• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Pembakuan Tari Persembahan Dan Musik Pengiring Oleh Sanggar Singgasana Siak Dalam Konteks Budaya Melayu Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Pembakuan Tari Persembahan Dan Musik Pengiring Oleh Sanggar Singgasana Siak Dalam Konteks Budaya Melayu Riau"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dari penjajahan bangsa

Belanda dan Jepang. Pulau Sumatera sejak tahun 1945 sampai tahun 1957 terbagi

ke dalam 3 provinsi yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah,

dan Provinsi Sumatera Selatan. Suku bangsa Melayu tersebar di dunia ini. Adapun

suku Melayu di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri dari: Melayu

Tamiang, Melayu Jambi, Melayu Riau, Melayu Bengkulu, namun di Sumatera

Utara ada etnis melayu yang asli, yakni Melayu Langkat, Melayu Deli Serdang,

Melayu Asahan dan Melayu Labuhan Batu.

Melayu Riau adalah salah satu dari banyak rumpun Melayu yang ada di

nusantara. Wilayah kediaman mereka yang utama adalah di Riau kepulauan,

sebagian besar di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaru

yang merupakan kekuatan kerajaan Riau di masa lampau.

Riau merupakan sebuah keresidenan yang disebut Residen Riau, di bawah

Provinsi Sumatera Tengah yang terdiri dari 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten

Kepulauan Riau, Kabupaten Kampar, Kabupaten Indragiri, dan Kabupaten

Bengkalis. Pada saat itu, Pekanbaru merupakan Kotapraja setingkat Kewedanaan.

Riau merupakan sebuah provinsi yang lahir pada tanggal 9 Agustus 1957,

terpisah dengan Provinsi Sumatera Tengah. Penduduk yang mendiami Provinsi

Riau, awalnya adalah mayoritas suku Melayu mempunyai adat resam dan tradisi

yang turun-temurun. Namun pada masa sekarang suku-suku lain juga telah

(2)

Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakatnya,

sehingga adat dan budaya Melayu Riau adalah adat bersendikan syarak dan

kitabullah 1

Menolong orang tiada mengupat

. Dengan demikian, maka kehidupan masyarakat Melayu Riau berakar

dari nilai-nilai agama Islam.

Masyarakat Melayu Riau adalah masyarakat terbuka semenjak dari zaman

Kerajaan Melayu yang memerintah negeri ini. Wilayah Riau secara geografis

terletak dipersimpangan antara Timur dan Barat di Selat Melaka dan Laut Cina

Selatan. Pengaruh inilah yang menyebabkan masyarakat Melayu menghargai

orang-orang yang datang dan berkunjung ke negeri Riau.

Mereka yang datang dan berkunjung ke negeri Riau sejak dari zaman

dahulu sampai sekarang ini sangat disanjung dan di hormati serta diterima dengan

hati yang lapang. Untuk menggambarkan hal ini maka dalam ungkapan Melayu

dikatakan:

Apa tanda Melayu sejati, Ikhlasnya tidak terbelah bagi, Relanya tidak dapat dibeli. Apa tanda Melayu terbilang, Hati ikhlas muka belakang, Apa tanda Melayu beradat, Ikhlas bergaul sesama umat, Berkorban pantang diingat-ingat,

1

(3)

(Jamil, 2009:9).

Sama dengan suku-suku yang lain yang ada di Indonesia, masyarakat

Melayu Riau juga memiliki beberapa bidang kesenian. Hal ini menjadi identitas

tersendiri terhadap suku ini. Suku Melayu Riau memiliki seni tari, seni musik dan

seni rupa. Letak geografis dan kebiasaan pola hidup sangat mempengaruhi

kesenian mereka. Salah satu contohnya adalah Tari Makan Sirih. Tarian ini

terdapat di berbagai tempat di dalam kebudayaan Melayu, seperti di Tamiang

Aceh, Langkat, Deli, Serdang, Asahan, Kotapinang, Kualuh, Panai, dan juga di

Riau sendiri. Namun demikian di berbagai tempat itu terdapat variasi-variasi

gerak dari Tari Makan Sirih.

Menurut pendapat para informan, nama Tari Makan Sirih bisa juga disebut

dengan nama Tari Persembahan. Ada pula yang mengatakan TariPersembahan

adalah sebagai bentuk pengembangan dari Tari Makan Sirih.

Di kawasan Riau, berdasarkan pemikiran bagaimana sebaiknya

menghormati tamu yang berkunjung, yang harus disambut dengan hati yang tulus,

maka O.K. Nizami Jamil bersama Johan Syariffudin mengubah sebuah tari untuk

dipersembahkan pada penyambutan tamu yang dihormati dengan diberi nama Tari

Persembahan. Tari Persembahan yang berawal mula dari Tari Makan Sirih yang

telah diciptakan pada tahun 1957, didasari adat budaya Melayu Riau yang selalu

menghormati dan memuliakan para tetamu yang datang berkunjung.

Tarian ini merupakan tarian adat yang khusus ditarikan pada acara

penyambutan tetamu yang dihormati atau diagungkan dengan mempersembahkan

tepak sirih berisi sirih pinang yang lengkap, dan bagi tetamu yang disuguhkan

tepak sirih tersebut haruslah mengambil dan memakan sirih sebagai tanda ikhlas

(4)

Sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Melayu Riau selalu

memuliakan tamu yang datang berkunjung, baik dalam rumah tangga maupun

dalam suatu acara pertemuan adat. Tepak sirih yang menjadi perlambang Adat

Melayu juga digunakan sebagai alat properti Tari Persembahan dalam rangka

penyambutan tamu yang dihormati. Isi dari tepak sirih yang harus dilengkapi

adalah: 1. Daun sirih secukupnya, 2. Kapur sirih, 3. Gambir, 4. Pinang, 5.

Tembakau dan 6. Sebuah kacip.

Untuk membina adanya keseragaman, baik gerak, tata cara maupun busana

serta aksesoris tarian ini, maka menurut penjelasan dari pengubahnya yaitu O.K.

Nizami Jamil dan Johan Syariffudin sudah sewajarnya dilakukan pembakuan.

Adapun beberapa hal yang dibakukan adalah gerak tari, pola lantai, busana, tata

rias dan tata cara menyuguhkan tepak sirih. Selain itu hal-hal yang menyebabkan

pembakuan tari persembahan adalah agar tetap sesuai dengan pakem adat Melayu

Riau untuk menghindari gerak yang sudah terlalu jauh dengan pakem dan rasa

kesatuan tinggi yang ingin ditunjukkan oleh masyarakat Melayu Riau. Apalagi hal

ini didukung oleh masyarakat, pemerintah, dan Lembaga Adat Melayu Riau

(LAMR). Tari Persembahan yang ditetapkan Lembaga Adat Melayu akan

menjadi acuan di seluruh Kepulauan Riau terbukti dengan tersebarnya video

compact player di sekolah-sekolahdan sanggar-sanggar. Tari Persembahan ini

juga sudah diaplikasikan di kehidupan sosial dan budaya.

Sejak awal tarian ini diciptakan telah banyak mengalami penyesuaian yang

dilakukan para seniman tari bersama-sama dengan pencipta, sehingga terbentuk

sebagaimana yang disaksikan saat ini. Tari persembahan itu dirangkai dengan

gerak lenggang Melayu Patah Sembilan dan mempergunakan rentak langgam

(5)

kenal sebagai sebuah tradisi yang disebut dengan berkapur sirih, yaitu tradisi

makan sirih yang diramu dengan kapur dan pinang. Tradisi makan sirih

merupakan warisan budaya yang sudah lebih dari 300 tahun yang lampau hingga

saat ini.Seperti bait lagu Makan Sirih berbunyi demikian:

Makanlah sirih ujung-ujungan aduhai lah sayang, Kuranglah kapur tambahlah ludah,

Hidupkan ini untunglah untungan aduhailah sayang, Seharilah senang seharilah susah.

Busana yang dipakai oleh penari tari persembahan adalah baju kebaya

laboh cekak musangmemiliki kerah yang berdiri. Bahan baju sebaiknya dari bahan

tenunan Siak yang bermotif tradisional. Mengenai baju kebaya wanita Melayu

bagian dalamnya harus jatuh sedikit ke bawah lutut dan kain sedikit di bawah

mata kaki (Luckman Sinar, 1984:20). Busana yang dipakai pun tidak boleh sempit

dan tidak boleh transparan.

Tari persembahan ditarikan oleh tujuh orang perempuan dan tidak

membatasi umur. Penari terpilih sebagai penari utama yang membawa dan

menyuguhkan tepak sirih didampingi oleh dua gading-gading2

Tari ini di awali dengan masuknya empat orang dayang-dayang yang

mengawali tarian dan membuat gerakan sembah setelah mengambil posisi.

Setelah itu empat dayang-dayang menyambut kedatangan penari lainnya yaitu

satu orang pembawa tepak dan dua orang gading-gading. Setelah itu penari

melakukan ragam dua sampai ragam delapan belas. Setelah selesai Tari di sebelah kanan

dan kiri, diikuti oleh penari lainnya dua di kanan dan dua di kiri.

2

Gading-gading adalah seorang perempuan muda berusia sekitar 10-15 tahun, yang dalam

(6)

Persembahan dilanjutkan dengan menyuguhkan tepak sirih kehadapan tamu yang

paling dihormati karena memiliki kedudukan yan lebih tinggi atau yang

diagungkan pada saat itu. Jika tamu tersebut bersama dengan istrinya, maka tepak

sirih juga harus disuguhkan kepada istrinya. Tepak sirih tidak dapat diberikan

kepada penyelenggara acara. Hal ini dikarenakan penyelenggara acara adalah

sebagai tuan rumah. Diiringi dengan rentak mak inang sampai dengan selesai.

Tari Persembahan diubah oleh O.K. Nizami Jamil dengan Johan

Syarifuddin pada tahun 1957 dalam rangka menyambut Kongres Pemuda Pelajar

Mahasiswa Masyarakat Riau yang dilaksanakan di Pekanbaru pada tahun 1957.

Tari persembahan pada saat itu merupakan tari adat penyambutan tamu-tamu yang

dihormati dan tanda terima kasih kepada tamu yang datang karena telah

menghadiri acara pembukaan Kongres Pemuda Pelajar Mahasiswa.

Dengan ditulisnya tari persembahan yang sudah dibakukan saat ini tulisan

ini dapat menjadi buku petunjuk atau pegangan bagi penari untuk tampil pada

acara apa saja yang akan dilaksanakan oleh masyarakat Riau khususnya dan

masyarakat Indonesia pada umumnya. Selain itu untuk menghindari terjadinya

kesimpang siuran dalam pergelaran tari persembahan tersebut.

Maka dari itu, untuk kebutuhan penelitian dan penulis maka penulis

hendak membuat tulisan ini dengan judul “Studi Deskriptif Pembakuan Tari

Persembahan oleh Sanggar Singgasana dalam Konteks Kebudayaan Melayu

Riau.”

1.2 Pokok Permasalahan

Untuk membatasi pembahasan agar topik pembahasan menjadi terfokus,

(7)

penulis merasa perlu membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok

permasalahan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis menetukan hal - hal

yang menjadi pokok permasalahannya yaitu:

1. Bagaimana bentuk penyajian tari persembahan yang sudah dibakukan

oleh Lembaga Adat Melayu Riau.

2. Bagaimana fungsi tari persembahan yang terdapat pada masyarakat

Riau Melayu.

3. Bagaimana struktur musik pengiring Tari Persembahan.

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan penulisan tentang tari persembahan yang terdapat pada

masyarakat Melayu Riau adalah:

1. Tari Persembahan merupakan ciri khas dari masyarakat

Melayu Riau yang harus dipelajari agar dapat direalisasikan

untuk kepentingan masyarakat Melayu itu sendiri.

2. Untuk mengetahui bagaimana deskripsi tari persembahan

yang sudah dibakukan oleh Lembaga Adat Melayu Riau.

3. Untuk mengetahui makna dan fungsi tari persembahan yang

terdapat pada masyarakat Melayu Riau.

1.3.2 Manfaat

Sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga dan melestarikan

(8)

maka adapunyang diharapkan menjadi manfaat dari penulisan tari persembahan

ini adalah :

1. Sebagai salah satu bahan informasi untuk melihat keberadaan tari

persembahan pada masyarakat Melayu Riau.

2. Selain sebagai dokumentasi penelitian ini dapat digunakan sebagai

perbendaharaan

3. Sebagai bahan referensi untuk mengkaji lebih lanjut bagi peneliti-

peneliti lainnya yang hendak meneliti kesenian Melayu Riau

khususnya seni tari.

4. Tulisan ini dapat bermanfaat bagi generasi - generasi muda saat ini,

mengingat tulisan - tulisan yang berkaitan dengan seni dan budaya

sudah jarang sekali ditemukan.

5. Tulisan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Melayu Riau karena

ada sebagian masyarakat belum mengetahui mengenai pembakuan tari

persembahan ini.

6. Sebagai salah satu persyaratan untuk lulus di Etnomusikologi

Universitas Sumatera Utara.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Koentjaraningrat (1991:21), mengemukakan konsep sebenarnya adalah

definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep merupakan

definisi dari apa yang akan kita amati, konsep menentukan antara variabel -

(9)

1990:120). Sehubungandengan penulisan ini, akan diuraikan beberapa konsep

yang dibutuhkan, yaitu :

Deskripsi, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1985:34) adalah

menggambarkan apa adanya. Asal kata deskriptif, dari bahasa Inggris yaitu

descriptive, yang berarti bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan

gambaran melalui kata - kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan,

penyampaian objek dengan menerangkan terhadap pembaca secara tulisan

maupun lisan dengan sedetail-detailnya. Dengan demikian deskripsi yang penulis

maksudkan adalah menyampaikan dengan menggambarkan melalui tulisan secara

jelas mengenai tari persembahan dan musik pengiringnya yang telah dibakukan

oleh Lembaga Adat Melayu Riau. Dalam hal ini struktur dan pola sangat penting,

yakni bagaimanabagian-bagian dari gerakan tari saling berhubungan sehingga

disatukan dan adanya bentuk atau model (suatu set peraturan) yang bisa dipakai

untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu tari.

Untuk memahami fungsi tari persembahan dan sekilas fungsi musik

pengiringnya, penulis akan mengacu pada pendapat dari Alan. P. Merriam (1964:

210) mengenai penggunaan dan fungsi musik. Dimana diartikan bahwa use

(penggunaan) yang menitik beratkan pada masalah situasi atau cara yang

bagaimana musik itu digunakan, sedangkan function (fungsi) menitik beratkan

kepada alasan penggunaan atau tujuan pemakaian musik, terutama maksud yang

lebih luas, sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat Melayu itu sendiri.

Menurut BPH Suryodiningrat, “tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh

bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai

(10)

tarian persembahan adalah tarian yang ditampilkan pada saat perhelatan -

perhelatan besar seperti acara (tujuh belas agustus dan festival tari), dan dalam

acara resmi pemerintahan seperti acara (penyambutan Bupati, penyambutan

kunjungan kerja, upacara pernikahan dan lain-lain), tari ini selalu ditarikan di awal

acara.

Tarian ini menggunakan media tepak sirih sebagai perlengkapan dalam

petunjukan tari persembahan. Dalam hal ini tepak sirih merupakan suatu sarana

penghormatan. Tepak sirih berbentuk empat persegi panjang ± 25 cm, lebar 15

cm, dan tingginya 10 cm (Sembiring, 2010:94-95). Berbagai bentuk tepak sirih,

yaitu bentuk trapesium dari bahan kayu (triplek) diukir atau dilapis beludru

disebut tepak pelambang. Tepak Sirih dibawa oleh penari utama.

Penulis akan menjelaskan tentang alat-alat musik tradisional Melayu yang

menjadi pengiring tarian ini. Tarian ini diiringi oleh alat musik tradisional (seperti

gendang panjang dan gong) dan vokal.

1.4.2 Teori

Teori adalah salah satu acuan yang digunakan untuk menjawab

masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari

buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan

dari pemikiran untuk memperoleh suatu teori-teori.

Untuk menggambarkan makna yang terkandung pada pertunjukan tari

persembahan, penulis menggunakan pendekatan yang dikatakan Soedarsono

(1972:81-98) yang mengatakan bahwa tari adalah seni yang memiliki substansi

dasar yaitu gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dimana gerakan ini memiliki

(11)

mengandung maksud tertentu dan juga mengandung maksud simbolis yang sukar

untuk dimengerti.

Dalam tulisan ini penulis akan menggunakan lambang - lambang umum,

pola lantai dan sederhana yang dapat mewakilkan pola gerak tari persembahan

dengan teori kineosiologi. Teori kenesiologi adalah ilmu yang mempelajari gerak.

Fokus dari teori kinesiologi ini adalah membahas fungsi dan gerak tubuh.

Dalam meneliti gerak tari ini, penulis akan mendeskripsikan bagaimana

struktur dan pola gerakan-gerakan yang terdapat dalam tari persembahan yang

nantinya juga penulis akan menggunakan lambang-lambang umum dan sederhana

yang penulis buat sendiri yang dapat mewakili pola gerak tari persembahan.

Penyusunan gerak dalam seni tari, gerak dari masing-masing penari

maupun dari kelompok penari bersama, ditambah dengan penyesuaiannya dengan

ruang, sinar, warna, dan seni sastranya, kesemuanya merupakan suatu

pengorganisasian seni tari yang disebut koreografi (Djelantik, 1990:23).

Hubungan musik dan tari adalah suatu fenomena yang berbeda tetapi dapat

juga digabungkan dengan aspek yang mendukung. Musik merupakan rangkaian

ritme dan nada sedangkan tarian adalah rangkaian gerak, ritme dan ruang, dimana

fenomena keduanya merupakan suatu yang berlawanan, yang mana musik

merupakan fenomena yang terdengar tapi tidak terlihat dan tarian merupakan

fenomena yang terlihat tapi tidak terdengar (Wimbrayardi 1999:9-10).

Untuk melakukan analisis musikal terhadap tari penulis menggunakan

teori yang diungkapkan Nettl (1964:145) dalam menganalisis bunyi musikal hal -

hal yang terpenting dilakukan adalah melihat aspek ritem, melodi dan musik.

Kemudian Malm (1977:15), menyebutkan bahwa beberapa bagian penting yang

(12)

pusat 3. Wilayah nada 4. Jumlah nada 5. Penggunaan interval 6. Pola kadensa 7.

Formula melodi 8. Kantur.

Untuk menotasi musik, penulis akan berpedoman pada tulisan Seeger

(1971:24-34) yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi, yang dibedakan

menurut tujuan notasi tersebut. Pertama adalah notasi perskriptif yaitu notasi yang

bertujuan untuk seorang penyaji (bagaiman ia harus menyajikan sebuah komposisi

dari musik), selanjutnya disebutkan bahwa notasi ini merupakan suatu alat untuk

membantu mengingat. Kedua adalah notasi deskriptif yakni, notasi yang bertujuan

untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri dan detail-detail dari komposisi

musik yang memang belum diketahui oleh pembaca.

Menurut penulis teori-teori dengan pendekatan para ahli tersebut di atas

sangat relevan dengan topik permasalahan dalam tulisan ini, oleh karena itu

penulis akan menggunakannya sebagai landasan kerangka berfikir untuk

pembahasan selanjutnya.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam menulis kesenian tari

persembahan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu

individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, untuk menentukan frekuensi

penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu

gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini tergantung dari sedikit

banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan (Koentjaraningrat,

1991:29), sedangkan menurut R.M Soedarsono (1999:46) penelitian kualitatif

(13)

Dalam KBBI (1985:7), metode penelitian diartikan sebagai cara mencari

kebenaran dan azas-azas alam, masyarakat atau kemanusiaan yang bersangkutan.

Dalam kaitan ini Hasan (1985:7) mengatakan metode merupakan cara atau

sistematika kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan.

Bahan ataupun data penelitian dapat diperoleh dari tulisan-tulisan atau

ceramah yang terekam dalam konteks yang berbeda-beda, bisa dari observasi,

berita surat kabar dan sebagainya. Salah satu sifat dari data kualitatif adalah data

ini merupakan data yang memiliki kandungan yang kaya, yang multi dimensional

dan kompleks. Penelitian ini tidak dipersoalkan sampel dan populasi sebagaimana

dalam penelitian kuantitatif.

Untuk melakukan penelitian tentang tari persembahan beserta musik

pengiringnya, penulis mengacu pada pendapat Nettl (1964:62). Ada dua cara yaitu

kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Dalam penelitian

lapangan penulis langsung berinteraksi dengan masyarakat pendukung yang

menjadi pelaku/penyaji kesenian tari persembahan.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk mencari tulisan-tulisan pendukung, sebagai kerangka landasan

berfikir dalam tulisan ini, adapun yang dilakukan adalah studi kepustakaan.

Menurut M.Nazir dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’

mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan :“Studi kepustakaan adalah teknik

(14)

litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya

dengan masalah yang dipecahkan.” (Nazir,1988:111).Studi Kepustakaan yaitu

mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur

yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek

penelitian.Sumber bacaan atau literatur itu dapat berasal dari penelitian yang

sudah pernah dilakukan sebelumnya dalam bentuk buku, skripsi dan berbagai

jurnal.

Pentingnya studi kepustakaan ini dilakukan adalah sebagai pedoman untuk

menuntun penulis dalam mengumpulkan data-data maupun dalam melakukan

pembahasan mengenai objek yang akan diteliti.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan penulis lakukan dengan turun secara langsung ke

lapangan untuk melakukan penelitian. Dalam kerja lapangan penulis melakukan

pengamatan, wawancara dan perekaman/pencatatan data. Selain itu penulis juga

melaksanakan interaksi dengan para informan, masyarakat setempat dan seniman

setempat yang mendukung mudahnya pelaksanaan penelitian. Sehingga dalam

pengamatan, penulis dapat dikategorikan melakukan pengamatan terlibat, dimana

berinteraksi langsung dengan objek penelitian. Namun tetap menjaga etika

sebagai seorang peneliti dan bertindak sebagai outsider terhadap objek

penelitian.Sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan, penulis

berpedoman kepada tulisan Harja W. Bachtiar dan Koentjaraningrat dalam buku

Metode-metodepenelitian masyarakat. Dalam buku ini tersebut dikatakan, bahwa

pengumpulan datadilakukan melalui kerja lapangan (field work) dengan

(15)

1. Observasi atau pengamatan, dapat berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran dengan menggunakan indera penglihatan, yang

juga berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam

mengumpulkan data salah satu tekhnik yang cukup baik untuk

diterapkan adalah pengamatan secara langsung/observasi terhadap

subjek yang akan diteliti.Dalam hal ini penulis mengadakan

observasi/pengamatan secara langung tari persembahan untuk

menyambut Bupati Siak saat disajikan pada acara Lomba Syair

berpasangan dalam rangkaian festival siak bermadah ke XII tahun

2015 pada hari Sabtu, 7 Maret yang bertempat di panggung Siak

Bermadah diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan

Olahraga.

2. Wawancara. Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian

adalah teknik wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan

bertanya secara langsung kepada subjek penelitian. Sebagai modal

awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat (1981:136)

yang mengatakan: “Kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi

tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, tekhnik bertanya dan

pencatatan data hasil wawancara.”Koentjaraningrat (1981:139) juga

menemukakan bahwa wawancara itu sendiri terdiri dari beberapa

bagian yaitu:Wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu. Dalam

wawancara berfokus diskusi berpusat pada pokok permasalahan.

Dalam wawancara bebas diskusi berlangsung dari satu masalah

(16)

Wawancara sambil lalu adalah diskusi - diskusi yang dilakukan untuk

menambah/melengkapi data yang sudah terkumpul.

Sesuai dengan pendapat dari Koentjaraningrat mengenai kegiatan

wawancara maka sebelum wawancara penulis telah mempersiapkan

hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wawancara demi

kelancarannya seperti alat tulis daftar pertanyaan dan handphone untuk

merekam. Tekhnik bertanya penulis kemukakan berdasarkan daftar

pertanyaan. Pencatatan hasil wawancara penulis lakukan begitu

mendapat jawaban dan yang tidak sempat dicatat masih bisa

didengarkan dari hasil rekaman. Wawancara penulis lakukan dengan

beberapa orang yang menjadi populasi penelitian yaitu:1. Wawancara

dengan Puan Dra. Hj. Tengku Rahimah, beliau adalah sebagai

instruktur tari persembahan yang telah dibakukan. Hal ini juga

bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data mengenai tari

persembahan.2. Wawancara dengan Ayi sebagai salah satu pelatih dan

pemain musik Melayu yang bertujuan untuk memberikan informasi

dan data mengenai tari persembahan. 3. Wawancara dengan Mimi

sebagai penari sekaligus pelatih.Pada saat proses wawancara

berlangsung penulis menerapkan metode wawancara bebas. Dimana

pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan kepada informan

berlangsung dari satu masalah ke masalah yang lain tetapi tidak keluar

dari topik permasalahan. Data-data dari hasil wawancara tersebut

penulis rekam dengan handpone.

3. Perekaman, dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan 2

(17)

dengan menggunakanhandphone Sony Xperia J. Perekaman ini

sebagai bahan analisis tekstual dan musikal. (b) Untuk mendapatkan

dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan kamera digital merk

Samsung. Pengambilan gambar dilakukansetelah terlebih dahulu

mendapat izin dari pihak pelaksana dan pihak yang bersangkutan.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan dan studi

kepustakaan akan dianalisis. Untuk selanjutnya akan diadakan penyeleksian agar

menghasilkan suatu tulisan yang baik dalam melakukan penelitian. Ketika

penulis terbentur pada masalah kekurangan data-data, maka untuk mengatasi hal

tersebut penulis mengadakan evaluasi ulang dan terkadang penulis juga

melakukan wawancara dengan pengamatan ulang untuk memperoleh data yang

lebih akurat.Dalam kerja laboratorium, hasil rekaman juga didengarkan secara

berulang-ulang, kemudian dicatat untuk selanjutnya diklasifikasikan.

1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di dua tempat yaitu Kota Pekanbaru dan Siak.

Adapun alasan penulis memilih daerah tersebut karena informan yang menjadi

sumber informasi penting karena informan adalah salah satu yang menyusun tari

persembahan yang dibakukan. Sedangkan di Siak penulis langsung turun ke

lapangan untuk melihat langsung tari persembahan yang di sajikan secara

Referensi

Dokumen terkait

Par a peker ja migr an dan anggota keluar ganya har us, ber dasar kan ketentuan hukum yang ber laku di Negar a-Negar a ber sangkutan, ser ta per janjian inter nasional yang

(1) Subbagian Perencanaan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di lingkungan

Diangkat sebagai anggota Komite Audit melalui Surat Keputusan Dewan Komisaris Nomor 02-SK/DK/VI/2011 tanggal 1 Juni 2011 tentang Pengangkatan Anggota Komite Audit PT

1) Hasil analisa dengan Fire Risk Assessment berdasarkan penilaian Event Tree Analysis dan NFPA 550 Tahun 2002 menunjukkan bahwa Area Workshop Slipway yang memiliki

 Meningkatkan semangat kebersamaan dalam menyelenggarakan Program Studi Akuntansi yang berkualitas.  Menjadi media komunikasi yang efektif dan efisien bagi anggota dalam

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayahnya, serta inayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

Sebagai salah satu pemain dalam industri elektronik, PT. Max Top juga menghadapi beberapa pesaing potensial yang bermaksud akan mengikuti inovasi yang dilakukan