• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila Pasca Pemekaran Kecamatan (Studi Deskriptif di Posyandu Usila Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila Pasca Pemekaran Kecamatan (Studi Deskriptif di Posyandu Usila Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI LANSIA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU USILA PASCA PEMEKARAN KECAMATAN

(Studi Deskriptif di Posyandu Usila Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan)

SKRIPSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana DIAJUKAN OLEH

AGUSTINA 070901052

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya ke tingkat kehidupan yang lebih layak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat pembangunan tersebut yaitu dengan memberikan wewenang bagi daerah untuk membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya melalui otonomi daerah. Salah satu yang menjadi indikator keberhasilan dalam suatu pembangunan yaitu meningkatnya harapan hidup masyarakatnya dengan peningkatan jumlah populasi lanjut usia. Saat ini jumlah lansia tahun 2010 mencapai 23,99 juta jiwa atau 9,77% dari jumlah penduduk. Sebanyak 57% di antaranya tinggal di desa dan 54% adalah perempuan. Tahun 2014, diperkirakan jumlah lansia 28,82 juta jiwa atau 11,34% jumlah penduduk. Dari data di atas jika tidak ditangani akan menjadi masalah kedepannya. Permasalahan tersebut yaitu berkaitan dengan permasalahan kesehatan dan juga adanya anggapan masyarakat yang menganggap lansia sebagai beban sosial karena usia mereka yang tidak produktif lagi. Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan program yang ditujukan bagi para lansia. Salah satunya yaitu program pelayanan kesehatan posyandu usila yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan lansia agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara mandiri dan bijaksana dalam menyongsong hari tua dan juga meningkatkan peran keluarga dalam memberikan kepedulian terhadap lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila dan bagaimana partisipasi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila. Penelitian dilakukan di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data-data yang diperoleh dari lapangan diinterpretaikan melalui teknik analisis data.

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, Segala puji hanya bagi Allah SWT penulis ucapkan

karena hanya dengan izinnyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Tak lupa juga penulis ucapkan shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah

kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan ummatnya.

Penulisan skripsi ini ini merupakan salah satu syarat untuk syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dengan gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Sosiologi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan ini,penulis telah banyak menerima bantuan,dorongan dan bimbingan

dari berbagai pihak.

Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Sarno dan Ibunda Suryani yang telah

memberikan seluruh kasih sayangnya selama ini, motivasi dan doa-doa yang

senantiasa dipanjatkan untuk kesuksesan penulis. Tak lupa juga penulis mengucapkan

banyak terima kasih atas bantuan fasilitas,bimbingan dan saran-saran demi selesainya

karya skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan dan menyumbangkan ide-ide serta

(5)

4. Ibu Dra. Rosmiani, M.Si sebagai dosen wali yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama kuliah di Departemen

Sosiologi.

5. Bapak dan Ibu dosen dan staf di Departemen Sosiologi yang telah mendidik

dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di

Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

6. Untuk Kak feni dan Kak Beti terima kasih atas bantuannya karena selalu

memberikan kemudahan dalam urusan administrasi.

7. Kepada seluruh responden dalam penelitian saya.

8. Kepada bulek saya Risnawati beserta seluruh keluarga. Terima kasih atas

semua kebaikan ibu dan keluarga dari awal saya kuliah sampai saya

menyelesaikan skripsi saya. Sebagai manusia saya tidak dapat membalas

semua kebaikan yang telah ibu berikan kepada saya. Semoga Allah selalu

memberikan Rahmatnya kepada seluruh keluarga ibu, amin. Sekali lagi saya

ucapkan terima kasih bu.

9. Untuk adik saya Dedi Wahyudi terima kasih atas dukungannya. Selalu

semangat ya dek.

10.Buat teman-teman seperjuangan saya stambuk 2007 terima kasih buat

semangat dan bantuan kalian selama ini.

11.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

(6)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Namun, penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Medan, Agustus 2012

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL……….. xii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Perumusan Masalah……… 7

1.3. Tujuan Penelitian……… 7

1.4. Manfaat Penelitian……….. 8

1.4.1.Manfaat Teoritis………. 8

1.4.2.Manfaat Praktis……….. 8

1.5. Definisi Konsep……….. 8

1.6. Definisi Operasional dan Operasional Variabel………. 11

1.6.1.Definisi Operasional……….. 11

1.6.2.Operasional Variabel………. 11

BAB II KERANGKA TEORI……….. 12

2.1. Persepsi………... 12

2.2. Pemekaran Kecamatan……… 14

2.3. Posyandu Usila………... 16

2.3.1.Pengertian Posyandu Usila……… 16

(8)

2.3.3.Sasaran Pembinaan Posyandu Usila ………. 17

2.3.4. Upaya Kegiatan Posyandu Usila ………... 18

2.4. Pendekatan Sistem ………. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 23

3.1. Jenis Penelitian………... 23

3.2. Lokasi Penelitian………. 23

3.3. Populasi dan Sampel………... 24

3.3.1. Populasi………. 24

3.3.2. Sampel………... 25

3.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 27

3.4.1. Data Primer………... 27

3.4.2. Data Sekunder………... 28

3.5. Teknik Analisis Data………... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………... 30

4.1. Gambaran Umum……… 30

4.1.1. Deskripsi Lokasi………... 30

4.1.2. Keadaan Penduduk……… 31

4.1.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin.. 31

4.1.2.2. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian……….. 33

4.1.2.3. keadaan penduduk berdasarkan agama……… 34

(9)

4.1.2.5. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan ……… 37

4.1.3. Sarana dan Prasarana Kecamatan Aek Ledong……… 39

4.1.3.1. Sarana Pendidikan………. 39

4.1.3.2. Sarana Kesehatan……….. 40

4.2. Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila ………... 43

4.2.1. Latar Belakang Terbentuknya Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila………. 43

4.2.2. Tujuan ……….. 44

4.2.3. Sasaran……….. 45

4.2.4. Kelompok Posyandu Usila di Kecamatan Aek Ledong………… 46

4.3. Identitas Responden………... 47

4.3.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin…….. 47

4.3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Etnis…. 48 4.3.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan terakhir……….. 49

4.3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama……… 49

4.3.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan dengan Pekerjaan……….. 50

4.3.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan dengan Status dengan Siapa Tinggal……… 51

4.4. Persepsi Lansia terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila………... 53

(10)

Pernyataan Pentingnya Kesehatan………... 53

4.4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Pengetahuan Responden tentang Posyandu Usila……….... 54

4.4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Sosialisasi

Posyandu Usila dengan Pihak yang Mensosialisasikan……… 55

4.4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Adanya Persyaratan yang Diberikan……… 56

4.4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Biaya yang dikenakan untuk Mengikuti Posyandu Usila…………. 57

4.4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

dengan Siapa para Lansia Pergi Ke Posyandu Usila……… 58

4.4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Fasilitas yang ada di Posyandu Usila……… 59

4.4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Kondisi Tempat Pelayanan Posyandu Usila………. 60

4.4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

dengan Ketersediaan Obat ………... 61

4.4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Mengikuti

Posyandu Usila dengan Penyakit yang dikeluhkan………. 62

4.4.11.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

dengan Kemanfaatan Posyandu Usila terhadap Para Lansia……... 64

4.5. Persepsi Lansia Terhadap Petugas Pelayanan Kesehatan

(11)

4.5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Pernyataan Responden Mngenai Posyandu Usila Yang

Diperuntukkan bagi Lansia yang Berpenghasilan Rendah………... 65

4.5.2. Distribusi Rsponden Berdasarkan Pihak yang Berkordinasi

dengan Posyandu Usila dengan Kinerjanya………. 66

4.5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Jumlah Petugas Medis……….. 68

4.5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Pelayanan yang diberikan Petugas……… 69

4.5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Tugas yang Dilaksanakan Petugas ………... 69

4.5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Kejelasan Prosedur………... 70

4.5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Keramahan Petugas Posyandu Usila……… 71

4.5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Kecepatan dan Ketanggapan Petugas………... 73

4.5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Perlunya Penambahan Jumlah Petugas Medis………. 74

4.5.10.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Perlunya Perbaikan dalam Pelaksanaan Posyandu……….. 75

4.5.11.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

(12)

4.5.12.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Dukungan terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila………. 77

4.6. Partisipasi Lansia terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila di

Kecamatan AekLedong………. 78

4.6.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

dengan Keikutsertaan Lansia……… 78

4.6.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Posyandu Usila

dengan Tingkat Kehadiran Lansia……… 79

4.6.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Berapa Kali responden Mengikuti Posyandu Usila……….. 81

4.6.4. Distribusi Responden Berdaarkan Jenis Kelamin dengan

Keikutsertaan dalam kegiatan Posyandu Usila………. 82

4.6.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Keikutsertaan dalam Mensosialisasikan Posyandu Usila………… 83

4.6.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan

Memeriksakan Kesehatan Sebelum Ada Posyandu Usila

dengan Kemana Lansia Memeriksakan Kesehatan Sebelum

ada Posyandu Usila ……….. 84

4.6.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan

Memeriksakan Kesehatan Sebelum dan sesudah ada

posnyadu Usila……….. 86

4.6.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

(13)

4.7. Analisis Data………... 88

4.7.1 Persepsi Lansia terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila…. 90

4.7.2. Partisipasi Lansia terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila.. 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 96 5.1. Kesimpulan……… 96

5.2. Saran……….. 98

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Jumlah Populasi………. 24

Tabel 3.2. Jumlah Sampel………... 27

Tabel 4.1 Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin………. 32

Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian……… 33

Tabel 4.3. Komposisi penduduk berdasarkan agama………. 35

Tabel 4.4. Komposisi penduduk berdasarkaa Suku……… 36

Tabel 4.5. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan……….. 38

Tabel 4.6. Sarana Ibadah………. 39

Tabel 4.7. Sarana Kesehatan………... 41

Tabel 4.8. Jumlah Tenaga Medis Tiap Desa……….. 42

Tabel 4.9 Kelompok Posyandu Usila di Kecamatan Aek Ledong………. 46

Tabel 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin………... 47

Tabel 4.11.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Etnis………….. 48

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Pendidikan Terakhir……….………… .49

Tabel 4.13.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama………. 50

Tabel 4.14.Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan dengan Pekerjaan………... … 51

Tabel 4.15.Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan dengan Status dengan Siapa Tinggal……….. 52

(15)

Pernyataan Pentingnya Kesehatan………. 53

Tabel 4.17.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

dengan Pengetahuan Tentang Posyandu Usila……….. 54

Tabel 4.18.Distribusi Responden Berdasarkan Sosialisasi Posyandu Usila

dengan Pihak yang Mensosialisasikan Posyandu Usila……… 55

Tabel 4.19.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Adakah Persyaratan dalam Mengikuti Posyandu Usila……… 56

Tabel 4.20.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Gratis atau tidaknya Biaya yang Dikenakan ……… 57

Tabel 4.21.Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

dengan Siapa Biasa Lansia Pergi ke Posyandu Usila……… 58

Tabel 4.22.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Fasilitas Posyandu Usila……… 60

Tabel 4.23.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Kondisi Tempat pelayanan Posyandu……… 61

Tabel 4.24.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Ketersediaan

Obat-obatan……… 62

Tabel 4.25.Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Mengikuti Posyandu

usila dengan Penyakit yang dikeluhkan………. 63

Tabel 4.26.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Kemanfaatan Posyandu Usila……… 64

Tabel 4.27.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pernyataan

(16)

berpenghasilan rendah……….……….. 65

Tabel 4.28.Distribusi Responden Berdasarkan Pihak yang Berkordinasi

Tabel 4.29.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Jumlah Petugas Medis di Posyandu Usila………. 68

Tabel 4.30.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

pelayanan yang diberikan petugas posyandu………. 69

Tabel 4.31.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Tugas yang Dilaksanakan oleh petugas………. 70

Tabel 4.32.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

kejelasan prosedur yang diberikan petugas medis di posyandu……… 71

Tabel 4.33.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Keramahan Petugas Medis……… 72

Tabel 4.34.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Kecepatan dan Ketanggapan Petugas Medis………. 73

Tabel 4.35.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Pendapat Lansia Tentang Perlunya Penambahan Jumlah

petugas di posyandu……….. 74

Tabel 4.36.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perlunya

Perbaikan Pelaksanaan Posyandu………. 75

Tabel 4.37.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perlunya

Peningkatan Kinerja………... 76

Tabel 4.38.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

(17)

Tabel 4.39.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Keikutsertaan Responden dalam Posyandu Usila……….. 79

Tabel 4.40.Distribusi Responden Berdasarkan Kedekatan Jarak Posyandu

Usila dengan tempat tinggal dengan Tingkat Kehadiran Responden

dalam Posyandu Usila……… 80

Tabel 4.41.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Berapa

Kali mengikuti Posyandu Usila………. 81

Tabel 4.42.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu Usila………. 82

Tabel 4.43.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

Keikutsertaan dalam Mensosialisasikan Posyandu Usila……….. 83

Tabel 4.44 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan Memeriksakan

Kesehatan Sebelum Ada Posyandu Usila dengan Kemana Lansia

Memeriksakan Kesehatan Sebelum ada Posyandu Usila……….. 85

Tabel 4.45.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan Memeriksakan

Kesehatan Sebelum dan seudah ada posyandu Usila……… 87

Tabel 4.46.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan

(18)

ABSTRAK

Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya ke tingkat kehidupan yang lebih layak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat pembangunan tersebut yaitu dengan memberikan wewenang bagi daerah untuk membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya melalui otonomi daerah. Salah satu yang menjadi indikator keberhasilan dalam suatu pembangunan yaitu meningkatnya harapan hidup masyarakatnya dengan peningkatan jumlah populasi lanjut usia. Saat ini jumlah lansia tahun 2010 mencapai 23,99 juta jiwa atau 9,77% dari jumlah penduduk. Sebanyak 57% di antaranya tinggal di desa dan 54% adalah perempuan. Tahun 2014, diperkirakan jumlah lansia 28,82 juta jiwa atau 11,34% jumlah penduduk. Dari data di atas jika tidak ditangani akan menjadi masalah kedepannya. Permasalahan tersebut yaitu berkaitan dengan permasalahan kesehatan dan juga adanya anggapan masyarakat yang menganggap lansia sebagai beban sosial karena usia mereka yang tidak produktif lagi. Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan program yang ditujukan bagi para lansia. Salah satunya yaitu program pelayanan kesehatan posyandu usila yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan lansia agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara mandiri dan bijaksana dalam menyongsong hari tua dan juga meningkatkan peran keluarga dalam memberikan kepedulian terhadap lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila dan bagaimana partisipasi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila. Penelitian dilakukan di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data-data yang diperoleh dari lapangan diinterpretaikan melalui teknik analisis data.

(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

manusia dan kualitas wilayahnya atau lingkungannya ke arah yang lebih baik.

Pembangunan juga merupakan tuntutan masyarakat guna mendapatkan kesejahteraan

yang lebih layak dan mencapai kemajuan. Menurut Coralie Bryant dan Louise White,

pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk

mempengaruhi masa depannya (Ndraha, 1990:15). Dari pengertian ini pembangunan

berarti membangkitkan kemampuan masyarakat dalam mendorong tumbuhnya

kebersamaan dan kerjasama dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Di dalam pembangunan salah satu yang harus menjadi prioritas utama adalah

dengan melakukan pembangunan di daerah pedesaan. Pembangunan di pedesaan

sangatlah penting karena sebagian besar penduduk di Indonesia, yaitu sebesar 60%

tinggal di daerah pedesaan (Jayadinata dan Pramandika, 2006:1). Maksud dari

pembangunan pedesaan adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan

dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa.

Untuk mempercepat pembangunan di suatu daerah diperlukan pemberian

kebebasan pemerintah pada setiap daerah dalam membangun daerahnya atau

pemberian wewenang terhadap suatu daerah agar lebih leluasa dalam meberikan

pembangunan yang sesuai dengan kemampuan daerah tersebut. Salah satu pemberian

wewenang ini yaitu dengan adanya otonomi daerah. Dimana dengan otonomi seperti

(20)

pemerintahan daerah menjelaskan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan

prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus

dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah

yang ditetapkan undang-undang ( Kaloh, 2007 : 72 ). Dari pengertian ini daerah

memiliki kewenangan sendiri dalam mengurusi daerahnya dengan semakin minimnya

dominasi birokrasi pusat yang digantikan dengan peran institusi-institusi masyarakat

lokal dan adanya semangat partisipasi masyarakat yang sangat dikedepankan

(Dwipayana, 2003 : 179 ).

Di dalam pelaksanaan otonomi daerah, terdapat sejumlah tantangan yang

harus diantisipasi agar pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai dengan baik.

Diantara tantangan yang dihadapi oleh daerah adalah tuntutan untuk mengurangi

ketergantungan anggaran terhadap pemerintah pusat, pemberian pelayanan publik

yang dapat menjangkau seluruh kelompok masyarakat, pelibatan masyarakat dalam

proses pembangunan dan peningkatan otonomi masyarakat lokal dalam mengurus

dirinya sendiri.

Salah satu bentuk otonomi daerah yaitu dengan melakukan pemekaran

kecamatan. Salah satu kecamatan yang melakukan pemekaran yaitu Kecamatan Aek

Ledong yang berada pada Kabupaten Asahan. Kecamatan Aek Ledong merupakan

kecamatan yang baru dimekarkan dari Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan

Sebagai kecamatan yang baru dimekarkan, Kecamatan Aek Ledong diberikan

wewenang dalam mengatur dan mengurus daerahnya. Kecamatan dalam hal ini

diberikan wewenang untuk dapat membangun daerahnya dalam berbagai aspek yaitu

(21)

budaya dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada atau

dengan kata lain kecamatan ini memiliki wewenang dalam memberikan pelayanan,

peningkatan peran serta masyarakat, pembangunan dan pemberdayaan

masyarakatnya.

Pemberian otonomi daerah ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan

kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah,

percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban,

peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Dalam hal peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang dimaksud, ada dua hal yang penting untuk

diperhatikan seiring dengan pemekaran yang terjadi yaitu bagaimana pemerintahan

berlangsung dan bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut

berjalan. Artinya, pemekaran tersebut harus mempunyai implikasi positif terhadap

kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya dengan adanya percepatan pembangunan

di wilayah yang dimekarkan tersebut (http://repository.usu.ac.id. Di akses pada

tanggal 7 Maret 2012 pada pukul 18.07 Wib). Untuk mewujudkan tujuan dari

pemekaran tersebut dilakukan pembangunan daerah demi meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan untuk menciptakan pemerintahan daerah yang

merespon hak-hak komunitasnya yang akan mengikutsertakan masyarakat dalam

proses pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan memungkinkan masyarakat untuk

mendapatkan akses terhadap pembangunan tersebut semakin dekat dan dapat

menjadikan suatu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan lebih efektif dan

(22)

Kecamatan Aek Ledong merupakan kecamatan yang baru dimekarkan pada

tahun 2008. Kecamatan Aek Ledong ini memiliki tujuh desa. Pemekaran Kecamatan

ini dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan dan percepatan pelayanan

pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan desa. Sebelum pemekaran menjadi

Kecamatan Aek Ledong, semua urusan pemerintahan harus ke Kecamatan Aek

Kuasan yang jaraknya cukup jauh. Hal inilah yang menyebabkan urusan administrasi

pemerintahan dan pembangunan desa terhambat. Setelah pemekaran kecamatan,

pemerintah Kecamatan Aek Ledong sedang giat melakukan pembangunan dalam

berbagai aspek.

Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan di Kecamatan Aek Ledong

yaitu dengan melakukan peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia. Salah

satu indikator keberhasilan pembangunan dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut

usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada saat ini jumlah orang lansia

tahun 2010 mencapai 23,99 juta jiwa atau 9,77 persen dari jumlah penduduk.

Sebanyak 57 persen di antaranya tinggal di desa dan 54 persennya adalah perempuan.

Tahun 2014, diperkirakan jumlah orang lansia mencapai 28,82 juta jiwa atau 11,34

persen jumlah penduduk

2012 pada pukul 15.35 wib). Tingginya jumlah lansia tersebut jika tidak ditangani

untuk kedepannya dikhawatirkan akan membawa permasalahan tersendiri bagi

(23)

kualitas kehidupan sehari – hari lansia, yaitu yang berkaitan dengan masalah sosial,

kesehatan, produktivitas, semangat dan kebahagiaan.

Lansia sering sekali dianggap lemah oleh masyarakat. Seperti yang

dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) terdapat beberapa asumsi

masyarakat yang keliru mengenai lansia yaitu yang pertama masyarakat beranggapan

bahwa kaum lansia biasanya lemah dan rapuh fisiknya sehingga sangat rentan

terhadap penyakit yang nantinya akan merepotkan di dalam kehidupan sosial. Kedua,

kaum lansia tidak memberikan sumbangan apa-apa bagi komunitas. Ketiga, kaum

lansia adalah beban bagi masyarakat karena dianggap sebagai orang yang tidak

mampu bekerja lagi sehingga masyarakat menganggap tidak akan mampu lagi

menanggung dukungan ekonomi dan mahalnya perawatan kesehatan bagi kaum

lansia di tahun-tahun mendatang (Hutapea, Ronald, 2005:23-24).

Mengingat kondisi dan permasalahan lansia tersebut, maka penanganan

masalah lansia harus menjadi prioritas, karena permasalahannya terus ada dengan

pertambahan jumlahnya. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia,

pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi para lansia yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua bahagia. Dalam hal

ini, Kecamatan Aek Ledong sebagai kecamatan yang baru dimekarkan melakukan

berbagai aspek pembangunan yang salah satunya yaitu memberikan pelayanan

kesehatan berupa program yang dikhususkan untuk para lanjut usia (Lansia) yaitu

berupa pelayanan kesehatan posyandu usila.

Posyandu Usia Lanjut (Usila) adalah program pelayanan kesehatan lanjut

(24)

bekerjasama dengan pemerintah desa dengan dukungan peran aktif masyarakat dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lanjut usia. Misalnya

pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif seperti :

Diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat lanjut

usia.Pelayanan kesehatan lansia ini meliputi kegiatan upaya promotif (upaya promosi

berupa penyuluhan), preventif (upaya pencegahan penyakit berupa pemeriksaan

penyakit secara berskala), kuratif (pengobatan terhadap penyakit), rehabilitatif

(penyembuhan terhadap penyakit) dan rujukan (upaya kuratif dan rehabilitatif kepada

pasien berupa rujukan untuk berobat ke spesialis.

Didalam pelaksanaan posyandu usila yang menjadi sasaran utamanya yaitu

kelompok usia menjelang lanjut usia atau pra lanjut usia yaitu usia 45 tahun sampai

dengan kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.

Tujuan dari posyandu usila ini yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu

kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam

kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.

Selain itu, posyandu usila ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keluarga

dalam berperan serta untuk dapat memperhatikan kesehatan para lansia dan juga

posyandu usila ini bertujuan meningkatkan kesadaran pada lansia untuk membina

sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam

menghayati dan mengatasi kesehatan lansia.

Posyandu usila yang ada di Kecamatan Aek Ledong ini diadakan setiap

sebulan sekali. Di posyandu usila ini para lansia menjalani pemeriksaan terhadap

(25)

dengan para lansia lain. Dengan adanya pertemuan ini sangat mempengaruhi keadaan

psikologis para lansia antara satu dengan yang lain.

Adanya pelayanan kesehatan posyandu usila ini merupakan pelayanan yang

masih dapat dijangkau oleh masyarakat secara khususnya para lansia. Pelayanan

kesehatan ini yaitu berupa pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan yang murah, efektif dan efisien bagi lansia. Dengan adanya pelayanan yang

baik dari posyandu usila dapat memberikan respon berupa persepsi bagi para lansia

untuk dapat menilai pelayanan kesehatan yang dijalankan, yang dapat berpengaruh

terhadap kesehatan dan kehidupan sosial para lansia. Untuk itu peneliti sangat tertarik

untuk meneliti lebih lanjut mengenai persepsi lansia terhadap program Posyandu

Usila.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang

diangkat peneliti yaitu :

1. Bagaimana persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila di

Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan ?

2. Bagaimana partisipasi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila di

Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan ?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui persepsi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila

(26)

2. Untuk mengetahui partisipasi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu

usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan.

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis bagi penelitian ini yaitu diharapkan hasil penelitian yang

diperoleh dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat dalam

pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi kesehatan dan sosiologi

pembangunan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis bagi penelitian ini yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat

menambah wawasan terhadap peneliti dan juga dapat memberikan sumbangan bagi

pemerintah setempat dalam mengambil kebijakan pembangunan bagi masyarakat

khususnya dalam bidang pembangunan kesehatan. Selain itu, dengan adanya

penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam memperhatikan

kesehatan lansia, dan juga diharapkan masyarakat akan dapat lebih berpartisipasi

dalam memperhatikan kesehatannya sendiri dan juga dapat ikut serta memperhatikan

kesehatan para lansia.

1.5. Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian agar tidak menimbulkan

kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini. Maka batasan-batasan

(27)

1. Persepsi yaitu suatu proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan respon yang didapat dari sekeliling individu tersebut. Yang

menjadi persepsi masyarakat dalam penelitian ini yaitu persepsi lansia

terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong

pasca pemekaran kecamatan.

2. Lansia adalah kelompok masyarakat yang telah berusia lanjut yang membutuhkan perhatian khusus dalam merawat kesehatan dirinya. Kelompok

masyarakat ini yaitu kelompok yang berusia pada kelompok usia menjelang

lanjut usia atau pra lanjut usia ( 45 -54 tahun ), kelompok lanjut usia (55 -64

tahun), kelompok lanjut usia tua ( >65 tahun ) dan kelompok lanjut usia

denganresiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ).

3. Partisipasi yaitu suatu bentuk aktualisasi diri dari kesediaannya dan kemauannya baik secara sukarela maupun tidak dalam keterlibatan dan

pelibatan masyarakat dalam suatu program. Dalam hal ini, partisipasi yang

dimaksud yaitu partisipasi lansia dalam pelaksanaan program pelayanan

kesehatan posyandu usila yaitu dalam bentuk keterlibatan lansia dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong.

4. Pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang ditujukan dalam bentuk peningkatan pada kesehatan masyarakat, pencegahan agar

masyarakat tidak mengalami sakit dan pengobatan bagi masyarakat yang

mengalami sakit. Bentuk dari pelayanan kesehatan yang ada pada penelitian

ini yaitu dalam bentuk posyandu. Pelayanan kesehatan posyandu dalam

(28)

lansia atau yang diberi nama dengan posyandu usila. Bentuk dari pelayanan

kesehatan posyandu usila ini yaitu upaya pelayanan kesehatan posyandu

dalam bentuk pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan rujukan.

5. Posyandu Usila merupakan salah satu bentuk program pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia agar mencapai masa

tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Posyandu Usila yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu Posyandu Usila Yang berada di

Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan.

6. Pemekaran kecamatan yaitu pembentukan kecamatan baru dengan cara mengembangkannya dari kecamatan yang telah ada dengan tujuan untuk

mempercepat pembangunan daerah serta meningkatkan kualitas

masyarakatnya. Dalam hal ini, salah satu pembangunan yang dilakukan

pemerintah yaitu melakukan peningkatan terhadap pelayanan kesehatan

terhadap masyarakatnya khususnya para lansia melalui pelayanan kesehatan

posyandu usila.

7. Otonomi Daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan kepada suatu daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat guna meningkatkan pelayanan terhadap

masyarakat dan mempercepat pembangunan daerah di berbagai aspek. Dalam

penelitian ini pembangunan yang dilakukan yaitu pembangunan kesehatan

(29)

1.6. Definisi Operasional dan Operasional Variabel 1.6.1. Definisi Operasional

Operasional merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit

ke dalam kategori-kategori. Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai

prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam

kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel ( Prasetyo dan Lina, 2005 : 90 ).

1.6.2. Operasional Variabel A. Variabel Bebas

Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelayanan

kesehatan posyandu usila dengan indikatornya :

1. Ketersediaan fasilitas fisik di posyandu usila.

2. Ketersediaan fasilitas obat di posyandu usila.

3. Ketersediaan paramedis di posyandu usila.

4. Keterlibatan pemerintah dan lembaga dalam posyandu usila

5. Adanya kejelasan informasi tentang adanya posyandu usila.

6. Adanya kejelasan terhadap prosedur yang dilakukan di dalam posyandu usila.

B. Variabel Terikat

Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi

lansia dengan indikatornya :

1. Pengetahuan lansia tentang adanya program posyandu usila.

2. Keikutsertaan lansia dalam program.

(30)

BAB II

KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi

Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai

persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama

dengan persepsi manusia yang lainnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dari

pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

Untuk memperjelas pengertian dari persepsi, di bawah ini dijelaskan

mengenai pengertian persepsi :

1. Persepsi merupakan kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami

informasi mengenai lingkungannya, baik lewat penglihatan, pandangan,

penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang

unik terhadap situasi. Yang dimaksud proses kognitif di atas adalah proses

kegiatan mental yang sadar seperti sikap, kepercayaan dan pengharapan yang

semuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku ( Thoha, 2007 : 23 ).

Pembentukan persepsi tergantung pada berbagai faktor yang

mempengaruhinya, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan proses

belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, maupun faktor external, seperti

lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan

fisik dan hayati seseorang itu bertempat tinggal.

2. Menurut Lindzey dan Aronson, persepsi sosial merupakan suatu proses yang

terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui,

(31)

ataupun keadaan lain yang ada dalam objek tersebut sehingga terbentuk

gambaran mengenai objek tersebut.

tanggal 30 Oktober 2011 pada pukul 21.52)

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan persepsi merupakan sebagai suatu proses

pemberian makna atau proses pemahaman diri di dalam diri seseorang terhadap suatu

objek, baik itu yang berwujud ataupun tidak berwujud. Dalam hal ini persepsi sangat

berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman.

Proses pembentukan persepsi antar individu berbeda-beda. Menurut Robbins,

pembentukan persepsi yang berbeda-beda ini dapat berupa faktor-faktor yang terletak

pada pelaku persepsi, objek/target persepsi dan dalam konteks situasi di mana

persepsi itu dibuat.

1. Pelaku persepsi

Jika seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk memberikan

interpretasi tentang apa yang dilihatnya, interpretasi tersebut sangat tergantung

oleh karakterisitik pribadinya, diantaranya adalah sikap, motif, minat, pengalaman

dan harapannya.

2. Target persepsi

Persepsi seseorang akan tergantung pada sasaran yang dilihat oleh orang

tersebut. Target dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran

(32)

3. Situasi persepsi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana

persepsi itu perlu memperoleh perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut

berperan serta dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

Wib)

Dalam penelitian ini persepsi diartikan sebagai pengetahuan untuk melihat,

memahami, penilaian dan penafsiran oleh lansia terhadap pelayanan kesehatan

posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan.

2.2. Pemekaran Kecamatan

Pembangunan sebagai suatu proses kegiatan yang terencana dalam upaya

pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa guna peningkatan

kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mempercepat

pembangunan diperlukan adanya pemekaran kecamatan. Pemekaran kecamatan

adalah pembentukan kecamatan baru dengan cara mengembangkannya dari

kecamatan yang telah ada. Pada dasarnya pemekaran kecamatan merupakan bentuk

otonomi daerah dan dengan pemekaran ini dapat lebih memaksimalkan pemerataan

pembangunan daerah. Hakikat otonomi daerah adalah desentralisasi atau proses

pendemokrasian pemerintahan dengan keterlibatan langsung warga masyarakat.

Otonomi daerah ini tertuang dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004

tentang pemerintahan daerah. Di dalam Undang-undang ini tertuang pengertian

tentang otonomi daerah. Otonomi daerah memiliki pengertian yaitu hak, wewenang

(33)

pemrintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan (Kaloh,2007:72). Selanjutnya daerah otonom memiliki

pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari pengertian ini berarti dengan

adanya otonomi suatu daerah memiliki kewenangan yang luas dalam meningkatkan

pembangunan guna meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakatnya. Kewenangan

daerah tersebut yaitu :

1. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya.

2. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah yaitu menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi daerah dan

tugas pembantuan.

Dari penjelasan di atas sangatlah jelas bahwa otonomi daerah memberikan

kebebasan kepada pemerintah daerah dalam mengurusi wilayah kekuasaannya guna

mencapai kesejahteraan masyarakatnya sesuai dengan kemampuan dari masyarakat

daerah otonom tersebut. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses kegiatan

dalam masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan serta kualitas

masyarakatnya dalam kehidupan. Pembangunan yang terjadi di Kecamatan Aek

Ledong tidak terlepas dari adanya otonomi daerah yang ada. Pemerintah setelah

(34)

pelayanan dalam berbagai aspek. Salah satunya yaitu dengan upaya membangun

kualitas hidup dari masyarakatnya dengan meningkatkan pembangunan dibidang

kesehatan. Hal ini dapat dilihat melalui adanya posyandu usila yang ditujukan

kepada para lansia yang ada di Kecamatan Aek Ledong. Dengan adanya posyandu

usila ini berarti pemerintah berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya

dengan memberikan perhatian terhadap para lansia agar dapat lebih menikmati

hidupnya pada usia senja.

2.3. Posyandu Usila

2.3.1. Pengertian Posyandu Usila

Posyandu usila adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap

lansia ditingkat desa/kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas.

Keterpaduan dalam posyandu usila berupa pelayanan yang dilatabelakangi oleh

lansia. Posyandu juga merupakan wadah bagi masyarakat dalam memberikan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya lansia guna meningkatkan

kesejahteraan hidup lansia. Posyandu usila juga merupakan salah satu bentuk

pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia agar

mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Posyandu usila

merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan

bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan

(35)

2.3.2. Tujuan Posyandu Usila

Adapun tujuan dari posyandu usila yaitu :

1. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usila untuk mencapai

masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat.

2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

3. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat lansia.

2.3.3. Sasaran Pembinaan Posyandu Usila 1. Sasaran langsung

a. Kelompok usia menjelang usia lanjut atau pra lanjut usia ( 45 -54 tahun ).

b. Kelompok lansia ( 55 -64 tahun ).

c. Kelompok lansia tua ( >65 tahun ).

d.Lansia denganresiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ).

2. Sasaran tidak langsung

a. Keluarga di mana lansia berada.

b. Masyarakat di lingkungan lansiaberada.

c. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia.

d. Petugas kesehatan yang melayani kesehatan.

(36)

2.3.4. Upaya Kegiatan Posyandu Usila

Pelaksanaan kegiatan kesehatan usila secara umum mencakup kegiatan

pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

termasuk rujukannya.

1. Kegiatan Promotif

Menggairahkan semangat hidup bagi lansia agar mereka tetap dihargai

dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan.

2. Kegiatan Preventif

Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun

kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. Upaya preventif

dapat berupa kegiatan Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk

menemukan secara dini penyakit-penyakit lansia.

3. Kegiatan Kuratif

Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usila

yang sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti puskesmas

pembantu, puskesmas dan dokter praktek swasta.

4. Kegiatan Rehabilitatif

Upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Upaya ini

dapat berupa memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang

penggunaan berbagai alat Bantu, mengembalikan kepercayaan pada diri

(37)

5. Kegiatan Rujukan

Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan

rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat

dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan

spesialistik di rumah sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang

mempunyai sarana yang lebih lengkap.

2.4. Pendekatan Sistem

Masyarakat merupakan salah satu bentuk dari sistem yang ada. Menurut

Parson di dalam Poloma (1987 : 181) terdapat fungsi-fungsi atau

kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi oleh sistem yang hidup demi kelestariannya.

Dua pokok penting yang termasuk kebutuhan fungsional tersebut yaitu pertama, yang

berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem ketika

berhubungan dengan lingkungannya (sumbu internal-eksternal). Kedua, yang

berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu untuk

mencapai tujuan tersebut (sumbu instrumental-consummatory). Berdasarkan

penjelasan di atas di dalam bukunya Ritzer (2008 : 121), Parson menciptakan empat

kebutuhan fungsional yang biasa dikenal dengan konsep AGIL yaitu :

1. Adaptation atau adaptasi (A) yaitu Sebuah sistem harus menanggulangi situasi

eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. kemampuan sistem

menjamin apa yang dibutuhkannya dari lingkungan serta mendistribusikan

(38)

2. Goal attainment atau pencapaian tujuan (G) yaitu pemenuhan tujuan sistem

dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan di dalam sistem atau sebuah

sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

3. Integration atau integrasi (I) yaitu sebuah sistem harus mengatur

antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus

mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting (A,G,L). Dalam hal ini,

kondisi serta kesesuaian bagian-bagian dari sistem seluruhnya haurs menjadi

fungsional.

4. Latency atau pemeliharaan pola (L) yaitu sebuah sistem harus

memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individu

maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Atau

dengan kata lain, bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem

sesuai dengan beberapa aturan atau norma-norma.

Keempat prasyarat fungsional itu berkaitan dengan hubungan sistem dan

lingkungannya serta sarana-sarana dimana penyelesaiannya ini harus dipenuhi.

Setiap masing-masing sistem tersebut saling ketergantungan. Di dalam sistem sosial,

latensi (L) sangat dipengaruhi oleh keadaan dari sistem kebudayaan, kebutuhan

integrasi (I) dipenuhi melalui komunitas sosial, adaptasi (A) melalui sistem ekonomi

dan goal attainment (G) melalui sistem politik. Sistem organisme perilaku memenuhi

kebutuhan yang bersifat penyesuaian (A). Dalam hal ini Parson menghubungakan

organisme perilaku dengan sistem-bertindak di dalam bukunya Poloma (1987),

Parson menjelaskan tingkat teori bertindak secara umum yaitu bahwa perilaku

(39)

yaitu (1) pencarian pemuasan psikis, (2) kepentingan dalam menguraikan

pengertian-pengertian simbolis, (3) kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan

organis-fisis, dan (4) usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia

lainnya.

Dari uraian di atas terlihat bahwa kehidupan masyarakat tidak terlepas dari

hubungannya dengan sistem-sistem lain yang hidup di masyarakat. Sistem-sistem ini

terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat.

Kebutuhan-kebutuhan inilah yang nantinya akan menimbulkan lembaga-lembaga masyarakat

ataupun pranata sosial yang ada di masyarakat. Suatu lembaga di dalam bukunya

Soekanto (2006:173) pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat dalam menghadapi masalah

dalam masyarakat itu sendiri, terutama menyangkut kebutuhan pokok.

2. Menjaga keutuhan masyarakat.

3. Merupakan pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat.

Fungsi lembaga di atas menjelaskan bahwa suatu keberadaan lembaga di

dalam masyarakat sangatlah penting. Di dalam penelitian ini sangat erat kaitannya

dengan lembaga-lembaga yang menyangkut terhadap perawatan lanjut usia. Salah

satu lembaga yang paling primer dalam menangani perawatan terhadap lansia yaitu

lembaga keluarga. Sebagai salah satu lembaga keluarga fungsi yang dijalankannya

yaitu memberikan perlindungan kepada anggotanya, baik secara fisik maupun bersifat

kejiwaan.

Selain dari lembaga keluarga, masih ada lembaga yang berperan dalam

(40)

1998. Di dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 secara ekplisit menyebutkan

bahwa masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk

berperan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, dimana hal

tersebut dapat dilakukan baik secara perorangan, keluarga, kelompok

masyarakat,organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan

pada pukul 15.10 Wib).

Di dalam sebuah sistem sosial, posyandu usila merupakan salah satu sistem

yang dibentuk pemerintah, dimana posyandu usila muncul dikarenakan terdapat

adanya kebutuhan dari masyarakat dan juga lembaga keluarga dalam memberikan

pelayanan dan pemenuhan kepedulian terhadap para anggotanya yaitu salah satunya

lansia. Dalam memenuhi kebutuhan akan hidup untuk dapat menikmati hidup sehat

dan mandiri dalam suatu masyarakat, lansia membutuhkan sarana khusus untuk

memberdayakan mereka. Lansia di pedesaan pada umumnya memiliki penghasilan

yang rendah dan untuk mencapai tujuannya lansia membutuhkan sarana kesehatan

yang murah, efektif dan efisien untuk mencapai kebutuhan kesehatan mereka. Selain

itu, adanya dorongan dan motivasi dari keluarga dan juga masyarakat akan sangat

membantu lansia dalam mengontrol kesehatan mereka. Posyandu usila yang ada di

Kecamatan Aek Ledong ini memberikan sarana yang dibutuhkan oleh para lansia

agar tetap dapat menjadi sehat dan mandiri dalam menjalani kehidupan yang bahagia

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif

yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan

subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur,

sistematis dan terkontrol. Peneliti memulai subjek yang jelas dan mengadakan

penelitian atas populasi dan sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya

secara akurat ( Silalahi, 2009: 28).

Dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu

penelitian dengan cara membuat gambaran terhadap persepsi lansia terhadap

pelayanan kesehatan Posyandu Usila pasca pemekaran Kecamatan Aek Ledong

Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten

Asahan. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan Kecamatan Aek Ledong

merupakan Kecamatan yang sedang giat melakukan pembangunan terutama terhadap

pembangunan kesehatan terhadap lansia pasca pemekaran kecamatan Aek Ledong,

sehingga peneliti sangat tertarik untuk meneliti persepsi lansia terhadap pelayanan

kesehatan posyandu usila yang ditujukan terhadap peningkatan kualitas kesehatan

(42)

merupakan kecamatan dimana peneliti berasal sehingga diharapkan dapat

memudahkan peneliti dalam mencari data-data yang dibutuhkan.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi ialah semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran

daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.

Populasi berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang

dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya

anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya

daerah generalisasi (Usman dan Pramono, 2009 : 42).

Berdasarkan pendapat di atas, yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh lansia yang ada di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan yaitu

lansia dengan karakteristik usia di atas 45 tahun yang berjumlah 3984 jiwa.

Tabel 3.1. Jumlah Populasi

No Nama Desa Jumlah Jiwa

1 Aek Ledong 42

2 Aek Nabuntu 78

3 Aek Bange 465

4 Padang Sipirok 513

5 Ledong Barat 862

6 Ledong Timur 899

7 Aek Korsik 1125

Total Populasi 3984

Sumber : Data Statistik Kesehatan Puskesmas Aek Ledong

(43)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diinginkan (Prasetyo dan Lina, 2005

:119). Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang diambil dengan

menggunakan teknik tertentu yang disebut teknik sampling (Usman dan Pramono,

2009 : 43). Untuk menghitung besarnya sampel dalam penelitian ini, maka digunakan

rumus yang berdasarkan pada pendapat Taro Yamane yang mengajukan piihan

ukuran sampel berdasarkan tingkat presisi 10% dan tingkat kepercayaan 10%.

Rumus yang digunakan yaitu :

( )

2 +1

=

d N

N n

Dimana :

n = Besarnya sampel

N = Besar populasi

d = Presisi atau derajat kebebasan (Peneliti menetapkan 10 % atau d = 0.1)

Berdasarkan Rumus tersebut, maka sampel yang diambil pada penelitian ini

(44)

( )

Sampel yang diambil di dalam penelitian ini dari hasil perhitungan berdasarkan

rumus tersebut yaitu sebanyak 98 jiwa.

Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik stratified random

sampling. Teknik ini digunakan berdasarkan kelompok Desa yang ada di Kecamatan

Aek Ledong Kabupaten Asahan. Kelompok Desa yang ada di Kecamatan Aek

Ledong ini yaitu sebanyak 7 (tujuh) Desa. Di dalam bukunya Prasetyo (2005:129)

rumus yang dipakai dalam menentukan sampel dari setiap Desa yaitu :

(45)

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel yang diambil dari setiap Desa

yaitu dapat dilihat di dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.2. Jumlah Sampel

No Nama Desa Jumlah Jiwa Sampel

1 Aek Ledong 42 1

2 Aek Nabuntu 78 2

3 Aek Bange 465 11

4 Padang Sipirok 513 13

5 Ledong Barat 862 21

6 Ledong Timur 899 22

7 Aek Korsik 1125 28

Jumlah 3984 98

Sumber : Data Statistik Kesehatan Puskesmas Aek Ledong Tahun 2012

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah bagian instrumen pengambilan data yang

menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Pengumpulan data dilakukan

dengan tujuan utnuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang sedang diteliti

secara objektif. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan

yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Untuk

mendapatkan data primer dilakukan melalui :

Kuesioner

Kuesioner ialah pengumpulan data dengan menyebarkan pertanyaan yang

tersusun secara sistematis dalam bentuk angket yang diberikan kepada responden dan

(46)

tertutup berdasarkan rumusan skala likert. Skala likert yaitu skala yang bertujuan

untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek, dimana

dalam angket diberikan pertanyaan sehingga responden dibatasi dalam memberikan

jawaban. Adapun yang diukur dalam penelitian ini yaitu persepsi lansia terhadap

program pelayanan kesehatan Posyandu Usila di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten

Asahan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dari data yang

kita butuhkan atau data yang diperoleh dari lembaga atau instansi tertentu.

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini yaitu dengan cara penelitian

kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu buku-buku referensi serta sumber dari

internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan analisa tabel silang.

Penggunaan tabel silang ditujukan untuk penelitian yang bersifat menerangkan yaitu

penelitian yang mengarah kepada usaha menggambarkan hubungan antara dua

variabel atau lebih. Analisa tabel silang merupakan analisa yang dilakukan dengan

membagi variabel-variabel penelitian dengan kategori-kategori atas dasar persentase.

Perhitungan persentase suatu tabel silang ini dapat didasarkan pada persen baris,

persen kolom dan persen total (Suyanto dan Sutinah, 2005 : 108). Di dalam

(47)

Peneliti akan menghubungkan variabel jenis kelamin dengan persepsi lansia terhadap

pelayanan kesehatan Posyandu Usila di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan..

Interpretasi data merupakan tahap pengumpulan data dan informasi,

penyederhanaan data kemudian diinterpretasi berdasarkan teori yang digunakan

sampai kepada kesimpulan. Kemudian data yang disajikan berupa kesimpulan data

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Deskripsi Lokasi

Kecamatan Aek Ledong merupakan salah satu kecamatan yang baru

dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan Aek Kuasan. Berdasarkan

peraturan daerah kabupaten asahan nomor 2 tahun 2008 tentang pembentukan dan

penataan kecamatan dalam daerah Kabupaten Asahan, pembentukan kecamatan ini

bertujuan dalam mempercepat proses pelayanan serta untuk mendayagunakan

penyelenggaraan pelayanan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan

disebabkan pertambahan jumlah penduduk dan tuntutan zaman serta volume beban

tugas dalam melaksanakan roda pemerintahan. Daerah Kecamatan Aek Ledong ini

memiliki batasan-batasan wilayah yaitu:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Aek Kuasan.

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Aek Kuasan dan Kabupaten

Labuhan Batu Utara.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Aek Songsongan dan Kabupaten

Labuhan Batu.

Kecamatan Aek Ledong ini memiliki 7 (tujuh) Desa yang termasuk di dalam

wilayah administratifnya, yaitu:

1. Desa Aek Bange.

(49)

3. Desa Ledong Timur

4. Desa Aek Korsik.

5. Desa Aek Ledong.

6. Desa Aek Nabuntu.

7. Desa Padang Sipirok.

Kecamatan Aek Ledong merupakan daerah yang dikelilingi oleh lahan

perkebunan. Hal ini dapat dilhat dari luas wilayah Kecamatan Aek Ledong yaitu

seluas 7685 Ha, sebanyak 86% atau seluas 6642 Ha merupakan lahan perkebunan.

Lahan perkebunan ini yaitu berupa lahan perkebunan kelapa sawit. Hal ini

dikarenakan Kecamatan Aek Ledong berada di perkebunan kelapa sawit milik

perusahaan PT. Scofindo.

4.1.2. Keadaan Penduduk

4.1.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Kecamatan Aek Ledong pada tahun 2011 mencapai

19036 jiwa. Dari jumlah tersebut dapat diketahui penduduk yang berusia balita

sampai lanjut usia. Untuk mengetahui gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel

(50)

Tabel 4.1 komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.

No Kelompok Umur

Berdasarkan gambaran di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang

terbanyak berada pada golongan umur 15-29 tahun yang merupakan umur bagi

penduduk yang masih produktif yakni sebanyak 5507 jiwa (28,93%) dan jumlah

penduduk yang paling sedikit yaitu penduduk yang berada pada golongan umur 75

tahun ke atas yakni sebanyak 151 jiwa (0,79%). Hal ini berarti dapat dijelaskan

bahwa jumlah usia produktif masih lebih banyak yang pada akhinya nanti akan dapat

membantu menangani ataupun membantu kehidupan sosial para lansia yang umurnya

sudah tidak produktif lagi. Sementara itu dari tabel di atas dapat juga di gambarkan

bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni

sebanyak 9550 jiwa (50,17%) dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin

(51)

Hal ini berarti sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti yaitu perempuan

lebih banyak dibandingkan laki-laki yang dapat dilihat melalui lebih banyak

responden lansia yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 88,8% dibandingkan

yang berjenis kelamin laki-laki yang hanya sebesar 11,2%.

4.1.2.2. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian

Berbagai macam mata pencaharian yang dikerjakan oleh penduduk di

Kecamatan Aek Ledong ini. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian N

o

Nama Desa

Jenis mata pencaharian

(52)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mata pencaharian yang paling

dominan yaitu mereka yang memiliki mata pencaharian sebagai bertani yaitu

sebanyak 2448 jiwa (34,63%). Data ini sesuai dengan data lansia yang ada pada

penelitian ini yaitu paling banyak bekerja sebagai bertani. Selain itu, dari data di atas

dapat dilihat bahwa penduduk yang bekerja sebagai karyawan perkebunan paling

banyak terdapat di Desa Aek Ledong yaitu sebanyak 288 jiwa (4,075) dan yang

berada di Desa Aek Nabuntu yaitu sebanyak 214 jiwa (3,03%). Hal ini dikarenakan di

desa ini merupakan daerah perusahaan perkebunan PT. Scofindo. Hal ini juga yang

menyebabkan populasi lansia di Desa ini paling sedikit karena kebanyakan penduduk

di desa ini merupakan pekerja yang berusia produktif.

4.1.2.3. Keadaan penduduk berdasarkan agama

Agama meupakan salah satu identitas sosial. Di Indonesia terdapat berbagai

keyakinan keagamaan yang dianut setiap masyarakatnya. Hal ini dikarenakan

kebebasan yang diberikan untuk dapat memeluk keyakinan yang sesuai dengan hati

(53)

Tabel 4.3. Komposisi penduduk berdasarkan agama

No Nama Desa Jumlah Jiwa menurut Agama Total

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1 Aek Ledong 522

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Kecamatan Aek

Ledong yang menganut Agama Islam adalah 18773 jiwa (98,62%), agama Islam

merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakatnya. Agama yang

paling sedikit dianut oleh masyarakat Kecamatan Aek Ledong yaitu agama Hindu

sebanyak 2 jiwa (0,01%). Agama Islam merupakan agama yang menghormati orang

tua. Dengan mayoritas penduduk di Kecamatan Aek Ledong menganut agama Islam

berarti masyarakatnya dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap lansia dan

(54)

4.1.2.4. Keadaan penduduk berdasarkan suku

Indonesia merupakan negara yang termasuk memiliki keanekaragaman suku

bangsa. Keanekaragaman suku bangsa ini juga terdapat di Kecamatan Aek Ledong

yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4. Komposisi penduduk berdasarkaa Suku

No Nama Desa

Jumlah Jiwa menurut Suku

Total

Dari tabel di atas terlihat bahwa suku yang ada di Kecamatan Aek Ledong

beragam, diantaranya yaitu suku Jawa, Batak, Melayu Banjar, Minang dan lainnya.

(55)

merupakan suku yang paling dominan di Kecamatan Aek Ledong. Suku Jawa

merupakan salah satu suku yang memilki adat-istiadat yang selalu menghargai dan

menghormati orang yang lebih tua dan demikian juga sebaliknya orang yang lebih tua

mengayomi orang yang lebih muda. Adat istiadat ini juga yang mempengaruhi sikap

dari masyarakat yang lebih muda atau masyarakat yang usianya lebih produktif yang

sangat menghargai dan menghormati keberadaan lansia yang ada di Kecamatan Aek

Ledong ini.

4.1.2.5. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang terpenting dalam

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya guna meningkatkan kesejahteraan

sosial ekonomi masyarakat tersebut. Untuk melihat pendidikan terakhir yang dimilki

(56)

Tabel 4.5. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan

No Nama Desa

Jumlah Jiwa menurut pendidikan yang ditamatkan

Total

Dari data yang ada terlihat bahwa berdasarkan tabel di atas dapat diketahui

mengenai pendidikan terakhir yang diperoleh adalah masyarakat Kecamatan Aek

Ledong yang paling dominan pendidikan terakhinya yaitu hanya tamatan Sekolah

Dasar (SD) yaitu sebesar 3809 jiwa (33,54%). Dari data ini terlihat bahwa kualitas

kehidupan masyarakatnya masih tergolong rendah dengan jumlah penduduk hanya

(57)

mengenyam pendidikan dan yang tidak menamatkan SD. Pada umumnya penduduk

yang tidak pernah mengenyam pendidikan ini didominasi oleh penduduk lansia.

Rendahnya pendidikan lansia ini yang menandakan rendahnya kualitas kehidupan

lansia di masyarakat.

4.1.3. Sarana dan Prasarana Kecamatan Aek Ledong 4.1.3.1. Sarana Ibadah

Tabel 4.6. Sarana Ibadah No Nama Desa 7 Padang Sipirok 36,38

%)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa sarana ibadah yang terdapat pada

(58)

Sarana ibadah ini merupakan sarana yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan

spiritual masyarakat yang ada di Kecamatan Aek Ledong. Sarana ibadah ini

diperuntukkan bagi masyarakat yang beragama Islam yaitu sebanyak 22 unit masjid

(46,81%) dan 25 unit mushalla (53,19%) . Sementara itu, di Kecamatan Aek Ledong

ini belum terdapat sarana ibadah yang dikhususnya bagi agama lainnya. Hal ini

dikarenakan mayoritas masyarakat di Kecamatan Aek Ledong menganut agama Islam

Adanya sarana ibadah ini akan memudahkan para lansia dalam memenuhi kebutuhan

spiritual lansia

4.1.3.2. Sarana Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia.

kesehatan sangat mempengaruhi kualitas hidup dari sumber daya manusia yang ada

pada setiap negara. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai dapat

membantu dalam upaya peningkatan kesehatan dari masyarakat. Sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh Kecamatan Aek Ledong dapat dilihat pada tabel berikut

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah Populasi
Tabel 4.1 komposisi penduduk  berdasarkan umur
Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian
Tabel 4.3. Komposisi penduduk berdasarkan agama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi responden tentang kegiatan di posyandu lansia adalah baik (87,8%), sedangkan keluhan fisik yang dirasakan lansia menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan

Persepsi responden tentang kegiatan di posyandu lansia adalah baik (87,8%); sedangkan keluhan fisik yang dirasakan lansia menunjukkan bahwa mayoritas responden

Berdasarkan kedua tabel juga dapat dilihat pelayanan kesehatan juga menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelum pemekaran, dapat dilihat dengan cepat tanggapnya

Masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dapat mendatangi puskesmas, atau polindes dan Posyandu Lansia atau Posyandu Balita yang telah disediakan oleh pihak

Hal ini dikarenakan lansia merasa pelayanan posyandu baik karena adanya pelayanan kesehatan seperti pengukuran tekanan darah dan dapat berkonsultasi dengan petugas

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi maslah kesehatan pada lansia adalah diadakannya pos pelayanan terpadu untuk lansia (Posyandu lansia) sehingga lansia

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan posyandu lansia di Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo , menunjukkan bahwa lansia dengan akses keterjangkauan jauh memiliki

Persepsi negatif tersebut seperti ; responden tidak setuju apabila posyandu lansia merupakan tempat pelayanan yang pembentukannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga