• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kritis Daerah alir sungai (DAS) Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kritis Daerah alir sungai (DAS) Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU

GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Tugas Akhir (Skripsi) Dalam Menyelesaikan

Pendidikan Strata Satu (S-1)

Oleh:

MOH. RANGGARA NUGROHO

2040.9300.2656

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JAKARTA

2010 M / 1431 H

(2)

i

ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU

GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

MOH. RANGGARA NUGROHO 2040.9300.2656

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JAKARTA

2010 M / 1431 H

(3)

ii

ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU

GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Pada Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

MOH. RANGGARA NUGROHO 2040.9300.2656

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir Bakri La Katjong, MT, M.Kom NIP. 470 035 764

(4)

iii

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul ”Analisis Kritis Daerah Alir Sungai (DAS) Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan” telah diuji dan dinyatakan lulus pada sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, 06 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Sistem Informasi.

Jakarta, September 2010

Tim Penguji,

Penguji I, Penguji II,

Zulfiandri, S.Kom,MMSI Ditdit N.Utama, MMSI,M.Com NIP. 19700130 200501 1 003 NIP. 19741129 200801 1 006

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir.Bakri La Katjong MT ,M.Kom NIP.470 035 764

Mengetahui,

Zainul Arham ,M.si NIP. 19740730 200710 1 002

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Sistem Informasi

(5)

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, September 2010

(6)

v

ABSTRAK

Moh. Ranggara Nugroho, Analisis Kritis Daerah Alir Sungai (DAS) Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan (Studi Kasus : Situ Gintung). (Dibawah Bimbingan Bakri La katjong dan Zainul Arham).

Sistem Informasi Geografi adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah dan menganalisis dan menghasilkan data yang bereferensi geografis atau geospatial untuk pengambilan keputusan. SIG menampilkan data berupa peta-peta digital sehingga data mudah dianalisis dan tidak mudah rusak hal ini tentu berbeda dengan data yang berupa lembaran kertas atau peta-peta non digital. Hal ini tentu saja memudahkan si pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan. Pada penelitian ini peneliti membuat analisis areal lahan di Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan dengan menampilkan peta jarak aman, lahan Existing baik peta jalan, pemukiman, lahan hijau dan jenis tanah di wilayah Situ Gintung. Metode penelitian yang digunakan pada skripsi sistem informasi geografis areal lahan Situ Gintung Ciputat Tangerang Selatan adalah : studi pustaka, observasi, dan metode pengembangan SIG yang meliputi konsep, analisis, pengumpulan materi, pemetaan area lahan, dan implementasi. Dalam hal ini SIG bertujuan membantu menginformasikan kepada masyarakat agar mereka dapat mengetahui areal Situ Gintung, jarak bebas pembangunan pemukiman menurut peraturan pemerintah dan penggunaan lahan eksisting.

Kata Kunci :Analisi Kritis, Daerah Alir Sungai (DAS), Situ Gintung, Ciputat Tangerang Selatan

Referensi :10 Buku (1993 – 2007)

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Penguasa alam jagat raya ini yang Maha Pengasih tak pilih kasih dan Maha Penyayang yang sayangnya tiada akan pernah terbilang. Dan berkat kasih sayangNya pulalah penulis dapat mengerjakan skripsi ini. Shalawat serta salam kecintaan hanya tercurahkan kepada

insan budiman manusia pilihan, Nabi besar kita Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya baik didunia maupun diakherat kelak. Amin.

Setelah berusaha keras akhirnya atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Meskipun demikian, penulis sadar bahwa dalam mengerjakan skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Bapak Bakri La Katjong, MT, M.Kom, selaku Dosen Pembimbing satu. 3. Bapak Zainul Arham, M.Si, selaku Pembimbing dua.

4. Bapak A’ang Subiyakto, M.Kom sebagai Ketua Program Studi Sistem Informasi

5. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI sebagai Sekretaris Progam Studi Sistem Informasi, beserta staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

vii

7. Papa (Alm) dan Mama serta kedua abangku tercinta dan ponakanku yang lucu, yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, dukungan dan semangat yang tiada henti-hentinya.

8. Buat temen–temen SI’04B angkatan 2004 beserta teman-teman seperjuangan lainnya dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Atas dasar itulah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak jika terdapat kesalahan yang kurang berkenan

dihati. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2010

(9)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan Pembimbing... ii

Halaman Pengesahan Ujian... iii

Halaman Pernyataan... iv

2.1.1 Pengertian Sistem... 9

2.1.2 Pengertian Informasi... 11

2.2 Sistem Informasi Geografi... 12

(10)

ix

2.2.2 Data Raster... 17

2.2.3 Data Vektor... 18

2.2.4 Definisi Buffering... 19

2.2.5 Geomorologi... 23

2.2.6 Lahan Potensial dan Lahan Kritis... 27

2.2.7 Persebaran Lahan Potensial dan Lahan Kritis... 36

Bab III Metodologi Penelitian... 53

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.4.1 Metode Penelitian..……….. 55

3.4.2 Metode Pelaksanaan.……… 57

Bab IV Hasil dan Pembahasan... 59

4.1 Profil Instani………... 59

4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (Permen No. 13/PRT/M/2006)... 59 4.1.2 Sejarah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane... 60

4.1.3 Visi dan Misi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane... 62 4.1.4 Tujuan dan Sasaran... 63

4.1.5 Strategi dan Kebijakan... 64 4.1.6 Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai

Ciliwung Cisadane...

(11)

x

4.2 Wilayah Situ Gintung... 66

4.3 Pembahasan... 68

4.3.1 Pengolahan Area Situ Gintung dan Jarak Bebas... 68

4.3.2 Lahan Existing... 78

4.4 Rencana Pembangunan... 84

Bab V Penutup 85 5.1 Kesimpulan... 85

5.2 Saran... 85

Daftar Pustaka... 86

Lampiran Lampiran 1 Surat Keterangan Permohonan Penelitian Skripsi Pada Dinas Pekerjaan Umum... xv Lampiran 2 Surat Keterangan Permohonan Penelitian Skripsi Pada Kelurahan Cireundeu... xvi Lampiran 3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum... xvii

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kelas Kemampuan Lahan, Sifat, dan Resiko Ancaman... 29

Tabel 2.2 Butir Batuan dan Diameternya….…... 31

Tabel 2.3 Kemiringan Lereng ……….. 38

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Komponen-Komponen GIS... 14

Gambar 2.2 Sumber Data Sistem Informasi Geografis... 16

Gambar 2.3 Profil Tanah………... 27

Gambar 2.4 Kemiringan Lereng Potensial... 34

Gambar 2.5 Kemiringan Lereng Kritis... 36

Gambar 2.6 Penyebab terjadinya lahan kritis... 47

Gambar 2.7 Cara-cara pengawetan tanah (konservasi tanah)... 48

Gambar 3.1 Flowchart Kegiatan Pelaksanaan Skripsi... 57

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane…...…. 65 Gambar 4.2 Batas Administrasi Kelurahan Cireundeu….………….. 66

Gambar 4.3 Menu Add Theme………. 69

Gambar 4.4 Peta Areal Situ Gintung... 70

Gambar 4.5 View (Properties).……….. 71

Gambar 4.6 Menu View Properties... 72

Gambar 4.7 Line Yang Sudah Berubah Warna... 73

Gambar 4.8 Create Buffers………..…... 74

Gambar 4.9 Create Buffers “the features of a theme”... 75

Gambar 4.10 Create Buffers “at a specified distance”...... 75

Gambar 4.11 Create Buffers “a new theme”... 76

Gambar 4.12 Hasil Buffers... 77

Gambar 4.13 Lahan Existing ”jalan ”... 78

(14)

xiii

Gambar 4.15 Hasil Buffering Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Tahun 1993 pasal 10 bagian a………

80

Gambar 4.16 Hasil Buffering Menurut Topografi.……….. 81

Gambar 4.17 Potongan Situ Gintung....………... 82

Gambar 4.18 Jenis Tanah... 83

Gambar 4.19 Rencana Pembutan Gorong-gorong ... 84

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi telah merambah di semua aspek kehidupan di seluruh dunia, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan komputer dalam dunia pendidikan dan kerja yang sudah tidak asing lagi. Komputer merupakan alat bantu yang memberikan kemudahan bagi si pengguna dalam memenuhi kebutuhan akan informasi. Salah satu contoh kemajuan teknologi informasi di bidang geografi adalah Sistem Informasi Geografi (SIG).

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi di permukaan bumi.

(16)

2

Perkembangan teknologi saat ini telah banyak membantu manusia dalam mengerjakan pekerjaan mereka sehingga menjadi lebih mudah, cepat dan hasil yang memuaskan.

Situ Gintung sebagai bagian dari sistem aliran Sungai Ciliwung Cisadane di bangun sejak tahun 1932 hingga 1933 oleh Belanda Pemanfaatan Situ Gintung adalah untuk kebutuhan air masyarakat, perikanan, pengendali banjir dan wisata.

Tetapi pada tanggal 27 Maret 2009 tanggul Danau gintung jebol dengan kronologi sebagai berikut:

(17)

3

Tanggal 26 maret 2009 :

1. Pukul 14.00 WIB turunhujan deras disertai angin.

2. Pukul 16.00 WIB hujan makin deras disertai butiran es melanda wilayah selatan Jakarta yang mengakibatkan air Situ Gintung penuh.

3. Pukul 23.00 WIB warga mulai mendengar suara gemuruh dari arah tanggul di Situ Gintung dan sejumlah warga mulai berbenah karena takut tanggul akan jebol.

Tanggal 27 maret 2009 :

1. Pukul 00.00 WIB – 01.00 WIBtanggul di sisi utara mulai retak. 2. Pukul 03.00 WIB – 04.00 WIB tanggul yang dijadikan jembatan

yang dibangun Belanda tahun 1930-an tidak mampu menahan air dan akhirnya jebol. Air bah menerjang RT.02, RT.03, RT.04 yang berada di RW.08 Kampung Poncol, Situ Gintung, Cireundeu, Ciputat, Tangerang.

3. Pukul 04.00 WIB air mulai bertambah tinggi, warga mengungsi, ada yang naik ke atap rumah. (sumber BBMG Wilayah II Kampung Utan Ciputat)

(18)

4

saya tertarik melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS KRITIS DAERAH ALIR SUNGAI (DAS) SITU GINTUNG CIPUTAT TANGERANG SELATAN” untuk sebagai bahan informasi untuk mendukung penataan lahan Situ Gintung bagi pemerintah kota Tangerang

khususnya Dinas PU (Pekerjaan Umum)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan masalah yang akan penulis lakukan kemukakan adalah:

1. Bagaimana merancang GIS yang bisa menggambarkan kondisi fisik areal Situ Gintung dan sekitarnya.

2. Bagaimana GIS tersebut dapat menjadi penataan lahan di sekitar Situ Gintung berupa lokasi-lokasi peruntukan:

- Areal Situ Gintung.

- Jarak bebas pembangunan pemukiman terhadap pemukiman menurut peraturan pemerintah.

- Penggunaan lahan eksisting.

1.3. Batasan Masalah

(19)

5

1. Layout hasil aplikasi pada ArcView

2. Informasi yang di tampilkan hanya sebatas hasil buffering yang terdapat disekitar Situ Gintung.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan

Tujuan dilaksanakan skripsi ini adalah:

- Menghasilkan GIS penggunaan lahan pemukiman yang menggunakan ketentuan jarak bebas yang ditentukan oleh peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PU) no. 63 tahun 1993 pasal 10 bagian a, berdasarkan kemiringan topografi, pemukiman dan vegetasi.

1.4.2. Manfaat

a. Manfaat untuk mahasiswa adalah:

1. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu sistem informasi.

2. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai persyaratan akademis di Fakultas Sains Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Sistem Informasi.

(20)

6

4. Membandingkan teori yang didapat di perkuliahan dengan masalah yang sebenarnya dilapangan.

b. Manfaat untuk Masyarakat adalah :

1. Menyediakan informasi bagi masyarakat dalam hal pembangunan sekitar areal Situ Gintung.

2. Menyediakan informasi mengenai data tata lahan maupun laporan yang dibutuhkan baik tingkat masyarakat.

c. Manfaat untuk Universitas adalah :

1. Mengetahui seberapa jauh mahasiswa menguasai materi yang diberikan.

2. Mengetahui seberapa jauh mahasiswa menerapkan ilmu-ilmu yang bersifat teori dan sebagai evaluasi terhadap materi yang telah diberikan.

1.5. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data meliputi

1. Lokasi Penelitian: Situ Gintung 2. Pengumpulan data:

b. Data Primer, meliputi: wawanacara dengan key-person, participant observation, dan cognitive mapping.

(21)

7

digital.

3. Modelling dan Overlay dengan menggunakan program GIS ArcView 3.3

4. Studi kepustakaan, yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori atau konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menyajikan dalam 5 bab yang digambarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan dan hipotesis.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan secara singkat teori yang mendukung penyusunan dan penulisan tugas akhir ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(22)

8 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang analisa kebutuhan sistem, perancangan sistem serta implementasi sistem yang dibuat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(23)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem

Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan

saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai

suatu tujuan. Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam

suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

Sistem menurut para ahli (Barus dan Wiradisastra, 1996):

a. Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam

suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan

lingkungan.

b. Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat

hubungan satu sama lain.

c. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang

terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu

(24)

10 Syarat-syarat sistem :

1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.

2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.

3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.

4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material)

lebih penting dari pada elemen sistem.

5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.

Secara garis besar, sistem dapat dibagi dua:

a. SISTEM FISIK (PHYSICAL SYSTEM ):

Kumpulan elemen-elemen/unsur-unsur yang saling berinteraksi

satu sama lain secara fisik serta dapat diidentifikasikan secara

nyata tujuan-tujuannya.

Contoh:

- Sistem transportasi, elemen : petugas,mesin, organisasi

yang menjalankan transportasi

- Sistem Komputer, elemen : peralatan yang berfungsi

(25)

11 Sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya ketergantungan

ide, dan tidak dapat diidentifikasikan secara nyata, tetapi dapat

diuraikan elemen-elemennya.

2.1.2 Pengertian Informasi

Informasi adalah suatu jaringan perangkat keras dan lunak yang dapat

menjalankan operasi-operasi dimulai dari perencanan pengamatan dan

pengumpulan data, kemudian untuk penyimpanan dan analisis data, termasuk

penggunaan informasi yang diturunkan ke beberapa proses pembuatan

keputusan. Kualitas dari suatu informasi (quality of nformation) tergantung

dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya

(timeliness) dan relevan (relevance).

a. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan

dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus

jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena

dari sumber informasi sampai ke penerima informasi

kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat

merubah atau merusak informasi tersebut.

b. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada

(26)

12 tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan

landasan di dalam pengambilan keputusan, apabila terlambat

dalam pengambilan keputusan, maka akan berakibat fatal.

Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkan harus

cepatnya informasi tersebut untuk didapat, sehingga diperlukan

teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah

dan mengirimkannya.

c. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk

pemakainya. Relevan informasi untuk tiap-tiap orang satu

dengan yang lainnya berbeda.

Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif

dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Akan tetapi perlu diperhatikan

bahwa informasi yang digunakan di dalam suatu sistem informasi geografis

umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sehingga tidak

memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada

suatu masalah yang tertentu dengan biaya untuk memperolehnya, karena

sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak di dalam

perusahaan. Lebih lanjut sebagian besar informasi tidak dapat persis ditaksir

keuntungannya dengan suatu nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai

(27)

13 2.2 Sistem Informasi Geografi

2.2.1 Definisi Sistem Informasi Geografi (SIG)

Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi

Geografis (SIG) diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk

memasukkan, menyimpan, memangggil kembali, mengolah, menganalisis dan

menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk

mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan

penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota,

dan pelayanan umum lainnya.

Dan merupakan sistem infomasi berbasis komputer yang

menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan informasinya tentang peta

tersebut (data atribut) yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah,

memanipulasi, analisa, memperagakan dan menampilkan data spatial untuk

menyelesaikan perencanaan, mengolah dan meneliti permasalahan. Dengan

definisi ini , maka terlihat bahwa aplikasi SIG dilapangan cukup luas terutama

bagi bidang yang memerlukan adanya suatu sistem informasi tidak hanya

menyimpan, menampilkan, dan menganalisa data atribut saja tetapi juga unsur

geografisnya seperti PT. Telkom, Pertamina, Departemen Kelautan,

(28)

14 Geografi berasal dari bahasa Yunani, gabunagan dari dua suku kata,

yaitu Geo yang berarti bumi dan Graphien yang berarti lukisan. Dengan

demikian jika diartikan, maka geografi berarti lukisan bumi. Sedangkan secara

luas, yatiu suatu ilmu yang mempelajari masalah-masalah bumi secara luas

dalam hubungannya dengan keruangan (Prahasta, 2002).

Gambar 2.1. Komponen-komponen GIS (Prahasta, 2002)

1. Orang yang menjalankan sistem meliputi mengoperasikan,

mengembangkan bahkan memperoleh Manfaat dari sistem. Kategori

orang yang menjadi bagian dari SIG ini ada beragam, misalnya

operator, analis, programmer, database administrator bahkan

(29)

15 2. Aplikasi merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan

untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan,

klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer, jointable

dan sebagainya.

3. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data

atribut.

4. Data grafis/spasial ini merupakan data yang merupakan representasi

fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (koodinat) lazim

berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari

interpretasi data-data tersebut.

5. Sedangkan data atribut misalnya data sensus penduduk, catatan survei,

data statistik lainnya. Kumpulan data-data dalam jumlah besar dapat

disusun menjadi sebuah basisdata. Jadi dalam SIG juga dikenal adanya

basisdata yang lazim disebut sebagai basisdata spasial

(spatialdatabase).

6. Perangkat lunak SIG adalah program komputer yang dibuat khusus

dan memiliki kemampuan Pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan,

analisis dan penayangan data spasial. Ada pun merk perangkat lunak

ini cukup beragam, misalnya Arc/Info, ArcView, ArcGIS, Map Info,

TNT Mips (MacOS, Windows, Unix, Linux tersedia), GRASS, bahkan

(30)

16 7. Perangkat keras ini berupa seperangkat komputer yang dapat

mendukung pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan.

Dalam perangkat keras ini juga termasuk didalamnya scanner,

digitizer, GPS, printer dan plotter.

INPUT DATA

Gambar 2.2. Sumber Data Sistem Informasi Geografis (Prahasta, 2002)

Data-data pada Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat diperoleh dari

beberapa sumber yaitu:

Peta adalah gambar atau lukisan pada kertas, dan sebagainya yang

menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya; denah;

representasi melalui gambar dari suatu daerah yang menyatakan sifat-sifat

seperti batas daerah, sifat permukaan. Peta dalam arti luas adalah sebuah alat

peraga, bisa berupa gambar tentang tinggi rendahnya suatu daerah (topografi),

penyebaran penduduk, curah hujan, penyebaran batuan (geologi), penyebaran

(31)

17 ruang. Sedangkan pengertian peta dalam arti sempit (konvensional) adalah

gambar dari permukaan bumi, dalam skala tertentu dan digambarkan di atas

bidang datar melalui sistem proyeksi.

Adapun fungsi dari peta adalah :

a. Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam

hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi.

b. Memperlihatikan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah

dan jarak di atas permukaan bumi.

c. Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan

bumi.

d. Menyajikan data tentang potensi suatu daerah.

Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data

spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang

dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial

merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya

berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi

menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial.

Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data

vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat

(32)

18 yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan

dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area

(Prahasta, 2002)

2.2.2 Data Raster

Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data

spasial dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang

membentuk grid. Kumpulan pixel-pixel yang menggambar suatu obyek

spasial dapat disebut sebagai dataset obyek. Setiap pixel dalam dataset raster

mempunyai informasi atau sekumpulan data yang unik. Informasi yang

terdapat dalam satu pixel dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data

atribut (informasi mengenai obyek, misal: sawah, kebun, dan pemukiman) dan

koordinat data yang menunjukkan posisi geometris dari data tersebut. Data

spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas direlasikan

dengan unsur-unsur obyek spasialnya (peta). Akurasi model data ini

tergantung pada resolusi atau ukuran dari pixelnya (sel/grid) yang mewakili

luasan di permukaan bumi. Memori yang digunakan untuk model raster ini

cukup besar. Data berbentuk raster terdiri dari citra satelit, foto udara, dan

(33)

19 kebentuk digital dahulu dengan menggunakan scanner atau perangkat lain

(Prahasta, 2002).

2.2.3 Data Vektor

Data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan,

menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis

atau area (polygon). Bentuk-bentuk tersebut didefinisikan oleh sistem

koordinat cartesian dua dimensi (x,y). Representasi vektor suatu obyek

spasial merupakan suatu usaha menyajikan obyek sesempurna mungkin.

Untuk itu, dimensi koordinat diasumsikan bersifat kontinyu (tidak

dikuantisasi sebagaimana pada model data raster) yang memungkinkan semua

posisi, panjang dan dimensi didefinisikan dengan presisi. Data vektor tidak

memerlukan memori yang besar. Data model vektor terdiri dari peta-peta dan

peta tersebut harus dikonversikan dahulu kedalam bentuk digital dengan

menggunakan scanner (Prahasta, 2002).

Faktor-faktor penunjang kesuksesan SIG antara lain :

a. Set data, digunakan untuk merepresentasikan sesuatu tentang

dunia nyata pada suatu saat.

b. Organisasi data, mengorganisasikan data ke dalam suatu

(34)

20 c. Pemilihan model, menggambarkan obyek atau fenomena yang

ada di dunia dan memprediksi bagaimana suatu kejadian alam

terjadi.

d. Kriteria, digunakan untuk mengevaluasi model yang nantinya

menunjukkan tingkat kegunaan dari user untuk membuat

keputusan

2.2.4 Definisi Buffering

Buffering merupakan salah satu analisis spatial yang sering digunakan

dalam SIG. Buffer biasanya digunakan untuk mewakili suatu jangkauan

pelayanan ataupun luasan yang diasumsikan dengan jarak tertentu untuk suatu

kepentingan analisis spasial. Buffer dapat dilakukan untuk tipe feature

polygon, polyline maupun point. Pembuatan buffer membutuhkan penentuan

jarak dalam satuan yang terukur (meter atau kilometer). Fungsi buffer sering

digunakan untuk membuat penyangga dengan suatu jarak tertentu pada feature

titik, garis maupun polygon yang diseleksi. Hasil dari bufer ini dapat berupa

garis atau feature polygon. Feature yang dipilih untuk dibuffer dapat lebih dari

satu layer dan dapat lebih dari satu tipe feature. Jika lebih dari satu feature di

pilih untuk dibuffer maka buffer yang terpisah akan dibentuk untuk setiap

pilihan feature (Nuarsa, 2004).

(35)

21 1. Mudah dilakukan pembuatan buffering berdasarkan feature

yang diseleksi.

2. Memberikan banyak manfaat dan kegunaan untuk berbagai

aplikasi.

3. Proses buffering tidak membutuhkan waktu yang lama.

b. Kekurangan dari metode ini yaitu:

1. Buffering tidak dapat dilakukan untuk beberapa layer secara

langsung, sehingga proses buffering dilakukan satu per satu. 2. Hasil dari beberapa buffering membutuhkan penyusunan atau

pengaturan agar layer tidak tumpang tindih, dalam hal ini tidak

terjadi secara otomatis.

c. Aplikasi Buffering dan Manfaatnya

1. Menentukan batas kewenangan kabupaten yaitu 3 mil dari

garis pantai serta batas kewenangan propinsi yaitu 12 mil agar

tidak terjadi kekeliruan dalam pemanfaatan sumberdaya serta

tidak menimbulkan konflik baik dalam masyarakat atau

pemerintah terkait dengan pemanfaatan ganda.

2. Membuat zona inti, zona penyangga atau zona pemanfaatan

berdasarkan suatu jarak untuk suatu kawasan Daerah

(36)

22 masyarkat dapat mengetahui daerah yang diperuntukan untuk

perlindungan dan pemanfaatan.

3. Memprediksi daerah yang rawan banjir sehingga dapat segera

mengevakuasi warga berada pada kawasan rawan banjir.

4. Mengetahui penyebaran bahan pencemar dari daerah pesisir

atau bahan berbahaya dan beracun dengan mengestimasi jarak

atau radius dari bahan pencemar yang telah tersebar di

perairan. Sehingga dapat menghasilkan keputusan secara cepat

dalam mencegah warga untuk tidak mengkonsumi ikan di

daerah tersebut.

5. Mengestimasi luasan tumpahan minyak kapal tanker dengan

suatu radius tertentu sehingga dapat diketahui daerah mana

yang terkena tumpahan minyak.

6. Melakukan ekspansi sektor di suatu kawasan baik di pesisir

dan laut sehingga tidak terjadi konflik pemanfaatan ruang

ganda antara dua kepentingan yang berbeda.

7. Menghitung luas kerusakan mangrove dengan misalnya

mangrove ditebang pada radius 100 meter dari garis pantai

yang ada dengan mengimplementasikan fungsi bufer yang ada

pada aplikasi GIS pada masing-masing garis pantai yang

(37)

23 8. Mengestimasi daerah yang rawan atau berpotensi terkena

tsunami dengan menerapkan fungsi bufer misalnya pada radius

50 km dari garis pantai sehingga dapat merencanakan

permukiman penduduk yang aman dari tsunami.

2.2.5 Geomorfologi

Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang

terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos

(knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut,

maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang

bentuk-bentuk permukaan bumi. Namun, Geomorfologi bukan hanya mempelajari

bentuk-bentuk muka bumi, tetapi lebih dari itu mempelajari material dan

proses.

Berdasarkan pada pengertian Geomorfologi diatas, secara singkat

dapat dijelaskan bahwa Geomorfologi membicarakan tentang bentuk lahan

dan proses yang terjadi di permukaan bumi termasuk pergerakan material, air

dan drainase serta faktor lain yang memicu terjadinya proses geomorfik.

Secara singkat berikut ini disajikan mengenai beberapa definisi geomorfologi

(38)

24 1) Menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi tentang bentuk

lahan.

2) Dinyatakan bahwa geomorfologi adalah studi mengenai

bentuklahan dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses

perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.

3) Disebutkan bahwa geomorfologi adalah ilmu pengetahuan

tentang bentuk lahan.

4) Menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi yang

menguraikan bentuklahan dan proses yang mempengaruhi

pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik antara

bentuklahan dengan proses dalam tatanan keruangannya.

5) Bentuk lahan adalah menjadi sasaran Geomorfologi bukan

hanya daratan tetapi juga yang terdapat di dasar laut (lautan).

Dengan demikian obyek kajian dari Geomorfologi berdasarkan

definisi-definis tersebut adalah bentuklahan, bukan hanya sekedar

mempelajari bentuk-bentuk yang tampak saja, tetapi juga mentafsirkan

bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang

mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Misalnya, dalam

mempelajari pegunungan, lembah-lembah atau bentukan-bentukan lain yang

ada di permukaan bumi, bukan hanya mempelajari dalam arti mengamati serta

(39)

25 menganalisa bagaimana bentukan itu terjadi. Dalam hal ini kita harus

berhati-hati, karena pada bentukan yang tampak sama, ada kemungkinan latar

belakang pembentukan dan kejadiannya tidak sama, bahkan sangat berbeda

sekali. Umpamanya suatu deretan pegunungan, mungkin terjadi karena

pelipatan kulit bumi, patahan, mungkin juga karena hasil pengerjaan erosi

yang demikian hebat, sehingga menimbulkan relief permukaan bumi yang

bervariasi, dan penyebab lainnya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dijelaskan bahwa Geomorfologi adalah mempelajari bentuklahan (landform),

proses-proses yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami

oleh setiap bentuklahan yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang

terdapat di dasar laut/samudera serta mencari hubungan antara bentuklahan

dengan proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya dengan

lingkungan. Di samping itu, juga menelaah dan mengkaji bentuklahan secara

deskriptif, mempelajari cara pembentukannya, proses alamiah dan ulah

manusia yang berlangsung, pengkelasan dari bentuklahan serta cara

pemanfaatannya secara tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya.

(40)

26 Dalam mempelajari geomorfologi secara baik diperlukan secara baik

dasar pengetahuan yang baik dalam bidang klimatologi, geografi, geologi

serta sebagian ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan erat dengan proses

dan pembentukan muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan muka

bumi menganut azas berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic

cycles), yang meliputi pembentukan daratan oleh tenaga dari dalam bumi

(endogen), proses penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar atau tenaga

eksogen, proses pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi (agradasi),

dan kembali terangkat karena tenaga endogen, demikian seterusnya

merupakan siklus geomorfologi yang ada dalam sekala waktu sangat lama.

Geomorfologi bukan hanya sekedar mempelajari bentuklahan yang

tampak saja, tetapi juga mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa

terjadi, proses apa yang mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka

bumi. Jadi meliputi bentuklahan (landform), proses-proses yang menyebabkan

pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan yang

dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera

serta mencari hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam

tatanan keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Jadi proses-proses

geomorfologi mempelajari ekologi bentang lahannya yang tersusun atas

batuan, bentuklahan, tanah, vegetasi, penggunaan lahan, dan lain-lain. Dengan

(41)

27 fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak dapat

diabaikan dalam perubahan bentuklahan. Konsep dasar Geomorfologi perlu

dipahami secara baik untuk mempelajari Geomorfologi dalam membantu

mengenal dan menganilasa kenampakan bentuklahan di permukaan bumi,

sehingga pada akhirnya dapat mengenal peristilahan baik secara deskriptif

maupun secara empiris, terutama nanti dalam melakukan klasifikasi

bentuklahan.

Geomorfologi mempunyai peran dan terapan dalam survei dan

pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan,

keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis

medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen (Suprapto,

2001).

Analisis

Analisis didefinisikan bagaimana memahami dan menspesifikasi dengan

detail apa yang harus dikerjakan oleh sistem (Al Fatta, 2007).

(42)

28 Selama ini orang beranggapan bahwa tanah sama pengertiannya

dengan lahan. Padahal menurut konsep geografi, lahan dan tanah memiliki

perbedaan yang mendasar.

Tanah dalam bahasa Inggris disebut Soil. Tanah adalah suatu benda

fisis yang berdimensi tiga, terdiri dari lebar, panjang, dan dalam, merupakan

bagian paling atas dari kulit bumi. Sedangkan lahan dalam bahasa Inggrisnya

land. Lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan

dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup

manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air.

Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia. Jadi

kesimpulannya, pengertian lahan lebih luas dari tanah. Tanah mempunyai

susunan lapisan tanah atau disebut juga propil tanah.

(43)

29 Horison O merupakan horison organik. Terdapat pada tanah

bervegetasi. padat (hutan primer) yang belum diganggu oleh kegiatan manusia.

Horison A merupakan campuran mineral dan organik. Disebut

horison eluviasi (pencucian), karena pada horison ini banyak mineral dan organik yang tercuci.

Horison B disebut juga horison iluviasi (penimbunan), karena tempat penimbunan mineral dan organik dari horison A.

Horison C, lapisan batuan induk yang belum banyak mengalami proses pelapukan.

Horison R, batuan induk yang sama sekali belum mengalami proses pelapukan.

1. Pengertian Lahan Potensial

Lahan Potensial adalah lahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Dalam arti sempit lahan potensial selalu dikaitkan dengan produksi pertanian,

yaitu lahan yang dapat memberikan hasil pertanian yang tinggi walaupun

dengan biaya pengelolaan yang rendah. Tetapi dalam arti luas, lahan potensial

dikaitkan dengan fungsinya bagi kehidupan manusia, yaitu lahan yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga

potensial tidaknya suatu lahan diukur sampai sejauh mana lahan tersebut

(44)

30 suatu lahan tidak potensial untuk lahan pertanian tetati potensial untuk

permukiman, pariwisata, atau kegiatan lainnya.

2. Pengertian Lahan Kritis

Lahan Kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan secara

fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak mempunyai nilai ekonomis.

Untuk menilai kritis tidaknya suatu lahan, dapat dilihat dari kemampuan lahan

tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan suatu lahan dapat dilihat

dari besarnya resiko ancaman atau hambatan dalam pemanfaatan lahan

tersebut (Sitanala, 2006).

Berikut ini disajikan tabel yang menghubungkan, kelas kemampuan lahan dan

resiko ancaman/hambatan.

Tabel 2.2: Kelas kemampuan lahan, sifat, dan resiko ancaman (Hardjowigeno, 2002).

Kelas Topografi Sifat Lahan Resiko Ancaman

I Hampir Datar Pengairan baik, mudah diolah, kemampuan menahan air baik, subur dan respon terhadap pupuk.

Ancaman erosi kecil, tidak terancam banjir

(45)

31 IV Lereng Miring

Dan Berbukit

Lapisan tanah tipis, kemampuan menahan air rendah, kandungan garam natrium tinggi

Sangat mudah tererosi dan sering banjir

V Datar Tidak cocok untuk pertanian, tanahnya berbatu-batu

VII Lereng Curam Tanah berbatu, hanya untuk padang rumput

Berbatu dan kemampuan menahan air sangat rendah

Tidak cocok untuk pertanian, lebih sesuai dibiarkan (alami)

1. Ciri-ciri Lahan Potensial dan Lahan Kritis dilihat dari sudut Pertanian

(Hardjowigeno, 2002).

a. Ciri-ciri Lahan Potensial Untuk Pertanian 1) Tingkat Kesuburan Tinggi

Lahan yang subur adalah lahan dengan tanah yang banyak

mengandung mineral untuk kebutuhan hidup tanaman. Hal ini sangat

tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Untuk tanaman

biji-bijian banyak membutuhkan mineral posfor, untuk tanaman sayuran

membutuhkan mineral zat lemas (N2), dan tanaman umbi-umbian

(46)

32 optimal harus disesuaikan, antara jenis mineral yang dikandung lahan

dengan jenis tanaman yang akan diusahakan.

2) Memiliki Sifat Fisis yang Baik

Lahan yang memiliki sifat fisis baik adalah lahan yang daya serap air

dan sirkulasi udara di dalam tanahnya cukup baik. Sifat fisis ini

ditunjukkan oleh tekstur dan struktur tanahnya. Tekstur tanah adalah

sifat fisis tanah yang berkaitan dengan ukuran partikel pembentuk

tanah. Partikel utama pembentuk tanah adalah pasir, lanau (debu), dan

lempung (tanah liat). Berasarkan ukuran partikel batuan, perhatikan

tabel 2.3. Tekstur tanah berpengaruh terhadap daya serap dan daya

tampung air. Tanah lempung teksturnya sangat halus, mudah

menampung air tetapi daya serapnya kecil. Sebaliknya tanah pasir

mudah menyerap air, tetapi sukar menampungnya. Tekstur tanah yang

ideal untuk pertanian adalah geluh, yaitu tanah yang lekat. Tekstur

tanah geluh terdiri dari dua macam tanah, yaitu tanah lanau (20%

lempung, 30-50% lanau dan 30-50% pasir) dan tanah lanau berpasir

(20-50% lanau/lempung, 50-80% pasir). Struktur tanah adalah sifat

fisis tanah yang dikaitkan dengan cara partikel-partikel tanah

berkelompok. Struktur tanah ini berpengaruh terhadap pengaliran air

(47)

33 Tabel 2.3. Butir batuan dan diameternya (Hardjowigeno, 2002).

No. Nama Butir Batuan Diameter (dalam mm)

1.

3) Belum Terjadi Erosi

Terjadinya erosi pada suatu lahan akan menyebabkan berubahnya

lahan potensial menjadi lahan kritis. Lahan yang telah mengalami

erosi, tingkat kesuburannya berkurang, sehingga kurang baik untuk

pertumbuhan tanaman. Erosi mengakibatkan lahan tanah yang paling

atas terkelupas. Sisanya tinggal tanah yang tandus, bahkan sering

merupakan batuan yang keras (padas). Proses erosi yang kuat sering

dijumpai di daerah pantai, akibat abrasi (pengikisan oleh gelombang

laut) dan di daerah pegunungan dengan lereng terjal serta miskin

tumbuhan. Erosi di pegunungan akibat adanya longsor dan soil creep

(48)

34 b. Ciri-ciri Lahan Kritis Untuk Pertanian

1) Tidak Subur

Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak

subur terdapat di daerah yang resiko ancamannya besar (ancaman erosi

dan banjir).

2) Miskin Humus

Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan

lahan pertanian, karena tanahnya kurang subur. Tanah Humus adalah

tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah

membusuk. Tanah humus dapat dijumpai di daerah yang

tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer. Sedangkan lahan yang

miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau

jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan yang hutannya

rusak.

2. Ciri-ciri Lahan Potensial dan Lahan Kritis dilihat dari Sudut

Permukiman (Hardjowigeno, 2002).

(49)

35

1) Daya Dukung Tanah Besar

Artinya memiliki kemampuan untuk menahan beban dalam ton tiap

satu meter kubik. Jadi bila didirikan bangunan di atasnya tidak amblas.

2) Fluktuasi Air Baik

Artinya memiliki kedalaman air tanah yang sedang. Fluktuasi air

berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, jika air tanahnya dangkal

maka keadaan di atasnya lembab dan jika air tanahnya dalam maka

keadaan di atasnya gersang (kering/tandus).

3) Kandungan Lempung cukup

Kandungan lempung berpengaruh terhadap kembang kerutnya

tanah. Hal ini erat kaitannya dengan pembuatan

pondasi,pembangunan jalan, saluran air, dan sebagainya.

4) Topografi

Topografi yang ideal untuk permukiman adalah yang

kemiringan lahannya antara 0% sampai 3%. Kemiringan

merupakan perbandingan antara jarak vertikal dan jarak

(50)

36 Gambar 2.4 Kemiringan Lereng Potensial

Kemiringan lereng gambar di atas adalah : z = y x 100 %

x

Kemiringan lereng 0% berarti tanahnya rata, dan kemiringan lereng

100% berarti sudut kemiringannya 45% (sangat curam). Topografi erat

kaitannya dengan kenyamanan hunian (tempat tinggal) dan keamanan dari

ancaman bencana alam seperti tanah longsor, banjir, dan sebagainya.

b. Ciri-ciri Lahan Kritis untuk Permukiman

1) Daya dukung tanah rendah, artinya tidak mampu menahan

beban dalam ton tiap satu meter kubik. Sehingga bila didirikan

bangunan di atasnya, bangunan tersebut akan roboh (amblas).

2) Fluktuasi air tidak baik, artinya air tanahnya terlalu dangkal

atau terlalu dalam. Hal ini dapat mempengaruhi bangunan dan

kesehatan penduduk yang tinggal di atas lahan tersebut.

(51)

37 Topografi yang tidak cocok untuk permukiman adalah yang

kemiringannya lebih dari 3%. Karena topografi dengan

kemiringan lebih dari 3% resiko ancaman bencana alam seperti

tanah longsor dan banjir besar. Hal ini dapat mengganggu

kenyamanan hunian dan keamanan dari bencana alam tersebut.

Gambar 2.5 Kemiringan Lereng Kritis

Untuk mengetahui suatu lahan potensial atau kritis untuk pemukiman dapat dilihat dari kemiringan lerengnya yaitu perbandingan antara jarak vertikal (y) dan jarak horisontal (x) dikalikan 100% atau

y x 100% x

2.2.7 PERSEBARAN LAHAN POTENSIAL DAN LAHAN KRITIS

1. Persebaran Lahan Potensial

Lahan potensial tersebar di daerah dataran rendah, pegunungan, dan

pantai. Tetapi lahan potensial biasanya banyak terdapat di dataran rendah,

karena dataran rendah merupakan daerah endapan dengan tingkat kemiringan

dan erosi yang kecil. Berikut ini akan dijelaskan persebaran lahan potensial di

(52)

38 a. Lahan Potensial di Kawasan Pantai

Lahan potensial di kawasan pantai memiliki ciri-ciri:

- kemiringan 0 - 3%.

- perbedaan tinggi 0 - 5 m dari permukaan laut.

Kemiringan dan perbedaan tinggi yang rendah, menyebabkan lahan

potensial di daerah pantai terletak pada kawasan pasang surut air laut.

Kawasan ini banyak di tumbuhi tanaman bakau (mangrove), fungsi tanaman

bakau mengurangi abrasi dan mencegah perembasan air laut sampai jauh ke

pedalaman. Lahan potensial kawasan pantai di Indonesia terdapat di pantai

Timur Sumatera, pantai Barat, dan Selatan Kalimantan.

b. Lahan Potensial di Dataran Rendah

Mulai dataran pantai sampai ketinggian 400 meter dari permukaan laut

termasuk wilayah dataran rendah. Lahan potensial di dataran rendah memiliki

ciri-ciri:

- kemiringan 3 - 15%.

- perbedaan tinggi 5 - 10 m dari permukaan laut.

- umumnya merupakan endapan alluvial (endapan yang dibawa oleh

(53)

39 Pengikisan di daerah ini masih relatif kecil dan tata airnya cukup baik.

Karena merupakan endapan alluvial hasil erosi yang diangkut sungai yang

berhulu di daerah vulkanis (gunung api). Sehingga kawasan ini memiliki

kesuburan yang cukup tinggi. Lahan potensial dataran rendah di Indonesia

antara lain terdapat di Utara Jawa Barat (Indramayu).

c. Lahan Potensial di Daerah Pegunungan/Perbukitan

Lahan potensial di daerah pegunungan/perbukitan memiliki ciri-ciri:

- kemiringan 15 - 30%.

- perbedaan tinggi 10 - 300 m dari permukaan laut.

- kesuburan tanah tergantung pada batuan induk dan tingkat

pelapukan.

Erosi di daerah yang rendah relatif kecil, makin tinggi dan miskin

tumbuhan (vegetasi) tingkat erosi makin besar. Jika tanahnya terbentuk dari

hasil vulkanis (letusan gunung api), maka tanahnya subur. Pada kawasan

dataran rendah antara dua pegunungan (inter-mountain plain) dapat terbentuk

endapan alluvial yang subur. Lahan potensial kawasan pegunungan di

Indonesia banyak dijumpai pada kawasan pegunungan yang hutannya masih

baik (belum rusak). Hubungan antara kemiringan dengan topografi, dapat

(54)

40 Tabel 2.4. Kemiringan lereng (Hardjowigeno, 2002).

Simbol Kemiringan Lereng Topografi

1.

2. Persebaran Lahan Kritis

a. Lahan Kritis di Kawasan Pantai

Kawasan pantai akan menjadi lahan kritis, jika terjadi pengikisan

pantai oleh gelombang laut (abrasi) yang kuat. Abrasi dapat menyebabkan

lapisan sedimen (endapan) akan hancur dan lenyap. Peristiwa ini terjadi pada

muara sungai yang pantainya terbuka dengan gelombang laut yang besar,

seperti di daerah muara sungai Progo (DI. Yogyakarta) dan muara sungai

Cimanuk (Jawa Barat).

(55)

41 Lahan kritis di kawasan dataran rendah terjadi akibat adanya genangan

air atau proses sedimentasi (pengendapan) bahan yang menutupi lapisan tanah

yang subur. Genangan air terjadi karena tanahnya lebih rendah dari daerah

sekitarnya, sehingga waktu hujan lebat terjadi banjir dan air menggenang.

Lahan kritis di dataran rendah dapat dijumpai pada daerah sekitar Demak

(jawa Tengah), Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban (Jawa Timur).

c. Lahan Kritis di Kawasan Pegunungan/Perbukitan

Lahan kritis di kawasan pegunungan terjadi akibat adanya longsor,

erosi atau soil creep (tanah merayap). Lapisan tanah yang paling atas (top

soil) terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan sering merupakan batuan

padas (keras). Hal ini sering terjadi di kawasan pegunungan dengan lereng

terjal dan miskin tumbuhan penutup. Lahan kritis di kawasan pegunungan

banyak dijumpai pada pegunungan yang hutannya telah rusak. Lahan kritis

kawasan pegunungan di Indonesia antara lain di pegunungan Kendeng Utara

(Jawa Timur) dan sekitar gunung Ciremai (Jawa Barat).

Pemanfaatan Lahan Potensial dan Kendalanya

Sampai saat ini, belum seluruh lahan di permukaan bumi dimanfaatkan

seara optimal oleh manusia. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala

(56)

42 yang tinggi, lereng terjal, daerah yang sangat tinggi atau daerah yang tertutup

salju. Selama ini manusia hanya memanfaatkan lahan yang memungkinkan

untuk hidup sesuai dengan tingkat kebudayaannya.

1. Pemanfaatan Lahan Potensial di Daerah Pantai

Lahan potensial di daerah pantai ternyata memiliki arti ekonomi yang

cukup tinggi. Pemanfaatan lahan potensial di daerah pantai antara lain:

a. Untuk Usaha Tambak Udang dan Bandeng

Kendala (hambatan) yang dihadapi adalah adanya pasang surut yang

perbedaannya cukup besar. Cara mengatasinya dengan membuat sistem

saluran yang dilengkapi dengan pintu air, untuk mengatur pergantian air agar

pH (tingakat keasaman) nya tetap.

b. Untuk Usaha Pembuatan Garam

Kendala utama yang dihadapi dalam usaha ini adalah cuaca (curah

hujan) yang tidak teratur.

c. Untuk Wisata Bahari (Wisata Laut)

Kendala yang dihadapi daerah pantai yang dijadikan tempat wisata

antara lain kurangnya sarana transportasi, penerangan (listrik), adat istiadat

(57)

43 2. Pemanfaatan Lahan Potensial di Daerah Dataran Rendah

Lahan potensial pada kawasan dataran rendah dimanfaatkan untuk

pertanian. Di sini juga ada kendala yang dihadapi seperti pada daerah pantai.

Kendala yang dihadapi terutama terjadinya genangan air yang cukup lama

setelah banjir, sehingga dapat mengurangi bahkan menggagalkan hasil

pertanian (panen).

3. Pemanfaatan Lahan Potensial di Kawasan Pegunungan/Perbukitan

Lahan potensial di kawasan pegunungan, umumnya dimanfaatkan

untuk perkebunan, perhutanan, dan wisata pegunungan. Kendalanya antara

lain, terjadinya tanah longsor, erosi, dan soil creep (tanah merayap). Hal ini

disebabkan lahan potensial di kawasan pegunungan memiliki kemiringan

yang relatif besar dibandingkan dengan lahan potensial di pantai maupun di

dataran rendah.

Cara Pelestarian Lahan Potensial

Agar lahan potensial dapat memberikan daya dukung terhadap

kehidupan manusia dalam waktu yang relatif lama, maka harus dilakukan

upaya pelestarian. Usaha pelestarian lahan ini berkaitan erat dengan usaha

pengawetan tanah atau pengontrolan erosi. Secara garis besar usaha

pelestarian/pengawetan tanah dibagi menjadi dua, yaitu (Hardjowigeno,

(58)

44 1. Metode Vegetatif

Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara

menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode ini

sangat efektif (tepat) dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara

mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain:

a. Penghijauan, yaitu penanaman kembali lahan gundul dengan jenis

tanaman tahunaan. Jenis tanamannya antara lain, akasia,angsana,

flamboyan. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan

kesuburan tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan

bawah.

b. Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis

tanaman keras. Jenis tanamannya antara lain, pinus, jati, rasamala,

dan cemara. Fungsinya untuk menahan erosi dan diambil hasilnya

(kayunya).

c. Penanaman secara kontur (contour strip cropping), yaitu menanam

tanaman searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk

menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke

dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan

(59)

45 d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering), yaitu menanam

lahan dengan tumbuhan keras (pinus, jati, cemara). Fungsinya

untuk menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan,

memperlambat erosi dan memperkaya bahan organik tanah.

e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu

melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris

(larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air

atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman

diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8% jarak tanaman

dipersempit. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan

mempertahankan kesuburan tanah.

f. Pergiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman

secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya

disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar

kesuburan tanah tidak berkurang.

2. Metode Mekanik

Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui

tehnik-tehnik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran air. Beberapa cara

(60)

46 a. Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), yaitu

pengolahan tanah sejajar dengan garis kontur. Fungsinya untuk

menghambat aliran air dan memperbesar resapan air.

b. Pembuatan tanggul/pematang/guludan bersaluran Pembuatan

tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air hujan dapat

tertampung dan meresap dalam tanah. Pada tanggulnya dapat

ditanami palawija.

c. Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras

(tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang. Fungsinya

untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar resapan air

dan mengurangi erosi.

d. Pembuatan saluran air (drainase) Saluran pelepasan air ini dibuat

untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek.

Sehingga aliran air dapat diperlambat dan mengatur aliran air

sampai ke sungai.

Metode pengawetan tanah atau pengontrolan erosi menjadi sangat

efektif apabila metode mekanik dipadukan atau dikombinasikan dengan

metode vegetatif, misalnya terrassering dan bufering.

Cara Pelestarian Lahan Potensial Di Pantai, Dataran Rendah, dan Pegunungan

(61)

47 1. Pelestarian Lahan Potensial di kawasan Pantai

Untuk menjaga kelestarian lahan potensial di kawasan pantai antara

lain:

a. Tidak melakukan pengeringan rawa di kawasan pantai atau

pengrusakan hutan bakau (mangrove).

b. Membuat sistem saluran air yang dilengkapi dengan pintu air

untuk mengatur pergantian air agar pH nya tetap.

2. Pelestarian Lahan Potensial di Dataran Rendah

Pelestarian lahan potensial di dataran rendah antara lain dengan:

a. Pembuatan/perbaikan saluran air (drainase)

b. Penggunaan lahan secara teratur disesuaikan dengan kondisi

fisisnya.

c. Pemupukan tanah dalam jumlah seimbang, untuk menghindari

keracunan atau kejenuhan tanah terhadap pupuk.

d. Melakukan sistem pergiliran tanaman (crop rotation).

3. Pelestarian Lahan Potensial di Pegunungan/Perbukitan

(62)

48 a. Penanaman pohon pelindung (tanaman penutup tanah) Fungsinya

untuk menghambat penghancuran tanah lapisan atas oleh air hujan.

Jenis tanaman yang paling cocok adalah tanaman reboisasi (pinus,

jati, rasamala, dan cemara).

b. Penanaman secara kontur yaitu melakukan penanaman searah

dengan garis kontur. Fungsinya untuk menghambat kecepatan

aliran air dan memperbesar resapan air.

c. Penggunaan tehnik pengolahan lahan secara baik yaitu pengolahan

tanah menurut garis kontur. Fungsinya untuk menghambat aliran

air.

d. Pembuatan teras. (terrassering) Fungsinya untuk mengurangi

panjang lereng, memperbesar resapan air, dan mengurangi erosi.

e. Pembuatan tanggul/guludan bersaluran fungsinya agar air hujan

(63)

49 Gambar 2.3 dan 2.4 menggambarkan beberapa penyebab terjadinya lahan kritis dan usaha pelestarian lahan.

(64)

50 Keterangan gambar:

a. Pergiliran tanaman (crop

rotation)

b. Pengendalian penggem- balaan

c. Reboisasi

d. Bendungan alami kecil e. Memperkuat pinggir sungai f. Pengolahan tanah menurut garis kontur.

Gambar 2.7 Cara-cara pengawetan tanah (Hardjowigeno, 2002).

Iklim

Di daerah beriklim basah, faktor iklim yang mempengaruhi adalah

hujan. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan

kekuatan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan aliran

permukaan serta tingkat kerusakan yang terjadi. Besarnya curah hujan adalah

volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu. Oleh karena itu besarnya

(65)

51 umum dinyatakan dalam tinggi kolom air yaitu mm. Besarnya curah hujan

dapat dimaksud untuk satu kali hujan atau untuk masa tertentu seperti per

hari, per bulan, per musim atau per tahun. Intensitas hujan menyatakan

besarnya hujan yang jatuh dalam suatu waktu yang singkat yaitu 5, 10, 15

atau 30 menit, yang dinyatakan dalam mm jam־¹ atau cm jam־¹. Kekuatan

perusakan air yang mengalir di permukaan tanah akan semakin besar dengan

semakin curamnya dan panjangnya lereng permukaan tanah (Arsyad, 2006).

Topografi

Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik

yang berjarak 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng

10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman lereng 45º. Selain

dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curam lereng juga

memperbesar kecepatan aliran permukaan yang dengan demikian

memperbesar energi angkut aliran permukaan. Selain dari pada itu, dengan

semakin miringnya lereng, maka jumlah butir-butir tanah yang terpecik

kebagian bawah lereng oleh tumbukan butir-butir hujan, semakin banyak

(Arsyad, 2006).

(66)

52

Jenis Tanah Nilai Sudut

KERIKIL

Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan yang berbeda-beda.

Kepekaan tanah yaitu mudah atau tidaknya tanah tererosi adalah fungsi

berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat yang

mempengaruhi adalah : 1. sifat-sifat tanah yang mempengaruhi infiltrasi,

permeabilitas dan kapasitas menahan air, dan 2. sifat-sifat tanah yang

(67)

53 agregat tanah oleh tumbukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad,

2006).

Vegetasi

Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer

dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal

atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi

terhadap erosi. Vegetasi mempengaruhi siklus hidrologi melalui pengaruhnya

terhadap air hujan yang jatuh dari atmosfir ke permukaan bumi, ke tanah dan

batuan di bawahnya. Oleh karena itu ia mempengaruhi volume air yang

masuk ke sungai dan danau, ke dalam tanah dan cadangan air bawah tanah.

Bagian vegetasi yang ada di atas permukaan tanah, seperti daun dan batang,

menyerap energi perusak hujan, sehingga mengurangi dampaknya terhadap

tanah, sedangkan bagian vegetasi yang ada di dalam tanah, yang terdiri atas

sistem perakaran, meningkatkan kekuatan mekanik tanah (Arsyad, 2006).

Manusia

Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang di

(68)

54 produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusi akan

memperlakukan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana

sehingga menjadi lebih baik dan memberikan pendapatan yang tinggi untuk

jangka waktu yang tidak terbatas (Arsyad, 2006)

Daerah Alir Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah kawasan lahan di mana semua

air, dari hujan maupun salju, mengalir ke bawah menuju suatu penampung air

seperti kali, sungai, danau atau rawa-rawa. DAS juga disebut kawasan

tangkapan (catchment) karena lahan di bagian atas dan kawasan hulu

“menangkap” seluruh air dan selanjutnya air tersebut mengalir ke bawah dan

ke kawasan hilir.

DAS bisa sangat luas, mencakup kawasan yang mencakup ribuan

kilometer persegi, atau bisa juga hanya selebar sebuah lembah. Di dalam

kawasan DAS yang sangat luas, di mana air mengalir dari bukit-bukit tinggi

ke lembah-lembah yang rendah (seperti di daerah pegunungan), ada banyak

DAS kecil (seperti sumber-sumber air kecil dan sungai kecil yang mengalir ke

bawah menuju sungai yang lebih lebar dan laut).

DAS yang sehat mampu melindungi pasok air, menaungi hutan,

(69)

55 komunitas yang mandiri, perubahan besar dan mendadak pada DAS, seperti

pembabatan pohon dan semak-semak, penimbunan sampah, atau

pembangunan jalan raya, perumahan dan bendungan dapat merusak DAS

dan sumber-sumber airnya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan tanah

untuk mendukung komunitas yang sehat dan mendatangkan masalah-masalah

kesehatan, kelaparan dan perpindahan penduduk. Perencanaan yang

menyangkut perubahan bagaimana air mengalir melalui DAS dan bagaimana

air dan lahan akan dikembangkan dan dimanfaatkan, dapat mencegah

(70)

56

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Balai Besar

Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWS CC) Jalan Infeksi Saluran Tarun

Barat, No. 58 Jakata Timur (khususnya subbidang perancangan dan program)

dan Kantor Kelurahan Cireundeu Jalan Cireundeu Raya, Ciputat Timur

Tangerang Selatan 15419. Waktu penelitian ini mulai bulan 30 Oktober 2009

– 30 November 2009

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan adalah peta dasar digital Situ Gintung

Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Provinsi

Banten dalam bentuk vektor dengan skala 1 : 10.000 yang diterbitkan oleh

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)

Gambar

Gambar 2.2. Sumber Data Sistem Informasi Geografis (Prahasta, 2002)
gambar dari permukaan bumi, dalam skala tertentu dan digambarkan di atas
Gambar 2.3. Profil tanah (Hardjowigeno, 2002).
Tabel 2.2: Kelas kemampuan lahan, sifat, dan resiko ancaman (Hardjowigeno, 2002).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model pendugaan debit suatu DAS dapat dilakukan menggunakan software fisik berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG), salah satu software tersebut adalah Soil and

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan penginderaan jauh dalam penilaian kerentaan lahan tidak saja memberikan informasi tingkat kerusakan lahan, namun

Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan sistem informasi geografi (SIG). Dewasa ini, pemetaan kesehatan yang berbasis SIG mulai menjadi

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem atau teknologi berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan

Identifikasi Sebaran Ikan Beong (Hemibagrus nemurus) Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di aliran sungai Progo Magelang ini merupakan proses pengumpulan

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem atau teknologi berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sebuah sistem atau teknologi berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, dan

Pemasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah bagaimana cara melakukan analisis menjadi rancangan komponen perangkat lunak sebuah aplikasi web sistem informasi geografi SIG