• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Penambahan Pemasangan Baru Lpju Konvensional Dengan Lpjuts Di Jalan Tol Belmera Dengan Pendekatan Value Engineering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Penambahan Pemasangan Baru Lpju Konvensional Dengan Lpjuts Di Jalan Tol Belmera Dengan Pendekatan Value Engineering"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIFIKASI

LAMPU PENERANGAN JALAN PERKOTAAN

NO. 12/S/BNKT/ 1991

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

(2)

PRAKATA

Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan bangsa, sesuai dengan U.U. no. 13/1980 tentang Jalan, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun di daerah.

Adanya buku-buku standar, baik mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi, maupun Metoda Pengujian, yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang mendesak guna menuju ke pengelolaan jalan yang lebih baik, efisien, dan seragam.

Sambil menunggu terbitnya buku-buku standar dimaksud, buku " Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan " ini dikeluarkan guna memenuhi kebutuhan intern di lingkungan Direktorat Pembinaan Jalan Kota.

Menyadari akan belum sempurnanya buku ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak akan kami hargai guna penyempurnaan di kemudian hari.

Jakarta, Februari 1992

DIREKTUR PEMBINAAN JALAN KOTA

SUBAGYA SASTROSOEGITO

i

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

I. DESKRIPSI ... 1

1.1. Maksud dan Tujuan ... 1

1.2. Ruang Lingkup ... 1

1.3. Fungsi ... 1

1.4. Pengertian ... 2

1.5. Lain-lain ... 4

II. SPESIFIKASI LA.MPU PENERANGAN JALAN ... 6

2.1. Jenis Lampu Penerangan Jalan ... 6

2.2. Kriteria Perencanaan dan Kriteria Penempatan ... 7

1. Kriteria Perencanaan ... 7

2. Kriteria Penempatan ... 9

3. Kriteria-kriteria Tambahan pada Hal-Hal Khusus ... 12

2.3. Bentuk/Dimensi dan Struktur Lampu Penerangan Jalan ... 14

1. Lampu Penerangan Jalan Berdasarkan Jenis Sumber Cahaya ... 14

2. Lampu Penerangan Jalan Berdasarkan Bentuk Tiang ... 15

3. Struktur dan Detail Pondasi Tiang ... 19

4. Struktur dan Detail Panel Lampu ... 21

III. PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN JALAN ... 23

3.1. Identifikasi ... 23

3.2. Gambaran Umum Penempatan Lampu Penerangan Jalan Berdasarkan Pemilihan Letaknya ... 24

1. Tipikal Lampu Penerangan Secara Umum ... 24

2. Tipikal Lampu Penerangan Pada Jalan Satu Arah ... 25

3. Tipikal Lampu Penerangan Pada Jalan Dua Arah ... 26

3.3. Penataan/Penempatan Lampu Penerangan Jalan pada Kondisi Khusus ... 27

ii

(4)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Contoh Rencana Penataan Lampu Penerangan pada Jalan dan Persimpangan B. Contoh Rencana Penataan Lampu Penerangan pada On/Off Jalan Tol

C . Contoh Rencana Penataan Lampu Penerangan pada Interchange D. Contoh Rencana Penataan Lampu Penerangan pada Terowongan E. Lain-lain

iii

(5)

SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN KOTA

I. DESKRIPSI

1.1. Maksud dan Tujuan

Buku Spesifikasi ini dimaksudkan untuk menjadi petunjuk bagi Pembina Jalan dalam pemasangan dan penempatan/penataan lampu penerangan sebagai pelengkap jalan kota yang berfungsi sesuai dengan tujuannya. Sedangkan tujuan spesifikasi ini adalah untuk keseragaman pemasangan dan penempatan/penataan lampu penerangan jalan kota secara baik, tepat dan benar sehingga dapat diperoleh manfaat secara maksimal.

1.2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Spesifikasi ini mencakup masalah-masalah sebagai berikut :

- pembahasan teknis seperti : fungsi, dimensi, struktur dari lampu penerangan jalan.

- penempatan/pemasangan lampu penerangan jalan.

- ketentuan-ketentuan lain tentang lampu penerangan pada jalan-jalan di daerah perkotaan.

Spesifikasi ini digunakan terutama untuk jalan-jalan perkotaan yang mempunyai klasifikasi fungsi Jalan Arteri dan Jalan Kolektor.

1.3. Fungsi

Beberapa fungsi dari Lampu Penerangan Jalan antara lain :

- untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara, khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.

- memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang hari. - untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.

- untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.

1

(6)

1.4. Pengertian

a. Lampu Penerangan Jalan

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun ling kungan di sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan (intersection), jalan layang (interchange, overpass, fly over), jembatan dan jalan di bawah tanah (underpass, terowongan).

Lampu penerangan yang dimaksud adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya (lampu/luminer), elemen-elemen optik (pemantul/reflector, pembias/refractor, penyebar/diffuser). Elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber tenaga/power supply. dll.), struktur penopang yang terdiri dari lengan penopang, tiang penopang vertikal dan pondasi tiang lampu.

b. Satuan Penerangan Sistem Internasional

Satuan penerangan sistem internasional yang digunakan adalah sbb :

- Tingkat/Kuat Penerangan (Iluminasi - Lux), didefinisikan sebagai sejumlah arus cahaya yang jatuh pada suatu permukaan seluas 1 (satu) meter persegi sejauh 1 (satu) meter dari sumber cahaya 1 (satu) lumen.

- Intensitas Cahaya adalah arus cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya dalam satu kerucut ("cone") cahaya, dinyatakan dengan satuan unit Candela.

- Luminasi adalah permukaan benda yang mengeluarkan/memantulkan intensitas cahaya yang tampak pada satuan luas permukaan benda tersebut, dinyatakan dalam Candela per meter persegi (Cd/m2)

- Lumen adalah unit pengukuran dari besarnya cahaya (arus cahaya).

2

(7)

c. Perbandingan Kemerataan Pencahayaan (Uniformity Ratio)

Uniformity Ratio adalah perbandingan harga antara nilai minimum dengan nilai rata-rata atau nilai maksimumnya dari suatu besaran kuat penerangan atau luminasi pada suatu permukaan jalan.

Uniformity Ratio 3 : 1 berarti rata-rata nilai kuat penerangan/luminasi adalah 3 (tiga) kali nilai kuat penerangan/luminasi pada suatu titik dari penerangan minimum pada permukaan/perkerasan jalan.

d. Pandangan Silau dan Pandangan Silhoutte

- Pandangan Silau adalah pandangan yang terjadi ketika suatu cahaya/sinar terang masuk di dalam area pandangan/penglihatan pengendara yang dapat mengakibatkan ketidak nyamanan pandangan bahkan ketidak mampuan pandangan jika cahaya tersebut datang secara tiba-tiba.

- Pandangan Silhoutte adalah pandangan yang terjadi pada suatu kondisi dimana obvek yang gelap berada di latar belakang yang sangat terang, seperti pada kondisi lengkung alinvemen vertikal yang cembung, persimpangan yang luas, pantulan dari perkerasan yang basah, dll.

Kedua pandangan ini harus diperhatikan dalam perencanaan penempatan /pemasangan lampu penerangan jalan kota.

e. Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Sistem penempatan lampu penerangan adalah susunan penempatan/penataan lampu yang satu terhadap lampu yang lain. Sistem penempatan ada 2 (dua) sistem, yaitu

- Sistem Penempatan Menerus

Sistem penempatan menerus adalah sistem penempatan lampu penerangan jalan yang menerus/kontinyu di sepanjang jalan/jembatan.

3

(8)

- Sistem Penempatan Parsial (setempat)

Sistem penempatan parsial adalah sistem penempatan lampu penerangan jalan pada suatu daerah-daerah tertentu atau pada suatu panjang jarak tertentu sesuai dengan keperluannya.

f. Tiang Penopang Lampu

Jenis-jenis tiang penopang lampu penerangan ditinjau dari fungsi dan penempatannya terbagi menjadi :

- Tiang Penopang Lampu Kaku

Yang dimaksud Tiang Penopang Lampu Kaku adalah tiang yang direncanakan kaku/tegar sehingga kuat untuk menahan benturan. Penempatan tiang ini terbatas, kecuali jika tersedia ruang bebas yang cukup lebar atau dikombinasikan dengan bangunan pengaman jalan.

- Tiang Penopang Lampu Mudah Patah

Yang dimaksud Tiang Penopang Lampu Mudah Patah adalah tiang yang direncanakan jika tertabrak tidak akan memberikan kerusakan yang fatal. Penempatan tiang ini sangat luas karena dapat dietakkan pada daerah-daerah ruang bebas yang sempit.

1.5 Lain-lain

a. Dasar perencanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

- Volume lalu-lintas baik kendaraan maupun lingkungan yang berinteferensi seperti pejalan kaki, sepeda, dll.

- Tipikal potongan melintang jalan, situasi ("lay-out") jalan dan persimpangan jalan.

- Geometrik jalan seperti alinemen horizontal dan vertikal, dll.

- Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan cahaya lampu penerangan.

- Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik.

- Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dll. agar perencanaan lampu penerangan efektif dan ekonomis.

4

(9)

- Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah sekitarnya.

- Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

b. Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam membuat desain / merencanakan lampu penerangan jalan, antara lain :

- Lebar daerah milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan. - Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan) tajam - Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange. tempat parkir, dll. - Jalan jalan berpohon.

- Jalan jalan yang mempunyai nilai sejarah untuk keperluan nilai estetis.

- Jalan jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan lampu di bagian median.

- Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah (tero-wongan). - Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinteferensi dengan

jalannya.

5

(10)

II. SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN 2.1. Jenis Lampu Penerangan Jalan

Jenis lampu penerangan jalan ditinjau dari karakteristik dan pengunaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

6

(11)

2 2. Kriteria Perencanaan dan Kriteria Penempatan

1. Kriteria Perencanaan

a. Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedernikian rupa sehingga dapat memberikan :

- penerangan yang merata

- keamanan dan kenvamanan bagi pengendara - arah dan petunjuk (guide) yang jelas

Pada sistem penempatan parsial. lampu penerangan jalan harus memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara sehingga efek kesilauan dan ketidaknvamanan penglihatan dapat dikurangi.

b. Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan efektifitas dan nilai ekonomi lampu. yaitu - nilai efektifitas (lumen/watt) lampu yang tinggi umur rencana yang panjang

c. Perbandingan Kemerataan Pencahayaan (Uniformity Ratio)

LOKASI PENEMPATAN RATIO

- Jalur Lalu Lintas - di daerah pemukiman

- di daerah komersil / pusat kota

6:1 3:1 - Jalur PeJalan Kaki

- di daerah pemukiman

- di daerah komersil I pusat kota

10:1 4:1

- Terowongan 4:1

- Tempat-tempat Peristirahatan (rest area) 6:1

7

(12)

d. Kualitas Penerangan

Kualitas penerangan pada suatu jalan menurut klasifikasi fungsi jalan ditentukan seperti tabel di bawah ini :

8

(13)

2. Kriteria Penempatan

a. Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan adalah sebagai berikut :

JENIS

JALAN / JEMBATAN

SISTEM PENERAPAN LAMPU YANG DIGUNAKAN - Jalan Bebas Hambatan / Tol sistem menerus

- Jalan Arteri sistem menerus dan parsiai - Jalan Kolektor sistem menerus dan parsiai - Jalan Lokal sistem menerus dan parsiai - Persimpangan, Interchange, Ramp sistem menerus

- Jembatan sistem menerus

- Terowongan sistem menerus bergradasi

Catatan : Sebaiknya sistem penempatan lampu direncanakan dengan sistem Yang Menerus

b. Gambaran umum perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan adalah sebagai berikut :

Dimana :

H = tinggi tiang lampu

L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada e = jarak interval antar tiang lampu

s1+s2 = proyeksi kerucut cahaya lampu s1 = jarak tiang lampu ke tepi perkerasan

s2 = jarak dari tepi perkerasan ke titik penyinaran terjauh, i = sudut inklinasi pencahayaan/penerangan

9

(14)

c. Besaran-besaran Kriteria Penempatan

URAIAN BESARAN –

BESARAN

1. Tinggi Tiang Lampu (H) - Lampu Standar

Tinggi Tiang rata-rata digunakan - Lampu Menara

Tinggi Tiang rata-rata digunakan

10 – 15 M 13 M 20 - 50 M 30 M

Jarak Interval hang Lampu (e) 2.

- Jalan Artsri - Jalan Kolektor - Jalan Lokal

- minimum jarak interval tiang

3.0 H - 3.5 H 3.5 H -4.0 H 5.0 H - 6.0 H

30 m

3.

Jarak Tiang Lampu ke Tepi Perkerasan (s1)

minimum 0.7 m

4.

Jarak dari Tepi Perkerasan ke Titik Penerangan Terjauh (s2)

minimum L 12

5.

Sudut Inklinasi ( i ) 20o – 30o

Keterangan : H = Tinggi tiang lampu (meter) L = lebar badan jalan (meter)

10

(15)

d. Penataan Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Penataaan / pengaturan letak lampu penerangan jalan diatur sebagai berikut :

PENATAN PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN

TEMPAT PENATAAN / PENGATURAN LETAK

Jalan Satu Arah - di Kiri atau Kanan jalan

- di Kiri dan Kanan jalan berselang-seling - di Kiri dan Kanan jalan berhadapan - di bagian tengah / Median jalan Jalan Dua Arah - di bagian tengah / Median jalan

- kombinasi antara di Kiri dan Kanan berhadapan dengan di bagian tengah Median jalan

- Katenasi

Persimpangan - dapat dilakukan dengan

menggunakan lampu Menara dengan beberapa lampu, umumnya ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan, di luar daerah persim-pangan (dalam damija ataupun dalam dawasja)

KETENTUAN-KETENTUAN YANG DISARANKAN - di kiri atau Kanan jalan L < 1.2 H - di Kiri dan Kanan jalan

berselang -soling

1.2 H < L < 1.0 H

- di Kiri dan Kanan jalan berhadapan

1.6 H < L < 2.4 H

- di Median Jalan 3L < 0.8 H

Keterangan : H = tinggi tiang lampu (meter), L = lebar badan jalan(meter)

Catatan :

Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (> 10 meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur setiap arah) perlu di pertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan Iampu penerangan jalan direncanakan sendiri- sendiri untuk setiap arah lalu-lintas.

11

(16)

3. Kriteria-Kriteria Tambahan Pada Hal-hal Khusus a. Tempat Parkir

Kuat penerangan pada daerah tempat parkir ditentukan seperti tabel di bawah ini :

KUAT PENERANGAN PADA TEMPAT PARKIR TERBUKA (LUX) Untuk Tujuan

Tingkat Kegiatan tingkungan

di lokasi

lalu – lintas kendaraan

Keselamatan Pejalan Kaki

Keamanan Pejalan kaki

Rendah 5 2 9

Sedang 11 6 22

Tinggi 22 10 43

KUAT PENERANGAN PADA TEMPAT PARKIR TERTUTUP ( LUX)

Daerah Siang Hari Malam Hari

Daerah tempat parkir dan pejalan kaki

54 54

Kegiatan Sedang 110 54

Kegiatan Tinggi 540 54

b. Rambu-rambu lalu-lintas

Kuat penerangan untuk rambu-rambu lalu-lintas pada suatu jalan ditentukan seperti tabel di bawah ini :

Luminasi Daerah Penempatan

Kuat Penerangan (Lux)

Besaran Luminasi ( Cd / m2 )

Rendah 100 24

Sedang 200 48

Tinggi 400 96

12

(17)

c. Terowongan

Kuat penerangan pada terowongan harus cukup dan memberi kenyamanan baik untuk penglihatan siang maupun malam hari.

Adapun kriteria penerangan terowongan adalah seperti yang ditentukan pada tabel di bawah ini.

KUAT PENERANGAN TEROWONGAN Daerah penempatan ( Lux ) Jenis / Klasifikasi

jalan

Komersil Menengah Pemukiman

Jalan Arteri dengan kontrol / Jalan Bebas Hambatan

22 15 11

Jalan Arteri 15 13 11

Jalan Kolektor 13 10 6

Jalan Lokal 10 6 4

Jalan Kecil / Lorong / Gang

6 4 4

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

- memberikan adaptasi penerangan yang balk - tingkat kesilauan seminimal mungkin

- memberikan pantulan yang cukup dan warna yang kontras pada permukaan terowongan

- memberikan penerangan yang jelas rambu-rambu Ialu-lintas

13

(18)

23. Bentuk/Dimensi dan Struk-tur Lampu Penerangan Jalan

1. Lampu Penerangan Jalan berdasarkan Jenis sumber cahaya

a. Lampu Merkuri

b. Lampu Sodium

14

(19)

2. Lampu Penerangan Jalan berdasarkan bentuk tiang

a. Tiang Lampu dengan Lengan Tunggal

Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi Kiri atau Kanan jalan.

15

(20)

b. Tiang Lampu dengan Lengan Ganda

Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah/Median jalan, dengan catatan jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu dilayani oleh satu tiang.

16

(21)

e. Tiang Lampu Tegak (Tanpa Lengan)

Tiang lampu ini terutama diperlukan untuk menopang lampu menara, yang pada umumnya ditempatkan di persimpangan-persimpangan jalan ataupun tempat-tempat yang luas seperti interchange, tempat parkir, dll.

17

(22)

d. Lampu Tanpa Tiang

Larnpu Tanpa Tiang adalah lampu yang diletakkan pada dinding ataupun langit-langit suatu konstruksi seperti di bawah konstruksi jembatan, di bawah konstruksi jalan layang atau di dinding maupun di langit-langit terowongan,

dll.

18

(23)

3. Konstruksi dan Detail Pondasi Tiang a. Pondasi Lampu Penerangan Standar

19

(24)

b.Pondasi Lampu Penerangan Menara

Catatan :

1. Kontruksi dari pondasi tiang lampu penerangan jalan harus disesuaikan dengan kondisi tanah di lapangan.

2. Penulangan pada kaki/pondasi tiang lampu penerangan jalan harus direncanakan bersamaan dengan rencana pemilihan jenis tiang lampu dan pondasi yang akan digunakan.

20

(25)

4. Konstruksi dan Detail Panel Lampu

a. Panel Lampu Penerangan untuk Jalan Arteri dan Jalan Bebas Hambatan/Tol

21

(26)

b. Panel Lampu Penerangan untuk Jalan Kolektor, Jembatan dan Ramp

22

(27)

II. PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN JALAN 3.1.Identifikasi

Identifikasi yang dimaksud adalah simbol-simbol yang digunakan untuk mengenali istilah/gambar/tanda dalam perencanaan lampu penerangan jalan Adapun beberapa identifikasi yang diberikan adalah sebagai berikut :

NO. SIMBOL KETERANGAN

1.

Lampu Lengan Tunggal

2.

Lampu Lengan Ganda

3. Lampu Menara dengan 5 buah

lampu

4. Lampu Menara dengan 6 buah

lampu

5.

Lampu Tanpa Tiang (Lampu di bawah Jembatan 1 Jalan Layang/ langit - langit Terowongan )

6.

Lampu dimana yang satu merupakan lampu baru sedangkan yang lain me rupakan lampu yang sudah ada/lama (existing)

R 7.

Lampu dimana pondasi tiangnya di tempatkan pada dinding penahan (retaining wall) atau bangunan pe-lengkap jalan lainnya

8. Panel Lampu

23

(28)

3.2. Gambaran umum penempatan lampu penerangan jalan berdasarkan pemilihan letaknya

1. Tipikal Lampu Penerangan Secara Umum

24

(29)

2. Tipikal Lampu Penerangan Pada Jalan Satu Arah

25

(30)

3. Tipikal Lampu Penerangan Pada Jalan Dua Arah

26

(31)

3.3. Penataan/Penempatan Lampu Penerangan Jalan pada Kondisi Khusus. a. Pada Tikungan/Lengkung Horizontal

27

(32)

b. Pada Tikungan/Lengkung Vertikal

28

(33)

c. Terhadap Penyebrangan Kereta Api

29

(34)

30

(35)

d. Terhadap Tanaman Jalan

Garis Pemangkasan Pada Sudut di bawah cahaya lampu

Tinggi Pemangkas Pohon

70o 75o 80o

H - 0.36 D H - 0.26 D H - 0.17 D Keterangan : H = tinggi tiang lampu (mounting height) dalam meter

D = jarak tiang lampu ke proyeksi jarak terendah tanaman dengan tanah

31

(36)

32

(37)

L A M P I R A N

(38)

A. CONTOH RENCANA PENATAAN LAMPU PENERANGAN PADA JALAN DAN PERSIMPANGAN

(39)

A. CONTOH RENCANA PENATAAN LAMPU PENERANGAN PADA JALAN DAN PERSIMPANGAN

(40)

B. CONTOH RENCANA PENATAN LAMPU PENERANGAN PADA ON/OFF JALAN TOL

(41)

B. CONTOH RENCANA PENATAAN LAMPU PENERANGAN PADA ON/OFF JALAN TOL

(42)

C. CONTOH RENCANA PENATAAN LAMPU PENERANGAN PADA INTERCHANGE

(43)

D. CONTOH RENCANA PENATAAN LAMPUPENERANGAN PADATEROWONGAN

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

rT-:y

'?

,*,

R-

-.-i

JUMLAH LATUPU

PJU

CABANG

BELTTIERA

smffiffi$

I I

NO GERBANG TOTAL

LATPU KETERANGAN

,l BEIAWAN

31

2 ]V[ABAR 27

3 TJ.MULIA 157

4 B.SEIAMAT 128

5 AMPLAS 158

6 TJ.MORAWA 19

TOTAL 520

(61)

.,

\\ "/.

F; --t^

DATAr-Atpu pJU GERBAilGToLBELAWAN

/

ilo KODE TIANG

JUTI.AH

LATPU

1 a 1

2 p5 1

3 A-4 1

4 lA-5 1

5 GA€

6 ci/{-7

7 GA€ 1

.9 1

s -10 1

10 A-11 1

iA-12 12 GA.l3 13 GA-l4 14 G4.15 Jumlal GAlthngllampu GBltiangllampu NO KOI'E TIAT{G JUtt-At{ I-AilPU 1 GB.1

2 GE.2 1

iB-3

4 1

-5 I

I i8-6 1

7 -7

8 GB{

I Gg€

10 GE.1O 1

11 E-11 1

-12 1

1

11 .11 1

.15

1 15

17 G8.17

JUlnINI1 77

ffi

(62)

DATA I.Af,PU PJU GERBAI{G TOLNAEAR NO KODE TIANG JUTI-AH LA,NPU RTl.1 1

2 RT1-2 1

3 BT1€ I

RTl-4 1

RTI-5 1

Jumlah 5

1 RTz.1 1

2 RT2.2 'l

3 RT2€ 1

4 RT2.{ 1

5 RT2€ 1

6 RT26 I

7 RT2.7 I

E RTz€ I

I

lro KOOE

ITANG

JUTLruI

I-ATPU

1 RB1.O ,|

2 RB1-1 1

3 RBl.2 1

4 RB1€ I

RBl-4 1

RB1€ 1

6 RB1€ 1

JumlEi 7

1 RBz-1 2 RB2-2

RB2€ 1

4 R82.4 1

R82.5 1

RB2€ 1

7 R'A2-7 1

Jumlalr 7

1 liang t hmpu

1 tiang 1 lampu

(63)

7

-DATA LATPU PJU GERBANG TOL TANJUNG TULIA

NO

KODE TIANG

JUilLAH

r-AtPu

1 R1-1 'l

2 R1-2 1

3 R1-3 1

4 R1-4 1

5 R1-5 1

6 R16 1

7 Rl-7 1

I

R1€ I

s Rl-9 1

10 Rl-10

't1 R1-11 I

12 Rl-12

13 R1-13 1

't4 R1-14

Jumhh 14 I R2-1

2 R'-2 1

3 R2€ 1

4 F,4 ,|

5 R2-5 ,|

6 R26 1

7 PA-7

8 R2€ 1

9 R2-9 ,|

10 R2-10 I

11 R2-11 1

12 FA-12 1

13 R2-13 1

Jumbl 13

1 R3.1 1

2 R3.2 1

3 R&3 1

4 R&4 1

5 R3-5

6 R3€ 'l

7 RS.7

I

R3,8 1

R&9 1

10 R$10 1

11 R3.11

12 RS12 1

R$,13

14 R$14 1

Jur 11

1 R+1 1

2 R+2 1

3 R4-3 1

4 R44 1

5 R+5 1

R4€ 1

7 R4-7 1

8 R4€

9 R4-9 1

10 R+l0

11 R+11 1

Jur 11

ffi

1 tiang 1 lampu I tiang 1 lampu

1 tiang 1 lampu 1 tiang 2lampu AB AC R T NO KODE TI,ANG JUiiLAH I.ATPU

1 AB.1 1

2 AB-2 1

3 AB'3 1

4 AB4

1'

5 AB.5

6 AB€ 1

7 AB.7 1

I

AB€ 1

I A&9 1

10 A&10 1

'11 AB11 1

12 AE.-12 1

13 A&t3 1

14 A&14 1

15 AF.15 1

16 AFl6 'l

17 A8.17 1

18 A&18 1 19 A&19

20 Ae20

21 AB-21

?2

N-n

1

23 A&23

24 Aa-24

25 AF25 1

26 A&26 1

27 A*27 1

Jumlah

tt

1 AC-1

2 AC-2 1

3 AG3 1

4 AC4 1

AG5 1

6 AC€ I

7 AC-7 1

6 AC-8 I

I

AC-9 1

10 AC-10 1

11 AG11 1

12 AC-12 1

13 AC-13 1

14 AC-14 1

't5 AC-15 1

16 AC-16 1

17 AC-17 I

18 AC-18 1

19 AC-l9 1

AC-20 1

21 AG21 1

22 4C,22 1

23 AC-23

24 ACr24 1

25 AG25 1

26 AG26 1

Jumlal 8 NO KODE TIANG JUMLAH LAMPU

1 T1 2

2 T2 2

3 T3 2

4 T4 2

5 T5 2

6 T6 2

7 T7 2

8 TE 2

I

Tg 2

10 T10 2

11 T11 2

12 T12 2

13 T13 2

't4 T14 2

15 T15 2

16 T16 2

17 T17 2

18 T1E 2

19 T19 2

20 T20 2

21 T21 2

22 T22 2

23 T23 2

24 T24. 2

25 T25 2

26 T26 2

Jumlah 52

(64)

7

DATA KOltlDlSl IAilPU PJU GERBAI{G TOL BDR SELAtAr

-t{o KODE TNilG JUTLAH LATPU 1 K'l-1 2 R1-2 3 R1-3

4 R1-4 1

5 R1-5 1

6 R1€ 1

7 R1-7 1

8 R1€

I R1-9 I

10 R1-10 1

11 R1-11 1

12 Rt-12 1

13 R1-13 1

'14 Fl1 -14 1

Jumlat a1

,|

R2-1

?2-2 1

3 R2-3 ,|

4 FA4 ,|

5 R2-5 1

6 R2S

7 R2J 1

8 R2{ 1

I

R2-9 1

10 R2-10 1

11 R2-11 1

P2-12 1

Jumlah 12

1 R$1 1

2 R$2 1

3 R3-3 1

4 R$4 1

5 R$5 'l

6 R3€ 1

R$7 1

8 R3€ 1

I

R&,9 1

10 RSl0 1

11 R&l1 1

12 R$12 I

13 R3.13 1

Jumleh 13

1 R4-l 1

2 R+2 1

R4-3 'l

4 R4-4 1

5 R4-5 1

6 R4€ 1

7 R+7 1

R4-8 'l

9 R4-9 1

10 R4-10 1

t1 R+11 1

12 R+12 1

't3 R4-13 I

Juml t3 1{O KODE TlAI{G JUTIIAH LATPU T1-1 2

2 T1-Z 2

3 T1-3 2

4 T14 2

5 T1-5 2

6 T1€ 2

7 T1-7 2

8 T1-8 2

s T1-9 2

10 T1-10 2

'11 T1-11 2

12 T1-12 2

13 Tl-13 2

14 T1-14 2

15 11-15 2

16 T1-16 2

17 1-1 I 2

T1-1E 2

T1-19 2

20 T1-20 2

21 T1-21 2

22 T1-22 2

23 T1-23 2

24 T1-24 2

25 T1-25 2

26 T1-26 2

27 T1-27 2

2E T1-26 2

29 T1-29 2

30 T1€0 2

Jumlal 60

1 T2-1 2

2 T2-2 2

3 T2-3 2

4 T24 2

5 T2-5 2

6 T26 2

7 T2-7 2

T24 2

Jumlah 15

a

14 \/

(

ffi

R

ltiangthmpu

T

1 tiang 2lampu
(65)

-DATA LATPU PJU GERBAI{G TOL ATPLAS

l{o KODE

TlAltlG

JUTI.AH

t-AtPu

1 AA-7 1

A4-6 1

3 AA.9 I

4 AA-10 1r

5 AA-11 1

6 AA-12

7 AA-13 1

I

A4.-14 I

I

AA.15

10 44.16 1

11 AA-17

12 AA-18

13 44.19 1

11 AA-20 1

15 AA-2'l 1

16 4A..2. 1

17 AA-23 1

't8 AA.?4 1

Jumlah IE

1 A&1 1

2 AB-2 1

3 A&3 'l

4 AB.4 1

5 Ag5 1

AB€ 1

7 AB.7 1

I

AB-8

9 AB9 1

10 A&10 1

11 A&11 ,l

12 A*12 1

13 A&13 1 14 A&14 1

15 AF15 1

16 A&16 1

17 AY17 1

Jumlal 17

1 lt1 -1 1

2 Rl-2

3 R1-3

4 R1-4 1

5 Rl-5

o R1S 1

7 R1-7 1

E R1€ 1

9 R1-9 1

10 Rl-10 1

R1-11 1

12 R1-12 ,|

R1-13 1

14 R1-14 1

15 R1-15 1

Jumlalr l5 NO KODE TIANG JUILAH LATPU

1 R2-1 1

2 R2-2 1

3 R2-3 'l

4 R2.4 1

5 R2€ 1

R2€ 1

7 P2-7

8 R2€

I

R2-9 1

10 R2-10 1

1',l F2-11

12 F2-12 1

13 R2-13 1

14 F2-14 1

't5 R2-15 'l

Jumlah 15

1 R3.1 1

2 R$2 1

3 R$3 1

4 R&4 1

5 R&5

R3€ 1

7 R$7 1

8 R&8 1

I

R&9 1

10 R&l0 11 R&,11

12 R$l2 1

13 R$l3 1

14 R&14 1

Jumlah t1

1 R+1 1

2 R+2 1

3 R4-3 I

4 R4-4 ,|

5 R+5 ,l

6 R4€ 1

7 R4-7 1

I

R4-8 1

9 R+9 1

10 R+10 1

11 R4-tt 1

12 R+12 1

13 R+13 1

14 R+14 1

15 R+15 1

16 R4-16 1

't7 R+17 1

17 NO KODE TIAI{G JUTILAH LAMPU 11 2

2 T2 2

3 T3 2

4 T4 2

5 T5 2

6 T6 2

7 T7 2

I

T8 2

s T9 2

10 T10 2

11 T',t1 2

12 T12 2

13 T13 2

't4 T14 2

15 T15 2

16 T16 2

17 T17 2

18 T18 2

19 T19 2

20 T2A 2

2'l T21 2

22 T22 2

23 T23 2

24 Tii

r24 2

T25 2

26 T26 2

27 t27 2

28 T28 2

29 T29 2

30 T30 2

31 T31 2

Jumlah 62

el

AA

ltiangllampu

AB

ltiangllampu

R

ltiangllampu

T

lthng2hmpu

158

(66)

f;-,"'l

-DATA I.ATPU PJU GERBATG TOL TAIf,'U}IG NORAWA

GAltiangIlampu GBlSangllampu

t{o KOT'E

TIANG

JUTLATI

LATPU

1 GA.1 1

2

a

3 .3

GA.f 5

7 CrA-7

E GA'8

GA.g 1

10 GA.lO I

Jumlet t0

1 G&1 I

2 Ge.z 1

G&3 1

4 GB..4

5 G&,5 GB€

7 -7 I

1 Jumlafi

\

)

(67)

__

1.

Berapaju mlah La mpuPenerenga nJalanU mum(LPJU ) ygterpasang d i keca matan Ja lan Tol

Belmera?

szo

1l:e,

2,

Darijumlah LPJU yang terpasangtersebut, berapatyang sudahmenggunakan solar cell?

3.

Data kondisi LPJU yang terpasang

4.

Data Penerangan/Lampu PJU

Simbol Keterangan PJU Konvensional' PJU Solar Cell h Tinggitiang ll,

g rr

I Lebarjalan

l0

t^

w Panjang ornament (horizontal)

to

an

b Lebarbatujalan

lrr

s Jarakantartiang

4E

e*,

I

Sudutkemiringan ornament l0

Keterangan Lampu PJU Konvsnional I^ampu PJU Solar Cell

Jenislampu

$Av^

-T

Daya

74o

w

Tegangan

Z2n

V

Arus

1,4

A

Warnacahaya

Umur

2Q:,@

lumen

'Z@"'''"'nn.

Temperaturwarna

€o'* fd

@mmmmn

(68)

Spesifikasi Kabeltanam Kabelinduk Kabeldalamtiang

Jeniskabel

i

BanyakPenghantar P er kabel

/l

4

)-Luaspenampang

2,5 | ?-o

4

Diameter kabel

4<

zs

/1x tw

)x4

Massa Kabel

Tatrananjenispenghanar (P)

9o

q,n

--cl-, 5o -

tpo

.sw

9o-

?.oo->

KemampuanHantarArus (KHA)

\,go

A

u0-too

A

.

\o-

l<

H

q

5.

Data Penghantarlistrik PfU Konvensional

6.

(Tabeldiisijikaada LPJU solar cell yang terpasang di Jalan Tol Belmera) Data Panel Surya

Keterangan Spesifikasi

Dayamodul (Pnom) Wp (watrpeaks)

Banyakmodul per tiang

Teganganmaks (Vm) volt

Arusmaks (Im) amPere

Te gan gantanpabeban (Voc) volt

-Arushubungsingkat (Isc) amp e

Bebananginmaks

Suhukeukaberoperasi oc

Lifetime (umur) tahun

7.

Bagaimanagambarkonstruksi panel surya yang terpasang
(69)

10. Material- material apasaja yang terdapatdalamsatutiang LPJUKonvensionalberapa larna

umurpakainya? Dan berapaharganya?

@,*mrogm

Jenis Material Harga Jumlah Harea Total Umur

lo",a'fur

2-.oo o

.000

(

L.ooo.00O

lt-

zs

hu

Ibth

lqu.'r

sou4wl

LoQ .ooQ

I

LoS.ooo

\-

u \r'n

t"rrur,lo

r

?so

Ito.

ooo

(

\Io-w

(-

r

lhvr

bcAu*

tn

4n^g .

ooo (

l1Ls.

ooo

t-L lh,

lfutqxlw

29

ul

8o.

oo0 ( Oo- ooo

\-

?-

l'ltlrt

k*,t

ex q

l{'ooa

(

tnr

L(b,&o

W-L9Vn\,1

'ft,t

Atul

bb

r

6l

e

bo

.wo

I

Ao-

0oo

\-

\h,

}hl

b'lo

fr

$p.

ooo

I

bn.

oao

1-

!h,

Vil

E{.ot Uo

'ooo

I

lA

-ooo

\

^

ll,,r,

(70)

88

DAFTAR PUSTAKA

1. Asnal Effendi, A. S. (2013). EVALUASI SISTEM PENCAHAYAAN LAMPU JALAN DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR. Jurnal Teknik Elektro ITP, Vol 2 No. 2 .

2. Buresch, M. (1983). Photovoltaic Energy System. New York: McGraw-Hill Inc.

3. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA. (1992). SPESIFIKASI LAMPU PENERANGAN JALAN PERKOTAAN. JAKARTA.

4. DR. Suriana Chandra, C. (2014). MAXIMIZING CONSTRUCTION PROJECY AND INVESTMENT BUDGET EFFICIENCY WITH VALUE ENGINEERING. Jakarta: Kompas Gramedia.

5. Giantman, M. (2005). Ekonomi Teknik. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

6. Mantell, C. (1983). Batteries and Energy System Edisi kedua. New York: McGraw-Hill Inc.

7. P. Van Harten, I. E. (1981). Instalasi Listrik Arus Kuat II. Bandung: Penerbit Binacipta.

8. Sri Pringatun, K. M. (Juni 2011). ANALISIS KOMPARASI PEMILIHAN LAMPU PENERANGAN JALAN TOL. Media Elektrika, Vol. 4 No.1 .

9. Suryatmo, F. (2008). Teknik Listrik Instalasi Penerangan dan Daya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

10.Wibawa, U. &. (2008). Penerapan Sistem Photovoltaik Sebagai Daya Listrik Beban Pertamanan. Jurnal EECIS .

(71)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Tol Belmera dengan jumlah LPJU

yang terpasang ada sebanyak 520 lampu di daerah sepanjang 34 km. Dimana ada

sebanyak 405 lampu terpasang dengan daya 250 watt. Pada umumnya lampu ini

terpasang di jalan-jalan dekat pintu tol LPJU ini biasa terpasang di salah satu ruas

jalan, kiri ataupun kanan. Sementara sisanya, yakni 115 lampu, terpasang dengan

daya 2 x 250 watt. Pada umumnya penempatan LPJU di median jalan di jalan dua

arah. Keseluruhan lampu yang terpasang masih berupa penerangan jalan umum

konvensional (sumber energi dari PLN). Pengumpulan data lapangan dibantu oleh

PT. Jasa Marga Tbk.

3.2 Data-Data Yang Dibutuhkan

Data-data yang dibutuhkan merupakan data yang diambil dari survey

langsung kelapangan dan data dari PT. Jasa Marga Tbk, seperti :

a. gambar dan kondisi lokasi Jalan (Lebar jalan, kelas jalan, dan panjang

jalan)

b. jenis lampu penerangan jalan

c. jenis dan bentuk tiang

d. kabel yang digunakan

e. besaran-besaran listrik yang diperlukan untuk penerangan jalan umum

konvensional (seperti, besaran pengaman dan pembatas)

(72)

35 f. besaran-besaran listrik yang diperlukan untuk penerangan jalan umum

solar cell (seperti, panel surya, baterai, solar charge controller, dll).

3.3 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian “Analisis Perbandingan Penggunaan LPJUTS Di Jalan Tol

Dengan Pendekatan Value Engineering”. Pendekatan yang digunakan dalam

analisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif dari berbagai sumber data yang

diperoleh.

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka dan studi

lapangan, yaitu :

1) Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan upaya mempelajari dan mengumpulkan data

sekunder untuk menunjang penelitian. Data yang dikumpulkan berasal dari buku

referensi, jurnal, prosiding, dokumen-dokumen dan artikel dari internet, serta

bahan kuliah yang mendukung dan berkaitan dengan topik tugas akhir ini.

2) Studi Lapangan

Pengumpulan data melalui studi lapangan adalah untuk mendapatkan data

primer, dilakukan dengan cara :

a) Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti, yakni

LPJU konvensional yang berada di Jalan Tol Belmera. Penempatan dan

pemasangan LPJU di Jalan Tol Belmera.

b) Wawancara, dalam penelitian lapangan dilakukan wawancara

terhadapbeberapa responden untuk mengumpulkan data-data mengenai lampu

jalan solar cell dan lampu jalan konvensional. Wawancara ini dilakukan di PT.

(73)

36 Jasa Marga (Persero) Tbk cabang Belmera dan pegawai di PT. Jasa Marga

(Persero) Tbk cabang Belmera sebagai respondennya.

3.4 Teori Analisa Data

Dalam penelitian ini dilakukan dua analisis data yang meliputi “analisa

teknis” dan “analisa ekonomis” terhadap penggunaan penerangan jalan umum

solar cell dengan penerangan jalan umum konvensional.

3.4.1 Analisa Teknis

Analisa teknis merupakan sebuah analisa yang sifatnya observatif serta

perhitungan rumus yang ada dengan menyesesuaikan kriteria dan Standarisasi

Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan tertera pada PUIL (Persyaratan Umum

Instalasi Listrik). Menganalisis hal teknis terhadap LPJU dilakukan untuk

mendapatkan sistem penerangan yang baik, aman, handal, tahan lama, dan sesuai

dengan spesifikasi pabrikasinya dan terlebih sesuai SNI. Adapun analisis teknik

dilakukan terhadap komponen-komponen PJU yang meliputi lampu, penerangan,

tiang, stang ornamen, penghantar, dll. Berikut penjelasan masing-masing

komponen yang dianalisa dalam tugas akhir berikut.

3.4.1.1 Lampu dan Penerangan

Lampu adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya

(lampu/luminer), elemen-elemen optik (pemantul/reflector,pembias/refractor,

penyebar/diffuser) elemen-elemen elektrik (konektor kesumber tenaga/power

supply, dll.). Untuk itu lampu memerlukan daya (sumber listrik) untuk

membuatnya bekerja (hidup) dan akan menghabiskan energi selama lampu

(74)

37 tersebut bekerja (dihidupkan). Berikut rumus yang digunakan untuk mencari

besar energi yang dipakai pada lampu:

E = P x t (3.1)

dimana :

E = energi yang dibutuhkan atau beban (Wh/watt.hour)

P = daya beban atau lampu (watt)

t = lama pemakaian beban atau lampu dalam satu hari (hour)

Dalam merencanakan instalasi penerangan, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk mendapatkan penerangan yang baik, yang memenuhi

fungsinya agar mata dapat melihat dengan jelas dan nyaman. Maka dari itu

diperlukan beberapa perhitungan penerangan, diantaranya adalah:

i. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya adalah fiuks cahaya per satuan sudut ruang dalarn arah

pancaran cahaya yang dapat ditulis dengan persamaan :

I = ∅ (3.2)

dimana : I = intensitas cahaya (candela)

∅ = fluks cahaya dalam lumen (lm)

w = sudut ruang dalam steridian (sr)

ii. Luminasi

Luminasi adalah fluks cahaya per satuan sudut ruang per satuan luas

terproyeksi dari arah yang diberikan, atau intensitas cahaya dari suatu permukaan

persatuan luas hasil proyeksi dari arah yang diberikan seperti tampak pada

(75)

38 Gambar 3.2. Luminasi merupakan ukuran terang suatu benda. Luminasi yang

terlalu besar akan menyilaukan mata.

Persamaan untuk menghitung besar luminasi adalah sebagai berikut :

L = (3.3)

Subtitusikan pers (3.2) dengan persamaan (3.3), maka didapat :

L = (3.4)

dimana :

L = luminasi (cd/m2)

A = luas bidang (m2)

w = sudut ruang dalam steridian (sr)

θ = sudut antara sinar datang dengan garis normal objek

iii. Iluminasi (Intensitas Penerangan)

lluminasi atau intensitas penerangan adalah kerapatan fluks cahaya yang

mengenai suatu permukaaan, secara matematis dirumuskan :

E = ∅A

(3.5)

dimana : E = intensitas penerangan/iluminasi (lux atau lm/m2)

A = luas bidang (m2)

∅ = fluks cahaya dalam lumen (lm)

Intensitas penerangan pada suatu titik umumnya tidak sama untuk setiap

titik pada bidang tersebut. Intensitas penerangan suatu bidang karena suatu

sumber cahaya dengan intensitas (I), berkurang dengan kuadrat dari jarak antara

sumber cahaya dan bidang itu (invers square law). Untuk memastikan intensitas

(76)

39 penerangan di seluruh bagian bidang memenuhi syarat minimal yang telah

ditetapkan (seperti yang tertera pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.5), digunakan

[image:76.595.260.401.167.301.2]

perhitungan metode titik.

Gambar 3.1 Perhitungan Iluminasi Metode Titik

Dengan menggunakan diagram intensitas cahaya, maka perhitungan

iluminasi dengan mensibtusikan persamaan 3.2 dengan persamaan 3.5 menjadi

sebagai berikut:

E = cos θ (3.6)

dimana : = �

cos α = cos θ =hr ; r =cos αh

dengan mensubstitusikan kedua hal diatas dengan persamaan (3.6) didapatlah :

E = / cos α

E = cos α (3.7)

dimana :

= sudut yang dibentuk oleh sisi depan luminer dengan

garis lurus antara luminer dengan titik yang dituju

(77)

40 = sudut yang dibentuk dari garis normal luminer dengan garis

lurus antara luminer dengan titik yang dituju

h = tinggi sumber cahaya/tiang tiang PJU (meter)

I = intensitas cahaya pada sudut ,

iv. Efikasi cahaya

Efikasi cahaya merupakan perbandingan antara fiuks cahaya yang

dihasilkan larnpu dengan daya listrik yang dipakainya, secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut :

K = 0

(3.8)

dimana : K = efikasi cahaya (lm/watt)

P = daya lampu (watt)

0

= fluks cahaya (lumen)

v. Efisiensi Penerangan

Efisiensi penerangan adalah perbandingan antaran fluks cahaya yang

dipancarkan oleh armatur atau dapat juga diartikan sebagai fluks cahaya yang

sampai ke objek dengan fluks cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya atau

fluks cahaya awal, secara matematis dirumuskan :

ɳ = g

0

(3.9)

dimana :

ɳ

= efisiensi cahaya penerangan

0

 = fluks cahayayang dipancarkan oleh sumber cahaya(lumen)

g

 = fluks cahayayang dipancarkan oleh armatur (lumen)

(78)

41 Efisiensi penerangan juga dapat dihitung melalui perhitungan indeks ruang

atau indeks bentuk (k).

) ( x l p h l p k

(3.10)

dimana :

k

= indek ruang atau bentuk

p = panjang permukaan jalan (m)

l = lebar permukaan jalan (m)

h = tinggi tiang PJU (m)

Lalu melalui Tabel 3.1 dapat dilihat indeks bentuk (k) dan efisiensi penerangan

maksimum dan minimumnya.

ɳ = ɳ + −���� ɳ − ɳ

(3.11)

Sistem penerangan yang dipakai untuk penerangan jalan adalah sistem

[image:78.595.133.463.481.684.2]

penerangan langsung.

Tabel 3.1 Efisiensi Penerangan dari Armatur Penerangan Langsung (PJU)

Melalui Perhitungan Indeks Ruang (k)

%

rp 0,7 0,5 0,3

rw 0,5 0,3 0,1 0,5 0,3 0,1 0,5 0,3 0,1

rm 0,1 0,1 0,1

K ɳ ɳ ɳ

0,5 0,28 0,23 0,19 0,27 0,23 0,19 0,27 0,22 0,19 0,6 0,33 0,28 0,24 0,32 0,28 0,24 0,32 0,27 0,24 0,8 0,42 0,36 0,33 0,41 0,36 0,32 0,40 0,36 0,32 1,0 0,48 0,43 0,40 0,47 0,43 0,39 0,46 0,42 0,39 1,2 0,52 0,48 0,44 0,51 0,47 0,44 0,50 0,46 0,43 1,5 0,56 0,52 0,49 0,55 0,52 0,49 0,54 0,51 0,48 0 2,0 0,61 0,58 0,55 0,60 0,57 0,54 0,59 0,56 0,54 2,5 0,64 0,61 0,59 0,63 0,60 0,58 0,62 0,59 0,57 72 3 0,66 0,64 0,61 0,65 0,63 0,61 0,64 0,62 0,60 4 0,69 0,67 0,65 0,68 0,66 0,64 0,66 0,65 0,63 72 5 0,71 0,69 0,67 0,69 0,68 0,66 0,68 0,66 0,65 Keterangan : rp = faktor refleksi dinding

rm = faktor refleksi bidang pengukurannya

(79)

42 rw = faktor refleksi langit-langit

Dimana : 0.1 = warna gelap

0.3 = warna sedang

0,5 = warna muda

0,7 = warna putih dan warna sangat muda

3.4.1.2 Tiang dan Stang Ornament

Tiang merupakan salah satu dari komponen penting pada penerangan jalan

umum. Fungsinya sebagai tempat untuk meletakkan lampu (beserta armaturnya),

stang ornament, panel surya, baterai, inverter, dan lain sebagainya.

Untuk menentukan sudut kemiringan stangornamen, agar titik penerangan

mengarah ke tengah – tengah jalan:

[image:79.595.137.474.408.592.2]

(a) (b) Gambar 3.2 Perencanaan Penerangan Jalan Umum

(a) Tampak atas ; (b) Tampak depan

Maka, untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen, agar titik

penerangan mengarah ketengah – tengah jalan

T = √h + c (3.12)

(80)

43

cos− φ = (3.13)

dimana: h = tinggi tiang

T = jarak lampu ke tengah jalan c = jarak horizontal lampu ke tengah jalan w1 = jarak tiang ke horizontal lampu

w2 = jarak horizontal lampu ke ujung jalan b = lebar batu jalan

o = jarak batu jalan ke horizontal lampu T = batas kemiringan stang ornamen

φ = sudut kemiringan stang ornamen

3.4.1.3 Penghantar Listrik

Kabel merupakan rakitan satu penghantar atau lebih, baik penghantar itu

pejal maupun pintalan, masing-masing dilindungi isolasi, dan keseluruhannya

dilengkapi dengan selubung pelindung bersama. Dimana pada umumnya

bagian-bagian untuk kabel tegangan rendah adalah:

penghantar

isolasi

lapisan pembungkus inti

pelindung mekanis

selubung luar

Pada proses pemasangan instalasi untuk penghantar lsitrik penerangan

jalan umum konvensional menggunakan kabel tegangan rendah, penggunaan

kabel menurut tempat pemakaiannya terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu :

(81)

44 a. Kabel yang dipasang dari SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) yang

sudah ada menuju panel penerangan jalan umum atau disebut juga kabel

induk.

b. Kabel yang dipasang dari Perangkat Hubung Bagi penerangan jalan

umum ketitik-titik sambung LPJU. Biasanya PHB diletakkan dalam bawah

tanah, sehingga penghantar listrik dengan kabel tanam.

c. Kabel yang dipasang dari titik sambung penerangan jalan umum menuju

lampu.

Tembaga dan alumunium. Termasuk ke dalam bahan penghantar listrik

yang baik. Untuk kabel tanah umumnya digunakan penghantar tembaga,

sedangkan alumunium digunakan untuk penghantar udara. Untuk mengetahui

ukuran luas penampang kabel berpenghantar yang dibutuhkan, digunakan

persamaan dibawah ini :

untuk tegangan 3 fasa : A = √ L L ρ φ

∆V

(3.14)

untuk tegangan 1 fasa : A = L L ρ φ

∆V (3.15)

persentase jatuh tegangan : %∆V =∆V

V x % (3.16)

dimana :

A = luas penampang penghantar (m2)

L = panjang penghantar (m)

cos φ = faktor daya

ρ = tahanan jenis logam penghantar

∆V = drop tegangan (volt)

V = tagangan jala-jala/sumber

(82)

45 %∆V = persentase drop tegangan

IL = arus beban

Nomenklatur kabel adalah tata cara pemberian nama suatu kabel dengan

kode - kode tertentu. Beberapa arti huruf-huruf kode yang biasa digunakan pada

kabel :

N = kabel jenis standar dengan penghantar tembaga

NA = kabel jenis standar dengan penghantar alumunium

Y = selubung isolasi dari PVC

2X = selubung isolasi dari XLPE

2Y = selubung isolasi dari polyethylene

F = perisai kawat baja pipih

R = perisai kawat baja bulat

Gb = spiral pita baja

Re = penghantar pejal (solid)

Rm = penghantar pintalan

3.4.1.4 Pembatas dan Pengaman Listrik

Pembatas dan pengaman listrik biasanya diletakkan di dalam suatu box

yang disebut PHB. PHB adalah panel/box yang merupakan perlengkapan untuk

mengendalikan dan membagi tenaga listrik dan atau mengendalikan dan

melindungi rangkaian (circuit) listrik.

Berdasarkan penempatannya PHB terbagi dua yaitu:

a) PHB Pasangan Dalam

PHB yang ditempatkan dalam ruangan bangunan tertutup sehingga

terlindung dari pengaruh cuaca secara langsung.

(83)

46 b) PHB Pasangan Luar

PHB yang ditempatkan di luar ruangan bangunan sehingga terkena

pengaruh dari cuaca secara langsung.

Alat pembatas yang digunakan adalah MCB (Mini Circuit Breaker) 3 fasa.

Untuk mendapatkan spesifikasi MCB yang sesuai, digunakan rumus berikut :

I =V

L−L φ

(3.17)

Dan alat yang digunakan sebagai pengaman pada instalasi PJU adalah

menggunakan fuse dengan jenis NHF use. Sedangkan besar pengaman yang

digunakan dapat dihitung dengan rumus :

arus nominal pada masing fasa : I =

VL−N φ (3.18)

maka arus rating pengaman : I = � x I

(3.19)

dimana : P = besar daya yang digunakan (watt)

I

= arus nominal pada masing-masing fasa (amper)

I

= besar arus yang dibutuhkan atau arus rating pengaman (amper)

VL− = tegangan fasa-netral (volt)

= faktor beban lebih

3.4.1.5 Perencanaan LPJU Solar Cell

Dalam merencanakan LPJU solar cell yang sesuai dengan SNI digunakan

perhitungan – perhitungan yang tepat dan sesuai kebutuhan. Beberapa kmponen

penting LPJU solar cell akan dijelaskan satu per satu di bawah ini.

a. Lampu LED (Light Emitting Diode)

Secara sederhana LED dapat didefinisikan sebagai salah satu

semikonduktor yang mengubah energi listrik menjadi cahaya. LED merupakan

(84)

47 perangkat keras dan padat (solid-state component) sehingga unggul dalam hal

ketahanan (durability).

Lampu pijar dan neon tidak berguna lagi setelah bohlamnya pecah, namun

tidak demikian dengan lampu LED. Lampu ini merupakan jenis solid-state

lighting (SSL), artinya lampu yang menggunakan kumpulan LED sebagai sumber

pencahayaannya. Sehingga lampu tidak akan mudah rusak bila terjatuh atau

bohlamnya pecah. Kumpulan LED diletakkan dengan jarak yang rapat untuk

memperterang cahaya. Satu buah lampu LED dapat bertahan lebih dari 30 ribu

jam, bahkan ada yang mencapai 100 ribu jam.

LED hanya memiliki 4 macam warna yang tampak oleh mata, yakni warna

merah, kuning, hijau, dan biru. Untuk menghasilkan sinar putih yang sempurna,

spektrum cahaya dari warna-warna tersebut digabungkan. Hal paling umum

adalah penggabungan antara warna merah, hijau, dan biru, yang disebut RGB.

Sampai saat ini, pengembangan terus dilakukan untuk menghasilkan lampu LED

dengan komposisi warna seimbang dan berdaya tahan lama.

b. Panel surya

Panel surya adalah alat yang yang terdiri dari sel surya (photovoltaik) yang

fungsinya mengubah energi cahaya menjadi menjadi energi listrik. Efisiensi dari

sel surya merupakan perbandingan antara daya keluaran (Pout) dan daya

masukannya (Pin). Daya keluaran (Pout) adalah perkalian antara tegangan waktu

open circuit(Voc) dengan arus short circuit (Isc) dan faktor pengisian (fill factor,

FF) dari sebuah modul surya. Persamaanya adalah :

Besar fill factor sel surya : FF = V

V (3.20)

Maka efisiensi sel surya : ɳ = = V

(85)

48 ɳ =V x I x V x IS x F x V x I

ɳ =V (3.21)

dimana :FF = faktor pengisian/fill factor

V = tegangan nominal panel surya (volt)

I = arusnominal panel surya (volt)

V = tegangan open cicuitpanel surya (volt)

I = arus short circuitpanel surya (volt)

F= intensitas radiasi matahari yang diterima (watt/m2)

S= luas permukaan modul sel surya (m2)

Daya nominal pada panel surya tidak dapat diperbesar lagi, kecuali panel

surya diganti dengan panel surya lain yang spesifikasi daya nominalnya lebih

besar. Maka untuk mendapatkan energi yang besar yang dihasilkan oleh panel

surya tergantung pada lamanya penyinaran matahari. Lamanya panel surya

mendapatkan sinar :

t = / // / (3.22)

Dimana untuk mencari jumlah sinar global yang datang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Hukum Stefan-Boltzmann, dimana besarnya fluks radiasi

yang dipancarkan suatu benda setara dengan pangkat empat suhu mutlak benda

tersebut.

A = σ. e. T (3.23)

Maka untuk mencari jumlah sinar global yang datang dapat dihitung dengan

mengalikan besarnya flux radiasi dengan lamanya penyinaran dalam satu hari.

(86)

49 Dirumuskan :

w

= σ. e. T . t (3.24)

dimana : P= Daya (watt)

A= luas (m2)

σ= tetapan Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 watt/m2K4)

e= koefisien emisivitas (0-1)

T= suhu permukaan (oK)

t = lamanya penyinaran (hours)

Energi yg dihasilkan panel surya :

E = P x t

E = P x / // / (3.25)

Sehingga jumlah minimum modul yang digunakan untuk dapat melayani

energi pada beban (lampu) yang dibutuhkan, dengan menggunakan persamaan

diatas adalah:

Banyak panel surya: n =

ɳ x %(3.26)

n = ɳ x %(3.27)

dimana : t = lamanya panel surya mendapatkan sinar global (hour/jam)

E = energi yang dihasilkan modul (Wh/hari)

P = daya nominal panel surya (watt)

n = jumlah minimum modul yang diperlukan

ɳ

baterai = efisiensi baterai (%)
(87)

50

c. Solar charge controller

Merupakan peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus

searah yang diisi dan diambil dari baterai ke beban. Solar charge controller

mengatur overcharging (kelebihan pengisian – karena baterai sudah penuh) dan

kelebihan tegangan dari panel surya.

Ukuran atau rating untuk alat pengontrol aliran masuk dan keluar dari aki

ditentukan dalam satuan Ampere, yakni dengan rumus :

� = I x % + ɳ (3.28)

� = V x % + ɳ (3.29)

dimana :� = arus rating solar charge controller (ampere)

P = banyak panel surya x Pnom (watt)

d. Baterai

Baterai adalah alat penyimpanan tenaga lsitrik arus searah (DC) yang

dibangkitkan oleh panel surya.Kapasitas baterai yang tertulis dalam satuan Ah

(ampere hour), yang menyatakan kekuatan baterai, seberapa lama baterai dapat

bertahan mensuplai arus untuk beban (lampu).

Maka untuk menentukan total kapasitas baterai berdasarkan periode

penyimpanan yang diinginkan sebagai berikut:

� =(

E

V + A )

ɳ (3.30)

dimana :� = kapasitas baterai (Ah/Ampere.hour)

V = tegangan baterai (volt)

DOD = deep of discharge (%)

(88)

51 E = banyak panel surya x E

Gambar 3.3 di bawah ini menunjukkan hubungan kerja antara satu komponen

[image:88.595.205.468.179.315.2]

dengan komponen lain yang ada pada LPJU solar cell.

Gambar 3.3 Diagram Kerja LPJU Solar Cell

3.4.2 Analisa Ekonomi

Penerangan jalan umum solar cell adalah penerangan yang menggunakan

energi matahari sebagai sumber energi dan energinya dapat dibangkitkan sendiri

ataupun sebuah perusahaan. PJU sistem solar cell mempunyai biaya operasi dan

perawatan yang rendah dan bahkan terkadang tidak ada pada suatu periode, ini

dikarenakan PJU solar cell tidak memerlukan bahan bakar dalam

pengoperasiannya. Namun sistem pembangkitannya memerlukan biaya investasi

yang sangat besar. Sedangkan PJU konvensional sebaliknya, biaya investasi yang

rendah, namun biaya operasionalnya besar dan selalu ada setiap periode.

3.4.2.1 Biaya Investasi

Yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka menyiapkan kebutuhan usaha

untuk siap beroperasi dengan baik.Biaya ini biasanya dilakukan pada awal-awal

(89)

52 kegiatan usaha dalam jumlah yang relatif besar ya berdampak jangka panjang

untuk berkesinambungan usaha tersebut. Investasi sering dianggap juga sebagai

modal dasar usaha yang dibelanjakan untuk penyiapan dan pembangunan sarana

prasarana dan fasilitas usaha termasuk pembangunan dan peningkatan sumber

daya manusianya.

3.4.2.2 Biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka

menjalankan aktifitas usaha tersebut sesuai dengan tujuan. Biaya ini biasanya

dikeluarkan secara rutin atau periodik pada waktu tertentu dan dalam jumlah yang

relatif sama atau sesuai dengan jadwal produksi.

Biaya operasional pada PJU konvensional sangat bergantung pada TDL

(Tarif Dasar Listrik) yang telah ditetapkan pemerintah. Tarif dasar listrik sendiri

ditentukan pemerintah melihat kondisi harga dan pasokan BBM (Bahan Bakar

Minyak). Biaya pemakaian listrik PJU konvensional selama satu bulan didapat

dengan mengalikan Eload dengan banyak hari dalam sebulan (30) dan dikali besar

TDL yang ditetapkan pemerintah untuk penerangan jalan :

Biaya pemakaian listrik = E x t x TDL (3.31)

dimana : TDL = Tarif dasar listrik yang ditetapkan pemerintah untuk

penerangan jalan (Rp –/Kwh)

t =waktu pemakaian lampu jalan dalam satu periode (hours)

Sedangkan pada PJU solar cell, karena biaya bahan bakar tidak ada jadi

biaya operasional tidak ada.

Karena biaya kegiatan operasional dilakukan secara berkala dan akan terus

naik biayanya setiap beberapa periode, maka untuk menghitung total keseluruhan

(90)

53 biaya operasional PJU konvensional dan solar cell sampai pada waktu periode

yang diinginkan, digunakan metode nilai masa depan (future value annuity):

FVA = A + N− (3.32)

FVAn = A (FVAn/A, i%, N) (3.33)

dimana :FVAn = Nilai mendatang (future worth), nilaiekuivalen satu atau lebih

aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan

sebagai waktu mendatang

A = Aliran kas akhir pada periode yang besarnya sama untuk

bebeapa periode yang berurutan (annual worth)

N = Jumlah periode pemajemukan

i = Tingkat bunga efektif per periode

3.4.2.3 Biaya Perawatan

Untuk tetap mempertahankan kualitas dan kemampuan dari LPJU perlu

dilakukan perawatan yang rutin salah satunya adalah pergantian material.

Pergantian material dilakukan ketika material LPJU sudah rusak atau sudah tidak

layak dipakai, baik yang disebabkan oleh alam (bencana alam), ulah manusia

(pencurian atau perusakan) maupun karena umur dari material tersebut.

Harga suatu material dari LPJU tidak akan selalu sama dengan ketika awal

pendirian LPJU (biaya investasi), ada kenaikan harga tiap material tersebut setiap

suatu periode. Sehingga untuk menentukan harga material pada masa yang akan

datang digunakan metode Future Value, dimana rumusnya adalah :

Fv = Pv + i (3.34)

Fv = Pv (Fv /Pv , i%, N) (3.35)

(91)

54 Total biaya suatu material didapat dengan menjumlahkan setiap nilai

mendatang dengan periode yang telah ditentukan (usia material), pada suatu

jumlah periode yang diinginkan. Dirumuskan :

∑Fv = Pv + i + + i + . . . + + i X (3.36)

dimana :PV = Nilai sekarang (present worth) atau nilai ekuivalen satu atau lebih

aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan sebagai

waktu saat ini

FV = Nilai mendatang (future worth), nilai ekuivalen satu atau lebih

aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu

mendatang

N= Jumlah periode pemajemukan ditentukan (Usia Material)

X= Jumlah periode pemajemukan yang diinginkan (10 tahun)

i= Tingkat bunga efektif per periode

Seluruh material dari penerangan jalan memiliki umur yang berbeda-beda,

sehingga untuk mendapatkan biaya perawatan dari LPJU adalah dengan

mengalikan harga untuk tiap satu material dengan total pergantian satu material

pada selutuh LPJU tersebut, kemudian ditotalkan dengan pergantian

material-material yang lain.

3.4.2.4 Break Even Point (BEP) LPJU

Break even point merupakan suatu kondisi dimana penghasilan yang

diterima perusahaan sama dengan biaya yang dikelurkan dengan mempelajari

hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan dari

komposisi produk yang diperlukan selama periode tertentu. Sehingga dari

pengertian diatas break even point terjadi apabila

(92)

55 TR(Total Revenue/Pendapatan Total) = TC (Total Cost/Biaya Total). (3.37)

Beberapa manfaat analisa break even point untuk memanajemen suatu

proyek atau perusahaan, yaitu :

a) Hubungan antara penjualan biaya dan laba.

b) Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.

c) Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan

batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.

d) Untuk mengetahui hubungan antara volume, harga dan laba.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji

tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif

atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak

hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja,

akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada

pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta

hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang

bersangkutan.

Sekalipun Analisa break even point ini banyak digunakan oleh perusahaan,

tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan.

Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang

linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang

pendek.

(93)

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Eksisting PJU di Jalan Tol Belmera

PJU di Jalan Tol Belmera merupakan jalan perkotaan yang jenis jalannya

adalah jalan lokal dan jalan kolektor, jenis tiang lampu lengan ganda dan

penempatan lampu jalan di median jalan dua arah (seperti pada Gambar 2.4) untuk

jenis jalan kolektor, sementara untuk jalan lokal jenis tiang lampu tunggal dan

penempatan lampu jalan di tepi (seperti pada gambar 2.1). Sampai saat ini kondisi

[image:93.595.116.416.398.506.2]

LPJU yang terpasang di Jalan Tol Belmera seluruhnya masih konvensional.

Tabel 4.1 Data Kondisi Eksisting PJU Konvensional

4.1.1 Jenis Tiang dan Kemiringan Stang Ornamen

Tiang PJU berjenis octagonal hot dip galvanize dengan konstruksi base

plate, dimana ornament lengan tunggal dan ganda. Angkur dan murnya harus

diproses dengan proteksi hot dipped galvanized. Fondasi tiang lampu harus

terbuat dari konstruksi beton K 225 (dimana anchor/baut tiang tertanam di fondasi

tiang dengan ukuran yang disesuaikan).

Simbol Keterangan PJU Konvensional

h Tinggi tiang 11,5 m

l Lebar jalan 10,0 m

w Panjang ornament (horizontal) 1 m

b Lebar batu jalan 1,0 m

S Jarak antar tiang 45,0 m

φ Sudut kemiringan ornament

(94)

57

4.2 Perhitungan Daya Lampu dan Penerangan Konvensional Eksisting

Perhitungan dilakukan melalui persamaan-persamaan yang ada pada Bab

[image:94.595.146.478.193.357.2]

3.4.1.1 melalui data berikut.

Tabel 4.2 Data PJU Konvensional

Keterangan Lampu PJU Konvensional

Tiang Lengan Ganda Tiang Lengan Tunggal

Jenis lampu SON T SON T

Daya 2x 250 watt 250 watt

Tegangan 220 volt 220 volt

Arus 2,84 Amp 1,42 Amp

Warna cahaya Kuning Kuning

Umur 15.000 jam 15.000 jam

Lumen 28.000 lm 28.000

Temperatur − C − C

PF 0,8 0,8

Jenis lampu yang digunakan pada PJU konvensional adalah jenis lampu

SON

Gambar

Gambar 3.1 Perhitungan Iluminasi Metode Titik
Tabel 3.1   Efisiensi Penerangan dari Armatur Penerangan Langsung (PJU)
Gambar 3.2   Perencanaan Penerangan Jalan Umum
Gambar 3.3 Diagram Kerja LPJU Solar Cell
+7

Referensi

Dokumen terkait

GSM Shield. Diagram Sistem Monitoring PJU Pada setiap lampu Penerangan Jalan Umum akan dipasang dua buah sensor LDR, di mana satu LDR akan di letakkan di bawah sinar cahaya

PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL” (Studi Terhadap Penerangan Jalan Umum Di Jalan Ir.H Juanda Medan)..