• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengurangan Arus Netral pada Sistem Distribusi Tiga Fasa Empat Kawat Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengurangan Arus Netral pada Sistem Distribusi Tiga Fasa Empat Kawat Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGURANGAN ARUS NETRAL PADA SISTEM DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT KAWAT MENGGUNAKAN ZERO

SEQUENCE BLOCKING TRANSFORMER

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik Energi Listrik

Oleh:

T. FAKHRUL HADI NIM : 090402043

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

PENGURANGAN ARUS NETRAL PADA SISTEM DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT KAWAT MENGGUNAKAN ZERO

SEQUENCE BLOCKING TRANSFORMER Oleh:

T. FAKHRUL HADI 090402043

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada Tanggal 7 Bulan Mei Tahun 2014 di depan Penguji: 1. Ketua Penguji : Ir. Riswan Dinzi, M.T. ………... 2. Anggota Penguji : Ir. Eddy Warman, M.T ………...

Disetujui Oleh: Pembimbing Tugas Akhir

Ir. Zulkarnaen Pane, M.T. NIP. 195707201983031001

Diketahui Oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

(3)

ABSTRAK

Pada jaringan distribusi tiga fasa empat kawat, idealnya arus yang mengalir pada penghantar netral sama dengan nol. Akan tetapi apabila jaringan distribusi tiga fasa empat kawat melayani beban nonlinear dan atau beban tidak seimbang maka pada penghantar netral akan mengalir arus. Beban nonlinear ini membangkitkan arus harmonisa urutan nol. Arus yang mengalir pada penghantar netral didominasi oleh arus harmonisa urutan nol.

Zero sequence blocking transformer memiliki impedansi yang besar terhadap arus harmonisa urutan nol dan impedansi yang rendah terhadap arus harmonisa urutan positif dan negatif. Sehingga pemasangannya pada sisi sumber pada sistem distribusi tiga fasa empat kawat yang melayani beban-beban nonlinear satu fasa dapat menahan arus harmonisa urutan nol dan melalukan arus urutan positif dan negatif. Pada tugas akhir ini digunakan dua jenis zero sequence blocking transformer dengan jenis belitan konvensional dan bifilar. Di mana setiap zero sequence blocking transformer terdiri dari tiga trasformator satu fasa dengan perbadingan belitan 1:1.

Hasil ekperimen menunjukkan bahwa pada beban seimbang dan beban variasi penurunan arus penghantar netral saat penggunaan zero sequence blocking transformer dengan jenis belitan konvensional dan bifilar mendekati 93%, dan penurunan tertinggi terjadi saat presentase beban 100%.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik tugas akhir ini. Serta shalawat beriring salam penulis haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Tugas akhir ini adalah bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas akhir ini adalah:

“PENGURANGAN ARUS NETRAL PADA SISTEM DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT KAWAT MENGGUNAKAN ZERO SEQUENCE

BLOCKING TRANSFORMER”

Penulisan Tugas Akhir ini adalah salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi setiap mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana teknik pada departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak terhingga yaitu Ayahanda (Drs. H. T. Junaidi) dan Ibunda (Dra. Hj. Hafni Indriati Nst, M.Si.) serta Abangnda (T. Fariz Hidayat, S.T.) dan Adinda (T. Ficky Surya Hadi) yang memberi dukungan, semangat dan doanya.

Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis mendapat dukungan, bimbingan, dan pertolongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan setulus hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane, M.T., sebagai Dosen Pembimbing tugas akhir saya yang telah bersedia meluangkan waktu di sela-sela kesibukan beliau untuk membimbing penulis mulai dari awal sampai selesainya Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Riswan Dinzi, M.T. dan Bapak Ir. Eddy Warman, M.T., selaku Dosen Penguji Tugas Akhir yang telah banyak memberikan masukan demi perbaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Ir. Arman Sani, M.T., selaku dosen wali penulis yang banyak memberikan masukan dan pengarahan selama penulis menempuh perkuliahan.

4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si., selaku Ketua Departemen Teknik Elektro.

(5)

6. Keluarga besar Laboratorium Transmisi dan Distribusi yang telah banyak membantu penulis dan tidak lupa kepada para asisten atas masukan-masukannya.

7. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

8. Sahabat-sahabat terbaik, Doni, Ahmad, Nanda, Kentrik, wangto, Andika, Rizky K, Agung, Dimas, Lukman, Yuli, Rizal, Arfan, Budi, Teguh, Reza, Arif, Adly, Masykur, Rudy, Tondy, Rizi, Nisa, Rizky, Faya, Asri, Leo dan seluruh teman-teman elektro stambuk 2009 lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.

9. Munisa, S.Psi., terima kasih banyak atas semua bantuan, motivasi dan dukungan yang luar biasa serta doanya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

10. Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusinya kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, jasa kalian akan senantiasa penulis kenang dan sebagai acuan untuk menempuh hari-hari ke depan dengan penuh semangat dan lebih baik lagi .

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa yang ingin lebih mengetahui dan mendalami Tugas Akhir Penulis.

Medan, Juni 2014 Penulis

T. Fakhrul Hadi

(6)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arus Netral ... 4

2.2. Harmonisa ... 6

2.2.1. Harmonisa Triplen ... 10

2.2.2. Sumber Harmonisa ... 11

2.2.3. Dampak Harmonisa ... 13

2.2.4. Cara Untuk Mengurangi Arus Netral ... 14

2.3. Zero Sequence Blocking Transformer ... 15

2.3.1. Analisa Rangkaian Ekivalen Urutan Nol ... 20

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu ... 22

3.2. Zero Sequence Blocking Transformer ... 22

3.3. Bahan dan Peralatan yang Digunakan ... 23

3.4. Rangkaian Eksperimen ... 24

(7)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer ... 28

4.2. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer ... 31

4.2.1. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Konvensional (TR 1) ... 31

4.2.2. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Bifilar (TR 2) ... 34

4.3. Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Pada Kondisi Beban Bervariasi ... 37

4.3.1. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Konvensional (TR 1) ... 37

4.3.1. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Bifilar (TR 2) ... 39

4.3. Rangkuman Eksperimen ... 42

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 45

5.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Gelombang Fundamental, Harmonisa Kedua dan Harmonisa

Ketiga ... 7

2.2 Gelombang Hasil Penjumlahan Gelombang Fundamental Dengan Gelombang Harmonisa Ketiga ... 8

2.3 Fasor Fundamental ... 9

2.4 Fasor Harmonisa Kelima ... 9

2.5 Fasor Harmonisa Ketiga ... 10

2.6 Jaringan Tiga Fasa Empat Kawat Mensuplai Beban Linear Seimbang ... 11

2.7 Bentuk Gelombang Dari Ketiga Fasa dan Netral Mensuplai Beban Linear Seimbang ... 12

2.8 Jaringan Tiga Fasa Empat Kawat Mensuplai Beban Nonlinear Seimbang ... 12

2.9 Bentuk Gelombang Dari Ketiga Fasa dan Netral Mensuplai Beban Nonlinear Seimbang ... 13

2.10 ZSBT Menggunakan Tiga Buah Transformator Satu Fasa ... 16

2.11 Pemasangan ZSBT Pada Jaringan ... 16

2.12 Rangkaian Ekivalen Dari ZSBT ... 17

2.13 Transformator Dengan Belitan Konvensional ... 19

2.14 Transformator Dengan Belitan Bifilar ... 20

2.15 Rangkaian Ekivalen Urutan Nol Sistem Menggunakan ZSBT .. 20

(9)

3.2 Rangkaian Eksperimen Setelah Menggunakan Zero Sequence

Blocking Transformer ... 26

4.1 Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer:

(a) BentukGelombang Arus Jala-jala Fasa R; (b) Spektrum

Arus Harmonisanya ... 30

4.2 Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer:

(a) BentukGelombang Arus Netral; (b) Spektrum

Harmonisanya ... 31

4.3 Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1:

(a) Bentuk Gelombang Arus Jala-jala Fasa R; (b) Spektrum

Harmonisanya ... 33

4.4 Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1:

(a) Bentuk Gelombang Arus Netral ; (b) Spektrum

Harmonisanya ... 34

4.5 Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2:

(a) Bentuk Gelombang Arus Jala-jala Fasa R; (b) Spektrum

Harmonisanya ... 36

4.6 Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2:

(a) Bentuk Gelombang Arus Netral; (b) Spektrum

Harmonisanya ... 37

4.7 Grafik Hubungan Persentase Beban Dengan Besar Arus Netral

Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1 ... 38

4.8 Grafik Hubungan Persentase Beban Dengan Persentase

Penurunan Arus Netral Penggunaan Zero Sequence Blocking

(10)

4.9 Grafik Hubungan Persentase Beban Dengan Besar Arus Netral

Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2 ... 41

4.10 Grafik Hubungan Persentase Beban Dengan Persentase

Penurunan Arus Netral Penggunaan Zero Sequence Blocking

(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1 Hasil Pengukuran Sebelum Penggunaan Zero Sequence

Blocking Transformer ... 28

4.2 Hasil Pengukuran Setelah Penggunaan Zero Sequence

Blocking Transformer TR 1 ... 32

4.3 Hasil Pengukuran Setelah Penggunaan Zero Sequence

Blocking Transformer TR 2 ... 35

4.4 Hasil Pengukuran Penggunaan Zero Sequence Blocking

Transformer TR 1 Pada Kondisi Beban Bervariasi ... 38

4.5 Hasil Pengukuran Penggunaan Zero Sequence Blocking

Transformer TR 2 Pada Kondisi Beban Bervariasi ... 40

4.6 Rangkuman Hasil Pengukuran Penggunaan Zero Sequence

Blocking Transformer TR 1 dan TR 2 Pada Kondisi

Beban Seimbang ... 42

4.7 Rangkuman Hasil Pengukuran Penggunaan Zero Sequence

Blocking Transformer TR 1 dan TR 2 Pada Kondisi Beban

(12)

ABSTRAK

Pada jaringan distribusi tiga fasa empat kawat, idealnya arus yang mengalir pada penghantar netral sama dengan nol. Akan tetapi apabila jaringan distribusi tiga fasa empat kawat melayani beban nonlinear dan atau beban tidak seimbang maka pada penghantar netral akan mengalir arus. Beban nonlinear ini membangkitkan arus harmonisa urutan nol. Arus yang mengalir pada penghantar netral didominasi oleh arus harmonisa urutan nol.

Zero sequence blocking transformer memiliki impedansi yang besar terhadap arus harmonisa urutan nol dan impedansi yang rendah terhadap arus harmonisa urutan positif dan negatif. Sehingga pemasangannya pada sisi sumber pada sistem distribusi tiga fasa empat kawat yang melayani beban-beban nonlinear satu fasa dapat menahan arus harmonisa urutan nol dan melalukan arus urutan positif dan negatif. Pada tugas akhir ini digunakan dua jenis zero sequence blocking transformer dengan jenis belitan konvensional dan bifilar. Di mana setiap zero sequence blocking transformer terdiri dari tiga trasformator satu fasa dengan perbadingan belitan 1:1.

Hasil ekperimen menunjukkan bahwa pada beban seimbang dan beban variasi penurunan arus penghantar netral saat penggunaan zero sequence blocking transformer dengan jenis belitan konvensional dan bifilar mendekati 93%, dan penurunan tertinggi terjadi saat presentase beban 100%.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem distribusi tenaga listrik tiga fasa empat kawat umumnya digunakan

untuk mendistribusikan energi listrik ke pusat-pusat beban listrik tegangan rendah,

seperti perkantoran, perumahan dan industri. Beban yang terhubung pada sistem

ini lebih didominasi oleh beban-beban nonlinear berupa peralatan listrik

elektronik satu fasa, seperti komputer, printer, lampu hemat energi, UPS, dan

lain-lain. Beban-beban nonlinear ini membangkitkan arus harmonisa urutan nol, arus

harmonisa urutan nol yang dibangkitkan dari beban-beban nonlinear satu fasa

secara komulatif mengalir melalui penghantar netral sistem. Dengan demikian,

apabila arus jala-jala sistem mempunyai kandungan arus harmonisa urutan nol

yang tinggi, maka arus netral sistem akan menjadi sangat berlebihan. Masalah lain

yang timbul akibat harmonisa adalah peralatan listrik akan rusak, terjadi

overheating pada penghantar, dan lain-lain. Untuk mengurangi kerusakan

peralatan-peralatan listrik yang diakibatkan harmonisa, maka hal yang harus di

lakukan adalah mengurangi atau memfilter harmonisa tersebut [1], [2].

Untuk memfilter harmonisa dapat digunakan dengan dua cara yaitu dengan

menggunakan filter aktif dan menggunakan filter pasif. Pada tugas akhir ini untuk

mengurangi harmonisa urutan nol (triplen) dan nilai arus pada penghantar netral

adalah dengan menggunakan zero sequence blocking transformer. Zero sequence

blocking transformer dihubungkan seri dengan beban pada jaringan distribusi tiga

(14)

Sebelumnya sudah ada penelitian untuk mengurangi arus pada penghantar

netral dengan menggunakan tiga transformator satu fasa yang digunakan sebagai

zero sequence blocking transformer dengan menggunakan beban induktif tiga fasa

[3].

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan tiga transfomator satu fasa yang

digunakan sebagai zero sequence blocking transformer dengan menggunakan

beban nonlinear berupa lampu hemat energi, untuk mengurangi besarnya arus

harmonisa triplen dan nilai arus RMS pada penghantar netral. Dan dalam tugas

akhir ini penulis membandingkan penggunaan zero sequence blocking transformer

yang dibelit secara konvensional dengan zero sequence blocking transformer yang

dibelit secara bifilar.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan zero sequence blocking transformer

dalam mengurangi komponen arus harmonisa urutan nol triplen (orde

ke- 3, 9 dan 15) dan nilai arus RMS pada penghantar netral di saluran

distribusi tiga fasa empat kawat untuk beban yang bersifat nonlinear

dalam kondisi seimbang.

2. Bagaimana pengaruh penggunaan zero sequence blocking transformer

terhadap persentase THD pada penghantar fasa dan netral di saluran

distribusi tiga fasa empat kawat untuk beban yang bersifat nonlinear

dalam kondisi seimbang.

(15)

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui

pengaruh penggunaan zero sequence blocking transformer terhadap penurunan

nilai RMS arus netral pada sistem distribusi tiga fasa empat kawat yang

mempunyai beban satu fasa nonlinear.

1.4 Batasan Masalah

Pembatasan masalah yang dilakukan dalam penulisan Tugas Akhir ini

adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan data dilakukan dalam kondisi tunak (steady-state).

2. Tidak dilakukan variasi terhadap tegangan sumber pada setiap

percobaan.

3. Tegangan sumber merupakan tegangan dengan bentuk gelombang

sinusoidal.

4. Beban yang digunakan pada percobaan hanya berupa beban nonlinear

yaitu lampu hemat energi berjenis CFL (Compact Fluorescent Lamp).

5. Sumber arus harmonisa pada eksperimen hanya berasal dari beban.

1.5. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan tugas akhir ini adalah dengan

penggunaan zero sequence blocking transformer dapat mengurangi nilai arus

RMS dan arus harmonisa urutan nol (triplen) yang mengalir di penghantar netral.

Di mana metode ini dapat diterapkan di industri, pabrik, maupun gedung yang

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arus netral

Jaringan distribusi tegangan rendah adalah jaringan tiga fasa empat kawat

dengan aturan, terdiri dari 3 penghantar fasa (R,S,T) dan satu penghantar netral.

Jika jaringan distribusi tersebut mempunyai beban linear seimbang maka tidak ada

arus netral. Namun, dalam kondisi sebenarnya, beban yang terpasang tidak

seimbang karena sebagian besar jaringan menyuplai seperangkat peralatan beban

satu fasa. Jaringan distribusi sekarang sebagian besar menyuplai penggunaan

peralatan beban nonlinear. Dengan meningkatnya penggunaan beban nonlinear

maka menyebabkan adanya distorsi harmonik pada arus beban dan timbulnya arus

netral [4].

Pada suatu kondisi di mana sistem distribusi tiga fasa empat kawat

melayani beban-beban nonlinear satu fasa yang tidak seimbang, arus yang

mengalir pada penghantar netral merupakan penjumlahan dari arus fundamental

dan arus harmonisa urutan nol (terutama harmonisa triplen) [5].

Pada sistem distribusi yang seimbang dan melayani beban nonlinear, arus

harmonisa pada penghantar netral dapat diturunkan dengan menggunakan

transformasi Fourier. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut: [6]

��(�) =�1sin(ω�+�1 ) +�3sin(3ω�+�3) +�5sin(5ω�+�5) + … (2.1)

��(�) =�1sin(ω� −120° +�1) +�3sin(3(ω� −120°) +�3) +

(17)

��(�) =�1sin(ω� −240° +�1) +�3sin(3(ω� −240°) +�3) +

�5sin(5(ω� − 240°)+�5)+ … (2.3)

Dengan menjumlahkan arus pada ketiga fasa, maka dapat diperoleh

persamaan untuk arus netral sebagai berikut:

��(�) =��(�) +��(�) +��(�) = 0 + 3 (�3sin(3ω�+�3) + 0 + … (2.4)

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa arus yang mengalir pada

penghantar netral adalah arus harmonisa triple.

Pada sistem distribusi yang tidak seimbang dan melayani beban nonlinear,

arus harmonisa pada penghantar netral dapat dapat diturunkan dengan

menggunakan transformasi Fourier. Adapun persamaannya adalah sebagai

berikut: [6]

Karena penjumlahan dari komponen urutan positif dan komponen urutan

negatif adalah nol (1 +�+�2 = 0). Maka hanya komponen urutan nol saja yang

terdapat pada penghantar netral. Hal ini dituliskan dengan :

̅

, =

(

1 +�+�2

)

̅

1, +

(

1 +�+�2

)

̅

2,+ 3�

̅

0, = 3�0,

̅

(2.7)

Dengan menggunakan hukum Kirchoff pada Persamaan (2.7) dihasilkan:

�̅,� = 3�̅0,� = 3∗ 1

3��̅�,� +�̅�,� +�̅�,��= �̅�,� +�̅�,� +�̅�,� (2.8)

(18)

�̅, = �,�����,� , �̅�,� =��,�����,� ,�̅�,� =��,�����,�,

maka �̅, diberikan oleh :

�̅,� =���,�cos��,�+��,�cos��,�+��,�cos��,��

+�(�,�sin��,� +��,�sin��,� +��,�sin��,�) (2.9)

Dengan menggunakan persamaan di atas, amplitudo IN,i dan sudut fasa

φN,i dari harmonisa ke-i pada penghantar netral dapat dihitung. Amplitudo IN,i

dapat diperoleh dengan persamaan:

��,�= ����,�cos��,�+��,�cos��,�+��,�cos��,�� 2

+��,sin�,+�,sin�,+�,sin�,�2 (2.10)

Sedangkan sudut fasa φN,i untuk harmonisa ke-i dapat diperoleh dengan

persamaan:

, =����� �Im (�̅�,�)

Re (�̅,�)� (2.11)

Jika amplitudo dan sudut fasa harmonisa di penghantar fasa diketahui,

unsur harmonisa pada arus di penghantar netral dapat diperoleh dengan

menggunakan Persamaan (2.10) dan (2.11) [6].

Dalam kenyataannya, pada sistem distribusi tenaga listrik tiga fasa empat

kawat sering dijumpai arus netral sistem mencapai lebih dari 1.73 kali arus

fasanya [2].

2.2. Harmonisa

Harmonisa merupakan suatu model matematis dari bentuk gelombang

sinusoidal yang terdistorsi pada keadaan sebenarnya. Hal ini merupakan suatu

teknik untuk menganalisa gelombang ac yang terdistorsi. Semua bentuk

(19)

gelombang sinusoidal dari berbagai macam frekuensi yang merupakan kelipatan

integer dari frekuensi fundamental. Pada sistem distribusi dengan frekuensi

fundamental sebesar 50 Hz, dapat mengandung harmonisa ketiga (150Hz), kelima

(250Hz), ketujuh (350Hz), dan lain-lain [1].

Harmonisa dapat dibagi menjadi dua yaitu harmonisa orde ganjil dan

harmonisa orde genap. Harmonisa orde ganjil terdiri dari harmonisa ke- 3, 5, 7, 9,

dst. Sedangkan harmonisa orde genap terdiri dari harmonisa ke- 2, 4, 6, 8, dst.

Harmonisa ke- 1 tidak termasuk dalam harmonisa ganjil karena merupakan

frekuensi fundamental (dasar) [7].

Pengertian dari frekuensi harmonisa ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Harmonisa kedua mengalami dua kali siklus penuh selama satu kali siklus

frekuensi fundamentalnya, dan harmonisa ketiga mengalami tiga kali siklus penuh

selama satu kali siklus frekuensi fundamentalnya. �1,�2, dan �3 adalah nilai

puncak dari komponen harmonisanya. Gambar 2.2 merupakan penjumlahan dari

gelombang fundamental dengan gelombang harmonisa ketiga [7].

1 Cycle

(20)

Gambar 2.2 Gelombang Hasil Penjumlahan Gelombang Fundamental Dengan Gelombang Harmonisa Ketiga

Untuk suatu sistem tiga fasa seimbang yang mensuplai beban nonlinear,

harmonisa dapat dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan urutan fasanya, yaitu

[7]:

1. Harmonisa urutan positif

Yaitu harmonisa urutan positif terdiri dari tiga buah fasor yang sama

besarnya, terpisah antara satu dengan yang lain sebesar 120°, dan

mempunyai urutan fasor yang sama dengan fasor aslinya. Harmonisa

urutan-positif terdiri dari harmonisa orde ke-1, 4, 7, 10, dst. Gambar 2.3

(21)

I S1 I T1

I R1 URUTAN FASA POSITIF

Gambar 2.3 Fasor Fundamental

2. Harmonisa urutan negatif

Yaitu harmonisa urutan negatif terdiri dari tiga buah fasor yang sama

besarnya, terpisah antara satu dengan yang lain sebesar 120°, dan

mempunyai urutan fasor yang berlawanan dengan fasor aslinya.

Harmonisa urutan-negatif terdiri dari harmonisa orde ke-2, 5, 8, 11, dst.

Gambar 2.4 menunjukkan fasor dari harmonisa kelima.

I T5 I S5

I R5 URUTAN FASA NEGATIF

(22)

3. Harmonisa urutan nol

Yaitu harmonisa urutan nol terdiri dari tiga buah fasor yang sama

besarnya dan dengan pergeseran fasa 0° antara fasor yang satu dengan

yang lain. Harmonisa urutan nol terdiri dari harmonisa orde ke-3, 6, 9, 12,

dst. Gambar 2.5 menunjukkan fasor dari harmonisa ketiga.

I R3, I S3, I T3 URUTAN FASA NOL

Gambar 2.5 Fasor Harmonisa Ketiga

Arus harmonisa yang mengalir di penghantar netral didominasi oleh arus

harmonisa urutan nol [8].

2.2.1. Harmonisa Triplen

Harmonisa triplen adalah harmonisa ganjil kelipatan tiga seperti harmonisa

ke-3, 9, 15, 21, dan lain-lain. Harmonisa triplen juga dikenal sebagai harmonisa

urutan nol karena selalu berada sefasa satu sama lain [1]. Harmonisa triplen

menjadi masalah yang penting pada sistem tiga fasa empat kawat karena arus

harmonisa triplen mengalir dan saling menjumlahkan di penghantar netral. Ini

(23)

2.2.2 Sumber Harmonisa

Pada suatu sistem ditribusi tenaga listrik, pembangkit membangkitkan

bentuk gelombang tegangan dan arus sinusoidal yang hampir sempurna. Beban

yang dipikul sistem berupa beban linier dan beban nonlinear. Akan tetapi pada

kenyataannya beban pada tiap fasa didominasi oleh beban-beban nonlinear.

Sehingga bentuk gelombang sinusoidal yang sempurna tidak bertahan disisi

konsumen karena penggunaan dari beban-beban nonlinear tersebut yang menarik

arus nonsinusoidal. Beban-beban ini merusak bentuk gelombang tegangan dan

arus pada sistem kelistrikan dan menghasilkan harmonisa pada sistem listrik.

Gambar 2.6 mengilustrasikan beban linear seimbang arus masing-masing

fasa dari ketiga fasa hanya terdiri dari bentuk gelombang fundamental dan

gelombang pada netralnya merupakan penjumlahan dari ketiga fasa (tidak

mengalir arus) seperti pada gambar 2.7 [1].

BEBAN

(24)

Fasa R

Fasa S

Fasa T

Netral

Gambar 2.7 Bentuk Gelombang Dari Ketiga Fasa dan Netral Mensuplai Beban Linear Seimbang

Akan tetapi, di lingkungan yang sering terjadi harmonisa kondisi ini

sangatlah berbeda, Gambar 2.8 mengilustrasikan kondisi dimana beban nonlinear

menghasilkan harmonisa triplen dan saling menjumlahkan satu sama lain di

penghantar netral seperti diperlihatkan pada Gambar 2.9 [1].

BEBAN

(25)

Fasa R

Fasa S

Fasa T

Netral

Gambar 2.9 Bentuk Gelombang Dari Ketiga Fasa dan Netral Mensuplai Beban Nonlinear

Sumber harus harmonisa yang utama pada sistem distribusi tenaga listrik

adalah beban-beban nonlinear yang mempergunakan konverter-konverter statis

berupa penyearah-penyearah jembatan dioda. Pada sistem distribusi tenaga listrik

tiga fasa empat kawat tegangan rendah banyak terdapat beban-beban nonlinear

satu fasa berupa peralatan-peralatan listrik berbasis elektronik seperti

lampu-lampu fluorescent yang menggunakan ballast elektronik, TV, komputer, catu daya

pengisi batere, mesin fotocopy dan lain sebagainya yang menggunakan

penyearah-penyearah satu fasa [2].

2.2.3. Dampak Harmonisa

Tegangan dan arus harmonisa dapat menimbulkan efek yang berbeda-beda

pada peralatan listrik yang terhubung dengan jaringan listrik tergantung

(26)

a. Naiknya nilai arus netral pada jaringan distribusi tiga fasa empat kawat.

b. Mengganggu peralatan kontrol yang digunakan pada sistem elektronik.

c. Kesalahan pada peralatan pengukuran listrik yang menggunakan prinsip

induksi magnetik.

d. Menggangu alat-alat pengaman dalam sistem tenaga listrik seperti relay.

e. Pada mesin-mesin berputar seperti generator dan motor, menyebabkan

getaran dan suara/bising.

f. Bila ada sistem komunikasi yang dekat dengan sistem tenaga listrik

maka sistem komunikasi tersebut dapat terganggu.

2.2.4. Cara Untuk Mengurangi Arus Harmonisa

Sistem distribusi tenaga listrik tiga fasa empat kawat umumnya digunakan

untuk mendistribusikan energi listrik ke pusat-pusat beban listrik tegangan rendah.

Beban yang terhubung pada sistem ini lebih didominasi oleh beban-beban

nonlinear berupa peralatan listrik elektronik satu fasa. Arus harmonisa urutan nol

yang dibangkitkan dari beban-beban nonlinear satu fasa secara komulatif mengalir

melalui penghantar netral sistem. Dengan demikian, apabila arus jala-jala sistem

mempunyai kandungan arus harmonisa urutan nol yang tinggi, maka arus netral

sistem akan menjadi sangat berlebihan. Hal ini merupakan salah satu

permasalahan utama akibat arus harmonisa pada sistem distribusi tenaga listrik

tiga fasa empat kawat.

Arus harmonisa urutan nol yang ada di jala-jala sistem dapat

dieleminir/dikurangi dengan metoda pelalu arus urutan nol (Zero Passing) dan

(27)

Zero Passing adalah suatu rangkaian elektromagnetik yang berfungsi

untuk melalukan arus harmonisa urutan nol. Oleh karena itu, suatu Zero Passing

mempunyai impedansi yang rendah terhadap arus harmonisa urutan nol dan

impedansi yang tinggi terhadap arus urutan lainnya. Zero Passing bisa didapatkan

dari beberapa konfigurasi rangkaian elektromagnetik multi belitan seperti trafo

Y-∆, autotrafo zigzag dan autotrafo scott [2].

Zero Blocking adalah suatu rangkaian elektromagnetik yang berfungsi

untuk menahan arus harmonisa urutan nol. Oleh karena itu, suatu Zero Blocking

haruslah mempunyai impedansi yang besar terhadap arus harmonisa urutan nol

dan impedansi yang rendah terhadap arus urutan lainnya [2].

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan tiga transformator satu fasa

yang digunakan sebagai zero sequence blocking transformer untuk mengurangi

besarnya arus harmonisa urutan nol dan nilai arus netral.

2.3. Zero Sequence Blocking Transformer

Dalam proses pengurangan harmonisa arus di jala-jala sistem distribusi

tenaga listrik tiga fasa empat kawat, zero sequence blocking transformer (ZSBT)

berfungsi sebagai panahan arus urutan nol dan pelalu arus urutan lainnya. Oleh

karena itu, suatu ZSBT haruslah mempunyai impedansi urutan nol yang besar dan

impedansi urutan lainnya yang sangat kecil. Untuk memenuhi kriteria tersebut,

suatu ZSBT dapat dibentuk dari tiga buah trasnformator satu fasa yang

(28)

N1 N2

Gambar 2.10 ZSBT Menggunakan Tiga Buah Transformator Satu Fasa

Pada Gambar 2.11 N1 adalah belitan pada sisi primer dan N2 adalah

belitan pada sisi sekunder. Pada sisi primer transformator terhubung seri dengan

sumber dan beban dan pada sekunder tranformator terhubung paralel.

N1

(29)

L lk

Gambar 2.12 Rangkaian Ekivalen Dari ZSBT

Rangkaian ekivalen dari ZSBT ditunjukkan pada Gambar 2.12 yang

menggunakan rangkaian listrik untuk transformator satu fasa. Llk adalah

induktansi bocor dan Lo adalah induktansi magnetisasi dari setiap transformator

satu fasa. Untuk memudahkan analisis, semua resistensi telah diabaikan dan telah

dianggap bahwa rasio untuk setiap transformator satu fasa adalah 1:1 (N1=N2).

Pada sisi sekunder dari transformator terhubung wye, maka jumlah

arusnya adalah nol.

2+�2+��2 = 0 (2.12)

Tegangan pada sisi sekunder transformator �0 dapat dinyatakan:

0 = �0

(30)

=�0 �

��(��1− ��2) =�0 �

��(��1− ��2) (2.13)

Dari Persamaan (2.12) dan (2.13), diperoleh tegangan

0 :

�0 =�30��� (��1+��1+��1)

(2.14)

Dimana Lo adalah induktansi magnetisasi dari transformator satu fasa :

= �2

(2.15)

Dengan N dan R menjadi jumlah gulungan atau belitan dan reluktansi dari

transformator satu fasa.

Tegangan pada sisi primer dari fasa a dapat dinyatakan

= ��� . �

Impedansi dari ZSBT dapat diturunkan dengan menggabungkan

persamaan ��� = (��+��+��)

3 = ���� =���� =���� dengan Persamaan (2.16) dan

mengabaikan induktansi bocor, impedansi yang dihasilkan oleh ZSBT terhadap

arus urutan nol adalah impedansi magnetisasi dari transformator satu fasa

(��� = (��� +�)� ≈ ��). Untuk komponen urutan positif dan negatif, dapat

diturunkan bahwa impedansi yang ada adalah impedansi bocor (����� =��� �).

ZSBT dengan menggunakan tiga buah transformator satu fasa memiliki

keuntungan lebih mudah dalam pembuatannya, sehingga cocok untuk aplikasi

pada daya yang tinggi. Pada aplikasi yang berdaya tinggi, arus yang melalui

penghantar ZSBT terbilang cukup tinggi, sehingga kabel dengan luas penampang

yang besar harus digunakan. Sehingga penggulungan belitan yang simetris

terbilang lebih mudah agar arus urutan positif dan negatif tidak menghasilkan

(31)

Rating daya suatu ZSBT dapat ditentukan oleh Persamaan (2.17).

Rating daya ZSBT = I02 ZZB (2.17)

Dimana I0 adalah arus urutan nol pada fasa dan ZZB adalah impedansi

ZSBT. Rating daya ZSBT ini sangat kecil, namun yang perlu diperhatikan adalah

kesesuaian ukuran kawat konduktor belitannya yang akan dilalui arus sistem [2].

Pada tugas akhir ini penulis menggunakan 2 buah ZSBT dengan jenis

belitan konvensional dan bifilar. Perbandingan belitan setiap transformator 1:1.

Belitan konvensinal adalah kawat berisolasi yang dililit pada suatu inti. Kawat

primer terlebih dahulu dililitkan setelah itu kawat skunder dililitkan. Gambar 2.13

menunjukkan transformator yang dililit secara konvensional. Belitan bifilar adalah

sepasang kawat berisolasi yang saling berdekatan satu sama lain dan dililit pada

suatu inti yang sama. Satu kawat sebagai lilitan primer sedangkan kawat yang lain

sebagai lilitan sekunder. Gambar 2.14 menunjukkan transformator yang dililit

secara bifilar [10].

Primer

Sekunder

Isolasi

(32)

Primer Sekunder

Gambar 2.14 Transformator Dengan Belitan Bifilar

2.3.1 Analisis Rangkaian Ekivalen Urutan Nol

Zero sequence blocking transformer (ZSBT) berfungsi sebagai panahan

arus urutan nol dan pelalu arus urutan lainnya. Maka penggunaan ZSBT pada

suatu sistem dapat dianalisis. Gambar 2.15 merupakan rangkaian ekivalen urutan

nol per fasa [11].

Zs ZZB

iN

Vs ZL iL0

Gambar 2.15 Rangkaian Ekivalen Urutan Nol Sistem Menggunakan ZSBT

Keterangan:

VS : Sumber tegangan

iL0 : Sumber arus urutan nol

iN : Arus netral menuju sumber

(33)

ZZB : Impedansi ZSBT

ZL : Impedansi beban

Dari Gambar 2.13 besar arus iN dapat diperoleh sebagai berikut:

=

��

��+���+�

�0

(2.18)

Pada Persamaan (2.18) dapat dilihat bahwa efektifitas pengurangan arus

netral menuju sumber tergantung kepada perbandingan antara impedansi urutan

nol ZSBT (ZZB) dan impedansi beban (ZL). Jika impedansi urutan nol ZSBT

(ZZB) jauh lebih besar dibanding impedansi beban (ZL) maka makin besar

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan dengan eksperimen di Laboratorium Transmisi dan

Distribusi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. Waktu penelitian

dilaksanakan selama 2 (dua) bulan.

3.2 Zero Sequence Blocking Transformer

Transformator satu fasa yang akan digunakan sebagai zero sequence

blocking transformer adalah transformator yang telah tersedia di Laboratorium

Transmisi dan Distribusi.

Dalam penelitian ini akan digunakan dua jenis zero sequence blocking

transformer yang terdiri dari tiga buah transformator satu fasa sehingga jumlah

transformator satu fasa yang digunakan berjumlah 6 unit. Jenis pertama (TR 1)

diberi kode TR 11, TR 12 dan TR 13 dan jenis kedua (TR 2) diberi kode TR 21,

TR 22 dan TR23.

Spesifikasi transformator jenis pertama (TR 1):

• Tegangan kumparan: 133 V/133 V

• Kapasitas: 500 VA

• Perbandingan belitan 1 : 1

• Jenis belitan kumparan: konvensional

Spesifikasi transformator jenis kedua (TR 2):

(35)

• Kapasitas: 300 VA

• Perbandingan belitan 1 : 1

• Jenis belitan kumparan: bifilar

Untuk memeriksa transformator ini apakah dapat digunakan sebagai zero

sequence blocking transformer maka terlebih dahulu diketahui impedansi urutan

nolnya. Inpedansi urutan nol ini adalah impedansi magnetik dari transformator

satu fasa.

Berdasarkan hasil pengujian open circuit test dan short circuit test

(Lampiran A) terhadap transformator satu fasa didapatkan rata-rata impedansi

urutan nol dari TR 1 dan TR 2 adalah 1641,3190 + j1111,8613 dan 1607,4202 +

j1236,5553.

3.3. Bahan dan Peralatan yang Digunakan

Bahan dan peralatan yang digunakan pada eksperimen adalah:

1. Satu unit alat ukur Three Phase Power Quality Analyzer merk FLUKE

model 435.

2. Tiga unit transformator satu fasa masing-masing 500 VA; 133V/133V

(TR 11, TR 12, TR 13).

3. Tiga unit transformator satu fasa masing-masing 300 VA; 127V/127V

(TR 21, TR 22, TR 23).

4. Dua puluh tujuh buah lampu hemat energi 23W/220V.

(36)

6. Satu set peralatan untuk instalasi rangkaian eksperimen antara lain

adalah: MCB 3P 16 A, MCB 1P 6A, magnetic contactor 9 A, kabel

kontrol, push-button switch, terminal block dan saklar.

7. 15 mtr kabel NYMHY 4 x 2,5 mm2.

3.4. Rangkaian Eksperimen

Gambar 3.1 menunjukkan rangkaian eksperimen sebelum menggunakan

zero sequence blocking transformer.

Gambar 3.1 Rangkaian Eksperimen Sebelum Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer

Sumber tegangan yang disuplai ke rangkaian eksperimen berasal dari

sumber PLN dari panel distribusi yang terdapat di Laboratorium Transmisi dan

Distribusi dengan tegangan 380V/220V. Pada setiap fasa terdapat beban berupa

lampu hemat energi. Penggunaan lampu hemat energi ini dimaksudkan sebagai

sumber arus harmonisa urutan nol. Susunan lampu hemat energi disetiap fasa

(37)

Fasa R: 2 x 18W + 9 x 23W = 243W

Fasa S: 2 x 18W + 9 x 23W = 243W

Fasa T: 2 x 18W + 9 x 23W = 243W +

Daya Total = 729W

Untuk eksperimen dengan beban yang bervariasi, beban diatur sedemikian

rupa dengan daya per fasa yang seimbang sehingga mendekati 25%, 50%, 75%,

dan 100% dari daya total yang dipakai pada eksperimen sebelumnya. Adapun

susunannya adalah sebagai berikut:

a. Beban 25%

Fasa R: 1 x 18W + 2 x 23W = 64W

Fasa S: 1 x 18W + 2 x 23W = 64W

Fasa T: 1 x 18W + 2 x 23W = 64W +

Daya Total = 192W

b. Beban 50%

Fasa R: 5 x 23W = 115W

Fasa S: 5 x 23W = 115W

Fasa T: 5 x 23W = 115W +

Daya Total = 345W

c. Beban 75%

Fasa R: 8 x 23W = 184W

Fasa S: 8 x 23W = 184W

Fasa T: 8 x 23W = 184W +

(38)

d. Beban 100%

Fasa R: 2 x 18W + 9 x 23W =243W

Fasa S: 2 x 18W + 9 x 23W = 243W

Fasa T: 2 x 18W + 9 x 23W = 243W +

Daya Total = 192W

Gambar 3.2 menunjukkan rangkaian eksperimen pengurangan arus

harmonisa urutan nol dengan menggunakan zero sequence blocking transformer.

Di mana pengukuran dengan menggunakan Power Quality Analyzer.

R

Gambar 3.2 Rangkaian Eksperimen Setelah Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer

3.5. Teknik Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan dengan kondisi sebagai berikut :

1. Beban seimbang, tanpa menggunakan zero sequence blocking

transformer.

2. Beban seimbang, dengan menggunakan zero sequence blocking

(39)

3. Daya beban bervariasi, tanpa menggunakan zero sequence blocking

transformer TR 1 & TR 2.

4. Daya beban bervariasi, dengan menggunakan zero sequence blocking

transformer TR 1 & TR 2.

Pengukuran dilakukan pada tegangan sumber daya yang berbentuk

sinusoidal seimbang, untuk melakukan pengukuran terhadap parameter-parameter

yang diperlukan, digunakan Power Quality Analyzer Fluke model 435. Diagram

penyambungan untuk melaksanakan pengkuran oleh PQ meter tersebut seperti

yang terlihat pada rangkaian eksperimen Gambar 3.1 dan Gambar 3.2.

Pada setiap kondisi akan dilakukan pengukuran terhadap

parameter-parameter berikut, yaitu:

1. Tegangan dan Arus: Untuk mengetahui nilai rms tegangan dan arus

pada setiap fasa dan netral.

2. Daya dan Energi: Untuk mengetahui nilai daya aktif (W), daya total

(VA), daya reaktif (VAR), faktor daya (power factor) dan displacement

power factor (Cos φ).

3. Scope: Untuk mengetahui bentuk gelombang tegangan dan arus pada

setiap fasa dan netral.

4. Harmonisa: Untuk mengetahui spektrum arus harmonisa pada satiap

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer

Data-data hasil pengukuran yang dilakukan terhadap besaran-besaran

listrik sebelum penggunaan zero sequence blocking transformer pada kondisi

beban seimbang ditampilkan pada Tabel 4.1. Sedangkan bentuk gelombang arus

dan spektrum harmonisa dari penghantar fasa R dan netral diperlihatkan pada

Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Sebelum Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer

Besaran Fasa R Fasa S Fasa T Netral

Frekuensi (Hz) 49,952

Tegangan rms (V) 214,31 212,40 212,14 0,60

Arus rms (A) 1,267 1,284 1,296 2,110

THD arus (%) 75,3 74,3 72,9 3188

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tegangan masing-masing fasa ke netral

sedikit tidak seimbang. Hal ini dikarenakan sumber tegangan tiga fasa yang

digunakan pada saat eksperimen diambil langsung dari sumber PLN.

Ketidakseimbangan tegangan ini bergantung kepada banyaknya penggunaan

layanan PLN (beban) pada masing-masing fasa. Pada eksperimen ini diasumsikan

bahwa sumber tiga fasa yang digunakan adalah sumber tiga fasa yang seimbang,

karena ketidakseimbangan tegangan pada masing-masing fasa relatif kecil.

Arus pada setiap fasa relatif seimbang karena beban yang digunakan pada

(41)

netral cukup besar yaitu 164% dari rata-rata arus yang mengalir pada penghantar

fasa. Ini disebabkan karena beban yang digunakan pada eksperimen adalah beban

nonlinear.

Nilai THD arus yang terdapat pada masing-masing fasa cukup tinggi yaitu

pada fasa R adalah 75,3%. Nilai THD arus yang terdapat pada penghantar netral

jauh lebih besar dari pada Nilai THD arus pada masing-masing fasa yaitu 3188%.

Pada Gambar 4.1(b) dapat dilihat bahwa arus yang mengalir pada fasa R terdiri

dari komponen arus harmonisa urutan positif (orde ke-7, 13, 19 dan seterusnya),

komponen arus harmonisa urutan negatif (orde ke-5, 11, 17 dan seterusnya) dan

komponen arus harmonisa urutan nol (orde ke-3, 9, 15 dan seterusnya). Akan

tetapi pada penghantar netral arus yang mengalir didominasi oleh komponen arus

harmonisa urutan nol, sedangkan komponen arus harmonisa urutan positif dan

urutan negatif sangat kecil sehingga dapat diabaikan seperti terlihat pada Gambar

4.2(b). Hal ini disebabkan pada penghantar netral komponen arus harmonisa

urutan nol saling menjumlahkan dan komponen arus harmonisa urutan positif dan

(42)

(a) Bentuk Gelombang Arus Fasa R

(b) Spektrum Harmonisa Arus Fasa R

(43)

(a) Bentuk Gelombang Arus Netral

(b) Spektrum Harmonisa Arus Netral

Gambar 4.2. Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer: (a) Bentuk Gelombang Arus Netral; (b) Spektrum Arus Harmonisanya

4.2. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer

4.2.1. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Konvensional (TR 1)

Data-data hasil pengukuran yang dilakukan terhadap besaran-besaran

listrik setelah penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan

konvensional (TR 1) pada kondisi beban seimbang ditampilkan pada Tabel 4.2.

Sedangkan bentuk gelombang arus dan spektrum harmonisa dari penghantar fasa

(44)

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Setelah Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1

Besaran Fasa R Fasa S Fasa T Netral

Frekuensi (Hz) 49,948

Tegangan rms (V) 210,98 209,46 209,25 0,12

Arus rms (A) 0,976 0,989 1,008 0,131

THD arus (%) 45,3 46,8 45,5 670,6

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwah terjadi penurunan nilai arus pada

penghantar fasa dan penghantar netral. Nilai penurunan arus pada fasa R 1,267 A

menjadi 0, 976 A, pada fasa S 1,284 A menjadi 0,989 A, pada fasa T 1,296 A

menjadi 1,008 A, sedangkan pada penghantar netral 2,110 A menjadi 0,131 A.

Nilai rata-rata penurunan arus pada penghantar fasa sebesar 22,8%. Sedangkan

nilai penurunan arus pada penghantar netral adalah sebesar 93,7%. Arus yang

mengalir pada penghantar netral yaitu 13% dari rata-rata arus yang mengalir pada

penghantar fasa.

THD arus pada penghantar fasa dan penghantar netral juga mengalami

penurunan. Nilai penurunan THD pada fasa R 75,3% menjadi 45,3%, pada fasa S

74,3% menjadi 46,8%, pada fasa T 72,9% menjadi 45,5%, sedangkan pada

penghantar netral 3188% menjadi 670,6%. Nilai rata-rata penurunan THD pada

penghantar fasa sebesar 28,3% dan pada penghantar netral sebesar 2517,4%.

Penurunan nilai arus dan THD pada penghantar fasa dan netral ini

disebabkan karena komponen arus harmonisa urutan nol mengalami penurunan

setelah penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan

konvensional (TR 1), seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3(b) dan Gambar 4.4(b).

(45)

mengalami penurunan karena zero sequence blocking transformer dengan belitan

konvensional (TR 1) memiliki impedansi urutan nol yang besar.

(a) Bentuk Gelombang Arus Fasa R

(b) Spektrum Harmonisa Arus Fasa R

(46)

(a) Bentuk Gelombang Arus Netral

(b) Spektrum Harmonisa Arus Netral

Gambar 4.4. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1: (a) Bentuk Gelombang Arus Netral; (b) Spektrum Arus Harmonisanya

4.2.2. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Bifilar (TR 2)

Data-data hasil pengukuran yang dilakukan terhadap besaran-besaran

listrik setelah penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan

bifilar (TR 2) pada kondisi beban seimbang ditampilkan pada Tabel 4.3.

Sedangkan bentuk gelombang arus dan spektrum harmonisa dari penghantar fasa

(47)

Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Setelah Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2

Besaran Fasa R Fasa S Fasa T Netral

Frekuensi (Hz) 50,070

Tegangan rms (V) 213,17 211,44 211,78 0,12

Arus rms (A) 1,266 1,286 1,268 0,137

THD arus (%) 85 84,2 81,3 710,5

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwah terjadi penurunan nilai arus pada

penghantar netral. Sebelum penggunaan zero sequence blocking transformer nilai

arus pada penghantar netral adalah 2.110 A, sedangkan setelah penggunaan zero

sequence blocking transformer nilai arus pada penghantar netral menjadi 0,137 A.

Besar nilai penurunan arus netral adalah sebesar 93,5%. Arus yang mengalir pada

penghantar netral yaitu 11% dari rata-rata arus yang mengalir pada penghantar

fasa. Nilai arus pada penghantar fasa relatif sama yaitu, fasa R 1,266 A, fasa S

1,286 A, fasa T 1,268 A.

THD arus pada penghantar netral mengalami penurunan. Nilai penurunan

THD pada penghantar netral 3188% menjadi 710,5%. Besar nilai penurunan THD

pada Penghantar netral sebesar 2477,5%. Sedangkan THD pada penghantar fasa

mengalami kenaikan. Nilai kenaikan THD pada fasa R 75,3% menjadi 85%, pada

fasa S 74,3% menjadi 84,2%, pada fasa T 72,9% menjadi 81,3%. Besar nilai

kenaikan THD pada penghantar fasa sebesar 9,3%.

Penurunan nilai arus dan THD pada penghantar netral disebabkan karena

komponen arus harmonisa urutan nol mengalami penurunan, seperti ditunjukkan

pada Gambar 4.6(b). Sedangkan kenaikan nilai THD pada penghantar fasa

(48)

penurunan akan tetapi arus harmonisa urutan negatif mengalami kenaikan, seperti

ditunjukkan pada Gambar 4.5(b). Sehingga perbandingan antara jumlah arus

harmonisa dengan arus fudamentar mengalami kenaikan setelah penggunaan zero

sequence blocking transformer dengan belitan bifilar (TR 2). Berdasarkan

Persamaan (2.18) dapat dilihat bahwa nilai arus penghantar netral mengalami

penurunan karena zero sequence blocking transformer dengan belitan bifilar (TR

2) memiliki impedansi urutan nol yang besar.

(a) Bentuk Gelombang Arus Fasa R

(b) Spektrum Harmonisa Arus Fasa R

(49)

(a) Bentuk Gelombang Arus Netral

(b) Spektrum Harmonisa Arus Netral

Gambar 4.6. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2: (a) Bentuk Gelombang Arus Netral; (b) Spektrum Arus Harmonisanya

4.3. Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Pada Kondisi Beban Bervariasi

4.3.1. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Konvensional (TR 1)

Hasil pengukuran penggunaan zero sequence blocking transformer dengan

belitan konvensional (TR 1) pada kondisi beban yang bervariasi disajikan pada

(50)

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1 Pada Kondisi Beban Bervariasi

Beban

Dari Tabel 4.4 dan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa Sebelum penggunaan

zero sequence blocking transformer, setiap kenaikan presentase beban diikuti

dengan kenaikan arus netral. Akan tetapi setelah penggunaan zero sequence

blocking transformer, setiap kenaikan presentase beban tidak diikuti dengan

kenaikan arus netral.

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Persentase Beban Dengan Besar Arus Netral Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1

0.682

(51)

Gambar 4.8 Grafik Hubungan Persentase Beban Dengan Persentase Penurunan Arus Netral Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1

Gambar 4.8 menunjukkan grafik hubungan antara presentase beban

dengan presentase penurunan arus netral pada penggunaan zero sequence blocking

transformer. Presentase penurunan arus netral paling kecil adalah 80.6% pada saat

beban 25%, sedangkan presentase penurunan arus netral paling besar adalah

93.7% pada saat beban 100 %. Dari Gambar 4.8 dapat disimpulkan bahwa zero

sequence blocking transformer TR 1 yang digunakan untuk mengurangi besar arus

pada penghantar netral lebih baik kinerjanya pada saat sistem berbeban tinggi.

4.3.2. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Bifilar (TR 2)

Hasil pengukuran penggunaan zero sequence blocking transformer dengan

belitan bifilar (TR 2) pada kondisi beban yang bervariasi disajikan pada Tabel 4.5 70

(52)

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2 Pada Kondisi Beban Bervariasi

Beban

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa setiap kenaikan persentase beban, arus

netral dengan penggunaan zero sequence blocking transformer selalu lebih kecil

dibandingkan tanpa penggunaan zero sequence blocking transformer. kenaikan

presentase beban juga diikuti dengan kenaikan yang hampir linear pada arus netral

sebelum penggunaan zero sequence blocking transformer. Akan tetapi setelah

penggunaan zero sequence blocking transformer presentase kanaikan beban tidak

diikuti dengan kenaikan arus netral. Gambar 4.9 menunjukkan grafik hubungan

antara presentase beban dengan besar arus pada penghantar netral.

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa Presentase penurunan arus netral

paling kecil adalah 80.9% pada saat beban 25%, sedangkan presentase penurunan

arus netral paling besar adalah 94.1% pada saat beban 100 %. Gambar 4.10

menunjukkan grafik hubungan antara presentase beban dengan presentase

(53)

Dapat disimpulkan bahwa zero sequence blocking transformer TR 2 yang

digunakan untuk mengurangi besar arus pada penghantar netral lebih baik

kinerjanya pada saat sistem berbeban tinggi.

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Persentase Beban Dengan Besar Arus Netral Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Persentase Beban Dengan Persentase Penurunan Arus Netral Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2

0.682

Tanpa Trafo Zero Blocking Dengan Trafo Zero Blocking

70

(54)

4.4. Rangkuman Eksperimen

Rangkuman hasil pengukuran untuk beberapa besaran-besaran penting

sebelum dan setelah penggunaan zero sequence blocking transformer TR 1 dan

TR 2 dalam kondisi beban seimbang dan beban variasi disajikan pada Tabel 4.6

dan Tabel 4.7.

Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Pengukuran Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1 dan TR 2 Pada Kondisi Beban Seimbang

Besaran Sebelum

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa arus pada setiap penghantar fasa terjadi

penurunan pada penggunaan zero sequence blocking transformer TR 1, sedangkan

pada penggunaan zero sequence blocking transformer TR 2 tidak mengalami

kenaikan (tetap).

Arus yang mengalir pada pengantar netral dan perbandingan arus netral

dengan arus fasa sebelum menggunaakan zero sequence blocking transformer

adalah 2,110 A dan 164%. Setelah penggunaan zero sequence blocking

(55)

arus netral dengan arus fasa adalah 0,131 A dan 13%, presentase penurunan arus

netral sekitar 93,7%. Dan setelah penggunaan zero sequence blocking transformer

TR 2 arus yang mengalir pada penghantar netral dan perbandingan arus netral

dengan arus fasa adalah 0,137 A dan 11%, presentase penurunan arus netral

sekitar 93,5%. Zero sequence blocking transformer TR 1 dan TR 2 efektif dalam

penurunan arus netral.

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Pengukuran Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1 dan TR 2 Pada Kondisi Beban Variasi

Beban Besaran Sebelum

(56)

Beban Besaran Sebelum

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa kenaikan presentase beban diikuti

dengan kenaikan arus pada penghantar netral. Setelah penggunaan zero sequence

blocking transformer TR 1 dan TR 2 arus pada penghantar netral mengalami

penurunan. Penurunan tertinggi terjadi pada beban 100% dan penurunan terendah

terjadi pada beban 25%. zero sequence blocking transformer TR 1 dan TR 2

efektif digunakan pada beban 100%. Rata-rata perbandingan arus netral dengan

arus fasa sebelum penggunaan zero sequence blocking transformer TR 1 dan TR 2

adalah 171%. Dan setelah penggunaan zero sequence blocking transformer TR 1

dan TR 2 rata-rata perbandingan arus netral dengan arus fasa adalah 16% dan

19%.

(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan

konvensional (TR 1) pada kondisi beban yang seimbang mengurangi

arus rms yang mengalir pada penghantar netral sebesar 93,7%. Dan

pada beban variasi, penurunan tertinggi terjadi saat presentase beban

100% .

2. Penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan bifilar

(TR 2) pada kondisi beban yang seimbang mengurangi arus rms yang

mengalir pada penghantar netral sebesar 93,5%. Dan pada beban

variasi, penurunan tertinggi terjadi saat presentase beban 100%

3. Pada kondisi beban variasi, besar penurunan arus rms penghantar netral

selalu lebih rendah saat penggunaan zero sequence blocking

transformer TR 1 dan TR 2 dibanding sebelum penggunaan zero

sequence blocking transformer.

4. Kedua jenis zero sequence blocking transformer (TR 1 & TR 2) efektif

(58)

5.2. Saran

Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan eksperimen dengan menggunakan gabungan beban yang

nonlinear dan linear.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Azhar, Ahmad, “Mitigation of Triolen Harmonics in Three-Phase Four-Wire Electrical Distribution System”, thesis of the degree of master of science in electrical engineering, universitas teknikal malaysia melaka, 2007.

[2] Syafrudin, “Metoda Baru Pengurangan Arus Harmonisa Pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik,” Disertasi, Institut Teknologi Bandung, 2001.

[3] Aitor Laka, Jon Andoni Barrena, Javier Chivite-Zabalza, Miguel Angel Rodriquez Vidal, “Novel Zero-Sequence Blocking Transformer (ZSBT) Using Three Single-Phase Transformers”, IEEE Trans on Energy Conversion, Vol. 28, No. 1, March 2013.

[4] P.Stojano, Dobrivoje et al. “Measurement and Analysis of Neutral Conductor Current in Low Voltage Distribution Network”. IEEE 2009

[5] Negi, A.; Surendhar, S.; Kumar, S.R.; Raja, P., "Assessment and comparison of different neutral current compensation techniques in three-phase four-wire distribution system," Power Electronics for Distributed Generation Systems (PEDG), 2012 3rd IEEE International Symposium on, pp.423-430, 25-28 June 2012.

[6] Desmet, J. J M; Sweertvaegher, I.; Vanalme, G.; Stockman, K.; Belmans, R. J M, "Analysis of the neutral conductor current in a three-phase supplied network with nonlinear single-phase loads," Industry Applications, IEEE Transactions on , vol.39, no.3, pp.587-593, May-June 2003.

[7] C. Sankaran. “Power Quality.” USA : CRC Press LLC, 2002

[8] Stevenson, W.D.,”Analisis Sistem Tenaga Listrik,” Edisi Keempat. 1983. Penerbit Erlangga, Jakarta.

[9] Syahwil, Muhammad; Tola, Muhammad; Majang, Salama, “Studi Dampak Harmonisa Terhadap Susut Teknis Pada Industri Semen (Kasus Industri Semen Tonasa),” Media Elektrik, vol.5, no.2, Desember 2010.

[10] McLyman, Col. Wm. T.,”Transformer and Inductor Design Handbook”, Third Edition. 2004. Marcel Dekker, Inc.

(60)

LAMPIRAN A

PARAMETER TRANSFORMATOR A.1.1. TRANSFORMATOR: TR 11 (500 VA; 133/133 Volt)

2,1061 2,1061 3,5313 3,5313 1735,4497 1274,1508

(61)

A.1.2. TRANSFORMATOR: TR 12 (500 VA; 133/133 Volt)

(62)

A.1.3. TRANSFORMATOR: TR 13 (500 VA; 133/133 Volt)

(63)

A.2. 1. TRANSFORMATOR: TR 21 (300 VA; 127/127 Volt)

Pengujian Tahanan DC

PRIMER SEKUNDER

2,7822 2,8934 0,12938 0,12938 1586,2581 1304,023

(64)

A.2.2. TRANSFORMATOR: TR 22 (300 VA; 127/127 Volt)

Pengujian Beban Nol

No V1 (volt) IOC (amp) POC (watt) VOC (volt)

1,9401 1,9401 0,081652 0,081652 1625,1451 1284,3477

(65)

A.2. 3. TRANSFORMATOR: TR 23 (300 VA; 127/127 Volt)

Pengujian Beban Nol

No V1 (volt) IOC (amp)

1,9584 1,9584 0,045133 0,045133 1610,8575 1121,2953

(66)

LAMPIRAN B

HASIL PENGUKURAN TEGANGAN, ARUS, DAN FREKUENSI PADA EKSPERIMEN

B.1. Eksperimen Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Tabel B.1 Volt/Amps/Hertz Sebelum Penggunaan

Zero Sequence Blocking Transformer

(67)

(b)

(c)

(d)

(68)

B.2. Eksperimen Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Konvensional (TR 1)

Tabel B.2 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1

(69)

(b)

(c)

(d)

(70)

B.3. Eksperimen Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Bifilar (TR 2)

Tabel B.3 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2

(71)

(b)

(c)

(d)

(72)

B.4. Eksperimen Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Pada Kondisi Beban Bervariasi

Tabel B.4 Volt/Amps/Hertz Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Beban 25%

(73)

Tabel B.6 Volt/Amps/Hertz Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Beban 75%

(74)

B.5. Eksperimen Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Konvensional (TR 1) Pada Kondisi Beban Bervariasi

Tabel B.8 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan

Zero Sequence Blocking Transformer TR 1 Dengan Beban 25%

Tabel B.9 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan

(75)

Tabel B.10 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1 Dengan Beban 75%

Tabel B.11 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan

(76)

B.6. Eksperimen Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Bifilar (TR 2) Pada Kondisi Beban Bervariasi

Tabel B.12 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2 Dengan Beban 25%

(77)

Tabel B.14 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2 Dengan Beban 75%

Tabel B.15 Volt/Amps/Hertz Setelah Penggunaan

(78)

LAMPIRAN C FOTO DOKUMENTASI

Gambar C.1 Zero Sequence Blocking Transformer TR 1

(79)

Gambar C.3 Beban Lampu Hemat Energi

Gambar

Gambar 2.13 Transformator Dengan Belitan Konvensional
Gambar 2.15 Rangkaian Ekivalen Urutan Nol Sistem Menggunakan ZSBT
Gambar 3.1 Rangkaian Eksperimen Sebelum Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer
Gambar 3.2 Rangkaian Eksperimen Setelah Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer
+7

Referensi

Dokumen terkait

MINIMASI ARUS NETRAL DENGAN MENGGUNAKAN AUTOTRAFO ZIG-ZAG PADA SISTEM DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT KAWAT.. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Arus netral yang mengalir dalam suatu sistem tenaga listrik adalah. merupakan penjumlahan dari arus yang mengalir pada masing1masing

Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus balik untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa

Arus netral yang mengalir dalam suatu sistem tenaga listrik adalah. merupakan penjumlahan dari arus yang mengalir pada masing1masing

Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus balik untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa dalam

MINIMASI ARUS NETRAL DENGAN MENGGUNAKAN AUTOTRAFO ZIG-ZAG PADA SISTEM DISTRIBUSI TIGA FASA EMPAT KAWAT.. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Laporan tugas akhir dengan judul “Analisis Arus Netral Pada Jaringan Tiga Fasa Empat Kawat Berbeban Tak Linier“ disetujui dan disahkan pada tanggal Maret

Ketidakseimbangan beban sistem distribusi tenaga listrik pada kerja normal dapat mengakibatkan arus yang mengalir pada penghantar netral, sirkulasi arus urutan nol