• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Mahasiswa Dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terhadap Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Opini Mahasiswa Dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terhadap Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

OPINI MAHASISWA DAN TAYANGAN PEMBERITAAN KINERJA

KPK

(Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terhadap Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

DIAJUKAN OLEH :

DESNIAR DAMANIK 080904032

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Desniar Damanik

NIM : 080904032

Judul Skripsi : Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK

(Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU

Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

Pembimbing Ketua Departemen

Drs.Mukti Sitompul, M.si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

Dekan FISIP USU

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta dan memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 298 orang dengan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sebanyak 75 responden.

Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik proportional stratified

sampling dan purposive sampling. Dalam jenis pengambilan proportional stratified sampling, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi

yang tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam purposive

sampling, populasi yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jadi bagi populasi yang tidak memenuhi kriteria yang ada, maka tidak boleh diikutsertakan menjadi responden.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat da

ridhoNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta yang telah

memberikan semangat yang luar biasa, dukungan secara moril maupun materil, serta doa

yang tiada putus-putusnya kepada penulis. Semoga Tuhan selalu memberikan segala yang

terbaik sebagai balasan atas segalanya.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi

ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan dan kemampuan peneliti. Dalam

menyelesaikan skripsi ini, peneliti tidak lepas dari dukungan dan doa dari orang-orang

tercinta dan berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti Ayahanda Rihard Parluhutan Damanik dan Ibunda

Damelina Simarmata yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil serta

kasih saying yang tiada taranya. Kepada saudara peneliti : Natal Erik Jona Damanik, Helena

Verawaty Damanik, Rohni Berliana Damanik yang selalu mendukung peneliti dan memberi

motivasi yang mampu membangkitkan semangat peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

Curahan kasih yang kalian berikan tidak ada gantinya di dunia ini, rasa syukur kepada Tuhan

(5)

Dengan segala kerendahan hati peneliti juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

USU.

3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

beserta Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros terima kasih atas bantuannya dalam setiap

proses yang harus dilakukan.

4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah

banyak membantu, membimbing, memberikan masukan serta meluangkan waktu diantara

kesibukan yang padat.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Komunikasi FISIP USU pada umumnya

yang telah mendidik, membimbing dan membantu penulis selama masa perkuliahan.

6. Ketua Laboratorium Departemen Ilmu Komunikasi, Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos,

M.Si berserta staf-stafnya, Kak Emil, Kak Hanim dan Kak Puan.

7. Sahabat-sahabat peneliti yang luar biasa, kepada Melati Elisabet Napitupulu, Nindita

Pricilia Margaretha, Sri Margaretha Chacha Sagala, Winda Astrid Marpaung, Romina

Purnama Manurung, Loly Sariska Manik, Ester Purba, Ruth Simanungkalit, dan Elsa

Manik yang selalu memberi dukungan kepada peneliti.

8. Ucapan spesial kepada Joni Oloan Simatupang, yang selalu bersedia memberi dukungan,

doa dan motivasi kepada penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk

(6)

10.Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian pendidikan dan

skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh

semua pihak. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat

seluas-luasnya dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran

yang bersifat membangun.

Medan, Desember 2011

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

I.6.7) Teori Agenda Setting...14

(8)

II.1.1) Pengertian Komunikasi………22

II.3.3) Ciri-ciri Lembaga Media Massa………...31

II.4 Televisi……….32

II.4.1) Pengertian Televisi………...32

II.4.2) Karakterisik Televisi………33

II.4.3) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan………34

II.5 Pemberitaan………...35

II.6.4) Proses Pembentukan Opini Publik………...42

II.7 Teori Agenda Setting………...44

II.7.1) Defenisi Teori Agenda Setting………...44

II.7.2) Tahapan Agenda Setting………..45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian………47

(9)

III.3 Populasi dan Sampel………...47

III.3.1) Populasi………...47

III.3.2) Sampel……….48

III.4 Teknik Penarikan Sampel………...49

III.4.1) Proporsional Stratified Sampling………...49

III.4.2) Purposive Sampling………50

III.5 Teknik Pengumpulan Data………...50

III.5.1) Penelitian Kepustakaan………..50

III.5.2) Penelitian Lapangan………50

III.6 Teknik Analisis Data………...51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...52

IV.1.1) Fakultas Hukum...52

IV.1.2) Visi...52

IV.1.3) Misi...53

IV.1.4) Tujuan...53

IV.1.5) Pimpinan Fakultas...53

IV.2 Sekilas Tentang TV ONE...54

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta dan memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 298 orang dengan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sebanyak 75 responden.

Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik proportional stratified

sampling dan purposive sampling. Dalam jenis pengambilan proportional stratified sampling, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi

yang tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam purposive

sampling, populasi yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jadi bagi populasi yang tidak memenuhi kriteria yang ada, maka tidak boleh diikutsertakan menjadi responden.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai media massa mempunyai kelebihan dalam menyampaikan pesan jika

dibandingkan dengan media massa lainnya. Hal ini karena pesan yang disampaikan melalui

suara (bunyi) dan gambar dapat disampaikan secara bersamaan. Tidak dapat dipungkiri

bahwa televisi dapat memberikan pengaruh baik secara kognisi, afeksi maupun konatif

kepada konsumennya dari setiap program acara yang ditayangkan baik berita, hiburan, dan

yang lainnya. Intensitas dalam mengikuti setiap program acara ditelevisi akan membantu

konsumen mendapatkan informasi-informasi yang baru. Acara berita di televisi dapat

berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan

perkembangan-perkembangan terbaru dari peristiwa lokal maupun internasional. Berita televisi merujuk

pada praktek penyebaran informasi terbaru khususnya pada televisi swasta.

Saat ini terdapat sepuluh stasiun televisi swasta terbesar di Indonesia yakni Indosiar,

RCTI, SCTV, MNC TV, Anteve, TV One, Trans TV, Trans 7, Metro TV dan Global TV

disamping stasiun-stasiun televisi swasta lain yang merupakan saluran televisi lokal

diberbagai daerah, seperti Deli TV, JTV, DAAI TV dan lainnya. Berbagai stasiun televisi

berlomba-lomba menayangkan pemberitaan khususnya peristiwa-peristiwa aktual dan isu-isu

terhangat yang terjadi dinegeri ini.

TV One adalah sebuah stasiun televisi swasta yang mengudara pertama kali pada

(12)

pada level stasiun televisi swasta terfavorit dan terunggul dari stasiun televisi swasta lainnya.

Hal ini terbukti pada saat TV One mendapatkan penghargaan MURI (Museum Rekor

Indonesia) dengan predikat tayangan berita terfavorit tahun 2009. TV One menyajikan 70%

berita yang bersifat siaran karya jurnalistik dan 30% hiburan atau siaran karya artistik.

Perbandingan persentase ini menunjukkan bahwa TV One berfokus pada program acara yang

termasuk pada kategori berita atau news yang menginspirasi masyarakat Indonesia untuk

berfikir lebih maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakat pada

umumnya. Program acara berita yang disajikan oleh TV One ialah terangkum dalam News

One dan Talk Show One yang penayangannya pada jam-jam tertentu dimulai pada pagi, siang

hingga malam hari. Setiap program acara di TV One dapat dikatakan sangat gencar dalam

menyampaikan sebuah pemberitaan, mengingat TV One berfokus pada penayangan

berita-berita terkini dan teraktual yang pernah atau sedang terjadi.

Seperti halnya dengan pemberitaan yang gencar dikabarkan media massa selama

periode agustus-oktober khususnya TV One, adalah pemberitaan terkait kasus dugaan suap

proyek Wisma Atlet SEA Games dengan tersangka Nazaruddin, mantan bendahara umum

Partai Demokrat. Pemberitaan tersebut menitikberatkan pada tanda tanya terhadap sistem

dan kinerja KPK dalam upaya menuntaskan masalah yang sudah terbilang kronik di negeri

ini. Hal ini terlihat pada setiap program acara news ataupun talk show yang dalam

penayangannya selalu menghadirkan topik tentang kinerja KPK dalam menangani kasus

korupsi Nazaruddin. Faktanya bukan hanya satu dari program acara berita namun hampir

secara keseluruhan mengangkat topik yang sama yakni tentang kinerja KPK dalam

menangani kasus korupsi Nazaruddin pada beberapa hari berturut-turut. Selain kabar-kabar

berita yang secara lintas ditayangkan juga pada program berita talk show. Salah satunya

adalah Apakabar Indonesia Malam yang mengudara secara live setiap hari pukul 19.45 WIB,

(13)

topik mengenai kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin dan mengundang nara sumber

dari berbagai pihak yang terkait seperti, Pembicara KPK Johan Budi, mewakili Partai

Demokrat Ruhut Sitompul,kuasa hukum Nazaruddin, OC Kaligisdan pihak-pihak lain yang

bersangkutan. Dalam selang waktu tertentu Talk Show Apakabar Indonesia Malam kembali

mengundang nara sumber yang sama dengan topik pembicaraan yang tidak jauh berbeda.

Lewat pemberitaan tersebut, masyarakat luas dapat segera mengetahui sejauh mana

perkembangan penanganan atau penyelesaian kasus korupsi Nazaruddin oleh pihak yang

berwenang menangani kasus korupsi di negeri ini, yakni KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi) (www.tvone.co.id).

KPK sendiri didirikan pada tahun 2003 dengan maksud menanggulangi, mengatasi

dan memberantas korupsi di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 30 tahun 2002. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa KPK dibentuk karena

lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara

efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi. Diawal berdirinya, KPK

dipimpin oleh Taufiequrachman Ruki yang dilantik pada tanggal 16 Desember 2003 bersama

empat Pimpinan KPK lainnya, yaitu Amien Sunaryadi, Sjahruddin Rasul, Tumpak H.

Panggabean, dan Erry Riyana Hardjapamekas. Diawal masa berdirinya KPK dapat dikatakan

telah melaksanakan tugasnya dengan baik, beberapa kasus korupsi yang menyeret

nama-nama oknum pemerintah mulai terkuak. Ada mantan Kepala Polri diadili, ada politisi

tertangkap basah, ada jaksa tertangkap tangan sedang memperdagangkan perkara dan lainnya.

Namun karena gebrakan KPK itu pula, KPK pada masa itu menjadi musuh bersama.

Pengadilan Korupsi dinyatakan tidak konstitusional oleh Mahkamah Konstitusi sampai 19

Desember 2009. DPR dan pemerintah berkewajiban memberikan landasan hukum soal

(14)

dengan dalih ”menata sistem” malah berniat mengamputasi kewenangan KPK, melucuti

kewenangan penuntutan.

Berdasarkan data survey dari LSI (Lembaga Survey Indonesia) yang dilakukan pada

18-30 Desember 2010 lalu, ditemukan bahwa kinerja dalam menanggulangi masalah korupsi

selama 2010 jauh lebih buruk dibandingkan periode 2009. Sepanjang tahun 2009, kinerja

pemerintah dalam bidang ini masih berada di atas 60 persen. Namun pada tahun 2010 turun

di bawah 60 persen. Bahkan pada bulan Oktober 2010 mencapai titik terendah yaitu 45

persen. Kemudian naik sedikit pada Desember menjadi 51 persen. Hal ini menyebabkan

semakin berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja KPK (Harian Seputar

Indonesia, 6 Agustus 2011).

Pemberitaan tentang kinerja KPK di televisi tentu memberi pengaruh terhadap

pandangan, pendapat atau opini masyarakat yang menyaksikan berita tersebut terlebih kepada

mahasiswa yang dinilai lebih kritis dalam memandang masalah seperti ini. Opini itu sendiri

adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial.

Penelitian ini ingin melihat bagaimana opini mahasiswa terhadap tayangan pemberitaan

kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin. Apakah mahasiswa dapat menerima

pemberitaan secara positif atau negatif terhadap hal tersebut dan bagaimana opini mahasiswa

setelah menyaksikan pemberitaan tersebut. Dalam penelitian ini, mahasiswa/i Fakultas

Hukum, Universitas Sumatera Utara dipilih sebagai objek penelitian karena dinilai

mahasiswa yang berada diruang lingkup keilmuan hukum, dapat lebih kritis memandang

fenomena pemerintahan saat ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang bagaimana opini mahasiswa/i Fakultas Hukum USU terhadap tayangan pemberitaan

(15)

I.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah opini mahasiswa Fakultas Hukum USU terhadap tayangan pemberitaan

kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat

mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan-batasan masalah secara spesifik.

Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Yang dimaksud dengan tayangan pemberitaan kinerja KPK terbatas pada penyaji berita,

nara sumber berita, materi acara dan waktu tayang.

2. Yang dimaksud dengan opini dibatasi pada kepercayaan, nilai-nilai dan pengharapan.

3. Objek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Hukum USU program regular S-1 stambuk

2008 dan yang pernah menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi

Nazaruddin di TV One minimal satu kali.

4. Penelitian ini akan dilakukan pada awal bulan November 2011 sampai dengan selesai.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui isi tayangan pemberitaaan kinerja KPK terkait kasus korupsi

Nazaruddin di TV One.

2. Untuk mengetahui tanggapan dan pemahaman terhadap pemberitaan kinerja KPK terkait

(16)

3. Untuk mengetahui bagaimana teknis pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi

Nazaruddin di TV One.

I.5 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian di FISIP USU

khususnya jurusan ilmu komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti khususnya yang

berkaitan dengan masalah penelitian deskriptif

3. Secara praktis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi TV One dan

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan

atau menyoroti masalah. Untuk itu diperlukan susunan kerangka teori yang memuat

pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian itu disorot. Uraian didalam

kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi

aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi,

2002,39-40).

Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa

teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan

penelitian ini diantaranya adalah komunikasi, komunikasi massa, media massa, televisi,

(17)

I.6.1 Komunikasi

Komunikasi (communication) adalah sebuah ilmu yang mempelajari pernyataan antar

manusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol yang

berarti (Santoso, 1990 : 7). Ilmu ini berkembang menjadi sebuah ilmu mandiri yang dianggap

penting dalam melihat dampak sosial terhadap perkembangan teknologi.

Menurut Effendy (2005 : 3) istilah komunikasi dalam bahasa Latin disebut dengan

communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama dengan maksud

untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan

komunikator. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada

orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik

secara langsung melalui lisan atau tidak langsung melalui media.

I.6.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa

dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak

luas (Bungin, 2006 : 71). Komunikasi massa ditujukan kepada sejumlah khalayak yang

tersebar, heterogen, anonim melalui media cetak maupun elektronik sebagai sebuah pesan

atau informasi yang dapat diterima secara serempak dan sesaat.

Komunikasi massa dewasa ini dianggap sebagai sebuah sistem sosial, karena dalam

komunikasi massa terdapat bagian-bagian atau komponen yang saling berhubungan satu sama

lain secara teratur dan merupakan sebuah keseluruhan (Narwoko dalam Bungin, 2006 : 81).

Komunikasi massa sebagai sistem sosial memiliki komponen-komponen penting

sebagai berikut :

(18)

2. Publik yang mengkonsumsi media massa

3. Media massa, meliputi organisasinya, sumber daya manusia, fasilitas produksi,

distribusi, kebijakan yang ditempuh, ideologi yang diperjuangkan dan sebagainya

4. Institusi samping yang tumbuh memberi kontribusi terhadap kegiatan komunikasi

massa.

5. Pihak-pihak yang mengendalikan berlangsungnya komunikasi massa, penguasa,

kekuatan politik maupun kelompok kepentingan.

I.6.3 Media Massa

Media massa mempunyai pengertian saluran atau media yang dipergunakan untuk

mengadakan komunikasi dengan massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam

penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) denga menggunakan

alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media

massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar,

radio, televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan

rekreasi atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Fungsi utama media

massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebar luas dan

mengiklankan produk.

Media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan

pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media

massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah media massa dapat mengatasi

hambatan ruang dan waktu bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika

(19)

I.6.4 Televisi

Televisi sebagai media komunikasi massa berasal dari dua suku kata yaitu tele

yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan visi yang berarti “citra atau gambar” dalam

bahasa Latin. Jadi kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari

suatu tempat yang berjarak jauh (Helena, 2007 : 69).

Televisi dapat dikatakan sebagai media komunikasi massa yang banyak dimiliki

oleh masyarakat dibandingkan dengan media massa lainnya. Dengan modal audio visual yang

dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan. Karena itulah televisi

bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola berfikir

(Effendy, 2005:21). Adapun fungsi televisi sebagai media komunikasi adalah untuk

menginformasikan, mengedukasi atau mendidik, dan menghibur.

Menurut Baskin (2006 :79) pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun

televisi terbagi menjadi dua yakni siaran karya jurnalistik dan karya artistik. Siaran karya

jurnalistik merupakan produksi acara televisi yang mengutamakan kecepatan penyampaian

informasi, realitas, atau peristiwa yang terjadi seperti berita aktual, berita nonaktual dan

penjelasan yang bersifat aktual yang tertuang dalam acara monolog, dialog, laporan atau

siaran langsung. Sedangkan siaran karya artistik merupakan produksi acara televisi yang

menekankan aspek artistik dan estetika sebagai daya tarik acaranya.

Lebih lanjut Baskin mengutarakan beberapa unsur-unsur dominan yang menjadi

ciri khas dari televisi yakni sebagai berikut :

a. Penampilan penyaji berita

Seorang penyaji berita lebih dikenal dengan presenter atau pembawa acara.

(20)

acara suatu program tertentu. R.M. Hartoko dalam Baskin (2006 :63) menyebutkan beberapa

prasyarat untuk menjadi seorang presenter televisi yang baik, yaitu :

1. Berpenampilan baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman

2. Cerdas dalam berfikir dalam pengetahuan umum dan daya ingat

3. Keramahan yang wajar dan tidak berlebih

4. Jenis suara yang tepat dengan pengucapan dan enak didengar

5. Penguasaan bahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang mudah dipahami

b. Nara sumber

Nara sumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui

informasi tertentu. Seorang nara sumber harus memiliki hal sebagai berikut :

1. Kapabilitas, yaitu kemampuan dalam bidang akademis dan pengalaman

2. Kredibilitas, merupakan kualitas dan kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan

3. Akseptabilitas, meliputi latar belakang pribadi maupun profesi.

c. Materi Acara

Materi acara menyuguhkan topik yang dibahas termasuk didalamnya

permasalahan, hiburan dan sebagainya. Materi acara harus dibuat semenarik mungkin

sehingga dapat menarik perhatian pemirsanya. Materi berita mencakup kategori sebagai

berikut :

1. Menyajikan permasalahan yang dianggap penting untuk diberitakan kepada

masyarakat.

2. Merupakan permasalahan yang sedang hangat dibicarakan

(21)

Waktu tayang sangat diperhitungkan agar informasi yang disebarkan dapat

mencapai segmentasi khalayak. Waktu penayangan memperhitungkan :

1. Frekuensi penayangan diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat

acara tersebut

2. Durasi tayang yaitu lamanya tayangan itu berlangsung, untuk menghindari kebosanan

penonton.

I.6.6 Pemberitaan

Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun

disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa

pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta

lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa

mendatang (Wikipedia).

Walaupun sukar untuk memberi batasan tentang defenisi pemberitaan, namun kita

dapat menentukan sesuatu yang dapat dikategorikan dengan pemberitaan yang memiliki

watak berita. Adapun kualitas dasar untuk digolongkan sebagai berita ialah:

1. Harus akurat (Accurate)

2. Harus menarik (Interesting)

3. Bersifat baru (Actual)

(22)

I.6.7 Opini Publik

Opini (opinion) menurut Cutlip & Center adalah suatu ekspresi tentang sikap

mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan

tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda (Helena

Olii, 2007:20-25). Adapun karakteristik dari opini adalah mempunyai arah, mempunyai isi

informasi, bersifat stabil, dan mempunyai intensitas. Sikap opini mencerminkan suatu

kumpulan yang terdiri dari tiga komponen sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Kepercayaan berkaitan erat dengan unsur kognitif dimana menurut Mann (dalam

Syaifuddin, 1969 : 24) unsur kognitif terdiri dari pengetahuan, persepsi dan kerangka

berfikir yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Kepercayaan juga mengacu kepada

sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidaknya berdasarkan masa lalu, pengetahuan

dan informasi sekarang dan persepsi yang berkembang.

2. Nilai

Nilai melibatkan kesukaan dan ketidaksukaan, setuju dan tidak setuju, cinta dan

kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana seseorang menilai sesuatu dan kuat atau

lemahnya intensitas penilaian yang diberikan.

3. Pengharapan

Pengharapan didalamnya mengandung citra seseorang tentang bagaimana

keadaanya setelah bertindak. Pengharapan ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu

yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang, dan sesuatu yang akan terjadi jika suatu

(23)

Opini seseorang atau pendapat seseorang merupakan ekspresi dari sikap yang

dinyatakan untuk menanggapi sesuatu hal atau masalah.

Sementara istilah publik (public) lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan

kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti

pembicaraan pribadi yang berantai, melalui desas-desus, melalui surat kabar, radio, televisi

dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan”publik” mempunyai pengikut yang lebih

luas dan lebih besar jumlahnya. Publik dapat didefenisikan sebagai sejumlah orang yang

mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama.

Pada awalnya opini yang terbentuk berasal dari personal opinion atau opini

persona, yaitu penafsiran individual mengenai berbagai masalah dimana terhadapnya tidak

terdapat suatu pandangan yang sama. Opini yang dimiliki seseorang adalah merupakan suatu

bagian dari group opinion (opini kelompok) yang terdiri atas mayoritas opini dan minoritas

opini. Dari situlah publik yang membentuk opini memiliki kepentingan-kepentingan umum

yang mempersatukan anggota-anggotanya, menciptakan suatu kesamaan pandangan dan

mengarah pada kebulatan pendapat tentang suatu persoalan, sehingga terbentuklah opini

publik (Sunarjo,1984 : 1).

Istilah opini publik dapat dipergunakan untuk menandakan setiap pengumpulan

pendapat yang dikemukakan individu-individu. Menurut Santoso Sastropeotro (1990) istilah

opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat kolektif dari

sejumlah besar orang. Wiliam Albiq dalam Helena Olii (2007 : 20) menyimpulkan bahwa

opini publik adalah suatu jumlah atau kumpulan pendapat yang dikemukakan oleh

(24)

Opini mahasiswa sebagai suatu bentuk pendapat baik individu atau kelompok

terhadap suatu persoalan yang kontroversial, menuntut kejelian dalam menarik kesimpulan

terhadap permasalahan agar relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.

I.6.5 Teori Agenda Setting

Teori yang dicetuskan oleh Walter Lipmann (1922) ini menyatakan bahwa media

berperan sebagai mediator antara “the world outside and the pictures in our heads”.

McCombs dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann bahwa ada korelasi yang kuat dan

signifikan antara apa yang diagendakan oleh media massa dan apa yang menjadi agenda

publik.

Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap

hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu penting maka kita juga akan

menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media

massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak

terlihat sama sekali.

Dua asumsi mendasar dari teori agenda setting ini adalah:

(1) Khalayak tidak hanya mempelajari isu-isu pemberitaan, tetapi juga mempelajari seberapa

besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa

memberikan penekanan terhadap isu atau topik tersebut.

(2) Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian

(25)

Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu,

tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu

dipikirkan.

I.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang

bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat

mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001: 33). Konsep adalah istilah

yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek

atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep

sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk

menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2006: 104). Agar konsep-konsep

dapat diuji secara empiris, maka harus dioperasioalisasikan dengan mengubahnya menjadi

variabel.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu variabel

lain (Kriyantono, 2006 : 21). Variabel bebas dalam penelitian ini ialah tayangan pemberitaan

(26)

2. Variabel tak bebas (Y)

Variabel tak bebas adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau

muncul sebagai akibat adanya variabel bebas bukan karena variabel lain (Kriyantono, 2006 :

21). Variabel terikat dalam penelitian ini ialah opini mahasiswa Fakultas Hukum USU.

I.8 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam konsep akan dibentuk menjadi

suatu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 Model Teoritis

I.9 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka

dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian

yaitu sebagai berikut :

Opini mahasiswa Pemberitaan

(27)

Tabel 1. Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One

1. Penyaji atau pembawa berita

a. Penampilan Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU

program regular S-1 stambuk 2008

1. Kepercayaan

a. Pengetahuan

b. Pemahaman

c. Persepsi yang berkembang dimasa depan

2. Nilai a. Setuju b. Tidak Setuju

3. Pengharapan

a. Pertimbangan masa lalu

b. Pertimbangan keadaan sekarang

c. Kecenderungan bertindak

Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin

2. Usia

3. Departemen

4. Frekuensi menonton

I.10 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya

untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi

ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama

(Singarimbun, 1995;46). Maka variabel-variabel dalam operasional ini didefenisikan sebagai

(28)

a. Pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One

1. Penyaji atau pembawa berita adalah orang yang membawakan atau membaca berita

tentang kinerja KPK terkait kasus Nazaruddin di TV One

a. Penampilan, yaitu kepribadian yang tercermin dari penampilan dan gestur atau bahasa

tubuh seorang pembawa acara berita maupun talk show tentang kinerja KPK terkait

kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Kecerdasan, yaitu kemampuan pembawa acara atau berita dalam menyampaikan dan

membahas mengenai kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

c. Keramahan, yaitu keramahan yang tercermin pada diri seorang pembawa acara yang

ditunjukkan sebagai sikapnya dalam membaca atau membawakan berita tentang

kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

d. Jenis Suara, yaitu kejelasan suara dan artikulasi pembawa acara atau berita dalam

menyampaikan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV

One.

e. Penguasaan bahasa, yaitu kemampuan pembawa acara atau berita dalam

menggunakan bahasa formal dan informal yang mudah dipahami.

2. Nara sumber adalah orang yang menjadi sumber informasi dalam pemberitaan kinerja

KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

a. Kapabilitas, yaitu kemampuan dalam bidang akademis maupun pengalaman yang

dimiliki nara sumber dalam pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi

Nazaruddin di TV One.

b. Kredibilitas, yaitu kualitas yang dimiliki nara sumber dalam pemberitaan kinerja KPK

terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

c. Akseptabilitas, yaitu kesesuaian latar belakang pribadi maupun profesi seseorang nara

(29)

3. Materi acara adalah materi acara atau berita dan topik berita yang menyita perhatian publik

karena sangat sering diberitakan dan dikupas sampai mendalam.

a. Topik pembahasan, yaitu topik yang diangkat dalam pemberitaan tentang kinerja

KPK dalam menyelesaikan kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Aktualisasi topik, pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa aktual terkait kasus korupsi

Nazaruddin di TV One.

4. Waktu tayang adalah waktu penayangan setiap pemberitaan tentang kinerja KPK terkait

kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

a. Frekuensi tayangan, yaitu frekuensi penayangan setiap pemberitaan kinerja KPK

terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Durasi penayangan, yaitu lamanya waktu yang dihabiskan untuk menayangkan

pemberitaan tentang kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi Nazaruddin.

b. Opini Mahasiwa

1. Kepercayaan yaitu merupakan komponen mengenai apa yang diketahui dan dianggap

menjadi sebuah kebenaran oleh manusia.

a. Pengetahuan: informasi yang diperoleh melalui pemberitaan kinerja KPK dalam

menangani kasus korupsi di TV One.

b. Pemahaman: kerangka berfikir mendasar mahasiswa Fakultas Hukum USU setelah

menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV

One.

c. Persepsi yang berkembang di masa depan: keinginan menginterpretasikan kesan-kesan

sensoris yang diperoleh dari pemberitaan tentang kinerja KPK terkait kasus korupsi

(30)

2. Nilai yaitu komponen yang menyangkut emosional seseorang dalam melihat bagaimana

seseorang tersebut menilai dan kuat atau lemahnya intensitas penilaian yang diberikan.

a. Setuju: pernyataan yang dinilai menerima atau mendukung pemberitaan kinerja KPK

terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One

b. Tidak Setuju: pernyataan yang dinilai menolak atau tidak mendukung pemberitaan kinerja

KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One

3. Pengharapan yaitu komponen opini yang didalamnya mengandung citra seseorang tentang

bagaimana keadaanya setelah bertindak.

a. Pertimbangan masa lalu: kecenderungan untuk membandingkan harapan yang ada pada

masa lalu sebelum adanya pemberitaan tentang kinerja KPK terkait kasus korupsi

Nazaruddin di TV One.

b. Pertimbangan keadaan sekarang: kecenderungan untuk memberikan harapan terhadap

penyelesaian kasus korupsi di Indonesia, setelah menyaksikan tentang pemberitaan

kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

c. Kecenderungan bertindak: Keinginan mahasiswa/i Fakultas Hukum USU untuk

memberikan aspirasi dan menyatakan aksi terhadap pemberitaan kinerja KPK terkait

kasus korupsi Nazaruddin di TV One.

b. Karakteristik Responden

1. Jenis kelamin mahasiswa/i

2. Usia mahasiswa/i

(31)

4. Frekuensi menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin

(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1 Komunikasi

II. 1. 1) Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia

lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang

terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu itu memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat

saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan

sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia ( Effendy, 1993: 8).

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh

mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk

komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan

teknologi (Cangara, 2002 : 20). Secara etimologi istilah komunikasi atau dalam bahasa

Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi

akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang

dipercakapkan. Komunikasi yang terjadi diantara dua orang minimal harus memiliki

kesamaan makna. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif

tapi juga persuatif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan,

melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain.

Diantara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat yang

(33)

pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang

sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta

pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2006 : 10). Pengertian ini menunjukkan bahwa

yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi, melainkan

juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang

dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.

Sedangkan menurut Harold D. Laswell bahwa untuk memahami pengertian komunikasi

secara efektif adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel To

Whom With What Effect?. Paradigma Laswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi

lima unsur sebagai berikut :

1. Who : Komunikator, yakni pengirim pesan

2. Says What : pernyataan yang didukungoleh lambang-lambang

3. In Which Channel : saluran atau media yang digunakan dalam menyampaikan

pesan

4. To Whom : Komunikan, yakni orang yang menerima pesan

5. With What Effect : dampak atau pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan sebagai

hasil dari proses komunikasi.

II. 1. 2) Elemen-elemen Komunikasi

Cara lain dalam memandang komunikasi adalah berdasarkan elemen atau unsur-unsur

yang membentuk komunikasi. Setiap peristiwa komunikasi dalam tingkat apapun, baik

komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi massa akan selalu melibatkan elemen-elemen

dari komunikasi. Menurut Joseph Dominic 2002 (dalam Morissan, 2009 : 17) setiap peristiwa

(34)

a. Komunikator

Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan,

yaitu dimana gagasan, ide, atau pikiran berasal, yang kemudian akan disampaikan kepada

pihak lain, yaitu penerima pesan. Sumber atau komunikator bisa jadi adalah individu,

kelompok atau bahkan organisasi.

b. Enkoding

Enkoding dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk

menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra

pihak penerima. Enkoding dalam proses komunikasi dapat berlangsung satu kali namun dapat

terjadi berkali-kali.

c. Pesan

Pesan dapat diartikan sebagai sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima,

dapat dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.

d. Saluran

Saluran atau media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima. Alat yang digunakan dapat menghubungkan secara terbuka dimana

orang-orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.

e. Dekoding

Kegiatan penerimaan pesan diawali dengan proses dekoding yang merupakan

kegiatan yang berlawanan dengan proses enkoding. Dekoding adalah kegiatan untuk

menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang

(35)

f. Komunikan

Komunikan atau receiver atau disebut juga audiens adalah sasaran atau target dari

pesan. Komunikan dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga, atau bahkan suatu

kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.

g. Umpan balik

Umpan balik atau feedback adalah tanggapan atau respons dari penerima pesan yang

membentuk dan mengubah pesan berikut yang akan disampaikan sumber. Umpan balik

menjadi tempat perputaran arah dari arus komunikasi.

II.1 3) Hambatan Komunikasi

Ada banyak hambatan yang dapat merusak proses komunikasi dan hal ini harus

mendapatkan perhatian dari komunikator ketika mengharapkan komunikasi berlangsung

secara efektif (Effendy, 1993 : 45-49) diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi menurut sifatnya yang

diklasifikasikan menjadi gangguan mekanik dan gangguan semantik. Dimana gangguan

mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat

fisik baik seperti suara ganda, bunyi mengaung, gambar yang meliuk-liuk di layar televisi.

Sementara gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan

komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Semantik adalah pengetahuan mengenai

pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata, termasuk

didalamnya pengertian denotatif dan pengertian konotatif.

(36)

Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau

menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada

hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian

saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku yang menjadi

sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuain atau bertentangan dengan suatu

kepentingan.

3. Motivasi terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai

benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan

motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik

oleh pihak yang bersangkutan.

4. Prasangka

Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi

suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa

sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi.

II. 2 Komunikasi Massa

II.2.1) Defenisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa,

(televisi, radio, majalah, surat kabar, film) dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk

menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2006 : 71). Secara garis besar

terdapat lima elemen dalam defenisi ini, yaitu komunikator, pesan, media massa, komunikan

dan umpan balik. Komunikator dalam komunikasi massa adalah pihak yang mengandalkan

(37)

akan cepat ditangkap oleh publik. Sementara informasi yang disampaikan berupa pesan yang

diterima oleh komunikan. Dalam hal ini informasi-informasi yang disebarkan adalah

informasi yang dianggap penting oleh komunikator. Media massa merupakan saluran atau

alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi, sehingga sampai atau diterima oleh

komunikan. Khalayak sebagai komunikan adalah massa yang menerima informasi massa

yang disebarkan oleh media massa, mereka terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah

media massa yang bersifat heterogen (Bungin, 2006 : 72). Sementara efek atau umpan balik

dalam media massa bersifat tertunda namun dalam perkembangannya sudah semakin modern

dengan perkembangan teknologi sehingga umpan balik yang tertunda tersebut mulai

ditinggalkan.

Sementara itu menurut Jay Black dan Frederick C (Nuruddin, 2006 : 12)

menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang

homogen diproduksi secara massal atau tidak, disebarkan kepada massa penerima yang luas,

anonim dan heterogen. Komunikasi massa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat

karena itulah komunikasi massa juga dipengaruhi oleh budaya dan peristiwa sejarah

masyarakat.

II.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Berdasarkan pengertian diatas terdapat beberapa ciri dari komunikasi massa yang

dapat menjelaskan bagian-bagian penting dari komunikasi massa (Bungin, 2006 : 72), yakni :

1. Komunikator dalam komunikasi massa adalah merupakan sumber pemberitaan yang

pada umumnya mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari

penyebaran informasi tersebut.

Artinya komunikator dalam komunikasi massa bukan terdiri dari satu orang

(38)

kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, menuangkan ide maupun gagasan

menjadi sebuah pesan yang akan disebarkan sebagai sumber informasi. Komunikator

dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan dan

solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimana tanpa diketahui dengan jelas

keberadaan mereka.

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.

Bersifat heterogen artinya adalah bahwa komunikan terdiri dari berbagai atau

beragam karakteristik seperti pendapatan, usia, jenis kelamin, agama, status sosial dan

ekonomi dan sebagainya. Pada intinya setiap komunikan dalam komunikasi massa

tidak saling berinteraksi/tidak mengenal satu sama lain atau memiliki perbedaan efek

dalam menerima sebuah informasi media massa.

3. Komunikasi massa bersifat satu arah (Nuruddin, 2006 : 19-32)

Bersifat satu arah berarti komunikator tidak dapat melihat secara langsung respon

yang diberikan oleh komunikannya dari informasi yang disampaikan karena bersifat

tertunda.

4. Informasi atau pesan yang disampaikan bersifat umum, artinya informasi tersebut

tidak ditujukan kepada khalayak atau pihak tertentu secara sengaja.

5. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis yang mencakup pemancar untuk

media elektronik. Salah satunya adalah televisi yang mengandalkan pemancar dalam

proses penyampaian informasi.

6. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper. Gatekeeper adalah penyeleksi

informasi (Bungin, 2006 : 72). Penyeleksian yang dilakukan adalah melihat informasi

mana yang layak untuk disiarkan atau yang tidak layak. Bahkan mereka adalah

orang-orang yang memiliki wewenang untuk membatasi informasi yang akan disiarkan.

(39)

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Secara umum fungsi komunikasi massa adalah menginformasikan pesan-pesan lewat

media massa yang digunakan. Namun secara spesifik Burhan Bungin dalam bukunya

“Sosiologi Komunikasi” (2006 : 79-81) menjelaskan beberapa fungsi dari komunikasi massa,

sebagai berikut :

1. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan ini dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan

persuasif sebagai aktivitas preventif. Dalam hal ini adalah upaya memberi reward dan

punishment kepada masyarakat. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat

yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun akan memberi

punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial

lainnya di masyarakat.

2. Fungsi Social Learning

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan

pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan

pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.

Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien

dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu

menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa

memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas

(40)

4. Fungsi Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena

komunikasi massa menggunakan media massa sehingga fungsi hiburan yang ada pada media

massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Fungsi hiburan tidak lepas dari

fungsi-fungsi lainnya dalam komunikasi massa.

II. 3 Media Massa

II. 3.1) Pengertian Media Massa

Istilah ‘media massa’ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja

dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di

masyarakat, dengan skala yang sangat luas (Morissan, 2010 : 1). Istilah media massa

mengacu pada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap

dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan

lainnya. Media massa sendiri diartikan sebagai saluran/media yang dipergunakan untuk

mengadakan komunikasi dengan massa. Di dalam Bungin (2006 : 85) media massa adalah

institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan.

Massa pada media massa adalah non periodik manusia (rapat umum) dan massa pada

tatap muka, dimana satu komunikator menghadapi massa komunikan misalnya pada rapat

umum, maka massa disini berada di suatu tempat yang sama dan dapat memberikan reaksi

secara langsung (two way traffic communication) sesuai dengan komunikasi tatap muka

(Morrisan, 2010 : 1).

II. 3.2 ) Fungsi Media Massa

Menurut Muhtadi dalam bukunya “Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek” (1999 :

(41)

1. Menyiarkan informasi

Fungsi ini merupakan fungsi utama media massa, sebab masyarakat membeli media

tersebut adalah karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia ini.

2. Mendidik

Dalam fungsi ini media memperlihatkan bahwa pesan-pesan atau tulisan-tulisan yang

disajikan oleh media massa mengandung pengetahuan serta sekaligus dapat dijadikan media

pendidikan massa

3. Menghibur

Dalam memainkan fungsinya untuk menghibur, media massa biasanya menyajikan

rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan.

4. Mempengaruhi

Melalui fungsi mempengaruhi pers memegang peranan penting dalam tatanan

kehidupan masyarakat. Secara luas fungsi ini juga digunakan oleh media untuk menguasai

pendapat dan tanggapan dari masyarakat.

Ditinjau dari sasaran/komunikan media massa maka setiap manusia menerima pesan

apakah dari media cetak, elektronik atau on line akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda

karena setiap manusia mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda pula.

II. 3. 3) Ciri-ciri Lembaga Media Massa

McQuail tahun 1987 (dalam Wahyudi, 1986 : 47-48) menyebutkan ciri-ciri khusus

(42)

a. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan,

dan budaya.

b. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain,

pengirim dan penerima. Semua ini merupakan saluran tata cara dan pengetahuan yang

menentukan siapakah sebenarnya yang patut atau berkemungkinan untuk mendengar

sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya.

c. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik dan

merupakan institusi terbuka bagi semua orang untuk peran serta sebagai penerima.

Institusi media juga mewakili kondisi publik seperti yang tampak bila mana media

massa menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendapat publik (opini publik).

d. Partisipasi anggota audien dalam institusi pada hakikatnya bersifat sukarela, tanpa

adanya keharusan atau kewajiban sosial. Partisipasi anggota audien lebih mengacu

pada mengisi waktu senggang dan santai.

e. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena ketergantungannya pada

imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan pembiayaan.

f. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini

selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian

media, mekanisme hukum, dan pandangan-pandangan menentukan yang berbeda

antara negara yang satu dengan lainnya.

II.4. Televisi

II.4 1) Pengertian Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang

(43)

yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi

di suatu tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisiset).

Televisi lahir sebagai karya Alexander Edmund Becquerel dalam penemuan efek

elektrokomia tentang cahaya dan mendorong pada berkembangnya media visual. Aplikasi

prinsip-prinsip transmisi informasi visual dimulai pada tahun 1884 oleh Paul Nipkow,

ilmuwan kebangsaan Jerman dengan karyanya “ Scanning-disc Transmitter and Receiver”.

Pada saat yang tidak jauh berbeda, Edward Muybridge dan J.D. Issacs berhasil dalam

membuat proyeksi gambar. Hasil eksperimen ini digunakan untuk mengambil gambar

melalui gulungan film. Televisi diperkenalkan kepada publik pada acara Pameran Dunia

tahun 1939 sejalan dengan perkembangan televisi kemudian berkembang pesat dan semakin

populer di masyarakat.

II. 4. 2) Karakteristik Televisi

Adapun karakteristik televisi adalah sebagai berikut (Usman, 2009 : 23) :

1. Media pandang dengar (audio visual)

Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar dimana orang-orang

memandang gambar yang ditayangkan dan sekaligus mendengar atau mencerna narasi

dari gambar.

2. Mengutamakan gambar

Kekuatan dari televisi adalah dari gambar yang hidup sehingga lebih menarik

dibanding dengan media cetak.

3. Mengutamakan kecepatan

Deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik karena televisi mengutamakan

(44)

4. Bersifat sekilas

Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan dimensi

waktu atau durasi.

5. Bersifat satu arah

Bersifat satu arah dalm arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik

terhadap siaran televisi yang ditayangkan.

6. Daya jangkau luas

Televisi dapat menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang

sosial dan ekonomi.

II. 4. 4) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan

Pesan yang disampaikan melalui media televisi memerlukan

pertimbangan-petimbangan lain agar pesan dapat diterima oleh khalayak sasaran (Usman, 2009 : 25)

yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Pemirsa

Komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu

mendapat perhatian. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan

minat pemirsa baik kategori anak-anak, remaja, dewasa dan lainnya.

2. Waktu

Dalam hal ini media harus dapat mengatur dan menyesuaikan waktu

penyangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Hal ini mengingat agar setiap

(45)

3. Durasi

Durasi berarti jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi

disesuaikan dengan jenis acara, tuntutan skrip atau naskah sehingga mencapai tujuan

acara.

4. Metode Penyajian

Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumya adalah untuk

menghibur menginformasikan namun juga mendidik dan mempersuasi. Pesan yang

ingin disampaikan harus dikemas sedemikian rupa sehingga dapat diterima baik oleh

pemirsa.

II.5 Pemberitaan

II. 5.1) Pengertian Berita

Berita merupakan substansi utama di berbagai media jurnalistik baik cetak maupun

elektronik. Berita juga menjadi semacam barang dagangan yang dijajakan media elektronik.

Hampir semua kesempatan dan peristiwa menjadi bahan berita. Dan untuk memenuhi

kebutuhan yang sesuai dengan keinginan, setiap stasion televisi swasta menyajikan “acara

berita”, tanpa harus menyebutnya bahwa itu adalah berita, dalam nuansa yang berbeda-beda.

Sehingga berita menjadi sesuatu yang sentral dalam media elektronik, karena baik media

cetak maupun elektronik keduanya berfungsi sebagai media informasi (Muhtadi, 1999 :

106-107).

Menurut Bruce D. Itule dalam bukunya ”News Writing and Reporting for Today’s

Media” (dalam Muhtadi, 1999 : 108) berita didefenisikan dengan sebuah ungkapan “man

bites dog” yang secara abstraksi dipahami bahwa berita merupakan sesuatu yang belum

(46)

sebuah berita adalah ketika sesuatu itu menimbulkan keanehan, ketertarikan,

ketidakpercayaan orang-orang. Namun disisi lain berita dapat didefenisikan sebagai “what

editors and reporters say it is”. Yang berarti bahwa kita mempercayakan pemilihan apakah

suatu peristiwa itu layak atau tidak layak menjadi berita kepada reporter.

Berita harus mengangkat sesuatu yang masih dianggap baru dan segar, meskipun

kebaruan dan kesegaran itu tergantung dari sisi bagaimana serta kapan pembaca itu

menerima informasi. Kesegaran berita itu juga bisa ditentukan oleh karena barunya pelaku

dalam peristiwa itu, bedanya tempat kejadian, alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan

sebagainya.

Evan Hill dan John J. Breen dalam bukunya Reporting and Writing the News (dalam

Muhtadi, 1999 : 112) memberikan beberapa kriteria berita yang baik dan menarik dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah berita itu merupakan laporan peristiwa-peristiwa baru, fakta-fakta, atau

opini-opini?

2. Apakah berita memberikan informasi tentang sesuatu yang belum pernah pembaca

mengetahui sebelumnya?

3. Apakah berita itu menarik perhatian pembaca dalam jumlah yang signifikan,

bukan sekedar menarik perhatian penulis berita tersebut?

4. Apakah berita itu dapat menambah pengetahuan pembaca tentang apa yang

sesungguhnya terjadi?

II. 5. 2) Pengertian Pemberitaan

Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun

(47)

pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta

lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa

mendatang (Wikipedia).

Penilaian terhadap kualitas pemberitaan TV dapat ditinjau dalam beberapa aspek .

Dalam hal ini McQuail (dalam Morissan, 2010 : 62) mengajukan suatu kerangka kerja dalam

memberikan penilaian terhadap kualitas media yang terbagi atas empat kriteria, yakni sebagai

berikut :

a. Kebebasan media

Kebebasan media telah menjadi faktor terpenting dalam menilai atau mengukur

kualitas pemberitaan media massa. Kebebasan media merupakan prinsip dasar dari setiap

teori dasar mengenai komunikasi publik. Kebebasan media juga menjadi sumber manfaat

media lainnya dan mengacu terutama pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara

bebasdan kebebasan dalam membentuk opini. Namun demikian, untuk dapat mewujudkan

kebebasan media harus terdapat akses bagi masyarakat menuju ke berbagai saluran informasi

dan juga kesempatan untuk menerima berbagai jenis informasi. Dalam hal ini kebebasan

komunikasi memiliki dua aspek, yaitu: pertama, media dalam pemberitaannya harus dapat

menyajikan informasi yang mewakili berbagai suara atau pandangan yang beragam dan;

kedua, memberikan tanggapan terhadap berbagai keinginan atau kebutuhan yang beragam.

b. Keragaman berita

Media massa dalam menyebarkan berita tidak boleh hanya memberikan perhatian

pada satu isu tertentu saja. Prinsip keberagaman berita (diversity) adalah upaya media untuk

(48)

ini prinsip keadilan dinilai berdasarkan pada principle of proportional representation (prinsip

keterwakilan secara proporsional).

Media harus menyajikan berita secara proporsional, berdasarkan topik-topik yang

relevan bagi masyarakat atau dengan kata lain, pemberitaan TV harus mampu mencerminkan

keragaman kebutuhan atau minat audien terhadap berita. Dalam hal ini keragaman berita

dapat dinilai berdasarkan empat kriteria sebagai berikut :

1. Media dalam menyajikan isi berita harus mampu mencerminkan keragaman realitas

sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat secara proporsional. Dengan kata lain

media harus mampu dan mau memberikan berbagai pilihan berita kepada audien.

2. Media dalam menyebarkan berita harus memberikan kesempatan yang lebih kurang

sama terhadap berbagai pandangan dalam masyarakat, termasuk pihak minoritas

dalam masyarakat.

3. Media harus bisa berfungsi sebagai forum bagi berbagai pandangan dan kepentingan

yang berbeda dalam masyarakat.

4. Media harus mampu menyajikan pilihan berita yang relevan pada waktu tertentu

(dalam hal adanya peristiwa besar) dan juga keragaman berita pada waktu lainnya.

c. Gambaran Realitas

Bias pada pemberitaan mengacu pada hal-hal seperti terjadinya penyimpangan

(distorsi) terhadap realitas. Berita yang mengandung bias pada akhirnya kan menjadi berita

bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi (McQuail dalam Morissan, 2010 :

64). Beberapa cirri berita yang mengandung bias antara lain sebagai berikut :

1. Media memberikan terlalu banyak waktu memberikan pandangan pejabat dan

kalangan elit di masyarakat.

(49)

3. Media menyampaikan pandangan yang mengandung bias karena cara pandangn yang

sempit terhadap nasionalisme atau kesukuan.

4. Berita terlalu mengutamakan nilai-nilai yang terlalu mendukung peran pria atau

sebaliknya.

5. Kepentingan kelompok minoritas diabaikan atau dipinggirkan.

6. Terlalu berlebihan dalam menyajikan berita criminal dan mengabaikan realitas

sesungguhnya di masyarakat.

d. Objektivitas berita

Objektivitas adalah suatu tindakan atau sikap tertentu terkait dengan pekerjaan

mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi. Menurut Westerstahl (dalam

Morissan, 2010 : 64), pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria, yaitu bahwa

berita harus bersifat faktual, yang berarti berita ditulis berdasarkan fakta (factuality) dan tidak

berpihak (impartiality). Sifat faktual atau faktualitas mengacu pada bentuk laporan berupa

peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada nara sumber berita dan

tidak memasukkan komentar ke dalam laporan. Sifat faktual juga melibatkan kriteria

kebenaran lainnya, kelengkapan penjelasan (5W1H).

Terkait pemberitaan yang disiarkan di stasiun TV khususnya stasiun TV di Indonesia,

maka P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran) (dalam Morissan, 2010 :

67) menyatakan bahwa stasiun penyiaran dalam menayangkan informasi harus senantiasa

mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, yang terdiri atas tiga prinsip yaitu :

a. Akurasi

Dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab menyajikan informasi

yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah fakta, lembaga penyiaran harus memeriksa

(50)

memperoleh informasi dari pihak lain yang belum dapat dipastikan kebenarannya, maka ia

harus menjelaskan kepada khalayak bahwa informasi itu berdasarkan versi sumber tertentu.

b. Adil

Lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan

tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan atau potongan suara dalam sebuah acara yang

sebenarnya berasal dari program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil

serta tidak merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek pemberitaan, dan bila sebuah

program memuat potongan gambar atau potongan suara yang berasal dari acara lain, stasiun

TV wajib menjelaskan waktu pengambilan potongan gambar dan atau potongan suara

tersebut.

c. Imparsialitas

Pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publik,

stasiun penyiaran harus menyajikan berita, fakta, dan opini secara objektif dan berimbang.

Dalam hal ini, pimpinan redaksi berita TV harus memiliki independensi untuk menyajikan

berita dengan objektif, tanpa memperoleh tekanan dari pihak pimpinan, pemodal, atau

pemilik stasiun penyiaran.

II.6 Opini Publik

II.6.1 ) Pengertian Opini

Menurut Cutlip & Center opini (opinion) adalah suatu ekspresi tentang sikap

mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Dan menurut William Albig (Sunarjo,

1984 : 31) opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang bersifat bertentangan.

Subjek opini publik biasanya adalah mengenai masalah-masalah yang baru. Opini berupa

(51)

dari kebiasaan, ketidakcocokan, dan adanya perubahan penilaian, sehingga unsur-unsur

tersebut mendorong untuk saling mempertentangkannya. Pendapat atau opini itu tidak akan

timbul bila tidak ada pertentangan dan pertentangan itu harus dinyatakan. Sunarjo (1984 :

24) menjelaskan opini atau pendapat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan

b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat

c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.

II.6.2) Pengertian Publik

Menurut Mayor Polak (Sunarjo, 1984 : 19) publik atau khalayak ramai adalah

sejumlah orang yang mempunyai minat yang sama terhadap suatu persoalan tertentu.

Memiliki minat yang sama bukan berarti memiliki pendapat yang sama. Bogadus mengatakan

bahwa publik itu adalah sejumlah besar orang antara yang satu dengan yang lain tidak saling

mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu

masalah (Sumarno, 1990 : 24).

Herbert Blumer (Sastropoetro, 1990 : 108) mengemukakan ciri-ciri publik sebagai

berikut :

a. Dikonfrontasikan atau dihadapkan pada suatu isu

b. Terlibat dalam diskusi mengenai isu tersebut

c. Memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatur isu.

Terdapat empat tipe publik menurut Grunig & Repper (1992 : 139) dalam bukunya

Srategic Manajement, Public and Issues”, yaitu sebagai berikut ;

Gambar

Gambar 1 Model Teoritis
Tabel 1. Operasional Variabel
Tabel  2. Populasi
Tabel 3 Penarikan Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Di bawah ini yang bukan merupakan bahan dasar limbah lunak anorganik yang dapat.. dijadikan

Pemahaman masyarakat Desa Jaddung Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Jawa Timur, pembacaan Burdah tampak- nya mengalami pergeseran makna, maksud awal sebagai pujian pada Nabi

Apa yang digagas oleh pondok pesantren Nurul Hakim dengan mengintegrasikan antara sekolah dengan pondok pesantren merupakan salah satu faktor untuk mempercepat internalisasi

Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi jabaran tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru PAI dan budaya religius sekolah terhadap perilaku religius siswa dan

Balai Besar Veteriner Denpasar (BBV Denpasar) telah melakukan pengembangan metoda indirect FAT Rabies dengan menggunakan antibodi monoklonal yang berasal dari

sebagian kegiatan pemantauan dampak terhadap tanah dan air dan telah dituangkan dalam Laporan Semesteran Pelaksanaan RKL. Dampak terhadap tanah dan air. Sedang Terdapat

Peran masyarakat lebih mendominasi dalam pengembangan pendidikan nonformal di Kam- pung Inggris, pemerintah lebih bersifat pasif dengan lebih mendukung dan menjadi