KONSEP RANCANGAN PRODUK KEMASAN KULINER YANG RAMAH LINGKUNGAN DENGAN METODE
GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT-II
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
APRIAL SYAHPUTRA 1 4 0 4 0 3 0 0 7
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 1 8
No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-01A; Tgl. Efektif : 01 Desember 2015; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.
Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Sutopo dan Ibunda Sumiati, serta saudara dari penulis yaitu Alex Pusada Rizki, Miyanti Indah Yani, Taufik Hidayat, Nur Annisa, dan Aulia Jannah yang telah memberikan motivasi dan doanya selama penulis menempuh pendidikan kuliah dari awal hingga akhir.
2. Ibu Dr. Meilita Tryana Sembiring, ST, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.
3. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT selaku Ketua Program Studi Magister Departemen Teknik Industri dan Dosen Pembimbing penulis yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, motivasi, serta kepercayaan kepada penulis untuk mengerjakan laporan Tugas Sarjana ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan M.Sc. selaku koordinator Tugas Akhir.
ABSTRAK
Styrofoam sedang banyak digunakan sebagai pembungkus makanan cepat saji yang mengandung gas Cloro Fluoro Carbon (CFC) yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas CFC terurai sekitar 65- 130 tahun dan akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan menjebol lapisan pelindung bumi. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang bisa menimbulkan kanker.
Sampai saat ini belum banyak yang sadar bahaya akibat penggunaan kemasan styrofoam. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dikembangkan kemasan kuliner yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Pada penelitian ini akan dibahas metode Green Quality Function Deployment-II yang diterapkan untuk mengevaluasi konsep produk kemasan kuliner. Metode ini tidak hanya mempertimbangkan aspek kualitas tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan dan biaya ke dalam matriks-matriksnya. Ketiga aspek tersebut masing-masing dijabarkan dalam House of Quality, Green House, dan Cost House. Hasil House of Quality (HoQ) diperoleh karakteristik teknis dengan tingkat kesulitan dan perkiraan biaya paling tinggi adalah suhu proses produksi pencetakan, nilai kesesuaian bentuk dan kerapatan bahan dengan tingkat kesulitan sebesar 4 dan perkiraan biaya sebesar 10. Dampak lingkungan terbesar pada Green House adalah pengkayaan nutrisi yaitu sebesar 15%. Dampak biaya terbesar pada Cost adalah penggunaan bahan Aquades pada proses pencampuran bahan.
Kata kunci : Kemasan Kuliner Ramah Lingkungan, Green QFD II, House of Quality, Green House, Cost House
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Penelitian ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-6
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1
2.1. Produk Ramah Lingkungan ... II-1 2.2. Quality Function Deployment (QFD) ... II-2 2.3. Green Quality Function Deployment (Green QFD-II) ... II-3 2.4. Penentuan Harga Pokok Produksi ... II-4
III METODOLOGI PENELITIAN ... III-1 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... III-1 3.2. Jenis Penelitian ... III-1 3.3. Objek Penelitian ... III-1 3.4. Variabel Penelitian ... III-1 3.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... III-3 3.6. Rancangan Penelitian ... III-3 3.7. Pengumpulan Data... III-4 3.8. Instrumen Penelitian ... III-6 3.9. Populasi ... III-6 3.10. Pengolahan Data ... III-7 3.11. Analisis dan Pembahasan ... III-9 3.12. Kesimpulan dan Saran ... III-9
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... IV-1
4.1. Pengumpulan Data ... IV-1 4.1.1. Kuesioner Terbuka ... IV-1 4.1.2. Kuesioner Tertutup ... IV-3 4.2. Pengolahan Data ... IV-4 4.2.1. Membangun Quality Function Deployment (QFD) .... IV-4 4.2.1.1. Menentukan Customer Requirement... IV-4 4.2.1.2. Menentukan Tingkat Kepentingan... IV-5 4.2.1.3. Menetapkan Karakteristik Teknis terhadap
Kebutuhan Konsumen ... IV-6 4.2.1.4. Menetapkan Hubungan Antara
Karakteristik Teknis ... IV-7 4.2.1.5. Menetapkan Tingkat Hubungan Antara
Karakteristik Teknis Produk dengan
Kebutuhan dan Keinginan Konsumen ... IV-9 4.2.1.6. Menyusun Matriks Perencanaan
(Planning Matrix) ... IV-9 4.2.1.7. Membangun Matriks House of Quality
(HoQ) ... IV-13
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.2.2. Membangun Green House ... IV-24 4.2.3. Membangun Cost House ... IV-31 4.2.3.1. Harga Pokok Produksi ... IV-35 4.2.3.2. Reduksi Harga Pokok Produksi ... IV-36
V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... V-1 5.1. Analisis House Of Quality (HoQ) ... V-1
5.1.1. Analisis Kebutuhan dan Keinginan Konsumen
(Customer Needs) ... V-1 5.1.2. Analisis Tingkat Kepentingan... V-2 5.1.3. Analisis Karakteristik Teknis ... V-2 5.1.4. Analisis Tingkat Kesulitan dan Perkiraan Biaya ... V-3 5.2. Analisis Green House ... V-5 5.3. Analisis Cost House... V-6 5.3.1. Analisis Harga Pokok Produksi ... V-7 5.3.2. Analisis Reduksi Harga Pokok Produksi ... V-8 5.4. Analisis Hasil Konsep Produk Kemasan Kuliner yang
Ramah Lingkungan ... V-9
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-1 6.1. Kesimpulan ... VI-1 6.2. Saran ... VI-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN 4.1. Alternatif-alternatif Perolehan dari Kuesioner Terbuka ... IV-2
4.2. Morphological Chart ... IV-2 4.3. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... IV-4 4.4. Customer Needs terhadap Produk Kemasan Kuliner yang
Ramah Lingkungan ... IV-5 4.5. Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan dan Keinginan
Konsumen terhadap Produk Kemasan Kuliner yang Ramah
Lingkungan ... IV-6 4.6. Karakteristik Teknis yang Dibutuhkan untuk Memenuhi
Kebutuhan dan Keinginan Konsumen ... IV-6 4.7. Nilai Sales Point Perancangan Produk Kemasan Kuliner ... IV-11 4.8. Nilai Importance Weight dan Relative Weight ... IV-12 4.9. Jumlah dan Harga Bahan Baku per Produksi ... IV-32 4.10. Biaya Penyewaan Peralatan per Produksi ... IV-34 4.11. Harga Pokok Produksi Pembuatan Produk Kemasan Kuliner
yang Ramah Lingkungan ... IV-34 4.12. Harga Reduksi Pokok Produksi Pembuatan Produk
Kemasan Kuliner yang Ramah Lingkungan ... IV-37
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.1. Customer Needs terhadap Produk Kemasan Kuliner yang
Ramah Lingkungan... V-1 5.2. Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan dan Keinginan
Konsumen terhadap Produk Kemasan Kuliner yang Ramah
Lingkungan ... V-2 5.3. Karakteristik Teknis yang Dibutuhkan untuk Memenuhi
Kebutuhan dan Keinginan Konsumen ... V-3 5.4. Tingkat Kesulitan dan Perkiraan Biaya ... V-4 5.5. Green House Produk Kemasan Kuliner yang Ramah
Lingkungan ... V-5 5.6. Cost House Produk Kemasan Kuliner yang Ramah
Lingkungan ... V-6 5.7. Harga Pokok Produksi Pembuatan Produk Kemasan Kuliner
yang Ramah Lingkungan ... V-7 5.8. Hasil Reduksi Harga Pokok Produksi Pembuatan Produk
Kemasan Kuliner yang Ramah Lingkungan ... V-8 5.9. Perbandingan Dampak Kesehatan Hasil Konsep Rancangan
Produk Kemasan Kuliner yang Ramah Lingkungan dengan
Produk Pesaing ... V-10
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN 4.1. House of Quality (HoQ) ... II-2 4.2. Fase 1 Green QFD-II ... II-3 4.3. Fase 2 Green QFD-II ... II-4 5.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... III-3 5.2. Langkah-langkah Proses Penelitian ... III-10 4.1. Hubungan Antara Karakteristik Teknis Produk
Kemasan Kuliner yang Ramah Lingkungan ... IV-8 4.2. Matriks Hubungan Antara Karakteristik Teknis Produk
dengan Atribut Kebutuhan dan Keinginan Konsumen ... IV-10 4.3. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan
dan Perkiraan Biaya ... IV-22 4.4. Quality Function Deployment (QFD) Produk Kemasan
Kuliner yang Ramah Lingkungan ... IV-23 4.5. Hubungan Komponen Dampak Lingkungan dengan
Siklus Produksi Produk ... IV-27 4.6. Green House Produk Kemasan Kuliner yang Ramah
Lingkungan ... IV-30 4.7. Cost House Produk Kemasan Kuliner yang Ramah
Lingkungan ... IV-35 5.1. Gambar Konsep Produk Kemasan Kuliner ... V-9 5.2. Produk Kemasan Pesaing ... V-9
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Kuisioner Terbuka ... L.1 2. Kuisioner Tertutup ... L.2 3. Kuisioner Karakteristik Teknis ... L.3 4. Gambar Konsep Rancangan Produk Kemasan
Kuliner yang Ramah Lingkungan ... L.4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam dua dasarwarsa terakhir, kemasan plastik telah merebut pangsa pasar kemasan dunia, menggantikan kemasan kaleng dan gelas. Kemasan plastik sudah mendominasi industri makanan di Indonesia dan kemasan fleksibel menempati porsi 80%. Jumlah plastik yang digunakan untuk mengemas, menyimpan dan membungkus makanan mencapai 53% khusus untuk kemasan luwes, sedangkan kemasan kaku sudah mulai banyak digunakan untuk minuman (Winarno, 1994). Namun tidak semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang paling sering digunakan saat ini adalah styrofoam.
Styrofoam atau yang dikenal dengan plastik busa sedang banyak digunakan untuk pembungkus makanan terutama untuk makanan cepat saji.
Keunggulan styrofoam yang praktis, tahan lama dan harga terjangkau merupakan daya tarik yang cukup kuat bagi para penjual maupun konsumen makanan untuk menggunakannya. Sampai saat ini belum banyak yang sadar bahaya akibat penggunaan kemasan styrofoam (Nurminah, 2002).
Semakin lama waktu pengemasan dengan styrofoam dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak atau minyak. Sementara itu gas
Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas CFC baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas CFC akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang bisa menimbulkan kanker (Tadinur, 2015).
Di Indonesia, Pemerintah Kota Bandung melarang penggunaan kemasan styrofoam mulai 1 November 2016. Pelarangan dalam bentuk surat edaran ini akan diterapkan secara bertahap dengan penunjukan beberapa kawasan sebagai pionirnya. Menurut Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, selain tidak ramah lingkungan, styrofoam kemasan berbahan gabus juga berbahaya bagi kesehatan.
Ridwan Kamil menjelaskan aturan larangan penggunaan styrofoam mengacu pada Peraturan Daerah K3 (Kebersihan, Ketertiban dan Keindahan) serta Undang- Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
Kepala Bagian Hukum Pemerintah Kota Bandung memastikan pihaknya bersama dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung saat ini tengah merampungkan rancangan payung hukum khusus bagi peraturan pelarangan penggunaan styrofoam (Yunanto, 2016).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dikembangkan kemasan kuliner yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Untuk menciptakan produk kemasan kuliner yang berkualitas dan ramah lingkungan, diperlukan suatu evaluasi mengenai keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap produk kemasan
kuliner, selain itu juga perlu dilakukan evaluasi mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan dari produksi kemasan kuliner tersebut. Hasil evaluasi bisa digunakan untuk memberikan gambaran kemasan kuliner yang diinginkan konsumen dan untuk meminimalkan dampak lingkungan serta biaya yang ditimbulkan.
Pada penelitian ini akan dilakukan studi untuk mengevaluasi konsep produk kemasan kuliner sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang merupakan bagian dari desain dan pengembangan produk dengan menggunakan metode Green Quality Function Deployment II (Green QFD-II).
Green QFD-II digunakan untuk mengembangkan atau meningkatkan kualitas dari suatu produk, selain itu juga memperhatikan aspek lingkungan dan biaya dengan mengintegrasikan matriks Life Cycle Assesment (LCA) dan Life Cycle Costing (LCC), ke dalam matriks-matriks QFD untuk mendeploy kualitas berdasarkan keinginan konsumen, lingkungan, dan biaya ke seluruh proses pengembangan produk (Zhang, 1999).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana usulan rancangan produk kemasan kuliner berbahan alami yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode Green Quality Function Deployment II.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan usulan rancangan produk kemasan kuliner berbahan alami yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen menggunakan metode Green Quality Function Deployment II.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menghasilkan produk kemasan kuliner yang berkualitas tinggi dan mempunya nilai jual yang tinggi dibanding dengan produk pesaing
2. Untuk menghasilkan produk kemasan kuliner yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan
3. Untuk membuat produk seekonomis mungkin dalam penggunaan bahan baku dan biaya - biaya dengan tanpa mengurangi nilai jual produk tersebut
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah pengetahuan penulis khususnya mengenai kualitas rancangan suatu produk, serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya.
2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai cara mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi kemasan kuliner berbahan alami.
3. Memberikan usulan alternatif produk kemasan kuliner berbahan alami yang tidak hanya memenuhi consumer needs, tetapi juga ramah lingkungan dan ekonomis.
1.5. Batasan Penelitian
Adapun batasan masalah yang dilakukan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan pada produk kemasan kuliner berbahan baku alami seperti daun keladi tikus, cangkang kulit udang (kitosan) dan rumput laut (CMC).
2. Rancangan produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan khusus untuk kemasan makanan cepat saji seperti mie goreng, mie tiaw, mie balap, dan sejenisnya.
3. Metode yang digunakan adalah Green-QFD II untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk kemasan kuliner yang ramah terhadap lingkungan dan ekonomis dalam segi biaya.
4. Responden dalam kuesioner terbuka pada penelitian ini adalah masyarakat sekitar Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan-Sunggal, Kota Medan. Responden tidak dibedakan jenis kelamin dan pekerjaannya.
5. Biaya yang diamati hanyalah biaya selama proses produksi, tidak memperhatikan biaya distribusi, biaya service terhadap konsumen, dan lain-lain.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan tugas sarjana.
BAB II Tinjauan Pustaka, berisi teori mengenai Produk yang Ramah Lingkungan, Metode Quality Function and Deployment (QFD) dan Metode Green Quality Function and Deployment) –II.
BAB III Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual penelitian, identifikasi variabel penelitian, instrumen pengumpulan data, populasi, teknik sampling, sumber data, metode pengolahan data, blok diagram prosedur penelitian dan pengolahan data dengan metode.
BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisikan data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB V Analisis dan Pembahasan, berisikan hasil pengolahan data yang digunakan sebagai dasar dalam pemecahan masalah.
BAB VI Kesimpulan dan Saran, berisikan intisari yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produk Ramah Lingkungan
Produk ramah lingkungan telah mendapatkan sorotan kepentingan lebih banyak dalam beberapa tahun terakhir karena meningkatnya kesadaran konsumen tentang isu-isu lingkungan, bersama dengan berkembangnya kekhawatiran pada kegiatan industri yang berdampak lingkungan. Semakin ketat peraturan tentang lingkungan membuat biaya untuk pembuangan limbah terus meningkat dan ancaman dari kewajiban produk litigasi telah ditekankan bahwa pentingnya mengembangkan produk ramah lingkungan (Dong et al, 2003).
Selain itu, tekanan globalisasi telah mengantarkan ke dalam era persaingan yang ketat, di mana produk-produk ramah lingkungan terus menjadi alat untuk membantu suatu organisasi meningkatkan keunggulan dalam persaingan.
Akibatnya, produsen harus berpindah strategi pada manufaktur yang sadar akan dampak lingkungan (Dong et al, 2003).
Tujuan utama dari eco-design adalah menciptakan produk untuk masyarakat yang berkelanjutan yang tidak hanya akan mengurangi dampak terhadap lingkungan, tetapi juga memperhitungkan harapan masyarakat dan realitas ekonomi perusahaan. Cara yang paling efektif untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan adalah dengan mempertimbangkan persyaratan lingkungan dan kebutuhan masyarakat selama fase desain konseptual (Wang, 2002).
2.2. Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu alat untuk mendesain dan mengembangkan produk baru yang mampu mengintegrasikan kualitas ke dalam desain, memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen (customer needs and wants) yang diterjemahkan ke dalam technical responses. Pada proses desain dan pengembangan produk, QFD digunakan pada tahap evaluasi konsep-konsep produk. Keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut dijabarkan dalam fase-fase desain dan manufacturing (Green, 2002).
Proses QFD terdiri dari satu atau lebih matriks-matriks kualitas. Matriks pertama dinamai House of Quality (HOQ). Matriks HOQ tersebut terdiri dari beberapa matriks-matriks yang digabungkan yang masing-masing matriks berisi informasi yang saling berhubungan antara satu matriks dengan matriks lainnya.
Komponen penting dalam menyusun QFD House of Quality dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber : Masui, 2003
Gambar 2.1. House of Quality
2.3. Green Quality Function Deployment-II (Green QFD-II)
Green QFD-II adalah alat desain inovatif untuk mengembangkan produk- produk ramah lingkungan. Perbaikan atas Green QFD, Green QFD-II terintegrasi matriks QFD dengan metode Life Cycle Assessment dan Life Cycle Costing.
Green QFD-II terdiri dari tiga fase. Tahap-I adalah fase identifikasi kebutuhan konsumen. Pada fase ini dibuat House of Quality (HOQ). Hal ini membuat perancang memperoleh data kebutuhan konsumen dan mengimplementasikannya ke dalam parameter teknis.
Sumber : Dong, et al, 2003
Gambar 2.2. Fase 1 Green QFD-II
Tahap-II adalah data pembangun fase lingkungan dan biaya. Green House dan Cost House dibangun pada fase ini. Green House mencatat siklus hidup beban persediaan untuk pilihan produk dan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dinyatakan dalam nilai-nilai eco-indicator. Cost House mencatat biaya siklus hidup terkait dengan konsep produk.
Green House dan Cost House menetapkan pertimbangan untuk semua konsep produk. Output digunakan sebagai input pada fase berikutnya (Dong et al, 2003).
Sumber : Dong et al, 2003
Gambar 2.3. Fase 2 Green QFD-II
2.4. Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja. Dalam penentuan harga pokok tersebut dapat digunakan dengan dua cara yaitu (Bustami, 2008) :
1. Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing)
Kalkulasi biaya penuh adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan memperhitungkan semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap.
2. Metode Kalkulasi Biaya Variabel (Variable Costing)
Kalkulasi biaya variabel adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi tetap biaya overhead tetap akan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan.
Contoh penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menjumlahkan persediaan bahan baku pada awal bulan sebelumnya dengan pembelian bahan baku yang dilakukan
2. Bahan baku yang tersedia untuk digunakan dikurangi dengan bahan baku tidak langsung dan persediaan bahan baku pada akhir bulan sehingga di dapatlah biaya bahan baku yang digunakan pada periode tersebut
3. Menjumlahkan keseluruhan overhead pabrik sehingga didapat total biaya manufaktur
4. Bahan baku yang tersedia ditambah dengan tenaga kerja langsung, total biaya manufaktur, dam persediaan barang dalam proses pada awal periode. Hasil tersebut dikurangi dengan persediaan barang dalam proses pada akhir periode sehingga didapatlah harga pokok produksinya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Technopreneurship Center Universitas Sumatera Utara yang merupakan tempat produksi produk-produk inovasi berbasis teknologi mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dari bulan April 2018 sampai dengan Juli 2018.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah action research, penelitian tindakan sangat tepat dilakukan jika ingin melakukan perubahan atas situasi yang sedang dialami.
Penelitian tindakan membuka ruang untuk melakukan evaluasi atas penelitian yang dilakukan sehingga dapat diperbaiki dari waktu ke waktu. Penelitian tindakan akan memberikan warna baru terkait dengan metode dan jenis informasi yang disediakan (Sekaran, 2013).
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian yang diteliti adalah rancangan produk kemasan kuliner sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen yang ramah lingkungan.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen
Variabel Independen merupakan variabel tunggal yang mempengaruhi variabel dependen baik pada sisi negatif maupun positif. Oleh karena itu di mana setiap satu unit peningkatan variabel independen ada peningkatan atau penurunan pada variabel dependen (Sekaran, 2013).
Ada tiga faktor yang penting dalam mempengaruhi kemasan yaitu size (ukuran), form (bentuk), dan colour (warna) (Kotler, 2001).
Variabel Independen dalam penelitian ini yaitu:
a. Warna Kemasan yaitu tampilan yang menjadi dasar untuk menarik perhatian konsumen dalam pemakaiannya.
c. Bentuk Kemasan adalah bentuk dasar dari fungsi kemasan yaitu sebagai tempat menyimpan makanan
d. Ukuran Kemasan adalah dimensi dari bentuk kemasan kuliner yang ramah lingkungan
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah variabel kepentingan utama untuk peneliti sekaligus menjadi variabel standar. Melalui analisis variabel dependen, sangat mungkin menemukan solusi dari masalah yang dialami (Sekaran, 2013).
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah konsep produk kemasan kuliner (berbahan baku alami).
3.5 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual pada penelitian merupakan fondasi utama yang menggambarkan bagaimana peneliti menilai sebuah fenomena terkait dengan model lain dan menjelaskan mengapa peneliti yakin bahwa variabel-variabel yang digunakan saling terhubung. Membangun sebuah kerangka konseptual adalah pusat untuk menguji masalah melalui proses investigasi (Sekaran, 2013).
Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Sumber: Pengumpulan Data
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian
3.6 Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Zhang, et al, 1999) :
1. Tahap Identifikasi Voice of Customer
a. Identifikasi Kebutuhan Konsumen (Customer Need) b. Identifikasi Tingkat Kepentingan Konsumen
c. Menetapkan Karakteristik Teknis Produk dengan Kebutuhan Konsumen 2. Tahap Membangun House of Quality :
a. Identifikasi Derajat Kepentingan
Warna Kemasan
Bentuk Kemasan
Ukuran Kemasan
Konsep Produk Kemasan Kuliner (Berbahan Baku Alami)
b. Identifikasi Tingkat Kesulitan c. Identifikasi Perkiraan Biaya 3. Tahap Membangun Green House :
a. Identifikasi dampak yang dirasakan oleh lingkungan pada proses produksi b. Menentukan dampak lingkungan terbesar yang dapat diprioritaskan untuk
ditangani
4. Tahap Membangun Cost House :
a. Identifikasi biaya-biaya yang terjadi pada proses produksi b. Identifikasi kemungkinan pengurangan biaya
c. Menentukan biaya-biaya yang dapat diprioritaskan untuk dikurangi
3.7 Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini berupa data persepsi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk kemasan kuliner, data derajat kepentingan untuk masing-masing kebutuhan dan keinginan konsumen, serta data karakteristik teknis produk kemasan kuliner sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui Jurnal Internasional dan penelitian-penelitian perancangan produk sebelumnya dari internet. Data sekunder juga didapat dari data aktivitas selama proses produksi beserta
dampak lingkungan yang diakibatkan dan biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner Terbuka
Sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi mengenai berbagai atribut produk kemasan kuliner sesuai persepsi kebutuhan dan keinginan konsumen.
2. Kuesioner Tertutup
Berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh dari Kuesioner Terbuka yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut-atribut dari produk yang akan dirancang.
3. Kuesioner Karakteristik Teknis
Sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi mengenai data karakteristik teknis produk sesuai hasil tingkat kepentingan kebutuhan dan keinginan konsumen.
3.9 Populasi
Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sekaran, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen produk kemasan kuliner yang ada di Medan.
Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Kuesioner Terbuka
Populasi untuk penyebaran kuesioner terbuka adalah pengguna kemasan kuliner di Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.
Metode pengambilan sampel adalah convenience sampling yaitu memilih sampel dari orang yang paling mudah dijumpai atau di akses. Ukuran sampel adalah sebanyak 50 orang. Jumlah responden yang sesuai untuk mendapatkan kebutuhan konsumen berkisar antara 30 sampai 500 orang (Roscoe, 1975).
2. Kuesioner Tertutup
Kuesioner tertutup diberikan kepada pedagang eceran (grosir) kemasan makanan dengan jumlah sampel adalah 50 responden, dengan menggunakan metode convenience sampling yaitu memilih sampel dari orang yang paling mudah dijumpai atau di akses (Nazir, 2014).
3. Kuesioner Karakteristik Teknis
Teknik sampling yang digunakan adalah judgement sampling yaitu tidak semua elemen masyarakat mendapat kesempatan memberikan pendapat (Cohen,1995). Sampling yang digunakan dalam penentuan karakteristik teknis adalah beberapa orang yang dianggap ahli dalam bidang perancangan produk pada Technopreneurship Center USU.
3.10 Pengolahan Data
Setelah keseluruhan data yang dibutuhkan baik data primer maupun data sekunder terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Tahap Identifikasi Voice of Customers
Tahap ini untuk mengumpulkan data persepsi kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk kemasan kuliner
2. Tahap Cluster Jawaban Responden
Klasifikasi jawaban responden dalam memilih konsep rancangan produk kemasan kuliner menjadi salah satu hal yang menarik untuk diteliti. Berbeda persepsi dan preferensi akan memberi dampak yang besar dalam hal memenangkan persaingan dalam memperoleh suatu produk kemasan kuliner yang terbaik.
Analisis cluster bertujuan untuk mengelompokkan/mengklasifikasikan objek- objek berdasarkan karakteristik diantara objek-objek tersebut, sehingga dapat diketahui ciri khas dari tiap kelompok. Banyak objek yang diklasifikasikan dengan analisis cluster, diantaranya adalah produk (barang dan jasa), benda, manusia (Supranto , 2000).
3. Tahap Green Quality Function Deployment-II
Menterjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen kedalam suatu rancangan produk kemasan kuliner yang ramah terhadap lingkungan dan ekonomis. Terdapat 3 tahap pada GQFD-II yaitu (Zhang, et al, 1999) :
a. Membangun House of Quality b. Membangun Green House c. Membangun Cost House
3.11 Analisis dan Pembahasan
Analisis dan pembahasan terhadap perancangan produk kemasan kuliner berbahan alami dapat dilakukan dengan menganalisis:
1. Menganalisis hasil rekapitulasi hasil kuesioner, yaitu mengklasifikasikan (cluster) jawaban responden
2. Menganalisis matriks tingkat kepentingan konsumen terhadap variabel kebutuhan produk kemasan kuliner berbahan alami
3. Menganalisis dampak lingkungan yang disebabkan oleh produk kemasan kuliner berbahan alami
4. Menganalisis biaya yang direduksi oleh produk kemasan kuliner berbahan alami
3.12 Kesimpulan dan Saran
Penarikan kesimpulan dan saran ini berisi hal-hal penting yang diperoleh sesuai dengan tujuan dari penelitian.
Langkah-langkah proses penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Sumber: Pengumpulan Data
Gambar 3.2. Langkah-langkah Proses Penelitian
Studi Pendahuluan:
1. Kondisi saat ini 2. Permasalahan yang ada 3. Informasi pendukung
Studi Literatur:
1. Teori Buku
2. Referensi Jurnal Penelitian
Identifikasi Masalah Awal:
Masyarakat (konsumen) membutuhkan produk kemasan kuliner pengganti styrofoam yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sebagai pembungkus makanan
Pengumpulan Data:
1. Data Primer
- Data Kebutuhan dan Keinginan Konsumen - Data Tingkat Kepentingan Konsumen - Data Karakteristsik Teknis Produk 2. Data Sekunder
- Aktivitas selama proses produksi beserta dampak lingkungan yang diakibatkan - Biaya – biaya yang terjadi selama proses produksi
Pengolahan Data:
1. Klasifikasi (cluster) hasil jawaban responden 2. Perancangan produk dengan pendekatan:
Green Quality Function Deployment II (Green-QFD II):
- Tahap Identifikasi Voice of Customers (Tahap 1):
a. Identifikasi kebutuhan konsumen b. Menyusun Matriks Perencanaan
c. Menetapkan Karakteristik Teknis Produk dengan Kebutuhan Konsumen - Tahap Membangun House of Quality (Tahap 2):
a. Identifikasi Derajat Kepentingan b. Identifikasi Tingkat Kesulitan c. Identifikasi Perkiraan Biaya
- Tahap Membangun Green House (Tahap 3):
a. Identifikasi dampak yang dirasakan oleh lingkungan pada proses produksi (Life Cycle Assesment) b. Menentukan dampak lingkungan terbesar yang dapat diprioritaskan untuk ditangani
- Tahap Membangun Cost House (Tahap 4):
a. Identifikasi biaya-biaya yang terjadi pada proses produksi (Life Cycle Cost) b. Identifikasi kemungkinan pengurangan biaya
c. Menentukan biaya-biaya yang dapat diprioritaskan untuk dikurangi
3. Diperoleh hasil perancangan produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan dan ekonomis
Analisis dan Pembahasan:
Analisis dan evaluasi usulan perancangan produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan dan ekonomis
Kesimpulan dan Saran
SELESAI MULAI
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Kuesioner Terbuka
Kuesioner dibagikan dalam 2 tahapan, tahapan pertama merupakan kuesioner terbuka. Kuesioner ini merupakan bentuk pertanyaan yang diajukan kepada 50 responden yang berasal dari kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap rancangan produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan menggunakan metode convenience sampling.
Pada tahap ini mengumpulkan modus atribut sesuai hasil kuesioner terbuka, kemudian menetapkan alternatif yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam perancangan produk kemasan kuliner untuk kemudian dicari solusi ataupun alternatif yang terbaik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metode peta morfologi (Morphological Charts) dimana langkah–
langkahnya yaitu:
1. Membuat cara-cara untuk mencapai fungsi-fungsi yang esensial.
Pada langkah ini, ditentukan bagaimana mencapai fungsi tersebut dengan menunjukkan atribut yang diinginkan dari fungsi tersebut. Cara pencapaian untuk masing-masing fungsi tersebut seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Alternatif-alternatif Perolehan dari Kuesioner Terbuka
No Atribut Alternatif-alternatif Perolehan
1. Warna kemasan Hijau ; Putih ; Coklat
2. Bentuk kemasan Kotak ; Oval ; Kotak tak Bersudut
3. Ukuran kemasan Memanjang ; Tinggi ; Persegi
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner Terbuka
2. Mengidentifikasi kombinasi solusi rancangan yang dapat diterapkan.
Morphological Chart menunjukkan semua kemungkinan hubungan solusi ataupun alternatif yang dapat digunakan pada perancangan produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan.
Tabel 4.2. Morphological Chart
No Atribut
Cara Mencapai Fungsi
1 2 3
1. Warna kemasan Hijau Putih Coklat
2. Bentuk kemasan Kotak Oval Kotak tak Bersudut
3. Ukuran kemasan Persegi Tinggi Memanjang
3. Mengidentifikasi kelayakan kombinasi.
Dari tabel Morphological Chart maka diperoleh tiga alternatif yaitu :
Alternatif 3 Alternatif 1 Alternatif 2
a. Alternatif 1
1) Warna kemasan : Coklat 2) Bentuk kemasan : Kotak 3) Ukuran kemasan : Persegi b. Alternatif 2
1) Warna kemasan : Hijau 2) Bentuk kemasan : Oval 3) Ukuran kemasan : Tinggi c. Alternatif 3
1) Warna kemasan : Putih
2) Bentuk kemasan : Kotak tak Bersudut 3) Ukuran kemasan : Memanjang
4.1.2 Kuesioner Tertutup
Modus jawaban untuk atribut pertanyaan yang diperoleh dari kuesioner terbuka akan menjadi butir pertanyaan pada kuesioner tahap kedua, yaitu kuesioner tingkat kepentingan yang berbentuk kuesioner tertutup. Responden untuk kuesioner tertutup ini berjumlah 50 orang yang menggunakan metode convenience sampling. Rekapitulasi kuesioner tertutup dilihat pada Tabel 4.2.
Dari keterangan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa atribut yang terpilih berdasarkan hasil kuesioner tertutup adalah warna kemasan hijau dari produk alternatif 2, bentuk kemasan kotak dari produk alternatif 1, ukuran kemasan persegi dari produk alternatif 1.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup
No Alternatif Produk Atribut Bobot
Atribut
Rank Atribut
Total
Bobot Rank
1
Warna Coklat 143 2
449 1
Bentuk Kotak 159 1
Ukuran Persegi 147 1
2
Warna Hijau 152 1
443 2
Bentuk Oval 148 2
Ukuran Tinggi 143 2
3
Warna Putih 133 3
414 3
Bentuk Kotak tak
Bersudut 141 3
Ukuran Memanjang 140 3
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner Tertutup
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Membangun Quality Function Deployment (QFD) 4.2.1.1 Menentukan Customer Needs
Customer needs memiliki tujuan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan responden terhadap produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan dengan metode QFD (Quality Function Deployment). Keinginan responden yang diperoleh dari kuesioner tertutup berupa atribut untuk produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan akan disesuaikan dengan karakteristk teknis produk yang dilaksanakan dengan menggunakan House of Quality (HoQ). Prosedur
penggunaan matriks HoQ adalah mengidentifikasi keinginan konsumen ke dalam bentuk atribut yang nantinya diinginkan oleh responden.
Penyebaran kuesioner dilaksanakan melalui dua tahap yaitu sebagai berikut : Tahap 1 : Penyebaran kuesioner terbuka
Sebanyak 50 orang responden yang menentukan jawaban mengenai atribut yang dianggap paling sesuai untuk produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan.
Tahap 2 : Penyebaran kuesioner tertutup
Modus dari kuesioner terbuka kemudian dijadikan atribut pernyataan untuk kuesioner tertutup. Customer needs dari produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Customer Needs terhadap Produk Kemasan Kuliner yang Ramah Lingkungan
No Customer Needs
1 Warna kemasan adalah hijau 2 Bentuk kemasan adalah kotak 3 Ukuran kemasan adalah persegi
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
4.2.1.2 Menentukan Tingkat Kepentingan
Kesimpulan dari kuesioner tertutup akan dijadikan dasar untuk menentukan tingkat kepentingan untuk setiap atribut kebutuhan konsumen. Nilai tingkat kepentingan ditentukan berdasarkan nilai modus dari setiap item pertanyaan dalam kuesioner tertutup. Rekapitulasi nilai untuk tingkat kepentingan pelanggan (Customer Importance) dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan dan Keinginan Konsumen terhadap Produk Kemasan Kuliner yang Ramah Lingkungan
No Kebutuhan Konsumen
Hasil Kuesioner Skala Pengukuran
Tingkat Kepentingan
1 2 3 4 5
1 Warna kemasan adalah hijau 0 6 19 13 12 3
2 Bentuk kemasan adalah kotak 2 11 8 18 11 4 3 Ukuran kemasan adalah persegi 1 10 17 14 8 3
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
4.2.1.3 Menetapkan Karakteristik Teknis terhadap Kebutuhan Konsumen Dalam membangun HoQ adalah menetapkan karakteristik-karakteristk teknis yang dibutuhkan dalam memenuhi variabel-variabel kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan.
Karakteristk teknis ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan orang-orang yang dianggap ahli dalam inovasi produk.
Karakteristk teknis yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Karakteristik Teknis yang Dibutuhkan untuk Memenuhi Kebutuhan dan Keinginan Konsumen
No Variabel Karakteristik yang Dibutuhkan
1
Warna kemasan adalah hijau
Derajat keasaman proses pewarnaan Tingkat luminasi warna
Nilai preferensi warna Nilai keindahan warna
Tabel 4.6. Karakteristik Teknis yang Dibutuhkan untuk Memenuhi Kebutuhan dan Keinginan Konsumen (Lanjutan)
No Variabel Karakteristik yang Dibutuhkan
2 Bentuk kemasan adalah kotak
Nilai kerapian bentuk
Suhu proses produksi pencetakan Nilai kesesuaian bentuk
Bentuk molding Kerapatan molding Kekuatan tarik kemasan Ketebalan kemasan Kerapatan bahan
3 Ukuran kemasan adalah persegi
Nilai kesesuaian ukuran
Suhu proses produksi pencetakan Ukuran molding
Kerapatan molding Ketebalan kemasan
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
4.2.1.4 Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik Teknis
Penentuan hubungan antara masing-masing karakteristik teknis yang ada dilaksanakan dengan menganalisis apakah antara karakteristik teknis tersebut terdapat hubungan yang saling mendukung (+) atau bertolak belakang (-).
Tingkat hubungan antara masing-masing karakteristik teknis dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Nilai preferensi warna
Tingkat luminasi warna
Derajat keasaman proses pewarnaan
X V
V
X
Ketebalan kemasan
Kekuatan tarik kemasan
V
X X
V V
X
V X
X X
Nilai keindahan warna Nilai kesesuaian bentuk
Nilai kerapian bentuk
Suhu proses produksi pencetakan Ukuran molding
Kerapatan molding
Bentuk molding Kerapatan bahan
Nilai kesesuaian ukuran
X V
X X
v V
X X
V
V
X X
X V
v
X x
X V
V X
X V
V
V
X X
x x
V
v V
X X
X
v V
x V
X
V
X V
V
V
V
V v
V X
V X
V X
V V
X
V V
V X
V V V
X
X X X v
V v V
V
V V
V V
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
Gambar 4.1. Hubungan Antar Karakteristk Teknis Produk Kemasan Kuliner yang Ramah Lingkungan
Tingkat hubungan antara masing-masing karakteristik teknis yang ada digambarkan dengan menggunakan simbol:
V : tingkat hubungan positif kuat senilai 4 v : tingkat hubungan positif sedang senilai 3 x : tingkat hubungan negatif sedang senilai 2 X : tingkat hubungan negatif kuat senilai 1
4.2.1.5 Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Karakteristk Teknis Produk dengan Kebutuhan dan Keinginan Konsumen
Tingkat hubungan yang dimaksud dimulai dari skala kuat, sedang, lemah, dan tidak berhubungan sama sekali. Penilaian yang diberikan akan berdasarkan aturan :
- Nilai 9 : menunjukkan hubungan yang kuat - Nilai 3 : menunjukkan hubungan yang sedang - Nilai 1 : menunjukkan hubungan yang lemah
- Nilai 0 : menunjukkan tidak ada hubungan sama sekali
Skor hubungan antara keinginan konsumen dan karakteristik teknis dapat dilihat pada Gambar 4.2.
4.2.1.6 Menyusun Matriks Perencanaan (Planning Matrix)
Matriks perencanaan berisikan tentang informasi nilai kompetitif dari atribut kebutuhan responden. Informasi yang diperoleh dalam penelitian dibuat dalam matriks perencanaan yaitu:
1. Titik Jual/Sales Point
Titik jual adalah kontribusi suatu customer requirement terhadap daya jual produk/jasa. Untuk penilaian terhadap titik jual terdiri dari:
1,0 = Titik jual Rendah 1,2 = Titik jual Menengah 1,5 = Titik jual Tinggi
Titik jual ditentukan oleh peneliti melalui diskusi langsung dengan seorang inovator . Rekapitulasi hasil penentuan sales point dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Derajat keasaman proses pewarnaan Tingkat luminasi warna Nilai preferensi warna Nilai keindahan warna Kekuatan tarik kemasan Ketebalan kemasan Suhu proses produksi pencetakan Nilai kerapian bentuk Nilai kesesuaian bentuk Bentuk molding Kerapatan molding Ukuran molding Nilai kesesuaian ukuran Kerapatan bahan
Warna kemasan adalah hijau 9 9 9 9 0 0 3 0 0 0 0 0 0 3
Bentuk kemasan adalah kotak 0 0 0 0 1 9 1 9 9 9 9 9 1 0
Ukuran kemasan adalah persegi 0 0 0 0 1 9 1 3 9 9 9 9 1 0
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.2. Matriks Hubungan Antara Karakteristk Teknis Produk dengan Atribut Kebutuhan dan Keinginan Konsumen
Tabel 4.7. Nilai Sales Point Perancangan Produk Kemasan Kuliner
No Customer Needs Sales Point
1 Warna kemasan adalah hijau 1,2
2 Bentuk kemasan adalah kotak 1,5
3 Ukuran kemasan adalah persegi 1,2
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
2. Perhitungan Bobot Kepentingan/ Importance Weight
Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut perancangan produk kemasan kuliner. Bobot kepentingan dihitung dengan rumus :
Importance Weight = CIi x Rij
Dimana, CI = Customer Importance
Rij = Hubungan antara atribut kebutuhan dengan karakteristik teknis
Perhitungan Importance Weight, yaitu:
1) Bobot warna kemasan adalah hijau
3 (9+9+9+9+0+0+3+0+0+0+0+0+0+3) = 3 x 42 = 126 2) Bobot bentuk kemasan adalah kotak
4 (0+0+0+0+1+9+1+9+9+9+9+9+1+0) = 4 x 39 = 156 3) Bobot ukuran kemasan adalah persegi
3 (0+0+0+0+1+9+1+3+9+9+9+9+1+0) = 3 x 51 = 153
Total bobot untuk semua hubungan antara atribut produk karakteristik teknis = 126 + 156 + 153 = 435
IV-2
3. Perhitungan Bobot Kepentingan Relatif/ Relative Weight
Bobot kepentingan menunjukkan total tingkat kepentingan responden terhadap suatu atribut perancangan produk kemasan kuliner yang dihitung dengan rumus berikut ini:
% Weight 100
Importance
Total
n - ke Atribut t
Weigh Importance
Weight Relative
Derajat x
1) Derajat Relative Weight warna kemasan adalah hijau
= 100% 28,96 29 435
126
2) Derajat Relative Weight bentuk kemasan adalah kotak
= 100% 35,86 36 435
156
3) Derajat Relative Weight ukuran kemasan adalah persegi
= 100% 35,17 35 435
153
Rekapitulasi hasil perhitungan bobot kepentingan dan bobot kepentingan relatif dari atribut kebutuhan responden dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Nilai Importance Weight dan Relative Weight
No Customer Needs
Importance Weight
Relative Weight Sales Point
1 Warna kemasan adalah hijau 126 29 1,2
2 Bentuk kemasan adalah kotak 156 36 1,5
3 Ukuran kemasan adalah persegi 153 35 1,2
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4.2.1.7 Membangun Matriks House of Quality (HoQ)
Pembuatan House of Quality (HoQ) diawali dengan menghitung ukuran kinerja dari HoQ yang terdiri dari tiga aspek yaitu Tingkat Kesulitan, Tingkat Kepentingan dan Perkiraan Biaya.
a. Penentuan Tingkat Kesulitan
Tingkat kesulitan ditentukan dari hubungan karakteristik teknis. Perhitungan dilaksanakan dengan menterjemahkan semua bobot nilai hubungan kemudian membagi bobot dari tiap-tiap karaktertistik teknik dengan jumlah bobot tadi.
Tingkat kesulitan diberikan berdasarkan rentang persentase yang diperoleh.
Besar nilai tingkat kesulitan dapat dihitung dengan cara menghitung terlebih dahulu total bobot untuk masing-masing hubungan antara sesama karakteristik teknis.
1) Bobot derajat keasaman proses pewarnaan
= 4+4+4+1+1+4+1+4+1+1+1+1+4 = 31 2) Bobot tingkat luminasi warna
= 4+4+4+1+1+4+1+4+1+3+1+1+3 = 32 3) Bobot nilai preferensi warna
= 4+4+4+1+1+1+4+3+1+4+1+4+4 = 36 4) Bobot nilai keindahan warna
= 4+4+4+1+1+4+4+4+1+1+1+1+2 = 32 5) Bobot kekuatan tarik kemasan
= 1+1+1+1+4+4+2+2+1+1+1+4+4 = 27
6) Bobot ketebalan kemasan
= 1+1+1+1+4+4+4+4+4+4+4+1+1 = 36 7) Bobot suhu proses produksi pencetakan
= 4+4+1+4+4+4+4+2+4+1+1+3+4 = 40 8) Bobot nilai kerapian bentuk
= 1+1+4+4+2+4+4+4+3+3+4+1+1 = 36 9) Bobot nilai kesesuaian bentuk
= 4+4+3+4+2+4+2+4+4+4+4+1+1 = 41 10) Bobot bentuk molding
= 1+1+1+1+1+4+4+3+4+4+4+4+4 = 36 11) Bobot kerapatan molding
= 1+3+4+1+1+4+1+3+4+4+4+3+1 = 34 12) Bobot ukuran molding
= 1+1+1+1+1+4+1+4+4+4+4+4+4 = 35 13) Bobot nilai kesesuaian ukuran
= 1+1+4+1+4+1+3+1+1+4+3+4+4 = 32 14) Bobot kerapatan bahan
= 4+3+4+2+4+1+4+1+1+4+1+4+4 = 37
Total bobot untuk semua hubungan antara atribut produk karakterisitik teknis
= 31+32+36+32+27+36+40+36+41+36+34+35+32+37 = 485 Perhitungan tingkat kesulitan karakteristik teknis yaitu:
% Teknik 100
tik Karakteris Bobot
Total
Teknik tik Karakteris
Tiap Bobot Kesulitan
Tingkat x
1) Tingkat Kesulitan derajat keasaman proses pewarnaan:
2 6 39 , 6
% 485 100
31
2) Tingkat Kesulitan tingkat luminasi warna:
3 7 59 , 6
% 485 100
32
3) Tingkat Kesulitan nilai preferensi warna:
3 7 42 , 7
% 485 100
36
4) Tingkat Kesulitan nilai keindahan warna:
2 7 59 , 6
% 485 100
32
5) Tingkat Kesulitan kekuatan tarik kemasan:
1 6 56 , 5
% 485 100
27
6) Tingkat Kesulitan ketebalan kemasan:
3 7 42 , 7
% 485 100
36
7) Tingkat Kesulitan suhu proses produksi pencetakan:
4 8 24 , 8
% 485 100
40
8) Tingkat Kesulitan nilai kerapian bentuk:
3 7 42 , 7
% 485 100
36
9) Tingkat Kesulitan nilai kesesuaian bentuk:
4 8 45 , 8
% 485 100
41
10) Tingkat Kesulitan bentuk molding:
3 7 42 , 7
% 485 100
36
11) Tingkat Kesulitan kerapatan molding:
3 7 01 , 7
% 485 100
34
12) Tingkat Kesulitan ukuran molding:
3 7 21 , 7
% 485 100
35
13) Tingkat Kesulitan nilai kesesuaian ukuran:
2 7 59 , 6
% 485 100
32
14) Tingkat Kesulitan kerapatan bahan:
4 8 62 , 7
% 485 100
37
b. Penentuan Derajat Kepentingan
Besar nilai derajat kepentingan dihitung dengan cara menghitung terlebih dahulu total bobot untuk masing-masing hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis. Derajat kepentingan untuk atribut produk dengan karakteristik teknis dihitung dengan menggunakan rumus :
1) Bobot derajat keasaman proses pewarnaan = 9+0+0 = 9
2) Bobot tingkat luminasi warna = 9+0+0 = 9 3) Bobot nilai preferensi warna = 9+0+0 = 9 4) Bobot nilai keindahan warna = 9+0+0 = 9 5) Bobot kekuatan tarik kemasan = 0+9+1 = 10 6) Bobot ketebalan kemasan = 0+9+9 = 18 7) Bobot suhu proses produksi pencetakan = 3+9+1 = 13 8) Bobot nilai kerapian bentuk = 0+3+9 = 12 9) Bobot nilai kesesuaian bentuk = 0+0+9 = 9 10) Bobot bentuk molding = 0+0+9 = 9 11) Bobot kerapatan molding = 0+0+9 = 9 12) Bobot ukuran molding = 0+0+9 = 9 13) Bobot nilai kesesuaian ukuran = 0+3+1 = 4 14) Bobot kerapatan bahan = 3+3+0 = 6
Total bobot untuk semua hubungan antara atribut produk karakterisitik teknis
= 9+9+9+9+10+18+13+12+9+9+9+9+4+6 = 135
% Teknis 100
tik Karakteris Bobot
Total
Relatif n Kepentinga
Total n
Kepentinga
Derajat x
1) Derajat Kepentingan derajat keasaman proses pewarnaan:
% 7 66 , 6
% 135 100
9
2) Derajat Kepentingan tingkat luminasi warna:
% 7 66 , 6
% 135 100
9
3) Derajat Kepentingan nilai preferensi warna:
% 7 66 , 6
% 135 100
9
4) Derajat Kepentingan nilai keindahan warna:
% 7 66 , 6
% 135 100
9
5) Derajat Kepentingan kekuatan tarik kemasan:
% 7 40 , 7
% 135 100
10
6) Derajat Kepentingan ketebalan kemasan:
% 13 33 , 13
% 135 100
18
7) Derajat Kepentingan suhu proses produksi pencetakan:
% 10 62 , 9
% 135 100
13
8) Derajat Kepentingan nilai kerapian bentuk:
% 9 88 , 8
% 135 100
12
9) Derajat Kepentingan nilai kesesuaian bentuk:
% 7 66 , 6
% 135 100
9
10) Derajat Kepentingan bentuk molding:
% 7 66 , 6
% 135 100
9
11) Derajat Kepentingan kerapatan molding:
% 7 66 , 6
% 135 100
9
12) Derajat Kepentingan ukuran molding:
% 7 66 , 6
% 135 100
9
13) Derajat Kepentingan nilai kesesuaian ukuran:
% 3 96 , 2
% 135 100
4
14) Derajat Kepentingan kerapatan bahan:
% 4 44 , 4
% 135 100
6
c. Perkiraan Biaya
Dasar perkiraan biaya adalah faktor tingkat kesulitan, semakin sulit suatu karakteristk teknis dibuat, akan semakin mahal pula alokasi biayanya.
Perkiraan biaya dinyatakan dalam persen dan diperngaruhi berbagai pertimbangan dari si perancang sendiri.
Total bobot tingkat kesulitan dari karakteristik teknis produk yaitu, sebagai berikut : = 2 + 3 + 3 + 2 + 1 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 + 2 + 4 = 40
% Teknik 100
tik Karakteris Bobot
Total
Teknik tik
Karakteris
Tiap Bobot Biaya
Perkiraan x
1) Perkiraan Biaya derajat keasaman proses pewarnaan:
% 5
% 40 100
2
2) Perkiraan Biaya tingkat luminasi warna:
% 5 , 7
% 40 100
3
3) Perkiraan Biaya nilai preferensi warna:
% 5 , 7
% 40 100
3
4) Perkiraan Biaya nilai keindahan warna:
% 5
% 40 100
2
5) Perkiraan Biaya kekuatan tarik kemasan:
% 5 , 2
% 40 100
1
6) Perkiraan Biaya ketebalan kemasan:
% 5 , 7
% 40 100
3
7) Perkiraan Biaya suhu proses produksi pencetakan:
% 10
% 40 100
4
8) Perkiraan Biaya nilai kerapian bentuk:
% 5 , 7
% 40 100
3
9) Perkiraan Biaya nilai kesesuaian:
% 10
% 40 100
4
10) Perkiraan Biaya bentuk molding:
% 5 , 7
% 40 100
3
11) Perkiraan Biaya kerapatan molding:
% 5 , 7
% 40 100
3
12) Perkiraan Biaya ukuran molding:
% 5 , 7
% 40 100
3
13) Perkiraan Biaya nilai kesesuaian ukuran:
% 5
% 40 100
2
14) Perkiraan Biaya kerapatan bahan:
% 10
% 40 100
4
Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Quality Function Deployment produk kemasan kuliner yang ramah lingkungan dapat dilihat pada Gambar 4.4.
4.2.2 Membangun Green House
Pada penelitian ini, pengelompokkan dampak lingkungan pada metode EDIP (Environmental Design Industrial of Product) (Wenzel et al, 1997).
Derajat keasaman proses pewarnaan Tingkat luminasi warna Nilai preferensi warna Nilai keindahan warna Kekuatan tarik kemasan Ketebalan kemasan Suhu proses produksi pencetakan Nilai kerapian bentuk Nilai kesesuaian bentuk Bentuk molding Kerapatan molding Ukuran molding Nilai kesesuaian ukuran Kerapatan bahan
Tingkat Kesulitan 2 3 3 2 1 3 4 3 4 3 3 3 2 4
Derajat Kepentingan 7 7 7 7 7 13 10 9 7 7 7 7 3 4
Perkiraan Biaya (%) 5 7,5 7,5 5 2,5 7,5 10 7,5 10 7,5 7,5 7,5 5 10
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 4.3. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya