• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kapur Tohor Dan Kombinasinya Dengan Batubara Muda Terhadap Sifat Kimia Tanah Dan Produksi Kedelai Pada Ultisol Gajrug

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kapur Tohor Dan Kombinasinya Dengan Batubara Muda Terhadap Sifat Kimia Tanah Dan Produksi Kedelai Pada Ultisol Gajrug"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KAPUR TOHOR DAN KOMBINASINYA

DENGAN BATUBARA MUDA TERHADAP SIFAT KIMIA

TANAH DAN PRODUKSI KEDELAI

PADA ULTISOL

GAJRUG

ANJU MANGATUR SARAGIH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

ANJU MANGATUR SARAGIH. Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Sifat Kimia Tanah dan Produksi Kedelai pada Ultisol Gajrug. Dibimbing oleh BUDI NUGROHO dan SYAIFUL ANWAR

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat. Rata-rata Indonesia membutuhkan kedelai 1,88 juta ton per tahun. Kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.Salah satu alternatif peningkatan produksi kedelai adalah dengan menanam di tanah kering. Salah satu jenis tanah yang dominan di lahan kering adalah Ultisol. Kendala dari Ultisol untuk pertanian kedelai adalah keasaman tanah, dan kekurangan hara makro, kejenuhan basa rendah dan kejenuhan aluminium tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kapur dan kombinasinya dengan Lignit pada sifat kimia tanah, hasil dan serapan hara kedelai di Ultisols dari Gajrug. Percobaan pot dilakukan dalam rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor: jenis dan dosis amelioran. Ada empat jenis amelioran yaitu K (100% CaO), LK-1 (25% CaO, 75% Lignite), LK-2 (50% CaO, 50% Lignite), dan LK-3 (75% CaO, 25 % Lignite). Faktor kedua adalah dosis amelioran masing-masing: tanpa, 50% dan 100% Al dapat ditukar. Sebagai pupuk dasar diberikan 1 g / pot Urea (200 kg / ha), 1,25 g/pot SP-36 (250 kg / ha), dan 0,75 g / pot KCl (150 kg / ha). Sebagai indikator digunakan varietas kedelai Gamasugen. Variabel yang diamati meliputi pH, Al dapat ditukar, Ca dapat ditukar, KTK, tinggi tanaman, bobot Biji, serapan Ca dan P. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapur Tohor (K) dan kombinasinya dengan Lignit (LK-1, LK-2 dan LK-3) secara signifikan meningkatkan pH, Ca dapat ditukar, dan KTK dan menurunkan Al dapat ditukar, meningkatkan tinggi tanaman, bobot biji, serapan Ca dan P. Perlakuan kapur (K) memberikan efek lebih tinggi dari kombinasi kapur dan lignit (LK). Kombinasi 75% CaO sebesar 25% lignit berpengaruh tidak berbeda dengan kapur murni (CaO 100%). Secara umum, dosis 50% dan 100% Al dapat ditukar tidak berbeda secara nyata.

.

(5)

ABSTRACT

Soybean (Glycine max (L.) Merrill) is a major plant protein source for the community. On average Indonesia requires soybeans 1.88 million tons per year. These needs can not be met from domestic production. One alternative of increase of soybean production is by planting in dry soil. One type of dominant soil in dryland is Ultisol. Constrains of Ultisol on the soybean agriculture are soil acidity, and a deficiency of macro nutrients, low base saturation and high saturation of aluminum. This study aims to determine the effect of quicklime and combinations thereof with Lignite on soil chemical properties, yield and nutrient uptake of soybean in Gajrug's Ultisols. Pot experiment conducted in completely randomized design (CRD) two factors: the type and dose ameliorant. There are four types of ameliorant namely K (100% CaO), LK-1 (25% CaO, 75% Lignite), LK-2 (50% CaO, 50% Lignite), and LK-3 (75% CaO, 25% Lignite ). The second factor is the dose ameliorant respectively : without, 50% and 100% exchangeable Al. As a basic treatment is given 1 g / pot Urea (200 kg / ha), 1:25 g / pot SP-36 (250 kg / ha), and 0.75 g / pot KCl (150 kg / ha). As an indicator used Gamasugen soybean varieties. Variables observed included pH, exchangeable Al, exchangeable Ca, CEC, plant height, grain weight, uptake of Ca and P. The results showed that quicklime (CaO) (K) and its combination with Lignite (LK-1, LK-2 and LK-3) significantly increases the pH, exchangable Ca, and the CEC and lower Al exchangeable, increase height of plant, weight of seed , uptake of Ca and P. Treatment of quicklime (K) gives a higher effect than the combination of quicklime and lignite (LK). A combination of 75% CaO by 25% lignite have not differ effect with pure quicklime (CaO 100%). In general, the dose of 50% and 100% exchangeable Al not significantly different.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

PENGARUH KAPUR TOHOR DAN KOMBINASINYA

DENGAN BATUBARA MUDA TERHADAP SIFAT KIMIA

TANAH DAN PRODUKSI KEDELAI

PADA ULTISOL

GAJRUG

ANJU MANGATUR SARAGIH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian, dan penulisan skripsi ini. Skripsi yang dilaksanakan sejak Februari 2015 ini berjudul Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Produksi Kedelai pada Ultisol Gajrug.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Budi Nugroho, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi. Terima kasih kepada Dr Ir Syaiful Anwar, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas bimbingan dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc. selaku dosen penguji, seluruh staf Laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Keluarga Besar H. Saragih atas doa, kasih sayang, dan kepercayaannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 ini. Rekan-rekan MSL 47 atas kebersamaan dan dukungannya selama penelitian. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membacanya.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

PENDAHULUAN………... 1

Latar Belakang………. 1

Tujuan Penelitian………. 2

BAHAN DAN METODE……….... 3

Waktu dan Tempat………... 3

Bahan dan Alat………. 3

Pelaksanaan Percobaan……… 3

HASIL DAN PEMBAHASAN……… 5

Karakteristik Ultisol Gajrug………. 5

Pengaruh Pemberian Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Sifat Kimia Tanah………... 5

Pengaruh Pemberian Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai……… 8

Pengaruh Pemberian Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Serapan P dan Ca Kedelai……….. 9

Pengaruh Pemberian Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Kandungan Logam Berat pada Biji Kedelai………... 11

SIMPULAN DAN SARAN……….. 11

DAFTAR PUSTAKA………... 12

LAMPIRAN……….. 14

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perbandingan campuran tepung batubara muda dengan CaO…………... 3

2 Keseluruhan Perlakuan yang Dicobakan………... 4

3 Analisis awal sifat kimia Ultisol Gajrug………. 5

4 Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap pH Tanah……… 6

5 Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Al-dd……… 6

6 Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Ca-dd……… 7

7 Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap KTK Tanah………… 8

8 Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Tinggi Kedelai……… 8

9 Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Bobot Biji……… 9

10 Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Serapan Ca………… 10

11 Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Serapan P……… 10

12 Hasil Analisis Logam Berat pada Biji Kedelai……….. 11

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1 Kategori Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)…….. 14

2 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap pH………... 14

3 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Al-dd……... 14

4 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap KTK………... 15

5 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Ca-dd………... 15

6 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Tinggi Tanaman……... 15

7 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Produksi Tanaman…... 15

8 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Serapan P…………... 16

9 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Serapan Ca…………... 16

10 Gambar pengaruh semua perlakuan terhadap tinggi kedelai……… 17

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditi pangan utama setelah padi dan jagung, sebagai sumber protein nabati utama bagi masyarakat. Kebutuhan kedelai di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2009), namun produksi kedelai dalam negeri terus menurun yang disebabkan semakin sempitnya luas lahan pertanian yang produktif yang ditanami kedelai khususnya di pulau Jawa. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya konversi lahan pertanian menjadi penggunaan lahan lainnya diluar pertanian. Salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan adalah pendayagunaan lahan kering yang ketersediaannya cukup luas. Sebagian dari lahan kering ini belum diusahakan secara optimal sehingga terdapat peluang optimalisasi dalam pengunaannya.

Salah satu jenis tanah dengan penyebaran luas di lahan kering adalah Ultisol (Podsolik). Pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala, yaitu karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan. Kendala pada sifat kimia tanah Ultisols adalah reaksi tanah masam, KTK rendah, kekahatan unsur hara makro N, P, K, S, Ca dan Mg, kekahatan unsur hara mikro Zn, Cu, B dan Mo, kejenuhan basa rendah, dan kejenuhan aluminium yang sangat tinggi dan meracuni tanaman. Menurut Utomo (2008), sifat fisika dari tanah Ultisol umumnya buruk. Hal ini dapat dilihat dari beberapa faktor, antara lain struktur tanah kurang mantap, infiltrasi dan permeabilitas lambat, aerasi buruk, porositas yang rendah sehingga tanah cenderung lebih padat, agregat kurang stabil, dan bobot isi pada lapisan tanah bawah cukup tinggi.

Pertumbuhan kedelai kurang baik di tanah-tanah Ultisol (Podsolik). Pada pH tanah kurang dari 5,5 pertumbuhan kedelai akan terhambat karena keracunan aluminium. Selain itu, pertumbuhan bakteri pada bintil akar dan proses nitrifikasi akan berjalan kurang baik (Purwono dan Purnamawati 2009). Menurut Mookherji dan Floyd (1991) kemasaman tanah akan mengakibatkan kedelai mengalami kekurangan P, keracunan alumunium dan terhambatnya bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman. Menurut Somaatmadja (1987) keracunan alumunium dapat menyebabkan akar tanaman menjadi rusak sehingga penyerapan unsur hara dan air menjadi tidak efisien. Untuk menurunkan kadar aluminium pada tanah masam dapat dilakukan dengan pengapuran. Menurut Tisdale et al (1985) pengapuran merupakan pemberian senyawa yang mengandung Ca atau Mg ke dalam tanah hingga mampu mengurangi kemasaman tanah. Soepardi (1983) menyatakan bahwa pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, merangsang granulasi dan kegiatan jasad mikro sehingga ketersediaan hara meningkat. Kapur yang sering digunakan meliputi kapur pertanian (CaCO3 atau MgCO3) dan kapur tohor (CaO).

(16)

2

memiliki kemampuan untuk menjerap logam. Penelitian tentang pemanfaatan asam organik utamanya asam organik yang telah terhumifikasi (senyawa humat), dalam bidang pertanian memberikan hasil yang positif dalam hal meningkatkan kapasitas tukar kation di tanah (Demirbas et al.2006). Senyawa humat menyuplai muatan negatif tanah yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi peningkatan KTK tanah.

Tujuan Penelitian

(17)

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2015 dan dilakukan dalam dua tahap, yaitu (1) Menentukan formulasi amelioran yaitu campuran CaO dan lignit pada berbagai kombinasi, (2) aplikasi amelioran pada kedelai yang ditanam dalam pot percobaan di Kebun Percobaan Cikabayan University Farm IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah contoh tanah Ultisol, benih kedelai, lignit, kapur tohor (CaO). Urea, SP 36, KCl dan serangkaian bahan kimia untuk analisis tanah dan tanaman. Alat-alat yang digunakan yaitu cangkul, pot, timbangan dan alat-alat yang diperlukan di lapang. Selain itu digunakan alat laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman.

Pelaksanaan Percobaan

1. Persiapan Bahan Percobaan

Amelioran yang digunakan dua jenis yaitu, kapur tohor (CaO) dan kombinasi CaO dengan Batubara muda (selanjutnya disebut Ligno-Kalsium dan disingkat LK). Amelioran Ligno-Kalsium dibuat dengan mencampurkan tepung batubara muda dengan tepung CaO dilembabkan sampai kapasitas lapang dan di inkubasi selama 1 minggu. Perbandingan campuran tepung batubara muda dan CaO disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan campuran tepung batubara muda dengan CaO.

No Nama Amelioran Batubara Muda (kg) CaO (kg)

1. LK-1 0.75 0.25

2. LK-2 0.50 0.50

3. LK-3 0.25 0.75

4. K - 1.00

Setelah masa inkubasi berakhir campuran tepung batu bara muda dan CaO dikeringkan kemudian digiling. Bahan tanah Ultisol dari Gajrug dikering-udarakan terlebih dahulu. Setelah itu, bahan tanah disaring hingga lolos saringan 5 mm dan ditimbang setara dengan 10 kg berat kering mutlak (BKM) dan dimasukan kedalam pot dan digunakan sebagai media tanam.

2. Rancangan Percobaan

(18)

4

Yijk=μ+Ai+Bj+ ABij+ ε ijk

(i:1.2.3,4 j : 0, 1, 2 dan k=:1,2,3)

Faktor pertama dalam percobaan ini adalah jenis amelioran yang terdiri empat jenis yaitu jenis amelioran yang terdiri dari LK-1, LK-2, LK-3 dan K. Faktor kedua adalah dosis ameliorasi yang diberikan yaitu tanpa amelioran, 50 % x Al dapat dipertukarkan dan 100 % Al dapat dipertukarkan atas dasar amelioran CaO. Amelioran ligno-kalsium dianggap mempunyai daya netralisasi sama dengan CaO. Keseluruhan perlakuan yang dicobakan disajikan pada Tabel 2.

Percobaan diawali dengan mencampurkan bahan amelioran sesuai dengan dosis perlakuan dengan media tanam dalam pot percobaan, diinkubasi selama 2-3 hari pada kondisi kapasitas lapang. Selanjutnya ditanam benih kedelai pada tiga lubang dalam masing-masing pot dengan masing-masing 2 benih per lubang dan ditutup dengan tanah media tanam. Dosis pupuk dasar yang diberikan adalah Urea dengan dosis 200 kg/ha (1 g/pot) SP-36 yang diberikan 250 kg/ha (1.25 g/pot) dan KCl dengan dosis 150 kg/ha (0.75 g/pot). Pupuk Urea dan KCl diberikan dengan kadar setengah pada saat tanam dan pada minggu ketiga setelah tanam, sedangkan pupuk SP-36 diberikan seluruhnya pada saat tanam.

Tabel 2 Keseluruhan Perlakuan yang Dicobakan

Kode

Pemeliharan yang dilakukan meliputi penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemberian bahan aktif deltamethrin dan profenofos dilakukan pada 3 MST sampai sesuai kebutuhan dengan kadar 10 ml/L sebagai tindakan pengendalian hama dan penyakit. Panen kedelai dilakukan ketika polong yang dihasilkan sudah kelihatan matang fisiologis. Akhir percobaan ini di lakukan saat tanaman berumur 9 MST, dan dilakukan penimbangan bobot segar bagian atas tanaman dari setiap perlakuan.

(19)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Ultisol Gajrug

Sifat kimia Ultisol dari Gajrug disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Ultisol dari Gajrug termasuk sangat masam (pH 4.0), dengan kadar C-organik sangat rendah, kadar N-total tergolong rendah, Ca-dd rendah, Mg-dd rendah, K-dd sedang, Na-dd sedang, KTK sedang, KB rendah, dan kejenuhan Al sangat tinggi. Tabel 3 Analisis awal sifat kimia Ultisol Gajrug.

Unsur kimia Satuan Nilai Standar PPT

1983

pH (H2O) 1:1 4.00 Sangat masam

C-organik % 0.63 Sangat rendah

N-total (Kjeldhal) % 0.12 Rendah

P-tersedia (Bray 1) ppm 8.70 Sangat rendah

Ca-dd me/100g 3.26 Rendah

Rendahnya pH tanah diduga berkaitan dengan rendahnya kadar Ca-dd, Mg-dd, basa-basa tanah lainnya dan kejenuhan Al yang tinggi. Kondisi tanah seperti tersebut di atas memerlukan tindakan-tindakan seperti pemupukan dan pemberian bahan pembenah tanah agar unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman semakin tersedia.

Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Sifat Kimia Tanah

Hasil analisis ragam (Lampiran 2, 3, 4, 5) menunjukkan bahwa perlakuan kapur tohor dan kombinasinya dengan batubara muda berpengaruh nyata terhadap pH, Al-dd, Ca-dd, dan KTK. Hasil uji lanjut pengaruh perlakuan kapur tohor dan kombinasinya terhadap pH, Al-dd, KTK, dan Ca-dd disajikan pada Tabel 4, 5, 6, dan 7.

(20)

6

Tabel 4. Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap pH Tanah

Amelioran Dosis Rata-rata

Tabel 4 menunjukan bahwa semua jenis amelioran mampu meningkatkan pH tanah. Terlihat pula bahwa peningkatan pH terjadi seiring peningkatan dosis amelioran yang diberikan. D2 berbeda nyata dengan D0 tetapi tidak berbeda nyata dengan D1. Semakin tinggi kadar CaO yang terkandung di dalam amelioran maka semakin meningkat pula pH tanahnya. Hasil penelitian Sanchez (1992) menunjukan bahwa pengapuran dapat meningkatkan pH. Tinggi dan rendahnya peningkatan pH tergantung dengan keadaan pH tanah awal dan penetralan Al dapat ditukar yang dilakukan. Seperti yang ditunjukkan pada hasil penelitian Manfarizah (1999), pemberian kapur hingga dosis 1.5 Al-dd secara nyata mampu meningkatkan pH dan menurunkan kosentrasi Al-dd. Pengelolaan pengapuran diarahkan pada perbaikan kualitas tanah, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara dan memaksimalkan produksi. Pemberian kapur didasarkan pada tingkat kemasaman, kehalusan bahan, dan keadaan tanaman (Soepardi, 1983).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan Amelioran, Dosis Amelioran dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap Al-dd. Hasil uji lanjut pengaruh kombinasi amelioran dan dosisnya pada Al-dd disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Al-dd

Amelioran Dosis Rata-rata

Tabel 5 menunjukkan bahwa semua jenis amelioran mampu menurunkan kadar Al-dd. Terlihat pula bahwa penurunan kadar Al-dd meningkat dengan makin meningkatnya presentase CaO dalam amelioran tersebut. Pada LK-1 (25 % campuran CaO) rata-rata Al-dd pada semua dosis yang dicoba adalah 19.61 me/100g menjadi 14.74 me/100g pada LK-3 (75 % Ca) berarti Al-dd menurun 25.1 % dengan meningkatknya 50 % CaO pada amelioran.

Bahan penting dari kapur tohor dalam menetralkan Al-dd adalah ion hidroksil yang dihasilkannya. Ion (OH-) mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan Al3+ dari koloid tanah (komplek jerapan). Setelah itu, ion Al3+ bersenyawa dengan OH- membentuk Al(OH)3 barulah misel ditempati oleh Ca.

(21)

7

Hasil uji Ducan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa penurunan kadar Al-dd lebih kurang 1/5 dari kadar Al-dd semula. Dari data yang ditampilkan di atas, terlihat bahwa pada pemberian amelioran LK-1 peningkatan dosis amelioran dari D0 ke D2 tidak nyata menurunkan Al-dd. Pada LK-2 peningkatan dosis menunjukkan penurunan Al-dd, pada LK-3 penurunan nilai Al-dd pada D2 berbeda nyata dengan LK-1, dan LK-2 tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian K. Semakin tinggi CaO yg diberikan didalam amelioran semakin rendah konsentrasi Al-dd di dalam tanah. Kecenderungan yang sama ditunjukkan oleh hasil penelitian Nopvriansyah (1999), pemberian kapur mampu menurunkan konsentrasi Al-dd dalam tanah Podsolik Jasinga. Penelitian Khalil (1991) juga menunjukkan bahwa pengapuran mampu menurunkan konsentrasi Al-dd sampai 99.71%, meningkatkan pH, meningkatkan konsentrasi P, menurunkan Al-dd serta meningkatkan KTK.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan Amelioran, Dosis Amelioran dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap Ca-dd. Hasil uji lanjut pengaruh kombinasi amelioran dan dosisnya pada Ca-dd disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Ca-dd

Amelioran Dosis Rata-rata

Tabel 6 menunjukkan bahwa semua jenis amelioran mampu meningkatkan Ca-dd. Peningkatan nilai Ca-dd sejalan dengan penambahan dosis amelioran, D2 berbeda nyata terhadap D0 dan D1, dan D1 berbeda pula dengan D0. Perlakuan K berbeda nyata dengan LK-1 tetapi tidak berbeda dengan LK-2 dan LK-3. Pada perlakuan K dengan dosis 2 menunjukkan bahwa peningkatan Ca-dd mencapai 4 kali dari kadar sebelumnya (D0). Peningkatan dosis CaO di dalam amelioran menjadi faktor meningkatnya Ca-dd di dalam tanah. Secara umum manfaat pengapuran menurut Hardjowigeno (1985) dan Buckman and Brady (1982) adalah sebagai berikut, menaikkan pH tanah mendekati normal, menambah unsur Ca dan Mg, menambah ketersediaan unsur hara N, P, dan Mo, mengurangi keracunan unsur Fe, Al dan Mn, memperbaiki kehidupan mikroorganisme dan membantu pembentukan bintil akar.

(22)

8

Tabel 7. Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap KTK Tanah

Amelioran Dosis Rata-rata

Tabel 7 menunjukkan bahwa dosis amelioran berpengaruh nyata terhadap KTK tanah. Peningkatan nilai KTK sejalan dengan penambahan dosis amelioran, D2 berbeda nyata terhadap D0 tapi tidak berbeda nyata dengan D1. KTK tertinggi didapat dari pemberian amelioran LK-1 dengan D2.

Pengaruh dosis amelioran berbeda nyata sedangkan jenis amelioran tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa semua jenis amelioran yang dibuat berpengaruh meningkatkan KTK. Hal ini dapat dihubungkan dengan bahan dasar dari amelioran. Senyawa humat yang terdapat dalam lignit merupakan sumber muatan negatif sehingga mampu meningkatkan kemampuan tanah menjerap dan menukarkan kation. Selain itu, pemberian campuran kapur tohor pada LK-1 membantu proses perbaikan sifat kimia tanah sehingga kemampuan tanah menjerap dan menukar kation. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, semakin tinggi kadar lignit yang diberikan maka semakin tinggi pula KTK tanahnya.

Pengaruh Pemberian Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa Amelioran dan dosis amelioran berpengaruh nyata terhadap tinggi dan bobot biji kedelai (Lampiran 6 dan 7). Hasil uji Ducan ditampilkan pada Tabel 8 dan 9.

Tabel 8. Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Tinggi Kedelai

(23)

9 Tabel 9. Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Bobot Biji Kedelai

Amelioran Dosis Rata-rata kedelai dibandingkan dengan LK-1tetapi tidak berbeda nyata dengan LK-2 dan LK-3. Sedangkan pada perlakuan dosis menunjukan D2 nyata lebih tinggi dari D0 tetapi tidak berbeda nyata dengan D1. Pengaruh jenis amelioran menunjukkan bahwa semakin tinggi komponen CaO dalam amelioran bobot biji kedelai semakin tinggi, namun demikian secara statistik sudah tidak berbeda nyata pada saat komponen CaO dalam amelioran > 50 %. Sedangkan dari segi dosis amelioran terlihat bahwa D1 yang diarahkan untuk penetralan 50 % dari Al-dd memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan penetralan 100 % Aldd (D2).

Secara umum perlakuan amelioran kapur tohor (CaO) dan kombinasinya dengan lignit cenderung meningkatkan produksi tanaman. Hal ini diduga karena semakin meningkatnya pH tanah dan menurunnya Al-dd (Tabel 4) dan semakin mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Menurut Bondansari dan Susilo (2011) gejala pertama yang terlihat akibat keracunan aluminium Al adalah perakaran terganggu (mengecil, memendek dan jumlah percabangan akar menurun). Selain perbaikan sifat kimia, Muhadjir (1998) menambahkan bahwa jumlah radiasi surya yang diterima tanaman merupakan faktor penting untuk penentuan jumlah dan bobot biji. Dari pengamatan visual menunjukkan bahwa kedelai dengan perlakuan amelioran memiliki akar yang lebih panjang dan besar. Sehingga penyerapan unsur hara yang tersedia di dalam tanah menjadi lebih baik.

Pengaruh Pemberian Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Serapan Ca dan P Kedelai

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa amelioran dan dosis amelioran berpengaruh nyata terhadap serapan Ca dan P kedelai setelah panen. Hasil uji Ducan ditampilkan pada Tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Serapan Ca

(24)

10

Tabel 10 menujukan bahwa serapan Ca tertinggi didapat dari pemberian amelioran K dengan dosis 2, 90% meningkat dari serapan K-D0. Pemberian dosis juga menunjukan perbedaan nyata antara D2 dan D0, tetapi D1 tidak berbeda dengan keduanya. Serapan Ca dapat meningkat seiring dengan meningkatnya ketersediaan unsur Ca di dalam tanah dan perbaikan sifat kimia tanah sehingga tanaman dapat menyerap hara yang tersedia didalam tanah (Tabel 6).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan amelioran dan dosisnya secara tunggal berpengaruh nyata terhadap serapan P kedelai, sedangkan pengaruh kombinasinya tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis lanjut di tampilkan pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Serapan P

Amelioran Dosis Rata-rata kedelai, dimana bobot basah kedelai perlakuan K jauh lebih tinggi dibandingkan bobot basah kedelai perlakuan lainnya. Pada perlakuan dosis amelioran D2 nyata lebih tinggi serapan P-nya dibandingkan D0 tetapi tidak berbeda dengan D1. Perubahan nilai serapan P paling tinggi terjadi antara D0 ke D1.

Pemberian kapur tohor pada tanah akan meningkatkan Ca dalam tanah, sehingga dapat menurunkan kadar Al dan Fe pada tanah. Kondisi ini menyebabkan fiksasi pada fosfor rendah dan meningkatkan kadar P-tersedia dalam tanah. Kemampuan tanaman menyerap unsur hara P tersedia di dalam tanah dipengaruhi oleh perbaikan sifat kimia tanah seperti peningkatan pH, menurunnya Al-dd, dan meningkatnya Ca-dd dan KTK akibat perlakuan amelioran.

Pengaruh Pemberian Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Kandungan Logam Berat pada Biji Kedelai

(25)

11 Tabel 12. Hasil analisis logam berat pada biji Kedelai.

Perlakuan Standar (mg/kg) Hasil Analisis (mg/kg)

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2009).

Untuk hasil analisa logam berat As (Arsen) juga tergolong pada taraf yang diperbolehkan terkandung dalam bahan pangan dengan nilai kandungan As tertinggi pada perlakuan LK-2 dan kontrol yaitu sebesar 0.12 mg/kg dan kandungan As terendah pada perlakuan LK-3 yaitu sebesar 0.02 mg/kg.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan pemberian amelioran kapur tohor (K) dan kombinasinya dengan batubara muda (LK) berpengaruh nyata meningkatkan pH, menurunkan Al-dd, meningkatkan Ca-dd, meningkatkan KTK, meningkatkan tinggi kedelai, meningkatkan bobot biji kedelai, meningkatkan serapan Ca dan meningkatkan serapan P. Pengaruh perlakuan kapur tohor (K) lebih tinggi dibandingkan kombinasi batubara muda dan kapur tohor (LK). Kombinasi batubara muda 25% dengan CaO 75% (LK-3) umumnya berpengaruh tidak berbeda dengan kapur tohor murni (K). Secara umum pengaruh dosis 50% Al-dd tidak berbeda nyata dengan dosis 100% Al-dd.

Saran

Kombinasi batubara muda 25% dengan CaO 75% (LK-3) disarankan untuk digunakan sebagai amelioran untuk efesiensi bahan CaO. Diperlukan penelitian dengan perlakuan lignit secara tunggal dan pengaruh residu kombinasi batubara muda dengan CaO (LK) pada tanah-tanah masam dan pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah N dan Fachry M. 2011. Prosiding. Analisis Komposisi Batubara Mutu Rendah terhadap Pembentukan Slagging dan Fouling pada Boiler [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hassanuddin.

Adani F, Genevini P, Zaccheo P, Zocchi G. 1998. The effect of commercial humic acid on tomato plant growth and mineral nutrition. J Plant Nutr 21 (3) : 561 – 575. Iran (IR). Islamic Azad University.

(26)

12

Badan Standarisasi Nasional. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan. SNI 7387 :2009. Jakarta (ID).

Buckman NM dan Brady NC. 1982. Ilmu tanah. Terj. Soegiman. Jakarta (ID): Bharata Karya Aksara.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2009. Press release mentan pada panen kedelai. http://ditjentan.deptan.go.id. [11 Juni 2014].

Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID): Akademika pressindo

Khalil M. 1991. Pengaruh pemberian kapur dan fosfat terhadap kandungan fosfat pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) pada ultisol di jatho, aceh besar. Tesis.Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Manfarizah. 1999. Perbaikan sifat fisik dan kimia tanah ultisol lebak dengan menggunakan kapur dan senyawa humit dari air gambut. Tesis. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mookherji S and Floyd M. 1991. The effect of alumunium on growth of the nitrogen fixation in vegetable soybean germplasm. Plant and Soil International Journal on Plant Soil Relationship. 1 (36) : 25-29.

Muhadjir F. 1998. Karakteristik tanaman jagung dalam Subandi, Syam M, Widjono A (Ed). Jagung. Bogor (ID): BPPP dan Puslitbang Tanaman Pangan.

Nopvriansyah H. 1999. Ketersediaan P dari berbagai pupuk P akibat pemberian kapur pada tanah podsolik jasinga dan pengarunya terhadap jagung. Jurnal tanah tropika. Vol 9. Lampung (ID): Universitas Negeri Lampung.

Purwono dan Purnawanti. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survey dan Pemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah.

Sanchez PA. 1992. Properties and Managements of Soils in The Tropics. John Wiley and Sons. New York (USA).

Soepardi G.1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Press. Somaatmadja S. 1987. Search Al tolerant soybean cultivars p 76-86.. Proceding of

workshop held in Cipayung (ID).Soybean Research and Development in Indonesia.May 18-23, 1985.

Tan KH. 1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Penerjemah D.H. Goenadi. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Tisdale SL,WL Nelson and JD Beaton.1985.Soil Fertility and Fertilizer. 4th Ed. London (UK) : Colier Mc. Millan.

(27)

13 Lampiran 1 Kategori Sifat Kimia Tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983).

(28)

14

Lampiran 4 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap KTK.

Lampiran 5 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Ca-dd.

Lampiran 6 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Tinggi Kedelai.

Sumber

Lampiran 7 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Bobot Biji Kedelai.

(29)

15 Lampiran 8 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya

dengan Batubara Muda terhadap Serapan P.

Sumber

Lampiran 9 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Kapur Tohor dan Kombinasinya dengan Batubara Muda terhadap Serapan Ca.

(30)

16

(31)

17

(32)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Aek Kanopan pada tanggal 12 Agustus 1992 dan merupakan putra sulung dari pasangan H. Saragih dan R. Br. Hombing. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 112286 Membang Muda pada tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP YP. Sultan Hasanuddin Aek Kanopan dan lulus tahun 2007. Pendidikan menengah atas dijalani penulis di SMAN 1 Kualuh Hulu dari tahun 2007 sampai 2010. Lulus dari SMA tahun 2010 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur udangan seleksi masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar pengaruh semua perlakuan terhadap tinggi kedelai………………
Tabel 3  Analisis awal sifat kimia Ultisol Gajrug.
Tabel 7.  Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap KTK Tanah
Tabel 10.  Pengaruh Amelioran dan Dosis Amelioran terhadap Serapan Ca

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui strategi PBL bagi siswa kelas IV di SD Negeri 2 Teras. 3)

(2) Pada uji- T didapatkan hasil thitung > ttabel, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran make a match terhadap

Untuk mengukur kinerja pustakawan dapat dilihat dari beberapa angka kredit yang diperoleh masing-masing pustakawan untuk menentukan apakah pustakawan dapat prestasi yang

Program penelaahan dan penyusunan pengajuan akreditasi internasional dan peningkatan akreditasi internasional dengan kebijakan sesuai keadaan tiap fakultas (pentahapannya dapat

a. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar. Artinya, seseorang tidak bisa hanya bercita-cita, akan tetapi harus di iringi

Pengaruh Disiplin Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai Hasil uji hipotesis dan analisis regresi menunjukkan bahwa variabel disiplin

Titik leleh minyak dan lemak bergantung pada strukturnya, biasanya titik leleh meningkat karena bertambahnya jumlah atom karbon, banyaknya ikatan rangkap dua karbon dalam

Hal ini karena keempat aspek kriteria keefektifan pembelajaran tidak terpenuhi, yaitu: (1) Aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan teori Bruner efektif, (2)