• Tidak ada hasil yang ditemukan

Habitat perkembangbiakan dan beberapa aspek perilaku Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Habitat perkembangbiakan dan beberapa aspek perilaku Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

1 A

HABITAT PERKEMBANGBIAKAN DAN BEBERAPA ASPEK

PERILAKU

Anopheles sundaicus

Dl KECAMATAN

PADANG CERMIN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

AMALIA SAFlTRl

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Habitat Perkembangbiakan dan Beberapa Aspek Perilaku Anopheles sundaicus di Kecarnatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pernbimbing dan belurn diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi rnanapun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicanturnkan dalarn Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

(3)

ABSTRACT

AMALIA SAFITRI. Breeding Places and Some Aspects on Behavior of Anopheles sundaicus in Padang Cermin Sub-district, Lampung Selatan District.

Under direction of

FX.

KOESHARTO and SUPRATMAN SUKOWATI

Lampung Selatan district is one of malaria endemis area with category medium case incidense (MCI), with annual parasite incidence (API) 1.55%0 in 2005, 0.74%0 in 2006 and 1.2% in January-May 2007. Study of Anopheles are important to plan the vector control. The study describes breeding places and some aspect on behavior of Anopheles sundaicus.Nine spesies of Anopheles namely A.sundaicus, A.vagus, A.subpicfus, A.barbirostris, A.maculatus, A.kochi, A.aconitus, A.indefinifus and A.fessellatus and 3 spesies by human landing collection : A.sundaicus, A.vagus and A.tesselatus. are found in sub-district Padang Cermin, Lampung Selatan District, Lampung from August 2008

-

November 2008. Mosquitoes collection using human landing at night 18.00- 06.00, and larvae and habitat survey at morning. This study show in Padang Cermin Breeding places of A.sundaicus were restricted in unproductive fish ponds, river, pool, lagoon, marshes with water vegetation and without it. The effective temperature for larvae is 30-40% salinity is 0-16%0, pH is 6.4-8.5 and found in container and water with ground base. Species of A.sundaicus both bite human indoor and outdoor, and the biting activities throughout the night, however the peak of biting occur outdoor at 02.00-04.00, though indoor occur at 01.00- 05.00, with man biting rate outdoor is 8.94 and indoor is 12.78 and resting found outdoor. Proportion of parous for A.sundaicus in Padang Cermin sub-district is 72.85%. The best plan in mosquitoes control is good management for unproductive fish ponds, covered potensial breeding places, larvasiding, bed net program and indoor residual spraying (IRS).
(4)

AMALlk SAFITRI. Habitat Perkembangbiakan dan Beberapa Aspek Perilaku Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan.

Dibimbing oleh FX. KOESHARTO dan SUPRATMAN SUKOWATI

Salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di lndonesia saat ini adalah malaria, dirnana malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) yang karena banyaknya angka kesakitan dan kematian. Walaupun lima tahun terakhir angka kesakitan akibat malaria cenderung menurun tetapi diperkirakan masih terdapat 49,6% penduduk lndonesia tinggal di daerah yang berisiko malaria.

Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten di lndonesia yang mempunyai angka kesakitan yang cukup tinggi dengan tingkat endemisitas medium case incidence (MCI). Terdapat satu kecamatan yang berstatus high incidence area (HIA) yaitu Kecamatan Padang Cermin. Letak wilayah Kecamatan Padang Cermin yang ada di pinggir pantai rnenjadikan tempat ini sebagai tempat tambak yang oleh sebagian pemiliknya ada yang ditinggalkan sehingga menjadi tempat yang baik untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis habitat dan karakteristiknya dan mengetahui beberapa aspek perilaku dari Anopheles sundaicus yang menjadi penyebab malaria.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data habitat dan data nyamuk Anopheles. Pengambilan data habitat dilakukan dengan menelusuri semua tipe perairan yang diperkirakan menjadi tempat perkembangbiakan Anopheles dan mengukur karakteristik habitatnya. Data nyamuk Anopheles didapatkan dari penangkapan larva dan dewasa. Larva diambil pada semua tipe perairan yang ditemukan Anopheles dan dibedakan berdasarkan habitatnya. Anopheles dewasa diambil dengan penangkapan nyamuk yang hinggap di badan dan nyamuk yang istirahat di dinding dan sekitar habitat. Semua nyamuk Anopheles yang didapatkan diidentifikasi menggunakan mikroskop dan dihitung man hour density (MHD) untuk melihat fluktuasi kepadatan tiap jam penangkapan, dihitung man bifing rafe (MBR) untuk melihat jumlah nyamuk yang mengglgit tiap orang dalam satu malam, juga dianalisis kesukaan nyamuk menggigit dan kebiasaan istirahat.

Hasil penelitian ini menunjukan di Kecamatan Padang Cermin terdapat 12 jenis habitat untuk nyamuk Anopheles antara lain tambak terbengkalai, sumur, sawah, saluran irigasi, kobakan, kubangan, kolam, parit, lagun, rawa-rawa, sungai dan bak penampungan air. Dari 72 jenis habitat Anopheles yang didapatkan lirna diantaranya adalah habitat Anopheles sundaicus yaitu tambak terbengkalai, sumur, kobakan, lagun dan rawa-rawa dengan karakteistik suhu air antara 30-40 OC, kadar garam antara 0-16 %o, pH air 6.4-8.5, kondisi aliran air

tidak mengalir dan mengalir lambat, dasar habitat lumpur, pasir dan semen, kedalaman habitat antara 20-200 Cm, luas habitat antara 1-10000 M', kondisi tanaman air bervariasi antara tidak ada tanaman air dan ada tanaman air berupa lumut, rumput, dan kangkung, dengan ketinggian antara 03-60 Crn.

(5)

A.maculatus, A.kochi, A.aconitus, A.indefinitus dan A.tessellatus, dan yang ditemukan kontak dengan manusia ada tiga spesies yaitu A.sundaicus, A.vagus dan A.tesselatus. Spesies yang paling banyak ditemukan adalah A.sundaicus dengan kebiasaan menggigit cenderung lebih banyak di dalam rumah (endofagik) dan istirahat cenderung lebih banyak ditemukan di luar rumah (eksofilik). A.sundaicus ditemukan menggigit sepanjang rnalam dan puncak kepadatan rnenggigit di dalam rumah jam 01.00-05.00 dan di luar rumah pada jam 02.00-04.00 dengan MBR untuk didapatkan 8.94 di luar rumah, dan 12.78 di dalam rumah.

Berdasarkan hasil yang didapatkan perlu dilakukan intervensi berupa pengelolaan tambak yang sudah tidak berproduksi sehingga tidak rnenjadi habitat bagi nyamuk Anopheles terutama A.sundaicus yang menjadi vektor malaria. Selain itu perlu diadakan indoor residual spraying (IRS) mengingat aktifitas menggigit A.sundaicus ada sepanjang rnalam.

(6)

O Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penyusunan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah ; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

HABITAT PERKEMBANGBIAKAN DAN BEBERAPA ASPEK

PERILAKU

Anopheles sundaicus

Dl

KECAMATAN

PADANG CERMIN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Entomologi Kesehatan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)

Judul Tesis : Habitat Perkembangbiakan dan Beberapa Aspek Perilaku Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

Nama : Amalia Safitri

NRP : B252060041

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. drh. FX. Koesharto, M.Sc Anggota

Ketua Program Studi Entomologi Kesehatan

Anggota

Diketahui

Dekan Sekolah Pascasarjana

C

/

Dr.

drh. Upik Kusumawati Hadi, M.S hairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian : 9 Februari 2009

(9)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul Habitat Perkembangbiakan dan Beberapa Aspek Perilaku Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan.

Penelitian ini berupa tesis, sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Magister Sains pada Program Studi Entomologi Kesehatan lnstitut Pertanian Bogor. Pada pelaksanaannya, penelitian ini merupakan bagian awal (baseline) dari kegiatan penelitian yang dilakukan Badan Litbangkes Depkes R.1 bekerja sama dengan malaria transmission consurcium (MTC) perwakilan Indonesia dan melibatkan Penulis sebagai peneliti yang membidangi entomologi.

Penulis menghaturkan terima kasih sebesarnya kepada Bapak Dr. drh. F.X. Koesharto, M.S dan Bapak Prof Dr. Drs. Supratman Sukowati, M.S selaku komisi pembimbing yang memberikan bimbingan dan arahan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Kepada Ibu Dr. drh. Upik Kusumawati Hadi, M.S selaku Ketua Program Studi beserta semua Dosen dan Staf Program Studi Entomologi Kesehatan, Penulis menghaturkan rasa terima kasih sedalamnya atas pengetahuan dan ilmu yang telah disampaikan sehingga menambah wawasan dan pengetahuan. Kepada para sahabat angkatan 2006 Entomologi Kesehatan, dukungan dan kerjasama yang telah diberikan tidak akan pernah terlupakan.

Tulisan ini Penulis persembahkan khusus buat Almarhum Papa, Mama dan keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tidak pernah ada akhirnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2008

(10)

Penulis dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 9 Mei 1978 dari ayah H.Suardi (Alm) dan ibu

Hj.

Radiah. Penulis merupakan putri terakhir dari tiga bersaudara.

Pendidikan sejak tingkat dasar sampai atas diselesaikan di Marabahan. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Marabahan tahun 1996 dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Akademi Keperawatan Depkes Banjarmasin. Pada tahun 2000, Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya lulus pada tahun 2002 dan tahun 2006 Penulis mendapat beasiswa untuk melanjutkan kejenjang S2 di Program Studi Entomologi Kesehatan IPB.

(11)

DAFTAR IS1

Halaman

...

DAFTAR GAMBAR

... .

.

.

.

.

...

..

..

xiii

II . TINJAUAN PUSTAKA

...

.

.

.

...

....

...

1

.

Klasifikasi Nyamuk Anopheles

...

2

.

Aspek Perilaku vektor

...

...

...

...

2.1 Beberapa Aspek Perilaku Jentik Nyamuk

...

2.2 Beberapa Aspek Perilaku Nyamuk

...

...

3

.

Perilaku Menghisap Darah Nyamuk Anopheles

..

3.1 Objek yang Digigit (Hospes)

. .

...

...

3.2 Tempat Mengg~g~t

.

.

...

...

3.3 Frekwensi Mengg~g~t

.

.

.

.

3.4 Waktu Mengg~g~t

...

.

.

.

...

4 . Perilaku Anopheles spp Secara Umum

...

5

.

Perilaku lstirahat Nyamuk Anopheles

...

...

6

.

Habitat Perkembangbiakan Nyamuk Anopheles

Ill . METODE PENELlTlAN

.

...

.

1

.

Jenis Penel~t~an

...

. . ...

.

2 WaMu dan Lokasi Penellt~an

3

.

Populasi dan Sampel Penelitian

...

...

.

4 Pengumpulan Data

...

4.1 Pengumpulan Data Habitat

...

4.2 Pengumpulan Data Nyamuk

5

.

Pengolahan Data

...

IV . HASlL DAN PEMBAHASAN

...

22

...

1

.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 22

...

1.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Hanura 22

...

1.2 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Padang Cermin 23

...

.

2 Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles sundaicus 23

...

3

.

Hasil Penangkapan Larva 28

...

.

4 Hasil Penangkapan Nyamuk (Dewasa) 33

5 . Perilaku Menghisap Darah Anopheles sundaicus

...

35

...

.

6 Perilaku lstirahat Anopheles sundaicus 42

7

.

Status Parousitas Anopheles sundaicus

...

43

V . KESIMPULAN DAN SARAN

...

45
(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Sebaran Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.

di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

...

.

.

...

24

Sebaran Habitat Perkembangbiakan A.sundaicus

...

di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan 24

Spesies Anopheles spp. Berdasarkan Jenis Habitat

di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

...

26

Karakteristik Habitat A.sundaicus di Kecamatan

Padang Cermin Lampung Selatan

...

27

Kepadatan Lama Anopheles spp. di Kecamatan

Padang Cermin Lampung Selatan

...

30

Sebaran Anopheles spp. di Kecamatan Padang Cermin

Lampung Selatan

...

32

Perilaku A.sundaicus Menghisap Darah Outdoor-Indoor

di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

...

36

Hasil Pembedahan A.sundaicus di Kecamatan

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Peta Wilayah Penelitian di Kecamatan Padang Cerrnin

...

...

Kabupaten Lampung Selatan ... 15

2 Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.

...

di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan 25

3 Perolehan Larva Anopheles di Kecamatan Padang

...

Cermin Lampung Selatan 29

4 Proses pencidukan larva, dilakukan di pinggir dan

...

di tengah habitat 31

5 Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan

...

Padang Cermin Lampung Selatan Per Desa 33

6 Penangkapan nyamuk human landing collecfion outdoor

...

dan indoor, serta resting malam indoor 34

7 Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan

Padang Cermin Lampung Selatan Per Spesies

...

35

8 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Kecamatan

Padang Cermin Kabupaten Larnpung Selatan

...

37

9 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Lempasing

Kecamatan Padang Cerrnin Kabupaten Lampung Selatan

...

38

10 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Hanura

Kecarnatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

...

38

11 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Sidodadi

Kecarnatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

...

39

12 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Gayau

Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

...

39

13 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Sanggi

...

Kecarnatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan 40

14 Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Durian

(14)

15 Man Bifting Rate A.sundaicus di Kecamatan Padang

...

...

Cermin Kabupaten Lampung Selatan

.

.

41

16 Penangkapan nyarnuk resting pagi outdoordan indoor

di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

...

42 Hasil Penangkapan Nyamuk Resting Pagi di Kecamatan

...

Padang Cermin Lampung Selatan 43

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

...

...

1 Peta Dasar Kabupaten Larnpung Selatan

.

.

50

. .

...

2 Defin~sl Operasional 51

. .

(16)

BAB l

PENDAHULUAN

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di lndonesia,

dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Peningkatan insiden KLB

malaria dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu perubahan lingkungan fisik

seperti curah hujan, suhu, perubahan pemanfaatan lahan, termasuk kerusakan

lingkungan serta krisis ekonomi serta perpindahan penduduk (Suroso, 2000).

Di lndonesia angka kesakitan malaria pada lima tahun terakhir cenderung

menurun, namun pada saat ini diperkirakan masih terdapat 49.6% penduduk

lndonesia yang tinggal di daerah berisiko malaria. Jumlah kabupaten endemis

malaria sebesar 309 (70%) dari 441 kabupatenlkota (Kandun 2008).

Lampung Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung,

masuk kategori medium case insidence (MCI) dengan nilai annual parasite

incidence (API) 1,55%0 (tahun 2005), 0,74%0 (tahun 2006), dan 1,2% (Januari-

Mei 2007) (Depkes R.I. 2008).

Tingginya kasus malaria di Kabupaten Lampung Selatan tidak menutup

kemungkinan berkaitan dengan keberadaan nyamuk Anopheles spp. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian ldram-ldris, dkk (1999) di Lampung Selatan yang

menemukan 12 spesies Anopheles yang kontak dengan manusia, yaitu A. sundaicus, A. subpictus, A. vagus, A. indefinifus, A. nigerrimus, A. peditaeniatus,

A. kochi, A. barbirostris, A. annularis, A. separatus, A. fesselatus dan A. aconitus.

Kecamatan Padang Cermin dengan demografi terletak di pinggiran pantai,

menjadikan Padang Cermin sebagai daerah potensi tambak udang windu,

sehingga sepanjang tepi pantai tersebar berbagai kolam tambak, baik yang

(17)

2

di pinggiran pantai yang ditumbuhi pohon bakau, dengan kadar garam tinggi

yang rnerupakan potensi sebagai habitat perkembangbiakan A. sundaicus. Kecamatan Padang Cermin merniliki 3 wilayah kerja Puskesmas, yaitu Puskesmas Hanura, Padang Cermin dan Punduh Pidada. Dari Ketiga

Puskesmas tersebut, Puskesmas Hanura dan Padang Cermin berstatus High

incidence area (HIA) malaria, karena annual malaria incidence (AMI) tahun 2007

di Puskesmas Hanura sebesar 79.8460 dan 5 8 k di Puskesmas Padang Cermin.

(Puskesmas Hanura 2008 ; Puskesmas Padang Cerrnin 2008).

Studi rnengenai perilaku nyamuk Anopheles dilakukan sebagai dasar

pengendalian nyamuk vektor malaria, mengingat setiap spesies nyamuk

mempunyai karakteristik yang berbeda pada setiap daerah (local spesific). Tidak

hanya variasi spesies nyamuk yang didapatkan pada studi fauna tetapi juga

membahas perilaku nyamuk dalam menghisap darah, perilaku istirahat serta

habitat perkembangbiakannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan karakteristik habitat

perkembangbiakan dan beberapa aspek perilaku seperti perilaku menghisap

darah, perilaku istirahat, menganalisis fluktuasi kepadatan menggigit, menghitung

kepadatan nyamuk mengigit tiap orang perjarn dalam satu malam (man bifting

rate (MBR)) dan menghitung jumlah nyamuk yang sudah pernah bertelur @arous

rate (PR)) A.sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles

Dalam susunan taksonorni, nyamuk Anopheles termasuk phylum

Arthropoda, kelas lnsecta, ordo Diptera, famili Culicidae dan subfamili

Culicinae (Bruce-Chwatt 1985).

Di dunia telah diketahui terdapat i 4500 spesies nyamuk dimana nyamuk Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria berjumlah 424

spesies dan 70 diantaranya telah terbukti sebagai vektor (WHO 2007).

Spesies Anopheles spp. yang ada di Indonesia berjumlah 80 jenis

(Connor&Sopa 1981, Knight&Stone 1977), 18 diantaranya berperan

sebagai vektor penular penyakit malaria yaitu Anopheles aconitus, A.

sundaicus, A. subpictus, A. barbirostris, A. maculatus, A. balabacensis, A.

letifer, A. punctulatus, A. farauti, A. koliensis, A. vagus, A. kochi, A.

tesselatus, A. parangensis, A. sinensis, A. nigerrimus, A. minimus dan A. kamari (Depkes 2006).

2. Aspek Perilaku vektor

2.1 Beberapa Aspek Perilaku Jentik Nyamuk

Kehidupan pradewasa (telur, jentik dan pupa) nyamuk di air.

Pemilihan tempat-tempat yang disenangi dari berbagai macam tempat

genangan air dilakukan secara genetik oleh seleksi alam. Suatu tipe

genangan air yang disukai oleh satu jenis nyamuk, namun belurn

(19)

berkumpul pada bagian-bagian dimana diperoleh makanan, terlindung

terutama dari arus air dan predator.

Berbagai jenis tanarnan air merupakan indikator bagi jentik

nyamuk tertentu. Tanaman air tidak hanya menggambarkan sifat-sifat

fisik atau genangan air, tetapi bisa juga menggambarkan susunan

kimia dan suhu air. Ada atau tidaknya tanaman air pada genangan air

dapat memberikan petunjuk ada atau tidaknya suatu jenis jentik

nyamuk tertentu.

Penyebaran jentik pada tempat-tempat perindukan tidaklah

merata, pada tempat-tempat perindukan yang kecil jentik akan selalu

berkumpul di daerah pinggir atau sekitar benda-benda yang terapung

di air atau tanaman air (Depkes 2004).

2.2 Beberapa Aspek Perilaku Nyamuk

Daerah yang disenangi nyamuk adalah suatu daerah yang

tersedia tempat beristirahat, adanya hospes yang disukai dan tempat

untuk berkembang biak. Setiap nyamuk pada waktu aktivitasnya akan

melakukan orientasi terhadap habitatnya, dimana terdapat keadaan-

keadaan yang disenangi untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya.

Nyamuk berkumpul pada tempat yang disenangi.

Pergerakan populasi nyarnuk pada berbagai bagian habitatnya

diatur oleh beberapa faktor seperti, suhu, kelembaban, daya tarik

hospes, daya tarik terhadap tempat berkembang biak dan istirahat.

Suhu dan kelernbaban yang tidak baik serta tidak tersedianya sumber

darah menyebabkan nyamuk berpindah tempat untuk mencari tempat

(20)

5

3. Perilaku Menghisap Darah Nyarnuk Anophetes

Nyamuk yang aktif rnenggigit adalah nyamuk betina, ha1 ini karena

darah diperlukan utnuk pertumbuhan telurnya. Bila nyarnuk sedang aktif

mencari darah maka nyamuk akan terbang berkeliling sampai adanya

rangsangan dari hospes yang cocok. Dalarn pengamatan perilaku nyarnuk

menghisap darah beberapa factor seperti keberadaan hospes, ternpat

rnenggigit, frekwensi menggigit dan waktu rnenggigit rnerupakan ha1 dasar

yang perlu diperhatikan.

3.1 Obyek yang digigit (Hospes)

Berdasarkan kesukaan rnenggigit untuk menghisap darah pada

berbagai hospes, nyamuk dibedakan rnenjadi anfropofilik jika nyamuk

lebih suka menghisap darah manusia, zoofilik jika nyamuk lebih suka

menghisap darah hewan dan indiscriminate biter jika nyamuk

menghisap darah tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes (tidak

spesifik).

Bila hospes yang disukai tidak ada, nyamuk akan menghisap

darah dari hospes lain yang tersedia. Hal ini disebabkan adanya bau

spesifik dari hospes, suhu dan kelembaban yang dapat menyebabkan

nyamuk berorientasi terhadap hospes tertentu dengan jarak yang

cukup jauh.

3.2 Ternpat menggigit

Berdasarkan ternpat nyarnuk menggigit, nyamuk dikatakan

eksofagik apabila nyamuk lebih banyak menggigit di luar rurnah dan

dikatakan endofagik jika nyamuk tersebut lebih banyak menggigit di

dalam rurnah. Tetapi nyarnuk yang bersifak eksofagik bisa saja

(21)

3.3. Frekwensi menggigit

Nyamuk betina umumnya hanya satu kali kawin dalam

hidupnya. Untuk mempertahankan serta memperbanyak

keturunannya ia hanya memerlukan darah untuk proses

perkembangan telurnya. Frekuensi membutuhkan darah tergantung

pada spesiesnya serta dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Siklus

pematangan telur (gonotropi) umumnya berlangsung 48-96 jam untuk daerah iklim tropis.

Frekwensi menggigit yang tinggi merupakan suatu ha1 yang

sangat menentukan terhadap peranannya sebagai vektor. Karena

semakin sering nyamuk menggigit maka semakin lama usia nyamuk,

ha1 ini memungkinkan sporozoit hidup lebih lama menjadi tingkat yang

infektif.

3.4 Waktu menggigit

Nyamuk Anopheles umumnya aktif mencari darah pada waktu

malam hari, mulai senja hingga tengah malam, dan ada pula yang

mulai tengah malam sampai menjelang pagi.

4. Perilaku Anopheles spp Secara Umum

Penularan malaria oleh A. aconifus berlangsung baik di luar maupun di dalam rumah. Meskipun dari hasil penangkapan nyamuk menunjukkan

bahwa A. aconifus dominan menggigit di luar rumah. Akan tetapi apabila

pada malam hari tidak ada orang di luar rumah, maka nyamuk akan masuk

kedalam rumah untuk mencari darah. Pada umumnya A. aconifus betina

lebih tertarik mengisap darah ternak, terutama kerbau dari pada manusia.

(22)

7

apabila jurnlah ternaknya relatif sedikit, indeks darah orang hasil uji

presipitin cukup tinggi. Jenis ini aktif rnenggigit sepanjang rnalarn, walaupun

yang terbanyak ditangkap pukul 18.00-22.00 A. aconitus lebih banyak ditangkap di luar rurnah dari pada di dalarn rumah.

Barodji (1983) rnelaporkan bahwa A. aconitus rnenggigit orang di dalarn rurnah yang ada ternaknya (kerbaulsapi), lebih tinggi daripada

rurnah yang tidak ada ternak. Menurut Joshi dkk (1977), A. aconitus lebih banyak rnenggigit di luar rurnah daripada di dalarn rurnah, puncak

kepadatan tertinggi menggigit orang terjadi sebelurn tengah malam yaitu

antara pukul 18.00-22.00. Barodji (1983) juga rnelaporkan bahwa A.

aconitus dalam rnencari rnangsa bersifat heterogen, artinya tidak ada

seleksifitas hospes bagi spesies ini untuk rnendapat rnangsa sebagai

surnber darah. Spesies ini sangat adaptif dan cepat rnencari mangsa

pengganti, apabila hospes favorit (pilihan) tidak dijurnpai di iingkungannya.

Pada dasarnya vektor malaria A. aconitus lebih bersifat zoofilk (Joshi,

1977). Tetapi rnenurut Subodro (1980) di Banjarnegara terdapat tanda-

tanda A. aconitus lebih bersifat anfropofilik dengan angka human blood index (HBI) rnencapai 54.3%. Kenyataan ini didukung pula oleh hasil

penelitian Barodji (1983) yang rnenyatakan bahwa A. aconitus dalam

rnernilih mangsa lebih bersifat heterogen dan sangat adaptif rnencari

rnangsa pengganti bila hospes favorit tidak dijurnpai.

Nyarnuk A. balabacencis betina lebih tertarik rnengisap darah orang dari pada binatang, baik di dalarn rurnah rnaupun di luar rurnah. Aktivitas

rnencari darah urnumnya setelah tengah rnalam hingga pukul 04.00,

walaupun sudah mulai terlihat sejak senja sampai menjelang pagi.

(23)

8

daripada darah ternak dan aktif sepanjang rnalarn. Kernudian A. barbirostris juga lebih senang rnengisap darah rnanusia, aktif sepanjang rnalarn pada

pukul 23.00-05.00, siang hari dapat ditangkap di luar rurnah (Depkes 1999).

Sedangkan A. kanvari lebih sering rnenggigit ternak dari pada orang, begitu juga pada A. kochi atau A. vagus (Reid 1968). A. subpictus lebih senang darah ternak daripada rnanusia, aktif sepanjang rnalarn, hinggap di

dinding sebelurn dan sesudah rnenggigit. A. maculatus betina lebih terlarik

rnengisap darah binatang dari pada rnanusia, aktivitas rnencari darah pada

rnalarn hari rnulai pukul 21.00-03.00. A. maculatus lebih banyak tertangkap

rnenggigit orang di luar dari pada di dalarn rumah (Depkesl999). Seiring

dengan itu, A. vagus rnenggigit sepanjang hari tapi iebih sedikit pada rnanusia, kebanyakan rnenggigit ternak dan belurn terbukti sebagai vektor

pada rnanusia (Depkes 2000).

5. Perilaku lstirahat Nyamuk Anopheles

Aktivitas dan kebiasaan nyamuk A. aconitus untuk istirahat atau

hinggap dilaporkan oleh Tri Boewono dkk (1981) yaitu 72% ditemukan

hinggap dengan ketingggian kurang dari 75 crn dari dasar lantai. Pada pagi

hari nyamuk jenis ini banyak ditemukan di tebing sungai, hinggap di lubang

tebing, dekat air rnengalir yang selalu basah dan lernbab. Ternpat istirahat

buatan (pit shelter) yang berupa lubang galian di dalam tanah sangat efektif

sebagai perangkap A.aconifus. Penangkapan pagi hari di dalarn rumah

atau kandang hanya rnendapatkan sedikit nyamuk, dan dari jumlah tersebut

sebagian besar ditangkap di dalarn kandang. Baik di dalam rurnah maupun

di kandang, sebagian besar hinggap di bagian bawah dinding pada

(24)

9

Dari pengamatan yang dilakukan selarna 24 bulan di Kalirnantan

Timur, ternyata pada malam hari A. balabacensis banyak diternukan

istirahat di dinding rumah baik sebelum dan sesudah rnengisap darah.

Pada siang hari tidak diternukan nyarnuk yang beristirahat di dalarn rumah.

Ternpat istirahat di habitat aslinya (hutan), belurn diketahui dengan pasti.

Kebun salak rnerupakan,tempat istirahat A. balabacensis. Sedangkan A. barbirostris istirahat di luar rurnah dan di pohon kopi, pohon nenas dan

tanaman lainnya. Pada pagi hari A. maculatus istirahat di luar rumah, dan hinggap pada pohon kopi dan juga tanaman-tanaman yang hidup di tebing

yang curarn, nyarnuk ini rnarnpu terbang hingga sejauh kurang lebih 2 km (Depkes 1999).

Reid (1968) rnelaporkan bahwa A. kochi dewasa beristirahat terutama di luar di antara vegetasi dekat tanah, walaupun sewaktu-waktu diternukan

di dalam ruangan. A. kanuan' dewasa beristirahat di ruang terbuka. A. annularis dewasa ada di dalam rumah dan kandang karena terutama

rnenyerang ternak, bukan vektor utarna karena rnenyerang ternak.

Perilaku istirahat A. sundaicus bervariasi ietapi urnurnnya di dalarn rumah dan lebih banyak ditangkap pada pakaian yang bergantungan

(Depkes1999). Demikian juga A. vagus istirahat di dalam ruangan

sepanjang hari (Depkes 2000).

6. Habitat Perkernbangbiakan Nyarnuk Anopheles

Habitat merupakan ternpat perkernbangbiakan nyarnuk pada saat pra

dewasa, rnulai dari telur, pupa dan larva. Menurut Mattingly (1969) habitat

nyamuk diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu habitat air rnengalir dan

(25)

10

Habitat air mengalir, dalarn klasifikasi air mengalir dapat berupa

saluran air (parit atau selokan) yang mengalir larnbat, saluran irigasi serta

sungai yang alirannya deras maupun larnbat. Pada saluran irigasi biasanya

tumbuh tanarnan menjalar yang dapat menahan arus air. Jenis Anopheles

spp yang hidup dalam habitat seperti ini adalah antara lain A. palmatus, A.

barbumbrosus, A. vagus, A. hunteri, A. barbirostris, A. sinensis, A. nigerrimus, A. sundaicus, A. subpictus dan A. maculatus.

Penelitian Koesoernawinagoen (1954) mendapatkan Anopheles pada

habitat air mengalir seperti saluran air, air sungai rnengalir deras rnaupun

lambat atau saluran irigasi. A. palmatus ditemukan di sudut-sudut anak

sungai yang rnengalir deras, A. barbumbrosus, A. vagus dan A. hunter di

air yang mengalir perlahan, dan A. barbirostris, A. sinensis dan A.

nigerrimus ditemukan di saluran irigasi.

Tjokroprawiro (1983) juga menemukan keberadaan A. sundaicus di

parit yang airnya payau selain habitat tambak pada daerah perkebunan

kelapa di Kepenghuiuan Berakit Pulau Bintan. Sedangkan Budasih (1993)

yang ingin rnelihat beberapa aspek ekologi habitat perkembangbiakan A.

sundaicus di sungai Legundi dan Larem Desa Labuan, Lombok Tirnur, juga

menemukan adanya spesies A. subpictus dan A. vagus.

Barodji dan Suwasono (2001) melaporkan bahwa A. maculatus

urnumnya diternukan di daerah pegunungan yang dialiri sungai kecil

berbatu atau pada genangan air di sepanjang tepian sungai. Pada habitat

air tepian sungai di daerah ketinggian 401-500 meter di atas permukaan

laut juga ditemukan spesies A. subpictus (Boewono 1999).

Hasil penelitian WHO (1997) dan Bruce-Chwatt (1985)

(26)

11

habitat perkembangbiakan A. balabacencis. Depkes (2001) menyatakan di

tepi sungai yang airnya mengalir perlahan ditemukan A. aconifus.

Pengamatan di sungai NTB mendapatkan A. subpictus (Sukowati 2000), di

sungai NTB dan NTT A. barbirostris, A. subpictus, A. sundaicus, A.

minimus dan A. vagus (Yotopranoto, dkk 1995). Penelitian Bonne Wepsters

dan Swellengrebel (1 953) serta penelitian Lestasi (2000) beberapa sungai di Indonesia mendapatkan A. maculatus.

Habitat air menggenang, dibagi dalam tiga kategori yaitu : 1) habitat

air tanah, 2) habitat air bawah permukaan tanah, dan 3) habitat kontainer.

Hasil temuan tempat berkembang biak Anopheles spp hanya didapatkan

pada habitat air tanah dan bawah permukaan tanah, sedangkan pada

kontainer belum ada laporan.

Habitat air tanah yang tergolong air tanah permanen antara lain

danau, kolam atau lagun serta rawa-rawa, beberapa spesies Anopheles

yang hidup antara lain A. lesferi, A. bancrofti, A. stigmaticus, A. sundaicus,

A. barbirosfris, A. separafus, A. nigerrimus, A. kochi, A. tesselafus, A.

vagus, A. aconifus, dan A. japonicus. Sedangkan habitat air tanah

sementara berupa kobakan atau comberan, air kubangan serta jejak tapak

kaki manusia atau hewan, beberapa spesies didapatkan antara lain A.

barbirostris, A. nigerrimus, dan A. kochi.

Habitat air bawah perrnukaan tanah, dikategorikan sebagai air bawah

permukaan tanah dapat berupa sumurlperigi, bekas galian tambang dan

waduk. Beberapa spesies Anopheles yang hidup antara lain A. vagus dan

A. hunteri.

Beberapa hasil penelitian Anopheles dengan tempat perindukan air

(27)

danau (Koesoemawinangoen 1954: WHO 1982), A. sundaicus hidup pada lagun yang airnya payau (WHO 1982), A. barbirosfris dan A. separatus pada kolarn yang terbuka tetapi ada juga pada kolarn yang terlindung

(Bonne-Wepster & Swellengrebel 1953).

Dilaporkan oleh Saleh (2002), pada habitat kolarn diternukan A. nigerrimus dan A. aconifus. Penelitian lain yang dilakukan pada habitat air menggenang berupa kolarn juga dilaporkan oleh Chadijah (2005), habitat

kolam yang diteliti terbagi atas kolarn dengan dan tanpa naungan serta

habitat genangan air di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Pada

habitat kolarn dengan naungan diternukan A. barbirosfris, A. nigerrimus, A. kochi dan A. teselafus. Adapun pada habitat kolarn tanpa naungan juga diternukan spesies yang sarna seperti pada habitat dengan naungan

ditarnbah satu spesies yakni A. vagus. Sedangkan pada genangan air

diternukan A. barbirosfris, A. nigerrismus dan A. kochi.

Spesies A. vagus selain hidup pada habitat air tergenang seperti jejak

kaki hewan, juga ditemukan hidup di dalarn surnur (Bonne-Wepster 1953;

Reid 1968). Spesies lainnya yang diternukan hidup di sumur pada daerah

Surnatera, Bangka, Belitung dan Kepulauan Riau adalah A. hunferi

(Koesoemawinangoen 1954). Selain itu, spesies ini juga ditemukan pada

anak-anak sungai yang rnengalir perlahan dan terkena sinar matahari

secara langsung.

Berdasarkan hasil survei jentik pada kolong bekas galian timah di

Desa Air Duren dan Desa Air Layang Kabupaten Bangka (1999),

didapatkan spesies A. letifer dan A. umbrosus (Dinkes Kab. Bangka 2003).

(28)

13

yang diturnbuhi ganggang atau lumut menjadi tempat perindukan vektor A. sundaicus.

Hasil peneiitian Kirnowardoyo (1985), dan Sundammman, dkk (1957)

mengemukakan di Pulau Jawa persawahan merupakan habitat utama A.

aconitus. Pengamatan di NTB dan NTT yang dilakukan Yotopranoto, dkk

(T995) di persawahan ditemukan A. subpictus, A. sundaicus, A. barbirostris, dan A. vagus. Pendapat lain dikemukakan oleh Hook, dkk (1998) menyatakan persawahan di Srilangka merupakan habitat A. barbirostris,

yang diperkuat oleh hasil temuan Reid (1968) di persawahan Malaysia

ditemukan jentik A. barbirostris dan A. annularis.

Hasil temuan Reid (1968) di Malaysia A. annularis larvanya

didapatkan di daerah rawa-rawa, sementara itu di rawa-rawa lrian Jaya

ditemukan A. barbirostris (Church, dkk 1995). Sedangkan pengamatan

rawa-rawa di NTT oleh Yotopranoto, dkk (1995) mendapatkan A. subpictus,

A. sundaicus, A. minimus dan A. vagus.

Hasil pengamatan Arsin di Sulawesi Selatan (2004) mendapatkan

habitat A. sundaicus pada air payau di hutan bakau dan galian sepanjang

pantai. Seperti halnya A. sundaicus, A. subpicfus mempunyai habitat yang sama di dekat pantai (Depkes 1999), demikian juga dikemukakan Reid

(1968) di Malaysia. Penelitian di Flores (Hoedojo 1992) pada area pantai

(29)

BAB

Ill

METODE PENELlTlAN

1. Jenis Penelitian

Merupakan penelitian deskriptif, dengan memaparkan jenis-jenis

habitat perkembangbiakan, karakteristik habitat dan beberapa aspek

perilaku A.sundaieus, antara lain perilaku menghisap darah di dalam atau di

luar rumah, perilaku istirahat di dalam atau di luar rumah, aktivitas

menggigit pada malam hari, dan jumlah nyamuk A.sundaicus yang sudah

pernah bertelur di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian selama empat bulan (spot study), dilaksanakan pada bulan

Agustus-November 2008. Lokasi penelitian di wilayah medium case

insidenee (MCI) malaria, Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan Padang

Cermin (Gambar I), yang terdiri atas dua wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Hanura dan Padang Cermin, meliputi 11 desa yakni Desa

Lempasing. Hurun, Hanura, Sidodadi, Gebang, Gayau, Durian, Sanggi,

(30)

Keterangan :

[image:30.595.91.522.68.649.2]

Daerah yang diarsir adalah wilayah penelitian

(31)

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua tipe perairan yang diduga sebagai

habitat perkembangbiakan Anopheles dan semua nyamuk Anopheles.

Sampel habitat perkembangbiakan diambil secara total populasi, yang

diikuti dengan pengambilan sampel larva, sedangkan sampel nyamuk

(dewasa) diambil melalui penangkapan nyamuk yang hinggap di badan

(landing collection) dan nyamuk istirahat (resting).

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengumpulan

data habitat perkembangbiakan dan data nyamuk Anopheles.

Pengumpulan data habitat maupun nyamuk menggunakan formulir yang

sudah disusun.

4.1 Pengumpulan Data Habitat

Data habitat dikumpulkan melalui survei langsung, berjalan

rnenyusuri 11 desa lokasi penelitian. Data habitat yang dikumpulkan

antara lain jenis habitat dengan karakteristik berupa dasar habitat,

kedalarnan habitat, luas habitat, suhu air, kadar garam, pH air, aliran

air, dan jenis tanaman air. Jenis habitat dilihat secara langung apa

jenisnya, dasar habitat diamati apakah lumpur, pasir, batu kecil atau

batu besar, sedangkan kedalaman dan luas habitat diukur

menggunakan meteran. Suhu air diukur menggunakan termometer air

raksa, kadar garam diukur dengan salinometer, pH air diukur

menggunakan kertas lakmus. Untuk aliran air diukur dengan

meletakan material apung di atas air kemudian di catat kecepatannya

(32)

17

kecepatan air 0 meter permenit, "mengalir lambat" jika kecepatan air

0,l-5 meter permenit, "mengalir sedang" jika kecepatan air 5.1-10

meter permenit dan "mengalir cepat" jika kurang dari 10 meter

permenit. Tanarnan air diamati secara langsung dan dicatat jenisnya

dan diukur ketinggiannya.

4.2 Pengumpulan Data Nyamuk

Pengumpulan data nyarnuk dibedakan menjadi dua, yaitu

pengumpulan nyamuk melalui penangkapan larva dan penangkapan

nyamuk dewasa.

4.2.1 Penangkapan Larva

Data larva diambil dari semua habitat yang ada di

wilayah penelitian, dengan menggunakan cidukan plastik

volume 300cc yang dilakukan oleh empat orang pengambil

larva. Pada setiap habitat yang ditemukan, empat orang

disebar pada posisi yang berbeda, pencidukan dilakukan di

pinggir dan di tengah habitat yang berpotensi sebagai tempat

naungan larva. Pada tiap habitat pencidukan larva dilakukan

selama 20 menit, masing-masing 10 cidukan sehingga total

keseluruhan 40 cidukan. Larva yang tertangkap dimasukan ke

dalam kantong plastik beserta air yang didapat dari habitat.

Kemudian larva dimasukan ke dalam cool box dan dibawa ke

laboratorium lapangan untuk dipelihara (rearing).

Pemeliharaan larva dilakukan pada gelas plastik berisikan air

dari habitat aslinya, di atasnya disambung paper cup (gelas

kertas). Selama pemeliharaan larva diletakkan pada tempat

(33)

18

dibuat bubuk. Setelah emerge (nyamuk dewasa rnuncul)

,

nyamuk dikumpulkan ke dalam paper cup selanjutnya

dimatikan dengan chloroform untuk diidentifikasi rnenentukan

spesiesnya dengan bantuan kunci identifikasi O'connor dan

Sopa (Depkes 2000).

Hasit penangkapan larva digunakan untuk mendapatkan

data mengenai fauna nyamuk Anopheles spp yang ada di

Kecamatan Padang Cermin Larnpung Selatan.

4.2.2 Penangkapan Nyamuk Dewasa

Data nyarnuk (dewasa), diperoleh melalui penangkapan

nyamuk istirahat (resting) dan yang hinggap di badan (landing

collection). Penangkapan nyamuk istirahat dilakukan pada

pagi dan malam hari, sedangkan penangkapan nyamuk yang

hinggap di badan dilakukan pada malarn hari.

a. Penangkapan Nyamuk lstirahat

Penangkapan nyamuk istirahat pagi hari dilakukan

selarna 3 jam, dari jam 06.00-09.00, selarna 6 hari. Tiap

hari penangkapan melibatkan 4 orang penangkap, 2 orang

menangkap nyamuk istirahat di dalam rumah (resting

indoor) dan 2 orang menangkap nyamuk di luar sekitar

rumah dan sekitar habitat (resting outdoor). Penangkapan

nyarnuk rnenggunakan aspirator dan senter, nyamuk yang

tertangkap dimasukan ke dalam paper cup yang atasnya

ditutupi kain kasa, selanjutnya nyarnuk matikan dengan

(34)

19

Penangkapan nyamuk istirahat malam hari dilakukan

di dalam rumah (resting indoor) menggunakan 2 orang

pada 3 rumah selarna 6 malam. Setiap malam dilakukan selama 12 jam dari jam 18.00-06.00 dan tiap jam penangkapan dilakukan selama 45 menit. Penangkapan nyamuk ini menggunakan aspirator dan senter, nyamuk

yang tertangkap dimasukan ke dalam paper cup yang

atasnya ditutupi kain kasa, selanjutnya nyamuk dibunuh

dengan menggunakan chloroform untuk diidentifikasi.

Penentuan rumah sebagai tempat pengambilan nyamuk

resting malam adalah rumah yang terletak berdekatan

dengan habitat perkembangbiakan berdasarkan s u ~ e i

larva.

Penangkapan nyamuk istirahat digunakan untuk

mengidentifikasi perilaku istirahat nyamuk, apakah bersifat

endofilik (suka di dalam rumah) atau eksofilik (suka di luar

rumah).

b. Penangkapan Nyamuk di Badan

Penangkapan nyamuk yang hinggap di badan

(landing collection) dilakukan selama 6 malam, tiap

malamnya selama 12 jam, dari jam 18.00-06.00, pada tiap

jamnya menangkap 45 menit.

Tiap malam penangkapan menggunakan 3 rumah dengan 6 orang penangkap masing-masing rumah

terdapat dua orang, yang duduk dl dalam (indoor) dan di

(35)

20

penangkapan malam berdasarkan temuan larva terbanyak,

sedangkan penentuan rumah sebagai ternpat

penangkapan nyamuk landing collection adalah rumah

yang terletak berdekatan dengan habitat

perkembangbiakan yang banyak terdapat larva Anopheles.

Penangkapan nyamuk landing collection

menggunakan aspirator dan senter, nyamuk yang

tertangkap dimasukan ke dalam paper cup yang atasnya

ditutupi kain kasa, selanjutnya nyamuk dibunuh dengan

menggunakan chloroform dan diidentifikasi dengan

bantuan kunci identifikasi O'connor dan Sopa (Depkes

2000).

Penangkapan nyamuk hinggap di badan indoor dan

outdoor digunakan untuk mengetahui kebiasaan nyamuk

menghisap darah di dalam (endofagik) atau di luar rumah

(eksofagik), juga untuk mengetahui fluktuasi kepadatan

nyamuk menggigit pada malam hari.

4.2.3 Menghitung Nyamuk yang Sudah Bertelur (Parous Rate)

Untuk menghitung parous rate nyamuk dilakukan

pembedahan ovariurn untuk mengetahui apakah nyamuk

sudah pernah bertelur atau belum. Pembedahan ovarium

dilakukan dengan cara nyamuk betina yang tertangkap dari

alarn diberi cloroform lalu diletakan di atas kaca benda

kemudian di ujung abdomen diteteskan garam fisiologis.

Bagian dada ditusuk dengan jarum dan jarum lain menusuk

(36)

21 digeser sampai segrnen abdomen lepas dan isinya tertarik

keluar. Hasil pembedahan tersebut dikeringkan dan dilihat

rnenggunakan mikroskop, kemudian dihitung proporsi

parousnya dengan mernbagi jurnlah nyamuk yang parous

dengan nyamuk yang sudah dibedah.

5. Pengolahan Data

Data larva dianalisis berdasarkan ternuan larva Anopheles di setiap

tipe perairan, data ini melengkapi data jenis habitat dan karakteristik

habitat. Data larva, jenis dan karakteristik habitat dianalisis secara deskriptif

untuk rnengetahui habitat perkembangbiakan A.sundaicus. Hasil

penangkapan human landing collecfion, diamati perjam, dihitung nilai man

hour dencity (MHD), yaitu jumlah gigitan nyamuk perorang perjam baik

indoor maupun outdoor, disajikan dalam bentuk grafik selama 12 jam

penangkapan untuk melihat fluktuasi kepadatan, selanjutnya dihitung nilai

man bitting rate (MBR), yaitu jumlah nyamuk yang menggigit perorang

perrnalam indoor dan outdoor. Setiap larva dan nyamuk yang didapat

diidentifikasi menggunakan mikroskop. Kemudian nyamuk dibedah dihitung

parous rate, yaitu jumlah nyamuk parous dibagi seluruh nyamuk yang

(37)

BAB IV

HASlL DAN PEMBAHASAN

I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Padang Cermin Lampung

Selatan, terletak di wilayah kerja Puskesmas Hanura dan Puskesmas

Padang Cerrnin.

1.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Hanura

Luas wilayah kerja Puskesmas Hanura adalah 9.056,5 Ha,

terdiri dari lahan pertanian dan kebun 45.2%, permukiman dan

perkarangan 35.9%, hutan 3.7%, tarnbak dan lagun 1.9%,

pegunungan dan pulau-pulau 13.3%. Sebagian besar permukiman

penduduk berada di pesisir pantai yang merupakan lokasi berpotensi

sebagai habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, sehingga

menjadikan daerah ini endemis malaria sepanjang tahun. Jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Hanura sebanyak 32.220 jiwa

terdiri 7.490 kepala keluarga (KK), 4.451 diantaranya KK rniskin yang

berhak memperoleh pelayanan kesehatan gratis.

Kondisi kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Hanura dapat dicerrnati dari pola penyakit terbanyak yang ada di

Puskemas. Sepuluh penyakit terbanyak yang ada di masyarakat

masih didominasi penyakit infeksi, dimana malaria masuk ke dalarn

urutan ke 8 dari 10 penyakit terbesar, dengan jumlah penderita 684

orang pada tahun 2007. Terdapat lima desa endemis malaria di

wilayah Puskesmas Hanura yaitu Desa Lempasing, Hurun, Hanura,

(38)

23

1.2 Garnbaran Urnurn Wilayah Kerja Puskesrnas Padang Cermin

Wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin dengan jumlah

penduduk tahun 2007 sebesar 22.759 jiwa terdiri 6.125 KK, dan 3.099

diantaranya KK miskin yang berhak mendapatkan pengobatan gratis.

Kondisi geografisnya berupa pegunungan, daratan, perbukitan dan

pantai.

Wilayah kerja Puskesmas Padang Cermin terdiri dari enam desa

yaitu Desa Gayau, Durian, Sanggi, Padang Cermin, Banjaran dan

Hanauberak. Keenarn desa tersebut rnerupakan daerah endemis

malaria, dimana sebagian wilayahnya merupakan daerah pantai, area

tambak, rawa-rawa dan pegunungan, sehingga merupakan daerah

yang baik untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles. Jumlah

penduduk yang menderita malaria tahun 2007 sebanyak 132 orang

(Puskesmas Padang Cermin 2008).

2. Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles sundaicus

Karakteristik habitat yang dikumpulkan antara lain jenis habitat, dasar

habitat, kedalaman habitat, luas habitat, suhu air, kadar garam, pH air,

aliran air, dan jenis tanaman air.

Jenis habitat Anopheles spp. yang ada di wilayah Kecamatan Padang

Cermin ada 12 jenis, antara lain tambak terbengkalai, sumur, sawah,

saluran irigasi, kobakan, kubangan, kolam, parit, lagun, rawa-rawa, sungai

dan baik air, tersebar di semua desa di wilayah Kecamatan Padang Cermin

(tabel 1). Kondisi ini memungkinkan andanya kontak nyamuk Anopheles

(39)

Tabel 1. Sebaran Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp. di Kecamatan Padang Cerrnin Lampung Selatan

(

No

/

Desa

1

Jenis Habitat

Dari Ke 12 habitat yang ada, 5 diantaranya merupakan habitat A.

sundaicus, antara lain tambak terbengkalai, sumur, kobakan, lagun dan

rawa-rawa, yang tersebar di 6 desa, antara lain Desa Lempasing, Gayau,

Durian, Sanggi, Padang Cermin dan Hanauberak (tabel 2).

Tabel 2. Sebaran Habitat Perkembangbiakan A. sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

No 1 2

-

4

5 6

Desa Spesies Anopheles

Sanggi

Padang Cermin Hanauberak

Lempasing

I

tambak terbengkalai, sumur Gayau

1

tambak terbengkalai, kobakan

lagun, rawa-rawa kobakan

[image:39.602.120.510.123.279.2]
(40)

1) Tambak terbengkalai 2) Sumur 3) Sawah

4) Kubangan 5) Kolarn 6) Parit

7) Kobakan 8) Bak air 9) Lagun

10) Rawa-rawa 11) Sungai 12) Saluran irigasi

barnoar L. naolrar rerKemoangolaKan ~nopneres spp.

(41)

Berdasarkan fauna spesies Anopheles, tambak (pembesaran udang)

yang terbengkalai rnempunyai variasi fauna Anopheles yang terbanyak,

yaitu lima spesies Anopheles antara lain A.sundaicus, A.barbirosfris,

A.indefinifus, A.vagus dan A.subpictus. Habitat sumur terdapat A.sundaicus

dan A.vagus, habitat sawah terdapat A.vagus, A.barbirosfris, A.aconifus

dan A.barbirosfris, habitat kobakan terdapat A.vagus, A.barbirosfris,

A.kochi, dan A.sundaicus, habitat kolam terdapat A.vagus, A.barbirosfris,

A.maculafus, dan A.kochi, habitat parit ada A.barbirosfris, dan A.vagus,

habitat kubangan hanya terdapat A.vagus, habitat bak air terdapat spesies

A.vagus dan A.subpicfus, habitat lagun terdapat A.sundaicus, habitat rawa-

rawa terdapat spesies A.vagus, A.sundaicus, dan A.subpictus, habitat

sungai ada A.vagus, serta habitat saluran irigasi sawah ada A.barbir0stri.s

dan A.vagus (tabel 3).

Tabel 3. Spesies Anopheles spp. Berdasarkan Jenis-jenis Habitat di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

No

I

Habitat Spesies Anhopeles
(42)

Tabel 4. Karakteristik Habitat A.sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

1

Luas Habitat (M2) 3000- 3500 1 2 10000 10000 50 500 2

1

0,5

Tinggi Tanaman

Air (Cm)

Tanaman Sekitar Kedalaman Habitat (cm) Tanaman Air 30-150

-

-200 20-100 100 100 100 150 20-30

1

15

Dasar Habitat Aliran air Lumpur Lumpur Lumpur Pasir Lumpur Lumpur Lumpur Lumpur

I

Semen

1

Tdk mengalir

---

Tdk

mengalir mengalir Tdk Lambat Lambat Td k mengalir Tdk mengalir Tdk mengalir Tdk

1

menaalir Kadar

Garam

(%a)

Air Suhu (oC)

Tdk ada Tdk ada Lumut Lumut Lumut Kangkung Rumput pH Jenis Habitat No 1 0 0 0 10-16 p~ 15 0 O

1

0

30-33 30 30 40 37-40 ~~ 36 34 32

1

32

Desa

I

Tdk ada

I

Tdkada

I

0

Tdk ada Tdk ada Tdk ada Tdk ada, ada rerumputan Rerumputan Rerumputan Rerumputan 7,5 784 7-8 8 7-8,5 p~~

*

6s5 6*4-695

1

7

Tambak terbengkalai Sumur Kobakan Tambak terbengkalai Tambak terbengkalai

-

-~~ - 2 3 4 5 0 0 1 0,5-1 0,5 20 50-60 Lempasing Lempasing Gayau Gayau Durian Lagun 7

1

9

1

Hanauberak

I

Kobakan Sanggi

Padang cermin

[image:42.850.92.809.151.446.2]
(43)

28

Berdasarkan tabel 4. A.sundaicus hidup dengan baik pada habitat

tarnbak terbengkalai, surnur, kobakan, lagun, dan rawa-rawa, dengan suhu

air antara 30-40 OC, kadar gararn antara 0-16 %o, pH air 6.4-8.5, kondisi

aliran air tidak rnengalir atau mengalir lambat (0.1-5 meter permenit),

dasar habitat furnpur, pasir, dengan kedalaman habitat antara 20-200 Cm,

luas habitat antara 1-10000 M2, dengan kondisi tanaman air bervariasi

antara tidak ada tanaman air dan ada tanarnan air berupa lumut, rumput

dan kangkung, tinggi tanaman air bervariasi antara 0.5-60 Cm. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Tjokroprawiro (1983) yang menemukan

keberadaan A. sundaicus di tambak dengan kondisi air payau, demikian

juga hasil penelitian Budasih (1993) yang rnenemukan A. sundaicus di

sungai Legundi Lombok Timur, dengan kondisi air mengalir lambat, juga

penelitian Yotopranoto, dkk (1995) menemukan A. sundaicus di NTT dan

NTB hidup pada air yang mengalir lambat, pengamatan Arsin (2004) di

Sulawesi Selatan mendapatkan habitat A. sundaicus pada air payau di hutan bakau dan galian sepanjang pantai.

3. Hasil Penangkapan Larva

Pengambilan larva dilakukan oleh 4 orang selama 6 hari, menyusuri

semua habitat yang ada di Kecamatan Padang Cermin. Sebagaimana

gambar 2 perolehan larva Anopheles spp. terbanyak didapatkan di Desa

Sidodadi (21.07%) dan Desa Hanura (18.55%). Selanjutnya diikuti oleh

Desa Lempasing sebanyak 13.29%, Desa Sanggi 11.97%, Desa Gayau

11.67%, Desa Banjaran 6.88%, Desa Durian 6.28%, Desa Padang Cermin

(44)

I

Lokasi Penelitian

I

Garnbar 3. Perolehan Larva Anopheles di Kecarnatan Padang Cerrnin

Larnpung Selatan

Tingginya perolehan larva di Desa Sidodadi dan Hanura, dikarenakan

Desa Sidodadi didapatkan jurnlah habitat terbanyak dibandingkan Desa

lainnya yaitu delapan habitat, sedangkan Desa Hanura selain jumlah

habitatnya relatif banyak yaitu lirna habitat, rata-rata kepadatan larva

(45)
[image:45.605.132.528.117.367.2]

Tabel 5. Kepadatan Larva Anopheles di Kecarnatan Padang Cerrnin Larnpung Selatan

Pengarnbilan larva dilakukan oleh 4 orang, dimana pada tiap habitat 10

11

dilakukan 10 cidukan per orang dengan menggunakan cidukan plastik

bervolurne 300cc, sehingga pada setiap habitat dilakukan pencidukan

sebanyak 40 kali pada posisi yang berbeda. Di Kecarnatan Padang Cerrnin

keseluruhan larva yang diperoleh sebanyak 1.671 dari 48 habitat yang

tersebar di 11 Desa. Secara keseluruhan di Kecamatan Padang Cerrnin

rata-rata kepadatan larva percidukan 0.87. Kepadatan tertinggi diperoleh di

Desa Lempasing dengan kepadatan 1.85 larva percidukan, sedangkan

terendah di Desa Padang Cermin sebesar 0.16 larva percidukan, Banjaran

Hanauberak

Total

sebagairnana terlihat pada tabel 5. 115

25

1671

4

1

48

0,72

0,63

(46)
[image:46.602.168.463.100.309.2]

Gambar 4. Proses pencidukan larva, dilakukan di pinggir dan di tengah habitat

Fauna nyamuk Anopheles spp di Kecamatan Padang Cermin yang

didapatkan berdasarkan penangkapan larva sebanyak delapan spesies,

antara lain A.sundaicus, A.vagus, A.subpictus, A.barbirostfis, A.maculatus,

A.kochi, A.aconitus dan A.indefinitcls. Dari delapan spesies yang ada di

wilayah Padang Cermin, jika dihubungkan dengan temuan Depkes di

daerah lain di Indonesia (Depkes 2006), hanya A.indeifinitus yang tidak

berperan sebagai vektor. Maka sewajarnya jika selama ini dilaporkan oleh

Puskesmas Hanura dan Padang Cermin bahwa di Kecamatan Padang

Cermin merupakan daerah endemis malaria (Puskesmas Hanura 2008;

Puskesmas Padang Cermin 2008), mengingat nyamuk potensi vektor

ditemukan tersebar disemua desa di wilayah Kecamatan Padang Cerrnin

(47)

Tabel 6. Sebaram Anopheles spp. di Kecarnatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

/

No

/

Desa Spesies Anopheles

1 2

I I

5

/

Gebang

I

A.kochi, A.barbir0stri.s I

I I

6

1

Gayau

I

A.barbirosfris, A.kochi, A.vagus, A.aconitus, Lempasing

Hurun

A.sundaicus

A. barbirostris, A. vagus

A.indefinitus, A.vagus, A.barbir0stri.s

3

I

8

/

Sanggi

I

A. barbirostris, A. vagus, A.sundaicus,

4

1

Sidodadi

I

A.barbirostris, A.vagus, A.maculatus, A.kochi Hanura

7

A.subpictus

9

1

Padang Cermin

I

A.sundaicus, A.barbirostris, A.vagus

I I

10

1

Banjaran

I

A. barbirostris, A. vagus Durian

I

11

I

Hanauberak

I

A.sundaicus A.sundaicus

A.vagus, A.sundaicus, A.subpictus,

A. barbirostris

Tabel 6. didapatkan berdasarkan perolehan larva, jenis spesies Anopheles terbanyak diperoleh di Desa Gayau sebanyak lima spesies,

selanjutnya Desa Sidodadi, Durian dan Sanggi masing-masing sebanyak

ernpat spesies, Desa Hanura dan Padang Cermin masing-masing tiga

spesies, Desa Hurun, Gebang dan Banjaran masing-masing dua spesies,

selebihnya Desa Lempasing dan Hanauberak masing-masing satu spesies.

A. sundaicus yang merupakan vektor, ditemukan paling banyak tersebar di enam desa yaitu Lempasing, Gayau, Durian, Sanggi, Padang Cermin, dan

[image:47.595.117.504.117.398.2]
(48)

33

4. Hasil Penangkapan Nyamuk (Dewasa)

Hasil penangkapan nyamuk dengan umpan badan (landing

collection), rnenunjukkan sebagian besar (74.37%) kepadatan nyarnuk

didapatkan di Desa Lempasing di wilayah kerja Puskesmas Hanura.

Sedangkan di wilayah kerja Puskesrnas Padang Cermin, Desa Gayau

merupakan daerah dengan kepadatan nyamuk tertinggi sebanyak 9.51%

dari perolehan seluruh nyarnuk, sebagaimana gambar 4. Hasil ini seiring

dengan tingginya malaria klinis di Desa Lempasing dan Gayau (Puskesmas

Hanura ; Puskesmas Padang Cerrnin 2008), dirnungkinkan karena kontak antara nyarnuk dengan rnanusia sernakin besar dengan tingginya populasi

nyarnuk.

(49)

uarnoar o. renangKapan nyarnuK ranarng correcrron ourooor oan mooor, sena resting rnalarn indoor

Hasil penangkapan nyamuk hinggap di badan (landing collection)

didapatkan 3 spesies Anopheles yang kontak dengan manusia, antara lain

A.sundaicus, A.tessellatus, dan A.vagus. Hasil ini senada dengan temuan

Idrarn-ldris dkk. (1999) yang menernukan 12 spesies Anopheles yang

kontak dengan rnanusia, diantaranya adalah A. sundaicuq A. tesssellatus

dan A. vagus.

Jika ditinjau kuantitasnya maka A. sundaicus rnerupakan spesies

dorninan di wilayah Kecarnatan Padang Cerrnin Larnpung Selatan,

sebanyak 90.66% dari sernua spesies yang didapatkan rnelalui landing

collection, penangkapan nyarnuk resting pagi dan rnalarn (garnbar 6).

Dikaitkan dengan tipe ekologi daerah Kecarnatan Padang Cermin berada di

pinggiran pantai yang rnerupakan daerah rawa-rawa dan area tarnbak

udang, baik terbengkalai rnaupun aktif, keduanya rnerupakan habitat yang

(50)
[image:50.595.123.500.62.315.2]

~~ I Gambar 7. Kepadatan Nyamuk Anopheles di Kecamatan Padang Cermin

Larnpung Selatan per Spesies

5. Perilaku Menghisap Darah Anopheles sundaicus

Dari enam kali penangkapan malam dengan metode landing collection,

secara keseluruhan di Kecamatan Padang Cerrnin A. sundaicus menghisap

darah baik outdoor (di luar rumah) maupun indoor (di dalam rumah), namun

cenderung lebih banyak di daiam rumah sebesar 58.82% dibandingkan di

luar rumah sebesar 41.18%. Jika dilihat lebih rinci di Desa Sidodadi dan

Sanggi, A. sundaicus lebih banyak menggigit di luar rumah dibandingkan di

dalam rumah dengan perbandingan 60% : 40% dan 62.5% : 37.5%, di Desa

Lempasing, Gayau dan Durian, lebih banyak di dalam rumah dari pada di luar

rumah dengan perbandingan 61.25% : 38.75%, 66.67% : 33.33% dan

62.07% : 37.93%, sedangkan di Desa Hanura hanya menggigit di luar rumah

(51)
[image:51.595.116.497.124.311.2]

Tabel 7. Perilaku A. sundaicus Menghisap Darah Outdoor-Indoor di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

Kebiasaan A. sundaicus menghisap darah di luar dan di dalam rumah, senada dengan hasil penelitian Setyaningrum (1999) yang rnelakukan studi di

Pulau Legundi Lampung Selatan mendapatkan A. sundaicus bersifat

eksofagik dan endofagik.

Perilaku A. sundaicus menggigit perorang perjam, dikelornpokkan

menjadi dua yaitu perilaku rnenggigit perorang perjam di luar rumah (man

hour dencity outdoorlMHD0) dan di dalam rumah (man hour dencity

(52)

Jam Pengamatan

I

[image:52.599.121.504.74.279.2]

- .-- - - i

Gambar 8 . Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

Secara umum di Kecamatan Padang Cermin A. sundaicus menggigit

sepanjang malam, mulai pukul 18.00-06.00. Pengamatan di luar rumah

puncak kepadatan gigitan terjadi antara pukul 02.00-04.00, sedangkan di

dalam rumah puncak gigitan antara pukul 01.00-05.00 (gambar 7). Hasil ini

seiring dengan temuan Depkes (1999), mendapatkan A.sundaicus aMif

menghisap darah manusia sepanjang malam dengan puncak kepadatan

antara pukul 23.00-05.00. Juga seiring dengan hasil penelitian

Setyaningrum (1999) yang rnendapatkan puncak gigitan A. sundaicus

antara pukul 02.00-03.00 di Pulau Legundi Lampung Selatan. Lebih rinci

(53)

10.000 8.000 6.000 -

Jam Pengamatan

l ~ - ~

--- ~ ~ ~ - . - - -

'

Gambar 9. Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Lernpasing Kecarnatan Padang Cerrnin Kabupaten Lampung Selatan

Di desa Lernpasing didapatkan akitifitas rnenggigit A.sundaicus ada

sepanjang rnalarn yaitu dirnulai jam 18.00-06.00, dengan puncak kepadatan

di dalarn rumah terjadi pada jam 01.00-02.00 dan 04.00-05.00, kernudian

rnenurun sampai jam 06.00. Puncak kepadatan A.sundaicus di luar rurnah

terjadi pada jam 02.00-03.00 kernudian rnenurun dan naik lagi pada jam

05.00-06.00 (gambar 8).

[image:53.602.86.511.57.821.2]

I

Jam Pengamatan

I

[image:53.602.127.505.77.279.2]
(54)

Aktifitas menggigit A.sundaicus di Desa Hanura terjadi pada jam

18.00-04.00 dan hanya ditemukan di luar rumah dengan puncak kepadatan

menggigit terjadi pada jam 03.00-04.00 (garnbar 9)

0.700

0.600

. .

, ,

.

. .

.

0.500 . ,

. .

,

.

, ,

0.400

.

. . . . -

..

0.300

0.200

0,100 -

0.000

~

Jam Pengamatan

[image:54.599.132.502.162.359.2] [image:54.599.111.502.487.679.2]

L - . ~ . . - .. --

Gambar 11. Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

Di Desa Sidodadi puncak kepadatan menggigit A.sundaicus di luar

rumah terjadi pada jam 23.00-24.00 dan 04.00-05.00, sedangkan untuk di

dalam rumah puncak kepadatan tertinggi pada jam 01.00-02.00 (gambar

~. -.

0.350 -

*

0.300

-

0.250 -

0.200 -

0.150 -

0.100 -

.

-Jam pengamatan

~~

(55)

Aktifitas A.sundaicus di Desa Gayau terjadi hanya pada jam tertentu

saja yaitu pada jam 20.00-21.00 dan 05.00-06.00 di dalam rumah dan pada

jam 22.00-24.00 di luar rumah (gambar 1 I ) ,

Jam Pengamatan

[image:55.595.129.502.158.354.2]

. -....

Gambar 13. Fluktuasi Kepadatan A.sundaicus di Desa Sanggi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

Di Desa Sanggi aktifitas A.sundaicus menggigit dimulai pada jam

19.00 dan ada sepanjang malam. Puncak kepadatan tertinggi terjadi pada

jam 19.00-21.00 untuk di luar rumah dan pada jam 20.00-21.00 dan

24.00.00-04.00 untuk di dalam rumah (gambar 12).

[image:55.595.121.501.491.679.2]

I

Jam Pengamatan

I

(56)

41

Di Desa Durian aktifitas rnenggigit A.sundaicus terjadi rnulai pada jam

22.00-06.00. Puncak kepadatan menggigit di dalam rurnah terjadi pada jam

23.00-24.00, 03.00-04.00 dan 05.00-06.00 sedangkan untuk di luar rumah

terjadi pada jam 02.00-03.00 (garnbar 13).

Nilai MBR (gigitan nyarnuk perorang permalam) A. sundaicus di

Kecarnatan Padang Cerrnin sebesar 8.94 untuk outdoor dan 12.78 untuk

indoor. Angka gigitan tertinggi didapatkan di Desa Lernpasing yaitu 41.33

outdoordan 65.33 indoor (gambar 14).

Lenpasing lgnura Sldodadi Gayau Sanggi (Xltien Ratbrala

L .

Garnbar 15. Man Bitting Rate A.sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan

Tingginya angka MBR pada A.sundaicus di Kecamatan Padang

Cermin, jika dikaitkan dengan status kevektoran dan berdasarkan penelitian

di daerah lain baik di Pulau Surnatera rnaupun di luar Pulau Sumatera,

yang menyatakan A.sundaicus merupakan vektor penyakit malaria,

mernberikan prediksi kuat bahwa A.sundaicus mernberikan sumbangan

(57)

42

6. Perilaku lstirahat Anopheles sundaicus

Perilaku istirahat nyamuk diidentifikasi berdasarkan penangkapan

nyamuk istirahat (resting) di luar rumah (outdoor) dan di dalam rumah

(indoor). Penangkapan nyamuk resting pagi dilakukan pada jam 06.00-

09.00 sebanyak enam kali pada daerah yang berbeda.

barnoar 10. renangnapan nyarnuK resrrr~g pagl ouroour aan rrrooor

di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan

Anopheles sundaicus dapat istirahat di luar rumah (resting outdoor)

maupun di dalam rumah (resting indoor). Di Desa Lempasing A. sundaicus

di dapatkan istirahat di luar rumah, sedangkan di Desa Sidodadi di dalam

rumah (gambar 16). Dibandingkan dengan temuan Depkes (1999) ada

sedikit perbedaan, yang menyatakan A.sundaicus banyak ditangkap pada

pakaian yang bergantungan di dalam rumah. Perbedaan perilaku istirahat

dikarenakan lokasi penelitian yang tidak sama, juga waktu penelitian yang

relative berbeda jauh. Hasil ini memberikan dukungan terhadap teori yang

menyatakan perbedaan tempat akan menyebabkan perbedaan perilaku

(58)
[image:58.595.132.494.76.314.2]

I

Hurun

/

Sidodadi

I

Gayau

/

Sanggi

/

Banjaran

I

I

Gambar 17. Hasil Penangkapan Nyamuk Resting Pagi di Kecamatan Padang

Cermin Lampung Selatan

7. Status Parousity Anopheles sundaicus

Secara keseluruhan total A. sundaicus yang dibedah (nyamuk unfed)

sebanyak 291 nyamuk, didapatkan 72.85% parous dan 27.15%

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian di Kecamatan Padang Cermin
Tabel 1. Sebaran Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.
Tabel 4. Karakteristik Habitat A.sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan
Tabel 5. Kepadatan Larva Anopheles di Kecarnatan Padang Cerrnin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah berupa E-Tracer alumni yang akan digunakan oleh Bina Darma Career & Training Center. Dimana pengembangan E-Tracer alumni tersebut

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya

teknologi; atau (iv) penggunaan Produk atau bagian dari Produk dalam praktek proses jika Pembeli tidak memasukkan Produk ke dalam alat yang mana pengguna akhirnya adalah konsumen;

Pemberitaan yang disajikan Kompas juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media

Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Adapun teori yang dijadikan landasan dalam menganalisis membahas makna, kajian nilai kearifan lokal, dan fungsi carita pantun Nyai Pohaci yang ada pada masyarakat di