• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Penguatan Kelembagaan Ekonomi Desa Berbasis Industri Kreatif Di Desa Wisata Pasir Eurih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Penguatan Kelembagaan Ekonomi Desa Berbasis Industri Kreatif Di Desa Wisata Pasir Eurih"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN EKONOMI DESA

BERBASIS INDUSTRI KREATIF DI DESA WISATA PASIR EURIH” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak di terbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

(4)

ABSTRAK

WIDYA AMALIAH. Analisis Strategi Penguatan Kelembagaan Ekonomi Desa Berbasis Industri Kreatif Di Desa Wisata Pasir Eurih. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY dan ZESSY ARDINAL BARLAN.

Perkembangan Desa Wisata Pasir Eurih pada umumnya dikembangkan melalui pengembangan ekonomi kreatif melalui sektor industri kreatif yaitu kerajinan sandal/sepatu dan kuliner. Pengembangan Desa Wisata Pasir Eurih perlu memperhatikan terkait dengan kelembagaan dalam pengelolaan Desa Wisata Pasir Eurih. Aspek kelembagaan merupakan komponen penting dalam menunjang keberhasilan pengembangan desa wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kapasitas koperasi desa wisata sebagai kelembagaan ekonomi lokal di Desa Wisata Pasir Eurih serta hubungan antara tingkat kapasitas koperasi dan tingkat taraf hidup pengrajin. Selain itu juga penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis strategi penguatan koperasi sebagai kelembagaan ekonomi lokal dengan menggunakan metode partisipatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode sensus didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kapasitas kelembagaan berada tingkat sedang dan taraf hidup pengrajin berada di tingkat sedang. Terdapat perbedaan taraf hidup pengrajin yang signifikan saat sebelum dan sesudah menjadi anggota koperasi. Terdapat hubungan antara tingkat kapasitas koperasi dengan taraf hidup pengrajin.

Kata kunci: desa wisata, ekonomi kreatif, kelembagaan, taraf hidup ABSTRACT

WIDYA AMALIAH. Analysis of Strategy Institutional Strengthening of Economy Based on Creative Industries in Pasir Eurih Tourist Village. Supervised by FREDIAN TONNY and ZESSY ARDINAL BARLAN.

Pasir Eurih Tourism Village development in general is developed through creative economic development through the creative industries sector, namely craft sandals/ shoes and culinary. Development of Pasir Eurih Tourism Village need to consider in institutional management Pasir Eurih Tourism Village. Institutional aspect is an important component in the success of rural tourism development.This study aimed to identify the level of tourist village cooperative capacity as the local economic institutions in the village of Pasir Eurih Travel and cooperative relationship between the level of capacity and standard of living tingat craftsmen. In addition, this study also aims to analyze the strategy of strengthening cooperatives as institutions is the local economy by using participatory methods. This study uses a quantitative approach to the census method is supported by qualitative data. The results showed the level of institutional capacity is a medium level and standard of living of artisans are in the medium level. There are differences in the standard of living craftsmen significant time before and after a member of the cooperative. There is a relationship between the level of the cooperative capacity with the standard of living craftsmen.

(5)

ANALISIS STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN EKONOMI DESA BERBASIS INDUSTRI KREATIF DI DESA WISATA PASIR EURIH

WIDYA AMALIAH I34120016

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

Judul Skripsi : Analisis Strategi Penguatan Kelembagaan Ekonomi Desa Berbasis Industri Kreatif Di Desa Wisata Pasir Eurih

Nama : Widya Amaliah

NIM : I34120016

Disetujui oleh

Ir. Fredian Tonny, MS Zessy Ardinal. B, S.KPm, M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi berjudul “Analisis Strategi Penguatan Kelembagaan Ekonomi Desa Berbasis Industri Kreatif Di Desa Wisata Pasir Eurih” ini dengan baik. Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Abdul Hae dan Ibu Nurlina selaku orangtua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan saran, dukungan dan do‟a yang sangat bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini

2. Bapak Ir. Fredian Tonny, MS dan Ibu Zessy Ardinal. B, S.KPm, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, kritik dan koreksi selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan skripsi ini

3. Kepada pemerintah Desa Wisata Pasir Eurih, Pengurus Koperasi Desa Wisata dan seluruh pelaku industri kreatif yang merupakan anggota koperasi Desa Wisata di Desa Wisata Pasir Eurih, serta tokoh masyarakat yang menjadi informan telah membantu, berbagi cerita, pengalaman hidup serta ilmu kepada penulis.

4. Teman seperjuangan dan sepengasuhan yaitu Almira Devina WP, Widya Kristina Manik, dan Rizky Anggraini yang senantiasa memotivasi penulis dalam proses penyelesaian proposal laporan skripsi ini

5. Kepada sahabat-sahabat yang hadir saat susah dan senang yaitu Alia Nisfi Jayanti, Nurmitha Atmia, Azkiyyatus Syariifah, Sri Agustin, Citra Pratiwi, Nadya Ferdiani, Atika Aisyarahmi Munzir, Nur Komariah, Tyagita Indahsari, Mona, Vanya, Dijako Rizki, Yosafat Martunas, Muhamad Syukur, Egi Nuridwan, Dhenny Yuartha, Faiz Sanad, Liao Sylvia dan Fadhel Zidni yang senantiasa memberikan dukungan berupa saran, kritik, motivasi, canda, tawa dan do‟a selama proses penyelesaian laporan skripsi ini

6. Kepada mahasiswa Departemen SKPM seluruh angkatan, khususnya SKPM 49 yang menemani dalam proses perkuliahan, teman-teman Majalah Komunitas FEMA, Badan Eksekutif Mahasiswa FEMA Kabinet Mozaik Tosca, Forum Syiar Islam (Forsia) FEMA dan UKM Center of Development and Entrepreneurship for Youth (Century) IPB yang selama beberapa tahun ini memberikan pelajaran bermakna dalam manajemen organisasi dan team work kepada peneliti.

Peneliti mengetahui bahwa laporan skripsi ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Bogor, Juni 2016

(8)

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 4

Tujuan Penelitian 5

Kegunaan Penelitian 5

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Pariwisata dan Desa Wisata 7

Ekonomi dan Industri Kreatif 9

Kelembagaan,Kelembagaan Ekonomi, dan Kapasitas Kelembagaan Ekonomi

11

Taraf Hidup 14

Hubungan Tingkat Kapasitas Kelembagaan Ekonomi dengan Taraf Hidup

15

Kerangka Pemikiran 16

Hipotesis Penelitian 17

PENDEKATAN LAPANG 19

Metode Penelitian 19

Lokasi dan Waktu penelitian 20

Teknik Pengumpulan Data 20

Teknik Penentuan Informan dan Responden 21

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 21

Definisi Operasional 22

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KELEMBAAAN EKONOMI DESA WISATA PASIR EURIH

25

Profil Desa Wisata Pasir Eurih 25

Kondisi Geografis dan Demografis 25

Kondisi Sosial dan Ekonomi masyarakat 25

Sarana dan Prasarana 26

Deskripsi Objek Wisata 27

Karakteristik Umum Responden Sebagai Pelaku Industri Kreatif Subsektor Industri Kerajinan Sepatu dan Kuliner

28

Kelembagaan Ekonomi Desa Wisata Pasir Eurih 29

(9)

Pengembangan Tradisi dan Pemasaran

HUBUNGAN TINGKAT KAPASITAS KELEMBAGAAN EKONOMI DESA DAN TARAF HIDUP MASYARAKAT

33

Tingkat Kapasitas Kelembagaan Ekonomi Desa 33

Taraf Hidup Pengrajin Desa Wisata Pasir Eurih 37

Hubungan Tingkat Kapasitas Kelembagaan dengan Taraf Hidup Pengrajin 49 STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN EKONOMI DESA

BERBASIS INDUSTRI KREATIF DI DESA WISATA PASIR EURIH

53

SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59

Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 65

(10)

DAFTAR TABEL

1. Penggolongan kelembagaan berdasarkan sektor ditingkat lokalitas 11 2. Jumlah sarana dan prasarana Desa Wisata Pasir Eurih tahun 2014 26 3. Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap tingkat kapasitas

kelembagaan ekonomi

33

4. Jumlah dan persentase responden berdasarkan taraf hidup sebelum dan sesudah menjadi anggota koperasi desa wisata

37

5. Perbandingan total skor taraf hidup responden sebelum dan sesudah menjadi anggota koperasi desa wisata

38

6. Jumlah dan persentase responden berdasarkan pendapatan selama satu bulan dari hasil usaha kerajinan

39

7. Jumlah dan persentase responden berdasarkan penggunaan pendapatan hasil usaha kerajinan selama satu bulan

40

8. Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengeluaran konsumsi (pangan dan non pangan) selama satu bulan

41

9. Jumlah dan persentase responden berdasarkan status kepemilikan rumah

41

10. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kondisi dinding rumah 42 11. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis lantai rumah 42 12. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepemilikan fasilitas

MCK

43

13. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis bahan bakar 43 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan sumber penerangan 44 15. Jumlah dan persentase responden berdasarkan perolehan sumber air

bersih

44

16. Jumlah dan persentase responden berdasarkan akses terhadap fasilitas kesehatan

45

17. Jumlah dan persentase responden berdasarkan sumber biaya pengobatan

45

18. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenjang pendidikan terakhir di keluarga

46

19. Jumlah dan persentase responden berdasarkan sumber biaya pendidikan

47

20. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepemilikan aset 47 21. Hubungan tingkat karakteristik kapasitas kelembagaan ekonomi desa

dan taraf hidup masyarakat

49

22. Hasil uji korelasi antara hubungan tingkatkapasitas kelembagaan dan tingat taraf hidup program

50

23. Rumusan strategi penguatan koperasi desa wisata sebagai kelembagaan ekonomi desa

56

(11)

25. Definisi operasional tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi 91

26. Definisi operasional tingkat taraf hidup 92

DAFTAR GAMBAR

1. Komponen-komponen dari pranata sosial 11

2. Kerangka pemikiran strategi penguatan kelembagaan ekonomi lokal berbasis industri kreatif

16

3. Persentase jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih

26

4. Persentase taraf hidup responden sebelum dan sesudah menjadi anggota koperasi desa wisata

38

5. Perbandingan perubahan kondisi taraf hidup responden dari berbagai indikator pada tingkat tinggi sebelum dan sesudah menjadi anggota koperasi desa wisata

48

6. Analisis strategi penguatan koperasi desa wisata sebagai kelembagaan ekonomi desa dengan metode partisipatif

53

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian 65

2. Panduan wawancara mendalam 74

3. Format catatan harian 75

4. Peta Desa Wisata Pasir Eurih 76

5. Jadwal pelaksanaan penelitian 77

6. Hasil uji coba kuesioner 78

7. Daftar responden 79

8. Tulisan tematik 81

9. Definisi operasional 91

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya pariwisata yang tidak kalah menariknya bila dibandingkan dengan negara lain. Agar sumber daya tersebut mampu memiliki daya saing dalam menarik kunjungan wisatawan, kelebihan sumber daya tersebut perlu diiringi dengan upaya dan usaha yang lebih terarah. Salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam pembangunan pariwisata dengan adanya penetapan Keppres Nomor. 38 Tahun 2005 yang mengamanatkan bahwa seluruh sektor harus mendukung pembangunan pariwisata Indonesia. Menurut hasil penelitian Nirwandar (2005), trend pariwisata tahun 2020, perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang. Diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan Asia-Pasifk dan 100 juta orang akan berkunjung ke Cina. Me jumlah wisatawan yang sedemikian besar, maka Indonesia dapat menawarkan segala daya tariknya untuk mendatangkan wisatawan dan merebut pangsa pasarnya.

Secara demografis hampir kurang lebih 70 % masyarakat Indonesia tinggal di desa. Mutlak diperlukan suatu pengembangan ekonomi kreatif yang dapat membantu masyarakat desa untuk meningkatkan keadaan ekonominya tetapi sekaligus dapat mempertahankan nilai–nilai sosial budaya desa yang mulai tergeser oleh arus modernisasi. Salah satu ekonomi kreatif yang dapat dikembangakan dan diperkuat adalah pariwisata. Trend perkembangan pariwisata dalam beberapa tahun belakangan ini adalah perkembangan model pariwisata berbasis desa wisata. Istilah desa wisata mengacu pada suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti 1992). Desa wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, kuliner, cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya (Nuryanti 1992).

Pada tahun 2007, pemerintah Indonesia telah mencanangkan program Visit Indonesia sebagai upaya mempromosikan tujuan pariwisata di Indonesia kepada wisatawan mancanegara maupun lokal. Dengan adanya kebijakan tentang kepariwisataan itulah, pengembangan desa-desa wisata di Indonesia mulai bermunculan. Berdasarkan data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sampai tahun 2012 di Indonesia terdapat 978 desa wisata. Jumlah ini meningkat tajam dibanding tahun 2009 yang hanya tercatat 144 desa untuk tujuan pariwisata. Pembangunan pariwisata pedesaan diharapkan menjadi suatu model pembangunan pariwisata berkelanjutan sesuai dengan kebijakan pemerintah di bidang pariwisata.

(14)

terjadi pemerataan yang sesuai dengan konsep pembangunan pariwisata yang berkesinambungan. Di samping itu, keberadaan desa wisata menjadikan produk wisata lebih bernilai budaya pedesaan sehingga pengembangan desa wisata bernilai budaya tanpa merusaknya (Dewi et al. 2013)

Proses pengembangan desa wisata perlu memperhatikan aspek kelembagaan ekonomi untuk pengelolaan desa wisata. Aspek kelembagaan merupakan komponen penting dalam menunjang keberhasilan pengembangan desa wisata. Melalui upaya kelembagaan diharapkan pengembangan desa wisata dapat terus berjalan dan berkelanjutan. Dalam konteks pariwisata, kelembagaan adalah salah satu komponen penting dalam menunjang keberhasilan pariwisata dan kelembagaan ekonomi lokal masyarakat adalah lembaga yang cukup kredibel untuk menjadi agen pembangunan (Inskeep 1991). Keppres Nomor. 38 Tahun 2005 mengamanatkan sektor kelembagaan sebagai penggagas pengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan (community-based ecotourism development) agar bisa memperluas tujuan dan mendapatkan dampak konservasi yang lebih besar dengan cara mengoptimalkan peran dan kerja sama dengan stakeholders yang lain. Beberapa pendekatan untuk meningkatkan kapasitas dari kelembagaan desa pedesaan yang berkaitan dengan ekonomi berkelanjutan diantaranya seperti (1) jaringan informasi dan pasar; (2) kemitraan dengan usaha atau pihak lain; dan (3) peran pemimpin lokal (Norman Uphoff dan Louise Buck 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Fajar (2012) bahwa kelembagaan desa merupakan pranata sosial tingkat lokal yang berdiri diantara individu dalam kehidupan peribadinya dengan lingkungannya, yang tidak hanya berperan mengatur tata kehidupan masyarakat saja, akan tetapi juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa berbagai strategi penguatan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan usaha ekonomi produktif melalui: (1) penumbuhan usaha ekonomi sesuai karakteristik kemampuan, peluang pasar, prospektif dan potensi ekonomi lokal, (2) penguatan transaksi usaha ekonomi rakyat (peningkatan kualitas produk, pengaturan sentra produksi unggulan, perlindungan pemerintah, jaringan informasi pasar dan kemitraan dengan sektor usaha besar) dan (3) mengembangkan kemitraan usaha atas dasar saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling membutuhkan. Hasil penelitian Kuhaja (2014) menunjukan tidak adanya penguatan kelembagaan dalam pengembangan pariwisata pesisir Pantai Wonokerto mengakibatkan setiap kegiatan/program wisata menjadi tumpang tindih dan terjadi gap antara stakeholder dalam mencapai tujuan bersama.

(15)

Berdasarkan hasil penelitian Triambodo (2014) bahwa dalam pengembangan ekonomi kreatif melalui sektor pariwisata akan mendorong suatu desa wisata untuk menciptakan produk-produk inovatif yang akan memberi nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi dibanding dengan desa wisata lainnya sehingga wisatawan akan merasa lebih tertarik untuk berkunjung ke daerah wisata yang memiliki produk wisata yang khas. Sinergi antara ekonomi kreatif dengan sektor pariwisata merupakan sebuah model pengembangan ekonomi yang cukup potensial untuk dikembangkan. Salah satu isu strategis dalam pengembangan ekonomi kreatif melalui industri kreatif yaitu adanya penguatan kelembagaan yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif untuk mendapatkan sumber dana alternatif, seperti modal ventura atau dana Corporate Social Responsibility (CSR) (Departemen Perdagangan RI 2008).

Hasil penelitian Triambodo (2014) bentuk penguatan kelembagaan yang dilakukan Desa Wisata Kerajinan Tenun Dusun Gamplong, menunjukkan strategi untuk mempertahankan eksistensi desa wisata sebagai sentra kerajinan tenun dilakukan dengan mengembangkan desa wisata berbasis ekonomi kreatif yang melibatkan pelaku usaha kerajinan dalam mengelola dan menjalankan kegiatan wisata. Kelembagaan yang ada mampu untuk menghubungkan pengurus desa wisata, pelaku usaha kerajinan dan wisatawan dalam setiap kegiatan wisatanya. Bentuk penguatan kelembagaan juga dilakukan melalui penguatan struktur pengelolaan, yakni dengan pembentukan kelompok baru dengan fokus pengembangan pariwisata, perluasan jaringan informasi dan membentuk relasi kemitraan.

Hasil penelitian Dani (2013) menunjukan bahwa kesulitan pembiayaan membuat industri kreatif di Kota Semarang dinilai kurang memiliki daya saing padahal memiliki jaringan informasi yang luas dan pasar yang tersedia bagi pelaku industri kreatif. Kelembagaan yang ada juga dinilai belum meningkatkan industri kreatif di Semarang yang secara signifikan teridentifikasi dari regulasi-regulasi yang ada kurang mendorong pengembangan industri kreatif, partisipasi pemangku kepentingan dan peran pemimpin lokal yang terbilang rendah, kurang dipertimbangkannya kreativitas dalam pembangunan daerah, rendahnya apresiasi terhadap orang, karya, wirausaha, dan usaha kreatif lokal.

(16)

Masalah Penelitian

Industri kreatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan pada keterampilan, kreativitas dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Pemerintah menyadari bahwa ekonomi kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing, dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Salah satu bentuk pengembangan ekonomi kreatif melalui industri kreatif yang berkaitan dengan pengembangan desa wisata sebagai wujud optimisme dan aspirasi untuk menjadikan desa wisata yang memiliki karakeristik yang khas dan unik.

Pemerintah Indonesia pun mulai me bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan karena bangsa Indonesia memiliki sumber daya orang kreatif dan warisan budaya. Salah satu isu strategis dalam pengembanan ekonomi kreatif adalah dengan adanya kelembagaan yang mendukung kegiatan ekonomi. Berdasarkan pengolongan sektor kelembagaan di tingkat lokalitas menurut Uphoff (1992) maka kelembagaan yang terdapat di Desa Wisata Pasir Eurih termasuk kategori sektor participatory dalam bentuk Koperasi Desa Wisata yang berfungsi sebagai wadah pemenuhan kebutuhan dasar yang di lakukan dalam bentuk perguliran modal dan sekaligus wadah penerapan, pelestarian, pengembangan tradisi dan pemasaran Desa Wisata Pasir Eurih.

Adanya kelembagaan ini merupakan salah satu aspek yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif melalui industri kreatif di Desa Wisata Pasir Eurih dan berperan mendorong masyarakat lokal untuk berpikiran terbuka dan mengonsumsi produk kreatif lokal, mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif dan mendorong peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif. Hanya saja, ada persoalan umum dimana kelembagaan ekonomi masyarakat selama ini masih memerlukan pembenahan, terutama dari segi kapasitas sumber daya maupun kapasitas manajerialnya. Sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi desa di Desa Wisata Pasir Eurih?

(17)

Tujuan Penelitian

Tujuan pokok penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi penguatan kelembagaan ekonomi desa berbasis industri kreatif di Desa Wisata Pasir Eurih.

Tujuan spesifik dari penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi desa berbasis industri kreatif di Desa Wisata Pasir Eurih

2. Menganalisis hubungan tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi desa terhadap taraf hidup pengrajin di Desa Wisata Pasir Eurih.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. Akademisi

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai analisis strategi penguatan kelembagaan ekonomi desa berbasis industri kreatif di desa wisata. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun dan mengambil kebijakan mengenai perencanaan pengembagan kawasan desa wisata dengan pengembangan potensi ekonomi kreatif melalui industri kereatif sehingga akan terdapat kesan unik dan berbeda dari desa wisata lainnya.

3. Masyarakat Lokal

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya untuk pelaku industri kreatif mengenai pengaruh penguatan kelembagaan ekonomi desa di desa wisata yang berbasis industri kreatif terhadap manfaat yang diperoleh oleh masyarakat lokal.

4. Peneliti

(18)
(19)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pariwisata dan Desa wisata

Pariwisata menurut Sastrayuda (2010) adalah “suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan pariwisata dikatakan mempunyai pengaruh yang luar biasa, yang membuat masyarakat setempat mengalami perubahan yang signifikan dalam berbagai aspeknya”. Sejalan dengan perubahan kebutuhan, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan (Sastrayuda 2010).

Hasil penelitian Patiyasa (2013) menunjukan pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu instrumen yang sangat efektif dalam upaya mendorong pembangunan daerah, pemberdayaan masyarakat, serta dalam upaya penanggulangan/pengentasan kemiskinan. Pembangunan pariwisata pedesaan diharapkan menjadi suatu model pembangunan pariwisata berkelanjutan sesuai dengan kebijakan pemerintah di bidang pariwisata. Pengertian pariwisata secara umum, merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang di selenggarakan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Desa wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, kuliner, cinderamata dan kebutuhan wisata lainnya. (Nuryanti 1992)

(20)

produk pariwisata akan lebih bernuansa nilai-nilai serta pandangan hidup kebudayaan pedesaan, sehingga dapat mengembangkan pariwisata selaras dan tanpa merusak kebudayaan yang ada. Dari aspek pembangunan, pengembangan desa wisata ini akan merangsang pembangunan di pedesaan, menggali potensi desa yang selama ini kurang atau belum mendapatkan perhatian pemerintah, dan juga menjadi salah satu usaha untuk menarik pangsa pasar dari domestik maupun luar domestik. ((Sudiarta 2006); (Putra 2012))

Hasil penelitian Sastrayuda (2010) menunjukan bahwa komponen penting yang di butuhkan dalam pembangunan pedesaan yang berkelanjutan di bidang pariwisata yakni (1) gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya yang dipengaruhi keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah pedesaan tersebut, (2) pelibatan atau partisipasi masyarakat setempat, pengembangan mutu produk wisata pedesaan, pembinaan kelompok pengusaha setempat, (3) prinsip pengembangan desa wisata sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan, (4) Pemodelan kelembagaan dan sumber daya manusia melalui investasi modal manusia (human capital), peningkatan kapasitas organisasi, sistem budaya kerja dan mengurangi sikap konsumtif.

Hasil penelitian dari Patiyasa (2013) menunjukan strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan desa wisata melalui program-program antara-lain:

1. Penataan organisasi pengelolaan Desa wisata

2. Penyusunan aturan (role) dalam bentuk anggaran dasar dan anggaran rumah tangga kelompok sadar wisata

3. Perencanaan pengembangan atraksi wisata (produk)

4. Penyiapan sarana dan prasarana pengembangan desa wisata 5. Sosialisasi kepada masyarakat

6. Melakukan pemasaran produk desa wisata 7. Membuat program kebersihan desa

Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan seperti (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan kelembagaan desa masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan. Bentuk pengelolaan desa wisata pada dasarnya adalah milik masyarakat yang dikelola secara baik, dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam pengelolaan seperti; (1) aspek sumber daya manusia, (2) aspek keuangan, (3) aspek material, (4) aspek pengelolaan dan (4) aspek pasar. Dalam satu wadah organisasi masyarakat yang berbentuk kemitraan, manajemen korporasi, yayasan atau badan pengelola desa wisata yang unsur-unsur pengelolaannya direkrut dari kemampuan masyarakat setempat dan lebih mendahulukan peranan para pemuda yang memiliki latar belakang pendidikan atau keterampilan yang dibutuhkan.

(21)

komponen penting dalam menunjang keberhasilan pengembangan desa wisata. Penguatan kelembagaan dalam hal ini berarti mengoptimalkan fungsi lokal yang berfungsi sebagai wadah penerapan, pelestarian, sekaligus pengembangan tradisi yang ada. Dalam hal ini masyarakat diberikan wewenang untuk menggali sistem pengetahuan dan nilai-nilai fungsional yang dibutuhkan agar mereka mampu berpartisipasi dengan tetap berlandaskan pada jati diri dan akar budaya yang dimilikinya. Seringkali pengembangan kelestarian dan kearifan lokal ini tidak semata berorientasi sosial-kultural tetapi juga pada dimensi ekonomi seperti melalui pengembangan pariwisata lokal (Fajar 2012). Pengembangan desa wisata perlu memperhatikan kelembagaan dalam pengelolaan desa menuntut adanya atau penguatan kelembagaan atau organisasi sebagai pelaksana, pengembangan dan pemasaran dalam desa wisata yang memiliki program kerja yang jelas dan punya kemandirian dalam pengelolaan sehingga keberadaanya bisa berkelanjutan (Wahab 1996) .

Ekonomi dan Industri Kreatif

Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025, Departemen Perdagangan RI (2008) menyatakan “konsep ekonomi kreatif merupakan pengembangan ekonomi berdasarkan pada keterampilan, kreativitas dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis, sehingga menitikberatkan pada pengembangan ide dalam menghasilkan nilai tambahnya”. Industri ekonomi kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Departemen Perdagangan RI (2008) mengklasifikasikan kategori industri kreatif kedalam 14 sektor yakni :

11. Pasar seni dan barang antik 12. Penerbitan dan percetakan 13. Riset dan pengembangan 14. Permainan interaktif

(22)

dan teknologi yang sesuai dan kompetitif; dan (7) Kelembagaan yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif (Departemen Perdagangan RI 2008). Pengembangan ekonomi kreatif melalui industri kreatif akan memberikan banyak manfaat yang dapat di hasilkan secara ekonomi dalam rangka menciptakan lapangan pekerjaan dan mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat yang merupakan bagian dari inti ketahanan nasional. Selain itu dari segi non ekonomi seperti pengembangan dan pemeliharaan nilai budaya dan warisan budaya, peningkatan kualitas hidup dan toleransi sosial, peningkatan kepariwisataan, sumberdaya terbarukan, serta peningkatan terhadap citra dan identitas bangsa.

Hasil penelitian Pusparini (2011) menunjukan untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pengembangan industri kreatif maka perlu kolaborasi antar aktor utama dengan starting point dari ketiga aktor utama ini adalah; (1) Komitmen cendekiawan, bisnis dan pemerintah, koordinasi antara ketiga aktor secara berkesinambungan, serta mengupayakan sinergi untuk mengembangkan industri kreatif. Komitmen ini meliputi keterlibatan non finansial dan finansial. Dalam hal finansial, pembiayaan program pengembangan industri kreatif dapat dilakukan melalui: APBD, donor lokal dan asing (pemerintah), melalui APBD, Corporate Social Responsibility, dana R & D (Bisnis), atau alokasi dana riset (Cendekiawan). Sedangkan secara nonfinansial dapat berupa pelaksanaan administrasi publik yang lebih cepat dan efisien, komitmen tenaga pendidik untuk memberikan materi sebaik-baiknya, atau dukungan pelaku usaha untuk memberikan mentoring kepada pihak yang terkait/berkepentingan; (2) Membentuk knowledge space bagi industri kreatif dengan menciptakan media pertukaran informasi, knowledge, skill, teknologi, pengalaman, preferensi dan lokasi pasar, serta informasi-informasi lainnya.

Dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsa, Presiden RI telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Untuk itu dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan diperlukan pengembangan ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin bertambah. Pengembangan ekonomi kreatif banyak ditentukan oleh perkembangan industri-industri kreatif di tanah air (Lemhannas RI 2012). Salah satu isu strategis dalam pengembangan ekonomi kreatif melalui industri kreatif yaitu adanya kelembagaan yang mendukung pengembangan ekonomi yang kreatif. Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan ekonomi kreatif 2009-2025 bertujuan untuk : (1) pada tahun 2009-2014 mendorong masyarakat berpemikiran terbuka dan mengkonsumsi produk kreatif lokal; (2) pada tahun 2015-2019 mendorong terciptanya iklim yang kondusif dan meningkatnya apresiasi terhadap karya kreatif lokal; (3) pada tahun 2020-2024 mendorong terjadinya peningkatan iklim usaha yang kondusif dan meningkatnya apresiasi terhadap karya kreatif lokal; dan (4) pada tahun 2025 dapat memperthankan keseimbangan iklim usaha yang kondusif dan masyarakat berpemikiran terbuka yang mengkonsumsi karya kreatif lokal (Departemen Perdagangan RI 2008).

(23)

sebagai payung dari pengembangan industri kreatif yang dapat memperkuat lima pilar pengembangan ekonomi kreatif, yaitu sumber daya alam dan budaya, industri, pembiayaan, infrastruktur dan teknologi, dan pemasaran (Departemen Perdagangan RI 2008).

Kelembagaan, Kelembagaan Ekonomi, dan Kapasitas Kelembagaan Ekonomi

Penggolongan kelembagaan berdasarkan sektor di tingkat lokalitas menurut Uphoff (1992) (Tabel 1).

Tabel 1 Penggolongan kelembagaan berdasarkan sektor di tingkat lokalitas Sektor Public Sektor Participatory Sektor Private Administrasi

lokal

Pemerintah lokal

Organisasi sukarela

Koperasi Organisasi pelayanan

Bisnis

Bentuk organisasi

Birokrasi Politik Organisasi Swadaya Nirlaba Laba Peran individu dalam hubungannya dengan ragam bentuk organisasi lokal

Warga negara Pemilih Anggota Anggota Klien Langganan

Gambar 1 Komponen-komponen dari pranata sosial

Kelembagaan berkaitan dengan kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaannya, adapun wujud dari kebudayaan itu berupa wujud ideel, wujud kelakukan dan wujud fisik dari kebudayaan. Seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola dapat diperinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam hal memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup dalam masyarakatnya. Suatu sistem aktivitas dari kelakuan berpola (wujud kelakuan) beserta komponennya yaitu sistem norma dan tata kelakuan (wujud ideel) dan peralatannya (wujud fisik dari kebudayaan), ditambah dengan manusia (personel) yang melaksanakan kelakuan berpola, hal inilah yang disebut Koentjaraningrat (1979) bahwa kelembagaan sebagai suatu pranata (Gambar 1).

Teori kelembagaan baru Scoot menggunakan pendekatan kelembagaan baru dalam mempelajari sosiologi organisasi. Akar teoritisnya berasal dari teori kognitif, teori kultural, serta fenomenologi dan etnometodologi. Lebih lanjut

Sistem Norma

Peralatan fisik Personel

(24)

dijelaskan bahwa terdapat 3 elemen yang disebut dengan pilar yang membangun lembaga yakni aspek regulatif, normatif, dan aspek kultural-kognitif. Pilar regulatif menekankan aturan dan pengaturan sanksi, pilar normatif mengandung dimensi evaluatif dan kewajiban, sedangkan pilar kognitif melibatkan konsepsi bersama dan kerangka yang menempatkan pada pemahaman makna. Setiap pilar tersebut memberikan alasan yang berbeda dalam hal legitimasi, baik yang berdasakan sanksi hukuman, secara kewenangan moral dan dukungan budaya. Studi lembaga dan organisasi mulai berinteraksi semenjak era 1970-an, yaitu dengan tumbuhnya perhatian pada pentingnya bentuk-bentuk keorganisasian (organizational forms) dan lapangan organisasi (organization fields) (Scott (1983). Pengertian dari kata kelembagaan adalah suatu sistem badan sosial atau organisasi yang melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu, aspek kata kelembagaan memiliki inti kajian kepada perilaku dengan nilai, norma dan aturan yang mengikuti dibelakangnya (Syahyuti 2006). Menurut Syahyuti (2006) yang dimaksud lembaga adalah “organisasi atau kaedah-kaedah baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu”.

Hasil penelitian Kuhaja (2014) menunjukan bahwa diperlukan simplifikasi dalam pengorganisasiannya dengan membentuk suatu kelembagaan kolaboratif yang dapat menampung semua kepentingan stakeholders yang ada, baik dalam hal atraksi, amenity, aksesibilitas maupun promosi sehingga program-program pengembangan pariwisata dapat dilakukan secara terpadu. Hasil penelitian Sastrayuda (2010) menunjukan bahwa kelembagaan masyarakat memiliki emosional yang tinggi dalam membentuk kerukunan dan kehidupan masyarakatnya. Prinsip yang harus dimiliki adalah desa yang memiliki pemerintahan, desa adalah tempat berkumpulnya orang desa dan desa tempat dimana masyarakat desa menggunakan waktu luang untuk mengenal dan menghargai potensi desanya (rekreasi), untuk tercapainya kerukunan masyarakat desa, maka lembaga masyarakat di pedesaan harus bersifat lembaga kerukunan desa yang dibentuk berdasarkan bottom up dan memiliki kekuatan gotong royong.

(25)

finansial dan kultur; 3) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan dan mengantisipasi perubahan".

Hasil yang diharapkan dengan adanya penguatan kapasitas adalah : 1) penguatan individu, organisasi dan masyarakat; 2) terbentuknya model pengembangan kapasitas dan program; 3) terbangunnya sinergisitas pelaku dan kelembagaan (Pambudiarto 2008). Hasil penelitian Fajar (2012) menunjukan berbagai strategi penguatan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan usaha ekonomi produktif melalui: (1) penumbuhan usaha ekonomi sesuai karakteristik kemampuan, peluang pasar, prospektif dan potensi ekonomi lokal, (2) penguatan transaksi usaha ekonomi rakyat (peningkatan kualitas produk, pengaturan sentra produksi unggulan, perlindungan pemerintah, jaringan informasi pasar dan kemitraan dengan sektor usaha besar) dan (3) mengembangkan kemitraan usaha atas dasar saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling membutuhkan.

Fungsi dari kelembagaan ekonomi adalah (1) sebagai pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter dan jual beli barang; (2) sebagai pedoman untuk mendapatkan bahan pangan; (3) sebagai pedoman untuk menggunakan tenaga kerja dan cara pengupahan; (4) sebagai pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja; (5) mengatur kehidupan sosial dan ekonomi; serta (6) memberi identitas diri bagi masyarakat (Uphoff and Louise Buck 2006). Adapun strategi penguatan kelembagaan desa dalam pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan dapat mengembangkan peran dan fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang di lakukan dalam bentuk santunan maupun perguliran modal. Fajar (2012) menjelaskan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar ini dapat di kembangkan institusi–institusi lokal semacam lumbung pedesaan, koperasi primer yang telah ada, yayasan sosial, yayasan pendidikan maupun usaha untuk mengembangkan lembaga keuangan pedesaan.

Selain itu strategi penguatan kelembagaan masyarakat dalam pelestarian tradisi dan kearifan lokal menurut Fajar (2012) dalam hal ini berarti mengoptimalkan fungsi lokal yang berfungsi sebagai wadah penerapan, pelestarian, sekaligus pengembangan tradisi yang ada. Sedangkan kaitannya strategi penguatan kelembagaan masyarakat dalam pengambilan keputusan pengelolaan pembangunan menurut Fajar (2012) dalam hal ini kelembagaan desa memiliki fungsi dan peran yang optimal, maka seharusnya lebih meningkatkan kontribusi dan perannya dalam pengelolaan pembangunan meliputi kegiatan: (1) perumusan visi dan misi, (2) pengkajian potensi dan modal sosial, (3) melaksanakan dan mengendalikan program, (4) melakukan evaluasi dan refleksi bersama terhadap pelaksanaan program, dan (5) menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) program.

(26)

sosial terdiri dari aspek kepercayaan, jaringan informasi dan aturan yang disertai sanksi dapat digunakan untuk menelaah kekuatan jaringan antar masing-masing kelembagaan yang terlibat dalam pasar tradisional gambir di masing-masing nagari.

Hasil penelitian Kuhaja (2014) menunjukan bahwa diperlukan simplifikasi dalam pengorganisasian dalam pengembangan pariwisata dengan membentuk suatu kelembagaan kolaboratif yang dapat menampung semua kepentingan stakeholders yang ada baik dalam hal atraksi, amenity, aksesibilitas maupun promosi sehingga program-program pengembangan pariwisata Pantai Wonokerto dapat dilakukan secara terpadu. Kelembagaan ekonomi lokal, memiliki kontribusi strategi sebagai wadah dalam menggerakkan potensi ekonomi lokal. Kerapuhan usaha ekonomi rakyat selamat ini, disebabkan belum adanya kolaborasi efektif dari berbagai usaha ekonomi yang ada, agar efisien dalam mengelola, efektif dalam mengembangkan usaha, dan optimal dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu dalam rangka penguatan kelembagaan ekonomi lokal perlu dikembangkan berbagai kerjasama efektif antar pelaku usaha ekonomi di desa.

Taraf Hidup

Konsep taraf hidup menurut Sukirno (1985) adalah “sesuatu yang bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda-beda sehingga memberikan nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan kualitas taraf hidup”. Badan Pusat Statistik (2007) taraf hidup “merupakan tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya”. Taraf hidup berdasarkan Badan Pusat Statistik (2007) yaitu variabel kemiskinan meliputi:

6. Sumber penerangan rumah tangga 7. Sumber air minum

8. Bahan bakar untuk memasak 9. Pengeluaran konsumsi per bulan 10. Akses kesehatan

11. Akses pendidikan 12. Aset kepemilikan

Penelitian Lestari (2010) mengukur peningkatan taraf hidup masyarakat dengan menggunakan indikator BPS yaitu tingkat pendapatan, kondisi tempat tinggal, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan serta sosial dan budaya. Penelitian taraf hidup juga dilakukan oleh Sugiharto (2007) dengan menggunakan indikator BPS yaitu pendapatan, konsumsi atau pendapatan rumah tangga, fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan mendapat fasilitas transportasi serta kemudahan akses pendidikan.

(27)

status rumah, jenis dinding, jenis lantai, fasilitas MCK, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, akses kesehatan, akses pendidikan, aset kepemilikan dan pengeluaran konsumsi per bulan.

Hubungan tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi dengan taraf hidup Upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat berbagai program pengembangan masyarakat telah di lakukan oleh pemerintah, yang bertujuan meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat melalui berbagai pendekatan partisipatif pengembangan ekonomi lokal. Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor utama pertumbuhan ekonomi daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Basis ekonomi desa merupakan sumber pendapatan suatu desa dengan menekankan pada upaya menggali potensi sumber daya alam dan sumber daya masyarakat desa sehingga mencapai kemakmuran desa yang terwujud dalam peningkatan taraf hidup (Richardson 1973).

Hasil penelitian Rohimah (2014) menunjukan bahwa upaya memperkuat basis ekonomi desa dengan meningkatkan kelembagaan ekonomi desa menjadi sangat penting untuk mengurangi kemiskinan dengan menggali potensi desa yang berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat. Hasil penelitian tersebut yang menunujukan upaya memperkuat kapasitas kelembagaan untuk meningkatkan taraf hidup melalui:

1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang merupakan pembinaan manusia atau kelompok masyarakat desa sehingga terwujud SDM yang berkualitas melalui peningkatan kesadaran dan percaya diri, peningkatan pendapatan, peningkatan kesejahteraan, peningkatan sosial, politik, dan budaya agar mampu dan dapat menjangkau akses sumber daya alam, permodalan, teknologi, dan pasar sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, hukum, lingkungan, dan sosial politik

2. Pengembangan kemampuan dalam permodalan yang merupakan kegiatan pemberdayaan dalam bidang permodalan diharapkan masyarakat mampu menghilangkan ketergantungan dan tumbuh kewaspadaan dalam mendapatkan dan pengelolaan modal yang salah, serta berusaha dalam sistem pasar untuk mendapat dan mengelola modal. Penguatan modal usaha dapat diberikan dalam bentuk hibah atau pinjaman dari berbagai sumber, misalnya : Dinas Koperasi dan UMKM yang setiap tahun memberikan dana hibah dalam bentuk kegiatan “penumbuhan dan pengembangan kewirausahaan bagi pemudan dan Sarjana”, pemberian pinjaman ringan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan pengembangan dari bantuanpermodalan tersebut bisa diperluas kembali dan lebih merata. Dana ini diharapkan mampu dikelola kelompok masyarakat untuk digunakan secarabersama dengan tujuan memperkuat ekonomi desa

(28)

Keterangan

: berhubungan

maka akan tumbuh kerjasama yang baik dan serasi sehingga mampumeningkatkan kewaspadaan dan kemandirian.

Hasil penelitian Pambudiarto (2008) menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan pengembangan kapasitas kelembagaan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan maka fokusnya dengan membina mitra kerja agar menjadi lebih mandiri dalam hubungan jangka panjang. Hasil penelitian Sugiharto (2007) menunjukan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatan taraf hidup dilakukan melalui upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan lembaganya, peningkatan hubungan ekonomi perdesaan dan perkotaan, pembangunan dan pengembangan prasarana perdesaan, penerapan dan pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna yang berwawasan lingkungan serta peningkatan ketahanan sosial budaya masyarakat.

Hasil penelitian Suardana, IW dan Ariani NM (2012) menunjukan bahwa dengan peningkatan kapasitas kelembagaan ekonomi „Dewita‟ di Desa Tista, pengembangan wisata perdesaan di Desa Tista dapat berjalan dengan baik dan cepat. Kunjungan wisatawan meningkat dan secara ekonomi masyarakat dapat melakukan diversifikasi ekonomi untuk menunjang kegiatan tersebut. Peningkatan kapasitas kelembagaan ekonomi di desa wisata dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan kapasitas dan taraf hidup masyarakat lokal yang selama ini sering dirugikan dengan keberadaan pihak swasta. Tentu saja untuk menciptakan kondisi yang demikian diperlukan sarana dan prasarana wisata yang mumpuni, tidak hanya sekedar jaringan. Akan tetapi jaringan yang utuh dan terhubung, sehingga wisatawan mancanegara yang ingin datang ke Indonesia dapat terakomodir sedemikian rupa. Selain itu, pengembangan desa wisata ini juga menargetkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam pengembangan usaha, sehingga masyarakat lokal tidak akan tergusur oleh masyarakat pendatang.

Kerangka Pemikiran

Kelembagaan ekonomi yang terdapat di Desa Wisata Pasir Eurih termasuk kategori sektor participatory dalam bentuk koperasi berfungsi sebagai wadah pemenuhan kebutuhan dasar yang di lakukan dalam bentuk perguliran modal dan sekaligus wadah penerapan, pelestarian, pengembangan tradisi dan pemasaran Desa Wisata Pasir Eurih.

Gambar 2 Kerangka pemikiran strategi penguatan kelembagaan ekonomi lokal berbasis industri kreatif di desa wisata

Kapasitas kelembagaan ekonomi (Variabel X)

Jaringan informasi dan pasar Kemitraan dengan usaha lain Peran pemimpin lokal

Norman Uphoff dan Louise Buck (2006)

6. Sumber penerangan rumah tangga 7. Sumber air minum

8. Jenis bahan bakar untuk memasak 9. Akses kesehatan

10. Akses pendidikan 11. Aset kepemilikan

12. Pengeluaran konsumsi per bulan

(29)

Kerangka pemikiran (Gambar 2) dalam penelitian ini merujuk pada konsep kelembagaan oleh Uphoff dan Louise Buck (2006) dalam buku Strengthening Rural Local Institutional Capacities bahwa variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kapasitas dari kelembagaan desa pedesaan yang berkaitan dengan ekonomi berkelanjutan diantaranya seperti (1) jaringan informasi dan pasar; (2) kemitraan dengan usaha atau pihak lain; serta (3) peran pemimpin lokal. Dalam hal kaitannya dengan tingkat kapasitas kelembagaan maka akan di analisis pengaruhnya terhadap taraf hidup masyarakat. Indikator yang digunakan untuk menganalisis taraf hidup masyarakat dalam penelitian ini merujuk pada indikator BPS (2007) yaitu pendapatan, status rumah, jenis dinding, jenis lantai, fasilitas MCK, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, pengeluaran konsumsi per bulan, akses kesehatan, akses pendidikan, dan aset kepemilikan.

Hipotesis Penelitian

(30)
(31)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode sensus dan di kuatkan data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan sensus melalui instrumen kuesioner yang diberikan kepada responden (Lampiran 1). Pendekatan kuantitatif untuk menjawab pertanyaan mengenai kapasitas kelembagaan ekonomi berbasis industri kreatif, taraf hidup masyarakat yang merupakan pelaku industri kreatif, hubungan tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi terhadap taraf hidup pelaku industri kreatif. Penelitian ini juga bersifat ekplanatori karena menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 1989). Sebelum ke lokasi penelitian, lima belas kuesioner telah dilakukan uji coba sehingga peneliti dapat me sejauhmana validitas dan reliabilitas kuesioner yang telah dibuat. Uji validitas untuk menunjukan sejauh mana alat pengukur yang di gunakan sesuai dengan mengukur apa yang ingin di ukur, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan apabila digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten (Singarimbun dan Effendi 1989).

Sementara itu data kualitatif untuk mendukung penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian kualitatif dilakukan melalui metode partisipatif dengan menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan (Lampiran 2) dan juga cacatan harian lapang (Lampiran 3). Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendukung dan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai kapasitas kelembagaan ekonomi berbasis industri kreatif, taraf hidup masyarakat yang merupakan pelaku industri kreatif dan hubungan tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi terhadap taraf hidup pelaku industri kreatif. Penelitian ini bersifat deskriptif yang digunakan untuk memperkuat hasil yang di dapatkan dari penelitian eksplanatori. Selain itu penelitian deskriptif berguna untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian. Tahapan kegiatan penelitian saat di lapang meliputi: 1. Membuat kalender musim untuk mengidentifikasi sebaran jumlah produksi, pendapatan dan pengeluaran dalam periode waktu satu tahun dengan menggunakan teknik Focus Group Discussion

2. Melakukan wawancara mendalam dengan panduan wawancara mendalam kepada informan dan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden untuk memperoleh data dan informasi berkaitan dengan kapasitas kelembagaan ekonomi berbasis industri kreatif, taraf hidup masyarakat yang merupakan pelaku industri kreatif dan hubungan tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi terhadap taraf hidup pelaku industri kreatif

(32)

3. Melakukan Focus Group Discussion dengan metode partisipatif melibatkan 8 orang terdiri dari informan yang telah ditetapkan sebagai informan kunci dan beberapa responden yang dinaikan statusnya menjadi informan untuk merumuskan strategi penguatan kelembagaan ekonomi desa. Adapun kriteria yang di gunakan untuk mengundang informan tersebut adalah berdasarkan skala industri yaitu mikro (memiliki tenaga kerja 1 orang sampai 5 orang) dan kecil (memiliki tenaga kerja 6 orang sampai 19 orang) dan merupakan informan yang sudah lama menjalankan usaha home indusrtry dalam kurung waktu lebih dari 5 tahun.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Wisata Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat (Lampiran 4). Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) karena berdasarkan hasil penjajakan yakni:

1. Desa wisata Pasir Eurih merupakan salah satu dari empat desa wisata percontohan bagi desa wisata lainnya yang terdapat di Kabupaten Bogor. 2. Desa Wisata Pasir Eurih merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten

Bogor yang memiliki nilai jual untuk bersaing dalam hal adat, budaya, keindahan alam dan hasil karya pengrajin yang ada di desa tersebut.

3. Desa Wisata Pasir Eurih merupakan desa wisata yang mulai mengembangkan industri kreatif kerajinan dalam menarik wisatawan.

4. Desa Wisata Pasir Eurih memiliki kelembagaan ekonomi lokal berupa koperasi untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar pelaku industri kreatif desa wisata yang di lakukan dalam bentuk perguliran modal dan sekaligus wadah penerapan, pelestarian, pengembangan tradisi dan pemasaran

5. Adapun akses wisatawan menuju Desa Wisata Pasir Eurih sangat mudah karena dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan umum atau di tempuh dengan mengendarai kendaraan pribadi.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu lima bulan, terhitung mulai bulan Januari 2016 sampai dengan juni 2016 (Lampiran 5). Penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal penelitian, kolokium penyampaian proposal penelitian, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data di lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.

Teknik Pengumpulan Data

(33)

Sementara itu, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor desa dan catatan harian hasil wawancara terbuka kepada informan dengan mengunakan panduan pertanyaan dan hasil Focus Group Discussion (FGD). Analisis data sekunder di interpretasikan dengan menggunakan tabel frekuensi dan diagram.

Teknik Penentuan Informan dan Responden

Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga dengan sasaran pengamatan yaitu kepala rumah tangga sebagai pelaku industri kreatif dan merupakan anggota koperasi. Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat karena jawabannya dianggap dapat mewakili pelaku industri kreatif dan responden hanya memberikan informasi terkait dengan dirinya. Populasi yang diambil berjumlah 56 pelaku industri kreatif yang merupakan anggota koperasi di Desa Wisata Pasir Eurih (Lampiran 7). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi sebanyak 56 responden pelaku industri kreatif yang kemudian dikelompokkan berdasarkan skala industri menurut Badan Pusat Statisik yaitu mikro (memiliki tenaga kerja 1 orang sampai 5 orang), kecil (memiliki tenaga kerja 6 orang sampai 19 orang) dan menengah (memiliki tenaga kerja 20 orang sampai 29 orang). Sementara itu, pemilihan terhadap informan dilakukan secara sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) kepada tokoh masyarakat yang mengetahui dengan jelas mengenai pengembangan ekonomi kreatif melalui industri kreatif serta peran kelembagaan ekonomi di Desa Wisata Pasir Eurih dan responden yang dinaikan statusnya menjadi informan. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2007 dan SPSS version 21. for windows. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan diagram untuk me data awal responden untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2007. Kemudian SPSS version 21 for windows digunakan untuk uji statitistik dengan menggunakan Rank Spearman Correlation untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal serta dengan menggunakan tabulasi silang. Uji Rank Spearman Correlation dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis hubungan tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi lokal terhadap taraf hidup pelaku industri krearif.

(34)

tematik (Lampiran 8). Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah penyajian data dengan menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan berupa kutipan atau tipologi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah untuk mendukung data kuantitatif.

Setelah selesai mendapatkan dan menganalisis data penelitian, hasil analisis tersebut saya presentasikan ke masyarakat dan melakukan diskusi bersama untuk menyusun atau merumuskan gagasan-gagasan dan aspirasi mereka dalam upaya meningkatkan kapasitas koperasi desa wisata sebagai kelembagaan desa di Desa Wisata pasir Eurih.

Uji Korelasi Rank Spearman

Teknik uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi rank Spearman yang berfungsi untuk menguji hubungan dua variabel dengan data kedua variabel minimal ordinal atau berjenjang. Uji korelasi rank Spearman bisa dilakukan dengan Statistical Package for Social Science (SPSS). Dasar pengambilan keputusan dalam uji korelasi rank spearman1 :

1. Jika nilai sig. < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.

2. Sebaliknya jika nilai sig > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.

Kriteria tingkat hubungan (koefesien korelasi) antara variabel berkisar antara ± 0.00 sampai ± 1.00 tanda + adalah positif dan tanda – adalah negatif.2. Adapun kriteria penafsirannya adalah

a) 0.00 sampai 0.20 artinya : hampir tidak ada korelasi b) 0.21 sampai 0.40 artinya : korelasi rendah

c) 0.41 sampai 0.60 artinya : korelasi sedang d) 0.61 sampai 0.80 artinya : korelasi tinggi e) 0.81 sampai 1.00 artinya : korelasi sempurna

Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

A.Tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi adalah sejauh mana peran dan fungsi kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan kolektif masyarakat lokal di bidang ekonomi demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam pengembangan unit usaha. Kapasitas kelembagaan di identifikasi berdasarkan :

1. Jaringan informasi dan pasar yaitu ketersediaan teknologi/peralatan untuk membuat dan menerima informasi yang relevan dan ketersediaan pasar bagi responden untuk menjual produk.

1

http://www.konsistensi.com/2015/02/uji-koefisien-korelasi-spearman-dengan.html diunduh pada 11 April 2016 pukul 13:50 WIB

2

(35)

2. Kemitraan dengan usaha lain yaitu hubungan keterkaitan horizontal dan vertikal dengan pihak lain untuk mengurangi biaya transaksi

3. Peran pemimpin yaitu jenis tugas atau fungsi pemimpin ketika berinteraksi dengan pelaku industri kreatif

Sangat tidak setuju (skor 1) Tidak setuju (skor 2) Setuju (skor 3)

Sangat setuju (skor 4)

Data diukur menggunakan skala ordinal. Dihitung dengan rumus : (nilai maksimum - nilai minimum)

3

Jika di klasifikasikan berdasarkan jumlah indikator yang digunakan, maka tingkat kapasitas kelembagaan ekonomi dapat di bagi kedalam tiga kategori, yaitu :

Rendah : total skor 25 50 Sedang : total skor 51 75 Tinggi : total skor 76 100

B.Tingkat taraf hidup masyarakat adalah kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasar untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Taraf hidup di identifikasi berdasarkan :

1. Tingkat pendapatan yaitu rata-rata jumlah pemasukan yang diterima oleh responden dari hasil industri kreatif

2. Status rumah yaitu status kepemilikan bangunan tempat tinggal rumah tangga

3. Jenis dinding yaitu jenis dinding bangunan terluas yang menjadi tempat tinggal rumah tangga

4. Jenis lantai yaitu jenis lantai bangunan terluas yang menjadi tempat tinggal rumah tangga

5. Fasilitas MCK yaitu jenis fasilitas yang dimiliki rumah tangga responden yang digunakan untuk aktivitas mandi, mencuci dan buang air besar 6. Sumber penerangan yaitu sumber penerangan yang digunakan oleh

rumah tangga responden dalam bangunan tempat tinggalnya

7. Jenis bahan bakar untuk memasak yaitu jenis bahan bakar yang digunakan untuk keperluan memasak

8. Sumber air yaitu perolehan sumber air untuk memenuhi kebutuhan fisiologis

9. Akses kesehatan adalah kemampuan rumah tangga responden untuk mendapatkan layanan atau menggunakan fasilitas kesehatan

10.Akses pendidikan yaitu kemampuan responden dalam menyekolakan anggota keluarga melalui jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikann tinggi

11.Aset kepemilikan yaitu jumlah aset/barang berhargan yang dimiliki responden

(36)

Rendah (skor 1) Sedang (skor 2) Tinggi (skor 3)

Data diukur menggunakan skala ordinal. Dihitung dengan rumus : (nilai maksimum - nilai minimum)

3

Jika di klasifikasikan berdasarkan jumlah indikator yang digunakan, maka tingkat taraf hidup dapat di bagi kedalam tiga kategori, yaitu :

Rendah : total skor 17 28 Sedang : total skor 29 40 Tinggi : total skor 41 51

(37)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

KELEMBAGAAN EKONOMI DESA WISATA PASIR EURIH

Profil Desa Wisata Pasir Eurih

Kondisi Geografis dan Demografis

Pada awalnya Desa Pasir Eurih adalah bagian dari Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Namun sekitar Tahun 2001 terbentuklah Kecamatan baru yaitu Kecamatan Tamansari yang terdiri dari delapan desa yaitu Desa Sukajadi, Desa Sukajaya, Desa Sukaresmi, Desa Sukaluyu, Desa Tamansari, Desa Sukamatri, Desa Sirnagalih dan Desa Pasireurih sendiri. Jarak Desa Wisata Pasir Eurih dari Ibukota Kabupaten 30 km, jarak dari Ibukota Kecamatan 4 km, jarak dari terminal terdekat 11 km. Adapun batas-batas administratif pemerintah Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari sebagai berikut : a. Sebelah barat : Desa Sukaresmi

b. Sebelah timur : Desa Sirnagalih c. Sebelah selatan : Desa Tamansari d. Sebelah utara : Desa Parakan

Jumlah penduduk Desa Pasir Eurih pada tahun 2014 sebanyak 11.223 jiwa yang terdiri dari 51.69 % laki-laki dan 48.30 % perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 3.305 KK. Desa Pasireurih secara umum merupakan dataran tinggi yang berada di ketinggian antara 500 m sampai 700 m di atas permukaan laut, dengan komposisi tanah datar 70 % dan tanah berbukit 30 %. Desa Wisata Pasir Eurih memiliki luas sekitar 285.606 ha dengan luas tanah kas desa sekitar 1.2 ha. Sekitar 132.606 ha merupakan tanah sawah dengan irigasi teknis dan 5.614 ha tanah sawah dengan tadah hujan. Lahan pertanian bukan sawah yang diperuntukan untuk ladang sekitar 25.717 ha, kebun campur 44.449 ha, tanah semak belukar atau tepi sungai 5.632 ha dan tanah pemukiman dan lainnya sekitar 6.613 ha. Desa Pasireurih memiliki 4 dusun, 14 rukun warga (RW). Dusun 1 meliputi RW 1-5, dusun 2 meliputi RW 6,8,9, dusun 3 meliputi RW 7,13,12 dan dusun 4 meliputi RW 10,11,14.

Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Penduduk Desa Wisata Pasir Eurih di dominasi oleh etnis Sunda. Penggunaan bahasa Sunda masih sangat kental di desa wisata tersebut sebagai bahasa komunikasi sehari-hari antar tetangga. Budaya gotong royong masih sangat terasa di desa tersebut terutama saat merayakan acara Serentaun ini diadakan tiap tahun bertempat di Kampung Budaya Sindangbarang. Acara ini merupakan bentuk ikatan emosional warga setempat terhadap tradisi dan budaya Sunda yang ada. Hal ini di dukung dengan pernyataan oleh MS yang merupakan Pupuhu (pemimpin adat/kepala kampung) sebagai berikut :

(38)

5% 20.2%

10.3%

0.2% 22.0%

2.2% 1.9%

10.9% 10.3% 14.5%

0.5% 1.9% 0%

5% 10% 15% 20% 25%

Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Wisata Pasir Eurih yaitu wiraswasta, TNI/POLRI,PNS, pengrajin sepatu, petani, tukang ojek, pensiunan, pertukangan, buruh, sopir, karyawan sepatu, dan pedagang. Persentase jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih dapat di pada Gambar 3.

Gambar 3 Persentase jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih

Secara umum sumber mata pencaharian masyarakat di Desa Wisata Pasir Eurih di dominasi home industry dengan mengembangangkan unit usaha industri kerajinan sepatu/sandal.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat penting untuk kelancaran kegiatan dibidang pendidikan, kesehatan maupun ekonomi. Hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat desa, sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik akan berdampak positif bagi kelancaran kegiatan tersebut. Semua sarana dan prasarana dapat di pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah sarana dan prasarana Desa Pasireurih tahun 2014

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Lapangan Badminton 1

2 Puskesmas 1

3 MI 1

4 Lapangan Sepak Bola 2

5 Pondok Pesantren 2

6 SD 3

7 Pemandian Umum 7

Gambar

Gambar 1 Komponen-komponen dari pranata sosial
Gambar 2 Kerangka pemikiran strategi penguatan kelembagaan ekonomi lokal
Gambar 3 Persentase jenis mata pencaharian masyarakat di Desa Wisata
Gambar 4 Persentase taraf hidup responden sebelum dan  sesudah menjadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ekonomi P2KP m s i s Komunitas Untuk Pengembangan Aktivhs Ekonomi Keluarga Miskin di. Desa Pasir Jamb Kecamatan Sukaraja Kabupaten

penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul : “ Perencanaan Kampung Wisata Dago Pojok Sebagai Wisata Kreatif Berbasis Komunitas Lokal di Kota

secara umum menghasilkan model penguatan kapasitas kelembagaan dan organisasi lokal yang sesuai dengan kondisi lapangan. Kedua, model atau pendekatan studi ini

Lebih jauh, melalui strategi penguatan kelembagaan dalam desa wisata berbasis ekonomi kreatif dapat berpengaruh pada hubungan masyarakat lokal untuk bisa

Pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal dapat menjadi referensi bagi desa-desa lain dengan konsep wisata pedesaan (rural tourism). Tujuan khusus dari penelitian

Penelitian ini berfokus pada strategi komunikasi pembangunan berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal pada daerah wisata di Provinsi Lampung karena untuk meningkatkan

budaya lokal (adat tradisi kehidupan masyarakat,artefak budaya, dsb) sebagai daya tarik wisata utama. Yaitu wilayah pedesaan dengan keunikan berbagai unsur adat

CONCLUSION Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Nagari Maek dikembangkan menjadi desa wisata halal berbasis kearifan lokal dengan memiliki empat komponen