SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, STRUKTUR ASET DAN
PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2008-2012
OLEH
FANDI ARYA PRATAMA
100503022
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW,
STRUKTUR ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAPA KEBIJAKAN
HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2012” adalah benar hasil karya
tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan
akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bagian atau data
tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara
jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah. Apabila kemudian
hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, STRUKTUR ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAPA KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2008-2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah free cash flow, struktur aset dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 18 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 21.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, free cash flow, strukur aset dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Sementara secara parsial, free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, namun struktur aset dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.. Nilai R Square
adalah 0.119 mengindikasikan bahwa 11,90% perubahan dalam kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, sedangkan sisanya 88,10% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Kata kunci: Arus Kas Bebas, Struktur Aset, Profitabilitas, Kebijakan
Hutang.
ABSTRACT
THE ANALYS EFFECT OF FREE CASH FLOW, ASSET STRUCTURE AND PROFITABILITY
MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE TO DEBT POLICY OF
INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine whether the free cash flow, asset structure, and profitabiliy impact to the debt policy of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 18 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2008-2012. Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on assumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linear regression, with t-test and F-test with the aid of the computer program SPSS version 21.0.
The result of this study indicate that the free cash flow, asset structure and profitability simultaneously effect to the debt policy of manufacturing companies listed in IDX . Partially, free cash flow uninfluence significantly toward the debt policy, while asset structure and profitability influence significantly toward the debt policy of manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange. R Square that shows value 0,119 indicates that 11,90% turning in debt policy can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the residual value 88,10% determined by other factors which not include in this research.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘alla
atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Aset dan
Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdapat di BEI”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi
serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk
kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, Suryati Tarigan dan Edi
Sumarno, serta ibu yang sudah saya anggap sebagai ibu saya yang kedua didunia
ini, Bu Ani, yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasehat serta
semangat yang tulus hingga saat ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi
dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1
4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM., Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing saya
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang
telah membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Yang sangat saya cintai adik saya M. Fachri Ardiansyah, Fenny Tri Adhisty dan
Rani Herdiyanti, yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang
tulus selama ini. Teman-teman angkatan 2010 teristimewa Dian Prandana, Soviatu
Zahara, Andespa Wendri, Ridho Alfurqan, Susanti Louis, Septia Widi dan
Yusnita serta semua keluarga dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... .i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Batasan Masalah ... 7
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10
2.1.1 Struktur Keuangan dan Struktur Modal ... 10
2.1.2 Keputusan Pendanaan ... 12
2.1.3 Teori Keagenan ... 13
2.1.4 Teori Asimetri Informasi dan Signaling ... 14
2.1.5 Pecking Order Theory ... 15
2.1.6 Kebijakan Utang... 17
2.1.7 Aliran Kas Bebas (Free Cash Flow) ... 19
2.1.8 Profitabilitas ... 20
2.1.9 Struktur Aset ... 21
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 22
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 28
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 28
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 32
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 34
3.4 Defenisi Operasional ... 34
3.5 Pengukuran Variabel ... 35
3.5.1 Variabel dependen ... 35
3.5.2 Variabel independen... 36
3.6 Metode Analisis Data ... 38
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 38
3.6.1.2Uji Multikolinieritas ... 39
3.6.1.3Heterokedastisitas ... 40
3.6.1.4Uji Autokorelasi ... 41
3.6.2 Uji Hipotesa ... 42
3.6.2.1Uji T ... 42
3.6.2.2Uji F ... 42
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 44
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 44
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 47
4.3.1 Uji Normalitas Data ... 47
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 51
4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 52
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 54
4.4 Pengujian Hipotesis ... 55
4.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 55
4.4.2 Uji Simultan (F-test)... 60
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
) ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 66
5.3 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 26
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 33
Tabel 3.2 Perusahaan Manufaktur yang Memenuhi Kriteria ... 33
Tabel 3.3 Definisi Operasional ... 34
Tabel 3.4 Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 41
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 45
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov ... 48
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolienaritas ... 51
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 54
Tabel 4.5 Hasil Uji t ... 55
Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 28
Gambar 4.1 Uji Normalitas (1) : Histogram ... 49
Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang listed di BEI ... 71
Lampiran 2 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... 78
Lampiran 3 Rasio Kebijakan Utang ... 78
Lampiran 4 Free Cash Flow ... 79
Lampiran 5 Struktur Aset ... 79
Lampiran 6 Rasio Profitabilitas ... 80
Lampiran 7 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 80
Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas ... 81
Lampiran 9 Hasil Uji Multikolienaritas ... 84
Lampiran 10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 84
Lampiran 11 Hasil Uji Autokorelasi ... 85
Lampiran 12 Hasil Uji Hipotesis ... 85
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, STRUKTUR ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAPA KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2008-2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah free cash flow, struktur aset dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 18 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data
sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 21.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, free cash flow, strukur aset dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Sementara secara parsial, free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, namun struktur aset dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.. Nilai R Square
adalah 0.119 mengindikasikan bahwa 11,90% perubahan dalam kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, sedangkan sisanya 88,10% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Kata kunci: Arus Kas Bebas, Struktur Aset, Profitabilitas, Kebijakan
Hutang.
ABSTRACT
THE ANALYS EFFECT OF FREE CASH FLOW, ASSET STRUCTURE AND PROFITABILITY
MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE TO DEBT POLICY OF
INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to determine whether the free cash flow, asset structure, and profitabiliy impact to the debt policy of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 18 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2008-2012. Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on assumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linear regression, with t-test and F-test with the aid of the computer program SPSS version 21.0.
The result of this study indicate that the free cash flow, asset structure and profitability simultaneously effect to the debt policy of manufacturing companies listed in IDX . Partially, free cash flow uninfluence significantly toward the debt policy, while asset structure and profitability influence significantly toward the debt policy of manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange. R Square that shows value 0,119 indicates that 11,90% turning in debt policy can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the residual value 88,10% determined by other factors which not include in this research.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaan –
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40%
perusahaan yang listed di BEI adalah industri manufaktur. Melihat kondisi
tersebut, pastinya akan menciptakan persaingan yang ketat, dan masing-masing
perusahaan akan semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap
tercapai.
Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai
perusahaan (Sjahrial, 2007 : 12). Tujuan lain dari perusahaan yaitu mendapatkan
laba dari tahun ke tahun serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Berkaitan
dengan kelangsungan hidup perusahaan tersebut, salah satu keputusan yang
dihadapi oleh manajer adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan yaitu
suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi keuangan dan
hutang, namun didalam menentukan kebijakan pendanaan ini sering kali terjadi
konflik kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agent) yang
disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Konflik keduanya akan
muncul ketika manajer memiliki kepentingan yang berbeda dari pemegang saham.
Pemegang saham ingin agar keputusan manajer adalah untuk memaksimalkan
kekayaan mereka, tetapi terkadang manajer berperilaku untuk mengambil
antara manajer dan pemegang saham maka dibutuhkan suatu mekanisme
pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan pihak-pihak terkait
(Wahidahwati, 2002). Namun, adanya mekanisme pengawasan itu menyebabkan
munculnya biaya yang disebut agency cost. Menurut Bringham dkk. (1990 dalam
Indahningrum dan Handayani, 2009 : 190) “agency cost adalah biaya yang
meliputi semua biaya untuk monitoring tindakan manajer, mencegah tingkah laku
manajer yang tidak dikehendaki dan opportunity cost akibat pembatasan yang
dilakukan pemegang saham terhadap tindakan manajer”.
Salah satu obyek yang memungkinkan terjadinya perbedaan kepentingan
adalah penggunaan free cash flow. Free cash flow merupakan kas lebih
perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham
yang tidak digunakan untuk operasi atau investasi. Pemegang saham
menginginkan kelebihan dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka, sedangkan manajer berkeinginan menggunakan kelebihan
dana yang ada untuk investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan karena
pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi manajer. Yang
ditakutkan terhadap penggunaan kas yang berlebih (free cash flow) akan berujung
kepada pengambilan keputusan investasi yang salah atau kepentingan lain yang
menyimpang oleh manajer (fraud) sehingga mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan dan secara tidak langsung mengurangi earnings pemegang saham.
Pada perusahaan yang telah go public, berkaitan dengan agency cost dan
free cash flow, peningkatan hutang merupakan alternatif dalam menurunkan
sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajer
(Wahidahwati : 2002). Free cash flow adalah hak dari pemegang saham sehingga
investor akan menuntut pembagian free cash flow yang ada pada perusahaan
sedangkan manajer berpandangan untuk menggunakan free cash flow melalui
reinvestasi yang dapat menguntungkan mereka (Syafi’i, 2011 : 2). Tekanan
pemegang saham untuk dapat memperoleh kas bebas mengharuskan manajer
untuk dapat memperoleh sumber pendanaan dari pihak ketiga yaitu debtholders.
Dengan adanya hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran secara
periodik terhadap bunga dan pinjaman pokoknya sehingga dapat mengurangi
keinginan manajer untuk mengunakan free cash flow guna membiayai
kegiatan-kegiatan yang tidak optimal (Jensen 1986 dalam Keown dkk, 2010).
Selain untuk mengurangi konflik keagenan dan kelebihan akan arus kas,
menurut Babu dan Jain (1998 dalam Mulianti, 2010 : 14) “terdapat empat alasan
mengapa perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada saham baru,
yaitu (1) adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga; (2) Biaya transaksi
pengeluaran hutang lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham baru; (3)
lebih mudah mendapatkan pendanaan hutang daripada pendanaan saham; (4)
Kontrol manajemen lebih besar adanya hutang baru daripada saham baru.”
Namun perusahaan harus sangat hati-hati dalam menentukan kebijakan
hutangnya karena peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan nilai
perusahaannya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007 : 2). Menurut trade off theory,
semakin tinggi hutang maka semakin tinggi beban kebangkrutan yang ditanggung
pendapatan perusahaan. Semakin besar hutang, semakin besar pula kemungkinan
terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tetap berupa bunga dan
pokoknya. Risiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena bunga akan
meningkat lebih tinggi daripada penghematan pajak. Selain itu risiko bisnis juga
menjadi pertimbangan pada kebijakan hutang. Risiko bisnis ini berkaitan dengan
ketidakpastian didalam pendapatan perusahaan. Menurut Mamduh (2004 dalam
Mulianti, 2010 : 16), “perusahaan yang menghadapi risiko bisnis tinggi sebagai
akibat dari kegiatan operasinya, akan menghindari untuk menggunakan hutang
yang tinggi dalam mendanai asetnya. Hal ini karena perusahaan tidak akan
meningkatkan risiko yang berkaitan dengan kesulitan dalam pengembalian
hutangnya.”
Keputusan pendanaan berupa kebijakan hutang yang akan diambil
perusahaan berkaitan dengan pertimbangan kemampuan perusahaan dalam
mengembalikan hutangnya. Kemampuan perusahaan dapat meningkatkan
kepercayaan para kreditur untuk meminjamkan dana kepada perusahaan. Hal ini
dapat dilihat dari struktur aset suatu perusahaan. Struktur aset adalah penentuan
berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aset, baik dalam aset
lancar maupun dalam aset tetap. Perusahaan dengan banyak aset yang dapat
digunakan untuk jaminan akan lebih memilih untuk penggunaan utang yang lebih
banyak. Besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya
penggunaan utang. Menurut Mamduh, (2004 : 345), “perusahaan yang memiliki
aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar
berhubungan dengan jumlah kekayaan (aset) yang dapat dijadikan jaminan.”
Perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan cenderung menggunakan
utang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel
(Manan, 2004 : 28).
Selain dari free cash flow dan sruktur aset, profitabilitas perusahaan juga
menjadi determinan didalam penentuan kebijakan hutang dan dapat menjadi
jaminan dalam meningkatkan kepercayaan kreditor. Profitabilitas merupakan
tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat
menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang
dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk
menghasilkan keuntungan bagi investor.
Perusahaan yang memliki profitabilitas yang tinggi cendrung
menggunakan utang yang relatif kecil karena memungkinkan perusahaan untuk
membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar,
perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk
menggunakan utang, ini sejalan dengan pendapat Myers dkk. (2006 : 492-493)
yang menyarankan manajer untuk menggunakan pecking order theory untuk
keputusan pendanaan. Pecking order merupakan urutan penggunaan dana untuk
investasi yaitu laba ditahan sebagai pilihan pertama, kemudian selanjutnya oleh
utang dan ekuitas. Implikasinya adalah adanya hubungan negatif antara
Penelitian yang searah atau mendukung penelitian ini diantaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti (2006), Indahningrum & Handayani
(2009) dan Susilawati dkk. (2012) yang menyatakan bahwa free cash flow
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hardiningsih dan Oktaviani
(2012) yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
struktur aset perusahaan terhadap kebijakan utang perusahaan. Penelitian oleh
Indahningrum & Handayani (2009) dan Susilawati dkk. (2012) yang menyatakan
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan
penelitian yang tidak sesuai dengan penelitian ini, diantaranya Nugroho (2011)
dan Hardiningsih Oktaviani (2012) yang menyatakan bahwa free cash flow
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, Susilawati
dkk. (2012) yang menyatakan bahwa struktur aset tidak berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan utang, serta Kusrini (2012) yang menyatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.
Berdasarkan adanya perbedaan pada penelitian-penelitian terdahulu, maka
dapat dirumuskan bahwa masih terdapat ketidakkonsistenan antara fenomena
empiris dengan teori yang ada serta ketidakkonsistenan hasil penelitian pengaruh
variabel free cash flow, struktur aset dan profitabilitas dan pengaruhnya terhadap
kebijakan hutang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan
manufaktur. Peneliti lebih spesifik membahas tentang pengaruh free cash flow,
struktur aset dan profitabilitas dan pengaruhnya terhadap kebijakan hutang
Indonesia. Peneliti memberikan judul “Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Aset dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012”.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berbentuk replikasi dengan
menggunakan sampel yang berbeda dari penelitian terdahulu.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan
manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?
2. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan
manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan
manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?
4. Apakah free cash flow, struktur asset dan profitabilitas berpengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan utang perusahaan manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan – keterbatasan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian ini hanya meneliti tiga variabel independen yaitu free cash flow,
struktur aset dan profitabilitas.
2. Penelitian ini mengambil sampel dari laporan keuangan audited dan
company report perusahaan manufaktur di www.idx.coid pada periode
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow, struktur aset
dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur
di BEI.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh free cash flow, struktur aset
dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada Perusahaan manufaktur
di BEI.
Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Akademi
Penelitian ini bermanfaat untuk diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap pengembangan literatur ilmu manajemen keuangan,
memperkaya referensi kepustakaan serta diharapkan dapat menambah
wawasan bagi para pembacanya.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan mampu menerapkan ilmu atau teori yang telah
diperoleh pada saat mengikuti perkuliahan dengan permasalahan yang
sesungguhnya, sehingga memperoleh gambaran yang jelas sejauh mana
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam
mengelola struktur modal yang optimal, termasuk arus kas khususnya free
cash flow yang lebih baik, struktur aset dan profitabilitas sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengambilan keputusan finansial.
4. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan referensi
bagi penelitian berikutnya yang mengambil masalah yang sama sebagai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teoritis
2.1.1 Struktur Keuangan dan Struktur Modal
Menurut Keown dkk. (2010 : 148) “Struktur keuangan adalah campuran
segala hal yang tampak pada sisi kanan neraca perusahaan (liabilitas & modal).
Struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang
digunakan perusahaan”. Sementara menurut Margaretha (2005 : 119) “struktur
keuangan adalah susunan keseluruhan sisi kredit neraca yang terdiri atas utang
jangka pendek, utang jangka panjang dan modal sendiri. Struktur modal adalah
pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan
modal sendiri.”
Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena
utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan
tingkat penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka
waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu
lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa
struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas. Karena alasan
itu pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang.
Menurut Margaretha (2005 : 119), ”terdapat trade-off antara risk dan
return terhadap kebijakan struktur modal yaitu apabila utang meningkat
mengakibatkan harga saham menurun, dan jika Return meningkat maka harga
saham meningkat.”
Dengan adanya trade-off terhadap kebijakan struktur modal, maka perlu
struktur modal yang optimal. ”Struktur modal yang optimal adalah stuktur modal
yang mampu menyeimbangkan antara risk dan return sehingga dapat
memaksimalkan harga saham dan meminimalkan biaya modal komposit
perusahaan. (Keown dkk, 2010 : 148).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut
Margaretha (2005 : 120) yaitu ”business risk (semakin besar business risk,
semakin rendah rasio utang) dan tax preposition (bunga utang mengurangi pajak,
makin tinggi tarif pajak, makin besar keuntungan dari penggunaan utang)”.
Menurut Mamduh (2004 : 344-345) pendapat lain mengenai faktor-faktor
yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam menentukan struktur modal adalah
sebagai berikut.
a. Stabilitas penjualan. Perusahaan yang penjualannya stabil akan cenderung berani menggunakan utang yang lebih banyak daripada perusahaan yang penjualannya yang tidak stabil. Semakin stabil penjualan suatu perusahaan, semakin mampu perusahaan itu menutupi kewajiban-kewajibannya.
b. Tingkat pertumbuhan penjualan. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan lebih menguntungkan jika menggunakan utang. Perhitungan financial leverage menunjukkan bahwa dengan menggunakan utang, EPS bisa dimaksimumkan jika penjualan cukup tinggi.
d. Sikap manajemen. Manajemen yang konservatif akan menggunakan utang yang lebih sedikit, dan sebaliknya. Pemegang saham yang ingin menjaga kendali atas perusahaannya akan menggunakan utang lebih banyak.
e. Analisis aliran kas. Manajer keuangan bisa menganalisis aliran kas, menggunakan semacam simulasi untuk memperkirakan kemampuan membayar pada situasi resesi. Setelah mengetahui kemampuan menghasilkan kas pada situasi yang baik dan resesi, manajer keuangan bisa memutuskan tingkat utang yang optimal.
2.1.2 Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi
perusahaan, hal ini karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan
operasi perusahaan. Menurut Sartono (2001 dalam Syafiudin, 2013 : 14),
“keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berhubungan dengan masalah
penentuan sumber-sumber dana yang akan digunakan, dan masalah perimbangan
terbaik antara sumber-sumber dana tersebut. Keputusan mengenai sumber dana
yang akan digunakan disebut keputusan pendanaan (financing decisions)”.
Sumber dana dapat diperoleh dengan banyak cara, namun pada dasarnya
ada dua sumber dana, yaitu dana yang berasal dari eksternal dan dana yang
berasal dari internal perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal dapat
diperoleh melalui utang dan penerbitan saham. Jika suatu perusahaan
mengutamakan sumber dari dalam perusahaan, maka ketergantungan pihak
perusahaan terhadap pihak luar sangat kecil. Tetapi ada saat-saat tertentu dimana
semua sumber dana dari dalam perusahaan telah digunakan, sementara kebutuhan
dana perusahaan semakin meningkat sehingga dalam hal ini perusahaan perlu
menggunakan sumber-sumber pendanaan dari luar misalnya, melalui utang atau
dengan menerbitkan saham baru.
2.1.3 Teori Keagenan
Teori keagenan muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan
pemegang saham dengan pengelola modal (agent) khususnya pada perusahaan
besar dan modern. Pada agency theory, principal adalah pemegang saham dan
agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Dalam manajemen
keuangan, tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran
pemiliknya atau pemegang saham, maka manajer yang diangkat oleh pemegang
saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Namun ternyata
sering terjadi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Konflik ini
disebabkan karena adanya kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
Konflik kepentingan tersebut memicu terjadinya biaya agensi. Biaya agensi yang
timbul dari konflik kepentingan antara pengelola perusahaan (agent) dengan
pemegang saham (principal) menurut Manan (2004 : 9) akan berpotensi
menimbulkan jenis biaya agensi sebagai berikut:
1. biaya akibat ketidakefisienan pengelolaan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan,
2. biaya yang timbul akibat pilihan proyek yang tidak sama, jika pilihan tersebut dilakukan oleh pemegang saham karena risiko meruginya tinggi,
3. biaya yang timbul karena dilakukannya kegiatan monitoring kinerja dan perilaku agent oleh principal (monitoring costs),
4. biaya yang timbul karena dilakukannya pembatasan-pembatasan bagi kegiatan agent oleh principal (bonding cost).
Jensen dan Meckling (1976 dalam Manan 2004 : 11) mendefinisikan
oleh pemilik/principal, (2) Pengeluaran karena penggunaan utang oleh
manajemen/agency, (3) dan pengeluaran karena tidak adanya efisiensi/residual
loss.
Dengan demikian, keputusan struktur modal yang dilakukan oleh manajer
adalah untuk menyeimbangkan antara agency cost of debt dengan agency cost of
equity. Untuk mengatasi agency problem dan mengurangi munculnya agency cost,
menurut Jensen dan Meckling (1976 dalam Manan 2004 : 11) dapat dilakukan
dengan empat cara sebagai berikut.
1. Meningkatkan insider ownership. Menurut pendekatan ini, agency
problem bisa dikurangi karena dengan adanya kepemilikan saham
maka insider akan merasakan sendiri secara langsung manfaat keputusan yang diambilnya.
2. Pendekatan pengawasan melalui pengawasan penggunaan utang (debt). Dengan adanya peningkatan penggunaan utang, dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen, sehingga menghindari investasi sia-sia.
3. Institusional investor ownership sebagai monitoring agents. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti bank, asuransi, perusahaan investasi, dan kepemilikan oleh institusi lain dalam perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider.
4. Dengan Mekanisme pembayaran dividen. Pembayaran dividen disini berperan sebagai salah satu bentuk penawaran distribusi pendapatan, karena dengan pembayaran dividen, pemegang saham akan melihat bahwa pengelolaan perusahaan sudah melakukan tindakan sesuai dengan keinginan mereka, sehingga akan mengurangi konflik.
2.1.4 Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1950 dalam Sjahrial 2007 : 237)
yang menyatakan “asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak
memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric
dibanding investor di pasar modal.” Jika perusahaan cendrung ingin
memaksimumkan pemegang saham saat ini (current stockholder) dan bukan
pemegang saham baru maka ada kecendrungan bahwa: (1) Jika perusahaan
memiliki prospek cerah, maka manajemen tidak akan menerbitkan saham baru,
namun menggunakan laba ditahan. (agar prospek cerah bisa dinikmati oleh
current stockholder), dan (2) jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan
saham baru untuk memperoleh dana, agar tanggungjawab current stockholder
menjadi berkurang. Namun yang menjadi masalah adalah para investor baru
melihat kecendrungan ini sehingga melihat penawaran saham baru sebagai
pertanda buruk (signaling) sehingga harga saham bisa saja langsung turun jika
saham baru diterbitkan, sehingga menyebabkan biaya modal semakin tinggi dan
mendorong perusahaan untuk menerbitkan obligasi ketimbang saham baru.
Gordon, 1995 (dalam Sjahrial, 2007 : 237) menyimpulkan bahwa
“perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan laba ditahan dan
dana depresiasi, utang dan yang terakhir penjualan saham baru. Penjualan saham
baru diurutan terakhir adalah untuk menghindari terjadinya sinyal buruk dari
investor baru terhadap penawaran saham oleh perusahaan”.
2.1.5 Pecking Order Theory
Seorang akademisi, Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap
perilaku struktur modal perusahaan Amerika Serikat. Pengamatannya
menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai keuntungan yang tinggi
Secara spesifik perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam
penggunaan dana. Menurut Mamduh (2004 : 313), skenario urutan dalam Pecking
Order Theory adalah sebagai berikut.
a. Perusahaan memilih dana internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. b. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada
perkiraan kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari perubahan dividen yang tiba-tiba. Dengan kata lain, pembayaran dividen diusahakan konstan atau, kalau berubah terjadi secara gradual dan tidak berubah dengan signifikan.
c. Karena kebijakan dividen konstan (stticky), digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat-saat tertentu, dan akan lebih kecil pada saat yang lain. Jika kas tersebut lebih besar, perusahaan akan membayar utang atau membeli surat berharga. Jika kas tersebut kecil, perusahaan akan menggunakan kas yang dipunyai atau menjual surat berharga.
d. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran (hybrid) seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
Teori pecking order tidak membahas tentang komposisi strukur modal,
namun menjelaskan mengenai urutan-urutan pendanaan. Menurut teori ini,
manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat utang yang optimal, kebutuhan
dana ditentukan oleh kebutuhan intvestasi. Sehingga perusahaan yang memiliki
keuntungan tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat utang
yang lebih kecil bukan dikarenakan target utang perusahaan yang kecil, namun
karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Myers dkk. (2006 : 493)
Tidak ada ditentukan penggabungan antara utang dengan modal, karena mereka dua bagian yang terpisah. Pecking order menjelaskan bahwa mengapa hampir seluruh perusahaan yang profitable umumnya menggunakan sedikit utang sebagai target pendanaan, karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Sementara untuk perusahaan yang kurang
profitable akan menerbitkan surat utang karena mereka tidak memiliki
sumber dana internal yang cukup. Sehingga kebijakan utang menjadi yang pertama dari pendanaan eksternal.
2.1.6 Kebijakan Utang
Menurut FASB, utang adalah kemungkinan pengorbanan kekayaan
ekonomis dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan
sekarang untuk masa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau
kejadian yang sudah terjadi. (Harahap, 2011: 211). Menurut APB, utang adalah
kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai prinsip
akuntansi. (Harahap, 2011: 212).
Utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan
oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Menurut Mamduh (2004
dalam Nurkholis, 2012 : 13) menjelaskan bahwa:
Kebijakan utang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Dimana kebijakan utang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan struktur modal karena utang merupakan bagian dari penentuan struktur modal yang optimal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan utang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.
Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan utang ini harus
yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin
tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa.
Menurut Rajan dan Zingales (2001 dalam Myers 2006 : 493) kebijakan
hutang dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1. ukuran perusahaan, perusahaan yang besar memiliki rasio utang lebih tinggi,
2. aset berwujud, perusahaan dengan aset tetap yang besar memiliki kemungkinan ratio utang yang lebih tinggi,
3. profitabilitas, perusahaan yang lebih profitable akan memiliki rasio utang yang rendah,
4. market to book, perusahaan dengan rasio market-to-book value yang
tinggi memiliki rasio utang yang rendah.
Kebijakan utang merupakan salah satu alternatif pendanaan yang bisa
diambil perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas hingga titik tertentu.
Semakin tinggi penggunaan utang, maka akan semakin besar risiko yang dihadapi
perusahaan, begitu juga sebaliknya. Untuk dapat mengetahui hingga titik mana
kebijakan utang yang diambil adalah tepat, kita perlu memahami kelebihan dan
kekurangan utang sebagai salah satu sumber pendanaan eksternal jangka panjang.
Adapun kelebihan dan kelemahan utang jangka panjang menurut Sjahrial (2007 :
301) adalah:
1. biaya modal setelah pajak relatif rendah,
2. bunga yang dibayarkan merupakan pengurang pajak penghasilan, 3. melalui financial leverage dimungkinkan laba perlembar saham akan
meningkat,
4. kontrol terhadap operasi perusahaan oleh pemegang saham mayoritas tidak mengalami perubahan.
Sementara kelemahan utang jangka panjang sebagai sumber dana adalah: 1. risiko finansial perusahaan meningkat sebagai akibat meningkatnya
penggunaan utang (financial leverage),
2. batasan yang diisyaratkan kreditur seringkali menyulitkan manajer, 3. munculnya agency problem yang mengakibatkan meningkatnya
2.1.7 Aliran Kas Bebas (Free Cash Flow)
Free cash flow atau aliran kas bebas merupakan kas lebih perusahaan yang
dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan
lagi untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap ( Ross et al, 2000 dalam
Damayanti, 2006 : 7). Sementara Menurut Jensen (1986 dalam Keown dkk, 2010 :
162) “Free cash flow adalah kas yang melebihi dana yang dibutuhkan untuk
semua proyek yang punya NPV positif dan didiskontokan pada biaya modal yang
relevan.”
Free cash flow dapat digunakan untuk pembelanjaan modal dengan
orientasi pertumbuhan, pembayaran utang dan pembayaran kepada pemegang
saham dalam bentuk deviden. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam
suatu perusahaan maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas
yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran utang dan deviden.
Jensen (1986) kemudian mengemukakan bahwa free cash flow yang
banyak bisa mengakibatkan perilaku menyimpang para manajer dan keputusan
buruk tidak sesuai dengan kepentingan terbaik pemegang saham perusahaan.
Dengan kata lain, manajer punya insentif untuk menahan free cash flow dan
bermain-main dengannya, ketimbang melepasnya, seperti pembayaran dividen
misalnya (Keown dkk, 2010 : 162).
Untuk menghindari perilaku menyimpang manajer terhadap pemanfaatan
free cash flow, kebijakan utang menjadi salah satu solusi didalam menekan risiko
penyimpangan. Hal ini sesuai dengan hipotesis control untuk penciptaan utang
Dengan penggunaan utang, pemegang saham akan menikmati control
lebih besar akan manajer mereka. Dengan adanya utang maka manajer diwajibkan untuk melunasi utang-utang itu sekaligus mengurangi banyaknya free cash flow yang bisa dimain-mainkan oleh manajemen. Hal ini juga disebut sebagai hipotesis ancaman, karena manajemen bekerja dalam ancaman kegagalan keuangan, maka manajemen akan bekerja lebih efisien.
2.1.8 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas
menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor (Christine dkk,
2012 : 180).
Profitabilitas dapat diukur melalui beberapa rasio, diantara rasio margin
laba (Pendapatan bersih / Penjualan), assets turn over (Penjualan bersih / total
aset), Return on investment atau return on equity (Laba bersih / rata-rata modal),
return on assets ( Laba bersih / rata-rata total aset), basic earning power (EBIT /
total aset), Earning per share (laba bagian saham bersangkutan / jumlah salaham),
dan contribution margin (Laba kotor / penjualan) (Harahap, 2011: 304-306).
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan menggunakan utang
yang relatif kecil karena memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian
besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan
menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang. Hal
ini sejalan dengan pendapat Myers (2006: 492-493) yang menyarankan manajer
order merupakan urutan penggunaan dana untuk investasi yaitu laba ditahan
sebagai pilihan pertama, kemudian selanjutnya oleh utang dan ekuitas.
Implikasinya adalah adanya hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan
dengan debt ratio.
2.1.9 Struktur Aset
Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap.
Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih
untuk menggunakan penggunaan utangnya lebih banyak. Menurut Mamduh
(2004 : 345), “besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya
penggunaan utang. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan utang dalam jumlah besar karena aset tersebut dapat digunakan
sebagai jaminan pinjaman.”
Sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan berapa besar alokasi
untuk masing-masing aset serta bentuk-bentuk aset yang harus dimiliki. Karena
hal ini menyangkut seberapa besar dana yang dibutuhkan yang berkaitan langsung
dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Syamsuddin (2007 : 9), menjelaskan
bahwa:
2.2Tinjauan Peneliti Terdahulu
1. Isrina Damayanti (2006) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Free
Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Sumber data berasal dari Bursa Efek
Jakarta periode 2000-2003 dengan data sekunder. Variabel dependen dalam
penelitian adalah kebijakan utang yang diproyeksikan dengan Debt to Equity
Ratio. Variabel independennya adalah Free Cash Flow (FCF) dan struktur
kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institutional. Investment Opportunity Set (IOS) yang diproyeksikan dengan
rasio market to book value of aset (MVABVA) dan dividen yield sebagai
variabel kontrol. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model
persamaan regresi berganda dengan alat bantu statistik Microsoft Excel 2000.
Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji autokorelasi dan
uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji f dan uji t.
hasil penelitian mengungkapkan bahwa FCF mempengaruhi utang perusahaan
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000449 (signifikansi kuat), selain
signifikan variabel aliran kas bebas juga berpengaruh positif terhadap utang
perusahaan: kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan
utang perusahaan dan secara statistik tidak signifikan yaitu 0,5345,
kepemilikan institusional berpengaruh positif dan secara statistik tidak
signifikan terhadap kebijakan utang sebesar 0,8019.
2. Indahningrum & Handayani (2009) dengan judul jurnal “Pengaruh
Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang
Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek Indonesia dengan sampel
perusahaan manfaktur periode 2005-2007. Variabel dependennya adalah
kebijakan utang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah
Kepemilikan manajerial dengan persentase saham yang dimilik manajemen
yang aktif didalam pengambilan keputusan, kepemilikan institusional dengan
persentase saham yang dimiliki investor institusional dalam perusahaan,
dividen dengan dividen payout ratio, pertumbuhan perusahaan dengan total
aset awal tahun dibagi total aset akhir tahun, profitabilitas dengan operating
income dibagi total aset dan free cash flow dengan aliran kas operasi dikurangi
pengeluaran modal dan modal kerja bersih. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free
cash flow berpengaruh searah dan signifikan dengan prediksi utang
perusahaan, sementara pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh negatif atau berlawanan dan signifikan.
3. Ivan Nugroho (2011) dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional,
Profitabilitas dan Free Cash Flow terhadap kebijakan utang pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI 2006-2009”. Teknik analisis yang digunakan
adalah analisi regresi berganda dengan software SPSS. Uji yang dilakukan
adalah uji f dan t dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran kepemilikan institusional, profitabilitas dan free
cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang, sedangkan
Sementara secara simultan, kepemilikan institusional, profitabilitas dan free
cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang sebesar 17,3%.
4. Kusrini (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko
Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang pada
perusahaan Manufaktur.” Data diperoleh dari BEI tahun 2008-2010. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan software
SPSS. Uji yang dilakukan adalah uji f dan t dengan tingkat signifikansi 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, likuiditas
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan utang, sedangkan risiko
bisnis dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kebijakan utang. Sementara secara simultan, ukuran perusahaan, risiko bisnis,
profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan utang sebesar
25,30%.
5. Hardiningsih & Oktaviani (2012) dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan
Hutang dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory) pada Perusahaan
Manufaktur”. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh
variabel free cash flow, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur
Aktiva Perusahaan, Retained Earning dan Kepemilikan Manajerial pada
Hutang. Penelitian menggunakan metode purposive sampling untuk
menentukan sampelnya. Data yang diperoleh didasarkan pada publikasi dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Sampel dalam penelitian ini
adalah manufaktur perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan uji F statistic
menunjukkan bahwa model ini cocok karena memiliki nilai signifikansi
kurang dari 5% dari nilai Alpha. Hasil analisis menunjukkan bahwa keempat
variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel DER sementara itu
dua variabel bebas lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
DER. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap hutang,
pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap utang,
struktur aktiva perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap hutang,
saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan terhadap hutang, sementara
free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap hutang.
6. Susilawati Dkk. (2012) dengan judul jurnal “Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”. Periode sampel penelitian adalah perusahaan
manufaktur tahun 2006-2010. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda dengan software SPSS. Uji yang dilakukan adalah uji f dan t
dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang Sementara struktur aset, profitablilitas,
free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang. Sementara secara simultan berpengaruh signifikan dengan
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
No Nama, Tahun dan Judul
Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Isrina Darmayanti
(2006) “Analisis Penga-jakan utang dan tidak signifikan.
2. Indahningrum & Han-dayani (2009)
“Penga-Profitabilitas dan Free
Cash Flow terhadap
kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.”
Variabel Independen: Kepemilikan Institu-sional,Profitabilitas
dan Free Cash Flow
Variabel dependen: Kebijakan utang
Ukuran perusahaan,
5 Hardiningsih & Okta-viani (2012) “Deter-minan Kebijakan Utang dalam Agency Theory
dan Pecking Order
Theory Pada Perusahaan
Manufaktur.”
Variabel Independen:
free cash flow, Profi-tabilitas,
Pertumbu-sementara free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpe-ngaruh signifikan terha-dap kebijakan hutang. 6 Susilawati Dkk. (2012)
2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan faktor-faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian
teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan
merupakan tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal – hal yang
berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.
Kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Damayanti (2006),
mengungkapkan bahwa free cash flow berpengaruh signifikan dan positif terhadap
utang perusahaan, artinya semakin tinggi free cash flow suatu perusahaan, maka
akan semakin besar tingkat kebijakan utang yang dilakukan perusahaan dan
sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis control oleh Jensen dalam Keown dkk. H4
Free cash Flow (X1)
Struktur Aset (X2)
Profitabilitas (X3)
Kebijakan Utang
(Y) H1
H2
H3
(2010 : 162) yang mana free cash flow sering digunakan manajer untuk proyek –
proyek yang belum tentu menguntungkan, maka untuk mengatasi hal tersebut,
kebijakan utang menjadi salah satu solusi untuk mengkontrol langkah yang
diambil oleh manajer dalam menginvestasikan free cash flow tersebut pada
investasi yang menguntungkan, karena manajer berada pada risiko rugi (hipotesis
ancaman) sehingga manajer akan berusaha bekerja lebih efisien yang akhirnya
akan meningkatkan laba bagi perusahaan dan earning bagi pemegang saham.
Rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis yang berupa
perbandingan data keuangan sehingga informasi keuangan tersebut menjadi lebih
berarti. Analisis ini sering digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan, selain itu rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas perusahaan dalam manajemennya. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Analisis profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Salah satu rasio tersebut
adalah ROE (return on equity) yang diukur melalui laba bersih / rata-rata modal
(equity), artinya seberapa besar pengembalian rupiah atas jumlah modal yang
digunakan perusahaan. ROE juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas
manajemen dalam mengelola modalnya. Menurut Sjahrial (2007), “semakin cepat
tingkat pengembalian perusahaan, semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka
semakin besar kebutuhan dana untuk biaya ekspansi dan semakin besar keinginan
perusahaan untuk menahan laba untuk pembiyaan investasi. Sehingga perusahaan
Struktur aset merupakan penentuan berapa besar alokasi dana untuk
masing-masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap.
Struktur aset dapat diperhitungkan melalui pembagian antara total aset tetap / total
aset. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat
menentukan besarnya penggunaan utang. Perusahaan yang memiliki aset tetap
dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar karena aset
tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman. Sehingga aset tetap akan
berpengaruh positif perusahaan didalam penentuan kebijakan utangnya”.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Idrus (2009 : 53), “hipotesis memiliki makna simpulan yang
sifatnya masih rendah. Secara singkat hipotesis dapat dinyatakan sebagai
simpulan sementara penelitian.” Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara
terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Kegunaannya untuk menjadikan arah
penelitian semakin jelas atau memberika arah bagi peneliti untuk melaksanakan
penelitiannya secara baik. Idrus (2009:53) menjelaskan bahwa:
Ada beberapa persyaratan merumuskan hipotesis, antara lain (1) Dirumuskan dalam kalimat berita, (2) Tidak bermakna ganda dan (3) Dirumuskan secara operasional. Sebaiknya hipotesis ditulis sealur dengan rumusan masalah yang ada, karena hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang ada karena hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang diajukan untuk diteliti.
Selain itu pendapat lain dalam merumuskan hipotesis ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan menurut Syofian (2010 : 152), antara lain:
b. hipotesis harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna, tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna,
c. hipotesis harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasionalisasi yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.
Sehingga hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
H1
H
: Free Cash Flow berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan utang.
2
H
: struktur aset berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan utang.
3
H
: Profitabilitasberpengaruh secara parsial terhadap kebijakan utang.
4: Free cash flow, struktur aset dan profitabilitas berpengaruh secara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain asosiatif klausal.
Menurut Syofian (2010 : 154) “desain asosiatif klausal adalah desain yang
dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat
hubungan/pengaruh yang menyatakan hubungan bersifat sebab dan akibat antara
dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu
teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu
gejala”. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah, dianalisis, dan
diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang diperoleh selama masa perkuliahan
dan tinjauan pustaka. Metode penelitian dirancang melalui langkah – langkah
penelitian dari operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data dan diakhiri dengan rancangan pengujian hipotesis dan
statistik.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) yang
memenuhi kriteria. Periode data yang digunakan dalam penelitian adalah tahun
2008 sampai tahun 2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel bertujuan
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk
memilih sampel penelitian tersebut disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini:
Keterangan Jumlah
• Total Perusahaan Manufaktur yang listed di BEI Sampai
tahun 2012
• Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di BEI
secara berturut-turut pada periode 2008 -2012
• Perusahaan yang tidak mengeluarkan laporan keuangan 5
tahun berturut-turut .
• Perusahaan yang tidak membayar dividen 5 tahun
berturut-turut
• Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian
181
(6)
(7)
(150)
18
Tabel 3.1 Kriteria pengambilan sampel
Berikut adalah daftar perusahaan manufaktur berdasarkan kriteria
pengambilan sampel yang telah ditentukan.
No. Kode Perusahaan
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 2 SMGR Semen Gresik Tbk
3 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 4 LMSH Lionmesh Prima Tbk 5 ASII Astra International Tbk 6 AUTO Astra Auto Part Tbk 7 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 8 GJTL Gajah Tunggal Tbk 9 SMSM Selamat Sempurna Tbk 10 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 11 DLTA Delta Djakarta Tbk
14 GGRM Gudang Garam Tbk
15 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 16 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 17 MRAT Mustika Ratu Tbk
18 UNVR Unilever Indonesia Tbk Tabel 3.2 Perusahaan Manufaktur yang Memenuhi Kriteria
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi laporan
keuangan yang telah dipublikasikan yang terdiri dari : (1) Laporan keuangan
audited untuk tahun yang berakhir pada 2008 hingga 2012, untuk memperoleh
data aliran kas bebas, rasio hutang, profitabilitas dan struktur aset perusahaan. (2)
Data Company Report perusahaan menjadi objek penelitian. Company report
secara umum berisi pengukuran kinerja perusahaan dalam bentuk rasio keuangan
periode tahun 2008-2012. (3) Data Pembayaran dividen kas periode 2008-2012.
Semua data diperoleh dari
3.4 Defenisi Operasional
Berdasarkan pada permasalahan penelitian dan pengembangan hipotesis,
maka variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat di
identifikasikan dan diukur sebagai berikut:
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
investasi pada aset
salah satu kebijakan
pendanaan
perusa-Tabel 3.3 Definisi Operasional
3.5 Pengukuran Variabel
3.5.1 Variabel dependen
Variabel dependen atau biasa disebut dengan variabel terikat menurut
Idrus (2009 : 79) adalah “variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
adanya variabel bebas.” Adapun variabel dependen pada penelitian ini adalah
Debt to Equity rasio yang dihitung dengan membagi total liabilities dengan total
pada company report. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kebijakan utang
perusahaan. Secara matematis Debt to Equity rasio diformulasikan sebagai
berikut:
Debt to Equity = ����������������
������ℎ���ℎ�����′�������
3.5.2 Variabel independen
Variabel independen atau biasa disebut dengan variabel bebas menurut
Idrus (2009 : 79) adalah “variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya
variabel terikat”. Adapun variabel independen pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Free cash flow
Free cash flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan
kepada pemegang saham atau kreditor yang tidak diperlukan untuk modal kerja
atau investasi pada aset tetap (Ross dkk, 2002). Data untuk variabel ini diperoleh
dari BEI pada laporan keuangan tahunan perusahaan. Free cash flow dihitung
dengan menggunakan rumus Ross dkk. (2002) atau rumus yang sama yang
digunakan oleh Damayanti (2006) yaitu:
FCFit = AKOit – PMit – NWCit
Keterangan :
FCFit = Free Cash flow
AKO it = Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t
PMit = Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t
Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama
pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih
pada aset tetap bersih akhir periode dikurangi aset tetap bersih pada awal periode.
Sedangkan modal kerja bersih adalah selisih antara jumlah aset tetap lancar
dengan utang lancar pada tahun yang sama.
b. Struktur aset
Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap. Data
untuk variabel ini diperoleh dari BEI pada company report dan laporan keuangan
tahunan perusahaan. Rasio struktur aset dapat dihitung pada rumus berikut:
Struktur Aset : ���������
���������
c. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. “Profitabilitas
menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.” (Christine dkk,
2012 : 180). Data untuk variabel ini diperoleh dari BEI pada company report dan
laporan keuangan tahunan perusahaan. Rasio yang digunakan untuk mengukur
profitabilitas adalah sebagai berikut:
Profitabilitas : ����