• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Isi Label Pangan Dan Klaim Iklan Televisi Pada Produk Kemasan Makanan Kentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Isi Label Pangan Dan Klaim Iklan Televisi Pada Produk Kemasan Makanan Kentang"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISI LABEL PANGAN DAN KLAIM IKLAN

TELEVISI PADA PRODUK KEMASAN MAKANAN

KENTANG

RHENY ANNYSA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Isi Label Pangan Dan Klaim Iklan Televisi Pada Produk Kemasan Makanan Kentang” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Rheny Annysa

(4)

ABSTRAK

RHENY ANNYSA. Analisis Isi Label Pangan Dan Klaim Iklan Televisi Pada Produk Kemasan Makanan Kentang. Dibimbing oleh UJANG SUMARWAN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis isi label pangan dan klaim iklan televisi pada produk kemasan makanan kentang dengan metode analisis isi. Label pangan dianalisis dengan menggunakan PP Nomor 69 Tahun 1999 dan Undang Perlindungan Konsumen. Iklan dianalisis dengan menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan Etika Pariwara Indonesia (EPI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 produk makanan kentang berdasarkan ketentuan pelabelan pangan terdiri dari lima unsur. Rata-rata persentase kelima unsur tersebut adalah teknis pencantuman label (94.8%), tulisan pada label (91.7%), keterangan minimum label (95.3%), keterangan lain pada label (87.7%), dan keterangan yang dilarang (94.4%). Terdapat 15 iklan dari 20 iklan yang mencantumkan klaim pada iklan, dimana dua iklan mengandung klaim objektif dan 15 iklan mengandung klaim subjektif. Sembilan dari dua puluh iklan melanggar pasal 17 ayat 1c UUPK, berdasarkan analisis EPI terdapat sembilan iklan yang melanggar bagian isi iklan, dan dua iklan yang melanggar bagian pemeran iklan.

Kata kunci: analisis isi, iklan televisi, klaim, label kemasan, produk makanan kentang

ABSTRACT

RHENY ANNYSA. The Content Analysis Of Food Labels And Claims In Television Advertisements In Potato Food Package Product. Supervised by UJANG SUMARWAN.

This research was aimed to analyze food labels and claims in television advertisements in potato food package product. This study used content analyze method. Food label was analyze based on government regulation number 69 on 1999 and Consumer Protection Laws for food label. Advertisement was analyze by used consumer Protection laws (UUPK) and Etika Pariwara Indonesia (EPI). The result showed from 60 potato food products based on food labeling consist of five unsure. The average of five unsure were the eligibility of labeling technical elements (94.8%), label writing (91.7%), label minimum information (95.3%), label other information (87.7%), and written prohibited information (94.4%). There were 15 advertisements from 20 advertisments which write the claim in their advertisement, include 15 advertisements subjective claim and two advertisements objective claim. There were nine of 20 advertisements unfulfilled article 17 paragraph 1c UUPK, and based on EPI analyze there were nine advertisements unfulfilled content advertisements and two advertisements unfulfilled advertisements actor.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

ANALISIS ISI LABEL PANGAN DAN KLAIM IKLAN

TELEVISI PADA PRODUK KEMASAN MAKANAN

KENTANG

RHENY ANNYSA

ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis isi label pangan dan klaim iklan televisi pada produk kemasan makanan kentang”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya pengasuhan dan tindak kekerasan yang dialami remaja terhadap perilaku tawuran remaja di Kota Bogor.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, motivasi, dan kerjasama dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, MSc. sebagai dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

2. Bapak Ir. MD. Djamaludin, MSc sebagai dosen pembimbing akademik. Terimakasih atas arahan dan bimbingan selama perkuliahan.

3. Ibu Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar. 4. Ibu Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si dan Ibu Dr. Ir. Diah K Pranadji,

MS sebagai dosen penguji sidang skripsi.

5. Orang tua dan keluarga, yang terus memberikan dukungan baik moral maupun materil serta senantiasa mendidik penulis agar selalu dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

6. Anggi Pangestika, Hayuningtyas Triwahyuni dan Susi Susanti sebagai teman satu bimbingan. Terimakasih atas kerjasama dan dukungan yang diberikan selama menyusun skripsi.

7. Herni Dwi Novita Wahyuni dan Afina Mutmainnah selaku pembahas seminar.

8. Carolina Lindawati, Yunia Rahmawati, Triyani Rachmawati, Rizky Sylvia Suistika, Khoerun Nisa, Winny Faramuli, Herni Dwi Novita Wahyuni, Andini Alpiani, Nenggi Okta P, Desi H Sihombing, dan semua mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 47. Terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama menyusun skripsi.

9. Aprillia Fitria W, Sri Rengganis dan teman-teman Pondok Ayubi atas kesediaanya mendengarkan keluh kesah selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak yang terkait baik peneliti maupun pembaca.

Bogor, Juli 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Kentang 5

Pencarian Informasi Konsumen 5

Analisis Isi 5

Iklan 6

Iklan yang Mengelabui 6

Label Pangan 7

Perlindungan Konsumen 8

Penelitian Terdahulu 10

KERANGKA PEMIKIRAN 13

METODE PENELITIAN 15

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian 15

Populasi dan Contoh Penelitian 15

Variabel Penelitian 15

Pengumpulan dan Analisis Data 17

Definisi Operasional 17

HASIL 18

Ragam Produk yang Berasal dari Kentang 18

Label Kemasan Produk Kentang 19

Pemenuhan unsur label berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999

tentang label dan iklan pangan 21

Rata-rata Pemenuhan Syarat Unsur pada Label Kemasan Produk Kemasan

(11)

Tinjauan Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen 31

Klaim Pada Iklan Televisi 32

PEMBAHASAN 36

SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 44

RIWAYAT HIDUP 62

(12)

DAFTAR TABEL

1. Rincian Bab II dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999

tentang Label Pangan 7

2. Unsur Label yang diamati pada kemasan produk makanan kentang kemasan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 16

3. sebaran produk makanan ringan berdasarkan kategori dan

perusahaan (n=46) 20

4. Sebaran produk makanan instan berdasarkan kategori perusahaan

(n=14) 21

5. Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label 21

6. Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label 22

7. Kriteria pemenuhan syarat unsur nama produk pangan 23

8. Kriteria pemenuhan syarat unsur daftar bahan 23

9. Kriteria pemenuhan syarat unsur berat bersih/isi bersih 23

10. Kriteria pemenuhan syarat unsur nama dan alamat produsen 24

11. Kriteria pemenuhan syarat unsur tanggal kadarluarsa 24

12. Perbandingan keterangan minimum label berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 dengan food labeling guide (FDA) 25

13. Kriteria pemenuhan syarat unsur keterangan yang dilarang 26

14. Kriteria pemenuhan syarat unsur keterangan tentang bahan

tambahan pangan 30

15. Rata-rata pemenuhan syarat unsur label pada produk kemasan

makanan kentang 30

16. sebaran iklan pada tahun 2011-2014 berdasarkan jumlah iklan dan

merek 32

17. Sebaran sifat klaim pada iklan makanan kentang (n=15) 33

18. sebaran sifat klaim berdasarkan jenis produk (n=15) 33

19. Contoh iklan dengan klaim objektif 33

20. Contoh iklan dengan klaim subjektif 34

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian 14

2. Jumlah item/jenis produk makanan kemasan kentang dari

perusahaan yang diamati 19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi pelabelan dan macam olahan turunan kentang 44 2. Pemenuhan syarat pada produk kemasan makanan kentang

berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang

label dan iklan pangan 45

3. Klasifikasi merek makanan kentang berdasrkan jenis kode

pendaftaran 50

(13)

5. Kategori makanan instant kentang,ukuran, bentuk, dan perusahaan 55

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang merupakan makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Kentang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Komoditas ini termasuk komoditas bernilai ekonomi tinggi karena banyak petani ataupun investor mulai menanamkan modal untuk membudidayakannya (Samadi 2007). Pada saat ini produk olahan kentang semakin dikenal karena penggunaannya yang makin bervariasi. Selain sebagai makanan pokok di beberapa negara di dunia, kentang juga dikonsumsi sebagai sayuran, makanan ringan (snack), dan diolah menjadi berbagai produk industri makanan (Romdhijati 2010). Kentang merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dalam rangka menunjang program diversifikasi pangan, meningkatkan pendapatan petani, komoditas ekspor non migas dan bahan baku industri olahan (Sinaga 1998).

Konsumsi kentang sebagai bahan pangan meningkat terutama di Asia walaupun masih lebih kecil dari 20 kg/kapita/tahun. Hasil Susenas menunjukkan bahwa konsumsi kentang di Indonesia pada periode tahun 2002-2012 konsumsi rumah tangga meningkat sebesar (1.76 %) setiap tahunnya. Peningkatan terbesar terjadi di tahun 2007, konsumsi dalam rumah tangga untuk kentang naik sekitar (25%) dibandingkan tahun sebelumnya. Sebaliknya penurunan terbesar konsumsi dalam rumah tangga terjadi pada tahun 2009 sebesar (15.38%). Tahun 2012 konsumsi kentang turun sebesar (6.67 %) dibandingkan tahun 2011. Bersamaan dengan peningkatan pendapatan, konsumen cenderung melakukan diversifikasi menu makanan dari dominasi serealia bergeser ke komposisi pangan yang mengandung lebih banyak sayuran, termasuk kentang. Pertumbuhan konsumsi kentang olahan juga membuka kesempatan perluasan produksi kentang (Buletin Konsumsi Pangan 2013). Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang ada di Indonesia, banyak produsen yang memproduksi makanan berbahan dasar kentang dalam bentuk kemasan dalam berbagai jenis dan merek.

(15)

layak edar diantaranya 1.844 produk kadarluarsa, produk kadaluarsa ini banyak beredar di daerah yang jauh dari sentra produksi dan distribusi seperti Aceh, Jayapura, Kupang, Palangkaraya, dan Kendari. Kemudian terdapat produk pangan olahan rusak juga banyak ditemukan di Batam, Kendari, Aceh, Jambi, dan Lampung. Produk rusak tersebut sebanyak 964 produk dengan jumlah kemasan 3.907 (BPOM 2013).

Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi produk barang dan jasa adalah mendapatkan informasi yang benar pada produk yang dikonsumsinya. Dengan adanya informasi yang diberikan akan memudahkan konsumen dalam pemilihan dan pembelian produk. Iklan dan label pangan merupakan salah satu informasi bagi konsumen dalam membuat keputusan. Bagi konsumen, iklan menjadi salah satu sumber informasi mengenai suatu produk yang sangat penting bagi konsumem (Sumarwan 2006). Salah satu media yang digunakan dalam iklan adalah media televisi. Iklan televisi memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan jenis media lainnya, salah satunya adalah daya jangkau yang luas, karena daya jangkau yang luas tersebut dapat menjangkau audiensi dalam jumlah besar (Morrisan 2010).

Penelitian yang terkait dengan label pangan kemasan dan klaim iklan pernah dilakukan sebelumnya. Moniharapon (1999) menganalisis klaim iklan yang terdapat dimajalah dan label pangan, menilai berdasarkan The Nutrition Labelling and Education Act (NLEA 1994), Undang-Undang Pangan Nomor 7 Tahun 1996, Pedoman Umum Label dan Periklanan Makanan (Dirjen POM No. 02240/B/SK/VII/91), serta Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Bredbenner, Rutgers, dan Grasso (2001) tentang klaim nutrisi dan klaim kesehatan pada iklan televisi, sebelum dan sesudah adanya kebijakan mengenai iklan pangan pada The Federal Trade Comission 1994, bedasarkan The Nutrition Labelling and Education Act. Dwiayusari (2013) melakukan perbandingan label yang tertera pada kemasan produk bumbu instan dan bumbu pelengkap dengan PP Nomor 69 Tahun 1999 dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Adanya praktik-praktik pemasangan label dan penyiaran iklan yang menyesatkan konsumen yang dilakukan oleh produsen, yang merupakan permasalahan sehingga dilakukan penelitian ini. Penelitian ini untuk melihat label dan klaim iklan pada produk pangan kemasan makanan kentang yang beredar di pasaran. Kemudian dilakukan evaluasi kelengkapan persyaratan pada pencantuman label pangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan menganalisis hak-hak konsumen yang dilanggar berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta penilaian iklan televisi menggunakan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia untuk melihat apakah iklan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Perumusan Masalah

(16)

individu sebagai konsumen harus lebih selektif dalam memilih produk. Cara agar konsumen tidak dirugikan adalah dengan cara membaca label yang tertera di dalam kemasan dan melihat iklan. Walaupun ada peraturan yang mengatur tentang periklanan dan pencantuman label pangan di Indonesia, tetapi dalam prakteknya Undang-undang tersebut seakan diabaikan oleh pemasar. Para pemasar terkadang membuat iklan dengan klaim yang menyesatkan bagi konsumen. Selama tahun 2003 menurut data dari BPOM mengawasi 5594 iklan rokok dan sekitar 4260 dari iklan tersebut tidak memenuhi peraturan yang berlaku (Sumarwan 2006).

Pada label, konsumen kadang beranggapan bahwa informasi yang ada pada label adalah benar, dan jarang konsumen membaca atau memperhatikan label yang tertera pada kemasan produk pangan, atau bahkan konsumen mengabaikan label yang ada pada kemasan, padahal fungsi label itu sendiri adalah untuk memberi informasi tentang isi produk. Pada kenyataannya, masih banyak praktek pemberian label yang menyesatkan karena itu, perlu dibuat rambu-rambu dan peraturan yang jelas dari pemerintah, sehingga konsumen terlindungi dari kemungkinan label yang tidak benar, atau bahkan menyesatkan. Beberapa contoh penyimpangan terhadap PP Nomor 69 Tahun 1999 yang banyak ditemui pada label pangan yang ada di pasaran sekarang ini adalah penggunaan label tidak berbahasa Indonesia dan tidak menggunakan huruf latin, terutama produk impor, label yang ditempel tidak menyatu dengan kemasan, tidak mencantumkan waktu kadaluarsa, tidak mencantumkan keterangan komposisi dan berat bersih, tidak ada kode barang MD, ML atau P-IRT dan acuan kecukupan gizi yang tidak konsisten, tidak mencantumkan alamat produsen/importir bagi produknya (BPKN 2009 dalam Mahardika 2012).

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk menilai iklan televisi berdasarkan Etika Pariwara Indonesia dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.Untuk label produk pangan, sebenarnya telah ada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan pangan yang mengatur persyaratan label yang berlaku di Indonesia dan menganalisis hak-hak konsumen yang dilanggar berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan di teliti di dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kesesuaian pencantuman label pangan berdasarkan PP No. 69/1999?

2. Apakah terdapat pelanggaran pada pencantuman label berdasarkan PP No. 69/1999 dan UUPK No. 8/1999?

3. Bagaimana isi klaim yang terdapat pada iklan produk?

(17)

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis isi label pangan dan klaim iklan televisi pada produk kemasan makanan kentang.

Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi ragam produk yang berasal dari kentang.

2. Menganalisis label pada kemasan produk olahan kentang dan kesesuaian dengan PP No. 69/1999 dan UUPK No. 8/1999.

3. Menganalisis klaim pada iklan produk kentang dan menganalisis isi iklan apakah sesuai dengan UUPK No. 8/1999 dan Etika Pariwara Indonesia.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah untuk dijadikan sebagai bahan acuan penentuan kebijakan tentang label di Indonesia dan juga dapat menjadi masukkan agar pemerintah dapat meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan iklan di Indonesia. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap label pangan dan memberikan informasi agar lebih cermat dalam memilih produk yang diiklankan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berawal dari konsep perilaku konsumen yang terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan kepuasan (Sumarwan 2011). Penelitian ini mengaji tentang label pada kemasan makanan kentang dan iklan produk kentang pada televisi yang merupakan media bagi konsumen dalam mencari informasi mengenai produk. Label pada kemasan akan dianalisis menggunakan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang label dan iklan pangan dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Penayangan iklan pada televisi akan dianalisis menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia. Hasil penelitian ini berfokus pada kesesuaian label pangan dan iklan televisi pada peraturan dan berfokus pada perlindungan konsumen atas hak mendapatkan informasi yang benar.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Kentang

Kentang (Solanum Tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan (Buletin Konsumsi Pangan 2013). Pada umumnya di Indonesia kentang biasa di olah dan dapat digunakan sebagai pengganti nasi, seperti perkedel, sambal goreng kentang, keripik kuning, keripik (Sinaga 1977). Berbagai macam hasil olahan umbi kentang seperti keripik kentang, keripik kering, kentang beku, kentang olahan dalam kaleng merupakan produk olahan yang banyak diperdagangkan dipasaran. Menurut Siswosaputro (1985) dalam Hartuti dan Sinaga (1998) komoditas kentang merupakan salah satu makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Komposisi utama dari umbi kentang adalah air (80%), pati dan protein (2%). Mengkonsumsi sebuah umbi kentang yang berukuran sedang maka seseorang telah memenuhi 1/3 bagian (33%) dari kebutuhan akan vitamin C dan sebagian besar vitamin B, serta zat besi. Nilai kalori yang ada pada sebuah umbi kentang berukuran sedang adalah sekitar 100 kalori, atau nilainya sama dengan sebuah apel atau pisang berukuran sedang atau jeruk berukuran besar.

Pencarian Informasi Konsumen

Konsumen sebelum melakukan pembelian dan mengkonsumsi produk, konsumen terlebih dahulu melakukan pengenalan kebutuhan. Kebutuhan harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum sebelum ia bisa dikenali. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan yaitu, waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu, dan pengaruh pemasaran (Engel, Blackwell dan Miniard 1995). Sumarwan (2011) menyatakan bahwa pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) menyatakan bahwa pencarian informasi merupakan kegiatan konsumen mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).

Analisis Isi

(19)

menjelaskan karakteristik isi dari sebuah pesan. Hal itu dilakukan agar peneliti dapat menganalisis apakah pesan sudah memenuhi standar komunikasi yang ada atau belum (Berelson 1952 di dalam Prasad 2008). Analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks (Weber 1994 di dalam Eriyanto 2013). Penggunaan metode analisis isi dapat menjadi semi-kualitatif. Karena selain mencari makna, menguji teori, dan mendapatkan pemahaman mendalam, peneliti juga dapat menyajikan data hasil analisis dalam bentuk angka (Rahardjo 2010 dalam Pratiwi 2013). Penyajian data secara kuantitatif dapat dilakukan dengan mengkuantifikasi jumlah temuan yang identik dan menampilkan dalam bentuk persen dan tabulasi silang. (Cavanagh 1997 dalam Prasad 2008). Namun menurut Eriyanto (2013), analisis isi merupakan sebagai suatu teknik penelitian ilmiah secara kuantitatif untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dari suatu pesan dan menarik kesimpulan dari isi tersebut.

Iklan

Iklan merupakan pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentangsesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (EPI 2005). Iklan merupakan bentuk promosi yang dikenal orang, hal tersebut dikarenakan daya jangkau iklan yang luas. Menurut Kennedy & Soemanegara dalam Prakoso (2009) periklanan merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan bentuk komunikasi massa melalui media. Media-media tersebut antara lain : televisi, radio, surat kabar, majalah, brosur, banner, poster, dan lain-lain. Iklan di Indonesia tahun 2005 tercatat sekitar Rp 23 triliun rupiah dan televisi telah mendominasi 70 persen dari nilai belanja iklan, televisi memiliki posisi yang penting, karena televisi mampu menarik puluhan juta penonton, dibandingkan media yang lain (Morrisan 2010). Menurut Lee dan Johnson dalam Pratiwi (2012), iklan dapat diklasifikasikan kedalam sembilan kelompok, yaitu iklan produk, iklan eceran, iklan korporasi, iklan bisnis ke bisnis, iklan politik, iklan direktori, iklan respon tidak langsung, iklan layanan masyarakat, dan iklan advokasi. Iklan yang akan dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini adalah iklan produk.

Iklan yang Mengelabui

(20)

secara ilmiah atau kurang jelas dengan tujuan menutupi kekurangan yang dimiliki dan membesar-besarkan kelebihan produk, kemudian ada klaim tidak rasional yang merupakan pernyataan yang tidak didukung oleh logika atau tidak masuk akal, dimana klaim disampaikan secara berlebihan (Sumarwan 2011).

Label Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai pangan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan pangan atau minuman (BPOM 2006).

Menurut Engel et al (1995), konsumen memberikan perhatian pada label kemasan dengan anggapan bahwa informasi yang tertera dalam label mungkin benar, namun informasi pada kemasan tersebut lebih banyak digunakan oleh konsumen dengan status sosioekonomi tinggi.

Label pangan adalah keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian dari kemasan (PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan). Label memberikan informasi kepada konsumen mengenai isi produk yang akan di konsumsi tanpa harus membuka kemasan produk, dapat juga menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah produk. Menurut Wijaya (1997) dalam Mahardika (2012) label adalah tulisan, tag, gambar, atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun sehingga memberi kesan melekat pada kemasan atau wadah.

Pelabelan pada kemasan pangan telah diatur tersendiri dan secara khusus pada setiap negara. Di Indonesia peraturan pelabelan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tersebut, ketentuan pelabelan tercantum pada bab II yang terdiri dari 15 bagian dan 42 pasal (2-43). Definisi label pangan tercantum pada pasal 1 ayat 3, sedangkan pengawasan dan tindakan administratif masing-masing tercantum pada bab III dan IV. Rincian bab II tentang Label Pangan dapat dilihat pada.

Tabel 1 Rincian Bab II dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan

Bagian Perihal Pasal

1 Umum (pasal 2-11)

2 Bagian Utama Label (pasal 12-14)

3 Tulisan pada Label (pasal 15-16)

4 Nama Produk Pangan (pasal 17-18)

5 Keterangan tentang Bahan yang digunakan (pasal 19-22)

6 Keterangan tentang Berat Bersih atau Isi Bersih (pasal 23-25)

(21)

Tabel 1 Rincian Bab II dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan

Bagian Perihal Pasal

8 Tanggal Kadaluwarsa (pasal 27-29)

9 Nomor Pendaftaran Pangan (pasal 26)

10 Keterangan tentang Kode Produksi Pangan (pasal 31)

11 Keterangan tentang Kandungan Gizi (pasal 32-33)

12 Keterangan tentang Iradiasi Pangan dan Rekayasa Genetika (pasal 34-35)

13 Keterangan tentang Bahan Pangan yang Dibuat dari Bahan baku

alamiah

(pasal 36-37)

14 Keterangan lain pada label tentang pangan olahan tertentu (pasal 38-42)

15 Keterangan tentang bahan tambahan pangan (pasal 43)

Sumber : PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen (UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999). Di dalam UUPK juga dijelaskan tujuan dari perlindungan konsumen, yaitu :

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Pasal 4 UUPK menjelaskan mengenai hak-hak konsumen, yaitu :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa;

(22)

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Undang-undang Perlindungan Konsumen juga membahas mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yang ada di dalam pasal 8 ayat 1. Penjelasan dari pasal tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:

a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau neto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;

c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

g. tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;

h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;

i. tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih ata netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat;

(23)

Penelitian Terdahulu

Hasil Riset Mengenai Iklan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bush et al (1986) melakukan penelitian berjudul “Analisis Isi Iklan Animasi Televisi” Dalam penelitian tersebut mengunakan metode analisis isi, yaitu untuk menganalisis 2454 iklan yang beranimasi di televisi selama 7 hari yang menunjukkan bahwa dari semua iklan di televisi yang ada di saluran utama, sekitar 3 persen iklan yang ditayangkan menggunakan animasi, iklan televisi yang mengandung animasi pada seluruh atau sebagian iklan ada sekitar 20 persen dari semua iklan televisi. Animasi dalam iklan televisi tidak unik pada hari-hari tertentu dalam seminggu, kecuali program sabtu pagi. Iklan nasional cendeurung lebih kepada iklan lokal, tetapi masih ada unsur animasinya. Iklan dari institusi maupun iklan layanan masyarakat menggunakan animasi di dalam iklan yang memiliki persentasi yang besar. Penelitian serupa dilakukan oleh Pratiwi (2013) melakukan penelitian menggunakan analisis isi dengan mengggunakan media cetak yaitu surat kabar yang berjudul “Analisis Isi Iklan Produk Dengan Klaim Hijau Pada Surat Kabar”. Analisis dilakukan dengan membandingkan karakteristik klaim hijau yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Etika Pariwara Indonesia. Menunjukkan bahwa terdapat 3 iklan yang memennuhi UUPK, 77 iklan yang memenuhi EPI dan hanya dua iklan yang benar-benar memenuhi standar periklanan dari UUPK. Hasil analisis secara menyeluruh menunjukkan bahwa tidak ada iklan yang memenuhi UUPK dan EPI, bersifat objektif, dan memiliki klaim hijau sesuai dengan realitas. Kedua penelitian diatas memiliki kesamaan yaitu menggunakan metode analisis isi dalam analisis data, walaupun objek yang diteliti berbeda, dan variable yang diteliti berbeda.

Hasil Riset Mengenai Label Pangan

(24)

Kemudian ada penelitian yang menggunakan metode analisis isi, seperti penelitian di atas, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mahardika (2012), dengan judul “Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Swalayan Di Kota Bobor” penelitian ini dilakukan menjadi dua bagian, yaitu penelitian utama dan penelitian tambahan. Untuk penelitian utama dilakukan analisis isi dengan membandingkan hasil pengamatan label minuman sari buah kemasan siap minum dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 sebagai peraturan yang mengatur mengenai cara pelabelan pangan. Data yang dianalisis pada penelitian utama berupa label minuman sari buah kemasan siap minum yang didapatkan dari peredaran produk tersebut di pasar swalayan kota Bogor dengan rincian dua hypermarket (Giant dan Hypermart), empat supermarket (Foodmart, Ramayana, Superindo, danYogya), dan empat minimarket (Alfamart, Al Amin, Circle K, dan Indomaret). Contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang dikumpulkan sebanyak 68 merek yang dihasilkan oleh 51 produsen. Analisis label pada 68 merek yang didapatkan menunjukkan hasil tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur keterangan minimum label 94.70 persen, tulisan pada label 88.24 persen, teknis pencantuman label 66.18 persen, keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label 90.68 persen, dan keterangan lain label 99.41 persen. Sebanyak 55 merek dari total 68 merek minuman yang dianalisis (80.88%) memenuhi ketentuan keterangan minimum yang harus dicantumkan pada label. Hanya sepuluh mere (14.70%) yang telah memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur label minuman sari buah. Sedangkan untuk penelitian tambahan yaitu mengamati tingkat kepedulian dan kesadaran konsumen dalam label minuman siap minum, yaitu dengan cara metode survey.

Penelitian menggunakan analisis isi juga dilakukan oleh Gunanta (2007) yang berjudul “Pemenuhan Syarat Label Dari Beras Berlabel Di Beberapa Pasar Swalayan Jakarta”. Contoh yang dikumpulkan dari 42 merek beras berlabel terdapat 38 merek yang telah mencantumkan nama dan alamat produsen. Menurut hasil pengamatan bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok umur teknis pencantuman label, tulisan pada label, keterangan minimum label, keterangan lain label, dan keterangan yang dilarang (tidak diperbolehkan pada label) masing-masing sebesar 78.57 persen (33 merek); 47.62 persen (20 merek); 24.28 persen (10 merek); 91.67 persen (38 merek), dan 92.46 persen (38 merek). Dari 23 unsur yang diteliti, sebagian besar merek memenuhi 15 sampai dengan 18 unsur label pangan (85.72%).

Ketiga penelitian mengenai label pangan di atas memiliki kesamaan yaitu menggunakan PP No. 69 Tahun 1999 sebagai dasar aturan yang digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisis isi pada label pangan.

Hasil Riset Mengenai Iklan dan Label pangan

Terdapat penelitian mengenai klaim iklan dan label pangan yang dilakukan oleh Moniharapon et al (1999) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Klaim Iklan Dan

(25)

penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat label produk pangan yang melanggar aturan pelabelan, yaitu SNM (bubur susu), Promina (bubur bayi), dan Prenagen (minuman ibu hamil dan menyusui). Kemudian untuk hasil analisis pada iklan majalah menunjukkan 69,0 persen merupakan klaim subjektif dan hanya 30,1 persen klaim bersifat objektif. Pada penelitian ini menggunakan metode analisis isi, kemudian peraturan yang digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi klaim dan label ada empat, yaitu : The Nutrition Labelling And Education Act, UU Pangan No. 7/1996, Pedoman Umum Label Dan Periklanan Makanan (Dirjen POM, No. 02240/B/SK/VII/91), dan Tata Karma Dan Tata Cara Periklanan Di Indonesia.

Konsep dan Variabel Penelitian

Pada penelitian Moniharapon et al (1999), variabel yang digunakan adalah : 1. Kategori iklan berdasarkan produk pangan;

2. Karakteristik iklan (ukuran iklan, intensitas warna, jenis iklan, posisi iklan dalam majalah, bentuk penyajian iklan, metode penguatan iklan, dan total frekuensi pemunculan berdasarkan merek produk pangan);

3. Pelanggaran iklan (isi klaim, kesaksian konsumen, dan penggunaan tenaga professional);

4. Karakteristik label (pernyataan klaim pada label, gambar pada label, informasi yang dicantumkan pada label : nama produk, komposisi, isi bersih, nama dan alamat pabrik/importer, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadarluarsa, petunjuk/cara, penyiapan/penggunaan, nilai gizi, dan tulisan/pernyataan khusus).

Pada penelitian Pratiwi (2013) tentang iklan pada media cetak yaitu surat kabar konsep yang digunakan adalah pengolahan informasi konsumen melalui iklan pada surat kabar dan variabel yang digunakan :

1. Karakteristik produk yang diiklankan (jenis dan merek produk);

2. Karakteristik iklan surat kabar (frekuensi pengulangan, warna cetak, ukuran dalam satuan cm tokoh/model iklan, tanggal dan halaman dimuatnya iklan dan peletakkan klaim hijau pada bagian iklan);

3. Pendekatan pesan iklan (pendekatan emosional dan pendekatan informasi aktual); 4. Karakteristik klaim hijau

Penelitian Mahardika, Gunanta, dan Dwiayusari pada penelitian mengenai label variabel-variabel disesuaikan dengan PP No 69 Tahun 1999, yaitu :

1. Teknis pencantuman label; 2. Tulisan pada label;

3. Keterangan minimum label (nama produk pangan, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat produsen, serta tanggal kadarluarsa);

4. Keterangan lain (manfaat pangan bagi kesehatan, pernyataan tentang halal, nomor pendaftaran pangan, keterangan tentang kode produksipangan, kandungan gizi, iradiasi pangan, pangan rekayasa genetika, pangan sintetis yang dibuat dari bahan baku alamiah, pangan olahan tertentu, dan bahan tambahan pangan);

(26)

lembaga yang menganalisis produk pangan, keterangan pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain, keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah, dan keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau jadi).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dwiayusari terdapat variabel yang ditambahkan kedalam penelitian yaitu variabel is klaim yang merupakan pernyataan pada label yang berhubungan dengan produk dan merek bumbu.

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Iklan dan label makanan pada kemasan produk merupakan sumber informasi yang dibutuhkan bagi konsumen. Penelitian mengenai label dan iklan sudah dilakukan, tetapi penelitian-penelitian terdahulu masih jarang yang melihat dari sisi kepentingan konsumen yang berhubungan tentang hak konsumen dalam memperoleh informasi yang benar. Penelitian-penelitian yang telah dijelaskan, mengevaluasi dan menganalisis iklan dan klaim pangan serta label pangan dianalisis berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu masih terdapat ketidaksesuaian iklan dan label kemasan yang memenuhi standar pada peraturan yang ada. Klaim yang bersifat mengelabui juga masih ada, sehingga konsumen harus berhati-hati dalam mengolah informasi yang ada di iklan, dan konsumen juga harus jeli dalam memilih produk yang akan dibeli maupun dikonsumsi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kentang merupakan salah satu makanan pokok yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Selain rasanya yang enak kentang juga dapat dijadikan berbagai macam olahan makanan, dari olahan rumah tangga seperti perkedel, sup kentang, kroket dan masih banyak lagi makanan yang dapat diolah, tidak hanya produk olahan rumah tangga, tetapi kentang juga telah dikembangkan kedalam industri pangan seperti keripik kentang, biskuit kentang dan lain-lain. Produk makanan kemasan kentang diminati oleh berbagai macam kalangan baik

(27)

Label dan iklan pangan merupakan alat bagi konsumen untuk mendapatkan informasi mengenai produk yang akan dibeli. Didalam iklan terdapat klaim mengenai produk, dimana klaim merupakan pesan yang diberikan dari produsen kepada konsumen. Klaim iklan terdapat empat kategori yaitu klaim subjektif, klaim objektif, klaim dua arti, dan klaim tidak rasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Pasal 3 ayat 2, menyatakan mengenai keterangan label pangan yang harus dicantumkan pada kemasan sekurang-kurangnya, yaitu : nama produk, komposisi, berat bersih, nama dan alamat produsen, serta tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa. Dalam kemasan juga biasanya terdapat keterangan lain, misalnya keterangan halal, keterangan tentang bahan pangan tambahan, atau klaim produk.

Namun dalam implementasinya tidak jarang klaim yang ada di iklan dan informasi yang tertera pada label bersifat mengelabui konsumen. Oleh karena itu penting dilakukan analisis mengenai kesesuaian klaim tersebut yang dianalisis dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Etika Pariwara Indonesia, untuk melihat apakah iklan produk yang ditampilkan telah memenuhi etika, dan juga ingin mengetahui apa saja yang dilanggar dalam undang-undang perlindungan konsumen serta analisis mengenai kesesuaian label pangan yang tertera pada kemasan makanan kentang berdasarkan PP No. 69/1999.

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

(28)

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain eksploratif dengan pendekatan semi-kualitatif, dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis) dalam menganalisis label kemasan pada produk makanan kentang yang ada di pasaran dan mengamati iklan produk di televisi kemudian menganalisis klaim yang ada di dalam iklan dan menyajikan data dalam bentuk frekuensi, diagram, dan persentase. Pengumpulan dan analisis data dilakukan pada bulan April – Juni 2014, untuk pengumpulan iklan televisi dengan cara mengunggah lewat internet maupun

web tentang iklan produk kemasan kentang dan pengambilan sampel label kemasan berlokasi di berbagai pasar swalayan Kota Bogor yang menjual produk makanan kentang kemasan. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan memilih kota bogor dan pemilihan Giant Hypermarket Botani Square (Hypermarket), Yogya Bogor

Junction (supermarket), dan Alfamidi Babakan Raya (minimarket) pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan karena pada prinsipnya, seluruh merek produk makanan kemasan kentang pada hypermarket, supermarket, dan minimarket yang dipilih akan diamati. Berbagai jenis pasar yang dipilih (hypermarket, supermarket, dan minimarket) bersifat saling melengkapi.

Populasi dan Contoh Penelitian

Populasi penelitian merupakan produk dari berbagai merek yang ada di pasaran yang berbahan dasar kentang. Teknik pemilihan sampel dilakukan secara purposive

dengan cara memilih produk pangan yang terbuat dari kentang. Produk-produk makanan kentang kemasan yang diteliti merupakan produk yang dijual di ketiga tempat yang telah ditentukan. Dari ketiga tempat itu didapat 60 sampel yang akan diamati. Populasi untuk iklan televisi adalah iklan yang telah dimuat ditelevisi pada tahun 2011-2014. Jumlah iklan yang didapat yang akan menjadi contoh di dalam penelitian ini adalah 20 iklan makanan kentang.

Variabel Penelitian

(29)

dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Unsur-unsur label dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Unsur Label yang diamati pada kemasan produk makanan kentang kemasan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999

No Unsur Label Pasal dan Ayat

A Teknis pencantuman label 2, 27 (1), 29 (a,b)

B Tulisan pada label 13 , 15, 16

C Keterangan Minimum Label 3 (2)

1. Nama produk pangan 17, 18

2. Daftar bahan 19, 20

3. Berat bersih atau Isi bersih 23, 24, 25

4. Nama dan alamat produsen 26

5. Tanggal kadaluwarsa 27, 28, 29

D Keterangan lain

1. Manfaat pangan bagi kesehatan 6, 21, 33 (1)

2. Penyataan tentang halal 10, 11

3. Nomor pendaftaran pangan 30

4. Kode produksi 31

5. Keterangan tentang kandungan gizi 32, 33 (1)

6. Keterangan tentang iradiasi pangan 34

7. Keterangan tentang pangan rekayasa genetika 35

8. Keterangan tentang pangan sintesis yang dibuat dari bahan baku alamiah

36, 37

9. Keterangan tentang pangan olahan tertentu 38, 39, 40, 41

10. Keterangan tentang bahan tambahan pangan 6, 21, 33 (1)

E Keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan)

1. Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan 5

2. Pangan dapat berfungsi sebagai obat 7

3.Mencantumkan nama dan lembaga yang menganalisis produk

pangan

8

4. Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain

33 (2)

5. Keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah

37

6. Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi

41

(30)

Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data label kemasan dilakukan dengan cara menonton iklan produk kemasan kentang yang ada di web yaitu melalui youtube dan tvconair. Setiap iklan dianalisis yang mengandung klaim, satu persatu karakteristik iklan di uraikan beserta klaim kemudian dianalisis. Kemasan produk makanan kentang kemasan diamati di pasar swalayan dikumpulkan atau didapatkan melalui pencarian data di internet. Label pangan yang dicantumkan didalam kemasan diamati dan dianalisis berdasarkan petunjuk dari PP Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan. Analisis data dari hasil pengamatan terhadap label dan iklan produk kemasan makanan kentang dilakukan dengan metode analisis isi (content analysis). Analisis isi yang membandingkan kesesuaian hasil informasi yang didapatkan dari data pengamatan dengan ketentuan (pasal-pasal) dari produk hukum yang berlaku, yang dikenal dengan nama Legal Analysis Research (Whitney 1951 dalam Mahardika 2011). Data disajikan menggunakan statistika deskriptif menggunakan tabulasi silang dan persentase serta analisis kualitatif menggunakan PP Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan untuk menganalisis label kemasan produk pangan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Etika Pariwara Indonesia untuk menganalisis iklan.

Definisi Operasional

Makanan kemasan adalah makanan yang dibungkus atau dikemas dengan rapi, yang didalamnya terdapat label yang sekurang-kurangnya berisi nama produk, komposisi, isi netto, nama dan alamat produsen, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluarsa, label halal, dan cara penyajian.

Iklan adalah salah satu metode yang digunakan oleh pemasar untuk mengkomunikasikan produknya kepada konsumen.

Karakteristik produk adalah identitas dari produk yang diiklankan terkait merek dan jenisnya.

Klaim adalah pesan yang disampaikan oleh pemasar, untuk mempengaruhi konsumen yang berkaitan dengan produk kemasan makanan kentang.

Karakteristik klaim adalah sifat dari klaim (objektif, subejktif, dua arti, dan tidak rasional).

Label pangan adalah informasi yang dicantumkan pada produk kemasan makanan kentang

Nama produk adalah nama jenis produk yang menjelakan sifat atau keadaan sebenarnya dari prodk, misalnya keripik kentang, biskuit kentang.

Komposisi adalah bahan-bahan yang digunakan produsen untuk membuat makanan yang terbuat dari kentang.

Isi netto adalah berat bersih atau isi bersih di luar kemasan.

(31)

Nomor pendaftaran adalah kode atau nomor yang diberikan oleh BPOM yang menjelaskan bahwa produk kemasan makanan kentang yang dijual oleh produsen telah terdaftar.

Kode produksi adalah berupa keterangan huruf atau angka atau perpaduannya yang menunjukkan riwayat makanan kentang yang telah diproduksi.

Tanggal kadaluarsa adalah keterangan mengenai batas produk kemasan makanan kentang aman untuk dikonsumsi yaitu berupa tanggal, bulan, dan tahun. Label halal adalah keterangan mengenai produk kemasan makanan kentang yang

dijual bisa dikonsumsi oleh umat muslim.

Cara penyajian adalah cara untuk mengkonsumsi, menggunakan atau menyajikan makanan kentang.

Analisis isi adalah metode analisis isi iklan dan label pangan dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Etika Pariwara Indonesia untuk menganalisis iklan, dan PP Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan untuk menganalisis label kemasan produk pangan

HASIL

Ragam Produk yang Berasal dari Kentang

Pada bagian ini akan membahas mengenai ragam produk olahan kentang untuk menjawab tujuan pertama. Kentang merupakan salah satu produk pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan turunannya. Secara umum, kentang biasanya diolah menjadi makanan seperti perkedel, sambal kentang, ataupun sup. Beberapa produk olahan kentang diantaranya adalah keripik, kerupuk, tepung, dan kentang goreng (Wibawa 2007). Di pasaran dunia produk olahan kentang yang umum diperdagangkan pati, tepung, kentang dalam kaleng, kentang kering, dan keripik kentang berupa chip dan stick. Bahkan di Negara maju pati kentang dipergunakan dalam berbagai industri seperti industri kertas, tekstil, perekat, sabun, pembuatan baterai, dan lain-lain (Romdhijati 2010). Kentang merupakan bahan makanan yang banyak disukai masyarakat. Kentang dapat diolah menjadi berbagai macam produk olah, beberapa diantaranya, chip kentang (keripik kentang), donat kentang, stick kentang dan kroket kentang (Litbang 2013). Di Indonesia umbi kentang umumnya diperdagangkan sebagai kentang segar atau sebagai olahan dan dikonsumsi sebagai pengganti nasi, disayur, dibuat perkedel, sambal goreng kering, keripik kuning dan keripik putih (Sinaga 1977). Berbagai macam hasil olahan umbi kentang secara berurutan dapat disebutkan bahwa keripik kentang, keripik kering, kentang beku, kentang olahan dalam kaleng merupakan produk olahan yang banyak diperdagangkan dipasaran (Siswoputranto 1985 dalam Sinaga 1998).

(32)

aneka macam makanan ringan. Dalam indusri rumah tangga kentang dapat dibuat menjadi berbagai masakan baik diolah dengan cara dikukus atau direbus, digoreng maupun dipanggang. Beberapa makanan olahan dari kentang dengan cara digoreng adalah kroket kentang, bakwan kentang, omelet kentang, donat kentang, lumpia kentang, dan kentang gulung roti. Makanan olahan kentang yang dimasak dengan cara dikukus atau direbus adalah lapis kentang, salad kentang, sup kentang, gulai ayam kentang, pudding kentang, kentang kelapa muda, brownies kentang kukus. Makanan olahan kentang yang dimasak dengan cara dipanggang adalah cake kentang, cake siram cokelat, kentang isi ayam, pastel tutup, roti kentang tabor gula, perkedel kentang panggang, sus kentang, dan pai isi kentang (Romdhijati 2010).

Label Kemasan Produk Kentang

Sebaran contoh produk makanan kemasan kentang yang diamati

Total produk kemasan makanan kentang yang diperoleh dari hasil pengumpulan contoh pada penelitian ini adalah 60 merek yang berasal dari Giant hypermarket Botani Square, Yogya Bogor Junction Supermarket, dan Alfamidi minimarket yang semuanya berlokasi di Kota Bogor, Jawa Barat. Produk-produk yang diamati merupakan produk makanan dari 12 perusahaan, terdapat tiga perusahaan yang merupakan perusahaan asing yaitu Kilang Makanan Mamee SDN. BHD Malaysia, Super Food Technology SDN. BHD Malaysia, dan Mc Cain Foods Canada. Kemudian Sembilan produk lainnya merupakan perusahaan dari produk makanan kentang yang berasal dari Indonesia yaitu perusahaan PT Indofood Fritolay Makmur, PT Siantar Top Tbk, PT Garudafood Putra Putri Jaya, PT Kaldu Sari Nabati Indonesia, PT Pacific Food Indonesia, PT URC Indonesia, PT Diamond Cold Storage, PT Charoen Pokhpand Indonesia Tbk, dan PT Balimuda Food.

Gambar 2 Jumlah item/jenis produk makanan kemasan kentang dari perusahaan yang diamati PT. Garudafood Putra Putri Jaya Kilang Makanan Mamee SDN. BHD Malaysia

PT. URC Indonesia PT. Siantar Top Tbk. PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia PT. Pacific Food Indonesia PT. Balimuda Food PT. Charoen Pokhpand

Super Food Technology SDN. BHD Malaysia

(33)

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah jenis produk kemasan makanan kentang terbanyak dimiliki oleh PT Indofood Fritolay Makmur dan yang paling sedikit adalah PT Kaldu Sari Nabati Indonesia. Kemasan makanan kentang yang diteliti paling banyak adalah makanan ringan yaitu keripik kentang dan biskuit kentang. Jumlah produk yang diproduksi oleh perusahaan asing adalah 16 produk, untuk perusahaan Kilang Makanan Namee SDN. BHD Malaysia memproduksi delapan produk, perusahaan Super Foods Technology SDN. BHD Malaysia memproduksi enam produk, dan perusahaan Mc Cain Foods Canada memproduksi dua produk. Pengambilan contoh bersifat saling melengkapi, yaitu jika pada tempat yang diamati sebelumnya sudah terdapat jenis produk yang sama, maka pada tempat selanjutnya tidak perlu diamati. Dari keseluruhan produk, 44 produk merupakan keripik kentang dan dua merupakan biskuit kentang. Semua merek yang ditemui mencantumkan produsen yang memproduksi nya.

Tabel 3 Sebaran produk makanan ringan berdasarkan kategori dan perusahaan (n=46)

(34)

Tabel 4 Sebaran produk makanan instan berdasarkan kategori perusahaan (n=14) Perusahaan

Kategori PT Diamond

Cold Storage

Mc Cain Foods Canada

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk

PT Balimuda Food

Total

n % n % n % n % n %

Kentang Beku 7 50.0 2 14.3 2 14.3 0 0 11 78.6

Bubur Kentang 0 0.0 0 0.0 0 0.0 3 21.4 3 21.4

Total 7 50.0 2 14.3 2 14.3 3 21.4 14 100.0

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan hampir separuh produk merupakan kentang beku yang di produksi oleh PT Diamond Cold Storage (50%), sedangkan untuk bubur kentang hanya (21.4%) yang di produksi oleh PT Balimuda Food.

Pemenuhan unsur label berdasarkan peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan

Pada bagian ini akan membahas mengenai pemenuhan syarat unsur label berdasarkan PP No. 69/1999 yaitu untuk menjawab tujuan kedua.

Teknis Pencantuman Label

Teknis pencantuman label dijelaskan pada PP No. 69/1999 tentang iklan dan label pangan pasal 2, pasal 27 ayat 1, dan pasal 29 ayat a dan b. Label kemasan dapat mempermudah konsumen dalam mengetahui informasi produk yang akan dibeli.

Tabel 5 Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label

No Kriteria pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label Produk yang

memenuhi

%

1 Label dicantumkan pada, di dalam atau di kemasan pangan 60 100.0

2 Label tidak mudah lepas dari kemasan 58 96.7

3 Label tidak mudah luntur ataupun rusak 50 83.3

4 Label terletak pada sisi kemasan yang mudah untuk dilihat dan

dibaca

60 100.0

5 Tanggal kadarluarsa dicantumkan secara jelas 50 83.3

6 Label pangan yang sudah diedarkan tidak diperbolehkan untuk

dihapus, dicabut, ditutup, diganti, dan dilabel kembali

60 100.0

7 Tanggal, bulan, dan tahun kadarluarsa pada pangan yang diedarkan

tidak diperbolehkan untuk ditukar

60 100.0

Rata-rata 96.1

(35)

Ayam Bumbu, Chitato Rasa Asli, lays Rasa BBQ Fiesta, Brio Go! Potato, Golden Farm French Fries Cringkle Cut, Just Fry French Fries Shoestring. Hal tersebut dapat disebabkan oleh penyimpanan yang tidak baik sehingga tulisan tanggal kadarluarsa yang terdapat pada kemasan mulai luntur dan hilang. Kemudian terdapat dua produk yang belum memenuhi kriteria pencantuman label karena label yang mudah lepas dari kemasan yaitu produk Mc Cain Superfries dan Mc Cain

Superspirals, kedua produk tersebut merupakan produk import dan penulisan labelnya masing menggunkan bahasa asing walaupun terdapat bahasa Indonesia yang ditempel dengan stiker diluar kemasan, sehingga label cepat rusak.

Tulisan Pada Label

Peraturan tentang tulisan pada label dijelaskan pada pasal 13 (ayat 1 dan 2) dan pasal 16. Secara keseluruhan hampir memenuhi kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label yaitu sebesar 91.7 persen.

Tabel 6 Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label

No Kriteria pemenuhan syarat unsur tulisan pada label Produk yang

memenuhi

%

1 Keterangan pada label ditulis atau dicetak dengan menggunakan

bahasa Indonesia, angka Arab, dan huruf Latin

60 100.0

2 Huruf dan angka harus jelas dan mudah dibaca 50 83.3

Rata-rata 91.7

Terdapat 10 produk yang belum memenuhi syarat tulisan pada label karena angka yang tidak jelas seperti tanggal kadaluarsa dan kode produksi yang sudah mulai luntur.

Keterangan Minimum Label

Peraturan mengenai keterangan minimum label yang terdapat pada PP No. 69/1999 yaitu nama produk pangan, daftar bahan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat produsen, serta tanggal kadaluarsa

(36)

Tabel 7 Kriteria pemenuhan syarat unsur nama produk pangan

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Nama Produk Pangan Produk yang

Memenuhi

%

1 Harus dicantumkan pada bagian utama label 60 100.0

2 Nama yang digunakan harus menunjukkan sifat atau keadaan

yang sebenarnya

60 100.0

Rata-rata 100.0

Daftar Bahan. Pada unsur label daftar bahan, kriteria pencantuman daftar bahan terdapat pada pasal 17 dan 18 P No. 69/1999. Daftar bahan merupakan komposisi yang digunakan untuk membuat produk atau daftar dari bahan yang digunakan dalam pembuatan produk. Semua produk sudah mencantumkan daftar bahan dalam kemasannya.

Tabel 8 Kriteria pemenuhan syarat unsur daftar bahan

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Daftar Bahan Produk yang

Memenuhi %

1 Daftar bahan dicantumkan secara berurutan dimulai dari bagian dengan

jumlah terbanyak (kecuali vitamin, mineral dan zat penambah gizi lainnya)

60 100.0

2 Nama bahan yang digunakan adalah nama yang lazim digunakan 60 100.0

3 Air yang ditambahkan harus dicantumkan sebagai komposisi pangan,

terkecuali air itu merupakan bagian dari bahan yang digunakan atau telah mengalami penguapan seluruhnya selama pengobatab

60 100.0

Rata-rata 100.0

Berat Bersih/Isi Bersih. Peraturan pencantuman berat bersih/isi bersih dijelaskan pada pasal 19 dan 20. Seluruh merek telah mencantumkan berat bersih pada bagian utama label dengan persentase (100 %) dimana di dalam label didahului “isi bersih” dan dicantumkan pada satuan metrik (g).

Tabel 9 Kriteria pemenuhan syarat unsur berat bersih/isi bersih

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Berat Bersih/Isi Bersih Produk yang

Memenuhi %

1 Harus dicantumkan pada bagian utama label 60 100.0

2 Dicantumkan dalam satuan metric 60 100.0

3 Ukuran ‘isi’ harus dicantumkan untuk makanan cair, ‘berat’ untuk

makanan padat, dan ‘isi’ atau ‘berat’ untuk makanan semi padat atau

kental

60 100.0

4 Berat bersih atau isi bersih tiap takaran saji harus dimuat pada label

yang memuat keterangan jumlah takaran saji

60 100.0

(37)

Nama dan Alamat Produsen. Pencantuman peraturan mengenai nama dan alamat produsen terdapat pada PP No. 69 Tahun 1999 pasal 23, 24, dan 25. Nama dan alamat produsen ditampilkan pada bagian utama label.

Tabel 10 Kriteria pemenuhan syarat unsur nama dan alamat produsen

No Kriteria Pemenuhan Syarat Nama dan Alamat Produsen Produk yang

Memenuhi %

1 Harus dicantumkan pada bagian utama label. 60 100.0

2 Harus dicantukan nama dan alamat pihak yang memproduksi 60 100.0

3 Apabila pihak yang mengedarkan berbeda dengan pihak yang

memasukan pangan ke wilayah Indonesia, nama dan alamat pihak yang memasukan dan mengedarkan pangan di wilayah Indonesia harus dicantumkan

60 100.0

Rata-rata 100.0

Rata-rata pemenuhan syarat nama dan alamat produsen memiliki persentase (100 %) karena keseluruhan produk menampilkan nama dan alamat produsen secara jelas, tetapi tata cara pencantuman informasi alamat produsen sendiri tidak dijelaskan rinci pada PP Nomor 69 Tahun 1999 sehingga sehingga diperlukan penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Pada produk yang diamati, jumlah perusahaan yang mengimpor produk dari perusahaan lain yaitu sebanyak 16 perusahaan. Fungsi dari pencantuman nama dan alamat produsen untuk memudahkan konsumen melakukan pengaduan jika terjadi sesuatu yang merugikan (Wimala 2011).

Tanggal Kadaluarsa. Pencantuman peraturan mengenai tanggal kadarluarsa pada PP No. 96/1999 pasal 27,28, dan 29. Tanggal kadarluarsa berfungsi sebagai antisipasi kemanan dan keselamatan konsumen dalam mengonsumsi suatu produk. Berikut merupakan kriteria pemenuhan syarat unsur tanggal kadarluarsa

Tabel 11 Kriteria pemenuhan syarat unsur tanggal kadarluarsa

No Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Tanggal Kadarluarsa Produk yang

Memenuhi %

1 Harus dicantumkan secara jelas pada tabel 50 83.3

2 Pencantuman tanggal, bulan, dan tahun kadarluarsa dilakukan setelah

pencantuman tulisan “baik digunakan sebelum”, sesuai dengan jenis dan

daya tahan pangan; produk dengan masa kadarluarsa lebih dari 3 bulan boleh hanya mencantumkan bulan dan tahun kadarluarsa

56 93.3

3 Dilarang memeperdagangkan produk yang sudah kadarluarsa 60 100.0

4 Dilarang menghapus, mencabut, menutup, mengganti label, melabel

kembali pangan yang diedarkan; menukar tanggal, bulan dan than kadarluarsa yang diedarkan

60 100.0

Rata-rata 94.2

(38)

mencantumkan tanggal kadaluarsa didahului keterangan “baik digunakan sebelum” tetapi masih mencantumkan tanggal kadarluarsa dengan menggunakan istilah asing seperti “expire date” atau “best before” sehingga hal tersebut dapat dianggap belum memenuhi pemenuhan unsur tanggal kadarluarsa, keempat produk tersebut merupakan produk impor yaitu mister potato crisps rasa original, mister potato crisps

rasa hot & spicy, mister potato crisps rasa sour cream & onion, dan mister potato

crisps rasa barbeque. Kemudian terdapat 10 merek yang belum mencantumkan tanggal kadarluarsa secara jelas hal tersebut diakibatkan karena tinta yang sudah mulai luntur dan rusak.

Perbandingan Keterangan Minimum Label Berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dengan Food Drug Administration (FDA).

Food labeling guide merupakan peraturan pelabelan yang berlaku di negara Amerika Serikat yang termasuk bagian dari food drug and admninistration. Peraturan tersebut digunakan untuk produk dalam negeri maupun produk asing yang diproduksi di Amerika. Produk seperti makanan, obat, kosmetik, dan peraturan mengenai tata cara pelabelan sudah diatur dalam FDA. Tabel 12 menunjukkan bahwa setiap food labeling guide mencantumkan empat keterangan minimum label sama seperti PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, yaitu mencantumkan nama produk, daftar bahan, berat bersih, dan nama dan alamat produsen. Pada food labeling guide mencantumkan informasi nilai gizi dan klaim didalam keterangan minimum label. Sedangkan pada PP No. 69/1999 keterangan mengenai informasi nilai gizi masuk pada keterangan lain pada label

Tabel 12 Perbandingan keterangan minimum label berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 dengan food labeling guide

PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

Food Labelling Guide

Nama produk pangan Nama produk

Daftar bahan Daftar bahan

Berat bersih atau isi bersih Berat bersih

Nama dan alamat produsen Nama dan alamat produsen

Tanggal kadarluarsa Informasi gizi

Klaim

Keterangan Yang Dilarang (Tidak Boleh Dicantumkan)

Peraturan pemerintah mengenai keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan pada label telah dicantumkan pada PP No. 69 Tahun 1999. Keterangan mengenai jumlah dan persentasi produk yang memenuhi keterangan yang dilarang dapat dilihat pada Tabel 13.

(39)

persentase (100.0%). Kedua unsur yang tidak memenuhi persyaratan adalah unsur yaitu keterangan tidak benar dan menyesatkan yang masih dicantumkan pada 16 produk (26.7%), dan dapat disimpulkan bahwa 44 produk lainnya (73.3%) memenuhi unsur keterangan yang tidak boleh dicantumkan. Kemudian unsur kedua yang masih mencantumkan keterangan yang dilarang adalah unsur keterangan pangan terbuat dari bahan segar dicantumkan pada empat produk (6.7%), Dapat disimpulkan bahwa 56 produk lainnya (93.3%) telah memenuhi unsur.

Tabel 13 Kriteria pemenuhan syarat unsur keterangan yang dilarang

No Unsur Label Kriteria Pemenuhan Syarat Unsur Produk

yang Memenuhi

%

1 Keterangan yang tidak benar

dan menyesatkan [pasal 5]

Pencantuman pernyataan atau

keterangan dalam pangan yang

diperdagangkan apabila keterangan

tersebut tidak benar atau menyesatkan baik mengenai tulisan, gambar, atau bentuk apapun lainnya.

44 73.3

2 Pangan dapat berfungsi

sebagai obat [pasal 7]

Dilarang menyantumkan pernyataan atau keterangan dalam bentuk apapun bahwa pangan dapat berfungsi sebagai obat (walaupun fakta ilmiah terbukti untuk kesehatan)

60 100.0

3 Mencantumkan nama dan

lembaga yang menganalisis produk pangan [pasal 8]

Dilarang menyantumkan nama, logo,

ataupun identitas lembaga yang

menganalisis suatu pangan

Dilarang menyantumkan pernyataan atau keterangan pada label bahwa pangan mengandung zat gizi yang lebih unggul daripada produk lainnya

60 100.0

5 Keterangan pangan terbuat

dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah [pasal 37]

Dilarang menyantumkan keterangan pangan terbuat dari bahan baku

alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian menggunakan bahan baku alamiah

60 100.0

6 Keterangan pangan terbuat

dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi [pasal 41]

Dilarang menyantumkan keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi

56 93.3

Rata-rata 94.4

Keterangan Lain Pada Label

Gambar

Tabel 1   Rincian Bab II dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang  Label Pangan
Tabel 1  Rincian Bab II dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang  Label Pangan
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 2  Unsur Label yang diamati pada kemasan produk makanan kentang kemasan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisa data yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Secara parsial didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan dan positif Product,

Sedangkan ketika elusi dilakukan dengan eluen HCl 1M ternyata hasil yang didapatkan identik dengan percobaan sebelumnya yaitu ion Fe(II) dan Ni(II) dalam sampel sama –

► Mahasiswa akan dapat memilih suatu proses atau material yg Mahasiswa akan dapat memilih suatu proses atau material yg paling cocok dg kebutuhan suatu disain3. paling cocok

dengan baik. Kegiatan para anggota kelompok pada tahap ini adalah. saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan

Dilihat dari berat konstruksi, kapal fiberglass merupakan kapal yang paling ringan jika dibandingkan dengan kapal dengan bahan material kayu, ferrocement dan terlebih lagi

Konstruksi cerucuk bambu dipancang pada -3,00 m sedalam 4,00 m, merata seluas pelat pondasi dengan ukuran Ø10 cm dan jarak antar cerucuk bambu 50x50 cm dan berfungsi sebagai

Perbedaan kehilangan energi dari dua rangkaian eksperimen klasik dan perbedaan termperatur permukaan media pemanas, keduanya dapat dijelaskan oleh isolasi yang baik dari

Pasar modal telah dikenal sejak lama di Indonesia, bahkan sebelum Indonesia merdeka. Pengaturan hukum atau landasan hukum merupakan perangkat yang harus ada di pasar modal,