswa dalam

meningkatkan minat beribadah (shalat lima waktu).

F. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Kegunaan Hasil Penelitian,

Sistematika Penulisan.

Bab II: Kajian Teoritis seputar Pengertian Pendidikan Agama Islam, Tujuan

Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup Pendidikan

Agama Islam, Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah

Pengertian Disiplin, Unsur-unsur Disiplin,

Langkah-langkah Penanaman Disiplin, Pengertian Ibadah,

Jenis-jenis Ibadah, Bentuk-bentuk Ibadah, Pengertian Shalat,

Kedudukan Shalat, Kewajiban Melaksanakan Shalat

dan Hikmahnya, Sebab-sebab Tidak Melaksanakan

Shalat dan Hukum Meninggalkannya, Syarat, Rukun

(11)

Khusyu’ dalam Shalat, Pengertian Efektifitas, Faktor -faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran,

Fungsi Pendidikan Agama Islam terhadap Disiplin

Ibadah Shalat Siswa, Strategi dan Langkah-langkah

Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin

Shalat Siswa, Indikator Efektifitas Pembelajaran Ibadah

pada Pendidikan Agama Islam. Kerangka Berfikir.

Bab III: Paparan Mengenai Metodologi Penelitian yang digunakan, Tempat dan

Waktu Penelitian, Tujuan Penelitian, Variabel

Penelitian, Operasional Variabel, Populasi dan Sampel

Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik

Pengolahan dan Analisis Data.

Bab IV: Hasil Penelitian Berisi tentang Gambaran Umum Sekolah, Pendidikan

Agama Islam di SMP Fatahillah, Penyelenggaraan

Pendidikan Agama Islam, Pembinaan Disiplin dalam

Ibadah Shalat.Kedisiplinan Peserta didik

(12)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 Bab I pasal 1 tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan menyebutkan bahwa

Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam

mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya

melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis

pendidikan.6

Berdasarkan pengertian di atas, maka Pendidikan Agama dalam hal ini

berarti Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam memberikan

pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran

agama Islam yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/

kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

6

(13)

Zuhairini dkk., mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah segala

usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka

hidup sesuai dengan ajaran Islam.7

Menurut Ramayulis Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.8

Merujuk pada PP nomor 55 tahun 2007 dan beberapa pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses

bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan

dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan

yang maksimal, sehingga tertertanamlah nilai-nilai Islam dalam jiwa peserta

didik sehingga dapat diamalkan dalam kehidupannya sebagai muslim yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik akan

dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk

mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis. Pendidikan

Agama Islam yang merupakan suatu proses bimbingan jasmani dan rohani

yang berlandaskan ajaran Islam tentunya memiliki tujuan yang mulia.

Dalam Peraturan Pemerintahan nomor 55 tahun 2007 Bab II pasal 2

tentang Pendidikan Agama disebutkan bahwa Pendidikan Agama bertujuan

untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami,

7Rika Sa’diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam

, (Jakarta, PT. Wahana Kardofa, 2009), h.13

8

(14)

menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan

penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.9

Ramayulis menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan

meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamalan peserta didik tentang

agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa

kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan Pendidikan Agama Islam

di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,

penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih

tinggi.10

Mahmud Yunus merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu

untuk :

a) Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah

b) Menananmkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang sesuai dengan

tuntunan agama.

c) Mendidik untuk selalu mengikuti perintah Allah dan meninggalkan segala

larangan-Nya.

d) Mendidik untuk membiasakan berakhlaq mulia dan adat kebiasaan yang

baik.

e) Mengajarkan peserta didik untuk mengetahui macam-macam ibadah dan

cara melaksanakannya serta mengetahui hikmah, faedah dan pengaruh dari

ibadah tersebut dalam pencapaian kebahagian dunia dan akhirat.

9

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, . . . , h. 230

10

(15)

f) Memberi petunjuk untuk hidup di dunia dengan baik dan bahagia di

akhirat.

g) Memberikan contoh dan suri tauladan yang baik serta pengajaran dan

nasehat.

h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, berbudi

luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh dengan ajaran agama.11

Dr. Abdul Qodir Ahmad menjelaskan bahwa di antara tujuan

Pendidikan Agama Islam diajarkan yaitu untuk:

1) Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai,

mentaati-Nya dan berkepribadian yang mulia.

2) Memperkenalkan hukum-hukum agama dan cara-cara menunaikan

ibadah serta membiasakan mereka senang melakukan syiar-syiar

agama dan menaatinya.

3) Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan memperkenalkan

adab sopan santun Islam serta membimbing kecenderungan mereka

untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa

bersikap patuh menjalankan ajaran agama atas dasar cinta dan

senang hati.

4) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri

berpegang pada akhlak mulia dan membenci pada akhlak yang

rendah.

5) Membina perhatian siswa terhadap aspek-aspek kesehatan.

6) Membiasakan siswa-siswa bersikap rela, optimis, percaya pada diri

sendiri, menguasai emosi, tahan menderita dan berlaku sabar.

11Rika Sa’diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam

(16)

7) Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat membantu

mereka berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik

dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk

orang lain, suka membantu orang, rasa sayang kepada yang lemah

dan miskin, menganggap semua orang itu sama, menghargai orang

lain dan menghargai hak milik pribadi, ngara dan kepentingan

umum.

8) Membiasakan siswa sopan santun di rumah, sekolah dan di jalan.

9) Membina siswa agar menghargai kerja, menghargai kepentingan

kerja, baik terhadap individu maupun masyarakat.12

Jadi, tujuan Pendidikan Agama Islam adalah berkisar kepada

pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan seseorang, baik

dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas lagi,

ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya

pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak

mulia, sehat jasmani dan rohani.

Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna

maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan

tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman

nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai kebaikan hidup (hasanah) di dunia

bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan

(hasanah) di akhirat kelak.

Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Fatahillah ini untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak

mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai

perwujudan dari pendidikan agama.

12

(17)

Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan

pengalaman nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim

melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian

Islami yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang diwujudkan

dalam pengamalan syari’at dalam kehidupan sehari-hari yang salah satunya

ialah shalat.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara:

a. Hubungan manusia dengan Allah swt.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.13 a. Hubungan manusia dengan Allah swt.

Hubungan manusia dengan Allah swt merupakan hubungan vertikal

antara makhluk dengan Khlaik. Hubungan manusia terhadap Allah swt sang

penciptanya dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, diantaranya:

1) Mentauhidkan Allah swt

Mentauhidkan Allah swt dapat dilakukan dengan mempertegas keesaan

Allah swt, atau mengakui bahwa tidak ada sesuatu pun yang setara dengan zat,

sifat dan asma Allah swt.

2) Taqwa kepada Allah swt.

Taqwa kepada Allah swt yang berarti patuh terhadap perintah-perintah

Allah swt baik yang menuntut pelaksanaannya maupun meninggalkannya.

Perintah-perintah tersebut terkumpul dalam hukum-hukum syariat yang

apabila dilaksanakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat

dosa.

13

(18)

3) Dzikrullah (ingat kepada Allah swt).

Ingat kepada Allah swt merupakan tanda bahwa seorang hamba

memiliki hubungan yang erat kepada sang penciptanya. Dengan mengingat

Allah swt berarti manusia sadar akan keberadaan dirinya yang tak mungkin

lepas dari campur tangan Allah swt. Dengan mengingat Allah swt, hati seorang

hamba akan menjadi tenang dan terhindar dari kegelisahan.

4) Tawakkal.

Tawakkal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman

manusia akan takdir, ridha, ikhtiar, sabar dan do’a. Tawakkal adalah

kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah swt, untuk mendapatkan

kemashlahatan serta mencegah kemudharatan, baik menyangkut urusan dunia

maupun urusan akhirat. Barangsiapa yang mewujudkan ketakwaan dan

tawakkal kepada Allah swt, dia akan menggapai kebaikan yang ada di dunia

ini.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

Hubungan manusia dengan sesama manusia merupakan hubungan

horizontal. Secara garis besar hubungan antara sesame dapat dilakukan dengan

cara berbuat baik kepadanya dan menolongnya dari kesulitan yang sedang

dihadapi. Menolong seseorang dapat dilakukan dengan cara memberikan

bantuan berupa harta, benda, ataupun tenaga. Sedangkan berbuat baik bisa

berupa menghormati, menghargai, sopan santun, dsb. Jika antar sesama sudah

dapat saling berbuat baik dan saling menolong, maka akan terciptalah

kehidupan yang harmonis antar satu dengan yang lainnya.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Selain kita membina hubungan baik dengan Allah swt dan orang lain,

kita pun harus pandai membina diri kita sendiri, diantaranya dengan cara :

1) Menanamkan rasa sabar dalam diri kita. 2) Bersyukur atas pemberian Allah

swt. 3) Amanah. 4) Benar. 5) Menepati janji, serta 6) Memelihara diri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkunganya.

Manusia terhadap makhluk Allah swt lainnya seperti hewan dan

(19)

cinta kepada Allah swt. Sesama makhluk ciptaan-Nya manusia harus

senantiasa menjaga dan menyayangi serta merawatnya. Islam menjelaskan

bahwa manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah (pengayom) yang

melindungi dan menjaga bumi beserta isinya secara bijaksana.

Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, Pendidikan Agama

Islam yang umum dilaksanakan di perguruan-perguruan agama sekarang

terdiri dari sejumlah mata pelajaran, yaitu :

1) Pengajaran Keimanan

2) Pengajaran Akhlak

3) Pengajaran Ibadat

4) Pengajaran Fiqih

5) Pengajaran Ushul Fiqih

6) Pengajaran Qira’at Qur’an

7) Pengajaran Tafsir

8) Pengajaran Ilmu Tafsir

9) Pengajaran Hadis

10) Pengajaran Ilmu Hadis

11) Pengajaran Tarikh

12) Pengajaran Tarikh Tasyri’14

4. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah

Pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama bertujuan

untuk membekali murid dengan berbagai pengetahuan agama sesuai

dengan tingkat perkembangannya, baik tentang dasar-dasar atau

hikmah-hikmah hukum Islam maupun tentang pelaksanaan ibadah dan penanaman

akhlak.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam

Sekolah Menengah Pertama berfokus pada aspek:

a. Aqidah Akhlak

b. Al-Qur’an/Hadits

14

(20)

c. Syari’ah

d. Fiqh/Ibadah

e. Tarikh15

Klasifikasi di atas digunakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di Madrasah. Adapun di sekolah umum mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam memuat pada aspek keimanan, akhlak, fiqih, al-qur’an dan

tarikh.

Pada tingkat Sekolah Dasar penekanan diberikan kepada lima unsur

pokok yaitu : Keimanan dan Akhlaq, Ibadah, al-Qur’an dan Tarikh.

Sedangkan pada tingkat menengah lanjutan dan menengah atas, unsur syariah

semakin dikembangkan. Tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan

pendidikan.

B. Disiplin

1. Pengertian Disiplin

Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh

yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan

dari lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga

keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat

sesuatu yang dapat dan ingin diperoleh dari orang lain atau karena situasi

kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang diperlukan oleh

lingkungan.

Disiplin dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung

beberapa arti, yaitu:

a. Tata tertib (di sekolah kemiliteran, dsb)

b. Ketaatan (kepatuhan) kepada ketentuan tata tertib

c. Tata tertib dibidang studi yang mempunyai objek system dan

metode tertentu.16

15

Prof. DR Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, . . .,.h.23

16

(21)

Menurut Prof. DR. Utami Munandar, disiplin diartikan sebagai

pengendalian diri sehubungan dengan proses penyesuaian diri dan

sosialisasi.17 Sedangkan makna disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa Inggris, yaitu:”Dicipline berarti:

1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri,

kendali diri.

2) Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu,

sebagian kemampuan mental atau karakter moral.

3) Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki.

4) Kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.18

Dari beberapa pengertian disiplin diatas, inti dari disiplin tersebut yaitu

untuk membentuk perilaku seseorang hingga ia sesuai dengan peran-peran di

mana ia diidentifikasikan. Dalam penelitian ini, disiplin dalam ibadah shalat.

Disiplin dalam shalat berarti latihan yang membentuk, meluruskan atau

menyempurnakan pelaksanaan shalat, baik dalam tata cara melaksanakannya

maupun dalam disiplin waktu pelaksanaannya. Disiplin dalam shalat juga

dapat berarti usaha membentuk perilaku seseorang untuk disiplin dalam

pelaksanaan shalat baik gerakan, bacaan dan juga waktu pelaksanaannya.

2. Unsur-unsur Disiplin

Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka disiplin harus memiliki

empat unsur pokok, yaitu :

a) Peraturan, berfungsi sebagai pedoman perilaku

b) Konsistensi, berfungsi sebagai pemacu motivasi dalam proses

pembinaan disiplin.

17

Prof. DR. Utami Munandar dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2001). H. 109

18Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa

(22)

c) Hukuman, diberikan untuk pelanggaran terhadap peraturan

d) Penghargaan, diberikan sebagai balasan bagi perilaku yang baik dan

sesuai dengan yang diharapkan.19

Hilangnya salah satu dari keempat hal pokok di atas akan

menyebabkan sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan standar yang telah

ditentukan dan akan jauh dari harapan sosial. Karena masing-masing sangat

berperan dalam perkembangan moral pada perilaku anak menuju tingkat

kedisiplinan yang diharapkan.

3. Langkah-langkah penanaman disiplin

Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini sehingga

nantinya akan tumbuh dari hati sanaubari dengan sendirinya. Disiplin dapat

dilakukan dengan cara; 1) pembiasaan, 2) contoh dan tauladan, 3) penyadaran

dan 4) pengawasan.20 - Pembiasaan.

Jika seseorang diberikan pembiasaan untuk melakukan sesuatu dengan

didiplin, tertib dan teratur, maka akan tertanam dalam dirinya sikap disiplin,

tertib dan teratur dalam melakukan segala aktivitasnya.21 - Dengan contoh dan tauladan

Dalam menanamkan disiplin, pendidik atau orang tua harus selalu

memberi contoh dan tauladan kepada anak atau murid. Jika pembiasaan yang

diberikan kepada anak tidak diiringi dengan contoh dan teladan serupa dari

pendidik atau orang tua. Jika pendidik atau orang tua tidak memberikan

contoh dan teladan serupa dengan pembiasaan yang diberikan kepada anak,

maka akan timbul jiwa berontak dari dalam diri anak dan disiplin pun akan

sulit tertanam pada diri si anak.22

19

Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta; Erlangga), cet. Ke 6, h.84-92

20

Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya; PT. Usaha Nasional, 1973), h. 143-144.

21

Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143 22

(23)

- Dengan penyadaran

Disamping dengan adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan

tauladan, maka kepada anak yang mulai kritis, sedikit demi sedikit harus

diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan

diadakan. Sehingga lambat laun anak itu akan sadar terhadap

peraturan-peraturan tersebut. Jika sudah timbul kesadaran dalam diri si anak, berarti

telah mulai tumbuh disiplin dari dirinya sendiri.23 - Dengan pengawasan

Pengawasan diberikan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar

tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan khususnya yang bertentangan

dengan peraturan yang telah diadakan. Sehingga dengan pengawasan tingkat

kedisiplinan anak akan terkontrol.24

D. Ibadah

1. Pengertian Ibadah

Ibadah adalah kata masdar dari „abada yang berarti memuja,

menyembah, mengabdi, berkhidmat. Dalam kamus Bahasa Arab - Indonesia

karangan Prof. DR. H Mahmud Yunus ibadah diartikan amal yang di ridhai

Allah. 25 Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan secara lughawi. Adapun menurut istilah agama Islam sebagai

berikut :

- Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa

kekhidmatan yakni bersikap khidmat terhadap yang dipuja dengan segenap

jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan Nya dan

senantiasa memohonkan rahmat dan karunia Nya.

23

Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143 24

Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 144 25

(24)

- Menurut ilmu fiqih ibadah ialah amal perbuatan hamba Allah yang

bertentangan dengan kehendak hawa nafsunya karena memuliakan

keagungan Tuhannya.26

Al-Imam Ibnu Kasir dalam kitabnya tafsir al-Qur’an al-Karim juz 1

surat al-Fatihah - al-Baqarah menjelaskan bahwa al-„ibadah menurut istilah

bahasa berasal dari makna az-zullah, artinya mudah dan taat. Sedangkan menurut istilah syara’ yaitu suatu ungkapan yang menunjukkan suatu sikap sebagai hasil dari himpunan kesempurnaan rasa cinta, tunduk dan takut.27

Menurut Yusuf Qardhawi, ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu

yang Maha Besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Di

kalangan orang arab ibadah diartikan sebagai puncak ketundukan yang

tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari dalam rangka

mengagungkan yang disembah.

Menurut ulama tauhid dan hadits, ibadah adalah mengesakan dan

mengagungkan Allah sepenuhnya, serta menghinakan diri dan menundukkan

jiwa kepada-Nya. Menurut mereka ibadah sama dengan tauhid. Sedangkan

menurut ahli akhlak, ibadah adalah mengerjakan segala bentuk ketaatan

badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum). Menurut mereka,

akhlak dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan

kepada setiap individu, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga

maupun masyarakat, termasuk dalam pengertian ibadah.

Ahli tauhid, ahli tafsir dan ahli hadits mengartikan ibadah sebagai

berikut:

- Ibadah adalah mengesakan Allah, menta’zimkannya dengan sepenuh

ta’zim, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendirinya).

- Ibadah adalah tauhid (mengesakan Allah sekalian alam).

- Segala lafaz ibadah dalam al-Qur’an diartikan dengan tauhid.

26

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta; Bumbu Dapur Communication-PT. Mitra Cahaya Utama, 2008), h. 16-17

27

(25)

- Tauhid adalah mengesakan Allah SWT, tuhan yang disembah (mengikuti

keesaaNya) serta mengitikadkan pula keesaaNya pada zatNya dan pada

pekerjaanNya. Dalilnya :

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun.

Secara istilah, ibadah memiliki beberapa pengertian diantaranya:

- Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang diridhai-Nya,

taat kepada-Nya

- Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya, baik

perkataan, perbuatan, lahir dan batin.

- Tafakkur kepada Allah, yaitu memperhatikan kebesaran Allah,

memperhatikan ni’mat-Nya yang terdapat di alam ini.

- Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dalam:

syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (rukun Islam).28

Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti

melakukan ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta

menyempurnakan ibadah dengan melaksanakan segala peraturan yang

berlaku.

(26)

a. Ibadah Mahdhah

b. Ibadah Ghair Mahdhah

Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah

jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.

Ibadah ini ditetapkan oleh dalil-dalil yang kuat (qath’iah-dilalah), misalnya

perintah shalat, zakat, puasa, ibadah haji dan bersuci dari hadats kecil maupun

besar.

Ibadah ghair mahdhah ialah ibadah yang cara pelaksanaanya dapat

direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti

situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Misalnya perintah

melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih, larangan

melakukan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan

sebagainya. Dalam praktik perdagangannya, baik bentuk maupun objeknya

dibebaskan, misalnya Rasul berdagang hasil pertanian maka bukan berarti

semua umat Islam wajib berdagang hasil pertanian, tetapi merupakan bentuk

kebolehan untuk umat Islam melakukan perdagangan, baik hasil pertanian,

peternakan, perikanan, dan sebagainya.

3. Bentuk-Bentuk Ibadah

Bentuk-bentuk peribadatan dalam Islam bermacam-macam tergantung

corak, isi, alat dan gerak-geriknya. Tetapi saran dan tujuannya hanya satu juga

yaitu untuk berbakti kepada Allah. Diantara macam-macam peribadatan itu

menurut Prof. Dr. M. Ardani ada lima ibadah pokok yang biasa disebut

arkanul Islam yaitu :

- Ibadah lisan ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain, dengan

mengucapkan dua kalimat syahadat.

- Ibadah badaniyah murni harian, ialah sholat yang bersifat harian yang

mesti dilakukan 5 kali dalam sehari.

- Ibadah badaniyah tahunan, ialah puasa yang dilakukan setahun sekali

selama satu bulan Ramadhan.

- Ibadah harta bersifat sosial, ialah zakat dengan mengeluarkan harta yang

(27)

- Ibadah badaniyah antara bangsa, ialah haji yang merupakan ibadah

setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji merupakan

ibadah kolektif antar bangsa-bangsa di dunia di pusat kelahiran Islam.29 Ibadah dilihat dari tata cara melaksanakannya terbagi lima yaitu :

- Ibadah badaniyah (dzatiyah), seperti shalat.

- Ibadah maaliyah, seperti zakat, infaq dan sedekah.

- Ibadah ijtima‟iyah, seperti haji, shalat berjamaah, shalat idul fitri dan idul

adha dan shalat jum’at.

- Ibadah ijabiyah, seperti thawaf.

- Ibadah salbiyah, meninggalkan segala yang diharamkan dalam masa

berihram.30

Dari berbagai bentuk peribadatan, shalat merupakan kewajiban utama

bagi umat Islam yang sudah terkena hukum taklify. Semua ibadah yang

dilakukan oleh umat Islam bertujuan untuk mengharap ridha Allah swt.

C. Shalat

1. Pengertian Shalat

Menurut mayoritas ahli bahasa, shalat artinya do’a, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an.31 :

Prof, Dr,H,Moh.Ardani, Fikih Ibadah Praktis, …, h.18-19.

30

Drs. KH. Abdul Hamid M.Ag, Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Fiqih Ibadah, Pustaka Setia (Bandung; 2009)), h. 72

31

(28)

Menurut ahli fiqih adalah suatu tindakan ibadah disertai bacaan do’a -doa yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan

syarat-syarat dan rukun-rukunnya.32

2. Kedudukan Shalat

Dalam Islam shalat merupakan salah satu jenis kewajiban yang

menduduki peringkat kedua dalam rukun Islam setelah syahadat. Kewajiban

shalat diberikan kepada nabi Muhammad melalui perjalanan yang luar biasa

yaitu isra’ mi’raj. Sehingga shalat memiliki kedudukan penting dalam Islam.

Kedudukan shalat dalam syari’at Islam sebagai berikut :

1) Shalat sebagai tiang agama.

Hadits Nabi SAW

Artinya: “shalat itu tiangnya agama”

2) Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang ditetapkan secara langsung melalui peristiwa isra’ mi’raj.

3) Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang pertama akan dihisab di

hari akhirat.

4) Shalat merupakan amalan paling utama di antara amalan-amalan lain

dalam Islam.

5) Perbedaan antara kaum muslim dengan kafir terletak pada shalatnya.33 3. Kewajiban Melaksanakan Shalat dan Hikmahnya.

1) Kewajiban Melaksanakan Shalat.

Banyak dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban melaksanakan shalat

baik yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits.

Firman Allah SWT

32

Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Penebar Salam, 1998. H. 321

33

(29)

“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'”.(Al-Baqarah : 43)



“Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”(Al-Ankabut : 45)

Hadits Nabi SAW

Artinya :“shalat itu tiangnya agama”

2) Hikmah Melaksanakan Shalat

Menurut Prof. DR H. Moh Ardani di antara hikmah shalat ditinjau dari

kaitannya dengan akhlak, yaitu shalat dapat :

- Membawa ketenangan dan kedamaian

- Memperkuat rasa syukur kepada Allah swt

- Membersihkan fikiran dan perbuatan

- Memupuk rasa persaudaraan

- Menumbuhkan rasa persamaan dan persatuan

- Menanamkan sikap disiplin

- Menanamkan rasa toleransi 34

4. Sebab-sebab tidak Melaksanakan Shalat dan Hukum Meninggalkannya

1) Sebab-sebab seseorang tidak melaksanakan shalat

Banyak kita temukan orang-orang yang dalam hidupnya sering

meninggalkan shalat, baik dengan sengaja atau pun tidak disertai beragam

34

(30)

alasan. Prof. Dr. Hasbi Ash Shidieqy menjelaskan sebab-sebab seseorang

meninggalkan shalat, diantaranya:

- Salah sangka dan salah menempatkan, disini mereka beranggapan

bahwa shalat itu hanya untuk meluruskan akhlaq dan budi pekerti. Bila

mereka sudah berakhlaq, cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan berarti

tidak harus melaksanakan shalat. Karena menurut mereka shalat hanya

untuk orang-orang tertentu: pak haji, pak tani dan pak penghulu.

- Tidak mengetahui pengertian tentang shalat, golongan ini beranggapan

shalat tidak perlu dilaksanakan karena mereka lahir, hidup dan besar

dikalangan keluarga yang tidak pernah melaksanakan shalat. Tidak

pernah melihat orang tua mereka melakukan shalat. Tapi yang mereka

lihat adalah selamatan-selamatan secara kecil-kecilan dan

besar-besaran, jadi beragama menurut mereka adalah mengadakan

selamatan-selamatan, tasyakuran dan sebagainya.

- Kemalasan yang sangat mempengaruhi, golongan ini terang-terangan

tidak shalat karena rasa malas padahal mereka tahu salat merupakan

ibadah wajib.

- Keremajaan dan kemudaan, golongan ini beranggapan bahwa ibadah

itu hanya dilakukan bagi orang-orang yang sudah tua untuk

mendekatkan diri pada Allah swt, sedangkan bagi yang muda

bersenang-senang dengan kehidupan dunia saja, merasa masih muda

dan hidupnya lama.

- Pengaruh kacaunya perasaan, golongan ini sengaja meninggalkan

shalat karena rusuh hati, tertimpa kesedihan dan kesusahan.

- Takut kepada iblis dan syetan, golongan ini beranggapan bahwa jika

melaksanakan shalat nanti diganggu oleh iblis, karena takut akan

hilang sakti dan mandra yang sedang diamalkan.35 2) Hukum Meninggalkan Shalat.

35

(31)

Shalat adalah ibadah yang pertama-tama diwajibkan oleh Allah swt

dan berada pada peringkat ke dua dalam rukun Islam. Barang siapa yang

menjauhi shalat, berarti ia menjauhi Islam dan akan memperoleh kutukan

Allah swt. Dia sesungguhnya telah menyalahi perintah agamanya, berarti ia

telah menghantarkan dirinya kepada kehancuran. Dan dengan meninggalkann

shalat ini akan lebur semua kebaikan amalannya, karena dia telah telah

menyalahi ayat-ayat al-Qur’an yang sharih mengenai shalat. Orang yang

membuat kesalahan ini termasuk ke dalam hukum orang yang ingkar.36

Prof. Dr. Hasbi Ash Shidieqy menjelaskan bahwa :

- Orang yang meninggalkan shalat pada suatu waktu dengan karena

kemalasan atau mengerjakan kemaksiatan karena kejahilan dengan

merasa penyesalan dan kekecewaan hati serta ingin bertaubat, tiadalah

iman orang itu berlawanan dengan iman muthlaq dan tiadalah halnya

itu mengeluarkan dirinya dari millah (agama), walaupun

berulang-ulang.

- Seseorang yang terus-menerus meninggalkan shalat dengan tidak

merasa keberatan apa-apa, tidak merasa penyesalan dan tidak merasa

kekecewaan serta tidak merasa perlu bertaubat, maka orang itu

dipandang dan dihukum kafir.37 5. Syarat, Rukun dan Sunnah dalam Shalat

Sebelum shalat dilakukan perlu diperhatikan beberapa hal agar shalat

yang dilakukan menjadi sah, hal-hal tersebut terkumpul dalam syarat-syarat

sah shalat. Syarat-syarat sah shalat tersebut yaitu :

1) Islam

2) Suci dari hadas, haid, nifas seluruh anggota badan, pakaian dan

tempat.

3) Berakal dan baligh

4) Menutup aurat

5) Mengetahui masuknya waktu shalat

36

Al-Syaikh Muhammad Mahmud Al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap,(Semarang; DinaUtama), h. 14

37

(32)

6) Menghadap ke kiblat

7) Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunah

Selain itu seseorang yang akan melaksanakan shalat harus

memperhatikan rukun-rukun dalam shalat. Adapun rukun-rukun dalam shalat

yaitu :

1) Niat

2) Berdiri bagi orang yang kuasa

3) Takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar)

4) Memabaca surat al-Fatihah

5) Ruku’ serta tuma’ninah (diam sebentar)

6) I’tidal serta tuma’ninah (diam sebentar)

7) Sujud dua kali serta tuma’ninah (diam sebentar)

8) Duduk di antara dua sujud serta tuma’ninah (diam sebentar).

9) Duduk tasyahud akhir serta tuma’ninah (diam sebentar).

10) Membaca tasyahud akhir serta tuma’ninah (diam sebentar).

11) Membaca shalawat Nabi Muhammad ketika tasyahud akhir.

12) Membaca salam yang pertama sambil berpaling ke kanan.

13) Menertibkan rukun38

Di dalam shalat terdapat beberapa sunah-sunah, yaitu sunnah sebelum

shalat dan sunah ketika shalat dilaksanakan.

a. Sunah Sebelum Shalat. 39

1) Azan ialah memberitahukan bahwa shalat telah tiba dengan lafaz yang telah ditentukan syara’.

2) Iqomah ialah memberitahukan kepada hadirin supaya siap berdiri

untuk shalat.

3) Membatasi tempat shalat maksudnya membatasi tempat shalat

dengan dinding, dengan tongkat, dengan menghamparkan sajadah

atau dengan garis, supaya orang tidak lalu lintas di depan orang

38

H.Fachrurazi, Tata Cara Shalat, (Bandung; Sinar Baru Algensindo), h.25-26

39

(33)

yang sedang shalat, sebab lalu lintaas di depan orang shalat

hukumnya haram.

b. Sunah dalam pelaksanaan shalat.40

1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram setentang tinggi

ujung jari dengan telinga, dan telapak tangan setinggi bahu serta

keduanya dihadapkan ke kiblat.

2) Mengangkat kedua tangan ketika akan ruku’, berdiri dari ruku’ dan

tatkala berdiri dari tasyahud awal dengan cara yang telah

diterangkan pada takbiratul ihram.

3) Meletakkan telapak tangan kanan atas punggung tangan kiri dan

keduanya diletakkan dibawah dada.

4) Melihat ke arah tempat sujud.

5) Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram.

6) Membaca a’uzubillah sebelum membaca bismillah

7) Diam sebentar sebelum membaca al-Fatihah dan sesudahnya.

8) Membaca amin sehabis membaca Fatihah.

9) Membaca surat atau ayat qur’an sesudah membaca Fatihah pada dua

rakaat pertama.

10) Sunah bagi ma’mum mendengarkan bacaan imamnya.

11) Mengeraskan bacaan pada shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’.

12) Takbir dan tatkala turun dan bangkit, selain ketika bangkit dari ruku’.

13) Membaca sami’allahu liman hamidah.

14) Membaca rabbana walakal hamdu.

15) Meletakkan dua telapak tangan di atas lutut ketika ruku.

16) Membaca tasbih tiga kali ketika ruku’.

17) Membaca tasbih tiga kali ketika sujud.

18) Membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud.

19) Duduk iftirasy pada semua duduk dalam shalat kecuali duduk akhir.

40

(34)

20) Duduk tawarrukdi duduk akhir

21) Duduk istirahat sesudah sujud kedua sebelum berdiri.

22) Bertelekan ke tanah tatkala hendak berdiri dari duduk.

23) Memberi salam yang ke dua, hendaklah menoleh ke sebelah kiri

sampai kelihatan pipinya yang kiri dari belakang.

24) Ketika memberi salam hendaklah diniatkan memberi salam kepada

yang disebelah kanan dan kirinya.

c. Sunah yang lebih penting (sunah muakkad)

1) Membaca tasyahud pertama sesudah sujud ke dua dari rakaat yang

ke dua.

2) Membaca salawat atas keluarga Nabi saw pada tasyahud akhir.

3) Qunut sesudah i’tidal pada akhir shalat subuh dan shalat witir sejak

malam ke 16 sampai akhir bulan Ramadhan.41 . D. Tata Cara Pelaksanaan Shalat

1) Berdiri tegak menghadap kiblat, kalau mampu. Jarak antara kedua kaki

kira-kira sekepal tangan. Kedua tangan beserta jari-jari lepas dan

berkembang ke bawah sejajar badan di samping kiri kanan pinggul.

Yang tidak sanggup berdiri boleh shalat sambil duduk. Yang tidak

sanggup duduk boleh shalat sambil berbaring. Bila shalat dalam

kendaraan yang tidak menuju satu arah maka pada permulaan shalat

harus menghadap kiblat dan selanjutnya arah kiblat tidak menjadi

syarat walaupun ternyata berubah dalam pertengahan shalat.

2) Berniat mengerjakan shalat dengan membaca dalam hati.

3) Takbiratul Ihram dengan membaca “Allahu Akbar” sambil

mengangkat kedua tangan beserta jari-jari terkembang serentak

masing-masing telinga ibu jari tangan mendekati daun telinga bagian

bawah; telapak tangan menghadap kiblat; kemudian kedua tangan

dilipat di atas perut, telapak tangan di atas pergelangan tangan kiri atau

di atas tangan kiri.

4) Membaca doa iftitah dengan suara lemah.

41

(35)

5) Membaca surat al-Fatihah pada shalat subuh dan dua rakaat pertama

pada shalat maghrib dan isya, serta membacanya lemah pada shalat

zuhur, ashar dan dua rakaat terakhir pada shalat isya dan rakaat ketiga

shalat maghrib.

6) Membaca surat pendek/ ayat al-Qur’an pada rakaat 1 dan 2.

7) Ruku’ dengan membaca “Allahu Akbar” sambil mengangkat tangan

seperti takbiratul ihram, terus membungkuk dengan meletakkan kedua

telapak tangan pada tulang masing-masing lutut dengan jari-jari

terkembang lurus ke bawah; punggung dan kepala datar rata sejajar tempat berdiri. Dalam posisi ruku’ membaca do’a ketika ruku’.

8) Bangkit dari ruku’

9) I’tidal

10) Sujud

11) Duduk bangkit dari sujud (duduk antara dua sujud) sambil membaca “Allahu Akbar”.

12) Sujud kembali (sujud kedua) sambil membaca “Allahu Akbar”

13) Bangkit dari sujud kedua sambil membaca “Allahu Akbar”

14) Duduk tahiyat akhir

15) Membaca tasyahud

16) Membaca shalawat

17) Membaca doa (sebelum salam)

18) Salam sambil menoleh ke kanan, sehingga terlihat muka orang yang

berada di sebelah kanan (kalau ada) seraya melepaskan jari kanan yang

tergenggam.

19) Menoleh ke kiri sambil memberi salam ke dua.42

E. Khusyu’ Dalam Shalat

Dalam pelaksanaan shalat, khusyu’ menjadi salah satu hal penting

mengingat shalat adalah ibadah batiniyah yang menuntut kekhusyu’an dalam pelaksanaannya. Karena untuk meraih khusyu’ dalam shalat bukanlah sesuatu

42

(36)

yang mudah maka memerlukan upaya dan kiat-kiat yang khusus untuk

mencapainya. Diantara kiat-kiat khusus tersebut antara lain :

1) Menjauhi hal-hal yang bisa merusak kekhusyu’an shalat.

Hal-hal tersebut dapat berupa tempat yang tidak nyaman, berisik,

panas dan bau. Selain itu tidak melaksanakan shalat dengan mengenakan atau

di depan orang yang mengenakan pakaian bergambar. Sebaiknya tidak shalat

di depan atau di belakang orang yang sedang bercakap-cakap. Shalat juga

sebaiknya tidak dilakukan dengan mendongak ke atas, kiri dan kanan serta

tidak menguap, karena dengan mendongak dan menoleh ke suatu arah akan menghilangkan kekhusyu’an, dan juga jika menguap akan membuka pintu syetan untuk masuk menggoda hati kita.

2) Menolak dan melenyapkan was-was dalam hati.

Sesungguhnya ketika seseorang tengah berdiri dalam shalat, maka

syaitan akan berusaha memperdayainya agar ia tidak mampu merih

kekhusyu’an dalam shalatnya. Oleh sebab itu untuk mengawali shalatnya

hendaknya memohon perlindungan kepada Allah swt agar dijauhkan dari

godaan syaitan dan was-was yang dihembuskan oleh syaitan. Hal itu dapat

dengan membaca Q.S An-Nas ayat 1-6 dan Q.S Al-Mu’minun 97-98.

1.Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

2. Raja manusia. 3. Sembahan manusia.

4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

5.Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.

(37)



97. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.

98. Dan Aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."

3) Membayangkan bahwa shalat yang sedang kita kerjakan adalah shalat

yang terakhir.

Hal ini biasa dilakukan para sufi yang membayangkan malaikat izrail

seakan sedang mengawasi dan siap mencabut nyawa kita ketika sedang shalat.

Sehingga dengan begitu rasa malu pun akan muncul dan shalat pun akan dilakukan dengan baik dan penuh kekhusyu’an.

4) Meyakini bahwa Allah swt selalu melihat dan mengawasi kita.

Ketika seseorang sedang melaksanakan shalat berarti ia sedang

menghadap dan berdiri di hadapan-Nya. Maka tentunya Allah swt akan

mengawasi dan memperhatikan orang yang berdiri dan berhadapan

dengan-Nya. Ia pun akan meberi ridho dan pahala bagi yang mengerjakan shalatnya

dengan khusyu’ dan murka-Nya bagi yang mengerjakan shalat tidak khusyu’

dan penuh dengan kemalasan serta main-main.

5) Membayangkan nikmat dan indahnya kehidupan di surga.

Keadaan syurga yang indah dan penuh dengan kenikmatan yang tiada

tara, jika kita hadirkan di dalam hati dan pelupuk mata kita kemudian kita

mengerjakan shalat dengan bayangan keindahan syurga yang terus melekat

dalam benak, maka insya Allah, kita akan mampu meraih khuyu’ dalam shalat

yang sedang kita kerjakan.

6) Membayangkan sakit dan pedihnya kehidupan di neraka.

Keadaan neraka yang penuh dengan kepedihan dan siksaan, kita

bayangkan dan hadirkan dalam hati, maka kita pun akan memohon kepada

Allah untuk dihindarkan dan dijauhkan dari semuanya, sehingga kita pun akan

(38)

Dengan kiat-kiat tersebut di atas, akan membantu seseorang yang

hendak melaksanakan shalat sehingga shalatnya akan menjadi khusyu.

F. Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin Pelaksanaan Ibadah Shalat.

1. Pengertian Efektifitas

Pengertian efektifitas yang terdapat dalam ensiklopedia Indonesia

berarti “ menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif

apabila usaha itu mencapai tujuannya”.43

Sedangkan dalam ensiklopedia administrasi, kata efektifitas adalah “ suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek

atau akibat yang dikehendaki”.44

Dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris karangan

Prof. Drs. S. Wojo Wasito dan Drs. Tito Wasito W. Effective adalah berhasil,

berarti mencapai tujuannya.45

Sesuatu dapat dinyatakan efektif jika telah berhasil mendapatkan apa

yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga dari

berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berarti

ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

segi efektifitas guru & segi efektifitas murid. Efektifitas mengajar guru

terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan

dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efktifitas belajar murid terutama

43

Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2, h. 883

44

Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989), h. 126

45

(39)

menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui

kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh.46

Dengan demikian salah satu bentuk efektifitas Pendidikan Agama

Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai terhadap peserta didik dalam

proses pembelajaran agama Islam khususnya dalam meningkatkan disiplin

beribadah (shalat lima waktu) mereka, mengingat salah satu dari tujuan

Pendidikan Agama Islam yaitu agar siswa dapat menguasai dan mengamalkan

ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran

Untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang baik dan efektif

tidaklah mudah, mengingat permasalahan dalam proses belajar mengajar yang

begitu banyak dan kompleks. Dalam artian untuk menciptakan kondisi

pembelajaran yang kondusif dan efektif sangat dipengaruhi oleh faktor

komponen-komponen yang terlibat di dalamnya baik yang sifatnya intern

maupun ekstern. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas

proses belajar mengajar adalah :

b. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi/ keadaan

jasmani dan rohani siswa.

c. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar

siswa baik, lingkungan sekolah, guru, dan lingkungan pergaulan antar

siswa.

d. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni segala jenis upaya

membelajarkan siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan

untuk melakukan kegiatan pembelajaran.47

46

Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effar Offset, 1990 ), cet ke-1,h. 63

47

(40)

Jadi untuk menuju proses Pendidikan Agama Islam yang efektif guru

harus pandai melihat kondisi siswa dan mengatur suasana pembelajaran yang

kondusif serta mampu memilih strategi, metode dan pendekatan-pendekatan

yang tepat.

1. Fungsi Pendidikan Agama Islam terhadap Disiplin Ibadah Shalat Siswa.

Pendidikan Agama Islam berfungsi membentuk manusia yang beriman

dan taqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Sehingga dalam

penerapannya Pendidikan Agama Islam memperbaiki sikap dan tingkah laku

manusia serta membina budi pekerti luhur dan juga menghidupkan hati nurani

manusia untuk memperhhatikan (muroqobah) Allah swr, baik dalam keadaan

sendirian maupun bersama orang lain.48 Budi luhur dan akhlak mulia yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang yaitu kedisiplinan dalam segala

kegiatan kehidupan.

Dalam Islam disiplin dapat tumbuh dan dilatih melalui ibadah shalat.

Sehingga dalam Pendidikan Agama Islam disiplin melaksanakan shalat

menjadi prioritas utama di atas kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga

diharapkan dari kedisiplinan pelaksanaan shalat akan memberikan efek

kedisiplinan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya. Di sekolah,

penerapan disiplin ibadah shalat pun selalu menjadi fokus utama bagi siswa

yang beragama Islam. Terkadang di beberapa sekolah mengadakan kegiatan

keagamaan tambahan dalam rangka mendalami ajaran agama khususnya

dalam rangka penguasaan pelaksanaan shalat guna meningkatkan kesadaran

dan kedisiplinan siswa terhadap pelaksanaan shalat.

2. Strategi dan langkah-langkah Pendidikan Agama Islam dalam Membina

Disiplin Shalat Siswa.

Upaya menanamkan disiplin kepada seseorang dibutuhkan penggunaan

strategi, metode dan pendekatan yang tepat.. Dalam pengajaran agama Islam

penanaman disiplin dalam pelaksanaan shalat harus menggunakan metode dan

alat yang khusus mengingat hampir seluruh materi bersifat abstrak dan objek

48

(41)

(anak/ siswa) yang dihadapi pun beragam jenis dan sifatnya. Beberapa metode

khusus yang dapat digunakan dalam pengajaran agama Islam, yaitu :

a. Metode Ceramah

Dalam metode ceramah guru memberikan uraian atau penjelasan

terhadap suatu masalah kepada murid dengan bahasa lisan pada waktu tertentu

(waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dalam metode ini murid duduk,

melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru

itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri

dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang

bersangkutan.

b. Metode Tanya Jawab

Metode ini merupakan komunikasi langsung antara guru dengan

murid, bisa dalam bentuk guru bertanya murid menjawab, atau sebaliknya

murid bertanya dan guru menjawab. Dalam metode ini akan didapat hubungan

timbal balik antara guru dan murid secara langsung, dan dengan metode ini

pula akan diketahui penguasaan pelajar terhadap pengetahuan yang telah di

berikan oleh guru.

c. Metode Demonstrasi

Metode ini menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu

pengertian atau untuk memperlihatkan bagaiamana melakukan sesuatu kepada

anak didik. Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat

dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik.

d. Metode Eksperimen

Metode ini digunakan ketika seseorang melakukan sesuatu percobaan

setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap peserta didik. Metode

ini dilakukan untuk membuktikan hukum-hukum dan teori-teori yang berlaku.

Dengan metode ini, seseorang dapat memiliki pengetahuan, pengalaman dan

pengertian yang lebih jelas.

e. Metode Diskusi

Metode ini yaitu suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran

(42)

kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai

alternative pemecahan atas suatu masalah.

f. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

Metode ini digunaka dalam penyajian bahan dengan cara

memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan.

Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian

diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.

g. Metode Drill

Metode ini disebut juga dengan latihan siap dimaksudkan untuk

memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang

dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan

dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.

h. Metode Kerja Kelompok

Metode ini digunakan dalam penyajian materi dengan cara pemberian

tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar

yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Tuga-tugas tersebut

dikerjakan dalam kelompok secara bergotong-royong.

i. Metode Proyek

Dalam metode ini anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan

anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti

langkah-langkah tertentu secara ilmiah,logis dan sistematis.

Khusus untuk penanaman disiplin dalam pelaksanaan shalat, sebaiknya

diawali dengan pemahaman murid terhadap tata cara pelaksanaan shalat yang

baik dan benar. Dalam hal ini sebaiknya diawali dengan menggunakan metode

demonstrasi yaitu metode yang menggunakan peragaan-peragaan untuk

memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana

memperlakukan sesuatu kepada anak didik.49 Di sini guru mendemonstrasikan kaifiyat shalat yang baik dan benar di hadapan murid.

49

Gambar

gambaran frekuensi dalam setiap item yang ada.
Tabel 1
Tabel 2. Keadaan Guru dan Karyawan
Tabel 3. Keadaan Peserta didik
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sugiyono (2011: 192-293), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

Dalam metode studi kasus, observasi merupakan teknik yang sangat diajurkan untuk mendapatkan data-data yang lebih banyak dan menarik lagi dibandingkan wawancara mendalam yang

2. Menjelaskan bahan yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Mengemukakan akibat/dampak dari pencemaran lingkungan. Menjelaskan upaya manusia dalam usaha pelestarian

Apabila pembelajaran fotosintesis peserta didik hanya dilakukan didalam kelas dan tidak dilakukan percobaan mengenai fotosintesis, maka peserta didik hanya mengetahui teori

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) adanya perbedaan persepsi konsumen terhadap produk bakpia 75 di DIY ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) adanya perbedaan

Kali ini saya akan mengenalkan anda dengan Cisco Packet Tracer, ialah sebuah software keluaran dari cisco yang dapat digunakan untuk mensimulasikan dan untuk

ِةَرِخَاْلاَو اَيْنُدلا ِرْوُمُا ْنِم ِدِصاَقَمْلا ِعْيِمَج ِلْيِصْحَتِل (untuk menghasilkan segala sesuatu yang menjadi tujuan dari beberapa urusan