LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
“
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP FATAHILLAH GROGOL JAKARTA BARAT
DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH
”
(Studi Kasus di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat)
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Moehammad Arief Wicaksono NIM. 106011000115
Mengetahui, Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA
NIP. 19580918 198701 2 001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK Moehammad Arief Wicaksono
106011000115
Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah.
Skripsi ini merupakan studi kasus di SMP Fatahillah Grogol Jakarta-Barat. Penulisan ini diangkat karena masih banyak peserta didik yang kurang memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima waktu secara tertib dan benar, kurangnya kesadaran peserta didik dalam memahami dan disiplin melaksanakan ibadah shalat lima waktu yang merupakan kewajiban agama yang tidak boleh ditinggalkan.
Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kedisiplinan peserta didik dalam beribadah khususnya shalat lima waktu dan mengetahui efektifitas Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut dalam meningkatkan disiplin ibadah peserta didik.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat berlangsung efektif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator di bawah:
1. Guru memberikan pemahaman tentang kewajiban, tata cara dan pelaksanaan pelaksanaan ibadah shalat kepada peserta didik dengan strategi, metode serta pendekatan yang tepat.
2. Guru menyelenggarakan praktek, pemantauan dan pengontrolan ibadah shalat peserta didik, baik di sekolah mau pun di rumah.
3. Guru menyelenggarakan kegiatan penanaman kedisiplinan kepada peserta didik terutama pada aspek ibadah khususnya ibadah shalat.
4. Peserta didik melaksanakan ibadah shalat dengan disiplin dan tertib. 5. Peserta didik merasa takut bahkan rugi bila tidak melakukan ibadah shalat
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirrobil’alamiin. Segala Puji hanya milik Allah dan atas
limpahan Rahmat dan Karunia serta Hidayah Allah swt, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP
Fatahillah Grogol Jakarta Barat Dalam Meningkatkan Disiplin Beribadah”,
disusun sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I).
Selama dalam penyusunan, penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan
serta bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Dan juga tak sedikit
hambatan yang penulis hadapi saat menyelesaikan skripsi ini. Karena bantuan dari
orang-orang terdekatlah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, khususnya
penulis megucapkan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak memberi masukan untuk penulis. Kepada Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawwaroh, MA. penulis mengucapkan rasa syukur dan rasa terima kasih yang mendalam atas semua bimbingan dan arahannya.
Selanjutnya tak lupa, penulis haturkan syukur Alhamdulillah dan terima
kasih yang mendalam kepada semua pihak, karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kepada Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
3. Kepada segenap dosen pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan kuliah dan membekali penulis dengan pengetahuan
yang bermanfaat.
4. Kepada Bapak Yudi Munadi M.Ag, Bapak Bahrissalim M.Ag dan Bapak
Abdul Haris M.Ag yang selalu memberi doa dan support kepada penulis agar
selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada Bapak Faza, staff Jurusan Pendidikan Agama Islam yang selalu
membantu penulis dalam memberikan seluruh data nilai akademik penulis
sehingga penulis melengkapi seluruh persyaratan mengikuti sidang skripsi.
6. Kepada seluruh pegawai dan staff perpustakaan tarbiyah dan perpustakaan
utama, yang telah memfasilitasi penulis terutama dalam peminjaman buku
sehingga mempermudah penulis dalam penyelesaian skripsi.
7. Kepada segenap keluarga-Ku ibu, ayah, Ahmad prio Budiyono, Nur, paman,
mbak wong, mbak ammah, teh bunga, Arief bukan siapa-siapa tanpa ikatan
tali silaturrahmi dari keluarga, semangat, motivasi, dan keharmonisan dalam
keluarga adalah sebuah modal besar untuk Arief menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih-Ku ucapkan untuk semua, semoga karya ini dapat bermanfaat.
8. Kepada seluruh sahabat-sahabat kelas C jurusan PAI angkatan 2006, terutama
saudari Lesti from Ciamis, Habibi from Tanjung Priok, Jojo, Jihad from
Cengkareng, Fazrin Usman From Medan, Ina from Medan, Ali Abar From
Duo Ida from Jakarta dan Majalengka, Toto from Pemalang PAI kelas E dan
sahabat-sahabat lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
9. Kepada sahabat-sahabat alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Yang
selalu memberikan dukungan moral dan motivasi kepada penulis.
10.Kepada rekan-rekan guru Embun Pagi Islamic School yang selalu mendoakan
penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan setimpal oleh Allah
Swt. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan nama dan gelar. Semoga
dapat bermanfaat, khususnya bagi civitas akademis dunia pendidikan dan
umumnya bagi masyarakat yang cinta akan ilmu. Amin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang RI no.23 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 3 bab II tentang fungsi Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pendidikan Agama Islam merupakan satu diantara sarana
pembudayaan (enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu sarana,
pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan hidup manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada
titik optimal kemampuan untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan hidup di akhirat.2 Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT salah satu tujuannya untuk memperbaiki keadaan umat dengan ajaran agama
1
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2007, h. 8
2
Islam. Rasulullah SAW sebagai pelaksana pendidikan Islam secara umum
menuntun umat dari kegelapan menuju jalan yang terang.
Pendidikan Agama Islam berfungsi mengarahkan perkembangan hidup
manusia, maka dari itu dalam hal ini dibutuhkan kegiatan yang nyata seperti
efektifitas Pendidikan Agama Islam itu sendiri pada aspek ibadah. Efektifitas
berarti menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif
apabila usaha itu telah mencapai tujuannya.3 Dengan kata lain terjadinya efek
atau akibat yang dikehendaki.
Ibadah merupakan salah satu pelajaran yang dapat diambil dalam
Pendidikan Agama Islam. Ibnu Taimiyah mengartikan ibadah adalah ketaatan
dan ketundukan yang sempurna dengan rasa cinta kepada yang disembah
untuk mencapai keridaan-Nya dan mengharap imbalan pahala di akhirat kelak.
Lebih lanjut Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ibadah mencakup semua
aktivitas yang dilakukan manusia yang disenangi Allah dan meridhoinya, baik
berupa perkataan atau perbuatan yang lahir maupun yang batin.4
Shalat adalah sebagai sarana penghubung antara hamba dengan
Tuhannya. Mendirikan shalat berarti mencerminkan keimanan sebagai tanda
syiar agama dan sebagai tanda syukur kepada Allah. Meninggalkan shalat
berarti memutuskan tali penghubung dengan Allah, berakibat tertutupnya
rahmat dari-Nya, terhentinya pengaliran nikmat-nikmat-Nya, terhentinys
uluran kebaikan-Nya dan berarti juga mengingkari fadhol ( keutamaan) dan
kebesaran Allah.5
Kewajiban shalat termasuk ke dalam salah satu rukun Islam,
diwajibkan ketika Rasulullah SAW mi’raj. Tetapi kewajiban shalat yang
merupakan rukun Islam ini sering diabaikan dan dianggap tidak penting, hal
3
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ikhtiar Baru-Van Hoeve). Jilid 2, h.883
4
Dr. H. Ali Anwar Yusuf, M.Si, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bandung : Pustaka Setia, 2003). h. 145
5
ini dapat dilihat dengan masih banyaknya manusia yang tidak mengerjakan
shalat.
Di sekolah banyak para siswa yang kurang sadar akan kewajiban
melaksanakan shalat serta banyak pula yang sudah sadar namun kurang
disiplin dalam melaksanakan shalat. Seperti pengalaman yang didapat oleh
peneliti sewaktu menjalani Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT),
peneliti mendapatkan banyak siswa yang belum disiplin dalam pelaksanaan
sholat baik dalam tata cara pelaksanaannya maupun waktu pelaksanaannya.
Guru yang merupakan pembimbing mereka di sekolah pun sering kali tidak
didengar nasehatnya agar mereka tidak meninggalkan shalat. Hal itu
menunjukkan seakan-akan mereka tidak takut dengan keberadaan Allah SWT
yang selalu megawasi makhluknya di muka bumi ini.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya melaksanakan
ibadah terutama shalat wajib lima waktu, maka penulis tertarik untuk
menela’ah mengenai “EFEKTIFITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMP FATAHILLAH GROGOL JAKARTA BARAT DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BERIBADAH, studi kasus di SMP FATAHILAH Grogol, Jakarta-Barat.” Dengan adanya disiplin beribadah siswa diharapkan dapat meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT
dengan melaksanakan shalat lima waktu secara rutin.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:
1. Siswa kurang memahami bagaimana menjalankan ibadah shalat lima
waktu secara tertib dan benar.
2. Kurangnya kesadaran siswa dalam memahami ibadah shalat lima waktu
yang merupakan kewajiban agama yang tidak boleh ditinggalkan.
3. Siswa kurang berdisiplin dalam menjalankan ibadah shalat lima waktu
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah hanya pada :
1. Efektifitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam terhadap disiplin pengamalan
ibadah shalat. Disiplin ini meliputi :
- Disiplin mendirikan shalat lima waktu setiap hari.
- Disiplin melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu.
- Disiplin dalam tata cara pelaksanaan shalat yang baik dan benar.
2. Pendidikan Agama Islam untuk SMP yang dibatasi pada aspek fiqh
ibadah yaitu shalat lima waktu, yang dibahas meliputi :
- Pengertian, hukum, kedudukan dan hikmah pelaksanaan shalat lima
waktu.
- Hukum meninggalkan shalat lima waktu dan sebab-sebab
meninggalkannya.
- Syarat, rukun dan sunnah dalam shalat.
- Tata cara pelaksanaan shalat.
- Khusyu’ dalam shalat.
3. Pembinaan disiplin ibadah siswa yang meliputi :
- Upaya guru dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat siswa.
- Sikap guru dalam meningkatkan ibadah siswa.
- Upaya sekolah dalam meningkatkan ibadah siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
“Bagaimana Efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP Fatahillah
Grogol Jakarta Barat dalam Meningkatkan Disiplin siswa-siswinya dalam
Berikut ini dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian yang
berkaitan dengan perumusan masalah:
1. Bagaimana penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di SMP
Fatahillah Grogol Jakarta Barat?
2. Bagaimana pembinaan disiplin siswa di SMP Fatahillah Grogol Jakarta
Barat dalam aspek ibadah shalat, khususnya shalat lima waktu?
3. Bagaimana tingkat efektifitas Pendidikan Agama Islam di SMP
Fatahillah Grogol Jakarta Barat?
E. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran penulis bagaimana
meningkatkan disiplin beribadah.
2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.
3. Bagi Guru sebagai bahan bacaan untuk mendidik siswa dalam
meningkatkan minat beribadah (shalat lima waktu).
F. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan, yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Kegunaan Hasil Penelitian,
Sistematika Penulisan.
Bab II: Kajian Teoritis seputar Pengertian Pendidikan Agama Islam, Tujuan
Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup Pendidikan
Agama Islam, Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah
Pengertian Disiplin, Unsur-unsur Disiplin,
Langkah-langkah Penanaman Disiplin, Pengertian Ibadah,
Jenis-jenis Ibadah, Bentuk-bentuk Ibadah, Pengertian Shalat,
Kedudukan Shalat, Kewajiban Melaksanakan Shalat
dan Hikmahnya, Sebab-sebab Tidak Melaksanakan
Shalat dan Hukum Meninggalkannya, Syarat, Rukun
Khusyu’ dalam Shalat, Pengertian Efektifitas, Faktor -faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran,
Fungsi Pendidikan Agama Islam terhadap Disiplin
Ibadah Shalat Siswa, Strategi dan Langkah-langkah
Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin
Shalat Siswa, Indikator Efektifitas Pembelajaran Ibadah
pada Pendidikan Agama Islam. Kerangka Berfikir.
Bab III: Paparan Mengenai Metodologi Penelitian yang digunakan, Tempat dan
Waktu Penelitian, Tujuan Penelitian, Variabel
Penelitian, Operasional Variabel, Populasi dan Sampel
Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik
Pengolahan dan Analisis Data.
Bab IV: Hasil Penelitian Berisi tentang Gambaran Umum Sekolah, Pendidikan
Agama Islam di SMP Fatahillah, Penyelenggaraan
Pendidikan Agama Islam, Pembinaan Disiplin dalam
Ibadah Shalat.Kedisiplinan Peserta didik
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 Bab I pasal 1 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan menyebutkan bahwa
Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.6
Berdasarkan pengertian di atas, maka Pendidikan Agama dalam hal ini
berarti Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam memberikan
pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agama Islam yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/
kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
6
Zuhairini dkk., mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah segala
usaha sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka
hidup sesuai dengan ajaran Islam.7
Menurut Ramayulis Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.8
Merujuk pada PP nomor 55 tahun 2007 dan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses
bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan
dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan
yang maksimal, sehingga tertertanamlah nilai-nilai Islam dalam jiwa peserta
didik sehingga dapat diamalkan dalam kehidupannya sebagai muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik akan
dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk
mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis. Pendidikan
Agama Islam yang merupakan suatu proses bimbingan jasmani dan rohani
yang berlandaskan ajaran Islam tentunya memiliki tujuan yang mulia.
Dalam Peraturan Pemerintahan nomor 55 tahun 2007 Bab II pasal 2
tentang Pendidikan Agama disebutkan bahwa Pendidikan Agama bertujuan
untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami,
7Rika Sa’diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam
, (Jakarta, PT. Wahana Kardofa, 2009), h.13
8
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.9
Ramayulis menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, pengamalan peserta didik tentang
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sedangkan Pendidikan Agama Islam
di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.10
Mahmud Yunus merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu
untuk :
a) Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah
b) Menananmkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang sesuai dengan
tuntunan agama.
c) Mendidik untuk selalu mengikuti perintah Allah dan meninggalkan segala
larangan-Nya.
d) Mendidik untuk membiasakan berakhlaq mulia dan adat kebiasaan yang
baik.
e) Mengajarkan peserta didik untuk mengetahui macam-macam ibadah dan
cara melaksanakannya serta mengetahui hikmah, faedah dan pengaruh dari
ibadah tersebut dalam pencapaian kebahagian dunia dan akhirat.
9
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, . . . , h. 230
10
f) Memberi petunjuk untuk hidup di dunia dengan baik dan bahagia di
akhirat.
g) Memberikan contoh dan suri tauladan yang baik serta pengajaran dan
nasehat.
h) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, berbudi
luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh dengan ajaran agama.11
Dr. Abdul Qodir Ahmad menjelaskan bahwa di antara tujuan
Pendidikan Agama Islam diajarkan yaitu untuk:
1) Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai,
mentaati-Nya dan berkepribadian yang mulia.
2) Memperkenalkan hukum-hukum agama dan cara-cara menunaikan
ibadah serta membiasakan mereka senang melakukan syiar-syiar
agama dan menaatinya.
3) Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan memperkenalkan
adab sopan santun Islam serta membimbing kecenderungan mereka
untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa
bersikap patuh menjalankan ajaran agama atas dasar cinta dan
senang hati.
4) Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri
berpegang pada akhlak mulia dan membenci pada akhlak yang
rendah.
5) Membina perhatian siswa terhadap aspek-aspek kesehatan.
6) Membiasakan siswa-siswa bersikap rela, optimis, percaya pada diri
sendiri, menguasai emosi, tahan menderita dan berlaku sabar.
11Rika Sa’diyah, Metodologi Pembelajaran Agama Islam
7) Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat membantu
mereka berinteraksi sosial yang baik dan memiliki hubungan baik
dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk
orang lain, suka membantu orang, rasa sayang kepada yang lemah
dan miskin, menganggap semua orang itu sama, menghargai orang
lain dan menghargai hak milik pribadi, ngara dan kepentingan
umum.
8) Membiasakan siswa sopan santun di rumah, sekolah dan di jalan.
9) Membina siswa agar menghargai kerja, menghargai kepentingan
kerja, baik terhadap individu maupun masyarakat.12
Jadi, tujuan Pendidikan Agama Islam adalah berkisar kepada
pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan seseorang, baik
dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas lagi,
ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya
pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak
mulia, sehat jasmani dan rohani.
Oleh karena itu berbicara Pendidikan Agama Islam, baik makna
maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan
tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman
nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai kebaikan hidup (hasanah) di dunia
bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan
(hasanah) di akhirat kelak.
Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Fatahillah ini untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak
mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan agama.
12
Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam merupakan
pengalaman nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim
melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian
Islami yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang diwujudkan
dalam pengamalan syari’at dalam kehidupan sehari-hari yang salah satunya
ialah shalat.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah swt.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.13 a. Hubungan manusia dengan Allah swt.
Hubungan manusia dengan Allah swt merupakan hubungan vertikal
antara makhluk dengan Khlaik. Hubungan manusia terhadap Allah swt sang
penciptanya dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, diantaranya:
1) Mentauhidkan Allah swt
Mentauhidkan Allah swt dapat dilakukan dengan mempertegas keesaan
Allah swt, atau mengakui bahwa tidak ada sesuatu pun yang setara dengan zat,
sifat dan asma Allah swt.
2) Taqwa kepada Allah swt.
Taqwa kepada Allah swt yang berarti patuh terhadap perintah-perintah
Allah swt baik yang menuntut pelaksanaannya maupun meninggalkannya.
Perintah-perintah tersebut terkumpul dalam hukum-hukum syariat yang
apabila dilaksanakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat
dosa.
13
3) Dzikrullah (ingat kepada Allah swt).
Ingat kepada Allah swt merupakan tanda bahwa seorang hamba
memiliki hubungan yang erat kepada sang penciptanya. Dengan mengingat
Allah swt berarti manusia sadar akan keberadaan dirinya yang tak mungkin
lepas dari campur tangan Allah swt. Dengan mengingat Allah swt, hati seorang
hamba akan menjadi tenang dan terhindar dari kegelisahan.
4) Tawakkal.
Tawakkal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman
manusia akan takdir, ridha, ikhtiar, sabar dan do’a. Tawakkal adalah
kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah swt, untuk mendapatkan
kemashlahatan serta mencegah kemudharatan, baik menyangkut urusan dunia
maupun urusan akhirat. Barangsiapa yang mewujudkan ketakwaan dan
tawakkal kepada Allah swt, dia akan menggapai kebaikan yang ada di dunia
ini.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Hubungan manusia dengan sesama manusia merupakan hubungan
horizontal. Secara garis besar hubungan antara sesame dapat dilakukan dengan
cara berbuat baik kepadanya dan menolongnya dari kesulitan yang sedang
dihadapi. Menolong seseorang dapat dilakukan dengan cara memberikan
bantuan berupa harta, benda, ataupun tenaga. Sedangkan berbuat baik bisa
berupa menghormati, menghargai, sopan santun, dsb. Jika antar sesama sudah
dapat saling berbuat baik dan saling menolong, maka akan terciptalah
kehidupan yang harmonis antar satu dengan yang lainnya.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Selain kita membina hubungan baik dengan Allah swt dan orang lain,
kita pun harus pandai membina diri kita sendiri, diantaranya dengan cara :
1) Menanamkan rasa sabar dalam diri kita. 2) Bersyukur atas pemberian Allah
swt. 3) Amanah. 4) Benar. 5) Menepati janji, serta 6) Memelihara diri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkunganya.
Manusia terhadap makhluk Allah swt lainnya seperti hewan dan
cinta kepada Allah swt. Sesama makhluk ciptaan-Nya manusia harus
senantiasa menjaga dan menyayangi serta merawatnya. Islam menjelaskan
bahwa manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah (pengayom) yang
melindungi dan menjaga bumi beserta isinya secara bijaksana.
Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasannya, Pendidikan Agama
Islam yang umum dilaksanakan di perguruan-perguruan agama sekarang
terdiri dari sejumlah mata pelajaran, yaitu :
1) Pengajaran Keimanan
2) Pengajaran Akhlak
3) Pengajaran Ibadat
4) Pengajaran Fiqih
5) Pengajaran Ushul Fiqih
6) Pengajaran Qira’at Qur’an
7) Pengajaran Tafsir
8) Pengajaran Ilmu Tafsir
9) Pengajaran Hadis
10) Pengajaran Ilmu Hadis
11) Pengajaran Tarikh
12) Pengajaran Tarikh Tasyri’14
4. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah
Pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama bertujuan
untuk membekali murid dengan berbagai pengetahuan agama sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik tentang dasar-dasar atau
hikmah-hikmah hukum Islam maupun tentang pelaksanaan ibadah dan penanaman
akhlak.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam
Sekolah Menengah Pertama berfokus pada aspek:
a. Aqidah Akhlak
b. Al-Qur’an/Hadits
14
c. Syari’ah
d. Fiqh/Ibadah
e. Tarikh15
Klasifikasi di atas digunakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di Madrasah. Adapun di sekolah umum mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam memuat pada aspek keimanan, akhlak, fiqih, al-qur’an dan
tarikh.
Pada tingkat Sekolah Dasar penekanan diberikan kepada lima unsur
pokok yaitu : Keimanan dan Akhlaq, Ibadah, al-Qur’an dan Tarikh.
Sedangkan pada tingkat menengah lanjutan dan menengah atas, unsur syariah
semakin dikembangkan. Tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan
pendidikan.
B. Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan
dari lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga
keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat
sesuatu yang dapat dan ingin diperoleh dari orang lain atau karena situasi
kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang diperlukan oleh
lingkungan.
Disiplin dalam kamus besar Bahasa Indonesia, mengandung
beberapa arti, yaitu:
a. Tata tertib (di sekolah kemiliteran, dsb)
b. Ketaatan (kepatuhan) kepada ketentuan tata tertib
c. Tata tertib dibidang studi yang mempunyai objek system dan
metode tertentu.16
15
Prof. DR Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, . . .,.h.23
16
Menurut Prof. DR. Utami Munandar, disiplin diartikan sebagai
pengendalian diri sehubungan dengan proses penyesuaian diri dan
sosialisasi.17 Sedangkan makna disiplin secara istilah berasal dari istilah bahasa Inggris, yaitu:”Dicipline berarti:
1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri,
kendali diri.
2) Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu,
sebagian kemampuan mental atau karakter moral.
3) Hukuman yang diberikan untuk melatih memperbaiki.
4) Kumpulan atau sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.18
Dari beberapa pengertian disiplin diatas, inti dari disiplin tersebut yaitu
untuk membentuk perilaku seseorang hingga ia sesuai dengan peran-peran di
mana ia diidentifikasikan. Dalam penelitian ini, disiplin dalam ibadah shalat.
Disiplin dalam shalat berarti latihan yang membentuk, meluruskan atau
menyempurnakan pelaksanaan shalat, baik dalam tata cara melaksanakannya
maupun dalam disiplin waktu pelaksanaannya. Disiplin dalam shalat juga
dapat berarti usaha membentuk perilaku seseorang untuk disiplin dalam
pelaksanaan shalat baik gerakan, bacaan dan juga waktu pelaksanaannya.
2. Unsur-unsur Disiplin
Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka disiplin harus memiliki
empat unsur pokok, yaitu :
a) Peraturan, berfungsi sebagai pedoman perilaku
b) Konsistensi, berfungsi sebagai pemacu motivasi dalam proses
pembinaan disiplin.
17
Prof. DR. Utami Munandar dkk, Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, 2001). H. 109
18Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa
c) Hukuman, diberikan untuk pelanggaran terhadap peraturan
d) Penghargaan, diberikan sebagai balasan bagi perilaku yang baik dan
sesuai dengan yang diharapkan.19
Hilangnya salah satu dari keempat hal pokok di atas akan
menyebabkan sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan standar yang telah
ditentukan dan akan jauh dari harapan sosial. Karena masing-masing sangat
berperan dalam perkembangan moral pada perilaku anak menuju tingkat
kedisiplinan yang diharapkan.
3. Langkah-langkah penanaman disiplin
Disiplin harus ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini sehingga
nantinya akan tumbuh dari hati sanaubari dengan sendirinya. Disiplin dapat
dilakukan dengan cara; 1) pembiasaan, 2) contoh dan tauladan, 3) penyadaran
dan 4) pengawasan.20 - Pembiasaan.
Jika seseorang diberikan pembiasaan untuk melakukan sesuatu dengan
didiplin, tertib dan teratur, maka akan tertanam dalam dirinya sikap disiplin,
tertib dan teratur dalam melakukan segala aktivitasnya.21 - Dengan contoh dan tauladan
Dalam menanamkan disiplin, pendidik atau orang tua harus selalu
memberi contoh dan tauladan kepada anak atau murid. Jika pembiasaan yang
diberikan kepada anak tidak diiringi dengan contoh dan teladan serupa dari
pendidik atau orang tua. Jika pendidik atau orang tua tidak memberikan
contoh dan teladan serupa dengan pembiasaan yang diberikan kepada anak,
maka akan timbul jiwa berontak dari dalam diri anak dan disiplin pun akan
sulit tertanam pada diri si anak.22
19
Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2, (Jakarta; Erlangga), cet. Ke 6, h.84-92
20
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya; PT. Usaha Nasional, 1973), h. 143-144.
21
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143 22
- Dengan penyadaran
Disamping dengan adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan
tauladan, maka kepada anak yang mulai kritis, sedikit demi sedikit harus
diberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan
diadakan. Sehingga lambat laun anak itu akan sadar terhadap
peraturan-peraturan tersebut. Jika sudah timbul kesadaran dalam diri si anak, berarti
telah mulai tumbuh disiplin dari dirinya sendiri.23 - Dengan pengawasan
Pengawasan diberikan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan khususnya yang bertentangan
dengan peraturan yang telah diadakan. Sehingga dengan pengawasan tingkat
kedisiplinan anak akan terkontrol.24
D. Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Ibadah adalah kata masdar dari „abada yang berarti memuja,
menyembah, mengabdi, berkhidmat. Dalam kamus Bahasa Arab - Indonesia
karangan Prof. DR. H Mahmud Yunus ibadah diartikan amal yang di ridhai
Allah. 25 Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan secara lughawi. Adapun menurut istilah agama Islam sebagai
berikut :
- Menyatakan ketundukan dan kepatuhan sepenuhnya dengan disertai rasa
kekhidmatan yakni bersikap khidmat terhadap yang dipuja dengan segenap
jiwa raga yang diliputi oleh rasa kekuasaan dan keagungan Nya dan
senantiasa memohonkan rahmat dan karunia Nya.
23
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 143 24
Drs. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, … h. 144 25
- Menurut ilmu fiqih ibadah ialah amal perbuatan hamba Allah yang
bertentangan dengan kehendak hawa nafsunya karena memuliakan
keagungan Tuhannya.26
Al-Imam Ibnu Kasir dalam kitabnya tafsir al-Qur’an al-Karim juz 1
surat al-Fatihah - al-Baqarah menjelaskan bahwa al-„ibadah menurut istilah
bahasa berasal dari makna az-zullah, artinya mudah dan taat. Sedangkan menurut istilah syara’ yaitu suatu ungkapan yang menunjukkan suatu sikap sebagai hasil dari himpunan kesempurnaan rasa cinta, tunduk dan takut.27
Menurut Yusuf Qardhawi, ibadah adalah ketaatan terhadap sesuatu
yang Maha Besar, yang objeknya tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Di
kalangan orang arab ibadah diartikan sebagai puncak ketundukan yang
tertinggi, yang timbul dari kesadaran hati sanubari dalam rangka
mengagungkan yang disembah.
Menurut ulama tauhid dan hadits, ibadah adalah mengesakan dan
mengagungkan Allah sepenuhnya, serta menghinakan diri dan menundukkan
jiwa kepada-Nya. Menurut mereka ibadah sama dengan tauhid. Sedangkan
menurut ahli akhlak, ibadah adalah mengerjakan segala bentuk ketaatan
badaniyah dan menyelenggarakan segala syariat (hukum). Menurut mereka,
akhlak dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan
kepada setiap individu, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat, termasuk dalam pengertian ibadah.
Ahli tauhid, ahli tafsir dan ahli hadits mengartikan ibadah sebagai
berikut:
- Ibadah adalah mengesakan Allah, menta’zimkannya dengan sepenuh
ta’zim, serta menghinakan diri dan menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendirinya).
- Ibadah adalah tauhid (mengesakan Allah sekalian alam).
- Segala lafaz ibadah dalam al-Qur’an diartikan dengan tauhid.
26
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Jakarta; Bumbu Dapur Communication-PT. Mitra Cahaya Utama, 2008), h. 16-17
27
- Tauhid adalah mengesakan Allah SWT, tuhan yang disembah (mengikuti
keesaaNya) serta mengitikadkan pula keesaaNya pada zatNya dan pada
pekerjaanNya. Dalilnya :
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun.
Secara istilah, ibadah memiliki beberapa pengertian diantaranya:
- Berhidmat kepada Allah, melakukan segala sesuatu yang diridhai-Nya,
taat kepada-Nya
- Melakukan segala sesuatu yang disukai Allah, diridhai-Nya, baik
perkataan, perbuatan, lahir dan batin.
- Tafakkur kepada Allah, yaitu memperhatikan kebesaran Allah,
memperhatikan ni’mat-Nya yang terdapat di alam ini.
- Melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dalam:
syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji (rukun Islam).28
Dari uraian di atas dapat dipahami, disiplin beribadah berarti
melakukan ketertiban, keteraturan, ketaatan dalam beribadah serta
menyempurnakan ibadah dengan melaksanakan segala peraturan yang
berlaku.
a. Ibadah Mahdhah
b. Ibadah Ghair Mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah
jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.
Ibadah ini ditetapkan oleh dalil-dalil yang kuat (qath’iah-dilalah), misalnya
perintah shalat, zakat, puasa, ibadah haji dan bersuci dari hadats kecil maupun
besar.
Ibadah ghair mahdhah ialah ibadah yang cara pelaksanaanya dapat
direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti
situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Misalnya perintah
melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih, larangan
melakukan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan
sebagainya. Dalam praktik perdagangannya, baik bentuk maupun objeknya
dibebaskan, misalnya Rasul berdagang hasil pertanian maka bukan berarti
semua umat Islam wajib berdagang hasil pertanian, tetapi merupakan bentuk
kebolehan untuk umat Islam melakukan perdagangan, baik hasil pertanian,
peternakan, perikanan, dan sebagainya.
3. Bentuk-Bentuk Ibadah
Bentuk-bentuk peribadatan dalam Islam bermacam-macam tergantung
corak, isi, alat dan gerak-geriknya. Tetapi saran dan tujuannya hanya satu juga
yaitu untuk berbakti kepada Allah. Diantara macam-macam peribadatan itu
menurut Prof. Dr. M. Ardani ada lima ibadah pokok yang biasa disebut
arkanul Islam yaitu :
- Ibadah lisan ialah ikrar keyakinan dengan syahadatain, dengan
mengucapkan dua kalimat syahadat.
- Ibadah badaniyah murni harian, ialah sholat yang bersifat harian yang
mesti dilakukan 5 kali dalam sehari.
- Ibadah badaniyah tahunan, ialah puasa yang dilakukan setahun sekali
selama satu bulan Ramadhan.
- Ibadah harta bersifat sosial, ialah zakat dengan mengeluarkan harta yang
- Ibadah badaniyah antara bangsa, ialah haji yang merupakan ibadah
setahun sekali atau seumur hidup sekali (jika mampu). Haji merupakan
ibadah kolektif antar bangsa-bangsa di dunia di pusat kelahiran Islam.29 Ibadah dilihat dari tata cara melaksanakannya terbagi lima yaitu :
- Ibadah badaniyah (dzatiyah), seperti shalat.
- Ibadah maaliyah, seperti zakat, infaq dan sedekah.
- Ibadah ijtima‟iyah, seperti haji, shalat berjamaah, shalat idul fitri dan idul
adha dan shalat jum’at.
- Ibadah ijabiyah, seperti thawaf.
- Ibadah salbiyah, meninggalkan segala yang diharamkan dalam masa
berihram.30
Dari berbagai bentuk peribadatan, shalat merupakan kewajiban utama
bagi umat Islam yang sudah terkena hukum taklify. Semua ibadah yang
dilakukan oleh umat Islam bertujuan untuk mengharap ridha Allah swt.
C. Shalat
1. Pengertian Shalat
Menurut mayoritas ahli bahasa, shalat artinya do’a, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an.31 :
Prof, Dr,H,Moh.Ardani, Fikih Ibadah Praktis, …, h.18-19.
30
Drs. KH. Abdul Hamid M.Ag, Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Fiqih Ibadah, Pustaka Setia (Bandung; 2009)), h. 72
31
Menurut ahli fiqih adalah suatu tindakan ibadah disertai bacaan do’a -doa yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan
syarat-syarat dan rukun-rukunnya.32
2. Kedudukan Shalat
Dalam Islam shalat merupakan salah satu jenis kewajiban yang
menduduki peringkat kedua dalam rukun Islam setelah syahadat. Kewajiban
shalat diberikan kepada nabi Muhammad melalui perjalanan yang luar biasa
yaitu isra’ mi’raj. Sehingga shalat memiliki kedudukan penting dalam Islam.
Kedudukan shalat dalam syari’at Islam sebagai berikut :
1) Shalat sebagai tiang agama.
Hadits Nabi SAW
Artinya: “shalat itu tiangnya agama”
2) Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang ditetapkan secara langsung melalui peristiwa isra’ mi’raj.
3) Shalat merupakan kewajiban umat Islam yang pertama akan dihisab di
hari akhirat.
4) Shalat merupakan amalan paling utama di antara amalan-amalan lain
dalam Islam.
5) Perbedaan antara kaum muslim dengan kafir terletak pada shalatnya.33 3. Kewajiban Melaksanakan Shalat dan Hikmahnya.
1) Kewajiban Melaksanakan Shalat.
Banyak dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban melaksanakan shalat
baik yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits.
Firman Allah SWT
32
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Penebar Salam, 1998. H. 321
33
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'”.(Al-Baqarah : 43)
“Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”(Al-Ankabut : 45)
Hadits Nabi SAW
Artinya :“shalat itu tiangnya agama”
2) Hikmah Melaksanakan Shalat
Menurut Prof. DR H. Moh Ardani di antara hikmah shalat ditinjau dari
kaitannya dengan akhlak, yaitu shalat dapat :
- Membawa ketenangan dan kedamaian
- Memperkuat rasa syukur kepada Allah swt
- Membersihkan fikiran dan perbuatan
- Memupuk rasa persaudaraan
- Menumbuhkan rasa persamaan dan persatuan
- Menanamkan sikap disiplin
- Menanamkan rasa toleransi 34
4. Sebab-sebab tidak Melaksanakan Shalat dan Hukum Meninggalkannya
1) Sebab-sebab seseorang tidak melaksanakan shalat
Banyak kita temukan orang-orang yang dalam hidupnya sering
meninggalkan shalat, baik dengan sengaja atau pun tidak disertai beragam
34
alasan. Prof. Dr. Hasbi Ash Shidieqy menjelaskan sebab-sebab seseorang
meninggalkan shalat, diantaranya:
- Salah sangka dan salah menempatkan, disini mereka beranggapan
bahwa shalat itu hanya untuk meluruskan akhlaq dan budi pekerti. Bila
mereka sudah berakhlaq, cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan berarti
tidak harus melaksanakan shalat. Karena menurut mereka shalat hanya
untuk orang-orang tertentu: pak haji, pak tani dan pak penghulu.
- Tidak mengetahui pengertian tentang shalat, golongan ini beranggapan
shalat tidak perlu dilaksanakan karena mereka lahir, hidup dan besar
dikalangan keluarga yang tidak pernah melaksanakan shalat. Tidak
pernah melihat orang tua mereka melakukan shalat. Tapi yang mereka
lihat adalah selamatan-selamatan secara kecil-kecilan dan
besar-besaran, jadi beragama menurut mereka adalah mengadakan
selamatan-selamatan, tasyakuran dan sebagainya.
- Kemalasan yang sangat mempengaruhi, golongan ini terang-terangan
tidak shalat karena rasa malas padahal mereka tahu salat merupakan
ibadah wajib.
- Keremajaan dan kemudaan, golongan ini beranggapan bahwa ibadah
itu hanya dilakukan bagi orang-orang yang sudah tua untuk
mendekatkan diri pada Allah swt, sedangkan bagi yang muda
bersenang-senang dengan kehidupan dunia saja, merasa masih muda
dan hidupnya lama.
- Pengaruh kacaunya perasaan, golongan ini sengaja meninggalkan
shalat karena rusuh hati, tertimpa kesedihan dan kesusahan.
- Takut kepada iblis dan syetan, golongan ini beranggapan bahwa jika
melaksanakan shalat nanti diganggu oleh iblis, karena takut akan
hilang sakti dan mandra yang sedang diamalkan.35 2) Hukum Meninggalkan Shalat.
35
Shalat adalah ibadah yang pertama-tama diwajibkan oleh Allah swt
dan berada pada peringkat ke dua dalam rukun Islam. Barang siapa yang
menjauhi shalat, berarti ia menjauhi Islam dan akan memperoleh kutukan
Allah swt. Dia sesungguhnya telah menyalahi perintah agamanya, berarti ia
telah menghantarkan dirinya kepada kehancuran. Dan dengan meninggalkann
shalat ini akan lebur semua kebaikan amalannya, karena dia telah telah
menyalahi ayat-ayat al-Qur’an yang sharih mengenai shalat. Orang yang
membuat kesalahan ini termasuk ke dalam hukum orang yang ingkar.36
Prof. Dr. Hasbi Ash Shidieqy menjelaskan bahwa :
- Orang yang meninggalkan shalat pada suatu waktu dengan karena
kemalasan atau mengerjakan kemaksiatan karena kejahilan dengan
merasa penyesalan dan kekecewaan hati serta ingin bertaubat, tiadalah
iman orang itu berlawanan dengan iman muthlaq dan tiadalah halnya
itu mengeluarkan dirinya dari millah (agama), walaupun
berulang-ulang.
- Seseorang yang terus-menerus meninggalkan shalat dengan tidak
merasa keberatan apa-apa, tidak merasa penyesalan dan tidak merasa
kekecewaan serta tidak merasa perlu bertaubat, maka orang itu
dipandang dan dihukum kafir.37 5. Syarat, Rukun dan Sunnah dalam Shalat
Sebelum shalat dilakukan perlu diperhatikan beberapa hal agar shalat
yang dilakukan menjadi sah, hal-hal tersebut terkumpul dalam syarat-syarat
sah shalat. Syarat-syarat sah shalat tersebut yaitu :
1) Islam
2) Suci dari hadas, haid, nifas seluruh anggota badan, pakaian dan
tempat.
3) Berakal dan baligh
4) Menutup aurat
5) Mengetahui masuknya waktu shalat
36
Al-Syaikh Muhammad Mahmud Al-Shawaf, Pengajaran Shalat Lengkap,(Semarang; DinaUtama), h. 14
37
6) Menghadap ke kiblat
7) Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunah
Selain itu seseorang yang akan melaksanakan shalat harus
memperhatikan rukun-rukun dalam shalat. Adapun rukun-rukun dalam shalat
yaitu :
1) Niat
2) Berdiri bagi orang yang kuasa
3) Takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar)
4) Memabaca surat al-Fatihah
5) Ruku’ serta tuma’ninah (diam sebentar)
6) I’tidal serta tuma’ninah (diam sebentar)
7) Sujud dua kali serta tuma’ninah (diam sebentar)
8) Duduk di antara dua sujud serta tuma’ninah (diam sebentar).
9) Duduk tasyahud akhir serta tuma’ninah (diam sebentar).
10) Membaca tasyahud akhir serta tuma’ninah (diam sebentar).
11) Membaca shalawat Nabi Muhammad ketika tasyahud akhir.
12) Membaca salam yang pertama sambil berpaling ke kanan.
13) Menertibkan rukun38
Di dalam shalat terdapat beberapa sunah-sunah, yaitu sunnah sebelum
shalat dan sunah ketika shalat dilaksanakan.
a. Sunah Sebelum Shalat. 39
1) Azan ialah memberitahukan bahwa shalat telah tiba dengan lafaz yang telah ditentukan syara’.
2) Iqomah ialah memberitahukan kepada hadirin supaya siap berdiri
untuk shalat.
3) Membatasi tempat shalat maksudnya membatasi tempat shalat
dengan dinding, dengan tongkat, dengan menghamparkan sajadah
atau dengan garis, supaya orang tidak lalu lintas di depan orang
38
H.Fachrurazi, Tata Cara Shalat, (Bandung; Sinar Baru Algensindo), h.25-26
39
yang sedang shalat, sebab lalu lintaas di depan orang shalat
hukumnya haram.
b. Sunah dalam pelaksanaan shalat.40
1) Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram setentang tinggi
ujung jari dengan telinga, dan telapak tangan setinggi bahu serta
keduanya dihadapkan ke kiblat.
2) Mengangkat kedua tangan ketika akan ruku’, berdiri dari ruku’ dan
tatkala berdiri dari tasyahud awal dengan cara yang telah
diterangkan pada takbiratul ihram.
3) Meletakkan telapak tangan kanan atas punggung tangan kiri dan
keduanya diletakkan dibawah dada.
4) Melihat ke arah tempat sujud.
5) Membaca doa iftitah sesudah takbiratul ihram.
6) Membaca a’uzubillah sebelum membaca bismillah
7) Diam sebentar sebelum membaca al-Fatihah dan sesudahnya.
8) Membaca amin sehabis membaca Fatihah.
9) Membaca surat atau ayat qur’an sesudah membaca Fatihah pada dua
rakaat pertama.
10) Sunah bagi ma’mum mendengarkan bacaan imamnya.
11) Mengeraskan bacaan pada shalat subuh dan dua rakaat pertama pada shalat maghrib dan isya’.
12) Takbir dan tatkala turun dan bangkit, selain ketika bangkit dari ruku’.
13) Membaca sami’allahu liman hamidah.
14) Membaca rabbana walakal hamdu.
15) Meletakkan dua telapak tangan di atas lutut ketika ruku.
16) Membaca tasbih tiga kali ketika ruku’.
17) Membaca tasbih tiga kali ketika sujud.
18) Membaca do’a ketika duduk diantara dua sujud.
19) Duduk iftirasy pada semua duduk dalam shalat kecuali duduk akhir.
40
20) Duduk tawarrukdi duduk akhir
21) Duduk istirahat sesudah sujud kedua sebelum berdiri.
22) Bertelekan ke tanah tatkala hendak berdiri dari duduk.
23) Memberi salam yang ke dua, hendaklah menoleh ke sebelah kiri
sampai kelihatan pipinya yang kiri dari belakang.
24) Ketika memberi salam hendaklah diniatkan memberi salam kepada
yang disebelah kanan dan kirinya.
c. Sunah yang lebih penting (sunah muakkad)
1) Membaca tasyahud pertama sesudah sujud ke dua dari rakaat yang
ke dua.
2) Membaca salawat atas keluarga Nabi saw pada tasyahud akhir.
3) Qunut sesudah i’tidal pada akhir shalat subuh dan shalat witir sejak
malam ke 16 sampai akhir bulan Ramadhan.41 . D. Tata Cara Pelaksanaan Shalat
1) Berdiri tegak menghadap kiblat, kalau mampu. Jarak antara kedua kaki
kira-kira sekepal tangan. Kedua tangan beserta jari-jari lepas dan
berkembang ke bawah sejajar badan di samping kiri kanan pinggul.
Yang tidak sanggup berdiri boleh shalat sambil duduk. Yang tidak
sanggup duduk boleh shalat sambil berbaring. Bila shalat dalam
kendaraan yang tidak menuju satu arah maka pada permulaan shalat
harus menghadap kiblat dan selanjutnya arah kiblat tidak menjadi
syarat walaupun ternyata berubah dalam pertengahan shalat.
2) Berniat mengerjakan shalat dengan membaca dalam hati.
3) Takbiratul Ihram dengan membaca “Allahu Akbar” sambil
mengangkat kedua tangan beserta jari-jari terkembang serentak
masing-masing telinga ibu jari tangan mendekati daun telinga bagian
bawah; telapak tangan menghadap kiblat; kemudian kedua tangan
dilipat di atas perut, telapak tangan di atas pergelangan tangan kiri atau
di atas tangan kiri.
4) Membaca doa iftitah dengan suara lemah.
41
5) Membaca surat al-Fatihah pada shalat subuh dan dua rakaat pertama
pada shalat maghrib dan isya, serta membacanya lemah pada shalat
zuhur, ashar dan dua rakaat terakhir pada shalat isya dan rakaat ketiga
shalat maghrib.
6) Membaca surat pendek/ ayat al-Qur’an pada rakaat 1 dan 2.
7) Ruku’ dengan membaca “Allahu Akbar” sambil mengangkat tangan
seperti takbiratul ihram, terus membungkuk dengan meletakkan kedua
telapak tangan pada tulang masing-masing lutut dengan jari-jari
terkembang lurus ke bawah; punggung dan kepala datar rata sejajar tempat berdiri. Dalam posisi ruku’ membaca do’a ketika ruku’.
8) Bangkit dari ruku’
9) I’tidal
10) Sujud
11) Duduk bangkit dari sujud (duduk antara dua sujud) sambil membaca “Allahu Akbar”.
12) Sujud kembali (sujud kedua) sambil membaca “Allahu Akbar”
13) Bangkit dari sujud kedua sambil membaca “Allahu Akbar”
14) Duduk tahiyat akhir
15) Membaca tasyahud
16) Membaca shalawat
17) Membaca doa (sebelum salam)
18) Salam sambil menoleh ke kanan, sehingga terlihat muka orang yang
berada di sebelah kanan (kalau ada) seraya melepaskan jari kanan yang
tergenggam.
19) Menoleh ke kiri sambil memberi salam ke dua.42
E. Khusyu’ Dalam Shalat
Dalam pelaksanaan shalat, khusyu’ menjadi salah satu hal penting
mengingat shalat adalah ibadah batiniyah yang menuntut kekhusyu’an dalam pelaksanaannya. Karena untuk meraih khusyu’ dalam shalat bukanlah sesuatu
42
yang mudah maka memerlukan upaya dan kiat-kiat yang khusus untuk
mencapainya. Diantara kiat-kiat khusus tersebut antara lain :
1) Menjauhi hal-hal yang bisa merusak kekhusyu’an shalat.
Hal-hal tersebut dapat berupa tempat yang tidak nyaman, berisik,
panas dan bau. Selain itu tidak melaksanakan shalat dengan mengenakan atau
di depan orang yang mengenakan pakaian bergambar. Sebaiknya tidak shalat
di depan atau di belakang orang yang sedang bercakap-cakap. Shalat juga
sebaiknya tidak dilakukan dengan mendongak ke atas, kiri dan kanan serta
tidak menguap, karena dengan mendongak dan menoleh ke suatu arah akan menghilangkan kekhusyu’an, dan juga jika menguap akan membuka pintu syetan untuk masuk menggoda hati kita.
2) Menolak dan melenyapkan was-was dalam hati.
Sesungguhnya ketika seseorang tengah berdiri dalam shalat, maka
syaitan akan berusaha memperdayainya agar ia tidak mampu merih
kekhusyu’an dalam shalatnya. Oleh sebab itu untuk mengawali shalatnya
hendaknya memohon perlindungan kepada Allah swt agar dijauhkan dari
godaan syaitan dan was-was yang dihembuskan oleh syaitan. Hal itu dapat
dengan membaca Q.S An-Nas ayat 1-6 dan Q.S Al-Mu’minun 97-98.
1.Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
2. Raja manusia. 3. Sembahan manusia.
4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,
5.Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
97. Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.
98. Dan Aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."
3) Membayangkan bahwa shalat yang sedang kita kerjakan adalah shalat
yang terakhir.
Hal ini biasa dilakukan para sufi yang membayangkan malaikat izrail
seakan sedang mengawasi dan siap mencabut nyawa kita ketika sedang shalat.
Sehingga dengan begitu rasa malu pun akan muncul dan shalat pun akan dilakukan dengan baik dan penuh kekhusyu’an.
4) Meyakini bahwa Allah swt selalu melihat dan mengawasi kita.
Ketika seseorang sedang melaksanakan shalat berarti ia sedang
menghadap dan berdiri di hadapan-Nya. Maka tentunya Allah swt akan
mengawasi dan memperhatikan orang yang berdiri dan berhadapan
dengan-Nya. Ia pun akan meberi ridho dan pahala bagi yang mengerjakan shalatnya
dengan khusyu’ dan murka-Nya bagi yang mengerjakan shalat tidak khusyu’
dan penuh dengan kemalasan serta main-main.
5) Membayangkan nikmat dan indahnya kehidupan di surga.
Keadaan syurga yang indah dan penuh dengan kenikmatan yang tiada
tara, jika kita hadirkan di dalam hati dan pelupuk mata kita kemudian kita
mengerjakan shalat dengan bayangan keindahan syurga yang terus melekat
dalam benak, maka insya Allah, kita akan mampu meraih khuyu’ dalam shalat
yang sedang kita kerjakan.
6) Membayangkan sakit dan pedihnya kehidupan di neraka.
Keadaan neraka yang penuh dengan kepedihan dan siksaan, kita
bayangkan dan hadirkan dalam hati, maka kita pun akan memohon kepada
Allah untuk dihindarkan dan dijauhkan dari semuanya, sehingga kita pun akan
Dengan kiat-kiat tersebut di atas, akan membantu seseorang yang
hendak melaksanakan shalat sehingga shalatnya akan menjadi khusyu.
F. Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Membina Disiplin Pelaksanaan Ibadah Shalat.
1. Pengertian Efektifitas
Pengertian efektifitas yang terdapat dalam ensiklopedia Indonesia
berarti “ menunjukkan tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif
apabila usaha itu mencapai tujuannya”.43
Sedangkan dalam ensiklopedia administrasi, kata efektifitas adalah “ suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek
atau akibat yang dikehendaki”.44
Dalam kamus lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris karangan
Prof. Drs. S. Wojo Wasito dan Drs. Tito Wasito W. Effective adalah berhasil,
berarti mencapai tujuannya.45
Sesuatu dapat dinyatakan efektif jika telah berhasil mendapatkan apa
yang sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga dari
berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berarti
ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
segi efektifitas guru & segi efektifitas murid. Efektifitas mengajar guru
terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan
dapat dilaksanakan dengan baik, sedangkan efktifitas belajar murid terutama
43
Hasan Sadily, Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta : Ichtiar Baru- Van Hoeve). Jilid 2, h. 883
44
Panata Wasna (ed), Ensiklopedia Administrasi, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1989), h. 126
45
menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui
kegiatan-kegiatan yang telah ditempuh.46
Dengan demikian salah satu bentuk efektifitas Pendidikan Agama
Islam adalah tingkat keberhasilan yang dicapai terhadap peserta didik dalam
proses pembelajaran agama Islam khususnya dalam meningkatkan disiplin
beribadah (shalat lima waktu) mereka, mengingat salah satu dari tujuan
Pendidikan Agama Islam yaitu agar siswa dapat menguasai dan mengamalkan
ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Pembelajaran
Untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang baik dan efektif
tidaklah mudah, mengingat permasalahan dalam proses belajar mengajar yang
begitu banyak dan kompleks. Dalam artian untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang kondusif dan efektif sangat dipengaruhi oleh faktor
komponen-komponen yang terlibat di dalamnya baik yang sifatnya intern
maupun ekstern. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
proses belajar mengajar adalah :
b. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi/ keadaan
jasmani dan rohani siswa.
c. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar
siswa baik, lingkungan sekolah, guru, dan lingkungan pergaulan antar
siswa.
d. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni segala jenis upaya
membelajarkan siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
untuk melakukan kegiatan pembelajaran.47
46
Madya Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang : Effar Offset, 1990 ), cet ke-1,h. 63
47
Jadi untuk menuju proses Pendidikan Agama Islam yang efektif guru
harus pandai melihat kondisi siswa dan mengatur suasana pembelajaran yang
kondusif serta mampu memilih strategi, metode dan pendekatan-pendekatan
yang tepat.
1. Fungsi Pendidikan Agama Islam terhadap Disiplin Ibadah Shalat Siswa.
Pendidikan Agama Islam berfungsi membentuk manusia yang beriman
dan taqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Sehingga dalam
penerapannya Pendidikan Agama Islam memperbaiki sikap dan tingkah laku
manusia serta membina budi pekerti luhur dan juga menghidupkan hati nurani
manusia untuk memperhhatikan (muroqobah) Allah swr, baik dalam keadaan
sendirian maupun bersama orang lain.48 Budi luhur dan akhlak mulia yang sangat penting di dalam kehidupan seseorang yaitu kedisiplinan dalam segala
kegiatan kehidupan.
Dalam Islam disiplin dapat tumbuh dan dilatih melalui ibadah shalat.
Sehingga dalam Pendidikan Agama Islam disiplin melaksanakan shalat
menjadi prioritas utama di atas kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga
diharapkan dari kedisiplinan pelaksanaan shalat akan memberikan efek
kedisiplinan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya. Di sekolah,
penerapan disiplin ibadah shalat pun selalu menjadi fokus utama bagi siswa
yang beragama Islam. Terkadang di beberapa sekolah mengadakan kegiatan
keagamaan tambahan dalam rangka mendalami ajaran agama khususnya
dalam rangka penguasaan pelaksanaan shalat guna meningkatkan kesadaran
dan kedisiplinan siswa terhadap pelaksanaan shalat.
2. Strategi dan langkah-langkah Pendidikan Agama Islam dalam Membina
Disiplin Shalat Siswa.
Upaya menanamkan disiplin kepada seseorang dibutuhkan penggunaan
strategi, metode dan pendekatan yang tepat.. Dalam pengajaran agama Islam
penanaman disiplin dalam pelaksanaan shalat harus menggunakan metode dan
alat yang khusus mengingat hampir seluruh materi bersifat abstrak dan objek
48
(anak/ siswa) yang dihadapi pun beragam jenis dan sifatnya. Beberapa metode
khusus yang dapat digunakan dalam pengajaran agama Islam, yaitu :
a. Metode Ceramah
Dalam metode ceramah guru memberikan uraian atau penjelasan
terhadap suatu masalah kepada murid dengan bahasa lisan pada waktu tertentu
(waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dalam metode ini murid duduk,
melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru
itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri
dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang
bersangkutan.
b. Metode Tanya Jawab
Metode ini merupakan komunikasi langsung antara guru dengan
murid, bisa dalam bentuk guru bertanya murid menjawab, atau sebaliknya
murid bertanya dan guru menjawab. Dalam metode ini akan didapat hubungan
timbal balik antara guru dan murid secara langsung, dan dengan metode ini
pula akan diketahui penguasaan pelajar terhadap pengetahuan yang telah di
berikan oleh guru.
c. Metode Demonstrasi
Metode ini menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu
pengertian atau untuk memperlihatkan bagaiamana melakukan sesuatu kepada
anak didik. Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat
dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik.
d. Metode Eksperimen
Metode ini digunakan ketika seseorang melakukan sesuatu percobaan
setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap peserta didik. Metode
ini dilakukan untuk membuktikan hukum-hukum dan teori-teori yang berlaku.
Dengan metode ini, seseorang dapat memiliki pengetahuan, pengalaman dan
pengertian yang lebih jelas.
e. Metode Diskusi
Metode ini yaitu suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran
kelompok-kelompok peserta didik untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas suatu masalah.
f. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Metode ini digunaka dalam penyajian bahan dengan cara
memperlihatkan peragaan, baik dalam bentuk uraian maupun kenyataan.
Semuanya berbentuk tingkah laku dalam hubungan sosio yang kemudian
diminta beberapa orang peserta didik untuk memerankannya.
g. Metode Drill
Metode ini disebut juga dengan latihan siap dimaksudkan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang
dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan
dapat disempurnakan dan disiap-siagakan.
h. Metode Kerja Kelompok
Metode ini digunakan dalam penyajian materi dengan cara pemberian
tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar
yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. Tuga-tugas tersebut
dikerjakan dalam kelompok secara bergotong-royong.
i. Metode Proyek
Dalam metode ini anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan
anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu secara ilmiah,logis dan sistematis.
Khusus untuk penanaman disiplin dalam pelaksanaan shalat, sebaiknya
diawali dengan pemahaman murid terhadap tata cara pelaksanaan shalat yang
baik dan benar. Dalam hal ini sebaiknya diawali dengan menggunakan metode
demonstrasi yaitu metode yang menggunakan peragaan-peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana
memperlakukan sesuatu kepada anak didik.49 Di sini guru mendemonstrasikan kaifiyat shalat yang baik dan benar di hadapan murid.
49