• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1.

BAGAN PENELITIAN

KETERANGAN : U1 : Ulangan 1 U2 :Ulangan 2 U3 : Ulangan 3

V0 : 0 ppm (kontrol)

V1 : 1000 ppm (1 gram/ liter) V2 : 2000 ppm (2 gram/liter) V3 : 3000 ppm (3 gram/liter) L1 : Larva instar III

L2 : Larva instar IV L3 : Larva instar V

(2)
(3)

Daftar Sidik Ragam

(4)
(5)

Uji Jarak Duncan

(6)
(7)

Uji Jarak Duncam

(8)
(9)

Uji Jarak Duncan Lampiran 6. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 5 HSA

(10)
(11)

Uji Jarak Duncan Lampiran 7. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 6 HSA

(12)
(13)

Uji Jarak Duncan Lampiran 8. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 7 HSA

(14)
(15)

Uji Jarak Duncan Lampiran 9. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 8 HSA

(16)
(17)
(18)
(19)

Lampiran 11. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 10 HSA Data Transformasi Arcsin √X

(20)
(21)

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar Gejala Mikroskopik Tanpa Perlakuan

(22)
(23)
(24)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T dan A. Rauf, 2011. Karakteristik Populasi dan Serangan Penggerek Jagung Asia, Ostrinia Furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae), dan Hubungan dengan Kehilangan Hasil. J. Fitomedika. 7(3). hal : 1.

Arifin, M. 2006. Kompatibilitas SlNPV dengan HaNPV dalam PengendalianUlat Grayak dan Ulat Pemakan Polong Kedelai. J. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 25(1).

Askin, S., M. Thamrin., H. Talanca dan R. Galib, 2005. Taktik Pengendalian Hama Utama Jagung dengan Insektisida Granular di Lahan Kering Beriklim Basah dan Analisis Ekonominya. Dalam Prosiding Seminar Nasional Jagung 2005.

Bedjo, 2011.Evaluasi Isolat Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) Sebagai Agens Hayati Pengendali Hama Utama Kedelai di Lahan Kering Masam di Propinsi Lampung Serta Propinsi Sumatera Selatan. Dalam Prosiding Seminar dan Pertemuan Tahunan XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar.

Fitriani, F. 2009. Hama dan Penyakit Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) di Desa Benteng, Cibanteng dan nagros, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Ginting, R. 1996. Efikasi Mindi dan Mimba Terhadap Setothosea asigna Van Eeke (Lepidoptera : Limacodidae) Pada Kelapa Sawit (Elaeis guinensis) di Rumah Kasa.

Hall IM. 1973. Use of Micro-organism in Biological Control. In Debach (ed) Biological control of insect pests and weeds .: Chapman and Hall Ltd. London. Pp. 610 – 628

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop In Indonesia. P.t. Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta. P.350.

Laoh, J. H., F. Puspita dan Hendra., 2003. Kerentanan Larva Spodoptera litura F. terhadap Virus Nuklear Polyhedrosis. J. Natur Indonesia 5(2): 145-151.

(25)

Pabbage., Adnan, dan Nonci,N. 2005. Pengelolaan Hama Prapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Rimadhani, A. D., D. Bakti., dan M. C. Tobing, 2013. Virulensi Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) Terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Nocudae) Pada Tanaman Tembakau Deli di Rumah Kaca.

Saenong, M. S. 2005. Pengelolaan Hama Penggerek Batang Jagug Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae). Dalam Prosiding

Seminar Nasional Jagung, 2005.

Samsudin. 2011. Uji Patologi dan Perbanyakan kinerja Spodoptera exigua Nucleopolyhedro virus (SeNPV). Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Steel, R.G.D., J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan

Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Surtikanti. 2006. Potensi Parasitoid Telur Sebagai Pengendali Hama Penggerek Batang dam Penggerek Tongkol Jagung. Iptek Tanaman Pangan.

Tenrirawe, A. 2010. Efektifitas Virus Patogen HaNPV Terhadap Hama PenggerekTongkol Jagung ( Helicoverpa Armigera). Dalam Prosiding Seminar Ilmiah Dan Pertemuan Tahunan Pei Dan Pfi Xx Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010.

Trisnaningsih dan A. Kartohardjono, 2009. Formulasi Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) untuk Mengendalikan Ulat Grayak Padi (Mythimna separate Walker) Pada Tanaman Padi. J. Entomol. indon 6(2):86-94.

Yasin, M dan A. Tenrirawe, 2011.Pembuatan Formulasi Bioinsektisida (NPV) Untuk Pengendalian Hama Penggerej Tongkol dan Ulat Grayak Pada Tanaman Jagung. Dalam Prosoding Seminar Nasional Serealia 2011. Yasin, M dan M. S. Saenong, 2012. Pemanfaatan Kemanjuran Virus

(26)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada ketinggian ±25m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 14 Mei 2013 sampai dengan tanggal 24 Mei 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain; hama penggerek

batang jagung (O. furnicalis) (instar 3, 4 dan 5), serbuk NPV (Nuclear Polyhedron Virus) sebagai virus patogen, batang jagung, kertas stensil,

kain muslin, serta bahan pendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain; stoples sebagai wadah, handsprayer, timbangan digital, gelas ukur, batang pengaduk, karet gelang, serta alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial, dengan 2 faktor perlakuan yakni:

(27)

Faktor II: Instar Larva L1 : Larva instar III L2 : Larva instar IV L3 : Larva instar V

Maka, diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yakni:

V0L1 V1L1 V2L1 V3L1

V0L2 V1L2 V2L2 V3L2

V0L3 V1L3 V2L3 V3L3

Banyak ulangan dari masing-masing perlakuan adalah : t (r-1) ≥ 15

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

(28)

Keterangan:

Yij : Data hasil pengamatan dari unit percobaan dengan perlakuan Dosis NPV taraf ke-i dan instar larva taraf ke-j

μ : Rataan umum

αi : Pengaruh dosis NPV taraf ke-i βk : Pengaruh instar larva taraf ke-j

(αβ)ij : Pengaruh interaksi dari perlakuan dosis NPV taraf ke-i dan instar larva

taraf ke-j

εijk : Pengaruh galat yang mendapat perlakuan dosis NPV taraf ke-i dan instar

larva taraf ke-j

Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1989).

Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan dan Penggolongan Larva Ostrinia furnacalis

Pengumpulan larva dilakukan di hamparan kebun jagung di Desa Namu Terasi, Kecamatan Sungei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pengumpulan larva dilakukan dengan memotong bagian batang jagung yang terserang O. furnacalis. Setelah dikumpulkan, larva dipisahkan berdasarkan instar yang dikehendaki yakni III, IV dan V, dengan cirri sebagai berikut:

(29)

Pembuatan suspensi NPV

Virus patogen NPV (Nucleaer Polyhedron Virus) yang digunakan berbentuk serbuk yang diperoleh dari Balai penelitian Tebu dan Tembakau Deli (BPTD) Sampali, Medan, PTPN II. Serbuk NPV yang telah disediakan, ditimbang berdasarkan perlakuan (1, 2 dan 3 gram) kemudian masing-masing dosis dilarutkan dalam 1 liter aquades.

0,1% : 1 gram serbuk NPV + 1000 ml aquades 0,2% : 2 gram serbuk NPV + 1000 ml aquades 0,3% : 3 gram serbuk NPV + 1000 ml aquades

Masing-masing suspensi diletakkan dalam handsprayer volume 1 liter dan siap untuk diaplikasikan.

Pada perbanyakan yang dilakukan pada sejumlah larva UGP, yang dilakukan di laboratorium dengan metode percobaan RAL (Rancangan Acak Lengkap). Disini menggunakan dosis MSNPV 2 gram/l, kemudian diinokulasikan

pada larva instar 3-4 pada setiap wadah perlakuan. Ulangan dilakukan sebanyak 5 kali (Trianingsih dan Arifin, 2009).

Aplikasi NPV

(30)

Peubah Amatan Mortalitas larva

Mortalitas larva diamati dengan cara menghitung larva yang mati setiap (hari setelah aplikasi) hingga 10 HSA. Persentase mortalitas dihitung berdasarkan rumus :

P = ×100%

b a

Keterangan:

P = Persentase mortalitas larva a = Jumlah larva yang mati b = Jumlah larva yang diamati

(Fayone dan lauge, 1981 dalam Ginting, 1996) Gejala Serangan

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Persentase Mortalitas Larva Ostrinia furnacalis Guenee

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 3-12) diketahui bahwa perlakuan pemberian beberapa dosis NPV berpengaruh nyata terhadap persentase mortalitas pada 2-10 HSA. Perlakuan instar larva dan interaksi keduanya bepengaruh tidak nyata terhadap persentase mortalitas. Persentase mortalitas 1-10HSA dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Persentase Mortalitas Ostrinia furnacalis Guenee Untuk Setiap Perlakuan Pada 10 Kali Pengamatan

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

(32)

konsentrasinya akan mengakibatkan makin banyaknya polyhedra virus yang tertelan dan makin banyak jaringan larva yang terinfeksi virus sehingga akan mempercepat kematian larva. sebaliknya pada konsentrasi virus yang rendah akan memperpanjang periode laten bagi virus dalam tubuh serangga.

Dari hasil sidik ragam terdapat tingkat mortalitas larva tertinggi (65,58%) pada perlakuan instar larva L1 (instar 3) dan terendah (62,30%) pada perlakuan instar larva L3 (Instar 5). Ini menunjukkan bahwa instar 3 lebih peka terhadap perlakuan dengan NPV dibandingkan dengan instar 5. Hal ini disebabkan karena pada larva instar 5 telah mengalami masa prapupa. sehingga larva kurang peka terhadap perlakuan virus npv.

Pada Tabel 2 menunjukkan tingkat mortalitas larva O. furnacalis tertinggi mencapai 86,08%. kematian O. Furnacalis yang disebabkan NPV yang ditularkan melalui kontaminasi pada makanan larva dimana NPV yang masuk kedalam saluran pencernaan bagian tengah larva dan memperbanyak diri didalam inti sel inangnya dan mulai menginfeksi inti sel inangnya. Hal ini sesuai dengan literatur Samsudin (2011) NPV menyerang saluran tengah (mesenteron), kemudian pada tahap selanjutnya akan menyerang sel sel dari organ tubuh yang lain Proses infeksi primer terjadi karena pada kondisi alkalin pada mesenteron badan oklusi akan terdegradasi dan virion lepas dari selubung protein.

(33)

Grafik hubungan persentase mortalitas dengan pemberian beberapa dosis virus NPV pada 1-10HSA dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan persentase mortalitas pada beberapa dosis NPV pada 1-10HSA

Gambar 6 menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi ditunjukkan pada V3 (0,3%) dan terendah pada V0 (0%) pada 1-10HSA. Histogram mortalitas larva penggerek batag jagung (O. Funacalis) akibat pengaruh aplikasi virus NPV pada 10 kali pengamatan dapat dilihat pada Gambar 7.

(34)

Gambar 7. Histogram Rataan Persentase Mortalitas O. Furnacalis. Untuk Setiap Perlakuan Pada 10 Kali Pengamatan

Grafik hubungan persentase mortalitas pada beberapa instar larva pada 1-10HSA dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan persentase mortalitas pada beberapa instar larva pada 1-10HSA

Gambar 8 menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi ditunjukkan pada L1 (instar 3) dan terendah pada L3 (instar 5) pada 1-10HSA.

2. Gejala Serangan Virus NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) pada Larva Ostrinia furnacalis Guenee

Dari hasil pengamatan gejala serangan larva yang terinfeksi NPV ditandai dengan kurang aktifnya larva O.furnacalis. Larva O.furnacalis yang sebelum terinfeksi NPV gerakannya sangat aktif. Tetapi setelah terinfeksi pergerakan

(35)

Gejala serangan NPV yang terlihat sangat nyata yaitu perubahan warna pada larva yaitu berwarna coklat kehitaman hampir seperti kelihatan gosong, kulit larva yang terinfeksi virus menjadi sangat rapuh dan menjadi lunak hal ini didukung dengan literatur Sutarya (1996) yang menyatakan kulit larva yang terinfeksi virus sangat rapuh sehingga tubuh larva akan mudah pecah bila tesentuh dan perubahan warna yang terjadi yaitu berwarna coklat kehitaman.

Perubahan yang terjadi akibat virus NPV yang terdapat pada larva O. furnacalis diakibatkan terinfeksinya jaringan jaringan yang disebabkan oleh

(36)
(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan aplikasi NPV 0-0,3% ppm berpengaruh nyata terhadap persentase mortalitas, dengan mortalitas tertinggi pada V3 (0,3% ppm) yaitu 86, 08% dan terendah pada V0 (kontrol) yaitu 7,52%.

2. Perlakuan instar larva berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mortalitas, namun terdapat kecendrungan L1(larva instar 3) lebih peka terhadap NPV dibandingkan dengan L2 dan L3 (larva istar 4 dan 5).

3. Interaksi aplikasi NPV dan instar larva berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mortalitas.

4. Gejala serangan visual yang diakibatkan oleh virus npv berubahnya warna tubuh larva menjadi coklat kehitaman dan kondisi tubuh larva yang menjadi lunak.

5. Gejala mikroskopik pada larva yang terinfeksi npv yaitu terjadi perubahan warna menjadi kekuningan dan terdapat bintik-bintik berwarna hitam pada jaringan larva.

Saran

(38)

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama

Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pyralidae Genus : Ostrinia

Spesies : Ostrinia furnacalis Guenee.

Telur penggerek batang berukuran 0,90 mm. Telur diletakkan secara

berkelompok di bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan

ukuran yang berbeda-beda. Puncak peletakan telur penggerek batang terjadi pada

saat terbentuknya bunga jantan dan berakhir pada saat pematangan biji.

(39)

oleh seekor ngengat betina berkisar antara 80−140 butir/hari, bergantung pada

umur tanaman dan bagian tanaman yang dimakan larva (Nonci, 2004).

Larva yang baru menetas berwarna putih bening dengan caput berwarna

hitam. Larva instar pertama langsung berpencar ke bagian tanaman yang disukai.

Larva terdiri atas lima instar dengan ukuran yang berbeda-beda. Larva instar I

memiliki panjang 1−3 mm dengan ratarata 1,40; larva instar II 3,50−5 mm dengan

rata-rata 4,30 mm; larva instar III 7−12 mm dengan rata-rata 9,10 mm; larva instar

IV 13−20 mm dengan rata-rata 17,20 mm; dan larva instar V 16−24 mm dengan

rata-rata 21,50 mm.

Gambar 2. Larva O. furnacalis G. Sumber :

Rata-rata panjang larva instar terakhir adalah 21,50 mm. Larva berwarna

kristal keputihan, cerah dan bertanda titik hitam pada setiap segmen abdomen.

(40)

Gambar 3. Pupa O. furnacalis G. Sumber

Menurut Valdez dan Adalla (1983), ukuran pupa betina lebih besar dari pupa jantan. Pupa jantan dapat dibedakan dari pupa betina, yaitu pada ruas terakhir abdomen pupa betina terdapat celah yang berasal dari satu titik, sedangkan pada pupa jantan terdapat celah yang bentuknya agak bulat.

Lama hidup ngengat antara 2−7 hari. Ngengat jantan dapat dibedakan

dengan ngengat betina dari ukurannya.

Gambar 4. Ngengat O. furnacalis G. Sumber :

Ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan dan warna sayap

jantan lebih terang daripada betina. Ruas terakhir abdomen ngengat betina juga

(41)

tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina, Fase III : penyerbukan dan Pembuahan, Fase IV : pembentukan biji, mulai dari pembuahan hingga biji berat maksimum, Fase V : pemasakan dan pengeringan biji dan batang. Pada umumnya setiap hama mempunyai inang pada stadia tertentu. Hama penggerek batang dapat menyerang pada setiap fase pertumbuhan tanaman, namun akhir fase kedua sampai awal keempat merupakan fase yang paling rentan. Pada awal fase kedua (sebelum membentuk bunga) serangan penggerek batang cukup rendah, karena pada saat tersebut tanaman banyak membentuk enzim dimboa yang dapat mempengaruhi tingkat serangan penggerek batang, tetapi pada saat tanaman membentuk bunga, pembentukan enzim dimboa berkurang, sehingga serangan penggerek batang meningkat, di samping itu penggerek batang juga tertarik dan menyenangi adanya bunga jantan jagung (Askin dkk, 2005).

Gejala visual serangan O. furnacalis pada batang adalah adanya lubang gerek pada batang serta terdapatnya kotoran larva di dekat lubang tersebut. Apabila batang dibelah akan tampak liang gerek larva di dalam batang. Gerekan larva pada batang menyebabkan kerusakan jaringan pembuluh sehingga menggangu proses transportasi air dan unsur hara dan mengakibatkan pertumbuhan terhambat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil tanaman. Selain itu, sering ditemukan juga larva instar I-III makan pada pucuk tongkol dan

rambut tongkol. Instar berikutnya makan pada tongkol dan biji (Subandi dkk 1988 dalam Fitriani, 2009).

(42)

yaitu berupa lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak, dan rusaknya tongkol jagung (Pabbage dkk, 2006).

Gejala serangan penggerek pada batang jagung yaitu adanya lubang gerekan disertai kotoran penggerek jagung berupa serbuk yang keluar dari lubang gerekan tersebut. Indikator penting dan lebih cepat dalam hubungannya dengan kehilangan hasil adalah jumlah lubang pada tanaman dibanding jumlah larva atau pupa. Gerekan yang dilakukan penggerek jagung akan mengurangi pergerakan air

dari tanah ke bagian atas daun karena rusaknya jaringan tanaman (Saenong, 2005).

Gambar 5. Gejala Serangan O. furnacali Sumber :

Tanaman melakukan respon dengan menutup stomata sebagian, sehingga

(43)

Kerusakan akibat serangan O. furnacalis dapat menyebabkan batang tanaman patah karena gerekan, sehingga nutrisi tidak dapat dialokasikan keseluruh tanaman dan kerusakan daun dapat mengurangi proses asimilasi, mengakibatkan produksi jagung menurun (Surtikanti, 2006).

Virus NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus)

Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) adalah salah satu jenis virus patogen yang berpotensi sebagai agensia hayati dalam mengendalikan ulat grayak, karena bersifat spesifik, selektif, efektif untuk hama-hama yang telah resisten terhadap insektisida dan aman terhadap lingkungan. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa kerusakan buah kapas akibat hama Helicoverpa armigera mampu ditekan sampai 5,6% setelah diplikasikan di NPV dibandingkan dengan kontrol mencapai 11,53% (Laoh dkk, 2003).

NPV mempunyai inclusion yang terbuat dari matriks protein, berbentuk seperti kristal tidak teratur, bersegi banyak, dan disebut polyhedrosis inclusion body (PIB). NPV berdiameter rata-rata 0,5–1,5 um. Di dalam PIB terdapat virus yang disebut virion. Virion berbentuk tongkat lurus dengan panjang 26+5,8 um. Aktivitas NPV berlangsung di dalam abdomen, sehingga untuk menimbulkan kematian larva harus menelan NPV bersama-sama dengan makanannya. Bagian tubuh larva yang paling peka dan menjadi sasaran utama infeksi serta multifikasi virion dan PIB adalah lapisan epitel ventrikulus, sel darah, trakea, hipodermis, dan badan lunak (Bergald dan Ripper 1957 dalam Yasin dan Tenrirawe, 2011).

(44)

Selanjutnya Larva menjadi kurang aktif dan kehilangan selera makan. Umumnya kematian larva terjadi antara 12-13 hari, tapi pada strain yang virulen kematian

dapat terjadi hanya 2-4 hari setelah infeksi (Tanada dan kaya 1993 dalam Nurhaedah, 2009).

NPV memiliki tingkat patogenisitas yang tinggi dengan nilai LC50 (konsentrasi yang mematikan 50% populasi) untuk ulat grayak instar III sebesar 5,4 x 109 PIBs/ml. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan HaNPV maupun SlNPV dengan dosis 15 x 1011 PIBs/ha, di laboratorium dapat mematikan H. armigera maupun ulat grayak sampai 70-73%. Sedangkan di lapangan hanya mencapai 20-33%. Penurunan kematian ulat tersebut diakibatkan

NPV sangat rentan terhadap sinar matahari khususnya sinar ultra violet (Arifin dkk 1988 dalam Bedjo, 1997).

Perbanyakan MsNPV dilakukan terhadap sejumlah larva UGP (ulat grayak padi) diletakkan di wadah plastik (ukuran sedang diameter 19,5 cm dan tinggi 9 cm. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setiap wadah diberi alas kertas dan diisi daun padi sebagai makanan lalu diaplikasi dengan menggunakan handsprayer, disemprot MsNPV dosis 2 gram/l, kemudian diinokulasi 30, 50 dan 70 larva UGP instar 3-4 pada setiap wadah sebagai perlakuan.

(45)

Ket. : angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT (Trianingsih dan Arifin, 2009).

(46)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengendalian Hama Terpadu adalah suatu metode dalam pengelolaan atau pengendalian hama menggunakan berbagai kombinasi teknik yang diketahui dengan tujuan mengurangi tingkat populasi dan status hama ke dalam tingkat toleransi tertentu sehingga dapat dikendalikan secara alamiah (dengan musuh alami). Pengendalian ini dilakukan dengan strategi dan taktik PHT harus pula berdasarkan pada kondisi ekologi, ekonomi dan sosial. Strategi dan taktik PHT di antaranya adalah strategi tanpa tindakan, mengurangi jumlah populasi hama, mengurangi kerentanan tanaman terhadap hama serta kombinasi mengurangi jumlah populasi hama dan mengurangi kerentanan tanaman terhadap hama (Tenrirawe, 2010).

Beberapa cara dapat digunakan untuk menanggulangi serangan hama, antara lain menggunakan agen hayati (parasitoid, predator dan microbial agents atau patogen serangga). Beberapa patogen serangga (jamur, bakteri, virus dan nematoda) telah digunakan untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai, tembakau dan kapas. Beberapa keuntungan pengendalian hama dengan menggunakan agens hayati seperti yang dikemukakan oleh Steinhaus (1956) dalam Hall (1973) antara lain: 1) patogen serangga tidak mencemari lingkungan; 2) sebagian besar patogen tingkat spesifikasinya relatif tinggi sehingga cenderung

(47)

inangnya lambat; dan 6) dosis yang dibutuhkan dalam pengendalian rendah (Trianingsih dan Arifin, 2009).

Di Indonesia dilaporkan terdapat sekitar 50 spesies serangga fitofag yang menyerang tanaman jagung, tiga diantaranya yang paling sering ditemukan adalah penggerek jagung Asia, penggerek tongkol, dan ulat grayak. Penggerek Asia (PJA), Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera;Pyralidae) tersebar luas di Asia mulai daerah timur india hingga ke Asia bagian tenggara dan utara termasuk Cina, Korea, Jepang, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Indonesia

(Soenartiningsih dkk 1999 dalam Morallo dan Javier 1985 dalam Abdulah dan Aunu, 2011).

Penggerek batang jagung O. furnacalis, merupakan hama utama pada tanaman jagung yang menyerang daun dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan adanya kotoran berupa serbuk yang keluar dari liang gerekan. Serangan yang berat menyebabkan batang patah sehingga aliran makanan terhambat. Kehilangan hasil jagung oleh infestasi hama ini berkisar antara 20 – 80%. Di Sulawesi Selatan hama ini banyak menyerang tanaman di daerah kabupaten Gowa, Sidrap, Wajo dan Luwu. Serangan hama penggerek batang jagung mulai muncul pada tanaman jagung sejak tanaman bermur 3-4 minggu dan berakhir sampai masaknya tongkol. Batas toleransi kepadatan populasi dalam menentukan strategi pengendalian adalah

(48)

jantan, sedangkan larva instar IV-V merusak batang dan tongkol. Kehilangan hasil akibat serangan O. furnacalis berkisar antara 20-80%. Kerusakan tanaman jagung dilapangan dapat mencapai 50%. Kehilangan hasil jagung, selain dipengaruhi oleh padat populasi O. furnacalis, juga ditentukan oleh umur taaman saat terserang (Nonci, 2004).

Patogen adalah jazad renik yang mempunyai kemampuan membunuh serangga hama, dapat berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, riketsia dan nematoda. Serangga yang terserang pertumbuhan dan perkembangannya terhambat. Untuk patogen yang berupa virus yang dikebal adalah Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV), Granulosis Virus (GV) dan Cytoplasmic Polyhedrisis Virus (CPV), Iridoxius, Entomox, Densovirus, Enterovirus dan sigma yang dapat mengendalikan serangga dari ordo Lepidoptera, Hymenoptera, Diptera dan Coleoptera (Yasin dan Sudjak, 2012).

(49)

kemudian daun tersebut termakan oleh larva lain. NPV juga terdapat pada larva dewasa jika larva terserang NPV. Penularan NPV juga dapat terjadi secara transovarial, artinya induk yang terinfeksi NPV dapat menghasilkan telur yang terkontaminasi NPV (Bedjo, 2011).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui konsentrasi NPV dalam pengendalian hama penggerek batang jagung (Ostrinia furnicalis) pada berbagai instar di laboratorium.

Hipotesis Penelitian

Pemberian virus NPV dengan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap pengendalian larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) pada berbagai instar di laboratorium.

Kegunaan Penelitian

(50)

ABSTRACT

TRI YANINTA GINTING: Test of Efectivity NPV on Controlling Corn Borer (Ostrina furnacalis Guenee) (Lepidoptera:Pyralidae) on Some Instar in the

Laboratory", supervised by SYAHRIAL OEMRY and MUKHTAR ISKANDAR PINEM. The research aim to know the concentrate of

(51)

ABSTRAK

TRI YANINTA GINTING: Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium, di bawah bimbingan SYAHRIAL OEMRY dan MUKHTAR ISKANDAR PINEM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi NPV dalam pengendalian hama penggerek batang jagung (Ostrinia furnicalis) pada berbagai instar di laboratorium. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Mei – 24 Mei 2013 di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial terdiri dari stadia larva (instar 3, 4 dan 5), dan dosis NPV (0, 1000, 2000 dan 3000 ppm) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi (86.08 %) terdapat pada perlakuan dosis virus 3000 ppm dan terendah (7.52%) pada perlakuan kontrol.

(52)

UJI EFEKTIVITAS NPV TERHADAP PENGENDALIAN HAMA

PENGGEREK BATANG JAGUNG Ostrinia furnacalis Guenee

(Lepidoptera:Pyralidae) PADA BERBAGAI INSTAR

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

(53)

UJI EFEKTIVITAS NPV TERHADAP PENGENDALIAN HAMA

PENGGEREK BATANG JAGUNG Ostrinia furnacalis Guenee

(Lepidoptera:Pyralidae) PADA BERBAGAI INSTAR

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH :

TRI YANINTA GINTING/ 090301108 AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

(54)

Judul Skripsi : Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium

Nama : Tri Yaninta Ginting

Nim : 090301108

Minat : Hama dan Peyakit Tumbuhan Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ir. Syahrial Oemry, MS Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr. Ketua Anggota

Mengetahui,

(55)

ABSTRACT

TRI YANINTA GINTING: Test of Efectivity NPV on Controlling Corn Borer (Ostrina furnacalis Guenee) (Lepidoptera:Pyralidae) on Some Instar in the

Laboratory", supervised by SYAHRIAL OEMRY and MUKHTAR ISKANDAR PINEM. The research aim to know the concentrate of

(56)

ABSTRAK

TRI YANINTA GINTING: Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium, di bawah bimbingan SYAHRIAL OEMRY dan MUKHTAR ISKANDAR PINEM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi NPV dalam pengendalian hama penggerek batang jagung (Ostrinia furnicalis) pada berbagai instar di laboratorium. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Mei – 24 Mei 2013 di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap faktorial terdiri dari stadia larva (instar 3, 4 dan 5), dan dosis NPV (0, 1000, 2000 dan 3000 ppm) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi (86.08 %) terdapat pada perlakuan dosis virus 3000 ppm dan terendah (7.52%) pada perlakuan kontrol.

(57)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Uji Efektivitas NPV Terhadap Pengendalian Hama Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis Guenee

(Lepidoptera:Pyralidae) Pada Berbagai Instar di Laboratorium”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua

orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual, kepada Ir. Syahrial Oemry, MS., dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini.

Medan, Juli 2013

(58)

RIWAYAT HIDUP

Tri Yaninta Ginting lahir pada tanggal 23 Maret 1991 di desa Pasar IV Namuterasi, Kecamatan Sei. Bingai Kabupaten Langkat, sebagai anak keempat

dari empat bersaudara, putri dari Amansyah Ginting, S.pd dan Ibunda Susilawati br Surbakti.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

- Tahun 2003 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 050621 Psr IV Namuterasi - Tahun 2006 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2

Binjai

- Tahun 2009 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Binjai

- Tahun 2009 lulus dan diterima di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur MANDIRI

- Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Amal Tani Tanjung Putri, Kabupaten Langkat.

(59)

DAFTAR ISI

NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) ... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Pengumpulan dan Penggolongan Larva Ostrinia furnacalis ... 15

(60)
(61)

DAFTAR TABEL

No. Hlm.

1. Rataan Jumlah larva yang digunakan dan suspensi serta formulasi yang terjadi ... 11 2. Rataan Persentase Mortalitas Ostrinia furnacalis Guenee Untuk

(62)

DAFTAR GAMBAR

No. Hlm.

1. Telur Ostrinia furnacalis ... 5

2. Larva Ostrinia furnacalis ... 6

3. Pupa Ostrinia furnacalis ... 7

4. Imago Ostrinia furnacalis ... 7

5. Gejala serangan Ostrinia furnacalis ... 9

6. Grafik hubungan persentase mortalitas dengan pemberian beberapa dosis virus NPV pada 1-10HSA ... 20

7. Histogram Rataan Persentase Mortalitas Ostrinia Furnacalis. Untuk Setiap Perlakuan Pada 10 Kali Pengamatan ... 20

8. Grafik hubungan persentase mortalitas pada beberapa instar larva pada 1-10HSA ... 21

(63)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hlm.

1. Bagan penelitian ... 27

2. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 1HSA ... 29

3. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 2HSA ... 30

4. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 3HSA ... ..32

5. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 4HSA ... 34

6. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 5HSA ... 36

7. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 6HSA ... 38

8. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 7HSA ... 40

9. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 8HSA ... 42

10. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 9HSA ... 44

11. Data Mortalitas Ostrinia furnacalis 10HSA ... 46

12. Gambar Gejala Mikroskopik Jaringan Dalam Ostrinia furnacalis ... 48

13. Gambar Persiapan Penelitian ... 49

Gambar

Tabel 2. Rataan Persentase Mortalitas Ostrinia furnacalis Guenee Untuk
Gambar 6. Hubungan persentase mortalitas pada beberapa dosis NPV pada               1-10HSA
Grafik hubungan persentase mortalitas pada beberapa instar larva pada
Tabel 1.  Rataan Jumlah larva yang digunakan dan suspensi serta formulasi yang terjadi

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan penilaian kompleksitas produk dan kompleksitas proses pemesinan terhadap dies panel roof, Produk yang akan dipakai untuk penelitian adalah 3

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada kelas eksperimen yang menerapkan media video pembelajaran lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar

didalam melaksanakan terlebih dahulu memahami muatan atau komponen- kompenen yang ada didalam kurikulum 2013, sehingga disaat pelaksanaannya dapat mengimplementasikan

Dampak penerapan Ekstrakurikuler Tahfidz al-Qur’an di MI Roudlotut Tholibin Dau Malang sesuai dengan teori Az-Zuhri berkata, “Hati seorang penuntut ilmu itu pada umumnya hanya

Pola pelayanan konseling yang dilakukan di sekolah-sekolah masih menggunakan model konvensional dengan tatap muka ( face to face ), masalah yang dihadapi oleh

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Limpahan rahmatNya, sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir (TA) dengan judul “Pembuatan 3D

*Keterangan: Siswa sedang berlatih menyanyikan tembang dolanan.. TurnapeL

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan non psikologi dan ketahanan psikologi rumah tangga korban bencana longsorlahan di Desa Kemawi Kecamatan Somagede