• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Partai Politik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Pemilih Pemula Terhadap Partai Politik"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Kuisioner Persepsi Pemilih Pemula

UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN

(Siswa Telah Berusia 17 Tahun Pada Tanggal 9 April 2014)

Biodata Responden

Nama : . . . Tanggal Lahir : . . . Asal Sekolah : . . . Jenis Kelamin : . . . Agama : . . . Suku : . . . Alamat : . . . . . .

Apabila anda bersedia untuk diwawancarai lebih lanjut terkait dengan kuisioner ini silahkan isi data dibawah bagaimana kamu dapat dihubungi

Nomor Selular :

PIN :

1. Apakah Kamu terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan umum (Pemilu)? a. Ya dan memilih pada Pemilu 2014

b. Ya namun tidak memilih pada Pemilu 2014 c. Tidak

d. Tidak tahu

2. Apa saja syarat terdaftar menjadi pemilih dalam Pemilu? a. Berusia minimal 17 tahun

(2)

e. Tidak tahu

3. Apakah Kamu mengetahui waktu Pemilu yang dilaksanakan tahun 2014? a. Maret a. Memilih Presiden dan Wakil Presiden b. Memilih anggota DPR/DPD/DPRD c. Memilih Partai Politik

d. Tidak tahu

5. Berapa lama siklus diadakannya Pemilu? a. Setiap tahun

b. 2 tahun sekali c. 5 tahun sekali

d. Setiap pergantian Undang Undang e. Tidak tahu

6. Berapakah jumlah Partai Politik pada Pemilu tahun 2014? a. 12

b. 13 c. 14

d. Tidak tahu

7. Partai mana sajakah yang menjadi peserta Pemilu 2014? a. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) b. Partai Golongan Karya (Golkar)

(3)

j. Partai Nasdem

k. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) l. Partai Matahari Bangsa (PMB) m. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) n. Partai Bulan Bintang (PBB)

o. Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia (PKPI) 8. Warna apa saja yang identik dengan sebuah Partai?

a. Merah

9. Apakah Kamu mengetahui tentang adanya Partai lokal? a. Ya, di Provinsi Bali

b. Ya, di Provinsi Papua c. Ya, di Provinsi Aceh

d. Ya, di setiap daerah istimewa e. Tidak tahu

10. Apa saja fungsi dari Partai Politik? a. Komunikasi Politik

(4)

a. Menjadi Presiden b. Memenangkan Pemilu c. Menjadi wakil rakyat d. Tidak tahu

12. Istilah apa yang sering di dengar tentang politik dan Pemilu? a. Pemilih Pemula

13. Istilah apa saja yang Kamu mengerti dari daftar tersebut? a. Pemilih Pemula

14. Dari mana saja Kamu mendapat informasi tentang Pemilu? a. Media massa (televisi/koran/radio/dll)

b. Media sosial (facebook/twitter/instagram/dll) c. Komunikasi dengan orang lain

d. Spanduk/baliho/billboard/dll

15. Adakah orang disekitar Kamu yang merupakan anggota Partai atau calon legislatif? a. Keluarga (ayah/kakak/paman/sepupu/dll)

(5)

c. kenalan dari keluarga/teman

17. Pernahkah mengikuti sosialisasi tentang pendidikan politik atau tentang Pemilu? a. Ya, diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum

b. Ya, diselenggarakan oleh Partai Politik c. Ya, diselenggarakan oleh sekolah d. Tidak pernah

18. Apa isi dari iklan tentang Partai atau calon legislatif yang paling sering terlihat? a. Foto calon/gambar Partai

b. Nomor urut/cara mencoblos calon atau Partai c. Visi dan misi calon/Partai

d. Slogan calon/Partai

e. Kata kata persuasif/ajakan untuk memilih calon atau Partai

19. Apa berita media massa yang paling sering dilihat tentang Partai/anggota legislatif? a. Pembahasan dan pengesahan Undang Undang

b. Reses/menampung aspirasi dan permasalahan rakyat di daerah c. Kasus korupsi/permasalahan hukum anggota Partai dan legislatif

d. Permasalahan internal Partai (perpecahan, pertikaian atau perbedaan pendapat sesama anggota, dll)

e. Sikap dan pendapat Partai/anggota legislatif tentang kondisi atau fenomena politik dan negara

20. Menjelang Pemilu (mulai dari awal tahun 2014), seberapa sering intensitas Kamu melihat iklan Partai/calon legislatif?

a. Beberapa kali dalam satu hari

b. Melihat sedikitnya sekali dalam satu hari c. Beberapa kali dalam seminggu

(6)

21. Apa yang sering Kamu lakukan ketika terdapat iklan tentang Partai/calon legislatif pada media massa?

a. Membaca isinya b. Melihat sekilas c. Melewatkannya

22. Jika Kamu memiliki hak pilih, apakah Kamu akan memilih dalam Pemilu? a. Memilih

b. Tidak memilih c. Tidak tahu

23. Apa alasan Kamu memilih/tidak memilih dalam Pemilu? a. Pengaruh keluarga

b. Pengaruh teman/kenalan

c. Sadar akan hak pilih yang dimiliki

d. Tidak tahu tentang Partai/calon legislatif e. Tidak punya alasan untuk memilih

24. Jika memilih Partai, apa alasan Kamu memilih Partai tersebut? a. Karena keluarga/teman/kenalan

b. Simbol Partai (gambar, foto, bendera, warna, tokoh) c. Aktifitas Partai (program, visi dan misi, iklan)

25. Ketika ada sebuah fenomena/kejadian tentang Partai/anggota legislatif, apa hal yang Kamu lakukan?

a. Mendiskusikan/menceritakan hal tersebut dengan orang lain b. Mencari berita dan referensi tentang hal tersebut

c. Hanya mendengar berita tentang hal tersebut saat kebetulan ada d. Tidak peduli dengan hal tersebut

26. Manakah faktor yang Kamu anggap penting apabila memilih calon legislatif? (berikan nomor urut 1, 2, 3, 4, 5 pada kolom kosong mulai dari yang paling penting)

a. Kesamaan agama ( )

b. Visi misi/program yang diusung ( )

c. Kesamaan suku ( )

(7)

27. Manakah faktor yang Kamu anggap penting dalam memilih Partai Politik? (berikan nomor urut 1, 2, 3, 4 pada kolom kosong mulai dari yang paling penting)

a. Platform/ideologi Partai ( )

b. Program Partai ( )

c. Bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) ( ) d. Tampilan (gambar/simbol) ( ) 28. Apa platform/ideologi Partai yang paling baik menurut Kamu?

(8)

CURICULLUM VITAE

Nama : Teguh Setyawan Santoso

Tempat/ Tanggal Lahir : Teluk Panji, 09 Desember 1991

Alamat : Jl. Bunga Cempaka Gg. Cempaka 12 No. 35c Tanjung Sari, Medan

Nomor Telepon : 082364723883

Email : Chere.Nov21@Gmail.Com

Jenis Kelamin : Laki-Laki Tinggi/Berat Badan : 185cm / 65kg

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : MIS Subulussalam 1997-2003 MTsS Subulussalam 2003-2006

SMA Panglima Polem Rantauprapat 2006-2009

Demikianlah Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 15 Januari 2015,

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Black, James Dan Dean Champion. 2001. Metode Dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Eriyanto. 2013. Analisis ini: Pengantar Metodologi Untuk Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Firmanzah. 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman Dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

________. 2008. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Harrison, Lisa. 2007. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana

Koirudin. 2004. Partai Politik Dan Agenda Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Putra, Fadillah. 2004. Partai Politik & Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sihombing, Jessy Jujur. 2014. Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota

Medan Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden Tahun 2009. Medan: Universitas Sumatera Utara

Sinar, Tengku Lukman. 1991. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: Litbang Seni Budaya Melayu

(10)

Syafiie, Inu Kencana Dan Azhari. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama

Thoha, Miftah. 2010. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sumber Lain:

KPU Provinsi DKI Jakarta. 2011. Modul Pendidikan Pemilih: Panduan Pemilu Untuk Pemula. Jakarta: KPU Provinsi DKI Jakarta

Sekretariat Jenderal KPU. 2010. Modul 1: Pemilu Untuk Pemula. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum

Sekretariat Jenderal KPU. 2010. Modul 2: Siap Menjadi Pemilih. Jakarta: Komisi Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik

Situs Internet:

KPU Kota Medan. Visi dan Misi KPU. http://kpud-medankota.go.id diakses tanggal 07 Januari 2015

Pemerintah Kota Medan. Sejarah Kota Medan. http://www.pemkomedan.go.id diakses tanggal 07 Januari 2015

SD Negeri 060959 Belawan. Alamat SMA Negeri se-Kota Medan. http://sdn060959.blogspot.com/2013/05/alamat-sma-se-kota-medan.html diakses tanggal 08 Januari 2015

SMA Negeri 1 Medan. http://www.smansamedan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015

SMA Negeri 2 Medan. http://sman2medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015 SMA Negeri 3 Medan. http://www.sman3medan.net diakses tanggal 08 Januari

(11)

SMA Negeri 4 Medan. http://sman4medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015. SMA Negeri 11 Medan. http://sman11medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari

2015.

SMA Negeri 19 Medan. http://sman19medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015

SMA Negeri 20 Medan. http://sman20medan.sch.id diakses tanggal 08 Januari 2015

Wikipedia. Kota Medan. http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan diakses tanggal 07 Januari 2015

Wikipedia. SMA Negeri 5 Medan.

http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_5_Medan diakses tanggal 08 Januari 2015

Wikipedia. SMA Negeri 12 Medan.

(12)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dibahas tentang data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, yang terdiri dari karakteristik responden dan jawaban responden dari kuesioner yang telah dibagikan selama penelitian berlangsung. Dalam penyajian data ini jawaban yang diperoleh dari responden akan disajikan dalam bentuk tabel, yang berisi kategori jawaban, jumlah responden yang menjawab dan persentase. Setelah disajikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka akan dipaparkan analisa dari hasil-hasil penelitian.

A. Data Responden

Tabel 3.1:

Karakteristik Responden Berdasarkankan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 103 49,05 %

2 Perempuan 107 50,95 %

Jumlah 210 100 %

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(13)

Tabel 3.2:

Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Persentase

1 17 Tahun 157 74,76 %

2 18 Tahun 53 25,24 %

Jumlah 210 100 %

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang telah berusia 17 tahun lebih dominan. Dalam menentukan responden, kategori yang dipilih adalah siswa yang telah berusia 17 tahun pada tanggal 9 April 2014. Hal ini sesuai dengan syarat seseorang dikatakan sebagai pemilih pemula yang akan menggunakan hak pilihnya pertama kali pada pemilihan umum (DPR, DPD, dan DPRD baik di tingkat kabupaten/kota dan provinsi).

Karakterisitik Responden Berdasarkan Pendidikan

Dalam penelitian ini seluruh responden merupakan siswa kelas XII di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi pilihan seseorang untuk ikut memilih atau tidak dalam pemilihan umum. Seseorang dengan pendidikan menengah hingga tinggi cenderung memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum, sebaliknya seseorang dengan pendidikan yang rendah cenderung tinggal di rumah dan tidak tertarik untuk memilih. Hal ini didasarkan pada pengaruh pendidikan yang dapat memperluas wawasan seseorang sehingga memiliki kepekaan terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

Karakterisitik Responden Berdasarkan Agama

(14)

antar manusia serta lingkungan. Pada tabel berikut ini akan dipaparkan karakteristik responden berdasarkan agama yang dianutnya.

Tabel 3.3: Agama Responden

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 132 62,86%

2 Kristen Protestan 50 23,81%

3 Katolik 27 12,85%

4 Hindu 1 0,48%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(15)

Tabel 3.4: etnis yaitu Jawa dan Batak. Hal ini dapat dijadikan gambaran bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa komposisi pemilih pemula di Kota Medan berdasarkan suku kurang lebih sama dengan data responden. Didasari fakta bahwa tempat yang diteliti adalah Sekolah Menengah Atas Negeri, sekolah yang bersifat umum dan representatif terhadap komposisi masyarakat.

B. Analisis Data

(16)

Dalam menyajikan data, analisis berdasarkan kuesioner kepada responden yang berjumlah 210 Siswa dari 21 Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Medan, maka penulis mengklasifikasikan pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam tabel dengan bentuk data hasil jawaban responden atas kuesioner yang diberikan. Adapun tabel-tabel data yang telah disusun tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5:

Tanggapan Responden Tentang Status Terdaftar Sebagai Pemilih Dalam Pemilihan Umum (Pemilu) dan Penggunaan Hak Pilih

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Ya, dan memilih pada Pemilu 2014 195 92 ,86%

(17)

Tabel 3.6:

Tanggapan Responden Tentang Syarat Terdaftar Menjadi Pemilih Dalam Pemilihan Umum

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Berusia minimal 17 tahun 210 100%

2 Memiliki KTP 210 100%

3 Sudah pernah menikah 206 98,10%

4 Anggota TNI/POLRI - -

5 Tidak tahu - -

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(18)

Tabel 3.7:

Tanggapan Responden Tentang Waktu Pelaksaan Pemilu Tahun 2014

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Maret - -

2 April 210 100

3 Mei - -

4 Juli 120 57,14%

5 Tidak tahu - -

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Data yang ingin diperoleh dari pertanyaan ini sebenarnya adalah apakah responden memahami kegiatan yang disebut sebagai pemilihan umum. Pada umumnya masyarakat menyamakan pengertian seluruh kegiatan pemilihan yang ada di Indonesia. Namun pemilihan umum sebenarnya adalah pemilihan anggota legislatif sebagai wakil rakyat di pemerintahan yang diikuti oleh partai politik sebagai peserta dengan tujuan memenangkan pemilihan umum. Maka dapat dipastikan bahwa 120 responden yang menjawab bahwa pemilihan umum juga dilaksanakan pada bulan juli belum memiliki pengetahuan yang benar tentang pemilihan umum. Pemilihan yang diadakan pada bulan juli adalah pemilihan presiden, dan bukan pemilihan umum.

Tabel 3.8:

Tanggapan Responden Mengenai Tujuan Diselenggarakannya Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Memilih Presiden dan Wakil Presiden 175 83,33%

2 Memilih anggota DPR/DPD/DPRD 210 100%

3 Memilih Partai Politik 189 90%

4 Tidak tahu - -

(19)

Hampir sama dengan maksud dari pertanyaan sebelumnya, pada pertanyaan ini juga ditujukan untuk mengetahui bagaimana pemahaman responden. Responden terlihat kurang memahami secara baik tentang tujuan penyelenggaraan pemilihan umum ketika dihadapkan dengan pilihan jawaban yang ada. Tujuan diselenggarakannya pemilihan umum adalah untuk memilih anggota legislatif, yaitu DPR, DPD dan DPRD. Pemilihan umum bukan diselenggarakan untuk memilih partai politik, apalagi presiden dan wakil presiden yang dipilih pada pemilihan presiden.

Tabel 3.9:

Tanggapan Responden Tentang Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Setiap tahun 4 1,90%

2 2 tahun sekali 2 0,96%

3 5 tahun sekali 192 91,43%

4 Setiap pergantian Undang-Undang 7 3,33%

5 Tidak tahu 5 2,38%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(20)

Tabel 3.10:

Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 12 89 42,38%

2 13 22 10,48%

3 14 33 15,71%

4 Tidak tahu 66 31,43%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(21)

Tabel 3.11:

Tanggapan Responden Mengenai Partai Lokal Yang Ada di Daerah

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Ya, di Provinsi Bali - -

2 Ya, di Provinsi Papua - -

3 Ya, di Provinsi Aceh 157 74,77%

4 Ya, di setiap Daerah Istimewa 12 5,71%

5 Tidak tahu 41 19,52%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa responden yang menjawab partai lokal yang ada di Provinsi Aceh sebanyak 157 orang (74,77%), dan yang menjawab partai lokal yang ada di setiap daerah istimewa sebanyak 41 orang (5,71%), sedangkan yang menjawab tidak tahu sebanyak 41 orang (19,52%). Data tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mengetahui partai politik lokal yang ada di Provinsi Aceh.

Tabel 3.12:

Tanggapan Responden Tentang Tujuan Partai Politik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Menjadi Presiden 88 41, 90%

2 Memenangkan Pemilu 71 33, 81%

3 Menjadi wakil rakyat 36 17, 14%

4 Tidak tahu 15 7, 14%

Jumlah 210 100%

Sumber : Kuesioner tahun 2014

(22)

sebanyak 88 orang (41, 90%), sedangkan yang menjawab untuk memenangkan pemilihan umum responden yang menjawab demikian sebanyak 71 orang (33,81%), dan yang menjawab untuk menjadi wakil rakyat sebanyak 36 orang (17,14%), sedangkan yang jawabannnya tidak tahu sebanyak 15 orang responden dengan persentase 7,14%. Tujuan partai politik adalah untuk memenangkan pemilihan umum. Pemilihan presiden yang dibedakan dengan pemilihan legislatif di indonesia merupakan sebuah anomali dari sistem politik. Hal ini berdampak cukup besar terhadap pemahaman tentang tujuan partai politik.

Tabel 3.13:

Tanggapan Responden Tentang Sumber Informasi Mengenai Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Media Massa (tv, koran, radio, dll) 94 44,77% 2 Media Sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dll) 75 35,71%

3 Komunikasi dengan orang lain 19 9,05%

4 Spanduk/baliho/billboard 22 10,47%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner 2014

Keikutsertaan media dalam membentuk opini publik merupakan upaya membentuk sikap dan tindakan masyarakat mengenai sebuah masalah politik dan/atau aktor politik. Dalam kerangka ini media menyampaikan wacana atau diskursus politik kepada masyarakat. Bentuk wacana politik tersebut dalam media antara lain berupa teks atau berita politik yang di dalamnya terdapat pesan-pesan yang akan disampaikan. Karena kemampuan membentuk opini publik ini, media massa sering dijadikan alat propaganda dalam komunikasi politik.

(23)

instagram, dll) sebanyak 35,71% atau 75 orang responden, dan yang menjawab mendapat informasi tentang pemilihan umum dari berkomunikasi dengan orang lain sebanyak 9,05% atau sebanyak 19 orang, sedangkan yang menjawab bahwa informasi yang didapat tentang pemilihan umum dengan melihat alat peraga kampanye seperti spanduk/baliho/billboard sebanyak 10,47% atau 22 orang responden.

Alasan responden lebih banyak mendapatkan informasi dari media massa dan media sosial adalah perkembangan teknologi yang semakin pesat. Benda-benda penyampai pesan baik elektronik maupun cetak, dapat dengan mudah didapatkan. Hal ini diperkuat lagi dengan media sosial yang memungkinkan responden mendapatkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, dimana saja dan kapan saja. Bahkan berbicara langsung dengan orang lain dan pengaruh dari spanduk serta alat peraga lain tidak signifikan lagi disebabkan mobilitas tinggi masyarakat dewasa ini sehingga hal-hal seperti itu dipandang kurang efisien.

Tabel 3.14:

Tanggapan Responden Tentang Orang Sekitar Yang Menjadi Anggota Partai Politik Atau Calon Legislatif

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Keluarga (ayah, kakak, paman, sepupu, dll) 42 20%

2 Tetangga 37 17,62%

3 Kenalan dari keluarga/teman 52 24,76%

4 Tidak ada 79 37,62%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(24)

anggota partai politik ataupun sebagai calon anggota legislatif berdasarkan kenalan dari keluarga/teman dengan persentase sebanyak 24,76% dengan jumlah 52 orang responden, dan untuk orang sekitar yang menjadi anggota partai politik serta calon anggota legislatif dari kalangan keluarga (ayah, kakak, paman, sepupu, dll) dengan persentase 20% atau dengan jumlah 42 orang responden. adapun tetangga daripada responden yang menjadi anggota partai politik maupun calon anggota legislatif memiliki persentase sebanyak 17,62% atau dengan jumlah responden 37 orang. Namun apabila dijumlahkan secara keseluruhan, maka responden yang memiliki orang-orang disekitarnya sebagai anggota partai maupun calon legislatif baik itu dari keluarga, tetangga maupun kenalan lebih banyak daripada yang tidak dengan jumlah 131 responden atau 62,38%.

Tabel 3.15:

Tanggapan Responden Tentang Adanya Ajakan Untuk Mengikuti Kampanye atau Kegiatan Partai Dari Orang Sekitar

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pernah dan ikut 69 32,86%

2 Pernah tapi menolak 98 46,66%

3 Tidak pernah 43 20,48%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(25)

terlibat secara langsung, kemudian faktor bahwa selama ini kampanye hanya berupa acara panggung hiburan dan konvoi keliling.

Tabel 3.16:

Tanggapan Responden Mengenai Keikutsertaan Dalam Sosialisasi Tentang Pendidikan Politik atau Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Ya, diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

92 43,81%

2 Ya, diselenggarakan oleh partai politik 24 11,43% 3 Ya, diselenggarakan oleh sekolah 66 31,43

4 Tidak pernah 28 13,33%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(26)

Tabel 3.17:

Tanggapan Responden Mengenai Intensitas Dalam Melihat Iklan Partai/Calon Legislatif di Media Massa Menjelang Pemilu (Mulai Dari

Awal Tahun 2014)

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Beberapa kali dalam satu hari 147 70%

2 Melihat sedikitnya sekali dalam satu hari 55 26,2%

3 Beberapa kali dalam seminggu 8 3,8%

4 Tidak pernah - -

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa intesitas responden dalam melihat iklan partai politik/calon legislatif di media massa menjelang pemilihan umum (mulai dari awal tahun 2014) bisa dikatakan tinggi. Dimana responden yang melihat iklan partai/calon legislatif beberapa kali dalam satu hari sebanyak 147 orang (70%), dan untuk responden yang melihat sedikitnya sekali dalam satu hari dijawab sebanyak 55 orang (26,2%), sedangkan yang hanya melihat beberapa kali dalam seminggu dijawab sebanyak 8 orang (3,8%).

(27)

HANURA dan sebagai ketua Badan Pemenangan Pemilu (BAPPILU) partai tersebut.

Tabel 3.18:

Tanggapan Responden Tentang Iklan Partai/Calon Legislatif Pada Media Massa

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Membaca isinya 102 48,57%

2 Melihat sekilas 67 32%

3 Melewatkannya 41 19,52%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden dalam menanggapi iklan partai/calon legislatif pada media massa memiliki jumlah yang lebih banyak dari pada yang hanya melihat sekilas saja maupun yang melewatkannya. Dalam hal ini persentasenya sebesar 48,57% dengan jumlah responden 102, dan yang hanya melihat sekilas saja persentasenya sebesar 32% dengan jumlah responden sebanyak 67 orang sedangkan yang hanya melewatkan iklan tentang partai/calon legislatif, persentasenya sebesar 19,52% atau jumlah respondennya sebanyak 41 orang. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa iklan partai politik/calon legislatif mampu menarik perhatian dari para pemilih pemula.

Tabel 3.19:

Tanggapan Responden Mengenai Penggunaan Hak Pilih

No Jawaban responden Jumlah Persentase

1 Akan memilih 197 93,81%

2 Tidak memilih 9 4,28%

3 Tidak tahu 4 2%

Jumlah 210 100%

(28)

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa masih ada pemilih pemula yang tidak akan menggunkan hak pilihnya pada pemilihan umum 2014 sebnayak 9 orang (4,28). Sedangkan yang akan menggunkan hak pilihnya mencapai 93,81% dengan jumlah responden sebanyak 197 orang. Namun masih ada yang tidak tahu apakah akan menggunkan hak pilihnya tersebut pada pemilihan umum yaitu 4 orang (2%). Terlihat bahwa antusisme responden sangat tinggi terhadap pemilihan umum. Sesuai dengan karakter dari pemilih pemula sebagai responden yang selalu ingin mencoba hal-hal baru, dalam hal ini yaitu memilih dalam pemilihan umum.

Tabel 3.20:

Tanggapan Responden Tentang Alasan Memilih/Tidak Memilih dan Menggunakan Hak Pilih

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pengaruh keluarga 28 13,33%

2 Pengaruh teman/kenalan 15 7,14%

3 Sadar akan hak pilih yang dimiliki 152 72,39% 4 Tidak tahu tentang partai/calon legislatif 3 1,43%

5 Tidak punya alasan untuk memilih 12 5,71%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(29)

Hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang menjawab bahwa menjadikan sadar akan hak pilih yang dimiliki sebagai alasan ikut memilih dikarenakan pemilih pemula memiliki harapan yang tinggi terhadap pelaksanaan pemilihan umum 2014 yaitu anggota legislatif terpilih nantinya akan membawa perubahan-perubahan yang baik. Walaupun masih bersifat normatif, namun semangat dan harapan pemilih pemula terlihat berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan.

Tabel 3.21:

Tanggapan Responden Tentang Alasan Dalam Memilih Partai Politik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Karena keluarga/teman/kenalan 147 70%

2 Simbol partai (gambar, bendera, warna, tokoh )

24 11,43%

3 Aktivitas partai (program, visi dan misi, iklan )

39 18,57%

Jumlah 210 100%

Sumber : Kuesioner tahun 2014

(30)

Tabel 3.22:

Tanggapan Responden Mengenai Fenomena/Kejadian Tentang Partai/Anggota Legislatif

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Mendiskusikan/menceritakan hal tersebut kepada orang lain

63 30%

2 Mencari berita baru dan referensi tentang hal tersebut

46 21,9%

3 Hanya mendengar berita tentang hal tersebut saat kebetulan ada

93 44,29%

4 Tidak peduli dengan hal tersebut 8 3,81%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(31)

Tabel 3.23:

Tanggapan Responden Tentang Platform/Ideologi Partai Yang Baik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Partai Agama 32 15,24%

2 Partai Nasionalis 137 65,24%

3 Partai Ideologis 21 10%

4 Tidak tahu 20 9,52%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memilih platform/ideologi partai politik nasionalis yang dominan, dengan jumlah responden yang memilih sebanyak 137 orang (65,24%), responden yang memilih partai dengan platform agama sebanyak 32 orang (15,24%), partai ideologis yang dilih oleh 21 orang responden atau 10%, sedangkan yang tidak tahu tentang platform/ideologi partai politik ada 20 orang (9,52).

(32)

Tabel 3.24:

Pengetahuan Responden Tentang Partai Politik Peserta Pemilu 2014

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) 210 100%

2 Partai Golongan Karya (GOLKAR) 210 100%

3 Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA)

210 100%

4 Partai Damai Sejahtera (PDS) 32 15,24%

5 Partai DEMOKRAT 210 100%

6 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 176 83,81%

7 Partai Amanat Nasional (PAN) 208 99,04%

8 Partai Bintang Reformasi (PBR) - -

9 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 172 81,90% 10 Partai Nasional Demokrat (NASDEM) 198 94,29%

11 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 201 95,71%

12 Partai Matahari Bangsa (PMB) - -

13 Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) 187 89,05%

14 Partai Bulan Bintang (PBB) 133 63,33%

15 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 102 48,57% Sumber: Kuesioner tahun 2014

(33)

Keadilan Sejahtera (PKS) dijawab sebanyak 201 responden (95,71%), Partai Hati Nurani Rakyat (HANURA) mendapat jawaban dari responden sebanyak 187 responden (89.05%), dan Partai Bulan Bintang (PBB) dijawab sebanyak 133 responden (63,33%), sedangkan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) mendapat jawaban dari 102 responden (48,57%).

(34)

Tabel 3.25:

Tanggapan Responden Mengenai Warna Yang Identik Dengan Sebuah Partai

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Merah 200 95,24%

(35)

responden) diidentikkan dengan warna Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA).

Tabel 3.26:

Tanggapan Responden Tentang Fungsi Dari Partai Politik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Komunikasi politik 183 87,14%

2 Pengelola politik 162 77,14%

3 Sosialisasi politik 157 74,76%

4 Pemenangan politik 193 91,90%

5 Rekrutmen politik 198 94,28%

Sumber: Kuesioner 2014

(36)

Tabel 3.27:

Tanggapan Responden Tentang Istilah-Istilah Yang Sering Didengar Pada Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pemilih Pemula 175 83,33%

2 Swing Voters/Pemilih Mengambang 128 60,95%

3 Golongan Putih (Golput) 189 90%

4 Serangan Fajar 121 57,61%

5 Money Politic (Politik Uang) 174 82,85%

6 Black Campaign 183 87,14%

7 Negative Campaign 157 74,76%

8 Tim Sukses 206 98,1%

9 One Man One Vote 89 42,38%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(37)

Tabel 3.28:

Tanggapan Responden Tentang Pengertian Istilah-Istilah Yang Ada Pada Pemilu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pemilih Pemula 204 97,14%

2 Swing Voters/Pemilih Mengambang 87 41,43%

3 Golongan Putih (Golput) 165 78,57%

(38)

188 responden (89,52%). Yang terakhir istilah “One Man One Vote” diketahui sebanyak 78 responden (37,14%) pengertiannya.

Tabel 3.29:

Tanggapan Responden Tentang Isi Iklan Partai Politik atau Calon Legislatif Yang Sering Terlihat

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Foto calon/gambar partai 142 67,62%

2 Nomor urut/cara mencoblos calon atau partai 96 45,71%

3 Visi dan misi calon/partai 118 56,20%

4 Slogan calon/partai 147 70%

5 Kata-kata persuasif/ajakan untuk memilih partai/calon

181 86,20%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(39)

Tabel 3.30:

Tanggapan Responden Tentang Faktor Yang Dianggap Penting Dalam Memilih Calon Legislatif

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Kesamaan agama 89 42,38%

2 Visi dan misi/program yang di usung 68 32,39%

3 Penampilan (tampan/cantik) 24 11,42%

4 Bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) 27 12,86%

5 Tidak tahu 2 0,95%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(40)

Tabel 3.31:

Tanggapan Responden Tentang Faktor Yang Dianggap Penting Dalam Memilih Partai Politik

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Platform/ideologi partai 59 28,1%

2 Visi dan misi/program partai 80 38,1%

3 Bentuk kampanye (iklan/spanduk/baliho) 27 12,85%

4 Tampilan (gambar/simbol) 24 11,43%

5 Tidak tahu 20 9,52%

Jumlah 210 100%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(41)

Tabel 3.32:

Tanggapan Responden Tentang Berita Media Massa Yang Paling Sering Dilihat Berkaitan Dengan Partai/Anggota Legislatif (DPR, DPD, DPRD)

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Pembahasan dan pengesahan Undang-Undang (UU)

107 50,95%

2 Reses/menampung aspirasi dan permasalahan rakyat di daerah

83 39,52%

3 Kasus korupsi/permasalahan hukum anggota partai dan legislatif

197 93,81%

4 Permasalahan internal partai (perpecahan, pertikaian atau perbedaan pendapat sesama anggota partai dll)

181 86,19%

5 Sikap dan pendapat partai/anggota legislatif tentang korupsi atau fenomena politik dan negara

192 91,42%

Sumber: Kuesioner tahun 2014

(42)
(43)

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dari Bab I sampai dengan Bab III dalam penelitian ini, banyak hal yang telah dipaparkan. Hal-hal tersebut berupa masalah teoritis, teknik penulisan, temuan data, maupun pengalaman dan interaksi selama berjalannya penelitian. Pada bab terakhir ini akan dihimpun hasil dari keseluruhan unsur tersebut. Bagaimana rangkuman analisa terhadap data dengan teori yang ada dapat dilihat pada paragraf selanjutnya.

A. Kesimpulan

Untuk menentukan bagaimana persepsi pemilih pemula di Kota Medan dapat dilihat dengan menggunakan beberapa faktor. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap persepsi pemilih pemula yaitu:

1. Stimulus

Input informasi merupakan salah satu dasar dalam pembentukan persepsi. Berdasarkan latar belakang responden, sebagian besar memiliki orang-orang yang terkait dengan aktivitas politik. Dalam hal ini, baik sebagai anggota dari sebuah partai politik maupun sebagai calon anggota legislatif. Lingkungan sekitar mereka juga turut memberikan andil yang cukup besar. Sekolah sebagai rumah kedua turut berperan disamping komisi pemilihan umum. Walaupun partai politik sebagai pihak yang terkait langsung dan memiliki tugas tersebut sebagai salah satu fungsinya tidak menunjukkan peran yang sentral.

(44)

baru. Media massa seperti surat kabar dan televisi masih mendominasi dalam penyebaran informasi, namun perlahan media-media sosial mulai menunjukkan diri sebagai alat peraga yang cukup berpengaruh. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa media-media sosial mengalami perkembangan yang pesat pada kuantitas pengguna. Intensitas pemberitaan yang tinggi pada media-media tersebut juga membuat informasi yang ada tersampaikan dengan baik.

2. Registrasi

Kemampuan pemilih pemula dalam menyerap informasi yang ada turut mempengaruhi persepsi mereka kepada tahap berikutnya. Informasi-informasi dasar tentang proses administratif dapat dimengerti dengan baik. Waktu pelaksanaan dan siklus diadakannya pemilihan umum serta syarat seseorang untuk dapat diperbolehkan berpartisipasi telah dimengerti oleh sebagian besar responden. Demikian pula dengan jumlah partai politik peserta pemilu. Walaupun tidak secara sempurna dapat menangkap perbedaan jumlah dan nama partai peserta pemilihan umum. Pengaruh verifikasi yang dijalankan dengan cukup ketat menunjukkan kurangnya pemahaman, namun terbantu dengan perbedaan jumlah partai yang signifikan.

(45)

janji kampanye hanya sekedar menjadi formalitas. Tetap dengan tujuan utama yaitu ajakan untuk memilih kandidat yang diusung.

3. Interpretasi

Pada tahap ini pemilih pemula menunjukkan perbedaan yang menguatkan ciri-ciri alamiah mereka. Sebagai sebuah unsur yang baru didalam konteks pemilihan umum, ciri asal mereka menguat. Dalam hal ini, proses kognitif yang menjadi tolak ukurnya. Pendalaman tentang hal baru yang mereka dapat terdampak oleh sifat mereka yang masih kontekstual dan formal. Belum ada proses pendalaman untuk mencapai pemahaman yang baik. Tujuan dan fungsi partai politik serta pemilihan umum belum secara masif dipahami. Walaupun pemahaman tentang visualisasi partai politik dan istilah-istilah pada pemilihan umum yang ada cukup baik. Unsur normatif kembali muncul pada alasan pemilih pemula ketika akan memilih dalam pemilihan umum dan tidak independen dalam memilih partai politik.

4. Umpan Balik (feedback)

Tahap ini menunjukkan hasil dari keseluruhan proses yang terjadi pada persepsi. Pemilih pemula cenderung hanya mencoba hal baru yang bersifat seremonial. Hal itu ditunjukkan dengan keseluruhan pemilih pemula yang terdaftar berkeinginan untuk ikut memilih dalam pemilihan umum. Namun ketika dihadapkan dengan kegiatan lain seperti kampanye dan atensi terhadap atribut-atribut pendukung lainnya, pemilih pemula cenderung menolak dan tidak merespon dengan baik. Berkaitan dengan wacana yang berkembang, sebagian pemilih pemula memiliki respon yang baik, namun sebagian dari mereka tidak cukup tertarik dengan hal tersebut.

B. Saran

(46)
(47)

BAB II KOTA MEDAN

A. Letak Geografis

Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara juga kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3°30'-3°43' Lintang Utara dan 98°35'-98°44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Letak geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.35

(48)

Tabel 2.1:

Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 20,68 7,80

2 Medan Selayang 12,81 4,83

3 Medan Johor 14,58 5,50

4 Medan Amplas 11,19 4,22

5 Medan Denai 9,05 3,41

6 Medan Tembung 7,99 3,01

7 Medan Kota 5,27 1,99

8 Medan Area 5,52 2,08

9 Medan Baru 5,84 2,20

10 Medan Polonia 9,01 3,40

11 Medan Maimun 2,98 1,13

12 Medan Sunggal 15,44 5,83

13 Medan Helvetia 13,16 4,97

14 Medan Barat 6,82 2,57

15 Medan Petisah 5,33 2,01

16 Medan Timur 7,76 2,93

17 Medan Perjuangan 4,09 1,54

18 Medan Deli 20,84 7,86

19 Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 23,82 8,89

21 Medan Belawan 26,25 9,90

Jumlah 265,10 100

(49)

B. Demografi Penduduk

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penduduk penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk) Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.36

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan

(50)

Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

(51)

Tabel 2.2:

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2009

No Kecamatan Laki Laki Perempuan Jumlah

1. Medan Tuntungan 34.153 35.919 70.073

2. Medan Johor 57.495 58.725 116.220

3. Medan Amplas 57.127 58.029 115.156

4. Medan Denai 69.746 70.194 139.939

5. Medan Area 53.866 55.386 109.253

6. Medan Kota 41.298 42.994 84.292

7. Medan Maimun 28.212 29.646 57.859

8. Medan Polonia 26.389 27.038 53.427

9. Medan Baru 20.822 23.394 44.216

10. Medan Selayang 42.434 43.244 85.678

11. Medan Sunggal 54.452 56.216 110.667

12. Medan Helvetia 71.713 73.662 145.376

13. Medan Petisah 32.795 35.325 68.120

14. Medan Barat 38.513 40.585 79.098

15. Medan Timur 56.201 57.673 113.874

16. Medan Perjuangan 51.752 53.950 105.702

17. Medan Tembung 70.628 71.158 141.786

18. Medan Deli 75.246 74.830 150.076

19. Medan Labuhan 53.522 53.399 106.922

20. Medan Marelan 64.183 62.436 126.619

21. Medan Belawan 48.908 47.791 96.700

(52)

Tabel 2.3:

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2009

Golongan Umur Laki Laki Perempuan Jumlah

0-4 85.479 92.031 177.510

Jumlah 1.049.457 1.071.596 2.121.053

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan C. Latar Belakang Historis

Kotamadya Medan awalnya adalah sebuah perkampungan kecil yang dinamakan kampung Medan Putri. Letaknya berada di antara pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura dan termasuk wilayah XII Kuta Hamparan Perak.37 Hadirnya perkebunan tembakau di wilayah Sumatera Timur telah membawa

37 Tengku Lukman Sinar. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: Litbang Seni Budaya Melayu. 1991. hal.

(53)

perubahan yang signifikan baik dari segi ekonomi, sosial, dan demografi. Keuntungan yang didapat dari perkebunan tembakau begitu besar sehingga mempengaruhi perkembangan perekonomian di Sumatera Timur. Keuntungan itu tidak hanya dirasakan oleh pihak pengusaha perkebunan saja tetapi juga dirasakan oleh pihak sultan dan raja-raja yang berkuasa di Sumatera Timur.

Keuntungan yang didapat berkat hadirnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur telah mengangkat kondisi sosial-ekonomi pihak penguasa Sumatera Timur. Sebelum kedatangan Belanda, para raja hidup dalam keadaan melarat. Setelah kedatangan Belanda, gaya hidup pihak penguasa Sumatera Timur pun berubah. Mereka tidak melewatkan sedikt waktu pun untuk mengadakan pesta-pesta mewah untuk menyambut tamu-tamu Eropa. Selain itu, banyak orang dari luar wilayah Sumatera Timur datang ke wilayah ini untuk mencari nafkah sehingga mempengaruhi demografi Sumatera Timur pada saat itu.

Seiring dengan perkembangan perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pihak pengusaha perkebunan mulai memperkerjakan kuli-kuli Cina. Awalnya pihak pengusaha mempekerjakan penduduk asli, yaitu Batak dan Melayu, tetapi karena mereka cenderung malas bekerja maka pihak pengusaha tidak mempekerjakan penduduk asli lagi. Namun pada akhirnya pihak pengusaha mendatangkan kuli-kuli yang berasal dari Jawa dan India dengan sistem kontrak. Dengan demikian komposisi penduduk wilayah Sumatera Timur tidak hanya didiami oleh penduduk asli tetapi juga didami oleh suku-suku pendatang, seperti Jawa, Cina, India, dan suku Batak Toba yang datang ke Sumatera Timur untuk mencari nafkah.

(54)

Chartered Bank pada tahun 1888 yang disusul oleh dibukanya kantor Nederlandsche Handel Maatschaappij pada tahun 1892. Perkembangan perekonomian yang begitu pesat menyebabkan dibukanya Belawan sebagai pelabuhan internasional. Ketika Medan dijadikan Ibukota Karesidenan Sumatera Timur, tumbuh kampung-kampung yang baru: Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir, Kampung Kesawan, dan Kampung Sungai Rengas. Kampung-kampung ini dikepalai oleh seorang kepala Kampung-kampung di bawah komando Kontrolir di Labuhan. Kampung Petisah Hulu disatukan dengan Petisah Hilir yang dikepalai oleh seorang Kepala Kampung. Kemudian, tumbuh lagi kampung yang baru, yaitu: Kampung Aur dan Kampung Keling yang dikepalai oleh wakil Kepala Kampung.38

Pada tahun 1918 status Medan beralih dari status ibukota Karesidenan Sumatera Timur menjadi status Gementee (Kotapraja), tetapi kota Maksum dan Sungai Kera tidak termasuk ke dalam wilayah Kotapraja. Kedua wilayah itu tetap berada dalam kekuasaan Sultan Deli. Walikota Kotapraja Medan pada saat itu adalah Baron Daniel Mackay. Selain itu, muncul pula tempat pemukiman baru yang letaknya terpisah dari penduduk pribumi dan berdiam secara eksklusif. Tempat pemukiman itu ditujukan untuk orang-orang Eropa dan orang-orang Cina. Bahkan di kalangan penduduk pribumi ada juga yang membentuk kelompoknya sendiri seperti kampung Mandailing. Pada masa itu penduduk Medan berjumlah 43.826 jiwa. Hal ini disebabkan penduduk pribumi telah bercampur-baur dengan pendatang asing seperti orang Eropa, orang Cina, dan orang Asia lainnya.

Selanjutnya Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat baik dari segi ekonomi maupun pemerintahan. Setelah Indonesia merdeka, Kota Medan menjadi kota otonom yang berada di bawah pengawasan Gubernur Sumatera. Hal ini sesuai dengan ketetapan Gubernur No.103 pada tanggal 17 Mei 1946 mengenai pembentukan 15 kota otonom. Ketika Negara Sumatera Timur (NST)

(55)

terbentuk, Medan dijadikan Stadsgemente.39 Seiring dengan terbentuknya Provinsi Sumetara Utara maka pemerintahan Negara Sumatera Timur pun dihapuskan. Provinsi Sumatera Utara yang telah terbentuk itu meliputi wilayah Karesidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli dengan Medan sebagai pusat pemerintahannya. Tetapi pembentukan Provinsi Sumatera Utara menuai protes dari kalangan masyarakat Aceh yang menginginkan wilayah Aceh menjadi satu provinsi yang otonom dan tetap tunduk pada pemerintah pusat. Setelah melalui perundingan, maka pada tahun 1956 Aceh tidak lagi menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara.

Dengan demikian, terjadi perubahan jumlah Daerah Otonom tingkat II, yaitu 10 Kabupaten, 3 Kota besar termasuk Kota Medan, dan 3 kota kecil lainnya. Melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU ditetapkan bahwa sejak 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat dengan mengambil wilayah Kabupaten Deli dan Serdang. Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat Walikota Medan nomor 2 tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan, yaitu: Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat, dan Kecamatan Medan Baru. Empat kecamatan tersebut memiliki 59 Kepenghuluan.

Dalam perkembangan selanjutnya Medan yang telah menjadi Kotamadya, mengalami perluasan daerah. Melalui Peraturan Pemerintah No.22 tahun 1973 ditetapkan bahwa beberapa wilayah yang sudah menjadi bagian dari Kabupaten Deli Serdang, dimasukkan ke dalam wilayah Kotamadya Medan, sehingga Medan memiliki 11 Kecamatan dan 116 Kelurahan. Kemudian, melalui sebuah surat persetujuan dari Mendagri pada tahun 1986, Kelurahan yang ada di Kotamadya Medan ditambah menjadi 144 Kelurahan. Melalui Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1991 tentang pembentukan beberapa Kecamatan di Sumatera Utara,

(56)

maka Kecamatan yang ada di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dimekarkan menjadi 19 Kecamatan. Kemudian dua wilayah di Kotamadya Medan dimekarkan menjadi wilayah Kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 tahun 1992 tentang pembentukan Kecamatan di Sumatera Utara. Berdasarkan keputusan tersebut, Kecamatan di Kotamadya Medan yang semula berjumlah 19 menjadi 21 Kecamatan. Dua Kecamatan yang mengalami pemekaran tersebut adalah Kecamatan Medan Marelan dengan 4 Kelurahan dan Kecamatan Medan Perjuangan dengan 9 Kelurahan.

D. KPU Kota Medan

Salah satu kebijakan dalam bidang politik dalam negeri yang tercantum dalam Ketetapan MPR–RI Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004 adalah menyelenggarakan Pemilihan Umum secara berkualitas dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya atas dasar prinsip demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil dan beradab yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggaraan Independen dan Non Partisan selambat – lambatnya pada tahun 2004. Mengingat Pemilihan Umum merupakan salah satu program Nasional yang harus dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali secara kontinu, maka diperlukan Institusi yang mempunyai wewenang secara khusus untuk menangani Pemilihan Umum agar dapat berjalan sesuai dengan amanat Konstitusi. Institusi tersebut bersifat tetap, nasional dan mandiri.40

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, maka Pemerintah menyusun langkah-langkah mempersiapkan pembentukan Badan Penyelenggara Pemilu mulai dari Pusat hingga Kabupaten/Kota. Implikasi langkah persiapan Pemerintah tersebut adalah:

1. Menerbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum

40 Jessy Jujur Sihombing. Peran dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Kota Medan Dalam Penyelenggaraan

(57)

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 81 tahun 2000

3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum di Provinsi, Kabupaten/Kota.

Pembentukan Perwakilan Sekretariat Umum KPU (PS-KPU) di Kota Medan didasarkan pada Keppres Nomor 67 Tahun 2002 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2002. Dengan demikian secara yuridis, terhitung mulai tanggal 9 Oktober 2002, Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kota Medan telah terbentuk bersama dengan 30 (tiga puluh) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Provinsi dan 288 (dua ratus delapan puluh delapan) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kabupaten serta 88 (delapan puluh delapan) Perwakilan Sekretariat Umum KPU Kota di seluruh Indonesia.

(58)

Visi KPU Kota Medan

Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.41

Misi KPU Kota Medan

a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum.

b. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, akuntabel, edukatif dan beradab.

c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersih, efisien dan efektif.

d. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara adil dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

41 KPU Kota Medan, Visi dan Misi KPU, http://kpud-medankota.go.id/visi-misi.html, diakses tanggal 07

(59)

Gambar 2.1:

Struktur Organisasi KPU Kota Medan Tahun 2014

Sumber: diolah dari website KPU Kota Medan Yenni Chairiah Rambe

Ketua KPU Kota Medan

Agussyah Ramadani Damanik Ketua Divisi Hukum Dan Hupmas

(Anggota) Edy Suhartono Ketua Divisi Sosialisasi

(Anggota)

Irwansyah

Ketua Divisi SDM, Perencanaan Keuangan dan Logistik

(Anggota) Pandapotan Tamba

(60)

E. Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Medan

Kota Medan memiliki 21 Sekolah Menengah Atas Negeri yang menjangkau seluruh daerah di Kota Medan. Adapun daftar seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri tersebut adalah:

1. SMA Negeri 1 Medan

Alamat: Jl. Teuku Cik Ditiro No. 1, Medan Polonia Kepala Sekolah: Drs. Ahmad Siregar42

2. SMA Negeri 2 Medan

Alamat: Jl. Karangsari No. 435, Medan Polonia Kepala Sekolah: Dra. Hj. Safrimi, M. Pd43 3. SMA Negeri 3 Medan

Alamat: Jl. Budi Kemasyarakatan No. 3, Medan Barat Kepala Sekolah: Drs. Sahlan Daulay, M. Pd44

4. SMA Negeri 4 Medan

Alamat: Jl. Gelas No. 12, Medan Petisah Kepala Sekolah: Drs. Ramly, M. Pd45 5. SMA Negeri 5 Medan

Alamat: Jl. Pelajar No. 17, Medan Kota

Kepala Sekolah: Drs. Haris H. Simamora, M. Si46 6. SMA Negeri 6 Medan

Alamat: Jl. Ansari No. 34, Medan Kota Kepala Sekolah: Dra. Hj. Erlinda47

7. SMA Negeri 7 Medan

Alamat: Jl. Timor No. 36, Medan Timur Kepala Sekolah: Drs. M. Daud Lubis48

42 SMA Negeri 1 Medan. http://www.smansamedan.sch.id/. diakses tanggal 08 Januari 2015. 43 SMA Negeri 2 Medan. http://sman2medan.sch.id/. diakses tanggal 08 Januari 2015.

44 SMA Negeri 3 Medan. http://www.sman3medan.net/. diakses tanggal 08 Januari 2015. 45 SMA Negeri 4 Medan. http://sman4medan.sch.id/. diakses tanggal 08 Januari 2015.

46 Wikipedia. SMA Negeri 5 Medan. http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_5_Medan. diakses tanggal 08

Januari 2015.

47 SMA Negeri 6 Medan. http://www.sman6medan.sch.id/. diakses tanggal 08 Januari 2015.

48 SD Negeri 060959. Alamat SMA se-Kota Medan.

(61)

8. SMA Negeri 8 Medan

Alamat: Jl. Sampali No. 23, Medan Area Kepala Sekolah: Drs. Sudirman, M. Si49 9. SMA Negeri 9 Medan

Alamat: Jl. Sei Mati, Medan Labuhan Kepala Sekolah: Sofyan, S. Pd

10.SMA Negeri 10 Medan

Alamat: Jl. Tilak No. 108, Medan Kota Kepala Sekolah: Drs. H. Sufrizal Tanjung 11.SMA Negeri 11 Medan

Alamat: Jl. Pertiwi No. 93, Medan Tembung

Kepala Sekolah: Drs. Karapatan Lumbantoruan, M. Pd50 12.SMA Negeri 12 Medan

Alamat: Jl. Cempaka No. 75, Medan Helvetia Kepala Sekolah: Drs. Jasmen Tampubolon, M. Si51

13.SMA Negeri 13 Medan

Alamat: Jl. Brigjend Zein Hamid Km. 7, Medan Johor Kepala Sekolah: Drs. Ilyas, S. Pd52

14.SMA Negeri 14 Medan

Alamat: Jl. Pelajar Timur Ujung, Medan Denai Kepala Sekolah: Drs. Gultom, M. Pd

15.SMA Negeri 15 Medan

Alamat: Jl. Pembangunan No. 7, Medan Sunggal Kepala Sekolah: Drs. Darwin Siregar

16.SMA Negeri 16 Medan

Alamat: Jl. Kapten Rahmad Buddin, Medan Marelan Kepala Sekolah: Sri Irawati, S. Pd

17.SMA Negeri 17 Medan

Alamat: Jl. Jamin Ginting Km. 13,5, Medan Tuntungan Kepala Sekolah: Drs. Karbin Tarigan

49 Ibid.

50 SMA Negeri 11 Medan. http://sman11medan.sch.id/. diakses tanggal 08 Januari 2015.

51 Wikipedia. SMA Negeri 12 Medan. http://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_12_Medan. diakses tanggal

(62)

18.SMA Negeri 18 Medan

Alamat: Jl. Wahidin No. 15a, Medan Kota Kepala Sekolah: Dra. Yurmaini Siregar 19.SMA Negeri 19 Medan

Alamat: Jl. Seruai, Medan Labuhan

Kepala Sekolah: Renata Nasution, S. Pd, M. Si53 20.SMA Negeri 20 Medan

Alamat: Jl. Besar Bagan Deli, Medan Belawan Kepala Sekolah: Mukhlis, S. Pd54

21.SMA Negeri 21 Medan

Alamat: Jl. Kramat Indah/Selambo Ujung, Medan Denai Kepala Sekolah: Drs. Salon Sinaga, M. Si55

53 SMA Negeri 19 Medan. http://sman19medan.sch.id/. diakses tanggal 08 Januari 2015. 54 SMA Negeri 20 Medan. http://sman20medan.sch.id/. diakses tanggal 08 Januari 2015.

(63)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilih pemula merupakan pengkategorian terhadap kelompok muda yang baru pertama kali akan menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum. Sebenarnya di Indonesia, anggota TNI/Polri yang baru saja pensiun dan mendapatkan hak pilihnya sebagai warga negara juga dikategorikan sebagai pemilih pemula. Namun hal tersebut sangatlah terbatas dan tidak mencakup pengertian pemilih pemula secara umum dikarenakan mereka baru mendapatkan hak pilih karena kondisi tertentu. Pada umumnya pemilih pemula adalah para pelajar, mahasiswa semester awal dan kelompok muda lainnya yang menurut undang-undang telah memenuhi syarat untuk memilih dalam pemilihan umum.

Pemisahan kelompok muda tersebut menjadi pemilih pemula memiliki alasan tersendiri. Pemilih pemula memiliki karakteristik yang berbeda dengan pemilih lain pada umumnya. Karakter khas pemuda seperti kritis, ingin mencoba/penasaran dengan hal-hal baru, independen, pro perubahan dan karakter-karakter lainnya yang tidak lagi ditemukan pada orang dewasa yang telah mapan dan biasanya telah memiliki pilihan menjadi nilai tersendiri bagi pemilih pemula. Karakter-karakter tersebut cukup mumpuni untuk membangun komunitas generasi pemilih cerdas. Hal ini disebabkan karakter yang ada menyebabkan pemuda memiliki pertimbangan rasionalitas yang lebih terhadap kondisi kekinian.

(64)

dengan pemilu seperti partai politik sebagai peserta pemilu. Pertanyaan-pertanyaan itu penting untuk diajukan agar pemilih pemula menjadi pemilih yang cerdas dalam menentukan pilihannya dalam pemilu.

Diperkirakan dalam setiap pemilu, jumlah pemilih pemula sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah pemilih dalam pemilu. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih. Data BPS 2010: Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang, usia 20-24 tahun: 19.878.417 orang. Dengan demikian, jumlah pemilih muda sebanyak 40.749.5035 orang.1 Jumlah itu sangat besar dan bisa menentukan kemenangan partai politik atau kandidat tertentu yang berkompetisi dalam pemilihan umum. Dengan demikian, jangan sampai hak mereka sebagai warga negara menjadi tidak berarti dikarenakan kesalahan-kesalahan yang bersifat teknis dan tidak diharapkan. Seperti tidak bisa menggunakan hak pilihnya dalam pemilu karena tidak terdaftar dalam daftar pemilih dan kesalahan lainnya.

Dalam pemilu, satu suara sangat mempengaruhi kemenangan politik, apalagi jumlahnya mencapai jutaan seperti pemilih pemula. Maka dalam setiap pemilu, pemilih pemula selalu menjadi rebutan oleh berbagai kekuatan politik. menjelang pemilu biasanya partai politik dan peserta pemilu lainnya membuat program dan propaganda yang ditujukan untuk menarik minat pemilih pemula. Berbagai kegiatan hingga membentuk sebuah komunitas dikalangan muda agar mereka mau memberikan dukungan dan suara kepada kandidat serta partai tertentu. Tujuannya tidak lain adalah agar mereka mendapatkan jumlah suara yang signifikan untuk memenangkan pemilu.

Pihak manapun yang mendapatkan dukungan dari kalangan pemilih pemula akan merasakan keuntungan yang tidak sedikit. Dukungan yang ada secara tidak langsung akan melahirkan pencitraan positif bagi partai maupun

1

(65)

kandidat peserta pemilu lainnya. Setidaknya proses regenerasi kader politik yang membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit, dapat teratasi dengan dirangkulnya kalangan pemilih pemula. Apabila tidak adanya dukungan dari pemilih pemula, maka akan sangat merugikan sebenarnya bagi keberlangsungan proses yang ada dalam sebuah partai maupun dampak langsung dalam pemilu, kehilangan sumber suara potensial dengan jumlah yang signifikan.

Namun seharusnya objek kajian politis yang ada haruslah tidak berhenti sampai tahap hitungan suara tersebut. Pembahasan yang lebih jauh sebenarnya harus memperhatikan dengan mendalam tentang kerangka pendidikan politik yang mencerdaskan. Perlu adanya perspektif yang dibenahi dalam menempatkan kalangan pemilih pemula pada ruang lingkup politik yang lebih luas. Hal tersebut adalah bagaimana meletakkan pemuda sebagai subjek pendidikan politik itu sendiri. Selama ini kalangan pemilih pemula tersebut hanyalah sebagai objek politik, sebagaimana masyarakat lain pada umumnya. Mereka dilihat hanya sebagai lumbung suara dalam memenangkan pemilu, tidak lebih. Fakta yang dapat ditemui adalah kegiatan memilih dalam pemilu dilakukan secara asal, yaitu tanpa adanya pemahaman dan kesadaran berpolitik. Hal ini menunjukkan belum tercapainya kesadaran politik, tanpa mengenyampingkan progress yang sedang berjalan.

Akibatnya bisa dirasakan ketiadaan kesadaran politik yang hadir disetiap kenampakan partisipasi yang mereka lakukan. Hal ini tidak lebih dari sekedar aksi ritual yang lebih mensyaratkan untuk digugurkan, tanpa makna, semoga bukan sebagai aksi apatisme akut akibat kejenuhan emosional. Selama sudut pandang ini tidak mengalami perubahan, sudah bisa dipastikan hanya akan memicu lahirnya

“eksploitasi politik” dikalangan pemilih pemula ini. Selamanya mereka hanya

(66)

dirinya melalui media massa menyatakan siap merangkul kalangan ini. Fasilitas yang dikhususkan untuk kalangan pemuda disiapkan sedemikian rupa memungkinkan mereka untuk berekspresi sesuai minat dan hobi. Secara mengejutkan beberapa partai politik telah menyiapkan serangkaian program yang cukup fantastis untuk bisa menarik minat pelajar untuk terlibat secara aktif.2

Temuan Lembaga Peduli Remaja (LPR) Kriya Mandiri Solo yang melakukan jajak pendapat pada pemilih pemula di Kota Solo tanggal 19 Februari 2009, dapat menjadi cerminan dampak yang ditimbulkan akibat pola yang terjadi pada pemilih pemula saat ini. Menurut survei LPR, potensi golput pemilih pemula di Solo cukup tinggi. Dari 340 responden yang dipilih secara acak dari sepuluh SMA dan SMK di Solo, hanya 21,49% saja yang menyatakan siap memberikan suara. Sisanya 60,51% menyatakan belum yakin apakah akan memilih atau tidak, artinya berpotensi golput, dan 18% dengan tegas menyatakan tidak memilih. Hasil survei juga menunjukkan 67,55% pemilih pemula belum mengetahui secara persis tahapan dan sistem pemilu. Tidak hanya itu, sebanyak 76,40% bahkan mengaku tidak tahu jumlah kontestan partai politik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan pemilih pemula untuk berpartisipasi pada Pemilu 2009 lalu masih sangat rendah. Sikap ini terlihat dari 91,01% responden menyatakan tidak bersedia turut serta dalam kegiatan kampanye.3

(67)

hal ini, pemilih pemula, partai politik/peserta pemilu serta hubungan yang terjadi diantara keduanya. Menjadi menarik untuk diteliti berdasarkan uraian diatas bagaimana persepsi pemilih pemula terhadap partai politik dengan keadaaan yang demikian.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan sebelumnya pada latar belakang, partai politik memiliki peran penting di dalam Demokrasi. Keadaan partai politik dalam proses Demokratisasi suatu negara menentukan bagaimana sistem Demokrasi di negara tersebut nantinya. Khususnya di Indonesia dengan berbagai permasalahan yang ada, masyarakat sebagai warga negara mulai kehilangan kepercayaannya terhadap partai politik. Penting untuk mengetahui bagaimana pandangan generasi muda dikarenakan dengan keadaan seperti ini, ke arah mana perkembangan Demokrasi Indonesia nantinya masih menjadi tanda tanya besar. Maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “bagaimana persepsi pemilih pemula

terhadap partai politik?”

C. Batasan Masalah

Untuk menjaga fokus penelitian, perlu ditetapkan batasan-batasan permasalahan yang akan diteliti agar tidak melebar sehingga menyebabkan tujuan daripada penelitian itu sendiri tidak tercapai. Batasan-batasan masalahnya adalah:

1. Penelitian ini menetapkan objek penelitian pada siswa kelas tiga Sekolah Menegah Atas Negeri yang ada di Kota Medan

2. Penelitian ini mengindikasikan rentang waktu responden dikategorikan sebagai pemilih pemula pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2014 3. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana persepsi pemilih pemula

(68)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya persepsi pemilih pemula terhadap partai politik. Hal ini terkait dengan partai politik yang berperan besar dalam sebuah sistem Demokrasi. Namun keadaan partai politik itu sendiri di Indonesia mulai kehilangan kepercayaan oleh masyarakat. Sehingga nantinya dapat diputuskan apakah perlu adanya langkah-langkah tertentu yang harus diambil dalam menyikapi generasi muda sekarang untuk melanjutkan proses Demokratisasi di negara ini terkait dengan hasil penelitian ini nantinya.

E. Signifikansi Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan sebaiknya memiliki manfaat, baik itu besar maupun kecil dampaknya. Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini dijadikan penulis sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kompetensi dalam menulis karya ilmiah sekaligus sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu di Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat menambah objek kajian penelitian ilmu politik khususnya di Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta menjadi salah satu sumber referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya.

F. Kerangka Teori

Persepsi

Gambar

Tabel 3.1: Karakteristik Responden Berdasarkankan Jenis Kelamin
Tabel 3.2: Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 3.4: Karakteristik Responden Berdasarkan Etnis/Suku
Tabel 3.10: Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Partai Politik Peserta Pemilu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Effect of Irrigation Water Quality Under supplementary irrigation on soil chemical and physical properties in the ‘’southern humid pampas’’ of Argentina. Salts effects on

Pemberian mulsa organik kulit tanduk kopi menghasilkan jumlah anakan yang paling banyak, dan berbeda nyata dengan jumlah anakan pada mulsa sekam padi dan tanpa

Edi Wahyudin, M.Pd Jaya Romdoni, S.Pd Maskuri, S.Ag,

Pada hari ini, Rabu tanggal Lima bulan September tahun Dua Ribu Dua Belas (05-09-2012), Pokja Pengadaan Buku-buku Perpustakaan STABN Sriwijaya Tangerang Banten,

Langkah awal yang harus dilakukan menurut saya adalah coba kita gali terlebih dahulu npotensi-potensi yang terdapat pada banga kita, masih banyak potensi yang belum kita gali,

Beliau memberikan beberapa aturan bagi staffnya di perusahaan, hal ini dilakukan agar dalam melakukan pekerjaan mereka dapat menjalankannya dengan benar.. Beliau jarang melihat

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ternyata tidak sesuai dengan hipotesa penelitian, yaitu adanya perbedaan derajat aglutinasi pada pemeriksaan golongan darah metode cell

menulis deskripsi dalam pembelajaran yang menerapkan model induktif kata. bergambar dan pembelajaran yang menerapkan