• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pelayanan Publik(Studi Kasus Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Dan Kartu Keluarga Di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pelayanan Publik(Studi Kasus Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Dan Kartu Keluarga Di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI DALAM PELAYANAN PUBLIK

( Studi Kasus Pelayanan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun )

SKRIPSI

Dikerjakan Guna Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata I ( S-1 )

di Departemen Ilmu Administrasi Negara Oleh :

HOTDIN RAJA P PURBA 070903079

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan, berkat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Adapun skripsi ini berjudul “ Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik ( Studi Kasus Pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun )”. Yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui implementasi prinsip-prinsip Good Governance terutama prinsip Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Pembuatan KTP dan KK di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya dan untuk mengetahui tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi dalam usaha mewujudnyatakan prinsip tersebut. Skripsi ini juga dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 ( S-1 ) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dalam penelitian dan pengerjaan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai kekurangan. Hal itu tak lepas karena penulis masih dalam tahap pembelajaran dan peningkatan pengetahuan serta keterbatasan kemampuan penulis. Namun demikian, penulis tetap berharap agar skripsi ataupun tulisan ini dapat berguna bagi seluruh pembaca, atau paling tidak bagi penulis sendiri.

Dengan kesadaran dan hati yang tulus, penulis menyadari bahwa sejak awal penulisan sampai selesai, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

(3)

2. Bapak Drs. Zakaria, M.SP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.SI selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan mengajari penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak M. Arifin Nasution, S.Sos, M.SP selaku Dosen Wali yang juga telah banyak memberikan arahan dan strategi dalam menjalani perkuliahan.

6. Bapak Drs. M. Ridwan Rangkuti, MA yang telah sangat banyak memberikan ajaran, kunci kehidupan, dan fakta-fakta kehidupan yang sangat menggugah dan membangkitkan semangat dan nasionalisme penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk beliau. 7. Abang Fuad Hassan, S.Sos yang telah banyak memberikan nasehat dalam mengerjakan

skripsi ini.

8. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah banyak memberikan ilmu, etika, dan bekal ilmu bagi penulis selama mengecap ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara.

9. Terima kasih juga penulis haturkan kepada seluruh Staf Pegawai Administrasi Negara yang telah banyak membantu segala urusan administratif sejak awal penulisan ini.

(4)

11. Seluruh Staf Pegawai Kelurahan Pematang Raya yang telah banyak membantu penulis dalam menghimpun data dan atas keramahan dan kebaikannya ketika penulis menghimpun data.

12. Terima kasih yang sebesar-besarnya buat ayahanda DJ. Hotman Purba dan ibunda Edinta Lumban Gaol. Kepada adinda Era Rejeki Adiatma Purba dan Impiani Des Bel Natal Purba. Terima kasih atas kasih sayang yang telah dicurahkan kepada penulis.

13. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tulang Enru Lumban Gaol, Tulang Bere Lumban Gaol, Tulang Lintong Lumban Gaol, Tulang KPD Lumban Gaol, Tulang Riduanto Lumban Gaol, Tulang Pudan, Inang uda Jenny Lumban Gaol, S.E. Terima kasih atas bantuan dan kasihnya.

14. Terima kasih yang sebesar-besarnya buat paribankuanita dan Meylan Arthasasta Samosir atas pengaruh positif yang telah diberikan. I Y I Y I dan S S D S M.

15. Terima kasih kepada Rahmat Dedy Syahputra Simatupang, Pardamaian Aritonang, G. Afandi Saragih, Juliando Purba, dan teman-teman AN 07 yang lain.

16. Terima kasih buat teman-teman kelompok 4 magang Desa Kuala Lama ( Apriyanti, Pebry, Elsi, Nur Afni, Lisva, Kak Nila, dan Kak Arba ) semoga kita sukses selamanya. 17. Terima kasih untuk seluruh teman-teman AN 07, agar kita tetap semangat dan semoga

sukses selamanya.

(5)

Medan, Juni 2011 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi

ABSTRAKSI……… xii

BAB I PENDHULUAN……….. 1

I.1 Latar Belakang……… 1

I.2 Perumusan Masalah……… 7

I.3 Tujuan Penelitian……… 8

I.4 Manfaat Penelitian………. 8

I.5 Kerangka Teori………... 9

I.5.1 Good Governance……….. 9

I.5.1.1 Defenisi Good Governance………... 9

I.5.1.2 Prinsip-pinsip Good Governance……….. 13

I.5.2 Pelayanan Publik……… 15

I.5.2.1 Pengertian Pelayanan Publik………. 15

I.5.2.2 Hakekat Pelayanan Publik……… 16

I.5.2.3 Asas dan Prinsip Pelayanan Publik……….. 17

I.5.3 Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik…. 21 I.5.3.1 Akuntabilitas……… 21

I.5.3.2 Transparansi……….. 25

I.5.4 Peran Pemerintah dalam Pelayanan Publik……… 30

(7)

BAB II METODE PENELITIAN……… 36

II.1 Bentuk Penelitian……….. 36

II.2 Lokasi Penelitian………... 36

II.3 Informan Penelitian……….. 36

II.4 Teknik Pengumpulan Data……… 37

II.5 Teknik Analisa Data………. 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN……… 40

III.1 Gambaran Umum……… 40

III.2 Wajib Kelurahan……….. 40

III. 3 Arah dan Kebijakan Umum Bidang Pembangunan yang dikelola……… 41

III.4 Potensi Wilayah Kelurahan Pematang Raya……… 47

III.4.1 Potensi Sumber Daya Alam……….. 47

III.4.2 Jumlah Lingkungan………... 47

III.4.3 Jumlah Penduduk………. 48

III.4.4 Potensi Kelembagaan di Kelurahan Pematang Raya.. 56

BAB IV PENYAJIAN HASIL DATA PENELITIAN………. 59

IV.1 Karakteristik Responden……….. 60

IV.2 Penyajian data tentang Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya berdasarkan kuesioner masyarakat….. 67

(8)

BAB V ANALISA DATA………... 92

V.1 Akuntabilitas dalam pelayanan KTP dan KK ………. 93

V.2 Transparansi dalam pelayanan KTP dan KK……… 96

V.3 Analisa Akuntabilitas dan Transparansi dalam pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya….. 103

V.4 Tantangan-tantangan dalam menerapkan prinsip Akuntabilitas Dan Transparansi dalam pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya……….. 105

BAB VI PENUTUP……….. 107

V.1 Kesimpulan………. 107

V.2 Saran ……….. 110

(9)

ABSTRAKSI

Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik

( Studi Kasus Pelayanan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun )

Skripsi ini dikerjakan oleh

Nama : Hotdin Raja P Purba

Nim : 070903079

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Reformasi yang terjadi pada Mei 1998 silam merupakan peristiwa yang penting dan sangat bersejarah bagi kehidupan pemerintahan Indonesia. Reformasi pada waktu itu berhasil melengserkan pemerintahan orde baru yang cenderung otoriter dan sentralistik. Berlangsungnya reformasi dalam pemerintahan memunculkan harapan baru bagi segenap bangsa Indonesia akan suatu pemerintahan yang baik. Dalam usaha mewujudnyatakan pemerintahan yang baik, penerapan prinsip yang terkandung dalam Good Governance sangatlah penting, terutama prinsip akuntabilitas dan transparansi. Penerapan prinsip akuntabilitas dan transparansi yang maksimal akan dapat menciptakan pelayanan publik yang baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi terhadap prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Good Governance, terutama prinsip Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya juga untuk mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi dalam usaha penerapan prinsip tersebut. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tentang akuntabilitas, transparansi, dan pelayanan publik. Sedangkan metode yang dipergunakan adalah metode deskripsi dengan pendekatan kualitatif.

Melalui penelitian yang dilakukan di Kelurahan Pematang Raya ini didapati bahwa dari beberapa indikator yang terkandung di dalam prinsip akuntabilitas dan transparansi, segenap pegawai Kelurahan Pematang Raya dinilai sudah berhasil menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi dengan baik dalam proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga. Hal ini membuat masyarakat Kelurahan Pematang Raya merasa nyaman dalam mendapatkan pelayanan.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Runtuhnya rezim orde baru pada Mei 1998 merupakan suatu peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Dengan runtuhnya rezim orde baru tersebut, masyarakat Indonesia mengharapkan suatu perubahan yang mengarah ke arah yang lebih baik. Nilai-nilai luhur dari demokrasi pancasila harus segera diwujudnyatakan. Pancasila sebagai ideologi negara dan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang dianut oleh bangsa Indonesia harus terlaksana di segala bidang. Hal itu dilaksanakan adalah untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tertulis dalam alinea ke empat UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Salah satu perubahan yang dilakukan pemerintah dalam era reformasi ini adalah dalam hal pemberian wewenang. Jika pada masa orde baru kewenangan mutlak di tangan pemerintah pusat, maka dalam era reformasi ini kewenangan itu dibagi-bagikan kepada daerah, melalui sistem desentralisasi. Ini merupakan suatu terobosan yang sangat baik bagi bangsa Indonesia yang sangat luas wilayahnya dan majemuk penduduknya. Dengan desentralisasi, maka diharapkan proses pelayanan publik dapat dilaksanakan oleh aparatur negara secara maksimal.

(11)

suatu pertanggungjawaban yang baik, kurangnya maksimalnya transparansi dalam pemerintahan, disiplin aparatur negara yang tidak baik, bahkan pengenaan biaya yang tidak wajar bagi pengurusan kepentingan publik guna percepatan penyelesaian urusan tersebut. Ini merupakan suatu bentuk kegagalan di dalam melaksanakan pemerintahan yang baik.

Hal-hal buruk yang terjadi di dalam pelayanan publik, seperti pertanggungjawaban atau akuntabilitas yang belum baik, transparansi yang kurang maksimal, sikap indisipliner aparatur birokrasi, dan pengenaan biaya yang dinamis dalam penyelesaian kepentingan publik, dapat menimbulkan gesekan-gesekan atau pun tindakan-tindakan separatis di dalam masyarakat yang merasa kurang puas dalam pelayanan publik. Konflik dan tindakan-tindakan seperti ini harus diwaspadai dan diantisipasi sesegera mungkin oleh pemerintah. Karena hal itu dapat mengancam keamanan, stabilitas, dan citra bangsa Indonesia di mata dunia Internasional.

Sikap indisipliner aparat birokrasi, penetapan tarif yang tidak wajar demi percepatan proses pelayanan publik, pertanggungjawaban dan transparansi yang belum maksimal, merupakan buah atau dampak dari pola pikir dari aparatur birokrasi yang lebih memposisikan dirinya sebagai pihak yang dilayani, dan bukan pihak yang harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada setiap pengguna jasa pelayanan publik. Seharusnya, pemerintah menurut paradigma pelayanan prima haruslah bersifat melayani dan bukan dilayani.

(12)

Maha Esa. Sehingga aparat birokrasi harus memberikan pertanggungjawaban yang baik kepada masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara memberikan pelayanan publik yang prima, baik, adil, dan maksimal. Dalam era demokratisasi dan desentralisasi saat ini, seluruh perangkat birokrasi perlu menyadari bahwa hakikat pelayanan berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku “ melayani, bukan dilayani “, “mendorong, bukan menghambat “, “ mempermudah, bukan mempersulit “, “sederhana, bukan berbelit-belit “, “ terbuka untuk setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang ( Mustopadidjaja AR, 2002 ).”

Tugas dari pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat. Pelayanan publik yang diberikan harus adil dan tidak bersifat diskriminasi. Apabila terdapat aspek-aspek pelayanan publik yang belum adil, maka pemerintah harus segera memperbaiki dan menatanya kembali. Agar tidak terjadi konflik-konflik atas ketidakpuasan terhadap pelayanan publik.

Hadirnya konsep good governance merupakan suatu cara yang sangat efektif guna memperbaiki pemerintahan saat ini. Konsep good governance menawarkan pemerintahan yang melibatkan tiga pilar yaitu, pemerintah, masyarakat, dan para stakeholder. Apabila konsep good governance tersebut dilaksanakan dengan baik, maka diharapkan pelayanan publik yang

(13)

Masyarakat pada jaman sekarang ini sudah semakin cerdas dan memahami bagaimana pelayanan publik yang baik dan buruk. Masyarakat mengeluh atas tindakan indisipliner aparat birokrasi, sikap petugas yang kurang cepat, dan pemerintahan yang kurang mencerminkan transparansi dan pertanggungjawaban yang maksimal. Hal-hal seperti ini bahkan sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir, membuat masyarakat bosan, muak, dan merasa pemerintah gagal dalam memberikan pelayan publik yang baik dan maksimal kepada masyarakat. Hal ini memberikan kesan yang tidak baik terhadap pemerintah di mata masyarakat luas.

Pegawai negeri sebagai alat negara memiliki semboyan abdi negara dan abdi masyarakat. Maka dapat diartikan bahwa seluruh aparatur negara itu harus mengabdikan seluruh jiwa dan raga mereka kepada masyarakat dengan memberikan pelayanan publik yang baik dan maksimal. Hal itu sudah sangat dirindukan oleh masyaarakat. Untuk mewujudkan segala harapan masyarakat tersebut, penerapan konsep good governance dan perbaikan kemampuan sumber daya manusia, merupakan suatu langkah awal yang baik dan sangat strategis. Apabila konsep good governance sudah diterapkan dengan baik dan maksimal, maka hal tersebut dapat

mengembalikan dan memperbaiki citra buruk pemerintah di mata masyarakat luas.

(14)

Masyarakat maupun pihak dari dunia bisnis memberikan penilaian bahwa penerapan pelaksanaan pelayanan publik masih belum maksimal. Hal itu tercermin dari kinerja pemerintahan dalam pemenuhan kebutuhan primer maupun hak-hak sipil masyarakat lainnya. Hal-hal tersebut dapat dilihat dari berbagai keluhan dari masyarakat maupun dari kalangan bisnis yang dimuat melalui berbagai media informasi. Berbagai keluhan tersebut meliputi sistem pelayanan yang rumit, kurang terbuka, kurang ramah, kurang responsif, dan bahkan aparatur birokrasinya yang bersifat indisipliner. Hal-hal seperti itu belum seberapa bila dibandingkan dengan penyimpangan-penyimpangan yang sangat membahayakan masa depan bangsa Indonesia, yaitu adanya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam tubuh birokrasi Indonesia. Praktek-praktek seperti itu harus segera dibasmi dan dihancurkan dari tubuh birokrasi Indonesia karena hanya akan merusak dan menghancurkan bangsa Indonesia.

Segala keluhan dan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam lingkungan birokrasi tadi bisa dihapuskan apabila sistem akuntabilitas dan transparansi di dalam birokrasi terlaksana dengan baik. Untuk itu akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik perlu ditingkatkan lagi. Setiap lembaga pemerintah maupun instansi pemerintah harus melaksanakan akuntabilitas dan tranparansi dalam pelayanan publik yang maksimal.

Kelurahan Pematang Raya di Kecamatan Raya merupakan salah satu pelaksana pelayanan publik yang bersinggungan langsung dengan masyarakat luas. Dalam pemberian pelayanan publik tersebut hendaknya konsep good governance juga diterapkan dengan maksimal, khususnya akuntabilitas dan transparansinya.

(15)

Oleh karenanya diharapkan aparatur negara yang bekerja di dalamnya dapat memberikan pelayanan publik yang maksimal. Terlebih dalam hal akuntabilitas dan transparansinya. Meskipun kelurahan merupakan tingkat yang paling bawah dalam pemerintahan, terdapat juga keluhan dan ketidakpuasan yang dirasakan oleh masyarakat atas kinerja para aparatur pemerintah tersebut. Kelurahan Pematang Raya juga mengalami hal yang tidak berbeda. Pembuatan surat-surat KTP dan KK yang seyogyanya gratis dan dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, cenderung kurang terlaksana dengan baik. Setiap warga negara wajib memiliki KTP dan KK dan pemerintah juga memiliki kewajiban untuk memberikan tanda kepada setiap warganya, yaitu melalui pemberian KTP dan KK. Dalam pembuatan KTP dan KK tersebut, masyarakat terkadang harus memberikan sejumlah uang guna percepatan penyelesaian pengurusan surat-surat tersebut. Disinilah perlunya ditingkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik.

Pemerintahan yang belum menerapkan akuntabilitas, transparansi, kurang informatif, biaya yang dinamis, kurang responsif, terbatasnya fasilitas, dan bahkan adanya tindakan yang berindikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme semakin membuat masyarakat mengeluh.

Kelurahan Pematang Raya juga tidak pernah memberikan suatu laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat setempat. Sehingga masyarakat tidak tahu keberhasilan-keberhasilan apa saja yang sudah diraih oleh kelurahan. Transparansi dalam pembuatan program kerja di kelurahan juga masih terbatas. Hal seperti ini membuat citra dan pandangan masyarakat terhadap kelurahan menjadi kurang baik.

(16)

I.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Akuntabilitas dan Transparansi dalam pelayanan publik khususnya dalam hal pengurusan KTP dan KK di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya ?

2. Apa yang menjadi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam menerapakan prinsip Akuntabilitas dan Tranparansi dalam pelayanan publik di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya ?

I.3 Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan prinsip-prinsip good governance khususnya akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.

2. Untuk mengetahui tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi dalam menerapakan prisip-prinsip tersebut ke dalam pelayanan KTP dan KK di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara ilmiah

Untuk menambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi pengembangan dan penyempurnaan teori-teori dalam Ilmu Administrasi Negara tentang akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan publik.

(17)

Secara praktis penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pemerintah ataupun lembaga-lembaga lain yang memerlukannya dan dapat pula menjadi pedoman dalam melaksanakan prinsip-prisip good governance.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai suatu langkah guna melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan mencurahkannya kedalam bentuk suatu karya ilmiah, juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.

I.5 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian ( Singarimbun, 1995:37 )

Kerangka teori adalah bagian dari peneltian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian ( Arikunto, 2002:92 ).

(18)

1.5.1 Good governance

1.5.1.1 Defenisi Good Governance

Konsep good governance merupakan suatu konsep yang sangat mengemuka saat ini. Konsep ini hadir ditengah-tengah kehidupan pemerintahan yang cenderung tidak baik, karena berbagai penyimpangan yang terjadi di dalam pemerintahan dan sangat merugikan masyarakat luas. Masyarakat maupun para akademisi mengharapkan penyelenggaraan good governance di setiap sendi-sendi pemerintahan.

Istilah pemerintahan yang amanah, agaknya kalah populer dibandingkan dengan kepemerintahan yang baik atau yang secara populer dikenal sebagai good governance. Pada hal kalau didalami maknanya, kedua istilah itu bermuara pada substansi yang sama. Istilah pemerintahan yang amanah secara kesejarahan sebenarnya lebih dahulu dikenal dibandingkan dengan good governance itu sendiri. Good governance dewasa ini sangat populer di kalangan akademisi maupun praktisi pemerintahan. Sekalipun faktanya sejauh ini baru sampai sebatas wacana karena praktik penyelenggaraan pemerintahan yang baik di pusat maupun di daerah masih sarat dengan apa yang disebut dengan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ( KKN ).

Kata governance yang di dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Kepemerintahan dapat diberi makna sebagai cara mengelola urusan-urusan pemerintahan dalam hal ini adalah urusan pemerintahan daerah. Bank Dunia memberikan defenisi governance sebagai “ the way state power is used in managing economic and social resources for development of society “.

Sedangkan United Nation Development Program ( UNDP ) mendefenisikan governance sebagai “ the exercies of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at

(19)

Kepemerintahan yang baik atau good governance dalam pelaksanannya ditandai dengan penyelenggaraan penyelenggaraan manajemen pembangunan yang baik, bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan mekanisme pasar yang efisien, menghindari salah alokasi, mencegah praktik-praktik KKN, baik secara politik maupun administratif ( Rochmansjah, 2009 : 1-3).

Mardiasmo ( 2002 : 18 ) mengatakan bahwa good governance merupakan suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik. Good governance menurut Wahab ( 2002 : 34 ) sebagaimana yang dikutip dari Bank Dunia

menyatakan bahwa good governance merupakan suatu konsep manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan inventasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewirausahaan. Bank Indonesia juga memberikan pengertian tentang good governance, yaitu sebagai suatu hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara, sektor

swasta, dan masyarakat ( Effendi, 1996 : 47 ).

Lembaga Administrasi Negara juga memberikan pemahaman tentang good governance yaitu sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta, dan masyarakat ( Kurniawan, 2005 : 16 ).

(20)

development”. Di dalam dokumen tersebut dikatakan bahwa governance atau kepemerintahan

merupakan pelaksanaan kewenangan/kekuasaan di bidang ekonomi, politik, dan administratif untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan integritas, kohesivitas sosial dalam masyarakat.

Oleh karena itu, sejatinya unsur-unsur di dalam kepemerintahan ( governance stakeholder ) dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu :

1) Negara/Pemerintahan : Konsep pokok dari kepemerintahan sejatinya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi baiknya juga melibatkan sektor swasta dan masyarakat sekitar.

2) Sektor swasta : Pihak-pihak dalam sektor swasta meliputi perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi di dalam sistem pasar, contohnya : kegiatan di sektor informal, perbankan dan koperasi, pabrik maupun industri pengolahan perdagangan.

3) Masyarakat Madani : Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada di antara atau ditengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi.

(21)

komitmen pada lingkungan hidup. Apabila terjadi kerjasama yang apik antara ketiga pilar utama konsep good governance yaitu, pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta maka niscaya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan maksimal akan terwujud.

I.5.1.2 Prinsip-prinsip Good Governance

UNDP memberikan beberapa karakteristik atau prinsip yang harus dijalankan dan digunakan guna penyelenggaraan kepemerintahan yang baik sebagaimana yang dikutip oleh Tangkilisan ( 2005 : 115 ), yaitu :

1) Partisipasi ( participation ) : keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputasan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

2) Berkeadilan ( equity ) : setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

3) Daya tanggap ( responsiveness ) : setiap aparatur negara dan instansi pemerintah harus cepat dan tanggap dalam melayani masyarakat dan pemangku kepentingan.

4) Berorientasi konsensus ( berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.

5) Transparansi ( transparency ) : transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan daerah secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

(22)

7) Aturan hukum ( rule of law ) : kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.

8) Strategi visi ( strategic vision ) : penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan.

9) Akuntabilitas ( accountability ) : pertanggungjawaban kepada daerah atas setiap aktivitas yang dilakukan.

Keseluruhan prinsip maupun karakteristik tersebut harus dilaksanakan dan dipedomani dalam setiap pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan publik. Good governance dan pelayanan publik yang maksimal akan terwujud bila prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan.

I.5.2 Pelayanan Publik

I.5.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Pelayanan publik berasal dari Bahasa Inggris yaitu, public service. Public berarti masyarakat, umum, atau negara. Sedangkan service dapat diartikan sebagai pelayanan atau pengabdian. Sehingga dapat diartikan bahwa pelayanan publik merupakan suatu kegiatan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat, umum, maupun negara.

(23)

Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dituliskan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

I.5.2.2 Hakekat Pelayanan Publik

Pelayanan umum juga memiliki hakekat yang sangat penting untuk dipahami oleh penyelenggara pelayanan umum, yaitu :

1) Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.

2) Pelayanan umum dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau.

3) Mendorong tumbuh kembangnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

(24)

Pelaksana atau penyelenggara pelayanan publik adalah tiap-tiap lembaga penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibuat berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan publik.

Maka dapat dirumuskan unsur-unsur yang terkandung di dalam pelayanan publik adalah ;

1) Pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan atau lembaga atau aparat pemerintah maupun swasta.

2) Ada aturan atau sistem dan tata cara yang jelas dalam pelaksanaanya. 3) Bentuk pelayanan yang diberikan berupa barang dan jasa.

4) Objek yang dilayani adalah masyarakat ( publik ) berdasarkan kebutuhannya.

I.5.2.3 Asas dan Prinsip Pelayanan Publik

Agar dapat memberikan pelayanan publik yang masksimal bagi masyarakat, pelaksanaan pelayanan publik haruslah menerapkan beberapa asas-asas pelayanan ( Ratminto, 2005:19-20 ) :

a. Keseimbangan hak dan kewajiban, maksudnya masing-masing pemberi dan penerima pelayanan haruslah memenuhi hak dan kewajibannya.

b. Kondisional, maksudnya sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

(25)

d. Transparansi, maksudnya setiap sendi pelayanan publik tersebut haruslah bersifat terbuka, tidak ada yang ditutup-tutupi, dan dapat diakses oleh setiap elemen masyarakat.

e. Partisipatif, maksudnya mendorong peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat.

f. Kesamaan hak, maksudnya adalah setiap warga masyarakat berhak mendapat perlakuan yang sama dan terhormat ketika mendapatkan pelayanan. Sikap diskriminasi dan pembedaan harus dihapuskan.

Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, diterangkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan haruslah memenuhi beberapa prinsip yaitu :

1. Kesederhanaan, prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Tanggung Jawab. Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

3. Kelengkapan sarana dan prasarana. Tersedianya sarana dan fasilitas yang mendukung terselenggaranya pelayanan publik yang baik.

4. Rasa aman. Dalam mendapatkan pelayanan, masyarakat hendaknya mendapatkan rasa aman dari gangguan luar.

(26)

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran.

6. Kepastian waktu. Merupakan durasi waktu yang dibutuhkan dalam usaha penyelesaian urusan publik.

7. Akurasi. Produk yang dihasilkan haruslah diterima dengan benar, sah, dan diakui.

8. Kemudahan akses. Tempat untuk mendapatkan pelayanan haruslah bersih, indah, dan mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan. Pemberi pelayanan haruslah bersikap disiplin, sopan dan ramah dalam menghadapi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

10. Kenyamanan. Lingkungan pelayanan haruslah tertib, menyediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih dan rapi, serta fasilitas lain yang mendukung kenyamanan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.

Usaha mewujudnyatakan pelayanan publik yang baik dan berkualitas dapat dicapai dengan memberantas kelemahan-kelemahan yang masih terdapat dalam proses pelayanan publik saat ini. Kelemahan kelemahan tersebut antara lain:

1. Kurang responsif. Aparat penyelenggara pelayanan publik kerap sekali kurang bersikap responsif dalam menanggapi dan melayani kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik. Kondisi seperti ini hampir terjadi di setiap tingkatan unsur pelayanan.

(27)

3. Kurang accessible. Berbagai unit pelayanan letaknya jauh dari jangkauan masyarakat dan kurang nyaman. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam peningkatan pelayanan.

4. Birokratis. Pelayanan ( terutama pelayanan perijinan ) pada umumnya harus melalui berbagai tingkatan pelayanan. Ini merupakan suatu kendala bagi masyarakat, karena harus mengorbankan biaya dan waktu tambahan.

5. Kurang koordinasi. Kerap terjadi tumpang tindih kebijakan antara satu instansi dengan instansi yang lain. Hal ini dipicu oleh kurangnya koordinasi yang apik antar instansi pelayanan yang terkait.

6. Kurang bersedia menanggapi keluhan dan aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat birokrasi kurang mau menerima dan menanggapi keluhan, aspirasi, maupun usulan dari masyarakat tentang peningkatan kualitas pelayanan.

7. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan, kerap tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan.

Kalau dilihat dari sisi lembaganya, yang menjadi kelemahan utamanya adalah pada susunan organisasinya. Kebanyakan susunan birokrasi saat ini lebih kepada susunan yang kaya struktur namun miskin fungsi. Kaya struktur maksudnya lebih banyak kerangka organisasinya. Kerangka organisasi itu diisi oleh pegawai-pegawai. Namun fungsinya tidak maksimal. Justru mengakibatkan birokrasi itu jadi lambat. Seharusnya birokrasi lebih menekankan kepada aspek miskin struktur namun kaya fungsi.

(28)

tidak mengenal “ bottom line “ artinya seburuk apapun kinerjanya, pelayanan pemerintah tidak mengenal istilah bangkrut. Ketiga, berbeda dengan mekanisme pasar yang memiliki kelemahan dalam memecahkan masalah eksternalitas, organisasi pelayanan pemerintah menghadapi masalah berupa internalitas. Artinya, organisasi pemerintah sangat sulit mencegah pengaruh nilai-nilai dan kepentingan para birokrat dari kepentingan umum masyarakat yang seharusnya dilayaninya.

I.5.3 Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pelayanan Publik

Dari kesembilan prinsip-prinsip good governance yang sudah dikemukakan di atas, penulis menganggap bahwa prinsip akuntabilitas dan transparansi memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang baik, terutama di dalam tingkatan paling rendah dalam struktur pemerintahan yaitu tingkat kelurahan. Maka konsep akuntabilitas dan transparansi tersebut akan dibahas sebagai berikut :

I.5.3.1 Akuntabilitas

(29)

akhirnya memaksa presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Paska runtuhnya rezim orde baru, masyarakat Indonesia menatap suatu perubahan disegala aspek pemerintahan untuk menjadi lebih baik dan cerah. Reformasi birokrasi dan pemerintahan merupakan suatu langkah yang tepat. Reformasi tersebut memberikan harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di Indonesia.

Secara umum akuntabilitas dapat dipahami sebagai :

1) Kewajiban seseorang/lembaga untuk memberikan laporan yang memuaskan atas tindakan sebagai akibat wewenang yang dimiliki/diterima ( satisfactory report )

2) Pengukuran tanggung jawab yang diekspresikan dalam nilai uang, unit kekayaan atau dasar lain yang ditentukan sebelumnya ( responsibility )

3) Kewajiban membuktikan kinerja yang baik, sesuai dengan ketentuan ( hukum, persetujuan, dan kebiasaan ) (Rochmansjah, 2009 : 13 ).

Berdasarkan pemahaman diatas, maka dapat dipahami bahwa akuntabilitas mengandung dimensi kepuasan dari para pihak ( stakeholders ) yang telah memberikan wewenang kepadanya, serta adanya kewajiban untuk membuktikan bahwa kinerja yang dicapai atas penggunaan wewenang tersebut telah sesuai dengan standar yang telah disetujui sebelumnya.

Selanjutnya terdapat dua jenis akuntabilitas ( Rochmansjah, 2009 : 13 ).

1) Dollar accountability, berkenaan dengan pendapatan dan pengeluaran, sumber-sumber

aktiva dan penggunaannya ( akuntabilitas keuangan ).

2) Operation accountability, berkenaan dengan tanggung jawab (

responsibility ) seseorang administrator untuk menggunakan semua harta dan sumber-sumber secara efisien dan efektif ( akuntabilitas administrasi ).

(30)

Polidano ( 1998 ) lebih lanjut mengidentifikasi tiga elemen utama akuntabilitas, yaitu adanya kekuasaan untuk mendapatkan persetujuan awal sebelum sebuah keputusan dibuat, akuntabilitas peran yang merujuk pada kemampuan seorang pejabat untuk menjalankan peran kuncinya, dan peninjauan ulang secara retrospektif yang mengacu pada analisis operasi suatu departemen.

Berbagai dimensi dan elemen utama dari akuntabilitas ini akan sangat membantu penerapan akuntabilitas dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Lenvine ( dalam Dwiyanto 2005 : 147 ) mengartikan akuntabilits sebagai suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan para pemangku kepentingan. Akuntabilitas berarti pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga pemerintah sehingga menguragi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi ( check and balances system ).

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 26/KEP/M.PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik menyatakan bahwa pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pertanggungjawaban atau akuntabilitas pelayanan publik mencakup :

1) Akuntabilitas kinerja pelayanan publik.

(31)

b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus sesuai dengan standar atau janji/akta pelayanan publik yang telah ditetapkan.

c. Standar pelayanan publik harus dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka, baik kepada publik maupun kepada atasan atau pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah. Apabila terjadi penyimpangan dalam hal pencapaian standar, harus dilakukan upaya perbaikan.

d. Penyimpangan yang terkait dengan akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus diberikan kompensasi kepada penerimaan pelayanan.

e. Masyarakat dapat melakukan penelitian terhadap kinerja pelayanan secara berkala sesuai mekanisme yang berlaku.

f. Disediakan mekanisme pertanggungjawaban bila terjadi kerugian dalam pelayanan publik, atau jika pengaduan masyarakat tidak mendapat tanggapan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2) Akuntabilitas biaya pelayanan publik.

a. Biaya pelayanan dipungut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Pengaduan masyarakat yang terkait dengan penyimpangan biaya pelayanan publik, harus ditangani oleh Petugas/Pejabat yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan/Surat Penugasan dari Pejabat yang berwenang.

(32)

a. Persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kualitas dan keabsahan produk layanan tersebut.

b. Prosedur dan mekanisme kerja harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah.

I.5.3.2 Tranparansi

Di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara ( MENPAN ) No. 26/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menjelaskan pengertian transparansi penyelenggaraan publik merupakan pelaksanaan tugas dan kegiatan yang terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan ataupun pengendaliannya, serta mudah diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.

Transparansi dalam pelayanan publik utamanya meliputi :

1. Manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik

Transparansi terhadap manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanan, dan pengawasan/pengendalian oleh masyarakat. Kegiatan tersebut harus dapat diinformasikan dan mudah diakses oleh masyarakat.

2. Prosedur pelayanan

(33)

haruslah sederhana, mudah dimengerti, serta dapat dibuat dalam bentuk Bagan Alir ( Flow Chart ) yang kemudian dapat dipampang di dalam ruangan pelayanan. Bagan alir sangat membantu dalam proses kemudahan pelayanan. Seperti, mempublikasikan tentang prosedur pelayanan, pengendali atau kontrol bagi masyarakat untuk melakukan pengawasan dan petunjuk kerja memberikan pelayanan.

3. Rincian biaya pelayanan

Biaya pelayanan adalah segala biaya dan rinciannya dengan nama atau sebutan apapun sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Transparansi mengenai biaya dilakukan dengan mengurangi semaksimal mungkin pertemuan secara personal antara pemohon/penerima pelayanan . dengan pemberi pelayanan. Unit pemberi pelayanan seharusnya tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang bertugas mengelola keuangan/bank yang ditunjukkan oleh Pemerintah/unit pelayanan. Disamping itu, setiap pungutan yang ditarik dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.

4. Waktu penyelesaian pelayanan

(34)

5. Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

Petugas/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan pelayanan dan atau menyelesaikan keluhan/persoalan/sengketa, diwajibkan memakai tanda pengenal dan papan nama di meja/tempat kerja petugas.

6. Informasi pelayanan

Untuk memenhi kebutuhan informasi pelayanan kepada masyarakat, setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib mempublikasikan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, akta/janji, motto pelayanan, lokasi serta pejabat/petugas yang berwenang dan bertanggung jawab sebagaimana telah diuraikan diatas. Publikasi dan atau sosialisasi tersebut diatas melalui antara lain, media cetak ( brosur, leaflet, booklet ), media elektronik ( website, home-page, situs internet, radio, TV ), media gambar dan atau penyuluhan secara langsung

kepada masyarakat. 7. Standar pelayanan publik

Setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun standar pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan, unit pelayanan instansi pemerintah wajib menyusun standar pelayanan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewenangannya, dan dipublikasikan kepada masyarakat sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan, dan standar pelayanan yang ditetapkan hendakanya realistis, karena merupakan jaminan bahwa janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para pemberi dan penerima pelayanan.

(35)

Akta atau janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja pelayanan instansi pemerintah dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Janji pelayanan ditulis secara jelas, singkat dan mudah dimengerti, menyangkut hanya hal-hal yang esensial dan informasi yang akurat, termasuk didalamnya mengenai standar kualitas pelayanan, dapat pula dibuat “ motto pelayanan “, dengan penyusunan kata-kata yang dapat memberikan semangat, baik kepada pemberi maupun penerima pelayanan.

9. Lokasi pelayanan

Tempat dan lokasi pelayanan diusahakan harus tetap dan tidak berpindah-pindah, mudah dijangkau oleh pemohon pelayanan, dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai termasuk penyediaan sarana telekomunikasi dan informatika ( telematika ).

10. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan

Untuk memperoleh pelayanan, masyarakat harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menentukan persyaratan, baik teknis maupun administratif harus seminimal mungkin dan dikaji terlebih dahulu agar benar-benar sesuai/relevan dengan jenis pelayanan yang akan diberikan. Harus dihilangkan segala persyaratan yang bersifat duplikasi dari instansi yang terkait dengan proses pelayanan.

(36)

masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

Transparansi dan akuntabilitas hendaknya dilaksanakan diseluruh aspek pelayanan publik. Mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengambilan kebijakan, pengawasan dan pengendalian, hingga laporan kinerja. Apabila transparansi dan akuntabilitas dilaksanakan disetiap sendi-sendi pemerintahan, maka niscaya pelayanan publik yang maksimal pasti akan dapat terwujud.

I.5.4 Peran Pemerintah dalam Pelayanan Publik

Peran pemerintah memiliki fungsi yang sangat strategis dalam pelaksanan pelayanan publik yang maksimal kepada masyrakat. Peran ataupun fungsi tersebut tidak dapat digantikan oleh lembaga-lembaga yang lain. Kehidupan birokrasi tidak hanya menyangkut kepada birokrat tetapi akan sangat terkait dengan organisasi dan manajemen pengelolaan pemerintahan, dan pembangunan dan publik. Untuk memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada seluruh aspek masyarakat, kinerja aparat birokrasi perlu ditingkatkan. Aparat birokrasi harus bisa menciptakan kondisi yang aman, kondusif, dan nyaman kepada pengguna jasa pelayanan publik. Dengan demikian pelayanan publik yang maksimal dapat terwujud.

(37)

negeri sebagai aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara, juga sebagai abdi negara, dan juga merupakan abdi masyarakat. Dengan pemahaman seperti itu, maka aparat birokrasi haruslah mengabdi kepada kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan pengbdian dan pelayanan yang maksimal dari aparat birokrasi. Prinsip pemerintah sebagai pelayan masyarakat harus benar-benar diwujudnyatakan disetiap sendi-sendi pemerintahan, bukan sebaliknya masyarakat yang melayani pemerintah.

Pemerintahan yang baik akan dapat terwujud apabila ada kontrol dan pengawasan dari kekuatan-kekuatan politik atau organisasi-organisasi massa. Akan tetapi, kekuasaan birokrasi akan menjadi semakin besar apabila kekuatan-kekuatan politik maupun organisasi-organisasi massa tersebut, kurang mampu menjalankan fungsi artikulasi dan agregasi kepentingan masyarakat, apalagi bila tidak ditunjang dengan adanya proses pengambilan keputusan ( rule making ) dan pengawaan pelaksanaan keputusan yang baik. Apabila kekuasaan birokrasi sudah

lebih besar, maka dapat mengakibatkan aparat birokrasi lebih leluasa mengendalikan lingkungan luar birokrasi, sehingga dapat memantapkan posisinya dalam tatanan organisasi pemerintahan negara. Penyalahgunaan kekuasaan tersebut dapat mengakibatkan pemerintah gagal untuk memberikan pelayanan publik yang maksimal kepada masyarakat, dan bahkan mengalami kegagalan dalam menjalankan program-program yang telah dirumuskan. Keadaan seperti itu dapat membuat aparat birokrasi melakukan penyalahgunaan terhadap kekuasaanya.

(38)

Kejadian-kejadian tersebut disebabkan oleh karena pola pikir pemerintah yang belum mengalami perubahan mendasar. Yaitu pola pikir lama yang ditandai dengan perilaku aparatur negara di lingkungan birokrasi yang masih menempatkan dirinya untuk dilayani bukannya untuk melayani. Padahal sejatinya pemerintah harus melayani, bukan dilayani. Didalam era demokratisasi dan reformasi saat ini, seluruh perangkat birokrasi, perlu menyadari bahwa pelayanan berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku “ melayani, bukan dilayani”, “mendorong, bukan menghambat “, “ mempermudah, bukan mempersulit “, “ sederhana, bukan berbelit-belit “, “ terbuka untuk setiap orang, bukan hanya segelintir orang “.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial ( Singarimbun, 1995:33 ). Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti. Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan, yaitu :

(39)

2. Akuntabilitas berarti para pengambil keputusan dalam sektor publik, swasta, dan masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban ( akuntabilitas ) kepada publik ( masyarakat umum ), sebagaimana halnya kepada para pemilik ( stakeholder ).

Yang menjadi indikator dalam usaha mengukur akuntabilitas adalah sebagai berikut :

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik, ini dapat dilihat dari berbagai proses yang meliputi : tingkat ketelitian ( akurasi ), profesionalitas petugas, kelengkapan sarana dan prasarana, kejelasan aturan ( termasuk kejelasan kebijakan atau peraturan perundang-undangan ), dan kedisiplinan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat pula dipertanggungjawabkan.

b. Akuntabilitas biaya pelayanan publik, biaya dalam pelayanan publik harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Akuntabilitas produk pelayanan publik, segala persyaratan teknis dan administratif harus jelas dan dapat pula dipertanggungjawabkan dari segi kualitas maupun keabsahannya. Prosedur dan mekanisme kerja juga harus sederhana dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Transparansi harus dibangun dalam rangka kebebasan aliran informasi. Transparansi merupakan prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi merupakan upaya menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

(40)

Di dalam manajemen dan penyelenggaraan pelayanan publik, wujud transparansi dapat dilakukan dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan kebijakan, dan pengawasan oleh masyarakat.

b. Prosedur pelayanan

Prosedur merupakan suatu rangkaian proses atau tata kerja yang saling berkaitan, yang kemudian akan menunjukkan adanya langkah-langkah yang jelas dan pasti serta cara-cara yang harus dilalui dalam rangka penyelesaian suatu pelayanan.

c. Lokasi pelayanan

Tempat ataupun lokasi pelayanan adalah tempat berlangsungnya kegiatan pelayananan terhadap objek pelayanan. Tempat ataupun lokasi pelayanan hendaknya harus selalu bersih, indah, dan asri, agar dapat menciptakan suasana nyaman bagi pegawai dan masyarakat.

d. Janji pelayanan

Janji pelayanan merupakan suatu bukti keseriusan pegawai dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Janji tersebutlah yang menjadi salah satu pedoman dan acuan bagi pegawai dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat.

e. Standar pelayanan

(41)

f. Informasi pelayanan

Merupakan informasi yang berkaitan dengan setiap jenis pelayanan. Informasi pelayanan mencakup peraturan, standar, dan syarat yang berkaitan dengan pelayanan.

g. Pejabat yang berwenang

Merupakan pejabat yang berwenang untuk menandatangani produk pelayanan tersebut agar produk tersebut sah dan berlaku.

h. Waktu penyelesaian

Yang dimakusud dengan waktu penyelesaian adalah durasi waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu produk pelayanan publik.

i. Rincian biaya pelayanan

(42)

BAB II

METODE PENELITIAN

II. 1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapakan oleh Narbuko dan Achmadi ( 2004: 44 ) bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada pada saat sekarang berdasarkan data-data. Maka penelitian deskriptif juga akan menyajikan data, menganalisa, dan menginterpretasikan, dan dapat juga bersifat komparatif dan korelatif.

Oleh karena itu, di dalam penelitian ini akan mengumpulkan data tentang permasalahan yang diteliti lalu diuraikan, digambarkan, diinterpretasikan secara rasional dan diambil kesimpulan dari penelitian tersebut.

II. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pematang Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun.

II. 3 Informan Penelitian

(43)

langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, ( 3 ) informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti ( Hendarso dalam Suyanto, 2005: 171-172 ).

Dari penjelasan yang sudah diterangkan diatas, maka peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informannya. Purposive sampling merupakan penentuan

informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Yang menjadi informan peneliti adalah :

1. Informan kunci yaitu terdiri dari satu orang Kepala Kelurahan Pematang Raya dan empat orang pegawai yang bekerja di Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya.

2. Informan biasa yaitu masyarakat yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam usaha menentukan informan biasa, peneliti menggunakan teknik Accidental yaitu penarikan sampel berdasarkan kebetulan. Maka yang menjadi informan biasanya adalah masyarakat yang melakukan pengurusan KTP dan KK pada periode Maret – Mei 2011.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam teknik pengumpulan data menurut klasifikasi jenisnya dan sumbernya, yaitu :

(44)

Yaitu teknik pengmpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan berhadapan langsung dengan informan.

b. Metode Kuesioner ( Angket )

Yaitu jenis teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai pendamping dalam pengumpulan data. Angket berisikan format daftar pertanyaan yang memberi pilihan jawaban pada responden dan berkaitan dengan permasalahan.

c. Metode Observasi

Maksudnya adalah mengadakan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder a. Studi kepustakaan

Yaitu pengumpulan data-data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, pendapat para ahli, dan makalah yang berguna secara teoritis dalam mendukung penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian dan penelaahan catatan penulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.

II.5 Teknik Analisa Data

(45)
(46)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum

Kelurahan Pematang Raya merupakan kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kelurahan Pematang Raya memiliki luas 2300 Ha yang terdiri dari wilayah pemukiman, pertanian, perkantoran, dan sebagainya. Kelurahan Pematang Raya merupakan wilayah yang berada sekitar 900 M diatas permukaan laut. Rata-rata banyaknya curah hujan di Kelurahan Pematang Raya adalah 300 Mm/tahun. Suhu udara rata-rata di Kelurahan Pematang Raya adalah 26°C. Sedangkan topografi dataran rendah tinggi pantai adalah tinggi. Adapun yang menjadi batas-batas Kelurahan Pematang Raya adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dalig Raya b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sigodang c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Raya Bayu d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sondi Raya

III. 2 Wajib Kelurahan

Adapun yang menjadi wajib Kelurahan Pematang Raya adalah sebagai berikut :

a. Kepemimpinan

b. Penguasaan data wilayah

(47)

e. Pembinaan koperasi atau kelompok koperasi f. Pelaksanaan 5K

g. Meningkatkan partisipasi dan gotong royong masyarakat h. Meningkatkan pendapatan asli daerah

i. Pembinaan perangkat kelurahan lingkungan/RW/RT lembaga desa j. Pembinaan PKK

III. 3 Arah dan Kebijakan Umum Bidang Pembangunan yang dikelola

Adapun arah dan kebijakan umum bidang pembangunan yang dikelola oleh Kelurahan Pematang Raya adalah berpedoman pada Tupoksi Kelurahan, berdasarkan Peraturan Bupati Simalungun Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja pada Organisasi Kecamatan dan Kelurahan Pemerintah Kabupaten Simalungun.

Pada pasal 1 diterangkan bahwa yang dimaksud dengan kelurahan adalah merupakan wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam wilayah Kecamatan. Sedangkan Lurah adalah merupakan perangkat daerah kabupaten yang berkedudukan di wilayah kecamatan.

Pada pasal 9 diterangkan Rincian Tugas Jabatan Pada Organisasi Kelurahan sebagai berikut : Lurah mempunyai Tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati.

(48)

a. Melaksanakan urusan administrasi pemerintahan dan pengaturan kehidupan masyarakat yang dilimpahkan kepada lurah.

b. Membuat Program Kerja Tahunan dengan mengacu pada program kerja Pemerintah Kecamatan.

c. Merumuskan kebijakan Pemerintahan Kelurahan.

d. Merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan pelayanan umum di lingkungan Kelurahan.

e. Menetapkan prosedur pedoman teknis terhadap kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

f. Mengadakan pemberdayaan dan pelayanan masyarakat. g. Mengadakan pembinaan lembaga kemasyarakatan.

h. Menyelenggarakan dan membina keamanan dan ketertiban umum wilayah kerja. i. Melaksanakan pembinaan karier pegawai di lingkungan Kelurahan.

j. Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada atasan.

k. Melaksanakan tugas-tugas di bidang kepegawaian.

l. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(49)

1. Sekretaris Lurah

Sekretaris Lurah mempunyai tugas membantu Lurah di bidang Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan, Perencanaan Program dan Keuangan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretaris Lurah mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

a. Mengkoordinasikan urusan teknis administrasi kepada seluruh perangkat kelurahan dan lingkungan.

b. Melaksanakan kegiatan surat menyurat, antara lain menerima dan mencatat surat masuk dan keluar, mendistribusikan surat, mengagendakan dan mengarsipkan surat.

c. Melaksanakan dan memelihara administrasi perlengkapan termasuk pengadaan, perawatan dan pemeliharaan inventaris kelurahan.

d. Melaksanakan urusan administrasi keuangan dan kerumahtanggaan. e. Melaksanakan tugas-tugas dibidang kepegawaian.

f. Melaksanakan tugas-tugas dibidang pengelolaan barang dan keuangan.

g. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Kepala Seksi Pemerintahan

Adapun yang menjadi rincian tugas kepala seksi pemerintahan adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan bahan dalam rangka mengikuti kegiatan perlombaan kelurahan Tingkat Kelurahan.

b. Melaksanakan administrasi kependudukan.

c. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan kependudukan.

(50)

e. Memfasilitasi pengurusan pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. f. Melaksanakan tugas-tugas di bidang pemungutan pajak bumi dan bangunan.

g. Menyusun laporan Kelurahan dibidang pemerintahan.

h. Pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data dibidang ketentraman dan ketertiban umum. i. Memfasilitasi upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.

j. Melakukan pengawasan dan pemantauan dalam pelaksanaan kegiatan pembebasan tanah. k. Melaksanakan pelayanan surat pengantar kependudukan meliputi KTP, KK dan Surat

Keterangan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

l. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Kepala Seksi Pembangunan

Adapun yang menjadi rincian tugas Kepala Seksi Pembangunan adalah sebagai berikut : a. Mempersiapkan, mensistematisasikan data dan program pembangunan.

b. Melaksanakan dan mengkoordinasikan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah kecamatan.

c. Melaksanakan pembinaan dan mengkoordinasikan pengembangan perekonomian meliputi pembangunan sumber produksi dan pengendalian penyaluran/pemasaran produksi.

d. Pengendalian pembangunan meliputi perkreditan.

e. Melaksanakan pengendalian pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna. f. Melakukan kegiatan dan pemantauan terhadap pengembangan potensi dan kualitas SDA. g. Membuat usalan pendapatan kecamatan.

(51)

i. Melaksanakan pengawasan dan pemantauan terhadap setiap izin dan rekomendasi yang dikeluarkan agar sesuai dengan peraturan daerah atau ketentuan yang berlaku.

j. Memfasilitasi pelaksanaan kebersihan.

k. Memfasilitasi pelayanan penerbitan ijin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

l. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Kepala Seksi Kemasyarakatan

Adapun yang menjadi rincian tugas dari kepala Kepala Seksi Kemasyarakatan adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan urusan pembinaan masyarakat meliputi menggerakkan partisipasi warga masyarakat untuk bergotong royong dan menata lingkungan.

b. Melaksanakan urusan pembinaan kelompok masyarakat. c. Melaksanakan urusan pembinaan olah raga dan generasi muda. d. Melaksanakan urusan upaya peningkatan gizi keluarga.

e. Melaksanakan pembinaan terhadap kehidupan kerukunan beragama dan antar umat beragama.

f. Membantu pembinaan keluarga berencanana.

g. Melakukan kegiatan perayaan hari-hari besar keagamaan dan hari besar nasional. h. Melakukan pengwasan dan monitoring bantuan sosial.

(52)

j. Melakukan pembinaan masalah kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba dan masalah sosial.

k. Melakukan pembinaan terhadap kesejahteraan keluarga. l. Memproses surat-surat keterangan miskin/tidak mampu. m. Melakukan pengawasan pendistribusian bahan bakar minyak. n. Mendata dan memfasilitasi pelaksanaan raskin.

o. Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang pengawasan terhadap penyaluran bantuan kepada masyarakat serta melakukan kegiatan pengamanan akibat bencana alam dan bantuan lainnya.

p. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

III. 4 Potensi Wilayah Kelurahan Pematang Raya

Potensi wilayah yang ada di Kelurahan Pematang Raya terdiri dari potensi sumber daya alam, jumlah penduduk, dan potensi kelembagaan. Potensi-potensi inilah yang akan diberdayakan untuk melakukan pembangunan dan perbaikan di Kelurahan Pematang Raya.

III. 4.1 Potensi Sumber Daya Alam

Luas Kelurahan Pematang Raya terdiri dari :

(53)

Total Luas = 2300 Ha

III. 4.2 Jumlah Lingkungan

Jumlah lingkungan yang ada di Kelurahan Pematang Raya adalah sebanyak 5 ( Lima ) lingkungan, dengan masing-masing kepala lingkungan sebagai berikut ini :

Tabel 3.1

Jumlah Lingkungan dan Nama Kepala Lingkungan

No Lingkungan Kepala Lingkungan

1 Lingkungan I Raiden Damanik 2 Lingkungan II Kalmon Saragih 3 Lingkungan III Walmer Sitopu 4 Lingkungan IV Jasmen Sinaga 5 Lingkungan V Jalinson Sidauruk Sumber : Profil Kelurahan Pematang Raya 2011

III. 4.3 Jumlah Penduduk

Hingga Bulan Desember 2009, jumlah penduduk di Kelurahan Pematang Raya adalah 7018, yang terdiri dari 1686 Kepala Keluarga dengan klasifikasi sebagai berikut.

a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

Menurut jenis kelamin maka jumlah penduduk di Kelurahan Pematang Raya berjumlah sebanyak :

Tabel 3.2

(54)

No Uraian Laki-laki Perempuan Jumlah

1 WNI Pribumi 3.441 3.577 7.018

2 WNI K.A - - -

3 WNA - - -

Jumlah 3.441 3.577 7.018

Sumber : Profil Kelurahan Pematang Raya 2011

Melalui tabel diatas dapat diambil suatu fakta bahwa, 100% warga Kelurahan Pematang Raya adalah mayoritas Warga Indoenesia Asli yaitu sejumlah 7.018 jiwa. Warga Negara Keturunan Asing dan Warga Negara Asing dipastikan tidak ada.

b. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Di Kelurahan Pematang Raya, terdapat tiga jenis agama yang dianut dan diyakini oleh warga masyarakat. Uraian dan penjelasannya ada dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Agama

No Agama Jumlah

1 Kristen 6.256

2 Islam 617

3 Katolik 145

4 Buddha -

5 Hindu -

Jumlah 7.018

(55)

Dari data diatas, dapat diambil suatu kenyataan bahwa agama yang mayoritas dianut oleh warga Kelurahan Pematang Raya adalah agama Kristen yaitu sebanyak 6.256 jiwa diikuti oleh agama Islam sebanyak 617 jiwa dan agama Katolik sebanyak 145 jiwa. Sementara untuk agama Budha dan Hindu, dipastikan tidak ada.

c. Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa

Terdapat beberapa suku bangsa yang mendiami Kelurahan Pematang Raya yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah

1 Simalungun 6716

2 Tapanuli 121

3 Karo 31

4 Nias 27

5 Jawa 123

Jumlah 7018

Sumber : Profil Kelurahan Pematang Raya 2011

Melalui tabel diatas, dapat dipahami bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Pematang Raya adalah Suku Bangsa Simalungun dengan 6716 jiwa. Kemudian disusul oleh Suku Bangsa Jawa dengan jumlah 123 jiwa. Suku Bangsa Tapanuli sebanyak 121 jiwa. Suku Bangsa Karo sebanyak 31 jiwa. Sedangkan Suku Bangsa Nias merupakan suku minoritas di Kelurahan Pematang Raya dengan jumalah 27 jiwa.

(56)

Di Kelurahan Pematang Raya, terdapat 5 lingkungan. Jumlah penduduk di masing-masing lingkungan dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Menurut Lingkungan

No Lingkungan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 508 545 1053

2 II 1013 1031 1042

3 III 998 1037 2035

4 IV 461 490 951

5 V 461 474 935

Jumlah 3441 3577 7018

Sumber : Profil Kelurahan Pematang Raya 2011

Berkaca dari tabel diatas, dapat dilihat suatu kenyataan bahwa, penduduk terbanyak Kelurahan Pematang Raya terdapat di Lingkungan III dengan jumlah 2035 jiwa. Sedangkan jumlah terkecil penduduk Kelurahan Pematang Raya terdapat di Lingkungan V dengan jumlah penduduk 935 jiwa.

e. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Lingkungan

Melalui tabel dibawah ini dapat dilihat jumlah kepala keluarga yang ada di lima lingkungan yang ada di Kelurahan Pematang Raya.

Tabel 3.6

Jumlah Kepala Keluarga Menurut Lingkungan

(57)

1 I 320 Kepala Keluarga

2 II 379 Kepala Keluarga

3 III 652 Kepala Keluarga

4 IV 203 Kepala Keluarga

5 V 132 Kepala Keluarga

Jumlah 1686 Kepala Keluarga

Sumber : Profil Kelurahan Pematang Raya 2011

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Pematang Raya adalah sebanyak 1.686 Kepala Keluarga yang tersebar di 5 lingkungan. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa, jumlah kepala keluarga lebih banyak berdomisili di Lingkungan III dengan jumlah 652 Kepala Keluarga.

f. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Klasifikasi penduduk Kelurahan Pematang Raya menurut jenis mata pencaharian dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.

Tabel 3.7

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Jenis pekerjaan Jumlah

1 Petani/pekebun 1579

2 Pegawai negeri 430

3 Wiraswasta 855

4 TNI/POLRI 30

(58)

6 Pegawai swasta 45

Jumlah 3159

Sumber : Profil Kelurahan Pematang Raya 2011

Petani atau pekebun merupakan pekerjaan yang dominan yang digeluti oleh penduduk Kelurahan Pematang Raya. Penduduk yang menggeluti pekerjaan ini adalah sebanyak 1579 jiwa. Mengingat potensi sumber daya alam, kondisi tanah, dan iklim yang sangat cocok untuk bertani, maka masyarakat Kelurahan Pematang Raya lebih memilih menggantungkan hidupnya dengan bertani maupun berkebun.

g. Jumlah Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Umur

[image:58.612.76.547.450.705.2]

Berdasarkan klasifikasi umur, maka kondisi penduduk Kelurahan Pematang Raya dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.

Tabel 3.8

Jumlah penduduk menurut Klasifikasi Umur

No Umur Jumlah

1 0-12 Bulan 74

2 1-5 Tahun 435

3 6-16 Tahun 1052

4 17-24 Tahun 913

5 25-30 Tahun 631

6 31-40 Tahun 1334

7 > 41 Tahun 2579

Jumlah 7018

(59)

Dengan memperhatikan tabel diatas dapat dipahami bahwa, kelompok umur diatas 41 tahun merupakan kelompok umur yang sangat dominan di Kelurahan Pematang Raya dengan jumlah 2579 jiwa. Kemudian diikuti oleh kelompok umur 31-40 tahun sebagai kelompok umur yang juga dominan di Kelurahan Pematang Raya.

h. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

[image:59.612.72.547.400.714.2]

Pendidikan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengembangkan, membangun, dan memajukan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berpendidikan dan terampil merupakan asset berharga dari suatu negara. Penduduk Kelurahan Pematang Raya, berdasarkan tingkat pendidikan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tabel 3.9

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Umur Jumlah

1 Belum Sekolah 495

2 Pernah sekolah tidak tamat 2

3 SD/Sederajat 1614

4 SLTP/Sederajat 2606

5 SLTA/Sederajat 1865

6 D1 22

7 D2 14

8 D3 45

9 S1 350

(60)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

AJÉN MORALITAS JEUNG ÉTNOPÉDAGOGIK DINA PANYARAMAN MASARAKAT SUNDA DI DÉSA BUNI GEULIS, KECAMATAN HANTARA, KABUPATÉN KUNINGAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Generated by CamScanner

Generated by CamScanner

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pekerjaan Penapisan dan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari (lelang ulang) Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah TA APBD

Kedua : Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di :

remaja terarah dengan baik, maka remaja tersebut akan menjadi seorang individu. yang memiliki

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AL-QURAN HADITS PESERTA DIDIK KELAS.. IV-A MIN MERGAYU

pembiayaan. Bank syariah akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil, dari proyek yang di biayai oleh bank tersebut. Apabila proyeknya mandek, maka akan di carikan solusi