• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka pada pelajar SMA Kolese le Cocq D`Armandville Nabire.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka pada pelajar SMA Kolese le Cocq D`Armandville Nabire."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

vii

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS KOMUNIKASI TATAP

MUKA PADA PELAJAR SMA KOLESE LE COCQ d’ARMANDVILLE NABIRE

Fitri Apriliyana Tiran

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja. Penelitian kuantitatif asosiatif ini memanfaatkan metode try out terpakai. Skala pengukuran menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 aitem dengan reliabilitas 0,437. Subjek penelitian adalah 50 pelajar yang teridiri dari 24 orang laki-laki dan 26 orang perempuan dari sebuah sekolah menengah atas Kolese Le Cocq

d’Armandville Nabire. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis data, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja (r = 0,719; p > 0,05).

(2)

RELATIONSHIP INTENSITY OF INTERNET MEDIA COMMMUNICATION WITH INTENSITY OF FACE TO FACE COMMUNICATION TO SENIOR HIGH SCHOOL KOLESE LE COCQ

d’ARMANDVILLE NABIRE

Fitri Apriliyana Tiran

ABSTRACT

This research aimed to examine the relationship intensity of internet media communication with intensity of face to face communication adolescent. This research was a associative quantitative research. A scale measuring intensity communication by using questionnaire. The scale scale was consisted of four items with reliability 0,437. Subjects were 50 studensts that consist of 24 men and 26 women from a senior high schoo Kolese Le Cocq

d’Armandville Nabire. The data were analyzed using Ranks Spearman technique. The analysis shows that there is no significant relationship between intensity of internet media communication with intensity of face to face communication adolescent (r = 0,719; p >0,05).

(3)

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS KOMUNIKASI TATAP

MUKA PADA PELAJAR SMA KOLESE LE COCQ d’ARMANDVILLE NABIRE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh: Fitri Apriliyana Tiran

NIM : 099114076

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)

v

HALAMAN PESEMBAHAN

Karya ini saya permsembahkan kepada: Papaku Christofel Tiran & Mamaku Sri Wahyuni Susilawati Kedua saudaraku Fitri Apriliyani Tiran & Hellena Vivian Christa Tiran Alm. Febian Hayatullah Kumaini Hanafi

SMA Kolese Le Cocq d’Armandville

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS KOMUNIKASI TATAP

MUKA PADA PELAJAR SMA KOLESE LE COCQ d’ARMANDVILLE NABIRE

Fitri Apriliyana Tiran

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja. Penelitian kuantitatif asosiatif ini memanfaatkan metode try out terpakai. Skala pengukuran menggunakan kuesioner yang terdiri dari 4 aitem dengan reliabilitas 0,437. Subjek penelitian adalah 50 pelajar yang teridiri dari 24 orang laki-laki dan 26 orang perempuan dari sebuah sekolah menengah atas Kolese Le Cocq

d’Armandville Nabire. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Rank Spearman. Berdasarkan hasil analisis data, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja (r = 0,719; p > 0,05).

(10)

RELATIONSHIP INTENSITY OF INTERNET MEDIA COMMMUNICATION WITH INTENSITY OF FACE TO FACE COMMUNICATION TO SENIOR HIGH SCHOOL KOLESE LE COCQ

d’ARMANDVILLE NABIRE

Fitri Apriliyana Tiran

ABSTRACT

This research aimed to examine the relationship intensity of internet media communication with intensity of face to face communication adolescent. This research was a associative quantitative research. A scale measuring intensity communication by using questionnaire. The scale scale was consisted of four items with reliability 0,437. Subjects were 50 studensts that consist of 24 men and 26 women from a senior high schoo Kolese Le Cocq

d’Armandville Nabire. The data were analyzed using Ranks Spearman technique. The analysis shows that there is no significant relationship between intensity of internet media communication with intensity of face to face communication adolescent (r = 0,719; p >0,05).

(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi

“Hubungan Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi dengan

Intensitas Komunikasi Tatap Muka Remaja di Nabire” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar sarjana Psikologi (S.Psi.) di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam mengerjakan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak doa, semangat, bimbingan, saran, serta kritik yang positif dari bebagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua, Bapak Christofel Tiran dan Ibu Sri Wahyuni Susilawati, atas pengertian, dukungan, doa, dan segala bantuan yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan hingga saat ini.

2. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan, saran, serta semangat kepada penulis selama penilitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Ibu Debri Pristinella, M.Si. dan Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi., selaku dosen penguji.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah mendampingi dan berbagai ilmu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Univeristas Sanata Dharma, Yogykarta.

6. Seluruh staf laboratorium Psikologi, staf kebersihan, dan staf keamanan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

7. Romo Seno, Romo Tito, Romo Fristian yang telah memberikan semangat dan bimbingan selama proses kehidupan penulis.

8. SMA Kolese Le Cocq d’Armandville selaku almamater yang telah

bersedia menjadi sampel penelitian skripsi ini.

9. Fitri Apriliyani Tiran dan Hellena Vivian Christa Tiran selaku saudara kandung penulis atas doa, kasih sayang, semangat, serta kritik kepada penulis. Terima kasih.

10. Sara, Consita, Yuliana, Itha, Febria atas doa, semangat, dan waktu kalian dari SMA hingga saat ini. I love you, girls.

11.Suhadianca Sangadji, Alm. Febian Hayatullah Kumaini Hanafi dan Sayid Abdullah atas doa, cinta, semangat dari kalian bertiga. I love you, boys. 12.Lele, Laurin, Andi Rosita, Yenny, Ole, Dian, Kris, Asti, Lele, Lia, Wiwik,

(13)

xi

dukungan, keceriaan, semangat, cerita, serta kebersamaan kepada penulis. Kalian adalah keluarga kedua selama penulis hidup sebagai mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Serta ucapan terima kasih kepada Ibu Sakidjan selaku ibu kost yang telah memberikan dukungan doa.

13.Teman-teman angkatan 2009 tanpa terkecuali, atas dukungan, doa, keceriaan, dan kebersamaan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

14.Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk sesuatu yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 21 Oktober 2015

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Definisi Komunikasi Tatap Muka ... 11

1. Elemen-elemen dalam Komunikasi Tatap Muka ... 12

2. Ciri-ciri Komunikasi Tatap Muka ... 13

3. Tujuan Komunikasi Tatap Muka ... 14

3. Pesan Verbal dan Nonverbal ... 16

4. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Tatap Muka ... 16

B. Komunikasi melalui Media Internet ... 18

1. Definisi Komunikasi Melalui Media Internet ... 18

2. Jenis-jenis Aplikasi Melalui Media Internet ... 19

(15)

xiii

4. Karakteristik Internet Sebagai Media Komunikasi ... 23

5. Keunggulan dan Kelemahan Internet sebagai Media Komunikasi ... 24

C. Masa Remaja ... 25

D. Dinamika Hubungan ... 27

E. Skema ... 32

F. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

D. Subjek Penelitian ... 34

E. Metode Pengumpulan Data ... 35

F. Alat Pengumpulan Data ... 35

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Pelaksanaan Penelitian ... 39

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39

C. Hasil Penelitian ... 41

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 50

2. Bagi Subjek Penelitian ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pilihan Media Internet ... 35

Tabel 2 Jenis Kelamin ... 36

Tabel 3 Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi ... 36

Tabel 4 Intensitas Komunikasi Tatap Muka ... 36

Tabel 5 Frekuensi Komunikasi Internet ... 36

Tabel 6 Frekuensi Komunikasi Tatap Muka ... 36

Tabel 7 Hasil Uji Realibilitas ... 38

Tabel 8 Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi ... 40

Tabel 9 Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Komunikasi Tatap Muka ... 40

Tabel 10 Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

Tabel 11 Deskripsi Subjek berdasarkan Usia ... 40

Tabel 12 Deskripsi Subjek berdasarkan Pilihan Aplikasi Internet ... 41

Tabel 13 Hasil Uji Normalitas pada Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi ... 42

Tabel 14 Hasil Uji Normalitas pada Intensitas Komunikasi Tatap Muka ... 42

Tabel 15 Hasil Uji Linearitas ... 44

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Kuesioner Penelitian ... 61

LAMPIRAN B Uji Reliabilitas ... 63

LAMPIRAN C Uji Normalitas ... 65

LAMPIRAN D Uji Linearitas ... 69

LAMPIRAN E Uji Hipotesis ... 71

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam kehidupan sosialnya, menciptakan suatu interaksi

dengan komunitas atau individu tertentu, salah satunya adalah

menggunakan komunikasi. Trenholm dan Jensen (dalam Wiryanto, 2004)

menyatakan komunikasi adalah suatu proses dimana sumber

mentrasmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai saluran.

Komunikasi menjadi sangat penting, karena memperantai informasi dari

satu pihak kepada pihak lain dengan tujuan tersebarnya maksud dan

makna yang sama antara pengirim dan penerima pesan. Keberhasilan

komunikasi dapat diukur dengan tersampaikannya informasi, sehingga

akan terbangun pemahaman dan pengertian antara dua belah pihak

(Maulana dan Gumelar, 2013).

Komunikasi adalah bagian paling penting dalam aktivitas

sehari-hari. Diawali dari ketika bangun pagi, bekerja atau belajar, berada di

dalam kendaraan, menunggu pekerjaan dan pelajaran dimulai, berdiskusi

di kelas, hingga mengirim email atau mengomentari status di jejaring

sosial internet. Para ahli menyebutkan lebih dari 80% alokasi waktu dalam

satu hari dilakukan dengan komunikasi (Maulana dan Gumelar, 2013).

Menurut Darmawan (2007) komunikasi dapat terjadi dalam beberapa

bentuk, diantaranya dalam bentuk komunikasi personal dan komunikasi

(19)

dan komunikasi melalui perantara media. Berdasarkan cara penyampaian

komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal.

Perkembangan zaman ditandai dengan kecanggihan teknologi yang

membuat manusia mengubah bentuk, sifat dan cara berkomunikasi

mereka. Internet merupakan media komunikasi yang tidak terbatas dan

tanpa hambatan, baik hambatan geografis dan hambatan waktu. Menurut

Horrigan (2000) internet merupakan salah satu media teknologi yang

paling berkembang pesat karena memiliki kecepatan koneksi, perangkat

akses, dan aplikasi-aplikasi yang meluas. Sebagai contoh, fasilitas-fasilitas

(warnet), hotspot wife (wireless fidelity) gratis di sekolah, perpustakaan

bahkan di area publik. Lazarsfeld, dkk (dalam Hemmer, 2009) menyatakan

bahwa setiap teknologi memiliki efek menggantikan, hal ini juga terjadi

pada beberapa media komunikasi sebelum internet, contoh dari radio ke

media cetak seperti buku, majalah, koran, dan lain sebagainya.

Menurut Ramadhan (2005) sejarah internet dibentuk oleh

Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Internet

(Interconnected Network) adalah sebuah sistem yang mampu

menghubungkan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Internet

sebagai media komunikasi, internet mempunyai peran sebagai alat

(chanel) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator atau

penyalur pesan (source) kepada komunikan atau penerima pesan

(20)

Internet sebagai media komunikasi mendorong industri elektronik

untuk menciptakan perangkat komunikasi berbasis komputer seperti,

komputer, laptop, notebook, tablet, dan smartphone, seperti Blackberry,

Android, dan iPhone berserta aplikasi-aplikasinya (email, chatting, dan

jejaring sosial). Semua alat telekomunikasi tersebut dapat saling terhubung

dengan menggunakan jaringan internet yang memungkinkan pengguna

saling terhubung meskipun saling berjauhan tempat (Arham, 2014).

Menurut Greenfield dan Subrahmanyam (2008) komunikasi

melalui media internet merupakan bentuk komunikasi baru yang telah

banyak digunakan oleh masyarakat, terlebih pada remaja. Remaja

merupakan pengguna terbanyak komunikasi melalui media internet

seperti, chatting, email, dan jejaring sosial serta situs internet lainnya

seperti You Tube, Blog, dan Game Online (Greenfield dan Subrahmanyam,

2008).

Penelitian pada tahun 2008 menunjukkan bahwa 58 remaja Jerman

menggunakan situs jejaring sosial Facebook dan MySpace untuk

berkomunikasi (Kramer dan Winter, 2008). Penelitian Sheldon (2008) juga

menunjukkan bahwa remaja rata-rata menghabiskan waktu 47 menit

perhari untuk Facebook. Selain itu, penelitian Anderson, dkk (2010)

menunjukkan bahwa 100 remaja yang menggunakan situs pribadi atau

weblogs terlibat komunikasi yang bertujuan untuk membina hubungan dan

(21)

Penelitian yang dilakukan Nielsen Survey menemukan fakta bahwa

rata-rata remaja mengirim pesan tertulis (text messager) atau SMS

sebanyak 3.417 kali dalam sebulan atau rata-rata 7 kali setiap jam. Remaja

putri lebih banyak mengirim pesan tertulis sebanyak 3.952 kali perbulan,

sedangkan remaja putra mengirim pesan tertulis sebanyak 2.815 kali

perbulan (dalam http://www.vemale.com/ diakses 23 Oktober 2013).

Fenomena internet sebagai media komunikasi juga terjadi pada

remaja di Indonesia. Survei dan studi yang dikaji sekitar tahun 2000

sampai dengan tahun 2003-an yang menunjukkan bahwa 252 responden

pelajar SMA Surabaya menggunakan internet sebesar 62,3% untuk

chatting. Penelitian lain yang dilakukan oleh Surya (2002) terhadap remaja

SMA dan perguruan tinggi di Kotamadya Surabaya menemukan bahwa

fasilitas internet yang sering digunakan adalah chatting, emailing, dan

browsing. Kemudian, studi terhadap 182 remaja SMA di Jakarta Selatan

yang dilakukan Novanana (2003) menunjukkan juga bahwa 50,5%

menggunakan chatting untuk berkomunikasi.

Pada tahun 2008, Spire Research dan Consulting serta Majalah

Marketing (dalam Qomariyah, 2009) melakukan survei tren dan kesukaan

di lima kota besar di Indonesia (Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan

Makasar). Sebanyak 1.000 responden usia 13 – 18 tahun menggunakan

internet dalam kegiatan sehari-hari seperti mengirimkan pesan tertulis.

Kemudian, penelitan di Indonesia yang dilakukan pada bulan

(22)

berusia 12 – 17 tahun rata-rata mengirimkan pesan tertulis sebanyak 60

kali perhari. Remaja putri mengirim 100 pesan tertulis dan remaja putra

mengirim 50 pesan tertulis. Sebanyak 75% remaja menyatakan bahwa

mereka lebih suka komunikasi menggunakan tulisan, 63% dari mereka

menyatakan mengirim pesan tertulis setiap hari, dan 39% melakukan

komunikasi tatap muka (dalam http://www.vemale.com/ diakses 26

Agustus 2015).

Hasil penelitian terbaru tahun 2014 yang dilakukan oleh lembaga

PBB, UNICEF, bersama mitra Kementrian Komunikasi dan Informatika,

dan Universitas Harvard mengenai keamanan penggunaan media digital

pada anak dan remaja di Indonesia, diketahui sebanyak 98% dari anak dan

remaja yang berusia 10 – 19 tahun tahu tentang internet dan 79,5% adalah

pengguna internet. Selain itu, penelitian ini juga menyatakan bahwa anak

dan remaja mengakses internet untuk terhubung dengan teman lama dan

teman baru dan mayoritas komunikasi mereka dilakukan dengan teman

sebaya, guru, dan anggota keluarga (dalam http://kominfo.go.id/ diakses 26

Agustus 2015). Hal tersebut sesuai dengan periode perkembangan remaja

secara sosial yang bertujuan untuk mencapai kemandirian dan perubahan

dalam menjalin relasi dengan orang lain (Santrock, 2007).

Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan aspek

kepribadian dan sosial yang lebih banyak melibatkan kelompok teman

(23)

Tingginya intensitas penggunaan internet sebagai media

komunikasi dapat mengakibatkan semakin rendahnya intensitas

komunikasi tatap muka (Arfika, 2012). Penelitian Takariani (dalam

Kurniasari, 2013) menunjukkan bahwa chatting melalui Facebook

berpengaruh secara signifikan sebesar 52,7% mengurangi komunikasi

tatap muka remaja dalam keluarga. Penggunaan internet sebagai media

komunikasi yang berlebihan dapat menurunkan sifat sosial remaja di

masyarakat karena lebih suka menggunakan jejaring sosial untuk

berkomunikasi (dalam http://kominfo.go.id/ diakses 10 Maret 2014).

Psikolog Neil Bernstein menyatakan bahwa kecenderungan remaja

menghindari komunikasi tatap muka dan lebih suka dengan pesan tertulis

karena media sosial seperti, Facebook, Twitter, dan pesan instan (chatting)

membuat remaja addiction atau ketergantungan (dalam

http://ictwatch.com/ diakses 21 Februari 2013).

Fenomena komunikasi melalui media internet oleh Walther (1996)

disebut sebagai komunikasi Hypepersonal yakni komunikasi dengan

perantara internet secara sosial lebih menarik daripada komunikasi tatap

muka. Hal tersebut tampaknya akan terus terjadi seiring dengan

perkembangan teknologi komunikasi. Komunikasi yang semula lebih

menekankan pada komunikasi tatap muka tampaknya akan lebih banyak

terjadi dengan komunikasi tulisan melalui media internet.

Berdasarkan, latar belakang yang telah dituliskan, peneliti memiliki

(24)

penggunaan internet sebagai media komunikasi dengan intensitas

komunikasi tatap muka remaja di Nabire. Ketertarikan peneliti untuk

melakukan studi ini karena diketahui bahwa remaja di Nabire memiliki

keinginan untuk berhubungan dengan teman sebaya baik melalui

komunikasi melalui media internet dan komunikasi tatap muka. Hal ini

berdasarkan hasil wawancara bahwa remaja di Nabire melalukan aktivitas

komunikasi di dunia maya seperti, browsing, chatting, dan update status

atau mengkomentari status teman mereka pada pukul 01.00 – 04.30 WIT.

Hal ini membuat remaja di Nabire rela menggunakan waktu istirahat

mereka. Selain itu, diketahui juga bahwa di Nabire masih mengalami

minimnya fasilitas internet, seperti jumlah warnet yang tidak banyak,

akses koneksi yang tidak memadai (sangat lambat), dan biaya yang mahal

yakni Rp10.000-, perjam, dan belum tersedianya hotspot wife (wireless

fidelity) di area publik. Selain itu, di Nabire baru mempunyai dua provider

jasa telekomunikasi internet, yaitu Telkomsel dan Indosat. Hal ini karena

internet di Indonesia Bagian Timur (Papua) bisa menghabiskan

Rp6.000.000-, perbulan karena internet di sana sama sekali tidak memiliki

jaringan yang membuatnya dapat memperoleh askes internet murah atau

setara dengan tarif normal (dalam http://bisnis.liputan6.com/ diakses 12

Februari 2014).

Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa dua dari tiga

narasumber menyatakan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan waktu

(25)

dibandingkan komunikasi tatap muka yang terjadi selama 3 jam perhari.

Menurut Nie, 2001 (dalam Papalia, dkk 2013) dampak penggunaan

internet sebagai media komunikasi dapat menyebabkan remaja

menghabiskan waktu lebih banyak di internet dan memiliki sedikit teman

(Mesch, dalam Papalia, 2013).

Penggunaan internet yang berlebihan pada tahun 90-an hingga

awal 2000-an menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan internet

sebagai media komunikasi akan lebih banyak menghabiskan waktu mereka

berkomunikasi dengan orang asing, sehingga mengurangi waktu hubungan

sosial remaja dengan keluarga dan teman di dunia nyata (Kraut dkk, 1998

dalam Valkenburg dan Peter 2009).

Selain itu, narasumber juga menyatakan bahwa mereka dan

beberapa teman mereka melakukan dua aktivitas yaitu komunikasi melalui

media internet dan komunikasi tatap muka pada waktu bersamaan.

Menurut Kay (dalam Papalia, 2013) komunikasi tatap muka pada remaja

itu penting karena terkait dengan tugas perkembangan pada aspek

kepribadian dan aspek sosial. Hal ini sesuai dengan tujuan komunikasi

tatap muka yaitu membangun dan mempertahankan hubungan sosial.

Hubungan sosial ini dapat menghindari diri dari kesendirian dan depresi

(Devito, 1995 dalam Maulana dan Gumelar, 2013). Hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat menunjukkan hubungan intensitas penggunaan

internet sebagai media komunikasi dan intensitas komunikasi tatap pada

(26)

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan intensitas penggunaan internet sebagai

media komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka remaja di

Nabire?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan intensitas penggunaan internet sebagai media

komunikasi dengan intensitas komunikasi tatap muka pada remaja di

Nabire.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai komunikasi

melalui media internet dan komunikasi tatap muka pada bidang

Psikologi Komunikasi dan Psikologi Perkembangan.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi refrensi bagi

penelitian selanjutnya yang tertarik dengan masalah intensitas

penggunaan internet sebagai media komunikasi dan intensitas

(27)

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan

pemahaman mengenai komunikasi tatap muka dan komunikasi

melalui media internet pada remaja di Nabire.

b. Subjek

Memberikan informasi kepada remaja tentang cara

mengartikan dan menggunakan aplikasi internet sebagai media

komunikasi. Hal ini diharapkan agar remaja mengetahui

tentang resiko bahaya yang mungkin timbul dari pertemuan

langsung dengan seseorang yang baru dikenal dari dunia maya.

c. Orangtua Subjek

Pihak orang tua dan guru harus mengawasi dan mendampingi

anak-anak mereka dalam aktivitas digitalnya, dan terlibat

didalamnya. Salah satu cara sederhana, contohnya orang tua

dapat menjadi 'teman' di akun jejaring sosial anak. Hal ini

bertujuan agar orangtua dapat bergabung dan berkomunikasi

secara intensif dengan anak- anak untuk menciptakan

lingkungan yang aman dan positif bagi pertumbuhan dan

(28)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi Komunikasi Tatap Muka

Menurut Wiryanto (2004) istilah komunikasi berasal dari bahas Latin yaitu,

communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya yaitu

communis bermakna umum atau bersama-sama. Shannon dan Weaver (dalam

Wiryanto, 2004) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu bentuk interaksi

manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, dengan cara sengaja maupun

tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam

hal ekspresi muka atau nonverbal, lukisan, dan teknologi. Komunikasi tatap muka

memiliki banyak definisi dari berbagai ahli, misalnya Devito (1989)

mendefinisikan komunikasi tatap muka adalah penyampaian pesan oleh satu orang

dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan

berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Rogers (dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan komunikasi tatap muka sebagai

komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara

beberapa pribadi.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memahami bahwa komunikasi tatap

muka merupakan usaha manusia mengirim pesan dari seseorang dan diterima oleh

orang lain atau sekelompok orang dari mulut ke mulut dalam interaksi tatap muka

(29)

1. Elemen-elemen dalam Komunikasi Tatap Muka

DeVito (1990) menyatakan bahwa proses komunikasi tatap muka akan

terjadi dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Pengirim dan penerima pesan

Komunikasi tatap muka paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang

merasakan dan mengirim pesan (fungsi komunikator). Lalu diterima dan

dipahami (fungsi komunikan).

b. Pengkodean dan pemecahan kode

Pengkodean (produksi pesan) adalah proses pengalihan pikiran dalam

bentuk lambang atau disusun terlebih dahulu dengan menggunakan

kata-kata. Pemecahan kode (tindakan menginterpretasikan kode) adalah proses

di mana komunikan menetapkan makna dan lambang yang disampaikan

komunikator.

c. Pesan

Pesan menngekspresikan pikiran dan perasaan. Komunikasi tatap muka

tidak selalu secara verbal. Melainkan dapat dikomunikasikan melalui

gerakan, sentuhan sama seperti kita berkomunikasi verbal.

d. Efek

Proses komunikasi memiliki berbagai akibat,baik pada salah satu pihak

atau keduanya. Efek dari kegiatan komunikasi mencakup tiga aspek yaitu:

Aspek kognitif

Menyangkut kesadaran dan pengetahuan, misalnya memperoleh

(30)

Aspek afektif

Menyangkut sikap, kepercayaan, emosi, dan perasaan, misalnya perasaan

sedih, gembira.

Aspek konatif dan psikomotor

Menyangkut perilaku dan tindakan berbuat seperti apa yang disarankan.

e. Channel komunikasi

Channel komunikasi adalah media yang dilalui oleh pesan. Channel

berfungsi sebagai jembatan antara komunikator dan komunikan, contoh

berbicara dan mendengar, mencium, melihat, mengeluarkan bau, dan

bahkan menyentuh untuk berkomunikasi. Hal-hal yang dapat dikatakan

sebagai channel adalah tatap muka, telepon, surat, televisi, dll.

f. Konteks

Cara kita berkomunikasi setiap saat berbeda dipengaruhi oleh konteks.

Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan kejadian. Tiga

dimensi konteks komunikasi adalah fisik, sosial psikologis, dan temporal.

Pada tahun 1995 DeVito menambahkan dua elemen komunikasi tatap

muka, yaitu: kompetensi dan etika.

2. Ciri-ciri Komunikasi Tatap Muka

Komunikasi tatap muka memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pengguna yang melakukan komunikasi berada dalam jarak yang dekat

(31)

menggunakan media dalam penyampaian pesan karena perbedaan

jarak, itu tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi tatap muka.

b. Pengguna yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara

spontan baik secara verbal dan nonverbal. Respon yang diberikan

merupakan feedback yang dapat mengurangi kebohongan salah satu

lawan bicara dengan cara melihat gerak-gerik ketika sedang

berkomunikasi.

c. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta

komunikasi berdasarkan syarat-syarat yang berlaku seperti waktu,

tempat, dan lawan bicara.

d. Kedekatan hubungan pengguna komunikasi akan tercermin pada pesan

nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan

jarak fisik yang dekat.

Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa komunikasi

tatap muka mempunyai ciri-ciri dari pengirim dan penerima pesan, pesan

verbal dan pesan nonverbal, dan efek.

3. Tujuan Komunikasi Tatap Muka

DeVito (1995) menyatakan bahwa komunikasi tatap muka memiliki lima

tujuan, yaitu:

a. Proses belajar. Setiap kita berkomunikasi secara tatap muka, kita belajar

mengenai sesuatu yang terjadi di sekitar lingkungan kita. Kita belajar

(32)

untuk mengerti, memahami, dan merespon lingkungan di sekitar kita,

seperti peraturan, norma-norma dan etika yang berlaku. Selain itu, kita

juga mengetahui bagaimana pendapat orang lain mengenai suatu hal

ataupun peristiwa, dan kita juga mengetahui bagaimana orang lain menilai

atau merespon diri dan tingkah laku kita.

b. Untuk membangun hubungan. Setiap orang ingin membangun dan

mempertahankan sebuah hubungan. Kita menghabiskan waktu untuk

melakukan komunikasi tatap muka untuk membangun dan

mempertahankan hubungan sosial. Hubungan sosial menghindari diri kita

dari kesendirian dan depresi.

c. Untuk memengaruhi. Dalam komunikasi tatap muka kita sering mencoba

mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain.

d. Untuk bermain. Berdiskusi tentang hobi, dan menceritakan lelucon

merupakan hal yang sangat penting. Hal itu dapat menyeimbangkan hidup

dan membuat pikiran kita beristirahat sejenak dari hal-hal yang serius.

e. Untuk menolong. Melalui komunikasi tatap muka kita dapat

menenangkan, menghibur, dan memberi saran kepada teman. Secara

professional atau bukan, keberhasilan untuk menolong seseorang

(33)

3. Pesan Verbal dan Nonverbal

Menurut Maulana dan Gumelar (2013) proses komunikasi tatap muka

terjadi penyampain pesan anatara pengirim dan penerima pesan, yaitu pesan

verbal dan pesan nonverbal.

a. Pesan verbal merupakan proses komunikasi yang berkaitan dengan dua hal

yakni, kata dan makna yang mencakup pengiriman kata-kata dari sistem

saraf dengan maksud menghasilkan makna. Kemudian, berbahasa dan

berpikir. Bahasa ialah kemampuan yang kompleks di mana orang dapat

mengkomunikasikan berbagai pesan dengan menggunakan simbol yang

dapat dimengerti.

b. Pesan nonverbal mencakup segala ungkapan yang tidak disadari dalam

bentuk gerak, isyarat, gerak tubuh air muka, nada atau getaran suara, dan

tarikan napas.

Dari keseluruhan yang telah dituliskan di atas, maka disimpulkan

bahwa komunikasi tatap muka adalah proses penyampaian ide, gagasan

dan pikiran berupa pesan verbal dan pesan nonverbal yang memiliki tujuan

terntentu antara pengirim dan pengerima pesan yang terjadi secara kontak

fisik dan memiliki berbagai akibat, baik pada salah satu pihak atau

keduanya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Tatap Muka

Menurut Rakhmat (2011) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

(34)

a. Presepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli indrawi

yang berasal dari komunikan berupa pesan verbal dan nonverbal.

Kecermatan dalam memberikan makna akan berpengaruh terhadap

keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi

makna terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.

b. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.

Konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu:

1. yakin akan kemampuan mengatasi masalah,

2. merasa setara dengan orang lain,

3. menerima pujian tanpa rasa malu,

4. menyadari bahwa setiap orang bahwa setiap orang mempunyai

berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya

disetujui oleh masyarakat,

5. mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkap

aspek-aspek kerpribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.

c. Atraksi interpersonal adalah kecenderungan “suka” kepada orang lain,

adanya sikap positif dan daya tarik seseorang. Semakin ada ketertarikan

kepada seseorang maka kecenderungan untuk berkomunikasi dengannya

(35)

B. Komunikasi melalui Media Internet

Pada bagian ini dijelaskan definisi dari komunikasi melalui media internet,

jenis aplikasi komunikasi melalui media internet, karakteristik internet sebagai

media komunikasi, dan keunggulan dan kelemahan internet sebagai media

komunikasi.

1. Definisi Komunikasi Melalui Media Internet

Ferris (dalam Sosiawan, 2008) mendefinisikan komunikasi melalui media

internet sebagai “interaksi secara interpersonal yang dihubungkan oleh

komputer yang meliputi komunikasi asynchronous dan synchronous melalui

fasilitas dalam internet”. Kemudian, menurut Sosiawan (2008) secara aplikatif

komunikasi melalui media internet adalah “penggunaan komputer beserta

fasilitas dan kemampuannya untuk digunakan sebagai alat penyampaian pesan

baik bersifat massa ataupun pribadi”.

Sosiawan (2008) menyatakan bahwa secara rinci komunikasi melalui

media internet dalam proses penggunaannya dapat diuraikan menjadi tiga,

yaitu:

a. Aktivitas dan proses komunikasi bermedia internet adalah pertukaran data

melalui komputer namun tetap melibatkan manusia sebagai pemberi

kontertulis pada aktivitas dan proses komunikasi tersebut seperti menulis

“surat” melalui email, menuliskan kata-kata pada waktu yang sama dalam

(36)

b. Level dan konteks komunikasi melalui media internet adalah

pengelompokan pengguna komunikasi berdasarkan jenis aplikasi yang

digunakan dalam berkomunikasi melalui media internet. (a) level

individual, pengguna internet menggunakan internet tools untuk mencari

dan menerima informasi dan berkomunikasi dengan pengguna lain. Email

adalah fasilitas yang paling banyak digunakan pada level ini. (b) level

komunikasi group, pada level ini, email masih tetap digunakan sebagai

fasilitas dalam pengguaan sistem chat. (c) level komunikasi massa

menggunakan fasilitas broadcast online yaitu web sites.

c. Perspektif lintas budaya menjelaskan bahwa komunikasi melalui media

internet mampu melintasi jarak dan batas. Oleh karena itu, dapat terjadi

pentukaran antarbudaya.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memahami bahwa komunikasi

melalui media internet merupakan aktivitas interaksi komunikasi secara

pribadi atau massa yang dihubungkan oleh jaringan komputer dengan

penggunaan aplikasi digunakan oleh user.

2. Jenis-jenis Aplikasi Melalui Media Internet

Menurut Sosiawan (2008) ada tiga fasilitas internet yang digunakan untuk

(37)

a. Surat Elektronik (email)

Surat elektornik (email) adalah fasilitas surat menyurat berbasiskan media

web. Berbeda dengan surat secara fisik, pengirim surat dilakukan secara

otomatis dengan software yang sudah tersedia. Sebagai pengganti alamat

pengiriman, para pengguna email harus memiliki akun (account) yang

menunjukkan diri pengguna. Dewasa ini, banyak penyedia jasa email

(provider) di internet, sepeti yahoo, google, hotmail, dsb.

b. Chat

Chat adalah sistem percakapan yang memungkinkan para penggunanya

berkomunikasi seolah-olah secara langsung seperti tatap muka, namun

dengan menggunakan tertulis atau tulisan. Software yang mendukung fitur

chat, misalnya Internet Relay Chat (IRc), Yahoo Messenger, MSN

Messenger. Selain itu, fasilitas chat juga tersedia di situs jejaring sosial

Facebook. Semakin berkembangnya media komunikasi melalui media

internet, fitur chat juga semakin beraneka ragam yang tidak hanya

terpasang di komputer atau laptop, tetapi juga gadget dan smartphone,

seperti WhatsApp Messenger, LINE: Free Calls & Messages, WeChat,

KakaoTalk: Free Calls & Text, BBM, dsb.

Satu syarat khusus dalam chatting adalah baik komunikator dan

komunikan harus pada kondisi online untuk berkomunikasi (Sosiawan,

2008). Jenis komunikasi yang terjadi dalam chatting adalah synchronous

(38)

yang sama dalam komunikasi, maka proses komunikasi juga berlangsung

relatif cepat.

c. Situs Jejaring Sosial

Situs jejaring sosial (social network service) kini berkembang pada web

site sebagai media komunikasi. Menurut Ajie (dalam Singgih, 2011) situs

jejaring sosial adalah sejenis perangkat lunak berbasis web yang

memungkinkan pengguna internet saling berhubungan satu sama lain.

Adanya situs jejaring sosial akan terbentuk komunitas-komunitas maya

berdasarkan kriteria tertentu. Secara sistematis situs-situs ini menawarkan

akun seperti pada email, namun user nantinya akan memiliki sebuah

halaman ibarat ruangan, di mana user diberi kebebasan memberi atau

memasang foto, biodata, serta info yang berkaitan dengan dirinya.

Komunikasi yang lazim terjadi pada jejaring sosial seperti Facebook,

Twitter, Path, MySpcae, Google+, dan lain sebagainya adalah melalui

pemberian komentar. User dapat memberikan status dan user lain yang

sudah terdaftar sebagai “teman” dari user tersebut dapat memberi

komentar. Bila komentar tersebut direspon secara kontinu, maka terjadi

proses komunikasi antaruser.

Dari pengertian di atas, peneliti simpulkan bahwa ada jenis aplikasi yang

saat ini banyak digunakan dalam berkomunikasi melalui media internet

adalah aplikasi chatting seperti WhatsApp Messenger, LINE: Free Calls &

Messages, WeChat, KakaoTalk: Free Calls & Text, BBM, dan jejaring

(39)

3. Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi

Menurut Irawati (2003) intensitas adalah kuantitas usaha seseorang atau

individu dalam melakukan tindakan. Seseorang yang melakukan suatu usaha

tertentu memiliki jumlah, pada pola tindakan dan perilaku yang sama, yang

didalamnya adalah usaha untuk mendapatkan pemuasaan kebutuhannya.

Sesuatu tindakkan yang dilakukan pada waktu tertentu itu memiliki jumlah

tindakan yang dikatakan sebagai mempunyai intensitas.

Menurut Horrigan (dalam Qomariah, 2009) tedapat dua hal mendasar yang

harus diamati untuk mengetahui intensitas penggunaan internet sebagai media

komunikasi seseorang, yakni frekuensi internet sebagai media komunikasi dan

lamanya menggunakan akses internet tersebut oleh pengguna. Andarwati dan

Sankarto (2005) menyatakan bahwa intensitas mengacu pada frekuensi yang

dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu (per hari, per minggu, atau per

bulan) dan durasi yang dinyatakan dalam satuan kurun waktu tertentu

(permenit atau perjam).

The Graphic, Visualization dan Usability Center, the Georgia Institute of

Technology (dalam Qomariah, 2009) menggolongkan pengguna internet

menjadi tiga kategori berdasarkan intensistas internet yang digunakan:

a. Heavy users/ pengguna berat (lebih dari 40 jam perbulan)

b. Medium users/ pengguna sedang (antara 10 sampai 40 jam perbulan)

c. Light users/ pengguna ringan (kurang dari 10 jam perbulan)

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti memahami bahwa intensitas

(40)

yang sama yang dilakukan memiliki jumlah dalam kurun waktu tertentu dan

mengacu pada kuantitas atau frekuensinya.

4. Karakteristik Internet Sebagai Media Komunikasi

Menurut Sosiawan (2008) perbedaan karakteristik internet sebagai media

komunikasi dengan media komunikasi lainnya, antara lain:

a. Komunikasi melalui internet diharuskan menggunakan komputer, namun

dewasa ini konsep penggunaan internet juga sudah digunakan melalui

telepon gengam.

b. Komunikasi memberikan penawaran yang interaktif. Terdapat timbal balik

yang cukup tinggi dalam komunikasi melalui internet (hal ini jelas terdapat

pada chatting) baik komunikator dengan komunikan, maupun komunikator

dengan software atau komputer.

c. Siapa saja mampu menjadi komunikator dalam komunikasi melalui

internet.

d. Komunikasi melalui media internet juga memiliki dampak pada

pergeseran pola hidup. Hal ini akibat seringnya penggunaan internet

sebagai media komunikasi.

e. Dampak sosial dan ekonomi. Hal ini berhubungan dengan perubahan pola

hidup. Bergesernya pola hidup dan cara individu berkomunikasi, dapat

mengakibatkan “kecanduan” dalam penggunaan internet untuk

(41)

bahwa dalam penggunaannya internet juga harus dibayar dengan harga

terntentu.

f. Adanya variasi bentuk komunikasi pada satu media. Internet memiliki

banyak fitur dan mampu membuat dan menyampaikan pesan dengan cara

yang sangat beragam. Hal ini belum (tidak) mampu ditiru media lain yang

biasanya hanya memiliki satu jenis media (misalnya, koran).

5. Keunggulan dan Kelemahan Internet sebagai Media Komunikasi

Sebagai media komunikasi, internet tak hanya memiliki keunggulan,

namun juga kelemahan. Secara aplikatif, keunggulan internet sebagai media

komunikasi antara lain:

a. Pada email pesan yang disampaikan cenderung berumur panjang.

Pesan-pesan dapat disimpan oleh user hingga pesan dihapus sendiri oleh user.

Selain itu, penerima pesan bebas menentukan kapan pesan akan diterima

atau dibaca. Adapun kelemahannya terletak pada bentuknya yang

monoton. Sifat email yang formal, dapat mengurangi minat penggunaan

email, dan terdapat jeda dalam penerimaan dan respon suatu pesan,

sehingga keberlanjutan proses komunikasi juga rendah.

b. Pada fitur chat, penyampaian pesan terjadi dengan cepat. Hal ini

menyebabkan komunikasi yang terjadi memiliki kontinu yang tinggi.

Adapun kelemahannya terdapat pada prasyarat di mana komunikator dan

komunikan harus berada pada kondisi online. Kondisi ini terjadi sesuai

(42)

berada di Papua, maka saat komunikator online pada pukul tujuh,

komunikan online pada pukul sembilan.

c. Pada jejaring sosial, komunikasi dapat terjadi pada level komunikasi yang

bervariasi. Misalnya pada Facebook, proses komunikasi melalui komentar

yang diterima komunikator dapat bersifat pribadi atau kelompok.

Berdasarkan keseluruhan yang telah peneliti tuliskan, maka disimpulkan

bahwa komunikasi melalui media internet merupakan interaksi pribadi

antaruser yang dihubungkan oleh jaringan komputer berserta perangkat keras

(hardware) seperti komputer, smartphone, dan gadget, dan perangkat lunak

(software) seperti apliaksi email, chat, dan jejaring sosial.

C. Masa Remaja

Masa remaja adalah masa datangnya pubertas 11 – 17 tahun atau sampai usia

sekitar 18 tahun. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti

Papalia dan Ods (2001) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai

pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia belasan tahun atau awal dua

puluhan tahun. Santrock (2007) menyatakan bahwa masa remaja merupakan

periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa,

melibatkan perubahan pemikiran dan intelegensi individu, secara sosial ditandai

dengan adanya tuntutan untuk mencapai kemandirian dan perubahan dalam

(43)

Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan. Ada berbagai aspek yakni

perkembangan aspek fisik berupa perubahan pada tubuh mereka seperti

pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang, dan otot dsb. Aspek

kognitif, menurut Piaget (dalam Santrock, 2001) menyatakan bahwa remaja secara

aktif membangun dunia kognitif mereka. Remaja telah berada pada tahap formal

operations yakni suatu tahap di mana seseorang sudah mampu berpikir secara

abstrak. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini

dapat memiliki efek pada masa yang akan datang, sehingga seorang remaja

mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya

kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Aspek kepribadian dan sosial,

perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan

dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti

perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia dan Olds, 2001 dalam

Papalia 2013).

Pada remaja perkembangan aspek kepribadian dan sosial lebih banyak

melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan orangtua (Conger, 1991;

Papalia & Olds, 2001). Laursen (dalam Papalia, 2013) menyatakan bahwa teman

sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada

masa-masa remaja. Menurut William Kay (dalam Papalia, 2013) tugas

perkembangan remaja yang berkaitan dengan komunikasi adalah mengembangkan

keterampilan komunikasi tatap muka dan belajar bergaul dengan teman sebaya

atau orang lain, baik secara individu. Namun, meledaknya teknologi komunikasi

(44)

telah mengubah cara remaja dalam berkomunikasi. Menurut Conger dan Papalia

dan Olds (dalam Papalia, 2013) gaya hidup remaja banyak dipengaruhi oleh

kelompok teman sebaya, misalnya mengenai cara berpakaian yang menarik,

musik, dan cara berkomunikasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya komunikasi

merupakan bagian dari aktivitas yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan

manusia. Menurut teori perkembangan, remaja sebagai pribadi yang sedang

mengalami dinamika dalam proses mencari jati diri menuju dewasa,

membutuhkan kehadiran orang lain sebagai bagian penting bagi perkembangan

remaja (Christofides, Muise, dan Desmariais, 2009 dalam Widiantari dan

Herdiyanto, 2013). Pada saat masa remaja seseorang akan merasa lebih senang

untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman sebaya, serta adanya

peningkatan minat terhadap relasi interpersonal (Santrock, 2007 dalam Widiantari

dan Herdiyanto, 2013).

D. Dinamika Hubungan Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi dengan Intensitas Komunikasi Tatap Muka pada Remaja di Nabire

Remaja mengalami transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan

masa dewasa yang secara sosial ditandai dengan adanya tuntutan untuk mencapai

kemandirian dan perubahan dalam menjalin relasi dengan orang lain dalam

konteks sosial (Santrock, 2007). Dalam kehidupan sosialnya, remaja menciptakan

(45)

merupakan bentuk interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain, dengan

bentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal (Wiryanto, 2004). Namun

saat ini, dengan adanya internet, interaksi secara interpersonal dapat dihubungkan

melalui komputer (Sosiawan, 2008).

Komunikasi melalui media internet memberikan kemudahan komunikasi

karena tidak mengharuskan pertemuan secara tatap muka untuk menyampaikan

peasan verbal dan pesan nonverbal (Subrahmanyam dan Greenfield, 2008).

Internet sebagai media komunikasi adalah bentuk penggunaan komputer beserta

fasilitas untuk alat penyampaian pesan baik bersifat massa ataupun pribadi

(Sosiawan, 2008). Fasilitas internet yang digunakan untuk berkomunikasi antara

lain, email, chat, dan jejaring sosial.

Saat ini internet sebagai media komunikasi telah menjadi bagian dari

kehidupan sehari-hari sebagian besar orang (Utz & Beukeboom, 2011). Internet

sebagai media komunikasi menjadi sangat popular di kalangangan remaja

(Kramer dan Winter, 2008). Remaja yang menggunakan internet sebagai media

komunikasi bertujuan untuk membina hubungan dan memelihara hubungan

dengan teman sebaya (Anderson-Butcer dkk, 2010). Hal ini diperkuat oleh hasil

penelitian lembaga PBB, UNICEF, bersama mitra Kementrian Komunikasi dan

Informatika, dan Universitas Harvard mengenai keamanan penggunaan media

digital pada anak dan remaja di Indonesia, diketahui sebanyak 79,5% anak dan

remaja mengakses internet untuk terhubung dengan teman lama dan teman baru

(46)

dengan guru, dan komunikasi dengan anggota keluarga (dalam

http://kominfo.go.id/)

Remaja menghabiskan banyak waktu mereka di dunia mereka sendiri,

sebagian besar terpisah dari orang dewasa (Larson dan Wilson dalam Papalia

2013). Tingginya intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi dapat

mengakibatkan semakin rendahnya intensitas komunikasi tatap muka (Arfika,

2012). Hal ini diperkuat oleh Neil Brenstein yang menyatakan bahwa

kecenderungan remaja yang menghidari komunikasi tatap muka karena

komunikasi melalui media internet seperti, Facebook, Twitter dan chatting

membuat remaja ketergantungan (dalam http://ictwatch.com/). Ditambah, jika

dibandingkan antara kualitas komunikasi yang dilakukan melalui internet dengan

kualitas komunikasi tatap muka, ditemukan bahwa penggunaan internet sebagai

media komunikasi memiliki keterbatasan dalam membangun kedekatan emosional

(Boneva, dkk; Schiffrin, dkk; Cummings, dkk; Gross, dkk dalam Pollet, 2006).

Menurut Menteri Kominfo, penggunaan internet sebagai media komunikasi

dapat berdampak pada peningkatan kejahatan di dunia maya atau cyber crime,

karena kemungkinan anonimitas(dalamhttp://kominfo.go.id/). Penggunaan internet

sebagai media komunikasi memfasilitasi pengguna untuk terkoneksi dengan

bebagai macam orang yang pernah dan belum diajak berhubungan sebelumnya

(Gatot, 2014) sehingga menciptakan potensi perilaku komunikasi tertentu. Hal ini

diperkuat oleh hasil penelitian Nie 2001 (dalam Papalia 2013) yang menyatakan

bahwa penggunaan internet sebagai media komunikasi memberikan beberapa

(47)

banyak berkomunikasi dengan orang asing, sehingga memiliki sedikit teman di

dunia nyata (Mesch, dalam Papalia 2013). Pengguna membuat indentitas yang

dinginkan pada media internet seoerti situs jejaring sosial dan mencoba menjadi

popular (Zhao, dkk, dalam Utz & Beukeboom, 2011). Contohnya, pengguna

sengaja memilih foto yang membuat mereka tampak keren dan popular (Siibak,

dalam Utz & Beukeboom, 2011). Dr Karen North (dalam CBSNews, 2014)

mengatakan bahwa penggunaan internet sebagai media komunikasi tidak sebaik

itu pada kenyataanya karena sebenarnya mereka terlalu sibuk menampilkan diri

pada media internet yang digunakannya. Pada akhirnya, waktu yang dihabiskan

untuk menggunakan dan memelihara komunikasi melalui media internet dapat

menjauhkan diri dari waktu pribadi dan berbagai bersama di dunia nyata (Papalia,

2013). Oleh karena itu, intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi

yang tinggi, mungkin berkaitan dengan intensitas komunikasi tatap muka pada

remaja.

Dalam melakukan komunikasi, seseorang bertujuan untuk memperantai

informasi dari satu pihak kepada pihak lain dengan tujuan tersebarnya maksud dan

makna yang sama antara pengirim pesan dan penerima pesan (Wiryanto, 2004).

Komunikasi tatap muka adalah bentuk komunikasi yang mampu untuk mencapai

tujuan tersebut. Hal ini karena komunikasi tatap muka memiliki tujuan yang dapat

membuat pesertanya mengerti, memahami, dan merespon lingkungannya, seperti

bagaimana pendapat orang lain menilai atau merespon diri dan tingkah laku.

Selain itu, komunikasi tatap muka dapat membantu dalam tercapainya mufakat

(48)

pesertanya (Widjaja, 1997). Komunikasi tatap muka dapat menghindari diri dari

kesendirian dan depresi (Devito, dalam Maulana dan Gumelar, 2013). Hal ini

diperkuat oleh Soelistiyowati dan Nugroho (2012) bahwa komunikasi tatap muka

merupakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh semua orang dalam kehidupan

sehari-hari.

Intensitas komunikasi tatap muka yang tinggi dapat membantu seseorang

dapat beradaptasi dengan baik, memahami apa yang dirasakan oleh diri sendiri

dan lawan bicara yang terlihat jelas dari pesan nonverbal seperti gerak tubuh, nada

suara, dan ekspresi wajah (Soelistiyowati dan Nugroho, 2012). Namun,

penggunaan internet sebagai media komunikasi menciptakan lingkungan dengan

situasi anomim. Kualitas komunikasi remaja melalui media intenet juga memiliki

keterbatasan dalam membangun kedekatan emosional. Waktu dan energi yang

dihabiskan untuk komunikasi melalui media internet justru mengurangi waktu

komunikasi tatap muka dengan orang lain. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa

individu dengan intensitas komunikasi melalui media internet yang tinggi

memiliki intensitas komunikasi tatap yang rendah. Sebaliknya, semakin rendah

intensitas komunikasi melalui media internet, maka semakin tinggi intensitas

(49)

E. Skema

Remaja

Menjalin relasi dengan orang lain

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ada hubungan antara intensitas penggunaan internet sebagai media

(50)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional yang bertujuan

mengetahui hubungan intensitas penggunan internet sebagai media komunikasi

dengan intensitas komunikasi tatap muka. Penelitian korelasoinal bertujuan

menyelidiki sejauh mana variasi variabel berdasarkan koefisien korelasi (Azwar,

1998).

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel bebas: intensitas penggunaan internet sebagai media

komunikasi.

2. Variabel terikat: intensitas komunikasi tatap muka.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi

Intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi adalah seberapa

jumlah atau seberapa sering remaja di Nabire menggunakan internet sebagai alat

(51)

Intensitas penggunaan internet sebagai media komunikasi diukur

berdasarkan frekuensi internet dalam waktu 30 hari dan lamanya menggunakan

akses tersebut dalam ukuran waktu permenit atau perjam.

2. Intensitas Komunikasi Tatap Muka

Intensitas komunikasi tatap muka remaja adalah seberapa jumlah atau

seberapa sering remaja di Nabire mengirimkan pesan verbal dan pesan nonverbal

ke teman sebaya secara langsung dalam ukuran waktu tertentu.

Intensitas komunikasi tatap muka remaja diukur berdasarkan frekuensi

komunikasi tatap muka dalam waktu 30 hari di luar pertemuan jam sekolah dan

lamanya komunikasi tersebut dalam ukuran waktu permenit atau perjam.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yaitu pelajar perempuan dan

laki-laki di sekolah Kolese Le Cocq D’Armanville di Nabire. Pada penelitian ini,

teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah simple random

sampling. Simple random sampling adalah suatu metode pengambilan sampel di

mana setiap unit dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih

(Sugiyono, 2003).

Karateristik subjek yang menjadi pertimbangan untuk penelitian adalah:

1. Subjek dalam rentang usia remaja yaitu 15 – 18 tahun.

2. Subjek memiliki dan menggunakan pilihan aplikasi internet sebagai media

(52)

3. Melakukan komunikasi tatap muka dengan teman sebaya di luar jam sekolah.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian survei yang dilakukan dengan cara memberikan angket terbuka. Pada

penelitian ini, peneliti melakukan uji coba terpakai pada angket. Uji coba terpakai

merupakan uji coba yang hasilnya sekaligus dapat digunakan sebagai data

penelitian (Hadi, 2005). Penelitian menggunakan uji coba terpakai karena

keterbatsan akses izin kepada beberapa pihak sekolah.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

yang selanjutnya diisi oleh subjek penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari 6 pertanyaan terbuka yang disusun oleh peneliti, yaitu:

Tabel 1

Pilihan Media Komunikasi Sebagai Media Internet

Jenis Aplikasi Keterangan Skor

Email Fasilitas surat bebasis web 1 Chat Sistem percakapan yang

memungkinkan penggunanya

berkomunikasi seolah-olah secara langsung

2

Jejaring Sosial Perangkat lunak berbasis web yang memungkinkan pengguna internet saling berhubung satu sama lain

(53)

Tabel 2

Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi

Intensitas Komunikasi

Frekuensi Komunikasi Internet

Frekunesi Penggunaan Internet Skor

Berapa jumlah frekuensi mengguakan internet sebagai media komuniasi anda perhari? (selama 30 hari)

Data numerik

Tabel 6

Frekuensi Komunikasi Tatap Muka

Frekuensi Komunikasi Tatap Muka Skor

Berapa jumlah frekuensi komunikasi tatap muka anda perhari? (selama 30 hari)

(54)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas

Validitas merupakan sejauh mana suatu alat ukur dapat dengan akurat dan

teliti menjalankan fungsi ukurnya. Alat ukur memiliki validitas yang tinggi

apabila alat ukur tersebut mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan

tujuan ukurnya (Azwar, 2012). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah validitas tampang dan validitas isi. Validitas tampang adalah validitas yang

pengujiannya dilakukan dengan melihat dari segi penampilan luar alat ukur,

apakah dapat memotivasi subjek untuk memberikan jawaban dengan serius atau

tidak. Validitas isi adalah pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan

nalar dan akal sehat. Penilaiannya tidak dapat didasarkan hanya pada keputusan

penulis saja tetapi juga berdasarkan keputusan dari professional judgment atau

penilai yang ahli dalam bidang tersebut (Azwar, 2012).

Peneliti melakukan dua kali pengambilan data. Pertama, peneliti

menyusun skala untuk mengukur jumlah rata-rata waktu yang dihabiskan subjek

untuk melakukan komunikasi melalui media internet dan komunikasi tatap muka

dengan teman sebaya di luar jam sekolah. Skala ini, diberikan kepada 50 subjek

tersebut. Pada skala pertama diketahui bahwa intensitas penggunaan internet

sebagai media komunikasi subjek 5 jam perhari. Sedangkan intensitas komunikasi

tatap muka subjek dengan teman sebaya di luar jam sekolah yaitu 2 hingga 3 jam

perhari. Kemudian, pada pengambilan data kedua, peneliti menyusun skala dalam

(55)

komunikasi dan intensitas komunikasi tatap muka selama 30 hari. Peneliti

bertanya langsung kepada 50 subjek tersebut.

Uji validitas isi dilakukan oleh peneliti bersama dengan professional

judgment yaitu dosen pembimbing skripsi.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil dari pengukuran dapat dipercaya.

Koefisien reliabilitas berkisar dari angka 0 sampai denga 1,00. Semakin angka

koefisien mendekati 1,00 maka pengukuran semakin reliable, akan tetapi sangat

sulit dijumpai suatu pengukuran dengan angka koefisien reliabilitas mencapai

1,00.

Hasil perthitungan koefisien reliabilitas pada angket penelitian secara

keseluruahan sebesar 0,437.

Tabel 7

Hasil Uji Reliabilitas

Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Juli – 5 Agustus 2014 dengan

membagikan 50 lembar kuesioner. Teknik pengambilan angket dilakukan oleh

peneliti sendiri dengan cara mendatangi subjek penelitian langsung di sekolah

mereka atau di SMA Kolese Le Cocq d’Armandville Nabire (SMA YPPK Adhi

Luhur). Informasi mengenai subjek peneltian di peroleh dari pihak sekolah.

Informasi tersebut adalah jumlah pelajar yang membawa media komunikasi

(smartphone) ke sekolah. Pada saat pengisian angket, peneliti menunggu subjek

penelitian untuk memastikan yang mengisi angket adalah subjek sendiri dan bila

terjadi kesulitan dalam pengisian, subjek dapat langsung menanyakan pada

peneliti.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang berusia antara 15 tahun

sampai dengan 18 tahun dengan status pelajar (perempuan dan laki-laki) kelas XI

dan XII di SMA Kolese Le Cocq d’Armandville. Subjek penelitian memahami

dan menggunakan internet sebagai media komunikasi dan juga memahami dan

melakukan komunikasi tatap muka di luar jam sekolah.

(57)

Tabel 8

Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi

Subjek Intensitas Penggunaan Internet Total

Tinggi Sedang Ringan Subjek

Perempuan 22 orang 2 orang 0 orang 50 orang Laki-laki 23 orang 3 orang 0 orang

Tabel 9

Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Komunikasi Tatap Muka

Subjek Intensitas Komunikasi Tatap Muka Total

Tinggi Sedang Ringan Subjek

Perempuan 4 14 6 50 orang Laki-laki 4 12 10

Tabel 10

Deskripsi Subjek berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Total Subjek

(58)

Tabel 12

Deskripsi Subjek berdasarkan Pilihan Aplikasi Internet

Pilihan Aplikasi Total Subjek

Email 0 orang

Chat 6 orang

Jejaring Sosial 44 orang

Jumlah 50 orang

C. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang bersifat nomal atau

tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 16.0 for Windows dengan teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test.

Asusmsi untuk uji normalitas adalah jika nilai Asymp Sig. (2-tailed) atau p

> 0,05 adalah sebaran data yang dimiliki normal. Apabila nila p < 0,05 maka

seberan data yang dimiliki dinyatakan tidak normal. “Asymp Sig. (2-tailed)

merupakan nilai p yang dihasilkan dari uji hipotesis nol yang berbunyi tidak ada

hubungan antara distribusi data yang diuji dengan distribusi data normal”

(59)

Tabel 13

Hasil Uji Normalitas pada Intensitas Penggunaan Internet sebagai Media Komunikasi

tailed) atau nilai probabilitas pada Test of Normality Kolmogrov-Smirnov,

intensitas komunikasi internet pada pelajar diukur berdasarkan durasi komunikasi

intenet dan frekuensi komunikasi internet. Dari hasil data durasi komunikasi

intenet subjek diperoleh nilai p 0,011 (p < 0,05) dan data frekuensi komunikasi

internet subjek diperoleh nilai p 0,015 (p < 0,05). Oleh karena itu, dapat

dikatakan sebaran data intensitas komunikasi internet mengikuti distribusi tidak

normal.

Tabel 14

Hasil Uji Normalitas pada Intensitas Komunikasi Tatap Muka

Variabel N Nilai K-SZ Nilai Asymp

tailed) atau nilai probabilitas pada Test of Normality Kolmogrov-Smirnov pada

intensitas komunikasi tatap muka pada pelajar yang diukur berdasarkan durasi

Gambar

Tabel 1 Pilihan Media Komunikasi Sebagai Media Internet Jenis Aplikasi Keterangan
Tabel 2 Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Tabel 7  Hasil Uji Reliabilitas Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem
Tabel 9  Deskripsi Subjek berdasarkan Intensitas Komunikasi Tatap Muka
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pertanyaan mengapa unsur-unsur dan syarat-syarat kebebasan berkontrak , terkonfigurasi seperti itu,titik berat KUH Perdata tersebut teletak pada suatu gambaran

HCPT dengan brand 3 mengguncang industri telekomunikasi selular di Indonesia dengan melakukan terobosan promo marketing dalam debut nya di industri ini, yaitu

Apabila konsumen tidak mau menerima ganti kerugian sebagaimana yang telah disepakati dalam mediasi, maka Dinas menyampaikan surat kepada konsumen yang

Dalam skripsi ini problem utama yang menjadi kajian adalah ketergantungan masyarakat petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal.. Dengan fokus masalah,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak autis, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak autis yaitu

Melalui penelitian tersebut telah ditemuan bahwa pada dasarnya para pelaksana kebijakan telah memiliki pemahaman yang baik terhadap kebijakan; kebijakan

Riset perpustakaan ini dilakukan dengan cara membaca, membahas, meringkas dan membuat kesimpulan dari buku-buku dan jurnal tentang Hotspot dan VPN , serta

Tähän kyselyyn vastanneista apteekkareista lähes 90 % oli joko täysin tai ainakin osittain samaa mieltä siitä, että työterveyshuolto yhteistyössä apteekin kanssa kehittää