• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT III"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN

GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT III

Erwin Saputra

Mahasiswa Sarjana S1 Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta

NIM = 0844290001

Email : erwin_kerub@yahoo.com

Al Ikbal Arbi

Kepala Lab dan Studio Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta

Email : ikbal.arbi@yahoo.com

ABSTRAK

Persaingan yang tajam, ketidakpastian dan tuntutan yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan atau keinginan pelanggan, terutama keinginan konsumen atau pelanggan akan sebuah produk. Hal ini membuat

produk menjadi alat strategis atau alat bersaing bagi perusahaan agar dapat tetap survive dalam pasar yang

sangat bersaing melalui metode Green Quality Function Deployment III yang akan dapat dilakukan

sebuah penelitian untuk dapat menerapkan dalam mengevaluasi konsep suatu produk. Floveyor

merupakan alat untuk mengangkut bahan material, mengaluskan, dan mengantarkan bahan material yang sudah dihaluskan ke satu tempat ke tempat lain. Metode ini digunakan untuk mempertimbangkan aspek kualitas, biaya dan lingkungan ke dalam matriks-matriksnya. Dari aspek kualitas berupa performa (Performance), kehandalan, daya tahan, kemampuan pelayanan, dan kualitas yang dipersepsikan. Aspek

biaya yang berupa harga (price), pelayanan (service), dan pesaing (competitor). Dan pada aspek

lingkungan berupa lingkungan hidup yang mencangkup tanah, air dan lingkungan. Sehingga dapat

dilakukan evaluasi yang nantinya aspek-aspek tersebut terjabarkan dalam House Of Quality dengan

menggunakan Fuzzy-Multi Attribute Utility Theory (F-MAUT), akan diperoleh bobot nilai sehingga

melalui evaluasi konsep produk digunakan Fuzzy Pairwaise Comparison dengan nilai “sangat sukses”

sebesar 27%, “cukup sukses” sebesar 20% , dan “gagal” sebesar 53%.

Kata kunci : Konsep produk, green desain, QFD, F-MAUT

ABSTRACT

Fierce competition, uncertainty and high demands for the fulfillment of customer needs or desires, especially desires of consumers or customers of a product. This makes the product a strategic tool or a tool to compete for the company to continue to survive in a highly competitive market through the method of Green Quality Function Deployment III to be able to do a study to be applied in evaluating the concept of a product.Floveyor a means to transport materials, cutting and deliver materials that have been mashed into one place to another. This method is used to consider aspects of quality, cost and environmental concerns into the matrix-matrix. From the aspect of quality of performance (Performance), reliability, durability, service ability, and perceived quality. Aspect of the cost price (price), service (service), and competitors (competitors). And on the environmental aspects of the enviroment which covers soil, water and enviroment. So it can be evaluated that these aspects will span the 'hierarchy in the House Of Quality using Fuzzy Multi-Attribute Utility Theory (F-MAUT), so that weight value will be obtained through evaluation of product concepts used Pairwaise Fuzzy Comparison with the "very successful" at 27%,

"moderately successful" by 20%, and “failed” by 53%. 

(2)

1. PENDAHULUAN

Semakin tajamnya lingkungan bisnis, membuat industri untuk membuat suatu produk sebagai alat persaingan di pasaran. Menurut Kotler dan Amstrong (1996), produk yang sukses adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Sehingga produk yang akan ditawarkan ke pasaran akan diarahkan pada produk yang ramah lingkungan karena konsumen sekarang lebih memilih produk yang berkualitas baik.

Banyak fungsi yang mempengaruhi kualitas tentang produk. Yoji Akao tahun 1972 memperkenalkan QFD yang mana perusahaan harus mampu dalam mengintegrasikan kualitas, biaya dan lingkungan ke dalam matriks-matriksnya. Zhang dkk (1998) mulai melakukan pengembangan QFD sehingga mampu mengintegrasikan aspek kualitas, lingkungan, dan biaya ke dalam matriks-matriksnya.Pada penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi konsep produk dengan menggunakan Green QFD III. Dengan objek yang diamati adalah

floveyor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menentukan atribut dari produk didasarkan pada

Life Cycle Cost (LCC) dan Life Cycle Assessment (LCA) serta mengukur seberapa

besar pengaruh atribut terhadap konsep produk. Sehingga dari penelitian ini, kita dapat mengetahui apakah konsep produk kita itu akan sukses atau tidak ke depannya.

2. Landasan Teori

2.1 Permasalahan Sekitar Floveyor

Seiring berkembangnya perindustrian yang bersifat global. Banyak perusahaan yang

menggunakan produk floveyor. Floveyor

merupakan alat untuk mengangkut bahan material, mengaluskan, dan mengantarkan bahan material yang sudah dihaluskan ke satu tempat ke tempat lain. Perusahaan sering dihadapkan pada kompetisi yang sangat kuat dan terbatasnya kemungkinan untuk berkembang. Sulit berkembangnya perusahaan dipengaruhi oleh

dampak negatif dari produk floveyor tersebut

terhadap lingkungan di sekitar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi konsep produk tersebut apakah konsep produk yang sudah ada ini sukses atau tidak.

2.2 Produk

Menurut Kotler dan Amstrong (1996), produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Sedangkan menurut Nasution (2008), mendefinisikan konsep sebagai adalah suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya.

(3)

2.3 Strategi Perancangan dan Pengembangan Produk

Dalam lingkungan bisnis yang berubah, pengembangan produk baru memainkan peranan penting bagi suatu keberhasilan bisnis. Oleh

karena itu, untuk memaksimalkan benefit dari

suatu produk baru, setiap Chief Executive Officer

(CEO) seharusnya memiliki pemahaman yang baik tentang peranan manajemen pengembangan produk baru sebagai cara untuk meraih sukses dalam persaingan pasar. sehingga CEO seharusnya memiliki pula kemampuan yang prima dalam mengendalikan manajemen pengembangan produk baru itu sendiri.

Menurut Leonard-Barten (1987), perancangan produk merupakan sebuah langkah strategis untuk bisa menghasilkan produk-produk industri yang secara komersial harus mampu dicapai guna menghasilkan laju

pengembalian modal (rate of investment).

Menurut Kotler (2000), pengembangan produk adalah tiap perusahaan harus mengembangkan produk baru. Pengembangan produk baru membentuk masa depan perusahaan. Produk pengganti harus diciptakan untuk mempertahankan atau membangun penjualan.

2.4 Kualitas

Menurut Garvin dan Davis (1994) menyatakan bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan /

konsumen. Pada tahun 1997 mengidentifikasikan 8 dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas barang, yaitu

sebagai berikut : Performa (performance),

keandalan (reliability), daya tahan (durability),

kemampuan pelayanan (service ability), dan

kualitas yang dipersepsika (perceived quality).

2.5 Quality Function Deployment (QFD)

Menurut Yoji Akao tahun 1972, QFD merupakan suatu metodologi yang digunakan oleh perusahaan untuk mengantisipasi dan menentukan prioritas kebutuhan dan keinginan konsumen, serta menggabungkan kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut dalam produk dan jasa yang disediakan bagi konsumen.

Pada QFD II ini, untuk mengevaluasi konsep

produk digunakan matriks Concept Comparison

House (CCH) yang mampu mengintegrasikan

aspek kualitas, lingkungan, dan biaya. Hasil dari QFD II ini adalah diperoleh konsep produk terbaik dan karakteristik produk yang berkualitas, ramah lingkungan, dan biaya rendah.

Sedangkan pada QFD III adalah sebuah alat inovatif membantu dalam pengembangan produk sadar lingkungan dan proses. QFD III adalah biaya siklus hidup ditentukan dengan

menggunakan Fuzzy Multi Atribut Utilitas Teori

(F-MAUT). F-MAUT costing merupakan

metode estimasi biaya yang sangat baik pada tahap desain awal dalam pengembangan produk.

Langkah-langkah metode QFD ini memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan yaitu :

(4)

1. Matrik perencanaan produk (House Of Quality)

2. Matrik perencanaan part (Part

Deployment)

3. Matrik perencanaan proses (Process

Planning)

4. Matrik perencanaan manufacturing/

produksi (Production Planning)

Gambar 2.1The House Of Quality

Sumber : Ariani, Manajemen Kualitas, hal 89 Keterangan :

1. Bagian A (Customer Need and Benefit)

berisi daftar semua kebutuhan dan harapan pelanggan.

2. Bagian B (Planning Matrix) berisi hubungan

penting antara kebutuhan kepentingan antara kebutuhan dan harapan dengan pelanggan, dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap organisasi atau perusahaan.

3. Bagian C (Technical Response) berisi

penggambaran teknik disusun dari kebutuhan dan harapan pelanggan pada bagian A.

4. Bagian D (Relationship) berisi pertimbangan

tim tentang hubungan yang kuat atau lemah

antara kebutuhan dan harapan pelanggan dengan tanggapan teknis.

5. Bagian E (Technical Correlations) mengenai

hubungan teknis, berisi penilaian mengenai penerapan antar hubungan elemen-elemen dalam tanggapan teknis dari tim pengembangan.

6. Bagian F (Technical Matrix) berisi

perbandingan dengan performansi teknis milik pesaing.

2.6

Green Desain

Ditemukan pertama kali oleh Nautilus Cornelius Drebbel pada tahun 1780-an. Bersamaan dengan pesatnya pembangunan fisik dalam lingkungan binaan di seluruh dunia, berkembang pula suatu kesadaran di dunia arsitektur terhadap kondisi lingkungan yang tercemar.

Green desain adalah suatu pendekatan pada

bangunan yang dapat meminimalisir pengaruh-pengaruh membahayakan pada kesehatan

manusia dan lingkungan. Perancang green

desain berupaya untuk menjaga aliran udara, air,

dan tanah, dengan memilih bahan bangunan dalam praktek-praktek konstruksi yang

dilaksanakan. Green desain yang baik dapat

menekan pemakaian energi, air dan bahan-bahan. Tidak itu saja, juga mampu mengurangi jumlah buangan oleh pemakai bangunan, sehingga tidak banyak merusak tanah di sekelilingnya.

D Relationship (tanggapan atas kebutuhan

pelanggan) A

Customer Needs and Benefit

F Technical Matriks (Prioritas tanggapan teknis,

target teknis, Benchmarking)

B Planning Matriks (Riset Pasar & Perencanaan

Strategik) E. Technical

Correlation

(5)

2.7 Fuzzy Multi-Attribute Utility Theory

Menurut Schaefer, Fuzzy Multi-Attribute

Utility Theory merupakan suatu skema yang

evaluasi akhir, v(x), dari suatu objek x didefinisikan sebagai bobot yang dijumlahkan dengan suatu nilai yang relevan terhadap nilai dimensinya. Ungkapan yang biasa digunakan untuk menyebutnya adalah nilai utilitas. Nilai evaluasi seluruhnya dapat didefinisikan dengan persamaan:

……… (2.1) Dimana vi(x) merupakan nilai evaluasi dari sebuah objek ke i dan wi merupakan bobot yang menentukan nilai dari seberapa penting elemen ke i terhadap elemen lainnya. Dan n merupakan jumlah elemen. Total dari bobot adalah 1.

………… (2.2) Secara ringkas, langkah-langkah yang dilakukan dalam metode MAUT dapat dituliskan sebagai berikut :

1. Pecah sebuah keputusan ke dalam

dimensi yang berbeda

2. Tentukan bobot relatif pada

masing-masing dimensi

3. Daftar semua alternatif.

4. Masukkan utility untuk masing-masing

alternatif sesuai atributnya.

5. Kalikan utility dengan bobot untuk

menemukan nilai masing-masing alternatif.

Matrik perbandingan fuzzy yang baru diturunkan

dari matrik perbandingan Saat yang mengadopsi

sistem fuzzy dalam skala penilaiannya. Jika

matrik perbandingan tersebut diatas konsisten maka akan memenuhi syarat seperti berikut ini :

………… (2.3)

Adapun skala perbandingan fuzzy-nya adalah sebagai berikut :

………(2.4)

Kita dapat menggunakan persamaan dibawah ini untuk menghitung index konsistensi (CI). Matrik perbandingan akan menjadi konsisten jika

(Consistency Ratio) 1 . 0  RICI CR . Adapun

variasi nilai dari RI (Random Index) dapat dilihat

dari tabel berikut:

Tabel 2.1 Skala Random Index

(6)

……… (2.5)

Integrasi Fuzzy-AHP

Penggunaan AHP dalam menyelesaikan problem MCDM sering dikritisi sehubungan dengan kurang mampunya pendekatan ini untuk mengatasi faktor ketidakpresisian yang dialami oleh pengambil keputusan ketika harus

memberikan nilai yang pasti dalam pairwise

comparison (Deng, 1999). Tulisan ini

mengajukan penggunaan teori fuzzy set untuk

menangani ketidakpresisian yang terjadi. Tidak seperti dalam metoda AHP orisinal yang

menggunakan skala 1-9 dalam pairwise

comparison, tulisan ini, sebagai gantinya,

menggunakan fuzzy numbers.

Pairwise comparison dengan Fuzzy numbers

Seperti dibahas sebelumnya, tulisan ini

menggunakan fuzzy numbers (bilangan fuzzy)

untuk membantu pengambil keputusan

menghadapi ketidakpresisian. Bilangan fuzzy

dapat dituliskan sebagai berikut: F {(x, (x)),x R}

A = μ א, dimana x merupakan bilangan real, R :

−∞ < x < +∞ dan (x) A μ merupakan tingkat

keyakinan (degree of belief) dari x, yang bernilai

dalam interval [0,1]. Tulisan ini menggunakan

triangular fuzzy numbers, yang merupakan

bagian dari L-R fuzzy sets (Dubois, 1980).

Bilangan fuzzy di atas dapat ditabulasikan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy

(fuzzymembership function)

Fuzzy membership function Lower

value Mean Upper value Equally important (E) 1.0 1.0 3.0 Moderately more important (M) 1.0 3.0 5.0 Strongly more important (S) 3.0 5.0 7.0 Very strongly more important (V) 5.0 7.0 9.0 Extremely more important (EX) 7.0 9.0 11.0 Mengukur tingkat kesuksesan konsep produk

Sekarang mari kita lihat problem keputusan

seperti pemilihan konsep produk (product

concept selection) yang tepat untuk

dikembangkan. Dengan menggunakan analogi

choice between gambles1, problem ini dapat

digambarkan sebagai pemilihan lotere yang

dapat memaksimalkan expected utility. Dengan

menggunakan analogi lotere ini, pengambil keputusan dihadapkan pada ketidakpastian dari peristiwa seperti apakah produk akan “sangat sukses” dengan probabilitas p1, “cukup sukses” dengan probabilitas p2, atau “gagal” dengan probabilitas p3. Payoff atau reward, R akan diperoleh perusahaan dari pemilihan suatu konsep produk terjadinya suatu peristiwa terjadi. Problem keputusan selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut :

S1: sangat sukses R1i P(S1|Ai)

Konsep produk, A i S2: cukup sukses R2i P(S2|Ai)

S3 :gagal R3i P(S3|Ai)

Pengambil keputusan selanjutnya akan memilih konsep produk dengan expected utility yang

(7)

dari setiap konsep produk, EU(Ai) adalah EU(Ai) = P(S1|Ai) U(R1i) + P(S2|Ai) U(R2i)+ P(S3|Ai) U(R3i)

Kemungkinan sukses atau gagalnya produk di pasar sulit ditentukan secara akurat. Pengambil keputusan akan menggunakan subyektifitas-nya ketika mengukur apakah konsep produk akan berhasil atau tidak. Tentu ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesuksesan alternatif konsep produk yang ada. Problem keputusan kemudian dapat distrukturkan menjadi problem MCDM dengan hirarki keputusan seperti terlihat dalam Gambar 3. Untuk keperluan diskusi,

hanya ada tiga kriteria desain (form, ease of use,

dan durability) dan tiga kemungkinan peristiwa

(S1 = sangat sukses, S2 = cukup sukses, S3 = gagal) yang diperhitungkan

Tujuan utama

Kriteria

Alternative peristiwa

Gambar 2.2 Hirarki Keputusan untuk Mengukur Kesuksesan Konsep Produk

Gambar 2.2 di atas memperlihatkan ukuran kesuksesan produk di pasar ditentukan oleh

kriteria yang impresisi, yaitu form, ease of use,

dan durability. Dengan menggunakan

pendekatan AHP, pertama kali kita mencoba mencari bobot dari masing kriteria. Tabel 2.3

memperlihatkan hasil pairwise comparison

untuk kriteria.

Tabel 2.3

Fuzzy pairwise comparisons untuk kriteria

Terlihat bahwa kriteria Form sebagai kriteria terpenting, sebagaimana kriteria tersebut dinilai moderately more important dibandingkan

kriteria Ease of use, dan strongly more important

dibandingkan kriteria Durability. Dari persamaan (5), diperoleh bilangan fuzzy untuk bobot dari masing-masing kriteria sebagai berikut:

vform = (0.25, 0.64, 1.40); vease of use = (0.10, 0.26, 0.73); vdurability = (0.05, 0.10, 0.30).

Proses pairwise comparison kemudian dilanjutkan pada level alternatif peristiwa untuk setiap konsep produk. Tabel 2.4 memperlihatkan matriks pairwise comparison untuk konsep produk tertentu.

Tabel 2.4 Fuzzy pairwise comparisons untuk alternatif peristiwa dari konsep produk

From  S1  S2  S3  S1  (1,1,1)  M    S2    (1,1,1)    S3  S  V  (1,1,1)  Ease of use  S1  S2  S3  S1  (1,1,1)      S2  E  (1,1,1)    S3  M  S  (1,1,1)  Durability  S1  S2  S3  S1  (1,1,1)  S  V  S2    (1,1,1)  M  S3      (1,1,1) 

Form Ease of use Durability Form (1,1,1) M S

Ease of use (1,1,1) M

Durability (1,1,1)

Menentukan probabilitas peristiwa

Form Ease of use Form

S3 (gagal) S1 (sangat sukses) S2 (cukup sukses)

(8)

Hasil penilaian setiap kandidat pemasok berdasarkan masing-masing kriteria diperoleh sebagai berikut:

Tabel 2.5 Hasil Penilaian Alternatif berdasarkan Kriteria

Form Ease of use Durability 0.25 0.64 1.40 0.10 0.26 0.73 0.05 0.10 0.30 S1 0.09 0.19 0.36 0.08 0.18 0.42 0.43 0.73 1.22 S2 0.05 0.08 0.18 0.10 0.16 0.42 0.09 0.19 0.36 S3 0.43 0.73 1.22 0.27 0.66 1.38 0.05 0.08 0.18

Form

S1 = bobot : nilai fuzzy S, S2 = bobot : nilai fuzzy V

S3 = bobot + S1 Ease of use

S1 = bobot : nilai fuzzy M, S2 = bobot : nilai fuzzy S, dan S3 = bobot + S1

Durability

S1 = S3 form, S2 = S1 form, dan S3 = S2 form

Cara perhitungan untuk mendapatkan prioritas global adalah :

Form Ease of use Form

Bobot A B C D E F G H I S1 A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 S2 A2 B2 C2 D2 E2 F2 G2 H2 I2 S3 A3 B3 C3 D3 E3 F3 G3 H3 I3

Sehingga diperoleh prioritas global atau urutan terbaik dari setiap kriteria, yaitu :

Pada S1 (form) = C – B – A + A1 – B1 – C1 Pada S2 (form) = C – B – A + A2 - B2 – C2 Pada S3 (form) = C + B – A + A3 – B3 – C3 Pada S1 (ease of use) = F + E – D – D1 – E1 – F1

Pada S2 (ease of use) = F + E – D – D2 – E2 – F2

Pada S3 (ease of use) = C + B – A + D3 + E3 – F3

Pada S1 (form) = I + H + G + G1 – H1 + I1 Pada S2 (form) = I + H + G + G2 – H2 + I2 Pada S3 (form) = I + H + G + G2 + H2 + I2 akhirnya diperoleh prioritas global atau urutan terbaik dari setiap kandidat pemasok, yaitu S1 = (0.05, 0.21, 1.37); S2 = (0.3, 0.21, 0.71); S3 = (0.27, 0.64, 0.76)

Hasil yang fuzzy di atas dapat dijadikan angka defisifikasi dengan menggunakan persamaan (8) dan hasilnya adalah

S1 = jumlah S1 : 3 = 0.54; S2 = jumlah S2 : 3 = 0.41; S3 = jumlah S3 : 3 = 0,56. Atau setelah dinormalkan akhirnya diperoleh penilaian masing-masing pemasok sebagai berikut: Setelah dinormalkan akhirnya diperoleh penilaian masing-masing sebagai berikut :

Penjumlahan S = S1 + S2 + S3

(S1)N = S1 : S , (S2)N = S2 : S ,dan (S3)N = S3 : S

(S1)N = 0.25; (S2)N = 0.14; (S3)N = 0.61. Dengan demikian konsep produk yang sedang dinilai memiliki kemungkinan “sangat sukses” sebesar 25%, “cukup sukses” sebesar 14% dan “gagal” 61%. Dengan cara yang sama, probabilitas kesuksesan dari konsep produk lainnya dapat diperoleh.

3. Metodologi Penelitian

Penelitian meliputi operasional konsep dan QFD. Operasional konsep meliputi analisis faktor dan analisis variabel. Pada analisis faktor

(9)

meliputi kualitas, biaya dan lingkungan. Sedangkan pada analisis variabel, dari aspek

kualitas berupa performa (Performance),

kehandalan, daya tahan, kemampuan pelayanan, dan kualitas yang dipersepsikan. Aspek biaya

yang berupa harga (price), pelayanan (service),

dan pesaing (competitor). Dan pada aspek

lingkungan berupa lingkungan hidup yang mencangkup tanah, air dan lingkungan. Pada regresi berganda dapat dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu : membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat, membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik, membuat tabel penolong ntuk menghitung angka statistik, hitung

nilai-nilai persamaan b1, b2 dan a dengan rumus nilai

persamaan untuk 2 variabel bebas, mencari

korelasi ganda, mencari nilai kontribusi korelasi

ganda, menguji signifikan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Berdasarkan QFD, terbentuk dari : kebutuhan konsumen dengan tingkat kepentingannya, tuntutan konsumen dengan tingkat kesulitannya, hubungan antara kebutuhan konsumen dengan tuntutan konsumen, hubungan antar tuntutan konsumen, tingkat perbandingan dalam pesaing, dan penilaian tingkat kepentingan relatif dan tingkat kepentingan absolute.

4. Pembahasan

Hasil penyelesaian masalah yang peneliti lakukan terhadap evaluasi konsep produk dengan

menggunakan Green QFD III dapat dilihat

antara lain : variabel yang berpengaruh, hasil

nilai utility tiap atribut, dan hasil penilaian

berdasarkan Green QFD III.

Dengan melihat hasil penilaian utility

terhadap masing-masing atribut. Atribut yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dari konsep produk ini adalah atribut

lingkungan karena nilai utilitynya < 1. Sehingga

konsep produk ini memiliki kemungkinan “sangat sukses” sebesar 27%, “cukup sukses” sebesar 20% , dan “gagal” sebesar 53%.

Pada House Of Quality dapat dilihat pada

pembuatan karakteristik teknis dapat dilihat apa saja tuntutan konsumen terhadap produk agar perusahaan mampu memperbaikinya agar menjadi produk yang ramah lingkungan.

Dilihat dari tingkat keunggulan perusahaan dengan pesaingnya. Perusahaan ini mampu memberikan garansi mesin yang lebih baik, masa pakai yang lebih lama, brand name image yang lebih baik, dan karyawannya yang dituntut perusahaan untuk bersikap sopan terhadap pelanggannya.

Setelah itu dilihat juga dari perhitungan tingkat kepentingan absolute dan tingkat kepentingan relatif. Kesopanan memiliki nilai tertinggi dengan 1 pada tingkat absolute dan 24,04 pada tingkat relatif. Sedangkan kenaikan atau penurunan harga memiliki nilai terendah dengan 0,14 pada tingkat absolute dan 3,37 pada tingkat relatif.

5. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis uraikan pada bab pendahuluan dan penyelesaian

(10)

masalahnya yang telah dilakukan pada pengolahan data, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

Adapun atribut pembentuk produk floveyor

ini didasarkan pada Life Cycle Cost (LCC) dan

Life Cycle Assessment (LCA). Atribut-atribut

tersebut adalah atribut kualitas, biaya dan

lingkungan. Untuk atribut Life Cycle Cost (LCC)

berupa biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan selama siklus hidup produknya, yaitu berupa

harga jual (price), biaya pelayanan (service),

dan biaya persaingan (competitor). Dan untuk

atribut Life CycleAssessment (LCA) berupa cara

untuk mengatur input sampai output yang mempengaruhi lingkungan. Lingkungan yang dimaksud berupa tanah, air dan lingkungan.

Setelah melakukan pengukuran dalam penelitian ini, nilai bobot yang didapatkan pada atribut kualitas = 1,042579, atribut biaya = 1,073714, atribut lingkungan = 0,536103 dengan atribut utama = 1,388888. Sehingga didapatkan pengaruh atribut terbesar adalah atribut lingkungan karena didapatkan nilai utilitynya < 1. Sehingga atribut lingkungan sangat berpengaruh pada kesuksesan produk.

Sehingga dapat melalukan evaluasi konsep

pembentuk produk dengan menggunakan Fuzzy

Pairwaise comparisons. Dari hasil diatas dapat

diambil kesimpulan bahwa konsep produk yang sedang dinilai memiliki kemungkinan “sangat sukses” sebesar 27%, “cukup sukses” sebesar 20% , dan “gagal” sebesar 53%.

Daftar Pustaka

Grigoroudis, Evangelos, Siskos, Yannis . 2009.

Customer Satisfaction Evaluation: Methods for Measuring and Implementing Service Quality

[International Series in Operations Research & Management Science] :

Springer.

Hamidi, Sofyan. 2007. Laporan Tugas Akhir

Y.A.I tentang Penerapan Quality

Function Deployment dengan Logika Fuzzy. Jakarta.

Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hardi, H. P. 2008. Inovasi Nilai Pelanggan Dalam Perencanaan Pengembangan Produk. Jakarta : Graha Ilmu.

Ridwan. 2008. Laporan Tesis Universitas Indonesia tentang Pengukuran Kinerja dan Pemeringkatan Kontraktor Jasa Kapal Tanker Minyak Dengan Metode MAUT. Depok.

Roy. 2006. Laporan Tugas Akhir Universitas

Indonesia tentang Aplikasi Fuzzy

Numbers Dalam Fuzzy Quality Function

Deployment Pada Pengembangan

Pelayanan Starone PT Indosat, Tbk. Depok.

(11)

Sekarrani, Herdina. 2010. Laporan Tugas Akhir Universitas Trisakti tentang Penerapan Fuzzy Quality Function Deployment untuk Pengembangan Air Minum Dalam Kemasan di CV. Oiro Indonesia. Jakarta. Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptrif

untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Tahid, S.et.el. 2007. Konsep Teknologi Dalam

Pengembangan Produk Industri. Jakarta: Kencana.

Ulrich. Et. El. 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk. Jakarta: Salemba Teknika.

Widodo, I. D. 2003. Perancangan dan Pengembangan Produk. Yogyakarta: UII

Pres Indonesia

.

(12)

 

Gambar 2.3 Gambar House Of Quality Produk Floveyor

Gambar

Gambar 2.1 The House Of Quality  Sumber : Ariani, Manajemen Kualitas, hal 89
Tabel 2.1 Skala Random Index
Gambar 2.2 Hirarki Keputusan untuk Mengukur  Kesuksesan Konsep Produk
Gambar 2.3 Gambar House Of Quality Produk Floveyor

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan tahapan- tahapan dalam proses public relations yang bersifat siklis, penelitian ini berusaha menganalisis secara lebih mendalam program CSR Pertamina Sehati

Berdasarkan pandangan ini tujuan dari sistem pembelajaran adalah terjadinya proses belajar pada diri peserta didik, sehingga perhatian utama perancang pembelajaran

Jika Anda akan pergi untuk waktu yang lama, keluarkan semua makanan, lepaskan kabel listrik dari stopkontak, bersihkan bagian dalam secara seksama, dan biarkan semua pintu TERBUKA

Demonstrasi salah satu metode pembelajaran yang sangat tepat untuk anak usia dini, karena melalui demonstrasi anak diajak untuk mengembangkan kemampuan motorik

Spesifikasi penelitian ini adalah termasuk penelitian yang bersifat deskriptif analisis, dikatakan deskriptif karena penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran secara

Dengan mengetahui pengaruh faktor fundamental terhadap harga saham, investor dapat menilai saham dengan mencermati hasil dari rasio keuangan yang didapat dari laporan

Masalah utama Tersedianya barang saat diperlukan dan kesediaan pelanggan untuk menunggu jika terpaksa...  Deviasi permintaan

Berdasarkan hasil observasi didapatkan fakta banyak peserta didik yang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman materi,