• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Penggunaan GPC (Generator Paralelling Control) Pada PLTD Di Sun Plaza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Penggunaan GPC (Generator Paralelling Control) Pada PLTD Di Sun Plaza"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGGUNAAN GPC ( Generator Paralelling Control) PADA

PLTD DI SUN PLAZA

OLEH :

NAMA : JUANDA . T NIM : 030402024

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STUDI PENGGUNAAN GPC ( Generator Paralelling Control) PADA PLTD DI SUN PLAZA

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NIM : 030402024 JUANDA . T

Disetujui oleh :

DOSEN PEMBIMBING

NIP : 130 365 321

Ir. SUMANTRI ZULKARNAEN

Disetujui oleh :

KETUA DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

NIP : 131 459 554 Ir. NASRUL ABDI, MT

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

(3)

ABSTRAK

Sistem pembangkitan listrik yang sudah umum digunakan adalah mesin generator tegangan AC, di mana penggerak utamanya bisa berjenis mesin turbin, mesin diesel atau mesin baling-baling. Dalam pengoperasian pembangkit listrik dengan generator, karena faktor keandalan dan fluktuasi jumlah beban, maka disediakan dua atau lebih generator yang dioperasikan dengan tugas terus-menerus, cadangan dan bergiliran untuk generator-generator tersebut. Penyediaan generator tunggal untuk pengoperasian terus menerus adalah suatu hal yang riskan, kecuali bila bergilir dengan sumber PLN atau peralatan UPS. Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generator-generator tersebut dioperasikan secara paralel antar generator atau paralel generator dengan sumber pasokan lain yang lebih besar misalnya dari PLN. Sehingga diperlukan pula alat pembagi daya listrik untuk mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator yang bekerja paralel mengalami beban lebih mendahului yang lainnya.

Apabila suatu generator yang bekerja secara paralel yang mengalami gangguan, maka generator tersebut dihentikan, dengan demikian daya listrik total yang dibangkitkan dari generator tersebut menjadi berkurang. Dalam pengoperasian generator yang bekerja paralel, diperlukan suatu alat pengontrolan yang baik sehingga kontiunitas pelayanan dapat tercapai.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tuaku Ibunda L. Sinambela dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril, do’a dan semangat.

2. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnaen selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas segala bimbingan, pengarahan, motivasi dan dukungannya.

3. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT dan Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro USU.

4. Bapak Ir. Bonggas L.Tobing selaku dosen wali penulis, atas bimbingan dan arahannya selama dalam menyelesaikan perkuliahan.

5. Seluruh dosen pada jurusan Teknik Elektro USU, terutama dosen pada Sub Jurusan Teknik Energi Listrik.

6. Bapak Teguh Hardiansyah. ST selaku staf Supervisor di PT. Manunggal Wiratama (Sun Plaza) yang telah membantu kelancaran proses pengerjaan tugas akhir ini.

(5)

8. Teman – teman stambuk 2003, yang selama ini telah menjadi teman diskusi belajar dan bekerjasama dalam kegiatan perkuliahan.

9. Teman – teman saya : Lamganda, Wiswa, Hedbien, Shendy, Enno, Benni, Roni, Olo, Boby, Deni Ariyuda, Defrans, Faisal, B’UI, B’cimed dan semua rekan – rekan kuliah penulis yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.

10.Serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.

Berbagai usaha telah penulis lakukan demi selesainya Tugas Akhir ini dengan baik, namun penulis menyadari Tugas Akhir ini belumlah sempurna karena banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun susunannya.

Saran dan kritik dari pembaca Sangat penulis harapkan demi penyempurnaan dan pengembangan kajian dalam bidang ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.

Medan, Desember 2008 Penulis

(6)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………....….i

KATA PENGANTAR ………...…....ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR TABEL ...ix

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ...1

I.2. Batasan Masalah ...2

I.3. Tujuan Penulisan ...3

I.4. Metode Penulisan ...3

I.5. Sistematika Penulisan ...3

BAB II. PINSIP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) II.1. Umum ...5

II. 2. Mesin Diesel ...7

II. 2.1. Pengertian Mesin Diesel ...7

II. 2. 2. Cara Kerja Mesin Diesel ...8

II. 3. Generator Sinkron ...12

(7)

v

II. 3. 3. Prinsip Kerja Generator Sinkron ...16

II. 3. 4. Pemilihan Putaran ………...18

II. 3. 5. Sistem Exitasi ………...19

II. 3. 5. a. Sistem penguatan sendiri ………...19

II. 3. 5. b. Sistem penguatan terpisah ………...20

II. 3. 6. Alternator tanpa beban ...21

II. 3. 7. Alternator berbeban ...22

II. 3. 8. Rangkaian ekivalen generator sinkron...21

II. 3. 9. Menentukan parameter generator sinkron...24

II. 3. 10. Regulasi Tegangan Generator ………...26

II. 3. 11. Sinkronisasi generator ...26

BAB III. GENERATOR PARALELLING CONTROL (GPC) III.1. Prinsip Kerja ………...35

III.2. Instalasi Teknis ………...37

III.3. Kontrol Fungsi ………...39

III.4. Kondisi Perancangan Panel Sinkronisasi ………...40

BAB IV. PERANAN GENERATOR PARALELLING CONTROL (GPC) PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD) IV.1. Operasi Paralel Lima Generator ………...50

IV.2. Operasi Paralel PLTD Dengan Jaringan PLN ………... 57

(8)

vi

IV. 2. 2. Pengoperasian Secara Otomatis ...………...64

IV.3. Prinsip Pembagian daya Pada Generator ………...70

IV. 3. 1. Governor ………...76

IV. 3. 2. Speed Drop .………...77

IV. 3. 3. Permanent Magnet Generator (PMG) – Control AVR ...78

IV. 3. 4. Load Sharing ……….………81

IV. 4. Diagram blok pengontrolan GPC ………….…………...88

V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ...92

V. 2 Saran ...92

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

2.1. Cara kerja mesin diesel ………...9

2.2.a. Diagram Tekanan-Volume (P-V) untuk keadaan teoritis ...12

2.2.b. Siklus Motor Diesel ...12

2.3. Konstruksi generator sinkron ...14

2.4. Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron ………..14

2.5.a. rotor Non-salient (rotor silinder) ………...…...15

2.5.b. penampang rotor pada generator sinkron ...15

2.6. Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan..17

2.7. Diagram generator dengan penguatan tanpa sikat ...20

2.8. Diagram generator sistem penguatan terpisah ...20

2.9. Karakteristik tanpa beban generator sinkron ...21

2.10. Rangkaian ekivalen alternator berbeban ………22

2.11. Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ………23

2.12. Karakteristik tanpa beban ………..24

2.13. Karakteristik hubung singkat alternator ……….………25

3.1. Piranti GPC (generator paralelling control) ...35

4.1. Proses paralel antar generator ...50

4.2. Flowchart pengontrolan paralel antar generator ...56

4.3. Proses paralel generator dengan jaringan PLN ...58

(10)

viii

4.5. Flowchart pengoperasian manual untuk menjalankan paralel ...61

4.6. Flowchart pengoperasian manual untuk menghentikan paralel …...63

4.7. Diagram vektor tegangan dan arus ...71

4.8. Pembagian daya antar lima generator ...72

4.9. Penguatan dengan permanent magnet generator (PMG) – Control AVR...78

4.10. Suplai arus penguatan pada generator ...80

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel.1. Data pemakaian generator tgl 9 Desember 2008, pukul 19:30WIB ...59 Tabel.2. Data beban harian tgl 9 Desember 2008, pukul 19:30WIB ………….73 Tabel.1. Data pemakaian generator tgl 9 Desember 2008, pukul 19:30WIB ...75 Tabel.1. Data pemakaian generator tgl 11 Desember 2008 dari pukul 19:30 –

(12)

ABSTRAK

Sistem pembangkitan listrik yang sudah umum digunakan adalah mesin generator tegangan AC, di mana penggerak utamanya bisa berjenis mesin turbin, mesin diesel atau mesin baling-baling. Dalam pengoperasian pembangkit listrik dengan generator, karena faktor keandalan dan fluktuasi jumlah beban, maka disediakan dua atau lebih generator yang dioperasikan dengan tugas terus-menerus, cadangan dan bergiliran untuk generator-generator tersebut. Penyediaan generator tunggal untuk pengoperasian terus menerus adalah suatu hal yang riskan, kecuali bila bergilir dengan sumber PLN atau peralatan UPS. Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generator-generator tersebut dioperasikan secara paralel antar generator atau paralel generator dengan sumber pasokan lain yang lebih besar misalnya dari PLN. Sehingga diperlukan pula alat pembagi daya listrik untuk mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator yang bekerja paralel mengalami beban lebih mendahului yang lainnya.

Apabila suatu generator yang bekerja secara paralel yang mengalami gangguan, maka generator tersebut dihentikan, dengan demikian daya listrik total yang dibangkitkan dari generator tersebut menjadi berkurang. Dalam pengoperasian generator yang bekerja paralel, diperlukan suatu alat pengontrolan yang baik sehingga kontiunitas pelayanan dapat tercapai.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan semua bidang kehidupan

manusia dapat semakin ringan dikerjakan dengan bantuan suatu peralatan.

Demikian halnya dalam bidang kelistrikan. Dengan menggunakan suatu alat

khusus, sistem kerja sebuah pembangkit dapat dengan mudah dikontrol oleh

seorang operator. Sistem kerja yang dimaksud mencakup sistem pengaturan,

sistem proteksi dan pembagian beban. Dalam sistem kerja suatu pembangkit

umumnya, sistem pengaturan, sistem proteksi dan pembagian beban bekerja

secara terpisah. Sehingga dibutuhkan banyak tenaga manusia dalam

pengoperasiannya.

GPC (Generator Paralelling Control) merupakan suatu alat digital yang

aplikasi sistem kerjanya menggunakan PLC (programmable logic control) dalam

menjalankan fungsinya sebagai alat konrol. GPC menggunakan PLC sebagai

sarana untuk menjalankan dan mengatur semua komponen elektromekanik yang

berperan dalam sistem PLTD ini, baik itu switch, rele-rele, circuit breaker dan alat

penunjang lainnya.

Dalam sistem PLTD ini, salah satu peran utama GPC adalah menjalankan

proses sinkronisasi ; baik itu antara generator maupun antara generator dan

sumber PLN. Pada proses sinkronisasi GPC dapat bekerja secara otomatis

maupun secara manual. Pengoperasian secara otomatis yang dimaksud disini

adalah pengoperasian yang dikendalikan oleh PLC dengan settingan yang telah

(14)

apabila adanya turut campur tangan seorang operator dalam pengontrolan

tersebut. Selain itu peran GPC lainnya dalam PLTD ini adalah mengatur dan

menjalankan pembagian beban generator. Alat pembagi beban generator

merupakan peralatan otomatis yang menyeragamkan operasi governor dalam

menaikkan atau menurunkan power mesin atau daya generator sesuai perubahan

bebannya, dan sangat diperlukan bila memiliki lebih dari dua generator dengan

karakteristik yang berbeda beroperasi secara paralel. Dengan alat pembagi beban

generator, maka setiap generator mempunyai faktor penggunaan (beban

maksimum dibagi kapasitas generator) yang sama.

I.2. Batasan Masalah

Dalam tugas akhir yang aplikasinya pada PT. Manunggal Wiratama (Sun

Plaza) Medan ini, adanya pembatasan pembahasan yang dibuat yaitu :

1. Tidak membahas tentang PLC (Programmable Logic Control).

2. Tidak membahas program yang digunakan pada GPC (Generator

Paralelling Control).

3. Tidak membahas mengenai rele proteksi dan circuit breaker yang

digunakan pada generator.

4. Tidak membahas gangguan-gangguan yang terjadi pada generator.

I.3. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

(15)

2. Untuk mengetahui proses sinkronisasi antar generator dan antar generator

dengan sumber PLN.

3. Membandingkan pengoperasian secara manual dan otomatis.

Dan diharapkan tugas akhir ini bermanfaat sebagai bahan pembelajaran

dalam memahami prinsip kerja PLTD dan cara pengoperasiannya menggunakan

alat digital

I.4. Metode Penulisan

1. Studi literatur, berupa studi kepustakaan dan kajian buku-buku teks

pendukung.

2. Studi lapangan, yaitu mengambil data beban dan set point ( nilai

pengaturan) yang diberikan pada GPC.

3. Studi Bimbingan, diskusi – diskusi dan tanya jawab dengan dosen

pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen Teknik Elektro

USU mengenai kendala-kendala yang timbul selama penyusunan Tugas

Akhir ini.

I.5. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap tugas akhir ini maka penulis

menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar

belakang masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat

(16)

BAB II : PRINSIP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

(PLTD)

Bab ini membahas prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga

Diesel (PLTD) secara umum.

BAB III : GENERATOR PARALELLING CONTROL (GPC)

Bab ini membahas prinsip kerja, instalasi dan fungsi kontrol

Generator Paralelling Control (GPC)

BAB IV : PERANAN GENERATOR PARALELLING CONTROL (GPC)

PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD)

Bab ini menjelaskan peranan penting sebuah Generator

Paralelling Control (GPC) pada PLTD antara lain dalam proses

sinkronisasi dan pembagian beban yang berhubungan langsung

governor dalam mengatur daya dan kecepatan generator.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari proses studi

(17)

BAB II

PRINSIP KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

(PLTD)

II.1. Umum

Pada dasarnya pembangkitan tenaga listrik AC biasanya menggunakan

mesin sinkron yang bekerja sebagai generator. Beberapa kelebihan penggunaan

mesin sinkron yang bekerja sebagai generator tersebut antara lainnya :

• lnvestasi modal relatif kecil

• Mempunyai waktu pembebanan yang relatif singkat

• Desain dan instalasi relatif sederhana

• Auxiliary equipment relatif sederhana.

Selain kelebihan tersebut di atas, juga terdapat beberapa kelemahan dan

kekurangan dari suatu pembangkit tenaga diesel, antara lain:

1. Mesin diesel sebagai penggerak mula mempunyai daya yang terbatas.

Hal ini disebabkan terbatasnya ukuran mesin diesel karena

kemampuan dari sarana pengangkutannya terbatas. Jika membutuhkan

daya yang besar diperlukan beberapa unit generator dengan penggerak

mula diesel.

2. Bahan bakar pembangkit listrik tenaga diesel yaitu solar yang lebih

(18)

Pada mesin diesel, kecepatan putarannya dapat dikelompokkan dalam tiga

kategori yaitu:

• Putaran rendah untuk rpm < 500

• Putaran sedang untuk 500 < rpm < 1000

• Putaran tinggi untuk rpm > 1000.

Kegunaan dari suatu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel adalah :

1. Sebagai unit cadangan ( Stand by Plant ) yang dijalankan pada saat

unit pembangkit utama yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan

daya listrik.

2. Sebagai unit pembangkit yang menyupali listrik selama 24 jam atau

pemikul beban tetap. Sifat pengoperasian harus pada beban dasar yang

berkapasitas tertinggi dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi beban tetap.

Hal ini memungkinkan juga bila pasokan dapat mengalami gangguan.

3. Sebagai unit beban puncak atau Peak Load. Bila PLTD dioperasikan

pada beban puncak, biasanya dalam waktu yang tidak lama, karena

dapat berfungsi untuk menaikkan tegangan yang turun pada saat beban

puncak.

4. Sebagai unit cadangan ( emergency) yang djalankan saat keadaan

(19)

II. 2. Mesin Diesel

II. 2.1. Pengertian Mesin Diesel

Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut

dengan motor bakar ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya. Untuk

membangkitkan listrik sebuah generator menggunakan generator dengan sistem

penggerak tenaga diesel atau yang biasa dikenal dengan sebutan genset (

Generator Set ).

Keuntungan pemakaian diesel sebagai Prime Over :

• Desain dan instalasi sederhana.

• Auxiliary equipment sederhana.

• Waktu pembebanan relative singkat.

Kerugian pemakaian diesel sebagai Prime over:

• Mesin sangat berat sehingga harus dapat menahan getaran serta kompresi

yang tinggi.

Starting awal berat, karena kompresinya tinggi yaitu sekitar 200 bar.

• Semakin besar daya maka mesin diesel tersebut dimensinya makin besar

(20)

II. 2.2. Cara kerja mesin Diesel

Prime Over merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkan

energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Pada mesin

diesel/engine terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan udara

murni yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan yang tinggi ( ± 30 arm ),

sehingga temperature di dalam silinder naik. Dan pada saat itu bahan bakar

disemprotkan dalam silinder yang bertemperatur dan bertekanan tinggi melebihi

titik nyala bahan bakar sehingga menyala secara otomatis.

Pada mesin diesel penambahan panas atau energi senantiasa dilakukan

pada tekanan konstan. Pada mesin diesel, piston melakukan 4 langkah pendek

menuju kepala silinder pada setiap langkah daya.

1. Langkah keatas yang pertama merupakan langkah pemasukan dan

pengisapan, disini udara dan bahan bakar masuk sedangkan engkol

berputar ke bawah.

2. Langkah kedua merupakan kompresi, poros engkol terus berputar

menyebabkan torak naik dan menekan bahan bakar sehinggaterjadi

pembakaran. Kedua proses ini (1dan 2 ) termasuk proses

pembakaran.

3. Langkah ketiga merupakan lankah ekspansi dan kerja, disini kedua

katup yaitu katup isap dan buang tertutup sedangkan poros engkol

terus berputar dan kembali menarik torak ke bawah.

(21)

Gas dapat keluar karena pada proses keempat ini torakkembali

bergerak naik naik keatas dan menyebabkan gas dapat keluar. Kedua

proses terakhir ini (3 dan 4) termasuk proses pembuangan.

5. Setelah keempat proses tersebut, maka proses berikutnya akan

mengulang kembali proses pertama, dimana udara dan bahan bakar

masuk kembali.

Gambar.2.1. Cara Kerja Mesin Diesel

Ada 3 macam sistem starting yaitu :

 Sistem start manual

Sistem start ini dipakai untuk mesin diesel dengan daya yang relative kecil

yaitu < 30 PK. Cara untuk menghidupkan mesin diesel pada site mini adalah

dengan menggunakan penggerak engkol start pada poros engkol atau poros

hubung yang akan digerakkan oleh tenaga manusia. Jadi sistem start ini sangat

bergantung pada faktor manusia sebagai operatornya.

 Sistem strat elektrik

Sistem ini dipakai oleh mesin diesel yang memiliki daya sedang yaitu <

(22)

accu 12 atau 24 volt untuk menstart diesel. Saat start, motor DC mendapat suplai

listrik baterai atau accu dan menghasilkan torsi yang dipakai untuk menggerakkan

diesel sampai mencapai putaran tertentu. Baterai atau accu yang dipakai harus

dapat dipakai untuk menstart sebanyak 6 kali tanpa diisi kembali, karena arus start

yang dibutuhkan motor DC cukup besar maka dipakai dynamo yang berfungsi

sebagai generator DC. Pengisian ulang baterai atau accu digunakan alat bantu

berupa battery charger dan pengaman tegangan. Pada saat diesel tidak bekerja

maka battery charger mendapat suplai listrik dari PLN, sedangkan pada saat diesel

bekerja maka suplai dari batterai charger didapat dari generator. Fungsi dari

pengaman tegangan adalah untuk memonitor tegangan baterai atau accu. Sehingga

apabila tegangan dari baterai atau accu sudah mencapai 12/24 volt, yang

merupakan tegangan standarnya, maka hubungan antara battery charger dengan

baterai atau accu akan diputus oleh pengamanan tegangan.

 Sistem start kompresi

Sistem start ini dipakai oleh diesel yang memiliki daya besar yaitu > 500

PK. Sistem ini memakai motor dengan udara bertekanan tinggi untuk start dari

mesin diesel. Cara kerjanya yaitu dengan menyimpan udara ke dalam suatu botol

udara. Kemudian udara tesebut dikompresi sehingga menjadi udara panas dan

bahan bakar solar dimasukkan ke dalam Fuel Injection Pump serta disemprotkan

lewat nozzle dengan tekanan tinggi. Akiatnya akan terjadi pengkabutan dan

pembakaran di ruang bakar.pada saat tekanan di dalam tebung turun sampai batas

minimum yang ditentukan, maka kompresor akan secara otomatis menaikkan

(23)

Proses yang terjadi dalam mesin diesel ini adalah sebagai berikut :

1-2 Kompresi isentronik

2-3 Penambahan panas pada volume konstan

3-4 Panambahan panas pada tekanan konstan

4-5 Ekspansi isentropis

5-1 Penambahan panas pada volume konstan.

Mesin ini sering juga dinamakan motor diesel, sesuai dengan nama dari

pembuat yaitu seorang Jerman bernama Diesel. Pada mesin ini penambahan panas

energi senantiasa dilakukan pada tekanan yang konstan. Efisiensi termal dari

motor diesel adalah sebagai berikut :

Q2-3 – Q3-4 – Q5-1 Q2-3 + Q3-4

ή = = 1 - 1

(V5 / V2) k-1

Dimana :

Q2-3 = Energi yang ditambahkan pada keadaan 2-3

Q3-4 = Energi yang ditambahkan pada keadaan 3-4

Q5-1 = Energi yang dibuang pada keadaan 5-1

V5 = Volume pada keadaan 5

V2 = Volume pada keadaan 2

(24)

Seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut :

P T

V S V

Ekspansi Awal Injeksi

Kompresi

Masuk & Keluar

1 5

2

3 4

1 2

3 4

5

2.3

4

5.1

( a ) ( b ) ( c )

Gambar.2.2. (a) memperlihatkan diagram Tekanan-Volume ( P-V ) untuk keadaan

teoritis, sedangkan gambar ( b ) memperlihatkan untuk suatu siklus yang

sebenarnya bagi sebuah motor diesel.

II.3. Generator Sinkron

II.3.1. Pengertian Generator Sinkron

Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin

sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yang

digunakan untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkron

dapat berupa generator sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasa

tergantung dari kebutuhan. Untuk memutar rotor generator digunakan prime

(25)

II.3.2. Kontruksi Generator Sinkron

Konstruksi umum Generator AC adalah sebagai berikut :

1. Rangka Stator

Merupakan rumah dari bagian – bagian generator lain yang terbuat dari

besi tuang.

2. Stator

Stator memiliki alur – alur sebagai tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan

stator berfungsi sebagai sebagai tempat GGL induksi.

3. Rotor

Rotor adalah bagian yang berputar, pada bagian ini terdapat kutub–kutub

yang memiliki inti dan kumparan medan yang lilitannya dialiri arus searah

yang menjadi arus penguatan.

4. Cincin Geser

Terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang pada poros

dengan memakai isolasi. Cincin geser atau yang biasa disebut slip ring ini

berputar bersama – sama dengan poros dan rotor.

5. Generator Penguat

Generator penguat merupakan generator searah yang dipakai sebagai

sumber arus pada generator utama.

Pada umumnya generator AC ini dibuat sedemikan rupa, sehingga lilitan

tempat terjadinya GGL induksi tidak bergerak, sedangkan kutub-kutub akan

(26)

Gambar.2.3. Konstruksi generator sinkron

Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk

menghasilkan medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover

menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini

menginduksi tegangan pada kumparan stator generator. Rotor pada generator

sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub medan

magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor

silinder). Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron diperlihatkan pada

gambar di bawah ini :

(27)

Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan rotor

sedangkan pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan

permukaan rotor.

Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat

kutub, sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau

lebih kutub. Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime

mover, frekuensi dan rating daya generator. Generator dengan kecepatan 1500

rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan

rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah

maka digunakan rotor kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup silinder generator

sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

(a) (b)

Gambar.2.5. Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder) (b) penampang rotor pada generator sinkron

Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:

1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana

(28)

2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada

batang rotor generator sinkron.

II.3.3. Prinsip kerja generator sinkron

Generator serempak (sinkron) akan menghasilkan tenaga listrik

berdasarkan hukum Faraday. Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan

konstan pada medan magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal

pada kumparan tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang

dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet

diletakkan pada stator (disebut generator kutub eksternal / external pole generator)

yang mana energi listrik dibangkitkan pada kumparan rotor dan disalurkan

melalui slip ring dan karbon sikat. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada slip

ring dan karbon sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan

daya tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan

kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet dibangkitkan

oleh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan

yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah udara

terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan konstan. Tegangan AC

tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub internal pada tiga kumparan stator

yang diset sedemikian rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120°.

Bentuk gambaran sederhana hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang

(29)

Gambar.2.6. Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang dibangkitkan.

Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan dengan

mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder, kumparan rotor

disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal.

Untuk tipe generator dengan kutub internal (internal pole generator), suplai DC

yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan sikat untuk

menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi daya rendah. Jika rotor

menggunakan magnet permanen, maka tidak slip ring dan sikat karbon tidak

(30)

II.3.4. Pemilihan putaran

Putaran adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk mempengaruhi

besar tegangan (voltage) dan frekuensi yang timbul pada arus bolak-balik

(alternating current). Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah

sinkron dengan kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas

rangkaian elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak

pada arah putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada

mesin dengan frekuensi elektrik pada stator adalah:

120 .p n f =

dimana:

f = frekuensi listrik (Hz)

n = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)

p = jumlah kutub magnet

Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan

magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar

rotor dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap

pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan

tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk

membangkitkan 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan

kecepatan 3600 rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub,

(31)

II.3.5. Sistem Eksitasi

Yang dimaksud dengan sistem eksitasi atau sistem penguatan adalah suatu

perangkat yang memberikan arus penguat (If) ke kumparan magnet generator arus

bolak-balik (alternating current) dijalankan dengan cara membangkitkan medan

magnetnya dengan arus searah. Sedangkan sistem penguatan dapat digolongkan

menurut cara penyediaan tenaganya. Sistem penguatan ini dibagi atas :

1. Sistem penguatan sendiri

2. Sistem penguatan terpisah

II.3.5.a. Sistem penguatan sendiri

Sistem penguatan ini digunakan pada generator tanpa sikat (brushless

alternator). Generator tanpa sikat ini mempunyai exciter yang kumparan

jangkarnya pada rotor dan kumparan medan (If) pada stator. Arus penguatan

didapat dari remanensi (induksi magnet sisa) pada stator generator utama yang

diberikan pada stator generator penguat. Arus yang disuplai tersebut diatur

terlebih dahulu oleh AVR (automatic voltage regulator) yang merupakan pengatur

tegangan otomatis. Melalui AVR inilah dilakukan pengaturan tegangan. Arus

yang dihasilkan pada rotor generator penguat disearahkan menjadi dengan

menggunakan penyearah (rotating diode) yang turut berputar dengan rotor kedua

generator. Sistem penguatan sendiri dipasang pada ujung poros generator

(32)
[image:32.595.178.446.83.211.2]

Gambar.2.7. Diagram generator dengan penguatan tanpa sikat

II.3.5.b. Sistem penguatan terpisah

Ada generator yang mempunyai kapasitas daya yang besar, kutub-kutublah

yang berputar dan belitan arus putar (arus jangkar) yang dipasang pada stator

(bagian yang tidak bergerak).

Dengan demikian maka daya penguatan yang berupa arus searah melalui

sikat dan cincin geser, seperti terlihat pada gambar :

Gambar.2.8. Diagram generator sistem penguatan terpisah

Belitan jangkar (R.S.T) terletak pada stator dan belitan medan pada rotor dan

mendapat arus searah dari sistem penguatan secara terpisah. Walaupun secara

relatif, namun daya penguatan tidak besar, sehingga cincin geser senantiasa

[image:32.595.162.463.455.553.2]
(33)

II.3.6. Alternator tanpa beban

Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus

medan (If), maka tegangan (Ea ) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator.

Bentuk hubungannya diperlihatkan pada persamaan berikut.

Ea = c.n.φ

dimana:

c = konstanta mesin

n = putaran sinkron

φ = fluks yang dihasilkan oleh IF

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,

karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh

arus medan (If). Apabila arus medan (If) diubah-ubah harganya, akan diperoleh

harga Ea yang berubah-ubah juga seperti yang terlihat pada kurva sebagai

[image:33.595.211.411.561.728.2]

berikut:

(34)

II.3.7. Alternator Berbeban

Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan

terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat reaktif karena itu dinyatakan

sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi magnetisasi (Xm ). Reaktansi pemagnet

(Xm ) ini bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (Xa ) dikenal sebagai

reaktansi sinkron (Xs) . Persamaan tegangan pada generator adalah :

Ea = V + I.Ra + j I.Xs

Xs = Xm + Xa

dimana:

Ea = tegangan induksi pada jangkar

V = tegangan terminal output

Ra = resistansi jangkar

Xs = reaktansi sinkron

[image:34.595.137.432.280.651.2]

I = arus jangkar

(35)

II.3.8. Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron

Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron. Tegangan

ini biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator.

Tegangan induksi sama dengan tegangan output terminal hanya ketika tidak ada

arus jangkar yang mengalir pada mesin atau generator dalam keadaan tidak

berbeban. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara tegangan induksi

dengan tegangan terminal adalah:

1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada

stator, disebut reaksi jangkar.

2. Induktansi sendiri kumparan jangkar.

3. Resistansi kumparan jangkar.

4. Efek permukaan rotor kutub sepatu.

Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada gambar di

[image:35.595.220.407.528.657.2]

bawah ini.

(36)

II.3.9. Menentukan Parameter Generator Sinkron

Harga Xs diperoleh dari dua macam percobaan yaitu percobaan tanpa

beban dan percobaan hubungan singkat. Pada pengujian tanpa beban, generator

diputar pada kecepatan ratingnya dan terminal generator tidak dihubungkan ke

beban. Arus eksitasi medan mula adalah nol. Kemudian arus eksitasi medan

dinaikan bertahap dan tegangan terminal generator diukur pada tiap tahapan. Dari

percobaan tanpa beban arus jangkar adalah nol (Ia = 0) sehingga V sama dengan

Ea. Sehingga dari pengujian ini diperoleh kurva Ea sebagai fungsi arus medan (If).

Dari kurva ini harga yang akan dipakai adalah harga liniernya (unsaturated).

Pemakaian harga linier yang merupakan garis lurus cukup beralasan mengingat

kelebihan arus medan pada keadaan jenuh sebenarnya dikompensasi oleh adanya

[image:36.595.198.426.442.630.2]

reaksi jangkar.

Gambar.2.12. Karakteristik tanpa beban

Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat. Pada pengujian ini

(37)

singkat melalui ampere meter. Kemudian arus jangkar Ia (= arus saluran) diukur

dengan mengubah arus eksitasi medan. Dari pengujian hubung singkat akan

menghasilkan hubungan antara arus jangkar (Ia ) sebagai fungsi arus medan (IF),

dan ini merupakan garis lurus. Gambaran karakteristik hubung singkat alternator

[image:37.595.245.416.222.310.2]

diberikan di bawah ini :

Gambar2.13. Karakteristik hubung singkat alternator

Ketika terminal generator dihubung singkat maka tegangan terminal

adalah nol. Impedansi internal mesin adalah:

Ia Ea Xs

Ra

Zs= 2 + 2 =

Oleh karena Xs >> Ra, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:

Ia V Ia Ea

Xs= = OC

Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai reaktansi sinkron dapat

diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC pada

kumparan jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y),

kemudian arus yang mengalir diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada

kumparan dapat diperoleh dengan menggunakan hukum ohm sebagai berikut :

DC DC I V Ra

. 2

(38)

Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan sama dengan nol

pada saat pengukuran.

II.3.10. Regulasi tegangan generator

Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator antara

keadaan beban nol (VNL) dengan beban penuh (VFL). Keadaan ini memberikan

gambaran batasan drop tegangan yang terjadi pada generator.

Regulasi tegangan generator dapat kita hitung dengan menggunakan

rumus dibawah ini :

% 100

x V

V V VR

FL FL NL − =

II.3.11. Sinkronisasi generator sinkron

Sinkronisasi generator adalah memparallelkan kerja dua buah generator

atau lebih untuk mendapatkan daya sebesar jumlah generator tersebut dengan

(39)

1. Mempunyai tegangan kerja yang sama

2. Mempunyai urutan fasa yang sama

3. Mempunyai frekuensi kerja yang sama

4. Mempunyai sudut fasa yang sama

Dalam kerja parallel generator tidak cukup hanya berdasar pada syarat syarat

diatas ada hal lain yang perlu diketahui sebagai penjabaran syarat syarat diatas.

Adapun penjabarannya sebagai berikut :

1. Mempunyai tegangan kerja yang sama

Dengan adanya tegangan kerja yang sama diharapkan pada saat diparallel

dengan beban kosong power faktornya 1. Dengan faktor daya 1 berarti tegangan

antara 2 generator persis sama. Jika 2 sumber tegangan itu berasal dari dua

sumber yang sifatnya statis misal dari battery atau transformator maka tidak akan

ada arus antara kedunya. Namun karena dua sumber merupakan sumber tegangan

yang dinamis (diesel generator), maka faktor dayanya akan terjadi deviasi naik

dan turun secara periodik bergantian dan berlawanan. Hal ini terjadi karena

adanya sedikit perbedaan sudut fasa yang sesekali bergeser karena faktor gerak

dinamis dari diesel penggerak. Itu bisa dibuktikan dengan membaca secara

bersamaan putaran dari kedua generator dalam keadaan sinkron.

Misalnya Generator leader mempunyai kecepatan putar 1500 dan generator

follower mempunyai kecepatan putar 1501, maka terdapat selisih 1 putaran /

menit. Dengan perhitungan seperti dibawah ini :

0 360

× −

= ∆

Follower Follower Leader

N N N

(40)

Maka didapat beda fasa antar generator Leader dan Follower : 0 0 24 , 0 360 1500 1500 1501 = ∆ × − = ∆ ϕ ϕ

Dan dapat dihitung selisih tegangan sebesar :

(

VLeaader VFollower

)

Cos

V = ∆ × −

∆ ϕ

(

)

(

)

V V V Cos V Cos V 2 999 , 1 382 384 24 , 0 382 384 0 = = ∆ − × = ∆ − × ∆ = ∆ ϕ Dimana : ϕ

∆ : Beda fasa

N1;N2 : Kecepatan putar generator leader; follower

V1;V2 : Tegangan terminal leader; follower

Selisih tegangan yang kecil cukup mengakibatkan timbulnya arus sirkulasi

antara 2 buah generator tersebut dan sifatnya tarik menarik namun tidak

membahayakan. Dan pada saat dibebani bersama-sama maka power faktornya

akan relatif sama sesuai dengan faktor daya beban. Memang sebaiknya dan

idealnya masing masing generator menunjukkan faktor daya yang sama. Jika

terjadi perbedaan faktor daya dengan selisih tidak terlalu besar, generator tersebut

masih dapat diparallelkan. Namun akibat dari hal tersebut salah satu generator

(41)

lebih tinggi. Yang penting diperhatikan adalah tidak melebihi arus nominal dan

daya nominal dari generator.

Sebagai contoh : Jika masing-masing generator memikul beban 100 kW, dimana

generator 1 dengan faktor daya 0,85 dan yang generator 2 mempunyai faktor daya

0,75. Maka dengan menggunakan rumus daya aktif didapat selisih arus :

ϕ

Cos I V P= 3. . .

(

1 1 2 2

)

. .

3V I Cosϕ I Cosϕ

P= −

(

1 1 2 2

)

.

3V I Cosϕ I Cosϕ

P

− =

Dimana :

P : Daya aktif

V : Tegangan terminal generator

I : Arus beban

I1;I2 : Arus generator 1;2

Cosφ : Faktor daya

Dengan adanya selisih arus tersebut, bisa saja dianggap bahwa generator bekerja

independent dengan arus tersebut.

Pada saat generator bekerja parallel perubahan arus eksitasi akan merubah

faktor daya, jika arus eksitasi diperkuat maka nilai faktor daya mengecil menjauhi

satu, sebaliknya jika eksitasi dikurangi maka nilai faktor daya akan membesar

mendekati 1.

Pada panel-panel kontrol modern sudah diperlengkapi dengan modul yang

(42)

disambungkan ke AVR generator. Sehingga secara otomatis masing masing

generator dengan berapapun beban kW, faktor daya akan menjadi sama dan

seimbang. Hal ini diperuntukkan pada sistem yang mana sistem tersebut parallel

sesaat atau transfer beban baik antara generator maupun dengan PLN. Pada saat

transfer beban secara soft transfer terjadi pemindahan beban, perubahan faktor

daya yang kecenderungan terjadi diatur secara otomatic oleh modul tersebut,

sehingga pada saat transfer beban tidak terjadi perubahan faktor daya yang berarti.

Pada saat ini banyak PLTD seluruh Indonesia, dimana pihak swasta menyuplai

daya generatornya untuk menambah kapasitas daya terpasang PLN. Pada kondisi

ini sedikit berbeda dengan yang diuraikan diatas yaitu masalah pembagian dan

pengaturan faktor daya. Pada generator PLTD sudah ditentukan berapa kW beban

yang akan disuplai dan berapa kWH energi yang akan dikirim. Pada saat mulai

memparallelkan tegangan tidak harus sama, karena pengaturan kenaikan beban

secara bertahap maka pengaturan penambahan eksitasi juga bertahap sampai

didapatkan faktor daya yang dikehendaki. Kita bisa mengatur sendiri faktor daya

yang akan dioperasikan. Bisa 0,8 0,85 0,9 atau 0,95 namun pada umumnya yang

lebih sering digunakan pada faktor daya 0,9. Hal ini dikarenakan kapasitas

generator PLN jauh lebih besar dibandingkan generator PLTD, sehingga

perubahan faktor daya di generator PLTD tidak begitu mempengaruhi banyak

meskipun ada. Hal tersebut diatas dapat dilihat dengan menggunakan rumus daya

(43)

2 2 3.V .I .Cosϕ PG = P Beban

3 3 3.V .I .Cosϕ PG = P Beban

4 4 3.V .I .Cosϕ PG = P Beban

5 5 3.V .I .Cosϕ PG = P Beban

Dimana :

PTotal : Beban total

PGN : Daya yang dihasilkan generator.

VP : Tegangan parallel

IBeban : Arus beban

Jika arus eksitasi pada salah satu generator dinaikkan, maka tegangan

generator yang dinaikkan eksitasi tersebut (misal V1) akan naik. Pada persamaan

diatas, apabila pada beban arus dan daya yang dilayani tetap maka akan terjadi

penurunan faktor daya, dan demikian sebaliknya.

Pada saat hendak memparallelkan secara manual generator dengan Catu

daya PLN yang sudah berbeban atau generator lain yang sudah berbeban, kita

menyamakan persis dengan tegangan line / jala jala. Maka pada saat breaker

close, faktor daya generator akan menunjuk 1 dan beban kW akan menunjuk pada

posisi 0, jika kita menambah daya output mesin perlahan lahan, maka faktor daya

akan cenderung menuju ke kapasitif (leading) dan memungkinkan terjadinya

reverse power. Untuk menghindari tersebut maka setelah sinkron penguatan

eksitasi dulu yang dinaikkan sampai cosφ mencapai nilai yang diinginkan. Seiring

(44)

adjuster. Pada saat beban naik, cosφ akan naik membesar mendekati satu. Pada

saat bersamaan eksitasi diatur mencapai nilai yang diinginkan demikian

seterusnya sampai mencapai nilai yang diinginkan.

2. Mempunyai urutan fasa yang sama

Yang dimaksud urutan fasa adalah arah putaran dari ketiga fasa. Arah

urutan ini dalam dunia industri dikenal dengan nama CW (clock wise) yang

artinya searah jarum jam dan CCW (counter clock wise) yang artinya berlawanan

dengan jarum jam. Hal ini dapat diukur dengan alat fasa sequence type jarum.

Dimana jika pada saat mengukur, jarum bergerak berputar kekanan dinamakan

CW dan jika berputar kekiri dinamakan CCW. Disamping itu dikenal juga urutan

fasa ABC dan CBA. ABC identik dengan CW sedangkan CBA identik dengan

CCW. Perlu diketahui bahwa banyak generator mencantumkan symbol R,S,T,N

ataupun L1,L2,L3,N namun tidak selalu berarti bahwa urutan CW / ABC itu

berarti RST atau L1L2L3. Jika diukur urutan STR, TRS ,L2L3L1 itu juga

termasuk CW/ABC.

Sebagai contoh : Pada kabel penghantar yang keluar dari generator di Sun Plaza,

kabel diseragamkan semua berwarna hitam dan tidak ada kode sama sekali. Kita

tidak bisa membedakan secara visual atau parameter listrik bahwa penghantar itu

fasanya R, S, atau T. Kita hanya bisa membedakan arah urutannya saja CW atau

CCW. Apapun generatornya jika mempunyai arah urutan yang sama maka dapat

(45)

dengan fasa STR pada generator 2 dan itu tidak ada masalah asal keduanya

mempunyai arah urutan yang sama.

3. Mempunyai frekuensi kerja yang sama

Didalam dunia industri dikenal 2 buah sistem frekuensi yaitu 50 Hz dan 60

Hz . Dalam operasionalnya sebuah generator bisa saja mempunyai frekuensi yang

fluktuatif (berubah ubah) karena faktor faktor tertentu. Pada jaringan distribusi

dipasang alat pembatas frekuensi yang membatasi frekuensi pada minimal 48,5

Hz dan maksimal 51,5 Hz. Namun pada generator generator pabrik over frekuensi

dibatasi sampai 55 Hz sebagai overspeed. Pada saat hendak parallel, dua buah

generator tentu tidak mempunyai frekuensi yang sama persis. Jika mempunyai

frekuensi yang sama persis maka generator tidak akan bisa parallel karena sudut

phasanya belum match, salah satu harus dikurang sedikit atau dilebihi sedikit

untuk mendapatkan sudut fasa yang tepat. Setelah dapat disinkron dan berhasil

sinkron baru kelima generator mempunyai frekuensi yang sama persis.

4. Mempunyai sudut fasa yang sama

Mempunyai sudut fasa yang sama bisa diartikan, fasa-fasa dari kelima

generator mempunyai sudut fasa yang berhimpit sama atau 00. Dalam

kenyataannya tidak memungkinkan mempunyai sudut yang berhimpit karena

generator yang berputar meskipun dilihat dari parameternya mempunyai frekuensi

yang sama namun jika dilihat menggunakan synchronoscope pasti bergerak labil

kekiri dan kekanan, dengan kecepatan sudut radian yang ada sangat sulit untuk

(46)

membutuhkan waktu tidak kurang dari 0,3 detik untuk close pada saat ada

(47)

BAB III

GENERATOR PARALELLING CONTROL (GPC)

[image:47.595.186.438.204.413.2]

III.1. Prinsip kerja

Gambar.3.1. Piranti GPC (generator paralleling control)

GPC merupakan alat pengontrol yang dikemas dalam satu unit yang

dirancang khusus menggunakan PLC (programmable logic control) dalam aplikasi

kerjanya. GPC merupakan suatu unit kendali yang berdasarkan mikroprosesor.

GPC memiliki banyak fungsi penting dalam hal proteksi dan pengontrolan

generator sinkron maupun asinkron. GPC akan mengeluarkan semua kebutuhan

serta tugas untuk mengontrol dan memproteksi terhadap sebuah generator, tanpa

memperhatikan pada penggunaan generator tersebut. Hal ini berarti bahwa GPC

dapat digunakan untuk berbagai tipe aplikasi seperti :

1. Satu generator (generator tunggal)

(48)

3. Beban utama yang tetap / dasar beban

Selain untuk aplikasi diatas, GPC dirancang untuk dapat diaplikasikan dalam

kondisi sistem sebagai berikut (dapat dikombinasikan) :

1. Sistem yang berdiri sendiri

2. Paralel dengan generator yang lain

3. Paralel dengan suatu sistem

GPC dapat memparalelkan generator dan setelah memparalelkan

generator, GPC langsung mengambil alih semua fungsi penting dalam hal proteksi

dan pengontrolan generator. Hal tersebut disesuaikan dengan sistem kontrol PLC

dan proses tersebut dapat dilakukan antara GPC dan PLC dengan pengkodean

biner dan analog I/Os (input / output sistem) atau dengan komunikasi serial.

Dalam melakukan kerjanya, GPC secara otomatis dapat melakukan

pemeriksaan sendiri dan memberitahukan apabila terjadi kesalahan.

Pemberitahuan kesalahan tersebut dilakukan melalui pesan tertulis pada layar

monitor panel kontrol dan mengindikasikan kesalahan-kesalahan tersebut dengan

memberikan keluaran kepada rele apabila kesalahan tersebut perlu untuk

diperiksa. Tampilan pada layar tersebut terdapat pada bagian depan panel yang

dipasang bersamaan dengan GPC dan dihubungkan melalui kabel. Pesan tersebut

dapat ditampilkan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris (English) dan Jerman

(German).

GPC dapat mengukur parameter sirkuit tiga fasa, menunjukkan semua

(49)

GPC adalah melalui tegangan 3 (tiga) fasa yang diukur pada tegangan generator,

arus generator serta bus utama.

Nilai-nilai yang merupakan hasil pengukuran yang dilakukan oleh GPC adalah :

1. Generator : - Tegangan (4 kawat ; 3 fasa + netral)

- Arus (3 fasa)

- Daya Aktif (kW)

- Daya Reaktif (kVAR)

- Faktor Daya (cos φ)

- Frekuensi (f)

- Daya yang dihasilkan (kVA)

2. Busbar : - Tegangan (3 fasa)

- Frekuensi (f)

III.2. Instalasi Teknis

Dalam prakteknya alat pembagi beban generator dipasang dengan bantuan

komponen-komponen seperti berikut : transformator arus, transformator tegangan

(sebagai pencatu daya), electric actuator, potensiometer pengatur kecepatan dan

saklar-saklar Bantu.

1. Transformator arus berfungsi sebagai transducer arus keluaran generator

(50)

generator (biasanya maksimum 5 A atau = 100% kemampuan maksimum

generator).

2. Electric actuator merupakan peralatan yang menerima sinyal dari alat

pambagi beban sehingga mampu menggerakkan motor DC di governor

sampai dengan arus keluaran generator mencapai yang diharapkan.

3. Potensiometer pegatur kecepatan adalah alat utama untuk mengatur

frekuensi dan tegangan saat generator akan diparalelkan atau dalam proses

sinkronisasi. Tegangan umumnya sudah diatur oleh AVR, sehingga naik

turunnya tegangan hanya dipengaruhi oleh kecepatan putaran mesin

penggerak. Setelah generator dioperasikan paralel atau sudah sinkron

dengan yang telah beroperasi kemudian menutup CB generator, fungsi

potensiometer pengatur kecepatan ini diambil alih oleh alat pembagi beban

generator. Untuk lebih akuratnya pengaturan kecepatan dalam proses

sinkronisasi secara manual, biasaya terdapat potensiometer pengatur halus

dan pengatur kasar.

Pada sistem kontrol otomatis pemaralelan generator dapat dilakukan oleh

SPM (modul pemaralelan generator) dengan mengatur tegangan dan

frekuensi keluaran dari generator, kemudian mencocokkan dengan

tegangan sistem yang sudah bekerja secara otomatis, setelah cocok

memberikan sinyal penutupan ke CB generator sehingga bergabung dalam

operasi paralel. Untuk mencocokkan tegangan dan frekuensi dapat dilihat

(51)

generator dimana masing-masing panel generator mempunyai saklar

sinkron disamping SPM-nya.

4. Saklar-saklar Bantu pada alat pembagi beban generator berfungsi sebagai

alat manual proses pembagian (pelepasan dan pengambilan) beban oleh

suatu generator yang beroperasi dalam sistem paralel. Setelah generator

beroperasi secara paralel, generator-generator dengan alat pembagi

bebannya selalu merespon secara aktif segala tindakan penaikan atau

penurunan beban listrik, sehingga masing-masing generator menanggung

beban dengan persentase yang sama dari kemampuan masing-masing.

Dalam pembangkit yang digunakan pada sistem ini menggunakan alat

pemaralel, pengontrol, dan memiliki multi fungsi lainnya yang disebut GPC

(Generator Paralelling Controller).

III.3. Kontrol Fungsi

Fungsi kontrol generator paralelling control (GPC) terdiri dari :

1. Dynamic Syncronisasi

- Kontrol perubahan frekuensi

- Periksa tegangan

- Kompensasi delay waktu breaker

- Periksa urutan fasa

(52)

3. Berjalannya frekuensi yang tetap pada generator yang berdiri sendiri

4. Pembagian beban antar generator dengan beban beragam serta sekaligus

mengontrol frekuensi

5. Output rele untuk speed governor

6. Output rele untuk menutup dan membuka breaker generator

7. Mengatur Ramp up dan Ramp down dari beban generator

8. Output rele untuk start / stop untuk generator berikutnya (berdasarkan

tinggi rendahnya beban)

III.4. Kondisi perancangan panel sinkronisasi Generator

1. Standar

Dalam mendesain panel sinkronisasi generator harus memperhatikan beberapa

persyaratan dalam standar yang telah dibakukan. Dalam hal ini PT. Guna Era

Manufaktura menggunakan standar berikiut ini:

- PUIL : Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia.

- IEC 185 : Current Transformer

- IEC 186 : Voltage Transformer

- IEC 337 : Control Switch

- IEC 255 : Noise and radio interference immunity

- IEC 298 : AC Metal-Enclosed Switchgear and Controlgear for rated

Voltage Above 1 kV and up to and including 52 kV

(53)

2. Kabinet

- Kabinet disesuaikan dengan tipe dalam ruangan atau luar ruangan sesuai

dengan kebutuhan

- Kabinet berdiri diatas lantai “ freestanding metal enclosures”

- Kabinet teriri dari beberapa seksi yang berisi bus da pengawatan ( wiring ),

CB, rangkaian kendali, dan lain – lain.

- Kabinet dilengkapi dengan pintu berengsel dan kunci.

- Setiap kabinet dilengkapi dengan space heater untuk mencegah

kondensasi air dalam kabinet tersebut.

- Kabinet didesain dengan memiliki persyaratan untuk jalan masuk kabel

baik dari atas atau bawah.

- Kabinet harus didesain sehingga unit yang akan dating dapat ditambah

pada kedua sisinya.

3. Circuit Breaker Outgoing

CB harus tertutub secara sempurna dalam sebuah kotak ( Case )

- Penggunaan : Sebagai pemutus dan penghubung tenaga yang

dilengkapi dengan proteksi terhadap gangguan

arus lebih dan arus hubung singkat

- jumlah fasa : 4

- tegangan sistem : 380 Volt

- frekuensi pengenal : 50 Hz

- arus normal pengenal : 6000 A

(54)

- pentanahan sistem : solid

- tegangan kontrol : 220 VAC

4. Cicuit Breaker Incoming

CB harus tertutup secara sempurna dalam kotak ( case )

- Penggunaan : Sebagai pemutus dan penghubung tenaga yang

dilengkapi dengan proteksi terhadap gangguan arus lebih dan arus hubung

singkat

- jumlah fasa : 3

- tegangan sistem : 380 Volt

- frekuensi pengenal : 50 Hz

- arus normal pengenal : 3200 A

- arus hubung singkat : 100 kA

- pentanahan sistem : solid

- tegangan kontrol : 220 VAC

5. Synchro-Check ( Paralleling )

- penggunaan : merubah kondisi tingkat tegangan, sudut fasa,

urutan fasa dan frekuensi untuk mencapai

sinkronisasi.

- merk : DEIF

- model : CSQ – 2

(55)

- frekuensi : 45 s/d 65 Hz.

- Konsumsi daya : 2VA untuk bus dan 4VA untuk generator

- setpoint sinkronisasi : 10% s/d 30%

- Kontak relai : 1NO dan 1NC

6. Generator Differential Relay

Generator differensial relay bekerja atas dasar perbandingan arus antara sisi bus

dan generator

- penggunaan : mencegah terjadinya gangguan terhadap circuit breaker

dan

mencegah gangguan generator terhadap gulungan stator,

pentanahan, keluaran fasa.

- merk : DEIF

- model : RMC – 131- D

- tegangan kontak : 250 V – 8A – 2000VA ( AC ) dan 24 V – 8A- 200W (DC)

- frekuensi : 40, 45, 65, 70 Hz

- arus sekunder : 5 A atau 1 A

- konsumsi daya : 4 VA dimana Is = 5A, 0,1 VA dimana Is = 1 A

- waktu kerja kontak : < 50 ms

7. Auto Synchronizer

- Penggunaan : menyediakan proses sinkonisasi secara otomatis

(56)

dengan singkat dengan cara mengontrol frekuensi

melalui servo motor elektrik pada speed governor

atau motorized potensiometer.

- Merk : DEIF

- Model : GPC

- Tegangan : maks 660 VAC

- Frekuensi : 35 – 70 Hz

- Konsumsi daya : 4 VA

- Waktu operasi : 20 – 200 ms

- Perbedaan frekuensi : 0.1 – 1.0 Hz

- Beda tegangan : 10 %

8. Load Shader ( Pembagi Beban)

- Penggunaan : membagi beban dan mengatur frekuensi sistem

secara

otomatis untuk parallel generator

- Prinsip kerja : beban pada setiap generator akan dibandingkan

dengan

beban dari generator lainnya dan akan dikoreksi

sampai keseimbangan tercapai. Pembangian beban

diperlukan setelah proses sinkronisasi untuk

mengembalikan keseimbangan beban dan

(57)

- model : GPC

- tegangan : maks 660 VAC

- frekuensi : 35 – 75 Hz

- konsumsi daya : 4VA

- proportional band : +/- 50 s/d 250 % dari beban, +/- 5 s/d 25% dari

frekuensi

- dead zone : +/- 2 s/d 10% dari beban , +/- 0,2 s/d 1.0% dari

frekuensi

- temperature kerja : -20 s/d 70oC

9. Dual Current Relay ( Pembanding Arus ) / Load monitor

- penggunaan : sebagai perbandingan antara kedua arus rele,

dimana arus rele yang pertama berfungsi untuk

menjalankan generator dengan arus yang dikehendaki.

Sedangkan arus rele yang kedua berfungsi untuk

menghentikan generator dengan arus minimum tertentu.

Sebagai contoh : suatu generator mempunyai tegangan

380 VAC dan arus tertulis 795 A. CT yang tepasang

adalah 1000/5 Amp. Arus yang dikendaki pada waktu

starting adalah 90% dan waktu stop 40 %.

Solusi :

Penyetelan Arus rele – 1 ( starting )

(58)

=

1000 715

= 0.715

Penyetelan Arus rele - 2 ( stoping )

= 40 % x 795 = 318 A

=

1000 318

= 0.318 A

- merek : DEIF

- model : GPC

- tegangan kontak : 380 VAC , 35 VDC

- tegangan toleransi : 10% s/d 40 %

- frequensi : 45 – 65 Hz

- arus kontiniu : 2 x In

- konsumsi daya : 5 VA

10.Annunciator

- Penggunaan : sebagai indikasi dan alarm dan kondisi

kerja

sistem

- Merk : DEEP SEA

- Model : 8 s/d 35 VDC Continous

- Arus operasi maksimum : 340 mA pada 12 V, 15 mA pada 24 V

- Rating tegangan alarm DC : trip tegangan rendah minimum : 0 V

(59)

11.Busbar ( Penghantar )

- Arus kontinyu : 6000 Amp

- Bus utama, pentanahan dan koneksi utama antar peralatan dalam satu

panel harus terbuat dari tembaga berkonduktifitas tinggi sesuai dengan

IEC 28.

- kenaikan temperature pada arus kontinyu diatas temperature ambient 40o C

- busbar dilapisi dengan cairan silver dan diatas temperature 65o C

- kenaikan temperature antara koneksi busbar ke kabel berisolasi diatas

temperature 45oC

- Bus pentanahan dari tembaga harus dipasang pada setiap struktur dan

semua bagian dari struktur tersebut harus terhubung pada pentanahan.

- Bus utama dan sambungan – sambungan harus diberi tanda untuk

mengindikasikan fasa - fasanya, dan harus tersusun dalam urutan R, S, T

dari depan ke belakang, atas ke bawah atau kiri ke kanan, jika dilihat dari

sisi mekanisme operasi peralatan “switching”

12.Pentanahan

- semua bagian yang terbuat dari metal selain daripada yang membentuk

sirkit listrik harus tehubung pada “ copper ground bars “ dalam panel

utama, panel kontrol dan sebagainya

- copper ground bars ini harus tidak lebih kecil dari 7 x 50 mm2 untuk panel

(60)

13.Peralatan Kontrol dan Pengawatan

- Rele kontrol, rele bantu dan peralatan kecil lainnya harus tertutup,

terlindungi dan mudah dicapai untuk pemeliharaannya, fuse control harus

ditempatkan di daerah tidak akan berbahaya untuk menggantinya.

- Mengguanakan “ flexible connection “ diantara bagian stasioner dan yang

bisa bergerak ( seperti kucing ) “ dan harus dibuat sedemikian rupa agar

memiliki flexibilitas tanpa merusak kawat – kawat.

- Semua “ internal wiring “ harus terhubung pada satu fisi dari blok

terminal. Di sisi lainnya harus digunakan untuk external wiring.

14.Pengecatan

- kabinet harus dicat dengan bahan yang anti korosi ( karat ) dan anti gores

- warna cat disesuaikan dengan permintaan dari pembeli

- prosedur cat adalah “ Powder Coating”.

15.Pengetesan

- Tes harus dilakukan secara keseluruhan sesuai dengan test yang

dispesifikasi dalam standar IEC terkait untuk menentukan kinerja desain

dan karakteristik operasinya.

- Sesudah instalasi di “ site “ semua perlatan harus mengalami test dielektrik

dan harus dioperasikan untuk membuktikan bahwa “ operating gears “,

“stater “, “ protective gear “ dan interlock bekerja dengan baik dan tes

(61)

16.Kontrol Mutu

- Setelah dilakukan pengetesan di pabrik maka persyaratan kontrol mutu

harus dilaksanakan.

- Adapun prosedur kontrol mutu sebagai berikut :

a. sertifikat dari masing – masing komponen

b. test urutan wiring

c. test isolasi dan “ HiPot” ( High Potential )

d. test mekanik

e. test fungsi

f. pengepakan dan pengiriman

g. test sambungan antar busbar dan kabinet

h. test pengecatan dan pembersihan kabinet

17.Dokumentasi

Pembuatan dokumentasi kontrol mutu dan yang meliputi sebagai berikut

- cara pengoperasian ( instruksi manual )

(62)

BAB IV

PERANAN GENERATOR PARALELLING CONTROL (GPC)

PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD)

[image:62.595.117.510.241.449.2]

IV.1. Operasi parallel lima generator

Gambar.4.1. Proses paralel antar generator

Pada proses sinkronisasi generator yang berjumlah lebih dari dua generator

(dalam hal ini terdiri dari lima generator) dengan kapasitas sama umumnya

menggunakan metode leader-follower. Metode leader-follower merupakan metode

yang menggunakan salah satu generator sebagai acuan. Dalam hal ini tegangan,

frekuensi, urutan dan sudut fasa generator yang lain harus disesuaikan dengan

tegangan, frekuensi, urutan dan sudut fasa pada generator leader (generator yang

menjadi acuan). Namun ketika generator yang telah diparalelkan tersebut bekerja

(63)

memparalelkan adalah sistem. Apabila generator tersebut bekerja dalam suatu

sistem pembangkit yang melayani beban tertentu dan berfungsi sebagai unit

cadangan (standby plant), masing-masing generator harus diparalelkan terlebih

dahulu sebelum melayani beban. Setelah masing-masing generator diparalelkan,

barulah dapat diparalelkan dengan sistem. Pada metode parallelisasi yang

menggunakan metode leader-follower, generator yang terlebih dahulu

diberhentikan apabila terjadi penurunan beban adalah generator yang terakhir

diparallelkan pada saat proses memparallelkan kelima generator. Dengan kata

lain, generator yang terlebih dahulu diberhentikan adalah generator follower,

sedangkan generator yang menjadi leader akan diberhentikan terakhir kali setelah

waktu kerja PLTD selesai.

Proses yang dilakukan pada generator leader akan diuraikan pada proses

sinkronisasi adalah sebagai berikut :

1. Start mesin diesel dan generator diputar dengan kecepatan konstan (1500

rpm).

2. Tegangan dan arus yang disuplai melalui feeder dan busbar selanjutnya

akan diukur oleh generator voltage check dan generator frekuency check.

3. Pada GPC, terminal penerimaan tegangan (100-690 VAC) terdiri dari 2 ;

diantaranya tegangan 3Ø + 1 N yang berasal dari transformator tegangan

pada feeder utama generator leader dan tegangan 3Ø yang berasal dari

transformator tegangan pada busbar.

4. GPC juga menerima sinyal arus 3Ø yang berasal dari transformator arus

(64)

5. Setelah tegangan dan arus diukur, hasil pengukuran akan ditampilkan

melalui monitor alat meter yang terdapat pada panel. Selain itu, tegangan

yang berasal dari feeder keluaran generator leader diambil sebagai

masukan pada rele tegangan AC dan arus fasa diambil sebagai masukan

pada rele arus AC. Dimana keluaran dari kedua rele ini akan dikirim

sebagai masukan pada GPC untuk diproses.

Setelah dilakukan pengukuran, sumber tegangan fasa-fasa yang dari

feeder dan busbar diambil masing-masing 1fasa dan digunakan sebagai

terminal pemeriksaan pada saklar penghubung sinkron (synchron switch

key) pada generator leader. Melalui terminal keluaran generator inilah

dilakukan cek sinkronisasi. Pada saklar penghubung sinkron terdapat alat

pengukur tegangan dan frekuensi yang akan mengukur dan mendeteksi

tegangan dan frekuensi dari generator leader serta terdapat juga

sinkronoskop dan rele sinkron yang mendeteksi apakah generator masih

dalam keadaan sinkron atau tidak.

Sedangkan proses yang pada generator follower adalah sebagai berikut :

1. Melalui cara yang sama pada generator leader, dilakukan pengukuran

besar tegangan, arus, frekuensi dan sudut fasa pada generator follower.

2. Setelah itu tegangan, frekuensi yang telah diukur tadi akan di kirim ke

saklar penghubung sinkron pada GPC generator follower. Pada GPC

generator follower, parameter (tegangan dan frekuensi) dari kedua

(65)

follower tidak sesuai dengan generator leader, maka akan dilakukan

pengaturan kecepatan oleh AVR melalui kontrol GPC.

Pada pengaturan kecepatan, sebelum memparalelkan generator, kecepatan

putaran telah diatur melalui AVR yang menyuplai governor dalam

mengatur bahan bakar yang disuplai pada mesin diesel dan exciter dalam

mengatur medan arus penguatan pada generator. Sedangkan sebelum

proses sinkronisasi, AVR yang akan mendeteksi dan mengukur apabila

terjadi perubahan kecepatan mesin.

3. Setelah tegangan frekuensi generator follower sama dengan generator

leader, maka dengan bantuan sinkronoskop sudut fasa dapat disamakan

dan generator dapat disinkronkan. Apabila sudut fasa telah sama, maka

rele sinkron akan memberikan sinyal kepada GPC dan selanjutnya GPC

akan memerintahkan saklar penghubung sinkron untuk menutup dan

sebaliknya.

Spesifikasi generator yang digunakan pada PLTD ini adalah sebagai

berikut :

-Model Generator : MGS Series 2000C

-Frame : HCK7

-Jumlah kutub : 4

-Daya keluaran : -2000 kVA

-Tegangan keluaran : 380 – 440 V

-Faktor daya : 0.8

(66)

-Putaran : 1500 rpm

-Dimensi : P : 5385 mm

L : 2490 mm

T : 2935 mm

-Berat total (kering) : 12200 kg

-Berat total (basah) : 12900 kg

-Temperatur : -300 C – 1200 C

-Sistem Penguatan : Sendiri (PMG-AVR MX321 & MX 341)

-Penampang poros : 162 cm3

-Air Flow : 3.1 m3/sec

6550 (cfm)

-Frekuensi getaran : 25 Hz

-Perpindahan getaran: 0.32 mm (rms)

-Kecepatan getaran : 20 mm/s (rms)

-Akselerasi getaran : 13 m/s2 (rms)

Pada saat memparallelkan generator, jumlah beban (beban aktif dan

reaktif) yang dipikul oleh kelima generator sama dengan jumlah daya yang

dihasilkan oleh kelima generator. Hal ini dapat dilihat pada persamaan daya

dibawah ini :

(67)

Tegangan dan frekuensi yang dihasilkan oleh setiap generator disetting

sama sebelum diparallelkan antar generator dan sebelum melayani beban. Oleh

karena itu, besar daya yang dihasilkan oleh setiap generator relatif sama. Hal ini

dapat kita lihat pada perhitungan daya yang dihasilkan oleh generator :

ϕ

Cos I V

P= 3. . . Q= 3.V.I.Sinθ

ϕ

Cos I

V

P= 3. N. Beban. Q= 3.VN.IBeban.Sin

Gambar

Gambar.2.1. Cara Kerja Mesin Diesel
Gambar.2.2. (a) memperlihatkan diagram Tekanan-Volume ( P-V ) untuk keadaan
gambar di bawah ini :
Gambar.2.5. Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder) (b) penampang rotor pada generator sinkron
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pemberian ekstrak bawang putih pada pakan dengan dosis 30 gr/100ml belum mampu meningkatkan ketahanan tubuh ikan mas terhadap serangan KHV yang didukung

Di antaranya ialah sifat kesesuaiannya (flexibility) di dalam reka bentuknya, kekakuan, sifat lemati, modulus yang tinggi pada terikan yang rendah, kos pernprosesan

Siswa menunjukkan pemahamannya tentang struktur dan pola bilangan, siswa tidak lagi menghitung tutup botolnya satu per satu melainkan menghitung sesuai pola pada struktur

[r]

1) Hubungan kelincahan terhadap keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola. Kelincahan merupakan gerak dasar yang harus dimiliki oleh pemain sepakbola,

Sindrom ini mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dan ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema,

Vitamin yang terkandung dalam telur sangat banyak, salah satunya Vitamin B yang bisa mengubah telur menjadi energi penting di dalam tubuh, Vitamin E juga bekerja sama dengan Vitamin

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teori dan aplikasi terhadap pengembangan perilaku konsumen dan dapat dijadikan sebagai sumber