PERKEMBANGAN
LAND MAN RATIO
DI KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH:
ROULAN FRANS PARULIAN SIMANJUNTAK 020304047
SEP/AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi)
NIP: 131836671 NIP: 132207411
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERKEMBANGAN
LAND MAN RATIO
DI KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH:
ROULAND FRANS PARULIAN SIMANJUNTAK 020304047
SEP/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Judul skripsi ini adalah: PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO DI
KABUPATEN LANGKAT .
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS , sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.
2. BapakIr. Luhut Sihombing, MP, selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut berperan dalam studi penulis.
4. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pegawai BPS Kabupaten Langkat dan BPS SUMUT atas bantuan nya selama melakukan penelitian ini.
Dengan rasa hormat yang sedalam-dalamnya penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada kedua orang tua BapakR. Simanjuntakdan IbuN. Hutahaean, atas perhatian, kasih sayang, doa, dukungan moril dan materil, dorongan serta nasehat yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Terima kasih juga kepada semua adik-adik saya Kristophel, Meta, dan Peny atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk dapat meningkatkan kualitas skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Agustus 2008
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman.
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman.
1. Populasi Penduduk kabupaten Langkat Tahun 2006 ... 14 2. Populasi Penduduk, Kepadatan penduduk, Luas wilayah,
Jumlah Desa dan Rata-Rata Penduduk Per Desa ... 19 3. Komposisi Penduduk Menurut kelompok Umur Kabupaten
Langkat 2006 ... 20 4. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Langkat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
dan Harga konstan ... 22 5. Jumlah Sekolah dan Ketersediaan Guru di Kabupaten Langkat ... 23 6. Jumlah ketersedian Sarana dan Prasarana Kesehatan
di Kabupaten Langkat ... 24 7. Jumlah Rumah Ibadah yang Tersedia di Kabupaten Langkat ... 25 8. Perkembangan Land man Ratio di Kabupaten Langkat
Dalam 10 Tahun (1996-2005) ... 26 9. Pengaruh Populasi Penduduk Terhadap Luas Lahan
Pertanian di Kabupaten Langkat ... 10. Pengaruh Tingkat Land Man Ratio terhadap Tingkat Pendapatan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman.
Lamp.1 Jumlah Luas lahan Pertanian Kabupaten langkat... 31
Lamp.2 Pendapatan perkapita Kabupaten Langkat dan Sumut Atas harga Berlaku ... 32
Lamp.3 Pendapatan Perkapita Kabupaten Langkat dan Sumut Atas Dasar Harga Konstan ... 33
Lamp.4 Perkembangan Land Man Ratio Selama 10 tahun ... 34
Lamp.5 Populasi Penduduk Langkat Selama 10 tahun ... 35
Lamp.6 Data Output Regresi Liner ... 36
Lamp.7 Data Output Regresi Liner ... 37
Lamp.8 Data Output Regresi Liner ... 38
Lamp.9 PDRB Kabupaten Langkat pada Bidang Pertanian Tahun 1996 - 2005 ... 39
Lamp.10 Perkembangan Luas Perkebunan di Kabupaten Langkat ... 40
DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2. Landasan Teori ... 9
2.3. Kerangka Pemikiran ...11
2.4. Hipotesis Penelitian ...14
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitaian ...15
3.2. Metode Pengumpulan Data ...16
3.3. Metode Analisis Data ...16
3.4. Definisi dan Batasan Operasional ...19
3.4.1 Definisi ...19
3.4.2 Batasan Operasional ...19
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Derah Penelitian ...20
4.1.1 Luas dan Latak Geografis Daerah Penelitian ...20
4.1.2. Keadaan penduduk Kabupaten Langkat ...21
4.1.3. Keadaan Perekonomian Kabupaten Langkat ...23
4.1.4. Keadaan Sosial Kabupaten Langkat ...24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Langkat dalam 10 Tahun...29
5.3. Pengaruh Tinkat Land Man Ratio Terhadap Tingkat Pendapatan
Perkapita Penduduk di Kabupaten Langkat ...33 5.4. Pengaruh Tingkat Land Man Ratio Terhadap PDRB Kabupaten
Langkat pada bidang Pertanian ...34 5.5. Pengaruh Populasi Penduduk Terhadap Lahan Perkebunan
Kabupaten Langkat ...36 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...37 Saran ...37 DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sebagai negara yang agraris, pertanian di Indonesia berperan sangat vital dan menentukan bagi kelangsungan hidup serta kesejahteraan bangsa dan negara. Peranan pertanian tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan saja dengan mencukupi kebutuhan pangan dan gizi bagi warganya, namun juga sangat penting terhadap aspek ekonomi, industri, lingkungan hidup, sosial, politik, dan keamanan. (Soegianto, 2005)
Peningkatan jumlah dan standar hidup penduduk akan meningkatkan kebutuhan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Demikian pula dengan meningkatnya penghasilan manusia, hal ini akan membuat manusia akan semakin banyak membeli, menggunakan dan membuang sumber daya alam.(Soegianto, 2005)
Pertumbuhan penduduk yang cepat diikuti dengan kebutuhan akan perumahan menjadikan lahan-lahan pertanian semakin sempit diberbagai daerah. Lahan pertanian yang semakin sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Perkembangan kehidupan telah membuat alih fungsi lahan pertanian sulit dihindarkan.Selain peningkatan jumlah penduduk, tuntutan peningkatan kualitas kehidupan, serta orientasi kebijakan yang diambil pemerintah juga mendorong terjadinya konversi lahan (Ashari, 2003).
yang kian sempit, mereka menghadapi kenyataan kian lemahnya akses terhadap
input, biaya transaksi yang terus naik dan kelembagaan ekonomi yang tidak pernah berpihak pada petani. (Khudori, 2006)
Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat , sejak 10.000 12.000 tahun yang lalu, kegiatan pertanian mulai dikembangkan sejak 100 tahun yang lalu. Abad ini, dengan semakin banyaknya jumlah manusia di bumi, tidak mengherankan bila terjadi peningkatan pemanfaatan sumber daya alam : sawah, ladang, laut dan lainnya yang semuanya dipergunakan untuk mendukung kehidupan manusia (Soegianto, 2005)
Konversi lahan pertanian telah menjadi fenomena di Indonesia yang telah berubah ke arah industri, akan tetapi sejauh ini tidak ada satupun kekuatan yang mampu menangkalnya. Konversi akan terus berlangsung secara mulus hingga akhirnya berbalik kepada semua pihak terkait dengan penataan tata ruang yang tidak teratur, apalagi pada saat bersamaan harga lahan mengalami eskalasi secara signifikan, seperti penegasan Presiden Megawati Soekarno Putri tentang perlunya menghentikan konversi lahan pertanian juga bukanlah yang pertama kali muncul dan diyakini tidak merupakan solusi. (Suwandi, 2002)
Jumlah petani di Indonesia walaupun secara persentase menurun tetapi secara absolut meningkat sementara itu luas lahan pertanian berkurang. Selama pembangunan jangka panjang tahap I, satu juta hektar daerah pertanian di pulau jawa telah berubah fungsi menjadi non-pertanian; menjadi real estate, industri, jalan, waduk dan lain-lain, dan setiap tahun 40.000 hektar lahan pertanian berubah fungsi. Diperkirakan pada awal abad 21 akan meningkat sekitar 45.000 hektar pertahun. (Yudohusodo, 1999).
Sulitnya melakukan peningkatan produksi pangan baru tidak seimbang dengan konversi lahan pertanian produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti pemukiman. Lahan irigasi Indonesia sebesar 10.794.221 hektar telah menyumbangkan produksi padi sebesar 48.201.136 ton dan 50% nya lebih disumbang dari pulau Jawa. Akan tetapi mengingat padatnya penduduk di pulau Jawa, keberadaan lahan tanaman pangan tersebut terus mengalami degradasi seiring meningkatnya kebutuhan pemukiman dan pilihan pada komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti hortikultura. Jika tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas secara nyata dan membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti produksi pangan dalam negeri tidak akan mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional. (Kristianto, 2003)
Lahan untuk pemukiman kian sulit dan mahal. Lahan untuk pertanian bakal semakin sempit dan menyusut karena terkonversi untuk kebutuhan non-pertanian. Banjir dan tanah longsor sering terjadi setiap saat dimana-mana karena pohon-pohon raksasa penahan banjir sudah kian menipis jumlahnya dan kurus-kurus pula. Ketersediaan pangan, kelestarian alam menjadi tantangan dan potensi bisnis yang luar biasa. Karena itu, pilihan terbaik paradigma pembangunan yang jelas dan terarah untuk kesejahteraan rakyat mutlak diambil sejak sekarang. (Anonimous, 2006)
Tanah sebagai tumpuan hidup petani kian berkurang , bukan karena petani kian berkurang, bukan karena penduduk bertambah, tetapi karena pemusatan kepemilikan tanah oleh pemodal besar yang hidup di perkotaan. Itu beberapa penyebab utama mengapa akses kepada tanah dan air serta sumber daya alam kian sulit bagi petani dan nelayan (Tjondronegoro, 2006).
Konversi lahan juga terjadi karena perbedaan nilai lahan. Nilai lahan yang kecil dari penggunaan pertanian mengakibatkan sulit dicegahnya para pemilik lahan mengkonversikan lahannya kepenggunaan yang lain. Selain itu konversi juga terjadi karena besarnya tingkay urbanisasi yang disebabkan oleh lambannya proses pembangunan di wilayah pedesaan. Peningkatan jumlah anggota kelompok berpendapatan menengah dan atas di wilayah perkotaan mengakibatkan permintaan terhadap sarana pemukiman semakin besar. ( Effendi, 2005)
Rendahnya laju peningkatan produksi pangan dan terus menurunnya produksi di Indonesia antara lain disebabkan oleh:
2) Peningkatan luas areal penanaman panen yang stagnan bahkan terus menurun khususnya di lahan pertanian pangan produktif. (Kristianto, 2005)
Dari uraian di atas lahan pertanian telah mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat adanya pertumbuhan populasi penduduk dan semakin meluasnya konversi yang terjadi pada lahan pertanian. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan land man ratio serta pengaruh-pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan land man ratio didaerah penelitian dalam 10 tahun (1996 2005).
2. Bagaimanakah pengaruh populasi penduduk terhadap luas lahan pertanian didaerah penelitian?
3. Bagaimanakah pengaruh populasi Penduduk Terhadap Lahan Perkebunan di Kabupaten Langkat?
4. Bagaimanakah pengaruh land man ratio terhadap tingkat pendapatan perkapita penduduk?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan land man ratio di daerah penelitian dalam 10 tahun (1996 2005).
2. Untuk mengetahui pengaruh populasi penduduk terhadap luas lahan di daerah penelitian.
3. Untuk Mengetahui pengaruh populasi Penduduk Terhadap Lahan Perkebunan di Kabupaten Langkat
4. Untuk mengetahui pengaruh land man ratio terhadap tingkat pendapatan perkapita penduduk.
5. Untuk mengetahui pengaruh land man ratio terhadap PDRB bidang pertanian Kabupaten Langkat.
.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perbaikan dan pengembangan pertanian di Sumatera Utara khususnya dan Indonesia umumnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Pertanian merupakan sektor terbesar dari hamper setiap sektor perekonomian negara berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi hamper seluruh angkatan kerja yang ada, menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industri dan menjadi sumber terbesar penerimaan devisa negara. (Silitonga,dkk, 1994;53)
Tanah (land) sebagai salah satu faktor merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dari mana hasil produksi keluar. Faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya. (Mubyarto 1989:hlm.76)
Peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan terjadinya pengangguran sumber daya alam, peningkatan standar hidup akan meningkatkan lebih tinggi lagi kebutuhan sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Semakin banyak penghasilan, manusia akan semakin banyak membeli, menggunakan dan membuang sumber daya alam. (Soegianto, 2005).
Berdasarkan ketersedian lahan, Indonesia tergolong Negara agraris yang miskin, karena hanya memiliki rasio lahan penduduk sebesar 354 m2/kapita,
bandingkan dengan Thailand yang mencapai 5.230 m2/kapita. Sementara itu
rata-rata pengusaha lahan sawah hanya 0,3 hektare/keluarga petani. Karena sempitnya lahan menyebabkan usaha pertanian menjadi tidak efisien. Dengan asumsi hasil panen 5 ton GKP dan biaya produksi Rp 27 juta/hectare, maka tiap keluarga akan memperoleh pendapatan tidak lebih dari Rp 297.500,00/bulan. Pendapatan tersebut pada akhirnya akan semakin kecil karena lahan sawah yang sudah sempit akan dibagikan kepada anggota keluarga melalui sistem waris sehingga melahirkan generasi yang super miskin. (Syahbudin, 2005)
krisis pangan, serta rendahnya kualitas gizi dan kesehatan masyarakat akan marak terjadi. Kasus gizi buruk dan busung lapar yang banyak ditemukan di beberapa daera ditengarai sebagai dampak tidak langsung dari makin terbatasnya lahan pertanian. (Anonimous, 2006)
2.2 Landasan Teori
Setiap orang mempengaruhi lingkungan hidupnya. Makin besar jumlah orang semakin besar pula potensi dampaknya. Penelitian didalam dan di luar negeri menunjukkan bahwa hal ini terjadi juga pada masyarakat tradisional. Dengan pertumbuhan penduduknya mereka melakukan eksploitasi lebih pada sumber daya alamnya sehingga terjadi kerusakan. (Soemarwoto, 2001)
Kepemilikannya lahan rata-rata perkapita semakin menurun, jika penurunan ini diikuti juga dengan penurunan produktifitas lahan (akibat degredasi) maka umat manusia akan menemui kesulitan besar dalam memenuhi kebutuhan akan bahan pangan maupun lahan untuk tempat tinggal.(Suripin, 2002)
Lahan yang terbatas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan sedikitnya lahan yang tersedia bagi setiap orang petani (land/man ratio yang rendah). Akibat harga lahan tinggi, skala usaha kecil sehingga efesiensi usaha tani rendah. Akibat pertumbuhan penduduk tinggi dan lambatnya pengembangan lapangan kerja di sektor lain mengakibatkan rendahnya pendapatan di sektor pertanian dan timbulnya pengangguran terselubung (disquised unemployment). (Simanjuntak, 2004)
tidak mudah untuk membuat perhitungan tentang manfaat dan kerugian akibat konversi lahan sawah ini, apalagi cukup banyak juga manfaat dan kerugian yang sifatnyaintangible. (Ashari, 2006)
Proses alih fungsi lahan secara langsung maupun tidak langsung ditentukan oleh dua faktor besar, yaitu (1) sistem kelembagaan yang dikembangkan masyarakat dan (2) sistem non-kelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam masyarakat, baik akibat proses pembangunan atau sebagai proses internal yang ada dalam masyarakat dalam kaitannya dengan memanfaatkan sumber daya lahan. (Kristianto, 2003)
2.3 Kerangka Pemikiran
Petani adalah orang yang mengusahakan lahan pertanian. Dimana lahan pertanian yang diusahakan tidak tergantung dari jenis komoditi pertanian yang diusahakan, maksudnya adalah pertanian secara keseluruhan.
Petani mamiliki lahan pertaniannya sendiri. Lahan pertanian semakin menyusut akibat adanya pengaruh dari meningkatnya populasi penduduk. Dimana populasi penduduk yang terus bertambah akan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan manusia untuk lahan yang akan digunakan untuk membuat pemukiman-pemukiman baru. Dalam pembangunan pemukiman-pemukiman tersebut maka lahan-lahan pertanian menjadi diahlifungsikan menjadi lahan untuk membuat pemukiman tersebut.
Perkebunan juga merupakan bagian sub sekrtor pertanian yang masih cukup memegang peranan penting dalam pertanian Kabupaten Langkat. Dengan perkembangan populasi penduduk maka secara langsung juga dapat mengakibatkan terjadinya pengurangan lahan perkebunan itu sendiri. Atau juga dapat menambah jumlah luas lahannya karena alih fungsi lahan pertanian masyarakat ke bidang perkebunan karena anggapan masyarakat sekarang ini yang berfikir bahwa perkebunan terutama sawit lebih menguntungkan dari pada mengusahakan lahannya untuk pertanian pangan, palawija dan hortikultura.
sehingga banyak lahan pertanian yang akan dialihfungsikan. Hal ini akan membuat petani kehilangan lahannya, sehingga petani dapat menjadi buruh di lahannya
Dengan semakin rendahnya land man ratio maka lahan akan semakin berkurang terutama lahan pertanian itu sendiri sehingga akan membuat petani kehilangan penghasilan utamanya. Dengan demikian maka pendapatan petani akan terus berkurang karena jumlah lahan yang diusahakan berkurang juga.
Disamping itu dengan berkurangnya lahan pertanian maka secara otomatis akan mempengaruhi jumlah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini karena lahan pertanian yang semakin menyusut sehingga pendapatan asli daerah yang berasal dari produk-produk pertanian akan terpengaruh.
Gambar 1. Gambar Skema Kerangka Pemikiran Populasi
Penduduk
Lahan Pertanian
TingkatLand man ratio
Tingkat Pendapatan
perkapita
Perkembangan
Land Man Ratio
PDRB bidang Pertanian
2.4 Hipotesis Penelitian
1. Perkembangan land man ratio di Kabupaten Langkat mengalami penurunan dari tahun 1996-2005
2. Ada pengaruh populasi penduduk terhadap luas lahan pertanian di daerah penelitian.
3. Ada pengaruh populasi penduduk terhadap lahan perkebunan di Kabupaten Langkat.
4. Ada pengaruh land man ratio terhadap tingkat pendapatan perkapita penduduk.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penetuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara sengaja memilih Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten tersebut memiliki potensi pertanian yang cukup vital di Sumatera Utara dan jumlah penduduk yang cukup banyak sehingga perlu dilakukan penelitian di daerah tersebut sehingga dapat diketahui keadaan tingkatLand man rationya
Tabel 1. Populasi Penduduk Kabupaten Langkat Tahun 2006
Kecamatan Populasi Penduduk
(Jiwa) Kepadatan Pendudukper km
Bahorok 44.946 47.06
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. yang telah dipersiapkan. Data diperoleh melalui data-data sekunder dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik dan Kantor Pemerintah Kabupaten Langkat.
3.3 Metode Analisis Data
Untuk hipotesis 1 perkembangan Land man ratio di Sumatera Utara dianalisis dengan cara deskriptif dengan cara mentabulasi data sekunder yang ada dilapangan. Untuk menghitung nilai dari Land man ratio digunakan rumus sebagai berikut :
Land man ratio =
nduduk PopulasiPeer ian LuasLahanP tan
Untuk hipotesis 2 digunakan Metode Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui pengaruh populasi penduduk terhadap luas lahan digunakan metode regresi linear sederhana.
Y= a + bX1+ e
Dimana:
Y = Luas Lahan Pertanian X1 = Populasi Penduduk
a = konstanta
b = Koefisisensi regresi e = error (faktor kesalahan) Dengan kriteria uji Ho : b = 0
Untuk hipotesis 3 digunakan Metode Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui pengaruh Land man ratio terhadap pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Langkat digunakan metode regresi linear sederhana.
Y= a + bX1+ e
Dimana:
Y = Tingkat Pendapatan X1 = Tingkat Land man ratio a = Konstanta
b = Koefisien regresi e = error (faktor kesalahan) Dengan kriteria uji Ho : b = 0
Hi : b 0
Untuk hipotesis 4 digunakan Metode Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui pengaruh Land man ratio terhadap PDRB bidang pertanian Kabupaten Langkat digunakan metode regresi linear sederhana.
Y= a + bX1+ e
Dimana:
b = Koefisien regresi e = error (faktor kesalahan) Dengan kriteria uji Ho : b = 0
Hi : b 0
Untuk hipotesis 5 digunakan Metode Regresi Linear Sederhana
Untuk mengetahui pengaruh populasi penduduk terhadap luas lahan digunakan metode regresi linear sederhana.
Y= a + bX1+ e
Dimana:
Y = Luas Lahan Perkebunan X1 = Populasi Penduduk
a = konstanta
b = Koefisisensi regresi e = error (faktor kesalahan) Dengan kriteria uji Ho : b = 0
3.4 Defenisi Dan Batasan Operasional 3.4.1 Defenisi
1. Petani adalah orang yang mengusahakan lahan pertanian. Dimana lahan pertanian yang diusahakan adalah lahan pertanian pangan, palawija dan hortikultura.
2. Tanah (land) merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar.
3. Land man ratio adalah perbandingan antara luas lahan pertanian dengan populasi penduduk.
4. Luas Lahan Pertanian adalah luas lahan pertanian yang merupakan pertanian pangan, palawija dan hortikultura yang ada di Kabupaten Langkat.
5. Luas Lahan Perkebunan adalah total jumlah lahan perkebunan yang ada di Kabupaten Langkat.
6. Populasi penduduk adalah jumlah penduduk pada waktu tertentu.
7. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah produksi total suatu daerah pada segala bidang lingkup perekonomian suatu daerah.
3.4.2 Batasan Operasional
1. Dearah penelitian adalah Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara 2. Waktu penelitian adalah tahun 2007
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous., 2006,Penyusutan Lahan dan Pemukiman.http//www.teropong.co.id Ashari, 2003., Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial ekonomi Pertanian.
http//www.ipb.ac.id
Khudori., 2006,Menagih Komitmen Pertanian SBY. Kompas-kamis 30 November Kristianto, B., 2003.Ketahanan Nasional. http//www.ugm.ac.id
Maryoto, A., 2004,Isu Sektor Pertanian Yang Perlu Di Cermati Oleh Pemerintah Baru,Kompas-Kamis 22 Oktober
Mubyarto., 1989.Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta
Salim, Emil., 1986.Pembangunan Berwawasan Lingkungan.LP3ES. Jakarta Soemarwoto, O,. 1994. Analisis Dampak Lingkungan. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Soemarwoto, O,. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Lingkungan Hidup. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Soegianto, A,. 2005.Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan.
Surabaya Airlangga University Press. Yogyakarta
Silitonga, dkk,. 1994. Perkembangan Ekonomi Pertanian Indonesia 1964-1994.
PERHEPI. Jakarta
Simanjuntak., S.B., 2004.Pembangunan Pertanian. USU Press. Medan
Suripin., 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Syahbudin, H., 2005.Perjalanan Panjang Bangsa. http//www.kompas.com
Tjondronegoro, S.M.P., 2006. Kemiskinan dan Pembaruan Agraria. Kompas-Maret
Lampiran 1. Jumlah luas Lahan Pertanian di Kabupaten Langkat Sumber : Badan Pusat Statistik 2005
No komoditi 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
1 padi sawah 130386 130367 128010 126120 125147 123644 122606 121497 114936 112993
2 padi ladang 948 1048 1389 1241 1276 816 206 777 423 567
3 jagung 14851 16001 15294 15000 14017 15542 16563 15622 17986 17128
4 ubi kayu 1459 1367 1491 1244 1469 1044 917 803 772 763
5 ubi jalar 393 451 366 273 284 201 252 275 308 290
6 kedele 11283 11430 11081 12149 4506 2473 2059 2250 144 1204
7 kacang tanah 2045 1532 1337 1203 991 744 878 918 155 812
8 kacang hijau 1824 1770 1769 1710 1691 806 1005 1046 1194 1123
9 ketimun 333 290 252 173 247 212 293 271 340 414
10 bayam 125 125 124 53 54 108 76 53 96 102
11 k. panjang 1044 799 726 559 731 692 623 637 599 647
12 cabe 1085 1530 970 1283 1011 798 657 547 567 594
13 petsai 50 52 123 26 32 56 34 62 87 113
14 terong 289 536 383 321 345 369 328 342 328 249
15 kankung 82 50 32 23 0 0 0 0 0 0
16 tomat 17 14 13 6 0 0 0 11 13 28
Lampiran 2. Pendapatan Perkapita Langkat dan Sumut Atas harga berlaku
Sumber : Badan Pusat Statistik 2005
Lampiran 3. PDRB perkapita Atas dasar harga konstan Langkat dan Sumut
No Tahun langkat Sumut
Lampiran 4. Perkembangan Land Man Ratio selama 10 Tahun Tahun Luas LahanPertanian PendudukPopulasi Land Man Ratio
1996 166214 865800 0,191977362
1997 167362 872400 0,191840899
1998 163360 878700 0,185911005
1999 161384 884700 0,182416638
2000 151801 888954 0,170763617
2001 147505 916900 0,160873596
2002 146497 926069 0,158192316
2003 145111 944580 0,153624891
2004 137948 955248 0,144410666
2005 137027 970433 0,141201917
Lampiran 5. Populasi penduduk Kabupaten langkat selama 10 Tahun
No Tahun Populasi Kepadatan Penduduk
1 1996 865800 138,23
2 1997 872400 139,28
3 1998 878700 140,29
4 1999 884700 141,25
5 2000 888954 141,93
6 2001 916900 144,44
7 2002 926069 147,86
8 2003 944580 150,81
9 2004 955248 152,53
10 2005 970433 154,94
Lampiran 6. Hasil Output Program SPSS Pada Pengaruh Populasi Terhadap Luas Lahan Pertanian
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted RSquare the EstimateStd. Error of Durbin-Watson
1 ,901(a) ,813 ,789 4946,121006 2,109
a Predictors: (Constant), Populasi b Dependent Variable: Luas_lahan
ANOVA(b)
Model SquaresSum of df Mean Square F Sig.
1 Regression 849002600
,817 1 849002600,817 34,704 ,000(a)
Residual 195712904
,083 8 24464113,010
Total 104471550
4,900 9
a Predictors: (Constant), Populasi b Dependent Variable: Luas_lahan
Coefficients(a)
Model UnstandardizedCoefficients StandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 389290,78
8 40097,650 9,709 ,000
Populasi -,259 ,044 -,901 -5,891 ,000
Lampiran 7. Hasil Output Program SPSS Pada Pengaruh Populasi Penduduk Terhadap Luas Lahan Perkebunan.
Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted RSquare the EstimateStd. Error of
1 .904(a) .818 .795 25517.70597
1 a Predictors: (Constant), Populasi
b Dependent Variable: Lahan_Perkebunan
ANOVA(b)
Model SquaresSum of df Mean Square F Sig.
1 Regressio
n 23352776285.490 1 23352776285.490 35.864 .000(a)
Residual 520922654
4.110 8 651153318.014
Total 285620028
29.600 9
a Predictors: (Constant), Populasi
b Dependent Variable: Lahan_Perkebunan
Coefficients(a)
Model UnstandardizedCoefficients StandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant
) 1460129.797 206869.190 7.058 .000
Populasi -1.360 .227 -.904 -5.989 .000
Lampiran 8. Hasil Output Program SPSS Pada Pengaruh Land Man Ratio Terhadap Pendapatan Perkapita
Model Summary
Model R R Square Adjusted RSquare the EstimateStd. Error of
1 ,912(a) ,833 ,812 832913,0942
63 a Predictors: (Constant), Land Man Ratio
ANOVA(b)
Model SquaresSum of df Mean Square F Sig.
1 Regression 275844459
34027,830 1 27584445934027,830 39,762 ,000(a) Residual 554995378
0758,260 8 693744222594,783
Total 331343997
14786,090 9
a Predictors: (Constant), Land Man Ratio b Dependent Variable: Pendapatan Perkapita
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients StandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 19296875,
348 2449001,173 7,879 ,000
Land Man Ratio
-91321352, 482
14482378,
444 -,912 -6,306 ,000
Lampiran 9. Hasil Output SPSS Pada Pengaruh Land Man Ratio Terhadap PDRB dalam Bidang Pertanian.
Model Summary
Model R R Square Adjusted RSquare the EstimateStd. Error of
1 ,781(a) ,610 ,562 543734,9903
66 a Predictors: (Constant), Land Man Ratio
ANOVA(b)
Model SquaresSum of df Mean Square F Sig.
1 Regression 370485001
6508,979 1 3704850016508,979 12,531 ,008(a) Residual 236518191
7985,253 8 295647739748,157
Total 607003193
4494,230 9
a Predictors: (Constant), Land Man Ratio
b Dependent Variable: PDRB dalam Bidang Pertanian
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients StandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 7107544,1
64 1598735,376 4,446 ,002
Land Man Ratio
-33467673, 065
9454258,7
43 -,781 -3,540 ,008
Lampiran 10. PDRB Kabupaten Langkat pada Bidang Pertanian Tahun 1996- 2005
No Tahun Atas Dasar Harga Konstan Atas Dasar Harga Berlaku
1 1996 952468,75 1027994,48
2 1997 1011152,35 1223591,22
3 1998 989151,10 1418757,05
4 1999 1007232,00 1588333,04
5 2000 1132832,94 2577501,11
6 2001 1177778,55 2318291,31
7 2002 1219425,85 2577501,11
8 2003 1268504,30 2903008,84
9 2004 2965901,52 3812637,65
10 2005 3084710,36 4323442,73
Lampiran 11. jumlah Luas Lahan Areal Perkebunan di Kabupaten Langkat dan Sumatera Utara pada Tahun 1996 2005.
Tahun LangkatLuas LahanSumut
1996 283575 2141672
1997 278124 1934765
1998 278124 1883007
1999 268258 1876522
2000 268258 1857338
2001 171575 1802211
2002 168012 1869140
2003 162687 1769042
2004 162687 1779241
2005 180792 2162683