PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM
PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN
KINERJA KEUANGAN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
TESIS
Oleh
RAMADONA SIMBOLON
087017027/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SE K O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM
PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN
KINERJA KEUANGAN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
RAMADONA SIMBOLON
087017027/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
Nama Mahasiswa : Ramadona Simbolon
Nomor Pokok : 087017027
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, MEc, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
Telah diuji pada
Tanggal 19 Agustus 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, MEc, Ak
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:
“PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN
PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya, sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 19 Agustus 2010
Yang membuat pernyataan
PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
ABSTRAK
Tujuan investor menanamkan dananya pada sekuritas saham adalah memperoleh tingkat pengembalian tertentu dengan resiko minimal. Tingkat pengembalian atas kepemilikan saham dapat diperoleh dalam dua bentuk, yaitu dividen dan capital gain (harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya). Saat melakukan investasi saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh merger terhadap return saham dan menguji pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening.
Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi terdiri dari 334 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 perusahaan dengan periode pengamatan 6 (enam) tahun yaitu periode 2000-2006. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis jalur dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi yang berarti merger berpengaruh langsung terhadap return saham perusahaan pengakuisisi. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham didukung secara empiris atau diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa merger tidak berpengaruh terhadap return saham dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening tidak didukung secara empiris atau ditolak.
THE EFFECT OF MERGER ON ACQUIRER STOCK RETURNS COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
BY FINANCIAL PERFORMANCE AS AN INTERVERNING VARIABEL
ABSTRACT
The objective of investors invest their funds in securities of shares is to obtain a certain level of return with minimal risk. Rate of return on stock ownership can be obtained in two forms, namely dividends and capital gains (stock price is higher than the purchase price). When investing in stocks, investors will choose which companies stocks will provide a high return. This study aims to empirically examine the effect of mergers on stock return and tested the effect of mergers on acquirer stock returns of financial performance as an intervening variable.
Testing the hypothesis was tested by using 5% significant degree. The population consists of 334 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Sampling method using purpossive sampling. The number of samples in this study were as many as 34 companies with the observation period 0f 6 (six) years of the period 2000-2006. Hypothesis testing is done by using path analysis and t test.
The result showed that the merger effect on acquirer stock return, which means the merger directly influence the acquirer stock return. Thus the hypothesis that mergers effect the stock return are empirically supported of accepted. The result also show that the merger does not effect the stock returns of financial performance as an intervening variable. Thus the hypothesis that mergers effect the acquirer stock returns through financial performance as an intervening variable is not empirically supported or rejected.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Merger terhadap Return
Saham Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening”.
Penelitian ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi prasyarat untuk
meraih gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
Dalam penulisan tesis ini, penulis tidak luput dari hambatan dan kesulitan.
Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka tesis ini dapat
terselesaikan. Selanjutnya melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi
4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, MEc, Ak selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian
tesis ini.
5. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
6. Bapak Drs. Idhar Yahya, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan yang konstruktif, motivasi dan dorongan kepada penulis
dalam penyelesaian tesis ini.
8. Istriku Sri Elviani, SE, M.Si yang telah memberikan doa, dorongan, perhatian,
kesabaran dan selalu membantu dan membimbing penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
9. Orang tua tercinta Hotman Simbolon (Ayah) dan Karni Manurung (Ibu) yang
telah memberikan doa, dorongan, perhatian, dan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
10.Rasyad Akbar Ar Ravi buah hatiku yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi
dalam penyelesaian tesis ini.
11.Bapak/Ibu mertua tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga
12.Keluarga yang kucintai Bang Ronal HT Simbolon, Kak Rahmaida Simbolon, Dek
Rido, Roi, Kak Sri, Kak Dewi, Fitri, Bang Bari terima kasih atas doa dan
semangatnya.
13.Semua pihak yang telah memberi masukan dan dorongan guna penyelesaian tesis
ini.
Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat
dan karunia dari Allah SWT, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan
kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup
kemungkinan bila tesis ini masih banyak kekurangan.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Medan, 19 Agustus 2010 Penulis/Peneliti
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ramadona Simbolon
Tempat/Tanggal Lahir : Rajamaligas/16 Juni 1982
Alamat : Jl. Garu III No. 99E Medan
Agama : Islam
Pendidikan : 1. SD Negeri 0697333 Tamat Tahun 1994
2. SMP Negeri 8 Medan Tamat Tahun 1997
3. SMU Darussalam Medan Tamat Tahun 2000
4. Universitas Islam Sumatera Utara Tamat Tahun 2005
5. Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Originalitas ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1. Tinjauan Teori ... 9
2.1.1. Return Saham ... 9
2.1.1.1. Pengertian return saham ... 9
2.1.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham . 11 2.1.2. Kinerja Keuangan... 14
2.1.2.1. Pengertian kinerja keuangan ... 14
2.1.2.2. Analisis kinerja keuangan dengan rasio keuangan 16 2.1.2.3. Jenis-jenis rasio keuangan ... 17
2.1.3.1. Pengertian Merger ... 23
2.1.3.2. Tipe-tipe merger... 25
2.1.3.3. Faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan merger 28 2.1.3.4. Motif melakukan merger ... 34
2.1.3.5. Keunggulan dan kelemahan aktivitas merger ... 36
2.1.4. Merger dan Kinerja Keuangan ... 40
2.1.5. Merger dan Return Saham ... 42
2.1.6. Kinerja Keuangan dan Return Saham ... 43
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 44
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 48
3.1. Kerangka Konseptual ... 48
3.2. Hipotesis Penelitian ... 50
BAB IV METODE PENELITIAN ... 51
4.1. Jenis Penelitian ... 51
4.2. Lokasi Penelitian ... 51
4.3. Populasi dan Sampel ... 51
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 54
4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 54
4.6. Metode Analisis Data ... 57
4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ... 57
4.6.1.1. Uji normalitas data ... 57
4.6.1.2. Uji multikolinearitas... 57
4.6.1.3. Uji heteroskedastisitas ... 58
4.6.1.4. Uji autokorelasi ... 59
4.6.2. Pengujian Hipotesis ... 60
4.6.2.3. Uji koefisien determinan ... 62
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
5.1.Hasil Penelitian ... 63
5.1.1. Deskripsi Data ... 63
5.1.1.1. Deskripsi lokasi ... 63
5.1.1.2. Deskripsi statistik ... 64
5.1.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 66
5.1.2.1. Uji normalitas ... 66
5.1.2.2. Uji multikolinearitas ... 67
5.1.2.3. Uji heteroskedastisitas ... 69
5.1.2.4. Uji autokorelasi ... 70
5.1.3. Pengujian Hipotesis ... 71
5.1.3.1. Pengujian hipotesis dengan analisis jalur ... 71
5.1.3.2. Pengujian hipotesis dengan uji t ... 74
5.1.3.3. Analisis koefisien determinan ... 75
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
6.1. Kesimpulan ... 85
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 86
6.3. Saran ... 87
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 47
4.1. Daftar Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ... 52
4.2. Daftar Perusahaan Pengakuisisi yang Merger Periode 2000-2006 ... 53
4.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 56
5.1. Statistik Deskriptif ... 64
5.2. Uji Kolmogorov-Smirnov ... 67
5.3. Uji Multikolinearitas ... 68
5.4. Uji Autokorelasi ... 70
5.5. Hasil Uji Regresi (Analisis Jalur Persamaan 1) ... 71
5.6. Hasil Uji Regresi (Analisis Jalur Persamaan 2) ... 72
5.7. Hasil Uji t ... 74
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Kerangka Konseptual ... 48
5.1. Uji Normalitas Data ... 66
5.2. Uji Heteroskedastisitas ... 69
5.3. Hasil Pengaruh Merger terhadap Return Saham dengan Kinerja
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Sampel Perusahaan Pengakuisisi yang Merger Periode
2000-2006... 92
2 Data Perusahaan Pengakuisisi yang Merger Periode 2000-2006... 93
3. Descriptive Statistic... 94
4. Uji Normalitas... 95
5. Uji Multikolinerietas... 96
6. Uji Heterokedastisitas... 97
7. Uji Autokorelasi... 98
8. Uji Analisis Jalur (Persamaan 1)... 99
9. Uji Analisis Jalur (Persamaan 2)... 100
PENGARUH MERGER TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN PENGAKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
ABSTRAK
Tujuan investor menanamkan dananya pada sekuritas saham adalah memperoleh tingkat pengembalian tertentu dengan resiko minimal. Tingkat pengembalian atas kepemilikan saham dapat diperoleh dalam dua bentuk, yaitu dividen dan capital gain (harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya). Saat melakukan investasi saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh merger terhadap return saham dan menguji pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening.
Pengujian hipotesis diuji dengan menggunakan derajat signifikan 5%. Populasi terdiri dari 334 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 perusahaan dengan periode pengamatan 6 (enam) tahun yaitu periode 2000-2006. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis jalur dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi yang berarti merger berpengaruh langsung terhadap return saham perusahaan pengakuisisi. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham didukung secara empiris atau diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa merger tidak berpengaruh terhadap return saham dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening tidak didukung secara empiris atau ditolak.
THE EFFECT OF MERGER ON ACQUIRER STOCK RETURNS COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
BY FINANCIAL PERFORMANCE AS AN INTERVERNING VARIABEL
ABSTRACT
The objective of investors invest their funds in securities of shares is to obtain a certain level of return with minimal risk. Rate of return on stock ownership can be obtained in two forms, namely dividends and capital gains (stock price is higher than the purchase price). When investing in stocks, investors will choose which companies stocks will provide a high return. This study aims to empirically examine the effect of mergers on stock return and tested the effect of mergers on acquirer stock returns of financial performance as an intervening variable.
Testing the hypothesis was tested by using 5% significant degree. The population consists of 334 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Sampling method using purpossive sampling. The number of samples in this study were as many as 34 companies with the observation period 0f 6 (six) years of the period 2000-2006. Hypothesis testing is done by using path analysis and t test.
The result showed that the merger effect on acquirer stock return, which means the merger directly influence the acquirer stock return. Thus the hypothesis that mergers effect the stock return are empirically supported of accepted. The result also show that the merger does not effect the stock returns of financial performance as an intervening variable. Thus the hypothesis that mergers effect the acquirer stock returns through financial performance as an intervening variable is not empirically supported or rejected.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pasar Modal Indonesia memiliki peranan yang signifikan dalam proses
penyaluran dana dari investor kepada perusahaan (pihak yang kekurangan dana).
Pertimbangan investor dalam melakukan investasi adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka untuk saat ini maupun di masa yang akan datang. Jadi, investasi
dapat diartikan sebagai kegiatan penanaman modal, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan tujuan pada waktunya nanti investor akan memperoleh keuntungan
ekonomis dari penanaman modal tersebut.
Tujuan investor menanamkan dananya pada sekuritas saham adalah
memperoleh tingkat pengambalian (return) tertentu dengan resiko minimal. Tingkat
pengembalian (return) atas kepemilikan saham dapat diperoleh dalam dua bentuk,
yaitu dividen dan capital gain (harga jual saham lebih tinggi dari harga belinya). Saat
melakukan investasi saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang
akan memberikan return yang tinggi. Harga pasar saham memberikan ukuran yang
objektif mengenai nilai investasi pada sebuah perusahaan (Resmi, 2002). Oleh karena
itu harga saham merupakan harapan investor. Investor harus dapat menganalisa
apakah harga saham yang terjadi cukup layak untuk dibeli dan harus pula mendeteksi
Setiap variabel mempunyai efek yang relatif berbeda, sehingga adanya harga saham
yang bersifat overvalued ataupun undervalued pada hakikatnya disebabkan adanya
kekuatan variabel penentu yang berbeda.
Salah satu fakta yang mempengaruhi return saham adalah kebijakan merger,
karena merger dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan di mana
perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger juga dianggap
dapat menciptakan sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaan setelah merger yang
lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger.
Selain itu merger dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain
peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi,
dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi.
Di Amerika Serikat, aktivitas merger merupakan hal yang biasa terjadi.
Bahkan di era 1980an telah terjadi kira-kira 55.000 aktivitas merger sehingga tahun
1980an sering disebut sebagai dekade merger (Hitt, 2002). Sementara di Indonesia
aktivitas merger mulai marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal
di Indonesia. Beberapa contoh perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang
melakukan merger diantaranya adalah PT Semen Gresik yang mengakuisisi PT
Semen Padang, PT Gudang Garam merger dengan PT Surya Pamenang dan PT
Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger yang dilakukan, dapat dilihat
pengaruhnya secara langsung terhadap return saham perusahaan yang melakukan
merger dan secara tidak langsung melalui kinerja keuangan. Beberapa penelitian yang
menjadi acuan diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti
kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dari rasio-rasio keuangan dan
return saham di sekitar peristiwa terjadinya merger. Hasil penelitiannya
menunjukkan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa merger
tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan return saham sebelum
merger positif, namun setelah merger justru negatif. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Widjanarko (2006) yang menunjukkan tidak ada perubahan
yang signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio
keuangan dua tahun sebelum dan sesudah merger.
Penelitian yang membandingkan antara akuisitor dan non akuisitor dilakukan
Wibowo dan Pakereng (2001) yang meneliti return saham perusahaan akuisitor dan
non akuisitor. Hasilnya menunjukkan bahwa baik akuisitor dan non akuisitor
sama-sama memperoleh return yang negatif di seputar pengumuman merger. Penelitian
lainnya dilakukan Sutrisno dan Sumarsih (2004) yang meneliti return saham
perusahaan yang melakukan merger dalam jangka panjang yaitu dengan jangka
waktu pengamatan satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah merger, menunjukkan
hasilnya bahwa merger memberi pengaruh pada return saham yang bisa bernilai
Selanjutnya penelitian yang menyangkut kinerja keuangan serta pengaruhnya
terhadap return saham antara lain dilakukan Raharjo (2005) yang meneliti pengaruh
kinerja keuangan terhadap return saham pada perusahaan LQ-45 di Bursa Efek
Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa return on asset (ROA) mempunyai
pengaruh terhadap return saham. Asna dan Nu Graha (2006) menguji pengaruh rasio
keuangan terhadap return saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dengan hasil penelitian rasio loan to deposit ratio (LDR) dan beban operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap return
saham perbankan yang terdaftar di BEJ, sedangkan capital adequacy ratio (CAR) dan
ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham serta LDR memiliki
pengaruh yang dominan terhadap return saham. Ulupui (2007) menguji pengaruh
rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham (studi
pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi
di BEJ) dengan hasil penelitian bahwa current ratio memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan, variabel return on asset
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan,
variabel debt to equity rasio menunjukkan hasil yang positif, tetapi tidak signifikan,
variabel total asset turn over menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu terlihat adanya fenomena berupa
ketidakkonsistenan antara hasil-hasil penelitian dengan teori yang ada, terutama
perusahaan setelah merger yang lebih besar daripada penjumlahan nilai
masing-masing perusahaan sebelum merger. Selain itu merger dapat memberikan banyak
keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran,
riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya
produksi yang tentunya akan meningkatkan return saham perusahaan-perusahaan
yang melakukan merger. Sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa baik akuisitor dan non akuisitor sama-sama memperoleh return yang negatif
setelah dilaksanakannya merger.
Fenomena praktis yang terjadi terkait dengan penelitian ini adalah akan
dikeluarkannya undang-undang pemberian insentif terhadap perusahaan-perusahaan
yang melakukan merger khususnya industri perbankan sebagai salah satu upaya
memperkuat struktur dan permodalan perusahaan khususnya bank. Sementara para
pihak lain masih banyak yang menguji kelayakan pemberian insentif tersebut, karena
pada dasarnya merger bertujuan untuk mengembangkan usaha.
Banyak pemilik perusaaan khususnya bank merasa masih saja bimbang
memutuskan opsi mana yang akan menjadi pilihan, apakah merger, menjual saham
atau membikin induk usaha (holding company). Ketiga pilihan itu memang
sama-sama bukan hal yang mudah dilakukan. Bila keputusan yang mereka ambil adalah
merger, maka mereka harus mampu untuk mengurangi dampak pemutusan hubungan
pekerja (PHK) dengan para karyawannya. Permasalahan yang muncul bila
lumayan, para karyawan belum tentu bisa langsung menerima. Permasalahan lain
yang mungkin akan timbul akibat merger adalah masalah perpajakan.
Fenomena lain adalah bahwa minimnya pelaku pasar modal sangat
mempengaruhi operasional perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan yang
membutuhkan tambahan dana. Diharapkan dengan adanya informasi merger akan
meningkatkan kinerja keuangan dan mempengaruhi perilaku para investor untuk
berinvestasi dengan cara memilih jenis saham yang layak untuk dijadikan lahan
investasi. Perubahan perilaku investor tersebut tentunya akan menghindarkan para
investor lain dari capital loss dan kebangkrutan perusahaan sebagaimana yang terjadi
pada saat krisis global tahun 2008.
Dengan ketidakkonsistenan antara hasil-hasil penelitian terdahulu dengan
teori yang ada dan fenomena-fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung melalui kinerja
keuangan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi?
2. Apakah merger berpengaruh terhadap return saham perusahaan pengakuisisi
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menguji pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi.
2. Menguji pengaruh merger terhadap return saham perusahaan pengakuisisi
melalui kinerja keuangan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, khususnya tentang merger, return
saham dan kinerja keuangan.
2. Sebagai bahan informasi bagi manajer dan investor dalam pengambilan
keputusan, khususnya terkait dengan merger, return saham dan kinerja keuangan.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk peneliti dan calon
peneliti sesuai dengan topik penelitian ini dengan variabel yang berbeda.
1.5. Originalitas
Disadari bahwa penelitian mengenai pengaruh merger terhadap return saham
perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening belum pernah
dilakukan, sehingga peneliti menjadi tertarik untuk menelitinya. Adapun ide yang
dijadikan dasar dilakukannya penelitian ini adalah Wibowo dan Pakereng (2001).
1. Penelitian-penelitian sebelumnya tidak memiliki variabel intervening, sedangkan
penelitian ini menggunakan variabel intervening yaitu kinerja keuangan.
2. Analisis data penelitian-penelitian sebelumnya hanya menggunakan uji beda
sedangkan penelitian ini menggunakan analisis regresi dan analisis jalur (path
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Return Saham
2.1.1.1. Pengertian return saham
Menurut Brigham et al., (1999: 192), pengertian dari return adalah “measure
the financial performance of an investment”. Pada penelitian ini, return digunakan
pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan. Horne dan
Wachoviz (1998: 26) mendefinisikan return sebagai:“return as benefit which related
with owner that includes cash dividend last year which is paid, together with market
cost appreciation or capital gain which is realization in the end of the year”.
Menurut Jones (2000: 124) “return is yield dan capital gain (loss)”. (1) Yield, yaitu
cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham (dalam bentuk
dividen), (2) Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian
dengan harga saham pada saat penjualan. Hal tersebut diperkuat oleh Corrado dan
Jordan (2000: 5) yang menyatakan bahwa “return from investment security is cash
flow and capital gain/loss”. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat
diambil kesimpulan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan
saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital
Return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return sesungguhnya
(realized return) dan return yang diharapkan atau return ekspektasi. return
sesungguhnya merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung dari selisih harga
sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Sedang return ekspektasi adalah return
yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang.
Return tersebut memiliki dua komponen yaitu current income dan capital
gain (Wahyudi, 2003). Bentuk dari current income berupa keuntungan yang
diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil
kinerja fundamental perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang
diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain
suatu saham akan positif, bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi
dari harga belinya.
Menurut Jogiyanto (2003: 109) saham dibedakan menjadi dua: (1) return
realisasi merupakan return yang telah terjadi, (2) return ekspektasi merupakan return
yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berdasarkan
pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari
investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan
periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus (Ross et
Keterangan:
R
t = Return saham pada periode ke-t
P
t = Harga saham periode pengamatan
P
t-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan
2.1.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki peranan yang penting untuk
mempengaruhi segala macam bentuk transaksi perdagangan di pasar modal tersebut.
Hal ini disebabkan karena para pelaku di pasar modal akan melakukan analisis lebih
lanjut terhadap setiap pengumuman atau informasi yang masuk ke bursa efek
tersebut. Informasi atau pengumuman-pengumuman yang diterbitkan oleh emiten
akan mempengaruhi para (calon) investor dalam mengambil keputusan untuk
memilih portofolio investasi yang efisien.
Menurut Jogiyanto (2000: 351), para pelaku pasar modal akan mengevaluasi
setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten, sehingga hal tersebut akan
menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham, misalnya
adanya perubahan pada volume perdagangan saham, perubahan pada harga saham,
proporsi kepemilikan, dan lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman
yang masuk ke pasar memiliki kandungan informasi, sehingga direaksi oleh para
pelaku di pasar modal. Suatu pengumuman memiliki kandungan informasi jika pada
saham. Berubahnya harga saham akan mempengaruhi return saham yaitu semakin
tinggi harga saham berarti semakin meningkat return yang diperoleh investor.
Menurut Alwi (2003: 87) bahwa pergerakan naik-turun harga saham dari
suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering dilihat di lantai
bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau banyak yang masih bingung
mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi secara drastis pada periode
tertentu. Sebagai salah satu instrumen ekonomi ada faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham di suatu bursa efek, baik harga saham individual maupun harga saham
gabungan misalnya IHSG dan indeks LQ45, yaitu faktor internal (lingkungan mikro)
dan eksternal (lingkungan makro).
Lingkungan mikro yang mempengaruhi harga saham antara lain (Alwi, 2003):
1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian
kontrak, produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi,
laporan keamanan produk dan laporan penjualan.
2. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang
berhubungan dengan ekuitas dan hutang, sekuritas yang hybrid, leasing,
kesepakatan kredit, pemecahan saham, penggabungan saham, pembelian saham,
joint venture dan lainnya.
3. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director
announcements), seperti perubahan dan penggantian direksi, manajemen dan
4. Pengumuman penggabungan pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan
merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan diakuisisi,
laporan divestasi dan lainnya.
5. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi
pabrik, pengembangan riset dan pengembangan, penutupan usaha dan lainnya.
6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi baru,
kontrak baru, pemogokan dan lainnya.
7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir
tahun dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share, price earning ratio, net
profit margin, return on asset, return on equity, dan lain-lain.
Sedangkan lingkungan makro yang mempengaruhi harga saham antara lain
(Alwi, 2003: 88):
1. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan
deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi
yang dikeluarkan pemerintah.
2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap
perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap
manajernya.
3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume/harga saham perdagangan,
4. Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya volatilitas harga saham
di bursa efek suatu negara.
5. Berbagai issue, baik dari dalam dan luar negeri, seperti issue lingkungan hidup,
hak asasi manusia, kerusuhan massal, yang berpengaruh terhadap perilaku
investor.
2.1.2. Kinerja Keuangan
2.1.2.1. Pengertian kinerja keuangan
Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001).
Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan,
kemampuan kerja (tentang peralatan). Berdasarkan pengertian tersebut kinerja
keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen
keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan
meningkatkan nilai perusahaan.
Kinerja keuangan adalah suatu tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan
selama periode tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada
umumnya berfokus pada laporan keungannya di samping data-data non keuangan lain
yang bersifat sebagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi
kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang
perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik,
laporan berupa neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara
bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan.
Informasi dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan
tentang laba dan deviden di masa mendatang dan risiko atas penilaian tersebut
(Brigham, 1993: 86). Dengan demikian pengukuran kinerja dari laporan keuangan
dapat digunakan sebagai alat prediksi pertumbuhan kekayaan pemegang saham.
Kinerja keuangan pada perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan
pendekatan analisis rasio keuangan. Jika kinerja perusahaan publik meningkat maka
nilai perusahaan akan semakin tinggi. Di bursa efek hal seperti itu akan direspon oleh
pasar dalam bentuk kenaikan harga saham.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 1996 dalam Febriyani dan Zulfadin (2003:
54), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa
depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran
dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan
di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam
dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa
kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.
Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen,
pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan
distribusi kesejahteraan diantara mereka. Helfert dalam Lidiadni (2003: 36)
mengemukakan bahwa dalam menilai kinerja perusahaan yang paling berkepentingan
adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, manajer, kreditor, pemerintah dan
masyarakat umum. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan
tertentu sesuai dengan tujuannya. Ketentuan tingkat kesehatan perusahaan
dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai tolok ukur bagi pihak-pihak yang
berkepentingan tersebut. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi.
2.1.2.2. Analisis kinerja keuangan dengan rasio keuangan
Metode umum yang digunakan untuk mengukur dan menganalisis kinerja
perusahaan di bidang keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah studi
tentang informasi yang menggambarkan hubungan diantara berbagai akun dari
laporan keuangan yang mencerminkan keadaan serta hasil operasional perusahaan.
Sumber data yang digunakan untuk melakukan analisa rasio keuangan adalah laporan
keuangan yang telah melalui proses pemeriksaan (auditing).
(1998: 24) mendefinisikan rasio keuangan sebagai suatu indek yang menghubungkan
dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka
keuangan. Sedangkan Riyanto (1998: 52) menyatakan bahwa rasio adalah alat yang
dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data bila dihubungkan dengan
masalah keuangan maka data tersebut adalah data keuangan. Dengan demikian bila
hubungan tersebut adalah hubungan matematik antara pos keuangan dengan pos
lainnya, atau antara jumlah-jumlah di neraca dengan jumlah-jumlah di laporan laba
rugi atau sebaliknya maka yang timbul adalah rasio keuangan. Rasio keuangan ini
berfungsi sebagai ukuran dalam menganalisis laporan keuangan suatau perusahaan.
Rasio keuangan yang dimaksud dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA
(Return On Assets).
2.1.2.3. Jenis-jenis rasio keuangan
Rasio keuangan dapat dibagi menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio
aktivitas dan rasio profitabilitas. Jumlah rasio keuangan tersebut meningkat
bersamaan dengan meningkatnya data keuangan. Berikut adalah analisis rasio
keuangan terpenting dan yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
di bidang keuangan.
1) Rasio likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran likuiditas yang biasa
a. Current ratio
Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban
lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang diharapkan akan dikonversi
menjadi kas dalam jangka pendek untuk menutup kewajiban lancar. Rasio yang
rendah menunjukkan kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang
tinggi tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal tersebut
dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin. Perhitungan current ratio
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan
sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan dihilangkan karena dianggap
aktiva yang sulit dikonversi menjadi kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan
berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola
a. Total asset turn.
Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dalam penggunaan total aktiva.
Semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam mengelola aktivanya,
sedangkan semakin rendah rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam
mengelola aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus
sebagai berikut:
Fixed asset turn over mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over, berarti penggunaan aktiva
tetapnya semakin kurang efisien. Untuk mengukur besarnya fixed asset turn over
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total aktiva dan
modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan, yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan
dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar
a. Debt to total asset ratio.
Debt to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh
seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih menyukai rasio yang rendah karena
semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian
kreditur dalam peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih menyukai
rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Untuk mengukur
besarnya debt to total asset dihitung dengan rumus sebagai berikut:
asset
Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri. Semakin
tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.
Bagi perusahaan ukuran hutang sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena
resiko menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk
membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
equity
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya rasio-rasio
a. Operating profit margin
Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang dihasilkan dari
penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini, semakin kurang baik karena
biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan hal ini terjadi karena ada pemborosan.
Perhitungan operating profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sales
bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang rendah bisa
disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya.
Setiap perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi. Untuk
menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai berikut:
Sales
Return on asset mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva
yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas
pemanfaatan aktiva yang buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi
menunjukkan kinerja atas penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung return on
d. Return on equity
Return on equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan
dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Rasio yang rendah dapat
diartikan bahwa manajemen kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan
rasio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh dari
pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung return on equity
digunakan rumus sebagai berikut:
berhubungan dengan profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba (profitabilitas) pada tingkat
pendapatan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003: 27). Semakin
besar ROA perusahaan, semakin besar pula posisi perusahaan tersebut dan semakin
baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. (Dendawijaya, 2000:
Kaitannya dengan harga saham, ROA mempunyai hubungan yang positif.
Karena dengan ROA yang tinggi berarti profitabilitas (laba) juga tinggi. Kondisi
seperti itulah yang akan berdampak pada kenaikan harga saham karena pada
hakikatnya dalam ekonomi konvensional motif investasi adalah untuk memperoleh
laba yang tinggi. Apabila rasio keuangan dalam kinerja keuangan perusahaan
mengalami pertumbuhan dengan menjaga keseimbangan antara pemeliharaan
likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar, serta pemenuhan
modal yang memadai, maka hal yang sama akan terjadi pada pergerakan harga saham
perusahaan yang bersangkutan. Dengan rasio keuangan yang baik akan
mencerminkan kondisi keuangan yang baik pula, sehingga akan mempengaruhi harga
saham (Ang, 1997: 34).
2.1.3. Merger
2.1.3.4. Pengertian merger
Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk
mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata “mergere”
(Latin) yang artinya (1) bergabung bersama, menyatu, berkombinasi
(2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger
didefinisikan sebagai penggabungan dua atau perusahaan yang kemudian hanya ada
satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya
menghentikan aktivitasnya atau bubar.
badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan Perseroan Terbatas menyebut merger sebagai penggabungan,
akuisisi sebagai pengambilalihan, dan konsolidasi sebagai peleburan (Moin, 2003: 5).
Definisi merger menurut peraturan pemerintah tersebut adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan
lain yang telah ada, dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi
bubar.
Menurut Coyle (2003: 26) merger dapat diartikan secara luas maupun secara
sempit. Dalam pengertian yang luas, merger juga menunjuk pada setiap bentuk
pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya pada saat kegiatan usaha
dari kedua perusahaan tersebut disatukan. Pengertian yang lebih sempit merujuk pada
dua perusahaan dengan ekuitas yang hampir sama menggabungkan sumber-sumber
daya yang ada pada kedua perusahaan menjadi satu bentuk usaha. Pemegang saham
atau pemilik dari kedua perusahaan sebelum merger menjadi pemilik dari saham
perusahaan hasil merger, dan top manajemen dari kedua perusahaan tetap menduduki
posisi senior dalam perusahaan setelah merger (Widjaja, 2002: 45).
Selanjutnya Coyle (2003: 27) menjelaskan bahwa suatu penggabungan usaha
disebut merger jika:
a. Tidak ada salah satu perusahaan yang bergabung dapat disebut sebagai
b. Kedua perusahaan berpartisipasi dalam membentuk struktur manajemen
perusahaan hasil penggabungan tersebut.
c. Kedua perusahaan yang bergabung pada umumnya memiliki ukuran yanghampir
sama, yang artinya tidak ada dominasi aset antara satu perusahaan atas
perusahaan yang lain.
d. Hampir semua atau sebagian besar melibatkan “share swap”, di mana tidak
terjadi pembayaran tunai, melainkan yang terjadi adalah penerbitan saham baru
yang ditukar dengan kepemilikan saham dalam perusahaan yang lain.
Merger adalah salah satu bentuk absorbsi (penyerapan) oleh satu perusahaan
terhadap perusahaan lain. Jika dua perusahaan, A dan B, melakukan merger, maka
hanya akan ada satu perusahaan saja, yaitu A atau B. Pada sebagian besar kasus
merger, perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar yang dipertahankan hidup dan
tetap mempertahankan nama dan status hukumnya, sedangkan perusahaan yang
ukurannya lebih kecil (perusahaan yang dimerger) akan menghentikan aktivitasnya
atau dibubarkan sebagai badan hukum. Pihak yang masih hidup atau yang menerima
merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm)
atau perusahaan pengakuisisi. Sementara itu, perusahaan yang berhenti dan bubar
setelah terjadinya merger dinamakan merged firm atau perusahaan diakuisisi.
Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran (size) yang semakin besar karena
seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke surviving firm. Perusahaan
firm. Dengan demikian ia tidak lagi bisa bertindak hukum atas namanya sendiri
(Moin, 2003: 6).
2.1.3.5. Tipe-tipe merger
Moin (2003: 8) menyatakan bahwa merger berdasarkan aktivitas ekonomik
dapat diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu:
1) Merger horisontal. Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih
perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger
perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang
sama. Salah satu tujuan utama merger horisontal adalah untuk mengurangi
persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas
produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas
administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya
struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha,
maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah
pada monopoli.
2) Merger vertikal. Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi.
Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu
memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger vertikal dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya
mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan
input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau
merger dengan pemasok. Merger vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu
integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan
integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).
3) Merger konglomerat. Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih
perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait.
Merger konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi
bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali
dengan bisnis semula. Apabila merger konglomerat ini dilakukan secara terus
menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah
konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang
berbeda.
4) Merger ekstensi pasar. Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh
dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar.
Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk
masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan
oleh perusahan-perusahan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi
pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat
tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan
karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen
luar negeri.
5) Merger ekstensi produk. Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan
oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing
perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan
lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger ini
dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan
masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih
produktif dalam inovasi.
2.1.3.6. Faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan merger
Keberhasilan atau kegagalan suatu merger dapat dilihat pada saat proses
perencanaan. Pada saat proses ini biasanya terjadi sudut pandang yang berbeda-beda
antara fungsi organisasi dalam menanggapi pengambilan keputusan merger seiring
dengan meningkatnya momentum, selanjutnya terjadi rancunya pengharapan di mana
terjadi perbedaan-perbedaan harapan di pihak manajemen. Adams & Neely (2000:
123) mengidentifikasi ada sejumlah sumber kegagalan merger era tahun 1990an dan
2000an yaitu lemahnya konsep-konsep strategik yang dirancang dan
dimplementasikan dalam proses merger, adanya masalah-masalah personalitas pada
level top manajemen, perbedaan-perbedaan kultural yang tidak mampu
diintegrasikan, miskinnya moral karyawan dan tidak kompatibelnya information
(2000: 73) yang menganalisis perilaku dari faktor-faktor organisasional dan proses
pemikiran sebelum, selama dan sesudah merger, rendahnya tingkat kesuksesan dan
miskinnya hasil-hasil dari merger terhadap kinerja ekonomi disebabkan oleh
miskinnya perencanaan sumberdaya manusia (SDM).
Whalen (2000: 69) menyimpulkan bahwa komunikasi strategik adalah sangat
penting untuk kesuksesan implementasi merger dan dalam integrasi terhadap para
karyawan yang diakuisisi ke dalam budaya korporat yang baru. Konflik budaya
adalah penyebab utama kegagalan merger, dan lemahnya komunikasi merupakan
penyebab utama dari konflit tersebut.
Faktor leadership style juga berpengaruh besar terhadap sukses-gagalnya
merger. Covin et al, (1997: 49) menginvestigasi apakah gaya kepemimpinan tertentu
dapat menjamin bahwa para karyawan puas dengan pekerjaan mereka dan prospek
karir pekerjaan setelah merger. Selain itu, mereka juga mempertanyakan apakah ada
satu gaya kepemimpinan tertentu yang dapat menjadi prediktif terhadap kesuksesan
merger. Hasilnya menunjukkan bahwa power yang berasal dari expert atau referent
power berasosiasi dengan kepuasan karyawan dengan suatu merger; sementara
sumber lain memiliki sedikit pengaruh atau berpengaruh negatif. Studi ini
menyimpulkan bahwa perilaku yang berasosiasi dengan transformational leadership
memiliki dampak yang sangat besar terhadap kepuasan karyawan. Gaya
kepemimpinan sangat penting untuk kesuksesan suatu merger dan seorang pemimpin
faktor-faktor di atas, kesulitan dan ketidakcocokan dalam integrasi atau transfer
teknologi dapat menyebabkan terjadinya kegagalan merger (Bruno, 1997: 122)
Keberhasilan suatu merger sangat bergantung pada ketepatan analisis dan
penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompatibilitas
antara organisasi yang akan bergabung. Kay (1997: 45), dalam bukunya Pattern in
Corporate Evolution, mengungkapkan bahwa merger akan berlangsung sukses
apabila diantara perusahaan yang akan bergabung memiliki market link dan
technological link. Sementara Robins (2000: 39), menambahkan bahwa
kompatibilitas budaya organisasi yang akan bergabung dalam sebuah merger
seringkali menjadi faktor non ekonomi yang krusial dalam mendukung keberhasilan
sebuah proses merger. Sedangkan Pringle dan Harris (1987: 27), memandang bahwa
kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan bergabung.
1) Faktor Pasar dan Pemasaran
Menurut Kay (1997: 53), perusahaan dapat berhasil dalam melakukan merger
apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut
sebagai market linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger adalah sinergi
yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke pasar baru yang selama ini
tidak tersentuh.
Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan kesempatan
lebih banyak produk kepada pelanggannya dari yang selama ini telah dilakukannya.
Cross-marketing ini memungkinkan secara cepat masing-masing perusahaan untuk
meningkatkan pendapatannya dengan sangat cepat. Sehingga memungkinkan
terjadinya cross selling yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan hasil
merger. Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah kekuatan merk salah satu
produk akan memberikan efek kepada produk yang lain yang didapat dari hasil
merger.
Sustainability perusahaan sangat tergantung pada respon pasar yang positif
terhadap apa yang mereka tawarkan. Meskipun memiliki kemampuan untuk
memproduksi barang atau jasa yang berkualitas namun bila pasar tidak memberikan
respon yang positif
2) Faktor Teknologi
Menurut Kay (1997: 54), perusahaan dapat melakukan merger apabila
terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal sumber daya teknologi dan
produksi yang ia sebut sebagai technological linkages. Technological linkages ini
dapat meliputi penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti halnya
yang terjadi pada horizontal merger.
Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana terjadinya sinergi
teknologi informasi dalam satu organisasi. Ketika teknologi yang digunakan sama
maka potensi sinergi dapat diciptakan. Dengan melakukan proses merger secara sehat
sebagai kemampuan produksi dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan yang
tercermin dari kualifikasi sumberdaya manusia, skill dan keahlian yang mereka
miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan barang modal yang mereka
gunakan.
3) Faktor Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis yang sangat
penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih melakukan merger.
Dalam banyak kasus merger di berbagai perusahaan, masalah budaya seringkali
menjadi masalah yang sangat krusial. Latar belakang budaya yang sangat berbeda
diantara karyawan dapat menyebabkan karyawan enggan untuk melakukan kerja
sama, masing-masing berusaha melakukan sesuatu berdasarkan cara metode yang
selama ini telah mereka lakukan diperusahaan lama mereka, untuk bisa beradaptasi
seringkali membutuhkan waktu yang lama.
Robins (2000: 41) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu persepsi
bersama yang dianut anggota-anggota organisasi tersebut. Schein (1997: 47),
menyebutkan bahwa budaya organisasi mengacu kepada suatu sistem makna bersama
yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi
lainnya. Sementara Kotter dan Heskett (1992: 32) menjelaskan bahwa dalam
organisasi, budaya mempresentasikan value dan cara yang dimiliki bersama oleh
orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Value sendiri dipandang sebagai
Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya kerja sama tidak
mudah terbangun, kohesivitas organisasi lemah, sinergi tidak tercipta, akhirnya
produktivitas perusahaan hasil merger juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.
Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena memang
budaya sendiri adalah sesuatu yang dapat berubah. Namun hal tersebut membutuhkan
waktu dan kemampuan mengelola perubahan yang baik. Karenanya sebelum merger
dilakukan kiranya perlu dipersiapkan model transisi budaya yang bisa diterima dan
diikuti oleh segenap komponen dalam masing-masing perusahaan yang akan merger.
4) Faktor Keuangan
Pringle dan Harris (1987: 24) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa
merger dilakukan adalah harapan akan terjadinya sinergi melalui penggabungan
sumber daya beberapa perusahaan. Dari sisi finansial, sinergi ini bermakna
kemampuan menghasilkan laba perusahaan hasil merger yang lebih besar dari
kemampuan laba masing-masing perusahaan sebelum merger. Sinergi inilah yang
menjadi syarat awal terjadinya sebuah merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan
perusahaan hasil merger dapat membiayai proses merger serta mampu memberikan
deviden yang premium kepada pemilik modal perusahaan. Efek sinergi dari sebuah
merger bersumber pada dua aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi
dalam hal finansial. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan pendapatan
(revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost reduction).