• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara self control dengan intensitas penggunaan internet remaja akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara self control dengan intensitas penggunaan internet remaja akhir"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

INTENSITAS PENGGUNAAN INTERNET REMAJA

AKHIR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

YUNIAR RACHDIANTI

NIM: 205070000521

FAKULTAS PSIKOLOGI NON REGULER

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

Hubungan Antara

Self-Control

Dengan Intensitas Penggunaan

Internet Remaja Akhir

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

YUNIAR RACHDIANTI NIM : 205070000521

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si Solicha, M.Si

NIP. 19620724198902001 NIP. 197204151999032001

FAKULTAS PSIKOLOGI NON REGULER

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self-Control Dengan Intensitas Penggunaan Internet Remaja Akhir” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Non-Reguler Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 4 November 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan/

Sekretaris merangkap anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP. 130 885 522 NIP. 1956 1223 198303 2001

Anggota:

Miftahuddin, M.Si NIP. 197303172006041001

Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si Solicha, M.Si

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yuniar Rachdianti NIM : 205070000521

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self-Control Dengan Intensitas Penggunaan Remaja Akhir” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Juni 2011

(5)

v

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi (B) 2011

(C) Yuniar Rachdianti

(D) Hubungan Antara Self-Control Dengan Intensitas Penggunaan Internet Remaja Akhir

(E) 78 halaman + lampiran

(F) Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi yang terus berkembang mengikuti kebutuhan pasar dimana semua orang membutuhkan satu teknologi yang serba praktis, cepat dan hemat telah memunculkan satu teknologi yang disebut internet. Teknologi internet ini telah banyak digunakan oleh banyak kalangan, dari anak-anak sampai orang tua. Banyak pelajar dan mahasiswa menggunakan internet untuk berbagai keperluan. Berbagai informasi pun dapat diperoleh dari internet tersebut, mulai dari informasi mengenai pendidikan dan ilmu pengetahuan, kesehatan, olahraga, hiburan perdagangan, berita dan lain sebagainya. Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku yaitu kontrol diri. Sebagai salah satu sifat kepribadian kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara self-control dengan intensitas penggunaan internet pada remaja akhir.

Internet dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan yang menghubungkan antara komputer-komputer dan jaringan komputer di seluruh dunia untuk saling berbagi data dan informasi. Adapun tipe-tipe pengguna internet berdasarkan lama waktu yang digunakan adalah sbb; pengguna berat (heavy users), yaitu individu yang menggunakan internet selama lebih dari 40 jam/bulan, pengguna sedang (medium users), yaitu individu yang menggunakan internet 10-40 jam per/bulan, dan pengguna ringan (light users), yaitu individu yang menggunakan internet tidak lebih dari 10 jam/bulan. Self-control adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Adapun aspek-aspek self-control yaitu behavioral control, cognitive control, decisional control, informational control, dan retrospective control.

(6)

vi

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis statistic korelasi product moment. Didapatkan hasil r hitung -0.465, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan intensitas penggunaan internet. Hasil analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa semakin tinggi self-control maka semakin rendah intensitas penggunaan internetnya. Self-control memberikan sumbangan efektif sebesar 35% terhadap intensitas penggunaan internet.

Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk dapat menghubungkan faktor atau aspek-aspek psikologis lainnya yang lebih berpengaruh terhadap intensitas penggunaan internet seperti self-regulation, kebutuhan berafiliasi, relasi atau hubungan dengan teman sebaya dan lain-lain.

Kata kunci : self-control, intensitas penggunaan internet, remaja akhir

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self-Control Dengan Intensitas Penggunaan Internet Remaja Akhir”. Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Bapak Jahja Umar, Ph.D, seluruh dosen dan seluruh staf karyawan fakultas yang telah banyak membantu dalam menuntut ilmu di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

2. Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, pembimbing akademik sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berarti dengan segenap kesabarannya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan maksimal.

3. Ibu Solicha, M.Si, dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang teramat bermanfaat dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Kedua orangtuaku Bapak Suyadi dan Ibu Sri Yuliati serta kedua adikku Yudhi Lestari dan Triyo Saputro, terima kasih atas semua dukungan, sumber inspirasi dan semangat yang telah kalian berikan kepada peneliti untuk selalu meneruskan perjuangan ini agar mencapai yang terbaik.

5. Para mahasiswa-mahasiswi Fakultas Psikologi yang telah memberikan bantuan bagi peneliti dalam memperoleh data-data penelitian.

6. Pak Chaidir dan Pak Badawi pengurus perpustakaan Fakultas Psikologi atas segala bantuan selama penulis menuntut ilmu.

(8)

viii

8. Ady Waskito, S.Psi, yang telah menyediakan waktunya untuk sharing dengan peneliti, serta teman-temanku (Retno, Nida, Desi, Dita, Loli, mbak Dimar, Dimas, Teguh, Isni, Fahri, Bayu, Eka, Topik) yang telah memberikan dukungan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari dengan segala semua kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan penelitian skripsi ini dapat bermanfaat sebagai mana mestinya, terutama untuk peneliti sendiri.

Akhirnya peneliti ucapkan terima kasih sekali lagi untuk semua pihak yang sudah membantu penyelesaian skripsi. Wassalam.

Jakarta, Juni 2011

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAKSI ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Masalah ... 8

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 8

1.2.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Sistematika Penulisan ... 10

BAB 2 KAJIAN TEORI ... 12

2.1 Intensitas Penggunaan Internet ... 12

2.1.1 Definisi Intensitas Penggunaan Internet... 12

2.1.2 Sejarah Internet ... 14

2.1.3 Jenis-jenis Fasilitas Internet ... 15

2.1.4 Waktu Penggunaan Internet ... 16

2.1.5 Intensitas Penggunaan Internet Pada Remaja ... 18

2.2 Self-Control... 19

2.2.1 Pengertian Self-Control ... 19

2.2.2 Aspek-aspek Self-Control... 20

2.2.3 Fungsi Self-Control ………. .. 22

(10)

x

2.2.5 Self-control Pada Remaja ... 25

2.2.6 Tugas Perkembangan Remaja ...29

2.3 Kerangka Berpikir ... 32

2.4 Perumusan Hipotesis ... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Pendekatan Penelitian ... 38

3.2 Variabel Penelitian ... 39

3.2.1 Identifikasi Variabel... 39

3.2.2 Definisi Konseptual Variabel ……… 39

3.2.3 Definisi Operasional Variabel ...40

3.3 Populasi dan Sampel... 40

3.3.1 Populasi ... 40

3.3.2 Sampel...41

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ...41

3.4 Pengumpulan Data ... 42

3.4.1 Alat Ukur Penelitian ... 42

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 47

3.5.1 Uji Validitas...47

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 47

3.5.3 Hasil Uji Coba Alat Ukur... 47

3.6 Teknik Analisis Data ……….. 49

3.7 Prosedur Penelitian ………. 50

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 51

4.1 Gambaran Umum Responden penelitian ... 51

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 51

4.2 Deskripsi Data ... 52

4.2.1 Kategorisasi Self-Control... 52

(11)

xi

4.3 Hasil Uji Statistik ... 54

4.3.1 Hasil Uji t ... 54

4.3.2 Hasil Uji Anova ... 55

4.4 Hasil Uji Hipotesis ... 56

4.5 Hasil Uji Regresi ... 58

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI & SARAN ………. 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Diskusi ... 71

5.3 Saran ... 74

5.3.1 Saran Teoritis ... 74

5.3.2 Saran Praktis ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Skor Untuk Pernyataan ... 42

Tabel 3.2 : Blue Print Skala Self-control ... 43

Tabel 3.3 : Penskoran Skala Intensitas Penggunaan Internet ... 45

Tabel 3.4 : Blue Print Skala Intensitas Penggunaan Internet ... 45

Tabel 3.5 : Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 46

Tabel 3.6 : Blue Print Setelah Try Out Skala Self-control ... 47

Tabel 4.1 : Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.2 : Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 4.3 : Descriptive Statistics ... 52

Tabel 4.4 : Tabel Kategori Self-control ... 52

Tabel 4.5 : Norma Skor Intensitas Penggunaan Internet ... 53

Tabel 4.6 : Group Statistics ...54

Tabel 4.7 : Independent Samples Test ... 54

Tabel 4.8 : Anova Intensitas Penggunaan Internet ... 55

Tabel 4.9 : Correlations ... 57

Tabel 4.10 : Hasil Uji Regresi Model Summary... 58

Tabel 4.11 : Hasil Uji Regresi Anova (b)... 59

Tabel 4.12 : Hasil Uji Regresi Coefficients (a) ...60

Tabel 4.13 : Proporsi Varian Pada Aspek-aspek Self-control...60

Tabel 4.14 : Model Summary Behavioral control... 61

Tabel 4.15 : Model Summary Cognitive control... 62

(13)

xiii

Tabel 4.17 : Model Summary Informational control... 63

Tabel 4.18 : Model Summary Retrospective control... 64

Tabel 4.19 : Model Summary Jenis Kelamin... 65

Tabel 4.20 : Model Summary Usia... 66

(14)
(15)
(16)
(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi yang terus berkembang mengikuti kebutuhan pasar dimana semua orang membutuhkan satu teknologi yang serba praktis, cepat dan hemat telah memunculkan satu teknologi yang disebut internet. Teknologi internet ini telah banyak digunakan oleh banyak kalangan, dari anak-anak sampai orang tua. Banyak pelajar dan mahasiswa menggunakan internet untuk berbagai keperluan. Berbagai informasi pun dapat diperoleh dari internet tersebut, mulai dari informasi mengenai pendidikan dan ilmu pengetahuan, kesehatan, olahraga, hiburan perdagangan, berita dan lain sebagainya.

Menurut Catur (2009), rata-rata pengguna internet di perkotaan 60% adalah di bawah 30 tahun. Artinya, sebagian dari mereka adalah dari kalangan anak sekolah, yang masih muda, yang mungkin saja masih belum terlalu bisa memilah informasi yang ada. Di kalangan remaja, mereka tidak asing lagi dengan istilah-istilah seperti: e-mail, browsing, chatting, website, blog, dan sebagainya. Data lain menunjukkan

(18)

Para pengguna internet khususnya remaja menggunakan internet untuk berbagai macam hal, misalnya saja untuk keperluan proses belajar mengajar, bermain game-online, chatting, atau yang sekarang lagi trend adalah membuka facebook. Menurut Dj

(2008), hasil survey yang dikeluarkan oleh Pew Internet dan American Life Project yang bermarkas di Washington Pew Research Center, menemukan delapan puluh satu persen warga Amerika yang berumur 18 dan 29 tahun bermain video games.

Kecenderungan bermain video games lebih dimiliki oleh laki-laki dibanding perempuan, hasil survey Pew menemukan perbandingan 55% berbanding 50%. Pengguna internet secara signifikan lebih cenderung untuk bermain games jika dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan internet, penelitian ini juga menemukan bahwa 64% dari pengguna internet bermain games sedangkan mereka yang tidak hanya 20%. Pew melaporkan bahwa data yang diperoleh tentang remaja didasari dari hasil survey dari 1.102 remaja yang dilakukan antara November 2007 dan Februari 2008.

Menurut Christin (2008), di bidang pendidikan, penggunaan internet dapat membawa perubahan. Sebelum adanya internet, masyarakat Indonesia terutama kalangan akademisi tidak mudah mencari sumber informasi. Walaupun berbagai buku maupun jurnal banyak terdapat di perpustakaan namun belum tentu hal tersebut sesuai dengan kebutuhan. Kehadiran internet telah mempermudah seseorang untuk mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan, dimana pun orang tersebut berada (nasional dan mancanegara).

(19)

Kemudian menurut Checep (2008), dalam proses belajar mengajar menggunakan internet itu disebut dengan E-Learning. E-Learning secara harfiah merupakan akronim dari E and Learning. E = electronic sedang Learning = proses belajar, jadi E-Learning adalah sistem pembelajaran secara elektronik, menggunakan media

elektronik, internet, komputer dan file multimedia (suara, gambar, animasi dan video). Sejak internet ditemukan, kehidupan berubah. Sistem komunikasi hingga hubungan sosial ikut bergeser. Bila dulu komunikasi tatap muka (face to face), kini orang bergaul melalui jejaring dunia maya. Terakhir melalui Facebook (FB), yang menawarkan pertemanan gaya baru. Dari keseluruhan situs di dunia, Facebook (FB) menempati peringkat kelima yang paling sering diakses setelah Yahoo, Google, Youtube, dan Windows Live. Data ComScore, Mei, 2008, menyebutkan bahwa situs

ini telah digunakan oleh 123,9 juta orang dari seluruh jagad ini. Sejak resmi ditemukan dan diluncurkan oleh remaja bernama Mark Zuckerberg tahun 2004 lalu, FB terus menebar “virus” jejaring sosial virtual di seluruh penjuru dunia, termasuk

Indonesia. Akhirnya jutaan orang merasa menemukan bentuk sosialisasi baru yang terkesan nyata (Pocket CBN, 2009).

Internet juga semakin banyak digunakan di tempat umum, selain di rumah maupun di sekolah. Beberapa tempat umum yang menyediakan layanan internet termasuk perpustakaan, dan internet cafe/warnet (warung internet). Terdapat juga toko-toko yang menyediakan akses wi-fi, seperti Wifi-cafe. Pengguna hanya perlu membawa laptop (notebook), atau PDA, yang mempunyai kemampuan wifi untuk mendapatkan akses internet.

(20)

mendapatkan berbagai macam informasi yang bisa kita cari hanya lewat mesin pencari seperti google, ataupun yahoo (Team Cyber, 2008).

Menurut Shafirashastrispasa (2008), keberadaan internet memberi dampak positif bagi seluruh masyarakat pengguna internet termasuk remaja. Dengan menggunakan internet, mereka bisa dengan cepat mendapatkan informasi/referensi, mencari tugas-tugas kuliah atau tugas-tugas sekolah, mengirim email, menambah wawasan, sebagai media komunikasi jarak jauh, memperluas pergaulan, dan juga sebagai tempat penjualan barang dan jasa. Selain dampak positif, internet juga bisa memberi dampak negatif bagi kalangan masyarakat khususnya remaja. Misalnya para remaja membuka situs-situs porno di internet. Ini merupakan salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para remaja. Disana mereka bisa melihat gambar-gambar porno, adegan-adegan yang bisa menggoyahkan iman manusia, dan itu semua dapat merusak moral para remaja yang merupakan generasi penerus bangsa. Selain itu juga ada situs-situs yang memunculkan tindakan-tindakan kekerasan, dan kecenderungan munculnya kecanduan pada internet. Oleh sebab itu, internet bisa berdampak positif dan juga negatif tergantung bagaimana cara kita menggunakannya.

Hasil penelitian dari Latifah (2004) tentang pengguna internet ,mengungkapkan bahwa perilaku individu yang berinternet;

1. Log-on lebih dari lima kali sebulan, antara pukul 12-18 WIB selama 91-120 menit, menghabiskan Rp. 5000,- hingga Rp. 10.000,- untuk tiap kali on-line. Log-on lebih sering seorang diri untuk mencari informasi atau hiburan, rela tidak

makan / minum manakala log-on.

(21)

dengan lawan jenis 30-60 menit dengan topik humor atau hobi tertentu. Ungkapan jujur dan data diri asli masih dilakukan para chatter.

3. Di kehidupan sehari-hari meluangkan waktu untuk sahabat dan lingkungan kampusnya. Memiliki dua sampai empat orang teman akrab untuk tertawa bersama atau mencurahkan isi hati satu sampai dua jam per harinya. Netters (pengguna internet) datang ke pesta satu kali dalam tiap bulan dan terakhir kali menghadiri pesta rata-rata sudah lebih dari satu bulan yang lalu.

Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa:

Perilaku individu yang derajat kecanduan internetnya tinggi;

1. Log-on selalu lebih dari lima kali per bulan, pukul 15-18 WIB selama lebih dari 180 menit, dapat menghabiskan uang lebih dari Rp. 25.000,- tiap on-line di warnet yang memiliki fasilitas komputer canggih dan mengutamakan kenyamanan. Log-on dapat dilakukan seorang diri ataupun bersama sahabat untuk mencari hiburan

(dapat berupa situs erotik) atau informasi (pendidikan, olahraga) dan sering menggunakan waktu tidur.

(22)

3. Dalam kehidupan sehari-hari meluangkan waktu untuk sahabat dan lingkungan kampus dengan jumlah waktu yang bervariasi, sering tertawa bersama dan curhat namun kurang dapat mengungkapkan ekspresi negatif. Datang ke pesta satu atau dua kali sebulan dan terakhir ke pesta rata-rata sudah satu bulan yang lalu.

Beberapa fenomena di lapangan menunjukkan banyaknya para remaja yang sering menggunakan fasilitas internet untuk mendapatkan informasi apa pun, bermain game-online ataupun sekedar untuk chatting. Para remaja tersebut bisa berlama-lama

untuk menghabiskan waktunya untuk bermain internet. Remaja tersebut rela menghabiskan uang mereka demi kepuasan untuk bermain internet. Mereka tidak bisa mengendalikan atau mengontrol dirinya dengan baik, padahal mereka sadar apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Sebagian individu juga menggunakan internet hanya untuk mencari tugas, mencari referensi untuk bahan skripsi, mengirim email, dan lain-lain, mereka biasanya mempunyai budget khusus untuk menggunakan

internet.

(23)

sifat kepribadian kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku, pengendalian tingkah laku mengandung makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Semakin intens, pengendalian tingkah laku, semakin tinggi pula kontrol diri seseorang.

Program Meditasi Indonesia (2009) mengatakan, bahwa kontrol diri merupakan salah satu aspek psikologi yang selalu berkembang sejak kanak-kanak hingga dewasa. Seorang anak pada umumnya masih belum mempunyai kontrol diri yang baik, sehingga apa saja yang diinginkan, apa saja yang dipikirkan, dan apa saja yang di dalam hati, semuanya diekspresikan keluar secara spontan. Ketika menginjak masa remaja, kemampuan mengontrol diri ini sangat diperlukan, karena dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu keinginannya semakin menggejolak. Terutama dorongan seksual dan dorongan agresif, jika seorang remaja tidak mempunyai kontrol diri yang baik, maka dia akan dikuasai oleh dorongan-dorongan ini, sehingga akibatnya timbullah beraneka ragam macam bentuk kenakalan remaja, misalnya perkelahian, hamil sebelum nikah dan sebagainya. Kontrol diri ini kalau tidak berkembang dengan baik akan menghambat proses pendewasaan seseorang, karena salah satu indikasi dari taraf kedewasaan seseorang adalah sejauh mana kemampuannya mengontrol diri sendiri. Semakin bertambah dewasa seseorang, maka seharusnya semakin pandai dia menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri.

(24)

aturan yang berlaku di masyarakat. Dalam kaitan dengan remaja, kemampuan mengontrol diri dapat membantu remaja mengendalikan diri dan mengatur perilakunya sehingga mencegah mereka dari perbuatan menyimpang. Jadi, untuk dapat mengatasi masalahnya, salah satu kunci pokoknya adalah remaja harus belajar mengontrol diri terhadap perilaku yang dapat mengarah pada konsekuensi negatif serta harus belajar mengendalikan emosi dalam dirinya.

Bila mengacu penjelasan sebelumnya, self-control dapat mempengaruhi tindakan seseorang baik dalam tingkah laku ataupun kondisi emosi. Berdasarkan fenomena tersebut, membuat penulis tertarik ingin meneliti apakah ada hubungan antara self-control dengan intensitas penggunaan internet pada remaja akhir.

1.2Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu permasalahan hanya dibatasi pada: 1. Self-control yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk

membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Self-control ini meliputi behavioral control, cognitive control, decisional control, informational control dan

retrospective control.

2. Intensitas penggunaan internet dalam penelitian ini adalah frekuensi dan durasi penggunaan internet yang dilakukan dalam kurun waktu 1 (satu) minggu oleh remaja. Penggunaan internet ini meliputi kegiatan fun (bersenang-senang) dan kegiatan yang bersifat knowledge (pendidikan).

(25)

1.3Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan yaitu:

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara self-control terhadap intensitas penggunaan internet remaja akhir?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara behavioral control terhadap intensitas penggunaan internet remaja akhir?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara cognitive control terhadap intensitas penggunaan internet remaja akhir?

4. Apakah ada hubungan yang signifikan antara decisional control terhadap intensitas penggunaan internet remaja akhir?

5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara informational control terhadap intensitas penggunaan internet remaja akhir?

6. Apakah ada hubungan yang signifikan antara retrospective control terhadap intensitas penggunaan internet remaja akhir?

7. Apakah ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap intensitas penggunaan internet remaja akhir?

8. Apakah ada hubungan yang signifikan antara usia terhadap intensitas penggunaan internet remaja akhir?

1.4 Tujuan Penelitian

(26)

jenis kelamin, usia dengan intensitas penggunaan internet, serta melihat seberapa besar pengaruh self-control dan aspeknya (behavioral control, cognitive control, decisional control, informational control, retrospective control, jenis kelamin, usia)

dengan intensitas penggunaan internet remaja akhir.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menjadi masukan dalam pengembangan teori mengenai self-control dan intensitas penggunaan internet sehingga khazanah psikologi menjadi lebih berkembang, dan dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian mengenai pengguna internet.

2. Manfaat praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat mengenai gambaran individu pengguna internet serta mengetahui sisi lain dari penggunaan internet sebagai hasil kemajuan teknologi.

1.6Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan

Berisi uraian mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2 Kajian Teori

(27)

hipotesis. Teori intensitas penggunaan internet terdiri dari pengertian intensitas penggunaan internet, sejarah internet, jenis-jenis fasilitas internet, waktu penggunaan internet, dan intensitas penggunaan internet pada remaja. Teori self-control mencakup pengertian self-control, aspek-aspek self-control, fungsi self-control, faktor yang mempengaruhi pengendalian diri (self-control), self-control pada remaja, dan tugas perkembangan remaja.

BAB 3 Metode Penelitian

Berisi uraian mengenai pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengambilan sample, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas alat ukur penelitian, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.

BAB 4 Hasil Penelitian

Berisi uraian mengenai gambaran umum responden penelitian, deskripsi data, uji persyaratan, kategorisasi, serta pengujian hipotesis, dan hasil uji regresi.

(28)

BAB 2

KAJIAN TEORI

Pada bab II ini dibahas pengertian internet, intensitas penggunaan internet yang dilanjutkan dengan pembahasan tentang self-control. Bab ini juga menjelaskan kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1 Intensitas penggunaan internet

Dalam intensitas penggunaan internet ini dibahas tentang definisi intensitas penggunaan internet, sejarah internet, jenis-jenis fasilitas internet, waktu penggunaan internet, dan intensitas penggunaan internet pada remaja.

2.1.1 Definisi intensitas penggunaan internet

Intensitas penggunaan internet terdiri atas tiga kata, yaitu intensitas, penggunaan, dan internet yang akan dijelaskan satu persatu.

Menurut Chaplin (2006), dikatakan bahwa intensitas adalah kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau suatu sikap. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), intensitas merupakan keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Daryanto, 1997), penggunaan adalah proses atau perbuatan cara mempergunakan sesuatu.

(29)

kumpulan dari berbagai macam jaringan komputer dan bersama-sama membentuk suatu jaringan besar.

Sedangkan definisi internet menurut MADCOMS (2008), adalah hubungan antara satu komputer dengan komputer yang lain dalam jumlah banyak. Kemudian menurut Marietta Tretter (1995), bahwa internet adalah kumpulan yang luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling bersambungan menggunakan jaringan komunikasi yang ada di seluruh dunia. Menurut Mac Bride (1995), internet adalah jaringan komunikasi global yang terbuka dan menghubungkan ribuan jaringan komputer, melalui sambungan telepon umum maupun pribadi (pemerintah maupun swasta). Secara individual, jaringan komponennya dikelola oleh agen-agen pemerintah, universitas, organisasi komersial, maupun sukarelawan.

Menurut Ellsworth dan Ellsworth (dalam Abrar, 2003), internet adalah jaringan besar yang dibentuk oleh interkoneksi jaringan komputer di seluruh dunia melalui saluran telepon, satelit dan sistem telekomunikasi lainnya. Kalau individu mengakses internet, maka sesungguhnya dia mengakses sebuah jaringan besar yang dibentuk oleh interkoneksi jaringan komputer di seluruh dunia. Tidak heran bila dia bisa memperoleh banyak informasi dalam waktu yang singkat.

(30)

2.1.2 Sejarah Internet

Internet bukanlah satu fenomena baru. Jaringan ini dikembangkan oleh beberapa komputer mainframe yang dihubungkan bersama-sama dalam tahun 1960an sebagai proyek Agensi Projek Penyelidikan Termaju (ARPA) oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Tujuan awal dari pembentukan jaringan ini adalah untuk menghasilkan satu jaringan yang membolehkan proses pemindahan, pengambilan data yang terhubung diantara komputer satu dengan komputer lain yang terletak ditempat-tempat yang berbeda melalui beberapa jalur komunikasi yang berlainan. Karena itu, fungsi komputer dibuat bentuk dalam kondisi tidak terpusat supaya tidak ada satu bagian atau kawasan khusus yang dimusnahkan ketika keadaan sedang perang, sehingga apabila salah satu pusat pengendali komputer hancur tidak akan menghancurkan system komputer yang lain. Dalam tahun-tahun berikutnya berbagai macam jaringan komputer dihubungkan kepada ARPANET dan keseluruhan jaringan tersebut membentuk internet.

Lewat internet inilah kita bisa mendapatkan berbagai kemudahan untuk berbagai kebutuhan, seperti mengirim pesan dengan mudah, cepat dan gratis lewat email, berkomunikasi dengan orang-orang yang jaraknya jauh lewat chating ataupun blog, bisa mendapatkan berbagai macam informasi yang bisa dicari hanya lewat mesin pencari seperti google, ataupun yahoo.

2.1.3 Jenis-jenis fasilitas internet

(31)

World Wibe Web adalah layanan untuk menjelajah dan melihat-lihat halaman web

(browsing). Dengan adanya layanan ini memungkinkan kita untuk mencari informasi,

data, pengetahuan, mencari situs, download dan lain-lain (Priyatno, 2009).

Sedangkan menurut Team Cyber (2008), www adalah layanan yang paling sering digunakan dan memiliki perkembangan yang sangat cepat karena dengan layanan ini kita bisa menerima informasi dalam berbagai format (multimedia).

b. Email (electronic mail)

Email adalah sarana kirim mengirim surat melalui jalur internet. E-mail atau surat elektronik adalah surat melalui media elektronik. Melalui surat elektronik kita dapat mengirim surat elektronik, baik berupa teks maupun gabungan dengan gambar, yang dikirimkan dari satu alamat surat elektronik ke alamat lain di jaringan internet (MADCOMS, 2008).

Menurut Team Cyber (2008), email adalah surat elektronik yang memungkinkan kita untuk mengirim dan menerima pesan secara elektronik ke segala penjuru dunia yang memiliki jaringan internet. Dengan email maka kita dapat mengirim pesan dan orang yang menerima email kita dapat menerima email kita dalam waktu yang hampir bersamaan. Dengan demikian email lebih efisien daripada berkirim pesan dengan metode konvensional seperti berkirim surat melalui pos atau kurir yang membutuhkan waktu mulai dari beberapa jam hingga berminggu-minggu atau bahkan hingga berbulan-bulan.

c. Chat

(32)

Chatting dapat dilakukan apabila komputer tersebut sudah terinstal software/program

untuk chatting. Singkatnya, definisi chatting menurut Team Cyber (2008) adalah suatu fasilitas dalam internet untuk berkomunikasi sesame pemakai internet yang sedang on-line. Komunikasi dapat berupa teks atau suara (chatting voice).

d. Search Engine (Mesin Pencari)

Search Engine adalah website yang menyediakan layanan untuk mencari situs,

gambar, foto dan sebagainya dengan cepat. Terdapat banyak website pencari di internet antara lain Google, Yahoo, MSN Search dan sebagainya (Priyatno, 2009). Menurut MADCOMS (2008), mesin pencari atau search engine adalah sebuah situs yang mampu mencari data web dengan kata kunci / tag dengan query tertentu.

e. Facebook

Facebook merupakan website yang berbasis jaringan sosial yang biasa digunakan

untuk mencari teman dan berkomunikasi melalui internet. Dengan Facebook kita bisa saling berkirim pesan, menyimpan foto, dan sebagainya (Priyatno, 2009).

2.1.4 Waktu Penggunaan Internet

Mengenai waktu penggunaan internet ini, SWA-Mark Plus & Co (dalam Abrar, 2003) berdasarkan temuannya pada 1.100 orang pengguna internet, menggolongkan tipe-tipe pengguna internet berdasarkan lama waktu yang digunakan, ialah sebagai berikut: a) Pengguna berat (heavy users), yaitu individu yang menggunakan internet selama

lebih dari 40 jam per bulan.

b) Pengguna sedang (medium users), yaitu individu yang menggunakan internet 10-40 jam per bulan.

(33)

Intensitas Penggunaan Internet

Minggu Bulan Keterangan

Pengguna Berat >10 jam 40 jam Tinggi

Pengguna Sedang 2,5 jam – 10 jam 10 – 40 jam Sedang

Pengguna Ringan <2,5 jam <10 jam Rendah

Menurut Horrigan (2000), terdapat dua hal mendasar yang harus diamati untuk mengetahui intensitas penggunaan internet seseorang, yakni frekuensi internet yang sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses internet yang dilakukan oleh pengguna internet.

Menurut Mac Bride (1995), yang dapat dilakukan dengan menggunakan internet adalah dapat dengan mudah untuk:

a. Mengirimkan surat kepada teman-teman b. Ikut serta dalam diskusi kelompok komputer c. Mencari kesenangan khusus (hobi atau obsesi) d. Men-download file

e. Mencari informasi

f. Mencari di perpustakaan elektronik dengan kata-kata kunci g. Menonton video klip

h. Mendapatkan berita nasional maupun internasional yang terbaru i. Ikut main game dengan banyak pemain

2.1.5 Intensitas Penggunaan Internet Pada Remaja

(34)

Indonesia menunjukkan pengakses terbesar di Indonesia adalah mereka yang berusia antara 15-19 tahun.

Menurut Subramanian (Kompas, 20 Maret 2009), menyatakan bahwa "dari 2.000 responden yang mengikuti survei tentang penggunaan internet, didapat hasil sebanyak 64 persen adalah anak muda”. Sementara pada peringkat dua ditempati oleh pengguna berusia 20-24 tahun dengan prosentase 42 persen dan urutan terakhir ditempati usia 45-50 tahun. Tidak hanya itu, masih dari hasil penelitian yang sama, 53 persen dari anak usia 15-19 tersebut ternyata menggunakan mengakses internet dari warnet.

Menurut Subramanian, hal itu disebabkan oleh mereka mempunyai waktu luang yang lebih banyak dibanding para pekerja. Dan warnet menjadi pilihan karena belum banyak masyarakat yang mempunyai internet di rumah. Yang menarik adalah handphone ataupun PDA manjadi sumber akses internet terbesar kedua setelah warnet bagi anak usia 15-19 tahun yakni sebesar 19 persen, sedangkan mengakses di rumah hanya sebesar persen. Mengakses internet di sekolah sebesar 10 persen dan sisanya adalah mengakses menggunakan WiFi dari laptop.

Menurut Subramanian, sementara itu sebesar 83 persen, secara keseluruhan masyarakat Indonesia masih mengandalkan akses internet melalui warnet. Lalu, sebanyak 22 persen masyarakat Indonesia menggunakan internet melalui handphone atau PDA dan baru 19 persen mengakses internet dari kantor. Sedangkan

(35)

2.2 Self Control

Dalam control ini dibahas tentang pengertian control, aspek-aspek dari self-control, fungsi self-control, faktor yang mempengaruhi self-control, self-control pada

remaja, dan tugas perkembangan remaja.

2.2.1 Pengertian self control

Dalam Chaplin (2006), dikatakan bahwa self-control adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Dalam Kartini Kartono (2000). Self-control atau kontrol diri adalah mengatur sendiri tingkah laku yang dimiliki.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), kontrol diri atau kendali diri adalah pengaruh seseorang terhadap, dan peraturan tentang fisiknya, tingkah laku. Dan proses-proses psikologisnya – dengan kata lain sekelompok proses yang mengikat dirinya. Dalam Goldfried dan Merbaum (1973), self-control adalah proses dimana seorang individu menjadi pihak utama membentuk, mengarahkan dan mengatur perilaku yang akhirnya diarahkan pada konsekuensi positif.

(36)

dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa self-control (pengendalian diri) adalah kemampuan individu untuk menggunakan kehendak atau keinginannya dalam membimbing tingkah laku sendiri dan menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif yang dapat diarahkan pada konsekuensi positif.

2.2.2 Aspek-aspek Self-Control

Menurut Averill (dalam Sarafino, 1994), terdapat lima jenis tipe mengontrol diri, yaitu :

a) Behavioral control

Berkaitan dengan kemampuan untuk mengambil tindakan yang konkret untuk mengurangi dampak stressor. Tindakan tersebut mungkin dapat mengurangi intensitas peristiwa yang penuh dengan tekanan atau memperpendek jangka waktu.

Dalam Averill (1973), behavioral control ini diperinci menjadi 2 komponen, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modification).

(37)

Kemampuan memodifikasi stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya.

b) Cognitive control

Merupakan kemampuan untuk menggunakan proses dan strategi yang sudah dipikirkan untuk mengubah pengaruh stressor. Ini untuk memodifikasi akibat dari tekanan-tekanan. Strategi tersebut termasuk dalam hal yang berbeda atau fokus pada kesenangan atau pemikiran yang netral atau membuat sensasi.

Dalam Averill (1973), cognitive control terdiri atas 2 komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif.

c) Decisional control

(38)

d) Informational Control

Merupakan waktu yang tepat untuk mengetahui lebih banyak tentang tekanan-tekanan, apa saja yang terjadi, mengapa, dan apa konsekuensi selanjutnya. Informasi kontrol diri dapat mengurangi tekanan dengan meningkatkan kemampuan individu untuk memprediksikan dan mempersiapkan atas apa yang akan terjadi dengan mengurangi ketakutan-ketakutan yang sering dimiliki seseorang yang tidak terduga.

e) Retrospective Control

Bertujuan untuk meyakinkan tentang apa dan siapa yang mengakibatkan tekanan-tekanan setelah ini terjadi.

Kelima aspek ini yang digunakan untuk menyusun instrumen self-control.

2.2.3 Fungsi Self-Control (Pengendalian Diri)

Messina dan Messina (dalam Singgih D. Gunarsa, 2009), menyatakan bahwa pengendalian diri memiliki beberapa fungsi:

a) Membatasi perhatian individu kepada orang lain.

Dengan adanya pengendalian diri, individu akan memberikan perhatian pada kebutuhan pribadinya pula, tidak sekedar berfokus pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain di lingkungannya. Perhatian yang terlalu banyak pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain akan menyebabkan individu mengabaikan bahkan melupakan kebutuhan pribadinya.

(39)

c) Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif.

Individu yang memiliki pengendalian diri akan terhindar dari berbagai tingkah laku negatif. Pengendalian diri memiliki arti sebagai kemampuan individu untuk menahan dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku (negative) yang tidak sesuai dengan norma sosial.

d) Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang.

Individu yang memiliki pengendalian diri yang baik, akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Dalam hal ini, pengendalian diri membantu individu untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengendalian Diri (Self-Control)

Menurut Gilliom et al (dalam Singgih D. Gunarsa, 2009), ada beberapa sub-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan pengendalian diri (self-control) dalam diri individu. Keseluruhan sub-faktor tersebut termasuk dalam faktor emotion regulation (terdiri dari active distraction, passive waiting, information gathering, comfort seeking, focus on delay object/task, serta peak anger).

Dijelaskan oleh Gilliom bahwa semakin anak (pada usia 3½ tahun) mengalihkan hal-hal yang menyebabkan perasaan frustrasi yang dialaminya dengan cara active distraction (terdiri dari: anak diajak bermain khayal, mengeksplorasi ruang bermain,

(40)

Namun, pada saat yang bersamaan, bila anak (pada usia 3½ tahun) mampu mengalihkan hal-hal yang menyebabkan perasaan frustrasi yang dialaminya dengan cara passive waiting (menuruti instruksi untuk berdiri atau duduk dengan tenang), maka semakin anak (pada saat nanti usianya 6 tahun-yaitu usia sekolah) mampu bekerja sama dengan orang lain dan mematuhi aturan yang ada.

Sementara itu, bila anak (pada usia 3½ tahun) mengalihkan hal-hal yang menyebabkan perasaan frustrasi yang dialaminya dengan cara membicarakan atau mendiskusikan sumber perasaan frustrasi, memandang sumber perasaan frustrasi, dan menyatakan bahwa ia ingin berusaha mengakhiri sumber frustrasinya, maka semakin anak (pada saat nanti usianya 6 tahun-yaitu usia sekolah) mampu mengendalikan tingkah laku yang bersifat menyakiti atau merugikan orang lain (externalizing).

Cara focus on delay object/task yang dilakukan oleh anak, apda sisi lain, dapat menimbulkan efek negatif pada kemampuan pengendalian diri, khususnya pada aspek cooperation. Artinya, semakin anak (pada usia 3½ tahun) mengalihkan hal-hal yang

menyebabkan perasaan frustrasi yang dialaminya dengan cara focus on delay object/task (misalnya, dengan membicarakan sumber perasaan frustrasi, memandang

sumber perasaan frustrasi, dan menyatakan bahwa ia ingin berusaha mengakhiri sumber frustrasinya), maka semakin anak (pada saat nanti usianya 6 tahun-yaitu usia sekolah), kurang mau bekerja sama dan kurang menuruti aturan atau instruksi yang diberikan kepadanya.

(41)

gathering (mencari tahu dengan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan

sumber perasaan frustrasinya tanpa menyatakan bahwa ia ingin mengakhiri sumber frustrasinya), maka semakin anak (pada saat nanti usianya 6 tahun-yaitu usia sekolah) mampu menunjukkan assertiveness-nya kepada orang lain. Dengan kata lain, anak semakin mampu mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain tersebut.

Di samping kelima faktor tersebut di atas, ada faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi pengendalian diri (self-control) individu. Oleh karena pengendalian diri merupakan pengembangan self-regulation pada masa kanak-kanak, dapat dikatakan bahwa pengendalian diri juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang membentuk self-regulation. Menurut Papalia et al (dalam Singgih D. Gunarsa, 2009), faktor-faktor yang turut mempengaruhi pembentukan self-regulation adalah faktor proses perhatian dan faktor kesadaran terhadap emosi-emosi negatif. Semakin anak mampu menyadari emosi negatif yang muncul dalam dirinya dan semakin anak mampu mengendalikan perhatiannya pada sesuatu (attentional process), maka anak semakin mampu menahan dorongan-dorongan dan mengendalikan tingkah lakunya.

2.2.5 Self-Control Pada Remaja

Menurut Rice (dalam Singgih D. Gunarsa, 2009), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah:

1. Hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan.

(42)

adalah: perubahan dalam penggunaan komputer (computer revolution), perubahan dalam kehidupan materi (materialistic revolution), perubahan dalam aspek pendidikan (education revolution), perubahan dalam aspek kehidupan berkeluarga (family revolution), perubahan dalam aspek kehidupan seks (sexual revolution), dan peunahan dalam aspek kejahatan atau tindak kriminal yang terjadi (violence revolution). Dari enam aspek tersebut, aspek-aspek yang perlu dicermati

sehubungan dengan pengendalian diri pada remaja adalah computer revolution, materialistic revolution, education revolution, sexual revolution, dan violence

revolution.

 Perubahan dalam penggunaan komputer (computer revolution), ditandai dengan adanya fasilitas internet yang tersedia 24 jam sehari, 365 setahun. Dengan tersedianya fasilitas tersebut remaja sangat diuntungkan. Remaja dapat memperoleh berbagai pengetahuan atau informasi yang dibutuhkannya. Namun demikian, bersamaan dengan itu, remaja mendapatkan dampak negatif dari tersedianya fasilitas internet tersebut. Menurut McManus (dalam Rice, 1999), ada beberapa efek negatif yang dialami para remaja akibat cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi internet, yaitu meningkatnya agresivitas dalam kehidupan seks remaja dan tersitanya sebagian besar waktu remaja untuk bermain komputer dan menjelajahi internet, sehingga mengakibatkan terisolasinya hubungan interpersonal remaja dengan lingkungan bahkan dengan orang-orang terdekat dirumahnya.

(43)

merasa kurang mampu menghadapi tuntutan ini akan merasa ditolak oleh lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, untuk menghadapi kondisi perubahan kehidupan materi ini, remaja perlu mengendalikan diri dlam bentuk menunda keinginan sesaat untuk membeli atau mengkonsumsi berbagai macam barang yang ada disekelilingnya.

 Perubahan dalam aspek pendidikan (education revolution). Kemajuan teknologi dan kehidupan sosial yang semakin kompleks telah menyebabkan kebutuhan akan pendidikan semakin penting dan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan studi dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Lamanya masa pendidikan yang harus dijalaninya menjadikan pengendalian diri pada masa remaja sebagai unsur yang penting. Dengan pengendalian diri yang baik, remaja diharapkan mampu mengendalikan godaan-godaan yang datang selama masa studi agar mereka dapat berkonsentrasi penuh pada bidang studinya.  Perubahan dalam kehidupan seks (sexual revolution). Dalam menghadapi

sexual revolution, remaja memerlukan mekanisme pengendalian diri yang

baik. Dalam hal ini, pengendalian diri yang baik, berarti remaja mampu mengendalikan hasrat seksual dan dorongan biologisnya yang sedang timbul.

(44)

perlu memiliki kemampuan pengendalian diri yang memadai. Dengan kemampuan pengendalian diri yang baik, remaja diharapkan mampu mengendalikan dan menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu mengendalikan serta menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial berlaku.

2. Masa Badai dan Tekanan bagi Remaja (Storm & Stress)

Menurut Arnett (dalam Singgih D. Gunarsa, 2009), pentingnya pengendalian diri bagi remaja, juga didasari oleh fenomena bahwa masa remaja sering kali dikenal sebagai masa badai dan tekanan. Ada tiga elemen kunci yang termasuk dalam konsep masa badai dan tekanan ini adalah:

 Konflik dengan orangtua, sering sekali diisi dengan permasalahan seputar larangan-larangan yang berasal dari orangtua kepada remaja.

 Gangguan suasana hati, remaja lebih sering mengalami gangguan suasana hati dibandingkan pada saat masa anak-anak. Menuru Larson & Richards, remaja memang mengalami suasana hati yang positif. Namun demikian, bila ditinjau dari frekuensi suasana hati yang timbul, remaja cenderung lebih sering mengalami suasana hati yang negatif.

(45)

2.2.6 Tugas Perkembangan Remaja

Istilah adolescence, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget, bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1980).

Menurut Andi Mappiare (1982), rentangan usia yang biasanya terjadi dalam masa ini (untuk remaja Indonesia) adalah antara 17 sampai 21 tahun bagi wanita, dan 18 sampai 22 tahun bagi pria. Dalam rentangan masa itu terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembagan aspek-aspek psikis yang telah dimulai sejak masa-masa sebelumnya.

Menurut Hurlock (1980), ciri-ciri masa remaja: 1. Masa remaja sebagai periode yang penting 2. Masa remaja sebagai periode peralihan 3. Masa remaja sebagai periode perubahan 4. Masa remaja sebagai usia bermasalah 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan 7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

(46)

perkembangan. Sebagai hasil dari kerja timbale balik yang majemuk antara pertumbuhan dari dalam dan perangsangan dari lingkungan akan bermunculan serangkaian perilaku baru menuju tercapainya masa dewasa. Tergantung dari reaksi lingkungan dan pemahaman lingkungan terhadap munculnya perubahan-perubahan itulah, akan timbul atau tidak masalah bagi remaja.

Beberapa tugas perkembangan bagi remaja: 1. Memperoleh kebebasan emosional

Agar menjadi seorang dewasa yang dapat mengambil keputusan dengan bijaksana, remaja harus memperoleh latihan dalam mengambil keputusan secara bertahap. Perlu menghadapi pilihan-pilihan dari yang ringan sampai yang berat, dengan jangkauan jauh ke masa depan.

Remaja perlu merenggangkan ikatan emosional dengan orangtua, supaya belajar memilih sendiri dan mengambil keputusan sendiri. Usaha memperoleh kebebasan emosional ini sering disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orangtua.

Tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan-pertentangan dalam keluarga. Dengan bekal “kebebasan emosional” berlandaskan kemampuan membedakan mana yang baik, mana yang tidak baik, apa yang patut dipilih, apa yang harus dihindari, tujuan maan yang harus dikejar dan tindakan atau keputusan mana sebaiknya diambil, remaja dapat bergaul dan menjalankan tugas perkembangan selanjutnya.

2. Mampu bergaul

(47)

mengalami pengaruh lingkungan baik yang mengarahkan maupun yang mengombang-ambingkannya.

3. Menemukan model untuk identifikasi

Remaja pada masa ini sedang merenggangkan diri dari ikatan emosional dengan orangtuanya. Menurut Erikson (dalam Yulia Singgih D. Gunarsa, 2008), pada masa ini remaja harus menemukan identitas diri. Ia harus memiliki gaya hidup sendiri, yang bisa dikenal dan ajek walaupun mengalami berbagai macam perubahan.

Secara bertahap remaja memilih dan memenuhi kewajiban dan persyaratan berhubung dengna ikatan-ikatan pribadi berkaitan dengan keyakinan hidup yang telah dipilihnya dan pekerjaanya. Dengan demikian gaya hidup yang khas baginya akan jelas terlihat dari terbentuknya “identitas diri” dalam menduduki tempatnya di masyarakat. Ikatan pribadi pada masa ini sangat penting untuk pembentukan identitas diri.

4. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan dalam. Lingkungan luar dan pengaruhnya kadang-kadang perlu dihambat dan dicegah, supaya tidak terlalu besar perangsangannya terutama bila bersifat negatif. Demikian pula dengan lingkungan dalam diri yang mempengaruhi munculnya perilaku yang tidak bisa ditoleransikan oleh umum, oleh masyarakat harus dikendalikan dan dicegah pemunculannya.

(48)

bisa diterima umum. Skala nilai dan norma yang baru bisa diperolehnya melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Tokoh masyarakat yang dianggapnya berhasil dalam kehidupannya.

5. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan

Seorang anak masih bersifat egosentris. Segala hal dipandang dari sudut pandangnya sendiri, terpusat pada keinginan dan kebutuhan sendiri. Reaksi dan tingkah lakunya sangat dipengaruhi oleh emosi dan kebutuhannya, sehingga sulit menangguhkan terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu. Sebaiknya seorang remaja diharapkan bisa meninggalkan kecenderungan, keinginan untuk menang sendiri. Sepanjang masa peralihan ini, remaja harus belajar melihat dari sudut pandang orang lain. Egosentrisme harus dikikis, supaya perhatian dan tujuan hidupnya lebih diarahkan kepada tanggung jawab atas kesejahteraan orang lain.

2.3 Kerangka Berpikir

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi yang terus berkembang mengikuti kebutuhan pasar dimana semua orang membutuhkan satu teknologi yang serba praktis, cepat dan hemat telah memunculkan satu teknologi yang disebut internet. Teknologi internet ini telah banyak digunakan oleh banyak kalangan, dari anak-anak sampai orang tua. Banyak pelajar dan mahasiswa menggunakan internet untuk berbagai keperluan. Berbagai informasi pun dapat diperoleh dari internet tersebut, mulai dari informasi mengenai pendidikan dan ilmu pengetahuan, kesehatan, olahraga, hiburan perdagangan, berita dan lain sebagainya.

(49)

pengetahuan dan kegunaan, hubungan bermakna tersebut bersifat positif artinya semakin tinggi intensitas penggunaan internet maka pemenuhan kepuasan akan pengetahuan, kesenangan, kegunaan pribadi semakin terpenuhi. Semakin tinggi pula pemenuhan akan pengetahuan dan kepuasan. Para pengguna internet khususnya remaja menggunakan internet untuk berbagai macam hal, misalnya saja untuk keperluan proses belajar mengajar, bermain game-online, chatting, atau yang sekarang lagi trend adalah membuka facebook.

Rata-rata pengguna internet di perkotaan 60% adalah di bawah 30 tahun. Artinya, sebagian dari mereka adalah dari kalangan anak sekolah, yang masih muda, yang mungkin saja masih belum terlalu bisa memilah informasi yang ada. Di kalangan remaja, mereka tidak asing lagi dengan istilah-istilah seperti: e-mail, browsing, chatting, website, blog, dan sebagainya. Data lain menunjukkan hampir 30 persen

pengguna Internet di Tanah Air berasal dari kalangan remaja berusia 15-24 tahun. Pengguna internet secara signifikan lebih cenderung untuk bermain games jika dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan internet, penelitian ini juga menemukan bahwa 64% dari pengguna internet bermain games sedangkan mereka yang tidak hanya 20%.

(50)

control dan retrospective control. Kontrol diri pada suatu individu dengan individu

yang lain tidaklah sama. Ada yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Dalam menggunakan internet, individu seharusnya mampu mengontrol dirinya agar tidak berlebihan.

Behavioral control, berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam

mengontrol dirinya dan mengendalikan situasi atau keadaan ketika sedang menggunakan internet. Cognitive control, berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif. Decisional control, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Informational control, berkaitan dengan kemampuan individu untuk memprediksi dan mempersiapkan atas apa yang akan terjadi dengan mengurangi ketakutan-ketakutan yang sering dimiliki seseorang yang tidak terduga. Retrospective control, bertujuan untuk meyakinkan tentang apa dan siapa yang mengakibatkan

(51)

Kerangka pemikiran pada penelitian ini yaitu :

Behavioral control

Cognitive control

Decisional control

Informatinal control

Retrospective control

Jenis kelamin

Usia

Intensitas penggunaan internet

(52)

2.4 Perumusan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha1 : Ada hubungan yang signifikan antara self-control terhadap intensitas

penggunaan internet remaja akhir

Ho1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara self-control terhadap intensitas

penggunaan internet remaja akhir

Ha2 : Ada hubungan yang signifikan antara behavioral control terhadap intensitas

penggunaan internet remaja akhir

Ho2 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara behavioral control terhadap

intensitas penggunaan internet remaja akhir

Ha3 : Ada hubungan yang signifikan antara cognitive control terhadap intensitas

penggunaan internet remaja akhir

Ho3 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara cognitive control terhadap

intensitas penggunaan internet remaja akhir

Ha4 : Ada hubungan yang signifikan antara decisional control terhadap intensitas

penggunaan internet remaja akhir

Ho4 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara decisional control terhadap

intensitas penggunaan internet remaja akhir

Ha5 : Ada hubungan yang signifikan antara informational control terhadap intensitas

penggunaan internet remaja akhir

Ho5 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara informational control terhadap

intensitas penggunaan internet remaja akhir

Ha6 : Ada hubungan yang signifikan antara retrospective control terhadap intensitas

(53)

Ho6 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara retrospective control terhadap

intensitas penggunaan internet remaja akhir

Ha7 : Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap intensitas

penggunaan internet remaja akhir

Ho7 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap intensitas

penggunaan internet remaja akhir

Ha8 : Ada hubungan yang signifikan antara usia terhadap intensitas penggunaan

internet remaja akhir

Ho8 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara usia terhadap intensitas

(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai metode dan pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, populasi dan sampel, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, prosedur penelitian.

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Gay (dalam Sevilla, 1993) metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan utama dalam menggunakan metode ini menurut Travers (dalam Sevilla, 1993) adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

(55)

3.2Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel

Menurut Kerlinger (2006), variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita melekatkan bilangan atau nilai. Penelitian ini melibatkan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel)

1. Variabel Bebas (Independent Variabel), yaitu self-control

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel), yaitu intensitas penggunaan internet

3.2.2 Definisi Konseptual Variabel

Definisi Konseptual (dalam Kerlinger, 2006) adalah mendefinisikan suatu konstruk atau variabel dengan menggunakan konstruk-konstruk lain.

a. Self-Control

Self-control (pengendalian diri) adalah kemampuan individu untuk menggunakan

kehendak atau keinginannya dalam membimbing tingkah laku sendiri dan menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif yang dapat diarahkan pada konsekuensi positif.

b. Intensitas Penggunaan Internet

(56)

3.2.3 Definisi Operasional Variabel

Menurut Kerlinger (2006), definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.

a. Self-Control

Definisi operasional self -control adalah skor yang diperoleh dari skala self -control. Aspek-aspek self- control dalam penelitian ini didasarkan pada konsep

Averill, (dalam Sarafino, 1990) yaitu: behavioral control, cognitive control, decisional control, informational control, dan retrospective control.

b. Intensitas penggunaan internet

Definisi operasional intensitas penggunaan internet adalah skor yang diperoleh dari skala intensitas penggunaan internet. Intensitas penggunaan internet dalam penelitian ini adalah frekuensi dan durasi.

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Kerlinger (dalam Sevilla, 1993) mendefinisikan populasi sebagai “keseluruhan anggota, kejadian atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik”. Sedangkan Gay (dalam Sevilla dkk, 1993) mendefinisikan populasi sebagai kelompok di mana peneliti akan menggeneralisasikan hasil penelitiannya.

(57)

3.3.2 Sampel

Menurut Ferguson (dalam Sevilla dkk, 1993) sampel adalah “beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi”. Untuk jumlah sampel, peneliti menggunakan ukuran minimum yang ditawarkan oleh Gay, bahwa untuk penelitian korelasi diambil 30 subjek atau lebih (Sevilla, 1993). Menurut Gay (dalam Sevilla, 1993) ukuran sampel dalam penelitian deskriptif korelasional adalah 30 subjek. Peneliti mengambil sampel sebanyak 70 subjek karena untuk menganalisa data penetapan sampel yang besar lebih mengurangi bias yang timbul dibandingkan dengan menggunakan sampel dalam jumlah sedikit. Selain itu distribusi frekuensi dari data dengan jumlah sampel besar dan tidak kurang dari 30 subjek akan mendekati penyebaran sampel.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Ary, Jacob dan Razavieh (dalam Sevilla,1993) teknik pengambilan sampel adalah suatu proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, melakukan pengamatan pada populasi secara keseluruhan. Dalam penelitian ini, tekhnik yang digunakan adalah purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan individu yang sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan peneliti (Sugiyono, 2009). Adapun yang menjadi karateristik sampel dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Remaja laki-laki atau perempuan 2. Berusia 18-22 tahun

3. Dapat menggunakan internet

(58)

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Alat Ukur Penelitian

Alat ukur penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data berupa angket yang terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Bagian pertama berisi skala Self-control yang diambil berdasarkan aspek-aspek self-control (dalam Sarafino, 1990) yaitu: behavioral control, cognitive control,

decisional control, informational control, dan retrospective control.

Dalam penelitian ini alat pengumpul data yang digunakan peneliti adalah skala Likert. Untuk variabel self-control, peneliti menggunakan skala Likert yang berupa pernyataan pendapat disajikan kepada responden yang memberikan indikasi pernyataan setuju atau tidak setuju. Biasanya responden memberi tanda pada skala 1 sampai 4 sebagai alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk alternatif jawaban ragu-ragu atau netral (R) tidak digunakan agar mengurangi pengaruh “kecenderungan sentral” dan mendorong responden untuk memutuskan sendiri apakah positif atau negatif (dalam Sevilla, 1993). Adapun skor pada alternatif jawaban yang telah disediakan adalah:

Tabel 3.1

Skor Untuk Pernyataan

Favorable Skor Unfavorable Skor

Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 3 Setuju (S) 2

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3

Sangat Tidak Setuju (STS)

1 Sangat Tidak Setuju (STS)

(59)

Skala Self-control digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang remaja dapat mengontrol dirinya dalam menggunakan internet. Adapun jumlah item yang digunakan dalam skala ini adalah sebanyak 60 item.

Berikut ini adalah tabel skoring pernyataan dan tabel blue print skala self-control. Tabel 3.2

blue print skala self-control

(60)

keadaan/peristiwa

Gambar

Tabel 4.17 : Model Summary Informational control..................................................
gambar, foto dan sebagainya dengan cepat. Terdapat banyak website pencari di
Tabel 3.1
blue printTabel 3.2  skala self-control
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Self-Control Dengan Intensitas Penggunaan Facebook Pada Remaja Akhir.. Skripsi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan kepuasan hubungan interpersonal. Jumlah subjek dalam penelitian ini

Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara religiositas dengan intensitas menonton tayangan kekerasan pada remaja akhir..

50 -.052 .719 Tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka pada remaja di

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Minat belajar, Kompetensi Guru, Intensitas Penggunaan

Hasil penelitian ini telah membuktikan pernyataan dalam penelitian Blau (2011) yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif antara self-disclosure online dengan

Bersumber pada hasil perhitungan statistik yang sudah dicoba buat meyakinkan kalau ada ikatan yang sangat signifikan antara Self- control dengan Penyesuaian Diri

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan self control remaja aspek cognitive control,