499
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PRECAST CONCRETE DENGAN PENDEKATAN STATISTICAL PROCESS CONTROL DAN QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT
Heru Subiyakto1, Lukmandono2, Rony Prabowo3
1,2, 3 Program Studi Magister Teknik Industri, Fakultas Teknik Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya Jl. Arif Rahman Hakim 100, Surabaya
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Tantangan perusahaan diberlakukan pasar bebas MEA saat ini adalah persaingan antar negara ASEAN sendiri. Oleh karena itu untuk memena ngkan dalam bisnis saat ini harus memperhatikan customer. Customer satisfaction ini sangat efektif untuk kemajuan perusahan. Persaingan bisnis ini salah satunya adalah dibidang produk konstruksi beton. PT. Saeti Beton Pracetak merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur memproduksi produk precast concrete, persaingan bisnis di industri manufaktur precast concrete sangat kompetitif sehingga perusahaan harus mampu membuat produk yang berkualitas dengan harga bersaing dan sesuai dengan selera pasar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengurangi jumlah kecacatan dari produk yang dihasilkan dan mengembangkan produk sesuai dengan keinginan konsumen dengan memperhatikan aspek voice of customer dan aspek teknis perusahaan. Metode yang digunakan yaitu Statistical Process Control (SPC) dan Quality Function Deployment (QFD). Penerapan metode SPC untuk menjamin produk yang dihasilkan dalam kondisi kontrol kualitas, sedangkan penerapan metode QFD bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang menggunakan produk precast concrete dari PT. Saeti Beton Pracetak. Berdasarkan hasil observasi penelitian bahwa terdapat atribut kecatatan pada produk precast concrete yang harus diselesaiakan diantaranya: produk tidak simetris, cacat pada fisik, produk retak, produk kropos, dan produk bengkok. Hasil tersebut merupakan prioritas yang harus dilakukan perbaikan terhadap kecacatan produk precast concr ete supaya customer merasakan kepuasan terhadap penggunakan produk tersebut. Sedangkan hasil penelitian yang mempengaruhi customer satisfaction terdapat atribut yaitu, kualitas produk sesuai harapan, sistem pembayaran fleksibel, pengiriman sesuai permintaan.
Kata kunci : Concrete, Kualitas, Precast, , SPC, QFD
1. PENDAHULUAN
PT. Saeti Beton Pracetak dalam beberapa tahun ini mengalami penurunan kapasitas permintaan dari pelanggan. Untuk mengetahui terjadinya penurunan permintaan maka perlu dilakukan perbaikan dan mendengarkan keluhan konsumen. Proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Menurut Sukardi dkk (2011), perbaikan kualitas terhadap proses produksi harus dilakukan terus-menerus agar meminimalisir kecacatan produk.
500
Gambar.1 Grafik jumlah Produk Precast Concrete
Gambar 1 Grafik Jumlah Produk Precast Concrete
Sumber : PT. Saeti Beton Pracetak
Khususnya pada Wilayah Provinsi Jawa Timur di era 1990 an perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur precast concrete masih dalam jumlah sedikit, mulai era 2000 an banyak bermunculan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur precast concrete dan di era 2010 an perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete dalam kondisi pasar yang jenuh dalam artian antara supply dan demand tidak berimbang. Untuk memenangkan persaingan bisnis ini tidak hanya dengan usaha yang keras saja melainkan harus diimbangi dengan menyediaan barang yang berkualitas dan yang berdaya saing tinggi serta dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Kondisi ini memicu PT. Saeti Beton Pracetak salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete yang sudah established sejak tahun 1989 untuk bersaing dengan perusahaan yang bisnis utamanya sama. Untuk bisa memenangkan persaingan bisnis usaha yang dilakukan adalah produk yang dihasilkan disesuaikan atau berpedoman pada kriteria-kriteria standart kualitas yang bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan tidak dalam kondisi buruk atau cacat melainkan yang berkualitas dan produk yang diminati oleh konsumen. Bila perusahaan sulit bersaing dalam harga, maka perusahaan lebih baik menggunakan kualitas produk atau kualitas layanan dalam memenangkan persaingan (Zeithaml, 1990).
Strategi manufaktur yang digunakan adalah cost, delivey, flexibilitas dan quality .Kualitas, Biaya, dan Pengiriman merupakan komponen-komponen yang dominan pada perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur precast concrete, ketiga komponen tersebut yang harus dijadikan standart kebutuhan konsumen dengan demikian konsumen akan jadi loyal dan sulit konsumen untuk berpaling pada produk yang lain. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengendalikan kualitas serta mengatasi banyaknya cacat produk yaitu dengan statistical process control sedangkan untuk mengukur kepuasan terhadap produk menggunakan quality function deployment.
501
Gambar 2 Cacat Sarang Tawon (honey comb)
Gambar 3 Cacat Kropos
Untuk mengendalikan kecacatan produk maka dapat dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat yaitu dengan mengunakan metode Statistical Process Control (SPC). Pengendalian kualitas proses statistik (statistical process control) dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik yang terdapat pada Statistical Process Control (SPC).,
Statistical Process Control (SPC).merupakan teknik penyelesaian problem yang dipergunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisa, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses dengan menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik (statistical process control). Jika produk yang dihasilkan dapat dikendalikan kualitas maka konsumen akan merasakan kepuasan terhadap produk tersebut.
502
dalam Poniman, 2016). Dalam mengidentifikasi suara konsumen maka dilakukan metode survey atau kuesioner untuk mengetahui kebutuhan produk atau jasa yang mana yang harus didahulukan untuk dilakukan peningkatan kualitas baik produk maupun jasa.
Pada proses Quality Function Deployment terdapat empat fase dalam pengembangan suatu produk. Model empat fase ini menerjemahkan keinginan konsumen melalui beberapa tahap menuju proses perancangan produk. Setiap fase mempunyai matriks yang memuat kolom vertikal dan kolom horizontal. Kolom vertikal memuat tentang kebutuhan konsumen yang disebut “whats”, dan kolom horizontal memuat tentang bagaimana mencapai kebutuhan konsumen tersebut yang disebut “hows” (Ye Tian, 2011). Langkah pembuatan Quality Function Deployment dapat dikategorikan menjadi 4 tahap, yaitu (M.Z & Nurcahyo, 2010). Adapun gambar model empat fase dalam proses Quality Function Deployment adalah sebagai berikut:
Gambar 4 Model Empat Fase Dalam Qfd
2. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian unuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya (Sugiono: 2011) sedangkan populasi adalah produk precast concrete dan konsumen / pelanggan seluruh PT. Saeti Beton Pracetak. Adapun pengambilan sampling dengan menggunakan metode total sampling seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel, dengan pertimbangan karena sampel yang besar cenderung mendekati nilai yang sesungguhnya. Arikunto (2002). Adapun metode pengumpulan data yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada objek kecacatan produksi dan kuesioner yang disebarkan kepada konsumen untuk mengukur kepuasan terhadap produk tersebut. Sedangkan analisa data yaitu dengan menggunakan Statistical Process Control dan Quality Function Deployment
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
503 Tabel 1 Jenis Defect Pada Produk Precast Concrete
Bulan Jumlah
Produksi
Jenis Cacat
Jumlah Produk Cacat Dimensi
Tidak Presisi
Kropos
Joint Tidak Simetris
Kelurusan Retak
Januari 989 14 8 12 4 0 38
Pebruari 10 0 0 0 0 0 0
Maret 140 0 1 1 0 0 2
April 2260 80 83 1 0 2 166
Mei 1644 33 33 8 0 0 74
Juni 711 24 1 4 0 0 29
Juli 1695 73 63 19 0 0 155
Agustus 1580 28 22 4 0 1 55
September 314 10 18 0 0 0 28
Oktober 228 8 0 1 0 0 9
November 2192 40 54 6 0 0 100
Desember 447 34 3 0 0 0 37
Jumlah 12210 344 286 56 4 3 693
Berdasarakan tabel diatas dapat dilihat bahawa defect yang tertinggi adalah dimensi tidak presisi. Berdasarakan data terebut makan prioritas utama dalam melakukan perbaikan dan pengendalian produk yaitu pada kriteria dimensi tidak presisi. Gambaran data dapat dilakukan dengan histogram, yang menggambarkan terhadap produk cacat pada precast concrete. Adapun gambar histogram sebagai berikut:
Gambar 5 Histogram Produk Cacat
504
Gambar 6 Control Chart Defect
Diagram Pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi , mengurutkan dan bekerja untuk menyisihkan kegagalan secara permanen. Dengan diagram ini maka akan diketahui jenis kegagalan yang paling dominan. Pembuatan diagram Pareto diawali dengan menyusun tabel frekuensi komulatif dari produk cacat
Tabel 2 Komulatif defect pada produk precast concrete
No Jenis Cacat Frekuensi Persentase Komulatif (%)
1 Dimensi Tidak Presisi 344 49,6 % 49,6 %
2 Kropos 286 41,3 % 90,9 %
3 Joint Tidak Simetris 56 8,1 % 99,0 %
4 Kelurusan 4 0,6 % 99,6 %
5 Retak 3 0,4 % 100 %
jumlah 693 100 %
Penyebab defect yang terjadi adalah pada kriteria dimensi tidak presisi, berdasarkan pengamatan tersebut prosentasi kecacatan sebesar 49,6%. Faktor yang menyebabkan defect ini dapat diminimalisir dikemuadian hari. Adapun gambar Pareto dapat dilihat sebagai berikut
505
Langkah - langkah antisipasi kecacatan dapat dilakukan dengan mencari sumber penyebab terjadinya kecacatan. Adapun bantuan tools yang digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan diagram Cause-and-Effect Diagram. Adapun analisa Cause-and-Effect Diagram sebagai berikut:
Gambar 8 Cause-and-Effect Diagram
3.1 Analisa QFD
Berdasarkan hasil analisa spc maka pengembangan produk harus dilakukan perbaikan terhadap hasil kecacatan tersebut. Qfd dalam penelitian ini untuk mengukur kepuasan konsumen terhadap penggunaan precast concrete setelah dilakukan perbaikan dengan analisa kecacatan terebut. Adapun hasil atribut – atribut dan nilai kepentingan konsumen.
Tabel 3 Tingkat Kepentingan Konsumen
No Atribut pernyataan Average important
1 Produk yang dihasilkan berkualitas tinggi 4
2 Kesesuian produk atas permintaan konsumen 4
3 Ketersediaan produk saat permintaan urgent 4
4 Memiliki berbagai varian produk 5
5 Hasil produk simetris 5
6 Produk yang dihasilkan memiliki performa
yang tinggi 4
7 Produk tidak cacat retak dan kropos 4
8 Harga terjangkau 5
9 Sistem pembayaran lebih fleksibel 4
10 Pengiriman sesuai dengan waktu yang
dijanjikan 4
11 Kecepatan dan ketepatan pelayanan terhadap
konsumen 4
12 Kesopanan dan keramahan staf dalam melayani
konsumen 5
concrete precast k ecacatan env ironment Methods Material Machines Personnel kelalaian kurang pelatihan kurang pengalaman beropeasi
terjadi cacat mesin tetap
peralatan kurang bersih
berjalan
prev entiv e mesin tidak campuran kerikil
bahan baku bany ak tidak imbang komposisi bahan kurang baik kualitas bahan keras penaruhan terlalu rata pengepresan tidak
pengaw asan lemah kendala pengiriman
kendala cuaca
506
Berdasarkan data tersebut diatas maka harapan konsumen terhadap perbaikan produk memiliki nilai antara 4 sampai 5. Artinya bahwa konsumen menginginkan harapan produk yang berkualitas tinggi. Sedangan prioritas perbaikan berdasarkan analisis quality function deployment adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Komulatif Defect pada Produk Precast Concrete
Tecknical Correlation Absolut
Score Persentase Score
Ranking Score
Standarisasi Material 146 29,92 1
Komposisi Material 100 20,49 2
Pelatihan Karyawan 50 10,25 3
Pejadwalan Maintenance 49 10,04 4
Kebersihan Cetakan 40 8,20 5
Quality Control Yang Ketat 39 7,99 6
Ruang Perawatan Beton 39 7,99 7
SDM Yang Berkualitas 25 5,12 8
Berdasarkan tabel tersebut urutan prioritas perbaikan adalah standarisasi material
menempati urutan pertama dengan nilai 146 dan terendah SDM yang berkualitas dengan score 25
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyebab utama timbulnya cacat / produk defect pada produk precast concrete yaitu kurang pengalaman, kurang pelatihan, kelalaian, kualitas bahan kurang baik, komposisi bahan tidak imbang, bahan baku banyak campuran kerikil, kendala cuaca, kendala pengiriman, pengawasan lemah , penyetakan tidak rata, peletakan terlalu keras, preventive mesin tidak berjalan, peralatan kurang bersih dan terjadi cacat mesin tetap beropeasi. 2. Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan memperhatikan voice of customer
yang terdapat dua belas atribut customer important.
3. Strategi yang dapat dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan yaitu dengan menerapkan pengendalian kualitas defect dengan metode SPC dan pengukuran kepuasan dengan menggunakan QFD. Prioritas perbaikan harus dilakukan sesgera mungkin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan customer.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Kotler, Philip And Kevin Lane Keller. 2007. Marketing Manajment, New Jersey: Pearson Prestice Hall,Inc
Nasution, Arman Hakim 2006. Manajemen Industri. Penerbit Andi Ofhset . Yogyakarta
Poniman, 2016. Upaya Peningkatan Pelayanan Jasa (Service Excellent) Terhadap Kepuasan Konsumen Menggunakan Pendekatan Servqual Dan Quality Function Deployment (QFD). Tesis Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : CV Alfabeta Sukardi, Effendi, U., Astuti, D.A. (2011), Aplikasi Six Sigma pada Pengujian Kualitas Produk di
UKM Keripik Apel Tinjauan dari Aspek Proses. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.12, No.1, Pp. 1-7.
Tian, Ye, 2011. Apply Quality Function Deployment Model In After-Sales Service Improvements: Case Company X, Thesis Department Of Business Technology, Aalto University