OPINI MAHASISWA DAN TAYANGAN PEMBERITAAN KINERJA
KPK
(Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terhadap Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
DIAJUKAN OLEH :
DESNIAR DAMANIK 080904032
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Desniar Damanik
NIM : 080904032
Judul Skripsi : Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK
(Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU
Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)
Pembimbing Ketua Departemen
Drs.Mukti Sitompul, M.si Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
Dekan FISIP USU
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta dan memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 298 orang dengan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sebanyak 75 responden.
Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik proportional stratified
sampling dan purposive sampling. Dalam jenis pengambilan proportional stratified sampling, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi
yang tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam purposive
sampling, populasi yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jadi bagi populasi yang tidak memenuhi kriteria yang ada, maka tidak boleh diikutsertakan menjadi responden.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat da
ridhoNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sampai dengan selesai. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta yang telah
memberikan semangat yang luar biasa, dukungan secara moril maupun materil, serta doa
yang tiada putus-putusnya kepada penulis. Semoga Tuhan selalu memberikan segala yang
terbaik sebagai balasan atas segalanya.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi
ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan dan kemampuan peneliti. Dalam
menyelesaikan skripsi ini, peneliti tidak lepas dari dukungan dan doa dari orang-orang
tercinta dan berbagai pihak. Pertama sekali peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peneliti Ayahanda Rihard Parluhutan Damanik dan Ibunda
Damelina Simarmata yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil serta
kasih saying yang tiada taranya. Kepada saudara peneliti : Natal Erik Jona Damanik, Helena
Verawaty Damanik, Rohni Berliana Damanik yang selalu mendukung peneliti dan memberi
motivasi yang mampu membangkitkan semangat peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
Curahan kasih yang kalian berikan tidak ada gantinya di dunia ini, rasa syukur kepada Tuhan
Dengan segala kerendahan hati peneliti juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU.
3. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU
beserta Kak Cut, Kak Maya dan Kak Ros terima kasih atas bantuannya dalam setiap
proses yang harus dilakukan.
4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah
banyak membantu, membimbing, memberikan masukan serta meluangkan waktu diantara
kesibukan yang padat.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Komunikasi FISIP USU pada umumnya
yang telah mendidik, membimbing dan membantu penulis selama masa perkuliahan.
6. Ketua Laboratorium Departemen Ilmu Komunikasi, Ibu Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos,
M.Si berserta staf-stafnya, Kak Emil, Kak Hanim dan Kak Puan.
7. Sahabat-sahabat peneliti yang luar biasa, kepada Melati Elisabet Napitupulu, Nindita
Pricilia Margaretha, Sri Margaretha Chacha Sagala, Winda Astrid Marpaung, Romina
Purnama Manurung, Loly Sariska Manik, Ester Purba, Ruth Simanungkalit, dan Elsa
Manik yang selalu memberi dukungan kepada peneliti.
8. Ucapan spesial kepada Joni Oloan Simatupang, yang selalu bersedia memberi dukungan,
doa dan motivasi kepada penulis.
9. Kepada sahabat-sahabat mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk
10.Dan kepada semuanya yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian pendidikan dan
skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh
semua pihak. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberi manfaat
seluas-luasnya dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Medan, Desember 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
I.6.7) Teori Agenda Setting...14
II.1.1) Pengertian Komunikasi………22
II.3.3) Ciri-ciri Lembaga Media Massa………...31
II.4 Televisi……….32
II.4.1) Pengertian Televisi………...32
II.4.2) Karakterisik Televisi………33
II.4.3) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan………34
II.5 Pemberitaan………...35
II.6.4) Proses Pembentukan Opini Publik………...42
II.7 Teori Agenda Setting………...44
II.7.1) Defenisi Teori Agenda Setting………...44
II.7.2) Tahapan Agenda Setting………..45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian………47
III.3 Populasi dan Sampel………...47
III.3.1) Populasi………...47
III.3.2) Sampel……….48
III.4 Teknik Penarikan Sampel………...49
III.4.1) Proporsional Stratified Sampling………...49
III.4.2) Purposive Sampling………50
III.5 Teknik Pengumpulan Data………...50
III.5.1) Penelitian Kepustakaan………..50
III.5.2) Penelitian Lapangan………50
III.6 Teknik Analisis Data………...51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...52
IV.1.1) Fakultas Hukum...52
IV.1.2) Visi...52
IV.1.3) Misi...53
IV.1.4) Tujuan...53
IV.1.5) Pimpinan Fakultas...53
IV.2 Sekilas Tentang TV ONE...54
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Opini Mahasiswa dan Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK (Studi Deskriptif Tentang Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta dan memaparkan situasi atau peristiwa tanpa mencari, menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 298 orang dengan penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sebanyak 75 responden.
Teknik penarikan sampelnya adalah dengan menggunakan teknik proportional stratified
sampling dan purposive sampling. Dalam jenis pengambilan proportional stratified sampling, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata harus proporsional. Oleh karena itu, populasi
yang tetap memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dalam purposive
sampling, populasi yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Jadi bagi populasi yang tidak memenuhi kriteria yang ada, maka tidak boleh diikutsertakan menjadi responden.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Televisi sebagai media massa mempunyai kelebihan dalam menyampaikan pesan jika
dibandingkan dengan media massa lainnya. Hal ini karena pesan yang disampaikan melalui
suara (bunyi) dan gambar dapat disampaikan secara bersamaan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa televisi dapat memberikan pengaruh baik secara kognisi, afeksi maupun konatif
kepada konsumennya dari setiap program acara yang ditayangkan baik berita, hiburan, dan
yang lainnya. Intensitas dalam mengikuti setiap program acara ditelevisi akan membantu
konsumen mendapatkan informasi-informasi yang baru. Acara berita di televisi dapat
berlangsung dari beberapa detik hingga beberapa jam dengan menyajikan
perkembangan-perkembangan terbaru dari peristiwa lokal maupun internasional. Berita televisi merujuk
pada praktek penyebaran informasi terbaru khususnya pada televisi swasta.
Saat ini terdapat sepuluh stasiun televisi swasta terbesar di Indonesia yakni Indosiar,
RCTI, SCTV, MNC TV, Anteve, TV One, Trans TV, Trans 7, Metro TV dan Global TV
disamping stasiun-stasiun televisi swasta lain yang merupakan saluran televisi lokal
diberbagai daerah, seperti Deli TV, JTV, DAAI TV dan lainnya. Berbagai stasiun televisi
berlomba-lomba menayangkan pemberitaan khususnya peristiwa-peristiwa aktual dan isu-isu
terhangat yang terjadi dinegeri ini.
TV One adalah sebuah stasiun televisi swasta yang mengudara pertama kali pada
pada level stasiun televisi swasta terfavorit dan terunggul dari stasiun televisi swasta lainnya.
Hal ini terbukti pada saat TV One mendapatkan penghargaan MURI (Museum Rekor
Indonesia) dengan predikat tayangan berita terfavorit tahun 2009. TV One menyajikan 70%
berita yang bersifat siaran karya jurnalistik dan 30% hiburan atau siaran karya artistik.
Perbandingan persentase ini menunjukkan bahwa TV One berfokus pada program acara yang
termasuk pada kategori berita atau news yang menginspirasi masyarakat Indonesia untuk
berfikir lebih maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri dan masyarakat pada
umumnya. Program acara berita yang disajikan oleh TV One ialah terangkum dalam News
One dan Talk Show One yang penayangannya pada jam-jam tertentu dimulai pada pagi, siang
hingga malam hari. Setiap program acara di TV One dapat dikatakan sangat gencar dalam
menyampaikan sebuah pemberitaan, mengingat TV One berfokus pada penayangan
berita-berita terkini dan teraktual yang pernah atau sedang terjadi.
Seperti halnya dengan pemberitaan yang gencar dikabarkan media massa selama
periode agustus-oktober khususnya TV One, adalah pemberitaan terkait kasus dugaan suap
proyek Wisma Atlet SEA Games dengan tersangka Nazaruddin, mantan bendahara umum
Partai Demokrat. Pemberitaan tersebut menitikberatkan pada tanda tanya terhadap sistem
dan kinerja KPK dalam upaya menuntaskan masalah yang sudah terbilang kronik di negeri
ini. Hal ini terlihat pada setiap program acara news ataupun talk show yang dalam
penayangannya selalu menghadirkan topik tentang kinerja KPK dalam menangani kasus
korupsi Nazaruddin. Faktanya bukan hanya satu dari program acara berita namun hampir
secara keseluruhan mengangkat topik yang sama yakni tentang kinerja KPK dalam
menangani kasus korupsi Nazaruddin pada beberapa hari berturut-turut. Selain kabar-kabar
berita yang secara lintas ditayangkan juga pada program berita talk show. Salah satunya
adalah Apakabar Indonesia Malam yang mengudara secara live setiap hari pukul 19.45 WIB,
topik mengenai kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin dan mengundang nara sumber
dari berbagai pihak yang terkait seperti, Pembicara KPK Johan Budi, mewakili Partai
Demokrat Ruhut Sitompul,kuasa hukum Nazaruddin, OC Kaligisdan pihak-pihak lain yang
bersangkutan. Dalam selang waktu tertentu Talk Show Apakabar Indonesia Malam kembali
mengundang nara sumber yang sama dengan topik pembicaraan yang tidak jauh berbeda.
Lewat pemberitaan tersebut, masyarakat luas dapat segera mengetahui sejauh mana
perkembangan penanganan atau penyelesaian kasus korupsi Nazaruddin oleh pihak yang
berwenang menangani kasus korupsi di negeri ini, yakni KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) (www.tvone.co.id).
KPK sendiri didirikan pada tahun 2003 dengan maksud menanggulangi, mengatasi
dan memberantas korupsi di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 30 tahun 2002. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa KPK dibentuk karena
lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara
efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi. Diawal berdirinya, KPK
dipimpin oleh Taufiequrachman Ruki yang dilantik pada tanggal 16 Desember 2003 bersama
empat Pimpinan KPK lainnya, yaitu Amien Sunaryadi, Sjahruddin Rasul, Tumpak H.
Panggabean, dan Erry Riyana Hardjapamekas. Diawal masa berdirinya KPK dapat dikatakan
telah melaksanakan tugasnya dengan baik, beberapa kasus korupsi yang menyeret
nama-nama oknum pemerintah mulai terkuak. Ada mantan Kepala Polri diadili, ada politisi
tertangkap basah, ada jaksa tertangkap tangan sedang memperdagangkan perkara dan lainnya.
Namun karena gebrakan KPK itu pula, KPK pada masa itu menjadi musuh bersama.
Pengadilan Korupsi dinyatakan tidak konstitusional oleh Mahkamah Konstitusi sampai 19
Desember 2009. DPR dan pemerintah berkewajiban memberikan landasan hukum soal
dengan dalih ”menata sistem” malah berniat mengamputasi kewenangan KPK, melucuti
kewenangan penuntutan.
Berdasarkan data survey dari LSI (Lembaga Survey Indonesia) yang dilakukan pada
18-30 Desember 2010 lalu, ditemukan bahwa kinerja dalam menanggulangi masalah korupsi
selama 2010 jauh lebih buruk dibandingkan periode 2009. Sepanjang tahun 2009, kinerja
pemerintah dalam bidang ini masih berada di atas 60 persen. Namun pada tahun 2010 turun
di bawah 60 persen. Bahkan pada bulan Oktober 2010 mencapai titik terendah yaitu 45
persen. Kemudian naik sedikit pada Desember menjadi 51 persen. Hal ini menyebabkan
semakin berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja KPK (Harian Seputar
Indonesia, 6 Agustus 2011).
Pemberitaan tentang kinerja KPK di televisi tentu memberi pengaruh terhadap
pandangan, pendapat atau opini masyarakat yang menyaksikan berita tersebut terlebih kepada
mahasiswa yang dinilai lebih kritis dalam memandang masalah seperti ini. Opini itu sendiri
adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana opini mahasiswa terhadap tayangan pemberitaan
kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin. Apakah mahasiswa dapat menerima
pemberitaan secara positif atau negatif terhadap hal tersebut dan bagaimana opini mahasiswa
setelah menyaksikan pemberitaan tersebut. Dalam penelitian ini, mahasiswa/i Fakultas
Hukum, Universitas Sumatera Utara dipilih sebagai objek penelitian karena dinilai
mahasiswa yang berada diruang lingkup keilmuan hukum, dapat lebih kritis memandang
fenomena pemerintahan saat ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
tentang bagaimana opini mahasiswa/i Fakultas Hukum USU terhadap tayangan pemberitaan
I.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah opini mahasiswa Fakultas Hukum USU terhadap tayangan pemberitaan
kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One?”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat batasan-batasan masalah secara spesifik.
Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Yang dimaksud dengan tayangan pemberitaan kinerja KPK terbatas pada penyaji berita,
nara sumber berita, materi acara dan waktu tayang.
2. Yang dimaksud dengan opini dibatasi pada kepercayaan, nilai-nilai dan pengharapan.
3. Objek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Hukum USU program regular S-1 stambuk
2008 dan yang pernah menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi
Nazaruddin di TV One minimal satu kali.
4. Penelitian ini akan dilakukan pada awal bulan November 2011 sampai dengan selesai.
I.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui isi tayangan pemberitaaan kinerja KPK terkait kasus korupsi
Nazaruddin di TV One.
2. Untuk mengetahui tanggapan dan pemahaman terhadap pemberitaan kinerja KPK terkait
3. Untuk mengetahui bagaimana teknis pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi
Nazaruddin di TV One.
I.5 Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian di FISIP USU
khususnya jurusan ilmu komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti khususnya yang
berkaitan dengan masalah penelitian deskriptif
3. Secara praktis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi TV One dan
pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
I.6 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan
atau menyoroti masalah. Untuk itu diperlukan susunan kerangka teori yang memuat
pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian itu disorot. Uraian didalam
kerangka teori merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi
aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi,
2002,39-40).
Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa
teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan
penelitian ini diantaranya adalah komunikasi, komunikasi massa, media massa, televisi,
I.6.1 Komunikasi
Komunikasi (communication) adalah sebuah ilmu yang mempelajari pernyataan antar
manusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol yang
berarti (Santoso, 1990 : 7). Ilmu ini berkembang menjadi sebuah ilmu mandiri yang dianggap
penting dalam melihat dampak sosial terhadap perkembangan teknologi.
Menurut Effendy (2005 : 3) istilah komunikasi dalam bahasa Latin disebut dengan
communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama dengan maksud
untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan
komunikator. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik
secara langsung melalui lisan atau tidak langsung melalui media.
I.6.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa
dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak
luas (Bungin, 2006 : 71). Komunikasi massa ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen, anonim melalui media cetak maupun elektronik sebagai sebuah pesan
atau informasi yang dapat diterima secara serempak dan sesaat.
Komunikasi massa dewasa ini dianggap sebagai sebuah sistem sosial, karena dalam
komunikasi massa terdapat bagian-bagian atau komponen yang saling berhubungan satu sama
lain secara teratur dan merupakan sebuah keseluruhan (Narwoko dalam Bungin, 2006 : 81).
Komunikasi massa sebagai sistem sosial memiliki komponen-komponen penting
sebagai berikut :
2. Publik yang mengkonsumsi media massa
3. Media massa, meliputi organisasinya, sumber daya manusia, fasilitas produksi,
distribusi, kebijakan yang ditempuh, ideologi yang diperjuangkan dan sebagainya
4. Institusi samping yang tumbuh memberi kontribusi terhadap kegiatan komunikasi
massa.
5. Pihak-pihak yang mengendalikan berlangsungnya komunikasi massa, penguasa,
kekuatan politik maupun kelompok kepentingan.
I.6.3 Media Massa
Media massa mempunyai pengertian saluran atau media yang dipergunakan untuk
mengadakan komunikasi dengan massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) denga menggunakan
alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media
massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar,
radio, televisi, dan film bioskop yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan
rekreasi atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Fungsi utama media
massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebar luas dan
mengiklankan produk.
Media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan
pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media
massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah media massa dapat mengatasi
hambatan ruang dan waktu bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika
I.6.4 Televisi
Televisi sebagai media komunikasi massa berasal dari dua suku kata yaitu tele
yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan visi yang berarti “citra atau gambar” dalam
bahasa Latin. Jadi kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari
suatu tempat yang berjarak jauh (Helena, 2007 : 69).
Televisi dapat dikatakan sebagai media komunikasi massa yang banyak dimiliki
oleh masyarakat dibandingkan dengan media massa lainnya. Dengan modal audio visual yang
dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan. Karena itulah televisi
bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola berfikir
(Effendy, 2005:21). Adapun fungsi televisi sebagai media komunikasi adalah untuk
menginformasikan, mengedukasi atau mendidik, dan menghibur.
Menurut Baskin (2006 :79) pada prinsipnya penyelenggaraan siaran di stasiun
televisi terbagi menjadi dua yakni siaran karya jurnalistik dan karya artistik. Siaran karya
jurnalistik merupakan produksi acara televisi yang mengutamakan kecepatan penyampaian
informasi, realitas, atau peristiwa yang terjadi seperti berita aktual, berita nonaktual dan
penjelasan yang bersifat aktual yang tertuang dalam acara monolog, dialog, laporan atau
siaran langsung. Sedangkan siaran karya artistik merupakan produksi acara televisi yang
menekankan aspek artistik dan estetika sebagai daya tarik acaranya.
Lebih lanjut Baskin mengutarakan beberapa unsur-unsur dominan yang menjadi
ciri khas dari televisi yakni sebagai berikut :
a. Penampilan penyaji berita
Seorang penyaji berita lebih dikenal dengan presenter atau pembawa acara.
acara suatu program tertentu. R.M. Hartoko dalam Baskin (2006 :63) menyebutkan beberapa
prasyarat untuk menjadi seorang presenter televisi yang baik, yaitu :
1. Berpenampilan baik dan perlu didukung oleh watak dan pengalaman
2. Cerdas dalam berfikir dalam pengetahuan umum dan daya ingat
3. Keramahan yang wajar dan tidak berlebih
4. Jenis suara yang tepat dengan pengucapan dan enak didengar
5. Penguasaan bahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
b. Nara sumber
Nara sumber adalah orang yang menjadi sumber informasi atau yang mengetahui
informasi tertentu. Seorang nara sumber harus memiliki hal sebagai berikut :
1. Kapabilitas, yaitu kemampuan dalam bidang akademis dan pengalaman
2. Kredibilitas, merupakan kualitas dan kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan
3. Akseptabilitas, meliputi latar belakang pribadi maupun profesi.
c. Materi Acara
Materi acara menyuguhkan topik yang dibahas termasuk didalamnya
permasalahan, hiburan dan sebagainya. Materi acara harus dibuat semenarik mungkin
sehingga dapat menarik perhatian pemirsanya. Materi berita mencakup kategori sebagai
berikut :
1. Menyajikan permasalahan yang dianggap penting untuk diberitakan kepada
masyarakat.
2. Merupakan permasalahan yang sedang hangat dibicarakan
Waktu tayang sangat diperhitungkan agar informasi yang disebarkan dapat
mencapai segmentasi khalayak. Waktu penayangan memperhitungkan :
1. Frekuensi penayangan diperlukan untuk memudahkan penonton untuk mengingat
acara tersebut
2. Durasi tayang yaitu lamanya tayangan itu berlangsung, untuk menghindari kebosanan
penonton.
I.6.6 Pemberitaan
Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun
disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa
pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta
lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa
mendatang (Wikipedia).
Walaupun sukar untuk memberi batasan tentang defenisi pemberitaan, namun kita
dapat menentukan sesuatu yang dapat dikategorikan dengan pemberitaan yang memiliki
watak berita. Adapun kualitas dasar untuk digolongkan sebagai berita ialah:
1. Harus akurat (Accurate)
2. Harus menarik (Interesting)
3. Bersifat baru (Actual)
I.6.7 Opini Publik
Opini (opinion) menurut Cutlip & Center adalah suatu ekspresi tentang sikap
mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Opini timbul sebagai hasil pembicaraan
tentang masalah yang kontroversial, yang menimbulkan pendapat yang berbeda-beda (Helena
Olii, 2007:20-25). Adapun karakteristik dari opini adalah mempunyai arah, mempunyai isi
informasi, bersifat stabil, dan mempunyai intensitas. Sikap opini mencerminkan suatu
kumpulan yang terdiri dari tiga komponen sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Kepercayaan berkaitan erat dengan unsur kognitif dimana menurut Mann (dalam
Syaifuddin, 1969 : 24) unsur kognitif terdiri dari pengetahuan, persepsi dan kerangka
berfikir yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Kepercayaan juga mengacu kepada
sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidaknya berdasarkan masa lalu, pengetahuan
dan informasi sekarang dan persepsi yang berkembang.
2. Nilai
Nilai melibatkan kesukaan dan ketidaksukaan, setuju dan tidak setuju, cinta dan
kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana seseorang menilai sesuatu dan kuat atau
lemahnya intensitas penilaian yang diberikan.
3. Pengharapan
Pengharapan didalamnya mengandung citra seseorang tentang bagaimana
keadaanya setelah bertindak. Pengharapan ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu
yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang, dan sesuatu yang akan terjadi jika suatu
Opini seseorang atau pendapat seseorang merupakan ekspresi dari sikap yang
dinyatakan untuk menanggapi sesuatu hal atau masalah.
Sementara istilah publik (public) lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti
pembicaraan pribadi yang berantai, melalui desas-desus, melalui surat kabar, radio, televisi
dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan”publik” mempunyai pengikut yang lebih
luas dan lebih besar jumlahnya. Publik dapat didefenisikan sebagai sejumlah orang yang
mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama.
Pada awalnya opini yang terbentuk berasal dari personal opinion atau opini
persona, yaitu penafsiran individual mengenai berbagai masalah dimana terhadapnya tidak
terdapat suatu pandangan yang sama. Opini yang dimiliki seseorang adalah merupakan suatu
bagian dari group opinion (opini kelompok) yang terdiri atas mayoritas opini dan minoritas
opini. Dari situlah publik yang membentuk opini memiliki kepentingan-kepentingan umum
yang mempersatukan anggota-anggotanya, menciptakan suatu kesamaan pandangan dan
mengarah pada kebulatan pendapat tentang suatu persoalan, sehingga terbentuklah opini
publik (Sunarjo,1984 : 1).
Istilah opini publik dapat dipergunakan untuk menandakan setiap pengumpulan
pendapat yang dikemukakan individu-individu. Menurut Santoso Sastropeotro (1990) istilah
opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat kolektif dari
sejumlah besar orang. Wiliam Albiq dalam Helena Olii (2007 : 20) menyimpulkan bahwa
opini publik adalah suatu jumlah atau kumpulan pendapat yang dikemukakan oleh
Opini mahasiswa sebagai suatu bentuk pendapat baik individu atau kelompok
terhadap suatu persoalan yang kontroversial, menuntut kejelian dalam menarik kesimpulan
terhadap permasalahan agar relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.
I.6.5 Teori Agenda Setting
Teori yang dicetuskan oleh Walter Lipmann (1922) ini menyatakan bahwa media
berperan sebagai mediator antara “the world outside and the pictures in our heads”.
McCombs dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann bahwa ada korelasi yang kuat dan
signifikan antara apa yang diagendakan oleh media massa dan apa yang menjadi agenda
publik.
Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap
hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu penting maka kita juga akan
menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media
massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak
terlihat sama sekali.
Dua asumsi mendasar dari teori agenda setting ini adalah:
(1) Khalayak tidak hanya mempelajari isu-isu pemberitaan, tetapi juga mempelajari seberapa
besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa
memberikan penekanan terhadap isu atau topik tersebut.
(2) Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian
Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu,
tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu
dipikirkan.
I.7 Kerangka Konsep
Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dapat
mengantar penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 2001: 33). Konsep adalah istilah
yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek
atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep
sebagai generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk
menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2006: 104). Agar konsep-konsep
dapat diuji secara empiris, maka harus dioperasioalisasikan dengan mengubahnya menjadi
variabel.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu variabel
lain (Kriyantono, 2006 : 21). Variabel bebas dalam penelitian ini ialah tayangan pemberitaan
2. Variabel tak bebas (Y)
Variabel tak bebas adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau
muncul sebagai akibat adanya variabel bebas bukan karena variabel lain (Kriyantono, 2006 :
21). Variabel terikat dalam penelitian ini ialah opini mahasiswa Fakultas Hukum USU.
I.8 Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam konsep akan dibentuk menjadi
suatu model teoritis sebagai berikut :
Gambar 1 Model Teoritis
I.9 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka
dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian
yaitu sebagai berikut :
Opini mahasiswa Pemberitaan
Tabel 1. Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Tayangan Pemberitaan Kinerja KPK Terkait Kasus Korupsi Nazaruddin di TV One
1. Penyaji atau pembawa berita
a. Penampilan Opini Mahasiswa Fakultas Hukum USU
program regular S-1 stambuk 2008
1. Kepercayaan
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Persepsi yang berkembang dimasa depan
2. Nilai a. Setuju b. Tidak Setuju
3. Pengharapan
a. Pertimbangan masa lalu
b. Pertimbangan keadaan sekarang
c. Kecenderungan bertindak
Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Departemen
4. Frekuensi menonton
I.10 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya
untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi
ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama
(Singarimbun, 1995;46). Maka variabel-variabel dalam operasional ini didefenisikan sebagai
a. Pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One
1. Penyaji atau pembawa berita adalah orang yang membawakan atau membaca berita
tentang kinerja KPK terkait kasus Nazaruddin di TV One
a. Penampilan, yaitu kepribadian yang tercermin dari penampilan dan gestur atau bahasa
tubuh seorang pembawa acara berita maupun talk show tentang kinerja KPK terkait
kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
b. Kecerdasan, yaitu kemampuan pembawa acara atau berita dalam menyampaikan dan
membahas mengenai kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
c. Keramahan, yaitu keramahan yang tercermin pada diri seorang pembawa acara yang
ditunjukkan sebagai sikapnya dalam membaca atau membawakan berita tentang
kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
d. Jenis Suara, yaitu kejelasan suara dan artikulasi pembawa acara atau berita dalam
menyampaikan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV
One.
e. Penguasaan bahasa, yaitu kemampuan pembawa acara atau berita dalam
menggunakan bahasa formal dan informal yang mudah dipahami.
2. Nara sumber adalah orang yang menjadi sumber informasi dalam pemberitaan kinerja
KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
a. Kapabilitas, yaitu kemampuan dalam bidang akademis maupun pengalaman yang
dimiliki nara sumber dalam pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi
Nazaruddin di TV One.
b. Kredibilitas, yaitu kualitas yang dimiliki nara sumber dalam pemberitaan kinerja KPK
terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
c. Akseptabilitas, yaitu kesesuaian latar belakang pribadi maupun profesi seseorang nara
3. Materi acara adalah materi acara atau berita dan topik berita yang menyita perhatian publik
karena sangat sering diberitakan dan dikupas sampai mendalam.
a. Topik pembahasan, yaitu topik yang diangkat dalam pemberitaan tentang kinerja
KPK dalam menyelesaikan kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
b. Aktualisasi topik, pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa aktual terkait kasus korupsi
Nazaruddin di TV One.
4. Waktu tayang adalah waktu penayangan setiap pemberitaan tentang kinerja KPK terkait
kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
a. Frekuensi tayangan, yaitu frekuensi penayangan setiap pemberitaan kinerja KPK
terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
b. Durasi penayangan, yaitu lamanya waktu yang dihabiskan untuk menayangkan
pemberitaan tentang kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi Nazaruddin.
b. Opini Mahasiwa
1. Kepercayaan yaitu merupakan komponen mengenai apa yang diketahui dan dianggap
menjadi sebuah kebenaran oleh manusia.
a. Pengetahuan: informasi yang diperoleh melalui pemberitaan kinerja KPK dalam
menangani kasus korupsi di TV One.
b. Pemahaman: kerangka berfikir mendasar mahasiswa Fakultas Hukum USU setelah
menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV
One.
c. Persepsi yang berkembang di masa depan: keinginan menginterpretasikan kesan-kesan
sensoris yang diperoleh dari pemberitaan tentang kinerja KPK terkait kasus korupsi
2. Nilai yaitu komponen yang menyangkut emosional seseorang dalam melihat bagaimana
seseorang tersebut menilai dan kuat atau lemahnya intensitas penilaian yang diberikan.
a. Setuju: pernyataan yang dinilai menerima atau mendukung pemberitaan kinerja KPK
terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One
b. Tidak Setuju: pernyataan yang dinilai menolak atau tidak mendukung pemberitaan kinerja
KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One
3. Pengharapan yaitu komponen opini yang didalamnya mengandung citra seseorang tentang
bagaimana keadaanya setelah bertindak.
a. Pertimbangan masa lalu: kecenderungan untuk membandingkan harapan yang ada pada
masa lalu sebelum adanya pemberitaan tentang kinerja KPK terkait kasus korupsi
Nazaruddin di TV One.
b. Pertimbangan keadaan sekarang: kecenderungan untuk memberikan harapan terhadap
penyelesaian kasus korupsi di Indonesia, setelah menyaksikan tentang pemberitaan
kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
c. Kecenderungan bertindak: Keinginan mahasiswa/i Fakultas Hukum USU untuk
memberikan aspirasi dan menyatakan aksi terhadap pemberitaan kinerja KPK terkait
kasus korupsi Nazaruddin di TV One.
b. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin mahasiswa/i
2. Usia mahasiswa/i
4. Frekuensi menonton tayangan pemberitaan kinerja KPK terkait kasus korupsi Nazaruddin
BAB II
URAIAN TEORITIS
II. 1 Komunikasi
II. 1. 1) Pengertian Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia
lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang
terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu itu memaksa manusia perlu berkomunikasi.
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat
saling berhubungan satu sama lain baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan
sehari-hari. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia ( Effendy, 1993: 8).
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling berpengaruh
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk
komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga ekspresi muka, lukisan, seni dan
teknologi (Cangara, 2002 : 20). Secara etimologi istilah komunikasi atau dalam bahasa
Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata
communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi komunikasi
akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang
dipercakapkan. Komunikasi yang terjadi diantara dua orang minimal harus memiliki
kesamaan makna. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif
tapi juga persuatif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan,
melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain.
Diantara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat yang
pengertian tentang komunikasi. Menurut Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap (Effendy, 2006 : 10). Pengertian ini menunjukkan bahwa
yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampaian informasi, melainkan
juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang
dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.
Sedangkan menurut Harold D. Laswell bahwa untuk memahami pengertian komunikasi
secara efektif adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect?. Paradigma Laswell ini menunjukkan bahwa komunikasi meliputi
lima unsur sebagai berikut :
1. Who : Komunikator, yakni pengirim pesan
2. Says What : pernyataan yang didukungoleh lambang-lambang
3. In Which Channel : saluran atau media yang digunakan dalam menyampaikan
pesan
4. To Whom : Komunikan, yakni orang yang menerima pesan
5. With What Effect : dampak atau pengaruh pesan atau dapat juga dikatakan sebagai
hasil dari proses komunikasi.
II. 1. 2) Elemen-elemen Komunikasi
Cara lain dalam memandang komunikasi adalah berdasarkan elemen atau unsur-unsur
yang membentuk komunikasi. Setiap peristiwa komunikasi dalam tingkat apapun, baik
komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi massa akan selalu melibatkan elemen-elemen
dari komunikasi. Menurut Joseph Dominic 2002 (dalam Morissan, 2009 : 17) setiap peristiwa
a. Komunikator
Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan,
yaitu dimana gagasan, ide, atau pikiran berasal, yang kemudian akan disampaikan kepada
pihak lain, yaitu penerima pesan. Sumber atau komunikator bisa jadi adalah individu,
kelompok atau bahkan organisasi.
b. Enkoding
Enkoding dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk
menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra
pihak penerima. Enkoding dalam proses komunikasi dapat berlangsung satu kali namun dapat
terjadi berkali-kali.
c. Pesan
Pesan dapat diartikan sebagai sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima,
dapat dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi.
d. Saluran
Saluran atau media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Alat yang digunakan dapat menghubungkan secara terbuka dimana
orang-orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.
e. Dekoding
Kegiatan penerimaan pesan diawali dengan proses dekoding yang merupakan
kegiatan yang berlawanan dengan proses enkoding. Dekoding adalah kegiatan untuk
menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang
f. Komunikan
Komunikan atau receiver atau disebut juga audiens adalah sasaran atau target dari
pesan. Komunikan dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga, atau bahkan suatu
kumpulan besar manusia yang tidak saling mengenal.
g. Umpan balik
Umpan balik atau feedback adalah tanggapan atau respons dari penerima pesan yang
membentuk dan mengubah pesan berikut yang akan disampaikan sumber. Umpan balik
menjadi tempat perputaran arah dari arus komunikasi.
II.1 3) Hambatan Komunikasi
Ada banyak hambatan yang dapat merusak proses komunikasi dan hal ini harus
mendapatkan perhatian dari komunikator ketika mengharapkan komunikasi berlangsung
secara efektif (Effendy, 1993 : 45-49) diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi menurut sifatnya yang
diklasifikasikan menjadi gangguan mekanik dan gangguan semantik. Dimana gangguan
mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat
fisik baik seperti suara ganda, bunyi mengaung, gambar yang meliuk-liuk di layar televisi.
Sementara gangguan semantik adalah jenis gangguan yang bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Semantik adalah pengetahuan mengenai
pengertian kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata, termasuk
didalamnya pengertian denotatif dan pengertian konotatif.
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian
saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku yang menjadi
sifat reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuain atau bertentangan dengan suatu
kepentingan.
3. Motivasi terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai
benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan
motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik
oleh pihak yang bersangkutan.
4. Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi
suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa
sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi.
II. 2 Komunikasi Massa
II.2.1) Defenisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa,
(televisi, radio, majalah, surat kabar, film) dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2006 : 71). Secara garis besar
terdapat lima elemen dalam defenisi ini, yaitu komunikator, pesan, media massa, komunikan
dan umpan balik. Komunikator dalam komunikasi massa adalah pihak yang mengandalkan
akan cepat ditangkap oleh publik. Sementara informasi yang disampaikan berupa pesan yang
diterima oleh komunikan. Dalam hal ini informasi-informasi yang disebarkan adalah
informasi yang dianggap penting oleh komunikator. Media massa merupakan saluran atau
alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi, sehingga sampai atau diterima oleh
komunikan. Khalayak sebagai komunikan adalah massa yang menerima informasi massa
yang disebarkan oleh media massa, mereka terdiri dari publik pendengar atau pemirsa sebuah
media massa yang bersifat heterogen (Bungin, 2006 : 72). Sementara efek atau umpan balik
dalam media massa bersifat tertunda namun dalam perkembangannya sudah semakin modern
dengan perkembangan teknologi sehingga umpan balik yang tertunda tersebut mulai
ditinggalkan.
Sementara itu menurut Jay Black dan Frederick C (Nuruddin, 2006 : 12)
menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang
homogen diproduksi secara massal atau tidak, disebarkan kepada massa penerima yang luas,
anonim dan heterogen. Komunikasi massa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat
karena itulah komunikasi massa juga dipengaruhi oleh budaya dan peristiwa sejarah
masyarakat.
II.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa
Berdasarkan pengertian diatas terdapat beberapa ciri dari komunikasi massa yang
dapat menjelaskan bagian-bagian penting dari komunikasi massa (Bungin, 2006 : 72), yakni :
1. Komunikator dalam komunikasi massa adalah merupakan sumber pemberitaan yang
pada umumnya mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari
penyebaran informasi tersebut.
Artinya komunikator dalam komunikasi massa bukan terdiri dari satu orang
kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, menuangkan ide maupun gagasan
menjadi sebuah pesan yang akan disebarkan sebagai sumber informasi. Komunikator
dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan dan
solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimana tanpa diketahui dengan jelas
keberadaan mereka.
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.
Bersifat heterogen artinya adalah bahwa komunikan terdiri dari berbagai atau
beragam karakteristik seperti pendapatan, usia, jenis kelamin, agama, status sosial dan
ekonomi dan sebagainya. Pada intinya setiap komunikan dalam komunikasi massa
tidak saling berinteraksi/tidak mengenal satu sama lain atau memiliki perbedaan efek
dalam menerima sebuah informasi media massa.
3. Komunikasi massa bersifat satu arah (Nuruddin, 2006 : 19-32)
Bersifat satu arah berarti komunikator tidak dapat melihat secara langsung respon
yang diberikan oleh komunikannya dari informasi yang disampaikan karena bersifat
tertunda.
4. Informasi atau pesan yang disampaikan bersifat umum, artinya informasi tersebut
tidak ditujukan kepada khalayak atau pihak tertentu secara sengaja.
5. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis yang mencakup pemancar untuk
media elektronik. Salah satunya adalah televisi yang mengandalkan pemancar dalam
proses penyampaian informasi.
6. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper. Gatekeeper adalah penyeleksi
informasi (Bungin, 2006 : 72). Penyeleksian yang dilakukan adalah melihat informasi
mana yang layak untuk disiarkan atau yang tidak layak. Bahkan mereka adalah
orang-orang yang memiliki wewenang untuk membatasi informasi yang akan disiarkan.
II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa
Secara umum fungsi komunikasi massa adalah menginformasikan pesan-pesan lewat
media massa yang digunakan. Namun secara spesifik Burhan Bungin dalam bukunya
“Sosiologi Komunikasi” (2006 : 79-81) menjelaskan beberapa fungsi dari komunikasi massa,
sebagai berikut :
1. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan ini dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan
persuasif sebagai aktivitas preventif. Dalam hal ini adalah upaya memberi reward dan
punishment kepada masyarakat. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat
yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun akan memberi
punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial
lainnya di masyarakat.
2. Fungsi Social Learning
Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan
pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan
pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.
Komunikasi massa dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien
dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas.
3. Fungsi Penyampaian Informasi
Komunikasi massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu
menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa
memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas
4. Fungsi Hiburan
Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena
komunikasi massa menggunakan media massa sehingga fungsi hiburan yang ada pada media
massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Fungsi hiburan tidak lepas dari
fungsi-fungsi lainnya dalam komunikasi massa.
II. 3 Media Massa
II. 3.1) Pengertian Media Massa
Istilah ‘media massa’ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja
dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di
masyarakat, dengan skala yang sangat luas (Morissan, 2010 : 1). Istilah media massa
mengacu pada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap
dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan
lainnya. Media massa sendiri diartikan sebagai saluran/media yang dipergunakan untuk
mengadakan komunikasi dengan massa. Di dalam Bungin (2006 : 85) media massa adalah
institusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan.
Massa pada media massa adalah non periodik manusia (rapat umum) dan massa pada
tatap muka, dimana satu komunikator menghadapi massa komunikan misalnya pada rapat
umum, maka massa disini berada di suatu tempat yang sama dan dapat memberikan reaksi
secara langsung (two way traffic communication) sesuai dengan komunikasi tatap muka
(Morrisan, 2010 : 1).
II. 3.2 ) Fungsi Media Massa
Menurut Muhtadi dalam bukunya “Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek” (1999 :
1. Menyiarkan informasi
Fungsi ini merupakan fungsi utama media massa, sebab masyarakat membeli media
tersebut adalah karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia ini.
2. Mendidik
Dalam fungsi ini media memperlihatkan bahwa pesan-pesan atau tulisan-tulisan yang
disajikan oleh media massa mengandung pengetahuan serta sekaligus dapat dijadikan media
pendidikan massa
3. Menghibur
Dalam memainkan fungsinya untuk menghibur, media massa biasanya menyajikan
rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan.
4. Mempengaruhi
Melalui fungsi mempengaruhi pers memegang peranan penting dalam tatanan
kehidupan masyarakat. Secara luas fungsi ini juga digunakan oleh media untuk menguasai
pendapat dan tanggapan dari masyarakat.
Ditinjau dari sasaran/komunikan media massa maka setiap manusia menerima pesan
apakah dari media cetak, elektronik atau on line akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda
karena setiap manusia mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda pula.
II. 3. 3) Ciri-ciri Lembaga Media Massa
McQuail tahun 1987 (dalam Wahyudi, 1986 : 47-48) menyebutkan ciri-ciri khusus
a. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan,
dan budaya.
b. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain,
pengirim dan penerima. Semua ini merupakan saluran tata cara dan pengetahuan yang
menentukan siapakah sebenarnya yang patut atau berkemungkinan untuk mendengar
sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya.
c. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik dan
merupakan institusi terbuka bagi semua orang untuk peran serta sebagai penerima.
Institusi media juga mewakili kondisi publik seperti yang tampak bila mana media
massa menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendapat publik (opini publik).
d. Partisipasi anggota audien dalam institusi pada hakikatnya bersifat sukarela, tanpa
adanya keharusan atau kewajiban sosial. Partisipasi anggota audien lebih mengacu
pada mengisi waktu senggang dan santai.
e. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena ketergantungannya pada
imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan pembiayaan.
f. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini
selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian
media, mekanisme hukum, dan pandangan-pandangan menentukan yang berbeda
antara negara yang satu dengan lainnya.
II.4. Televisi
II.4 1) Pengertian Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa Yunani) yang
yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi
di suatu tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisiset).
Televisi lahir sebagai karya Alexander Edmund Becquerel dalam penemuan efek
elektrokomia tentang cahaya dan mendorong pada berkembangnya media visual. Aplikasi
prinsip-prinsip transmisi informasi visual dimulai pada tahun 1884 oleh Paul Nipkow,
ilmuwan kebangsaan Jerman dengan karyanya “ Scanning-disc Transmitter and Receiver”.
Pada saat yang tidak jauh berbeda, Edward Muybridge dan J.D. Issacs berhasil dalam
membuat proyeksi gambar. Hasil eksperimen ini digunakan untuk mengambil gambar
melalui gulungan film. Televisi diperkenalkan kepada publik pada acara Pameran Dunia
tahun 1939 sejalan dengan perkembangan televisi kemudian berkembang pesat dan semakin
populer di masyarakat.
II. 4. 2) Karakteristik Televisi
Adapun karakteristik televisi adalah sebagai berikut (Usman, 2009 : 23) :
1. Media pandang dengar (audio visual)
Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar dimana orang-orang
memandang gambar yang ditayangkan dan sekaligus mendengar atau mencerna narasi
dari gambar.
2. Mengutamakan gambar
Kekuatan dari televisi adalah dari gambar yang hidup sehingga lebih menarik
dibanding dengan media cetak.
3. Mengutamakan kecepatan
Deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik karena televisi mengutamakan
4. Bersifat sekilas
Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan dimensi
waktu atau durasi.
5. Bersifat satu arah
Bersifat satu arah dalm arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik
terhadap siaran televisi yang ditayangkan.
6. Daya jangkau luas
Televisi dapat menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang
sosial dan ekonomi.
II. 4. 4) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
Pesan yang disampaikan melalui media televisi memerlukan
pertimbangan-petimbangan lain agar pesan dapat diterima oleh khalayak sasaran (Usman, 2009 : 25)
yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Pemirsa
Komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu
mendapat perhatian. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan
minat pemirsa baik kategori anak-anak, remaja, dewasa dan lainnya.
2. Waktu
Dalam hal ini media harus dapat mengatur dan menyesuaikan waktu
penyangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Hal ini mengingat agar setiap
3. Durasi
Durasi berarti jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi
disesuaikan dengan jenis acara, tuntutan skrip atau naskah sehingga mencapai tujuan
acara.
4. Metode Penyajian
Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumya adalah untuk
menghibur menginformasikan namun juga mendidik dan mempersuasi. Pesan yang
ingin disampaikan harus dikemas sedemikian rupa sehingga dapat diterima baik oleh
pemirsa.
II.5 Pemberitaan
II. 5.1) Pengertian Berita
Berita merupakan substansi utama di berbagai media jurnalistik baik cetak maupun
elektronik. Berita juga menjadi semacam barang dagangan yang dijajakan media elektronik.
Hampir semua kesempatan dan peristiwa menjadi bahan berita. Dan untuk memenuhi
kebutuhan yang sesuai dengan keinginan, setiap stasion televisi swasta menyajikan “acara
berita”, tanpa harus menyebutnya bahwa itu adalah berita, dalam nuansa yang berbeda-beda.
Sehingga berita menjadi sesuatu yang sentral dalam media elektronik, karena baik media
cetak maupun elektronik keduanya berfungsi sebagai media informasi (Muhtadi, 1999 :
106-107).
Menurut Bruce D. Itule dalam bukunya ”News Writing and Reporting for Today’s
Media” (dalam Muhtadi, 1999 : 108) berita didefenisikan dengan sebuah ungkapan “man
bites dog” yang secara abstraksi dipahami bahwa berita merupakan sesuatu yang belum
sebuah berita adalah ketika sesuatu itu menimbulkan keanehan, ketertarikan,
ketidakpercayaan orang-orang. Namun disisi lain berita dapat didefenisikan sebagai “what
editors and reporters say it is”. Yang berarti bahwa kita mempercayakan pemilihan apakah
suatu peristiwa itu layak atau tidak layak menjadi berita kepada reporter.
Berita harus mengangkat sesuatu yang masih dianggap baru dan segar, meskipun
kebaruan dan kesegaran itu tergantung dari sisi bagaimana serta kapan pembaca itu
menerima informasi. Kesegaran berita itu juga bisa ditentukan oleh karena barunya pelaku
dalam peristiwa itu, bedanya tempat kejadian, alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan
sebagainya.
Evan Hill dan John J. Breen dalam bukunya Reporting and Writing the News (dalam
Muhtadi, 1999 : 112) memberikan beberapa kriteria berita yang baik dan menarik dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah berita itu merupakan laporan peristiwa-peristiwa baru, fakta-fakta, atau
opini-opini?
2. Apakah berita memberikan informasi tentang sesuatu yang belum pernah pembaca
mengetahui sebelumnya?
3. Apakah berita itu menarik perhatian pembaca dalam jumlah yang signifikan,
bukan sekedar menarik perhatian penulis berita tersebut?
4. Apakah berita itu dapat menambah pengetahuan pembaca tentang apa yang
sesungguhnya terjadi?
II. 5. 2) Pengertian Pemberitaan
Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun
pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta
lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa
mendatang (Wikipedia).
Penilaian terhadap kualitas pemberitaan TV dapat ditinjau dalam beberapa aspek .
Dalam hal ini McQuail (dalam Morissan, 2010 : 62) mengajukan suatu kerangka kerja dalam
memberikan penilaian terhadap kualitas media yang terbagi atas empat kriteria, yakni sebagai
berikut :
a. Kebebasan media
Kebebasan media telah menjadi faktor terpenting dalam menilai atau mengukur
kualitas pemberitaan media massa. Kebebasan media merupakan prinsip dasar dari setiap
teori dasar mengenai komunikasi publik. Kebebasan media juga menjadi sumber manfaat
media lainnya dan mengacu terutama pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara
bebasdan kebebasan dalam membentuk opini. Namun demikian, untuk dapat mewujudkan
kebebasan media harus terdapat akses bagi masyarakat menuju ke berbagai saluran informasi
dan juga kesempatan untuk menerima berbagai jenis informasi. Dalam hal ini kebebasan
komunikasi memiliki dua aspek, yaitu: pertama, media dalam pemberitaannya harus dapat
menyajikan informasi yang mewakili berbagai suara atau pandangan yang beragam dan;
kedua, memberikan tanggapan terhadap berbagai keinginan atau kebutuhan yang beragam.
b. Keragaman berita
Media massa dalam menyebarkan berita tidak boleh hanya memberikan perhatian
pada satu isu tertentu saja. Prinsip keberagaman berita (diversity) adalah upaya media untuk
ini prinsip keadilan dinilai berdasarkan pada principle of proportional representation (prinsip
keterwakilan secara proporsional).
Media harus menyajikan berita secara proporsional, berdasarkan topik-topik yang
relevan bagi masyarakat atau dengan kata lain, pemberitaan TV harus mampu mencerminkan
keragaman kebutuhan atau minat audien terhadap berita. Dalam hal ini keragaman berita
dapat dinilai berdasarkan empat kriteria sebagai berikut :
1. Media dalam menyajikan isi berita harus mampu mencerminkan keragaman realitas
sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat secara proporsional. Dengan kata lain
media harus mampu dan mau memberikan berbagai pilihan berita kepada audien.
2. Media dalam menyebarkan berita harus memberikan kesempatan yang lebih kurang
sama terhadap berbagai pandangan dalam masyarakat, termasuk pihak minoritas
dalam masyarakat.
3. Media harus bisa berfungsi sebagai forum bagi berbagai pandangan dan kepentingan
yang berbeda dalam masyarakat.
4. Media harus mampu menyajikan pilihan berita yang relevan pada waktu tertentu
(dalam hal adanya peristiwa besar) dan juga keragaman berita pada waktu lainnya.
c. Gambaran Realitas
Bias pada pemberitaan mengacu pada hal-hal seperti terjadinya penyimpangan
(distorsi) terhadap realitas. Berita yang mengandung bias pada akhirnya kan menjadi berita
bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi (McQuail dalam Morissan, 2010 :
64). Beberapa cirri berita yang mengandung bias antara lain sebagai berikut :
1. Media memberikan terlalu banyak waktu memberikan pandangan pejabat dan
kalangan elit di masyarakat.
3. Media menyampaikan pandangan yang mengandung bias karena cara pandangn yang
sempit terhadap nasionalisme atau kesukuan.
4. Berita terlalu mengutamakan nilai-nilai yang terlalu mendukung peran pria atau
sebaliknya.
5. Kepentingan kelompok minoritas diabaikan atau dipinggirkan.
6. Terlalu berlebihan dalam menyajikan berita criminal dan mengabaikan realitas
sesungguhnya di masyarakat.
d. Objektivitas berita
Objektivitas adalah suatu tindakan atau sikap tertentu terkait dengan pekerjaan
mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi. Menurut Westerstahl (dalam
Morissan, 2010 : 64), pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria, yaitu bahwa
berita harus bersifat faktual, yang berarti berita ditulis berdasarkan fakta (factuality) dan tidak
berpihak (impartiality). Sifat faktual atau faktualitas mengacu pada bentuk laporan berupa
peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada nara sumber berita dan
tidak memasukkan komentar ke dalam laporan. Sifat faktual juga melibatkan kriteria
kebenaran lainnya, kelengkapan penjelasan (5W1H).
Terkait pemberitaan yang disiarkan di stasiun TV khususnya stasiun TV di Indonesia,
maka P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran) (dalam Morissan, 2010 :
67) menyatakan bahwa stasiun penyiaran dalam menayangkan informasi harus senantiasa
mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, yang terdiri atas tiga prinsip yaitu :
a. Akurasi
Dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab menyajikan informasi
yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah fakta, lembaga penyiaran harus memeriksa
memperoleh informasi dari pihak lain yang belum dapat dipastikan kebenarannya, maka ia
harus menjelaskan kepada khalayak bahwa informasi itu berdasarkan versi sumber tertentu.
b. Adil
Lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan
tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan atau potongan suara dalam sebuah acara yang
sebenarnya berasal dari program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil
serta tidak merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek pemberitaan, dan bila sebuah
program memuat potongan gambar atau potongan suara yang berasal dari acara lain, stasiun
TV wajib menjelaskan waktu pengambilan potongan gambar dan atau potongan suara
tersebut.
c. Imparsialitas
Pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publik,
stasiun penyiaran harus menyajikan berita, fakta, dan opini secara objektif dan berimbang.
Dalam hal ini, pimpinan redaksi berita TV harus memiliki independensi untuk menyajikan
berita dengan objektif, tanpa memperoleh tekanan dari pihak pimpinan, pemodal, atau
pemilik stasiun penyiaran.
II.6 Opini Publik
II.6.1 ) Pengertian Opini
Menurut Cutlip & Center opini (opinion) adalah suatu ekspresi tentang sikap
mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial. Dan menurut William Albig (Sunarjo,
1984 : 31) opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang bersifat bertentangan.
Subjek opini publik biasanya adalah mengenai masalah-masalah yang baru. Opini berupa
dari kebiasaan, ketidakcocokan, dan adanya perubahan penilaian, sehingga unsur-unsur
tersebut mendorong untuk saling mempertentangkannya. Pendapat atau opini itu tidak akan
timbul bila tidak ada pertentangan dan pertentangan itu harus dinyatakan. Sunarjo (1984 :
24) menjelaskan opini atau pendapat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan
b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat
c. Mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar.
II.6.2) Pengertian Publik
Menurut Mayor Polak (Sunarjo, 1984 : 19) publik atau khalayak ramai adalah
sejumlah orang yang mempunyai minat yang sama terhadap suatu persoalan tertentu.
Memiliki minat yang sama bukan berarti memiliki pendapat yang sama. Bogadus mengatakan
bahwa publik itu adalah sejumlah besar orang antara yang satu dengan yang lain tidak saling
mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu
masalah (Sumarno, 1990 : 24).
Herbert Blumer (Sastropoetro, 1990 : 108) mengemukakan ciri-ciri publik sebagai
berikut :
a. Dikonfrontasikan atau dihadapkan pada suatu isu
b. Terlibat dalam diskusi mengenai isu tersebut
c. Memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatur isu.
Terdapat empat tipe publik menurut Grunig & Repper (1992 : 139) dalam bukunya
“Srategic Manajement, Public and Issues”, yaitu sebagai berikut ;