• Tidak ada hasil yang ditemukan

METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 1 Nomor 2, Juni 2018 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

METABAHASA

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

METABAHASA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Journal homepage: http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/metabahasa

Journal Email: metabahasayasika@gmail.com PISSN: 2656-5315 EISSN: 2656-5579

KAJIAN NILAI DAN FUNGSI KEARIFAN LOKAL DALAM CARITA

PANTUN NYAI POHACI DI LEMBUR BOJONG AWI KECAMATAN

UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG

ROSI GASANTI

STKIP Yasika Majalengka Email: rossygasanti@gmail.com

ABSTRACT

This study discusses the meaning, local wisdom values, and function of the Nyai Pohaci Story that exists in the community in Lembur Bojong Awi, Ujung Berung District, Bandung City. This study aims to find out and describe the meaning, the study of local wisdom values, and the function of the Nyai Pohaci that exist in the community in Lembur Bojong Awi, Ujung Berung District, Bandung. The theory used as the basis for analyzing discussing the meaning, the study of local wisdom values, and the function of the Nyai Pohaci Story that exist in the community in Lembur Bojong Awi Ujung Berung District Bandung is a theory related to the folklore theory put forward by Albert B. Lord, while The method used in this research is descriptive-analysis qualitative method. The results of the descriptive-analysis describe that CPNP uses the delivery medium in the form of oral language in the form of words that occupy the syntactic function that states one main thought. The use of language in CPNP is adapted to the situation of Bojong Awi Overtime culture communication in Ujung Berung Subdistrict, which uses simple language but has a broad and deep meaning. The results of the analysis show that the Nyai Pohaci Story is part of oral literature that has its own characteristics, as well as cultural values and educational values that are actually relevant to learning to analyze meaning in school, so it needs to be developed.

Keywords: Nyai Pohaci Story, Local wisdom value, and Function ABSTRAK

Penelitian ini membahas makna, kajian nilai kearifan lokal, dan fungsi carita pantun Nyai Pohaci yang ada pada masyarakat di Lembur Bojong Awi Kecamatan Ujung

Article Received: 01 April 2018, Review process: 06 April 2018, Accepted: 05 Mei 2018, Article published: 30 Juni 2018

(2)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 1 Nomor 2, Juni 2018 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

Berung Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui dan mendeskripsikan mengenai makna, kajian nilai kearifan lokal, dan fungsi carita pantun Nyai Pohaci yang ada pada masyarakat di Lembur Bojong Awi Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung. Adapun teori yang dijadikan landasan dalam menganalisis membahas makna, kajian nilai kearifan lokal, dan fungsi carita pantun Nyai Pohaci yang ada pada masyarakat di Lembur Bojong Awi Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung adalah teori yang berkaitan dengan teori folklor yang dikemukakan oleh Albert B. Lord, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif-analisis. Hasil analisis mendeskripsikan bahwa CPNP menggunakan media penyampaiannya berupa bahasa lisan yaitu berupa kata-kata yang menduduki fungsi sintaksis yang menyatakan satu pikiran utama. Penggunaan bahasa dalam CPNP disesuaikan dengan situasi komunikasi budaya masyarakat Lembur Bojong Awi Kecamatan Ujung Berung yakni menggunakan bahasa yang sederhana namun memiliki makna yang luas dan dalam.. Fungsi CPNP adalah fungsi pendidikan, fungsi pengesahan sosial, dan fungsi sistem proyeksi. Adapun hasil analisis menunjukkan bahwa carita pantun Nyai Pohaci merupakan bagian dari sastra lisan yang memiliki ciri khas tersendiri, serta dengan nilai budaya dan nilai pendidikan yang sesungguhnya relevan dengan pembelajaran menganalisis makna di sekolah, sehingga perlu dikembangkan.

Kata Kunci: Carita Pantun Nyai Pohaci, Nilai Kearifan Lokal, dan Fungsi PENDAHULUAN

Keberadaan sebuah budaya yang dimiliki oleh masyarakat setiap daerah di Indonesia merupakan warisan leluhur yang mempunyai nilai dan fungsi tertentu bagi masyarakat pemiliknya. Nilai tersebut berupa konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan masyarakat. Salah satu daerah di Indonesia yang kebudayaannya masih melekat pada masyarakat pemiliknya adalah masyarakat Sunda.

Dalam masyarakat Sunda dikenal cerita pantun dan babad. Cerita pantun merupakan cerita-cerita yang terdapat dalam tradisi lisan masyarakat Sunda Cerita pantun adalah cerita yang dituturkan oleh Carita pantun menurut Ajip Rosidi adalah semacam cerita

yang dideklamasikan oleh juru pantun sambil diiringi oleh petikan pantun yaitu semacam kecapi yang bentuknya seperti perahu. Biasanya carita pantun itu dideklamasikan sepanjang malam, dimulai sejak bada salat Isa dan diakhiri menjelang salat Subuh. Pendeklamasian itu dilakukan di luar kepala (1966: 1). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesenian carita pantun adalah cerita atau dongeng berbentuk prosa liris (prosa berirama) yang dideklamasikan atau dinyanyikan oleh juru pantun dengan diiringi instrumen kecapi.

Semua gambaran yang terdapat dalam cerita pantun didengar secara turun-temurun. Cerita pantun diceritakan oleh juru pantun hanya pada waktu-waktu tertentu saja yang dianggap penting dan suci, misalnya pada waktu

(3)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 1 Nomor 2, Juni 2018 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

seorang jurupantun (pemantun) dalam pergelaran seni tutur yang disebut mantun. Pergelaran cerita pantun ini biasanya berlangsung semalam suntuk dimulai setelah Isya sampai dengan menjelang Subuh. Penuturannya dilakukan dengan cara dihapal secara lisan (Rosidi, 2000:493).

Penelitian ini difokuskan pada cerita pantun Nyai Pohaci yang terdapat di Lembur Bojong Awi Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga desa setempat, cerita pantun ini mulai terkikis keberadaannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya warga setempat yang tidak mengetahui keberadaan cerita pantun tersebut. Fenomena tersebut mendorong peneliti berpikir bagaimana menyelamatkan cerita pantun yang merupakan khazanah berbagai nilai kearifan lokal dan nilai-nilai budaya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yang merupakan sesepuh di Lembur Bojong Awi menyatakan bahwa hilangnya suatu tradisi/ ritual termasuk di dalamnya cerita pantun disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya: (1) para pelaku dan penuturnya hilang karena usia atau pindah tempat tinggal; (2) hadirnya karya sastra yang lebih modern dan menarik untuk dibaca; (3) banyaknya hiburan yang lebih menarik membuat manusia memilih menikmati pertunjukan yang dianggapnya lebih masuk akal. Uraian-uraian di atas memberikan motivasi terhadap peneliti untuk membantu pemerintah warga setempat dalam melestarikan cerita pantun Nyai Pohaci agar dapat dikenal oleh masyarakat Bandung khususnya untuk kaum muda. Salah satu bentuk upaya yang paling mungkin ditempuh adalah dengan cara penginventarisan, pencatatan, perekaman, dan pendokumentasian supaya warisan cerita pantun Nyai Pohaci ini tidak punah.

METODOLOGI

Berdasarkan pada situasi permasalahan yang dikaji maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif-naturalistik, dimana peneliti mencatat permasalahan secara seksama masalah-masalah yang muncul terkait dengan objek yang diteliti, kemudian masalah ini dideskripsikan secara apa adanya. Pada hakekatnya metode deskriptif adalah sebagai pendekatan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 1989: 79).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik. Istilah penelitian kualitatif menurut pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Wardi

(4)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 1 Nomor 2, Juni 2018 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

Bachtiar mengatakan bahwa metode deskriptif adalah kegiatan pengumpulan data dengan melukiskannya sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis (1987: 60-61). Langkah-langkah penelitian ini dimulai dengan studi pustaka, dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengklasifikasian data, analisis, dan pembuatan artikelAnalisis merujuk pada mekanisme pengkajian atas bagian-bagian serta keterkaitan antar bagian itu. Dengan demikian, kerja analisis mempersyaratkan identifikasi bagian-bagian terlebih dahulu. Namun, pemaknaan analisis hanya mungkin bilamana ada upaya menghubungkannya satu sama lain. Dalam penelitian, peneliti melakukan analisis dan sintesis.

PEMBAHASAN

a. Carita Pantun Nyai Pohaci

Didalam cerita pantun Nyai Pohaci dimulai oleh Rajah, rajah termasuk bagian dari cerita pantun yang berisi pemberitahuan tentang permulaan atau akhir cerita. Rajah pembukaan disebut rajah bubuka, sedangkan pada bagian akhir disebut rajah pamunah. Rajah bubuka mengandung tujuan, untuk :

1. tanda di mulainya kisah pantun ; 2. memanjatkan doa selamat ;

3. memohon ijin kepada tokoh yang dikisahkan.

Kesenian carita pantun merupakan salah satu karya kesusastraan Sunda yang masih “asli”, karena jenis sastra ini relatif belum terpengaruh oleh kesusastraan dari luar seperti kesusastraan Jawa dan Melayu. Kesenian ini disajikan secara khusus dengan diiringi alat musik kecapi (Purnama, 2009: 12). Carita pantun menurut Maryati (1979:1) adalah carita atawa dongeng winangun prosa liris anu digorolangkeun ku juru pantun bari dipirig ku kacapi (cerita atau dongeng berbentuk prosa liris yang diucapkan oleh juru pantun sambil diiringi kecapi). Bagi juru pantun, cerita ini hapal di luar kepala, pertunjukannya biasa dilakukan sepanjang malam dimulai dari bada salat Isa sampai menjelang salat Subuh. Isi carita pantun biasanya mengisahkan perjalanan hidup para ksatria putra raja di dalam mengemban tugas. Bagaimana dalam menghadapi tantangan dan rintangan hidup termasuk harus bertempur melawan musuh.

Berdasarkan cara penyajiannya, ada dua unsur yang menjadi pokok dalam kesenian carita pantun, yaitu juru pantun (vokalis) yang membawakan cerita dan kecapi pantun. Kecapi pantun dapat dibedakan dengan kecapi biasa karena bentuknya yang lebih besar serta mirip perahu tanpa layar dan di beberapa daerah alat pengiring biasanya ditambah misalnya di Karawang dan Cikampek ditambah dengan suling (seruling), di daerah Sumedang ditambah dengan alat musik tarawangsa; sejenis alat musik tradisional yang mirip rebab namun bentuknya lebih

(5)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 1 Nomor 2, Juni 2018 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

Rajah bubuka yang mengandung unsur doa, berisi kata-kata pun sapun (maaf ijinkanlah), sang rumuhun (yang terdahulu), bul kukus (mengepul asap). Contoh rajah bubuka tersebut, sebagaimana di bawah ini :

Bul Kukus mendung ka manggung Kamanggung neda papayung Ka dewata neda suka

Ka pohaci neda suci Kuring reka diajar ngidung Nya ngidung carita Pantun Ngahudang carita wayang Nyilokakeun nyukcruk laku

Isi seluruh rajah dapat diartikan bahwa juru pantun memohonkan untuk memusnahkan segala bahaya dan aral rin tangan, serta memintakan keselamatan bagi juru pantun mau pun yang mendengarkan. Setelah selesai ngarajah dilakukan paparan, berisi gambaran perilaku para tokoh atau sesuatu yang perlu di tonjolkan.

Kecantikan dari Nyai Pohaci digambarkan melalui cerita pantun sebagai berikut.

Keur geulis ditambah leucir Keur denok ditambah montok Keur lenjang ditambah lesang Keur weuteuh ditambah peungkeur Kasohor nangtung galungan

Kasohor malang sigangna

Geulis leucir weuteuh peungkeur Paranaman angin-angin

Bulu bitis museur-museur

Alur cerita pantun dituturkan dengan gaya prosa-liris se perti lajimnya ciri dari bahasa dengan gaya khusus dan me nunjukan kekayaan sasta dan bahasa Sunda. Menggunakan irama delapan suku kata menjadi ciri bahasa puisi pantun. Bentuk pengulangan bunyi vokal dan konsonan, perulangan bunyi suku kata, perulangan kata, bahkan perulangan kalimat atau bagian kalimat banyak ditemukan. Pada setiap perganti an adegan didahulu dengan ucapan :

(6)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 1 Nomor 2, Juni 2018 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka Cag !

Teundeun di handeuleum sieum Tunda di hanjuang siang

Paranti nyokot ninggalkeun Kacaritakeun di ..(lokasi) ... Sang ...(tokoh)...

CPNP pada umumnya mengandung siloka tentang segala sesuatu berasal dari yang satu, dari Yang Tunggal. Sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari ajegnya kehidupan. Makna dari keseluruhan, adalah : hidup manusia dan ke beradaan ini seperti dunia terbentuk. Yang tampak isi bermakna, sesungguhnya hanya kosong dan sia-sia. Dan yang tampak kosong tak berarti, sesungguhnya adalah isi dan makna hidup sejati. Pada umumnya, cerita pantun tersaji dalam susunan cerita (1) rajah pamuka, (2) mangkat cerita, (3) mendeskripsikan keadaan kerajaan dan tokoh cerita yang berpetualang dan (4) rajah pamunah atau rajah panutup. Demikian juga alur certianya, CPNP memiliki susunan alur cerita seperti alur cerita pantun pada umunya.

a. Belajar ritmik

b. Belajar tangga nada

c. Belajar membaca lagu pupuh melalui notasi d. Belajar menerapkan lirik ke dalam melodi lagu

Penciptaan Lirik

Tahap inilah yang menentukan tingkat kreativitas siswa, dan di sini pula tujuan utama dari pembelajaran ini berada, yakni siswa mampu membuat lirik lagu dengan kandungan nilai-nilai kearifan lokal. Tema lagu pun diarahkan supaya sesuai untuk anak-anak sekolah dasar, dan mengandung nilai-nilai moral atau nilai-nilai kearifan yang berlaku di daerah asal mereka.Tahap terakhir dari pembelajaran adalah semua siswa menyajikan lagu pupuh dengan menggunakan lirik asli dan lirik hasil karya cipta mereka sendiri. Tujuannya agar mereka mampu memahami Itulah sebabnya, didalam CPNP tampak ada

perpaduan ajaran, mungkin bisa dikatakan sebuah sinkretisme, antara Hindu dan Islam. Hal demikian itu, terkait pada rajah CPNP dan dimulai dengan kalimat “astagfirullahaladzim”, kemudian disambung dengan permohonan kepada dewa-dewi batara batari dan para leluhur.

b. Nilai kearifan lokal dan Fungsi Carita Pantun Nyai Pohaci

Juru pantun melantunkan CPNP dengan patokan pupuh. Pupuh merupakan salah satu

(7)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 1 Nomor 2, Juni 2018 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

lebih dalam makna yang terkandung dalam lirik yang mereka buat, sehingga diharapkan dapat lebih termotivasi untuk membuat karya yang lebih baik, dan dapat berkarya secara kontinyu demi menebarkan nilai-nilai kearifan lokal kepada para peserta didik, setidaknya melalui lirik-lirik lagu sederhana.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada umumnya, cerita pantun tersaji dalam susunan cerita (1) rajah pamuka, (2) mangkat cerita, (3) mendeskripsikan keadaan kerajaan dan tokoh cerita yang berpetualang dan (4) rajah pamunah atau rajah Demikian juga alur certianya, CPNP memiliki susunan alur cerita seperti alur cerita pantun pada umumnya, yaitu sebagai berikut:

1. Perpisahan

a. Datangnya panggilan untuk bertualang

b. Bantuan gaib datang kepada yang bertualang 2. Ujian (inisiasi)

a. Perjalanan cobaan yang berbahaya b. Pertemuan dengan dewa penyelamat c. Ada wanita penggoda

d. Apoteosis, pahlawan menjadi bersifat dewata e. Anugerah utama

3. Kembali

a. Jadi penguasa dunia rohani dan jasmani

b. Hidup bahagia (bebas/leluasa) sebagai pernyataaan adanya hikmah anugerah.

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Wardi. 1997. Metode Penelitian Ilmu Dakwah. Pamulang Timur Ciputat: Logos Wacana Ilmu.

Kirk, Jerome & Marc L. Miller. 1986. Realibility and Validity in Qualitative Research. New York: St. Martin Press.

Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya. Purnama, Yuzar. 2009. Kajian Struktur dan Nilai Budaya pada Carita Pantun Raden

Tanjun

di Kabupaten Sukabumi. Bandung: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional.

(8)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 1 Nomor 2, Juni 2018 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

Rosidi, Ajip. 2000. Ensiklopedi Sunda Alam, Manusia, dan Budaya. Termasuk Budaya

Cirebon dan Betawi. Jakarta: Pustaka Jaya

Sastrawidjaja, Maryati. 1979. Carita Pantun Dina Sastra Sunda (Makalah). Bandung: Fakultas

Referensi

Dokumen terkait

Misi utama pendidikan adalah pewarisan ilmu pengetahuan (Transfer of Knowledge), pewarisan budaya (Transfer of Culture), dan pewarisan nilai (Transfer of Value). Karenanya,

Hasil sosialisasi dan pelatihan dapat menambah pengetahuan para kader desa untuk menyampaikan kembali ke masyarakat secara lebih luas baik pembuatan sanitizer

Pada tahap evaluasi penelitian ini, dilakukan beberapa perbandingan hasil temu kembali pada kueri uji berdasarkan metode pembobotan TF- IDF, TF-RIDF dan TF-F1. Kueri yang

Metode Penelitian: Desain penelitian observasional analitik dengan cross sectional dan teknik quasi eksperimental one group pre and post test design. Alat ukur

Melalui ulasan Umpan Balik Hasil Pelayanan Kontrasepsi dan Pengendalian Lapangan bulan Januari 2013 ini, kami mengharapkan Kecamatan secara rutin dan

Padahal sekretaris adalah pekerjaan yang longtime (terus menerus) dan beban kerjanya bisa dikatakan berat tetapi upah yang diterima oleh sekretaris di Bank Syariah

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Riwayat Cedera Kepala Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa responden penelitian pada kelompok kasus memiliki hasil yang berbeda dengan

SMA Cenderawasih II adalah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Untuk pencatatan pembayaran siswa pada tiap bulannya, baik yang sudah terjadwal maupun tidak oleh Bagian