• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara pemberian dukungan sosial dari suami dengan tingkat kecemasan menghadapi kelahiran bayi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara pemberian dukungan sosial dari suami dengan tingkat kecemasan menghadapi kelahiran bayi"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

Menghadapi Kelahiran

Bayi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Psikologi

Disusun oleh

ZAHROTUL HUMAIROH

103070029026

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hiclayatul!ah

Jakarta

(2)

Hubungan Antara Pemberian Dukungan Sosial

dari Suami dengan Tingkat Kecemasa.n

Menghadapi Kelahiran

13ayi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kesarjanaan Psikologi

Pembimbing I

Oleh

ZAHROTUL HUMAIROH

103070029026

Di bawah Bimbingan

p・ョZセi@

Dra. Aqustyawati, M. Phil, Sne Nip. 132 121 898

Neneng Tati Sumiati, M. Si Nip. 150 300 679

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(3)

DUKUNGAN SOSIAL DARI SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN

MENGHADAPI KELAHIRAN BAYI telah diujikan dalam sidang munaqosyah

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 27 Desember 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 {S1) pada

Fakultas Psikologi.

Jakarta, \セW@ Desember 2007 ,,

Sidang Munaqosyah

kap Anggota

Hartati M. Si

15 938

Anggota

Pembimbing I

セキ⦅⦅@

Dra. Agustyawati. M. Phil. Sne

Nip. 132 121 898

Penguji II

Nmumg T:.:t

Ms;

Nip. 150 300 679

Pembimbing II

Noooog

tセ[L@

M.s;

(4)

MOTTO

Di Kehidupan Ini Hal-Hal Yang Sulit dan Tidak Mungkin

Sering Kali Hanya Karena Kita Tidak Mau

Sungguh-Sungguh dalam Melakukan don Memper,juangkannya

(Happy Sugiarto Tjandra)

Hidup Ini Adalah Suatu Petualangan Yang Berani

Atau Bukan Apa-Apa

(Helen Keller)

S/(ripsi ini fi.Jufedi/?.gsi/?.gn untuf( f&dua orang tuak,u tersayang

.Jlyafzanda

J{.

:M.. Zaini dan I6unda 'Iati Jfartati, lig,f<g/(dan nenek,fi.Jt,

saudara-saudaral(u; :NUtjanafz, :Nurfzasa11, .JI6du{ Jfaris, .Jlyanifz,

.Jlfimad :M.ufzsin, St.

jサ・ュ。キ。エセ@

:M.arfiamafz, .Jlgus Susifo, Si 6ungsu

(5)

(E) xvii + 94 halaman (F) Latar Belakang

Kehadiran seorang anak sangat diharapkan oleh pasangan yang sudah menikah. Tetapi selama mengandungnya, sang ibu sering kali

merasakan kecemasan, khususnya ketika menjelang kelahiran bayinya. hal-hal yang dicemaskannya salah satunya adalah takut bayinya lahir cacat, meninggal atau takut tidak dapat membiayai kehidupan bayinya kelak. Kecemasan yang dialami ibu hamil ini sangat berbahaya bagi ibu hamil maupun janinnya. Oleh karenanya ibu hamil membutuhkan

dukungan sosial dari orang sekitarnya, khususnya suami yang merupakan orang terdekatnya. Tetapi benarkah ada hubungan antara pemberian dukungan sosial dari suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi kelahiran bayinya?

Dukungan sosial didefinisikan sebagai kenyamanan, perhatian,

penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain {individu atau kelompok). Dukungan tersebut bisa berasal dari suami, keluarga, kerabat atau teman. Dukungan sosial yang dimaksud disini meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan integritas sosial. Sedangkan kecemasan adalah suatu emosi yang tidak menyenangkan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang sebagai respon dari situasi tertentu yang mengancam

mengenai masa-masa mendatang yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda. Kecemasan menghadapi kelahiran bayi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kecemasan yan!J rill; yaitu takut bayi lahir cacat, meninggal, takut bayi bernasib buruk dan takut tidak dapat membiayai kehidupan bayinya kelak. Kecemasan yang dialami ibu hamil dapat dilihat dari gejala-gejala kecemasan yang dialaminya yang meliputi kecemasan mengenai masa depan, ketegangan motorik dan overaktivitas otonomik. Sedangkan ibu hamil yang dimaksud adalah ibu harnil yang usia kehamilannya berada pada trimester ketiga.

(6)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode pene!itian korelasiona!. Subjek pene!itian ini adalah 30 orang responden yang diambil dengan teknik accidental sampling. Instrument pengumpulan data adalah skala model Likert. Bentuk pengolahan dan penghitungan data statistik menggunakan program SPSS versi 12. Untuk menguji validitas digunakan korelasi product moment dari Pearson dan untuk menguji reliabilitas digunakan Alpha Croncbah. Untuk menguji hipotesis penelitian peneliti menggunakan Spearman Rho. Re!iabilitas untuk ska!a dukungan sosial adalah 0.901 sedangkan reliabilitas untuk skala

kecemasan menghadapi kelahiran bayi adalah 0.918.

Berdasarkan analisis korelasi Spearman Rho terhadap hipotesis yang diajukan, diperoleh hasil

p

hitung (-0.235) lebih kecil dari pada Ptabel pada

taraf signifikansi 5% maupun 1% (0.364 & 0.478) yang berarti tinggi atau rendahnya kecemasan yang dialami ibu hamil tidak ada hubungannya dengan tinggi atau rendahnya dukungan yang diberikan oleh suaminya. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengambil sample dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih luas lagi sehingga penelitian ini lebih representatif.

(7)

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada P,llah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta kasih sayangnya yang tak

terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam, nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zarnan kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan agama Allah dan iimu-ilmu pengetahuan.

Skripsi ini disusun sebagai sa!ah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan S1 Fakultas Psiko!ogi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari apa yang diuraikan dalam hasil penelitian ini tidak lah sempurna. Pasti didalamnya tak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Dalam penulisan skripsi ini banyak pelajaran yang dapat penulis peroleh, baik itu ketika mengalami kesulitan, kebingungan, dan menghadapi tantangan. Namun hal tersebut dapat penulis hadapi dengan penuh kesabaran dan tetap optimis berkat adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penu!is menyampaikan rasa hormat dan menguncapkan terima kasih yang amat mendalam kepada:

1. Jbu Ora. Hj. Netty Hartati, M. Si, selaku dekan fakultas psikologi yang telah memberikan bimbingan dan arahan agar penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini.

(8)

3. lbu Ora. Agustyawati, M. Phil. Sne, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, mencurahkan pikiran serta memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

4. lbu Neneng Tati Sumiati, M.Si, selaku dosen pembimbing 11, yang telah membimbing penulis dengan penuh perhatian, meluangkan waktu dan mencurahkan pikiran untuk membantu penufis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Hamdan Yasun, M. Si, selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen pengajar yang telah rnembirnbing penulis selama menjadi mahasiswi di fakultas psikologi.

6. Kedua orang tuaku tersayang yang selalu memberlkan dukungan, curahan kasih sayang, perhatian dan nasehat dengan penuh

keikhlasan. Semoga Allah sefalu memberikan rahmat dan kesehatan serta membafas segala kebaikan mereka berdua, amin.

7. Kakak-kakakku tersayang ; Nurjanah, Nurhasan, Abdul Haris, Ayanih, Ahmad Muhsin, St. Hernawati, Marhamah, Agus Susilo, Terima kasih atas segala motivasi, dukungan dan ide-ide yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

8. Adikku tercinta Si bungsu Hamdan, dan keponakan-keponakanku tersayang; Abaca, Bilal, Hasib, Ozaki, Fudoil, Umar, lbnu, Aisha, Chiqoh dan lbtisam. Terima kasih, bermain dengan kalian dapat mengurangi stress penulis selama menyelesaikan karya tulis ini.

(9)

11. Seluruh teman-teman psikologi angkatan 2003, khususnya sahabat-sahabatku; Anis, Evi, Ais, Eti, Rini, Aini, Santi, Nurul, Rida, Maya, Cindai, lkcha, Vita, Dian dan sahabatku Ela, Terima kasih banyak atas segala dukungan dan persahabatan yang telah kalian berikan,

semoga persahabatan kita abadi selamanya.

12. Bd. Marfuah, Bd Huzaimah, Bd Tuti, dan mba Ela yang telah membantu penulis dalam melaksanakan try out.

13. Bpk. Salman M. Noer, S.Psi (Direktur Sal&Zhem Connection), dan rekan-rekan kerjaku khususnya St. Rahmah dan St. Humairoh yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

14. Sudin Kesehatan, khususnya Bpk. Ceppy yang telah membantu penulis dalam mendapatkan izin penelitian, Kepala Sadan Kesatuan Bangsa U/P walikotamadya Jakarta Baral, dr. Ridwan (kepala Puskesmas kecamatan Kalideres), dr. Janawati Abbas, Bd. Eva, Bpk. Heru dan segenap staf Puskesmas kecamatan Kalideres yang telah membantu penulis dalam melaksanakan ー・イョセャゥエゥ。ョN@

15. Terima kasih kepada pihak-pihak lain yang tidal< dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang umumnya dan bagi dunia psikologi khususnya.

Jakarta, Desember 2007

(10)

DAFTAR ISi

Halaman Judul. ... i

Lem bar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Motto ... .iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar. ... vii

Daftar lsi. ... x

Daftar T abel. ... xiv

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

Bab 1 1. 1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. Bab 2 2.1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ... 1

ldentifikasi Masalah ... 8

Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9 セ@ Tujuan Penelitian ... 10

Manfaat Penelitian ... 10

Sistematika Penulisan ... 11

KAJIAN TEORI Pemberian Dukungan Sosial dari Suami. ... 13

2. 1.1. Pengertian Dukungan Sosial ... 13

2.1.2. Komponen Dukungan Sosial.. ... 15

(11)

2.2.1. Pengertian Kecemasan ... 24

2.2.2. Jenis-Jenis Kecemasan ... 26

2.2.3. Sumber Kecemasan ... 27

2.2.4. Proses Terjadinya Kecemasan ... 28

2.2.5. Keluhan, Gejala Umum Kecemasan ... 31

2.3. Kelahiran Bayi. ... 33

2.4. 2.5. Bab 3 3.1. 2.3.1. Pengertian Kelahiran Bayi ... 33

2.3.2. Tahap-Tahap Melahirkan ... 33

2.3.3. Bahaya Perkembangan Pra Kelahiran ... 36

2.3.4. Komplikasi Melahirkan ... 37

2.3.5. Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi ... 39

2.3.6. lbu Hamil. ... .42

Kerangka Berfikir. ... 45

Pengajuan Hipotesis ... .48

METODELOGI PENELITIAN Jenis Penelitian ... 50

3.1.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 50

3.1.2. Variabel Penelitian, Definisi Variabel dan Definisi Operasional. ... 50

3.2. Pengambilan Sampel. ... 53

3.2.1. Subjek Penelitian ... 53

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel. ... 53

3.3. Pengumpulan Data ... 54

(12)

3.4.

3.5.

Bab 4

4.1.

3.3.2. lnstrumen Penelitian ... 54

3.3.3. Teknik Uji lnstrumen ... 57

Teknik Analisa Data ... 59

Prosedur Penelitian ... 60

[image:12.595.42.447.72.678.2]

PRESENTASI DAN ANALISIS DATA Gambaran Urn um Responden Penelitian ... 62

4.1.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Responden ... 62

4.1.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Kehamilan ... 63

4.1.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jumlah Kehamilan Yang Pernah Dialami. ... 64

4.1.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden ... 64

4.1.5. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden ... 65

4.2. Uji lnstrumen Penelitian ... 66

4.2.1. Hasil Uji Validitas Skala Dukungan Sosial.. ... 66

4.2.2. Hasil Uji Validitas Skala Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi. ... 70

4.2.3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial dan Skala Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi.. ... 72

4.3. Uji Persyaratan ... 74

4.3.1. Uji Normalitas ... 74

4.4. Deskripsi Hasil Penelitian ... 77

(13)

Bab 5

5.1. 5.2. 5.3.

4.4.4. Hasil Utama Penelitian ... 81

4.4.5. Hasil Penelitian Tambahan ... 81

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Kesimpulan ... 85

Diskusi ... 85

Saran ... 95

5.3.1. Saran Teoritis ... 95

5.3.2. Saran Praktis ... 96

DAFT AR PUST AKA

(14)

DAFT ART ABEL

3.1. Tabel Blue Print Skala Dukungan Sosial ... 54

3.2. Tabel Blue Print Skala Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi ... 56

3.3. Tabel Skoring lnstrumen ... 57

4.1. Tabel Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Responden ... 63

4.2. Tabel Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Kehamilan ... 63

4.3. Tabel Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jumlah Kehamilan Yang Pernah Dialami ... 64

4.4. Tabel Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan Respond en ... 65

4.5. Tabel Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden ... 65

4.6. Tabel Blue Print Dukungan Sosial Hasil Try Out.. ... 66

4.7. Tabel Blue Print Skala Dukungan Sosial Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 68

4.8. Tabel Blue Print Kecemasan Hasil Try Out. ... 70

4.9. Tabel Blue Print Skala Kecemasan Yang Dlgunakan Dalam Penelitian ... 71

4.10. Tabel Norma Reliabilitas ... 73

4.11. Tabel Hasil Uji Normalitas Skala Dukungan Sosial ... 75

4.12. Tabel Hasil Uji Normalitas Skala Kecemasan ... 76

4.13. Kategorisasi Skar Skala Dukungan Sosial. ... 78

4.14. Kategorisasi Skar Skala Kecemasan ... 79

(15)
(16)

DAFT AR LAMPI RAN

Lampiran 1 Reliabilitas Skala Dukungan Sosial

Lampiran 2 Reliabilitas Skala Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi Lampiran 3 Validitas Skala Dukungan Sosial

Lampiran 4 Validitas Skala Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi Lampiran 5 Data Try Out

Lampiran 6 Data Hasil Penelitian

Lampiran 7 Hasil Uji Korelasi Spearman Rho

Lampiran 8 Skala Dukungan sosial dan Skala kecemasan try out

Lampiran 9 Skala Dukungan Sosial dan Skala Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi yang digunakan dalam penelitian

Lampi ran 1 O Hasil Uji Normalitas Skala Dukungan Sosial

Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas Skala Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi

(17)

1.1.

LAT

AR BELAKANG MASALAH

Menikah adalah sesuatu yang sangat didambakan setiap pasangan pria dan wanita yang telah siap menjalin hubungan yang lebih ウゥセイゥオウN@ Pemikahan juga merupakan salah satu tugas perkembangan bagi seseorang yang telah

dewasa. Setelah menikah biasanya sepasang suami istri sangat mendambakan anak sebagai penerus garis keturunan mereka dan perekat cinta kasih keduanya. Biasanya hadirnya seorang anak bukan hanya didambakan oleh kedua orang tuanya, tetapi juga sangat didambakan kakek dan neneknya.

(18)

Ketika seorang istri hamil, maka dalam dirinya akan dihinggapi berbagai macam perasaan, mulai dari perasaan bahagia, benci, senang, sedih, gembira, gelisah, putus asa ataupun rasa cemas. Rasa-rasa tersebut akan semakin intensif menjelang kelahiran bayi. Hal itu sesuai dengan pendapat Kartini Kartono ( 1992) yang menyatakan bahwa pada setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia apabila dirinya hamil, pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu: Rasa kuat dan berani menanggung segala cobaan, dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan benci, keraguan dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang bahagia, harapan penuh kegembiraan, dan kecemasan, yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya.

2

Menurut Dagun (2002) salah satu ha! yang dirasakan ibu hamil semasa kehamilannya adalah rasa cemas. Rasa cemas yang dialami ibu hamil terjadi mulai tiga bulan pertama masa kehamilan dan kembali lagi terjadi tiga bulan menjelang melahirkan. Menurut Kartini Kartono (1992) banyak hal yang menyebabkan seorang ibu mengalami kecemasan menghadapi kelahiran bayinya. Kegelisahan dan kecemasan yang dialami oleh ibu hamil

disebabkan karena beberapa hal yaitu: takut mati, trauma kelahiran,

perasaan bersalah atau berdosa dan ketakutan rill. Yang dimaksud dengan ketakutan rill antara lain adalah takut kalau bayi lahir cacat, takut bayi

(19)

hidup semakin berat karena kelahiran anggota keluarga baru, munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinya dan takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya yang diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah.

Kecemasan-kecemasan tersebut mungkin dapat bertambah ketika ibu hamil mendengar atau melihat di televisi ataupun di media cetak tentang berita yang berkaitan dengan bayi yang lahir tidak sempurna. Seperti adanya berita tentang anak yang lahir dengan tiga kaki, bibir sumbing, lahir tanpa tangan dan kaki, lahir kembar tetapi bagian tubuhnya menyatu, atau bayi yang lahir tan pa tengkorak kepala dan lain sebagainya. 13erita-berita tersebut dapat menjadikan seorang ibu merasa cemas dan takut kalau bayinya mengalami nasib yang sama.

(20)

4

Sebenarnya cemas merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap ibu hamil, asalkan rasa cemas itu tidak berlebihan. Sedikit rasa cemas dapat

membantu ibu hamil untuk waspada dan selalu menjaga kesehatan dirinya serta janin yang ada dalam kandungannya, tetapi sebaliknya bila kecemasan yang tinggi dan berlebihan dapat merugikan ibu beserta bayi dalam

kandungan. Kecemasan yang berlebihan dapat mempengaruhi kontraksi uterin yang menyebabkan proses kelahiran lebih lama dan kemungkinan untuk terjadi komplikasi lebih besar. Kecemasan juga menyebabkan banyak makan dan pertambahan berat badan yang berlebihan dalam kehamilan dan selanjutnya akan menyulitkan persalinan. Karena itulah saat ini sebagian ibu hamil banyak yang melahirkan tidak normal. Sebagian melahirkan dengan bantuan alat seperti

vacuum a tau cesar

misalnya. Kelahiran yang tidak normal tentu saja sangat menyulitkan dan merugikan ibu maupun bayinya. Bila di

vacuum,

kepala bayi tidak berbentuk normal. Kelahiran dengan

vacuum

dapat membuat kepala bayi sedikit lebih lonjong sedangkan kelahiran dengan

cesar

akan mengakibatkan si ibu lebih merasakan sakit yang lebih lama.

Kecemasan yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil mengalami

(21)

dengan dunia mereka dan lebih mudah marah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ottinger & Simmons (1964), yang mengatakan satu investigasi memperlihatkan hubungan antara kecemasan ibu selama kehamilan dan kondisi bayi yang baru lahir ( Santrock, 1995). Hasil dari investigasi tersebut menyatakan bayi ibu yang lebih cemas menangis lebih banyak sebelum diberi makan dari pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kurang cemas.

Karenanya, kecemasan dan kegelisahan yang tinggi yang dialami ibu hamil selain dapat mempersulit proses melahirkan, membahayakan kesehatan dan perkembangan janin, juga dapat mempengaruhi kondisi bayi setelah

dilahirkan.

Kontraksi palsu yang terjadi karena kecemasan pernah dialami oleh seorang ibu berinisial S yang tinggal di daerah Kalideres Jakarta Barat Pada saat usia kehamilannya 8 bulan 15 hari. la merasakan kontraksi yang amat kuat. Ketika diperiksa bidan, sudah pembukaan dua. Sehingga suaminya yang panik langsung memutuskan membawa istrinya ke Rumah Sakit Umum Tangerang. Ternyata setelah diperiksa di rumah sakit, beium terjadi

(22)

6

Ternyata kontraksi palsu ini tidak hanya sekali dialami oleh ibu S. empat hari kemudian ibu S mengalami hal yang sama setelah semalaman berada di rumah sakit. Mungkin yang dialami ibu S ini dikarenakan kecemasan dalam mengahadapi kelahiran bayinya, karena ketika penulis bertanya apakah ibu S merasa cemas, ia menjawab kalau dirinya memang cemas, karena sebelumnya adik ibu S pernah kehilangan bayinya. Bayi adik ibu S meninggal di dalam kandungan karena meminum air ketuban. Karena itulah ibu S merasa cemas dan ingin segera melahirkan bayinya. la khawatir bayinya akan mengalami nasib yang sama dengan bayi adiknya, yaitu

meninggal di dalam kandungan. Ketika penulis menanyakan tentang suaminya, ibu S mengatakan kalau suaminya sangat sibuk dengan

pekerjaannya. Hal itu membuatnya jarang ada di rumah sehingga ia jarang menemaninya di rumah, jarang ikut serta meringankan pekerjaan rumah dan lain sebagainya.

Dari kasus yang dialami oleh ibu S ini, apakah kecemasan yang tinggi tersebut terjadi dikarenakan tidak ada dukungan dari lin9kungan sekitar khususnya suami, misalnya karena terlalu sibuk bekerja atau tidak

menginginkan anak yang sedang dikandung, suami menjadi kurang

(23)

Apakah bila ada dukungan yang positif dari keluarga khususnya suami yang selalu mengerti kondisi sang istri, memberinya kasih sayang, ikut membantu meringankan pekerjaan istri, membantu memecahkan perhatian istri dari kekhawatiran dan kecemasan dengan meningkatkan suasana hati yang positif, maka kecemasan dari istri yang sedang hamil bisa diminimalisir? Sehingga kecemasan yang dialaminya menjadi rendah?

Penelitian sebelumnya pernah membahas tentang dukungan suami dan penyesuaian diri ibu hamil terhadap kehamilannya. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 26 pasangan suami istri yang tengah menghadapi kehamilan di California. Menurut Johanna Gladieux (dalam Dagun, 2002) kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dukungan suami terhadap istri menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri sehingga istri akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan situasi kehamilan. Suami adalah orang pertama dan utarna dalam

memberikan dorongan kepada istri sebelum pihak lain ikut memberikan dorongan.

(24)

8

Dari fenomena yang ada diatas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang "Hubungan Antara Pemberian Dukungan Sosial Dari Suami Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi Pada !bu Hamil".

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan dukungan sosial?

2. Dukungan sosial seperti apa yang dibutuhkan ibu hamil? 3. Siapa saja yang memiliki potensi untuk memberikan dukungan

sosial?

4. Apakah tingkat kecemasan ibu hamil dipengaruhi oleh besar kecilnya dukungan yang didapatkan dari suami?

5. Apakah ada hubungan antara pemberian dukungan sosial dari suami dengan kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada ibu hamil?

1.3. PEMBAT ASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

(25)

Adapun pemberian dukungan sosial dari suami yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah dukungan atau bantuan yan9 diberikan oleh suami, yang meliputi dukungan instrumental (seperti menyiapkan materi sesuai dengan kebutuhan, membantu menyelesaikan pekerjaan dan menyiapkan kebutuhan sendiri), dukungan emosional (seperti memberi semangat, perhatian, mengekspresikan kasih sayang clan mendengarkan keluh kesah), dukungan penghargaan ( seperti memberi keyakinan positif atas ide atau perasaan istri), dukungan informasi (seperti memberi informasi perkembangan proses melahirkan dari media, memberi nasehat, dan

bimbingan) dan integritas sosial (seperti mengajak rekreasi, tetap mengizinkan istri melasanakan aktivitas seperti biasa dan meningkatkan suasana hati yang positif).

(26)

IO

Sedangkan lbu hamil pada penelitian ini dibatasi pada ibu hamil trimester ketiga. Karena pada trimester inilah biasanya ibu hamil merasa lebih cemas karena waktu melahirkan semakin dekat

Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah :

"Apakah ada hubungan antara dukungan sosial yang diberikan suami dengan kecemasan dalam menghadapi kelahiran bayi pada ibu hamil?"

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis dalam penelitian kali ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian dukungan sosial dari suami dengan kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada ibu hamil. 2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan solusi terhadap

persoalan kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada ibu hamil.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

(27)

Sedangkan secara praktis, manfaat dari penelitian ini adalah:

• Diharapkan dapat memberi informasi kepada ibu hamil dan keluarganya tentang hubungan antara dukungan sosial yang diberikan oleh suami dengan tingkat kecemasan menghadapi kelahiran bayi pada ibu hamil.

• Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengurangi kecemasan pada ibu hamil menjelang kelahiran bayinya.

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk lebih memudahkan pembahasan dan penulisan, maka penulis menyusunnya dalam beberapa bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Mencakup latar belakang masalah atau alasan pemilihan pokok masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 Kajian Teori

(28)

Bab 3 Metodelogi Penelitian

Mencakup jenis dan pendekatan penelitian, variabel penelitian, pengambilan sampel, pengumpulan data dan prosedur penelitian. Bab 4 Presentasi dan Analisa Data

12

Membahas tentang analisis hasil penelitian yang meliputi gambaran umum responden, hasil uji instrument penelitian, hasil uji

persyaratan dan deskripsi hasil penelitian. Bab 5 Penutup

(29)

2.1. PEMBERIAN DUKUNGAN SOSIAL DARI SUAMI

2.1.1. Pengertian Dukungan Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang keberadaannya selalu

mernbutuhkan keberadaan orang lain. Manusia selalu mernbutuhkan orang lain dimanapun ia berada untuk saling tolong menolong, dukung mendukung dan bekerja sama.

Sarafino (1997) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, • perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain

(individu atau kelompok). Dukungan sosial merupakan faktor sosial yang berasal dari luar individu dan berguna untuk meningkatkan kemarnpuan individu dalam menghadapi konflik. Didalamnya terdapat jalinan antara orang-orang yang saling mernperhatikan, mencintai dan saling rnendukung.

Sedangkan Gotlieb (1983) rnendefinisikan dukungan sosial sebagai bentuk tingkah laku. Menurutnya dukungan sosial yaitu pemberian informasi verbal atau non verbal, nasehat, tindakan atau materi yang bersumber dari

(30)

Adapun yang terpenting dari definisi ini ialah dikemukakannya bahwa

dukungan sosial bertujuan untuk kesejahteraan penerima.

Pendapat yang hampir senada diungkapkan oleh House dan Khan.

14

Menurut pendapatnya dukungan sosial adalah hasil transaksi antar individu yang dapat berwujud perhatian emosional (perasaan suka, cinta dan empati), bantuan instrumental (barang atau jasa), informasi dan penilaian

(Juli Aperwati, 2003).

Hobfoll mendevinisikan dukungan sosial sebagai interaksi sosial atau

hubungan sosial yang memberikan bantuan yang nyata atau perasaan kasih sayang kepada individu atau kelompok yang dirasakan sEibagai bentuk perhatian atau cinta bagi individu atau kelompok yang menerimanya (Rahma Hasibuan, 1999).

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah bantuan yang diterima

(31)

nyaman, diperhatikan, dihargai dan diperdulikan yang kesemuanya itu bertujuan untuk kebaikan individu yang menerimanya.

2.1.2. Komponen Dukungan Sosial

Berdasarkan pendapat para ahli, Sarafino (1997) menyimpulkan bahwa dukungan sosial terdiri dari Hrna komponen, yaitu:

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional ini adalah dukungan yang melibatkan perasaan, misalnya seperti empati dan memberikan perhatian kepada individu tersebut. Dukungan emosional ini dalam kehidupan nyata biasanya seperti mengekspresikan kasih sayang dengan memeluk dan

menggandeng tangan, memberikan perhatian yang lebih,

mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat. Dukungan ini bertujuan agar individu merasa nyaman, diperhatikan dan dicintai. 2. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan ini meliputi ekspresi pernyataan persetujuan atau penilaian yang positif atas ide-ide atau gagasan dan perasaan individu tersebut.

3. Dukungan Instrumental

(32)

4. Dukungan lnformasi

Dukungan informasi adalah dukungan yang biasanya melibatkan pemberian informasi yang berbentuk saran, pengarahan ataupun umpan balik untuk memecahkan suatu permasalahan.

5. lntegritas Sosial

16

lntegritas sosial (social integrity) atau disebut juga .iaringan sosial

(network support) dapat diartikan sebagai perasaan individu sebagai bagian dari suatu kelompok yang memiliki minat dan pemikiran yang sama. Hubungan seperti ini lebih menggambarkan bentuk

persahabatan yang terjadi secara kebetulan, dimana memungkinkan individu menghabiskan waktu dengan orang lain dalam aktivitas sosial dan aktivitas hiburan yang bervariasi.

Orford, (1992) juga berpendapat yang hampir sama dengan Sarafino. Berdasarkan pendapat para ahli seperti Wills, Leavy, Cohen dan lain sebagainya, Orford mengambil kesimpulan bahwa dukungan sosial juga terdiri dari lima komponen, yaitu:

1. Dukungan Instrumental.

Dukungan instrumental dapat pula diartikan sebagai bantuan nyata

(tangible aid) dan dukungan materi (material support). Wills

(33)

rumah tangga, membantu pekerjaan-pekerjaan praktis, menyediakan barang-barang yang dibutuhkan, menolong di saat seseorang sakit secara fisik atau lainnya.

2. Dukungan Emosional

Dukungan ini dapat diartikan sebagai suatu pertahanan emosional dan pengekspresian kasih sayang. Tolsdorf mengartikan dukungan

emosional sebagai suatu dukungan dalam bentuk memberikan motivasi, kehangatan personal dan cinta. Sedangkan Leavy mengartikannya sebagai dukungan yang melibatkan perhatian, kepercayaan dan empati.

3. Dukungan Penghargaan

Menurut Cohen dan Wills dukungan penghargaan adalah suatu informasi bahwa seseorang itu dihargai dan diterima. Sedangkan Wortman dan Conway menyimpulkan dukungan penghargaan sebagai suatu persetujuan atau pengakuan terhadap suatu kelayakan dari kepercayaan, interpretasi atau perasaan orang lain.

4. Dukungan lnformasi

Wills mengartikan dukungan informasi sebagai dukungan yang memberikan informasi, nasehat dan petunjuk.

5. Persahabatan Sosial

(34)

kegiatan-kegiatan yang berbau rekreasi, menolong mengalihkan perhatian seseorang dari kekhawatiran tentang permasalahan atau meningkatkan suasana hati dengan kasih sayang yang positif.

Berbeda dengan Sarafino dan Orford, Hause dan Kahn hanya membagi dukungan sosial menjadi empat, yaitu:

1. Dukungan emosional

18

Dukungan emosional ini adalah dukungan yang paling besar peranannya yang didapat istri dari suaminya ataupun sebaliknya. Contoh dari dukungan emosional adalah mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan simpati, meyakinkan pasangan, berbagi pengalaman, dan menghindari adanya kritik.

2. Dukungan informasi

Dukungan ini bisa berupa pemberian nasehat, arahan ataupun pertimbangan.

3. Dukungan instrumental

Dukungan ini bisa berupa keterlibatan suami dalam memberikan bantuan seperti membantu istri menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga dan lain sebagainya.

4. Dukungan penilaian

(35)

mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi (Juli Aperwati, 2003).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial terdiri dari lima bentuk, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan integritas sosial atau persahabatan sosial.

Adapun teori dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dukungan sosial dari Sarafino (1997) yang menyatakan bahwa

dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain (individu atau kelompok) yang meliputi dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informasi dan integritas sosial.

2.1.3. Sumber Dukungan Sosial

Gottlieb (1983) mengemukakan adanya sumber dukungan sosial dapat berasal dari hubungan dengan professional dan non profEisional. Sumber

(36)

Hubungan non professional atau disebut jug a dengan significant others

dalam kehidupan seseorang dikatakan oleh Gottlieb (198:3) sebagai

hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seseorang dan menjadi sumber dukungan sosial yang potensial. Hal ini dimungkinkan karena hubungan dengan non professional :

• Mudah diperoleh

20

• Memiliki kesesuaian norma dengan penerima dukungan, seperti apa dan bagaimana seharusnya dukungan sosial yang diberikan.

• Berakar pada hubungan yang setara antara pemberi dan penerima dukungan.

• Variabilitas dukungan yang diberikan sangat luas dari sekedar menjadi pendengar sampai pemberi dukungan materi.

• Bebas biaya dan label psikologis yang sering ditimbulkan bila

berhubungan dengan professional, misalnya dicap sebagai orang yang tidak sehat mentalnya.

Menurut Wills, orang-orang yang termasuk dalam kategori significant other

(37)

Lebih Juas Jagi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah tempat seseorang pertama kali bersosialisasi. Dalam keadaan cemas, keluargalah khususnya pasangan yang dapat memberikan dukungan secara emosional, seperti memberikan pengertian terhadap masalah yang sedang clihadapi atau dengan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh orang !13rsebut.

2.1.4. Pengaruh Dukungan Sosial

Cobb beranggapan bahwa dukungan sosial merupakan moderator stress

kehidupan. Dukungan sosial dapat melindungi individu ketika menghadapi distress fisik clan psikologis. lndividu yang memiliki dukungan sosial yang tinggi dapat lebih optimis dalam menghadapi situasi apapun baik saat ini ataupun pada masa yang akan datang, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologis, serta memiliki self esteem yang tin!Jgi clan kecemasan yang lebih rendah dibanding dengan individu yang dukun9an sosialnya rendah ( Rahma Hasibuan, 1999).

Sedangkan Sarafino (1997) beranggapan bahwa dukungan sosial berguna untuk meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi konflik.

(38)

Sedangkan Sarason dalam penelitiannya menemukan bahwa orang-orang yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi mengalami hal-hal yang bersifat positif dalam kehidupannya, mempunyai harga diri yang tinggi dan juga sikap optimis akan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dibandingkan dengan orang-orang yang rendah dukungan sosialnya (Juli Aperwati, 2003).

22

Jadi dapat disimpulkan bahwa ternyata dukungan sosial clapat membuat individu mempunyai harga diri yang tinggi dan sikap optimis akan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dukungan sosial juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membantu individu untuk meningkatkan kemampuan dalam menghadapi konflik, mengurangi ォ・」・セュ。ウ。ョL@ dan juga dapat melindungi individu ketika menghadapi distress fisik dan psikologis.

2.1.5 Dukungan Sosial dari Suami

(39)

Sebenarnya dukungan suami dalam hal apapun khususn)la saat hamil adalah hak istri atas kewajibannya sebagai pengemban fungsi reproduksi. Hal itu sebagaimana diungkapkan oleh Amir Achsin dkk (200:3) bahwa hak istri yang harus dipenuhi suaminya antara lain adalah hak memperoleh keselamatan dan kesehatan, hak memperoleh kesejahteraan berupa pakaian, makanan dan tempat tinggal yang memadai, hak memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi secukupnya, dan hak ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut keselamatan dan

kesehatan dirinya.

Menurut Amir Achsin dkk (2003) kebutuhan istri tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat fisik, seperti: makanan, pakaian dan lain sebagainya, melainkan kebutuhan psikologis juga harus tetap dipenuhi. Suasana batin yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan perlu diciptakan. Ucapan, sikap dan perilaku yang kasar dan menyakitkan bagi istri sedapat mungkin

dihindari.

Johanna Gladieux menyatakan bahwa ada penelitian terhadap 26 pasangan suami istri yang tengah menghadapi kehamilan di California. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan dukungan suami terhadap istri

(40)

Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberikan dorongan kepada istri sebelum pihak lain ikut memberikan dorongan (Dagun, 1999).

2.2.

KECEMASAN

2.2.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan (anxiety) adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut ; rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat yang ringan; kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-luap; satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran yang dipelajari (Chaplin, 1999).

24

Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah; seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda (Atkinson,'1999).

(41)

Linda L. Davidoff (1988) mendevinisikan kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga

ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya sistem saraf simpatetik.

Daradjat (1990) mendefinisikan bahwa kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). kecemasan itu sendiri timbul dari konflik di dalam diri individu terhadap sesuatu yang tidak jelas objeknya.

Sedangkan Hurlock (1990) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan rasa sakit yan!;J mengancam, yang ditandai dengan perasaan kekhawatiran, ketidak-enakan dan perasaan tidak menyenangkan yang tidak mampu untuk dihindari oleh seseorang.

(42)

2.2.2. Jenis-Jenis Kecemasan

Menurut Freud (dalam Musthofa Fahrni, 1977) ada tiga jenis kecemasan, yaitu:

1. Kecemasan nyata (reality anxiety).

26

Kecemasan nyata adalah reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya luar, atau adanya kemungkinan bahaya yang disangkanya akan terjadi. Karn Horney menggunakan kata takut dalam pengertian tersebut yang berarti ada persamaan besar antara yang dimaksud Freud dengan cemas objektif dan takut yang dimaksud Horney. Menurut Mustofa Fahrni (1977), cemas seperti itu lebih dekat dengan takut, karena sumbernya jelas diketahui dalam pikiran penderita. Sumber kecemasan dalam hal ini berhubungan dengan alam luar, baik itu berupa objek ataupun situasi.

2. Kecemasan penyakit (neurotic anxiety).

Cemas penyakit menurut Freud tampak dalam tiga bentuk pokok,

yaitu:

a. Cemas umum

Cemas ini adalah yang paling sederhana, karena ia tidak

(43)

b. Cemas penyakit

Cemas ini mencakup pengenalan terhadap objek atas situasi tertentu, sebagai penyebab dari cemas, misalnya ada orang yang takut melihat darah atau serangga. Sudah pasti ketakutan orang yang seperti itu tidak seimbang dengan bahaya yang mungkin akan ditimbulkan oleh benda atau keadaan yang berhubungan dengan cemas tersebut. Bahkan objek yang berhubungan dengan orang pun banyak yang tidak akan membawa bahaya apapun.

c. Cemas dalam bentuk ancaman

Macam ketiga dari cemas penyakit adalah dalam cemas yang menyertai gejala gangguan kejiwaan seperti hysteria misalnya. Orang yang menderita gejala tersebut kadang-kadang merasa cemas karena takut akan terjadi hal itu. Ketakutan akan kejadian itu merupakan ancaman.

3. Kecemasan moral (moral anxiety) dan rasa dosa

Kecemasan moral timbul akibat tekanan dari dorongan zat yang tinggi, yaitu rasa dosa.

2.2.3. Sumber Kecemasan

(44)

adanya pertentangan antara id yang mempunyai sumber kesenangan

(pleasure principle) dan ego yang mempunyai prinsip kenyataan (reality principle) (Usman Effendi, 1993).

28

Sedangkan menurut Henderson dan Gillespie banyak situasi menekan yang menghambat dan menyebabkan terjadinya konflik jiwa, diantara situasi yang menekan itu adalah: keadaan ekonomi, gaga! dalam kehidupan berkeluarga, gaga I dalam pekerjaan, cara pendidikan yang salah, cacat jasmani. .. dan seterusnya. Semua situasi yang menekan dan menghambat itu

mengakibatkan serangkaian reaksi yang mencemaskan. Apabila situasi tersebut terjadi berulang-ulang maka perasaan akan bertumpuk, kemudian pengaruhnya tampak dalam kelakuan individu (Musthofa Fahrni, 1977).

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan timbul karena adanya pertentangan antara id dan ego. Kecemasan dapat bersumber dari konflik tentang keadaan ekonomi, gaga! dalam kehidupan berkeluarga, gaga! dalam pekerjaan, cara pendidikan yang salah, cacat jasmani dan lain sebagainya.

2.2.4. Proses Terjadinya Kecemasan

(45)

membahayakan. Spielberger (dalam Effendi, 1993) menyi>butkan ada 5 proses terjadinya kecemasan pada individu, yaitu:

I. Evaluated Situation

Yakni adanya situasi yang mengancam secara kognitif sehingga ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan. Misalnya, ibu hamil merasa bahwa saat ini banyak sekali bayi yang dilahirkan dalam keadaan cacat atau meninggal sebelum dilahirkan.

2. Perception of situation:

Situasi yang mengancam diberi penilaian oleh individu dan biasanya penilaian ini dipengaruhi oleh sikap, kemampuan dan pengalaman individu. Misalnya, ibu hamil menilai bahwa hal tersebut (bayi lahir cacat atau meninggal) mungkin saja dapat terjadi pada dirinya dan janin yang sedang dikandungnya karena ia atau kerabatnya pernah mengalami hal serupa.

3. Anxiety State of Reaction

(46)

dikandungnya. Hal itu menyebabkan denyut jantungnya berdebar lebih cepat.

4. Cognitive Reappraisal Follows

30

lndividu kemudian menilai kembali situasi yang rnengancam tersebut, untuk itu individu rnengunakan pertahanan diri (defense mechanism)

atau dengan cara meningkatkan aktivitas kognisi atau rnotoriknya. Misalnya ibu hamil menilai kembali apakah situasi tersebut benar-benar mengancam dirinya serta janinnya. Pada tahap ini ibu hamil bisa berkonsultasi pada dokter, meminta dukungan suami atau

menyibukkan dirinya pada suatu pekerjaan sehinmia rasa cemas tersebut teralihkan.

5. Coping

Sehingga pada akhirnya individu mengunakan jalan keluar dengan mengunakan defense mechanism seperti proyeksi atau rasionalisasi.

(47)

dikandungnya. Hal itu menyebabkan denyut jantungnya berdebar lebih cepat.

4. Cognitive Reappraisal Follows

lndividu kemudian menilai kembali situasi yang rnengancam tersebut, untuk itu individu mengunakan pertahanan diri (defense mechanism)

atau dengan cara meningkatkan aktivitas kognisi atau motoriknya. Misalnya ibu hamil menilai kembali apakah situasi tersebut benar-benar mengancam dirinya serta janinnya. Pada tahap ini ibu hamil bisa berkonsultasi pada dokter, meminta dukungan suami atau

menyibukkan dirinya pada suatu pekerjaan sehingga rasa cemas tersebut teralihkan.

5. Coping

Sehingga pada akhirnya individu mengunakan jalan keluar dengan mengunakan defense mechanism seperti proyeksi atau rasionalisasi.

(48)

akan lebih cepat cemas. Sebaliknya individu yang tidak terlalu banyak ketakutan, ia tidak cepat cemas.

Meskipun orang dapat memperlihatkan kadar ciri khas kecemasan, tetapi respon suatu peristiwa tertentu amat bergantung pada fikiran dan persepsi dari yang bersangkutan sendiri. lndividu tidak akan begitu merasa tegang bila mereka merasa yakin dan merasa masih ada kendali, yaitu bila stres masih bisa diramalkan dan bila mengatasinya masih mernungkinkan (Linda L. Davidoff, 1988).

2.2.5. Keluhan, Gejala Umum Kecemasan

31

Sebagian individu merasa cemas dan tegang dalam menghadapi situasi yang mengancam dan menekan. Kecemasan dianggap abnormal bila dalam situasi yang oleh kebanyakan orang dapat diatasi dengan mudah.

Menurut PPDGJ Ill (1993), individu dikatakan cemas bila mengalami gejala-gejala tertentu. Gejala-gejala-gejalanya mencakup:

a. Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan gelisah seperti di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi dan sebagainya). b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai). c. Overaktivitas otonomik ( kepala terasa ringan, berkeringat, sesak nafas,

(49)

Sedangkan Atkinson (2002) mengungkap keluhan fisik yang lazim pada

seseorang yang mengalami kecemasan antara lain: tidak dapat tenang, tidur terganggu, kelelahan, macam-macam sakit kepala, kepeningan dan jantung berdebar. Di samping itu, individu terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sulit sekali berkonsentrasi atau mengambil keputusan. Jika individu tersebut mengambil keputusan, akan menghasilkan kekhawatiran lebih lanjut.

Menurut Musthofa Fahrni (1977), cemas mempunyai penampilan atau gejala yang bermacam-macam, antara lain :

a. Gejala jasmaniah (fisiologis) yaitu: ujung-ujung anggota dingin (kaki dan tangan), keringat berpercikan, gangguan pencernaan, cepatnya pukulan jantung, tidur terganggu, kepala pusing, hilang nafsu makan dan pernafasan terganggu.

b. Gejala kejiwaan antara lain: sangat takut, serasa akan terjadi bahaya atau penyakit, tidal< mempu memusatkan perhatian, selalu merasa akan terjadi kesuraman, kelemahan dan kemurungan, hilang

kepercayaan dan ketenangan, dan ingin lari dari menghadapi suasana kehidupan.

(50)

2.3.

KELAHIRAN BA YI

2.3.1. Pengertian Kelahiran Bayi

Kelahiran bayi merupakan hal yang amat dinanti oleh pasangan suami istri. Kelahiran bayi tidak hanya dinanti ayah ibunya, tapi juga didambakan kakek dan neneknya. Menurut Kartini Kartono (1992) kelahiran merupakan satu

bagian dari proses yang lebih lama dan lebih panjang dari eksistensi

manusia, yang akan dilanjutkan dengan pertumbuhan serta perkembangan dari macam-macam fungsi fisik dan psikis yang berlangsung sepanjang.

Menurut Ibrahim terdapat perbedaan antara persalinan dan melahirkan. Persalinan merupakan serangkaian keluarnya janin dari dalam rahim yang diikuti oleh plasenta, sedangkan melahirkan hanya terbatas pada keluarnya janin dari dalam rahim ibu. Proses keluarnya janin dari dalam rahim

merupakan bagian dari persalinan (Juli Aperwati, 2003).

2.3.2. Tahap-Tahap Melahirkan

Jane Mac Daugall (2003) membagi tahap persalinan kedalam tiga tahap. Tahap pertama diawali saat terjadi kontraksi yang mulai timbul secara teratur yang akan menipiskan dan membuka mulut rahim.

(51)

yang berlangsung antara 60-90 detik, dan dapat timbul dalam interval 2-5 menit. Biasanya pada masa ini bidan akan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa mulut rahim sudah terbuka dengan sempurna

sebelum calon ibu mengejan.

Tahap kedua ialah saat calon ibu merasa ingin mengejan dan mendorong bayi melalui jalan lahir. Setelah masa transisi calon ibu akan merasa

bersemangat untuk mengejan, dan ini adalah hal yang tidak disadari setelah bayi mencapai bagian bawah jalan lahir, ia akan menonjol ke perineum sehingga menimbulkan nyeri atau semacam memar pada tempat tersebut. Kemudian ia juga akan menekan usus besar (rectum) yang akan

menimbulkan pergerakan usus yang tidak disadari. Setiap kali kontraksi berlangsung, kepala bayi akan berangsur-angsur keluar dari vagina dan setelah beberapa kali mengejan ia akan tetap berada disana. Keadaan ini biasa disebut crowning atau pemunculan.

Setelah kepala bayi mulai menonjol, hanya beberapa menit untuk mengakhiri proses kelahiran. Pada tahap ini calon ibu berhenti mengejan dan mulai bernafas pendek-pendek agar perineum menegang dan mencegah terjadinya robekan. Dalam setiap kontraksi, kepala bayi akan semakin keluar dari

vagina hingga seluruh bagian kepala menonjol. Bayi kemudian akan segera memalingkan kepalanya ke arah paha dan kontraksi selanjutnya akan

(52)

Tahap akhir adalah saat plasenta dilepaskan dari dinding rahim dan dikeluarkan. Pengeluaran plasenta ini memerlukan waktu setengah jam hingga satu jam.

35

Sedangkan menurut Santrock (1995) proses kelahiran terjadi dalam tiga tahap. Bagi seorang perempuan yang baru memiliki anak pertama, tahap pertama berlangsung kira-kira 12 hingga 24 jam. lnilah waktu yang paling lama dari ketiga tahap itu. Pada tahap pertama kontraksi rahim berlangsung 15 hingga 20 menit pada permulaan dan berakhir hingga satu menit.

Kontraksi ini menyebabkan leher rahim terentang dan terbuka. Ketika tahap pertama berlangsung, kontraksi semakin sering yang terjadi setiap dua hingga lima menit. lntesitasnya juga meningkat. Pada akhir tahap pertama kelahiran, kontraksi memperlebar leher rahim hingga terbuka sekitar empat inci sehingga bayi dapat bergerak dari kandungan ke saluran kelahiran. Tahap kedua kelahiran mulai ketika kepala bayi mulai bergerak melalui leher rahim dan saluran kelahiran. Tahap ini berakhir ketika bayi benar-benar keluar dari tubuh ibu. Tahap ini berlangsung kira-kira satu setengah jam. Pada setiap kontraksi ibu mengalami kesakitan untuk mendorong bayi keluar dari tubuh ibu. Kontraksi terjadi hampir setiap menit dan berlangsung kira-kira selama satu menit.

(53)

paling pendek dari ketiga tahap kelahiran, yang berlangsung hanya beberapa menit. (John W. Santrock, 1995)

2.3.3. Bahaya Perkembangan Pra Kelahiran

Menurut Santrock, (1995) kebanyakan ibu yang sedang hamil memiliki rasa khawatir yang berlebihan yang di sebabkan keyakinan bahwa segala sesuatu

yang mereka lakukan dan rasakan memiliki pengaruh langsung terhadap anak mereka yang belum lahir. lbu-ibu lain yang sedang hamil berperilaku seperti biasa, yang menganggap bahwa pengalaman mereka hanya akan berpengaruh kecil pada bayi mereka. Sebetulnya yang benar berada di suatu tempat antara kedua ekstrim ini. Walaupun hidup didalam lingkungan yang terlindungi dan nyaman, janin tidak benar-benar aman dari dunia yang lebih luas yang mengelilingi ibunya.

Lingkungan dapat mempengaruhi anak lewat banyak cara yang sering kita lihat. Ribuan bayi yang lahir cacat atau terbelakang mental setiap tahun merupakan hasil dari peristiwa yang terjadi dalam kehidupan ibu, satu atau dua bulan sebelum pembuahan (John W. Santrock, 1995).

Menurut Santrock (1995), ada beberapa hal yang membahayakan

perkembangan pra kelahiran, diantaranya adalah keadaan dan ketegangan emosionaL Ketika seorang perempuan hamil mengalami ketakutan,

(54)

psikologis antara lain; meningkatnya pernapasan dan sekresi oleh kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan menghambat aliran darah ke daerah kandungan dan dapat membuatjanin kekurangan udara.

37

Menurut Ottinger & Simmons (1964), keadaan emosional ibu selama kehamilan dapat juga mempengaruhi proses kelahiran. lbu yang sangat bingung secara emosional mungkin mengalami kontraksi yang tidak teratur dan tugas-tugas yang lebih sulit, yang dapat menyebabkan ketidakteraturan dalam pemasokan udara kepada bayi atau cenderung menghasilkan ketidak teraturan setelah kelahiran. Bayi yang lahir melalui proses kelahiran yang cukup lama juga menyesuaikan diri lebih lambat dengan dunia mereka dan lebih mudah marah. Satu investigasi memperlihatkan hubungan antara kecemasan ibu selama kehamilan dan kondisi bayi yang baru lahir (John W. Santrock, 1995).

2.3.4. Komplikasi Melahirkan

(55)

1. Melahirkan terlalu cepat (precipitate delivery)

Melahirkan terlalu cepat adalah bentuk cara melahirkan yang berlangsung terlalu cepat. Melahirkan terlalu cepat adalah suatu cara dimana bayi memerlukan waktu untuk kurang dari 10 menit untuk "dipaksa keluar"

melalui saluran kelahiran.

Penyimpangan dalam cara melahirkan ini dapat ュ・ョYAセ。ョァァオ@ aliran normal darah bayi, dan tekanan pada kepala bayi dapat menyebabkan pendarahan. Pada sisi lain, anoxia (tidal< cukupnya pasokan udara) dapat terjadi jika proses melahirkan berlangsung terlalu lama. Anoxia dapat menyebabkan kerusakan otak.

2. Posisi terbalik atau sungsang (breech position)

Posisi sungsang adalah posisi bayi dalam peranakan yang menyebabkan pantat bayi merupakan bagian pertama yang muncul dari lubang

(56)

39

3. Pembedahan cesar (cesarean section)

Pembedahan cesar adalah pemindahan bayi dari peranakan atau rahim melalui pembedahan. Hal ini dilakukan bila bayi berada pada posisi

sungsang didalam rahim, kepala bayi terlalu besar untuk melewati pinggul ibu, jika bayi mengalami komplikasi, atau jika kemaluan ibu mengalami pendarahan. Melahirkan melalui pembedahan cesar lebih aman

dibandingkan bila melahirkan dengan posisi sungsang. Tetapi konsekuensinya bagi sang ibu, operasi ini beresiko tinggi tingkat infeksinya, lebih lama tinggal di rumah sakit, lebih mahal biayanya dan dapat menimbulkan stress.

2.3.5. Kecernasan Menghadapi Kelahiran Bayi

Pada setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia apabila dirinya hamil, pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu: Rasa kuat dan berani menanggung segala cobaan, dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan benci, keraguan dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang bahagia, harapan penuh kegembiraan, dan kecemasan, yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya (Kartini Kartono, 1992).

(57)

" Takut mati

Sekalipun peristiwa kelahiran adalah fenomena fisiologis yang normal. Tetapi peristiwa ini tidak kalis dari resiko resiko dan bahaya kematian, baik kematian ibu ataupun kematian bayi yang akan dilahirkan.

Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun, peristiwa ini tak luput dari rasa sakit dan pendarahan. Peristiwa inilah yang

menyebabkan seorang ibu yang hamil mengalami ketakutan dan kecemasan, khususnya takut matL

• Trauma kelahiran

Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya, ada pula l<etakutan lahir (takut dilahirkan ke dunia ini) pada anak bayi yang kita kenal sebagai trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya, yaitu merupakan ketakutan "hipotetis" untuk dilahirkan di dunia dan takut berpisah dari ibunya.

Ketakutan berpisah ini adakalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat takut kalau-kalau bayinya akan terpisah dengan dirinya.

(58)

41

• Perasaan bersalah atau berdosa

Sebab lain yang menimbulkan ketakutan akan kematian pada proses melahirkan bayinya adalah perasaan bersalah atau berdosa terhadap ibunya. Dalam semua aktifitas reproduksinya, wanita banyak

melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah bentuk, maka akan banyak mengembangkan mekanisme rasa-rasa bersalah dan rasa-rasa berdosa terhadap ibunya. Maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia, sebab selalu saja dibebani atau dikejar-kejar oleh rasa berdosa.

• Ketakutan rill

Ketakutan rill atau konkret yang menjadikan ibu hamil takut melahirkan bayinya misalnya :

• Takut kalau bayinya lahir cacat.

• Takut bayi bernasib buruk diakibatkan oleh dosa-dosa ibunya di masa silam.

• Takut beban hidup semakin berat karena kelahiran anggota keluarga baru.

(59)

• Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa

kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya yang diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah.

2.3.6. lbu Hamil

Menurut Amir Achsin dkk (2003) kata hamil berasal dari bahasa arab, yaitu

hamala yang artinya membawa. Sedangkan pelakunya disebut hamil,

karenanya perempuan yang sedang membawa janin dalam kandungannya disebut ibu hamil.

Kehamilan adalah hal yang wajar bagi seorang wanita. Kehamilan termasuk tugas perkembangan seorang wanita pada masa dewasa. Hal itu sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hurlock (1990) bahwa salah satu tugas perkembangan masa dewasa adalah mengasuh anak, dan hal itu tentu saja diawali dengan kehamilan.

Kehamilan menurut Juli Aperwati (2003) merupakan suatu proses

(60)

43

yang dihadapi oleh seorang ibu dibagi menjadi tiga fase atau tiga trimester, trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai dengan bulan ketiga. Trimester kedua dimulai dari bulan keempat sampai dengan bulan keenam. Sedangkan trimester ketiga dimulai dari bulan ketujuh sampai dengan bulan kesembilan (Juli Aperwati, 2003).

Dagun (2002) mengemukakan bahwa setiap trimester yang dilewati seorang ibu hamil menunjukkan ciri-ciri khusus, yaitu :

1. Pada trimester pertama seorang calon ibu sering mengalami ketegangan fisik dan psikis. la sering muntah-muntah, perut mulas, merasa lelah, pusing, cepat tersinggung dan selalu cemas.

2. Pada trimester kedua muncul perubahan lain. Perasaan gelisah dan tekanan darah yang cenderung tinggi, pelan-pelan mulai menghilang. Pada periode tersebut calon ibu merasa ada gerakan-gerakan dalam perutnya yang menandakan ada janin dalam perut ibu. Perut ibu makin membesar dan kedua orang tua tampak senang.

(61)

lebih sering memikirkan kesehatan dan keselamatan janin.

Kecemasan yang dialami calon ibu bertambah pada saat menghadapi saat-saat bersalin.

(62)

45

2.4. KERANGKA BERFIKIR

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berfikir

Penyebab kecemasan

I

TIDAKCEMAS

I

I

Cemas Tinggi

I

ibu hamil

• Pengalaman waktu

t

melahirkan

• Berita tentang bayi yang Dianggap

lahir cacat di media (TV, Tidak Dukunoan Rendah

j

koran) Berbahaya

Dan Tidak

l

Mengancam

Di Beri Penilaian

t

Sosial dari Suami Butuh Dukungan

1

r-1>

( dukungan emosional, penghargaan, Dianggap instrumental, informasi,

- Berbahaya Dan dan integritas sosial)

Mengancam

MERASA CEMAS

Dukungan Tinggi

I

Dengan gejala-gejala:

• Kecemasan tentang masa depan (khawatir, merasa seperti di ujung tanduk, dan sulit

セ@ berkonsentrasi ). !

-• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala,

gemetaran, tidak dapat santai).

·•

• Overaktivitas otonomik (berkeringat, sesal<

Cemas Rendah

I

nafas, pusing kepala, mulut terasa kering dan jantung berdebar-debar).

[image:62.595.30.462.126.547.2]
(63)

pernikahannya ataupun yang tidak bahagia dengan pernikahannya. Hal itu sebagaimana pendapat Kartini Kartono (1992), bahwasanya setiap wanita yang hamil pasti dihinggapi campuran perasaan antara kegembiraan dan kecemasan atau kegelisahan yang semuanya itu menjadi intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya.

Kecemasan yang dialami oleh ibu hamil bermacam-macam salah satunya adalah cemas karena takut bayi yang akan dilahirkannya nanti cacat, takut bayi meninggal dalam kandungan, takut masa depan bayi suram (bernasib buruk), ataupun takut tidak bisa membiayai kehidupan bayi setelah dilahirkan nanti. Kecemasan ini menu rut Kartini Kartono ( 1992) masuk ke dalam jenis ketakutan yang rill.

Kecemasan yang tinggi pada ibu hamil ketika masa kehamilan amat berbahaya bagi janin yang sedang dikandungnya. Hal itu sesuai dengan pendapat Santock (1995) bahwasanya keadaan dan ketegangan emosional akan mempengaruhi janin yang sedang dikandung. Karena kecemasan yang

(64)

47

Santrock (1995) mengungkapkan bahwa keadaan emosional ibu selama kehamilan pun dapat mempengaruhi proses kelahiran misalnya kontraksi yang tidak teratur. Hal ini tentu saja sangat merugikan ibu hamil. Bahkan

menurut Kartini Kartono (1992), kecemasan yang エゥョァセjゥ@ yang dialami oleh ibu hamil dapat menyebabkan kontraksi palsu.

Kondisi emosional ibu hamil tidak hanya mempengaruhi proses kelahiran, tapi juga mempengaruhi kondisi bayi setelah dilahirkan. Hal itu sesuai dengan suatu investigasi yang diungkapkan Ottinger 8, Simmons (dalam Santrock, 1995) yang memperlihatkan hubungan antara kecemasan ibu selama kehamilan dan kondisi bayi yang baru lahir. Menurut investigasi tersebut bayi ibu yang lebih cemas menangis lebih banyak sebelum diberi makan dan lebih aktif dari pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang kurang cemas.

O\eh karena itu kondisi emosional ibu harus dijaga selama masa kehamilan salah satunya dengan memberikan dukungan. Dukungan tersebut bisa berupa dukungan emosional, dukungan materi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan integritas sosial. Hal itu sesuai dengan pendapat Sarafino (1997) yang mengungkapkan bahwa dukungan sosial terbagi

(65)

Dukungan ini bisa diberikan siapa saja, khususnya suami. Karena menurut Cobb suami adalah orang yang paling potensial dalam memberikan

dukungan. Karena antara suami dan istri memiliki kedekatan emosional. Karenanya tanpa adanya dukungan yang tinggi dari suami maka kecemasan yang dialami ibu hamil akan tinggi dan akan semakin intensif menjelang kelahiran bayinya.

Sebaliknya bila seorang ibu hamil mendapatkan dukungan yang tinggi dari pasangan selama masa kehamilannya dengan memberikan masukan dan nasehat positif, memberi rasa tenang dan kenyamanan, perhatian, dan kasih sayang, maka kecemasan-kecemasan rill yang dicemaskannya berangsur-angsur akan berkurang sehingga kecemasan menjelang kelahiran bayinya rendah.

2.5.

PENGAJUAN HIPOTESIS

Berdasarkan deskripsi teori diatas, penulis mengajukan hipotesis penelitian ke dalam bentuk pernyataan sebagai berikut :

1. Hipotesis alternative (Ha)

(66)

49

2. Hipotesis no! (Ho)

(67)

3.1. JENIS PENELITIAN

3.1.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi. Menurut Sevilla (1993) penelitian korelasi dirancang untuk

menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda da!am suatu populasi.

Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, suatu pendekatan

penelitian yang akan menghasilkan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dihasilkan dari serangkaian pengukuran atau observasi yang dinyatakan dengan angka-angka dan kemudian dianalisis dengan uji statistik.

3.1.2. Variabel Penelitian, Definisi Variabel dan Devinisi Operasional

(68)

a. Variabel Bebas

Dukungan sosial adalah: Kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima individu dari orang lain yang meliputi dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informasi dan integritas sosial (Sarafino, 1997).

51

Sedangkan definisi operasional dari dukungan sosial adalah : dukungan atau bantuan yang diberikan oleh suami, yang meliputi dukungan instrumental (seperti menyiapkan materi sesuai dengan kebutuhan, membantu

menyelesaikan pekerjaan dan menyiapkan kebutuhan sendiri), dukungan emosional (seperti memberi semangat, perhatian, mengekspresikan kasih sayang dan mendengarkan keluh kesah), dukungan penghargaan ( seperti

(69)

b. Variabel Terikat

Adapun definisi konseptual dari variable Kecemasan menghadapi kelahiran bayi adalah :

Kecemasan menurut PPDGJ Ill (1993), dapat dimanifestasikan ke dalam tiga aspek, yaitu:

a. Kecemasan tentang masa depan (khawatir akan nasib buruk, perasaan gelisah seperti diujung tanduk, sulit berkonsentrasi dan sebagainya).

b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai).

c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, sesak nafas, pusing kepala, mulut terasa kering dan jantung berdHbar-debar).

Sedangkan devinisi operasional dari kecemasan menghadapi kelahiran bayi adalah: emosi yang sangat tidak menyenangkan ketika menghadapi kelahiran bayi yang ditandai dengan adanya gejala-gejala kecemasan, yaitu:

kecemasan tentang masa depan (khawatir bayi akan bemasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk dan sulit berkonsentrasi); ketegangan motorik

(70)

3.2.

PENGAMBILAN SAMPEL

3.2.1. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang ibu hamil yang memeriksakan dirinya ke Puskesmas kecamatan Kalideres Jakarta barat dari tanggal 23 Oktober 2007 hingga tanggal 31 Oktober 2007. Hal ini sesuai dengan pendapat Gay dalam Sevilla (1993) bahwa ukuran minimum yang dapat diterima pada penelitian korelasi adalah sebanyak ZZセッ@ subjek.

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sample yang digunal<an peneliti adalah Non Probabilitas Sampling atau di sebut juga Non Random Sampling.

Sedangkan teknik pengambilan sample yang digunal<an adalah teknik pengambilan sample aksidental (accidental sampling).

(71)

3.3. PENGUMPULAN DAT A

3.3.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah skala model Likert.

3.3.2. lnstrumen Penelitian

Instrument atau alat yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah lembar angket. Dalam penelitian ini penulis meng9unakan dua instrument sebagai alat pengumpul data, yaitu:

[image:71.595.27.433.160.676.2]

a. Skala pemberian dukungan sosial dari suami yang disusun sendiri dengan menggunakan skala model Likert yang mengacu kepada teori Sarafino ( 1997). Ada pun blue print dari skala tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Blue Print Dukungan Sosial

No Aspek lndikator F UF

T

No Item

1. Dukungan a. Menyiapkan materi 4 4

Instrumental sesuaidengan kebutuhan

b. Membantu 4 3

menyelesaikan pekerjaan

1

21, 47, 61,63, 6, 34, 54, 58.

1

7, 35, 55, 59, 48, 8,
(72)

No

2.

Aspek

Dukungan emosional

1 1 · · · ·

-3 Dukungan penghargaan

55

lndikator No Item

I

F

I

I I

UFI c. Menyiapkan 2 \ 2 I

kebutuhan sendiri

I

I

9, 49, 36, 22.

b. Memberi perhatian

I

2

j

2

t

17, 43, 2, 30.

c. Mengekspresikan ·

···-1·3···12·\

3, 31, 53, -1-8,-4-4-"'I

kasih sayang

I

1

!

i

(memeluk, mencium,

i

!

I

bergandengan tang an) \

I :

I:,·. d. Mendengarkan keluii-·t;z-1 2·r··-19, 45.4, 32.

I

kesah

セi@

a. Memberi semangat 2 I 2

T

1, 29, 16, 42.

I I

positif atas ide atau i, a. Memberi keyakinan 2 1

1

1

2

t

5, 33·.·· 2-0-.-4-6-.

-..Jiii __ ·

perasaan istri

> - - + - - · - - - 1 - - - + - - r l - . . J \ - - - j

a. Memberi informasi 2

I

2 j' 23, 37, 10, 50, !,,

4 Dukungan informasi

5 lntegritas sosial

perkembangan proses

melahirkan dari media

I

_,j __________ __,

b. Memberi nasehat 2 1

I

11, 51, 24. c. Memberi bimbingan 2 2 1

a. Rekreasi

I

212·1

25, 60, 12, 38.

13, 39, 26, 56.

b. Tetap melaksanakan 2

I

2 r--27-.-5--7-.·1·4-.-4-0-.--l

i - - - 1 - - - + - c - .

MセMZMセMゥセMZ[。Mセウセセ。MWZ[セZZZB@

.. '

I '

I

positif

'---MMMMMMMMMセMMMMMMMMMMセMM MMMMMMMセ@

15, 41, 28, 52.

(73)

Tabel 3.2

Blue Print Kecemasan Menghadapi Kelahiran Bayi No TAspek lndikator

1 Kecemasan a. khawatir

Gambar

Gambaran Urn um Responden Penelitian ............................ 62
Gambar 2.1.
Tabel 3.1 Blue Print Dukungan Sosial
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat persepsi petani tentang peranan penyuluh dalam peningkatan produksi padi sudah cukup baik, berarti penyuluh sudah cukup berperan

(Jika komputer digunakan dalam konfigurasi tower, lepas dudukan dari komputer.) Untuk informasi lebih lanjut, lihat “Memasang dan Melepas Dudukan Tower” pada halaman 2–8..

Membran komposit khitosan dengan komposisi optimum dipotong menjadi potongan-potongan kecil (1,6 cm x 5,0 cm) dan direndam dalam larutan asam sulfat dengan variasi

Berdasarkan hasil yang akan dicapai pada tingkat Sekolah Menengah Atas diharapkan dapat membimbing siswa untuk memahami nilai- nilai keagamaan sesuai Buddha Dharma dan sekaligus

[r]

Memenuhi Dari hasil verifikasi data informasi yang tercantum dalam dokumen packing list sudah sesuai dengan dokumen ekspor lainnya, maka dapat disimpulkan bahwa

 Segala akibat hukum yang menyertai pelaksanaan Sewa BMN berupa sebagian tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan setelah diberikannya persetujuan oleh Pengelola

Sebagai saran dari pelaksanaan penelitian ini adalah siswa diberikan stimulus yang mampu mendorong semangat siswa dalam belajar, baik berupa video motivasi,