• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kuat Penerangan Ruang Kelas di Lembaga Pendidikan RA-MTS Al Mushlihin Kota Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kuat Penerangan Ruang Kelas di Lembaga Pendidikan RA-MTS Al Mushlihin Kota Binjai"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KUAT PENERANGAN RUANG KELAS DI LEMBAGA PENDIDIKAN RA-MTS AL MUSHLIHIN KOTA BINJAI

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

OLEH ZULFAN ADHA

NIM. 080403143

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISA KUAT PENERANGAN RUANG KELAS DI LEMBAGA PENDIDIKAN RA-MTS AL MUSHLIHIN KOTA BINJAI

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh ZULFAN ADHA

0 8 0 4 0 3 1 4 3

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (Ir. Dini Wahyuni, MT)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karuniaNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi

oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik

Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini

merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul

“Analisa Kuat Penerangan Ruang Kelas di Lembaga Pendidikan RA-MTS Al Mushlihin Kota Binjai ”.

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di

dalam tugas sarjana ini. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi menyempurnakan Laporan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini

bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara Medan, November 2014

Penulis

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini,

banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. ALLAH Tuhan Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahnya kepada penulis

sehingga penelitian ini dapat di selesaikan dengan baik.

2. Kepada kedua orang tua tercinta (AIPTU Riswan dan Nuraida Nasution, S.Pd)

dan kakak (Marina Risda dan Tina Malinda) yang telah memberikan semangat

kepada penulis sehingga tetap semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang MSIE selaku Dosen Pembimbing I

atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan

arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.

4. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada

penulis dalam penulisan laporan.

5. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri dan

yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Tugas Sarjana ini.

6. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri

(5)

7. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc,. Selaku Koordinator Tugas Akhir

yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas

Sarjana.

8. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. Selaku Ketua Bidang Ergonomi dan

Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan

arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

9. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri,

Bang Mijo, Bang Nurmansyah, Kak Dina, Bang Ridho, Buk Ani, Kak Rahma,

Kak Mia dan Bang Kumis yang telah membantu mengurus keperluan

administrasi.

10.Seluruh kepala sekolah, staf dan pegawai pada RA-MTs Al Mushlihin Kota

Binjai yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan informasi.

11.Sahabat-sahabat penulis, Dinda Racon, Eva Boker, Bintang Itam, Dita Nenek,

Audra, Anas Hoam, Armen, Trisman, Reviyanti, Dinda Khairunisya, Dian

Lupita, Benny Gaga, Fachri Fay, Ayu Karmila, poppy dan teman-teman

transfer yang telah memberikan semangat, motivasi, suka duka selama kuliah.

12.Sahabat-sahabat nongkrong penulis Wisnu Jawa, Tomi Tampubolon, Hafiz

Kelleng, Winda Rihanna, Bang Martin, Desta Top, Bah Yudi, Bang Raai dan

semua teman-teman jejaring sosial saya di BBM, Path, FaceBook, Twitter, dan

WeChat.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan

laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima

(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

SERTIFIKAT SIDANG SARJANA

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii ABSTRAK

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Rumusan Permasalahan ... I-6

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-6

1.4. Manfaat Penelitian ... I-7

1.5. Pembatasan Masalah ... I-7

1.6. Asumsi Yang Digunakan... I-7

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

2.1. Sejarah Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah

Al-Mushlihin ... II-1

2.2. Ruang Lingkup ... II-2

2.3. Organisasi dan Manajemen MTs Al-Mushlihin ... II-2

2.3.1. Struktur Organisasi MTs Al-Mushlihin ... II-2

2.3.2. Keadaan Sarana dan Fasilitas Madrasah ... II-4

III LANDASAN TEORI

3.1. Cahaya ... III-1

3.2. Illuminasi ... III-2

3.3. Mata ... III-2

3.4. Efek Illuminasi Terhadap Mata ... III-3

3.5. Mekanisme Melihat ... III-3

3.6. Pencahayaan di Ruangan ... III-4

3.7. Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang ... III-5

3.8. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari ... III-5

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.9.1. Sistem Pencahayaan Merata ... III-7

3.9.2. Sistem Pencahayaan Terarah ... III-7

3.9.3. Sistem Pencahayaan Setempat ... III-8

3.10. Sumber Terang Buatan ... III-8

3.11. Sistem Penyinaran ... III-10

3.12. Lux Meter ... III-11

3.13. Metode Pengukuran Pencahayaan ... III-12

3.13.1. Penentuan Titik Pengukuran ... III-12

3.13.2. Persyaratan Pengukuran ... III-14

3.13.3. Tata Cara ... III-14

3.14. Perhitungan Kebutuhan Lumen Ruang Kelas ... III-15

3.15. Metode Perhitungan Jumlah Lampu ... III-16

3.16. Metode Perhitungan Peletakan Bola Lampu ... III-16

3.17. Cosphimeter... III-17

IV METODOLOGI PENELITIAN

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.2. Objek Penelitian ... IV-1

4.3. Jenis Penelitian ... IV-1

4.4. Kerangka Berfikir ... IV-1

4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2

4.6. Sumber Data ... IV-2

4.7. Tahapan Penelitian ... IV-3

4.8. Prosedur Pengumpulan Data ... IV-4

4.9. Metode Pengolahan Data... IV-7

4.10. Analisis Pemecahan Masalah... IV-8

4.11. Penarik Kesimpulan ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Pengukuran dan Pengambilan Data ... V-1

5.1.2. Data Pengukuran ... V-4

5.2. Pengolahan Data Kelas B ... V-6

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.4. Perhitungan Biaya Listrik Aktual ... V-11

5.3. Perhitungan Jumlah Lumen dan

Pemilihan Jenis Lampu ... V-12

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Kondisi Aktual ... VI-1

6.2. Pemecahan Masalah ... VI-2

6.2.1. Rancangan Peletakan Bola Lampu ... VI-2

6.2.2. Perhitungan Biaya Listrik ... VI-6

6.2.2.1. Perhitungan Biaya Listrik Alternatif I ... VI-6

6.2.2.2. Perhitungan Biaya Listrik Alternatif II ... VI-7

6.2.2.3. Perhitungan Biaya Listrik Alternatif III ... VI-8

6.3. Estimasi Biaya Tiap Alternatif ... VI-8

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-1

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Tingkat Pencahayaan Lembaga Pendidikan ... I-2

1.2. Intensitas Cahaya di Ruang Kerja ... I-2

1.3. Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan ... I-3

2.1. Jadwal Belajar Siswa ... II-2

2.2. Fasilitas Sekolah Bangunan I ... II-4

3.1. Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja ... III-4

5.1. Data Ruang Kelas Keseluruhan ... V-1

5.2. Kondisi Ruang Kelas ... V-3

5.3. Data Pengukuran Kelas B Kurun Waktu Seminggu ... V-4

5.4. Data Pengukuran Kelas E Kurun Waktu Seminggu ... V-5

5.5. Data Rata-Rata Kelas B ... V-6

5.6. Data Rekapitulasi Rata-Rata Kelas B ... V-7

5.7. Data Rata-Rata Kelas E... V-8

5.8. Data Rekapitulasi Rata-Rata Kelas E ... V-10

5.9. Data Perhitungan Listrik Aktual ... V-11

6.1. Biaya Listrik Alternatif I ... VI-6

6.2. Biaya Listrik Alternatif II ... VI-7

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.4. Biaya Pemakaian Listrik ... ... VI-8

6.5. Spesifikasi Lampu ... ... VI-9

6.6. Umur Lampu ... ... VI-9

6.7. Biaya Penerapan ... ... VI-9

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1.Struktur Organisasi Sekolah ... II-3

2.2.Denah Bangunan I ... II-5

3.1. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari ... III-6

3.2. Lux Meter ... III-12

3.3. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas

Kurang Dari 10 m2 ... III-13

3.4. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas

Antara 10 m2-100 m2 ... III-13

3.5. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas

Lebih Dari 100 m2 ... III-14

4.1. Titik Pengukuran Ruang Kelas ... IV-5

4.2. Titik Pengukuran Kelas Yang Diteliti ... IV-5

4.3. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-9

5.1. Interval Waktu Pengukuran Kelas B ... V-2

5.2. Interval Waktu Pengukuran Kelas E ... V-3

5.3. Grafik Rekapitulasi Rata-Rata Kelas B ... V-8

(15)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.5. Neon Kompak 26 watt Merek Hannochs Tipe 3U ... V-14

5.6. Lampu Master LedTube GA300 1800mm 45W 840 C ... V-15

5.7. Lampu Philips Master PL-L 4P 80W ... V-16

6.1. Posisi Sekolah Tampak Depan ... VI-1

6.2. Peletakan Bola Lampu Alternatif I ... VI-3

6.3. Peletakan Bola Lampu Alternatif II ... VI-4

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

L.1. Identifikasi Kebutuhan Komponen Instalasi Listrik

L.2. SNI Konversi Energi Pada Sistem Pencahayaan

L.3. SNI Pengukuran Intensitas Penerangan Di Tempat Kerja

L.4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

L.5 MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C

L.6 Product Description MASTER PL-L 4 Pin

L.7 Jurnal Internet : Studi Optimasi Sistem Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan

Memanfaatkan Cahaya Alam

L.8. Jurnal Internet : Perancangan Pencahayaan Buatan Pada Interior Ruang

Kelas

L.9. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia –

www.energyefficiencyasia.org

(17)

ABSTRAK

Sekolah merupakan tempat dimana dilakukannya proses belajar mengajar antara guru dan siswa. Ruang kelas digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, antara lain tempat membaca dan menulis dan kegiatan lainnya berupa interaksi antara guru dan siswa. Penelitian yang dilakukan ini mengenai kuat penerangan di lembaga pendidikan RA-MTS AL MUSHLIHIN yang berlokasi di Binjai. Lembaga ini memiliki dua bangunan yang terpisah, bangunan I beralamat di Jalan Kesatria No.34 Binjai. Pada penelitian awal dan pengamatan langsung yang telah dilakukan di lokasi, didapati tingkat pencahayaan pada bangunan I berkisar antara 97-197 lux dalam keadaan tanpa penerangan tambahan. Pengukuran tersebut dilakukan pada jam 11.00-12.30 WIB. Pencahayaan ruangan ini tidak memenuhi SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang menyatakan kategori rekomendasi pencahayaan untuk ruangan kelas adalah 300 lux.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kuat penerangan sehingga distribusi cahaya dapat merata ke seluruh ruang kelas.

Tahapan yang digunakan untuk menganalisa kuat penerangan adalah agar dapat mendeteksi pendistribusian cahaya yang baik adalah dengan melakukan wawancara lisan terhadap pengunjung. Pengukuran dengan menggunakan light meter untuk perlakuan eksperimen yang dikenakan. Pengukuran kuat penerangan kelas selanjutnya dilakukan perhitungan biaya listrik dan memberikan alternatif penyelesaian.

Berdasarkan hasil perhitungan dilakukan penggantian bola lampu dengan Master LedTube GA300 1800mm 45W 840C berjumlah 11 lampu setiap kelasnya.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Pencahayaan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia sehari-hari,.

Tanpa pencahayaan yang baik dapat membuat suasana ruangan membosankan dan

menghambat dalam melakukan aktivitas.

Sekolah merupakan tempat dimana dilakukannya proses belajar mengajar

antara guru dan siswa. Ruang kelas digunakan untuk kegiatan belajar mengajar,

antara lain tempat membaca dan menulis dan kegiatan lainnya berupa interaksi

antara guru dan siswa. Pemanfaatan cahaya alami dan buatan di dalam proses

belajar mengajar selalu menjadi bagian yang penting dan mampu menciptakan

ruangan kelas dengan kualitas visual yang baik. Tingkat pencahayaan

berpengaruh terhadap konsentrasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Tingkat

pencahayaan yang kurang pada ruang kelas menimbulkan ketidaknyamanan

siswa. Standar Nasional Indonesia menyatakan pencahayaan ruangan kelas

(19)

Tabel 1.1 Tingkat Pencahayaan Lembaga Pendidikan

Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh

siswa dan guru setiap harinya. Berdasarkan Kepmenkes Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 kegiatan rutin memerlukan penerangan sekitar 300

lux yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2. Intensitas Cahaya di Ruang Kerja

Jenis Kegiatan

100 Ruang penyimpanan & ruang

peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar dan terus-menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan

mesin & perakitan/penyusun

Sumber : Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

Ruangan kelas memiliki area kegiatan untuk membaca dan menulis, yaitu

(20)

mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area

kegiatannya, seperti disajikan pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan Keperluan Pencahayaan

(Lux)

Contoh Area Kegiatan

Pencahayaan umum

untuk interior

200 Layanan penerangan minimum

dalam tugas

300 Meja dan mesin kerja ukuran

sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan,

kegiatan membaca dan membuat

arsip

450 Gantungan baju, pemeriksaan

kantor untuk menggambar,

perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna dan tugas

menggambar kritis.

1500 Pekerjaan mesin diatas meja dan

sangat halus, perakitan mesin dan

presisi kecil dan instrumen.

Sumber : www.energyeffeciencyasia.org

Oleh karena itu standar penerangan untuk ruangan kelas adalah 300 lux,

berdasarkan SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.

Penelitian mengenai tingkat pencahayaan di ruangan kelas telah dilakukan

dalam beberapa penelitian antara lain yang dilakukan oleh I Dewa Gede Agung

Diasana Putra pada tahun 2004 dengan judul “Perencanaan Pencahayaan Buatan

(21)

Teknik Universitas Udaya dimana illuminasi yang direkomendasikan adalah 300

lux (audience) dan 500 lux (daerah sekitar papan tulis). Peneliti

merekomendasikan jumlah lampu yang diperlukan pada sebuah ruang kelas

dengan ukuran 8.9 m x 10.9 m adalah 12 pasang lampu yang disebar secara

merata diseluruh kelas dan tambahan sepasang lampu pada ruang sekitar papan

tulis.

Penelitian kedua menunjukkan kembali pencahayaan merupakan faktor

penting dalam lingkungan kerja dengan adanya riset “Studi Optimasi Sistem

Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Cahaya Alam”. Penelitian ini

dilakukan oleh Chairul Gagarin Irianto pada tahun 2006 di Gedung Kuliah

Universitas Trisakti. Hasil perhitungan untuk ruangan 7,3m x 9,3m

direkomendasikan menggunakan lampu TL 36 Watt sebanyak 12 buah luminer

dengan total intensitas pencahayaan ruangan adalah 278 lux.

Penelitian yang dilakukan ini mengenai kuat penerangan di lembaga

pendidikan RA-MTS AL MUSHLIHIN yang berlokasi di Binjai. Lembaga ini

memiliki dua bangunan yang terpisah, bangunan I beralamat di Jalan Kesatria

No.34 Binjai. Bangunan II beralamat di Jalan Samanhudi Binjai. Bangunan I

terdiri dari dua lantai yang diperuntukkan bagi kelas satu, ruang kepala sekolah,

ruangan guru, ruang komputer dan beberapa ruang belajar RA (TK) yang terdapat

dilantai 1. Posisi bangunan I ditutupi oleh Mesjid dan pendopo yang terdapat di

depannya. Pada bangunan II terdiri dari bangunan ruang guru, ruang kelas dua dan

(22)

Lembaga ini memiliki jam belajar yang sama dengan sekolah sederajat

umumnya, yaitu pukul 7.30 sampai dengan pukul 13.00. Disela jam belajar

memiliki waktu istirahat dua sesi, sesi pertama pukul 9.30 – 9.45 dan sesi kedua

11.35 – 11.50. Ruang kelas juga digunakan untuk siswa yang masuk jadwal siang

yaitu pukul 13.00 sampai dengan 17.05 dengan waktu istirahat pukul 14.45-15.00

dan 16.15-16.30. Pada bangunan I, setiap ruang kelas memiliki fasilitas dua lampu

Neon Kompak 26 watt merek Hannochs tipe 3U.

Pada penelitian awal dan pengamatan langsung yang telah dilakukan di

lokasi, didapati tingkat pencahayaan pada bangunan I berkisar antara 97-197 lux

dalam keadaan tanpa penerangan tambahan. Pengukuran tersebut dilakukan pada

jam 11.00-12.30 WIB. Pencahayaan ruangan ini tidak memenuhi SNI, UNEP dan

Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang menyatakan kategori

rekomendasi pencahayaan untuk ruangan kelas adalah 300 lux.

Minimnya pencahayaan disebabkan oleh posisi sekolah yang ditutupi oleh

bangunan Mesjid dan pendopo yang terdapat di depannya. Selain itu terdapat

keluhan dari beberapa siswa yang mengatakan ruangan kelas mereka terlalu

redup, sehingga mempersulit mereka membaca pelajaran yang dituliskan guru di

papan tulis.

Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai kuat penerangan pada

(23)

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Adanya ketidaksesuaian tingkat illuminasi di dalam ruang kelas dengan

SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang

dapat mengganggu proses belajar mengajar di ruangan tersebut.

2. Perlunya perbaikan tingkat pencahayaan ruangan kelas berdasarkan SNI,

UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.

1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang pencahayaan ruangan

kelas yang sesuai SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/

XI/2002.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini,maka sasaran penelitian ini adalah :

1. Melakukan analisa tingkat pencahayaan pada ruangan kelas dan

perhitungan jumlah luminer dan bola lampu dalam ruangan kelas.

2. Melakukan usulan perbaikan perubahan tingkat pencahayaan SNI, UNEP

dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan bagi sekolah dalam perbaikan pencahayaan ruang kelas

sehingga dapat meningkatkan produktivitas belajar.

2. Menjadi sarana bagi penulis dalam latihan untuk menerapkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan

membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada

ruangan kelas.

3. Sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan

penelitian ini.

1.5. Pembatasan Masalah

Batasan masalah karena dalam penelitian ini adalah adalah:

1. Faktor lingkungan kerja lainnya, tidak ikut diteliti.

2. Dampak penerapan setelah perhitungan biaya instalasi tidak diteliti.

1.6. Asumsi yang Digunakan

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Ruangan kelas tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.

2. Fasilitas dalam ruangan kelas seperti meja dan kursi belajar tidak dibahas

(25)

1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, rumusan

permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang

digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan menguraikan sejarah dan gambaran

umum MTs Al-Mushlihin, Ruang lingkup MTs Al-Mushlihin, struktur organisasi

dan keadaan sarana fasilitas MTs Al-Mushlihin.

Bab III Landasan Teori menguraikan mengenai teori dasar dan sifat

mengenai cahaya, desain pencahayaan, dampak kekurangan cahaya, mengenai

pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Juga diuraikan metode pengukuran

cahaya, perhitungan kebutuhan lampu serta perhitungan jumlah lampu.

Bab IV Metodologi Penelitian berisikan tahapan-tahapan penelitian mulai

dari tempat dan waktu penelitian, objek, jenis penelitian serta kerangka berfikir.

Bab ini juga menunjukkan sumber data, tahapan penelitian, prosedur

pengumpulan data dan metode pengolahan data yang digunakan.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data memuat data pengukuran kuat

penerangan ruang kelas yang diteliti dan menentukan jumlah lumen yang

dibutuhkan oleh ruanggan 9m x 8m, melakukan perhitungan biaya listrik aktual

ruang kelas, pemilihan jenis lampu serta membuat dua alternatif usulan

pemecahan masalah.

Bab VI Analisis dan Pemecahan Masalah berisikan analisis kondisi aktual

(26)

biaya setelah penambahan bola lampu, serta pemilihan alternatif II sebagai

pemecahan masalah.

Bab VII Kesimpulan dan Saran berisi kesimpulan yang dari hasil

(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

2.1. Sejarah Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Al-Mushlihin

Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Al-Mushlihin berdiri sejak

tahun 2009 di jalan Kesatria Binjai yang memiliki lima ruang kelas untuk kelas

VII, VIII dan IX. Seiring bertambahnya jumlah siswa yang masuk, ruang kelas

tidak mencukupi, sehingga pada tahun 2011 pihak sekolah menyewa sebuah

lokasi bangunan yang beralamat di Jalan Samanhudi Binjai dan membangun

ruang kelas untuk kelas VIII dan IX hingga sekarang. Dari awal berdiri pemilik

dan merangkap kepala sekolahnya bernama Bambang Suhendra M, S.Ag.

Lembaga Pendidikan RA-MTs AL-MUSHLIHIN kelurahan Satria

Kecamatan Binjai Kota ini terletak di jalan Kesatria Binjai Kelurahan Satria

Binjai Kota. Madrasah yang berbentuk lurus memanjang ini dikelilingi oleh

berbagai bangunan yaitu:

1. Dari samping kanan madrasah berbatasan dengan Jl. Irawan.

2. Dari belakang madrasah berbatasan dengan rumah penduduk.

3. Dari samping kiri madrasah berbatasan dengan rumah penduduk.

4. Dari depan madrasah berhadapan dengan Jl. Kesatria dan diperkarangan

(28)

2.2. Ruang Lingkup

Lembaga pendidikan RA-MTs AL MUSHLIHIN yang berlokasi di Binjai.

memiliki dua bangunan yang terpisah, bangunan I yang beralamat di Jalan

Kesatria No.34 Binjai hanya diperuntukkan buat kelas VII. Pada bangunan II yang

beralamat di Jalan Samanhudi Binjai diperuntukkan buat ruang kelas VIII dan

ruang kelas IX. Jadwal belajar ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jadwal Belajar Siswa

Hari belajar

Kelas Pagi Kelas Siang

Jam Masuk Jam Pulang Jam Masuk Jam Pulang

Sumber: SMA Negeri 2 Medan

2.3. Organisasi dan Manajemen MTs AL-MUSHLIHIN 2.3.1. Struktur Organisasi MTs AL-MUSHLIHIN

Struktur organisasi menggambarkan pengorganisasian sumber daya

manusia untuk memanfaatkan sumber organisasi dalam mewujudkan tujuan

organisasi. Sebuah struktur organisasi membuat anggotanya mampu

mengembangkan keahlian dan menjadikan lebih spesifik dan produktif.

Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu

(29)

pegawai dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas nya, dari mana ia

mendapatkan perintah dan kepada siapa dia harus bertanggung jawab.

Setiap sekolah mempunyai satu pola dasar struktur organisasi, yang relatif

permanen sifatnya, tapi kadang kala mengalami perubahan sesuai dengan

perkembangan yang dialami oleh organisasi tersebut, seperti penggantian

pemimpin, perubahan tujuan organisasi dan lain-lain. Dari sudut pandang ini

organisasi dapat dianggap sebagai suatu wadah dimana kegiatan manajemen di

lakukan. Stuktur organisasi RA-MTs AL-MUSHLIHIN dapat dilihat pada

Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Sekolah

Mengenai keadaan pendidik (guru), berdasarkan hasil wawancara dengan

Bapak Bambang Suhendra. S.Ag selaku kepala sekolah madrasah dikemukan

bahwa guru wanita yang berjumlah 9 orang dan guru laki-laki berjumlah 8 orang

dengan pendidikan seluruhnya Sarjana. Guru-guru yang mengajar di MTs

Al-Mushlihin Kelurahan Satria Kecamatan Binjai Kota, sebahagian besar ditetapkan

oleh Madrasah sebagai guru honorer yang diangkat. Kepala Sekolah

Guru Kelas Guru Bidang Studi Pegawai Tata

Usaha

(30)

2.3.2. Keadaan Sarana dan Fasilitas Madrasah

Keadaan sarana dan fasilitas MTs Al-Mushlihin Kelurahan Satria

Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Fasilitas Sekolah Bangunan I

No. Nama

Ruangan

Jumlah Ruangan

Luas Ruangan

1. Kelas 5 72

2. Kepala Sekolah, Tata Usaha 1 20

3. Ruang Guru 1 108

4. Laboratorium Komputer 1 108

5. Gudang 1 16

6. Masjid 1

7. Pendopo 1

Adapun denah bangunan MTs Al-Mushlihin Kelurahan Satria ditunjukkan oleh

(31)
(32)

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Cahaya

Mata dapat melihat sesuatu kalau ia mendapatkan rangsangan dari

gelombang cahaya, yaitu energi radiasi (radiant energy) yang panjang gelombang

bervariasi antara 380 sampai 750 milimikron. Cayaha yang menerpa mata bisa

langsung berasal dari sumber sinar (luminous body) seperti matahari, bola lampu,

nyala api atau lilin (candel), sering disebut dengan sumber sinar “panas”. Cahaya

bias juga datang ke mata karena pantulan dari suatu benda atau bidang. Jadi sinar

dari sumber panas, menerpa benda, lalu dipantulkan olehnya hingga mengenai

mata. Benda atau bidang ini sering disebut sumber sinar “dingin” dan dari sinar

yang terpantul itulah didapatkan kesan visual tenang lingkungan sekitar.

Kadar cahaya (illumination intensity) didefinisikan sebagai : ”kedatangan

padatan (density) sinar yang mengalir dari sumber cahaya (sumber energi

radian)”. Sumber cahaya yang dipakai sebagai standar internasional ialah lilin

(candle) dan candela (Cd) dipakai sebagai satuan ukuran cahaya. Lumen (lm)

dipakai juga sebagai satuan ukuran dari aliran sinar, yang nilainya sepadan dengan

π

4 1

(33)

ukuran yang banyak dipakai untuk kadar cahaya ialah Lux, ialah banyaknya

cahaya yang jatuh menerpa sebuah bidang 1

Illuminasi yaitu flux-flux yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang

dipancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan. Satuan internasional

untuk illuminasi adalah lumens/sq.meter yang mempunyai nama lain lux. 1 lux =

1 lumen/m

3.2. Illuminasi

2. Di Amerika Serikat dipakai

footcandle dimana 1 footcandle =

10,764 lux2

Mata merupakan organ untuk penglihatan dan sangat sensitif terhadap

cahaya karena terdapat photoreceptor. Fungsi utama mata adalah mengubah

energi cahaya menjadi impuls saraf sehingga dapat diterjemahkan oleh otak

menjadi gambar visual. Untuk menghasilakn gambar visual yang tepat dan

diinginkan terjadi proses yang sangat kompleks dimulai adanya gelombang

sinar/cahaya yang masuk ke mata

3.3. Mata

3

1

Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pustaka Binaman Pressindo, Surabaya, 1985. hal. 155-156.

2

Nurmianto, Eko., Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi I, Cetakan II, Guna Widya, Surabaya, 1988. p. 224.

3

(34)

3.4. Efek illuminasi Terhadap Mata

Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata,

akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan.

Penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenopia ( kelelahan mata)

dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang kurang

memadai bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan

mata4

Atas dasar umpan balik yang datang berupa berkas cahaya, maka mata

secara terus menerus menyesuaikan diri untuk tugas melihatnya. Mekanisme yang

mengaturnya berjalan secara automatik, jadi diluar kesadaran kita. Pada saat yang

sama ajakan syaraf lainnya masuk lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks

3.5. Mekanisme Melihat

Gelombang cahaya yang diamati memasuki mata melalui lensa dan

kemudian masuk ke retina. Di tempat ini energi cahaya itu di ubah menjadi ajakan

syaraf yang mencapai otak melalui saraf optik. Ajakan baru lalu dilepaskan dalam

bentuk sejumlah simpul. Sebagian ajakan tersebut dibawa ke pusat-pusat

pengendali otot mata. Dari sini ditentukan ukuran manik, lengkungan lensa dan

semua gerakan bola mata.

4

(35)

hingga memasuki syaraf kesadaran. Dan sekarang semua ajakan tadi telah

diterima sebagai gambaran (citra) dari dunia luar. Kini ajakan dari pemikiran,

keputusan atau reaksi emosional5

1. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan

kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

3.6. Pencahayaan di Ruangan

Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan

tindakan sebagai berikut :

2. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan

bola lampu harus sering dibersihkan.

3. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

5

(36)

Tingkat pencahayaan lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

Jenis Kegiatan

Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus

100 Ruang penyimpanan & ruang

peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar dan terus-menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol,

pekerjaan mesin & perakitan/penyusun

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja

dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan teksti,

pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Sumber : Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

3.7. Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang

Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat

pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.

Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan

(37)

a. hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.

b. ukuran dan posisi lubang cahaya.

c. distribusi terang langit.

d. bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

3.8. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari

Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat

pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan

terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan

ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.

Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :

1) Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung

dari cahaya langit.

2) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen

pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar

bangunan yang bersangkutan.

3) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam - frd) yakni komponen

pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam

ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi

(38)

Gambar 3.1. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari

3.9. Pencahayaan Buatan

Perencanaan pencahayaan buatan perlu memenuhi fungsi pokok dari

pencahayaan penerangan buatan itu sendiri dalam kondisi pemakaian yang normal

dengan pemeliharaan yang wajar. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila

posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami

(39)

Adapun fungsi pokok penerangan (illuminasi) buatan di dalam gedung,

baik diterapkan tersendiri maupun dalam kombinasi dengan penerangan alami

siang hari adalah:

a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni melihat

detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.

b. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan

aman.

c. Menciptaskan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada

prestasi.

Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat

dibedakan atas 3 jenis yaitu :

3.9.1. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh

ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan

untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur

ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.

3.9.2. Sistem Pencahayaan Terarah

Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu

arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena

akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu

objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar,

(40)

dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek

menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.

3.9.3. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu

misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual.

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka

diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.

3.10. Sumber Terang Buatan

Ada tiga jenis utama sumber cahaya buatan yaitu :

1. Lampu Pijar

Lampu pijar memiliki filamen yang memberikan cahaya ketika dipanaskan,

menjadi pijar oleh aliran listrik. Lampu ini menyediakan sumber cahaya,

memiliki efikasi rendah, mempresentasikan warna (render) dengan cukup

baik, dan mudah untuk dipadamkan oleh reostat.

2. Lampu Fluoresens

Lampu fluoresens adalah lampu discharge tubular dimana cahaya dihasilkan

dari fluresens lapisan fosfor didalam tabung. Lampu ini menyediakan sumber

cahaya linier dan memiliki efikasi sebesar 50 sampai 80 lumen per watt.

Kemampuan merepresentasikan warna (rendering) yang dimiliki bervariasi.

(41)

Lampu High-Intensity Discharge (HID) adalah lampu discharge yang

memiliki jumlah cahaya signifikan yang dihasilkan dari pelepasan listrik

melalui uap logam didalam tabung kaca tertutup. Lampu HID menggabungkan

bentuk lampu pijar dengan efikasi lampu fluoresens.

a. Lampu-lampu merkuri menghasilkan cahaya dengan pelepasan listrik

dalam uap merkuri.

b. Lampu logam halida konstruksinya sama dengan lampu merkuri, tetapi

memiliki tabung dimana logam halida ditambahkan untuk menghasilkan

cahaya dan memperbaiki color rendering.

c. Lampu High-Pressure Sodium (HPS) menghasilkan spektrum cahaya

putih keemasan yang luas yang dihasilkan dari pelepasan listrik pada uap

sodium.

4. Light Emiting Dioda (LED)

LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen

elektronik yang tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini. LED saat ini

sudah banyak dipakai, seperti untuk penggunaan lampu permainan anak-anak,

untuk rambu-rambu lalu lintas, lampu indikator peralatan elektronik hingga ke

industri, untuk lampu emergency, untuk televisi, komputer, pengeras suara

(speaker), hard disk eksternal, proyektor, LCD, dan berbagai perangkat

elektronik lainnya sebagai indikator bahwa sistem sedang berada dalam proses

kerja, dan biasanya berwarna merah atau kuning. LED ini banyak digunakan

(42)

warna yang ada dapat memperjelas bentuk atau huruf yang akan ditampilkan.

dan banyak lagi6

a. Penyinaran Langsung yaitu sinar cahaya dari sumber cahaya dan yang

dipantulkan oleh bidang-bidang reflektor diarahkan langsung pada bidang

kerja.

3.11. Sistem Penyinaran

Tujuan utama sistem pencahayaan ialah menyediakan iluminasi yang

memadai bagi kinerja tugas visual. Level iluminasi yang disarankan untuk

beberapa tugas tertentu hanya menyebutkan kuantitas cahaya yang harus tersedia.

Jumlah cahaya ini mempengaruhi suatu benda atau ruang dapat dilihat.

Ada tiga jenis sistem penyinaran yaitu :

b. Penyinaran tidak langsung memakai penerangan yang menghalang-halangi

sinar cahaya datang langsung pada bidang kerja.

c. Penyinaran bawur (difus) yaitu cara penerangan yang arah sinarnya dibuat

serba kemana-mana, dari mana-mana serta merata sehingga tidak tampak

keras.

(43)

3.12. Lux Meter

Lux meter adalah sebuah alat ukur intensitas cahaya yang dapat membantu

menyesuaikan pencahayaan ruangan sesuai dengan fungsi sebuah ruangan.

Caranya sangat sederhana. Letakkan lux meter diatas meja dalam ruanan dimana

intensitas cahaya ingin di ketahui. Setelah beberapa saat, layar penunjuk Lux

meter akan menapilkan tingkat pencahayaan dalam ruangan tersebut. Setelah di

dapat nilai intensitas cahayanya, bandingkan nilai tersebut dengan standar SNI.

Jika nilai tingkat pencahayaan lebih tinggi dari standar, lampu sebaiknya diganti

dengan yang lebih rendup. Jika nilai tingkat pencahayaan lebih rendah dari

standar, lampu sebaiknya diganti dengan lampu yang lebih terang. Jika tingkat

pencahayaan ruangan telah sesuai dengan fungsinya, effisien energi untuk

penerangan telah tercapai.

Dalam aplikasi penggunaannya dilapangan alat ini lebih sering digunakan

pada bidang arsitektur, industri, dan lain-lain. Prisip kerja alat ini pun banyak

digunakan pada alat yang biasa digunakan pada fotografi, sebagai contoh pada

alat Available Light, Reflected Lightmeter dan Incident Lightmeter. Selain itu

didalam penelitian-penelitian mengenai tingkat keanekaragaman dan lain- lain

yang senantiasa diperlukan data mengenai tingkat pencahayaan alat ini pun dapat

digunakan7

7

(44)

Gambar Lux Meter dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut.

Gambar 3.2. Lux Meter

3.13. Metode Pengukuran Pencahayaan

3.13.1. Penentuan Titik Pengukuran

a. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila

merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada8

b. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan

pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu

tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:

1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 (satu) meter. Contoh

8

Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI

(45)

denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang

dari 10 meter persegi seperti Gambar 3.6.

Gambar 3.3. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas Kurang Dari 10 m2

2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter2: titik potong

garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3

(tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk

luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar

3.7.

(46)

3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang

dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran

intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100

meter persegi seperti Gambar 3.8.

Gambar 3.5. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas Lebih Dari 100 m2

3.13.2. Persyaratan Pengukuran

1. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan

dilakukan.

2. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi

pekerjaan.

6 m

6 m

6 m

(47)

3.13.3.Tata Cara

1. Luxmeter yang telah dikalibrasi dihidupkan dengan membuka penutup

sensor.

2. Alat dibawa ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan.

3. Hasil pengukuran pada layar monitor dibaca setelah menunggu beberapa

saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.

4. Hasil pengukuran dicatat pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas

penerangan setempat.

5. Lux Meter dimatikan setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas

penerangan.

3.14. Perhitungan Kebutuhan Lumen Ruang Kelas

Metode lumen digunakan untuk menghitung illuminasi dengan membagi

ruangan menjadi tiga elemen, yaitu plafon, dinding dan lantai reflektan. Rongga

efektif yaitu plafon dan rongga lantai. Setelah rasio dan rongga reflektan

diketahui, CU (koefesien pemakaian) dapat diperoleh pada tabel yang terdapat

pada Lampiran. Metode tersebut berasumsi bahwa lampu akan ditempatkan pada

sebuah susunan yang memberikan illuminasi seragam.

Menentukan Lumen lampu yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus

(48)

lumen

Dimana : F = jumlah cahaya yang dibutuhkan (Lumen)

E = tingkat pencahayaan yang direkomendasikan (Lux)

A = luas ruang / bidang kerja ( 2

m )

UF = Utilization factort (%)

LLF = Light lost factor (%)

3.15. Metode Perhitungan Jumlah Lampu

Menentukan jumlah lampu yang digunakan, dengan mempertimbangkan

bahwa lampu yang diperlukan adalah mempunyai penyebaran cahaya yang merata

ke seluruh ruangan dan punya penyebaran cahaya yang cukup lebar. Perhitungan

jumlah bola lampu dengan rumus sebagai berikut:

Fl F N=

Dimana : F : jumlah cahaya yang dibutuhkan (lumen)

Fl : nominal luminous lampu (lumen)

(49)

3.16. Metode Perhitungan Peletakan Bola Lampu

Penyusunan letak lampu diatur dengan menggunakan prinsip keseragaman

(uniformity) dengan menyusun lampu menurut ketentuan spacing criteria yaitu

jarak maksimum antar lampu (S), dengan rumus sebagai berikut :

A S=

Sebelumnya dilakukan perhitungan keseragaman luminer tiap lampu ( )

dengan rumus :

Cosphimeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui besarnya

faktor kerja (power factor) yang merupakan beda fase antara tegangan dan arus.

Dalam pengertian sehari-hari disebut pengukuran Cosinus phi (Ø). Tujuan

pengukuran Cos Ø atau pengukur nilai cosines sudut phasa adalah memberikan

(50)

penunjuk secara langsung dari selisih phasa yang timbul antara arus dan

tegangan9

I V

P Cos

× = ϕ

Untuk menghitung Cos Ø, dengan menggunakan rumus :

Dimana :

P = daya dalam satuan watt

V = tegangan dalam satuan volt

I = arus listrik dalam satuan amper

9

(51)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Lembaga Pendidikan RA-MTS Al Mushlihin Kota

Binjai. Penelitian diselesaikan dalam kurun waktu enam bulan.

4.2. Objek Penelitian

Sampel penelitian adalah dua dari lima ruangan kelas di bangunan I yang

memiliki rata-rata tingkat pencahayaan terkecil.

4.3. Jenis Penelitian

Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini termasuk dalam jenis

penelitian deskriptif, karena dimaksudkan untuk eksplorasi, dan klarifikasi

mengenai suatu fenomena. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan

jaringan hubungan antar variabel yang ada dan tidak melakukan pengujian

hipotesis.

4.4. Kerangka Berfikir

Kuat penerangan 73-160 lux yang didapat saat pengukuran di kelas sangat

jauh berdasarkan SNI, UNEP dan Kepmenkes sebesar 300 lux. Untuk itu perlu

(52)

yang nantinya juga membantu proses belajar dan mengajar di dalamnya. Untuk

mencapai hal tersebut perlu dilakukan beberapa proses kegiatan, seperti mengukur

tingkat cahaya dikelas, perhitungan jumlah bola lampu yang sesuai serta

pemilihan jenis lampu yang tepat untuk digunakan di kelas tersebut.

4.5. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu dalam

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu :

1. Kamera digital Nikon Coolpix S40000, digunakan untuk mengambil foto dan

video keadaan ruangan perpustakaan.

2. Light Meter Krisbow KW06-288, fungsinya sebagai alat untuk mengukur

tingkat illuminasi dengan satuan lux.

3. Jam tangan, digunakan sebagai penunjuk waktu.

4.6. Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan

juga data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran

langsung terhadap objek penelitian di lapangan antara lain:

a. Kuat penerangan

(53)

c. Luas bidang yang diterangi

d. Jumlah sumber cahaya

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan

bukan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan, data sekunder

yang diperoleh sebagai berikut:

a. Sejarah sekolah

b. Struktur organisasi

c. Sarana dan Fasilitas

4.7. Tahapan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan

juga penelitian pengumpulan data.

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2014 dengan tujuan

untuk mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di sekolah sehingga dapat

digunakan sebagai penelitian dalam proses pengerjaan tugas akhir. Dalam

penelitian pendahuluan ini dilihat adalah :

a. Keadaan pada ruang kelas

b. Keadaan sumber penerangan

(54)

c. Keadaan illuminasi pada setiap meja belajar

d. Kendala-kendala dan masalah yang terdapat di tempat tersebut

e. Analisa umum terhadap kendala dan masalah aktual

2. Penelitian lanjutan.

1. Tahap I

Pada tahapan penelitian ini dilakukan observasi selama 1 hari, tanggal 15

April 2014, yaitu mengukur tiga titik yang telah ditentukan untuk

mendapatkan dua hasil pencahayaan terendah dari lima kelas yang diamati.

2. Tahap II

Selanjutnya dilakukan pengukuran selama Enam hari tertanggal 21 April –

26 April 2014. Adapun kegiatan yang dilakukan setiap harinya adalah

pengambilan data pengukuran dengan interval jam 08.00-08.15, 10.00-10.15,

dan 12.00-12.15. Serta pengambilan informasi lain yang dibutuhkan.

4.8. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah.

1. Menentukan ruang kelas yang akan diteliti

Ruang kelas pada bangunan I ini memiliki 5 kelas yang diukur tingkat

pencahayaannya setiap kelas, dan selanjutnya dipilih dua kelas yang memiliki

tingkat pencahayaan yang paling rendah diantara lima kelas. Setiap kelas diukur

(55)

Gambar 4.1. Titik Pengukuran Ruang Kelas

2. Mengukur tingkat cahaya pada kelas yang terpilih.

Setelah didapati dua kelas yang akan diteliti, selanjutnya pada dua kelas

ini dilakukan pengamatan dan pengukuran secara berlanjut. Pada tahap ini terlebih

dahulu ditentukan titik pengukuran di ruang kelas yang dianggap dapat mewakili

kondisi penerangan ruangan kelas. Titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar

4.2.

(56)

Terdapat delapan titik pengamatan yang harus diukur pada satu kelas yang

diamati. Lamanya pengukuran dan pengamatan dua kelas ini dilakukan selama

enam hari, sesuai jadwal hari sekolah. Adapun tahapan dari awal yang harus

dilakukan peneliti sampai selesai adalah :

a. Tepat pukul jam 08.00 WIB, peneliti memasuki ruangan kelas pertama

dan menuju titik 1, selanjutnya peneliti menghidupkan alat lux meter,

dan membuka penutup detektor lalu menunggu hasil pengukuran

dilayar lux meter, selanjutnya menekan tombol Max untuk

memaksimalkan angka hasil pengukuran dan menekan tombol Hold

(tahan) memastikan angka pengukuran tidak berubah, selanjutnya

peneliti mencatat hasil pengukuran titik 1. Tekan kembali tombol Hold

untuk menetralkan alat, selanjutnya peneliti menutup kembali tutup

detektor untuk mengembalikan angka pada layar lux meter menjadi 0.

b. Selanjutnya peneliti berpindah ketitik 2, karena proses sebelumnya alat

tidak perlu dimatikan, peneliti hanya perlu membuka penutup detektor

dan menunggu alat mengukur tingkat cahaya dititik 2, lalu tekan

tombol Max untuk memaksimalkan angka pengukuran detektor, dan

menekan tombol Hold untuk menahan angka pengukuran tidak

berubah. Selanjutnya mencatat hasil pengukuran dan menekan kembali

tombol Hold untuk menetralkan lalu menutup kembali penutup

(57)

c. Selanjutnya hal yang sama dilakukan peneliti sampai titik 8. Setelah

itu peneliti berpindah ke kelas yang kedua, dan melakukan proses yang

sama seperti kelas pertama.

4.10. Metode Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah

sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam penelitian ini, ada

beberapa teknik analisis data yang digunakan, yaitu:

1. Menghitung rata-rata tingkat pencahayaan setiap kelas dan melakukan

perhitungan biaya aktual pemakaian listrik setiap kelas.

2. Menentukan Lumen lampu yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus

lux A

LLF UF F

E= ×( )( )

Dimana : F = jumlah cahaya yang dibutuhkan (Lumen)

E = tingkat pencahayaan yang direkomendasikan (Lux)

A = luas ruang / bidang kerja ( 2

m )

UF = Utilization factort (%)

(58)

3. Perhitungan jumlah bola lampu dengan rumus sebagai berikut :

Fl F N =

Dimana : F = Jumlah bola lampu yang dibutuhkan (Lumen)

Fl = nominal luminous lampu (Lumen)

N = jumlah lampu (Buah)

4.11. Analisis Pemecahan Masalah

Data yang telah selesai diolah kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.

Analisis pemecahan masalah yang dilakukan adalah untuk mengetahui seberapa

besar jumlah bola lampu yang sebaiknya digunakan setiap kelas

4.12. Penarik Kesimpulan

Pada tahap akhir dari penelitian ditarik kesimpulan yang didasarkan pada

hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

Selanjutnya diberikan saran yang dianggap penting dan mungkin untuk

ditindaklanjuti baik untuk kepentingan pihak sekolah maupun penyempurnaan

bagi penelitian selanjutnya.

Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan prosedur

(59)

Gambar 4.3. Blok Diagram Metodologi Penelitian

Mulai

Studi Literatur Melalui jurnal internet dan

sumber lain yang terkait Studi Pendahuluan

Melalui pengamatan pendahuluan di RA-MTs Al

Mushlihin

Identifikasi Masalah Ketidaksesuaian tingkat iluminasi

di dalam ruang kelas dengan standar IES

Tujuan Penelitian

- analisa tingkat pencahayaan pada ruang kelas - perhitungan jumlah luminasi dan bola lampu ruang kelas

- perhitungan jumlah biaya pemakaian listrik

Pengolahan Data

- perhitungan rata-rata tingkat iluminasi ruang kelas

- menghitung jumlah lumen yang dibutuhkan - menghitung biaya listrik aktual dan perbaikan

Analisis dan Pemecahan Masalah - analisis tingkat iluminasi ruang kelas - pemecahan masalah

- pembahasan hasil pemecahan masalah

(60)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Pengukuran dan Pengambilan Data

Pada tahap pengukuran data penelitian ini dilakukan beberapa tahap,

sebagai berikut.

A. Menentukan ruang kelas yang akan diteliti

Pengukuran kuat penerangan pada tahap pemilihan kelas ini dilakukan

pada waktu memasuki siang hari, dan hanya dilakukan satu hari saja. Adapun data

yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.1. berikut.

Tabel 5.1. Data Ruang Kelas Keseluruhan

Titik Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas E

1 197 185 187 182 179

2 135 113 123 120 115

3 117 97 112 104 98

Jumlah 449 395 422 406 392

Rata-rata 149,6 131,6 140,6 135,3 130,6

*Satuan lux

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat Ruang kelas B dan kelas E memiliki tingkat

nilai pencahayaan terendah dari lima kelas yang diteliti. Selanjutnya penelitian

hanya difokuskan pada dua kelas yang memiliki kuat pencahayaan terendah, yaitu

(61)

B. Menentukan titik pengukuran pada dua kelas yang terpilih

Selanjutnya melakukan pengukuran pada kelas yang dipilih, berikut adalah

penentuan waktu yang dibutuhkan saat melakukan pengukuran pada delapan titik.

Interval pengukuran untuk kelas B disajikan pada Gambar 5.1.

32 33 33 29 40 31 31 33

Gambar 5.1. Interval Waktu Pengukuran Kelas B

Keterangan gambar :

• Memasuki ruangan kelas B (0) menuju ke titik 1 sampai mendapatkan

nilai membutuhkan waktu 32 detik

• Pindah dari titik 1 ke titik 2 sampai didapatkan nilai butuh waktu 33 detik.

• Pindah dari titik 2 ke titik 3 sampai didapatkan nilai butuh waktu 33 detik.

• Pindah dari titik 3 ke titik 4 sampai didapatkan nilai butuh waktu 29 detik.

• Pindah dari titik 4 ke titik 5 sampai didapatkan nilai butuh waktu 40 detik.

• Pindah dari titik 5 ke titik 6 sampai didapatkan nilai butuh waktu 31 detik.

• Pindah dari titik 6 ke titik 7 sampai didapatkan nilai butuh waktu 31 detik.

• Pindah dari titik 7 ke titik 8 sampai didapatkan nilai butuh waktu 33 detik.

Selanjutnya berpindah dari kelas B ke kelas E. Interval pengukuran untuk

kelas E disajikan pada Gambar 5.2.

(62)

33 30 34 27 40 27 29 32

Gambar 5.2. Interval Waktu Pengukuran Kelas E

Keterangan gambar :

• Memasuki ruangan kelas B (0) menuju ke titik 1 sampai mendapatkan

nilai membutuhkan waktu 33 detik

• Pindah dari titik 1 ke titik 2 sampai didapatkan nilai butuh waktu 30 detik.

• Pindah dari titik 2 ke titik 3 sampai didapatkan nilai butuh waktu 34 detik.

• Pindah dari titik 3 ke titik 4 sampai didapatkan nilai butuh waktu 27 detik.

• Pindah dari titik 4 ke titik 5 sampai didapatkan nilai butuh waktu 40 detik.

• Pindah dari titik 5 ke titik 6 sampai didapatkan nilai butuh waktu 27 detik.

• Pindah dari titik 6 ke titik 7 sampai didapatkan nilai butuh waktu 29 detik.

• Pindah dari titik 7 ke titik 8 sampai didapatkan nilai butuh waktu 32 detik.

C. Kondisi ruang kelas

Adapun data ruang kelas dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2. Kondisi Ruang Kelas

No Kelas Jumlah Bola Lampu Luas Ruangan Jumlah siswa

1 A 2 72 m2 40 orang

2 B 0 72 m2 38 orang

3 C 1 72 m2 40 orang

4 D 2 72 m2 40 orang

5 E 1 72 m2 36 orang

(63)

5.1.2. Data Pengukuran

Tabel 5.3. Data Pengukuran Kelas B Kurun Waktu Seminggu

(64)
(65)

5.2. Pengolahan Data Kelas B

Data yang telah didapat selama seminggu selanjutnya dilakukan

perhitungan rata-rata. Rata-rata hasil pengukuran kuat penerangan di kelas B

dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Data Rata-rata Kelas B

(66)

Tabel 5.5. Data Rata-rata Kelas B (Lanjutan)

Tabel 5.6. Data Rekapitulasi Rata-rata Kelas B

(67)

Gambar 5.3. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Kelas B

5.3. Pengolahan Data Kelas E

Data yang telah didapat selama seminggu selanjutnya dilakukan

perhitungan rata-rata. Adapun data yang diolah dapat dilihat pada Tabel 5.7

berikut.

Tabel 5.7. Data Rata-rata Kelas E

Waktu Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8

Senin

08.00-08.15 77 72 69 67 70 66 73 51

10.00-10.15 126 119 111 113 98 89 129 73

12.00-12.15 178 168 143 120 155 141 170 108

jumlah

381 359 323 300 323 296 372 232

rata-rata

127 119,67 107,67 100 107,67 98,67 124 77,33

(68)
(69)

Tabel 5.8. Data Rekapitulasi Rata-rata Kelas E

Hari titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6 titik 7 titik 8

senin 127 119,667 107,667 100 107,667 98,667 124 77,333

selasa 122,333 120,667 120,667 111,333 111 104 124,667 85

rabu 123 124,667 107,33 103 105 97 111 83,333

kamis 104,333 101,667 101 94,333 105,667 86,333 109 81,667

jumat 91,5 89,5 88 83 83,5 75,5 97,5 73

sabtu 128 126,667 126,667 121,667 120 102,667 130,333 86

Standar 300 300 300 300 300 300 300 300

*Satuan lux

Gambar 5.4. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Kelas E

5.4. Perhitungan Biaya Listrik Aktual

Perhitungan biaya aktual listrik yang digunakan pada masing-masing kelas

dapat dihitung sebagai berikut:

- Jumlah lampu Neon Kompak ada 2 setiap ruangan dengan daya 26 watt

(70)

Tabel 5.9. Data Perhitungan Listrik Aktual

KETERANGAN PERHITUNGAN HASIL

Input (Watt) 26 Watt x 2 52 Watt

Pengoperasian (jam) 7 jam x 26 hari 182 jam/ bulan

Energi yang digunakan

(Wh)

52 Watt x 182 jam 9.464 Wh

Energi yang digunakan

(kWh)

9.464 Wh/ 1000 9,464 kWh

Biaya Pemakaian/kWh Rp. 1.352,-/kWh Rp. 1.352,-/kWh

Biaya Pemakaian

Energi / bulan

9,464 kWh x Rp.

1.352,-

Rp. 12.795,328

Pada data diatas didapatkan biaya untuk satu kelas yang harus dikeluarkan

pihak sekolah sebesar Rp. 12.795,328,- / kelas selama sebulan. Sekolah memiliki

lima ruangan kelas, sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 12.795,328 x 5

(71)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Kondisi Aktual

Penelitian ini mengenai kuat penerangan di lembaga pendidikan RA-MTS

AL MUSHLIHIN yang berlokasi di Binjai. Bangunan I memiliki posisi bangunan

yang ditutupi oleh Mesjid dan pendopo yang terdapat didepannya, seperti terlihat

pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Posisi Sekolah Tampak Depan

Lembaga ini memiliki jam belajar yang sama dengan sekolah sederajat

umumnya, masuk sekolah pukul 7.30 sampai dengan pukul 13.00 disela jam

belajar memiliki waktu istirahat dua sesi, sesi pertama pukul 9.30 dan sesi kedua

(72)

Pada penelitian yang telah dilakukan di lokasi, didapati tingkat

pencahayaan pada bangunan I berkisar antara 35-190 lux. Pencahayaan ruangan

ini tidak memenuhi berdasarkan SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 yang menyatakan kategori rekomendasi

pencahayaan untuk ruangan kelas adalah 300 lux. Minimnya pencahayaan

disebabkan oleh posisi sekolah yang ditutupi oleh bangunan Mesjid dan pendopo

yang terdapat di depannya.

6.2. Pemecahan Masalah

6.2.1. Rancangan Peletakan Bola Lampu

Setelah dilakukan perhitungan terhadap jumlah bola lampu yang

dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah merancang posisi peletakan bola

lampu yang baru berdasarkan alternatif I, II dan III.

1. Peletakan lampu alternatif I (Penambahan jumlah lampu dari lampu yang

sudah ada)

Gambar 6.2. Peletakan Bola Lampu Alternatif I

(73)

Keterangan Gambar

= Bola Lampu MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C usulan

= Bola Lampu Neon Kompak 3U 26 watt aktual

2. Peletakan lampu alternatif II (Penggantian seluruh lampu ruangan dengan

lampu MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C)

Gambar 6.3. Peletakan Bola Lampu Alternatif II

Keterangan Gambar:

= Bola Lampu MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C usulan

(74)

3. Peletakan lampu alternatif III (Penggantian seluruh lampu ruangan dengan

lampu Philips Master PL-L 4P 80W)

Gambar 6.4. Peletakan Bola Lampu Alternatif III

Keterangan Gambar:

= Bola Lampu MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C usulan

Tiga alternatif yang ditetapkan telah mewakili kuat penerangan yang

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, yaitu 300 lux. Setiap alternatif

memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu perlu dilakukan perbandingan

setiap alternatif dengan kurun waktu yang sama yaitu 20 tahun agar dapat

ditentukan pemilihan alternatif terbaik.

6.3. Analisis Kebaikan Rancangan

Rancangan yang telah dilakukan sebelumnya tentu memberikan

penghematan biaya pemakaian listrik ruangan. Tetapi, rancangan tersebut juga

(75)

mengakibatkan pengeluaran tambahan untuk pengadaan dan pemasangan lampu

ruangan (tidak dibahas dalam tugas akhir ini). Adapun kebaikan rancangan

adalah.

1. Penyebaran cahaya yang merata ke seluruh ruangan dapat mempermudah

siswa dalam melakukan proses belajar mengajar. Akomodasi yang

dilakukan oleh mata dengan cahaya yang cukup lebih besar, sehingga otot

siliaris akan lebih lama mengalami kelelahan, kemudian sistem syaraf

pusat akan memerintahkan syaraf motorik sehingga ketajaman dan

kecepatan mata dalam membaca akan meningkat.

2. Dengan mempertimbangan pemakaian lampu siang hari dan pertimbangan

pemanfaatan ruang yang ada, maka setiap baris lampu sebaiknya memiliki

saklar tersendiri, sehingga pemanfaatannya diupayakan seefisien mungkin

(76)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis dan evaluasi dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada ruangan kelas B dan kelas E yang diteliti jumlah cahaya yang dibutuhkan

untuk menerangi seluruh ruang kelas sebesar 43200 lumen.

2. Pemecahan masalah menggunakan alternatif II, karena faktor biaya listrik, cos

phi dan umur pemakaian lampu lebih baik dari alternatif II dan III.

3. Biaya pemakaian energi setiap kelas per bulan mengalami peningkatan setelah

disesuaikan dengan standar kuat penerangan,-.

7.2. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk pihak sekolah dan sebagai bahan

pertimbangan pada penelitian selanjutnya antara lain sebagai berikut.

3. Setiap lampu sebaiknya memiliki saklar tersendiri, karena

mempertimbangkan pemanfaatan seefisien mungkin tergantung cerah

(77)

4. Perlu dilakukannya pemeriksaan secara berkala terhadap keadaan lampu,

sehingga lampu yang mati dapat segera diganti.

5. Diperlukan penelitian lebih lanjut dan lebih spesifik tentang pencahayaan

berdasarkan faktor-faktor antara lain pengaruh cahaya matahari, dan sudut

datangnya cahaya.

6. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang biaya instalasi dan penerapan

setiap alternatif, serta penelitian setelah alternatif diterapkan nantinya, agar

dapat ditentukan alternatif mana yang lebih baik dan efisien untuk

Gambar

TABEL
Tabel 1.1 Tingkat Pencahayaan Lembaga Pendidikan
Tabel 1.3 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan
Gambar 2.1 berikut ini.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ground water levels and ground water quality in Aquifer A1 of water logged area of Dharoi RBC, 22 numbers of open wells are fixed in year 2009.The locations of the wells

[r]

Negeri Nomor 19 Tahun 2017 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah Sebagaimana

The text on the paper was printed in thick black type, maybe hand-printed, on what Fitz took to be vellum - not that he'd ever seen vellum, but it was an odd, stiff and heavy

[r]

Dari hasil GCMS bio-oil dengan proses free fall reactor menggunakan katalis Ni/NZA dapat dilihat bahwa adanya penambahan katalis pada bahan baku menghasilkan komponen

Kota Ponorogo bila dilihat dari kebudayaan khususnya kesenian Reog, mestinya ketokohan patung yang dijadikan simbol- simbol di Ponorogo dapat dijadikan sumber

Dari semua pengujian pada implementasi kontrol Sliding Mode Controller yang telah dilakukan, kontroler dapat berjalan sesuai dengan tujuan maka bisa dikatakan bahwa metode