EFEK WAKTU EMASKULASI TERHADAP PRODUKSI BABY CORN
DARI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG
Oleh :
KHAIRUL YUSUF NASUTION 070307011
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EFEK WAKTU EMASKULASI TERHADAP PRODUKSI BABY CORN
DARI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG
SKRIPSI
Oleh :
KHAIRUL YUSUF NASUTION 070307011 / Pemuliaan Tanaman
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EFEK WAKTU EMASKULASI TERHADAP PRODUKSI BABY CORN
DARI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG
SKRIPSI
Oleh :
KHAIRUL YUSUF NASUTION 070307011 / Pemuliaan Tanaman
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : Efek Waktu Emaskulasi Terhadap Produksi Baby Corn Dari Beberapa Varietas Tanaman Jagung
Nama : Khairul Yusuf Nst NIM : 070307011
Departemen : Budidaya Pertanian
Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
(Ir.E. Harso Kardhinata, MSc.) (Ir. Hasmawi Hasyim, MS) Ketua Anggota
Mengetahui,
Ir. T. Sabrina, M,Agr,Sc, PhD Ketua Departemen Agroekoteknologi
ABSTRACT
Khairul Yusuf Nasution : Effect time emasculation on the production of the baby corn from some varieties corn by E. Harso Kardhinata and Hasmawi Hasyim
The aim of the research is to know the effect different time emasculation on the production of the baby corn from some varieties corn. the research was conducted in experimental station faculty of agriculture, Universitas Sumatera Utara from November 2010 to April 2011. Experiment was conducted completely randomized block design, consist of two factors were varieties and time of emasculation and three replication the first factor is Varieties the consist of P-12, Dk 979 and Nt 10, the second factor is time of emasculation the consist of without emasculation, emasculation at tasseling stage and when the tassel maturity. Parameters were plant high, number of leaf, time to harvest, number of cobs, cob length , cob diameter, cob gross weight, cob net weight and baby corn class. The results showed that varieties significantly different plant high 6 week after planting, 7 week after planting and cob gross weight and non significantly different on number of leaf, time to harvest, number of cobs, cob length , cob diameter and cob net weight. Time emasculation were nonsignificantly different on all parameter, and interaction between varieties and time of emasculation were nonsignificantly different on all parameter
ABSTRAK
Khairul Yusuf Nasution : Efek Waktu Emaskulasi terhadap produksi baby corn dari beberapa varietas tanaman jagung oleh E. Harso Kardhinata dan Hasmawi Hasyim
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh akibat perbedaan waktu emaskulasi terhadap produksi baby corn dari beberapa varietas tanaman jagung. Penelitian dilakukan di lahan percobaan fakultas pertanian FP USU dari November 2010 sampai April 2011, Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari 2 faktor yaitu varietas dan waktu emaskulasi. faktor pertama varietas yaitu P-12, Dk 979 dan Nt 10, Faktor kedua waktu emaskulasi yaitu tanpa emaskulasi, emaskulasi pada saat mulai muncul dan emaskulasi pada saat mulai merekah. Parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, lama panen, jumlah tongkol, diameter tongkol, berat kotor tongkol, berat bersih tongkol dan pengkelasan tongkol Hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 6 dan 7 MST dan berat kotor tongkol dan tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun, lama panen, jumlah tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, dan berat bersih tongkol, Waktu emaskulasi tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Interaksi antara verietas dengan waktu emaskulasi tidak nyata terhadap semua parameter
RIWAYAT HIDUP
Khairul Yusuf Nst dilahirkan di Medan pada 26 Juli 1988 dari orang tua Musraf Parlaungan (Alm) dan Hj Asmara Djuwita. Penulis merupakan anak ke
enam dari enam bersaudara.
Menamatkan pendidikan di SD Abdi Sukmai Medan 2001, SMP Negeri 1
Medan pada tahun 2004 dan SMA Harapan mandiri tahun 2007. Kemudian
melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan Fakultas Pertanian
program studi Pemuliaan Tanaman tahun 2007 melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian 2007-2011, anggota BKM Research tahun 2008,
anggota divisi Research and Development pada tahun 2008-2009 di himadita
Nursery, Ketua divisi Research and Development pada tahun 2009-2010 di
Himadita Nursery, Tata Usaha pada tahun 2010-2011 di Himadita Nursery.
Seketaris Umum Kam Rabbani FP USU 2010-2011. Asisten Laboratorium Dasar
Pemuliaan Tanaman 2009-2011. Bendahara divisi Bidang Pertanian di Asosiasi
Mahasiswa Wirausaha (AMW) 2011-Sekarang
Pengalaman dibidang kemasyarakatan, penulis peroleh saat mengikuti
praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Rambutan pada bulan Juli
sampai dengan Agustus 2010.
Pengalaman berwirausaha dari Student Entrepreneur Center (SEC) dan
memenangkan Bisnis Plan dari SEC dengan nama perusahaan Boy n Girl
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul penelitian ini adalah ” Efek Waktu Emaskulasi Terhadap Produksi
Baby Corn dari Beberapa Varietas Tanaman Jagung.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof.Dr.Ir.H.T.M.Hanafiah Oelim, DAA (Alm) selaku ketua komisi pembimbing
yang pertama dan Bapak Ir.E. Harso Kardhinata, MSc selaku Ketua komisi
pembimbing dan Ir Hasmawi Hasyim MS selaku anggota komisi pembimbing
yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kepada kedua orang tua
tercinta, ayahanda (alm) Musraf Parlaungan Nst dan ibunda Hj Asmara Djuwita
Harahap, atas kasih sayang, doa dan dukungannnya, juga kepada Abang Harris
Musrafi Nst dan Kakak Ida Maderina Nst, Reni Aisyah, Riri Asrafiqah Nst, Fitria
Sarah Dina Nst atas segala doa dan dukungan.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman teman terbaik Ira, Indra,
Fina, Nadia, Andri, Ferdi, Adnan, Satria, Gusman, Ningsih, Hilda yang telah
banyak membantu, doa, dan dukungan penulis, serta teman-teman stambuk 2007,
2008, 2009, 2010, BKM, Kam Rabbani dan keluarga besar Himadita Nursery
yang tidak bisa disebut satu persatu atas motivasi dan persahabatannya.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh
pihak yang memerlukan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2011
DAFTAR ISI
Penyiangan ... 15
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15
Emaskulasi. ... 15
Panen ... 15
Pengamatan parameter ... 16
Tinggi Tanaman (cm) ... 16
Jumlah Daun (helai) ... 16
Lama Panen (hari) ... 16
Jumlah Tongkol ... 17
Panjang Tongkol (cm) ... 17
Diameter Tongkol (cm) ... 17
Berat Kotor Tongkol (g) ... 17
Berat Bersih Tongkol (g) ... 17
Pengkelasan Tongkol (%) ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Bersih Tongkol (g) ... 25
Pengkelasan Tongkol (%) ... 26
Pembahasan. ... 26
Pengaruh varietas terhadap produksi baby corn…………26
Pengaruh Emaskulasi terhadap produksi baby corn……..27
Pengaruh interaksi terhadap produksi baby corn………..28
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………30
Saran……….30
DAFTAR TABEL
1. Rataan tinggi tanaman 2-7 MST pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi………...19
2. Rataan jumlah daun 2-7 MST pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi………20
3. Rataan Jumlah Tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi………21
4. Rataan lama panen pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi22
5. Rataan panjang tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi………23
6. Rataan diameter tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi………24
7. Rataan berat kotor tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi………24
8. Rataan berat bersih tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi………25
9. Pengkelasan tongkol (%) terhadap interaksi antara varietas dan waktu emaskulasi………25
DAFTAR GAMBAR
1. Malai mulai muncul...11
2. Malai mulai merekah...11
DAFTAR LAMPIRAN
1. Deskripsi Jagung Varietas P-12...32
2. Deskripsi Jagung Varietas DK 979...33
3. Deskripsi Jagung Hibrida Varietas Nt 10 ………..34
4. Bagan Lahan Percobaan...35
5. Bagan Plot Percobaan ...36
6. Foto lahan percobaan...36
7. Foto hasil penelitian berat kotor ...37
8. Foto hasil penelitian berat bersih...38
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST……….39
10.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 2 MST………...39
11.Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST……….40
12.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 3 MST...40
13.Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST………41
14.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 4 MST ……….41
15.Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST………42
16.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 5 MST...42
17.Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST………43
18.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 6 MST...43
19.Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST………44
20.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 7 MST...45
23.Data Pengamatan Jumlah daun 3 MST……….47
24.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 3 MST...47
25.Data Pengamatan Jumlah daun 4 MST………48
26.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 4 MST...48
27.Data Pengamatan Jumlah daun 5 MST………49
28.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 5 MST...49
29.Data Pengamatan Jumlah daun 6 MST………50
30.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 6 MST...50
31.Data Pengamatan Jumlah daun 7 MST………51
32.Tabel Sidik Ragam tinggi tanaman 7 MST...51
33.Data Pengamatan Jumlah Tongkol………52
34.Tabel Sidik Ragam jumlah tongkol………...52
35.Data Pengamatan Lama Panen………53
36.Tabel Sidik Ragam Lama Panen…………...53
37.Data Pengamatan Panjang Tongkol………54
38.Tabel Sidik Ragam panjang tongkol……...54
39.Data Pengamatan Diameter Tongkol………55
40.Tabel Sidik Ragam Diameter Tongkol…...55
41.Data Pengamatan Berat Kotor Tongkol………56
42.Tabel Sidik Ragam Berat Kotol Tongkol…...56
43.Data Pengamatan Berat Bersih Tongkol………57
ABSTRACT
Khairul Yusuf Nasution : Effect time emasculation on the production of the baby corn from some varieties corn by E. Harso Kardhinata and Hasmawi Hasyim
The aim of the research is to know the effect different time emasculation on the production of the baby corn from some varieties corn. the research was conducted in experimental station faculty of agriculture, Universitas Sumatera Utara from November 2010 to April 2011. Experiment was conducted completely randomized block design, consist of two factors were varieties and time of emasculation and three replication the first factor is Varieties the consist of P-12, Dk 979 and Nt 10, the second factor is time of emasculation the consist of without emasculation, emasculation at tasseling stage and when the tassel maturity. Parameters were plant high, number of leaf, time to harvest, number of cobs, cob length , cob diameter, cob gross weight, cob net weight and baby corn class. The results showed that varieties significantly different plant high 6 week after planting, 7 week after planting and cob gross weight and non significantly different on number of leaf, time to harvest, number of cobs, cob length , cob diameter and cob net weight. Time emasculation were nonsignificantly different on all parameter, and interaction between varieties and time of emasculation were nonsignificantly different on all parameter
ABSTRAK
Khairul Yusuf Nasution : Efek Waktu Emaskulasi terhadap produksi baby corn dari beberapa varietas tanaman jagung oleh E. Harso Kardhinata dan Hasmawi Hasyim
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh akibat perbedaan waktu emaskulasi terhadap produksi baby corn dari beberapa varietas tanaman jagung. Penelitian dilakukan di lahan percobaan fakultas pertanian FP USU dari November 2010 sampai April 2011, Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari 2 faktor yaitu varietas dan waktu emaskulasi. faktor pertama varietas yaitu P-12, Dk 979 dan Nt 10, Faktor kedua waktu emaskulasi yaitu tanpa emaskulasi, emaskulasi pada saat mulai muncul dan emaskulasi pada saat mulai merekah. Parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, lama panen, jumlah tongkol, diameter tongkol, berat kotor tongkol, berat bersih tongkol dan pengkelasan tongkol Hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 6 dan 7 MST dan berat kotor tongkol dan tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun, lama panen, jumlah tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, dan berat bersih tongkol, Waktu emaskulasi tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Interaksi antara verietas dengan waktu emaskulasi tidak nyata terhadap semua parameter
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas hortikultura, terutama sayuran memegang peranan penting
dalam meningkatkan gizi masyarakat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan
gizi masyarakat, kebutuhan akan sayuran terus meningkat dan jenis sayuran pun
semakin bervariasi. Gizi yang banyak terkandung dalam sayuran yaitu vitamin,
mineral dan karbohidrat (Wahab dan Dahlan, 2006).
Beberapa jenis tanaman sayur dapat dipanen lebih awal yang dikenal
dengan sebutan semi. Usaha untuk mendapatkan hasil sayuran dalam waktu yang
cepat, namun mempunyai kandungan gizi yang tinggi dapat dilakukan dengan
memanen tanaman sayuran lebih awal. Salah satu jenis sayuran yang dapat
dipanen lebih awal dan bernilai gizi tinggi adalah jagung sayur atau lebih dikenal
dengan sebutan baby corn. Berbeda dengan jenis jagung pada umumnya yang
sering digunakan sebagai bahan pangan pokok atau sebagai bahan tepung, baby
corn khusus digunakan sebagai sayuran. Baby corn adalah nama lain dari tongkol
jagung yang dipanen pada waktu masih sangat muda yang khusus digunakan
sebagai sayuran (Wijaya, 1991). Baby corn ini merupakan tongkol muda tanaman
jagung yang belum sempurna pertumbuhannya, tetapi telah memiliki kandungan
gizi yang tinggi, karena sebagai calon buah jagung, baby corn telah mengandung
hampir semua zat-zat yang terdapat pada jagung (Goenawan, 1988).
Menurut The Philippines Agriculturist (Bautista et. al., 1983), kandungan gizi
vitamin A; 0,05 mg thiamin; 0,08 mg riboflavin; 11,00 g asam askorbat, dan 0,3 mg
niasin
Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi adalah
penggunaan varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi.
Tetapi dipasar mencari varietas baby corn sangat susah, sehingga sebagian besar
produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang sudah tersedia di
pasar
Permintaan baby corn akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
penduduk dunia dan usaha-usaha yang bergerak dalam bidang olahan pangan,
bukan saja di luar negeri namun juga di negara Indonesia sendiri. Tidak menutup
kemungkinan bahwa baby corn akan menjadi sayuran yang sangat digemari dan
menjadi menu favorit pada saat diberlakukannya era pasar bebas tahun 2003 yang
lalu. Untuk itu peningkatan produksi dan mutu baby corn perlu mendapat
perhatian khusus. Upaya peningkatan produksi baby corn dapat dicapai melalui
intensifikasi dan perbaikan teknik budidaya antara lain dengan melakukan
pembuangan bunga jantan atau emaskulasi dan pengujian terhadap beberapa
varietas
Emaskulasi atau detaseling atau lebih dikenal dengan pembuangan bunga
jantan, dimaksudkan untuk mempercepat perkembangan tongkol agar dapat
dipanen serempak, meningkatkan produksi dan kualitas serta mengarahkan
fotosintat terpusat pada perkembangan tongkol (Rukmana, 1997). Emaskulasi
menyebabkan penyerbukan tidak terjadi sehingga energi yang akan dipakai untuk
pembentukan tongkol baru dan pengisian klobot tongkol yang dihasilkan
(Goenawan, 1988).
Peluang untuk mempertinggi produksi adalah penggunaan varietas unggul.
Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi itu tercipta untuk tumbuh
menghasilkan panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa menggunakan
varietas unggul
Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu untuk melakukan suatu
penelitian mengenai efek waktu emaskulasi terhadap produksi baby corn dari
beberapa varietas tanaman jagung
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh akibat perbedaan waktu emaskulasi terhadap
produksi baby corn dari beberapa varietas tanaman jagung
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan yang nyata pada produksi baby corn akibat perbedaan
waktu emaskulasi, beberapa varietas jagung, serta interaksi kedua faktor tersebut
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis (1987) kedudukan tanaman jagung (Zea mays L) dalam
taksonomi adalah: Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, sub Divisi
Angiospermae, Class Monocotyledoneae, Ordo Graminales, Famili Graminaceae,
Genus Zea dan Spesies ZeamaysL.
Sistem perakaran tanaman jagung sama seperti tanaman graminae lain,
mempunyai akar serabut yang terdiri 3 tipe pertama yaitu akar sementara (seminal
roots) yang berkembang dari radikula (akar kecambah) embrio. Akar sementara
biasanya berjumlah 3-4 dan seluruhnya hidup dalam jangka waktu tertentu. Kedua
adalah akar permanen (adventitious roots) berasal dari nordia (buku) paling bawah
panjangnya sekitar 3-4 cm kebawah dari permukaan tanah. Yang ketiga adalah
akar tunggang (brace or porp roots) yang berasal dari lingkaran 2 atau lebih nordia
bawah yang tertutup oleh tanah. Akar ini cukup kuat untuk daerah tropis
(Singh, 1987).
Tinggi tanaman jagung berkisar antara 90-150 cm. Batang jagung
berwarna hijau sampai kekuningan, batang berbuku-buku yang dibatasi oleh
ruas-ruas yang jumlahnya antara 10-40 ruas-ruas. Ruas bagian atas berebntuk silindris dan
bagian bawah berbentuk agak bulat pipih. Pada batang jagung terdapat tunas yang
biasanya berkembang menjadi bakal tongkol, tetapi biasanya bakal tongkol yang
berada dibawah tongkol utama tidak berkembang sempurna. Apabila sebelum
polinasi tongkol bawahnya akan berkembang (Nurmala, 1997).
Daun tanaman jagung terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Antara
masuknya air hujan kedalam pelepah daun (Martin dan Leonard, 1967). Tanaman
ini mempunyai daun yang terletak berselang-seling dalam dua barisan pada batang
dan jumlahnya bervariasi antara 12-18 helai (Effendi, 1982).
Bunga jantan jagung berada di ujung batang dalam bentuk malai di ujung.
Jika kepala sari dari tassel pecah maka terbentuklah kabut debu serbuk sari. Telah
dihitung bahwa sebuah tassel dapat menghasilkan sebanyak 60 juta serbuk sari.
Bunga betina tumbuh dibagian bawah tanaman dalam bentuk bulir majemuk atau
sering disebut tongkol yang tertutup rapat oleh upih yang disebut kulit ari.
Muncul dari tongkol dijumpai sejumlah besar rambut panjang (silks) yaitu
kepala putik. Sewaktu reseptif rambut sutra ini lengket, sehingga serbuk sari
manapun yang tertiup kearah rambut ini akan melekat. Setiap rambut
dihubungkan oleh tangkai putik yang panjang kebakal buah tunggal yang setelah
dibuahi menjadi biji atau inti biji (kernel). Pada bunga jantan biasanya
memancarkan serbuk sari sebelum bunga betina pada tanaman yang sama masak.
Ketika kepala sari bunga betina menjadi reseptif maka serbuk sari dari tanaman
jagung yang bersebelahan tertiup angin dan akan menempel padanya sehingga
terjadi penyerbukan silang (Loveless, 1989).
Biji jagung tersusun rapi pada tongkolnya. Biji dapat berpasangan dan
setiap bakal biji punya tangkai putik yang sangat panjang disebut dengan rambut
jagung. Tongkol yang baik mengandung 700-1000 bakal biji yang tersusun dalam
Syarat Tumbuh Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting untuk pertumbuhan tanaman jagung
adalah jumlah dan pembagian sinar matahari, temperatur, kelembaban, dan angin.
Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka (full sunlight) dan tergolong
tanaman berhari pendek (shortday plant) dengan lama penyinaran optimum adalah
± 12 jam per hari (Martin dan Leonard, 1967).
Agar dapat tumbuh dengan baik tanaman jagung memerlukan temperatur
rata-rata antara 14-30oC, pada daerah sekitar 2.200 m dari permukaan laut, dengan
curah hujan sekitar 600 mm- 1200 mm pertahun yang terdistribusi merata selama
musim penanaman (Kartasapoetra, 1988).
Selama pertumbuhannya tanaman jagung harus mendapatkan sinar
matahari yang cukup karena sangat mempengaruhi pertumbuhannya. Tanaman
jagung bila banyak ternaungi pertumbuhannya akan terhambat dan menghasilkan
biji yang kurang baik (Subandi, dkk, 1988).
Tanah
Pada tanaman berpasir tanaman jagung dapat tumbuh baik asal air dan
unsur hara tersedia. Tanah latosol, dan tanah gambut dapat ditanami jagung dan
tumbuh baik jika kemasaman tanah cocok untuk pertumbuhannya. Tanaman
jagung sangat peka terhadap kekurangan oksigen dan penggenangan air
(Hartmann et al, 1981).
Kemasaman tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersedian
unsur-unsur hara tanaman. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan
Baby Corn
Baby corn merupakan tongkol muda tanaman jagung yang belum
sempurna pertumbuhannya, tetapi telah memiliki kandungan gizi yang tinggi,
karena sebagai calon buah jagung, baby corn telah mengandung hampir semua
zat-zat yang terdapat pada jagung (Goenawan, 1988).
Menurut The Philippines Agriculturist (Bautista et. al., 1983), kandungan
gizi baby corn dalam 100 g terdapat 89,10 g air; 0,20 g lemak; 1,90 g protein; 8,20
g karbohidrat; 0,60 g abu; 28 mg kalsium; 86 mg fosfor; 0,10 mg besi; 64,00 IU
vitamin A; 0,05 mg thiamin; 0,08 mg riboflavin; 11,00 g asam askorbat, dan 0,3
mg niasin
Kandungan dan komposisi zat gizi yang terkandung pada hasil tanaman
hortikultura akan bervariasi tergantung pada faktor internal dan faktor eksternal
(lingkungan). Perbedaan yang disebabkan oleh genetik akan terlihat antar spesies,
antar kultivar atau varietas yang sama. Perbedaan kandungan gizi hasil tanaman
hortikultura juga ditentukan fase perkembangan tanaman dan / fase perkembangan
organ hasil saat panen dilakukan. Organ hasil yang dipanen dari satu individu
tanaman yang sama dapat berbeda kandungan dan komposisi gizinya jika
organ-organ hasil tersebut dipanen pada fase perkembangan yang berbeda. Faktor
lingkungan juga akan berpengaruh terhadap kandungan gizi hasil tanaman
hortikultura terutama tanah dan iklim. Demikian pula halnya dengan sifat fisika
dan kimia tanah. Kandungan unsur-unsur hara esensial yang tersedia dalam tanah
juga akan mempengarui sistesis berbagai senyawa organik, yaitu karbohidrat,
Baby corn dapat diproduksi dari kultivar jagung, pada umumnya dengan
teknik budidaya yang sama seperti produksi jagung biasa, kecuali jarak
tanam yang digunakan umumnya lebih rapat karena dipanen lebih cepat
(Sutjahjo, dkk, 2005), mekipun demikian tidak semua varietas jagung dapat
menghasilkan baby corn yang bermutu tinggi, baik kualitas maupun kuantitasnya
(Rukmana, 1997).
Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh
setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha
pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat
dibedakan dari yang lain. Varietas berdasarkan teknik pembentukan dibedakan
atas varietas hibrida, varietas sintetik dan varietas komposit
(Mangoendidjojo, 2003).
Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika
mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya ada pengaruh
terhadap berkembangnya karakter dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan
terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun harus disadari bahwa keragaman
yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen
yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas didalam sifat
yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu
berada (Allard, 1989).
Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul
budidaya lainnya. Semua kombinasi in put penting dalam mencapai produktivitas
tinggi (Nasir, 2002).
Emaskulasi
Pembuangan bunga jantan pada tanaman jagung dilakukan pada saat
bunga jantan keluar, tetapi sebelum mekar, jadi belum penyerbukan. Tujuan
pembuangan bunga jantan adalah untuk pengalihan kekuatan (tenaga) pada
pembuatan tongkol, agar jagung menjadi lebih besar dan lebih banyak
(Rochani, 2008).
Jagung mempunyai kemampuan morfologi untuk menghasilkan banyak
tongkol. Pertumbuhan tongkol dapat berhenti selama pembungaan kalau
jumlah penyinaran yang tersekap pertanaman kecil, sebab jumlah penyinaran
yang disekap oleh suatu tanaman selama pembungaan merupakan faktor utama
yang menentukan faktor utama yang menetukan jumlah biji
(Tollenaar, 1977). Sementara sebagian pengaruh peniadaan malai bunga
jantan dapat dihubungkan dengan kenaikan jumlah cahaya yang mencapai daun
(Duncan, dkk., 1967: Hunter, dkk.,1969: Lambert and Johnson, 1978). Sebagian
kenaikan hasil merupakan akibat penghilangan dominan apikal malai bunga
jantan (Muleba, 1980; Paterniani, 1981). Toleran terhadap populasi tanaman yang
tinggi juga berkaitan dengan produksi lebih dari satu tongkol pada populasi
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, yang dilaksanakan
mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan April 2011.
Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung
varietas P-12, DK 979, NT 10, pupuk Urea, TSP dan KCl, air, fungisida,
insektisida dan bahan-bahan yang mendukung penelitian ini.
Adapun alat-alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah lahan,
gembor untuk menyiram tanaman, meteran, timbangan analitik untuk menimbang,
kalkulator untuk menghitung data, alat tulis untuk mencatat data dan alat-alat
yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 (dua)
faktor yaitu:
Faktor I : Varietas yang terdiri dari 3 yaitu
V1 : P-12
V2 : DK 979
Faktor II : Waktu emaskulasi yang terdiri dari 3 taraf.
E0 : Tanpa emaskulasi
E1 : Saat malai mulai muncul
Gambar 1 Malai mulai muncul
E2 : Saat malai mulai merekah
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan yaitu :
Jumlah tanaman perplot : 36 tanaman
Jarak tanaman : 70 X 20 cm
Jumlah tanaman sampel/plot : 12 tanaman
Ukuran plot : 2,6 m X 1,8 m
Jumlah tanaman seluruhnya : 324
Jumlah tanaman sampel : 108
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai
berikut :
Yijk = µ + ρI + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3
Dimana
Yijkl : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan verietas pada kategori ke-j
waktu emaskulasi pada taraf ke-k
µ : Nilai tengah
ρI : Efek blok ke-i
αj : Efek dari perlakuan varietas ke-j
(αβ)jk :Efek varietas pada kategori ke-j dengan waktu emaskulasi pada ketegori
ke-k
εijk :Efek error dari kedua faktor yaitu varietas pada kategori ke-j, waktu
emaskulasi pada kategori ke-k
Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran
2,6 m x 1,8 m, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm yang berfungsi
sebagai drainase. Tanah diolah dengan kedalaman olah ± 20 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam pada lahan
penelitian. Setiap plot dibuat lubang tanam sebanyak 36 lubang tanam. Setiap
lubang tanam ditanami 2 benih perlubang tanam. Kemudian lubang tanam ditutup
dengah tanah.
Pemupukan
Aplikasi pupuk dasar yaitu pupuk diberikan pada saat benih tanam. Pupuk
dasar diberikan adalah pupuk urea, TSP dan KCl. Dosis pupuk yang diberikan
yaitu urea 200 kg/ha, TSP 75 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Pupuk Urea diberikan
setengah dosis rekomendasi pada saat tanam dan sisanya diberikan 21 HST (Hari
Setelah Tanam) dan Pupuk SP-18 dan KCl diberikan satu dosis rekomendasi pada
saat tanam saja.Pemupukan dilakukan dengan cara memasukkan pupuk ke dalam
lubang di tugal di sisi kiri dan kanan lubang tanam.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST yang dilakukan
dengan cara memotong salah satu tanaman sehingga pada setiap lubang tanam
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, atau sesuai dengan kondisi
lingkungan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghindari persaingan antara gulma dan
tanaman yang dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida,
sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida.
Emaskulasi
Emaskulasi dilakukan sesuai dengan perlakuan dengan cara memotong
tangkai malai dengan menggunakan pisau.
Panen
Setelah pembuangan bunga jantan dilakukan pengontrolan karena sekitar
5-7 hari setelah itu tongkol akan muncul. Paling lambat dua hari kemudian
tongkol pertama sudah harus panen. Apabila tongkol pertama selesai dipanen
maka tongkol kedua segera muncul. Demikian seterusnya sehingga tanaman
Berapa petunjuk yang digunakan untuk mengetahui bahwa baby corn
sudah siap panen yaitu panjang rambut sekitar 3 cm. Warna rambut putih hingga
kemerahan, kelobot pada tongkol berwarna hijau, waktu pemetikan dilaksanakan
pada pagi dan sore hari.
Pemanenan baby corn dilakukan dengan cara memetik atau memotong
pangkal tongkol. Pemetikan atau pemotongan ini harus dilakukan cepat tetapi
hati-hati agar batang tidak ikut patah atau terpotong karena dapat menyebabkan
tanaman mati sehingga tongkol berikutnya tidak berkembang dengan baik. Pada
bekas petikan tongkol dapat tumbuh tongkol baru tapi bentuknya sudah tidak
sempurna.
Pengamatan Parameter Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST.
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi.
Pengukuran dilakukan setiap seminggu sekali hingga muncul bunga jantan.
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh daun yang telah
membuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap minggu sejak
tanaman berumur 2 MST hingga muncul bunga jantan.
Lama panen (hari)
Pengamatan lama panen dilakukan dengan menghitung jumlah hari panen
Jumlah tongkol (tongkol)
Jumlah tongkol yang dihitung adalah semua tongkol yang tumbuh pada
setiap tanaman
Panjang tongkol (cm)
Panjang tongkol diukur dengan menggunakan jangka sorong atau
penggaris, diukur dari ujung hingga pangkal tongkol. Panjang tongkol yang
dihitung adalah panjang rata-rata dari semua tongkol yang terbentuk dari setiap
tanaman
Diameter tongkol (cm)
Diameter tongkol yang dihitung adalah diameter rata-rata dari semua
tongkol yang terbentuk pada setiap tanaman dengan cara mengukur bagian pinggir
dan tengah pada tongkol dengan menggunakan jangka sorong
Berat kotor tongkol (g)
Berat kotor tongkol dihitung dengan menimbang semua tongkol beserta
kelobot dari setiap tanaman dan kemudian dirata-ratakan
Berat bersih tongkol (g)
Berat bersih tongkol dihitung dengan menimbang semua tongkol dari
setiap tanaman yang telah dibersikan dari kelobot dan rambut dan kemudian
dirata-ratakannya
Pengkelasan tongkol (%)
Pengkelasan tongkol dilakukan berdasarkan kualitas dan ukuran tongkol.
Kualitas tongkol dibedakan antara tongkol layak dipasarkan dan tongkol afkir,
menggunakan kriteria kelas sebagaimana PT NSI (Nusantara Swadaya Industri)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 10-44) diperoleh bahwa varietas
berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman 6 MST, 7 MST dan berat kotor
tongkol dan tidak nyata terhadap parameter jumlah daun, lama panen, jumlah
tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol dan berat bersih tongkol. Waktu
emaskulasi tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Interaksi antara
verietas dengan waktu emaskulasi tidak nyata terhadap semua parameter
Tinggi tanaman (cm)
Dari tabel sidik ragam tinggi tanaman (Lampiran 10-20) diketahui bahwa
varietas berpangaruh nyata pada 6 MST dan 7 MST
Rataan tinggi tanaman pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Interaksi dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Rataan tinggi tanaman 2-7 MST pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi
Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
2 MST 3MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Ket : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda rataan berdasarkan beda nyata jujur
nyata terhadap V2 dan V3 Pada rataan tinggi tanaman umur 7 MST yang tertinggi
diperoleh pada varietas V1 (218,87) dan terendah pada varietas V2 (199,14).
Varietas V1 berbeda nyata terhadap V2 dan V3
Jumlah Daun (helai)
Dari tabel sidik ragam jumlah daun (Lampiran 22-32) diketahui bahwa
varietas dan emaskulasi tidak berpangaruh nyata
Rataan jumlah daun pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Interaksi dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2 Rataan jumlah daun (helai) 2-7 MST pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi
Perlakuan Jumlah Daun (helai)
2 MST 3MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Dari tabel sidik ragam Jumlah Tongkol (Lampiran 34) diketahui bahwa
varietas, waktu emaskulasi dan interaksi tidak berpengaruh nyata
Rataan Jumlah Tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Tabel 3 Rataan Jumlah Tongkol (tongkol) pada perlakuan varietas, waktu
Dari tabel sidik ragam lama panen (Lampiran 36) diketahui bahwa
varietas, waktu emaskulasi dan interaksi tidak berpengaruh nyata
Rataan lama panen pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Interaksi dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4 Rataan lama panen (hari) pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi
Varietas (V) Waktu Emaskulasi (E)
E0 E1 E2 Rataan
Dari tabel sidik ragam panjang tongkol (Lampiran 38) diketahui bahwa
varietas, waktu emaskulasi dan interaksi tidak berpengaruh nyata
Rataan panjang tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Tabel 5 Rataan panjang tongkol (cm) pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi
Dari tabel sidik ragam diameter tongkol (Lampiran 40)diketahui bahwa
varietas, waktu emaskulasi dan interaksi tidak berpengaruh nyata
Rataan diameter tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Interaksi dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Rataan diameter tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi
Varietas (V) Waktu Emaskulasi (E)
E0 E1 E2 Rataan
Dari tabel sidik ragam berat kotor tongkol (Lampiran 42)diketahui bahwa
varietas waktu emaskulasi dan interaksi tidak berpengaruh nyata
Rataan berat kotor tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Tabel 7 Rataan berat kotor tongkol (g) pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi
Varietas (V) Waktu Emaskulasi (E)
E0 E1 E2 Rataan
V1 53.74 50.07 48.61 50.80a
V2 45.17 34.45 40.34 39.98c
V3 50.69 50.75 47.91 49.78ab
Rataan 49.87 45.09 45.62
Ket : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji beda rataan berdasarkan beda nyata jujur
(BNJ) pada taraf α=5%
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan berat kotor tongkol tertinggi
diperoleh pada varietas V1 (50,80) dan terendah pada varietas V2 (39,98).dari
tabel 7 V1(P-12) berbeda nyata dengan V2 (DK 979) dan tidak berbeda nyata
dengan V3 (NT 10)
Berat bersih tongkol (g)
Dari tabel 8 sidik ragam berat bersih tongkol (Lampiran 43)diketahui
bahwa varietas, waktu emaskulasi dan interaksi tidak berpengaruh nyata
Rataan berat bersih tongkol pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Interaksi dapat dilihat pada Tabel 8
Tabel 8 Rataan berat bersih tongkol (g) pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi
Varietas (V) Waktu Emaskulasi (E)
E0 E1 E2 Rataan
kelas sebagaimana PT NSI (Nusantara Swadaya Industri) yaitu kelas A (4 – 6
cm), B (6 – 8 cm) C (8 – 10 cm) dan kelas D (10 – 12 cm) dengan
diameter 1 -2 cm
Dari Tabel Sidik Ragam (Lampiran 47-52) diketahui pengkelasan tongkol
kelas A,B, C dan D tidak berbeda nyata
Rataan Pengkelasan pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan
Interaksi dapat dilihat pada Tabel 9-11
Tabel 9 Rataan Pengkelasan tongkol Kelas A (%) pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi
Tabel 10 Rataan Pengkelasan tongkol Kelas B (%) pada perlakuan varietas, waktu emaskulasi dan Interaksi
Tabel 12 Rataan Pengkelasan tongkol Kelas D (%) pada perlakuan varietas, waktu
Tabel 13 Pengkelasan tongkol (%) terhadap interaksi antara varietas dan waktu emaskulasi
Perlakuan Tongkol layak dipasarkan Afkir
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
Tabel 14 Pengkelasan tongkol (%) terhadap varietas dan waktu emaskulasi
Varietas Tongkol Layak Dipasarkan Afkir
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
yaitu 21.05 %. Kelas C terbanyak terdapat pada perlakuanV3E0 yaitu 42.85 %.
Kelas D terbanyak terdapat pada perlakuanV2E2 yaitu 53.84 %
Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa afkir tertinggi terdapat pada kombinasi
V2E1 (10.53%) dan terendah pada V1E0 (0%), V1E1 (0%) dan V2E0 (0%)
Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa varietas kelas A terbanyak terdapat pada
varietas V2 yaitu 9,63 %. Kelas B terbanyak pada V1 yaitu 18,45 %. Kelas C
terbanyak terdapat pada V2 yaitu 32.03 %. Kelas D terbanyak terdapat pada V2E2
yaitu 46, 34%
Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa Emaskulasi kelas A terbanyak terdapat
pada varietas E0 yaitu 7,66 %. Kelas B terbanyak pada E2 yaitu 15,13 %. Kelas
C terbanyak terdapat pada E0 yaitu 37,34 %. Kelas D terbanyak terdapat padaE2
yaitu 51,28%.
Pembahasan
Pengaruh varietas terhadap produksi baby corn
Dari hasil penelitian diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata pada
parameter tinggi tanaman 6 MST dan 7 MST dimana varietas P-12 berbeda nyata
terhadap DK 979 dan NT 10 . Tinggi tanaman dipengarui oleh gen dimana
lingkungan berperan penting dalam pertumbuhan hal ini sesuai dengan literatur
Pabendon (2004) menyatakan bahwa secara individu pada kondisi pertumbuhan
dan lingkungan yang spesifik, tidak semua gen dapat terekspresi. Ekspresi
genotipe disebut fenotipe dan dapat dipertimbangkan sebagai hasil dari interaksi
antara genotipe dan lingkungan dimana individu berkembang. Sebagai contoh
perbedaan genotipe antara tanaman dan resistensi penyakit hanya akan terekspresi
terekspresi pada stress kekeringan. Selanjutnya Pabendo dan Takdir (1999)
Kultivar hibrida mempunyai adaptasi terhadap jenis tanah dan iklim yang sangat
khusus, tidak seperti halnya varietas bersari bebas, dan hanya akan memberikan
hasil memuaskan bila ditanam pada keadaan dimana hibrida tersebut dapat
beradaptasi. Selain itu daerah adaptasi suatu hibrida tidak tergantung pada tempat
hibrida tersebut dibuat
Dari hasil penelitian diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata pada
parameter berat kotor tongkol dimana varietas P-12 berbeda nyata terhadap DK
979 karena pertumbuhan pada varietas P-12 optimal dibandingkan denan varietas
DK 979 hal ini sesuai dengan literatur Subekti (2002) menyatakan bahwa hasil
dan bobot biomas jagung yang tinggi akan diperoleh jika pertumbuhan tanaman
optimal
Pengaruh emaskulasi terhadap produksi baby corn
Dari hasil penelitian diketahui bahwa waktu emaskulasi tidak berpangaruh
nyata terhadap semua parameter pengamatan hal ini menunjukan faktor
lingkungan berperan besar dalam proses produksi tanaman hal ini sesuai dengan
literatur Subekti (2002) menyatakan bahwa hasil dan bobot biomas jagung yang
tinggi akan diperoleh jika pertumbuhan tanaman optimal. Dari penelitian
didapatkan bahwa blok berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter ini
menunjukkan bahwa lingkungan berperan besar
Dari hasil penelitian bahwa rataan emaskulasi tertinggi pada lama panen
dan panjang tongkol adalah emaskulasi ketika bunga jantan muncul. Ini
sesuai dengan Hamim (2008) yang menyatakan bahwa banyak asimilat yang
dihasilkan tanaman dalam proses fotosintesis digunakan untuk pembentukan dan
perkembangan bunga jantan pada tanaman jagung. Menurut Goldsworthy dan
Fisher menyatakan peniadaan malai bungan jantan ternyata meningkatkan
kenaikan hasil jagung tropik sebesar 9.5; 21 dan 17.9 persen
Pengaruh interasi terhadap produksi baby corn
Dari hasil penelitian diketahui bahwa intaraksi antara varietas dengan
waktu emaskulasi tidak berpangaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan
hal ini karena dipengarui oleh gen dimana lingkungan berperan penting dalam
produksi hal ini sesuai dengan literatur Pabendon (2004) menyatakan bahwa
Secara individu pada kondisi pertumbuhan dan lingkungan yang spesifik, tidak
semua gen dapat terekspresi. Ekspresi genotipe disebut fenotipe dan dapat
dipertimbangkan sebagai hasil dari interaksi antara genotipe dan lingkungan
dimana individu berkembang. Sebagai contoh perbedaan genotipe antara tanaman
dan resistensi penyakit hanya akan terekspresi jika ada tekanan infeksi untuk
penyakit, genotipe toleran kekeringan, hanya dapat terekspresi pada stress
kekeringan
Pengkelasan Tongkol
Mengikuti standar PT NSI untuk jagung semi kaleng yaitu kisaran
panjang tongkol 4 – 12 cm untuk semua kelas dengan diameter tongkol 1 – 2 cm,
secara umum tongkol-tongkol jagung semi yang dipanen memenuhi kriteria
ukuran standar PT NSI (Tabel 9). Tongkol jagung semi varietas P-12, DK 979,
Meskipun berdasarkan panjang dan diamater tongkolnya jagung semi yang
dipanen secara umum memenuhi standar PT NSI, ternyata setelah memperhatikan
kriteria layak pasar dimasyarakat, yaitu tongkol memiliki alur lurus, tongkol tidak
bengkok, dan tongkol bebas dari gejala hama dan penyakit.
Kriteria tidak terukur terlihat lebih menentukan kualitas tongkol pada
penelitian ini. Tongkol jagung semi menjadi masuk kategori afkir bila tampilan
tongkolnya tidak sebagaimana tampilan tongkol jagung semi pada umumnya
(Tabel 13). Hasil penelitian Sirait (1996) menunjukkan bahwa varietas hasil
pemuliaan menghasilkan rata-rata dua tongkol jagung semi per tanaman, tetapi
tongkol yang dipetik terakhir memiliki penampilan afkir sehingga menyebabkan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman
6 dan 7 MST dan tidak nyata terhadap parameter jumlah daun, lama panen,
jumlah tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, berat kotor tongkol dan berat
bersih tongkol, Waktu emaskulasi tidak berpengaruh nyata terhadap semua
parameter dan Interaksi antara verietas dengan waktu emaskulasi tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter
Saran
Dilakukan penelitian dengan varietas yang berbeda sehingga didapatkan
varietas yang sesuai untuk produksi baby corn dimana penelitian ini belum sesuia
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W., 1985. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons, New York. 485 pp
Bautista, K., Ofelia, and C.Y. Petch, 1983. Yong cob corn: Suitable, nutritive value
and a optimum stage of maturity. The Philippines Agriculturist Vol 66 no 9: 232 –244.
Decoteau. D.R., 2000. Vegetative Crop. The Pennsylvania State Universiti, USA. Duncan, W. G., W. A. William and R. S. Loomis, 1967. Tassel and the
Productivity of Maize. Crop Sci. 7 :670-674
Goenawan, W., 1988. Pengaruh Populasi Tanaman dan Pembuangan Bunga Jantan (Detasel) terhadap produksi jagung semi (baby corn) pada Jagung Manis (Zea mays) Skrisi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Hartman. H.T., W.J. Kofnergs dan A.Micle. 1981. Plant Science, Growth, Development and Utylization of Cultivated Plant, Prentice Hall, New Jersey.
Hunter, R. B., Daynard, D. J. Hume, J. W. Tanner, J. D. Curtis and L. W.
Kanenberg, 1969. Effect of Tassel Renoval on Grain Yield of corn (Zea mays) Crop Sci 9:405-406
Kartasapoetra, A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara. Jakarta.
Lakitan, B., 1995. Hortikultura. Teori, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lambert, R. J., and R. R. Johnson, 1978. Leaf Angels, Tassel Morphology and the Performance of Meize Hybrid. Crop Sci, 18:499-502.
Lovelss. A. R.,1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2. Gramedia. Jakarta.
Mangonendidjojo,. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta Martin, J. H. dan W. H. Leonard., 1967. Principle of Field Crop Production. Mac
Millan Publishing. New York.
Mock, J. J., and R. B. Pearce, 1975. An Ideotype of Maize. Euphytica 24 : 613-623)
Nasir, M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetik Tanaman. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Nurmala. S.W.T., 1997. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rhineka Cipta, Jakarta.
Rochani, S., 2008. Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Azka. Jakarta.
Rukmana, H. R., 1997. Budidaya Baby Corn. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sepriliyana, W. R., 2010. ANALISIS POTENSI HASIL DAN KUALITAS
HASIL BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI JAGUNG SEMI (Baby Corn). IPB. Bogor
Singh, J., 1987. Field Manual of Maize Breeding Procedures. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.
Steel R.G.D., dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik, Terjemahan Ir Bambang Sumantri. IPB-Press. Bogor.
Subekti, I. Manwan, and A. Blumenschein, 1988. National Coordinated Research Program Corn, Central Research Institute for Food Crop, Bogor. P83 Subandi, I., Manwan and A. Blumenschein, 1988. National Coordinated Research
Program Corn, Sentral Research Institute For Food Crop, Bogor.p83
Sutjahjo, S. H., S. Sujiprihati dan L. I. Rochmah, 2005. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung kearah Pembentukan Jagung Semi Bertongkol Banyak. Jurnal Akta Agrosia Vol 8 no 2 hlm 46-51 Juli-Desember 2005.
Tollenaar, M., 1977. Sink Source Relationship During Productive Development in Maize A Review. Maydica XXII: 49-75
Steenis, C. G. G. S. J., 1987. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Wahab, A., dan Dahlan, 2006. Efek Emaskulasi dan Pemberian Berbagai
Pupuk Popro terhadap Pertumbuhan dan Produksi Baby
Corn, Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No 1
Lampiran 1 Deskripsi Jagung Varietas P-12
Tanggal dilepas : 22 juni 1999
Asal : F1 dari silang tunggal (single cross) antara M30A97 dengan F30A97 M30A97 dan F30A97 adalah galur murni tropis yang dikembangkan secara berurutan oleh Pioneer Hi-brid Philippines, Inc dan Pioneer Hi-bred (Thailand ) Co. Ltd
Umur : Berumur dalam 50% polinasi : +56-59 hari 50% Keluar rambut : +57-60 hari
Masak fisiologis : 92 hari (<600 m dpl) 120 hari (>600 m dpl) Batang : Besar dan kokoh Warna Batang : Hijau
Tinggi Tanaman :+211 cm
Daun :Tegak dan keluar Warna daun : Hijau tua
Keragaman Tanaman : Sangat seragam Perakaran : Baik dan kuat Kerebahan : Tahan rebah
Bentuk malai : Tidak terbuka, ujung terkulai Warna sekam : Hijau
Warna anthera : Kuning
Warna rambut : Putih dengan merah muda di ujungnya Tongkol : Panjang dan selindris
Kedudukan tongkol : agak tinggi, dipertengahan tinggi tanaman (+91 cm) Kelobot : Menutup biji dengan baik
Tipe biji : Mutiara (flint) Warna biji : Orange
Baris biji : lurus dan rapat Jumlah baris /tongkol : 14-16 baris Bobot 1000 biji : +289 g
Kandungan nutrisi : 5,6% minyak, 10,6%protein dan 71,2% tepung Rata-rata hasil : 8,1 t/ha pipilan kering
Ketahanan : tahan terhadap penyakit karat daun, busuk tongkol, diploidi dan busuk batang bakteri, agak tahan terhadap bulai, hawar daun H. Turcicum dan busuk batang Pythium
Lampiran 2 Deskripsi Jagung Varietas DK 979
Tanggal dilepas : 17 Maret 2004
Asal : Jagung hibrida Monsanto TB 9001 adalah persilangan ganda (doble cross) TB840134FF/TB840134MF) dengan (TB840134FM/TB840134MM), tetua betina
(TB840134FF/TB840134MF) dan tetua jantan (TB840134FM/TB840134MM) adalah persilangan tunggal. Galur-galur TB840134FM,TB840134MM, TB840134FF, TB840134MF berasal dari populasi yang berbeda. Galur ini dikembangkan oleh Departemen
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biji : Semi mutiara
Ketahanan : Tahan terhadap penyakit karat, toleran terhadap penyakit bulai
Lampiran 3 Deskripsi Jagung Hibrida Varietas Nt 10
Asal : Persilangan antara galur murni FIL2603 dengan galur murni MIL0277 (FIL 2603 x MIL 0277) Tipe hibrida : Hibrida silang tunggal (single cross)
Umur : Berumur agak dalam
50 % keluar polen : 53 – 63 HST 50 % keluar rambut : 56 – 64 HST
Masak Fisiologis : ± 99 HST (dataran rendah) : ± 114 HST (dataran tinggi)
Bentuk tongkol : Panjang dan silindris
Lampiran 5 Bagan Plot Percobaan
70 cm
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
X X X
Lampiran 7 Gambar hasil penelitian berat kotor
Lampiran 8 Gambar hasil penelitian berat bersih
Lampiran 9 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 33.43 34.30 30.26 97.99 32.66
V1E1 31.80 31.50 27.06 90.36 30.12
V1E2 34.46 36.80 28.06 99.32 33.10
V2E0 30.60 28.16 32.03 90.79 30.26
V2E1 35.80 31.13 31.83 98.76 32.92
V2E2 40.60 33.33 24.76 98.69 32.89
V3E0 36.33 30.60 29.03 95.96 31.98
V3E1 38.16 25.93 29.23 93.32 31.10
V3E2 36.83 30.20 27.33 94.36 31.45
318.01 281.95 259.59 859.55 31.83
Lampiran 10 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST (cm)
Sumber db JK KT Fh F05
Blok 2 193.08 96.54 8.87* 3.63
Varietas (V) 2 1.40 0.70 0.06tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 6.00 3.00 0.28tn 3.63
V x E 4 24.75 6.19 0.57tn 3.01
Error 16 174.15 10.88
Total 26 399.39
FK 27363.93
KK 10.36
Lampiran11 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST (cm)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 67.26 61.00 56.26 184.52 61.50
V1E1 58.83 61.33 49.86 170.02 56.67
V1E2 57.73 66.13 55.13 178.99 59.66
V2E0 54.73 47.73 62.63 165.09 55.03
V2E1 65.33 52.00 58.53 175.86 58.62
V2E2 61.40 58.10 48.83 168.33 56.11
V3E0 55.56 58.56 56.86 170.98 56.99
V3E1 60.73 45.50 55.93 162.16 54.05
V3E2 70.30 57.36 55.96 183.62 61.20
551.87 507.71 499.99 1559.57 57.76
Lampiran 12 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST (cm)
Sumber db JK KT Fh F05
Blok 2 174.12 87.06 2.48tn 3.63
Varietas (V) 2 34.27 17.13 0.49tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 29.22 14.61 0.42tn 3.63
V x E 4 104.40 26.10 0.74tn 3.01
Error 16 561.37 35.09
Total 26 903.38
FK 90083.65
Kk 10.25
Lampiran 13 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 104.00 91.80 87.36 283.16 94.38
V1E1 84.30 92.90 86.73 263.93 87.97
V1E2 93.06 99.16 90.80 283.02 94.34
V2E0 85.96 71.06 98.30 255.32 85.10
V2E1 98.46 83.33 90.10 271.89 90.63
V2E2 92.63 84.40 77.56 254.59 84.86
V3E0 88.16 88.80 97.01 273.97 91.32
V3E1 95.06 68.60 78.36 242.02 80.67
V3E2 104.13 102.40 90.90 297.43 99.14
845.76 782.45 797.12 2425.33 89.82
Lampiran 14 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST (cm)
Sumber db JK KT Fh F05
Blok 2 244.04 122.02 1.79tn 3.63
Varietas (V) 2 133.79 66.89 0.98tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 184.44 92.22 1.35tn 3.63
V x E 4 476.67 119.17 1.75tn 3.01
Error 16 1092.24 68.26
Total 26 2131.19
FK 217860.21
KK 9.20
Lampiran 15 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST (cm)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 16 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST (cm)
Lampiran 17 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 200.70 181.36 167.96 550.02 183.34
V1E1 170.03 184.40 172.20 526.63 175.54
V1E2 186.90 180.40 178.83 546.13 182.04
V2E0 150.70 156.63 172.00 479.33 159.77
V2E1 163.30 158.00 166.16 487.46 162.48
V2E2 173.00 162.53 160.60 496.13 165.37
V3E0 176.46 170.53 163.33 510.32 170.10
V3E1 174.86 159.13 161.66 495.65 165.21
V3E2 185.03 161.93 173.83 520.79 173.59
1580.98 1514.91 1516.57 4612.46 170.83
Lampiran 18 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST (cm)
Sumber db JK KT Fh F05
Blok 2 315.43 157.72 2.03tn 3.63
Varietas (V) 2 1438.91 719.46 9.25* 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 158.68 79.34 1.02tn 3.63
V x E 4 99.41 24.85 0.32tn 3.01
Error 16 1244.09 77.76
Total 26 3256.53
FK 787955.08
KK 5.16
Lampiran 19 Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST (cm)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 242.30 229.16 204.70 676.16 225.38
V1E1 220.70 192.60 216.30 629.60 209.86
V1E2 225.36 218.06 220.70 664.12 221.37
V2E0 192.26 186.63 200.63 579.52 193.17
V2E1 204.13 202.30 191.70 598.13 199.37
V2E2 211.96 203.40 199.30 614.66 204.88
V3E0 211.76 204.53 201.46 617.75 205.91
V3E1 212.10 186.43 199.53 598.06 199.35
V3E2 221.53 201.96 214.63 638.12 212.70
1942.1 1825.07 1848.95 5616.12 208.00
Lampiran 20 Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST (cm)
Sumber db JK KT Fh F05
Blok 2 849.75 424.87 5.58* 3.63
Varietas (V) 2 1806.39 903.20 11.86* 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 461.49 230.75 3.03tn 3.63
V x E 4 401.43 100.36 1.32tn 3.01
Error 16 1217.97 76.12
Total 26 4737.02
FK 1168177.92
Kk 4.19
Lampiran 21 Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST (helai)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 4.00 4.00 3.66 11.66 3.88
V1E1 3.66 3.66 3.33 10.65 3.55
V1E2 4.00 4.00 3.33 11.33 3.77
V2E0 3.66 3.66 4.00 11.32 3.77
V2E1 4.00 4.00 4.00 12.00 4.00
V2E2 4.00 4.00 3.00 11.00 3.66
V3E0 3.66 4.00 3.66 11.32 3.77
V3E1 4.00 3.33 3.66 10.99 3.66
V3E2 4.00 3.66 3.33 10.99 3.66
34.98 34.31 31.97 101.26 3.75
Lampiran 22 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST (helai)
Sumber db JK KT Fh F05
Blok 2 0.55 0.28 3.82* 3.63
Varietas (V) 2 0.06 0.03 0.41tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 0.06 0.03 0.38tn 3.63
V x E 4 0.32 0.08 1.10tn 3.01
Error 16 1.16 0.07
Total 26 2.15
FK 379.76 KK 7.19
Lampiran 23 Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST (helai)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 24 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST (helai)
Lampiran 25 Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST (helai)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 26 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST (helai)
Lampiran 27 Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST (helai)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 28 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST (helai)
Lampiran 29 Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST (helai)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 30 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST (helai)
Lampiran 31 Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST (helai)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 32 Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST (helai)
Lampiran 33 Data Pengamatan Jumlah Tongkol (tongkol)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 32 Daftar Sidik Ragam Jumlah Tongkol (tongkol)
Lampiran 35 Data Pengamatan Lama Panen (hari)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 28.33 28.00 21.33 77.66 25.88
V1E1 26.33 24.33 29.33 79.99 26.66
V1E2 23.33 25.00 23.66 71.99 23.99
V2E0 20.33 23.00 22.33 65.66 21.88
V2E1 23.33 24.00 28.66 75.99 25.33
V2E2 23.00 21.00 28.66 72.66 24.22
V3E0 22.33 23.33 30.00 75.66 25.22
V3E1 23.33 18.66 29.33 71.32 23.77
V3E2 21.33 19.66 25.00 65.99 21.99
211.64 206.98 238.30 656.92 24.33
Lampiran 36 Daftar Sidik Ragam Lama Panen (hari)
Sumber db jk KT Fh F05
Blok 2.00 63.46 31.73 3.60tn 3.63
Varietas (V) 2.00 19.06 9.53 1.08tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2.00 15.42 7.71 0.87tn 3.63
V x E 4.00 30.04 7.51 0.85tn 3.01
Error 16.00 141.17 8.82
Total 26.00 269.16
FK 15983.11
KK 12.21
Lampiran 37 Data Pengamatan Panjang Tongkol (cm)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 8.75 9.64 10.15 28.54 9.51
V1E1 9.31 9.31 9.44 28.06 9.35
V1E2 10.33 7.59 9.72 27.64 9.21
V2E0 9.19 9.49 7.73 26.41 8.80
V2E1 9.57 8.67 8.02 26.26 8.75
V2E2 8.97 8.81 10.09 27.87 9.29
V3E0 9.75 9.27 7.89 26.91 8.97
V3E1 9.05 10.85 8.84 28.74 9.58
V3E2 9.37 8.32 9.36 27.05 9.01
84.29 81.95 81.24 247.48 9.16
Lampiran 38 Daftar Sidik Ragam Panjang Tongkol (cm)
Sumber Db JK KT Fh F05
Blok 2 0.57 0.28 0.33tn 3.63
Varietas (V) 2 0.77 0.38 0.45tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 0.08 0.04 0.05tn 3.63
V x E 4 1.27 0.32 0.38tn 3.01
Error 16 13.58 0.85
Total 26 16.27
FK 2268.38
KK 10.05
Lampiran 39 Data Pengamatan Diameter Tongkol (mm)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 40 Daftar Sidik Ragam Diameter Tongkol (mm)
Lampiran 41 Data Pengamatan Berat Kotor Tongkol (g)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
Lampiran 42 Daftar Sidik Ragam Berat Kotor Tongkol (g)
Lampiran 43 Data Pengamatan Berat Bersih Tongkol (g)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3
V1E0 13.05 14.66 17.82 45.53 15.17
V1E1 14.94 18.88 14.90 48.72 16.24
V1E2 15.76 12.66 12.28 40.70 13.56
V2E0 13.87 16.35 10.82 41.04 13.68
V2E1 14.18 9.21 13.28 36.67 12.22
V2E2 14.75 11.68 14.33 40.76 13.58
V3E0 21.34 14.60 11.95 47.89 15.96
V3E1 15.82 19.27 13.07 48.16 16.05
V3E2 16.38 14.88 20.90 52.16 17.38
140.09 132.19 129.35 401.63 14.87
Lampiran 44 Daftar Sidik Ragam Berat Bersih Tongkol(g)
Sumber db jk KT Fh F05
Blok 2 6.88 3.44 0.38tn 3.63
Varietas (V) 2 49.33 24.66 2.75tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 0.06 0.03 0.00tn 3.63
V x E 4 18.61 4.65 0.52tn 3.01
Error 16 143.37 8.96
Total 26 218.25
FK 5974.32
KK 20.12
Lampiran 45 Data Pengamatan Pengkelasan Tongkol Kelas A(%)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1.00 2.00 3.00
V1E0 13.89 0.00 0.00 13.89 4.63
V1E1 0.00 0.00 6.67 6.67 2.22
V1E2 6.67 22.22 6.67 35.56 11.85
V2E0 8.33 0.00 11.11 19.44 6.48
V2E1 0.00 22.22 13.89 36.11 12.04
V2E2 0.00 16.67 6.67 23.34 7.78
V3E0 6.67 8.33 6.67 21.67 7.22
V3E1 0.00 0.00 11.11 11.11 3.70
V3E2 0.00 8.33 0.00 8.33 2.78
35.56 77.77 62.79 176.12 6.52
Lampiran 46 Daftar Sidik Ragam Pengkelasan tongkol Kelas A (%)
Sumber db jk KT Fh F05
Blok 2 101.76 50.88 1.01tn 3.63
Varietas (V) 2 80.41 40.21 0.80tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 12.18 6.09 0.12tn 3.63
V x E 4 222.24 55.56 1.10tn 3.01
Error 16 807.76 50.49
Total 26 1224.35
FK 1148.82
KK 108.93
Lampiran 47 Data Pengamatan Pengkelasan Tongkol Kelas B(%)
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1.00 2.00 3.00
V1E0 28.89 11.11 11.11 51.11 17.04
V1E1 31.11 22.22 6.67 60.00 20.00
V1E2 27.22 0.00 6.67 33.89 11.30
V2E0 23.33 11.11 8.33 42.78 14.26
V2E1 15.00 0.00 0.00 15.00 5.00
V2E2 11.11 13.89 6.67 31.67 10.56
V3E0 6.67 16.67 6.67 30.00 10.00
V3E1 15.00 0.00 0.00 15.00 5.00
V3E2 41.67 8.33 13.89 63.89 21.30
200.00 83.33 60.00 343.33 12.72
Lampiran 48 Daftar Sidik Ragam Pengkelasan Tongkol Kelas B (%)
Sumber db jk KT Fh F05
Blok 2 1250.21 625.10 12.08* 3.63
Varietas (V) 2 176.59 88.29 1.71tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 101.32 50.66 0.98tn 3.63
V x E 4 564.63 141.16 2.73tn 3.01
Error 16 827.80 51.74
Total 26 2920.54
FK 4365.73
KK 56.57
Lampiran 49 Data Pengamatan Pengkelasan Tongkol Kelas C
Perlakuan BLOK TOTAL RATAAN
1.00 2.00 3.00
V1E0 12.22 38.89 33.33 84.44 28.15
V1E1 20.00 44.44 26.67 91.11 30.37
V1E2 15.00 55.55 20.00 90.55 30.18
V2E0 50.56 63.89 34.45 148.89 49.63
V2E1 38.33 27.78 28.33 94.44 31.48
V2E2 21.67 25.00 26.11 72.78 24.26
V3E0 34.44 33.33 68.89 136.67 45.56
V3E1 30.00 11.11 44.44 85.55 28.52
V3E2 16.67 16.67 16.67 50.00 16.67
238.89 316.66 298.89 854.44 31.65
Lampiran 44 Daftar Sidik Ragam Pengkelasan tongkol Kelas C
Sumber db JK KT Fh F05
Blok 2 369.06 184.53 0.92tn 3.63
Varietas (V) 2 165.35 82.68 0.41tn 3.63
Waktu emaskulasi (E) 2 1394.97 697.48 3.47tn 3.63
V x E 4 904.76 226.19 1.13tn 3.01
Error 16 3216.19 201.01
Total 26 6050.33
FK 27039.40
KK 44.80