• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Di Mts Negeri Parung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Di Mts Negeri Parung"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN

DI MTS NEGERI PARUNG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh :

KHODIJAH NIM : 207011000497

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

l!:$

l'*

LEMBAR PERSETUJUAI\I

PEMBELAJARAN BACA TT]LIS AL-QUR'AN

DI MTS NEGERI PARI'NG

Slaipsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh: KHODIJAH NIM : 207011000497

Abdul Ghofur. MA NIP : 19681208 199703 I 003

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UMVERSITAS ISLAM NEGBRI (TJIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

/

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAI\ SKRIPSI

Skripsi berjudul Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an di MTsN Parung disustm oleh Khodijah, NIM :207011000497, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiyah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang diterapkan oleh fakultas.

Jakarta 08 Januari 2013

Yang mengesahkan

Pembimbing

(4)

-1. .{ t :

j

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul : "Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an di MTs Negeri Parungon NIM : 207011000491 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah

dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggalT Apnl2013, dihadapan dewan

penguji. Oleh Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S. Pd. D

dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta. 10 Mei 2013

PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

Tanggal

rr

Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Progam t,udt)_

., rt

Drs. Sapiudin Shidiq. M. As !/r-''

?

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Bahrissalim. M. Ag

NIP : 19680307 199803 I 002

NIP: 19670328 200003 I 001

Penguji I

Dr. Sururin. M. Ag

NIP : 19710319 199803 2 001

Penguji II

DrsMasan AF M. Pd

N I P : 1 9 5 1 0 7 1 6 1 9 8 1 0 3 1 0 0 5

l"b /utt

/f

,A/ , - )otA

dan Kezuruan

(5)

, t "

l F

Nama

NIM

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

: Khodijah

:207011000497

Nama

NIP

Jurusan : PAI

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan Dengan Sesungguhnya

Bahwa Skripsi yang berjudul Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur'an di MTs Negeri

Parung benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan Dosen :

:Abdul Ghofur, MA : 19681208 199703 | 003

Dosen Jurusan: Pendidikan Agama Islam

Dengan ini juga saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S.Pd.I) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullan Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

berdasarkan Undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah J akarta.

Jakarta, 13 Mei 2013

ffiWW:

Kbodijah

NIM: 207011000497

-tfsfrffi

w

wr_
(6)

ii

ABSTRAK

NAMA : KHODIJAH

NIM : 207011000497

JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-

QUR’AN DI MTs

NEGERI PARUNG

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran Baca tulis

Al-Qur’an di MTs Negeri Parung.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa, yang diambil dari hanya kelas VIII.

Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistik dalam bentuk prosentase, artinya setiap data diprosentasikan setelah ditabulasikan dalam bentuk frekuensi untuk setiap jawaban.

Langkah pertama adalah menyeleksi data. Data yang disebarkan kepada siswa kelas VIII yang berjumlah 40 siswa dalam bentuk angket harus dikembalikan dalam jumlah yang sama dan semuanya dapat di olah.

Langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggunakan tabulasi frekuensi. Frekuensi tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase, sehingga

kecenderungan setiap jawaban dapat diketahui dengan kemungkinan

menggunakan satu tabel yang langsung dibuat frekuensi dan prosestasenya.

Dengan demikian kesimpulannya Bahwa guru dalam melaksanakan

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an cukup baik, tetapi terdapat kelemahan

-kelemahan pada pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yaitu peragaan yang

dilakukan guru belum memberikan kontribusi belajar terhadap pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran, guru tidak selalu memberikan pertanyaan

mengenai materi pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an sebelumnya, kesulitan

-kesulitan siswa dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, kurangnya perhatian

guru terhadap kondisi masing-masing siswa baik dalam penyampaian materi maupun pemantauan hasil belajar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Baca Tulis

Al-Qur’an cukup baik. Dalam kaitannya dengan Baca Tulis Al-Qur’an terhadap siswa

dan juga pelaksanaan pengajaran peran pihak sekolah dan guru Baca Tulis

Al-Qur’an dapat memberikan kontribusi yang besar dalam rangka meningkatkan

prestasi belajar siswa dalam hal membaca huruf Al-Qur’an dengan tartil serta

penulisan ayat-ayat Al-Qur’an agar lebih maksimal.

Bahwa langkah dan upaya yang direkomendasikan untuk dilaksanakan adalah: pertama jangka pendek yaitu mengembangkan metode yang variatif, releks, mengembirakan dan menyenangkan, juga menerapkan metode perpaduan secara intens berbasis peserta didik. Kedua, jangka panjang, yaitu penggunaan metode khusus (Iqra, dll) yang disesuaikan dengan kondisi sekolah.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat, taufiq, hidayah dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang setia dalam

memperjuangkan agama Islam sehingga dapat kita rasakan dan imani sampai

sekarang.

Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam dari Fakultas

Ilmu tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan dan motivasi

yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini selesai pada

waktunya. Penulis hanya mampu menyampaikan terima kasih yang terdalam dan

rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Khususnya kepada Drs. Sapiuddin Shidiq. M.Ag

sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah bersedia dengan tulus

memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis selama menyelesaikan

skripsi ini.

Selanjutnya tak lupa pula penulis haturkan terima kasih yang

sebesar-besarnay kepada semua pihak yang ikut membantu, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr.H. Rif’at Syauqi Nawawi,MA. Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M.Ag Selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Abdul Ghofur, MA. Selaku Dosen pembimbing yang telah

(8)

iv

4. Seluruh Dosen dan Stap Pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

yang telah tulus memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama

penulis belajar di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Hj. Eti Munyati sebagai kepala Sekolah MTs Negeri Parung yang telah

memperkenankan penulis mengadakan penelitian disekolah tersebut dan

memberikan bantuan di dalam pelaksanaan penelitian.

6. Ibu Habibah, Sag Selaku Guru BTA yang telah membantu penulis ketika

mengadakan penelitian.

7. Orang tua penulis Ibunda tercinta Hj. Jamsiah dan kakanda tersayang Basri

Susanto, S.Pdi yang telah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan

sehingga penulis bisa menjalani semua dengan motivasi yang mereka

berikan dan terima kasih atas segala sesuatu yang telah diberikan baik

berupa materil yang tidak terhitung dan tidak ternilai harganya.

8. KH. Anwar Hidayat SH, MH, MM dan keluarga yang telah membantu

penulis baik secara materi, doa, suport, dan kasih sayang yang tidak

ternilai harganya dan tidak terhitung sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. H. Wahdan dan keluarga yang telah membantu penulis baik secara materi,

doa, suport, dan kasih sayang yang tidak ternilai harganya dan tidak

terhitung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Yusuf Fauzi Rahman dan Ayu Lestari yang telah membantu penulis baik

secara materi, doa, suport, dan kasih sayang yang tidak ternilai harganya

dan tidak terhitung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Sifa Fauziah, Nurhafifah, Maria Sapriyanti, Siti Nurjanah, Asmidah

Yunita, Mar’atujakiyah, Tatik Susanti, Iin Inayah, Lina Listianingsih, Ria

Astuti, Rifa Rizkia, Siswati, Arif Nurhakim, Amsir Maulana, Muhammad

Yazim dan Seluruh kawan-kawan angkatan 2007 Jurusan PAI Khususnya

kelas A dan B yang telah memberikan Motivasi sehingga penulis bisa

(9)

v

12.Seluruh Santriawan-Santriwati Darul Ulum Susilawati, Prilly, Zainab,

Dina dan lain sebagainya yang selalu memberikan motivasi kepada

penulis, dan pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun

mempunyai kontribusi terhadap skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih.

Semoga jasa dan kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis akan

mendapat balasan yang layak dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiyah ini baru pertama kali

dilakukan. Tentunya kalimat ketidak sempurnaan tidak dapat dielakkan baik dari

segi sistematika penulisan, isi, maupun teknik penulisan. Oleh karena itu selama

masih hidup dan terus belajar penulis dengan ini membuka diri untuk menerima

kritikan yang membangun sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan penulis

dalam melanjutkan penulisan karya ilmiah dikemudian hari.

Jakarta, 08 Januari 2013

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ……….viii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 10

A. PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN ... 10

1. Pengertian Pembelajaran ... 10

2. Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an ... 14

3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ... 17

B. METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS AL-QUR’AN ... 18

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 18

2. Aspek-Aspek Metode Pembelajaran. ... 19

(11)

ix

C. MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN BACA TULIS

AL-QUR’AN ... 33

1. Metode Umum ... 33

2. Metode khusus ... 35

3. Metode PAIKEM ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Bentuk dan Metode Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Variabel Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

A. Gambaran Umum MTs Negeri Parung ... 46

1. Sejarah Singkat MTs Negeri Parung ... 46

2. Visi dan Misi MTs Negeri Parung ... 46

3. Keadaan Siswa ... 47

4. Sarana dan Prasarana ... 47

B. Deskripsi Data ... 48

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Implikasi ... 66

C. Saran-Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Indikator Data ... 41

Tabel 2 Keadaan siswa MTsN Parung menurut jenis kelamin ... 47

Tabel 3 Sarana dan Prasarana Pendidikan di MTsN Parung ... 48

Tabel 4 Guru mengadakan percobaan yang dapat diamati oleh pada

pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ... 49

Tabel 5 Guru menunjukkan media gambar makhrijul huruf pada

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ... 50

Tabel 6 Siswa memperhatikan dengan baik saat guru memberikan materi

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ... 50

Tabel 7 Siswa senang mengikuti pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ... 51

Tabel 8 Siswa mengikuti pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an tanpa rasa

beban ... 52

Tabel 9 Siswa mengikuti pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an karena ingin

mandapat hadiah atau pujian dari guru ... 52

Tabel 10 Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an menambah keinginan siswa

untuk belajar ... 53

Tabel 11 Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai materi

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ... 54

Tabel 12 Guru ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa selama

mengikuti pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ... 54

Tabel 13 Siswa memusatkan perhatiannya kepada mata pelajaran Baca

Tulis Al-Qur’an ... 55

Tabel 14 Pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an berhubungan dengan mata

pelajaran lainnya ... 56

Tabel 15 Guru menugaskan kerja kelompok pada pembelajaran Baca Tulis

Al-Qur’an ... 56

Tabel 16 Guru mengadakan diskusi pada materi pembelajaran Baca Tulis

Al-Quran ... 57

Tabel 17 Siswa yang belum memahami materi pembelajaran Baca Tulis

(13)

ix

[image:13.595.113.513.142.598.2]

Tabel 18 Guru mengelompokkan siswa sesuai kemampuan ... 58

Tabel 19 Guru memantau kemajuan belajar Baca Tulis Al-Qur’an secara

individual ... 59

Tabel 20 Guru mendemonstrasikan bunyi huruf pada saat pembelajaran

Baca Tulis Al-Qur’an dengan perbuatan ... 60

Tabel 22 Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk menikuti

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ... 60

Tabel 23 Guru memberikan pelajaran kepada siswa, terlebih dahulu

mengetahui pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya ... 62

Tabel 24 Guru menghubungkan pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dengan

realita kehidupan sehari-hari ... 62

Tabel 25 Guru menegur siswa yang sedang melamun pada saat

pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an sedang berlangsung, sehingga

siswa menjadi konsentrasi ... 63

Tabel 26 Kerja kelompok yang dilakukan siswa dapat meningkatkan hasil

belajar yang baik ... 64

Tabel 27 Guru memberikan uraian tentang materi pelajaran Baca Tulis

Al-Qur’an diikuti dengan penilaian ... 64

Tabel 28 Setelah kegiatan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an guru

(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an merupakan firman Allah yang dijadikan pemoman hidup

(way of life) kaum muslim yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Didalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsif dasar) menyangkut segala aspek pokok (prinsif dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa dan kapanpun masanya dan hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan. Salah satu permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah

pendidikan.1

Al-Qur‟an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan aqidah,

syariah, dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsif mengenai

persoalan-persoalan tersebut dan Allah SWT menugaskan Rasulullah untuk

memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu,























Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang

Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. ( QS.

AN-NAHL : 44 )

1

Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2002) h.1

(15)

2

Kehadiran Al-Qur‟an senantiasa eksis untuk setiap zaman dan kondisi.

Ia hadir untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia. Hal ini

telah dijelaskan dalam firman-Nya :





































































Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi Keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang Telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, Karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya

kepada jalan yang lurus.

(QS. AL-BAQARAH : 213)

Al-Qur‟an bagi kaum muslimin adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat Jibril. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan apapun, kandungan pesan ilahi yang disampaikan kepada Rasul pilihan-Nya pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakan basis untuk kehidupan individu dan sosial kaum muslimin

dalam segala aspeknya.2

Pemahaman terhadap Al-Qur‟an bukan hanya dijadikan untuk

memperoleh teoritik saja, tetapi harus diaplikasikan ke dunia pendidikan dalam

arti praktek. Pendidikan dalam arti praktek adalah suatu proses pemindahan

2

Taufik Adnan Amai, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), cet

(16)

3

pengetahuan ataupun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki subyek didik

untuk mencapai perkembangan secara optimal.3

Setiap mukmim mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap

Al-Qur‟an. Diantara kewajiban dan tanggung jawab itu adalah mempelajari dan

mengajarkannya. Sebagai kitab suci yang diagungkan dan sumber tertinggi norma

hukum hidup dan kehidupan, Al-Qur‟an sendiri dalam ayat-ayatnya banyak

memberi norma-norma yang secara langsung memotivasi umatnya untuk belajar,

mentradisikan, dan mengaplikasikan kemampuan tulis menulis dalam kehidupan.

Secara eksplisit Al-Qur‟an menyebutkan hal tersebut dalam wahyu

pertama kali turun, yaitu surat Al-Alaq :













“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia

Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah

yang Maha pemurah.”

Bagi Thanthawi Jauhari,4 ayat-ayat ini mendobrak kejumuhan

masyarakat Arab kala itu yang hanya mementingkan tradisi penginderaan, hafalan dan tutur kata, dengan menyodorkan hal lain yang tak kalah penting, yaitu budaya baca tulis. Bahkan tidak semata menyodorkan, melainkan mewajibkan membaca

dan menulis. Disini Al-Qur‟an yang secara eksplisit memerintahkan umatnya

untuk belajar menulis yaitu, “Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam”. Pena (kalam) dijadikan sebagai sarana komunikasi antara sesama manusia, sekalipun letaknya paling berjauhan. Sekaligus menjadi awal mula

sejarah pembelajaran baca tulis Al-Qur‟an.

Selain norma-norma eksplisit, dalam banyak kesempatan Al-Qur‟an

juga menyebut seperangkat alat-alat tulis yang secara implisit memposisikan

aktivitas menulis sebagai sesuatu yang bersejarah, penting dan mesti didalami.

Urgenitas tersebut dapat terlihat antara lain pada aktivitas perdagangan,

sebagaimana firman Allah :

3

H.M.Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996)

cet, 1 h. 89

4

Thanthawi Jauhari, Wawasan Al-Qur’an; Tafsir maudu’i atas Berbagai Persoalan Umat,

(17)

4











“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dan

hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya”.

Secara pararel, perintah tulis menulis kemudian disebutkan lagi untuk

diaplikasikan, salah satunya, sebagaimana sabda Rasulullah :

“Sebaik-baik kamu yaitu orang yang mempelajari Al-Qur’an dan

mengajarkannya”.

Uraian tersebut di atas memberikan wawasan pemahaman bahwa Islam

mengarahkan dan memandu umat untuk mempelajari agamanya secara sistematis

dan terencana melalui metode membaca. Dalam pengertian lain, Islam

mewajibkan kepada pemeluknya untuk belajar membaca dan menulis Al-Qur‟an.

Bagi umat Islam, melalui membaca dan menulis Al-Qur‟anlah mereka berharap

kontinuitas dakwah Islamiyah terus berlanjut.

Al-Qur‟an adalah pedoman hidup umat Islam yang paling sempurna.

Semua aspek kehidupan manusia terkandung di dalamnya termasuk pendidikan.

Di dalam Al-Qur‟an pun terdapat isyarat dan petunjuk mengenai sistem yang ada

dalam pendidikan yang meliputi: tujuan, pendidik, anak didik, metode, materi.

Manusia sebagai objek dan subjek pendidikan didudukkan dan dipandang secara

integral sehingga petunjuk dan isyarat pendidikan dalam Al-Qur‟an berorientasi

kepada kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat serta menekankan pada

pembentukkan kepribadian yang berunjung pada fitrah dasar manusia yang

ma‟rifatullah dan bertaqwa kepada-Nya.

Pembacaan Al-Qur‟an dipandang sebagai tindak kesalehan dan

pelaksanaan ajarannya merupakan kewajiban setiap muslim. Dengan mempelajari

(18)

5

agama melalui kitab suci yang diturunkan kepada Rasul pilihan-Nya. Dan kita

akan mengetahui petunjuk-petunjuk ilahi dan Rasul-Nya sebagai pedoman hidup.

Dalam mengimplementasi Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup, dapat

dimulai dengan membaca Al-Qur‟an secara tartil dan perlahan, sebagaimana

dijelaskan Dalam Al-Qur‟an:









“Bacalah Al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan).” (Mujamil : 4)

Membaca Al-Qur‟an dengan tartil menurut Az-Zarkasyi adalah

membaca dengan memperjelas lafaznya, huruf-hurufnya dan memperfasih semua

bacaannya. Membaca dengan ceroboh atau terlalu cepat, sehingga panjang

pendeknya bacaan dan makhrajnya hurufnya menjadi tidak jelas atau

menghilangkan sebagian dari kata-katanya.5

Allah s.w.t memuliakan umat Islam dengan kitab al-Quran sebagai

kalam terbaik. Dalam al-Quran telah dikumpulkan segala yang diperlukan oleh

manusia berbentuk kisah terdahulu, nasihat-nasihat, berbagai perumpamaan, adab,

kepastian hukum, hujah-hujah yang kuat dan jelas sebagai bukti keesaan-Nya.

Allah s.w.t mewajibkan manusia supaya bersikap baik terhadap kitab-kitab-Nya,

termasuk perlakuan ini adalah menjelaskan adab-adab pembaca, membimbing

mereka melaksanakan ajaran al-Quran serta megingatkan manusia dengan

nasihat-nasihat yang baik.

Pemerintah Indonesia, memberikan perhatian yang sangat serius,

terutama dalam kemampuan Baca Tulis Al-Qur‟an di kalangan umat Islam dengan

mengeluarkan Surat keputusan Bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama RI no. 128/44 Tahun 1982 tentang Peningkatan Membaca dan Menulis Al-Qur‟an di kalangan umat Islam, Intruksi Menteri Agama No. 3 Tahun 1990

Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Membaca Al-Qur‟an serta intruksi

Dirjen Dinas Islam dan Urusan Haji No. 3 Tahun 1991 Tentang Upaya

Peningkatan Kemampuan Peningkatan Membaca Al-Qur‟an di kalangan umat

Islam.6

5

Munif Suratmaputra & KK, Indahnya Hidup dan Berjuang Bersama Al-Qur’an, (Jakarta, PT.

Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta dan Bank Muamalat Indonesia (BMW. Cet. Pertama, April

2007. h.22

6

Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis Al-Qur’an, (Bumi Aksara: Jakarta, 1993),

(19)

6

Sejalan dengan aturan tersebut, maka muatan wajib kurikulum

pendidikan dasar dan menengah, pemerintah menyebutkan bahwa satuan

pendidikan dasar dan menengah harus menempatkan kemampuan Baca Tulis

Al-Qur‟an sebagai salah satu kompetensi yang akan dicapai peserta didik dalam Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam.7 Pemerintah juga memberikan peluang bagi

sekolah, guru, dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di

sekolah, berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, dan lain sebagainya

yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki.

Dalam muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah

mengenai Baca Tulis Al-Qur‟an, MTs Negeri Parung sebagai salah satu

pendidikan yang tidak terlepas dari upaya sistematis pembelajaran Baca Tulis

Al-Qur‟an. Perlunya pemberlakuan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an karena masih

banyak siswa MTsN Parung yang belum dapat membaca dan menulis Al-Qur‟an

dengan baik dan benar.

Proses pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an di MTsN Parung lebih

ditekankan pada latihan menulis, membaca, dan menghafal. Khususnya

menghafal surat-surat pendek yang ada di Zuz 30.

Proses belajar menulis Al-Qur‟an, siswa MTsN parung dapat menulis

materi Baca Tulis Al-Qur‟an dengan baik dan benar dan agar juga agar terlatih

dalam menulis Al-Qur‟an. Dalam proses belajar membaca Al-Qur‟an, siswa

MTsN Parung diharapkan untuk dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan

benar. Dari proses pembelajaran membaca Al-Qur‟an disinilah siswa

diperkenalkan Tajwid/panjang pendeknya bacaan Al-Qur‟an sekaligus Makhrizul

hurunya. Sehingga tampak jelas perbedaan huruf-huruf hijaiyah yang satu dengan

yang lainnya. Dalam proses belajar menghafal Al-Qur‟an, siswa diharapkan untuk

dapat menghafal meteri Baca Tulis Al-Qur‟an yang telah diajarkan. Dari proses

menghafal disinilah guru dapat menilai sejauh mana siswa dapat memahami dan

menangkap materi yang telah diajarkan misalnya dalam panjang pendeknya

ataupun makhrijul hurufnya.

7

(20)

7

Sebagai penjabarannya, dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, guru

dituntut menyusun pembelajaran yang tidak sekedar sebagai kegiatan transfer

ilmu (transfer of knowledge), tetapi lebih dari itu, guru sebagai pelaksana

kurikulum dituntut untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran supaya dapat

memberikan dan mengembangkan berbagai pembelajaran yang bervariasi dan

menarik, sehingga dapat mengakomodasi perbedaan individual siswa (perbedaan

gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa), mengaktifkan siswa

dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan

kegiatan belajar di sekolah, siswa diharapkan memperoleh kebebasan belajar

sekaligus memberikan kesempatan luas untuk berkembang.

Dalam konteks MTsN Parung, pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an

merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif,

efektif, dan efisien. Guru harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur

pembelajaran sesuai dengan kondisi dan potensi satuan pendidikan (sekolah).

Karena pembelajaran sejatinya merupakan cerminan serius atau tidaknya guru

dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

Dari latar belakang yang ada, masalah pembelajaran Baca Tulis

Al-Qur‟an di MTsN Parung sangat serius. Maka dari itu penulis merasa perlu untuk

mengadakan penelitian atau mngkaji lebih luas lagi.

Penelitian ini saya beri judul: “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

di MTs Negeri Parung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang

masalah diatas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa belajar Baca Tulis Al-Qur‟an di MTs Negeri Parung

2. Masih banyak siswa MTs Negeri Parung yang belum dapat membaca

Al-Qur‟an dengan baik dan benar

3. Metode pembelajaran yang kurang berjalan dengan baik dalam Baca Tulis

(21)

8

C. Pembatasan Masalah

Dengan memperhatikan uraian identifikasi masalah, maka perlu adanya

pembatasan masalah supaya penelitian dapat lebih terarah serta mendekati pada

fokus pencapaian tujuan. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini dibatasi

pada Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an di MTs Negeri Parung.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalahnya sebagai berikut :

“ Bagaimana proses Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an di MTs

Negeri Parung?”.

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksaaan Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an di MTsN

Parung

b. Untuk mengupas atau memecahkan masalah pada proses pembelajaran Baca

Tulis Al-Qur‟an di MTsN Parung.

Hasil penelitian yang berkenaan dengan pelaksaaan Pembelajaran Baca

Tulis Al-Qur‟an di MTsN Parung, ini diharapkan memberikan manfaat antara

lain:

a. Penelitian ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi penulis

untuk menambah ilmu dan wawasan dalam bidang yang sebelumnya penulis

hadapi.

b. Diharapkan dapat memperkaya khazanah kepustakaan kependidikan,

khususnya mengenai Baca Tulis Al-Qur‟an, serta dapat menjadi bahan

masukan bagi mereka yang berminat menindak lanjuti hasil penelitian yang

berbeda dan dengan sampel penelitian yang lebih banyak.

c. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi kepala sekolah

dan guru untuk dapat meningkatkan prestasi belajar Baca Tulis Al-Qur‟an

(22)

9

d. Bagi siswa manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sikap dan

pandangan positif terhadap pelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an, karena begitu

pentingnya pelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an sehingga dapat diaplikasikan

(23)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an 1. Pengertian Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan sering kita dengar kata-kata mengajar, belajar,

dan pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan pengertian mengajar, berlajar, dan

pembelajaran.

Pengertian mengajar menurut Bohar Suharto mendefinisikan, mengajar

merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan

sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan

peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan.

Menurut Oemar Hamalik mendefinisikan mengajar sebagai proses

menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Dalam pengertian yang

lain, juga dijelaskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas profesional yang

memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan.

Menurut Hasibuan menyebutkan bahwa konsep mengajar dalam proses

perkembangannya masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau

penyerahan pengetahuan. Pandangan semacam ini masih umum digunakan di

kalangan pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang ini lebih

(24)

11

Mengajar menurut pengertian Mutakhir merupakan suatu perbuatan

yang komplek. Perbuatan mengajar yang komplek dapat diterjemahkan sebagai

penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam

perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran.

Atau dengan gaya bahasa lain, mengajar adalah penciptaan sistem

lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini

terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan

intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang

memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang

dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia.8

Sedangkan pengertian belajar Menurut Skinner mengartikan belajar

sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

secara progresif.

Menurut Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of learning,

mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan laku seseorang

terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang

berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat

dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau

keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan

sebagainya).

Menurut M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan

Bermutu, mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil

pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

C.T. Morgan dalam Introduction to Psychology merumuskan belajar

sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai

akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.

Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara Efektif, mengartikan

belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan

8

Pupuh Fathurrohman dan M, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT

(25)

12

perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuan.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi didalam diri seseorang setelah

melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua

perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila dan

sebagainya.9

Sedangkan Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas, peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan

pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.10

Pengertian Pembelajaran menurut bahasa berarti sebuah proses, cara,

perbuatan sehingga orang atau siswa belajar dengan memperoleh ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut istilah Pembelajaran adalah suatu proses belajar-mengajar (PBM) yang merupakan keterpaduan antara kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa sebagai pelajar sehingga terjadi saling interaksi keduanya dalam situasi instruksional yang bersifat pengajaran. Dengan demikian, pembelajaran mensyaratkan adanya interaksi dan proses. Interaksi dimaksud merupakan suatu aktivitas gabungan yang melibatkan guru, peserta

didik dan mata pelajaran.11

Sebagai suatu proses dimana seseorang dengan sengaja dikelola agar

memungkinkan dapat belajar melakukan hal tertentu dalam kondisi tertentu atau

memberikan respons terhadap hal tertentu, pembelajaran pada dasarnya adalah

proses mengkoordinasikan sejumlah tujuan, bahan, metode, alat, dan penilaian.12

Menurut hasil kajian S. Nasution, bahwa hingga saat ini terdapat tiga model pembelajaran yang sering dikacaukan dengan pengertian mengajar. Pertama, mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada peserta didik, dengan tujuan agar pengetahuan tersebut dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Mengajar pada tipe pertama ini dianggap berhasil jika peserta didik menguasai pengetahuan yang ditransferkan oleh guru sebanyak-banyaknya.

9

Pupuh Fathurrohman, Op. Cit., h. 5

10

Prof. Dr. H. Abudin Nata. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta :

kencana, 2011), hlm. 89

11

H. Masyur Ramly, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 334

12

(26)

13

Kedua, mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada peserta didik. Definisi yang kedua ini pada intinya sama dengan definisi yang pertama yang menekankan pada guru sebagai sebagai pihak yang aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar.13

Definisi mengajar model pertama dan kedua pada sebagian besar masyarakat tradisional masih banyak digunakan. Hasilnya adalah peserta didik yang banyak menguasai bahan pelajaran, namun mereka tidak tahu cara menggunakan dan mengembangkannya. Mereka tak ubahnya seperti anak bayi yang diberikan makanan atau minuman oleh orang tuanya, namun ia tidak tahu dari mana asalnya makanan atau minuman tersebut, bagaimana cara membuatnya, dan bagaimana pula mendapatkannya. Sementara itu, definisi mengajar model ketiga, kini mulai banyak digunakan, terutama pada lembaga-lembaga pendidikan pada masyarakat modern. Hasilnya adalah peserta didik yang bukan hanya menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan mereka mengetahui asal usulnya, cara mendapatkan dan mengembangkannya. Di era global yang mengaharuskan lahirnya lulusan yang kreatif, inovatif, dinamis dan mandiri, model pengajaran yang ketiga itulah yang perlu dilaksanakan. Dengan menerapkan teori yang ketiga, maka yang terjadi bukan hanya mengajar yang menghasilkan penguasaan ilmu pengetahuan, melainkan juga pembelajaran yang menghasilkan penguasaan terhadap metode pengembangan ilmu pengetahuan, dengan sendirinya akan terjadi

kegiatan pembelajaran.14

Berdasarkan kajian tersebut diatas, maka sebenarnya yang diharapkan dari penggunaan istilah pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar. Dengan cara demikian, maka peserta didik bukan hanya diberikan ikan, melainkan diberikan alat dan cara menggunakannya untuk menangkap ikan, bahkan diberikan juga kemampuan untuk menciptakan alat untuk menangkap ikan

tersebut.15

Secara garis besar dapat dipahami, pembelajaran merupakan suatu

proses interaksi antar pengajar sebagai katalisator dengan pelajar sebagai katalis

dan mengkoordinasikannya terus menerus melalui usaha-usaha yang terencana

dan sistematis agar terjadi proses belajar untuk mencapai perubahan-perubahan

tertentu.

13

S. Nasution. Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.4

14

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006), hlm. 182-183.

15

(27)

14

2. Pengertian Baca Tulis Al-Qur’an

Pengertian“baca”, baca adalah kata benda dari kata kerja “membaca”,

membaca menurut bahasa melihat serta mamahami isi dari apa yang tertulis.16

Sedangkan menurut Thomas Carlyle, sebagaimana dikutip oleh A. Widyamartaya,

mendefinisikan “membaca adalah segala sesuatu yang telah dilakukan,

dipikirkan, dicapai, atau dihayati oleh umat manusia tersimpan dalam

halaman-halaman buku seperti dalam pelestarian yang magis”.17

Sedangkan membaca di dalam buku yang berjudul petunjuk

pengembangan minat dan kegemaran membaca siswa, “membaca adalah suatu

kegiatan penerjemah syimbol atau huruf kedalam kata dan kalimat yang

memiliki makna bagi seseorang”.18 “Membaca adalah salah satu cara terbaik

untuk mengisi otak dan jiwa. Seseorang yang banyak membaca akan lebih luas

pengetahuannya dari pada orang yang lebih sedikit membaca”. Intelektual

seseorang tidak akan tumbuh sempurna tanpa membaca bahan bacaan sehat yang

cukup.

Membaca memiliki peran penting dalam proses perkembangan

manusia dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada

kemampuan membaca. Maka makin baik kemampuan membaca yang dimilki

seseorang akan mempengaruhi pola pikir dan informasi yang diterima oleh orang

tersebut.19

“Membaca ialah keterampilan yang sangat kompleks, dan seperti semua

keterampilan lain. Membaca dapat ditingkatkan ketetapan dan kecepatannya

dengan latihan”.20 Sedangkan menurut Niknik M. Kuntarto, “Membaca adalah

suatu keterampilan dalam menemukan sesuatu yang kita cari dalam bacaan.

Tujuannya ialah menangkap bahasa yang ditulis dengan tepat dan teratur”.21

16

Kamus Besar Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed. 3. – cet. 4 (Jakarta :

Balai Pustaka, 2007) h. 83

17A. Widyamartaya, Seni Membaca Untuk Studi, (Yogyakarta: Kanisuius, 1999), cet. 1. h. 137

18Pusat Perbukuan Depdikbud, Petunjuk pengembangan minat dan kegemaran membaca

siswa, Buku 1.- cet. ke-1. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997).

19Athaillah Baderi, “ Pola Dan Strategi Pengembangan Minat Baca”, Pusat Pengembangan

Perpustakaan Dan Kajian Minat Baca Perpustakaan Nasional RI 2003), hal. 1-2

20Rita L. Atkinson dan Richard C.Atkinson. Pengantar Psikologi, Edisi Ke-8, Jilid 1.

(Penerbit Ertangga Jakarta 2003), hal.228

21Niknik M. Kuntarto, Cermat Dalam Berbahsa Teliti Dalam Berfikir, (Jakarta: Mitra Wacana

(28)

15

Soedarso, sebagaimana dikutip oleh Mulyono Abdurahman,

mengemukakan bahwa “membaca merupakan aktivitas kompleks yang

memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan

pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat

membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran”. 22

Hanry Guntur Tarigan, mengatakan Membaca adalah kunci ke gudang

ilmu, ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan

membaca. Keterampilan membaca menetukan hasil penggalian ilmu itu. Karena

itu dapat dikatakan keteramapilan membaca sangat diperlukan dalam dunia

modern.23

Melalui aktivitas membaca, seseorang dapat mengenal suatu objek, ide

prosdur konsep, definisi nama, pristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan. Bahkan

lebih dari itu, melalui aktifitas membaca seseorang dapat mencapai kemampuan

kongnitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga

mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.

Tujuan membaca, tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.24

Keuntungan yang diperoleh dari membaca antara lain : (1) memperoleh

pengetahuan baru yang dicari, (2) memperoleh wawasan baru, (3) memperoleh

keterampilan baru, (4) merasakan kenikmatan karena indahnya suatu bacaan

dalam melukiskan suatu kehidupan, (5) dan mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah25.

Membaca merupakan alat utama untuk mempelajari berbagai ilmu dan

teknologi serta berbagai informasi lainnya yang berguna bagi kehidupan. Betapa

pentingnya pengaruh dan peranan orang tua dalam menumbuhkan dan

mengembangkan minat dan kebiasaan membaca. Orang tua menjadi contoh bukan

22Mulyono Abdurarahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Penerbit, Diknas dan

Rineka Cipta) h.200

23Hanry Guntur Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, ( Bandung Angkasa,

1979), hal: 135

24Hanry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa, ( Bandung

Angkasa, 1979), cet, ke-1 hal: 9

(29)

16

hanya bagi kehidupan keluarga dan masyarakat umumnya, tetapi juga dalam

membaca. Membaca menjadi kebiasaan pribadi dan keluarga.

Meski demikian, bukan berarti membaca Al-Qur‟an dalam arti

melisankan huruf-huruf yang terdapat di dalamnya tidak ada gunanya, itu tetap

merupakan suatu kebaikan, asal sesuai dengan kaidah-kaidah membacanya yang

berlaku.

Membaca dalam hal berkenaan dengan Al-Qur‟an dapat diartikan

melihat tulisan yang terdapat pada Al-Qur‟an dan melisankannya. Akan tetapi

membaca Al-Qur‟an bukan hanya melisankan huruf, tetapi mengerti apa yang

diucapkan, meresapi isinya, serta mengamalkannya. Imam Al-Ghazali

mengungkapkan sebagai berikut:

“Adapun kalau menggerakkan lidah saja, maka akan makin sedikit yang

diperolehnya, karena yang dinamakan membaca harus ada perpaduan antara lidah,

akal, dan hati. Pekerjaan lidah adalah membenarkan bunyi huruf dengan tartil.

Pekerjaan akal mengenang makna dan tujuannya, sedangkan pekerjaan hati adalah

menerima nasehat dan peringatan dari apa yang dipahaminya”.26

Sedangkan Pengertian “tulis”, tulis adalah kata benda dari kata kerja

“menulis”, menulis menurut bahasa membuat huruf atau angka dengan pena atau

alat tulis lainnya, sedangkan menurut istilah menulis adalah membuat huruf atau

angka, melahirkan pikiran atau gagasan”.27

Melahirkan pikiran atau perasaan

tidak dapat dilukiskan tanpa membaca sesuatu yang menjadi sasaran atau objek

tulisan.

Menulis bukan hanya hanya aktivitas melukiskan lambang-lambang

grafik melainkan proses berfikir. Tulisan dapat menolong manusia dalam melatih

dan berpikir kritis. Untuk menumbuhkan budaya menulis siswa pada Al-Qur‟an

dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk

tulisan yang benar.

26

Muhammad Jalaludin Al-Qasimi, Bimbingan untuk Mencapai Tingkat Mukmin, terj. Muh.

Abda’I Rathani, (Bandung: Diponogoro, 1973), h. 196-197

27

Kamus Besar Bahasa Indonesia/Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, ed. 3. – cet. 4 (Jakarta :

(30)

17

Jadi, Baca Tulis Al-Qur‟an merupakan kegiatan seseorang dalam

melisankan serta melambangkan huruf-huruf Al-Qur‟an. Sementara kompetensi

Baca Tulis Al-Qur‟an merupakan kesanggupan seseorang dalam melisankan dan

membunyikan serta melambangkan huruf-huruf Al-Qur‟an.

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan Al-Qur‟an

merupakan salah satu materi atau bahan pelajaran dalam pendidikan Agama Islam

untuk mengarahkan siswa kepada kemampuan membaca, menulis, memahami dan

menghayati Al-Qur‟an menjadikannya sebagai pedoman hidupnya.

3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur‟an mempunyai banyak sekali keutamaan diantaranya

1. Secara umum, keutamaan Al-Qur‟an lebih tinggi daripada seluruh benda-benda

lainnya yang dicintai didunia ini. Biasanya, seseorang ingin mendapatkan

balasan cintanya dari orang yang dicintainya. Begitu banyak keutamaan

Al-Qur‟an yang dapat diberikan kepada orang yang mencintainya. Secara umum,

keutamaan Al-Qur‟an diatas segala sesuatu yang dapat menyebabkan

ketergantungan dan cintainya kepadanya. Jika seseorang mencintai orang lain

karena ingin memperoleh keuntungan dari cintanya, maka Allah berjanji akan

memberi lebih banyak keuntungan kepada pembaca Al-Qur‟an daripada

mereka yang berdoa.

2. Seseorang mencintai harta kekayaan, hamba sahaya, hewan ternak, atau

hewan-hewan tertentu, maka mempelajari ilmu Al-Qur‟an itu lebih berharga

daripada hewan-hewan itu.

3. Seorang ahli sufi menjalani kelaparan dan kesederhanaan untuk mencapai

derajat taqwa, maka Rasulullah saw. bersabda bahwa ahli Qur‟an digolongkan

dengan para malaikat. Untuk mencapai derajat ketakwaan seperti para malaikat

jelas sangat sulit, sebab mereka tidak pernah berbuat durhaka kepada Allah

(31)

18

ucapannya, maka pikirkanlah pahala ganda yang didapat melalui membaca

Al-Qur‟an dengan terbata-bata.28

B. Metode Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an 1. Pengertian Metode Pembelajaran

Kata “Metode” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu “Metha” yang berarti melalui atau melewati dan “Hodos” yang berarti jalan

atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus ditempuh atau dilalui untuk

mencapai tujuan.29 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer

pengertian metode adalah “cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya”.30

Dalam metodik khusus pengajaran agama Islam pengertian metode

adalah “suatu cara kerja yang sistematis dan umum seperti cara kerja ilmu

pengetahuan”.31

Istilah metodologi pembelajaran dalam hal ini adalah “suatu teknik

penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar murid dapat

menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh murid dengan

baik”,32

Sementara Zuhairini menjelaskan bahwa metode mengajar adalah:

“Merupakan salah satu komponen daripada proses pendidikan, merupakan alat

untuk mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar, merupakan

kebulatan dalam suatu sistem pendidikan”.33

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran yaitu, bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang

28

Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi, Himpunan Kitab Fadhilah A’mal,

(Bandung: Pustaka Ramadhan) hal. 69

29

Abdurrahman Getteng, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Ujung Pandang: Al-Thahiriyah

Indonesia , 1987), h. 1

30

Peter Salim, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991),

h. 1126

31

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi/IAIN, Metodologi Pengajaran Agama Islam,

Direktorat Jenderal Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1984, cet. 2, h. 1

32

Zakiyah, Drajat, Metodologi Pengajaran Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1983), h. 60

33

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,

(32)

19

terencana dan berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan bahan

pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Aspek-Aspek Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran mencakup 8 aspek, yaitu “Peragaan, minat dan perhatian,

apersepsi, korelasi dan konsentrasi, kooperasi, indivudualisasi, dan evaluasi”.34

1. Peragaan

Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud

memberikan kejelasan secara realita terhadap pesan yang disampaikan

sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa. Kegiatan ini

dilakukan terutama untuk menciptakan suasan pemahaman terhadap materi

pelajaran lebih mendalam dan berkesan dengan menekankan penerapan konsep

belajar sambil melakukan.

Terdapat dua peragaan yang dapat diterapkan guru dalam proses

pembelajaran, yaitu:

a). Peragaan langsung: dengan menunjukkan benda aslinya atau

mengadakan percobaan-percobaan yang dapat diamati siswa,

b). Peragaan tidak langsung: dengan menunjukkan benda tiruan atau

suatu model, contohnya: gambar-gambar, boneka ataupun foto, dan lain

sebagainya.

2. Minat dan Perhatian

Minat dan perhatian merupakan suatu gejala jiwa yang selalu bertalian.

Seorang siswa yang memiliki minat dalam belajar, akan timbul perhatiannya

terhadap pelajaran yang diminati tersebut. Akan tetapi perhatian seseorang

kadang kala timbul dan adakalanya hilang sama sekali. Suatu saat anak kurang

perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru di muka kelas

bukan disebabkan dia tidak memiliki minat dalam belajar, boleh jadi ada

gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenangannya di

ruang kelas atau guru kurang dapat memberikan teknik pengajaran yang

34

M. Bayaruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press,

(33)

20

bervariasi sehingga anak menjadi tidak tertarik terhadap apa yang dijelaskan

oleh guru tersebut.

Pada prinsipnya minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan atau dapat dikatakan suatu

rasa lebih suka dan merasa terikat pada suatu kegiatan tanpa adanya suatu

perintah atau paksaan dari pihak luar.

Dalam pengertian ini, minat mengahasilkan kecenderungan yang tetap

untuk perhatian penuh terhadap kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang diminati

akan diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang dan tidak

mudah bosan karena kegiatan tersebut pada dasarnya tidak bertentangan

dengan keinginan. Artinya siswa dapat mengikuti pelajaran tanpa merasa beban

atas apa yang dipelajarinya, karena siswa sudah menyenangi pelajaran tersebut.

3. Motivasi

Motivasi artinya sebagai dorongan yang timbul dalam diri seseorang,

dimana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorong untuk melakukan

sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi instrinksik.

Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar

disebut ekstrinksik.

Seorang anak yang didorong oleh motivasi instrinksik biasanya dia

ingin mencapai tujuan yang terkadung dalam perbuatan belajarnya, sebaliknya

bila seseorang belajar untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah,

diploma, dan sebagainnya berarti didorong oleh motivasi ekstrinksik, oleh

karena tujuan yang ingin dicapainnya tersebut terletak di luar perbuatan.

4. Apersepsi

Ahli psikologi mendifinisikan apersepsi yaitu bersatunya memori lama

dengan baru pada saat tertentu. Seorang guru yang akan memberikan pelajaran

kepada muridnya terlebih dahulu mengetahui pelajaran yang telah mereka

pelajari sebelumnya, sehingga setiap pengajaran dimulai akan terjadi

keterkaitan antara bahan pelajaran yang lama dengan yang baru. Bahan yang

lama dapat diingat kembali sehingga dapat menimbulkan rangsangan dan

(34)

21

Guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui apakah

siswa telah menguasai bahan yang akan disajikan atau belum, sehingga hal

tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam memulai pelajaran yang baru.

Oleh karena itu pengajaran harus maju secara bertahap agar penguasaan bahan

yang lewat dapat dijadikan sebagai persiapan siswa dalam mengahadapi

pelajaran yang baru.

5. Korelasi dan konsentrasi

Yang dimaksud korelasi ialah konsep belajar yang membuat hubungan

anatara materi yang diajarkan dengan mata pelajaran lain untuk

mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran. Dengan konsep

ini, konsentrasi siswa akan terbentuk dan hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa. Seorang guru hendaknya juga dapat menghubungkan

pelajaran yang diberikan dengan realita sehari-hari atau dapat mengunakan

metode unit agar anak betul-betul mengikuti dengan seksama terhadap

pelajaran yang diberikan.

Adanya pemusatan tertentu dalam keseluruhan materi pelajaran

dianggap penting agar perhatian dan kegiatan siswa dalam mencari jawaban

tentang masalah yang mereka hadapi. Untuk itu guru hendaknya dapat

mengatur kondisi pengajaran sesuai dengan perencanaan sehingga ada

pemusatan atau konsentrasi tertentu dan dapat mendorong perhatia siswa untuk

menyelidiki dan menemukan sesuatu yang kelak digunakan dalam masyarakat.

6. Kooperasi

Yang dimaksud dengan kooperasi adalah belajar atau bekerja bersama

(kelompok). Konsep belajar ini sangat diutamakan dalam proses

belajar-mengajar, seperti : balajar bersama/kelompok, membuat alat secara kelompok,

diskusi dan lain sebagainya. Hal ini dianggap penting untuk menjalin hubungan

sosial antara siswa yang satu dengan lainnya, juga hubungan guru dengan

siswa.

7. Individualisasi

Konsep belajar individualisasi pada hakikatnya bukan lawan dari

(35)

22

siswa baik dalam menerima, memahami, menghayati, menganalisis, dan

kecepatan mereka dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh seorang

guru. Disamping itu para siswa juga berbeda dalam bentuk fisik dan mental

sekalipun terdapat banyak persamaan dalam beberapa hal. Oleh karena itu

setiap proses belajar-mengajar hendaknya guru berusaha menyesuaikan materi

yang disajikan dengan kondisi siswanya. Sebaiknya diadakan pengelompokkan

siswa agar bahan yang disajikan dapat disesuaikan dengan kondisi mereka

masing-masing.

Ada beberapa cara teknik untuk menyesuaikan pelajaran dengan

kesanggupan individual, dengan melakukan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Pengajaran individual, siswa diberi tugas yang disesuaikan dengan

kemampuan masing-masing.

b. Tugas tambahan, siswa yang pandai mendapat tugas yang tambahan selain

tugas yang bersifat umum, dengan demikian kondisi kelas akan tetap

terpelihara dengan baik.

c. Pengajaran proyek, para siswa dapat mengerjakan sesuatu yang

disesuaikan dengan minat dan bakat mereka.

d. Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dapat dibagi menjadi

beberapa kelompok sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing

8. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian seorang guru terhadap proses atau kegiatan

belajar-mengajar. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh

mana tujuan pengajaran yang ditetapkan dapat tercapai, disamping itu juga

hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses belajar-mengajar tersebut.

Penilaian ini tidak hanya dilakukan terbatas pada semester, atau akhir tahun,

tetapi dapat juga dilakukan pada setiap akhir jam pelajaran. Hal ini sangat

berguna bagi guru maupun siswa untuk mengetahui kemampuan hasil

(36)

23

3. Materi-Materi dalam PembelajaranMembaca Al-Qur’an

Materi-materi yang ada dalam pembelajaran membaca Al-Qur‟an itu

ada dalam Tajwid. Tajwid yang ada dalam pelajaran Baca Tulis Al-Qur‟an,

membahas tentang Makhrijul huruf, hukum bacaan nun sukun, hukum bacaan

mim sukun, macam-macam mad, dan waqaf.

A. Makhrijul Huruf

Makhrijul Huruf, terdiri dari dua kata, yaitu: Makharij dan al huruf.

Makharij, jamak dari kata makhraj artinya tempat keluar. Dan kata al huruf

berasal dari harfun artinya huruf. Jadi istilah makharijul huruf ialah

tempat-tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah pada waktu membunyikannya.

Menurut ahli Qiraat, pada garis besarnya makharijul huruf itu terbagi ke

dalam lima bagian, yaitu:

 Jauf ( )

 Halaq ( )

 Lisan ( )

 Syafatain ( )

 Khaisyum ( )

a. Jauf ( )artinya rongga mulut.

Bunyi huruf-huruf hijaiyah yang keluar dari rongga mulut terdiri dari

tiga huruf, yaitu:

(37)

24

Bunyi huruf-huruf hijaiyah yang keluar dari kerongkongan terdiri dari

enam huruf, yaitu (

ھ

)

Keenam huruf tersebut terbagi ke dalam tiga makhraj :

1). Aqshal Halaq artinya pangkal kerongkongan

Huruf yang makhrajnya pada aqshal halaq adalah huruf hamzah

dan ha ( ), baik ia dalam keadaan berbaris Fathah, dhommah,

kasroh, maupun dalam keadaan berbaris sukun.

2). Wasathul Halaq, artinya pertengahan kerongkongan.

Huruf yang makhrajnya pada Wasathul Halaq adalah huruf „ain

dan ha (

ھ

), baik ia dalam keadaan berbaris Fathah, dhommah,

kasroh, maupun dalam keadaan berbaris sukun.

3). Adnal halaq, artinya ujung kerongkongan.

Huruf yang makhrajnya pada Adnal halaq adalah huruf ghain

dan kha ( ), baik ia dalam keadaan berbaris Fathah, dhommah,

kasroh, maupun dalam keadaan berbaris sukun.

c. Lisan ( ) artinya lidah

Bunyi huruf-huruf hijaiyah yang keluar dari lidah, terdiri dari 18 huruf,

yaitu:

Kedelapan belas huruf tersebut terbagi ke dalam 10 makhraj, yaitu:

(38)

25

2). Pada pangkal lidah agak kemuka sedikit dan langit-langit atas,

hurufnya kaf ( )

3). Pada pertengahan lidah dan langit-langit atas, hurufnya jim ( ), syin

( ), dan ya ( )

4). Pada tepi pangkal lidah dengan geraham kiri dan kanan memanjang

kedepan, hurufnya dhad ( )

5). Pada ujung lidah bagian bawah dengan langit-langit atas, hurufnya

lam ( )

6). Pada muka/depan ujung lidah den

Gambar

Tabel 19 Guru memantau kemajuan belajar Baca Tulis Al-Qur’an secara individual ........................................................................................
Tabel 1 Indikator Data
Tabel 2 Keadaan siswa MTs Negeri Parung menurut jenis kelamin
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun dalam pembelajaran baca tulis al- Qur’an sebagian guru-guru mengetes kemampuan siswa yang sudah mampu membaca al-Qur’an dengan baik kemudian dijadikan

Bagaimana metode guru dalam pembelajaran baca tulis Al- Qur’an di. SMA Negeri

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an (BTQ) di MTs N Klaten tahun pelajaran 2016/2017 dideskripsikan sebagai berikut:

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang proses pembinaan baca tulis Al- Qur‟an siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Negeri

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah (1).Untuk mengetahui upaya guru Al-Qur’an Hadits dalam meningkatkan kelancaran Baca Al-Qur’an Siswa di MTs Al

Meskipun pembelajaran baca tulis al-Quran sudah terjadwalkan, akan tetapi prosesnya mengikuti mood peserta didik bagus dan mau mengaji (belajar baca tulis

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas penulis melakukan penelitian dengan tujuan pelaksanaan bimbingan baca tulis al qur‟an( btq ) melalui metode ummi dan metode iqro di

Implementasi Metode Yanbu’a dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al- Qur‟an Santri di RTQ Masjid Al-kautsar Gondanglegi Wetan Kabupaten Malang; Sianto; NIM 201010010322099;