ANALISA KUAT PENERANGAN RUANG KELAS DI LEMBAGA PENDIDIKAN RA-MTS AL MUSHLIHIN KOTA BINJAI
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
OLEH ZULFAN ADHA
NIM. 080403143
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISA KUAT PENERANGAN RUANG KELAS DI LEMBAGA PENDIDIKAN RA-MTS AL MUSHLIHIN KOTA BINJAI
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana
Oleh ZULFAN ADHA
0 8 0 4 0 3 1 4 3
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (Ir. Dini Wahyuni, MT)
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Sarjana ini dengan baik.
Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi
oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini
merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan judul
“Analisa Kuat Penerangan Ruang Kelas di Lembaga Pendidikan RA-MTS Al Mushlihin Kota Binjai ”.
Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di
dalam tugas sarjana ini. Oleh karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi menyempurnakan Laporan Tugas Sarjana ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini
bermanfaat.
Universitas Sumatera Utara Medan, November 2014
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam melaksanakan Tugas Sarjana sampai dengan selesainya laporan ini,
banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. ALLAH Tuhan Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahnya kepada penulis
sehingga penelitian ini dapat di selesaikan dengan baik.
2. Kepada kedua orang tua tercinta (AIPTU Riswan dan Nuraida Nasution, S.Pd)
dan kakak (Marina Risda dan Tina Malinda) yang telah memberikan semangat
kepada penulis sehingga tetap semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang MSIE selaku Dosen Pembimbing I
atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
arahan kepada penulis dalam penulisan laporan.
4. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan kepada
penulis dalam penulisan laporan.
5. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri dan
yang telah memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Tugas Sarjana ini.
6. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri
7. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc,. Selaku Koordinator Tugas Akhir
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas
Sarjana.
8. Bapak Ir. A. Jabbar M. Rambe, M.Eng. Selaku Ketua Bidang Ergonomi dan
Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan
arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.
9. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik Industri,
Bang Mijo, Bang Nurmansyah, Kak Dina, Bang Ridho, Buk Ani, Kak Rahma,
Kak Mia dan Bang Kumis yang telah membantu mengurus keperluan
administrasi.
10.Seluruh kepala sekolah, staf dan pegawai pada RA-MTs Al Mushlihin Kota
Binjai yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan informasi.
11.Sahabat-sahabat penulis, Dinda Racon, Eva Boker, Bintang Itam, Dita Nenek,
Audra, Anas Hoam, Armen, Trisman, Reviyanti, Dinda Khairunisya, Dian
Lupita, Benny Gaga, Fachri Fay, Ayu Karmila, poppy dan teman-teman
transfer yang telah memberikan semangat, motivasi, suka duka selama kuliah.
12.Sahabat-sahabat nongkrong penulis Wisnu Jawa, Tomi Tampubolon, Hafiz
Kelleng, Winda Rihanna, Bang Martin, Desta Top, Bah Yudi, Bang Raai dan
semua teman-teman jejaring sosial saya di BBM, Path, FaceBook, Twitter, dan
WeChat.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
SERTIFIKAT SIDANG SARJANA
KATA PENGANTAR... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii ABSTRAK
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1
1.2. Rumusan Permasalahan ... I-6
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... I-6
1.4. Manfaat Penelitian ... I-7
1.5. Pembatasan Masalah ... I-7
1.6. Asumsi Yang Digunakan... I-7
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI
2.1. Sejarah Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah
Al-Mushlihin ... II-1
2.2. Ruang Lingkup ... II-2
2.3. Organisasi dan Manajemen MTs Al-Mushlihin ... II-2
2.3.1. Struktur Organisasi MTs Al-Mushlihin ... II-2
2.3.2. Keadaan Sarana dan Fasilitas Madrasah ... II-4
III LANDASAN TEORI
3.1. Cahaya ... III-1
3.2. Illuminasi ... III-2
3.3. Mata ... III-2
3.4. Efek Illuminasi Terhadap Mata ... III-3
3.5. Mekanisme Melihat ... III-3
3.6. Pencahayaan di Ruangan ... III-4
3.7. Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang ... III-5
3.8. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari ... III-5
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.9.1. Sistem Pencahayaan Merata ... III-7
3.9.2. Sistem Pencahayaan Terarah ... III-7
3.9.3. Sistem Pencahayaan Setempat ... III-8
3.10. Sumber Terang Buatan ... III-8
3.11. Sistem Penyinaran ... III-10
3.12. Lux Meter ... III-11
3.13. Metode Pengukuran Pencahayaan ... III-12
3.13.1. Penentuan Titik Pengukuran ... III-12
3.13.2. Persyaratan Pengukuran ... III-14
3.13.3. Tata Cara ... III-14
3.14. Perhitungan Kebutuhan Lumen Ruang Kelas ... III-15
3.15. Metode Perhitungan Jumlah Lampu ... III-16
3.16. Metode Perhitungan Peletakan Bola Lampu ... III-16
3.17. Cosphimeter... III-17
IV METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.2. Objek Penelitian ... IV-1
4.3. Jenis Penelitian ... IV-1
4.4. Kerangka Berfikir ... IV-1
4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2
4.6. Sumber Data ... IV-2
4.7. Tahapan Penelitian ... IV-3
4.8. Prosedur Pengumpulan Data ... IV-4
4.9. Metode Pengolahan Data... IV-7
4.10. Analisis Pemecahan Masalah... IV-8
4.11. Penarik Kesimpulan ... IV-8
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.1.1. Pengukuran dan Pengambilan Data ... V-1
5.1.2. Data Pengukuran ... V-4
5.2. Pengolahan Data Kelas B ... V-6
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.4. Perhitungan Biaya Listrik Aktual ... V-11
5.3. Perhitungan Jumlah Lumen dan
Pemilihan Jenis Lampu ... V-12
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Kondisi Aktual ... VI-1
6.2. Pemecahan Masalah ... VI-2
6.2.1. Rancangan Peletakan Bola Lampu ... VI-2
6.2.2. Perhitungan Biaya Listrik ... VI-6
6.2.2.1. Perhitungan Biaya Listrik Alternatif I ... VI-6
6.2.2.2. Perhitungan Biaya Listrik Alternatif II ... VI-7
6.2.2.3. Perhitungan Biaya Listrik Alternatif III ... VI-8
6.3. Estimasi Biaya Tiap Alternatif ... VI-8
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-1
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Tingkat Pencahayaan Lembaga Pendidikan ... I-2
1.2. Intensitas Cahaya di Ruang Kerja ... I-2
1.3. Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan ... I-3
2.1. Jadwal Belajar Siswa ... II-2
2.2. Fasilitas Sekolah Bangunan I ... II-4
3.1. Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja ... III-4
5.1. Data Ruang Kelas Keseluruhan ... V-1
5.2. Kondisi Ruang Kelas ... V-3
5.3. Data Pengukuran Kelas B Kurun Waktu Seminggu ... V-4
5.4. Data Pengukuran Kelas E Kurun Waktu Seminggu ... V-5
5.5. Data Rata-Rata Kelas B ... V-6
5.6. Data Rekapitulasi Rata-Rata Kelas B ... V-7
5.7. Data Rata-Rata Kelas E... V-8
5.8. Data Rekapitulasi Rata-Rata Kelas E ... V-10
5.9. Data Perhitungan Listrik Aktual ... V-11
6.1. Biaya Listrik Alternatif I ... VI-6
6.2. Biaya Listrik Alternatif II ... VI-7
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
6.4. Biaya Pemakaian Listrik ... ... VI-8
6.5. Spesifikasi Lampu ... ... VI-9
6.6. Umur Lampu ... ... VI-9
6.7. Biaya Penerapan ... ... VI-9
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1.Struktur Organisasi Sekolah ... II-3
2.2.Denah Bangunan I ... II-5
3.1. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari ... III-6
3.2. Lux Meter ... III-12
3.3. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas
Kurang Dari 10 m2 ... III-13
3.4. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas
Antara 10 m2-100 m2 ... III-13
3.5. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas
Lebih Dari 100 m2 ... III-14
4.1. Titik Pengukuran Ruang Kelas ... IV-5
4.2. Titik Pengukuran Kelas Yang Diteliti ... IV-5
4.3. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-9
5.1. Interval Waktu Pengukuran Kelas B ... V-2
5.2. Interval Waktu Pengukuran Kelas E ... V-3
5.3. Grafik Rekapitulasi Rata-Rata Kelas B ... V-8
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR HALAMAN
5.5. Neon Kompak 26 watt Merek Hannochs Tipe 3U ... V-14
5.6. Lampu Master LedTube GA300 1800mm 45W 840 C ... V-15
5.7. Lampu Philips Master PL-L 4P 80W ... V-16
6.1. Posisi Sekolah Tampak Depan ... VI-1
6.2. Peletakan Bola Lampu Alternatif I ... VI-3
6.3. Peletakan Bola Lampu Alternatif II ... VI-4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
L.1. Identifikasi Kebutuhan Komponen Instalasi Listrik
L.2. SNI Konversi Energi Pada Sistem Pencahayaan
L.3. SNI Pengukuran Intensitas Penerangan Di Tempat Kerja
L.4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
L.5 MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C
L.6 Product Description MASTER PL-L 4 Pin
L.7 Jurnal Internet : Studi Optimasi Sistem Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan
Memanfaatkan Cahaya Alam
L.8. Jurnal Internet : Perancangan Pencahayaan Buatan Pada Interior Ruang
Kelas
L.9. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia –
www.energyefficiencyasia.org
ABSTRAK
Sekolah merupakan tempat dimana dilakukannya proses belajar mengajar antara guru dan siswa. Ruang kelas digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, antara lain tempat membaca dan menulis dan kegiatan lainnya berupa interaksi antara guru dan siswa. Penelitian yang dilakukan ini mengenai kuat penerangan di lembaga pendidikan RA-MTS AL MUSHLIHIN yang berlokasi di Binjai. Lembaga ini memiliki dua bangunan yang terpisah, bangunan I beralamat di Jalan Kesatria No.34 Binjai. Pada penelitian awal dan pengamatan langsung yang telah dilakukan di lokasi, didapati tingkat pencahayaan pada bangunan I berkisar antara 97-197 lux dalam keadaan tanpa penerangan tambahan. Pengukuran tersebut dilakukan pada jam 11.00-12.30 WIB. Pencahayaan ruangan ini tidak memenuhi SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang menyatakan kategori rekomendasi pencahayaan untuk ruangan kelas adalah 300 lux.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kuat penerangan sehingga distribusi cahaya dapat merata ke seluruh ruang kelas.
Tahapan yang digunakan untuk menganalisa kuat penerangan adalah agar dapat mendeteksi pendistribusian cahaya yang baik adalah dengan melakukan wawancara lisan terhadap pengunjung. Pengukuran dengan menggunakan light meter untuk perlakuan eksperimen yang dikenakan. Pengukuran kuat penerangan kelas selanjutnya dilakukan perhitungan biaya listrik dan memberikan alternatif penyelesaian.
Berdasarkan hasil perhitungan dilakukan penggantian bola lampu dengan Master LedTube GA300 1800mm 45W 840C berjumlah 11 lampu setiap kelasnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Pencahayaan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia sehari-hari,.
Tanpa pencahayaan yang baik dapat membuat suasana ruangan membosankan dan
menghambat dalam melakukan aktivitas.
Sekolah merupakan tempat dimana dilakukannya proses belajar mengajar
antara guru dan siswa. Ruang kelas digunakan untuk kegiatan belajar mengajar,
antara lain tempat membaca dan menulis dan kegiatan lainnya berupa interaksi
antara guru dan siswa. Pemanfaatan cahaya alami dan buatan di dalam proses
belajar mengajar selalu menjadi bagian yang penting dan mampu menciptakan
ruangan kelas dengan kualitas visual yang baik. Tingkat pencahayaan
berpengaruh terhadap konsentrasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Tingkat
pencahayaan yang kurang pada ruang kelas menimbulkan ketidaknyamanan
siswa. Standar Nasional Indonesia menyatakan pencahayaan ruangan kelas
Tabel 1.1 Tingkat Pencahayaan Lembaga Pendidikan
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh
siswa dan guru setiap harinya. Berdasarkan Kepmenkes Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 kegiatan rutin memerlukan penerangan sekitar 300
lux yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.2. Intensitas Cahaya di Ruang Kerja
Jenis Kegiatan
100 Ruang penyimpanan & ruang
peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus-menerus
200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan
mesin & perakitan/penyusun
Sumber : Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
Ruangan kelas memiliki area kegiatan untuk membaca dan menulis, yaitu
mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang tergantung area
kegiatannya, seperti disajikan pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan Keperluan Pencahayaan
(Lux)
Contoh Area Kegiatan
Pencahayaan umum
untuk interior
200 Layanan penerangan minimum
dalam tugas
300 Meja dan mesin kerja ukuran
sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan,
kegiatan membaca dan membuat
arsip
450 Gantungan baju, pemeriksaan
kantor untuk menggambar,
perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna dan tugas
menggambar kritis.
1500 Pekerjaan mesin diatas meja dan
sangat halus, perakitan mesin dan
presisi kecil dan instrumen.
Sumber : www.energyeffeciencyasia.org
Oleh karena itu standar penerangan untuk ruangan kelas adalah 300 lux,
berdasarkan SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
Penelitian mengenai tingkat pencahayaan di ruangan kelas telah dilakukan
dalam beberapa penelitian antara lain yang dilakukan oleh I Dewa Gede Agung
Diasana Putra pada tahun 2004 dengan judul “Perencanaan Pencahayaan Buatan
Teknik Universitas Udaya dimana illuminasi yang direkomendasikan adalah 300
lux (audience) dan 500 lux (daerah sekitar papan tulis). Peneliti
merekomendasikan jumlah lampu yang diperlukan pada sebuah ruang kelas
dengan ukuran 8.9 m x 10.9 m adalah 12 pasang lampu yang disebar secara
merata diseluruh kelas dan tambahan sepasang lampu pada ruang sekitar papan
tulis.
Penelitian kedua menunjukkan kembali pencahayaan merupakan faktor
penting dalam lingkungan kerja dengan adanya riset “Studi Optimasi Sistem
Pencahayaan Ruang Kuliah Dengan Memanfaatkan Cahaya Alam”. Penelitian ini
dilakukan oleh Chairul Gagarin Irianto pada tahun 2006 di Gedung Kuliah
Universitas Trisakti. Hasil perhitungan untuk ruangan 7,3m x 9,3m
direkomendasikan menggunakan lampu TL 36 Watt sebanyak 12 buah luminer
dengan total intensitas pencahayaan ruangan adalah 278 lux.
Penelitian yang dilakukan ini mengenai kuat penerangan di lembaga
pendidikan RA-MTS AL MUSHLIHIN yang berlokasi di Binjai. Lembaga ini
memiliki dua bangunan yang terpisah, bangunan I beralamat di Jalan Kesatria
No.34 Binjai. Bangunan II beralamat di Jalan Samanhudi Binjai. Bangunan I
terdiri dari dua lantai yang diperuntukkan bagi kelas satu, ruang kepala sekolah,
ruangan guru, ruang komputer dan beberapa ruang belajar RA (TK) yang terdapat
dilantai 1. Posisi bangunan I ditutupi oleh Mesjid dan pendopo yang terdapat di
depannya. Pada bangunan II terdiri dari bangunan ruang guru, ruang kelas dua dan
Lembaga ini memiliki jam belajar yang sama dengan sekolah sederajat
umumnya, yaitu pukul 7.30 sampai dengan pukul 13.00. Disela jam belajar
memiliki waktu istirahat dua sesi, sesi pertama pukul 9.30 – 9.45 dan sesi kedua
11.35 – 11.50. Ruang kelas juga digunakan untuk siswa yang masuk jadwal siang
yaitu pukul 13.00 sampai dengan 17.05 dengan waktu istirahat pukul 14.45-15.00
dan 16.15-16.30. Pada bangunan I, setiap ruang kelas memiliki fasilitas dua lampu
Neon Kompak 26 watt merek Hannochs tipe 3U.
Pada penelitian awal dan pengamatan langsung yang telah dilakukan di
lokasi, didapati tingkat pencahayaan pada bangunan I berkisar antara 97-197 lux
dalam keadaan tanpa penerangan tambahan. Pengukuran tersebut dilakukan pada
jam 11.00-12.30 WIB. Pencahayaan ruangan ini tidak memenuhi SNI, UNEP dan
Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang menyatakan kategori
rekomendasi pencahayaan untuk ruangan kelas adalah 300 lux.
Minimnya pencahayaan disebabkan oleh posisi sekolah yang ditutupi oleh
bangunan Mesjid dan pendopo yang terdapat di depannya. Selain itu terdapat
keluhan dari beberapa siswa yang mengatakan ruangan kelas mereka terlalu
redup, sehingga mempersulit mereka membaca pelajaran yang dituliskan guru di
papan tulis.
Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai kuat penerangan pada
1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Adanya ketidaksesuaian tingkat illuminasi di dalam ruang kelas dengan
SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang
dapat mengganggu proses belajar mengajar di ruangan tersebut.
2. Perlunya perbaikan tingkat pencahayaan ruangan kelas berdasarkan SNI,
UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang pencahayaan ruangan
kelas yang sesuai SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/
XI/2002.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini,maka sasaran penelitian ini adalah :
1. Melakukan analisa tingkat pencahayaan pada ruangan kelas dan
perhitungan jumlah luminer dan bola lampu dalam ruangan kelas.
2. Melakukan usulan perbaikan perubahan tingkat pencahayaan SNI, UNEP
dan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan masukan bagi sekolah dalam perbaikan pencahayaan ruang kelas
sehingga dapat meningkatkan produktivitas belajar.
2. Menjadi sarana bagi penulis dalam latihan untuk menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan dan
membandingkan antara teori yang diperoleh dengan permasalahan pada
ruangan kelas.
3. Sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan
penelitian ini.
1.5. Pembatasan Masalah
Batasan masalah karena dalam penelitian ini adalah adalah:
1. Faktor lingkungan kerja lainnya, tidak ikut diteliti.
2. Dampak penerapan setelah perhitungan biaya instalasi tidak diteliti.
1.6. Asumsi yang Digunakan
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Ruangan kelas tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.
2. Fasilitas dalam ruangan kelas seperti meja dan kursi belajar tidak dibahas
1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, rumusan
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang
digunakan, serta sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II Gambaran Umum Perusahaan menguraikan sejarah dan gambaran
umum MTs Al-Mushlihin, Ruang lingkup MTs Al-Mushlihin, struktur organisasi
dan keadaan sarana fasilitas MTs Al-Mushlihin.
Bab III Landasan Teori menguraikan mengenai teori dasar dan sifat
mengenai cahaya, desain pencahayaan, dampak kekurangan cahaya, mengenai
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Juga diuraikan metode pengukuran
cahaya, perhitungan kebutuhan lampu serta perhitungan jumlah lampu.
Bab IV Metodologi Penelitian berisikan tahapan-tahapan penelitian mulai
dari tempat dan waktu penelitian, objek, jenis penelitian serta kerangka berfikir.
Bab ini juga menunjukkan sumber data, tahapan penelitian, prosedur
pengumpulan data dan metode pengolahan data yang digunakan.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data memuat data pengukuran kuat
penerangan ruang kelas yang diteliti dan menentukan jumlah lumen yang
dibutuhkan oleh ruanggan 9m x 8m, melakukan perhitungan biaya listrik aktual
ruang kelas, pemilihan jenis lampu serta membuat dua alternatif usulan
pemecahan masalah.
Bab VI Analisis dan Pemecahan Masalah berisikan analisis kondisi aktual
biaya setelah penambahan bola lampu, serta pemilihan alternatif II sebagai
pemecahan masalah.
Bab VII Kesimpulan dan Saran berisi kesimpulan yang dari hasil
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI
2.1. Sejarah Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Al-Mushlihin
Lembaga Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Al-Mushlihin berdiri sejak
tahun 2009 di jalan Kesatria Binjai yang memiliki lima ruang kelas untuk kelas
VII, VIII dan IX. Seiring bertambahnya jumlah siswa yang masuk, ruang kelas
tidak mencukupi, sehingga pada tahun 2011 pihak sekolah menyewa sebuah
lokasi bangunan yang beralamat di Jalan Samanhudi Binjai dan membangun
ruang kelas untuk kelas VIII dan IX hingga sekarang. Dari awal berdiri pemilik
dan merangkap kepala sekolahnya bernama Bambang Suhendra M, S.Ag.
Lembaga Pendidikan RA-MTs AL-MUSHLIHIN kelurahan Satria
Kecamatan Binjai Kota ini terletak di jalan Kesatria Binjai Kelurahan Satria
Binjai Kota. Madrasah yang berbentuk lurus memanjang ini dikelilingi oleh
berbagai bangunan yaitu:
1. Dari samping kanan madrasah berbatasan dengan Jl. Irawan.
2. Dari belakang madrasah berbatasan dengan rumah penduduk.
3. Dari samping kiri madrasah berbatasan dengan rumah penduduk.
4. Dari depan madrasah berhadapan dengan Jl. Kesatria dan diperkarangan
2.2. Ruang Lingkup
Lembaga pendidikan RA-MTs AL MUSHLIHIN yang berlokasi di Binjai.
memiliki dua bangunan yang terpisah, bangunan I yang beralamat di Jalan
Kesatria No.34 Binjai hanya diperuntukkan buat kelas VII. Pada bangunan II yang
beralamat di Jalan Samanhudi Binjai diperuntukkan buat ruang kelas VIII dan
ruang kelas IX. Jadwal belajar ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jadwal Belajar Siswa
Hari belajar
Kelas Pagi Kelas Siang
Jam Masuk Jam Pulang Jam Masuk Jam Pulang
Sumber: SMA Negeri 2 Medan
2.3. Organisasi dan Manajemen MTs AL-MUSHLIHIN 2.3.1. Struktur Organisasi MTs AL-MUSHLIHIN
Struktur organisasi menggambarkan pengorganisasian sumber daya
manusia untuk memanfaatkan sumber organisasi dalam mewujudkan tujuan
organisasi. Sebuah struktur organisasi membuat anggotanya mampu
mengembangkan keahlian dan menjadikan lebih spesifik dan produktif.
Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu
pegawai dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas nya, dari mana ia
mendapatkan perintah dan kepada siapa dia harus bertanggung jawab.
Setiap sekolah mempunyai satu pola dasar struktur organisasi, yang relatif
permanen sifatnya, tapi kadang kala mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan yang dialami oleh organisasi tersebut, seperti penggantian
pemimpin, perubahan tujuan organisasi dan lain-lain. Dari sudut pandang ini
organisasi dapat dianggap sebagai suatu wadah dimana kegiatan manajemen di
lakukan. Stuktur organisasi RA-MTs AL-MUSHLIHIN dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Sekolah
Mengenai keadaan pendidik (guru), berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Bambang Suhendra. S.Ag selaku kepala sekolah madrasah dikemukan
bahwa guru wanita yang berjumlah 9 orang dan guru laki-laki berjumlah 8 orang
dengan pendidikan seluruhnya Sarjana. Guru-guru yang mengajar di MTs
Al-Mushlihin Kelurahan Satria Kecamatan Binjai Kota, sebahagian besar ditetapkan
oleh Madrasah sebagai guru honorer yang diangkat. Kepala Sekolah
Guru Kelas Guru Bidang Studi Pegawai Tata
Usaha
2.3.2. Keadaan Sarana dan Fasilitas Madrasah
Keadaan sarana dan fasilitas MTs Al-Mushlihin Kelurahan Satria
Kecamatan Binjai Kota dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Fasilitas Sekolah Bangunan I
No. Nama
Ruangan
Jumlah Ruangan
Luas Ruangan
1. Kelas 5 72
2. Kepala Sekolah, Tata Usaha 1 20
3. Ruang Guru 1 108
4. Laboratorium Komputer 1 108
5. Gudang 1 16
6. Masjid 1
7. Pendopo 1
Adapun denah bangunan MTs Al-Mushlihin Kelurahan Satria ditunjukkan oleh
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Cahaya
Mata dapat melihat sesuatu kalau ia mendapatkan rangsangan dari
gelombang cahaya, yaitu energi radiasi (radiant energy) yang panjang gelombang
bervariasi antara 380 sampai 750 milimikron. Cayaha yang menerpa mata bisa
langsung berasal dari sumber sinar (luminous body) seperti matahari, bola lampu,
nyala api atau lilin (candel), sering disebut dengan sumber sinar “panas”. Cahaya
bias juga datang ke mata karena pantulan dari suatu benda atau bidang. Jadi sinar
dari sumber panas, menerpa benda, lalu dipantulkan olehnya hingga mengenai
mata. Benda atau bidang ini sering disebut sumber sinar “dingin” dan dari sinar
yang terpantul itulah didapatkan kesan visual tenang lingkungan sekitar.
Kadar cahaya (illumination intensity) didefinisikan sebagai : ”kedatangan
padatan (density) sinar yang mengalir dari sumber cahaya (sumber energi
radian)”. Sumber cahaya yang dipakai sebagai standar internasional ialah lilin
(candle) dan candela (Cd) dipakai sebagai satuan ukuran cahaya. Lumen (lm)
dipakai juga sebagai satuan ukuran dari aliran sinar, yang nilainya sepadan dengan
π
4 1
ukuran yang banyak dipakai untuk kadar cahaya ialah Lux, ialah banyaknya
cahaya yang jatuh menerpa sebuah bidang 1
Illuminasi yaitu flux-flux yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang
dipancarkan pada suatu permukaan per luas permukaan. Satuan internasional
untuk illuminasi adalah lumens/sq.meter yang mempunyai nama lain lux. 1 lux =
1 lumen/m
3.2. Illuminasi
2. Di Amerika Serikat dipakai
footcandle dimana 1 footcandle =
10,764 lux2
Mata merupakan organ untuk penglihatan dan sangat sensitif terhadap
cahaya karena terdapat photoreceptor. Fungsi utama mata adalah mengubah
energi cahaya menjadi impuls saraf sehingga dapat diterjemahkan oleh otak
menjadi gambar visual. Untuk menghasilakn gambar visual yang tepat dan
diinginkan terjadi proses yang sangat kompleks dimulai adanya gelombang
sinar/cahaya yang masuk ke mata
3.3. Mata
3
1
Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pustaka Binaman Pressindo, Surabaya, 1985. hal. 155-156.
2
Nurmianto, Eko., Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi I, Cetakan II, Guna Widya, Surabaya, 1988. p. 224.
3
3.4. Efek illuminasi Terhadap Mata
Penerangan ruang kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata,
akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan.
Penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya Astenopia ( kelelahan mata)
dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca. Penerangan yang kurang
memadai bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan
mata4
Atas dasar umpan balik yang datang berupa berkas cahaya, maka mata
secara terus menerus menyesuaikan diri untuk tugas melihatnya. Mekanisme yang
mengaturnya berjalan secara automatik, jadi diluar kesadaran kita. Pada saat yang
sama ajakan syaraf lainnya masuk lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks
3.5. Mekanisme Melihat
Gelombang cahaya yang diamati memasuki mata melalui lensa dan
kemudian masuk ke retina. Di tempat ini energi cahaya itu di ubah menjadi ajakan
syaraf yang mencapai otak melalui saraf optik. Ajakan baru lalu dilepaskan dalam
bentuk sejumlah simpul. Sebagian ajakan tersebut dibawa ke pusat-pusat
pengendali otot mata. Dari sini ditentukan ukuran manik, lengkungan lensa dan
semua gerakan bola mata.
4
hingga memasuki syaraf kesadaran. Dan sekarang semua ajakan tadi telah
diterima sebagai gambaran (citra) dari dunia luar. Kini ajakan dari pemikiran,
keputusan atau reaksi emosional5
1. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan
kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya.
3.6. Pencahayaan di Ruangan
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan
tindakan sebagai berikut :
2. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan
bola lampu harus sering dibersihkan.
3. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.
5
Tingkat pencahayaan lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja
Jenis Kegiatan
Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus
100 Ruang penyimpanan & ruang
peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus-menerus
200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/penyusun
Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja
dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan teksti,
pekerjaan mesin halus & perakitan halus
Sumber : Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002
3.7. Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat
pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.
Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan
a. hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
b. ukuran dan posisi lubang cahaya.
c. distribusi terang langit.
d. bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
3.8. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat
pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan
terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan
ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.
Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :
1) Komponen langit (faktor langit-fl) yakni komponen pencahayaan langsung
dari cahaya langit.
2) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar
bangunan yang bersangkutan.
3) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam - frd) yakni komponen
pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam
ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi
Gambar 3.1. Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari
3.9. Pencahayaan Buatan
Perencanaan pencahayaan buatan perlu memenuhi fungsi pokok dari
pencahayaan penerangan buatan itu sendiri dalam kondisi pemakaian yang normal
dengan pemeliharaan yang wajar. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila
posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami
Adapun fungsi pokok penerangan (illuminasi) buatan di dalam gedung,
baik diterapkan tersendiri maupun dalam kombinasi dengan penerangan alami
siang hari adalah:
a. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni melihat
detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.
b. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan
aman.
c. Menciptaskan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada
prestasi.
Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat
dibedakan atas 3 jenis yaitu :
3.9.1. Sistem Pencahayaan Merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh
ruangan. Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan
untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur
ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.
3.9.2. Sistem Pencahayaan Terarah
Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu
arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena
akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang menyoroti satu
objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar,
dengan sistem pencahayaan merata karena bermanfaat mengurangi efek
menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata.
3.9.3. Sistem Pencahayaan Setempat
Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu
misalnya tempat kerja yang memerlukan tugas visual.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka
diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
3.10. Sumber Terang Buatan
Ada tiga jenis utama sumber cahaya buatan yaitu :
1. Lampu Pijar
Lampu pijar memiliki filamen yang memberikan cahaya ketika dipanaskan,
menjadi pijar oleh aliran listrik. Lampu ini menyediakan sumber cahaya,
memiliki efikasi rendah, mempresentasikan warna (render) dengan cukup
baik, dan mudah untuk dipadamkan oleh reostat.
2. Lampu Fluoresens
Lampu fluoresens adalah lampu discharge tubular dimana cahaya dihasilkan
dari fluresens lapisan fosfor didalam tabung. Lampu ini menyediakan sumber
cahaya linier dan memiliki efikasi sebesar 50 sampai 80 lumen per watt.
Kemampuan merepresentasikan warna (rendering) yang dimiliki bervariasi.
Lampu High-Intensity Discharge (HID) adalah lampu discharge yang
memiliki jumlah cahaya signifikan yang dihasilkan dari pelepasan listrik
melalui uap logam didalam tabung kaca tertutup. Lampu HID menggabungkan
bentuk lampu pijar dengan efikasi lampu fluoresens.
a. Lampu-lampu merkuri menghasilkan cahaya dengan pelepasan listrik
dalam uap merkuri.
b. Lampu logam halida konstruksinya sama dengan lampu merkuri, tetapi
memiliki tabung dimana logam halida ditambahkan untuk menghasilkan
cahaya dan memperbaiki color rendering.
c. Lampu High-Pressure Sodium (HPS) menghasilkan spektrum cahaya
putih keemasan yang luas yang dihasilkan dari pelepasan listrik pada uap
sodium.
4. Light Emiting Dioda (LED)
LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen
elektronik yang tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini. LED saat ini
sudah banyak dipakai, seperti untuk penggunaan lampu permainan anak-anak,
untuk rambu-rambu lalu lintas, lampu indikator peralatan elektronik hingga ke
industri, untuk lampu emergency, untuk televisi, komputer, pengeras suara
(speaker), hard disk eksternal, proyektor, LCD, dan berbagai perangkat
elektronik lainnya sebagai indikator bahwa sistem sedang berada dalam proses
kerja, dan biasanya berwarna merah atau kuning. LED ini banyak digunakan
warna yang ada dapat memperjelas bentuk atau huruf yang akan ditampilkan.
dan banyak lagi6
a. Penyinaran Langsung yaitu sinar cahaya dari sumber cahaya dan yang
dipantulkan oleh bidang-bidang reflektor diarahkan langsung pada bidang
kerja.
3.11. Sistem Penyinaran
Tujuan utama sistem pencahayaan ialah menyediakan iluminasi yang
memadai bagi kinerja tugas visual. Level iluminasi yang disarankan untuk
beberapa tugas tertentu hanya menyebutkan kuantitas cahaya yang harus tersedia.
Jumlah cahaya ini mempengaruhi suatu benda atau ruang dapat dilihat.
Ada tiga jenis sistem penyinaran yaitu :
b. Penyinaran tidak langsung memakai penerangan yang menghalang-halangi
sinar cahaya datang langsung pada bidang kerja.
c. Penyinaran bawur (difus) yaitu cara penerangan yang arah sinarnya dibuat
serba kemana-mana, dari mana-mana serta merata sehingga tidak tampak
keras.
3.12. Lux Meter
Lux meter adalah sebuah alat ukur intensitas cahaya yang dapat membantu
menyesuaikan pencahayaan ruangan sesuai dengan fungsi sebuah ruangan.
Caranya sangat sederhana. Letakkan lux meter diatas meja dalam ruanan dimana
intensitas cahaya ingin di ketahui. Setelah beberapa saat, layar penunjuk Lux
meter akan menapilkan tingkat pencahayaan dalam ruangan tersebut. Setelah di
dapat nilai intensitas cahayanya, bandingkan nilai tersebut dengan standar SNI.
Jika nilai tingkat pencahayaan lebih tinggi dari standar, lampu sebaiknya diganti
dengan yang lebih rendup. Jika nilai tingkat pencahayaan lebih rendah dari
standar, lampu sebaiknya diganti dengan lampu yang lebih terang. Jika tingkat
pencahayaan ruangan telah sesuai dengan fungsinya, effisien energi untuk
penerangan telah tercapai.
Dalam aplikasi penggunaannya dilapangan alat ini lebih sering digunakan
pada bidang arsitektur, industri, dan lain-lain. Prisip kerja alat ini pun banyak
digunakan pada alat yang biasa digunakan pada fotografi, sebagai contoh pada
alat Available Light, Reflected Lightmeter dan Incident Lightmeter. Selain itu
didalam penelitian-penelitian mengenai tingkat keanekaragaman dan lain- lain
yang senantiasa diperlukan data mengenai tingkat pencahayaan alat ini pun dapat
digunakan7
7
Gambar Lux Meter dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut.
Gambar 3.2. Lux Meter
3.13. Metode Pengukuran Pencahayaan
3.13.1. Penentuan Titik Pengukuran
a. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada8
b. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu
tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut:
1) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1 (satu) meter. Contoh
8
Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI
denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang
dari 10 meter persegi seperti Gambar 3.6.
Gambar 3.3. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas Kurang Dari 10 m2
2) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter2: titik potong
garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3
(tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar
3.7.
3) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran
intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100
meter persegi seperti Gambar 3.8.
Gambar 3.5. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum Dengan Luas Lebih Dari 100 m2
3.13.2. Persyaratan Pengukuran
1. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan
dilakukan.
2. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi
pekerjaan.
6 m
6 m
6 m
3.13.3.Tata Cara
1. Luxmeter yang telah dikalibrasi dihidupkan dengan membuka penutup
sensor.
2. Alat dibawa ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan.
3. Hasil pengukuran pada layar monitor dibaca setelah menunggu beberapa
saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
4. Hasil pengukuran dicatat pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas
penerangan setempat.
5. Lux Meter dimatikan setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
penerangan.
3.14. Perhitungan Kebutuhan Lumen Ruang Kelas
Metode lumen digunakan untuk menghitung illuminasi dengan membagi
ruangan menjadi tiga elemen, yaitu plafon, dinding dan lantai reflektan. Rongga
efektif yaitu plafon dan rongga lantai. Setelah rasio dan rongga reflektan
diketahui, CU (koefesien pemakaian) dapat diperoleh pada tabel yang terdapat
pada Lampiran. Metode tersebut berasumsi bahwa lampu akan ditempatkan pada
sebuah susunan yang memberikan illuminasi seragam.
Menentukan Lumen lampu yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus
lumen
Dimana : F = jumlah cahaya yang dibutuhkan (Lumen)
E = tingkat pencahayaan yang direkomendasikan (Lux)
A = luas ruang / bidang kerja ( 2
m )
UF = Utilization factort (%)
LLF = Light lost factor (%)
3.15. Metode Perhitungan Jumlah Lampu
Menentukan jumlah lampu yang digunakan, dengan mempertimbangkan
bahwa lampu yang diperlukan adalah mempunyai penyebaran cahaya yang merata
ke seluruh ruangan dan punya penyebaran cahaya yang cukup lebar. Perhitungan
jumlah bola lampu dengan rumus sebagai berikut:
Fl F N=
Dimana : F : jumlah cahaya yang dibutuhkan (lumen)
Fl : nominal luminous lampu (lumen)
3.16. Metode Perhitungan Peletakan Bola Lampu
Penyusunan letak lampu diatur dengan menggunakan prinsip keseragaman
(uniformity) dengan menyusun lampu menurut ketentuan spacing criteria yaitu
jarak maksimum antar lampu (S), dengan rumus sebagai berikut :
A S=
Sebelumnya dilakukan perhitungan keseragaman luminer tiap lampu ( )
dengan rumus :
Cosphimeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui besarnya
faktor kerja (power factor) yang merupakan beda fase antara tegangan dan arus.
Dalam pengertian sehari-hari disebut pengukuran Cosinus phi (Ø). Tujuan
pengukuran Cos Ø atau pengukur nilai cosines sudut phasa adalah memberikan
penunjuk secara langsung dari selisih phasa yang timbul antara arus dan
tegangan9
I V
P Cos
× = ϕ
Untuk menghitung Cos Ø, dengan menggunakan rumus :
Dimana :
P = daya dalam satuan watt
V = tegangan dalam satuan volt
I = arus listrik dalam satuan amper
9
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Lembaga Pendidikan RA-MTS Al Mushlihin Kota
Binjai. Penelitian diselesaikan dalam kurun waktu enam bulan.
4.2. Objek Penelitian
Sampel penelitian adalah dua dari lima ruangan kelas di bangunan I yang
memiliki rata-rata tingkat pencahayaan terkecil.
4.3. Jenis Penelitian
Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini termasuk dalam jenis
penelitian deskriptif, karena dimaksudkan untuk eksplorasi, dan klarifikasi
mengenai suatu fenomena. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan
jaringan hubungan antar variabel yang ada dan tidak melakukan pengujian
hipotesis.
4.4. Kerangka Berfikir
Kuat penerangan 73-160 lux yang didapat saat pengukuran di kelas sangat
jauh berdasarkan SNI, UNEP dan Kepmenkes sebesar 300 lux. Untuk itu perlu
yang nantinya juga membantu proses belajar dan mengajar di dalamnya. Untuk
mencapai hal tersebut perlu dilakukan beberapa proses kegiatan, seperti mengukur
tingkat cahaya dikelas, perhitungan jumlah bola lampu yang sesuai serta
pemilihan jenis lampu yang tepat untuk digunakan di kelas tersebut.
4.5. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu dalam
pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu :
1. Kamera digital Nikon Coolpix S40000, digunakan untuk mengambil foto dan
video keadaan ruangan perpustakaan.
2. Light Meter Krisbow KW06-288, fungsinya sebagai alat untuk mengukur
tingkat illuminasi dengan satuan lux.
3. Jam tangan, digunakan sebagai penunjuk waktu.
4.6. Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan
juga data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran
langsung terhadap objek penelitian di lapangan antara lain:
a. Kuat penerangan
c. Luas bidang yang diterangi
d. Jumlah sumber cahaya
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan
bukan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan, data sekunder
yang diperoleh sebagai berikut:
a. Sejarah sekolah
b. Struktur organisasi
c. Sarana dan Fasilitas
4.7. Tahapan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
juga penelitian pengumpulan data.
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2014 dengan tujuan
untuk mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di sekolah sehingga dapat
digunakan sebagai penelitian dalam proses pengerjaan tugas akhir. Dalam
penelitian pendahuluan ini dilihat adalah :
a. Keadaan pada ruang kelas
b. Keadaan sumber penerangan
c. Keadaan illuminasi pada setiap meja belajar
d. Kendala-kendala dan masalah yang terdapat di tempat tersebut
e. Analisa umum terhadap kendala dan masalah aktual
2. Penelitian lanjutan.
1. Tahap I
Pada tahapan penelitian ini dilakukan observasi selama 1 hari, tanggal 15
April 2014, yaitu mengukur tiga titik yang telah ditentukan untuk
mendapatkan dua hasil pencahayaan terendah dari lima kelas yang diamati.
2. Tahap II
Selanjutnya dilakukan pengukuran selama Enam hari tertanggal 21 April –
26 April 2014. Adapun kegiatan yang dilakukan setiap harinya adalah
pengambilan data pengukuran dengan interval jam 08.00-08.15, 10.00-10.15,
dan 12.00-12.15. Serta pengambilan informasi lain yang dibutuhkan.
4.8. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah.
1. Menentukan ruang kelas yang akan diteliti
Ruang kelas pada bangunan I ini memiliki 5 kelas yang diukur tingkat
pencahayaannya setiap kelas, dan selanjutnya dipilih dua kelas yang memiliki
tingkat pencahayaan yang paling rendah diantara lima kelas. Setiap kelas diukur
Gambar 4.1. Titik Pengukuran Ruang Kelas
2. Mengukur tingkat cahaya pada kelas yang terpilih.
Setelah didapati dua kelas yang akan diteliti, selanjutnya pada dua kelas
ini dilakukan pengamatan dan pengukuran secara berlanjut. Pada tahap ini terlebih
dahulu ditentukan titik pengukuran di ruang kelas yang dianggap dapat mewakili
kondisi penerangan ruangan kelas. Titik pengukuran dapat dilihat pada Gambar
4.2.
Terdapat delapan titik pengamatan yang harus diukur pada satu kelas yang
diamati. Lamanya pengukuran dan pengamatan dua kelas ini dilakukan selama
enam hari, sesuai jadwal hari sekolah. Adapun tahapan dari awal yang harus
dilakukan peneliti sampai selesai adalah :
a. Tepat pukul jam 08.00 WIB, peneliti memasuki ruangan kelas pertama
dan menuju titik 1, selanjutnya peneliti menghidupkan alat lux meter,
dan membuka penutup detektor lalu menunggu hasil pengukuran
dilayar lux meter, selanjutnya menekan tombol Max untuk
memaksimalkan angka hasil pengukuran dan menekan tombol Hold
(tahan) memastikan angka pengukuran tidak berubah, selanjutnya
peneliti mencatat hasil pengukuran titik 1. Tekan kembali tombol Hold
untuk menetralkan alat, selanjutnya peneliti menutup kembali tutup
detektor untuk mengembalikan angka pada layar lux meter menjadi 0.
b. Selanjutnya peneliti berpindah ketitik 2, karena proses sebelumnya alat
tidak perlu dimatikan, peneliti hanya perlu membuka penutup detektor
dan menunggu alat mengukur tingkat cahaya dititik 2, lalu tekan
tombol Max untuk memaksimalkan angka pengukuran detektor, dan
menekan tombol Hold untuk menahan angka pengukuran tidak
berubah. Selanjutnya mencatat hasil pengukuran dan menekan kembali
tombol Hold untuk menetralkan lalu menutup kembali penutup
c. Selanjutnya hal yang sama dilakukan peneliti sampai titik 8. Setelah
itu peneliti berpindah ke kelas yang kedua, dan melakukan proses yang
sama seperti kelas pertama.
4.10. Metode Pengolahan Data
Pada tahap ini, data yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan diolah
sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan. Dalam penelitian ini, ada
beberapa teknik analisis data yang digunakan, yaitu:
1. Menghitung rata-rata tingkat pencahayaan setiap kelas dan melakukan
perhitungan biaya aktual pemakaian listrik setiap kelas.
2. Menentukan Lumen lampu yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus
lux A
LLF UF F
E= ×( )( )
Dimana : F = jumlah cahaya yang dibutuhkan (Lumen)
E = tingkat pencahayaan yang direkomendasikan (Lux)
A = luas ruang / bidang kerja ( 2
m )
UF = Utilization factort (%)
3. Perhitungan jumlah bola lampu dengan rumus sebagai berikut :
Fl F N =
Dimana : F = Jumlah bola lampu yang dibutuhkan (Lumen)
Fl = nominal luminous lampu (Lumen)
N = jumlah lampu (Buah)
4.11. Analisis Pemecahan Masalah
Data yang telah selesai diolah kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.
Analisis pemecahan masalah yang dilakukan adalah untuk mengetahui seberapa
besar jumlah bola lampu yang sebaiknya digunakan setiap kelas
4.12. Penarik Kesimpulan
Pada tahap akhir dari penelitian ditarik kesimpulan yang didasarkan pada
hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya.
Selanjutnya diberikan saran yang dianggap penting dan mungkin untuk
ditindaklanjuti baik untuk kepentingan pihak sekolah maupun penyempurnaan
bagi penelitian selanjutnya.
Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan prosedur
Gambar 4.3. Blok Diagram Metodologi Penelitian
Mulai
Studi Literatur Melalui jurnal internet dan
sumber lain yang terkait Studi Pendahuluan
Melalui pengamatan pendahuluan di RA-MTs Al
Mushlihin
Identifikasi Masalah Ketidaksesuaian tingkat iluminasi
di dalam ruang kelas dengan standar IES
Tujuan Penelitian
- analisa tingkat pencahayaan pada ruang kelas - perhitungan jumlah luminasi dan bola lampu ruang kelas
- perhitungan jumlah biaya pemakaian listrik
Pengolahan Data
- perhitungan rata-rata tingkat iluminasi ruang kelas
- menghitung jumlah lumen yang dibutuhkan - menghitung biaya listrik aktual dan perbaikan
Analisis dan Pemecahan Masalah - analisis tingkat iluminasi ruang kelas - pemecahan masalah
- pembahasan hasil pemecahan masalah
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Pengukuran dan Pengambilan Data
Pada tahap pengukuran data penelitian ini dilakukan beberapa tahap,
sebagai berikut.
A. Menentukan ruang kelas yang akan diteliti
Pengukuran kuat penerangan pada tahap pemilihan kelas ini dilakukan
pada waktu memasuki siang hari, dan hanya dilakukan satu hari saja. Adapun data
yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.1. berikut.
Tabel 5.1. Data Ruang Kelas Keseluruhan
Titik Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas E
1 197 185 187 182 179
2 135 113 123 120 115
3 117 97 112 104 98
Jumlah 449 395 422 406 392
Rata-rata 149,6 131,6 140,6 135,3 130,6
*Satuan lux
Pada Tabel 5.1 dapat dilihat Ruang kelas B dan kelas E memiliki tingkat
nilai pencahayaan terendah dari lima kelas yang diteliti. Selanjutnya penelitian
hanya difokuskan pada dua kelas yang memiliki kuat pencahayaan terendah, yaitu
B. Menentukan titik pengukuran pada dua kelas yang terpilih
Selanjutnya melakukan pengukuran pada kelas yang dipilih, berikut adalah
penentuan waktu yang dibutuhkan saat melakukan pengukuran pada delapan titik.
Interval pengukuran untuk kelas B disajikan pada Gambar 5.1.
32 33 33 29 40 31 31 33
Gambar 5.1. Interval Waktu Pengukuran Kelas B
Keterangan gambar :
• Memasuki ruangan kelas B (0) menuju ke titik 1 sampai mendapatkan
nilai membutuhkan waktu 32 detik
• Pindah dari titik 1 ke titik 2 sampai didapatkan nilai butuh waktu 33 detik.
• Pindah dari titik 2 ke titik 3 sampai didapatkan nilai butuh waktu 33 detik.
• Pindah dari titik 3 ke titik 4 sampai didapatkan nilai butuh waktu 29 detik.
• Pindah dari titik 4 ke titik 5 sampai didapatkan nilai butuh waktu 40 detik.
• Pindah dari titik 5 ke titik 6 sampai didapatkan nilai butuh waktu 31 detik.
• Pindah dari titik 6 ke titik 7 sampai didapatkan nilai butuh waktu 31 detik.
• Pindah dari titik 7 ke titik 8 sampai didapatkan nilai butuh waktu 33 detik.
Selanjutnya berpindah dari kelas B ke kelas E. Interval pengukuran untuk
kelas E disajikan pada Gambar 5.2.
33 30 34 27 40 27 29 32
Gambar 5.2. Interval Waktu Pengukuran Kelas E
Keterangan gambar :
• Memasuki ruangan kelas B (0) menuju ke titik 1 sampai mendapatkan
nilai membutuhkan waktu 33 detik
• Pindah dari titik 1 ke titik 2 sampai didapatkan nilai butuh waktu 30 detik.
• Pindah dari titik 2 ke titik 3 sampai didapatkan nilai butuh waktu 34 detik.
• Pindah dari titik 3 ke titik 4 sampai didapatkan nilai butuh waktu 27 detik.
• Pindah dari titik 4 ke titik 5 sampai didapatkan nilai butuh waktu 40 detik.
• Pindah dari titik 5 ke titik 6 sampai didapatkan nilai butuh waktu 27 detik.
• Pindah dari titik 6 ke titik 7 sampai didapatkan nilai butuh waktu 29 detik.
• Pindah dari titik 7 ke titik 8 sampai didapatkan nilai butuh waktu 32 detik.
C. Kondisi ruang kelas
Adapun data ruang kelas dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2. Kondisi Ruang Kelas
No Kelas Jumlah Bola Lampu Luas Ruangan Jumlah siswa
1 A 2 72 m2 40 orang
2 B 0 72 m2 38 orang
3 C 1 72 m2 40 orang
4 D 2 72 m2 40 orang
5 E 1 72 m2 36 orang
5.1.2. Data Pengukuran
Tabel 5.3. Data Pengukuran Kelas B Kurun Waktu Seminggu
5.2. Pengolahan Data Kelas B
Data yang telah didapat selama seminggu selanjutnya dilakukan
perhitungan rata-rata. Rata-rata hasil pengukuran kuat penerangan di kelas B
dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Data Rata-rata Kelas B
Tabel 5.5. Data Rata-rata Kelas B (Lanjutan)
Tabel 5.6. Data Rekapitulasi Rata-rata Kelas B
Gambar 5.3. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Kelas B
5.3. Pengolahan Data Kelas E
Data yang telah didapat selama seminggu selanjutnya dilakukan
perhitungan rata-rata. Adapun data yang diolah dapat dilihat pada Tabel 5.7
berikut.
Tabel 5.7. Data Rata-rata Kelas E
Waktu Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8
Senin
08.00-08.15 77 72 69 67 70 66 73 51
10.00-10.15 126 119 111 113 98 89 129 73
12.00-12.15 178 168 143 120 155 141 170 108
jumlah
381 359 323 300 323 296 372 232
rata-rata
127 119,67 107,67 100 107,67 98,67 124 77,33
Tabel 5.8. Data Rekapitulasi Rata-rata Kelas E
Hari titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6 titik 7 titik 8
senin 127 119,667 107,667 100 107,667 98,667 124 77,333
selasa 122,333 120,667 120,667 111,333 111 104 124,667 85
rabu 123 124,667 107,33 103 105 97 111 83,333
kamis 104,333 101,667 101 94,333 105,667 86,333 109 81,667
jumat 91,5 89,5 88 83 83,5 75,5 97,5 73
sabtu 128 126,667 126,667 121,667 120 102,667 130,333 86
Standar 300 300 300 300 300 300 300 300
*Satuan lux
Gambar 5.4. Grafik Rekapitulasi Rata-rata Kelas E
5.4. Perhitungan Biaya Listrik Aktual
Perhitungan biaya aktual listrik yang digunakan pada masing-masing kelas
dapat dihitung sebagai berikut:
- Jumlah lampu Neon Kompak ada 2 setiap ruangan dengan daya 26 watt
Tabel 5.9. Data Perhitungan Listrik Aktual
KETERANGAN PERHITUNGAN HASIL
Input (Watt) 26 Watt x 2 52 Watt
Pengoperasian (jam) 7 jam x 26 hari 182 jam/ bulan
Energi yang digunakan
(Wh)
52 Watt x 182 jam 9.464 Wh
Energi yang digunakan
(kWh)
9.464 Wh/ 1000 9,464 kWh
Biaya Pemakaian/kWh Rp. 1.352,-/kWh Rp. 1.352,-/kWh
Biaya Pemakaian
Energi / bulan
9,464 kWh x Rp.
1.352,-
Rp. 12.795,328
Pada data diatas didapatkan biaya untuk satu kelas yang harus dikeluarkan
pihak sekolah sebesar Rp. 12.795,328,- / kelas selama sebulan. Sekolah memiliki
lima ruangan kelas, sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 12.795,328 x 5
BAB VI
ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Kondisi Aktual
Penelitian ini mengenai kuat penerangan di lembaga pendidikan RA-MTS
AL MUSHLIHIN yang berlokasi di Binjai. Bangunan I memiliki posisi bangunan
yang ditutupi oleh Mesjid dan pendopo yang terdapat didepannya, seperti terlihat
pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1. Posisi Sekolah Tampak Depan
Lembaga ini memiliki jam belajar yang sama dengan sekolah sederajat
umumnya, masuk sekolah pukul 7.30 sampai dengan pukul 13.00 disela jam
belajar memiliki waktu istirahat dua sesi, sesi pertama pukul 9.30 dan sesi kedua
Pada penelitian yang telah dilakukan di lokasi, didapati tingkat
pencahayaan pada bangunan I berkisar antara 35-190 lux. Pencahayaan ruangan
ini tidak memenuhi berdasarkan SNI, UNEP dan Kepmenkes Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 yang menyatakan kategori rekomendasi
pencahayaan untuk ruangan kelas adalah 300 lux. Minimnya pencahayaan
disebabkan oleh posisi sekolah yang ditutupi oleh bangunan Mesjid dan pendopo
yang terdapat di depannya.
6.2. Pemecahan Masalah
6.2.1. Rancangan Peletakan Bola Lampu
Setelah dilakukan perhitungan terhadap jumlah bola lampu yang
dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah merancang posisi peletakan bola
lampu yang baru berdasarkan alternatif I, II dan III.
1. Peletakan lampu alternatif I (Penambahan jumlah lampu dari lampu yang
sudah ada)
Gambar 6.2. Peletakan Bola Lampu Alternatif I
Keterangan Gambar
= Bola Lampu MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C usulan
= Bola Lampu Neon Kompak 3U 26 watt aktual
2. Peletakan lampu alternatif II (Penggantian seluruh lampu ruangan dengan
lampu MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C)
Gambar 6.3. Peletakan Bola Lampu Alternatif II
Keterangan Gambar:
= Bola Lampu MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C usulan
3. Peletakan lampu alternatif III (Penggantian seluruh lampu ruangan dengan
lampu Philips Master PL-L 4P 80W)
Gambar 6.4. Peletakan Bola Lampu Alternatif III
Keterangan Gambar:
= Bola Lampu MASTER LEDtube GA300 1800mm 45W 840 C usulan
Tiga alternatif yang ditetapkan telah mewakili kuat penerangan yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, yaitu 300 lux. Setiap alternatif
memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu perlu dilakukan perbandingan
setiap alternatif dengan kurun waktu yang sama yaitu 20 tahun agar dapat
ditentukan pemilihan alternatif terbaik.
6.3. Analisis Kebaikan Rancangan
Rancangan yang telah dilakukan sebelumnya tentu memberikan
penghematan biaya pemakaian listrik ruangan. Tetapi, rancangan tersebut juga
mengakibatkan pengeluaran tambahan untuk pengadaan dan pemasangan lampu
ruangan (tidak dibahas dalam tugas akhir ini). Adapun kebaikan rancangan
adalah.
1. Penyebaran cahaya yang merata ke seluruh ruangan dapat mempermudah
siswa dalam melakukan proses belajar mengajar. Akomodasi yang
dilakukan oleh mata dengan cahaya yang cukup lebih besar, sehingga otot
siliaris akan lebih lama mengalami kelelahan, kemudian sistem syaraf
pusat akan memerintahkan syaraf motorik sehingga ketajaman dan
kecepatan mata dalam membaca akan meningkat.
2. Dengan mempertimbangan pemakaian lampu siang hari dan pertimbangan
pemanfaatan ruang yang ada, maka setiap baris lampu sebaiknya memiliki
saklar tersendiri, sehingga pemanfaatannya diupayakan seefisien mungkin
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data, analisis dan evaluasi dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada ruangan kelas B dan kelas E yang diteliti jumlah cahaya yang dibutuhkan
untuk menerangi seluruh ruang kelas sebesar 43200 lumen.
2. Pemecahan masalah menggunakan alternatif II, karena faktor biaya listrik, cos
phi dan umur pemakaian lampu lebih baik dari alternatif II dan III.
3. Biaya pemakaian energi setiap kelas per bulan mengalami peningkatan setelah
disesuaikan dengan standar kuat penerangan,-.
7.2. Saran
Adapun saran yang diberikan untuk pihak sekolah dan sebagai bahan
pertimbangan pada penelitian selanjutnya antara lain sebagai berikut.
3. Setiap lampu sebaiknya memiliki saklar tersendiri, karena
mempertimbangkan pemanfaatan seefisien mungkin tergantung cerah
4. Perlu dilakukannya pemeriksaan secara berkala terhadap keadaan lampu,
sehingga lampu yang mati dapat segera diganti.
5. Diperlukan penelitian lebih lanjut dan lebih spesifik tentang pencahayaan
berdasarkan faktor-faktor antara lain pengaruh cahaya matahari, dan sudut
datangnya cahaya.
6. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang biaya instalasi dan penerapan
setiap alternatif, serta penelitian setelah alternatif diterapkan nantinya, agar
dapat ditentukan alternatif mana yang lebih baik dan efisien untuk