• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Pembakuan Tari Persembahan Dan Musik Pengiring Oleh Sanggar Singgasana Siak Dalam Konteks Budaya Melayu Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Pembakuan Tari Persembahan Dan Musik Pengiring Oleh Sanggar Singgasana Siak Dalam Konteks Budaya Melayu Riau"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Puan Dra. T. Rahimah

Pekerjaan : Pengurus Lembaga Adat Melayu Riau Umur : 50 tahun

2. Nama : Muhammad Yusri Pekerjaan : Pemusik Melayu Orkes Umur : 31 tahun

3. Nama : Salmi

Pekerjaan : Pelatih Sanggar Singgasana sekaligus penata rias penari. Umur : 30 tahun

4. Nama : Rizaldi, S.Sn., M.Sn.

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, Dkk. 1999. Catatan Seni. Bandung. STSI PRESS.

Bachtiar, Harja W. Bachtiar, 1985. “Metode Penelitian Masyarakat.” Dalam Koentjaraningrat (ed.) Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Dewi, Hermales Tuti, 2014. “Perkembangan Bentuk Penyajian Tari Persembahan di Provinsi Riau (skripsi sarjana)”. Universitas Negeri Yogyakarta.

Hutapea, Indra Juli, 2006. “Deskriptif dan Fungsi Tari Manulangat Pada Masyarakat Pakpak Suak Pegagan di Desa Lingga Tengah Kecamatan Pegagan Hilir-Kabupaten Dairi (skripsi sarjana)”. USU.

Jamil, O.K. Nizami dkk., 2009. Pembakuan Tari Persembahan. Pekanbaru: Sukabina Pekanbaru. 2009.

Poerwodarminto, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Jamil, Nizam. 2005. Pakaian Tradisional Melayu Riau. Pekanbaru: CV Subina Pekanbaru.

Koentjaraningrat (ed.), 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Koentjaraningrat. Jakarta: Gramedia.

Malm (ed) Takari. 1993. Page 13.

Marpaung, Hans, 2009. “Deskripsi Tari tamborin dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia (GBI) Tanjung Sari Medan (Skripsi sarjana) USU.

Nawawi, Hadari, 1992.”Peranan Budaya Melayu Dalam Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”. Pontianak.

(3)

Omardin, Mohamed Anwar, 2011. “Asal Usul Orang Melayu: Menulis Semula Sejarahnya”. Jurnal Melayu (7): 1-82.

Rahayu, Tuti, 2002. Pengantar Pengetahuan Tari. Medan: Unimed.

Rahimah, T. 2008. “ Langkah Lenggang Tarian Melayu Riau”. Pekanbaru. UNRI Press Pekanbaru.

Sembiring, Sli dkk. 2010. Peradaban Melayu. 2010. Jakarta: Nusa Persada.

Sinar, Luckman, 1984. “Pengarahan tentang Keindahan dan Estetika Tari-tari Hiburan Melayu: Pengarahan pada Dewan Juri dan Peserta Sayembara

Serampang XII Menyongsong Hari Sumpah Pemuda, TVRI Medan,”

Medan: makalah.

Sinar, Luckman, 2005. Adat Budaya Melayu Jati Diri dan Kepribadian. Provinsi Sumatera Utara. Forum Komunikasi Antar Lembaga Adat

Sinar, Luckman, 2000. Kebudayaan Daerah Melayu Dalam Kehidupan Masyarakat Pendukungnya. Medan.

Sinar, Tuanku Luckman, 2007. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang-Medan

Sinar, Luckman, (tanpa tahun). Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan: (Tanpa nama penerbit).

Soedarsono. 1978. Pengantar Pengetahuan Dan Komposisi Tari. Yogyakarta. ASTI Yogyakarta.

Soedarsono, Narawati. 2005. Page 15-16.

Tan, G. Melly, 1990. “Metode Kualitatif.” Dalam Koentjaranmingrat (ed.) Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia.

(4)

Perkawinan Masyarakat Minangkabau di kota Medan (skripsi sarjana). Universitas Sumatera Utara.

(5)

BAB III

DESKRIPSI TARI PERSEMBAHAN 3.1 Sejarah Tari Persembahan

Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di pulau Sumatera sejak tahun 1945 sampai tahun 1957 wilayahnya terbagi 3 Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah, dan Provinsi Sumatera Selatan. Riau merupakan sebuah Karesidenan3yang disebut Residen Riau, dibawah Provinsi Sumatera Tengah yang terdiri dari 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri, Kabupaten Bengkalis, sedangkan Pekanbaru merupakan Kotapraja setingkat Kawedanan4

Bulan November 1956 terjadi pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia yang diprakarsai Dewan Bateng di Sumatera Tengah dipimpin oleh Letkol Ahmad Husin untuk keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Didalam perjuangan tersebut pada tanggal 7 Januari 1957 Ahmad Husen mengambil hati rakyat Riau, dengan memberi Riau Provinsi di bawah Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, serta mengangkat Mayor Syamsi Nurdin menjadi Gubernur Riau yang berkedudukan di Pekanbaru. Rakyat Riau . Rakyat Riau berjuang untuk mendapakan sebuah Provinsi yang terlepas dari Sumatera Tengah, perjuangan ini terhambat karena Provinsi Sumatera Tengah tidak mau melepaskan Karesidenan Riau dari Provinsi Sumatera Tengah, karena Riau adalah devisa terbesar Sumatera Tengah (Jamil, 2009: 6)

3

Karesidenan adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah provinsi di Hindia Belanda dan kemudian Indonesia hingga tahun 1950-an. Sebuah keresidenan terdiri atas beberapa kabupaten. Biasanya di daerah-daerah yang penduduknya banyak.

4

(6)

menolak serta tidak menerima Provinsi Riau diberikan oleh Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Padang. Rakyat Riau kepada pemerintahan yang syah Republik Indonesia di Jakarta dengan mengadakan kongres Rakyat Riau, kongres pelajar dan mahasiswa serta pemuda Riau, supaya daerah Riau diberi sebuah provinsi dan terlepas dari Provinsi Sumatera Tengah (Jamil, 2009: 7).

Tokoh pemuda, pelajar, dan mahasiswa yang ada di Pekanbaru, Bukit Tinggi, Pandang Panjang, Medan, Jakarta, Jogjakarta dan Bandung serta organisasi pemuda yang di Kabupaten, Kawedanan dan Kecamatan di Riau sepakat mengadakan kongres pemuda. Pada tanggal 9 Agustus 1957 Pemerintahan Republik Indonesia di Jakarta menetapkan Riau menjadi provinsi tersendiri lepas dari Provinsi Sumatera Tengah yang diundangkan dalam lembaran negara nomor 75 dengan undang-undang nomor 19 tahun 1957, untuk sementara waktu kedudukan Ibukota Provinsi Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Karena Pekanbaru masih berada dibawah kekuasaan pemerintah PRRI, sehingga di Riau terjadi pembagian pemerintahan yang satu diberikan oleh PRRI dan satu lagi dari Negara kesatuan Republik Indonesia Jakarta. Didalam situasi yang tidak menentu itu kaum muda yang tergabung dalam Kesatuan Badan Kongres. Pemuda pelajar, mahasiswa, masyarakat Riau mengadakan kongres supaya pemerintahan yang terjadi dualisme ini segera berakhir.

(7)

mempersiapkan acara kesenian dalam rangka pembukaan kongres pemuda pelajar, mahasiswa, masyarakat Riau. Maka pada saat itu diciptakanlah Tari Makan Sirih, Inilah awal mula terciptanya Tari Makan Sirih yang diciptakan sebagai tari penyambut untuk para tamu (Jamil, 2009: 8).

Periode pertama pada tahun 1957, Tari Persembahan mulai diciptakan oleh O.K Nizami Jamil dan Alm. Johan Syarifuddin. Pada waktu itu Tari Persembahan masih bernama Tari Makan Sirih. Diciptakan sebagai tari untuk penyambutan tamu pada acara kongres pemuda di Pekanbaru. Pada saat itu Tari Makan Sirih memiliki bentuk penyajian yang ditarikan secara berpasangan atau ditarikan oleh penari laki-laki dan penari perempuan. Dengan iringan piringan hitam5

Tari Persembahan awal mulanya bernama tari Makan Sirih, karena tari ini diiringi oleh lagu Makan Sirih yang diambil dari piringan hitam. Kemudian tari Makan Sirih dipatenkan namanya dengan sebutan Tari Persembahan yang ditarikan pertama kali di acara kongres pemuda pada tahun 1957 di gedung SMA Setia Dharma Pekanbaru. Musik yang mengiringi tari tersebut adalah musik gabungan dari musik Siak dibawah pembinaan Ahmad Nur, sedangkan penarinya pada saat itu berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Ragam gerak Tari Persembahan pada saat itu masih sangat sederhana baik gerak, pola lantai, tata rias dan busana pada tari tersebut juga sangat sederhana untuk gerakan Tari dan lagu yang berjudul Makan Sirih. Tari Makan Sirih dipersembahkan pada acara kongres pemuda dengan alasan bahwa Riau belum mempunyai tarian khas adat yang dipakai untuk menyambut para tamu yang datang ke daerah Riau atau pada acara tertentu.

5

(8)

Persembahan sebenarnya diambil dari gerakan yang sudah ada, yaitu gerakan Tari Menjunjung Duli dari kerajaan Siak kemudian dikembangkan lagi oleh O.K. Nizami Jamil dan Johan Syarifuddin mejadi tari penyambutan tamu yaitu Tari Persembahan.

Tahun berikutnya O.K. Nijami Jamil melanjutkan studinya di Yogjakarta dan mengembangkan Tari Persembahan sebagai tarian khas daerah Riau. Pada saat itu Tari Persembahan mengalami perubahan pada gerak dengan menghaluskan gerakannya dan tidak merubah gerakan dasar dari Tari Persembahan.

Periode kedua pada tahun 1962 pencipta Tari Persembahana O.K. Nizami Jamil menjabat sebagai wakil kepala inspeksi daerah departemen pendidikan dan kebuadayaan Riau dan menjabat sebagai wakil inspeksi daerah. O.K Nizami Jamil dan Alm. Johan Syarifuddin mengembangkan Tari Persembahan membina adat Melayu Riau (Jamil, 2009: 9).

(9)

Tahun 1967 Presiden Soeharto berkunjung ke Pekanbaru pada waktu Gubernur Riau adalah Brigjen Arifin Akhmad. O.K Nizamil Jamil diperintahkan mempersiapkan pergelaran Kesenian Melayu Riau dimana Tari Persembahan tampil menyambut tamu agung Presiden Soeharto, dan dikumandangkan paduan suara Lagu Lancang kuning aransemen Toga Hutabarat dengan Tali Berpilih Tiga. Pada tahun 1969 di gedung Jakarta Fair Hotel Indonesia Tari Persembahan mengalami perubahan pola lantai dan ini dilakukan oleh Yuni Amir dan Ghalib Husin (Jamil, 2009: 13).

Periode ketiga pada tahun 1983 Tari Makan Sirih diganti nama menjadi Tari Persembahan serta telah pula dibakukan dan diajarkan kepada guru-guru kesenian di Provinsi Riau. Tari Persembahan sudah tersebar diseluruh Provinsi Riau melalui Sekolah Menegah Atas, dan sanggar-sanggar tari yang mempopulerkan Tari Persembahan sebagai tarian khas setiap sanggar. Bahkan Tari Persembahan menjadi mata pelajaran yang sangat menentukan pada masa itu (Jamil, 2009: 15)

Periode keempat pada tahun 1990 di Provinsi Riau ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggaran MTQ Tingkat Nasional yang ke 17 di Kota Pekanbaru. Tari Persembahan atas persetujuan O.K Nizami Jamil, ditata dan diperindah oleh koreografer tari terkenal di Indonesia Yulianti Parani dan dibantu oleh Tom Ibnur dengan menampilkan 300 orang penari putera-puteri pilihan. Dirangkai dengan Tari Melayu Rentak Zapin, Rentak Mak Inang, dan Rentak Joget sebanyak 2000 orang yang terdiri dari penari putera-puteri dengan iringan musik Melayu yang digarap oleh Nuskan Syarif sebagai penata musik (Jamil, 2009: 16)

(10)

bermacam-macam versi tarian yang diciptakan dari berbagai daerah Riau. Tahun 2008 Tari Persembahan mengalami perubahan yakni pembakuan gerak dan penyajian. Hingga saat ini ragam gerak yang ada dalam Tari Persembahan semuanya memiliki pembakuan dalam penyajian. Dengan berjalannya waktu dan melihat perkembangan Tari Persembahan di Provinsi Riau yang sangat bervariasi dan belum memiliki penyempurnaan yang baik dan tetap, maka pada tahun 2008 timbul gagasan untuk menyempurnakan Tari Persembahan oleh O.K Nizami Jamil. Gagasan ini pada akhirnya terwujud dengan dukungan dan bantuan dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kota Pekanbaru.

(11)

tepak sirih terbuat dari bahan yang ringan bukan dari logam (Wawancara dengan Ibu Tengku Rahimah, 16 Februari 2015).

3.2 Deskripsi Tari Persembahan

Kesenian Riau tumbuh, hidup, dan berkembang sejak zaman kerajaan Melayu dan berkembang di kalangan masyarakat Melayu Riau. Riau sangat kaya dengan ragam kesenian daerah baik seni pertunjukan maupun seni tari dalam perkembangannya. Kesenian Riau memiliki kaitan erat dengan kegiatan adat, tradisi, maupun keagamaan yang terwarisi turun temurun. Salah satu kesenian Riau yang berkembang saat ini adalah Tari Persembahan. Tari ini merupakan tarian yang bisa dikatakan wajib pada setiap acara yang melibatkan kehadiran petinggi atau orang yang dihormati dalam masyarakat Melayu Riau. Ada makna dalam tarian ini, yang bermakna sebagai penghormatan menyambut tamu yang datang berkunjung, itu dapat dilihat dengan pengajuan tepak kepada orang yang dihormati dan meminta untuk mencoba sirih yang telah diberikan. Ini merupakan tradisi yang turun temurun dalam masyarakat Melayu, terutama masyarakat Melayu Riau. Tari Persembahan merupakan tarian adat yang khusus ditarikan pada acara penyambutan tamu yang dihormati atau diagungkan dengan mempersembahkan tepak sirih yang berisi sirih pinang yang lengkap. Tarian ini dari masa ke masa terus mengalami berbagai perkembangan dan penyesuaian baik dari kostum, rias, bahkan koreografinya.

(12)

sambil membawa tepak sirih, lengkap dengan sirih adatnya, pertanda perlambangan keterbukaan masyarakat Melayu Riau kepada tamu yang dihormati. Perkembangan kesenian Tari Persembahan di Provinsi Riau, mengalami perubahan, perbaikan untuk memperindah suatu pertunjukan tari dengan menata kembali pola lantai, tata gerak, busana dan aksesorisnya yang tidak bertentangan dengan adat dan budaya Melayu Riau. Menurut tata cara Tari Persembahan ini ditarikan di hadapan tamu yang dihormati atau diagungkan dan dilakukan di dalam gedung, di istana atau balai-balai pertemuan. Tamu yang dihormati dipersilahkan duduk di tempat duduk yang telah di sediakan, maka Tari Persembahan ditampilkan di hadapan tamu yang dihormati. Dalam tata cara Tari Persembahan ini tidak boleh ditampilkan di sembarangan tempat karena tarian ini bersifat formal, tarian ini harus ditempat yang sudah ditentukan. Boleh ditampilkan di luar gedung dalam upacara besar, seperti: peresmian yang khas dalam suatu upacara akan tetapi harus dibuat panggung khusus (Jamil, 2009: 36). Pergelaran Tari Persembahan ini apabila dilaksanakan di lapangan upacara, maka harus dibuat tenda kehormatan (balai-balai) dan para penari akan menari di atas bentangan permadani yang tersedia berukuran sepantasnya. Sedangkan tamu dihormati sudah duduk di kursi kehormatan untuk menerima suguhan sekapur sirih dari penari persembahan dengan membawa tepak sirih perlambang ketulusan hati menerima tamu yang dihormati.

3.3 Bentuk Penyajian Tari Persembahan

(13)

gerakan pada Tari Persembahan diambil dari gerakan yang sudah ada yaitu dari gerakan Tari Menjunjung Duli dari Kerajaan Siak. Tari Menjunjung Duli adalah salah satu tari yang khusus dipersembahkan untuk raja-raja di Kerajaan Siak. Tarian tersebut tidak boleh ditarikan di luar Istana Siak, karena hanya dipersembahkan untuk raja-raja terdahulu. Dari sanalah bapak O.K. Nizami Jamil dan Alm. Johan Syaripuddin terinspirasi untuk menciptakan tarian yang dipersembahkan kepada tamu agung di Propinsi Riau.

Bentuk penyajian Tari Persembahan itu sendiri sangat sederhana dengan gerakan yang diulang-ulang dan tidak mempunyai pola dalam tarian tersebut. Untuk penari Tari Persembahan masa dahulu tidak ditentukan jumlah penarinya, akan tetapi hanya difokuskan kepada gerakan serta fungsi dari Tari Persembahan itu sendiri. Tari Persembahan itu dahulunya ditarikan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Fungsi dari penari laki-laki tersebut hanya berfungsi sebagai tamu yang akan disambut, sedangkan penari perempuan berfungsi sebagai tuan rumah yang akan menyambut kedatangan para tamu yang dihormati. Setelah itu penari perempuan menyuguhkan sebuah tepakyang berisi pinang, sirih, kapur, gambir, serta kacip (pemotong pinang). Bentuk penyajian Tari Persembahan pada masa itu terdiri dari: gerak, desain lantai, musik iringan, tata rias, dan busana, tempat pertunjukan dan properti.

3.4 Perkembangan Bentuk Penyajian Tari Persembahan Yang Sudah Dibakukan

(14)

priode tahun 1957, tahun 1962, tahun 1963, tahun 1967, tahun 1983, tahun 1990, tahun dan 2008. Periodisasi perkembangan bentuk penyajian Tari Persembahan dari tahun 1957 hingga saat ini meliputi ragam gerak, musik iringan, tata rias dan busana, pola lantai, dan tempat pertunjukan.

3.4.1 Gerak

Menurut T. Rahimah, tari termasuk salah satu unsur seni yaitu seni gerak yang merupakan pengamatan fisik yang paling mendasar dari kehidupan manusia. Sehingga seni gerak tersebut dapat merupakan gejala yang paling primer dari manusia untuk mengatakan keinginannya. Hal tersebut dapat pula merupakan bentuk refleksi spontan dari gerak batin manusia bisa yang tidak mampu berkomunikasi dengan kata-kata, mereka akan menggunakan gerak-gerak maknawi sebagai ganti bahasanya (Rahimah, 2007:1).

Tari Persembahan memiliki gerakan-gerakan Melayu yang lemah

gemulai, sederhana dan penuh etika serta sesuai dengan adat. Tari Persembahan menggunakan gerak lengang melayu patah sembilan dan gerak rentak langgam sebagai gerak dasar pada Tari Persembahan.

(15)

jumlah penarinya sudah ditetapkan berjumlah 7 orang. Serta penggembangan dan penyempurnan ragam gerak yang dilakukan oleh koreografer sedemikian rupa agar terlihat lebih indah dan tanpa merubah gerak dasar dari Tari Persembahan itu sendiri (Wawancara dengan Tengku Rahimah, 16 Februari 2015). Adapun ragam-ragam perkembangan bentuk penyajian Tari Persembahan ini yaitu:

No. Hitungan Gerak

1. Ragam satu

1 x 8 : Hit. 1 Bagian badan sedikit digoyangkan ke sisi kanan.

Hit. 2 Goyangkan kiri kembali ke posisi semula.

Hit. 3 Sama dengan Hit. 1 (diulang).

Hit. 4 Kembali posisi semula.

(16)

Hit. 6 Bunga silat selembayung dengan dua tangan di depan dada.

Hit. 7 Kedua tangan dengan telapak tangan terbuka hadap kemuka ditarik agak keatas sehingga ujung jari sejajar mata.

Hit. 8 Kedua telapak tangan diputar arah ke dalam dan terus turun kebawah diatas paha.

Hit. 4 Kembali ke posisi semula.

(17)

kanan.

(sama dengan ragam I diatas).

Hit. 6 Bunga silat selembayung dengan dua tangan di depan dada.

Hit.7 Kedua tangan

Hit. 8 Kedua telapak tangan diputar kearah ke dalam dan terus turun kebawah di atas paha. (lutut).

3. Ragam Tiga

1 X 8 : Hit. 1 s/d 4 Tegak perlahan setengan berdiri (berdiri perlahan

dengan lutut).

Hit. 5 Main tangan petik bunga ke sisi kanan.

Hit. 6 bunga silat selembayung dengan dua tangan di depan dada.

(18)

ujung jari sejajar mata.

Hit. 8 Kedua telapak tangan diputar arah kedalam dan terus turun kebawah (diatas paha/ lutut).

4. Ragam Empat

1 X 8 : Hit. 1 s/d 4 Berdiri perlahan dan tegak lurus ditempat.

Hit. 5 s/d 6 Lenggang patah 9 dengan tangan kanan.

(19)

5. Ragam Lima

1 X 8 : Hit. 1 s/d 4 Putar kanan ditempat 360 derajat.

(20)

dan disilangkan ke belakang.

(21)

6. Ragam Enam (Tukar Posisi)

Pada Posisi Ini Dibuat Ragam 6 S/D 9

1 X 8 : Hit. 1 s/d 4 Berlari kecil tukar posisi

Hit. 5 Lenggang patah 9 tangan kanan.

Hit. 6 Bunga silat serong kiri.

(22)

7. Ragam Tujuh

1 X 8 : Hit.1 s/d 4 Duduk bersimpuh tangan dilenggangkan.

Hit. 5 Petik bunga ke kanan.

Hit. 6 Bunga silat selembayung di depan dada.

Hit. 7 Kedua tangan dengan telapak terbuka hadap ke depan di tarik agak ke atas sehingga ujung jari sejajar dengan mata.

(23)

8. Ragam Delapan

1 X 8 Mengelap (membersihkan daun sirih)

Hit. 1 s/d 2 Mengelap (membersihkan) daun sirih dengan posisi tangan kiri telentang di atas paha kiri dan tangan

kanan telungkup mengelap dimulai dari

atas (buku tapak tangan) sampai ke bawah (ujung jari).

Hit. 3 s/d 4 Sama dengan diatas (diulang sekali lagi).

Hit. 5 s/d 6 Main tangan kanan (lenggang patah 9).

(24)

9. Ragam Sembilan

Hit. 1 Tangan kiri diangkat telentang di depan dada.

Tangan kanan gerak mengambil kapur sirih dihadapan. (badan sedikit dibungkukkan).

Hit. 2 Tangan kanan diletakkan di atas telapak tangan kiri. (kedua telapak tangan saling berdekapan).

Hit. 3 Ulangi gerakan hit. 1

(25)

hit.2

Hit. 5 Melipat sirih ke kanan (telapak tangan kiri terlentang, telapak tangan kanan berdiri/

seperti sedang memunjut).

Hit. 6 Melipat kesebelah kiri (kebalikan dari gaya di atas hit. 5)

Hit. 7 Sama dengan hit. 5

Hit. 8 Sama dengan hit. 6

10. Ragam Sepuluh 1 X 8 Memakan sirih

Hit. 1 Tangan kiri di atas paha kiri

Tangan kanan memakan sirih arah ke kanan.

Hit. 2 Tangan kiri tetap dipaha kiri

(26)

memakan sirih arah kiri.

Hit. 3 Sama dengan hit. 1

Hit. 4 Sama dengan hit. 2

Hit. 5 s/d 6 Main tangan memetik bunga.

Hit. 7 s/d 8 Main tangan di depan dada gerak memutar dan diturunkan sambil berdiri lutut dan duduk kembali.

11. Ragam Sebelas

1 X 8 Berdiri di atas lutut.

Hit. 1 s/d 4 Berdiri dengan lutut lenggang tangan

(27)
(28)

12. Ragam Duabelas

1 X 8 Berdiri tegak lurus

Hit. 1 s/d 4 Langkah lenggang patah 9 sambil berdiri.

Hit. 5 s/d 6 Main tangan kanan lenggang patah 9.

(29)

13. Ragam Tiga belas

(30)

Pada posisi ini dibuat ragam 13 s/d 14.

Hit. 1 s/d 4 Penari no.1, 2, dan 3 memutar berlari kecil merobah posisi baru ke kiri merobah posisi sehingga menjadi anak panah (penari no.1 di depan sekali). Sedangkan penari no. 5, 6, 7, dan 8 putar kiri menjadi tangkai anak panah kebelakang.

Hit. 5 s/d 6 Lenggang patah 9 dengan tangan kanan.

(31)

14. Ragam Empat belas

1 X 8 Panco

Hit. 1 Tangan kiri membentang lurus ke depan, sambil tangan kana ayun ke depan mengarah ke tapak tangan kri.

Hit. 2 Tangan kiri tetap membentang ke depan, sedangkan tangan kana di tarik ke belakang.

Hit. 3 Tangan kiri tetap membentang ke depan, sedangkan tangan kana kembali ayunkan ke depan

(32)

kebelakang).

Hit. 5 Tangan kiri tetap membentang ke depan. Tangan kanan memetik bunga ke kanan.

Hit. 6 tarik tangan kanan sejajar tangan kiri.

Hit. 7 Tangan kanan membentang ke depan.

Hit. 8 Tangan kiri ditarik sejajar tangan kanan, sedangkan penari no.1, 2, dan 3 duduk.

15. Ragam Lima belas

1 X 8 Tukar posisi. (lihat sketsa 5)

(33)

Hit. 5 Petik bunga tangan kanan.

Hit. 6 Bunga silat selembayung di depan dada.

Hit. 7 Kedua tangan dengan telapak terbuka hadap kedepan ditarik agak keatas sehingga ujung jari sejajar mata.

Hit. 8 Kedua telapak tangan diputar arah kedalam dan terus turun kebawah (diatas paha).

16. Ragam Enam Belas

1 X 8 Tukar posisi kembali ke posisi semula.

(34)

kanan merubah posisi menjadi semula.

Hit. 5 s/d 6 Langkah lenggang patah sembilan ke kanan.

(35)

17. Ragam Tujuh belas

1 X 8 Hit. 1 s/d 4Semua penari putar 360 derajat dan kembali hadap kedepan (mohon diri).

Hit. 5 s/d 6 Langkah lenggang patah sembilan kekanan.

(36)

18. Ragam Delapan belas 1 X 8 Penutup

Hit. 1 s/d 2 Mundur

perlahan sambil melenggang dimulai dengan kaki kanan.

Hit. 3 Kaki kanan tarik kebelakang letakkan sejajar dengan kaki kiri.

Hit. 4 Kaki kiri disilangkan dibelakang kaki kanan sambil setengah merunduk memberi sembah, lalu kembali tegak.

(37)

Persembahan

(38)

Tabel-3 Gerak Tari Persembahan Dokumentasi: Prinsa Agnest,2015 3.4.2 Pola Lantai

Keterangan gambar : = Penari

= Posisi hadap penari

No. Pola Lantai Gerak

1. - Musik intro di mulai

dengan suara biola. - 4 orang penari

(39)

2. - 4 orang penari menjemput 3 orang penari lainnya (1 orang pembawa tepak sirih, 2 orang gading-gading, lalu berputar kekanan untuk mengambil posisi selanjutnya.

3. - Mengambil posisi

duduk dan membuat gerak sembah.

- Melakukan ragam 1 - ragam 5.

4. - Berlari kecil tukar

posisi.

- Melakukan ragam 6 – ragam 12.

5. - Tukar posisi

membentuk anak panah serong ke kanan.

(40)

– ragam 14.

6. - Tukar posisi dan

ambil pola di samping.

- Lakukan ragam 15

7. - Tukar posisi dan

ambil pola disamping.

- Lakukan ragam 16 – ragam 18.

Tabel-4 Pola Lantai Tari Persembahan

Sumber: wawancara dengan instruktur Tari Persembahan Tengku Rahimah,2015.

3.4.3 Busana, Tata Rias dan Aksesoris

(41)

Gambar-1Baju kebaya Laboh dan Baju Teluk Belanga dahulu (Dokumentasi: LAM Riau 2014)

Gambar-2 Busana Tari Persembahan Sekarang

(Dokumentasi: Prinsa Agnest,2015)

(42)

2) Tata Rias

Penari Tari Persembahan memakai sanggul yang ditata rapi. Adapun pemilihan sanggul antara lain sanggul joget dan sanggul lipan pandan. Sedangkan wajah penari dirias dan tidak boleh terlalu berlebihan. Pemilihan alat make up pun menjadi salah satu pengaruh baiknya dari make up tersebut. Yang paling utama dan terpenting bahwa rias dan busana adalah merupakan bagian dari penari (Athur, 1998: 54).

Gambar-3 Salah satu contoh sanggul yang bisa digunakan Sanggul Lipat Pandan (Dokumentasi Tuti Dewi,2014)

Gambar-4 Contoh Tata Rias Wajah (Dokumentasi: Prinsa Agnest,2015)

(43)

No. Aksesoris Keterangan

1.

Gambar-5

Pada daha dapat dipakai ramen yaitu pekakas andam pengantin perempuan yang terbuat dari emas Melayu, perak, tembaga yang berhias dengan batu permata.

2.

Gambar-6

(44)

3.

Gambar-7

Telinga memakai subang atau anting-anting

yang terurai atau pun melekat di daun telinga.

4.

Gambar-8

Pada dada penari ada perhiasan dada.

5. Pada pinggang

penari dipakaikan pending (ikat pinggang) yang terbuat dari perak, tembaga, emas atau setagen

(45)

Gambar-9

Tabel-5 Aksesoris Yang dipakai penari Tari Persembahan

(46)

3.4.4 Tempat Pertunjukan

Tari Persembahan merupakan tarian penyambutan tamu yang dihormat maka tempat pertunjukan Tari Persembahan dilakukan didalam gedung, di istana, atau dibalai-balai pertemuan. Dalam aturannya Tari Persembahan ini tidak ditampilkan di halaman atau di tempat terbuka seperti di jalan, atau halaman. Kalau pergelaran Tari Persembahan di lapangan upacara, haruslah dibuat tenda kehormatan (balai-balai) dan para penari naik diatas bentangan permadani yang tersedia berukuran sepantasnya (Wawancara dengan Tengku Rahimah, 16 Februari 2015).

3.4.5 Properti

Sesuai dengan adat Melayu serta nilai – nilai yang terkandung di dalam adat melayu, tepak sirih adalah perlambang adat yang sering dipergunaan pada setiap upacara adat di negeri Riau, baik dalam upacara adat perkawinan, adat meminang, adat mengantar dan adat menerima tamu, tepak sirih adalah memegang peranan penting di dalam kehidupan bermasyarakat di masyarakat Melayu Riau.

Penyuguhan tepak yang berisikan sirih, adalah suatu tanda penghormatan dari tuan rumah atau yang punya negri kepada tamu yang dihormatinya. Kalau dalam suatu upacara adat, tepak sirih yang berisi perlengkapannya itu ada yang disebut tepak sirih pendatang dan tepak sirih menanti.

(47)

1. Daun sirih secukupnya tersusun rapi dalam keadaan terlungkup dengan gagangnya mengarah keatas.

Tumbuhan ini tumbuhnya memanjat atau melekat pada tunbuhan atau tembok dan tidak merusak tanama ini. Rasa daun sirih pedas dan maknanya berani. Dengan menyodorkan tepak sirih maka maknanya orang mendatangi majelis itu adalah mereka yang merendahkan dirinya dan sengaja memuliakan orang-orang yang dihadapinya. Akan tetapi jangan lupa bahwa orang-orang yang menyorongkan sirih itu adalah mereka yang memiliki sifat pemberani dan penawar.

2. Lima atau tiga bungkus sirih yang telah dikapur, siap untuk dijamah dan disantap.

Telah kita ketahui asal-usul dari kapur dan jika dimasukkan ke mulut terasa payau. Makna kapur yang putih warnanya itu berarti orang-orang yang datang itu hatinya suci dan bersih, tahan dilebur/diuji, namun jika diusik dapat marah dan melukai lawannya.

3. Gambir diracik se-cembul.

Barang ini terbuat dari getah tumbuhan tertentu dan warnanya kuning serta rasanya kelat/sepat dan agak pahit. Gambir ini sebagai simbol adanya sifat-sifat yang ulet/keuletan/keliatan.

4. Pinang diracik se-cembul.

(48)

baru dimakan. Pinang itu sebagai simbol bahwa mereka adalah orang yang baik-baik (tinggi dan lurus), selalu bersifat terbuka dengan hati yang penuh kesungguhan.

5. Tembakau se-cembul.

Daun tembakau diiris-iris kecil-kecil atau sampai sangat kecil dan dikeringkan. Rasanya pahit dan dapat memabukkan. Tembakau sebagai perlambang akan adanya ketahanan atas berbagai cobaan dan rela berkorban. Jika perlu dapat diarahkan kepada yang baik atau sebaliknya, guna membuang sifat-sifat yang jahat. Dalam berbagai acara baik pihak datang atau yang menanti menyiapkan tepak sirih lengkap dengan isinya seperti telah diuraikan di atas.

6. Kacip sebuah.

Dalam penampilan pembawa tepak sirih dalam Tari Persembahan dihadapan tamu yang dihormati merupakan fokus utama oleh seorang penari yang terpilih.

(49)

tamu hanya memetik daun sirih ataupun gagang daun sirih tersebut, pertanda tamu telah menghormati penyambutan tersebut.

Tepak sebagai alat properti utama dalam Tari Persembahan ini, perlu ditata dengan baik dan indah. Tepak merupakan salah atu perlengkapan adat di masyarakat Melayu, perlu dijaga keindahannya dengan perlengkapa yang cukup, bersih dari noda – noda, sehat dan dikawal dengan keamanan jangan sampai adanya niat buruk dari orang – orang yang bemaksud jahat.

Tepak yang penuh ukiran dan ditutup dengan kain beludru berwarna merah darah burung atau beledru berwarna hijau lumut, atau warna kuning keemasan untuk pimpinan negara atau sultan yang penuh bertekad yang bernama tekad laut keemasan ataupun berkelingkan, beruntai emas, berbunga cina bertabur bunga cengkeh, pertanda hati bersih menerima tamu.

(50)

Gambar-12 Tepak Sirih pada masa sekarang

(Dokumentasi Prinsa Agnest, 2015)

Gambar-13 Tepak sirih pada masa dahulu (Dokumentasi: Melayuonline 2014)

3.5 Fungsi Tari Persembahan

Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi (pranata-pranata) dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu (Lorimer et al, 1991).

(51)

Persembahan ini juga menunjukan jati diri masyarakat Melayu. Seterusnya dalam pembukaan acara besar di tanah Siak akan menjadi lengkap dan sempurna jika disertai dengan tarian ini beserta musik pengiring, pepatah petitih, busana adat, bahasa Melayu, dan lain-lain. Untuk mengkaji fungsi Tari Persembahandi dalam kebudayaan masyarakat Melayu di kota Siak Sri Indrapura ini penulis menggunakan empat teori fungsi yang berasal dari disiplin antropologi dan etnologi tari. Kemudian akan menyimpulkan bagaimana fungsi Tari Persembahan pada masyarakat Melayu, khususnya di kabupaten Siak. Agak berbeda dengan pendekatan yang lazim dipakai oleh para calon sarja Etnomusikologi FIB USU, yang umumnya menggunakan teori fungsinya Merriam (1964), yang relevan dan lebih sesuai untuk mengkaji fungsi musik, maka dalam skripsi ini, penulis menggunakan teori fungsi yang terutama digunakan dalam disiplin etnologi tari atau etnokoreologi. Adapun fungsi-fungsi Tari Persembahan adalah sebagai berikut.

3.5.1 Fungsi Tari PersembahanMenurut Teori Radcliffe-Brown

(52)

dengan Tari Persembahan, tari ini adalah salah satu aktivitas dari sekian banyak aktivitas etnik Melayu, yang tujuannya adalah untuk mencapai harmoni atau konsistensi internal. Tari Persembahandan musik iringannya adalah bahagian dari sistem sosial yang bekerja untuk mendukung tegaknya budaya Melayu. Secara internal, Tari Persembahandidukung oleh aspek tarian yang di dalamnya juga terdiri dari penari perempuan, busana, aksesoris, tata rias wajah, gerak-gerak dengan ragam dan polanya, pola lantai, makna gerak, dan seterusnya. Tarian ini juga didukung oleh aktivitas musik, yang terdiri dari pemain musik pembawa melodi dan pembawa ritme. Antara tari dan musik terjadi integrasi pertunjukan yang kuat. Kemudian secara eksternal, tarian Persembahan dan musik iringannya adalah berfungsi untuk memenuhi institusi sosial lainnya yaitu penyambutan tamu yang dihormati atau diagungkan. Tari dan musiknya menjadi bahagian penting dalam penyambutan tersebut. Sementara penyambutan itu sendiri adalah menjalin silahturahmi bagi tamu yang disuguhkan tepak sirih dan tamu yang datang sebagai lambang keterbukaan masyarakat Melayu. Kemudian dalam tataran yang lebih laus lagi, Tari Persembahandan musik iringannya adalah bahagian dari kebudayaan Melayu, yang mendasarkan kebijakannya dalam adat. Seperti diketahui bahwa adat Melayu adalah berdasar kepada konsep adat bersendikan syarak, dan syarak bersendikan kitabullah. Artinya bahwa kebudayaan Melayu berdasarkan adat, dan dasar kebudayaan ini adalah wahyu Allah berupa ajaran-ajaran agama Islam. Jadi konsep, kegiatan, dan artefak Tari Persembahan, adalah bahagian dari adat dan kebudayaan Melayu secara umum. Demikian kira-kira fungsi Tari Persembahan menurut teori yang ditawarkan Radcliffe-Brown.

(53)

Gertrude Prokosch Kurath yang mengemukakan adanya 14 fungsi tari dalam masyarakat, yaitu (1) sebagai media inisiasi (upacara pendewasaan), (2) sebagai media percintaan, (3) sebagai media persahabatan atau kontak sosial, (4) sarana untuk perkawinan atau pernikahan, (5) sebagai pekerjaan atau mata pencaharian, (6) sebagai media untuk sarana kesuburan atas pertanian, (7) sebagai sarana untuk perbintangan, (8) sebagai sarana untuk ritual perburuan, (9) sebagai imitasi satwa, (10) sebagai imitasi peperangaa, (11) sebagai sarana pengobatan, (12) sebagai ritual kematian, (13) sebagai bentuk media untuk pemanggilan roh, dan (14) sebagai komedian (lawak).

Dari empat belas fungsi yang dikemukakan oleh Kurath seperti tersebut di atas, maka salah satu fungsi Tari Persembahanyang paling utama adalah fungsinya sebagai media persahabatan atau kontak sosial. Tari Persembahan itu sendiri mengandung makna dan simbol yang menandakan jati diri Melayu yang sangat menghormati tamunya yang datang dan berkunjung ke Negeri Riau. Tari Persembahan itu sendiri untuk dipersembahkan pada tamu yang datang. Tari Persembahan itu sendiri menggunakan gerak memakan sirih,mengelap sirih dan melipat sirih.

3.5.3 Fungsi Tari PersembahanBerdasarkan Teori Shay

(54)

psikologis, (5) sebagai refleksi nilai-nilai estetik atau murni sebagai aktivitas estetis, dan (6) sebagai refleksi dari kegiatan ekonomi.

Kalau ditinjau dari teori fungsi tari yang dikemukakan Shay ini, maka Tari Persembahandalam kebudayaan Melayu adalah sebagai aktivitas rekreasi atau hiburan dan sebagai refleksi nilai-nilai estetik atau murni sebagai aktivitas estetis. Tari Persembahan dipersembahkan untuk tamu yang dihormati dengan maksud menyampaikan terimakasih sekaligus menghibur melalui gerakan-gerakan Melayu yang lemah gemulai, sederhana dan penuh etika serta sesuai dengan adat.

3.5.4 Fungsi Tari PersembahanBerdasarkan Teori Narawati dan Soedarsono Sementara pakar tari lndonesia yaitu Narawati dan R.M. Soedarsono membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu (1) kategori fungsi tari yang besifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) fungsi tari sebagai sarana ritual, (b) fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan (c) fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan (2) kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata pencaharian (Narawati dan Soedarsono, 2005: 15-16).

Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi Tari Persembahan, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder. Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ungkapan pribadi dan estetik.

(55)

bukan fungsi utama di dalam setiap kegiatan Tari Persembahan terdapat fungsi ekonomis, setiap penari atau pemusiknya mengharapkan imbalan ekonomis, biasanya berupa uang.

Menurut pengamatan yang penulis lakukan selama ini, seorang penari dalam rangka menari Tari Persembahanmemerlukan dana yaitu untuk make up, sanggul, membeli pakaian tari, perlengkapan tata rias, serta kebutuhan hidupnya. Selain itu juga setiap penari tetap mengharapkan rezeki dari jasa ia menari di dalam sebuah acara. Dengan demikian, fungsi tari Melayu dalam kebudayaan masyarakat Melayu memang kompleks juga. Ini dapat ditelisik melalui kaitan tari ini dengan berbagai konteks sosial dan budaya, seperti, religi, ekonomi, estetik, hiburan, sistem sosial, dan lain-lain.

3.5.5 Fungsi Tari Persembahan

Kesimpulan yang didapat mengenai fungsi Tari Persembahan adalah: 1. Memenuhi kebutuhan intitusi sosial (untuk meyamnut tamu yang agung) 2. Menjalin hubungan silahturahmi yang menjadi media persahabatan atau

kontak sosial.

3. Menyambut pengantin laki-laki. 4. Menghibur.

(56)

BAB IV

MUSIK PENGIRING TARI PERSEMBAHAN

4.1 Deskripsi Alat Musik Pengiring Tari Persembahan

Menurut Tengku Lukman Sinar Musik adalah ekspresi kultural yang bersifat universal seperti halnya bahasa dan humor. Satu-satunya ikatan antara musik dan kehidupan adalah emosi, musik tidak terpakai jika tidak ada emosi. Rhythm dari musik bisa menjelaskan setiap emosi. (Sinar, 1990:1)

Tari Makan Sirihpun ditampilkan dengan diringi musik pengiring atau orkes melayu yang khas.Alat musik Tari Persembahan saat ini tidak ada perubahan terlalu banyak, hanya saja pada tempo diperlambat karena menyesuaikan dengan gerak lemah gemulai dan syair lagu makan sirih yang diganti menjadi syair yang lebih jelas maksud dan tujuan Tari Persembahan. Alat musik yang digunakan adalah accordion, biola, gendang bebano berikut alat musik Tari Persembahan.

(57)

Gambar-13

(Dokumentasi: Tuti 2014)

4.1.2 Biola

Gambar-14

(Dokumentasi: Tuti 2014)

(58)

Gambar-15

(Dokumentasi: Tuti 2014)

4.2 Penggunaan Musik Pengiring Tari Persembahan

Karya seni tari maupun musik sebagai iringannya memiliki sifat saling ketergantungan dengan kata lain saling membutuhkan. Hubungan antara seni tari dengan seni musik iringannya sangatlah erat. Meskipun sesungguhnya musik mampu berdiri sendiri sebagai sebuah karya seni, namun dalam konteksnya sebagai iringan tari, musik tidak bisa lepas dari tari yang diiringinya. Secara umum masyarakat sudah tahu bahwa pasangan dari seni tari adalah musik sebagai iringannya. Keduanya merupakan pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Antara seni tari dan seni musik sebagai iringannya pada kenyataannya berasal dari sumber yang sama yakni dorongan atau naluri ritmis manusia. Seni tari menggunakan media utama gerak, suasananya tidak bisa hidup dan tidak bermakna tanpa hadirnya musik sebagai iringannya.

(59)

diwujudkan. Unsur wirama pada seni tari akan dikorelasikan dengan musik iringannya. Struktur musik menjadi dasar hitungan tari kaitannya dengan penggalan kalimat gerak sehingga sebuah kalimat gerak akan dapat terbaca melalui penerapan iringannya. Ragam gerak tari membutuhkan pola musik sebagai penekanan gerak. Begitu juga pembentukan suasana juga sangat membutuhkan iringan sebagai pendukung alur cerita (atmosfir dibentuk dengan media seperangkat alat musik dan suara manusia).

Rangsang ide iringan tari biasanya diperoleh dari diri penari (rangsang internal). Seiring perkembangan saat ini, seringkali musik iringan tari lebih bersifat eksternal atau iringan tari yang dilakukan oleh orang lain sebagai pengiringnya.

Hidajat (2006) menyatakan musik dalam koreografi tari bersifat fungsional dan setidaknya memiliki 3 fungsi, antara lain: musik berfungsi sebagai iringan gerak, musik berfungsi sebagai penegasan gerak dan musik berfungsi sebagai ilustrasi gerak tari.

1. Musik Sebagai Pengiring Gerak :

(60)

tepukan tangan, tepukan badan, depakan kaki, teriakan atau instrumen tertentu yang dipegang atau diikatkan pada anggota badan penari.

2.Musik Sebagai Ilustrasi:

Musik difungsikan untuk memberikan suasana koreografi sehingga peristiwa yang digambarkan mampu terbangun dalam persepsi penonton. Musik sebagai ilustrasi sangat diperlukan untuk membangun suasana. Adegan-adegan yang dibangun membutuhkan dukungan penyuasanaan, baik untuk menggambarkan lingkungan tertentu atau mengungkapkan suasana hati. Penggambaran ilustratif tersebut:

- Gerak mengapur atau melipat sirih gerakan seolah-olah membersihkan sirih terlebih dahulu kemudian diberi kapur, pinang ,gambir pada sirih tersebut dengan kedua tangan berhadapan satu sama lain kemudian dibuka dan ditutup.

- Gerak memakan sirih.

- Badan berputar ke samping dan duduk jongkok kearah kanan mengayun perlahan-lahan. posisi badan memutar ke arah samping kanan membuat gerakan seperti mematik bunga

(61)
(62)

Menurut Nettl, (1964:98) ada dua pendekatan berkenaan dengan pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa yang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dari dua hal di atas untuk memvisualisasikan musik iringan Tari Persembahan, penulis melakukan transkripsi agar lebih mudah menganalisisnya terutama tangga nada, motif, kadensa, dan lain-lain. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat membantu kita untuk mengkomunikasikan kepada pihak lain tentang apa yang kita pikirkan dari apa yang kita dengar. Dalam pentranskripsian, penulis menggunakan notasi Barat untuk memperlihatkan bunyi musikal yang terdengar. Sebagaimana dikatakan oleh Nettl, (1964:94) yang mengutip pendapat Seegers tentang penulisan notasi musik bahwa notasi musik terdiri dari dua bagian yaitu notasi deskriptif dan notasi preskriptif.

(63)

suasana, dan untuk memperjelas tekanan-tekanan gerakan begitu juga pergantian ragam dan pola-pola gerakan yang ada.

Dalam mengiringi Tari Persembahan, lagu yang dimainkan bernama lagu Makan Sirih.

Dalam menganalisa struktur musik pengiring Tari Persembahanini, penulis hanya menganalisa pada alat musik biola saja, hal ini dikarenakanalat musik ini berfungsi sebagai pembawa melodi. Penganalisisan musik yang penulis lakukan pada biola menggunakan teori William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted scale dan hal-hal yang harus diperhatikandalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kedensa (cadence patterns), (7) formula melodik (melody formula), dan (8) kontur (contour) (Malm dalam terjemahan Takari 1993:13).

4.4.1 Model Notasi

Dalam transkripsi kedua mantra menggunakan notasi Barat, hal ini dilakukanagar dapat dipahami secara universal. Ada beberapa simbol yang digunakan, yaitu:

1.

(64)

2.

Merupakan not ½ yang bernilai dua ketuk.

3.

Merupakan not ¼ yang bernilai satu ketuk.

4.

Merupakan not 1/8 yang bernilai setengah ketuk.

5.

Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi satu ketuk.

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)

Nettl,(1964 : 1945) mengemukakan bahwa cara-cara untuk mendeskripsikan tangga nada adalah menuliskan nada-nada yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing dalam musik. Tangga nada tersebut kemudian digolongkan menurut beberapa klasifikasi, yaitu menurut jumlah nada yang dipakai. Diatonic (dua nada),tritonic (tiga nada), tetratonic (empat nada), pentatonic (lima nada), hexatonic (enam nada), heptatonic (tujuh nada).

Dua nada yang mempunyai jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja. Yang dimaksud tangga nada dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat pada melodi yang dihasilkan biola. Hal ini dilakukan pada pembagian nada-nada mulai dari nada yang tertinggi hingga nada yang terendah. Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam melodi biola dari nada terendah sampai nada tertinggi.

G A B C D E F G

4.4.3 Nada Dasar

Dalam menentukan nada dasar melodi biola, penulis mengacu pada hasil rekaman video yang penulis dapatkan di lapangan saat pelaksanaan acara, yang telah ditranskripsikan ke dalam notasi Barat. Maka hasil nada dasar dalam melodi biola yang didapatkan adalah nada dasar G.

4.4.4 Wilayah Nada

(80)

ialah dengan memperhatikan nada yang paling rendah hingga nada yang paling tinggi. Wilayah nada melodi biola yang diurutkan dari nada terendah sampai nada tertinggi adalah :

D B

4.4.5 Frekuensi Pemakaian Nada

Frekuensi pemakaian nada dapat dilihat dari banyaknya jumlah nada yang dipakai dalam suatu musik atau nyayian. Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam melodi biola :

D E Fis G A B C Cis D Dis E Fis

F G A Bes B

D 13

E 19

(81)

G 63

A 67

B 53

C 52

Cis 6

D 52

Dis 3

E 39

F 7

Fis 17

G 28

A 16

Bes 6

B 2

4.4.6 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain terdiri dari interval naik maupun turun. Berikut adalah interval dari melodi biola:

(82)

I Prime Perfect (Murni) 1 0

II Sekunda Mayor 2 1

III Tets Mayor 3 2

IV Kwart Perfect (Murni) 4 2 1

2

V Kwint Perfect (Murni) 5 3 1

2

VI Sekta Mayor 6 4 1

2

VII Septime Mayor 7 5 1

2

VIII Oktaf Perfect 8 6

Interval Jumlah

Prime Perfect 50 - -

Sekunda Mayor 185 106 79

Sekunda minor 110 54 56

Sekunda Augumented 2 - 2

Tets Mayor 44 13 31

Tets minor 73 32 41

(83)

Kwart Augumented - - -

Kwint Perfect 2 2 -

Kwint Augumented - - -

Sekta Mayor - - -

Sekta minor - - -

Septime Mayor - - -

Septime minor - - -

Oktaf Perfect 4 4 -

4.4.7 Formula Melodik

Untuk memperjelas bagaimana bentuk dari melodi biola, penulis menggunakan pendapat Nettl yang mengatakan bahwa ada beberapa karakter yang perlu diperhatikan untuk menentukan bentuk dari suatu komposisi, yaitu dengan memperhatikan unsur-unsur melodi yang terkandung berdasarkan pengulangan frasa, tanda diam, pengulangan pola ritem, transposisi, kesatuan dari teks yang ada dalam musik (1964:150). Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk, frasa, dan motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi.

Secara garis besar, bentuk, frasa, dan motif yang terdapat dalam melodi biola adalah sebagai berikut:

(84)

2. Frasa pada melodi biola, yaitu : ab ab

4.4.8 Pola Kadensa

Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu. Pola kadensa dapat dibagi atasa dua bagian, yaitu : semi kadens (half cadence) dan kadens penuh (full cadence). Semi kadens adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai (complete) dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai (complete) sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan kesan untuk menambah gerakan ritem.

Pola kadensa melodi biola yaitu : a. Pola kadensa sempurna.

1)

Pada bar 86.

2)

Pada bar 12.

b. Pola kadensa tidak sempurna.

(85)

4.4.9 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam irawan 1997 : 85) membedakan beberapa jenis kontur, yaitu :

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun.

(86)

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-batasan.

1. Ascending

Pada bar 9 dan 10. 2. Terraced

Pada bar 11 dan 12.

(87)

4.5 Teks Lagu Makan Sirih

Makanlah sirih ujung-ujungan

Ujunglah ujungan aduhai lah sayang, Kuranglah kapur tambahlah ludah Makanlah sirih ujung-ujungan

Ujunglah ujungan aduhai lah sayang, Kuranglah kapur tambahlah ludah

Hidupku ini untunglah untungan aduhailah sayang, Seharilah senang seharilah susah.

Hidupku ini untunglah untungan aduhailah sayang,

Seharilah senang seharilah susah. Makanlah sirih, kami silahkan.

(88)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka ada beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis, yaitu sebagai berikut.

Tari Persembahan merupakantarian adat yang khusus ditarikan pada acara penyambutan tetamu yang dihormati atau diagungkan dengan mempersembahkan tepak sirih berisi sirih pinang yang lengkap, dan bagi tetamu yang disuguhkan tepak sirih tersebut haruslah mengambil dan memakan sirih sebagai tanda ikhlas datang ke negeri atau ke tempat yang dikunjungi.

Dalam perkembangannya Tari Persembahan ini mengalami perubahan, perbaikan untuk memperindah bentuk penyajian Tari Persembahan dengan menata kembali gerak, desain lantai, tata rias dan busana, tempat pertunjukan, dan properti tari yang tidak meninggalkan bentuk keaslian dari Tari Persembahan itu sendiri.

Adapun yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut: -Pola geraknya mempunyai delapan belas ragam, -Pola lantai mempunyai tujuh pola lantai,

-Busana yang dipakai adalah kebaya laboh cekak musang, -Tata rias yang digunakan tidak boleh berlebihan.

(89)

-Tempat pertunjukannya adalah di dalam gedung, di istana atau balai-balai pertemuan. Jika di luar ruangan maka harus menggunakan permadani. -Properti yang digunakan adalah tepak sirih yang terbuat dari kayu jati yang diukir dan bermotif ukiran Melayu. Penyerahan tepak sirih disuguhkan kepada tamu yang di agungkan atau yang mempunyai pangkat lebih tinggi pada acara tersebut.

Tari Persembahan yang diiringi dengan Lagu Makan Sirih yang

dibakukan adalah untuk memperlihatkan bahwa masyarakat Melayu Riau menjunjung tinggi rasa kesatuan, selain itu karena banyaknya keragaman maka tari ini ditarikan dengan banyak perbedaan dan sudah jauh dengan pakem Melayu itu sendiri. Oleh karena itu tari ini dibakukan dan didukung oleh Lembaga Adat Melayu Riau.

5.2 Saran

Mengingat kompleksnya Perkembangan Bentuk Penyajian Tari Persembahan maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian yang sejenis dengan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Bentuk Penyajian Tari Persembahan di Provinsi Riau.

(90)

BAB II

TINJAUAN UMUM MASYARAKAT MELAYU DI KOTA SIAK

2.1 Asal Usul Bangsa Melayu

Asal usul bangsa Melayu hingga saat ini masih kabur. Akan tetapi beberapa sarjana Eropa seperti: Hendrik Kern (Belanda) dan Robert Von Heine Geldern (Austria) telah melakukan penyelidikan secara kasar mengenai latar belakang dan pergerakan masyarakat Melayu kuno. Teori mereka menyatakan bahwa bangsa Melayu berasal dari kelompok austronesia yaitu kelompok manusia yang berasal dari Yunann di China yang kemudian berhijrah dalam bentuk beberapa gelombang pergerakan manusia dan akhirnya menduduki wilayah Asia Tenggara.

2.1.1 Asal usul bangsa Melayu

Asal usul bangsa Melayu merupakan sesuatu yang sukar ditentukan, walaupun terdapat beberapa kajian dilakukan untuk menjelaskan perkara ini, tetapi kata sepakat antara sarjana belum dicapai. Secara amnya terdapat 2 teori mengenai asal usul bangsa Melayu yaitu (a) bangsa Melayu berasal dari Yunan (teori Yunann) , dan (b) bangsa Melayu berasal dari Nusantara (teori Nusantara).

(91)

(berhampiran dengan sempadan India dengan Myanmar), (c) bahasa Melayu adalah bahasa yang serumpun dengan bahasa yang ada di Kamboja. Lebih lanjut lagi, penduduk di Kamboja mungkin berasal dari dataran Yunann dengan menyusuri sungai Mekong. Perhubungan bangsa Melayu dengan bangsa Kamboja sekaligus menandakan pertaliannya dengan dataran Yunann. Teori ini merupakan teori yang populer karena diterima umum, contohnya dalam buku teks Pengajian Malaysia adapun menyatakan “nenek moyang” orang Melayu berasal dari Yunann.

Berdasarkan teori ini dikatakan orang Melayu datang dari Yunann ke Kepulauan Melayu menerusi tiga gelombang yang utama, yaitu orang negrito, Melayu-Proto, dan juga Melayu-Deutro. Gelombang pertama dikenali sebagai Melayu-Proto yang berlaku kira-kira 2500 tahun sebelum masehi. Lalu kira-kira dalam tahun 1500 sebelum masehi, datang pula gelombang kedua yang dikenal sebagai Melayu-Deutro. Mereka mendiami daerah-daerah yang subur dipinggir pantai dan tanah lembah Asia Tenggara. Kehadiran mereka ini menyebabkan orang-orang Melayu-Proto seperti orang – orang jakun, mahmeri, jahut, temuan, biduanda, dan beberapa kelompok kecil yang lain berpindah ke kawasan pedalaman. Justru itu, Melayu-Deutro ini merupakan masyarakat Melayu yang ada pada masa kini.

2.1.1.1 Teori Yunann

(92)

Orang Negrito merupakan penduduk paling awal di kepulauan Melayu, dan dipercayai berasal daripada golongan austronesia di Yunann. Mereka dikatakan berada disini sejak 1000 SM berdasarkan adanya arkeologi di Gua Cha, Kelantan. Ciri-ciri dari orang negrito adalah berkulit gelap, berambut keriting, bermata bundar, berhidung lebar, berbibir penuh, berbadan pendek, keturunannya orang asli di semenanjung Malaysia, Dayak di Serawak dan Batak di Sumatera.

Menurut pendapat Asmah Haji Omar sebelum perpindahan penduduk dari Asia belaku, kepulauan Melayu (Nusantara) ini telah ada penghuninya yang kemudian dinamai sebagai penduduk asli, ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa mereka yang tinggal di semenanjung tanah Melayu ini dikenal sebagai orang negrito. Orang negrito ini diperkirakan telah ada sejak tahun 8000 SM. Mereka tinggal di dalam gua dan mata pencaharian mereka adalah berburu binatang. Alat perburuan mereka dibuat daripada batu dan pada zaman ini disebut sebagai zaman Batu Pertengahan. Di Kedah sebagai contoh: pada tahun 5000 SM yaitu pada zaman paleolit dan mesolit, telah didiami oleh orang austronesia yang menurunkan orang negrito, Sakai, Semai dan sebagainya.

b. Melayu-Proto

(93)

mereka berpindah ranah. Zaman mereka ini disebut Neolitik atau Zaman Batu Baru.

c. Melayu-Deutro

Kumpulan ketiga dikenali sebagai Melayu-Deutro. Perpindahan penduduk yang kedua dari Asia yang dikatakan dari daerah Yunann diperkirakan berlaku pada tahun 1500 SM. Mereka dinamai Melayu-Deutro dan telah mempunyai perdaban yang lebih maju daripada Melayu-Proto. Melayu-Deutro telah mengenal kebudayaan logam. Mereka telah menggunakan alat perburuan dan pertanian daripada besi. Zaman mereka ini dinamai dengan Zaman Logam. Mereka hidup ditepi pantai dan menyebar hampir diseluruh kepulauan Melayu ini.

Kedatangan orang Melayu-Deutro ini dengan sendirinya telah mengakibatkan perpindahan orang Melayu-Proto kepedalaman sesuai dengan cara hidup mereka yang berpindah ranah. Berlainan dengan Melayu-Proto, Melayu-Deutro ini hidup secara berkelompok dan tinggal ditepi pantai, hidup sebagai nelayan dan sebagian lagi mendirikan kampung dekat dengan sungai dan lembah yang subur. Hidup mereka sebagai petani dan memburu binatang. Orang Melayu-Deutro ini telah pandai bermasyarakat. Mereka biasanya memilih seorang ketua yang tugasnya sebagai ketua pemerintahan dan sekaligus ketua agama yang mereka anut ,yaitu animisme.

(94)

pertama dan kedua yang dikenal sebagai austronesia. Bahasa- bahasa yang terdapat di Nusantara sekarang berpuncak daripada bahasa austronesia ini.

2.1.1.2 Teori Nusantara

Teori ini didukung oleh sarjana-sarjana seperti J. Crawfurd, K. Himly, Sutan Takdir Alisjahbana dan juga Gorys Keraf. Teori ini adalah disokong dengan alasan-alasan seperti dibawah ini:

1)

Bangsa Melayu dan bangsa Kawa mempunyai peradaban yang tinggi.

Pada abad ke 19, taraf ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan budaya yang lama. Perkara ini menunjukan oarng Melayu tidak berasal dari mana-mana, tetapi berasal dan berkembang di Nusantara.

2)

K. Himly tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa bahasa

Melayu serumpun dengan bahasa Champa. Baginya persamaan yang berlaku di kedua-dua bahasa adalah salah satu fenomena “ambilan”.

3)

Manusia kuno homo soloinensis dan homo wajakensis terdapat di pulau

Jawa. Penemuan manusia kuno ini di pulau Jawa menunjukan adanya kemungkinan orang Melayu itu keturunan daripada manusia kuno tersebut yakni berasal daripada Jawa dan mewujudkan peradaban bersendirian.

4)

Bahasa di Nusantara (bahasa austronesia) mempunyai perbedaan yang

ketara dengan bahasa di Asia Tengah (bahasa Indo- Eropa).

2.2Mata Pencaharian

(95)

1. Pertanian 5.225 68.018 69.586

2. Industri 16.618 16.162 16.150

3. Kontruksi 2.939 874 112

4. Perdagangan 21.222 26.084 700

5. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

5.872 7.326 464

6. Keuangan 922 1.268 4.796

7. Jasa Kemasyarakatan 13.168 19.983 1.233

Tabel-1 Mata Pencaharian di Kabupaten Siak.

Sumber: Statistik Kabupaten Siak 2009-2011

Jika dilihat bidang pekerjaan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sektor pertanian, industri merupakan komposisi pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena wilayah ini memang merupakan daerah yang memiliki potensi pertanian dan industri yang besar seperti adanya perkebunan kelapa sawit, sedangkan dibidang industri terdapat industri kertas (Indah Kiat), industri minyak (Chevron dan BOB) serta industri minyak sawit mentah (MSM/CPO) dengan jumlah PKS sebanyak 14 unit dengan kapasitas terpasang 610 ton TBS perjam.

(96)

terkait dan hal ini menjadi keluhana juga bagi Bupati karena berakibat pada sulit dalam menyelesaikan masalah kemiskinan dan pengangguran.

2.3 AGAMA

NO AGAMA 2009 2010 2011

1. ISLAM 312.089 324.804 355.365

2. KATHOLIK 4.903 5.333 6.197

3. HINDU 227 226 170

4. BUDDHA 3.866 4.142 4.574

5. KONGHUCU - - 291

6. KRISTEN 44.991 53.551 61.141

7. ALIRAN KEPERCAYAAN - - 153

Tabel-2 Agama yang dianut di daerah Kabupaten Siak.

Sumber: Statistik Kabupaten Siak 2009-2011

(97)

beragama Khatolik dan Kristen yang tinggi tersebut tidak lerlepas dari ramainya pencari kerja yang datang dari Provinsi Sumatra Utara. Sementara pertumbuhan penduduk yang beragama Budha dipengaruhi oleh ramainya perpindahan penduduk antara kabupaten yang memanfaatkan potensi pasar (sebagai pedagang) terutama China.

2.4 Bahasa

Riau merupakan negeri pusat perkembangannya budaya dan sastra melayu. Dari negeri inilah berkembang baahasa Melayu Riau yang merupakan pokok dari bahasa-bahasa negeri-negeri di Nusantara. Sebut saja Indonesia, Malaysia, Singapuura, Brunei Darussalam dan negeri-negeri lainnya.

Perkembangan bahasa dan sastra Melayu mencapai puncak kejayaannya pada masa kerajaaan Riau-Lingga yang diangkat dan dikembangkan oleh Raja Ali Haji di pulau Penyengat. Dari pulau Penyengatlah bahasa Melayu itu menjadi gemilang di negeri Nusantara.

Bahasa Melayu Riau ada sejak dahulu kala, perkembangannya semakin cemerkang mana kala dibukanya ada banyak nya bandar-bandar bau di negeri ini seiring berkembangnya kerajaan-kerajaan melayu yang terdapat di negeri ini seperti: Kerajaan Siak, Kerajaan Pekan Tua, Kerajaan Pelalawan, Kerajaan Indragiri, Kerajaan Kandis, Kerajaan Rokan, Kerajaan Kampar, Gunung Sahilin, Kuntu Darussalam dan lain-lain.

(98)

Dialek Melayu Riau dengan bahasa pergaulan dalam masyarakat sama dengan dialek Johor-Riau kini menjadi asas kepada pembentukan bahasa Melayu standar di Malaysia.

• Ciri utama dialek ini adalah akhiran ‘a’ untuk kata-kata yang diadotasi dari

perkataan Indonesia dikekalkan atau tidak diubah seperti sebutan asal:

Anda- disebut Anda

Merdeka-disebut Merdeka

• Bunyi akhiran ‘r’ dihilangkan pada kata-kata, seperti berikut:

Besar- disebut Besa (dengan sebutan a yang betul)

Lebar-disebut Leba (dengan sebutan a yang betul)

Sabar- disebut Saba (dengan sebutan a yang betul)

• Bunyi ‘o’ digunakan menggantikan kata-kata yang berakhir dengan

sebutan ‘ur’

Tidur-disebut Tido

Telur-disebut Telo

• Pengguguran (dihilangkan) bunyi ‘r’ ditengah kata sebelum huruf

konsonan seperti berikut:

Kerja- disebut Keja(a menjadi sebutan ě)

Pergi- disebut Pegi

(99)

Bagaimanapun terdapat variasi kecil di dalam dialek ini mengikut kawasan-kawasan tertentu. Di Provinsi Riau (Riau daratan) bahasa Melayu Riau dapat dibedakan menjadi dialeg Riau pesisir dan dialeg Riau pedalaman.

Yang perlu diketahui, bahasa Melayu di Riau daratan sebetulnya tidak kenal dengan kata “dang” atau “do”, misalnya : “wuiih.. mantap dang!” atau “Bukunya tak ada do..” kata- kata tersebut berasal dari bahasa Minang yang dibawa oleh para perantau minang ke Riau. Sehingga kata-kata itu ikut terserap di dalam bahasa masyarakat dan generasi mudanya.

Di Kabupaten Siak, sama dengan bahasa Melayu di Bengkalis, selain banyak terdapat kata-kata yang berakhiran ‘e’ lemah juga cukup banyak kata-kata yang berakhiran ‘o’. Di Siak juga pernah ada kerajaan Siak yang merupakan kerajaan Melayu Islam terbesar di Sumatera yang turut andil dalam mengembangkan tradisi, adat-istiadat, budaya dan bahasa Melayu secra luas keseluruh pelosok-pelosok negeri-negeri yang yang di bawah naungan kerajaan Siak, seperti Siak, Bengkalis, Rokan, Pekanbaru, dan Kampar. Jika di Bengkalis dan Siak juga terdapat perubahan kata-kata sapaan tertentu, contoh: “Kamu =Miko “.

2.5 Sistem Kekerabatan

(100)

ilmu gaib yang tidak semua orang mendapatkannya. Ilmunya itu hanya diturunkan ke anak laki-laki/ keponakan laki-laki segaris keturunan, jadi dalam hal ini orang yang bukan merupakan kerabat dekat anak dukun besar tidak akan meneruskan ilmu tersebut.

Tempat pertemuan adat disebut dengan surau dengan ketua adat atau dalam istilah Islamnya disebut Islam atau Kalipah. Kalipah juga diteruskan secara turun-temurun sehingga bersifat tertutup untuk orang lain yang bukan keturunan Kalipah menjadi seorang Kalipah. Hal ini dianut masyarakat Melayu Riau yang masih berlokasi di dusun atau biasa disebut dengan kecamatan.

2.6 Kesenian

Berbagai bentuk dan jenis kesenian yang terdapat di Riau, yaitu teater, tari,

musik, nyanyian, dan sastra. Para penghayat kesenian di perkotaan umumnya

merasa asing terhadap kesenian tradisional. Oleh karena itu, diperlukan

penghubung yang apresiatif dengan memperkenalkan segala jenis dan bentuk

kesenian tradisional di perkotaan. Dengan demikian, kesenian kontemporer yang

tumbuh, hidup, dan berkembang di perkotaan akan mempunyai fondasi yang

kokoh dan ranggi dalam memberikan sumbangan bagi kesenian nasional.

2.6.1 Sejarah Kesenian Melayu-Riau

Satu dasawarsa menjelang abad ke-20, berdiri Rusydiah Klub, suatu

(101)

ini berdiri di Riau, tepatnya di Pulau Penyengat yang pada waktu itu menjadipusat

pemerintahan Kerajaan Riau Lingga. Pada hakekatnya, perkumpulan ini

merupakan lembaga kebudayaan yang mencakup kesenian, pertunjukan, dan

sastra. Kegiatannya bermula dari peringatan hari-hari besar Islam, seperti

MaulidNabi, Isra-Mikraj, Nuzulul Quran, Idul Fitri, Idul Adha dan lain-lain yang

kemudian berkembang sampai pada penerbitan buku-buku karya anggota

perkumpulan. Semua kegiatan ditunjang oleh sarana kerajaan yang berupa

perpustakaan Kutub Khanah Marhum Ahmadi dan dua buah percetakan huruf

Arab-Melayu, yaitu Mathba‘at al Ahmadiyah dan Mathba‘at al Riauwiyah.

Rusydiah Klub merupakan perhimpunan cendekiawan pertama di

Indonesia. Perkumpulan ini tidak disebut dalam sejarah nasional, karena kurang

telitinya pengumpulan bahan sejarah, atau mungkin karena tidak adanya masukan

dari pihak yang banyak mengetahui tentang hal itu. Rusydiah Klub meninggalkan

pusaka kreativitas berupa buku-buku sastra, agama, sejarah, dan ilmu bahasa yang

amat berharga. Jika Riau pada masa lalu sanggup menyediakan fasilitas bagi

kegiatan seni dan sastra, seharusnya Riau pada masa kini mampu menyediakan

fasilitas yang lebih baik lagi.

Riau sejak dahulu sudah menjadi daerah lalu lintas perdagangan

negara-negara tetangga, sehingga Riau melahirkan sosok dan warna budaya yang

beragam. Hal ini merupakan beban, sekaligus berkah historis-geografis. Riau

seakan-akan merupakan ladang perhimpunan berbagai potensi kesenian, yang di

dalamnya terdapat pengaruh kebudayaan negara-negara tetangga dan kebudayaan

daerah Indonesia lainnya. Kesenian Melayu Riau sangat beragam, karena

kelompok-kelompok kecil yang ada dalam masyarakat juga berkembang.

Gambar

Tabel-3 Gerak Tari Persembahan
Tabel-4 Pola Lantai Tari Persembahan
Gambar-1Baju kebaya Laboh dan Baju Teluk Belanga dahulu
Gambar-3 Salah satu contoh sanggul yang bisa digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ragam gerak maupun Pola lantai diatas merupakan gerakan yang terdapat dalam Pertunjukan Tari Persembahan Lembaga Adat Melayu di Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau