• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah pada sektor jasa dunia usaha di indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah pada sektor jasa dunia usaha di indonesia"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

35

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR

JASA DUNIA USAHA DI INDONESIA

MUHAMMAD FAKHRI NUGRAHA

PRODI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

35

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Syariah pada Sektor Jasa Dunia Usaha di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD FAKHRI NUGRAHA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah Pada Sektor Jasa Dunia Usaha Di Indonesia. Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI dan RANTI WILIASIH.

Sektor jasa dunia usaha memiliki peran penting dalam menggerakkan ekonomi riil di Indonesia dan perbankan syariah merupakan salah satu alternatif atas keterbatasan dana pengusaha sektor jasa dunia usaha. Pembiayaan oleh perbankan syariah kepada jasa dunia usaha memiliki pangsa terbesar padahal dilihat dari nilai PDBnya relatif kecil. Tujuan utama dari studi ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah ke sektor jasa dunia usaha di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series bulanan periode Januari 2009 hingga Desember 2013. Hasil analisis dengan menggunakan metode OLS menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah secara signifikan dan sesuai hipotesis terhadap jasa dunia usaha adalah dana pihak ketiga, finance to deposit ratio dan suku bunga bank konvensional terhadap sektor jasa dunia usaha dimana ketiga variabel tersebut berpengaruh positif serta variabel equivalent rate perbankan syariah yang berpengaruh negatif. Sementara variabel non performing finance dan inflasi berpengaruh signifikan namun hubungannya tidak sesuai dengan hipotesis. Variabel NPF berpengaruh positif karena tingkat NPF sektor jasa dunia usaha relatif kecil dan Inflasi berpengaruh positif karena peningkatan harga meningkatkan kebutuhan akan pembiayaan.

Kata kunci : Ordinary Least Square, perbankan syariah, pembiayaan, sektor jasa dunia usaha.

ABSTRACT

MUHAMMAD FAKHRI NUGRAHA. The Analysis of Affecting Factors of Islamic Banking On The Business Service Financing in Indonesia. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI and RANTI WILIASIH.

Business services sector has an important role in enhance the real economy and Islamic banking in Indonesia is one of the alternatives to the limited funds the business service sector's employers. Financing by Islamic banking to business services has yet seen the largest share even though value of GDP is relatively small. The aim of this study was to analyze the factors that affect Islamic finance to the business services sector in Indonesia. This study used secondary data from the monthly time series data from January 2009 to December 2013. The results of the analysis OLS showed that the factors affecting Islamic banking financing significantly and according to the hypothesis of business services are third-parties fund, finance to deposit ratio and a conventional bank interest rates to the business services sector in which these three variables as well as the positive effect, equivalent rate of Islamic banking negatively. While non-performing finance variables and inflation significantly but do not conform to the hypothesis.

(5)

35

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH PADA SEKTOR

JASA DUNIA USAHA DI INDONESIA

MUHAMMAD FAKHRI NUGRAHA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

PRODI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Jasa Dunia Usaha di Indonesia”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan panutan terbaik bagi umat manusia. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah terhadap jasa dunia usaha di Indonesia.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Muhammad Amin (Ayah), Rodiah (Ibu), Wilda Zakiah (Kakak), Muhammad Rifqi (Kakak) serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc, Agr dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc.Ec selaku dosen penguji utama dan Bapak Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.

4. Sahabat terbaik Niskur, Citra, Wenny, Meli, Zulfahmi, dan Ecin yang setiap hari selalu menemani dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman satu bimbingan, Intan, Sissy, Ria, Emma, Shintia, dan Vina yang telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh keluarga Ilmu ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47,48, dan 49 terimakasih atas kenangan, bimbingan, doa dan dukungannya.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014

(9)

35

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Konsep Jasa Dunia Usaha 7

Perbankan Syariah 8

Akad Pada Perbankan Syariah 9

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan 10

Kajian Penelitian Terdahulu 11

Kerangka Pemikiran Operasional 13

Hipotesis Penelitian 14

METODE PENELITIAN 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data 15

Metode Analisis dan Pengolahan Data 15

Variabel dan Definisi Operasional 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah dan Perekonomian 21 Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Syariah Sektor Jasa Dunia Usaha 26

SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 33

(10)

DAFTAR TABEL

1 Total PDB Indonesia menurut lapangan usaha tahun 2009-2013 2 2 Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan sektor tahun

2009-2013 3

3 Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional 8 4 Peubah Penelitian, Simbol, Satuan, Sumber Data 15 5 Hasil estimasi regresi faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan

syariah terhadap sektor jasa dunia usaha di Indonesia 28

DAFTAR GAMBAR

1. Jumlah Pembiayaan Perbankan Syariah Pada Sektor Jasa Dunia Usaha Di

Indonesia Tahun 2009-2013 4

2. Rasio pembiayaan perbankan syariah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada sektor jasa dunia usaha tahun 2009-2013 5 3. PDB Indonesia pada sektor jasa dunia usaha tahun 2009-2013 5

4. Kerangka Pemikiran Operasional 14

5. Jumlah jaringan bank pada perbankan syariah di Indonesia tahun

2009-2013 21

6. Aset, DPK, PYD bank umum syariah dan unit usaha syariah di

Indonesia tahun 2006-2013 22

7. Financing to Deposit Ratio perbankan syariah di Indonesia tahun 2007-

2014 22

8. Grafik NPF perbankan syariah di Indonesia ke semua sektor tahun

2011-2013 23

9. Equivalent rate pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha di

Indonesia pada tahun 2009-2013 23

10.Suku bunga bank konvensional pada sektor jasa dunia usaha di

Indonesia pada tahun 2009-2013 24

11.Perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2009-2013 25 12.Perkembangan IPI di Indonesia pada tahun 2009-2013 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data dan Nilai Logaritma Natural Variabel yang Digunakan 33

2 Uji Autokorelasi 36

3 Uji Heteroskedastisitas 36

4 Uji Normalitas 36

(11)

33

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang aktif membangun perekonomiannya. Dalam ekonomi islam pembangunan ekonomi harus ditekankan pada pembangunan ekonomi sektor riil. Salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam menggerakkan ekonomi riil di Indonesia adalah sektor jasa dunia usaha (dalam publikasi Badan Pusat Statistik disebut jasa perusahaan). Sektor jasa dunia usaha merupakan perusahaan yang menyediakan layanan bisnis yang berhubungan dengan sesama perusahaan. Perusahaan di industri ini menawarkan berbagai layanan, termasuk pemasaran dan periklanan, konsultasi, jasa hukum, logistik dan pengiriman, sumber daya manusia, kepegawaian, leasing, keamanan, outsourcing, dan manajemen fasilitas. Sektor jasa dunia usaha memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketiadaan sektor ini dapat menghambat dunia usaha.

Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) 2013, Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5.78% dibanding tahun 2012, Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 10.19%, diikuti oleh sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 7.56%. Dalam publikasi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Produk Domestik Bruto (PDB) dalam 5 tahun terakhir ternyata didominasi oleh sektor industri pengolahan dan menyumbang kontribusi tertinggi PDB Indonesia diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (BPS 2013) sedangkan kontribusi sektor jasa dunia usaha terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2013 terbilang cukup rendah yaitu hanya sebesar 1.43 % yang terlihat pada sektor ke-8 pada (Tabel 1). Dalam hal tenaga kerja, sektor jasa dunia usaha memiliki peran dalam penyerapan tenaga kerja yang terlihat dari jumlah penduduk bekerja diatas 15 tahun pada sektor jasa dunia usaha yaitu sejumlah 3 juta penduduk. (BPS 2013)

(12)

Tabel 1 Total PDB Indonesia menurut lapangan usaha tahun 2009-2013

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 Keterangan: () Persentase

(13)

35

kegiatan perbankan dengan prinsip Islami. Perbankan syariah diyakini dapat menguntungkan pengusaha dan memiliki beberapa keunggulan daripada perbankan konvensional salah satunya karena diterapkannya sistem bagi hasil dan menghapus beban bunga yang berkelanjutan sehingga diyakini bahwa perbankan syariah merupakan salah satu alternatif terbaik dalam memberikan pembiayaan ke sektor jasa dunia usaha.

Pembiayaan perbankan syariah yang diberikan pada semua sektor mengalami peningkatan dari segi jumlah seiring dengan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan syariah. Hal ini dibuktikan juga dengan besarnya

Financing to Deposit Ratio (FDR) bulan juni 2014 pada perbankan syariah yakni sebesar 95.5% (BI 2014). Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS-BI) tahun 2013, porsi pembiayaan syariah yang diberikan 5 tahun terakhir terhadap sektor jasa dunia usaha ternyata yang paling besar diantara sektor lainnya sedangkan sektor yang berkontribusi tinggi terhadap PDB justru mendapatkan porsi yang sedikit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan sektor tahun 2009-2013 (Miliar Rp)

6 Perdagangan, restoran dan hotel Sumber: Stastistik Perbankan Syariah Bank Indonesia 2013 (diolah)

(14)

Sektor jasa dunia usaha juga selalu mengalami peningkatan jumlah pembiayaan syariah setiap tahunnya (Gambar 1). Jumlah porsi pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha yang paling besar dan selalu bertambah setiap tahunnya cukup mengejutkan melihat konstribusi sektor jasa dunia usaha terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maupun jumlah penyerapan tenaga kerja di Indonesia yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan ada faktor lain selain Produk Domestik Bruto (PDB) yang memengaruhi pengalokasian pembiayaan perbankan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha.

Sumber : Bank Indonesia 2014 (diolah)

Gambar 1 Jumlah Pembiayaan Perbankan Syariah Pada Sektor Jasa Dunia Usaha Di Indonesia Tahun 2009-2013

Menurut penelitian Mutamimah dan Chasanah (2012) secara umum faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaaan perbankan bisa disebabkan 3 unsur yakni dari pihak bank itu sendiri (kreditur), dari pihak debitur, serta diluar pihak kreditur dan debitur tersebut sedangkan menurut Muna (2013) faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan dikategorikan berdasarkan faktor eksternal dan internal perbankan.

Perumusan Masalah

Sebagaimana sudah dijelaskan di awal sektor jasa dunia usaha merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia dalam rangka meningkatkan kinerja perekonomian sehingga sektor jasa dunia usaha perlu mendapat dukungan dari seluruh elemen masyarakat, termasuk juga dari sektor perbankan. Industri perbankan sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian memiliki peran penting dalam memberikan bantuan permodalan berupa penyaluran kredit atau pembiayaan.

Perbankan syariah sebagai bagian dari industri perbankan memiliki kewajiban dalam menyalurkan pembiayaan pada sektor ekonomi riil. Financing Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah yang cukup tinggi menunjukan bahwa dana yang berhasil dihimpun dari DPK masyarakat telah disalurkan pada

(15)

35

pembiayaan. Peningkatan DPK yang berhasil dihimpun perbankan syariah ternyata belum diikuti dengan peningkatan rasio pembiayaan untuk sektor jasa dunia usaha terhadap total pembiayaan seluruh sektor. Menurut data stastistik perbankan syariah Bank Indonesia (SPS-BI), persentase rasio pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap total pembiayaan cenderung perlahan mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Gambar 2)

Sumber : Bank Indonesia 2013

Gambar 2 Rasio pembiayaan syariah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia tahun 2009-2013

Padahal, kondisi usaha di sektor jasa dunia usaha mengalami peningkatan yang cukup pesat tiap tahunnya, ini dapat dilihat dari produk domestik bruto pada sektor jasa dunia usaha (Gambar 3) dan juga peningkatan pembiayaan syariah yang diberikan terhadap sektor jasa dunia usaha tiap tahunnya (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa total pembiayaan dan peningkatan output di sektor jasa dunia usaha yang meningkat pesat belum tentu diikuti dengan pertumbuhan pembiayaan pada sektor jasa dunia usaha.

Sumber : Badan Pusat Statistik 2014

Gambar 3 PDB Indonesia pada sektor jasa dunia usaha tahun 2009-2013 22

23 24 25 26 27 28 29 30 31

2009 2010 2011 2012 2013

P

er

se

n

(%

)

Tahun

0 20 40 60 80 100 120 140

2009 2010 2011 2012 2013

T

ril

iu

n

Rp

(16)

Selain itu, meskipun kontribusi sektor jasa dunia usaha relatif kecil terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), namun perbankan syariah justru memberikan porsi pembiayaan terbesar terhadap sektor jasa dunia usaha daripada sektor yang lain (Tabel 1 & 2). Sektor industri pengolahan yang berkontribusi paling besar terhadap PDB justru mendapatkan porsi yang paling kecil dibandingkan sektor yang lain. Berarti ada faktor-faktor lain yang memengaruhi pembiayaan perbankan syariah selain PDB . Secara teori banyak faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah. Menurut Muna (2013) secara umum faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pembiayaaan perbankan adalah dipengaruhi dari kondisi eksternal maupun internal. Variabel yang menggambarkan kondisi internal adalah dana pihak ketiga (DPK), equivalent rate pembiayaan jasa dunia usaha (ER_PJDU), Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha (NPFjdu), dan

Financial to Deposit Ratio (FDR), sedangkan dari kondisi eksternal terdiri dari suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha (SBKjdu), industrial

production index (IPI) dan tingkat inflasi (INF).

Penjabaran dari berbagai hal di atas dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan yang akan ditelaah pada penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana perkembangan pembiayaan perbankan syariah dan perekonomian?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha di Indonesia?

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji perkembangan pembiayaan perbankan syariah dan perekonomian

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi jumlah pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha di Indonesia

Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan kebijakan yang tepat khususnya dalam mengembangkan sektor jasa dunia usaha melalui pembiayaan perbankan syariah.

2. Bagi Perbankan, sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam memberikan pembiayaan khususnya ke sektor jasa dunia usaha.

3. Bagi Akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberi pengetahuan mengenai peran perbankan syariah dalam mengembangkan sektor jasa dunia usaha di Indonesia.

Ruang Lingkup Penelitian

(17)

35

ketersediaan data publikasi perbankan syariah untuk pembiayaan sektoral, maka penelitian ini menggunakan data bulanan dengan periode dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2013.

Faktor-faktor yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada beberapa variabel. Variabel yang menggambarkan kondisi internal adalah Dana pihak ketiga (DPK), equivalent rate pembiayaan jasa dunia usaha (ER_PJDU), Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha (NPFjdu), dan Financial to

Deposit Ratio (FDR), sedangkan dari kondisi eksternal terdiri suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha (SBKjdu), industrial production index (IPI),

dan tingkat inflasi (INF).

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Jasa Dunia Usaha

Industri jasa dunia usaha merupakan perusahaan yang menyediakan layanan bisnis yang berhubungan dengan sesama perusahaan. Perusahaan di industri ini menawarkan berbagai layanan, termasuk pemasaran dan periklanan, konsultasi, jasa hukum, logistik dan pengiriman, sumber daya manusia, kepegawaian, leasing, keamanan, outsourcing, dan manajemen fasilitas.

Industri Layanan Bisnis sangat terfragmentasi. Produksi dalam industri ini dibagi di antara banyak perusahaan yang berbeda, tidak ada satu perusahaan pun yang memiliki pangsa cukup besar dari pasar untuk dapat mempengaruhi arah atau harga tingkat industri.

Industri jasa dunia usaha adalah industri yang sangat luas meliputi berbagai kategori dari operasi bisnis, semua dari mereka memberikan beberapa jenis layanan non-keuangan kepada perusahaan lain. Layanan tersebut meliputi periklanan, pemasaran, konsultasi, logistik (termasuk perjalanan dan fasilitas layanan), penanganan limbah, layanan kepegawaian, pengiriman, administrasi, dan layanan keamanan untuk beberapa nama. Hampir setiap bisnis beroperasi memiliki kebutuhan untuk setidaknya satu dari berbagai jenis layanan yang ditawarkan oleh industri.

Perusahaan pemasaran bertanggung jawab untuk meningkatkan penjualan dari perusahaan klien dengan membantu keuntungan perusahaan pelanggan baru serta menjaga orang-orang saat ini. Jasa hukum diperlukan untuk menangani transaksi bisnis, serta untuk tujuan litigasi. Logistik dan perusahaan pelayaran bertanggung jawab untuk menghubungkan bisnis ke bisnis atau konsumen lain dengan mengumpulkan, menyimpan, mengangkut, dan memberikan produk perusahaan penetapan staf untuk orang yang membutuhkan pekerjaan, sementara atau permanen, dengan perusahaan yang membutuhkan karyawan yang memenuhi syarat.

(18)

konsultasi, manajemen atau konsultasi strategi, atau sumber daya manusia konsultasi (Global Edge 2014). Dalam publikasi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), sektor jasa dunia usaha didefinisikan sebagai jasa perusahaan yang merupakan subsektor dari sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan.

Perbankan Syariah

Pendirian lembaga keuangan dengan prinsip Islami merupakan upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 mulai membahas mengenai bank dengan sistem bagi hasil, namun belum terdapat rincian landasan hukum syariah serta jenis jenis usaha yang diperbolehkan. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Undang-Undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Keberadaan undang-undang tersebut menyebabkan bank-bank konvensional mulai banyak melakukan pembukaan cabang syariah berupa UUS atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah (Syafi’i 2001).

Bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan fungsi sebagai lembaga intermediasi dalam menghimpun dan menyalurkan dana. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan mendasar diantara kedua jenis bank tersebut. Perbankan syariah melarang dengan keras adanya praktik riba karena merupakan sesuatu yang haram sehingga diganti dengan sistem bagi hasil.

Tabel 3 Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional

Sumber : Syafi’i 2001

Landasan operasional perbankan syariah tercantum dalam Al-qur’an dan hadist. Sebagaimana dalam firman Allah SWT (Q.S An-nisa :29) “Hai orang -orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang curang. Kecuali dengan cara perdagangan yang berlaku sukarela diantara

kamu”. Dalam ayat tersebut menjadi landasan perbankan untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan nasabah atau golongan tertentu saja. Ada pula tidak melakukan praktik riba sebagaimana tercantum dalam firman Allas SWT (QS. Ali-Imran: 130) “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawakallah kamu kepada Allah supaya kamu

mendapat keberuntungan”.

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Melakukan investasi-investasi yang halal saja

Investasi yang halal dan haram

2 Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

Memakai perangkat bunga

3 Profit dan falah oriented Profit Oriented

4 Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor

5 Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

(19)

35

Akad pada Perbankan Syariah

Perbankan syariah memiliki beberapa prinsip dasar yang mengatur setiap kegiatan yang dilakukan. Pertama, prinsip titipan atau simpanan (Depository /

Al-Wadi’ah) yaitu titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja pihak penitip menghendaki. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan Al-Wadi’ah untuk tujuan current account (giro) dan saving account (tabungan berjangka). Dengan konsep Al–Wadi’ah yad adh-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentunya, pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna bank. Bank dapat memberi insentif kepada penitip dalam bentuk bonus. Insentif berupa bonus tersebut dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya meningkatkan minat masyarakat untuk menabung dan sebagai indikator kesehatan bank terkait.

Prinsip yang kedua yaitu prinsip bagi hasil (Profit sharing). Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu Al-Musyarakah, Al-Mudharabah, Al-Muzara’ah dan Al-Musaqah. Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Al-Musyarakah ada dua jenis yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Akad Al-Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Selain itu, akad ini dapat diaplikasikan untuk melakukan investasi dalam skema modal ventura. Akad kedua dalam prinsip bagi hasil yaitu akad Al-Mudharabah yang merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Akad ketiga yaitu Al-Muzara’ah yang merupakan akad kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen. Selanjutnya akad keempat pada prinsip bagi hasil yaitu Al-Musaqah yang merupakan bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.

Prinsip yang ketiga yaitu prinsip jual beli (Sale and Purchase). Ada tiga jenis jual beli yang dapat dijadikan acuan dalam pembiayaan modal kerja dan

investasi dalam perbankan syariah, yaitu Bai’Al-Murabahah, Bai’As-Salam, dan

(20)

Prinsip yang keempat yaitu prinsip sewa (Operational Lease and Financial Lease). Akad yang mengatur transaksi sewa yaitu Al-Ijarah yang merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri

Prinsip yang kelima yaitu prinsip jasa (Fee Based Services). Beberapa akad yang mengatur transaksi jasa, yaitu: Al-Wakalah yang merupakan akad dalam mengatur pelimpahan kekuasan oleh seseorang kepada yang lain melalui hal yang diwakilkan; Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung; Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya; dan Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya

(Syafi’i 2001).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembiayaan

Faktor yang dapat memengaruhi pembiayaan dapat dilihat dari teori permintaan dan penawaran. Teori permintaan menurut Sukirno (2000) menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang. Teori permintaan menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Adapun hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggi harga suatu barang tersebut maka semakin sedikit permintaan terhadap barang itu. Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Harga barang itu sendiri.

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang-barang tersebut. 3. Pendapatan rumah tangga.

4. Pendapatan rata-rata masyarakat.

5. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat. 6. Citra rasa (selera).

7. Jumlah penduduk .

8. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang

Dalam melakukan analisis, di asumsikan bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau cateris paribus. Tetapi dengan asumsi yang dinyatakan ini tidaklah berarti bahwa faktor-faktor lain diabaikan. Setelah menganalisa hubungan antara jumlah permintaan dan tingkat harga maka selanjutnya boleh mengasumsikan bahwa harga adalah tetap dan kemudian menganalisis bagian permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Aplikasi hukum permintaan terhadap pembiayaan perbankan dapat diterapkan. Apabila equivalent rate atau suku bunga turun maka permintaan akan pembiayaan semakin meningkat.

(21)

35

mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan, sebaliknya makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.

Aplikasi hukum penawaran terhadap pembiayaan perbankan dimana equivalent rate/tingkat suku bunga yang rendah menunjukkan meningkatanya kondisi perekonomian perbankan sehingga pembiayaan yang akan ditawarkan ke masyarakat semakin banyak. Sebaliknya tingkat suku bunga yang tinggi menunjukan menurunnya kondisi perekonomian perbankan sehingga sedikit pembiayaan yang ditawarkan.

Menurut penelitian Muna (2013), faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan dapat disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal yang diambil ialah Non Perfoming Finanncing (NPF),Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), biaya promosi sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi ialah inflasi

Menurut Mutamimah dan Chasanah (2012), faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh 3 unsur, yakni dari pihak bank itu sendiri (kreditur), dari pihak debitur, serta diluar pihak kreditur dan debitur tersebut. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap jasa dunia usaha akan diambil variabel yang umum yakni faktor internal dana pihak ketiga, equivalent rate pembiayaan jasa dunia usaha Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha dan Financial to Deposit Ratio. Sedangkan faktor eksternal terdiri suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha, industrial production index dan tingkat inflasi

Kajian Penelitian Terdahulu

(22)

Penelitian tentang faktor penentu pembiayaan perbankan syariah di Indonesia dilakukan oleh Nugroho (2009) menggunakan metode VAR. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah DPK, Laba per Aset (LPA), NPF, Kredit Bank Umum (KBU), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Jakarta Islamic Index (JII), IPI. Hasil dari penelitian ini ialah shock dari NPF, SWBI, KBU, IPI, dan JII dalam jangka panjang direspon permanen negatif oleh pembiayaan, sedangkan LPA, DPK dan pembiayaan sendiri, dalam jangka panjang direspon permanen positif oleh pembiayaan

Penelitian yang dilakukan Ramadhan (2012) mengenai pengaruh instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap penyaluran dana ke sektor usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) di Indonesia menggunakan metode VAR. Variabel yang digunakan ialah Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), suku bunga SBI, total kredit bank konvensional yang diberikan kepada UMKM, suku bunga rata-rata kredit, margin rata-rata bank syariah, profit and loss sharing rata-rata bank syariah. Hasil dari penelitian ini ialah SBI dan SBIS memiliki hubungan negatif terhadap kredit dan pembiayaan UMKM. Perbankan akan lebih tertarik mengalokasikan dananya di SBI atau SBIS ketika terjadi kenaikan return. Guncangan moneter akan berpengaruh dengan cepat pada pembiayaan UMKM dari perbankan syariah dan kredit UMKM dari perbankan konvensional. Akan tetapi, pembiayaan UMKM dari perbankan syariah akan lebih cepat stabil dibandingkan dengan kredit UMKM dari perbankan konvensional. Begitu juga dengan respon return pembiayaan bank syariah (PLS dan Margin) yang lebih cepat stabil dibandingkan dengan suku bunga kredit perbankan konvensional. Dari hasil FEVD, baik dari jalur perbankan syariah maupun perbankan konvensional instrumen yang paling berpengaruh adalah SBIS. SBI hanya memiliki pengaruh yang kecil, yaitu kurang dari 1% pada perbankan syariah dan konvensional. Hal ini mengindikasikan bahwa peran SBI semakin lama semakin tidak efektif dalam transmisi moneter melalui jalur kredit.

Penelitian yang dilakukan Fahrudin (2009) mengenai pengaruh inflasi, Capital Adequacy Ratio (CAR), DPK, dan jaringan terhadap pembiayaan pada BUS menggunakan metode OLS. Hasil dari penelitian ini Variabel CAR dan Credit Risk berpengaruh negatif terhadap pembiayaan.sedangkan Variabel DPK, inflasi, dan jaringan berpengaruh positif terhadap pembiayaan

Penelitian Muna (2013) mengenai faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan sarana pertanian pada BPRS di Indonesia menggunakan metode OLS. Variabel yang digunakan ialah NPF khusus sektor pertanian, CAR, ROA, FDR, biaya promosi, dan inflasi. Hasil penelitian ini inflasi dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan, NPF dan FDR berpengaruh positif terhadap pembiayaan, CAR dan biaya promosi berpengaruh negatif terhadap pembiayaan.

Penelitian Pratami (2011) menganalisis pengaruh jumlah DPK, CAR, NPF, dan ROA terhadap pembiayaan pada perbankan syariah (studi kasus pada bank muamalat) menggunakan metode OLS. Hasil dari penelitian ini secara parsial hanya DPK yang berpengaruh signifikan positif terhadap pembiayaan sedangkan NPF, CAR, ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan.

(23)

35

makroekonomi yang terjadi di Ukraina periode tahun 2003 kuartal pertama sampai tahun 2005 kuartal ketiga. Model yang digunakan adalah ekulibrium parsial dinamik dengan variabel yang digunakan adalah: rasio kredit terhadap modal, rasio dana pihak ketiga terhadap modal, dan natural log modal sendiri, sedangkan indikator ketidakpastian makroekonomi yang digunakan adalah M1, M2, Consumer Price Index (CPI), serta Produser Price Index (PPI). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perbankan di Ukraina menurunkan penawaran kreditnya jika ketidakpastian peubah makroekonomi meningkat, demikian pula sebaliknya, jika ketidakpastian makroekonomi menurun maka penawaran kredit perbankan meningkat.

Penelitian mengenai penyaluran pinjaman (kredit) oleh bank di Turki Ozcusa dan Akbostanci (2012). Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak perubahan kebijakan moneter dalam perilaku penyaluran kredit perbankan. Periode penelitian dibagi menjadi dua sub periode 12 untuk melihat dampak perubahan kebijakan dan kondisi sistem keuangan akibat krisis 2000 hingga 2001 terhadap penyaluran kredit. Sub-periode pertama yaitu dari tahun 1988 hingga 2001 dan sub-periode kedua yaitu dari tahun 2002 hingga 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu panel dinamis, dengan variabel indikator antara lain ukuran, likuiditas, kapitalisasi, kualitas aset, pendapatan, dan kemampuan serta efisiensi manajemen perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan perilaku penyaluran kredit pada periode sebelum dan sesudah krisis. Variabel PDB riil memiliki hubungan signifikan positif terhadap kredit perbankan. Tingkat inflasi memiliki hubungan signifikan negatif, yang tidak sesuai dengan hipotesis awal. Kualitas aset, kapitalisasi, dan likuiditas menunjukkan hubungan signifikan positif terhadap penyaluran kredit, dan ukuran memiliki hubungan negatif terhadap tingkat pertumbuhan kredit. Hasil penelitian menunjukkan dampak yang jauh lebih kuat dari perubahan kebijakan moneter pada tingkat pertumbuhan kredit terjadi pada periode 2002 hingga 2009. Hal ini dikarenakan setelah krisis keuangan 2000-2001, telah ada sejumlah perubahan regulasi dan struktural yang signifikan di sektor perbankan Turki.

Penelitian Agung et al (2001) mengenai kredit crunch di Indonesia setelah krisis. Variabel dalam penelitian ini ialah dari sisi penawaran kapasitas kredit, suku bunga kredit, rasio modal terhadap aset, NPF sedangkan dari sisi penawaran GDP riil dan suku bunga kredit. Hasil dari penelitian ini ialah dari sisi penawaran, kapasitas kredit, suku bunga kredit, rasio modal memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kredit yang diberikan sedangkan NPF memiliki hubungan yang negative. Dari sisi permintaan output memiliki hubungan positif yang signifikan. Suku bunga kredit yang seharusnya negatif ternyata memiliki hubungan positif yang signifikan. Fenomena tersebut mencerminkan suku bunga tidak menjadi masalah utama bagi dunia usaha dalam melakukan permohonan kredit.

Kerangka Pemikiran Operasional

(24)

jasa dunia usaha (ER_PJDU), Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha (NPFjdu), dan Financial to Deposit Ratio (FDR), sedangkan dari kondisi eksternal terdiri suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha (SBKjdu), industrial production index (IPI) dan tingkat inflasi (INF). Secara konseptual alur pemikiran dapat dilihat pada (Gambar 4)

Analisis Deskriptif

Gambar 4 Kerangka pemikiran operasional

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis penelitian untuk menjawab tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Variabel SBKjdu, IPI, FDR dan DPK memiliki hubungan yang positif

terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha di Indonesia

2. Variabel non performing finance (NPFjdu), equivalent rate jasa dunia usaha

(ER_PJDU),dan tingkat inflasi (INF) memiliki hubungan yang negatif terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha di Indonesia

Penurunan Rasio Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha

Faktor Eksternal : 1. Suku Bunga Bank

Konvensional Sektor Jasa Dunia Usaha (SBKjdu)

2. Industrial Production Index (IPI)

3. Inflasi (INF)

Faktor Internal : 1. Financing to Deposit

Ratio (FDR)

2. Non Performing Finance sektor jasa dunia usaha (NPFjdu)

3. Dana Pihak Ketiga (DPK)

4. Equivalent Rate Pembiayaan Jasa Dunia Usaha (ERPjdu)

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha dengan Ordinary Least Square

(OLS)

(25)

35

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasikan di Indonesia artinya objek yang diteliti ialah perbankan syariah diseluruh Indonesia dan waktu penelitian dilakukan pada bulan juni-november 2014.

Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder dengan frekuensi bulanan dari Januari 2009 sampai dengan Desember tahun 2013. Metode pengumpulan data merupakan studi literatur dan library research. Data bersumber dari publikasi Bank Indonesia antara lain Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS BI), Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPbS-BI) dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) (Tabel 4 ).

Tabel 4 Peubah Penelitian, Simbol, Satuan, Sumber Data

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan kuantitatif.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk eksplorasi, klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial dijabarkan ke dalam beberapa komponen masalah, variabel dan indikator. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Eviews 6.

No Peubah Simbol Satuan Sumber Data

1 Pembiayaan Perbankan Syariah Sektor Jasa Dunia Usaha

lnPJDU Milyar SPS BI

2 Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah

lnDPK Milyar SPS BI

3 Financing to Deposit Ratio

lnFDR Persen SPS BI

4 Pembiayaan Bermasalah Sektor Jasa Dunia Usaha

lnNPFjdu Persen SPS BI

5 Industrial Production Index

lnIPI Indeks BPS

6 Inflasi lnINF Persen BI

7 Suku Bunga Kredit Bank Umum Jasa Dunia Usaha

(26)

Model Penelitian

Model dalam penelitian ini mengacu kepada model penelitian Muna (2013). Dalam penelitiannya, Muna menggunakan peubah tak bebas yaitu pembiayaan syariah terhadap pertanian yang diduga dipengaruhi faktor internal dan eksternal perbankan. Begitupun juga dalam model penelitian ini, peubah tak bebas yang dipakai yaitu Pembiayaan Syariah Sektor Jasa Dunia Usaha yang diduga dipengaruhi faktor eksternal dan faktor internal perbankan. Variabel yang menggambarkan kondisi internal adalah Dana pihak ketiga (DPK), equivalent rate pembiayaan jasa dunia usaha (ER_PJDU), Non Perfoming Finance untuk sektor jasa dunia usaha (NPFjdu), dan Financial to Deposit Ratio (FDR), sedangkan dari

kondisi eksternal terdiri suku bunga bank konvensional untuk jasa dunia usaha (SBKjdu), industrial production index (IPI), dan tingkat inflasi (INF). Model

tersebut belum linear sehingga semua variabelnya diubah menjadi bentuk Logaritma Natural (ln) agar model tersebut linear. Persamaan model dirumuskan sebagai berikut:

lnPJDU = a + b1 lnDPK + b2 lnFDR + b3 lnNPFjdu + b4 lnIPI

+ b5 lnINF + b6 lnSBKjdu + b7 lnER_PJDU +

ε

n

Keterangan :

lnPJDU = Pembiayaaan Perbankan Syariah ke Sektor Jasa Dunia Usaha

lnDPK = Dana Pihak Ketiga

lnFDR = Financing to Deposit Ratio

lnNPFjdu = Persentase Pembiayaan Bermasalah Sektor Jasa Dunia

Usaha

lnIPI = Pertumbuhan Industrial Production Index lnINF = Inflasi

lnSBKjdu = Suku Bunga Kredit Bank Umum Sektor Jasa Dunia

Usaha

lnER_PJDU = Equivalent Rate Pembiayaan Jasa Dunia Usaha

a = konstanta

b1,b2,b3….b10 = slope

ε

n = residual

Pengujian Parameter Persamaan Regresi

1. Koefisien Determinasi (R

²

)

Koefisien determinasi memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen (Gujarati 2006). R

²

memiliki dua sifat, yaitu: R² merupakan besaran non negatif; batasnya

adalah 0 ≤ R² ≤1. R² sebesar 1 berarti “kecocokan sempurna”, karena seluruh

variasi Y dapat dijelaskan oleh regresi. R² sebesar 0 berarti tidak ada hubungan antara Y dan X.

2. Uji t-Statistik

(27)

35

singkat dalam pengujian hipotesis. Gagasan utama uji signifikansi adalah statistik uji – yakni statistik t- dan distribusi probabilitasnya menurut nilai � yang dihipotesiskan. Pengujiannya disebut uji t karena menggunakan distribusi t.

Uji t-statistik digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas yang digunakan secara terpisah berpengaruh nyata (signifikan) atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Uji t dapat dilihat dari nilai probabilitas t-statistiknya. Pengujian secara statistik sebagai berikut:

1. Hipotesis pengujian:

H

0 :βi= 0

H

1 :βi≠ 0

2. Penghitungan t-statistik:

̂�

̂

Keterangan:

̂� = Nilai Koefisien Regresi Dugaan

� = Parameter Hipotesis

� ( ̂�) = Standar Error Parameter � Kriteria uji:

- |thitung| > t α/2(n/k) , maka tolak H0. Kesimpulannya, koefisien dugaan β≠0 dan variabel yang diuji berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.

- |thitung| < t α/2(n/k) , maka terima H0. Kesimpulannya, koefisien dugaan β=0 dan variabel yang diuji tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas. 3. Uji F-Statistik

Gujarati (2006:107), Pemilihan dua variabel secara acak dari dua populasi normal, X dan Y, masing-masing dengan m dan n observasi, maka variabel mengikuti distribusi F dengan d.k. (m - 1) dan (n - 1), asalkan varians dari kedua populasi normal itu sama. Dengan kata lain, H

0-nya adalah � 2

=� 2. Untuk menguji hipotesis ini, digunakan uji F-statistik.

Uji F-statistik digunakan untuk menguji bagaimanakah pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara keseluruhan. Pengujian uji F ini dapat dilihat dari nilai probabilitas statistiknya. Dengan melihat nilai probabilitas F-statistik akan diketahui apakah suatu persamaan akan lulus uji atau tidak. Pengujian secara statistik sebagai berikut:

1. Hipotesis pengujian: H

0 : β1 = β2 = … = 0

H

1 : minimal ada satu βt≠ 0

(28)

F

Keterangan:

2

= Koefisien Determinasi

k = Banyak Parameter Termasuk Konstanta n = Jumlah Sampel

Kriteria uji: - |F

hitung| > Fα(k-1, n-k)

,

maka tolak H0. Kesimpulannya, minimal ada satu

variabel bebas yang memengaruhi variabel tidak bebas. - |F

hitung| < Fα(k-1, n-k) , maka terima H0. Kesimpulannya, tidak ada variabel

bebas yang memengaruhi variabel tidak bebas. Uji Pelanggaran Asumsi

1. Multikoliniearitas

Salah satu asumsi model linier klasik adalah tidak adanya multikoliniearitas sempurna, tidak adanya hubungan linier yang benar-benar pasti di antara variabel-variabel penjelas, X, yang tercakup dalam regresi berganda (Gujarati, 2006:61).

Juanda (2009:115), Multikolinearitas adalah tidak adanya hubungan linier sempurna antara peubah bebas. Multikolinearitas muncul jika ada dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) babas berkorelasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya.

Multikoliniearitas terdiri atas dua jenis. Pertama, multikolinearitas tidak sempurna terjadi jika korelasi antar variabel X

i tidak sempurna (|r|<1) yang

mengakibatkan intrepretasi dari koefisien dugaan regresi (βi) menjadi sulit,

nilai varian dari koefisien regresi menjadi lebih besar, dan koefisien dugaan regresi menjadi lebih sensitif jika terjadi perubahan nilai X

i. Kedua,

multikolinearitas sempurna terjadi jika korelasi antar variabel X

i sempurna

(|r|=±1) sehingga mengakibatkan koefisien regresi tidak dapat diduga.

Winarno (2011), Apabila model prediksi memiliki multikolinearitas, akan memunculkan akibat-akibat berikut ini:

1. Estimator masih bisa bersifat BLUE, tetapi memiliki varian dan kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi. 2. Internal estimasi cenderung lebar dan nilai statistik uji-t akan kecil,

sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara statistik dalam memengaruhi variabel independen.

Ada beberapa alternatif dalam menghadapi masalah multikolinearitas, yaitu:

(29)

35

tidaknya korelasi antarvariabel independen. Namun multikolinearitas dapat menyebabkan standard error yang besar.

2. Tambahkan data bila memungkinkan, karena masalah multikolinearitas biasanya muncul karena jumlah observasi sedikit. 3. Hilangkan salah satu variabel independen, terutama yang memiliki

hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. 4. Transformasikan salah satu (atau beberapa) variabel. 2. Heteroskedastisitas

Asumsi penting model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan u

i yang

tercakup dalam fungsi regresi populasi bersifat homoskedastisitas, artinya semua memiliki varians yang sama, �2. Jika tidak demikian, berarti menghadapi situasi

heteroskedastisitas, atau varians tidak sama, atau nonkonstan (Gujarati, 2006:82). Juanda (2009:127), salah satu asumsi dari regresi linier adalah ragam sisaan sama atau homogeny. Jika ragam sisaan tidak sama atau (var(��)=E(��2)=��2) untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Masalah ini sering terjadi dalam data cross-section. Salahsatu cara mengidentifikasi heteroskedastisitas adalah dengan Uji White.

Winarno (2011), Pengaruh apabila residual bersifat heteroskedastisitas, antara lain:

1. Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum (tidak lagi best), sehingga hanya memenuhi karakteristik LUE (Linear Unbiased Estimator). Meskipun demikian, estimator metode kuadrat terkecil masih bersifat linier dan tidak bias.

2. Perhitungan Standard Error tidak dapat lagi dipercaya kebenarannya, karena varian tidak minimum. Varian yang tidak minimum mengakibatkan estimasi regresi tidak efisien.

3. Uji hipotesis yang didasarkan pada uji-t dan uji-F tidak dapat lagi dipercaya, karena standard error-nya tidak dapat dipercaya.

Untuk menghilangkan heteroskedastisitas, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan namun alternatif tersebut sangat tergantung kepada ketersediaan informasi tentang varian dan residual. Jika varian dan residual diketahui, maka heteroskedastisitas dapat diatasi dengan metode WLS (Weighted Least Square). Seandainya varian tidak diketahui, dapat diatasi dengan metode White.

3. Autokorelasi

Gujarati (2006:112), Salah satu asumsi model linier klasik adalah tidak adanya korelasi berantai atau autokorelasi di antara gangguan u

i yang

(30)

bawah, atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya, sehingga nilai statistik uji-t tinggi; penduga OLS tidak efisien lagi atau ragamnya tidak lagi minimum. Salah satu cara untuk megidentifikasi Autokorelasi adalah dengan Uji Breusch-Godfrey.

Winarno (2001), Apabila data mengalami masalah autokorelasi, data harus segera diperbaiki agar model tetap dapat digunakan. Untuk menghilangkan masalah autokorelasi, terlebih dahulu harus diketahui besarnya koefisien autokorelasi (�). Setelah � diketahui, baru autokorelasi dapat dihilangkan dengan beberapa alternatif sebagai berikut:

1. Bila struktur autokorelasi (�) diketahui, masalah autokorelasi dapat diatasi dengan melakukan transformasi terhadap persamaan. Metode ini sering juga disebut dengan Generalized Difference Equation. 2. Bila struktur autokorelasi (�) tidak diketahui:

a. Nilai � tinggi, masalah autokorelasi dapat diatasi dengan Metode Diferensiasi Tingkat Pertama.

b. Nilai � rendah, masalah autokorelasi dapat diatasi dengan Metode OLS.

c. Nilai � tidak diketahui, masalh autokorelasi dapat diatasi dengan Metode Cochrane-Orcutt.

4. Normalitas

Gujarati (2006:164), Prosedur pengujian statistik didasarkan pada asumsi bahwa faktor kesalahan u

i didistribusikan secara normal. Uji normalitas yang

popular adalah uji Jarque-Bera. Ini merupakan uji asimtotis, atau sampel besar, dan di dasarkan atas residu OLS.

Winarno (2011), salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi normal. Salah satu cara untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan histogram dan melihat nilai dari Jarque-Bera serta nilai probabilitasnya. Kriteria untuk melihat normalitas, yaitu:

1. Jika nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data berdistribusi normal.

2. Jika probabilitasnya lebih besar dari tingkat signifikansi, maka data berdistribusi normal.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan definisi operasionalnya adalah sebagai berikut :

1. Total pembiayaan sektor jasa dunia usaha (PJDU) merupakan jumlah pembiayaan yang diberikan pada bank umum syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia terhadap sektor jasa dunia usaha, dinyatakan dalam persen.

2. Financing Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio pembiayaan syariah terhadap total DPK pada perbankan syariah di Indonesia.

(31)

35

4. Industrial Production Index (IPI) merupakan proksimasi dari output nasional. Agar mendapatkan data bulanan, maka output nasional diproksimasi dengan IPI yang merupakan ukuran output dari industri-industri sedang dan besar secara bulanan, dan dinyatakan dengan indeks.

5. Suku Bunga Kredit (SBKjdu) merupakan suku bunga kredit pada bank

umum konvensional untuk sektor jasa dunia usaha di Indonesia. 6. Inflasi (INF) merupakan tingkat inflasi yang berlaku di Indonesia. 7. Pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPFjdu)

merupakan persentase jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan perbankan syariah pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia.

8. Equivalent rate Pembiayaan Sektor jasa dunia usaha (ERP) merupakan tingkat imbal hasil dari pembiayaan perbankan syariah pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah dan Perekonomian

Perkembangan pembiayaan perbankan syariah

Semenjak awal mula diperkenalkan pada tahun 1992, sistem perbankan syariah berkembang pesat hingga sekarang. Menurut data Bank Indonesia, jaringan perbankan syariah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, pada tahun 2006 terdapat tiga unit Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 105 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Selama kurun waktu enam tahun terjadi peningkatan jumlah BUS hampir tiga kali lipat, yaitu dari tiga menjadi sebelas BUS dan terjadi peningkatan pada jumlah BPRS dari 105 menjadi 158, sedangkan untuk UUS mengalami penurunan karena perbankan konvensional mengembangkan UUS menjadi BUS. (Gambar 5)

Sumber : Bank Indonesia 2013

Gambar 5 Jumlah jaringan bank pada perbankan syariah di Indonesia 2009-2013 0

50 100 150 200

2009 2010 2011 2012 2013

U

ni

t

Tahun

Bank Umum Syariah

Unit Usaha Syariah

(32)

Jumlah kantor perbankan syariah juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada Desember 2013 jumlah jaringan kantor yaitu sebanyak 1998 jaringan kantor BUS, 590 kantor UUS, dan 402 kantor BPRS. Jaringan kantor perbankan syariah tersebut menyebar di seluruh wilayah Indonesia sehingga dapat melayani seluruh nasabah bank baik dalam transaksi penghimpunan DPK maupun dalam menyalurkan pembiayaan. Besarnya DPK perbankan syariah (BUS dan UUS), aset, dan pembiayaan yang diberikan juga mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah bank dan jaringan kantor bank syariah (Gambar 6)

Sumber : Bank Indonesia 2013

Gambar 6 Aset, DPK, PYD Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia tahun 2006-2013

Meningkatnya DPK, aset dan pembiayaan bank syariah secara stabil ternyata tidak diikuti dengan peningkatan Financing to Deposit Ratio (FDR). FDR perbankan syariah sempat mengalami peningkatan dari rentang tahun 2011-2013. Namun di tahun 2014 FDR kembali mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena perbankan syariah pada tahun 2014 mendapatkan limpahan dana haji dari kementrian Agama. Pemindahan dana haji dari bank konvensional ke bank syariah menyebabkan DPK meningkat sedangkan pembiayaan masih tetap sehingga FDR turun (Gambar 7)

Sumber : Bank Indonesia 2014 (diolah)

Gambar 7 Financing to Deposit Ratio perbankan syariah di Indonesia tahun 2007-2014

0 100 200 300

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

T

ril

iu

n

Rp

DPK Pembiayaan Aset

80 85 90 95 100 105

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

P

er

se

n

(%

)

(33)

35

Pembiayaan perbankan syariah bukan tanpa kendala dalam praktiknya. Banyaknya pembiayaan macet atau Non Performing Finance (NPF) seringkali menjadi alasan untuk perbankan agar lebih berhati-hati dalam melakukan pembiayaan ke suatu sektor. NPF terbesar terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sedangkan sektor jasa dunia usaha ternyata menempati urutan ke-5 dari semua sektor (Gambar 8)

Sumber : Bank Indonesia 2014 (diolah)

Gambar 8 Grafik NPF perbankan syariah di Indonesia ke semua sektor tahun 2011-2013

Equivalent rate pembiayaan syariah terhadap sektor jasa dunia usaha mengalami penurunan setiap tahunnya. Ini dapat terlihat pada (Gambar 9). Penurunan equivalent rate di sektor jasa dunia bisa disebabkan karena berkembangnya sektor jasa dunia usaha dan minat untuk melakukan pembiayaan di sektor jasa dunia usaha

Sumber : Bank Indonesia 2013 (diolah)

(34)

Pesaing perbankan syariah yaitu perbankan konvensional ternyata juga mengalami penurunan namun dalam 5 bulan terakhir cenderung meningkat. Suku bunga bank konvesional pada sektor jasa dunia usaha terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Ini dapat terlihat pada (Gambar 10). Penurunan suku bunga bank konvensional di sektor jasa dunia disebabkan karena berkembangnya sektor jasa dunia usaha dan minat untuk melakukan pembiayaan di sektor jasa dunia usaha. Semakin banyak yang berminat, perbankan akan kompetitif menurunkan suku bunganya

Sumber : Bank Indonesia 2013 (diolah)

Gambar 10 Suku bunga bank konvensional pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia pada tahun 2009-2013

Perkembangan ekonomi

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah dengan melihat produk domestik bruto (PDB). Besaran PDB Indonesia tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai 9.084 triliun rupiah , tumbuh sebesar 5.78% dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10.19% diikuti kemudian oleh sektor jasa dunia usaha sebesar 7.56% dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1.34% (BPS 2013).

Sektor jasa dunia usaha merupakan penyumbang PDB terbesar kelima dari sembilan sektor yang ada sedangkan pertumbuhannya merupakan kedua terbesar dari sembilan sektor dan terus menaik setiap tahunnya (Gambar 3). Hal ini seharusnya didukung oleh pemerintah dan mendapatkan bantuan dana dengan mudah dari perbankan mengingat laju pertumbuhannya terus meningkat tiap tahun. Sektor jasa dunia usaha juga memiliki efek multiplier cukup besar dari usaha kecil menengah hingga ke atas.

Selain PDB, salah satu indikator perekonomian ialah inflasi. Inflasi di Indonesia sempat mengalami penurunan hingga tahun 2010. Namun, perlahan inflasi semakin meningkat kembali hingga tahun 2013. Hal ini dapat terlihat pada (Gambar 11). Menurut Nasution (2013) seorang guru besar ekonomi UI mengatakan bahwa sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan kenaikan tingkat

(35)

35

laju inflasi pada tahun 2013. Pertama, kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya nilai rupiah. Kedua, adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya. Ketiga, adanya kenaikan harga BBM yang dewasa ini sudah mencapai seperlima dari pengeluaran pemerintah pusat

Sumber : Bank Indonesia 2013 (diolah)

Gambar 11 Perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun 2009-2013 Industrial Production Index (IPI) merupakan indikator yang memproksikan Produk Domestik Bruto (PDB). Perkembangan IPI selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 12). Meningkatnya indikator output di Indonesia menunjukkan kebijakan yang diambil pemerintah sudah tepat seperti memanfaatkan kekuatan urbanisasi dan peningkatan pendapatan, pada saat bersamaan memperbanyak lapangan kerja berkualitas bagi angkatan kerja yang semakin meningkat

Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 (diolah)

Gambar 12 Perkembangan IPI di Indonesia pada tahun 2009-2013

(36)

Faktor yang Memengaruhi Pembiayaan Syariah Sektor Jasa Dunia Usaha

Pengujian Model

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS). Kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) harus dipenuhi model termasuk dalam model regresi linear berganda yang baik. Untuk memperoleh kebaikan pada model maka dilakukanlah uji statistik dan uji asumsi klasik. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5

Uji Statistik

Hasil pengujian parameter persamaan regresi dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Koefisien Determinasi ( 2)

Berdasarkan hasil estimasi model penelitian pada Tabel 4 diperoleh nilai koefisien determinasi ( 2) sebesar 0.997619. Ini berarti 99.76% variasi dari jumlah pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha di Indonesia diterangkan oleh ketujuh variabel yang digunakan, yaitu dana pihak ketiga, financing to deposit ratio, industrial production index, pembiayaan bermasalah sektor jasa dunia usaha, inflasi, suku bunga kredit bank konvensional pada sektor jasa dunia usaha dan tingkat bagi hasil bank syariah terhadap sektor jasa dunia usaha. Sisanya 0.24% diterangkan oleh variabel lain di luar model.

2. Uji t-Statistik

Uji t-statistik dilakukan dengan melihat probabilitas masing-masing variabel bebas. Jika nilai probabilitas variabel bebas kurang dari taraf nyata ( =5%), maka variabel bebas signifikan memengaruhi variabel tak bebasnya. Jika probabilitas variabel bebas lebih besar taraf nyata ( =5%), maka variabel bebas tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel tak bebasnya.

Hasil estimasi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga, financing to deposit ratio, pembiayaan bermasalah sektor jasa dunia usaha, suku bunga kredit bank konvensional pada sektor jasa dunia usaha, tingkat bagi hasil bank syariah terhadap sektor jasa dunia usaha dan inflasi

kurang dari taraf nyata (α=5%) sehingga dapat disimpulkan variabel-variabel

tersebut berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha. Variabel industrial production index memiliki probabilitas lebih besar

dari taraf nyata (α=5%) sehingga dapat disimpulkan variabel tersebut tidak

berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha. 1. Uji F-Statistik

Uji F-statistik dilakukan dengan melihat probabilitas F-statistik pada model. Jika nilai probabilitas F-statistik kurang dari taraf nyata ( =5%), maka disimpulkan minimal ada satu variabel bebas yang terdapat dalam model penelitian memengaruhi variabel tak bebasnya secara signifikan. Jika probabilitas F-statistik lebih besar dari taraf nyata ( =5%), maka disimpulkan tidak ada variabel bebas yang terdapat dalam model penelitian memengaruhi variabel tak bebasnya.

(37)

35

model yang dibentuk dapat diterima, di mana minimal ada satu variabel bebas yang terdapat dalam model penelitian memengaruhi pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha secara signifikan.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Pengujian autokoelasi dapat dilihat dari nilai probabilitas Obs*R-squared terhadap taraf nyatanya pada Uji Breusch-Godfrey. Jika nilai probabilitas Obs* R-squared lebih besar dari taraf nyata (α=5%), maka disimpulkan bahwa model tidak mengalami masalah autokorelasi. Jika nilai probabilitas Obs* R-squared kurang dari taraf nyata (α = 5%), maka disimpulkan bahwa model mengalami masalah autokorelasi.

Hasil dari uji yang dilakukan pada model (Lampiran 2), nilai probabilitasnya sebesar 0.9686, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak mengalami masalah autokorelasi karena nilainya yang lebih besar dari taraf

nyata (α=5%).

2. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik memiliki variasi pengamatan yang tetap, jika berbeda artinya mengalami masalah heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan Uji White yang melihat nilai probabilitas Obs*R-squared terhadap taraf nyatanya. Jika nilai probabilitas Obs* R-squared lebih besar dari taraf nyata (α = 5%), disimpulkan bahwa model homoskedastisitas. Jika nilai probabilitas Obs* R-squared kurang dari taraf nyata (α = 5%), disimpulkan bahwa model mengalami masalah heteroskedastisitas.

Hasil dari uji yang dilakukan pada model (Lampiran 3) menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs* R-squared adalah sebesar 0.9851, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak mengalami masalah heteroskedastisitas

karena nilainya yang lebih besar dari taraf nyata (α=5%).

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat jika probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari

taraf nyata (α=5%), maka data berdistribusi normal. Hasil dari uji yang

dilakukan pada model (Lampiran 4), nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.215533 maka dapat disimpulkan bahwa model berdistribusi normal.

4. Uji Multikoliniearitas

Multikolinearitas merupakan kondisi adanya hubungan linier antarvariabel independen. Jika coefficient matrix antar variabel bebas dalam persamaan regresi kurang dari R-Squared pada model maka dalam persamaan regresi tidak terjadi gejala multikolinearitas. Jika coefficient matrix antarvariabel bebas dalam persamaan regresi lebih besar dari R-Squared maka pada persamaan regresi terjadi gejala multikolinearitas.

Gambar

Tabel 1 Total PDB Indonesia menurut lapangan usaha tahun 2009-2013
Tabel 2 Pembiayaan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan sektor tahun
Gambar 1 Jumlah Pembiayaan Perbankan Syariah Pada Sektor Jasa Dunia
Gambar 2 Rasio pembiayaan syariah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya angka koefisien determinasi 0,579 sama dengan 57,9%, yang menunjukkan bahwa kemampuan kerja, motivasi pegawai, kepemimpinan, iklim organisasi, hubungan

Kos yang digunakan untuk dalam pendekatan variable costing adalah biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik yang

Gaharu mengandung substansi aromatik yang merupakan gumpalan resin yang terdapat diantara sel-sel kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas serta memiliki kandungan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana Perimbangan Desa Di Kabupaten Bandung (Lembaran Daerah Kabupaten

SMALL SCALE FADING FLAT FADING Berdasarkan atas multipath Time Delay Spread Berdasarkan atas Doppler Spread FREQUENCY SELECTIVE FADING FAST FADING SLOW FADING Ÿ BW sinyal &lt;

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op (kerja sama)

Rendemen metil ester yang tinggi pada pembuatan coco-biodiesel ini diperoleh karena menggunakan bahan baku minyak kelapa mentah dengan karakteristik yang baik, yaitu nilai

Total biaya persediaan bahan baku tepung terigu untuk proses produksi yang dikeluarkan Pabrik Mie Musbar pada tahun 2009- 2013 menurut metode Economic Order