PERSEPSI LANSIA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU USILA PASCA PEMEKARAN KECAMATAN
(Studi Deskriptif di Posyandu Usila Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan)
SKRIPSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana DIAJUKAN OLEH
AGUSTINA 070901052
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya ke tingkat kehidupan yang lebih layak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat pembangunan tersebut yaitu dengan memberikan wewenang bagi daerah untuk membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya melalui otonomi daerah. Salah satu yang menjadi indikator keberhasilan dalam suatu pembangunan yaitu meningkatnya harapan hidup masyarakatnya dengan peningkatan jumlah populasi lanjut usia. Saat ini jumlah lansia tahun 2010 mencapai 23,99 juta jiwa atau 9,77% dari jumlah penduduk. Sebanyak 57% di antaranya tinggal di desa dan 54% adalah perempuan. Tahun 2014, diperkirakan jumlah lansia 28,82 juta jiwa atau 11,34% jumlah penduduk. Dari data di atas jika tidak ditangani akan menjadi masalah kedepannya. Permasalahan tersebut yaitu berkaitan dengan permasalahan kesehatan dan juga adanya anggapan masyarakat yang menganggap lansia sebagai beban sosial karena usia mereka yang tidak produktif lagi. Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan program yang ditujukan bagi para lansia. Salah satunya yaitu program pelayanan kesehatan posyandu usila yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan lansia agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara mandiri dan bijaksana dalam menyongsong hari tua dan juga meningkatkan peran keluarga dalam memberikan kepedulian terhadap lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila dan bagaimana partisipasi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila. Penelitian dilakukan di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data-data yang diperoleh dari lapangan diinterpretaikan melalui teknik analisis data.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, Segala puji hanya bagi Allah SWT penulis ucapkan
karena hanya dengan izinnyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Tak lupa juga penulis ucapkan shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan ummatnya.
Penulisan skripsi ini ini merupakan salah satu syarat untuk syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dengan gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Sosiologi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan ini,penulis telah banyak menerima bantuan,dorongan dan bimbingan
dari berbagai pihak.
Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Sarno dan Ibunda Suryani yang telah
memberikan seluruh kasih sayangnya selama ini, motivasi dan doa-doa yang
senantiasa dipanjatkan untuk kesuksesan penulis. Tak lupa juga penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan fasilitas,bimbingan dan saran-saran demi selesainya
karya skripsi ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan dan menyumbangkan ide-ide serta
4. Ibu Dra. Rosmiani, M.Si sebagai dosen wali yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama kuliah di Departemen
Sosiologi.
5. Bapak dan Ibu dosen dan staf di Departemen Sosiologi yang telah mendidik
dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di
Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
6. Untuk Kak feni dan Kak Beti terima kasih atas bantuannya karena selalu
memberikan kemudahan dalam urusan administrasi.
7. Kepada seluruh responden dalam penelitian saya.
8. Kepada bulek saya Risnawati beserta seluruh keluarga. Terima kasih atas
semua kebaikan ibu dan keluarga dari awal saya kuliah sampai saya
menyelesaikan skripsi saya. Sebagai manusia saya tidak dapat membalas
semua kebaikan yang telah ibu berikan kepada saya. Semoga Allah selalu
memberikan Rahmatnya kepada seluruh keluarga ibu, amin. Sekali lagi saya
ucapkan terima kasih bu.
9. Untuk adik saya Dedi Wahyudi terima kasih atas dukungannya. Selalu
semangat ya dek.
10.Buat teman-teman seperjuangan saya stambuk 2007 terima kasih buat
semangat dan bantuan kalian selama ini.
11.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Namun, penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Medan, Agustus 2012
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR……….. ii
DAFTAR ISI……….. v
DAFTAR TABEL……….. xii
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Perumusan Masalah……… 7
1.3. Tujuan Penelitian……… 7
1.4. Manfaat Penelitian……….. 8
1.4.1.Manfaat Teoritis………. 8
1.4.2.Manfaat Praktis……….. 8
1.5. Definisi Konsep……….. 8
1.6. Definisi Operasional dan Operasional Variabel………. 11
1.6.1.Definisi Operasional……….. 11
1.6.2.Operasional Variabel………. 11
BAB II KERANGKA TEORI……….. 12
2.1. Persepsi………... 12
2.2. Pemekaran Kecamatan……… 14
2.3. Posyandu Usila………... 16
2.3.1.Pengertian Posyandu Usila……… 16
2.3.3.Sasaran Pembinaan Posyandu Usila ………. 17
2.3.4. Upaya Kegiatan Posyandu Usila ………... 18
2.4. Pendekatan Sistem ………. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 23
3.1. Jenis Penelitian………... 23
3.2. Lokasi Penelitian………. 23
3.3. Populasi dan Sampel………... 24
3.3.1. Populasi………. 24
3.3.2. Sampel………... 25
3.4. Teknik Pengumpulan Data……….. 27
3.4.1. Data Primer………... 27
3.4.2. Data Sekunder………... 28
3.5. Teknik Analisis Data………... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………... 30
4.1. Gambaran Umum……… 30
4.1.1. Deskripsi Lokasi………... 30
4.1.2. Keadaan Penduduk……… 31
4.1.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin.. 31
4.1.2.2. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian……….. 33
4.1.2.3. keadaan penduduk berdasarkan agama……… 34
4.1.2.5. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan ……… 37
4.1.3. Sarana dan Prasarana Kecamatan Aek Ledong……… 39
4.1.3.1. Sarana Pendidikan………. 39
4.1.3.2. Sarana Kesehatan……….. 40
4.2. Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila ………... 43
4.2.1. Latar Belakang Terbentuknya Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila………. 43
4.2.2. Tujuan ……….. 44
4.2.3. Sasaran……….. 45
4.2.4. Kelompok Posyandu Usila di Kecamatan Aek Ledong………… 46
4.3. Identitas Responden………... 47
4.3.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin…….. 47
4.3.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Etnis…. 48 4.3.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan terakhir……….. 49
4.3.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama……… 49
4.3.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan dengan Pekerjaan……….. 50
4.3.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan dengan Status dengan Siapa Tinggal……… 51
4.4. Persepsi Lansia terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila………... 53
Pernyataan Pentingnya Kesehatan………... 53
4.4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Pengetahuan Responden tentang Posyandu Usila……….... 54
4.4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Sosialisasi
Posyandu Usila dengan Pihak yang Mensosialisasikan……… 55
4.4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Adanya Persyaratan yang Diberikan……… 56
4.4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Biaya yang dikenakan untuk Mengikuti Posyandu Usila…………. 57
4.4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
dengan Siapa para Lansia Pergi Ke Posyandu Usila……… 58
4.4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Fasilitas yang ada di Posyandu Usila……… 59
4.4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Kondisi Tempat Pelayanan Posyandu Usila………. 60
4.4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
dengan Ketersediaan Obat ………... 61
4.4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Mengikuti
Posyandu Usila dengan Penyakit yang dikeluhkan………. 62
4.4.11.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
dengan Kemanfaatan Posyandu Usila terhadap Para Lansia……... 64
4.5. Persepsi Lansia Terhadap Petugas Pelayanan Kesehatan
4.5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Pernyataan Responden Mngenai Posyandu Usila Yang
Diperuntukkan bagi Lansia yang Berpenghasilan Rendah………... 65
4.5.2. Distribusi Rsponden Berdasarkan Pihak yang Berkordinasi
dengan Posyandu Usila dengan Kinerjanya………. 66
4.5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Jumlah Petugas Medis……….. 68
4.5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Pelayanan yang diberikan Petugas……… 69
4.5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Tugas yang Dilaksanakan Petugas ………... 69
4.5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Kejelasan Prosedur………... 70
4.5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Keramahan Petugas Posyandu Usila……… 71
4.5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Kecepatan dan Ketanggapan Petugas………... 73
4.5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Perlunya Penambahan Jumlah Petugas Medis………. 74
4.5.10.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Perlunya Perbaikan dalam Pelaksanaan Posyandu……….. 75
4.5.11.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
4.5.12.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Dukungan terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila………. 77
4.6. Partisipasi Lansia terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila di
Kecamatan AekLedong………. 78
4.6.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
dengan Keikutsertaan Lansia……… 78
4.6.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Posyandu Usila
dengan Tingkat Kehadiran Lansia……… 79
4.6.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Berapa Kali responden Mengikuti Posyandu Usila……….. 81
4.6.4. Distribusi Responden Berdaarkan Jenis Kelamin dengan
Keikutsertaan dalam kegiatan Posyandu Usila………. 82
4.6.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Keikutsertaan dalam Mensosialisasikan Posyandu Usila………… 83
4.6.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan
Memeriksakan Kesehatan Sebelum Ada Posyandu Usila
dengan Kemana Lansia Memeriksakan Kesehatan Sebelum
ada Posyandu Usila ……….. 84
4.6.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan
Memeriksakan Kesehatan Sebelum dan sesudah ada
posnyadu Usila……….. 86
4.6.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
4.7. Analisis Data………... 88
4.7.1 Persepsi Lansia terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila…. 90
4.7.2. Partisipasi Lansia terhadap Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila.. 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 96 5.1. Kesimpulan……… 96
5.2. Saran……….. 98
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Jumlah Populasi………. 24
Tabel 3.2. Jumlah Sampel………... 27
Tabel 4.1 Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin………. 32
Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian……… 33
Tabel 4.3. Komposisi penduduk berdasarkan agama………. 35
Tabel 4.4. Komposisi penduduk berdasarkaa Suku……… 36
Tabel 4.5. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan……….. 38
Tabel 4.6. Sarana Ibadah………. 39
Tabel 4.7. Sarana Kesehatan………... 41
Tabel 4.8. Jumlah Tenaga Medis Tiap Desa……….. 42
Tabel 4.9 Kelompok Posyandu Usila di Kecamatan Aek Ledong………. 46
Tabel 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin………... 47
Tabel 4.11.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Etnis………….. 48
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Pendidikan Terakhir……….………… .49
Tabel 4.13.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama………. 50
Tabel 4.14.Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan dengan Pekerjaan………... … 51
Tabel 4.15.Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan dengan Status dengan Siapa Tinggal……….. 52
Pernyataan Pentingnya Kesehatan………. 53
Tabel 4.17.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
dengan Pengetahuan Tentang Posyandu Usila……….. 54
Tabel 4.18.Distribusi Responden Berdasarkan Sosialisasi Posyandu Usila
dengan Pihak yang Mensosialisasikan Posyandu Usila……… 55
Tabel 4.19.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Adakah Persyaratan dalam Mengikuti Posyandu Usila……… 56
Tabel 4.20.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Gratis atau tidaknya Biaya yang Dikenakan ……… 57
Tabel 4.21.Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
dengan Siapa Biasa Lansia Pergi ke Posyandu Usila……… 58
Tabel 4.22.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Fasilitas Posyandu Usila……… 60
Tabel 4.23.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Kondisi Tempat pelayanan Posyandu……… 61
Tabel 4.24.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Ketersediaan
Obat-obatan……… 62
Tabel 4.25.Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Mengikuti Posyandu
usila dengan Penyakit yang dikeluhkan………. 63
Tabel 4.26.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Kemanfaatan Posyandu Usila……… 64
Tabel 4.27.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pernyataan
berpenghasilan rendah……….……….. 65
Tabel 4.28.Distribusi Responden Berdasarkan Pihak yang Berkordinasi
Tabel 4.29.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Jumlah Petugas Medis di Posyandu Usila………. 68
Tabel 4.30.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
pelayanan yang diberikan petugas posyandu………. 69
Tabel 4.31.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Tugas yang Dilaksanakan oleh petugas………. 70
Tabel 4.32.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
kejelasan prosedur yang diberikan petugas medis di posyandu……… 71
Tabel 4.33.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Keramahan Petugas Medis……… 72
Tabel 4.34.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Kecepatan dan Ketanggapan Petugas Medis………. 73
Tabel 4.35.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Pendapat Lansia Tentang Perlunya Penambahan Jumlah
petugas di posyandu……….. 74
Tabel 4.36.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perlunya
Perbaikan Pelaksanaan Posyandu………. 75
Tabel 4.37.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perlunya
Peningkatan Kinerja………... 76
Tabel 4.38.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Tabel 4.39.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Keikutsertaan Responden dalam Posyandu Usila……….. 79
Tabel 4.40.Distribusi Responden Berdasarkan Kedekatan Jarak Posyandu
Usila dengan tempat tinggal dengan Tingkat Kehadiran Responden
dalam Posyandu Usila……… 80
Tabel 4.41.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan Berapa
Kali mengikuti Posyandu Usila………. 81
Tabel 4.42.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Keikutsertaan dalam Kegiatan Posyandu Usila………. 82
Tabel 4.43.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
Keikutsertaan dalam Mensosialisasikan Posyandu Usila……….. 83
Tabel 4.44 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan Memeriksakan
Kesehatan Sebelum Ada Posyandu Usila dengan Kemana Lansia
Memeriksakan Kesehatan Sebelum ada Posyandu Usila……….. 85
Tabel 4.45.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan Memeriksakan
Kesehatan Sebelum dan seudah ada posyandu Usila……… 87
Tabel 4.46.Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dengan
ABSTRAK
Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya ke tingkat kehidupan yang lebih layak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat pembangunan tersebut yaitu dengan memberikan wewenang bagi daerah untuk membangun daerahnya sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya melalui otonomi daerah. Salah satu yang menjadi indikator keberhasilan dalam suatu pembangunan yaitu meningkatnya harapan hidup masyarakatnya dengan peningkatan jumlah populasi lanjut usia. Saat ini jumlah lansia tahun 2010 mencapai 23,99 juta jiwa atau 9,77% dari jumlah penduduk. Sebanyak 57% di antaranya tinggal di desa dan 54% adalah perempuan. Tahun 2014, diperkirakan jumlah lansia 28,82 juta jiwa atau 11,34% jumlah penduduk. Dari data di atas jika tidak ditangani akan menjadi masalah kedepannya. Permasalahan tersebut yaitu berkaitan dengan permasalahan kesehatan dan juga adanya anggapan masyarakat yang menganggap lansia sebagai beban sosial karena usia mereka yang tidak produktif lagi. Untuk mengatasi permasalahan di atas diperlukan program yang ditujukan bagi para lansia. Salah satunya yaitu program pelayanan kesehatan posyandu usila yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia yang mencakup peningkatan kualitas kesehatan lansia agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara mandiri dan bijaksana dalam menyongsong hari tua dan juga meningkatkan peran keluarga dalam memberikan kepedulian terhadap lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila dan bagaimana partisipasi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila. Penelitian dilakukan di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data-data yang diperoleh dari lapangan diinterpretaikan melalui teknik analisis data.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan
manusia dan kualitas wilayahnya atau lingkungannya ke arah yang lebih baik.
Pembangunan juga merupakan tuntutan masyarakat guna mendapatkan kesejahteraan
yang lebih layak dan mencapai kemajuan. Menurut Coralie Bryant dan Louise White,
pembangunan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk
mempengaruhi masa depannya (Ndraha, 1990:15). Dari pengertian ini pembangunan
berarti membangkitkan kemampuan masyarakat dalam mendorong tumbuhnya
kebersamaan dan kerjasama dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Di dalam pembangunan salah satu yang harus menjadi prioritas utama adalah
dengan melakukan pembangunan di daerah pedesaan. Pembangunan di pedesaan
sangatlah penting karena sebagian besar penduduk di Indonesia, yaitu sebesar 60%
tinggal di daerah pedesaan (Jayadinata dan Pramandika, 2006:1). Maksud dari
pembangunan pedesaan adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan
dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa.
Untuk mempercepat pembangunan di suatu daerah diperlukan pemberian
kebebasan pemerintah pada setiap daerah dalam membangun daerahnya atau
pemberian wewenang terhadap suatu daerah agar lebih leluasa dalam meberikan
pembangunan yang sesuai dengan kemampuan daerah tersebut. Salah satu pemberian
wewenang ini yaitu dengan adanya otonomi daerah. Dimana dengan otonomi seperti
pemerintahan daerah menjelaskan bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan
prinsip otonomi seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus
dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah
yang ditetapkan undang-undang ( Kaloh, 2007 : 72 ). Dari pengertian ini daerah
memiliki kewenangan sendiri dalam mengurusi daerahnya dengan semakin minimnya
dominasi birokrasi pusat yang digantikan dengan peran institusi-institusi masyarakat
lokal dan adanya semangat partisipasi masyarakat yang sangat dikedepankan
(Dwipayana, 2003 : 179 ).
Di dalam pelaksanaan otonomi daerah, terdapat sejumlah tantangan yang
harus diantisipasi agar pelaksanaan otonomi daerah dapat tercapai dengan baik.
Diantara tantangan yang dihadapi oleh daerah adalah tuntutan untuk mengurangi
ketergantungan anggaran terhadap pemerintah pusat, pemberian pelayanan publik
yang dapat menjangkau seluruh kelompok masyarakat, pelibatan masyarakat dalam
proses pembangunan dan peningkatan otonomi masyarakat lokal dalam mengurus
dirinya sendiri.
Salah satu bentuk otonomi daerah yaitu dengan melakukan pemekaran
kecamatan. Salah satu kecamatan yang melakukan pemekaran yaitu Kecamatan Aek
Ledong yang berada pada Kabupaten Asahan. Kecamatan Aek Ledong merupakan
kecamatan yang baru dimekarkan dari Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan
Sebagai kecamatan yang baru dimekarkan, Kecamatan Aek Ledong diberikan
wewenang dalam mengatur dan mengurus daerahnya. Kecamatan dalam hal ini
diberikan wewenang untuk dapat membangun daerahnya dalam berbagai aspek yaitu
budaya dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada atau
dengan kata lain kecamatan ini memiliki wewenang dalam memberikan pelayanan,
peningkatan peran serta masyarakat, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakatnya.
Pemberian otonomi daerah ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan
kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah,
percepatan pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban,
peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Dalam hal peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang dimaksud, ada dua hal yang penting untuk
diperhatikan seiring dengan pemekaran yang terjadi yaitu bagaimana pemerintahan
berlangsung dan bagaimana dampaknya di masyarakat setelah pemekaran tersebut
berjalan. Artinya, pemekaran tersebut harus mempunyai implikasi positif terhadap
kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya dengan adanya percepatan pembangunan
di wilayah yang dimekarkan tersebut (http://repository.usu.ac.id. Di akses pada
tanggal 7 Maret 2012 pada pukul 18.07 Wib). Untuk mewujudkan tujuan dari
pemekaran tersebut dilakukan pembangunan daerah demi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan untuk menciptakan pemerintahan daerah yang
merespon hak-hak komunitasnya yang akan mengikutsertakan masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan, kebijaksanaan dan memungkinkan masyarakat untuk
mendapatkan akses terhadap pembangunan tersebut semakin dekat dan dapat
menjadikan suatu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan lebih efektif dan
Kecamatan Aek Ledong merupakan kecamatan yang baru dimekarkan pada
tahun 2008. Kecamatan Aek Ledong ini memiliki tujuh desa. Pemekaran Kecamatan
ini dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan dan percepatan pelayanan
pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan desa. Sebelum pemekaran menjadi
Kecamatan Aek Ledong, semua urusan pemerintahan harus ke Kecamatan Aek
Kuasan yang jaraknya cukup jauh. Hal inilah yang menyebabkan urusan administrasi
pemerintahan dan pembangunan desa terhambat. Setelah pemekaran kecamatan,
pemerintah Kecamatan Aek Ledong sedang giat melakukan pembangunan dalam
berbagai aspek.
Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan di Kecamatan Aek Ledong
yaitu dengan melakukan peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia. Salah
satu indikator keberhasilan pembangunan dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Semakin
meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut
usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada saat ini jumlah orang lansia
tahun 2010 mencapai 23,99 juta jiwa atau 9,77 persen dari jumlah penduduk.
Sebanyak 57 persen di antaranya tinggal di desa dan 54 persennya adalah perempuan.
Tahun 2014, diperkirakan jumlah orang lansia mencapai 28,82 juta jiwa atau 11,34
persen jumlah penduduk
2012 pada pukul 15.35 wib). Tingginya jumlah lansia tersebut jika tidak ditangani
untuk kedepannya dikhawatirkan akan membawa permasalahan tersendiri bagi
kualitas kehidupan sehari – hari lansia, yaitu yang berkaitan dengan masalah sosial,
kesehatan, produktivitas, semangat dan kebahagiaan.
Lansia sering sekali dianggap lemah oleh masyarakat. Seperti yang
dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) terdapat beberapa asumsi
masyarakat yang keliru mengenai lansia yaitu yang pertama masyarakat beranggapan
bahwa kaum lansia biasanya lemah dan rapuh fisiknya sehingga sangat rentan
terhadap penyakit yang nantinya akan merepotkan di dalam kehidupan sosial. Kedua,
kaum lansia tidak memberikan sumbangan apa-apa bagi komunitas. Ketiga, kaum
lansia adalah beban bagi masyarakat karena dianggap sebagai orang yang tidak
mampu bekerja lagi sehingga masyarakat menganggap tidak akan mampu lagi
menanggung dukungan ekonomi dan mahalnya perawatan kesehatan bagi kaum
lansia di tahun-tahun mendatang (Hutapea, Ronald, 2005:23-24).
Mengingat kondisi dan permasalahan lansia tersebut, maka penanganan
masalah lansia harus menjadi prioritas, karena permasalahannya terus ada dengan
pertambahan jumlahnya. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia,
pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi para lansia yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua bahagia. Dalam hal
ini, Kecamatan Aek Ledong sebagai kecamatan yang baru dimekarkan melakukan
berbagai aspek pembangunan yang salah satunya yaitu memberikan pelayanan
kesehatan berupa program yang dikhususkan untuk para lanjut usia (Lansia) yaitu
berupa pelayanan kesehatan posyandu usila.
Posyandu Usia Lanjut (Usila) adalah program pelayanan kesehatan lanjut
bekerjasama dengan pemerintah desa dengan dukungan peran aktif masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lanjut usia. Misalnya
pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif seperti :
Diabetes Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat lanjut
usia.Pelayanan kesehatan lansia ini meliputi kegiatan upaya promotif (upaya promosi
berupa penyuluhan), preventif (upaya pencegahan penyakit berupa pemeriksaan
penyakit secara berskala), kuratif (pengobatan terhadap penyakit), rehabilitatif
(penyembuhan terhadap penyakit) dan rujukan (upaya kuratif dan rehabilitatif kepada
pasien berupa rujukan untuk berobat ke spesialis.
Didalam pelaksanaan posyandu usila yang menjadi sasaran utamanya yaitu
kelompok usia menjelang lanjut usia atau pra lanjut usia yaitu usia 45 tahun sampai
dengan kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.
Tujuan dari posyandu usila ini yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
Selain itu, posyandu usila ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keluarga
dalam berperan serta untuk dapat memperhatikan kesehatan para lansia dan juga
posyandu usila ini bertujuan meningkatkan kesadaran pada lansia untuk membina
sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
menghayati dan mengatasi kesehatan lansia.
Posyandu usila yang ada di Kecamatan Aek Ledong ini diadakan setiap
sebulan sekali. Di posyandu usila ini para lansia menjalani pemeriksaan terhadap
dengan para lansia lain. Dengan adanya pertemuan ini sangat mempengaruhi keadaan
psikologis para lansia antara satu dengan yang lain.
Adanya pelayanan kesehatan posyandu usila ini merupakan pelayanan yang
masih dapat dijangkau oleh masyarakat secara khususnya para lansia. Pelayanan
kesehatan ini yaitu berupa pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan yang murah, efektif dan efisien bagi lansia. Dengan adanya pelayanan yang
baik dari posyandu usila dapat memberikan respon berupa persepsi bagi para lansia
untuk dapat menilai pelayanan kesehatan yang dijalankan, yang dapat berpengaruh
terhadap kesehatan dan kehidupan sosial para lansia. Untuk itu peneliti sangat tertarik
untuk meneliti lebih lanjut mengenai persepsi lansia terhadap program Posyandu
Usila.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang
diangkat peneliti yaitu :
1. Bagaimana persepsi lansia terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila di
Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan ?
2. Bagaimana partisipasi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila di
Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan ?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui persepsi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu usila
2. Untuk mengetahui partisipasi lansia dalam pelayanan kesehatan posyandu
usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan.
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis bagi penelitian ini yaitu diharapkan hasil penelitian yang
diperoleh dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat dalam
pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi kesehatan dan sosiologi
pembangunan.
1.4.2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis bagi penelitian ini yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan terhadap peneliti dan juga dapat memberikan sumbangan bagi
pemerintah setempat dalam mengambil kebijakan pembangunan bagi masyarakat
khususnya dalam bidang pembangunan kesehatan. Selain itu, dengan adanya
penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam memperhatikan
kesehatan lansia, dan juga diharapkan masyarakat akan dapat lebih berpartisipasi
dalam memperhatikan kesehatannya sendiri dan juga dapat ikut serta memperhatikan
kesehatan para lansia.
1.5. Definisi Konsep
Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk
mempermudah dan memfokuskan penelitian agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini. Maka batasan-batasan
1. Persepsi yaitu suatu proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan respon yang didapat dari sekeliling individu tersebut. Yang
menjadi persepsi masyarakat dalam penelitian ini yaitu persepsi lansia
terhadap pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong
pasca pemekaran kecamatan.
2. Lansia adalah kelompok masyarakat yang telah berusia lanjut yang membutuhkan perhatian khusus dalam merawat kesehatan dirinya. Kelompok
masyarakat ini yaitu kelompok yang berusia pada kelompok usia menjelang
lanjut usia atau pra lanjut usia ( 45 -54 tahun ), kelompok lanjut usia (55 -64
tahun), kelompok lanjut usia tua ( >65 tahun ) dan kelompok lanjut usia
denganresiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ).
3. Partisipasi yaitu suatu bentuk aktualisasi diri dari kesediaannya dan kemauannya baik secara sukarela maupun tidak dalam keterlibatan dan
pelibatan masyarakat dalam suatu program. Dalam hal ini, partisipasi yang
dimaksud yaitu partisipasi lansia dalam pelaksanaan program pelayanan
kesehatan posyandu usila yaitu dalam bentuk keterlibatan lansia dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong.
4. Pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang ditujukan dalam bentuk peningkatan pada kesehatan masyarakat, pencegahan agar
masyarakat tidak mengalami sakit dan pengobatan bagi masyarakat yang
mengalami sakit. Bentuk dari pelayanan kesehatan yang ada pada penelitian
ini yaitu dalam bentuk posyandu. Pelayanan kesehatan posyandu dalam
lansia atau yang diberi nama dengan posyandu usila. Bentuk dari pelayanan
kesehatan posyandu usila ini yaitu upaya pelayanan kesehatan posyandu
dalam bentuk pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan rujukan.
5. Posyandu Usila merupakan salah satu bentuk program pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia agar mencapai masa
tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Posyandu Usila yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu Posyandu Usila Yang berada di
Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan.
6. Pemekaran kecamatan yaitu pembentukan kecamatan baru dengan cara mengembangkannya dari kecamatan yang telah ada dengan tujuan untuk
mempercepat pembangunan daerah serta meningkatkan kualitas
masyarakatnya. Dalam hal ini, salah satu pembangunan yang dilakukan
pemerintah yaitu melakukan peningkatan terhadap pelayanan kesehatan
terhadap masyarakatnya khususnya para lansia melalui pelayanan kesehatan
posyandu usila.
7. Otonomi Daerah yaitu hak, wewenang dan kewajiban yang diberikan kepada suatu daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat guna meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat dan mempercepat pembangunan daerah di berbagai aspek. Dalam
penelitian ini pembangunan yang dilakukan yaitu pembangunan kesehatan
1.6. Definisi Operasional dan Operasional Variabel 1.6.1. Definisi Operasional
Operasional merupakan penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit
ke dalam kategori-kategori. Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai
prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam
kategori-kategori tertentu dari tiap-tiap variabel ( Prasetyo dan Lina, 2005 : 90 ).
1.6.2. Operasional Variabel A. Variabel Bebas
Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelayanan
kesehatan posyandu usila dengan indikatornya :
1. Ketersediaan fasilitas fisik di posyandu usila.
2. Ketersediaan fasilitas obat di posyandu usila.
3. Ketersediaan paramedis di posyandu usila.
4. Keterlibatan pemerintah dan lembaga dalam posyandu usila
5. Adanya kejelasan informasi tentang adanya posyandu usila.
6. Adanya kejelasan terhadap prosedur yang dilakukan di dalam posyandu usila.
B. Variabel Terikat
Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi
lansia dengan indikatornya :
1. Pengetahuan lansia tentang adanya program posyandu usila.
2. Keikutsertaan lansia dalam program.
BAB II
KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi
Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai
persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama
dengan persepsi manusia yang lainnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dari
pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.
Untuk memperjelas pengertian dari persepsi, di bawah ini dijelaskan
mengenai pengertian persepsi :
1. Persepsi merupakan kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami
informasi mengenai lingkungannya, baik lewat penglihatan, pandangan,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang
unik terhadap situasi. Yang dimaksud proses kognitif di atas adalah proses
kegiatan mental yang sadar seperti sikap, kepercayaan dan pengharapan yang
semuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku ( Thoha, 2007 : 23 ).
Pembentukan persepsi tergantung pada berbagai faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal seperti pengalaman, keinginan proses
belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, maupun faktor external, seperti
lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya, lingkungan
fisik dan hayati seseorang itu bertempat tinggal.
2. Menurut Lindzey dan Aronson, persepsi sosial merupakan suatu proses yang
terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui,
ataupun keadaan lain yang ada dalam objek tersebut sehingga terbentuk
gambaran mengenai objek tersebut.
tanggal 30 Oktober 2011 pada pukul 21.52)
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan persepsi merupakan sebagai suatu proses
pemberian makna atau proses pemahaman diri di dalam diri seseorang terhadap suatu
objek, baik itu yang berwujud ataupun tidak berwujud. Dalam hal ini persepsi sangat
berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman.
Proses pembentukan persepsi antar individu berbeda-beda. Menurut Robbins,
pembentukan persepsi yang berbeda-beda ini dapat berupa faktor-faktor yang terletak
pada pelaku persepsi, objek/target persepsi dan dalam konteks situasi di mana
persepsi itu dibuat.
1. Pelaku persepsi
Jika seseorang melihat sebuah target dan mencoba untuk memberikan
interpretasi tentang apa yang dilihatnya, interpretasi tersebut sangat tergantung
oleh karakterisitik pribadinya, diantaranya adalah sikap, motif, minat, pengalaman
dan harapannya.
2. Target persepsi
Persepsi seseorang akan tergantung pada sasaran yang dilihat oleh orang
tersebut. Target dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran
3. Situasi persepsi
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi itu perlu memperoleh perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut
berperan serta dalam pertumbuhan persepsi seseorang.
Wib)
Dalam penelitian ini persepsi diartikan sebagai pengetahuan untuk melihat,
memahami, penilaian dan penafsiran oleh lansia terhadap pelayanan kesehatan
posyandu usila di Kecamatan Aek Ledong pasca pemekaran kecamatan.
2.2. Pemekaran Kecamatan
Pembangunan sebagai suatu proses kegiatan yang terencana dalam upaya
pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa guna peningkatan
kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mempercepat
pembangunan diperlukan adanya pemekaran kecamatan. Pemekaran kecamatan
adalah pembentukan kecamatan baru dengan cara mengembangkannya dari
kecamatan yang telah ada. Pada dasarnya pemekaran kecamatan merupakan bentuk
otonomi daerah dan dengan pemekaran ini dapat lebih memaksimalkan pemerataan
pembangunan daerah. Hakikat otonomi daerah adalah desentralisasi atau proses
pendemokrasian pemerintahan dengan keterlibatan langsung warga masyarakat.
Otonomi daerah ini tertuang dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah. Di dalam Undang-undang ini tertuang pengertian
tentang otonomi daerah. Otonomi daerah memiliki pengertian yaitu hak, wewenang
pemrintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (Kaloh,2007:72). Selanjutnya daerah otonom memiliki
pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari pengertian ini berarti dengan
adanya otonomi suatu daerah memiliki kewenangan yang luas dalam meningkatkan
pembangunan guna meningkatkan kualitas hidup bagi masyarakatnya. Kewenangan
daerah tersebut yaitu :
1. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya.
2. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah yaitu menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi daerah dan
tugas pembantuan.
Dari penjelasan di atas sangatlah jelas bahwa otonomi daerah memberikan
kebebasan kepada pemerintah daerah dalam mengurusi wilayah kekuasaannya guna
mencapai kesejahteraan masyarakatnya sesuai dengan kemampuan dari masyarakat
daerah otonom tersebut. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses kegiatan
dalam masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan serta kualitas
masyarakatnya dalam kehidupan. Pembangunan yang terjadi di Kecamatan Aek
Ledong tidak terlepas dari adanya otonomi daerah yang ada. Pemerintah setelah
pelayanan dalam berbagai aspek. Salah satunya yaitu dengan upaya membangun
kualitas hidup dari masyarakatnya dengan meningkatkan pembangunan dibidang
kesehatan. Hal ini dapat dilihat melalui adanya posyandu usila yang ditujukan
kepada para lansia yang ada di Kecamatan Aek Ledong. Dengan adanya posyandu
usila ini berarti pemerintah berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya
dengan memberikan perhatian terhadap para lansia agar dapat lebih menikmati
hidupnya pada usia senja.
2.3. Posyandu Usila
2.3.1. Pengertian Posyandu Usila
Posyandu usila adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap
lansia ditingkat desa/kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas.
Keterpaduan dalam posyandu usila berupa pelayanan yang dilatabelakangi oleh
lansia. Posyandu juga merupakan wadah bagi masyarakat dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya lansia guna meningkatkan
kesejahteraan hidup lansia. Posyandu usila juga merupakan salah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia agar
mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif. Posyandu usila
merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan
bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas dengan melibatkan
2.3.2. Tujuan Posyandu Usila
Adapun tujuan dari posyandu usila yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usila untuk mencapai
masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat.
2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
3. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat lansia.
2.3.3. Sasaran Pembinaan Posyandu Usila 1. Sasaran langsung
a. Kelompok usia menjelang usia lanjut atau pra lanjut usia ( 45 -54 tahun ).
b. Kelompok lansia ( 55 -64 tahun ).
c. Kelompok lansia tua ( >65 tahun ).
d.Lansia denganresiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ).
2. Sasaran tidak langsung
a. Keluarga di mana lansia berada.
b. Masyarakat di lingkungan lansiaberada.
c. Organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia.
d. Petugas kesehatan yang melayani kesehatan.
2.3.4. Upaya Kegiatan Posyandu Usila
Pelaksanaan kegiatan kesehatan usila secara umum mencakup kegiatan
pelayanan yang berbentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
termasuk rujukannya.
1. Kegiatan Promotif
Menggairahkan semangat hidup bagi lansia agar mereka tetap dihargai
dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan.
2. Kegiatan Preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. Upaya preventif
dapat berupa kegiatan Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk
menemukan secara dini penyakit-penyakit lansia.
3. Kegiatan Kuratif
Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan bagi usila
yang sakit dan dapat dilakukan melalui fasilitas pelayanan seperti puskesmas
pembantu, puskesmas dan dokter praktek swasta.
4. Kegiatan Rehabilitatif
Upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Upaya ini
dapat berupa memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaan berbagai alat Bantu, mengembalikan kepercayaan pada diri
5. Kegiatan Rujukan
Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan. Upaya dapat
dilakukan secara vertikal dari tingkat pelayanan dasar ke tingkat pelayanan
spesialistik di rumah sakit secara horizontal ke sesama tingkat pelayanan yang
mempunyai sarana yang lebih lengkap.
2.4. Pendekatan Sistem
Masyarakat merupakan salah satu bentuk dari sistem yang ada. Menurut
Parson di dalam Poloma (1987 : 181) terdapat fungsi-fungsi atau
kebutuhan-kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi oleh sistem yang hidup demi kelestariannya.
Dua pokok penting yang termasuk kebutuhan fungsional tersebut yaitu pertama, yang
berhubungan dengan kebutuhan sistem internal atau kebutuhan sistem ketika
berhubungan dengan lingkungannya (sumbu internal-eksternal). Kedua, yang
berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan serta sarana yang perlu untuk
mencapai tujuan tersebut (sumbu instrumental-consummatory). Berdasarkan
penjelasan di atas di dalam bukunya Ritzer (2008 : 121), Parson menciptakan empat
kebutuhan fungsional yang biasa dikenal dengan konsep AGIL yaitu :
1. Adaptation atau adaptasi (A) yaitu Sebuah sistem harus menanggulangi situasi
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. kemampuan sistem
menjamin apa yang dibutuhkannya dari lingkungan serta mendistribusikan
2. Goal attainment atau pencapaian tujuan (G) yaitu pemenuhan tujuan sistem
dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan di dalam sistem atau sebuah
sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
3. Integration atau integrasi (I) yaitu sebuah sistem harus mengatur
antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus
mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting (A,G,L). Dalam hal ini,
kondisi serta kesesuaian bagian-bagian dari sistem seluruhnya haurs menjadi
fungsional.
4. Latency atau pemeliharaan pola (L) yaitu sebuah sistem harus
memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individu
maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Atau
dengan kata lain, bagaimana menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem
sesuai dengan beberapa aturan atau norma-norma.
Keempat prasyarat fungsional itu berkaitan dengan hubungan sistem dan
lingkungannya serta sarana-sarana dimana penyelesaiannya ini harus dipenuhi.
Setiap masing-masing sistem tersebut saling ketergantungan. Di dalam sistem sosial,
latensi (L) sangat dipengaruhi oleh keadaan dari sistem kebudayaan, kebutuhan
integrasi (I) dipenuhi melalui komunitas sosial, adaptasi (A) melalui sistem ekonomi
dan goal attainment (G) melalui sistem politik. Sistem organisme perilaku memenuhi
kebutuhan yang bersifat penyesuaian (A). Dalam hal ini Parson menghubungakan
organisme perilaku dengan sistem-bertindak di dalam bukunya Poloma (1987),
Parson menjelaskan tingkat teori bertindak secara umum yaitu bahwa perilaku
yaitu (1) pencarian pemuasan psikis, (2) kepentingan dalam menguraikan
pengertian-pengertian simbolis, (3) kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan
organis-fisis, dan (4) usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia
lainnya.
Dari uraian di atas terlihat bahwa kehidupan masyarakat tidak terlepas dari
hubungannya dengan sistem-sistem lain yang hidup di masyarakat. Sistem-sistem ini
terjadi karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat.
Kebutuhan-kebutuhan inilah yang nantinya akan menimbulkan lembaga-lembaga masyarakat
ataupun pranata sosial yang ada di masyarakat. Suatu lembaga di dalam bukunya
Soekanto (2006:173) pada dasarnya memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat dalam menghadapi masalah
dalam masyarakat itu sendiri, terutama menyangkut kebutuhan pokok.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
3. Merupakan pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat.
Fungsi lembaga di atas menjelaskan bahwa suatu keberadaan lembaga di
dalam masyarakat sangatlah penting. Di dalam penelitian ini sangat erat kaitannya
dengan lembaga-lembaga yang menyangkut terhadap perawatan lanjut usia. Salah
satu lembaga yang paling primer dalam menangani perawatan terhadap lansia yaitu
lembaga keluarga. Sebagai salah satu lembaga keluarga fungsi yang dijalankannya
yaitu memberikan perlindungan kepada anggotanya, baik secara fisik maupun bersifat
kejiwaan.
Selain dari lembaga keluarga, masih ada lembaga yang berperan dalam
1998. Di dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 secara ekplisit menyebutkan
bahwa masyarakat mempunyai hak dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
berperan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, dimana hal
tersebut dapat dilakukan baik secara perorangan, keluarga, kelompok
masyarakat,organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan
pada pukul 15.10 Wib).
Di dalam sebuah sistem sosial, posyandu usila merupakan salah satu sistem
yang dibentuk pemerintah, dimana posyandu usila muncul dikarenakan terdapat
adanya kebutuhan dari masyarakat dan juga lembaga keluarga dalam memberikan
pelayanan dan pemenuhan kepedulian terhadap para anggotanya yaitu salah satunya
lansia. Dalam memenuhi kebutuhan akan hidup untuk dapat menikmati hidup sehat
dan mandiri dalam suatu masyarakat, lansia membutuhkan sarana khusus untuk
memberdayakan mereka. Lansia di pedesaan pada umumnya memiliki penghasilan
yang rendah dan untuk mencapai tujuannya lansia membutuhkan sarana kesehatan
yang murah, efektif dan efisien untuk mencapai kebutuhan kesehatan mereka. Selain
itu, adanya dorongan dan motivasi dari keluarga dan juga masyarakat akan sangat
membantu lansia dalam mengontrol kesehatan mereka. Posyandu usila yang ada di
Kecamatan Aek Ledong ini memberikan sarana yang dibutuhkan oleh para lansia
agar tetap dapat menjadi sehat dan mandiri dalam menjalani kehidupan yang bahagia
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif
yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan
subjek atau objek. Penelitian deskriptif dalam pelaksanaannya lebih terstruktur,
sistematis dan terkontrol. Peneliti memulai subjek yang jelas dan mengadakan
penelitian atas populasi dan sampel dari subjek tersebut untuk menggambarkannya
secara akurat ( Silalahi, 2009: 28).
Dalam penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu
penelitian dengan cara membuat gambaran terhadap persepsi lansia terhadap
pelayanan kesehatan Posyandu Usila pasca pemekaran Kecamatan Aek Ledong
Kabupaten Asahan.
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten
Asahan. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikarenakan Kecamatan Aek Ledong
merupakan Kecamatan yang sedang giat melakukan pembangunan terutama terhadap
pembangunan kesehatan terhadap lansia pasca pemekaran kecamatan Aek Ledong,
sehingga peneliti sangat tertarik untuk meneliti persepsi lansia terhadap pelayanan
kesehatan posyandu usila yang ditujukan terhadap peningkatan kualitas kesehatan
merupakan kecamatan dimana peneliti berasal sehingga diharapkan dapat
memudahkan peneliti dalam mencari data-data yang dibutuhkan.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi ialah semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran
daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.
Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.
Populasi berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang
dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar kita dapat menentukan besarnya
anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya
daerah generalisasi (Usman dan Pramono, 2009 : 42).
Berdasarkan pendapat di atas, yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh lansia yang ada di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan yaitu
lansia dengan karakteristik usia di atas 45 tahun yang berjumlah 3984 jiwa.
Tabel 3.1. Jumlah Populasi
No Nama Desa Jumlah Jiwa
1 Aek Ledong 42
2 Aek Nabuntu 78
3 Aek Bange 465
4 Padang Sipirok 513
5 Ledong Barat 862
6 Ledong Timur 899
7 Aek Korsik 1125
Total Populasi 3984
Sumber : Data Statistik Kesehatan Puskesmas Aek Ledong
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diinginkan (Prasetyo dan Lina, 2005
:119). Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang diambil dengan
menggunakan teknik tertentu yang disebut teknik sampling (Usman dan Pramono,
2009 : 43). Untuk menghitung besarnya sampel dalam penelitian ini, maka digunakan
rumus yang berdasarkan pada pendapat Taro Yamane yang mengajukan piihan
ukuran sampel berdasarkan tingkat presisi 10% dan tingkat kepercayaan 10%.
Rumus yang digunakan yaitu :
( )
2 +1=
d N
N n
Dimana :
n = Besarnya sampel
N = Besar populasi
d = Presisi atau derajat kebebasan (Peneliti menetapkan 10 % atau d = 0.1)
Berdasarkan Rumus tersebut, maka sampel yang diambil pada penelitian ini
( )
Sampel yang diambil di dalam penelitian ini dari hasil perhitungan berdasarkan
rumus tersebut yaitu sebanyak 98 jiwa.
Teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu teknik stratified random
sampling. Teknik ini digunakan berdasarkan kelompok Desa yang ada di Kecamatan
Aek Ledong Kabupaten Asahan. Kelompok Desa yang ada di Kecamatan Aek
Ledong ini yaitu sebanyak 7 (tujuh) Desa. Di dalam bukunya Prasetyo (2005:129)
rumus yang dipakai dalam menentukan sampel dari setiap Desa yaitu :
Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel yang diambil dari setiap Desa
yaitu dapat dilihat di dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3.2. Jumlah Sampel
No Nama Desa Jumlah Jiwa Sampel
1 Aek Ledong 42 1
2 Aek Nabuntu 78 2
3 Aek Bange 465 11
4 Padang Sipirok 513 13
5 Ledong Barat 862 21
6 Ledong Timur 899 22
7 Aek Korsik 1125 28
Jumlah 3984 98
Sumber : Data Statistik Kesehatan Puskesmas Aek Ledong Tahun 2012
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah bagian instrumen pengambilan data yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Pengumpulan data dilakukan
dengan tujuan utnuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang sedang diteliti
secara objektif. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan
yaitu data primer dan data sekunder.
3.4.1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Untuk
mendapatkan data primer dilakukan melalui :
Kuesioner
Kuesioner ialah pengumpulan data dengan menyebarkan pertanyaan yang
tersusun secara sistematis dalam bentuk angket yang diberikan kepada responden dan
tertutup berdasarkan rumusan skala likert. Skala likert yaitu skala yang bertujuan
untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek, dimana
dalam angket diberikan pertanyaan sehingga responden dibatasi dalam memberikan
jawaban. Adapun yang diukur dalam penelitian ini yaitu persepsi lansia terhadap
program pelayanan kesehatan Posyandu Usila di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten
Asahan.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dari data yang
kita butuhkan atau data yang diperoleh dari lembaga atau instansi tertentu.
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini yaitu dengan cara penelitian
kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu buku-buku referensi serta sumber dari
internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.
3.5. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan analisa tabel silang.
Penggunaan tabel silang ditujukan untuk penelitian yang bersifat menerangkan yaitu
penelitian yang mengarah kepada usaha menggambarkan hubungan antara dua
variabel atau lebih. Analisa tabel silang merupakan analisa yang dilakukan dengan
membagi variabel-variabel penelitian dengan kategori-kategori atas dasar persentase.
Perhitungan persentase suatu tabel silang ini dapat didasarkan pada persen baris,
persen kolom dan persen total (Suyanto dan Sutinah, 2005 : 108). Di dalam
Peneliti akan menghubungkan variabel jenis kelamin dengan persepsi lansia terhadap
pelayanan kesehatan Posyandu Usila di Kecamatan Aek Ledong Kabupaten Asahan..
Interpretasi data merupakan tahap pengumpulan data dan informasi,
penyederhanaan data kemudian diinterpretasi berdasarkan teori yang digunakan
sampai kepada kesimpulan. Kemudian data yang disajikan berupa kesimpulan data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Deskripsi Lokasi
Kecamatan Aek Ledong merupakan salah satu kecamatan yang baru
dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan Aek Kuasan. Berdasarkan
peraturan daerah kabupaten asahan nomor 2 tahun 2008 tentang pembentukan dan
penataan kecamatan dalam daerah Kabupaten Asahan, pembentukan kecamatan ini
bertujuan dalam mempercepat proses pelayanan serta untuk mendayagunakan
penyelenggaraan pelayanan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan
disebabkan pertambahan jumlah penduduk dan tuntutan zaman serta volume beban
tugas dalam melaksanakan roda pemerintahan. Daerah Kecamatan Aek Ledong ini
memiliki batasan-batasan wilayah yaitu:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Aek Kuasan.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Aek Kuasan dan Kabupaten
Labuhan Batu Utara.
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Aek Songsongan dan Kabupaten
Labuhan Batu.
Kecamatan Aek Ledong ini memiliki 7 (tujuh) Desa yang termasuk di dalam
wilayah administratifnya, yaitu:
1. Desa Aek Bange.
3. Desa Ledong Timur
4. Desa Aek Korsik.
5. Desa Aek Ledong.
6. Desa Aek Nabuntu.
7. Desa Padang Sipirok.
Kecamatan Aek Ledong merupakan daerah yang dikelilingi oleh lahan
perkebunan. Hal ini dapat dilhat dari luas wilayah Kecamatan Aek Ledong yaitu
seluas 7685 Ha, sebanyak 86% atau seluas 6642 Ha merupakan lahan perkebunan.
Lahan perkebunan ini yaitu berupa lahan perkebunan kelapa sawit. Hal ini
dikarenakan Kecamatan Aek Ledong berada di perkebunan kelapa sawit milik
perusahaan PT. Scofindo.
4.1.2. Keadaan Penduduk
4.1.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kecamatan Aek Ledong pada tahun 2011 mencapai
19036 jiwa. Dari jumlah tersebut dapat diketahui penduduk yang berusia balita
sampai lanjut usia. Untuk mengetahui gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.1 komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin.
No Kelompok Umur
Berdasarkan gambaran di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang
terbanyak berada pada golongan umur 15-29 tahun yang merupakan umur bagi
penduduk yang masih produktif yakni sebanyak 5507 jiwa (28,93%) dan jumlah
penduduk yang paling sedikit yaitu penduduk yang berada pada golongan umur 75
tahun ke atas yakni sebanyak 151 jiwa (0,79%). Hal ini berarti dapat dijelaskan
bahwa jumlah usia produktif masih lebih banyak yang pada akhinya nanti akan dapat
membantu menangani ataupun membantu kehidupan sosial para lansia yang umurnya
sudah tidak produktif lagi. Sementara itu dari tabel di atas dapat juga di gambarkan
bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni
sebanyak 9550 jiwa (50,17%) dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin
Hal ini berarti sesuai dengan hasil yang diperoleh peneliti yaitu perempuan
lebih banyak dibandingkan laki-laki yang dapat dilihat melalui lebih banyak
responden lansia yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 88,8% dibandingkan
yang berjenis kelamin laki-laki yang hanya sebesar 11,2%.
4.1.2.2. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian
Berbagai macam mata pencaharian yang dikerjakan oleh penduduk di
Kecamatan Aek Ledong ini. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian N
o
Nama Desa
Jenis mata pencaharian
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mata pencaharian yang paling
dominan yaitu mereka yang memiliki mata pencaharian sebagai bertani yaitu
sebanyak 2448 jiwa (34,63%). Data ini sesuai dengan data lansia yang ada pada
penelitian ini yaitu paling banyak bekerja sebagai bertani. Selain itu, dari data di atas
dapat dilihat bahwa penduduk yang bekerja sebagai karyawan perkebunan paling
banyak terdapat di Desa Aek Ledong yaitu sebanyak 288 jiwa (4,075) dan yang
berada di Desa Aek Nabuntu yaitu sebanyak 214 jiwa (3,03%). Hal ini dikarenakan di
desa ini merupakan daerah perusahaan perkebunan PT. Scofindo. Hal ini juga yang
menyebabkan populasi lansia di Desa ini paling sedikit karena kebanyakan penduduk
di desa ini merupakan pekerja yang berusia produktif.
4.1.2.3. Keadaan penduduk berdasarkan agama
Agama meupakan salah satu identitas sosial. Di Indonesia terdapat berbagai
keyakinan keagamaan yang dianut setiap masyarakatnya. Hal ini dikarenakan
kebebasan yang diberikan untuk dapat memeluk keyakinan yang sesuai dengan hati
Tabel 4.3. Komposisi penduduk berdasarkan agama
No Nama Desa Jumlah Jiwa menurut Agama Total
Islam Protestan Katolik Hindu Budha
1 Aek Ledong 522
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Kecamatan Aek
Ledong yang menganut Agama Islam adalah 18773 jiwa (98,62%), agama Islam
merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakatnya. Agama yang
paling sedikit dianut oleh masyarakat Kecamatan Aek Ledong yaitu agama Hindu
sebanyak 2 jiwa (0,01%). Agama Islam merupakan agama yang menghormati orang
tua. Dengan mayoritas penduduk di Kecamatan Aek Ledong menganut agama Islam
berarti masyarakatnya dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap lansia dan
4.1.2.4. Keadaan penduduk berdasarkan suku
Indonesia merupakan negara yang termasuk memiliki keanekaragaman suku
bangsa. Keanekaragaman suku bangsa ini juga terdapat di Kecamatan Aek Ledong
yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4. Komposisi penduduk berdasarkaa Suku
No Nama Desa
Jumlah Jiwa menurut Suku
Total
Dari tabel di atas terlihat bahwa suku yang ada di Kecamatan Aek Ledong
beragam, diantaranya yaitu suku Jawa, Batak, Melayu Banjar, Minang dan lainnya.
merupakan suku yang paling dominan di Kecamatan Aek Ledong. Suku Jawa
merupakan salah satu suku yang memilki adat-istiadat yang selalu menghargai dan
menghormati orang yang lebih tua dan demikian juga sebaliknya orang yang lebih tua
mengayomi orang yang lebih muda. Adat istiadat ini juga yang mempengaruhi sikap
dari masyarakat yang lebih muda atau masyarakat yang usianya lebih produktif yang
sangat menghargai dan menghormati keberadaan lansia yang ada di Kecamatan Aek
Ledong ini.
4.1.2.5. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang terpenting dalam
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya guna meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat tersebut. Untuk melihat pendidikan terakhir yang dimilki
Tabel 4.5. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan
No Nama Desa
Jumlah Jiwa menurut pendidikan yang ditamatkan
Total
Dari data yang ada terlihat bahwa berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
mengenai pendidikan terakhir yang diperoleh adalah masyarakat Kecamatan Aek
Ledong yang paling dominan pendidikan terakhinya yaitu hanya tamatan Sekolah
Dasar (SD) yaitu sebesar 3809 jiwa (33,54%). Dari data ini terlihat bahwa kualitas
kehidupan masyarakatnya masih tergolong rendah dengan jumlah penduduk hanya
mengenyam pendidikan dan yang tidak menamatkan SD. Pada umumnya penduduk
yang tidak pernah mengenyam pendidikan ini didominasi oleh penduduk lansia.
Rendahnya pendidikan lansia ini yang menandakan rendahnya kualitas kehidupan
lansia di masyarakat.
4.1.3. Sarana dan Prasarana Kecamatan Aek Ledong 4.1.3.1. Sarana Ibadah
Tabel 4.6. Sarana Ibadah No Nama Desa 7 Padang Sipirok 36,38
%)
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sarana ibadah yang terdapat pada
Sarana ibadah ini merupakan sarana yang dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual masyarakat yang ada di Kecamatan Aek Ledong. Sarana ibadah ini
diperuntukkan bagi masyarakat yang beragama Islam yaitu sebanyak 22 unit masjid
(46,81%) dan 25 unit mushalla (53,19%) . Sementara itu, di Kecamatan Aek Ledong
ini belum terdapat sarana ibadah yang dikhususnya bagi agama lainnya. Hal ini
dikarenakan mayoritas masyarakat di Kecamatan Aek Ledong menganut agama Islam
Adanya sarana ibadah ini akan memudahkan para lansia dalam memenuhi kebutuhan
spiritual lansia
4.1.3.2. Sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia.
kesehatan sangat mempengaruhi kualitas hidup dari sumber daya manusia yang ada
pada setiap negara. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai dapat
membantu dalam upaya peningkatan kesehatan dari masyarakat. Sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh Kecamatan Aek Ledong dapat dilihat pada tabel berikut